Naga Beracun Bab 05

Keparat! Majulah kalau engkau berani melawan aku dan kalau engkau sudah bosan hidup!

Hong San menantang dengan muka merah

Hemm, biarpun engkau lihai sekali jangan dikira aku akan takut menghadapi maut di tanganmu!

Lie Koan Tek bangkit berdiri dan membusungkan dadanya

Pangeran Cian Bu Ong cepat melangkah maju menengahi

Ah, apa yang kalian lakukan ini

Kalian akan kubebaskan untuk membantuku, bukan untuk berkelahi dan saling bermusuhan sendiri! Apa gunanya aku membebaskan kalian, kalau hanya untuk melihat kalian saling bunuh?

Maafkan saya, Pangeran,

kata Lie Koan Tek yang segera melihat betapa tidak baiknya sikapnya tadi terhadap sang pangeran

Maaf,

kata pula Hong San yang tentu saja tidak ingin kalau Pangeran itu menjadi tidak suka kepadanya

Ketahuilah, aku sekeluarga dan para pengikut sedang hendak menyelamatkan diri keluar dari Po yang dan kalian kuminta membantu untuk melindungi

Kemudian kelak kalian membantuku menegakkan kembali kerajaan baru sebagai pengganti Kerajaan Sui yang telah jatuh

Dan selama kalian membantuku, kalian tidak boleh mementingkan perasaan dan urusan pribadi, harus mentaati semua perintahku

Sekarang tiba saatnya kalian berjanji

Kalau kalian mau taat, aku akan membebaskan kalian, kalau tidak mau, akupun akan meninggalkan kalian di s ini.

Lima orang itu serempak menyatakan janji mereka untuk menaati Pangeran Cian Bu Ong

Mereka maklum bahwa, jika mereka tidak dibebaskan oleh pangeran itu, tidak mungkin mereka melarikan diri atas usaha sendiri, karena mereka akan menghadapi ribuan orang prajurit penjaga, dan kalau mereka ditinggalkan di situ, mereka hanya akan menghadapi ancaman mati konyol

Tidak ada pilihan kecuali membantu pangeran ini

Lie Koan Tek sendiri menaruh harapan besar pada diri pangeran itu

Pemerintahan kaisar Kerajaan Sui yang lalu telah mendatangkan banyak kesengsaraan terhadap rakyat, bahkan Siauw-limsi juga diserbu dan dibakar karena Siauw-lim-si membela rakyat jelata

Dia mengharapkan kalau Pangeran Cian Bu Ong berhasll merebut tahta kerajaan, dia akan menjadi seorang kaisar yang baik budi dan memakmurkan kehidupan rakyat jelata

De mikianlah, lima orang hukuman yang lihai itu dibebaskan dengan mudah oleh Pangeran Cian Bu Ong dan mereka menjadi pengawal-pengawal keluarga pangeran itu yang melarikan diri dari Po yang

-ooo0dw0ooo-

Kongcu datang......!

Teriakan-teriakan gembira te rdengar dari para anggota Hek-houw-pang di gardu penjagaan pintu gerbang dusun Mo-kimcung

Biarpun sudah belasan tahun meninggalkan He k-houw-pang, namun para anggota He k-houwpang masih ingat kepada Siang Lee dan begitu Siang Lee muncul di depan pintu gerbang dusun, mereka menyambut dengan gembira sekali

Pemuda cucu ketua lama Hek houw-pang itu yang merupakan keturunan langsung dari keluarga Coa, meninggalkan He k-houw-pang karena urusan pribadi, karena kakeknya melarang dia menikah dengan pute ri Ban-tok Mo-li

Terhadap He k-houw pang Siang Lee tidak mempunyai kesalahan apapun, maka para anggota He k houw-pang masih memandangnya sebagal keluarga pimpinan mereka

Segera para murid He k-houw-pang merubung Siang Lee yang datang bersama isterinya, Sim Lan Ci dan pute ra mereka, Coa Thian Ki

Akan tetapi mendengar bahwa kakeknya, Coa Song, yang sudah tua sekali masih hidup, Siang Lee tidak mau berlama-lama bicara dengan para suheng dan sutenya, melainkan langsung saja mengajak anak isterinya berkunjung ke rumah induk perkumpulan itu, yang menjadi tempat tinggal ketua Hek-houw-pang

Karena pada waktu itu keadaan sedang tegang, para murid He k-houw-pang yang melakukan penjagaan ketat sehubngan dengan pesan dari komandan pasukan yang datang berkunjung, maka berita tentang kedatangan Coa Kongcu segera tersiar dengan cepat

Mendengar bahwa Coa Siang Lee pulang, ketua He k-houw-pang, Kam Seng Hin dan isterinya, Poa Liu Hwa segera keluar menyambut

Ketika Coa Siang Lee dengan isteri dan anaknya tiba di ruangan depan rumah keluarga Coa itu, dia disambut oleh Kam Seng Hin dan isterinya, juga anak mereka, Kam Cin

Beberapa orang murid He k-houw-pang yang tadi mengikuti tamu itu sudah membisikkan kepada Siang Lee bahwa ketua He k-houw-pang sekarang adalah murid Hekhouw-pang yang bernama Kam Seng Hin dan yang menikah dengan Poa Liu Hwa, cucu luar Coa Song atau adik misannya

Tentu saja dia mengenal keduanya dan dia merasa bergembira

Dia mengenal Kam Seng Hin sebagai sutenya (adik seperguruannya) yang gagah perkasa

Coa suheng (kakak seperguruan Coa)!

Kam Seng Hin dan isterinya menyambut dengan gembira sambil member hormat

Kam sute, engkau menjadi pangcu dari He khouw-pang sekarang

Dan engkau menjadi suami dari adikku Liu Hwa ini

Ah, aku girang sekali, sute

Perkenalkan, ini isteriku, dan ini anakku Coa Thian Ki.

Kam Seng Hin memberi hormat kepada Lan Ci dan menyebut

toa-so

(kakak ipar)

Liu Hwa juga menyambut Lan Ci dengan sikap ramah dan manis, lalu ia memperkenalkan pute ranya, Kam Cin

Ketika Kam Cin diperkenalkan dengan Thian Ki, dengan sikap ramah dan lincah Cin Cin, demikian panggilan akrabnya lalu memegang tangan Thian Ki

Mereka sebaya, sama-sama lima tahun usianya

Thian Ki, mari kita bermain di taman belakang

Kami mempunyai kolam ikan di sana dan kemarin seorang paman memberi sepasang ikan emas yang lucu bermata besar

Mari......!

Kam Cin....

panggil Siang Lee melihat betapa keponakannya itu sudah menarik Thian Ki diajak bermain-main

Cin-Cin berhenti dan memandang kepada Siang Lee dengan sikap tidak malu-malu

Supek (uwa guru), semua orang memanggilku Cin Cin, harap supek , pek-bo dan ju ga Thian Ki menyebut aku Cin Cin saja.

Siang Lee dan isterinya te rtawa

Kam Cin atau Cin Cin itu seorang anak yang mungil, tampan, tabah dan kelihatan cerdik sekali

Baiklah, Cin Cin, kuminta engkau jangan mengajak Thian Ki pergi bermain-main dulu

Dia harus lebih dulu kuperkenalkan kepada kakek buyutnya.

Ah, jangan khawatir, supek

Sekarang juga akan kuajak Thian Ki menghadap kakek buyut!

Setelah berkata demikian, Cin Cin sudah menarik tangan Thian Ki, berlari keluar dari ruangan itu

Melihat ini Siang Lee dan Lan Ci te rtawa, demikian pula ayah dan ibu Cin Cin

Cin Cin memang bandel dan manja sekali,

kata Liu Hwa

Baiknya dia tidak nakal,

sambung suaminya

Kulihat anak kalian itu cerdik dan lincah

Mari kita menghadap kongkon g (kakek) lebih dulu,

kata Siang Lee dan mereka berempat lalu pergi ke kamar kakek Coa Song yang berada di bagian belakang

Ketika mereka memasuki kamar yang besar itu, te rnyata dua orang anak itu sudah berada di situ, duduk di atas lantai dekat kedua kaki kakek Coa Song yang nampak gembira bukan main

Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci segera menjatuhkan diri berlutut menghadap kakek itu, diiringkan ole h Kam Seng Hin dan Poa Liu Hwa

Kong-kong......

kata Siang Lee dengan suara penuh keharuan

Dia tadi sudah mendengar sepintas dari Kam Sen Hin bahwa kakeknya seringkali menanyakan dirinya, dan nampaknya kakeknya sudah melupakan perte ntangan yang telah lampau

Melihat betapa kakeknya menarik Thian Ki dengan wajah gembira itu sudah membuktikan kebenaran keterangan Kam Seng Hin itu

Kong-kong......

Lan Ci juga memanggil dengan sikap hormat

Sejak tadi kakek Coa Song yang usianya sudah mendekati delapanpuluh tahun itu telah menyambut kemunculan cucunya itu dengan wajah cerah dan mata berseri

Siang Lee, engkau baru datang

Dan itu isterimu yang dulu

Aku sudah berkenalan dengan pute ra kalian, Thian Ki

Aku girang sekali kalian sehat-sehat saja dan masih ingat untuk pulang ke sini..........

Mendengar suara kakeknya yang agaknya menyesali sikapnya yang dahulu itu

Siang Lee segera mengalihkan percakapan

Kong-kong, saya merasa girang sekali melihat kong-kong masih sehat

Semoga Tuhan selalu memberkahi kongkong dengan panjang usia dan sehat selalu.

Sudah lama sekali aku merindukanmu, Siang Lee

Dan sekarang engkau datang bersama isterimu dan puteramu yang tampan gagah ini

Ah, betapa gembira hatiku

Seng Hin, suruh buatkan masakan dan minuman, kita adakan pesta keluarga untuk menyambut Siang Lee!

Kakek itu kelihatan gembira bukan main

Tak lama kemudian, Kam Seng Hin dan isterinya meninggalkan Siang Lee dan Lan Ci bertiga saja dengan kakek mereka, sedangkan Thian Ki sudah diajak pergi ke taman oleh Cin Cin

Kakek Coa Song menghujani Siang Lee dengan pertanyaan dan suami isteri itu menceritakan semua pengalaman mereka semenjak berpis ah dari kakek itu

Ketika mendengar pengakuan Siang Lee dan Lan Ci bahwa mereka tidak mengajarkan ilmu silat sama sekali kepada Thian Ki, kakek Coa Song mengerutkan alisnya tanda tidak setuju

Eh, kenapa begitu

Aku tahu bahwa ilmu silatmu sudah maju pesat, tentu sekarang tingkat kepandaianmu tidak ada yang dapat menandinginya di Hek-houw-pang ini

Juga isterimu memiliki kepandaian yang tinggi

Kenapa kalian tidak mengajarkan ilmu silat kepada putra kalian?

Kong-kong, kami berdua sudah mengalami cukup banyak kesengsaraan yang disebabkan oleh kehidupan sebagai ahli Silat

Betapa di dunia ini penuh degan permusuhan dendam mendendam yang menjadi bunga kehidupan di dunia persilatan

Tidak, kong-kong, kami tidak ingin melihat pute ra kami te rlibat dalam dunia yang penuh kekerasan itu

Kami tidak sanggup membayangkan dia kelak menjadi orang yang hidupnya selalu te rancam bahaya, hidupnya dikelilingi oleh permusuhan, kekerasan, darah dan maut!

Kakek itu mengangguk-angguk

Sebagai seorang yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia kangouw, te ntu saja dia dapat merasakan kebenaran yang te rkandung dalam ucapan cucunya itu

Akan te tapi, cucuku yang baik

Justru karena dunia ini penuh kekerasan, penuh orang-orang jahat yang menggunakan kekerasan te rhadap orang lain untuk memaksakan kehendak mereka, maka kita perlu membekali diri dengan ilmu silat untuk membela diri sendiri dan untuk membela orang-orang le mah tertindas, untuk menentang kejahatan.

Kakek itu berhenti sebentar, lalu melanjutkan,

Apakah kalian ingin melihat putra kalian kelak menjadi seorang yang le mah dan menjadi korban penindasan orang-orang jahat?

Tidak, kong-kong

Justru karena tidak bis a silat maka dia akan hidup aman dan te nteram

Kami sudah mengalaminya sendiri

Semenjak kami berdua hidup sebagai petani di dusun kecil, kami tidak pernah mengalami kekerasan lagi

Orangorang yang hidup di dusun dan tidak mengenal ilmu silat, tidak pernah berkelahi, tidak pernah bermusuhan

Kami ingin anak kami kelak hidup berbahagia, tenteram dan aman.

Kakek itu menghela napas panjang,

Dia adalah anak kalian, tentu saja kalian yang paling berhak untuk menentukan

Akan te tapi, Siang Lee, ingatlah, Thian Ki satu-satunya pene rus keluarga Coa

Bagaimana kelak jadinya dengan He k-houwpang kalau tidak ada seorang she Coa yang melanjutkan

Bahkan engkau sendiri sepantasnya sekarang menggantikan sutemu untuk menjadi ketua Hek-houw-pang

Itu sudah menjadi hakmu, dan dalam hal ilmu silat, engkau le bih unggul darinya.

Aih, terima kasih, kong-kong

Akan tetapi, kami sudah mengambil keputusan untuk tidak lagi memasuki dunia persilatan

Kami hendak melupakan kehidupan yang lam pau, memulai dengan kehidupan baru yang bebas dari kekerasan dan ilmu silat.

Diam-diam kakek Coa Song merasa kecewa, akan tetapi dia tidak menyatakan hal ini

Sementara itu, selagi orang tuanya bercakapcakap dengan kakek buyutnya, Thian Ki diajak Cin Cin bermain-main di dalam taman yang cukup luas itu

Di tengah taman itu terdapat sebuah kolam ikan dan Cin Cin dengan bangga memperlihatkan ikan-ikannya yang beraneka warna di kolam itu

Setelah bosan melihat ikan, Cin-Cin lalu mengajak Thian Ki duduk di atas bangku yang dilindungi payon seperti payung bentuknya

Mereka segera jadi akrab sekali karena Cin Cin adalah seorang anak yang lincah je naka dan pandai bicara, pandai bergaul, beda dengan Thian Ki, yang biarpun juga cerdik sekali, namun Thian Ki lebih pendiam dibandingkan Cin Cin yang kalau bicara seperti air terjun yang tak kunjung putus

Thian Ki, mari kita latihan,

tiba-tiba Cin Cin berkata

Thian Ki memandang kawan barunya itu dengan heran

Latihan

Latihan apa?

Cin Cin tertawa

Aih, pakai tanya segala! Latihan apa lagi kalau bukan latihan silat

Kita adalah anak ahli silat, tentu saja aku mengajak latihan silat

Tentu engkau jauh le bih pandai daripadaku, karena aku dengar bahwa supek Coa Siang Lee dan supek-bo memiliki ilmu silat yang tinggi.

Thian Ki tersenyum dan menggeleng kepalanya

Aku tidak pernah belajar silat, Cin Cin.

Cin Cin memandang dengan sepasang matanya yang je rnih itu terbelalak le bar

Aih, tidak mungkin!

serunya heran

Thian Ki te rtawa

Apanya yang tidak mungkin

Ayah dan ibu tidak pernah mengajarkan ilmu silat kepadaku, dan akupun tidak suka mempelajarinya

Maka, sedikitpun aku tidak bisa bermain silat Cin Cin.

Tapi.....tapi.....mengapa?

Cin Cin tertegun heran, memandang kepada Thian Ki dengan sikap masih belum dapat percaya

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar