Naga Beracun Bab 084

Si tinggi kurus dan orang ke dua yang pipinya te rdapat tanda luka codet, sudah mencabut pedang masing-masing

Akan tetapi sebelum mereka meloncat untuk menyerang gadis buntung itu, Lie Koan Tek dan is terinya sudah mencabut senjata mereka pula

Lie Koan Tek melolos rantai baja yang dijadikan sabuk, sedangkan isterinya mencabut pedang

Melihat sepasang suami iste ri itu menghadang di depan mereka, si tinggi kurus dan si codet maju menyerang

Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa menyambut dengan senjata mereka dan terjadilah perkelahian di ruangan makan itu

Namun, te rnyata dua orang jagoan itu sama sekali bukan lawan Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa yang semenjak menjadi isteri pendekar Siauw-lim-pai itu telah mendapatkan kemajuan pesat dalam ilmu silat

Belum juga sepuluh jurus, rantai baja di tangan Lie Koan Tek telah merobohkan lawan, dengan tulang kaki patah dan tak mampu bangkit kembali

Beberapa jurus kemudian, isterinya juga dapat membuat lawan te rpelanting dengan luka bacokan pada pundak kirinya

Empat orang Lok- yang Su-liong itu tanpa banyak cakap lagi lalu melarikan diri, keluar dari rumah makan sambil terhuyung dan saling bantu, te rutama sekali si tinggi kurus yang patah tulang kakinya, te rpaksa harus diseret dan te rpincangpincang

Lie Koan Tek menghampiri pemilik rumah makan

Berapa kerugianmu akibat perkelahian tadi , akan kuganti.

Tidak perlu.......tidak usah, taihiap

Akan tetapi kami khawatir sekali karena Lok-yang Su-liong itu mempunyai kawan yang banyak ju mlahnya

Bagaimana kalau mereka datang membalas dendam?

Jangan takut

Kami akan melindungimu.

Sobat, tahukah engkau di mana nona yang tadi duduk makan di sana?

tiba-tiba Liu Hwa bertanya kepada pengurus rumah makan itu karena tidak melihat lagi adanya gadis yang disangka pute rinya itu

Nona itu.....

Ia tentu kembali ke kamarnya karena ia tadi memesan kamar di loteng untuk bermalam.



Kamipun akan bermalam di sini,

kata Koan Tek cepat

Nomor berapa kamar nona tadi

Kami ingin bicara dengannya.

Kamar nomor dua di lote ng, taihiap.

Pengurus itu lalu mempersilakan suami isteri yang amat dihormatinya karena telah berhasil mengusir Lokyang Su-liong yang ditakuti, untuk naik ke loteng dan mereka mendapatkan sebuah kamar te rbesar di loteng itu, yaitu kamar nomor lima, terpis ah tiga kamar dari kamar nomor dua yang dihuni ole h Cin Cin

Memang benar perkiraan pengurus rumah makan tadi

Ketika suami isteri itu menyambut serangan penjahat itu, Cin Cin maklum bahwa mereka tidak merlukan bantuan, maka diam-diam ia menyelinap dan meninggalkan ruangan itu, naik ke loteng dan masuk ke dalam kamarnya

Di kamarnya, ia duduk te rmenung di te pi pembaringan, kedua matanya basah namun ia menahan tangisnya

Ia merasa dadanya sesak dan juga panas sekali

Tidak salah lagi

Wanita itu adalah ibunya, ibu kandungnya yang selama belasan tahun ini dirindukannya, yang seringkali membuat ia menangis seorang diri s ambil memeluk guling

Akan te tapi, kalau tadinya ia membayangkan perte muan yang mengharukan dan membahagiakan dengan ibunya, sama-sama menangis dan mengenang ayahnya, kini ibunya muncul bersama seorang pria yang sama sekali asing baginya, akan tetapi yang telah menjadi pengganti ayahnya! Cin Cin menangis tanpa suara

Terjadi pergolakan hebat di dadanya, antara sayang dan benci, antara rindu dan kecewa, antara keinginan kuat untuk merangkul ibunya dan menjauhkan diri dari ibunya! Hanya satu hal yang membuat hatinya agak te rhibur

