Naga Beracun Bab 031

Tak lama kemudian wanita perkasa ini sudah menyelinap di balik pohon dan mengintai ke arah dua orang anak yang sedang berada di kebun samping

Seorang anak laki-laki berusia enam tahun sedang mengasuh seorang anak perempuan yang usianya baru dua tahun le bih

Anak laki-laki itu tampan dan bertubuh tinggi te gap

Sedangkan anak perempuan itu, yang masih kecil, kelihatan lincah mungil dan manis sekali

Anak laki-laki itu patut menjadi putera Si Han Beng, pikir Bi Lan sambil mengenang kembali wajah bekas tunangan yang kini dibencinya itu

Akan te tapi tidak mungkin, bantahnya

Si Han Beng menikah dengan gadis lain belum ada empat tahun dan anak laki-laki itu sedikitnya berusia enam tahun

Kalau anak perempuan itu lebih pantas menjadi anak Si Han Beng

Dua orang anak itu memang The Siong Ki dan Si Hong Lan

Seperti kita ketahui, Siong Ki berhasil tiba di te mpat tinggal pendekar sakti Si Han Beng dan dite rima menjadi murid pendekar itu

Siong Ki pandai membawa diri, pandai menyenangkan hati keluarga Si, bahkan dengan sabar dia mengasuh Si Hong Lan pute ri gurunya

Diapun rajin bekerja, membersihkan rumah dan pekarangan dan melakukan segala macam pekerjaan membantu para pelayan sehingga para pelayanpun suka kepadanya

Melihat kegiatan pemuda cilik ini, timbul perasaan suka pula di hati Si Han Beng dan diapun mulai melatih Siong Ki dengan dasar-dasar ilmu silat

Pagi hari itu, setelah selesai menyapu pekarangan dan mengisi semua bak dengan air, Siong Ki sudah mengajak Hong Lan bermain-main di dalam kebun

Matahari sudah naik tinggi

Dia selalu diajar ilmu silat kalau matahari sudah mulai condong ke barat, setiap sore hari

Dari pagi sampai siang, dia bekerja, kalau tidak mengasuh Hong Lan, tentu membantu pekerjaan rumah atau ladang

Hong Lan juga suka sekali kepadanya, karena Siong Ki pandai menyenangkan hati anak itu

Saat itu, Siong Ki memberi mainan sempritan yang dia buat dari daun bambu muda

Hong Lan ikut meniup-niup sempritan sederhana itu dan kalau sempritan itu dapat ditiupnya sampai mengelukan bunyi, anak itu te rtawa-tawa dan berte riak-te riak gembira

Suheng baik

..

suheng baik......

berulang-ulang anak perempuan itu berseru

Engkau ju ga baik dan manis sekali, sumoi, tidak rewel.

kata Siong Ki dan dari percakapan antara dua orang anak itu Bi Lan dapat menduga bahwa anak laki-laki itu te ntulah murid Si Han Beng dan anak perempuan itu tentu anaknya

Tidak mungkin kalau Han Beng mempunyai seorang murid yang usianya baru dua tahun.

Dan melihat wajah anak perempuan yang manis dan mungil itu, tiba-tiba menyelinap suatu keinginan di hati Bi Lan

Mengapa tidak

Kalau ia membalas dendam kepada Si Han Beng, kiranya tidak mungkin ia akan mampu mengalahkan pendekar itu dan is terinya, dan akhirnya ia yang akan mati konyol

Walaupun ia sudah bertekad dan tidak takut mati, akan tetapi apa artinya kalau ia mati konyol

Hanya akan membuat Si Han Beng dan isterinya menjadi semakin bebas dan senang saja, tidak lagi mengkhawatirkan pembalasan

Dan ia seorang yang akan menderita

Tidak, ia harus mengikuti pikiran yang menyelinap dalam benaknya tadi

Ia harus membuat Si Han Beng dan isterinya menderita, setidaknya menderita batin

Akan te tapi, sebelum itu, ia ingin melihat bagaimana sikap bekas tunangan itu kalau mendengar tentang kematian suhunya, atau suaminya! Kwa Bi Lan bukanlah seorang wanita jahat, bahkan ia dahulu murid Siauw lim-pai yang berjiwa pendekar

Apa lagi setelah menjadi murid dan is teri Rajawali Sakti Liu Bhok Ki, ia menjadi seorang wanita gagah

Kalau ia membenci Han Beng dan ingin membunuhnya, hal itu terdorong oleh sakit hati dan duka, bukan watak yang jahat

Maka, begitu melihat Hong Lan, anak yang manis dan lincah itu, seketika api dendam yang membuat ia ingin membunuh orang itu padam dengan sendirinya, bagaimana mungkin ia dapat membunuh orang tua anak kecil yang mungil itu

Bukankah kalau ia membunuh orang tuanya, anak itu akan menjadi te rlantar dan menderita

Itulah sebabnya, maka pikiran lain menyelinap ke dalam benaknya yang sama sekali mengubah niat hatinya semula

Siong Ki tidak te rkejut melihat munculnya seorang wanita cantik yang tidak dikenalnya dari balik pohon, melainkan heran dan dia memandang le ngan sinar mata penuh pertanyaan

Bi Lan tersenyum manis

Anak yang baik, apakah engkau murid Huang-ho Sin Liong Si Han Beng

Dan anak perempuan yang mungil ini pute rinya?

Siong Ki adalah seorang anak yang cerdik

Dia tidak mengenal siapa wanita ini, tidak tahu apakah ini sahabat ataukah musuh gurunya

Oleh karena itu dia bersikap hati-hati walaupun sopan

Maafkan saya, enci

Akan tetapi siapakah enci?

Aku adalah sahabat baik dari Si Han Beng, namaku Kwa Bi Lan

Benarkah dugaanku tadi bahwa engkau murid dan ini anaknya?

Karena wanita itu mengaku sahabat gurunya, dan te lah memperkenalkan diri, Siong Ki merasa tidak enak kalau tidak memperkenalkan diri

Dia mengangguk dan berkata dengan hormat

Maaf kalau saya bersikap kurang hormat karena tidak tahu bahwa enci adalah sahabat baik suhu

Memang benar saya Siong Ki adalah murid suhu dan sumoi Si Hong Lan ini adalah puterinya.

Pada saat itu, muncullah Si Han Beng dan Bu Giok Cu dari pintu samping rumah mereka

Mereka memang sedang mencari pute ri mereka dan Siong Ki

Melihat seorang wanita muda yang cantik berada pula di kebun mereka, suami isteri ini segera menghampiri dan memandang dengan heran

Siong Ki, siapakah nona ini....

tanya Han Beng sambil memandang Bi Lan dengan penuh selidik

Sementara itu Bu Giok Cu juga sudah memondong pute rinya dan ikut mengamati Bi Lan dengan heran

Sejak tadi Bi Lan memandang kepada suami isteri itu dan jantungnya berdebar te gang, hatinya te rasa panas

Si Han Beng masih nampak gagah perkasa seperti dahulu, bertubuh tinggi besar dan wajahnya membayangkan kejantanan, sedangkan Bu Giok Cu juga masih nampak cantik je lita dan lincah seperti yang pernah dilihatnya dahulu ketika Giok Cu bersama Han Beng datang berkunjung ke rumah gurunya, mendiang Liu Bhok Ki sebelum ia menjadi isteri gurunya itu

Entah kenapa, setelah bertemu dengan mereka

Ia tidak mampu mengeluarkan kata-kata dan hanya memandang dengan hati dipenuhi iri

Mereka demikian berbahagia

Menjadi suami isteri dan sudah mempunyai seorang anak

Begitu berbahagia, sedangkan ia .....

! Han Beng segera menyadari bahwa sebagai tuan rumah dia harus menyambut orang asing sebagai tamunya dengan sikap hormat

Maka diapun mengangkat dua tangan ke depan dada memberi hormat dan bertanya,

Siapakah nona dan ada keperluan apakah berkunjung ke rumah kami?

Bi Lan te rsenyum, senyum yang getir

Bahkan wajahnyapun tidak diingat lagi oleh laki-laki yang pernah ditunangkan dengannya itu! De ngan suara yang pahit iapun berkata,

Lupa kepada adik seperguruan masih tidak mengapa, akan te tapi kalau sudah melupakan guru, itu sungguh keterlaluan.

Nona, apa maksud ucapan nona itu?

Han Beng bertanya, memandang tajam penuh selidik dan sikapnya serius

Juga Bu Giok Cu memandang tajam dan mulai bercuriga melihat sikap gadis cantik yang tidak dikenalnya itu

Suheng, benar-benarkah suheng sudah lupa kepadaku, dan kepada suhu kita?

Sekali ini suara Bi Lan mengandung getaran is ak te rtahan, karena ia merasa sangat berduka dan kecewa

Ahhh! Bukankah engkau Kwa Bi Lan murid locian-pwe Liu Bok Ki itu?

tiba-tiba Bu Giok Cu berseru

Bi Lan memandang kepada wanita yang tadinya dianggap te lah merampas calon suaminya itu

Kiranya enci Bu Giok Cu masih teringat kepadaku.

Sumoi Kwa Bi Lan .....! Ah, kiranya engkaukah ini

Kita dahulu hanya sempat bertemu sebentar saja, sumoi, hingga aku lupa lagi kepadamu

Maafkan aku.

Bi Lan mengerutkan alisnya

Perkenalan antara kita memang singkat, akan tetapi hubungan antara kita bukan tidak penting, suheng......

Aih, tentu saja

Kita saudara seperguruan.....

kata Han Beng, belum ingat akan hubungan jodoh yang pernah dipesankan gurunya yang pertama itu

Bu Giok Cu ingat akan hal itu, maka ia pun cepat berkata

Adik Kwa Bi Lan te ntu datang membawa kabar penting

Tidak pantas kalau kita menyambutnya di kebun begini

Mari, adik Bi Lan, kita bicara di dalam.

Ah, benar

Mari silakan, sumoi

Kita bicara di dalam

Siong Ki, kau ajak lagi sumoimu bermainmain di sini sebentar,

kata Han Beng dan Giok Cu lalu menyerahkan lagi Hong Lan kepada Siong Ki

Suami is teri itu mempersilakan tamunya memasuki rumah dan mereka lalu duduk di dalam ruangan tamu yang sederhana namun cukup luas

Sejenak mereka duduk berhadapan dan saling berpandangan

Sebetulnya, Bi Lan tidak terlalu menyesal bahwa ia tidak menjadi isteri Han Beng

Belum ada rasa cinta dalam hatinya terhadap pria ini, dahulupun yang ada han ya kekaguman

Cintanya bahkan te rtuju kepada gurunya, mendiang Liu Bhok Ki

Ia tidak putus cinta, melainkan merasa te rhina dan diremehkan, di samping pendekar ini menjadi biang keladi kesedihan Liu Bhok Ki sehingga suaminya itu meninggal dunia dalam keadaan penas aran dan berduka

Nah, adik Kwa Bi Lan

Setelah kami mengucapkan selamat datang, sekarang katakanlah, apa maksud kunjunganmu ini

Apakah membawa suatu kepentingan te rte ntu, ataukah hanya hendak berkunjung saja?

tanya Bu Giok Cu karena di dalam hatinya, wanita ini sudah merasa tidak enak

Ia sudah mendengar dari suaminya bahwa dahulu, suaminya pernah dipesan oleh Sin-tiauw Liu Bhok Ki agar kelak menjadi jodoh Kwa Bi Lan, sumoi dari suaminya sendiri

Akan tetapi kemudian Hek-bin Hwesio yang menjadi gurunya, dan Pek I Tojin guru suaminya menjodohkan ia dan suaminya

Ia bahkan pernah mengingatkan suaminya agar mengabari Liu Bhok Ki, akan tetapi suaminya tidak mau karena merasa tidak enak harus menentang usul perjodohan guru pertamanya itu

Kini, gadis yang dulu dijodohkan dengan suaminya itu tibatiba muncul! Tentu saja ia merasa tidak enak sekali

Mendengar pertanyaan Giok Cu, Bi Lan menghela napas panjang

Kalau menurut apa yang dibayangkan sebelum ia bertemu dengan puteri mereka tadi, begitu bertemu Han Beng, ia akan memaki-makinya dan menantangnya, bahkan langsung saja menyerangnya untuk mengadu nyawa

Akan te tapi sekarang, ia tidak bernapsu untuk mengadu nyawa, untuk mati, karena ia pasti mati kalau bertanding melawan mereka ini

Ia ingin hidup untuk dapat mendengar dan melihat Han Beng menderita!

Benar, sumoi

Katakanlah, apa yang menjadi maksud kedatanganmu ini

Apakah hanya berkunjung ataukah diutus oleh suhu?

Hampir saja Bi Lan berteriak bahwa ia diutus oleh suhu mereka untuk mencabut nyawa Han Beng! Akan te tapi ia menahan kemarahannya, memandang kepada pria itu dan berkata lirih,

Suheng kedatanganku ini hanya mempunyai satu maksud, yaitu aku ingin bercerita tentang suhu kepadamu.

Wajah Han Beng menjadi cerah berseri

Ah, akupun ingin sekali mendengar te ntang suhu

Ceritakanlah, sumoi, kuharap suhu dalam keadaan sehat dan baik-baik saja! Ceritakanlah.

Setelah menghela nafas beberapa kali, Bi Lan mulai bercerita

Suheng suhu telah mendengar akan pernikahanmu dengan enci Bu Giok Cu dan suheng sama sekali tidak memberi tahu suhu, apa lagi mengundangnya.

Sudah kudesak agar dia mengundang locianpwe Liu Bhok Ki, akan te tapi dia tidak mau!

Bu Giok Cu berkata sambil memandang suaminya penuh teguran

Bukan tidak mau, akan te tapi tidak berani,

kata Han Beng, akan te tapi tiba-tiba dia menghentikan kata-katanya seperti orang yang merasa telah te rlalu banyak bicara

Kenapa, suheng?

Bi Lan mendesak cepat

Kenapa suheng tidak berani memberitahu kepada suhu tentang pernikahan suheng?

Han Beng tidak menjawab, hanya menoleh ke arah is terinya

Tentu saja dia merasa sukar untuk menjawab pertanyaan itu, merasa sungkan te rhadap Bi Lan untuk menyebutkan alasannya

Melihat keraguan Han Beng, Bi Lan berkata,

Suheng, kalau Suheng ingin aku bicara sejujurnya te ntang suhu, maka sebaiknya kalau suheng juga bersikap terbuka dan jujur

Kalau suheng tidak berani bersikap terbuka, akupun tidak ingin bercerita apa-apa lagi.

Bu Giok Cu memandang kepada suaminya

Sebaiknya engkau bicara te rus te rang saja untuk menebus kesalahan sikapmu te rhadap gurumu

Tidak perlu sungkan lagi.

Han Beng mengangguk dan menarik napas panjang

Dia merasa menyesal sekali mengapa dahulu dia tidak berte rus terang saja kepada gurunya bahwa dia mencintai Giok Cu dan tidak mau dijodohkan dengan gadis lain

Akibatnya ketika dia menikah dengan Giok Cu, dia tidak berani mengabari gurunya, dan sekarangpun dia merasa sungkan untuk mengaku terus te rang kepada Bi Lan

'Baiklah, aku bicara te rus terang dan kuharap engkau tidak merasa te rsinggung, sumoi

Sebelumnya, maafkan aku kalau ceritaku menyinggung perasaanmu.

Kalau engkau berterus terang, mengapa aku mesti tersinggung, suheng

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar