Tak lama kemudian wanita perkasa ini sudah menyelinap di balik pohon dan mengintai ke arah dua orang anak yang sedang berada di kebun samping
Seorang anak laki-laki berusia enam tahun sedang mengasuh seorang anak perempuan yang usianya baru dua tahun le bih
Anak laki-laki itu tampan dan bertubuh tinggi te gap
Sedangkan anak perempuan itu, yang masih kecil, kelihatan lincah mungil dan manis sekali
Anak laki-laki itu patut menjadi putera Si Han Beng, pikir Bi Lan sambil mengenang kembali wajah bekas tunangan yang kini dibencinya itu
Akan te tapi tidak mungkin, bantahnya
Si Han Beng menikah dengan gadis lain belum ada empat tahun dan anak laki-laki itu sedikitnya berusia enam tahun
Kalau anak perempuan itu lebih pantas menjadi anak Si Han Beng
Dua orang anak itu memang The Siong Ki dan Si Hong Lan
Seperti kita ketahui, Siong Ki berhasil tiba di te mpat tinggal pendekar sakti Si Han Beng dan dite rima menjadi murid pendekar itu
Siong Ki pandai membawa diri, pandai menyenangkan hati keluarga Si, bahkan dengan sabar dia mengasuh Si Hong Lan pute ri gurunya
Diapun rajin bekerja, membersihkan rumah dan pekarangan dan melakukan segala macam pekerjaan membantu para pelayan sehingga para pelayanpun suka kepadanya
Melihat kegiatan pemuda cilik ini, timbul perasaan suka pula di hati Si Han Beng dan diapun mulai melatih Siong Ki dengan dasar-dasar ilmu silat
Pagi hari itu, setelah selesai menyapu pekarangan dan mengisi semua bak dengan air, Siong Ki sudah mengajak Hong Lan bermain-main di dalam kebun
Matahari sudah naik tinggi
Dia selalu diajar ilmu silat kalau matahari sudah mulai condong ke barat, setiap sore hari
Dari pagi sampai siang, dia bekerja, kalau tidak mengasuh Hong Lan, tentu membantu pekerjaan rumah atau ladang
Hong Lan juga suka sekali kepadanya, karena Siong Ki pandai menyenangkan hati anak itu
Saat itu, Siong Ki memberi mainan sempritan yang dia buat dari daun bambu muda
Hong Lan ikut meniup-niup sempritan sederhana itu dan kalau sempritan itu dapat ditiupnya sampai mengelukan bunyi, anak itu te rtawa-tawa dan berte riak-te riak gembira
Suheng baik
..
suheng baik......
berulang-ulang anak perempuan itu berseru
Engkau ju ga baik dan manis sekali, sumoi, tidak rewel.
kata Siong Ki dan dari percakapan antara dua orang anak itu Bi Lan dapat menduga bahwa anak laki-laki itu te ntulah murid Si Han Beng dan anak perempuan itu tentu anaknya
Tidak mungkin kalau Han Beng mempunyai seorang murid yang usianya baru dua tahun.
Dan melihat wajah anak perempuan yang manis dan mungil itu, tiba-tiba menyelinap suatu keinginan di hati Bi Lan
Mengapa tidak
Kalau ia membalas dendam kepada Si Han Beng, kiranya tidak mungkin ia akan mampu mengalahkan pendekar itu dan is terinya, dan akhirnya ia yang akan mati konyol
Walaupun ia sudah bertekad dan tidak takut mati, akan tetapi apa artinya kalau ia mati konyol
Hanya akan membuat Si Han Beng dan isterinya menjadi semakin bebas dan senang saja, tidak lagi mengkhawatirkan pembalasan
Dan ia seorang yang akan menderita
Tidak, ia harus mengikuti pikiran yang menyelinap dalam benaknya tadi
Ia harus membuat Si Han Beng dan isterinya menderita, setidaknya menderita batin
Akan te tapi, sebelum itu, ia ingin melihat bagaimana sikap bekas tunangan itu kalau mendengar tentang kematian suhunya, atau suaminya! Kwa Bi Lan bukanlah seorang wanita jahat, bahkan ia dahulu murid Siauw lim-pai yang berjiwa pendekar
Apa lagi setelah menjadi murid dan is teri Rajawali Sakti Liu Bhok Ki, ia menjadi seorang wanita gagah
Kalau ia membenci Han Beng dan ingin membunuhnya, hal itu terdorong oleh sakit hati dan duka, bukan watak yang jahat
Maka, begitu melihat Hong Lan, anak yang manis dan lincah itu, seketika api dendam yang membuat ia ingin membunuh orang itu padam dengan sendirinya, bagaimana mungkin ia dapat membunuh orang tua anak kecil yang mungil itu
Bukankah kalau ia membunuh orang tuanya, anak itu akan menjadi te rlantar dan menderita
Itulah sebabnya, maka pikiran lain menyelinap ke dalam benaknya yang sama sekali mengubah niat hatinya semula
Siong Ki tidak te rkejut melihat munculnya seorang wanita cantik yang tidak dikenalnya dari balik pohon, melainkan heran dan dia memandang le ngan sinar mata penuh pertanyaan
Bi Lan tersenyum manis
Anak yang baik, apakah engkau murid Huang-ho Sin Liong Si Han Beng
Dan anak perempuan yang mungil ini pute rinya?
Siong Ki adalah seorang anak yang cerdik
Dia tidak mengenal siapa wanita ini, tidak tahu apakah ini sahabat ataukah musuh gurunya
Oleh karena itu dia bersikap hati-hati walaupun sopan
Maafkan saya, enci
Akan tetapi siapakah enci?
Aku adalah sahabat baik dari Si Han Beng, namaku Kwa Bi Lan
Benarkah dugaanku tadi bahwa engkau murid dan ini anaknya?
Karena wanita itu mengaku sahabat gurunya, dan te lah memperkenalkan diri, Siong Ki merasa tidak enak kalau tidak memperkenalkan diri
Dia mengangguk dan berkata dengan hormat
Maaf kalau saya bersikap kurang hormat karena tidak tahu bahwa enci adalah sahabat baik suhu
Memang benar saya Siong Ki adalah murid suhu dan sumoi Si Hong Lan ini adalah puterinya.
Pada saat itu, muncullah Si Han Beng dan Bu Giok Cu dari pintu samping rumah mereka
Mereka memang sedang mencari pute ri mereka dan Siong Ki
Melihat seorang wanita muda yang cantik berada pula di kebun mereka, suami isteri ini segera menghampiri dan memandang dengan heran
Siong Ki, siapakah nona ini....
tanya Han Beng sambil memandang Bi Lan dengan penuh selidik
Sementara itu Bu Giok Cu juga sudah memondong pute rinya dan ikut mengamati Bi Lan dengan heran
Sejak tadi Bi Lan memandang kepada suami isteri itu dan jantungnya berdebar te gang, hatinya te rasa panas
Si Han Beng masih nampak gagah perkasa seperti dahulu, bertubuh tinggi besar dan wajahnya membayangkan kejantanan, sedangkan Bu Giok Cu juga masih nampak cantik je lita dan lincah seperti yang pernah dilihatnya dahulu ketika Giok Cu bersama Han Beng datang berkunjung ke rumah gurunya, mendiang Liu Bhok Ki sebelum ia menjadi isteri gurunya itu
Entah kenapa, setelah bertemu dengan mereka
Ia tidak mampu mengeluarkan kata-kata dan hanya memandang dengan hati dipenuhi iri
Mereka demikian berbahagia
Menjadi suami isteri dan sudah mempunyai seorang anak
Begitu berbahagia, sedangkan ia .....
! Han Beng segera menyadari bahwa sebagai tuan rumah dia harus menyambut orang asing sebagai tamunya dengan sikap hormat
Maka diapun mengangkat dua tangan ke depan dada memberi hormat dan bertanya,
Siapakah nona dan ada keperluan apakah berkunjung ke rumah kami?
Bi Lan te rsenyum, senyum yang getir
Bahkan wajahnyapun tidak diingat lagi oleh laki-laki yang pernah ditunangkan dengannya itu! De ngan suara yang pahit iapun berkata,
Lupa kepada adik seperguruan masih tidak mengapa, akan te tapi kalau sudah melupakan guru, itu sungguh keterlaluan.
Nona, apa maksud ucapan nona itu?
Han Beng bertanya, memandang tajam penuh selidik dan sikapnya serius
Juga Bu Giok Cu memandang tajam dan mulai bercuriga melihat sikap gadis cantik yang tidak dikenalnya itu
Suheng, benar-benarkah suheng sudah lupa kepadaku, dan kepada suhu kita?
Sekali ini suara Bi Lan mengandung getaran is ak te rtahan, karena ia merasa sangat berduka dan kecewa
Ahhh! Bukankah engkau Kwa Bi Lan murid locian-pwe Liu Bok Ki itu?
tiba-tiba Bu Giok Cu berseru
Bi Lan memandang kepada wanita yang tadinya dianggap te lah merampas calon suaminya itu
Kiranya enci Bu Giok Cu masih teringat kepadaku.
Sumoi Kwa Bi Lan .....! Ah, kiranya engkaukah ini
Kita dahulu hanya sempat bertemu sebentar saja, sumoi, hingga aku lupa lagi kepadamu
Maafkan aku.
Bi Lan mengerutkan alisnya
Perkenalan antara kita memang singkat, akan tetapi hubungan antara kita bukan tidak penting, suheng......
Aih, tentu saja
Kita saudara seperguruan.....
kata Han Beng, belum ingat akan hubungan jodoh yang pernah dipesankan gurunya yang pertama itu
Bu Giok Cu ingat akan hal itu, maka ia pun cepat berkata
Adik Kwa Bi Lan te ntu datang membawa kabar penting
Tidak pantas kalau kita menyambutnya di kebun begini
Mari, adik Bi Lan, kita bicara di dalam.
Ah, benar
Mari silakan, sumoi
Kita bicara di dalam
Siong Ki, kau ajak lagi sumoimu bermainmain di sini sebentar,
kata Han Beng dan Giok Cu lalu menyerahkan lagi Hong Lan kepada Siong Ki
Suami is teri itu mempersilakan tamunya memasuki rumah dan mereka lalu duduk di dalam ruangan tamu yang sederhana namun cukup luas
Sejenak mereka duduk berhadapan dan saling berpandangan
Sebetulnya, Bi Lan tidak terlalu menyesal bahwa ia tidak menjadi isteri Han Beng
Belum ada rasa cinta dalam hatinya terhadap pria ini, dahulupun yang ada han ya kekaguman
Cintanya bahkan te rtuju kepada gurunya, mendiang Liu Bhok Ki
Ia tidak putus cinta, melainkan merasa te rhina dan diremehkan, di samping pendekar ini menjadi biang keladi kesedihan Liu Bhok Ki sehingga suaminya itu meninggal dunia dalam keadaan penas aran dan berduka
Nah, adik Kwa Bi Lan
Setelah kami mengucapkan selamat datang, sekarang katakanlah, apa maksud kunjunganmu ini
Apakah membawa suatu kepentingan te rte ntu, ataukah hanya hendak berkunjung saja?
tanya Bu Giok Cu karena di dalam hatinya, wanita ini sudah merasa tidak enak
Ia sudah mendengar dari suaminya bahwa dahulu, suaminya pernah dipesan oleh Sin-tiauw Liu Bhok Ki agar kelak menjadi jodoh Kwa Bi Lan, sumoi dari suaminya sendiri
Akan tetapi kemudian Hek-bin Hwesio yang menjadi gurunya, dan Pek I Tojin guru suaminya menjodohkan ia dan suaminya
Ia bahkan pernah mengingatkan suaminya agar mengabari Liu Bhok Ki, akan tetapi suaminya tidak mau karena merasa tidak enak harus menentang usul perjodohan guru pertamanya itu
Kini, gadis yang dulu dijodohkan dengan suaminya itu tibatiba muncul! Tentu saja ia merasa tidak enak sekali
Mendengar pertanyaan Giok Cu, Bi Lan menghela napas panjang
Kalau menurut apa yang dibayangkan sebelum ia bertemu dengan puteri mereka tadi, begitu bertemu Han Beng, ia akan memaki-makinya dan menantangnya, bahkan langsung saja menyerangnya untuk mengadu nyawa
Akan te tapi sekarang, ia tidak bernapsu untuk mengadu nyawa, untuk mati, karena ia pasti mati kalau bertanding melawan mereka ini
Ia ingin hidup untuk dapat mendengar dan melihat Han Beng menderita!
Benar, sumoi
Katakanlah, apa yang menjadi maksud kedatanganmu ini
Apakah hanya berkunjung ataukah diutus oleh suhu?
Hampir saja Bi Lan berteriak bahwa ia diutus oleh suhu mereka untuk mencabut nyawa Han Beng! Akan te tapi ia menahan kemarahannya, memandang kepada pria itu dan berkata lirih,
Suheng kedatanganku ini hanya mempunyai satu maksud, yaitu aku ingin bercerita tentang suhu kepadamu.
Wajah Han Beng menjadi cerah berseri
Ah, akupun ingin sekali mendengar te ntang suhu
Ceritakanlah, sumoi, kuharap suhu dalam keadaan sehat dan baik-baik saja! Ceritakanlah.
Setelah menghela nafas beberapa kali, Bi Lan mulai bercerita
Suheng suhu telah mendengar akan pernikahanmu dengan enci Bu Giok Cu dan suheng sama sekali tidak memberi tahu suhu, apa lagi mengundangnya.
Sudah kudesak agar dia mengundang locianpwe Liu Bhok Ki, akan te tapi dia tidak mau!
Bu Giok Cu berkata sambil memandang suaminya penuh teguran
Bukan tidak mau, akan te tapi tidak berani,
kata Han Beng, akan te tapi tiba-tiba dia menghentikan kata-katanya seperti orang yang merasa telah te rlalu banyak bicara
Kenapa, suheng?
Bi Lan mendesak cepat
Kenapa suheng tidak berani memberitahu kepada suhu tentang pernikahan suheng?
Han Beng tidak menjawab, hanya menoleh ke arah is terinya
Tentu saja dia merasa sukar untuk menjawab pertanyaan itu, merasa sungkan te rhadap Bi Lan untuk menyebutkan alasannya
Melihat keraguan Han Beng, Bi Lan berkata,
Suheng, kalau Suheng ingin aku bicara sejujurnya te ntang suhu, maka sebaiknya kalau suheng juga bersikap terbuka dan jujur
Kalau suheng tidak berani bersikap terbuka, akupun tidak ingin bercerita apa-apa lagi.
Bu Giok Cu memandang kepada suaminya
Sebaiknya engkau bicara te rus te rang saja untuk menebus kesalahan sikapmu te rhadap gurumu
Tidak perlu sungkan lagi.
Han Beng mengangguk dan menarik napas panjang
Dia merasa menyesal sekali mengapa dahulu dia tidak berte rus terang saja kepada gurunya bahwa dia mencintai Giok Cu dan tidak mau dijodohkan dengan gadis lain
Akibatnya ketika dia menikah dengan Giok Cu, dia tidak berani mengabari gurunya, dan sekarangpun dia merasa sungkan untuk mengaku terus te rang kepada Bi Lan
'Baiklah, aku bicara te rus terang dan kuharap engkau tidak merasa te rsinggung, sumoi
Sebelumnya, maafkan aku kalau ceritaku menyinggung perasaanmu.
Kalau engkau berterus terang, mengapa aku mesti tersinggung, suheng