Ibunya nampak sehat dan gembira, juga nampak cantik seperti dahulu

Dan ibunya juga bersikap sebagai seorang pendekar wanita yang berani menentang kejahatan

Demikian pula suami ibunya, atau ayah tirinya, ternyata memperlihatkan sikap seorang pendekar perkasa yang terkenal sebagai tokoh Siauw-lim-pai

Tidak, ia tidak akan menemui ibunya sebelum perasaan yang tidak menentu berkecamuk di hati nya

Selama hatinya masih te rasa kacau dan penuh pertentangan, ia tidak akan memperlihatkan diri kepada ibunya

Akan te tapi, setelah kini berte mu, untuk meninggalkan ibunya ia tidak sanggup

Maka, iapun mengambil keputusan untuk pindah dari situ, untuk membayangi dan mengikuti perjalanan ibu dan ayah tirinya itu secara diam-diam, sampai tiba saatnya ia merasa yakin untuk bertemu dengan ibunya

De mikianlah, percuma saja suami iste ri isteri itu mengamati kamar Cin Cin sampai sehari penuh, Tidak pernah mereka melihat gadis itu keluar kamar, bahkan sampai malampun mereka tidak melihatnya

Mereka tidak berani mengganggu malam itu

Bagaimanapun juga, kini sudah menipis dugaan mereka bahwa gadis itu adalah Cin Cin

Gadis itu memang lihai bukan main

Sepasang sumpit yang disambitkan saja demikian tepat menembusi pipi dua orang lawan

Akan te tapi, kalau gadis itu benar Cin Cin, sudah pasti ia akan mengenal ibunya

Tidak, gadis itu pasti bukan Cin Cin dan hal ini membuat hati Liu Hwa kecewa bukan main

Akan te tapi ia dan suaminya masih mempunyai harapan untuk berkenalan dengan gadis itu dan siapa tahu gadis perkasa itu dapat memberi petunjuk di mana adanya gadis yang mereka cari

Baru pada keesokan harinya, pagi-pagi mereka berani menghampiri kamar nomor dua dan mengetuk pintunya

Tidak ada jawaban

Sampai diperkuat ketukannya, te tap saja tidak ada jawaban

Seorang pelayan menghampiri mereka dan berkata,

Tidak ada gunan ya ji-wi (kalian) mengetuk pintu itu

Biar digedor sampai bagaimanapun tidak akan ada yang membukanya karena kamar itu kosong.

Ehh

Kosong

Bukankah kemarin ditinggali nona........

Nona yang buntung tangan kirinya itu, toanio

Memang benar, akan tetapi malam tadi ia membuat perhitungan, membayar semua sewa kamar dan harga makanan, lalu pergi dengan cepat.

Suami isteri itu terkejut

Ke mana ia pergi?

Liu Hwa bertanya akan tetapi pelayan itu menggeleng kepala

Tentu saja suami isteri itu merasa menyesal sekali mengapa tidak kemarin saja mereka mengunjungi nona itu

Sekarang ia telah pergi dan kemana mereka harus mencarinya

Kita ke kota Ji-goan saja, kita menyelidiki ke sana, siapa tahu terdapat je jak anakmu disana.

Lie Koan Tek menghibur isterinya yang kelihatan kecewa sekali

Setelah membayar semua perhitungan, suami isteri itu bergegas meninggalkan kota Lok-yang dan menuju ke sungai Huang-ho untuk menyeberang ke kota Ji-goan yang te rletak di sebelah utara Huang-ho

Akan te tapi, ketika mereka tiba di jalan dekat hutan di lembah sungai Huang-ho, tiba-tiba muncul seorang pemuda yang agaknya sengaja menghadang di depan mereka

Harap ji-wi berhenti sebentar, aku ingin bicara,

kata pemuda itu

Sikapnya cukup sopan akan tetapi suaranya te rdengar dingin dan kaku seolah menyembunyikan kemarahan

Suami isteri itu memandang heran

Pemuda itu berusia sekitar duapuluh dua tahun, tubuhnya tinggi te gap, wajahnya tampan, matanya tajam mencorong dan dagunya te bal, bibirnya mengandung senyuman sinis dan telinganya agak kecil dan pakaiannya sederhana namun bersih dan rapi

Orang muda, siapakah engkau dan ada keperluan apakah yang ingin kaubicarakan dengan kami?

Lie Koan Tek bertanya

Pendekar ini cukup berpengalaman dan dia dapat menduga bahwa pemuda yang menghadang ini pasti bukan pemuda sembarangan

Bukankah paman yang bernama Lie Koan Tek, pendekar Siauw-lim-pai?

tanya pemuda itu yang bukan lain adalah The Siong Ki, murid Naga Sakti Sungai Kuning Si Han Beng! Seperti telah kita ketahui, Siong Ki berkunjung ke pusat He k-houwpang dan di sana dia bahkan berte mu dengan Cin Cin

Akan tetapi seperti juga Cin Cin, dia menolak ketika hendak diangkat menjadi ketua Hek-houwpang

Dia meninggalkan He k-houw-pang untuk melaksanakan tugas yang diberikan gurunya kepadanya, yaitu mencari Bi Lan yang telah menculik puteri suhunya

Suhu dan subonya memang sudah berpesan kepadanya agar dia tidak sembarangan membalas dendam kepada Lie Koan Tek, melainkan diharuskan melakukan penyelidikan lebih mendalam tentang kematian ayahnya

Diapun tidak bermaksud membunuh Lie Koan Tek, akan tetapi ingin bicara te ntang kematian ayahnya, dan diapun teringat akan keterangan gurunya bahwa Bi Lan adalah keponakan Lie Koan Tek, maka besar kemungkinan pendekar Siauw-lim-pai ini dapat memberitahu kepadanya di mana adanya Kwa Bi Lan

De mikianlah, ketika dia mendengar berita te ntang keributan yang dilakukan pendekar wanita tangan kiri buntung di Ji-goan, dia dapat menduga bahwa pendekar itu te ntulah Cin Cin

Dia tertarik dan mengikuti jejak Cin Cin sampai ke Lok-yang dan di sana dia melihat Lie Koan Tek dan bibigurunya, Coa Liu Hwa

Tentu saja dia menjadi girang sekali dan segera dia menanti saat baik untuk berte mu dengan mereka

Itulah sebabnya, ketika melihat suami isteri itu keluar dari Lok yang, dia mendahului menghadang di tempat sunyi itu

Benar, namaku Lie Koan Tek

Siapakah, e ngkau orang muda?

Nanti dulu! Aku.......seperti mengenal pemuda ini!

kata Coa Liu Hwa sambil mengamati wajah yang tampan itu

Bibi benar

Aku adalah The Siong Ki, pute ra mendiang ayah The C i Kok

Pernah aku ikut bibi menjadi murid, akan tetapi aku lalu pergi

Akan tetapi bukan itu yang penting.

Aku ingin bicara dengan paman Lie Koan Tek!

kembali suaranya te rdengar dingin

Siong Ki.......ah, benar engkau Siong Ki.......! Engkau sudah dewasa se karang......

Hemm, orang muda

Apa yang akan kaubicarakan dengan aku?

Lie Koan Tek bertanya

Paman, aku hanya ingin bertanya apakah benar engkau yang dahulu te lah membunuh ayahku, yaitu The Ci Kok seorang murid He k-houw-pang

Jawab sejujurnya, paman

Benarkah engkau yang membunuhnya?

Lie Koan Tek mengerutkan alisnya

Pertanyaan itu mengingatkannya kembali akan peristiwa yang amat tidak enak itu

Ketika itu, secara te rpaksa karena dibebaskan dari penjara oleh Cian Bu Ong, dia menjadi pembantu Cian Bu Ong dan dia ikut pula menyerbu dusun Ta-bun-cung di mana He khouw-pang dimusuhi Cian Bu Ong karena tidak mau bersekutu untuk memberontak te rhadap pemerintah

Kalau dia te ringat akan peristiwa itu, dia merasa menyesal bukan main walaupun dalam penyerbuan itu, tidak seperti yang lain, dia sama sekali tidak melakukan pembunuhan, hanya merobohkan saja para anggota He k-houw-pang tanpa membunuh

De ngan tegas dia menggeleng kepalanya,

Tidak, aku tidak membunuh ayahmu, aku tidak membunuh siapapun dari Hek-houw-pang.!

Jawaban itu memanaskan hati Siong Ki

Paman, engkau dikenal sebagai pendekar Siauwlim-pai yang gagah perkasa, kenapa tidak berani menanggung akibat dari perbuatan sendiri dan hendak mengingkari perbuatan sendiri

Bukankah paman juga ikut membantu gerombolan yang menyerbu He k-houw-pang

Bahkan paman te lah merampas pula bibi Coa Liu Hwa, is teri ketua Hekhouw-pang menjadi isteri paman sekarang?

Siong Ki!

Coa Liu Hwa membentak marah

Sebaiknya kalau bibi tidak mencampuri karena hal ini hanya akan mendatangkan rasa malu saja kepada bibi sendiri

Aku bicara dengan seorang di antara para penyerbu He k-houw-pang dan menghendaki jawaban sejujurnya dari Lie Koan Tek!

Orang muda, jangan engkau bersikap kasar te rhadap isteriku

Ia tidak bersalah, dan tentang penyerbuan ke He k-houw-pang itu, aku tidak menyangkal

Akan te tapi, aku hanya merobohkan saja para pengeroyok dan sama sekali tidak membunuh orang

Aku hanya te rpaksa menyerang He k-houw-pang karena.......

Cukup! Biarpun engkau tidak membunuh ayahku dan tidak membunuh seorangpun dari He k-houw-pang, namun engkau mengaku sudah ikut menyerbu dan merobohkan anak buah Hekhouw-pang

Nah, sekarang aku, keturunan murid He k-houw-pang, menantangmu untuk mengadu kepandaian

Hendak kulihat sampai di mana kepandaian orang yang pernah mengacaukan He khouw-pang dan mendatangkan malapetaka kepada seluruh anggota He k-houw-pang, bahkan kini secara tak bermalu telah memperisteri bekas isteri ketuanya

Cabutlah senjatamu, Lie Koan Tek!

Siong Ki mencabut pedangnya dan tampaklah sebatang pedang yang tua dan tumpul, namun mengandung sinar yang dingin redup seperti sinar bintang

Itulah Seng-kang-kiam (Pedang Baja Bintang) yang ampuh, milik Bu Giok Cu yang dititipkannya kepada murid itu untuk dipakai mencari Si Hong Lan yang le nyap diculik Kwa Bi Lan

Bagaimanapun juga, Lie Koan Tek adalah seorang pendekar yang gagah perkasa

Dia tidak ingin mengingkari perbuatannya sendiri

Memang dia ikut menyerbu He k-houw-pang

Dia kini harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya itu

Juga dia ditantang, sebagai seorang pendekar, te ntu saja pantang mundur kalau ditantang

Baiklah, orang muda

Aku tidak akan lari dari tanggung-jawab!

katanya dan diapun sudah melolos sabuk rantai bajanya dan bersiap

Siong Ki, jangan.........!!

Coa Liu Hwa mencoba untuk mencegah

Bibi sudah mengkhianati Hek-houw-pang, harap jangan ikut campur!

kata pemuda itu dengan suara ketus

Orang muda, engkau te rlalu menghina isteriku!

Lie Koan Tek berseru marah

Kalau engkau hendak menyerangku, majulah!

Siong Ki segera menggerakkan pedangnya menyerang dan begitu dia menyerang, Lie Koan Tek te rkejut karena serangan itu selain cepat bagaikan kilat menyambar, juga mendatangkan hawa yang amat kuat

Dia memutar sabuk rantai bajanya menangkis sambil mengerahkan tenaga pula

Tranggg!!!

Pertemuan antara pedang tumpul dan rantai baja itu sedemikian kuatnya sehingga menggetarkan tubuh Liu Hwa yang menonton dengan cemas, dan ia melihat betapa suaminya te rhuyung ke belakang, sedangkan pemuda itu tetap te gak

Ini saja sudah menunjukkan bahwa dalam hal tenaga sin-kang, pemuda itu le bih kuat! Juga Lie Koan Tek memaklumi hal ini, maka dia bersikap hati-hati

Siong Ki merasa mendapat angin

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar