Bolehkah?
Lan Ci menghampiri Kui Eng dan berjongkok
Tentu saja boleh, memang aku selalu menganggapnya se bagai anakku sendiri.
Mendengar ini, wajah Kui Eng merekah gembira dan iapun merangkul le her Lan Ci dan mulutnya memanggil-manggil seperti orang yang merasa amat rindu
Ibu......ibu.......ibu.....
Basah kedua mata Lan Ci
Dalam rangkulan dan dalam suara panggilan itu ia dapat merasakan benar betapa anak ini amat kehilangan ibu kandungnya! Dan semua kerinduan, semua kasih sayang anak itu kini ditumpahkan kepadanya karena tidak ada lagi penampungnya
I bu, adik Kui Eng bilang bahwa yang paling disayangnya pertama adalah aku, dan ke dua ibu.
I h, jangan begitu, anakku.
Lan Ci memondong dan menciumi Kui Eng
Orang pertama yang kau sayang seharusnya ayahmu.
Tidak, ayah nomor tiga
Karena ayah jarang mengajakku bermain-main.
Pada saat itu, terdengar suara orang tertawa
Ha-ha-ha, menjadi orang ke tigapun sudah untung! Masih untung mendapat kasih sayang anakku!
muncullah Cian Bu Ong yang sudah mandi dan berganti pakaian baru
Melihat ayahnya begitu gembira tidak seperti biasanya, Kui Eng merosot dari pondongan Lan Ci dan lari kepada ayahnya yang menyambutnya dan mengangkat lalu memondongnya
Ayah, aku ingin suheng Thian Ki menyebut ayah padamu
Ayah harus mau!
Sepasang mata bekas pangeran itu te rbelalak, lalu memandang kepada Thian Ki dan kepada Lan Ci, kemudian dia te rtawa lagi
Ha-ha-ha, tentu saja aku mau.
Dan aku menyebut ibu kepada bibi Lan Ci
Bolehkah, ayah?
Ehh
Siapa yang mengajarimu ini?
Cian Bu Ong bertanya, pura-pura mengerutkan alisnya dan memandang kepada Lan Ci
Wanita ini balas memandang dengan wajah berubah merah
Tidak ada yang mengajarinya,
katanya lirih
I ni kehendakku sendiri, ayah.
Anak ini lalu turun dari pondongan ayahnya, menghampiri Thian Ki, memegang tangan Thian Ki dan menariknya menghampiri ayahnya
Suheng, ayah sudah memberi ijin engkau menyebutnya ayah!
De ngan sikap takut-takut, Thian Ki lalu menjatuhkan diri berlutut di depan gurunya
Kalau biasanya dia memberi hormat sambil menyebut suhu, kini dia menyebut ayah! Cian Bu Ong mengangguk-angguk dan dia mengangkat muka
Kembali dia berte mu pandang dengan Lan Ci
Thian Ki, engkau kesinilah!
kata Lan Ci, suaranya agak gemetar
Ia adalah seorang wanita perkasa, bahkan dulu sebelum menjadi isteri Coa Siang Lee, sebagai pute ri Ban-tok Mo-li, ia tidak pernah mengenal artinya sopan santun
Kini, timbul kegagahannya kembali dan ia menganggap bahwa tidak perlu bersembunyi di balik peraturan yang berpalsu-palsu
Lebih baik berte rus te rang menyelesaikan permasalahan sekarang juga
Thian Ki bangkit dan menghampiri ibunya, sedangkan Cian Bu Ong memondong pergi pute rinya
Thian Ki, biarpun engkau baru berusia enam tahun akan te tapi aku tidak menganggap engkau anak kecil lagi
Engkau sudah pandai mengambil kesimpulan dan keputusan, maka aku akan berte rus te rang kepadamu dan kuminta engkau memberi jawaban sekarang juga
Thian Ki, gurumu telah melamarku untuk menjadi isterinya
Nah, bagaimana pendapatmu?
Cian Bu Ong memandang kagum
Bukan main wanita itu! Dan luar biasa pula puteranya! Dia memondong pute rinya dan memandang dengan penuh perhatian dan hatinyapun te gang menanti jawaban Thian Ki, anak ajaib itu
Thian Ki tidak kaget mendengar pertanyaan ibunya
Dia mengangkat muka, memandang wajah ibunya, lalu menole h dan memandang wajah gurunya, dan diapun memandang ibunya lagi
Ibu, itu adalah urusan ibu dan suhu .....eh
ayah, maka hanya ayah dan ibu saja yang berhak memutuskan
Adapun aku....
aku hanya menyerahkan keputusannya kepada ibu saja, aku tidak berani dan tidak mau mencampuri urusan pribadi ibu.
Sungguh luar biasa jawaban itu, pikir Cian Bu Ong
Se olah bukan keluar dari mulut s eorang anak berusia enam tahun, melainkan keluar dari mulut orang dewasa yang berpandangan luas
''Akan te tapi hatiku tidak akan te nteram sebelum merasa yakin bahwa engkau tidak merasa keberatan dan menyetujuinya.
Tentu saja aku tidak keberatan ibu dan kalau hal itu membahagiakan hati ibu, tentu saja aku setuju sepenuhnya.
Kedua pipi Lan Ci kembali menjadi merah sekali dan untuk mengatasi perasaan malu, ia berkata,
Kalau begitu, kau beri hormat lagi kepada.....ayahmu itu Thian Ki.
Anak itu menurut
Dia menghampiri gurunya dan menjatuhkan diri berlutut,
Ayah.....!
Saat itu, Cian Bu Ong memandang ke arah Lan Ci
Wanita itupun sedang memandangnya, ketika dua pasang mata berte mu pandang, Lan Ci mengangguk
Itu sudah cukup sebagai jawaban bahwa ia mau menerima lamaran bekas pangeran itu! Cian Bu Ong tertawa bergelak
Ha-ha-ha, terima kasih, Tuhan! Terima kasih Tuhan, aku hidup kembali, ha-ha-ha aku hidup kembali!
Dan tiba tiba dia melemparkan tubuh Kui Eng ke udara, lalu tangan kanannya menyambar tubuh Thiaan Ki yang juga dilontarkan ke atas! Ketika tubuh Kui Eng melayang turun, disambutnya dengan tangan kiri dan dilontarkannya lagi ke atas, lebih tinggi daripada tadi
Demikian pula ketika tubuh Thian Ki meluncur turun, tubuh itu ditangkapnya dan dilontarkannya kembali ke atas
Dua anak itu dibuat mainan seperti dua butir bola saja, makin lama semakin tinggi
Setelah tadi mengangguk memberi tanda setuju dan menerima lamaran Cian Bu Ong, Sim Lan Ci memejamkan kedua matanya dan berbisik dalam hatinya
Coa Siang Lee, maafkan aku
Aku cinta padamu , akan te tapi engkau sudah tidak ada , dan aku kagum dan cinta kepadanya, maafkan aku kalau aku menyerahkan diriku kepada pria lain untuk menjadi iste rinya.
Akan te tapi je ritan Kui Eng membuat Lan Ci membuka matanya kembali
Ia melihat betapa anak perempuan itu mulai merasa ngeri karena tubuhnya dilontarkan semakin tinggi oleh ayahnya
Thian Ki diam saja bahkan diam-diam anak ini memperhatikan cara gurunya melontar tubuhnya
Sim Lan Ci meloncat
Tubuhnya melayang ke atas, menyambar tubuh Kui Eng yang dipondongnya dan iapun melayang turun kembali sambil memondong tubuh Kui Eng, menghadapi Cian Bu Ong dan menegur,
Kui Eng sudah menjerit ketakutan, mengapa masih dilanjutkan juga
Apa kau ingin agar ana k kita ini kelak menjadi orang penakut?
Cian Bu Ong sudah menangkap kembali tubuh Thian Ki dan dilepaskannya anak itu
Dia memandang kepada Lan Ci sambil te rsenyum le bar dan menggele ng kepalanya,
Ya Tuhan, engkau sudah mulai berani melarang aku, ya?
Tentu saja,
jawab Lan Ci
Sebagai ibu akupun berhak mendidik dan melindungi anak kita!
Mereka saling pandang, dan Cian Bu Ong te rtawa bergelak, nampak berbahagia kali dan Lan Ci terpaksa juga te rsenyum dan mengerling penuh te guran
Melalui pandang mata saja mereka sudah dapat menangkap dan merasakan is i hati masingmasing dan hal seperti ini hanya dapat terjadi apabila dua hati telah saling kontak! De mikianlah, dua bulan kemudian, setelah lewat setahun kematian Coa Siang Lee dan isteri Cian Bu Ong, mereka melangsungkan pernikahan yang sederhana, tidak dihadiri para bangsawan seperti layaknya seorang pangeran menikah
Juga tidak dihadiri orang-orang kangouw seperti layaknya seorang tokoh kangouw seperti Sim Lan Ci menikah, melainkan hanya dihadiri penduduk dusun yang tinggal di sekitar pegunungan itu
Sederhana namun amat meriah, dimeriahkan oleh kegembiraan Thian Ki dan Kui Eng, dan dihias senyum dan kerling mata penuh kasih sayang antara Sim Lan Ci dan Cian Bu Ong
Dan sejak hari itu, Cian Bu Ong semakin rajin menggemble ng Thian Ki dan Kui Eng
Dia tidak lagi memikirkan tentang kerajaan, akan tetapi dia ingin agar anak tiri dan anak kandungnya menjadi jagojago paling tangguh di dunia persilatan sehingga namanya akan te rangkat
Di samping itu, dia menemukan kemesraan dan kebahagiaan di samping isterinya yang te rnyata amat mencintainya
Di lain pihak, Lan Ci juga merasakan kebahagiaan yang mendalam
Suaminya yang sekarang jauh bedanya dengan suami pertamanya
Suaminya yang sekarang adalah seorang yang jantan, yang matang dalam pengalaman
Sehingga di samping sebagai suami yang mencinta, juga dari suaminya ini ia menerima bimbingan
Sehingga kadang ia menganggap suaminya ini juga gurunya yang amat pandai dalam segala hal
Ilmu silat yang dikuasai nyonya muda ini meningkat dengan cepatnya
-ooo0dw0ooo- Perahu kecil itu meluncur dengan cepatnya di sepanjang te pi Sungai Huang-ho dan berhenti di luar dusun Hong-cun
Gadis yang naik perahu seorang diri ini dapat mendayung dan mengendalikan perahu dengan gerakan tangkas, tanda bahwa ia sudah terbias a mengemudikan perahu
Setelah perahu itu menepi di pantai, iapun melangkah keluar dan menarik perahu itu ke darat
Cara ia menarik tali perahu dan berhasil membuat perahu itu naik, padahal pantai itu tidak te rlalu landai, membuktikan bahwa biarpun ia seorang wanita muda yang cantik dan nampak le mbut, ternyata ia miliki tenaga yang kuat
Wanita itu masih muda, usianya sekitar duapuluh satu tahun lebih, berwajah bulat dan berkulit putih kemerahan
Hidungnya mancung dan matanya tajam
Wajah yang cantik dan manis
Di punggungnya menempel dua batang pedang bersilang, dan di atas pedang itu terdapat buntalan kain sute ra kuning
Dandanannya juga sederhana dan ringkas, semua ini menunjukkan bahwa ia seorang wanita kangouw yang suka melakukan perjalanan seorang diri dan mengandalkan ilmu kepandaian silat untuk melindung dirinya sendiri
Biarpun usianya paling banyak baru duapuluh dua tahun, akan tetapi wanita itu bukan gadis lagi, melainkan seorang janda! Ia adalah Kwa Bi Lan, yang baru saja ditinggal mati suaminya yang juga menjadi gurunya, yaitu Sin-tiauw Liu Bhok Ki, Si Rajawali Sakti! Biarpun suaminya itu jauh le bih tua darinya, ketika ia menjadi isteri Liu Bhok Ki, suaminya yang juga gurunya itu sudah berusia enampuluh lima tahun dan ia sendiri baru sembianbelas tahun, namun Kwa Bi Lan amat mencinta suaminya
Baginya, suaminya merupakan orang te rbaik di dunia ini
Dahulunya ia adalah murid Si Rajawali Sakti, dan bahkan ole h gurunya itu ia dicalonkan jadi isteri murid gurunya yang pertama, yaitu Si Han Beng yang kini dijuluki Huang-ho Sin liong (Naga Sakti Sungai Kuning)
Akan te tapi Si Han Beng memilih wanita lain dan menikah dengan wanita lain itu
Hal itu membuat gurunya marah, dan seolah hendak menebus kesalahan ini, melihat betapa Bi Lan hancur hatinya dan patah semangat, Liu Bhok Ki lalu mengambil murid itu sebagai isterinya
Dia sendiri sudah menduda sejak puluhan tahun
Dan Bi Lan menerima pinangan gurunya, bukan karena te rpaksa, melainkan karena ia merasa kagum, kasihan dan juga mencinta suhunya sebagai satusatunya orang di dunia ini yang menyayanginya
Tentu saja hal ini didorong pula oleh kepatahan hatinya karena Si Han Beng mengingkari janji dan menikah dengan gadis lain
Sin-tiauw Liu Bhok Ki merasa marah dan sakit hati bukan main karena Si Han Beng tidak memenuhi pesannya itu
Biarpun dia sudah menjadi suami Bi Lan namun hatinya masih tetap te rtusuk dan batinnya te rhimpit kemarahan te rhadap Si Han Beng
Dia menjadi sakit-sakitan dan akhirnya, dalam rangkulan Bi Lan, dia menghembuskan napas terakhir sambil menyebut nama Si Han Beng dengan penuh kemarahan dan penyesalan
Setelah suaminya yang juga gurunya meninggal dunia, perasaan hati Kwa Bi Lan dipenuhi dendam te rhadap Si Han Beng
Pria itu yang membuat hidupnya menderita! Kalau Si Han Beng tidak mengingkari janjinya dan menikah dengannya, te ntu Liu Bhok Ki tidak mati, demikian pikirnya
Dan iapun tidak harus mengalami derita batin seperti ini, hidup sebatangkara ditinggal orang yang paling dicintanya
Mula-mula ia menderita patah hati karena calon suaminya itu menikah dengan wanita lain
Kemudian ia menderita kehancuran hati karena guru dan juga suaminya meninggal dunia
Dan semua deritanya ini karena ulah Si Han Beng! Ketika ia mendarat di tepi Sungai Kuning, di luar dusun Hong-cun, Bi Lan merasa hatinya tegang juga
Setelah lama ragu-ragu dan lama pula mencari-cari, akhirnya tiba juga ia di kampung te mpat tinggal bekas tunangan yang kini dianggap sebagai musuh besarnya itu
Ketika la berjalan memasuki dusun, ia melihat seorang laki-laki setengah tua memanggul cangkul, agaknya hendak pergi ke ladang
Laki-laki itu memandang kepadanya dengan kagum dan heran, karena tidak biasa ada wanita kota yang cantik memasuki dusun yang aman te nteram itu
Bi Lan menghampirinya dan tersenyum ramah
Maaf, paman
Dapatkah paman menunjukkan di mana rumah keluarga Si Han Beng?
Pria itu terbelalak, heran bukan main melihat seorang wanita muda menyebut nama pendekar saktu itu begitu saja
Nona.....maksudkan.......
rumah keluarga Si Tai-hiap (Pendekar Besar Si) yang berjuluk Huangho Sin-liong?
De ngan girang Bi Lan mengangguk, akan te tapi juga hatinya berdebar
Ia tahu bahwa orang yang dicarinya adalah seorang pendekar yang berilmu tinggi, bahkan tingkat kepandaiannya, menurut mendiang suaminya, le bih tinggi dari pada tingkat suaminya yang juga menjadi gurunya
Kalau mendiang suaminya saja kalah pandai, apa lagi dia! Akan tetapi ia sudah bertekat untuk membunuh Si Han Beng atau dibunuh olehnya
Benar, paman
Di mana rumahnya.
Pria itu menunjuk ke kiri
Di ujung jalan ini, yang mempunyai taman di depan rumah dan kebun di kanan kiri dan belakang
Cat pintu dan je ndelanya hijau.
Terima kasih, paman.
Bi Lan memutar tubuh dan cepat menyusuri jalan itu
Terbayang betapa ia akan berte mu dengan isteri Si Han Beng yang sudah ia ketahui bernama Bu Giok Cu dan yang memiliki ilmu kepandaian tinggi pula
Hatinya terasa panas, entah karena iri atau cemburu
Akan te tapi ia sama sekali tidak takut
Memang ia sudah bertekad untuk mengadu nyawa
Untuk apa hidup le bih lama lagi kalau ia sudah tidak mempunyai apa-apa di dunia ini, bahkan tidak ada seorangpun yang mencintanya
Hidupnya tiada gunan ya lagi, le bih baik menyusul suaminya yang sayang kepadanya