Keparat! Majulah kalau engkau berani melawan aku dan kalau engkau sudah bosan hidup!
Hong San menantang dengan muka merah
Hemm, biarpun engkau lihai sekali jangan dikira aku akan takut menghadapi maut di tanganmu!
Lie Koan Tek bangkit berdiri dan membusungkan dadanya
Pangeran Cian Bu Ong cepat melangkah maju menengahi
Ah, apa yang kalian lakukan ini
Kalian akan kubebaskan untuk membantuku, bukan untuk berkelahi dan saling bermusuhan sendiri! Apa gunanya aku membebaskan kalian, kalau hanya untuk melihat kalian saling bunuh?
Maafkan saya, Pangeran,
kata Lie Koan Tek yang segera melihat betapa tidak baiknya sikapnya tadi terhadap sang pangeran
Maaf,
kata pula Hong San yang tentu saja tidak ingin kalau Pangeran itu menjadi tidak suka kepadanya
Ketahuilah, aku sekeluarga dan para pengikut sedang hendak menyelamatkan diri keluar dari Po yang dan kalian kuminta membantu untuk melindungi
Kemudian kelak kalian membantuku menegakkan kembali kerajaan baru sebagai pengganti Kerajaan Sui yang telah jatuh
Dan selama kalian membantuku, kalian tidak boleh mementingkan perasaan dan urusan pribadi, harus mentaati semua perintahku
Sekarang tiba saatnya kalian berjanji
Kalau kalian mau taat, aku akan membebaskan kalian, kalau tidak mau, akupun akan meninggalkan kalian di s ini.
Lima orang itu serempak menyatakan janji mereka untuk menaati Pangeran Cian Bu Ong
Mereka maklum bahwa, jika mereka tidak dibebaskan oleh pangeran itu, tidak mungkin mereka melarikan diri atas usaha sendiri, karena mereka akan menghadapi ribuan orang prajurit penjaga, dan kalau mereka ditinggalkan di situ, mereka hanya akan menghadapi ancaman mati konyol
Tidak ada pilihan kecuali membantu pangeran ini
Lie Koan Tek sendiri menaruh harapan besar pada diri pangeran itu
Pemerintahan kaisar Kerajaan Sui yang lalu telah mendatangkan banyak kesengsaraan terhadap rakyat, bahkan Siauw-limsi juga diserbu dan dibakar karena Siauw-lim-si membela rakyat jelata
Dia mengharapkan kalau Pangeran Cian Bu Ong berhasll merebut tahta kerajaan, dia akan menjadi seorang kaisar yang baik budi dan memakmurkan kehidupan rakyat jelata
De mikianlah, lima orang hukuman yang lihai itu dibebaskan dengan mudah oleh Pangeran Cian Bu Ong dan mereka menjadi pengawal-pengawal keluarga pangeran itu yang melarikan diri dari Po yang
-ooo0dw0ooo-
Kongcu datang......!
Teriakan-teriakan gembira te rdengar dari para anggota Hek-houw-pang di gardu penjagaan pintu gerbang dusun Mo-kimcung
Biarpun sudah belasan tahun meninggalkan He k-houw-pang, namun para anggota He k-houwpang masih ingat kepada Siang Lee dan begitu Siang Lee muncul di depan pintu gerbang dusun, mereka menyambut dengan gembira sekali
Pemuda cucu ketua lama Hek houw-pang itu yang merupakan keturunan langsung dari keluarga Coa, meninggalkan He k-houw-pang karena urusan pribadi, karena kakeknya melarang dia menikah dengan pute ri Ban-tok Mo-li
Terhadap He k-houw pang Siang Lee tidak mempunyai kesalahan apapun, maka para anggota He k houw-pang masih memandangnya sebagal keluarga pimpinan mereka
Segera para murid He k-houw-pang merubung Siang Lee yang datang bersama isterinya, Sim Lan Ci dan pute ra mereka, Coa Thian Ki
Akan tetapi mendengar bahwa kakeknya, Coa Song, yang sudah tua sekali masih hidup, Siang Lee tidak mau berlama-lama bicara dengan para suheng dan sutenya, melainkan langsung saja mengajak anak isterinya berkunjung ke rumah induk perkumpulan itu, yang menjadi tempat tinggal ketua Hek-houw-pang
Karena pada waktu itu keadaan sedang tegang, para murid He k-houw-pang yang melakukan penjagaan ketat sehubngan dengan pesan dari komandan pasukan yang datang berkunjung, maka berita tentang kedatangan Coa Kongcu segera tersiar dengan cepat
Mendengar bahwa Coa Siang Lee pulang, ketua He k-houw-pang, Kam Seng Hin dan isterinya, Poa Liu Hwa segera keluar menyambut
Ketika Coa Siang Lee dengan isteri dan anaknya tiba di ruangan depan rumah keluarga Coa itu, dia disambut oleh Kam Seng Hin dan isterinya, juga anak mereka, Kam Cin
Beberapa orang murid He k-houw-pang yang tadi mengikuti tamu itu sudah membisikkan kepada Siang Lee bahwa ketua He k-houw-pang sekarang adalah murid Hekhouw-pang yang bernama Kam Seng Hin dan yang menikah dengan Poa Liu Hwa, cucu luar Coa Song atau adik misannya
Tentu saja dia mengenal keduanya dan dia merasa bergembira
Dia mengenal Kam Seng Hin sebagai sutenya (adik seperguruannya) yang gagah perkasa
Coa suheng (kakak seperguruan Coa)!
Kam Seng Hin dan isterinya menyambut dengan gembira sambil member hormat
Kam sute, engkau menjadi pangcu dari He khouw-pang sekarang
Dan engkau menjadi suami dari adikku Liu Hwa ini
Ah, aku girang sekali, sute
Perkenalkan, ini isteriku, dan ini anakku Coa Thian Ki.
Kam Seng Hin memberi hormat kepada Lan Ci dan menyebut
toa-so
(kakak ipar)
Liu Hwa juga menyambut Lan Ci dengan sikap ramah dan manis, lalu ia memperkenalkan pute ranya, Kam Cin
Ketika Kam Cin diperkenalkan dengan Thian Ki, dengan sikap ramah dan lincah Cin Cin, demikian panggilan akrabnya lalu memegang tangan Thian Ki
Mereka sebaya, sama-sama lima tahun usianya
Thian Ki, mari kita bermain di taman belakang
Kami mempunyai kolam ikan di sana dan kemarin seorang paman memberi sepasang ikan emas yang lucu bermata besar
Mari......!
Kam Cin....
panggil Siang Lee melihat betapa keponakannya itu sudah menarik Thian Ki diajak bermain-main
Cin-Cin berhenti dan memandang kepada Siang Lee dengan sikap tidak malu-malu
Supek (uwa guru), semua orang memanggilku Cin Cin, harap supek , pek-bo dan ju ga Thian Ki menyebut aku Cin Cin saja.
Siang Lee dan isterinya te rtawa
Kam Cin atau Cin Cin itu seorang anak yang mungil, tampan, tabah dan kelihatan cerdik sekali
Baiklah, Cin Cin, kuminta engkau jangan mengajak Thian Ki pergi bermain-main dulu
Dia harus lebih dulu kuperkenalkan kepada kakek buyutnya.
Ah, jangan khawatir, supek
Sekarang juga akan kuajak Thian Ki menghadap kakek buyut!
