Si tinggi kurus dan orang ke dua yang pipinya te rdapat tanda luka codet, sudah mencabut pedang masing-masing
Akan tetapi sebelum mereka meloncat untuk menyerang gadis buntung itu, Lie Koan Tek dan is terinya sudah mencabut senjata mereka pula
Lie Koan Tek melolos rantai baja yang dijadikan sabuk, sedangkan isterinya mencabut pedang
Melihat sepasang suami iste ri itu menghadang di depan mereka, si tinggi kurus dan si codet maju menyerang
Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa menyambut dengan senjata mereka dan terjadilah perkelahian di ruangan makan itu
Namun, te rnyata dua orang jagoan itu sama sekali bukan lawan Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa yang semenjak menjadi isteri pendekar Siauw-lim-pai itu telah mendapatkan kemajuan pesat dalam ilmu silat
Belum juga sepuluh jurus, rantai baja di tangan Lie Koan Tek telah merobohkan lawan, dengan tulang kaki patah dan tak mampu bangkit kembali
Beberapa jurus kemudian, isterinya juga dapat membuat lawan te rpelanting dengan luka bacokan pada pundak kirinya
Empat orang Lok- yang Su-liong itu tanpa banyak cakap lagi lalu melarikan diri, keluar dari rumah makan sambil terhuyung dan saling bantu, te rutama sekali si tinggi kurus yang patah tulang kakinya, te rpaksa harus diseret dan te rpincangpincang
Lie Koan Tek menghampiri pemilik rumah makan
Berapa kerugianmu akibat perkelahian tadi , akan kuganti.
Tidak perlu.......tidak usah, taihiap
Akan tetapi kami khawatir sekali karena Lok-yang Su-liong itu mempunyai kawan yang banyak ju mlahnya
Bagaimana kalau mereka datang membalas dendam?
Jangan takut
Kami akan melindungimu.
Sobat, tahukah engkau di mana nona yang tadi duduk makan di sana?
tiba-tiba Liu Hwa bertanya kepada pengurus rumah makan itu karena tidak melihat lagi adanya gadis yang disangka pute rinya itu
Nona itu.....
Ia tentu kembali ke kamarnya karena ia tadi memesan kamar di loteng untuk bermalam.
Kamipun akan bermalam di sini,
kata Koan Tek cepat
Nomor berapa kamar nona tadi
Kami ingin bicara dengannya.
Kamar nomor dua di lote ng, taihiap.
Pengurus itu lalu mempersilakan suami isteri yang amat dihormatinya karena telah berhasil mengusir Lokyang Su-liong yang ditakuti, untuk naik ke loteng dan mereka mendapatkan sebuah kamar te rbesar di loteng itu, yaitu kamar nomor lima, terpis ah tiga kamar dari kamar nomor dua yang dihuni ole h Cin Cin
Memang benar perkiraan pengurus rumah makan tadi
Ketika suami isteri itu menyambut serangan penjahat itu, Cin Cin maklum bahwa mereka tidak merlukan bantuan, maka diam-diam ia menyelinap dan meninggalkan ruangan itu, naik ke loteng dan masuk ke dalam kamarnya
Di kamarnya, ia duduk te rmenung di te pi pembaringan, kedua matanya basah namun ia menahan tangisnya
Ia merasa dadanya sesak dan juga panas sekali
Tidak salah lagi
Wanita itu adalah ibunya, ibu kandungnya yang selama belasan tahun ini dirindukannya, yang seringkali membuat ia menangis seorang diri s ambil memeluk guling
Akan te tapi, kalau tadinya ia membayangkan perte muan yang mengharukan dan membahagiakan dengan ibunya, sama-sama menangis dan mengenang ayahnya, kini ibunya muncul bersama seorang pria yang sama sekali asing baginya, akan tetapi yang telah menjadi pengganti ayahnya! Cin Cin menangis tanpa suara
Terjadi pergolakan hebat di dadanya, antara sayang dan benci, antara rindu dan kecewa, antara keinginan kuat untuk merangkul ibunya dan menjauhkan diri dari ibunya! Hanya satu hal yang membuat hatinya agak te rhibur
Ibunya nampak sehat dan gembira, juga nampak cantik seperti dahulu
Dan ibunya juga bersikap sebagai seorang pendekar wanita yang berani menentang kejahatan
Demikian pula suami ibunya, atau ayah tirinya, ternyata memperlihatkan sikap seorang pendekar perkasa yang terkenal sebagai tokoh Siauw-lim-pai
Tidak, ia tidak akan menemui ibunya sebelum perasaan yang tidak menentu berkecamuk di hati nya
Selama hatinya masih te rasa kacau dan penuh pertentangan, ia tidak akan memperlihatkan diri kepada ibunya
Akan te tapi, setelah kini berte mu, untuk meninggalkan ibunya ia tidak sanggup
Maka, iapun mengambil keputusan untuk pindah dari situ, untuk membayangi dan mengikuti perjalanan ibu dan ayah tirinya itu secara diam-diam, sampai tiba saatnya ia merasa yakin untuk bertemu dengan ibunya
De mikianlah, percuma saja suami iste ri isteri itu mengamati kamar Cin Cin sampai sehari penuh, Tidak pernah mereka melihat gadis itu keluar kamar, bahkan sampai malampun mereka tidak melihatnya
Mereka tidak berani mengganggu malam itu
Bagaimanapun juga, kini sudah menipis dugaan mereka bahwa gadis itu adalah Cin Cin
Gadis itu memang lihai bukan main
Sepasang sumpit yang disambitkan saja demikian tepat menembusi pipi dua orang lawan
Akan te tapi, kalau gadis itu benar Cin Cin, sudah pasti ia akan mengenal ibunya
Tidak, gadis itu pasti bukan Cin Cin dan hal ini membuat hati Liu Hwa kecewa bukan main
Akan te tapi ia dan suaminya masih mempunyai harapan untuk berkenalan dengan gadis itu dan siapa tahu gadis perkasa itu dapat memberi petunjuk di mana adanya gadis yang mereka cari
Baru pada keesokan harinya, pagi-pagi mereka berani menghampiri kamar nomor dua dan mengetuk pintunya
Tidak ada jawaban
Sampai diperkuat ketukannya, te tap saja tidak ada jawaban
Seorang pelayan menghampiri mereka dan berkata,
Tidak ada gunan ya ji-wi (kalian) mengetuk pintu itu
Biar digedor sampai bagaimanapun tidak akan ada yang membukanya karena kamar itu kosong.
Ehh
Kosong
Bukankah kemarin ditinggali nona........
Nona yang buntung tangan kirinya itu, toanio
Memang benar, akan tetapi malam tadi ia membuat perhitungan, membayar semua sewa kamar dan harga makanan, lalu pergi dengan cepat.
Suami isteri itu terkejut
Ke mana ia pergi?
Liu Hwa bertanya akan tetapi pelayan itu menggeleng kepala
Tentu saja suami isteri itu merasa menyesal sekali mengapa tidak kemarin saja mereka mengunjungi nona itu
Sekarang ia telah pergi dan kemana mereka harus mencarinya
Kita ke kota Ji-goan saja, kita menyelidiki ke sana, siapa tahu terdapat je jak anakmu disana.
Lie Koan Tek menghibur isterinya yang kelihatan kecewa sekali
Setelah membayar semua perhitungan, suami isteri itu bergegas meninggalkan kota Lok-yang dan menuju ke sungai Huang-ho untuk menyeberang ke kota Ji-goan yang te rletak di sebelah utara Huang-ho
Akan te tapi, ketika mereka tiba di jalan dekat hutan di lembah sungai Huang-ho, tiba-tiba muncul seorang pemuda yang agaknya sengaja menghadang di depan mereka
Harap ji-wi berhenti sebentar, aku ingin bicara,
kata pemuda itu
Sikapnya cukup sopan akan tetapi suaranya te rdengar dingin dan kaku seolah menyembunyikan kemarahan
Suami isteri itu memandang heran
Pemuda itu berusia sekitar duapuluh dua tahun, tubuhnya tinggi te gap, wajahnya tampan, matanya tajam mencorong dan dagunya te bal, bibirnya mengandung senyuman sinis dan telinganya agak kecil dan pakaiannya sederhana namun bersih dan rapi
Orang muda, siapakah engkau dan ada keperluan apakah yang ingin kaubicarakan dengan kami?
Lie Koan Tek bertanya
Pendekar ini cukup berpengalaman dan dia dapat menduga bahwa pemuda yang menghadang ini pasti bukan pemuda sembarangan
Bukankah paman yang bernama Lie Koan Tek, pendekar Siauw-lim-pai?
tanya pemuda itu yang bukan lain adalah The Siong Ki, murid Naga Sakti Sungai Kuning Si Han Beng! Seperti telah kita ketahui, Siong Ki berkunjung ke pusat He k-houwpang dan di sana dia bahkan berte mu dengan Cin Cin
Akan tetapi seperti juga Cin Cin, dia menolak ketika hendak diangkat menjadi ketua Hek-houwpang
Dia meninggalkan He k-houw-pang untuk melaksanakan tugas yang diberikan gurunya kepadanya, yaitu mencari Bi Lan yang telah menculik puteri suhunya
Suhu dan subonya memang sudah berpesan kepadanya agar dia tidak sembarangan membalas dendam kepada Lie Koan Tek, melainkan diharuskan melakukan penyelidikan lebih mendalam tentang kematian ayahnya
Diapun tidak bermaksud membunuh Lie Koan Tek, akan tetapi ingin bicara te ntang kematian ayahnya, dan diapun teringat akan keterangan gurunya bahwa Bi Lan adalah keponakan Lie Koan Tek, maka besar kemungkinan pendekar Siauw-lim-pai ini dapat memberitahu kepadanya di mana adanya Kwa Bi Lan
De mikianlah, ketika dia mendengar berita te ntang keributan yang dilakukan pendekar wanita tangan kiri buntung di Ji-goan, dia dapat menduga bahwa pendekar itu te ntulah Cin Cin
Dia tertarik dan mengikuti jejak Cin Cin sampai ke Lok-yang dan di sana dia melihat Lie Koan Tek dan bibigurunya, Coa Liu Hwa
Tentu saja dia menjadi girang sekali dan segera dia menanti saat baik untuk berte mu dengan mereka
Itulah sebabnya, ketika melihat suami isteri itu keluar dari Lok yang, dia mendahului menghadang di tempat sunyi itu
Benar, namaku Lie Koan Tek
Siapakah, e ngkau orang muda?
Nanti dulu! Aku.......seperti mengenal pemuda ini!
kata Coa Liu Hwa sambil mengamati wajah yang tampan itu
Bibi benar
Aku adalah The Siong Ki, pute ra mendiang ayah The C i Kok
Pernah aku ikut bibi menjadi murid, akan tetapi aku lalu pergi
Akan tetapi bukan itu yang penting.
Aku ingin bicara dengan paman Lie Koan Tek!
kembali suaranya te rdengar dingin
Siong Ki.......ah, benar engkau Siong Ki.......! Engkau sudah dewasa se karang......
Hemm, orang muda
Apa yang akan kaubicarakan dengan aku?
Lie Koan Tek bertanya
Paman, aku hanya ingin bertanya apakah benar engkau yang dahulu te lah membunuh ayahku, yaitu The Ci Kok seorang murid He k-houw-pang
Jawab sejujurnya, paman
Benarkah engkau yang membunuhnya?
Lie Koan Tek mengerutkan alisnya
Pertanyaan itu mengingatkannya kembali akan peristiwa yang amat tidak enak itu
Ketika itu, secara te rpaksa karena dibebaskan dari penjara oleh Cian Bu Ong, dia menjadi pembantu Cian Bu Ong dan dia ikut pula menyerbu dusun Ta-bun-cung di mana He khouw-pang dimusuhi Cian Bu Ong karena tidak mau bersekutu untuk memberontak te rhadap pemerintah
Kalau dia te ringat akan peristiwa itu, dia merasa menyesal bukan main walaupun dalam penyerbuan itu, tidak seperti yang lain, dia sama sekali tidak melakukan pembunuhan, hanya merobohkan saja para anggota He k-houw-pang tanpa membunuh
De ngan tegas dia menggeleng kepalanya,
Tidak, aku tidak membunuh ayahmu, aku tidak membunuh siapapun dari Hek-houw-pang.!
Jawaban itu memanaskan hati Siong Ki
Paman, engkau dikenal sebagai pendekar Siauwlim-pai yang gagah perkasa, kenapa tidak berani menanggung akibat dari perbuatan sendiri dan hendak mengingkari perbuatan sendiri
Bukankah paman juga ikut membantu gerombolan yang menyerbu He k-houw-pang
Bahkan paman te lah merampas pula bibi Coa Liu Hwa, is teri ketua Hekhouw-pang menjadi isteri paman sekarang?
Siong Ki!
Coa Liu Hwa membentak marah
Sebaiknya kalau bibi tidak mencampuri karena hal ini hanya akan mendatangkan rasa malu saja kepada bibi sendiri
Aku bicara dengan seorang di antara para penyerbu He k-houw-pang dan menghendaki jawaban sejujurnya dari Lie Koan Tek!
Orang muda, jangan engkau bersikap kasar te rhadap isteriku
Ia tidak bersalah, dan tentang penyerbuan ke He k-houw-pang itu, aku tidak menyangkal
Akan te tapi, aku hanya merobohkan saja para pengeroyok dan sama sekali tidak membunuh orang
Aku hanya te rpaksa menyerang He k-houw-pang karena.......
Cukup! Biarpun engkau tidak membunuh ayahku dan tidak membunuh seorangpun dari He k-houw-pang, namun engkau mengaku sudah ikut menyerbu dan merobohkan anak buah Hekhouw-pang
Nah, sekarang aku, keturunan murid He k-houw-pang, menantangmu untuk mengadu kepandaian
Hendak kulihat sampai di mana kepandaian orang yang pernah mengacaukan He khouw-pang dan mendatangkan malapetaka kepada seluruh anggota He k-houw-pang, bahkan kini secara tak bermalu telah memperisteri bekas isteri ketuanya
Cabutlah senjatamu, Lie Koan Tek!
Siong Ki mencabut pedangnya dan tampaklah sebatang pedang yang tua dan tumpul, namun mengandung sinar yang dingin redup seperti sinar bintang
Itulah Seng-kang-kiam (Pedang Baja Bintang) yang ampuh, milik Bu Giok Cu yang dititipkannya kepada murid itu untuk dipakai mencari Si Hong Lan yang le nyap diculik Kwa Bi Lan
Bagaimanapun juga, Lie Koan Tek adalah seorang pendekar yang gagah perkasa
Dia tidak ingin mengingkari perbuatannya sendiri
Memang dia ikut menyerbu He k-houw-pang
Dia kini harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya itu
Juga dia ditantang, sebagai seorang pendekar, te ntu saja pantang mundur kalau ditantang
Baiklah, orang muda
Aku tidak akan lari dari tanggung-jawab!
katanya dan diapun sudah melolos sabuk rantai bajanya dan bersiap
Siong Ki, jangan.........!!
Coa Liu Hwa mencoba untuk mencegah
Bibi sudah mengkhianati Hek-houw-pang, harap jangan ikut campur!
kata pemuda itu dengan suara ketus
Orang muda, engkau te rlalu menghina isteriku!
Lie Koan Tek berseru marah
Kalau engkau hendak menyerangku, majulah!
Siong Ki segera menggerakkan pedangnya menyerang dan begitu dia menyerang, Lie Koan Tek te rkejut karena serangan itu selain cepat bagaikan kilat menyambar, juga mendatangkan hawa yang amat kuat
Dia memutar sabuk rantai bajanya menangkis sambil mengerahkan tenaga pula
Tranggg!!!
Pertemuan antara pedang tumpul dan rantai baja itu sedemikian kuatnya sehingga menggetarkan tubuh Liu Hwa yang menonton dengan cemas, dan ia melihat betapa suaminya te rhuyung ke belakang, sedangkan pemuda itu tetap te gak
Ini saja sudah menunjukkan bahwa dalam hal tenaga sin-kang, pemuda itu le bih kuat! Juga Lie Koan Tek memaklumi hal ini, maka dia bersikap hati-hati
Siong Ki merasa mendapat angin