Naga Beracun Bab 036


Maafkan saya kalau mengganggu, nona

Bolehkah saya bicara sebentar?

Bi Lan adalah seorang gadis kangouw yang tidak pemalu seperti gadis pingitan

Ia sudah berpengalaman dan tabah, maka biarpun ada laki-laki yang tidak dikenalnya mendekat dan mengajak bicara, ia sama sekali tidak merasa sungkan atau kehilangan akal

Ia mengangguk

Silakan, apa yang akan dibicarakan?

tanyanya

Ji-ciangkun merasa mendapat hati

Iapun melihat sepasang pedang yang berada di atas meja, dan dia menduga bahwa dia berhadapan dengan wanita kangouw

Hal ini akan le bih memudahkan, jauh lebih mudah daripada kalau berhadapan dengan wanita yang pemalu

Maka, dia lalu duduk di depan Bi Lan, terhalang meja

Perkenalkan, nona

Nama saya Ji Kun

Saya pembantu dari panglima yang duduk di sana itu

Beliau adalah Su-tai-ciangkun yang berkedudukan tinggi di kota raja, kaya raya dan bangsawan besar

Yang bermuka hitam itu adalah rekan saya, Luciangkun

Kami bertiga bertugas ke luar kota raja dan sekarang menjadi tamu-tamu kehormatan dari kepala daerah di Peng-lu ini.

Kerut di antara kedua alis Bi Lan semakin dalam

Biarpun suaranya halus, namun mengandung te guran

Ji-ciangkun, apa artinya semua ini

Mengapa ciang-kun menceritakan semua itu kepadaku

Semua itu tidak ada hubungannya sedikitpun dengan aku

Katakan, apa maksud ciangkun menghampiriku dan bicara denganku

Apa yang perlu dibicarakan?

Sikap te gas ini, walaupun dikeluarkan dengan suara le mbut, membuat Ji-ciangkun agak gugup juga

Tadinya dia mengira bahwa wanita yang dihadapi nya akan bersikap dua macam, pertama, menerimanya dengan malu-malu kucing dan kedua dengan keras menolak

Akan tetapi wanita ini demikian tenang dan tegas, sama sekali tidak merasa rendah diri walaupun berhadapan dengan seorang perwira tinggi!

Maaf, nona

Bolehkah kami mengetahui nama nona yang terhormat?

Pertanyaan itu tidak pada te mpatnya

Seorang laki-laki asing menanyakan nama gadis yang baru dijumpainya dan yang tidak dikenalnya

Akan tetapi karena pertanyaan itu diajukan dengan katakata yang sopan, dan karena Bi Lan tidak begitu te rikat oleh sopan santun palsu, maka hal ini tidak menyinggung hatinya dan dengan tenang iapun memperkenalkan diri, apalagi mengingat bahwa orang itu te lah memperkenalkan diri, bahkan juga nama dua orang te mannya

Namaku Kwa Bi Lan

Kenapa ciangkun ingin tahu namaku?

Ji-ciangkun te rsenyum le bar

Nona Kwa, bukankah sudah jamak kalau orang-orang yang saling berkenalan saling bertanya nama

Terus te rang saja, nona, aku diutus oleh atasanku, yaitu Su ciangkun yang duduk di sana itu bahwa beliau amat kagum kepadamu

Beliau ingin sekali berkenalan dan kalau nona tidak berkeberatan, nona dipersilakan datang dan duduk semeja dengan beliau, atau beliau yang akan datang ke sini.'' Bi Lan sudah merasa betapa dadanya mekar dan panas

Dengan cara yang sopan bagaimanapun juga, jelas bahwa undangan itu bermaksud mes um

Mukanya mulai merah dan alisnya berkerut

Melihat gelagat ini, Ji-ciangkun yang cukup berpengalaman segera melanjutkan katakatanya

Harap nona jangan salah mengerti

Atasan kami itu, Su-ciangkun, selain menjadi panglima tinggi yang berkedudukan tinggi dan berkuasa besar, juga merupakan seorang jagoan istana, seorang ahli silat yang suka sekali berkenalan dengan orang-orang kang-ou w yang berilmu tinggi

Maka, melihat nona tadi masuk sambil membawa siangkiam (s epasang pedang), beliau sudah te rtarik sekali dan ingin berbincang-bincang dengan nona mengenai dunia kangouw dan ilmu silat, terutama ilmu pedang karena beliau juga ahli silat pedang.

Memang cerdik sekali Ji-ciangkun itu

De ngan ucapan seperti itu, tentu saja tidak ada alas an berniat kurang ajar, melainkan seorang ahli silat yang te rtarik kepadanya karena ia membawa pedang, bukan laki-laki kurang ajar te rtarik kepada kecantikan wanita dan berniat mesum!

Ah, begitukah

Su-ciangkun te rlalu merendahkan diri

Aku hanya orang yang pernah belajar sedikit ilmu pedang, tidak ada apa-apa yang patut dibicarakan.

Tapi, Kwa-lihiap (pendekar wanita Kwa)

Kuharap li-hiap tidak menolak undangan Su-tai ciangkun, karena menolak berarti memandang rendah kepada beliau

Kalau lihiap merasa sungkan, biarlah kami yang datang ke meja li-hiap

Berse diakah lihiap menerima kunjungan Su-taiciangkun ke sini?

Bi Lan te rsudut dan tidak mampu menolak lagi

Pula, timbul keinginan hatinya untuk mengetahui, apa yang akan dikatakan seorang panglima besar kepadanya! Ia mengangguk dan berkata lirih,

Silakan!

Dan iapun duduk memangku Lan Lan yang bermain-main dengan sepasang sumpit bersih

Ji-ciangkun menghampiri atasannya dengan wajah berse ri, lalu berbisik lirih

Kwa-lihiap sudah setuju untuk menerima paduka di mejanya

Silakan, tai ciangkun!

Su-ciangkun girang bukan main

Dia menggunakan tangan kirinya untuk mengusap bibir, kumis dan je nggot agar nampak bersih, lalu menggosok-gosok kedua tangan

Dari ucapan pembantunya tadi saja dia tahu bahwa gadis yang amat menarik hatinya itu adalah seorang wanita kangouw, maka disebut lihiap oleh Ji-ciangkun.! Dia bangkit dan menghampiri meja Bi Lan di sudut, diikuti oleh kedua orang pembantunya

Su-ciangkun yang sudah berpengalaman itu mengangkat kedua tangan di dada sebagai penghormatan

Kwa-lihiap maafkan kalau kami mengganggu.

Su-ciangkun, silakan duduk dan jangan menyebut lihiap kepadaku karena aku belum tepat untuk dis ebut pendekar.

Aih, lihiap merendahkan diri

Dari gerak-gerik lihiap saja aku sudah dapat menduga bahwa lihiap te ntu lihai sekali memainkan siang-kiam ini.

Dia duduk dan menunjuk ke arah sepasang pedang di atas meja

Siang-kiam ini hanya untuk penjagaan kalaukalau di te ngah perjalanan aku berte mu dengan srigala atau harimau yang ganas, ciangkun.

Kalau bole h aku mengetahui, lihiap dari perguruan manakah

Dan siapakah gurumu?

Suciangkun pura-pura bicara te ntang ilmu silat, padahal di dalam hatinya dia tentu saja memandang rendah kepandaian seorang muda seperti Bi Lan yang usianya baru duapuluh tahun le bih itu, dan dia mendapatkan kesempatan untuk mengagumi kecantikan dan kemontokan tubuh wanita itu tanpa mendatangkan kesan kurang ajar

Sebetulnya, Bi Lan tidak suka bicara te ntang dirinya, dan dia tidak suka pula berbincangbincang dengan perwira yang tidak dikenalnya ini

Akan te tapi karena tiga orang itu bersikap sopan, apalagi mereka bicara sebagai orang-orang dari dunia persilatan, ia merasa tidak enak juga kalau tidak menanggapi

Terle bih lagi, ia tidak suka menyebut nama mendiang gurunya yang juga suaminya, maka dengan sederhana dan sambil lalu iapun menjawab,

Aku pernah mempelajari sedikit ilmu silat dari seorang murid Siauw lim-pai......

Ah, kiranya seorang murid Siauw-lim pai yang gagah!

Su-ciangkun berseru, pura-pura kaget dan diapun bangkit berdiri,

Maafkan kalau kami bersikap kurang hormat, Kwa-lihiap.!

Bi Lan juga bergegas membalas penghormatan itu

Su-ciangkun terlalu memuji

Aku hanya murid tingkat rendahan saja, mana bisa disamakan dengan ahli-ahli silat yang lihai dari Siauw-lim pai?

Harap Kwa-lihiap tidak terlalu merendah, dan tidak pula terlalu pelit untuk memberi petunjuk te ntang ilmu pedang kepadaku

Kupersilakan lihiap untuk singgah di te mpat kediaman kami dan memberi petunjuk ilmu pedang, dan untuk itu sebelumnya aku menghaturkan banyak te rima kasih.

Bi Lan te rkejut

Orang ini te rlalu jauh melangkah, pikirnya

Tapi aku..

aku dan......anakku ini ingin beristirahat, besok pagi akan melanjutkan perjalanan......

Kami jemput dan antar dengan kereta, lihiap

Jangan khawatir, karena beliau ini tamu kehormatan dari kepala daerah,

kata Ji-ciangkun membujuk

Kwa-lihiap tentu tidak akan te ga menolak ajakan Su-tai-ciangkun, mengingat bahwa kita sama-sama dari dunia persilatan yang selalu menghargai orang lain yang ingin menguji ilmu silat.

Lu-ciangkun ikut pula membujuk

Bi Lan.menjadi serba salah

Melihat keraguan wanita itu, Su-ciangkun lalu membujuk lagi,

Nona........eh, nyonya tidak perlu ragu-ragu

Kami mengundang lihiap dengan hormat, pula, lihiap berkunjung ke te mpat kami bersama puteri lihiap yang mungil ini

Bagi kita orang-orang kangouw, hal ini sudah wajar, bukan?

Ji-ciangkun sudah berlari keluar mempersiapkan kereta dan akhirnya Bi Lan tidak dapat menolak lagi

Bagaimanapun juga, perwira itu mengundang dengan sikap hormat, dan iapun tidak takut

Mereka ini bukan perampok, bukan penjahat, melainkan orang-orang berpangkat, orang-orang bangsawan yang te rhormat

Tidak mungkin mereka akan melakukan hal-hal yang tidak patut

Baiklah, akan tetapi sebentar saja, hanya untuk menguji ilmu pedang sebentar, karena aku harus segera kenbali ke kamar hotel untuk menidurkan anakku,

katanya dan iapun memondong Lan Lan, membawa pedang dan mengikuti Su-ciangkun dan dua orang pembantunya keluar dari rumah makan, naik ke kereta yang sudah disiapkan di depan, lalu pergi ke rumah kepala daerah

Makin le ga rasa hati Bi Lan ketika melihat betapa di rumah kepala daerah kota Peng-lu, Suciangkun dan dua oran g pembantunya benar-benar disambut dengan segala kehormatan

Dan sebagai tamu agung, agaknya Su-ciangkun tidak begitu mengindahkan kepala daerah yang menyambutnya dengan tubuh membungkuk- bungkuk! Bahkan Suciangkun menyatakan bahwa dia tidak ingin diganggu karena dia hendak menjamu tamunya, yaitu Kwa lihiap! Langsung saja Su-ciangkun bersama dua orang pembantunya memasuki bangunan sebelah kanan yang memang dikosongkan dan disediakan untuk tamu-tamu agung itu

Ketika Su-ciangkun memerintahkan pelayan untuk mengeluarkan hidangan, Bi Lan mengerutkan alisnya dan menolak halus

Ciangkun sendiri melihat bahwa aku dan anakku baru saja makan di rumah makan itu, bagaimana mungkin kami dapat menerima hidangan makanan lagi?

Bukan hidangan makanan berat, lihiap, hanya makanan ringan dan terutama sekali anggur yang sedap dan le zat

Kepala daerah kota ini menyimpan anggur yang sudah tua dan enak sekali,

kata Suciangkun dan Bi Lan tidak membantah lagi

Ia tidak begitu suka minum arak, akan te tapi kalau anggur itu tidak terlalu keras, boleh juga ia minum beberapa cawan

Ji-ciangkun dan Lu ciangkun menyuruh pelayan menyingkirkan meja kursi di ruangan belakang yang luas itu, karena te mpat itu akan dijadikan te mpat mengadu ilmu pedang

Ketika anggur dikeluarkan, benar saja anggur itu manis dan tidak te rlalu keras, namun halus dan tidak mencekik le her

Bi Lan membatasi diri, hanya minum dua cawan

Sudah cukup, ciangkun

Sebaiknya mari kita cepat menguji ilmu pedang karena sungguh aku tidak dapat berlama-lama di sini

Anakku sudah kelihatan mengantuk.

Bi Lan memandang Lan Lan yang ia dudukkan di bangku panjang

Anak itu bermain-main dengan sebuah boneka pute ri yang dipakai sebagai hiasan di ruangan itu

Su-ciangkun te rtawa

Ha-ha, lihiap tergesa-gesa saja

Dan sungguh mati, lihiap, tadinya kami tidak mengira sama sekali bahwa anak yang manis ini adalah pute ri lihiap

Agaknya.....maaf lihiap belum cocok untuk menjadi seorang ibu

Sekali lagi maaf......

Ucapan itu agak melanggar susila, akan tetapi karena berkali-kali perwira itu minta maaf, maka Bi Lan te rsenyum

Tidak apa, ciangkun

Mari kita mulai

Lan Lan, kau duduk dulu di sini, ya

Ibu ingin latihan sebentar.

Lan Lan yang sudah mengantuk itu mengangkat muka memandang ibunya, lalu bertanya,

Ibu akan berlatih pedang?

Lan Lan sudah biasa melihat orang bersilat, dan ia paling senang kalau ayah atau ibunya berlatih silat pedang

Ha-ha-ha, ibunya pendekar wanita, anaknya yang masih sekecil ini sudah mengerti ilmu pedang

Tentu kepandaian lihiap hebat sekali!

Suciangkun memuji, walaupun dalam hatinya tetap memandang rendah

Semua ini dia lakukan hanya untuk beramah-tamah dan basa-basi saja, karena pada dasarnya, yang dia inginkan adalah tidur dengan wanita muda itu! Bi Lan yang tidak ingin berlama-lama di te mpat itu, sudah meloncat ke tengah ruangan yang te lah dibersihkan itu, menjura ke arah tuan rumah dan berkata,

Marilah, ciangkun, kita berlatih sebentar seperti yang ciangkun kehe ndaki agar aku tidak kemalaman membawa anakku ke rumah penginapan.

Me ngapa lihiap tergesa-gesa

Bermalam di sinipun ada te mpatnya, bahkan lebih bersih dan nyaman dibandingkan rumah penginapan

Akan tetapi baiklah, aku ingin sekali mendapat petunjuk ilmu pedang darimu.

Setelah berkata demikian, sekali menggerakkan tubuh, Su-ciangkun te lah meloncat dan berada di depan wanita itu

Ge rakannya cukup lincah, tanda bahwa dia memiliki ginkang (ilmu meringankan tubuh) yang cukup baik

Tanpa basa-basi lagi, Bi Lan mencabut s epasang pedangnya dan melihat cara wanita itu mencabut pedang saja tahulah Su-ciangkun bahwa wanita itu menggunakan pedang bukan sekedar untuk pamer

Memang cara mencabut pedang itu saja sudah menunjukkan keahlian

Maka diapun mencabut pedangnya yang berkilauan karena pedang itu adalah pemberian kaisar, merupakan sebatang pedang yang te rbuat dari baja yang baik sekali

Silakan, ciangkun.

Aku adalah tuan rumah dan engkau tamuku, lihiap

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar