Ceritakanlah.
Aku tidak berani mengabari suhu, tidak berani mengundangnya, karena aku merasa bersalah kepada suhu
Dahulu, ketika aku bersama Giok Cu berkunjung ke te mpat kediaman suhu, dan bahkan berte mu dengan engkau di sana, ketika itu suhu bicara empat mata denganku dan suhu dalam kesempatan itu telah menjodohkan aku dengan engkau, sumoi
Dia berpesan agar kelak aku berjodoh denganmu
Nah, karena aku saling mencinta dengan Bu Giok Cu dan kemudian atas usul guru kami masing-masing, yaitu Hok-bin Hwesio dan Pek I Tojin, kami menikah dan teringat akan pesan suhu Liu Bhok Ki, aku merasa sungkan dan tidak berani memberi kabar
Aku telah bicara terus te rang, sumoi.
Bi Lan tidak heran mendengar keterangan itu, te ntu saja ia sudah tahu semuanya dan dapat menduganya
Ia tidak merasa sakit hati karena ia ditolak oleh suhengnya yang mencinta gadis lain
Ia sendiripun mencinta pria lain, yaitu gurunya sendiri
Yang membuat ia menyesal adalah karena ulah suhengnya, maka gurunya yang juga suaminya itu menderita tekanan bathin sampai sakit-sakitan dan meninggal dunia dalam keadaan berduka
Bagus sekali, engkau te lah berterus te rang, suheng
Nah, akupun hendak bercerita sejujurnya kepadamu
Seperti kukatakan tadi, suhu telah mendengar pernikahanmu dengan enci Giok Cu tanpa mengundangnya, dan sejak itu, suhu sakitsakitan karena merasa penasaran, menyesal dan berduka
Aku tahu akan semua itu karena suhu berte rus terang kepadaku
Suhu marah dan menyesal, suhu merasa sakit hati kepadamu, suheng!
Aih, suhu, teecu memang berdosa besar
Sumoi, tolonglah, kalau e ngkau pulang dan berte mu suhu, mintakan ampun adanya untukku ...
ah, tidak, aku sendiri yang akan ke sana
Aku harus cepat pergi menghadap suhu dengan is teri dan anakku untuk mohon ampun.
Tidak ada gunanya, suheng
Lebih baik suheng mendengarkan kelanjutan ceritaku
Melihat suhu demikian menderita, hatiku hancur dan aku merasa amat kasihan kepada suhu
Suhu telah kehilangan segalanya, demikian pula aku
Kami berdua tidak memiliki apa-apa lagi, tidak ada lagi seorangpun di dunia ini yang menyayangi kami
Timbul perasaan kasihan dan sayang dalam hatiku, dan akupun mengambil keputusan untuk menyerahkan diriku, hidupku, segalanya, untuk membahagiakan hati suhu
Dengan suka rela, bahkan dengan desakanku, kami menikah menjadi suami iste ri.....
Suami isteri itu s aling pandang nampak te rkejut bukan main
Sungguh suatu pengorbanan yang besar......
kata Giok Cu lirih
Sumoi, betapa mulia hatimu
Engkau begitu berbakti kepada suhu, sedang aku ...
Tidak ada pengorbanan! Tidak ada kemuliaan hati dan kebaktian
Aku menikah dengan suhu karena memang aku cinta kepadanya, dan dia cinta padaku
Kami menjadi suami isteri karena kami saling mencintai.!
Bi Lan berkata dengan suara nyaring, setengah membentak sehingga mengejutkan suami isteri itu
Kalau begitu, biarlah kami mengucapkan selamat kepadamu atas pernikahan dengan suhu...!
Tunda dulu ucapan selamat itu sampai aku selesai menceritakan keadaan suhumu, suheng
Biarpun kami sudah menikah dan aku berusaha sekuat tenaga untuk menghiburnya dan mengusir kedukaan suamiku, akan tetapi usahaku sia-sia belaka
Guru dan suamiku itu masih tak mampu melupakanmu, dan sakit hatinya tak pernah mereda
Api sakit hati membakarnya, membuat dia sakit-sakitan dan akhirnya, dia tak kuat bertahan lagi setelah berbulan-bulan rebah dan menderlta sakit lahir batin, suamiku itu meninggal dunia........
Ahh.....!
Giok Cu mengeluh.
Suhuuu.....!
Han Beng menutupi muka dengan kedua tangan dan dia te risak, tubuhnya te rguncang dan dari celah-celah jari tangannya mengalir keluar air matanya
Aih, suhu, teecu berdosa besar kepada suhu..........teecu .
.berdosa besar................
Sebuah tangan dengan lembut menyentuh pundak Han Beng
Sudahlah, semua itu telah le wat, gurumu te lah tiada
Tidak ada gunanya disesali dan ditangisi
Kelak engkau dapat saja pergi mengunjungi makam gurumu dan mohon ampun di depan makamnya kalau engkau merasa bersalah kepadanya.
Hiburan dari isterinya ini menyadarkan Han Beng dan diapun menghapus air matanya
Dengan dua mata merah dia memandang kepada Bi Lan dan melihat wanita muda itupun kini menunduk, tidak mengeluarkan suara tangisan, akan tetapi kedua pundak bergoyang dan air mata menetesnetes turun dari kedua pipinya
Aku ...
aku dapat merasakan penderitaanmu, aku ikut berduka cita ...sumoi ...
ataukah subo (ibu guru)...
kata Han Beng dengan terharu
Bi Lan menghapus air matanya dan menggeleng kepala, masih menunduk
Aku bukan apa-apamu lagi, bukan apa-apa
Bukan tunangan karena engkau sudah memilih wanita lain
Bukan sumoi karena telah menikah dengan guru kita
Bukan pula subo karena suamiku te lah tiada
Aku........aku hanya seorang yang sebatangkara, tidak mempunyai apa-apa dan siapa-siapa lagi.
Giok Cu merasa kasihan sekali
Sungguh buruk nasibmu, sungguh kasihan sekali engkau, adik Bi Lan Aku tahu bagaimana perasaanmu
Kalau saja kami dapat melakukan sesuatu untukmu
Katakan saja, apa yang dapat kami lakukan untuk membantumu, mengurangi penderitaanmu?
Bi Lan menggele ng kepala
Terima kasih, tidak ada yang dapat kalian lakukan untukku
Biarkan aku sendiri
Di dunia ini, tidak ada lagi orang yang dapat kucinta atau mencintaku, tidak ada siapasiapa lagi
Aku hanya menanti datangnya saat aku menyusul suamiku
Dialah satu-satunya orang yang mencintaiku........
Setelah berkata demikian, Bi Lan bangkit dari duduknya, kemudian tanpa pamit lagi ia melangkah keluar dari ruangan itu, te rus menuju keluar rumah
Han Beng hendak mengejar, akan tetapi le ngannya dipegang is terinya
Dia menoleh dan memandang is te rinya
Giok Cu menggele ng kepala perlahan dan berbisik,
I a benar
Tidak dapat kita melakukan apapun untuknya
Biar kan ia sendiri......
Han Beng memejamkan matanya
Suhuuu ..!
keluhnya dan dia te ntu roboh kalau saja tidak cepat dirangkul oleh isterinya dan dia kembali menangis di pundak isterinya
Malam itu, Han Beng dan Giok Cu tidak dapat tidur
Hal ini te rutama sekali karena Han Beng te nggelam dalam duka dan penyesalan, dan akhirnya baru Han Beng te rhibur ketika isterinya menyetujui untuk mereka berdua bersama anak mereka pergi mengunjungi makam Si Rajawali Sakti, di mana Han Beng ingin bersembahyang bersama anak isterinya dan mohon ampun kepada guru pertamanya itu
Mereka akan berangkat tiga hari lagi dan pada keesokan harinya, mereka telah membuat persiapan
Karena waktu itu sedang musim panen, maka suami isteri itu hendak menyelesaikan dulu sisa panenan yang tinggal satu dua hari lagi, baru mereka akan berangkat
Pada keesokan harinya, sejak pagi Han Beng dan Giok Cu sudah pergi meninggalkan rumah, pergi ke sawah untuk mengepalai dan mengatur mereka yang membantu panen
Seperti biasa, Siong Ki setelah bekerja pagi, lalu mengasuh Hong Lan bermain-main di taman
Keadaan sunyi di taman
Semua orang dewasa pergi ke s awah ladang karena musim panen
Siong Ki menurunkan Hong Lan duduk di atas rumput, dan dia sendiri duduk di dekat anak itu sambil menganyam rumput, membuatkan mainan untuk sumoinya
Ketika Kwa Bi Lan muncul seperti kemarin, diapun tidak terkejut dan tidak merasa heran lagi
Dari suhunya dia mendengar bahwa wanita muda yang cantik itu memang sahabat gurunya yang datang berkunjung
Dia bahkan te rsenyum dan memberi hormat
Selamat pagi, enci.
Akan te tapi Bi Lan tidak memperdulikan Siong Ki
I a menghampiri Hong Lan dan mengelus kepala anak itu dengan lembut dan mesra, dan pandang matanya yang ditujukan mengamati wajah anak perempuan itu penuh rasa kagum dan sayang
Suaranyapun te rdengar halus ketika ia bertanya,
Anak manis, siapakah namamu?
Semua anak kecil mempunyai kepekaan yang tidak lagi dipunyai orang dewasa
Kepekaan atau naluri ini adalah pembawaan jiwa yang masih belum terselubung nafsu
Pada saat dilahirkan, anak manusia memiliki naluri ini, memiliki kepekaan karena jiwanya masih murni, bagaikan sinar pelita yang belum terselubung kotoran sehingga masih memancar keluar melalui panca indranya
Kelak, kalau anak itu sudah mulai mempergunakan hati dan akal pikirannya, dan nafsu yang menjadi alat kebutuhan jasmaninya mulai mengambil alih kekuasaan atas diri manusia, maka kepekaan itu pudar
Sinar pelita dari jiwa te rtutup nafsu dan orang hidup le bih mengandalkan hati akal pikirannya yang bergelimang nafsu menciptakan segala macam dosa dan kekacauan dalam kehidupan ini
Makin pandai orang mempergunakan hati akal pikirannya, semakin keruh keadaan dunia, karena manusia dikendalikan nafsu yang sifatnya hanya mengejar kesenangan diri pribadi, sehingga te rjadilah tumbukan-tumbukan dan tabrakan kepentingan yang menimbulkan pertikaian, permusuhan, bahkan perang! Pada saat membelai dan bicara kepada Hong Lan, maka anak itupun memandang kepada Bi Lan sambil tersenyum cerah menjawab dengan suaranya yang nyaring dan lucu
Namaku Si Hong Lan, bibi.
Nama yang bagus, cocok dengan wajahmu yang manis
Hong Lan, mari kupondong dan kuberi mainan yang indah.
Hong Lan tidak membantah ketika digendong
Mainan apa, bibi?
Nanti kupetikkan bunga merah, kutangkapkan kupu-kupu kuning.
Bibi baik, bibi baik sekali, suheng
Hong Lan bersorak, akan tetapi Siong Ki mengerutkan alisnya
Dia belum mengenal benar siapa wanita cantik itu, karena merasa khawatir kalau Hong Lan diajak pergi bermain-main
Maaf, bibi
Sumoi Hong Lan belum kuberi sarapan pagi
Mari, sumoi, kita makan dulu ...
Siong Ki menjulurkan kedua tangannya untuk mengambil sumoinya dari pondongan Bi Lan
Akan tetapi sekali Bi Lan menggerakkan tangan kirinya menotok
Siong Ki tak mampu bergerak dalam posisi berdiri dengan kedua tangan terjulur
Bi Lan lalu berjongkok, tangan kiri memondong Hong Lan, dan tangan kanan dengan jari te lunjuk terjulur mencoret-coret di atas tanah di depan Siong Ki
Kemudian, sambil memondong Hong Lan, ia berkelebat lenyap dari tempat itu, meninggalkan Siong Ki yang masih berdiri kaku seperti arca! Tak lama kemudian, seorang pelayan keluar dan dia te rheran-heran melihat Siong Ki yang berdiri dengan tangan terjulur seperti patung, tak bergerak-gerak
Eh, engkau kenapa ?
tanyanya
Siong Ki tidak mampu menengok, akan tetapi dia masih dapat bicara walaupun, dengan kaku dan sukar,
Cepat ...
beritahu suhu ...
cepat...
sumoi diculik orang...
Sebagai pelayan suami isteri pendekar, pelayan itupun sudah tanggap dan dia segera lari mencari majikannya yang sedang sibuk mengatur orangorang yang sedang panen
Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Si Han Beng dan Bu Giok Cu ketika mendengar laporan pelayan itu bahwa Siong Ki berdiri seperti patung tak mampu bergerak dan mengatakan bahwa Hong Lan diculik orang
Mereka lalu berlari cepat, seperti berlomba pulang ke rumah
Semua petani terkejut dan kagum bukan main melihat suami isteri yang mereka kenal sebagai sepasang pendekar namun yang tak pernah mereka lihat kepandaiannya itu, kini berlari seperti terbang saja meninggalkan sawah
Baru sekarang mereka menyaksikan suami isteri itu memperlihatkan kepandaiannya yang luar biasa
Suami isteri itu tiba di pekarangan rumah mereka dan setelah Han Beng membebaskan totokan yang membuat muridnya tak mampu bergerak, Siong Ki cepat menunjuk ke bawah, di depannya
I a meninggalkan tulisan di situ.....
Han Beng dan Giok Cu cepat membaca tulisan itu
Huruf-hurufnya je las karena jari yang mencoret-coret di atas tanah itu menggunakan te naga sin-kang, sehingga tanah itu seperti dicoret dengan pensil baja saja
Suheng Si Han Beng
Engkau t el ah membuat aku berpis ah selamanya d ari orang yang kucinta
Aku akan membuat engkau berpis ah sementar a d ari anak y ang kau sayang
Aku b erhak menyayang d an disayang
Aku s ayang Hong Lan d an ingin menikmati hidup bers amanya
Setel ah beberapa tahun, aku akan mengembalikannya kepad amu
Suheng, jangan kejar kami, karena terpaks a aku akan membunuh Hong Lan, lalu membunuh diri sendiri, Kwa Bi Lan
Aih, anakku........!
Giok Cu menjadi pucat wajahnya setelah selesai membaca coretan tulisan di tanah itu
Aku harus mengejar iblis betina itu
..!