Setelah berkata demikian, Cin Cin sudah menarik tangan Thian Ki, berlari keluar dari ruangan itu
Melihat ini Siang Lee dan Lan Ci te rtawa, demikian pula ayah dan ibu Cin Cin
Cin Cin memang bandel dan manja sekali,
kata Liu Hwa
Baiknya dia tidak nakal,
sambung suaminya
Kulihat anak kalian itu cerdik dan lincah
Mari kita menghadap kongkon g (kakek) lebih dulu,
kata Siang Lee dan mereka berempat lalu pergi ke kamar kakek Coa Song yang berada di bagian belakang
Ketika mereka memasuki kamar yang besar itu, te rnyata dua orang anak itu sudah berada di situ, duduk di atas lantai dekat kedua kaki kakek Coa Song yang nampak gembira bukan main
Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci segera menjatuhkan diri berlutut menghadap kakek itu, diiringkan ole h Kam Seng Hin dan Poa Liu Hwa
Kong-kong......
kata Siang Lee dengan suara penuh keharuan
Dia tadi sudah mendengar sepintas dari Kam Sen Hin bahwa kakeknya seringkali menanyakan dirinya, dan nampaknya kakeknya sudah melupakan perte ntangan yang telah lampau
Melihat betapa kakeknya menarik Thian Ki dengan wajah gembira itu sudah membuktikan kebenaran keterangan Kam Seng Hin itu
Kong-kong......
Lan Ci juga memanggil dengan sikap hormat
Sejak tadi kakek Coa Song yang usianya sudah mendekati delapanpuluh tahun itu telah menyambut kemunculan cucunya itu dengan wajah cerah dan mata berseri
Siang Lee, engkau baru datang
Dan itu isterimu yang dulu
Aku sudah berkenalan dengan pute ra kalian, Thian Ki
Aku girang sekali kalian sehat-sehat saja dan masih ingat untuk pulang ke sini..........
Mendengar suara kakeknya yang agaknya menyesali sikapnya yang dahulu itu
Siang Lee segera mengalihkan percakapan
Kong-kong, saya merasa girang sekali melihat kong-kong masih sehat
Semoga Tuhan selalu memberkahi kongkong dengan panjang usia dan sehat selalu.
Sudah lama sekali aku merindukanmu, Siang Lee
Dan sekarang engkau datang bersama isterimu dan puteramu yang tampan gagah ini
Ah, betapa gembira hatiku
Seng Hin, suruh buatkan masakan dan minuman, kita adakan pesta keluarga untuk menyambut Siang Lee!
Kakek itu kelihatan gembira bukan main
Tak lama kemudian, Kam Seng Hin dan isterinya meninggalkan Siang Lee dan Lan Ci bertiga saja dengan kakek mereka, sedangkan Thian Ki sudah diajak pergi ke taman oleh Cin Cin
Kakek Coa Song menghujani Siang Lee dengan pertanyaan dan suami isteri itu menceritakan semua pengalaman mereka semenjak berpis ah dari kakek itu
Ketika mendengar pengakuan Siang Lee dan Lan Ci bahwa mereka tidak mengajarkan ilmu silat sama sekali kepada Thian Ki, kakek Coa Song mengerutkan alisnya tanda tidak setuju
Eh, kenapa begitu
Aku tahu bahwa ilmu silatmu sudah maju pesat, tentu sekarang tingkat kepandaianmu tidak ada yang dapat menandinginya di Hek-houw-pang ini
Juga isterimu memiliki kepandaian yang tinggi
Kenapa kalian tidak mengajarkan ilmu silat kepada putra kalian?
Kong-kong, kami berdua sudah mengalami cukup banyak kesengsaraan yang disebabkan oleh kehidupan sebagai ahli Silat
Betapa di dunia ini penuh degan permusuhan dendam mendendam yang menjadi bunga kehidupan di dunia persilatan
Tidak, kong-kong, kami tidak ingin melihat pute ra kami te rlibat dalam dunia yang penuh kekerasan itu
Kami tidak sanggup membayangkan dia kelak menjadi orang yang hidupnya selalu te rancam bahaya, hidupnya dikelilingi oleh permusuhan, kekerasan, darah dan maut!
Kakek itu mengangguk-angguk
Sebagai seorang yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia kangouw, te ntu saja dia dapat merasakan kebenaran yang te rkandung dalam ucapan cucunya itu
Akan te tapi, cucuku yang baik
Justru karena dunia ini penuh kekerasan, penuh orang-orang jahat yang menggunakan kekerasan te rhadap orang lain untuk memaksakan kehendak mereka, maka kita perlu membekali diri dengan ilmu silat untuk membela diri sendiri dan untuk membela orang-orang le mah tertindas, untuk menentang kejahatan.
Kakek itu berhenti sebentar, lalu melanjutkan,
Apakah kalian ingin melihat putra kalian kelak menjadi seorang yang le mah dan menjadi korban penindasan orang-orang jahat?
Tidak, kong-kong
Justru karena tidak bis a silat maka dia akan hidup aman dan te nteram
Kami sudah mengalaminya sendiri
Semenjak kami berdua hidup sebagai petani di dusun kecil, kami tidak pernah mengalami kekerasan lagi
Orangorang yang hidup di dusun dan tidak mengenal ilmu silat, tidak pernah berkelahi, tidak pernah bermusuhan
Kami ingin anak kami kelak hidup berbahagia, tenteram dan aman.
Kakek itu menghela napas panjang,
Dia adalah anak kalian, tentu saja kalian yang paling berhak untuk menentukan
Akan te tapi, Siang Lee, ingatlah, Thian Ki satu-satunya pene rus keluarga Coa
Bagaimana kelak jadinya dengan He k-houwpang kalau tidak ada seorang she Coa yang melanjutkan
Bahkan engkau sendiri sepantasnya sekarang menggantikan sutemu untuk menjadi ketua Hek-houw-pang
Itu sudah menjadi hakmu, dan dalam hal ilmu silat, engkau le bih unggul darinya.
Aih, terima kasih, kong-kong
Akan tetapi, kami sudah mengambil keputusan untuk tidak lagi memasuki dunia persilatan
Kami hendak melupakan kehidupan yang lam pau, memulai dengan kehidupan baru yang bebas dari kekerasan dan ilmu silat.
Diam-diam kakek Coa Song merasa kecewa, akan tetapi dia tidak menyatakan hal ini
Sementara itu, selagi orang tuanya bercakapcakap dengan kakek buyutnya, Thian Ki diajak Cin Cin bermain-main di dalam taman yang cukup luas itu
Di tengah taman itu terdapat sebuah kolam ikan dan Cin Cin dengan bangga memperlihatkan ikan-ikannya yang beraneka warna di kolam itu
Setelah bosan melihat ikan, Cin-Cin lalu mengajak Thian Ki duduk di atas bangku yang dilindungi payon seperti payung bentuknya
Mereka segera jadi akrab sekali karena Cin Cin adalah seorang anak yang lincah je naka dan pandai bicara, pandai bergaul, beda dengan Thian Ki, yang biarpun juga cerdik sekali, namun Thian Ki lebih pendiam dibandingkan Cin Cin yang kalau bicara seperti air terjun yang tak kunjung putus
Thian Ki, mari kita latihan,
tiba-tiba Cin Cin berkata
Thian Ki memandang kawan barunya itu dengan heran
Latihan
Latihan apa?
Cin Cin tertawa
Aih, pakai tanya segala! Latihan apa lagi kalau bukan latihan silat
Kita adalah anak ahli silat, tentu saja aku mengajak latihan silat
Tentu engkau jauh le bih pandai daripadaku, karena aku dengar bahwa supek Coa Siang Lee dan supek-bo memiliki ilmu silat yang tinggi.
Thian Ki tersenyum dan menggeleng kepalanya
Aku tidak pernah belajar silat, Cin Cin.
Cin Cin memandang dengan sepasang matanya yang je rnih itu terbelalak le bar
Aih, tidak mungkin!
serunya heran
Thian Ki te rtawa
Apanya yang tidak mungkin
Ayah dan ibu tidak pernah mengajarkan ilmu silat kepadaku, dan akupun tidak suka mempelajarinya
Maka, sedikitpun aku tidak bisa bermain silat Cin Cin.
Tapi.....tapi.....mengapa?
Cin Cin tertegun heran, memandang kepada Thian Ki dengan sikap masih belum dapat percaya