Naga Beracun Bab 020


Biarpun hatinya merasa sungkan sekali, akan tetapi terpaksa Liu Hwa menyambut penawaran itu dengan hati girang

Kalau ia melakukan perjalanan menyusul puterinya bersama pendekar ini, ia akan merasa aman, dan juga tidak akan sesat di jalan

Terima kasih

Lie-toako

Engkau begini baik kepadaku, aku tidak mungkin dapat membalas semua budi kebaikanmu

Biarlah Thian yang akan membalasnya, toako

Biarlah kelak dalam penjelmaan yang lain aku akan menjadi pelayanmu,

katanya terharu

Aih, Hwa-moi, lupakan saja semua itu

Aku tidak mengharapkan balasan, juga tidak merasa menolongmu

Memang akupun ingin sekali berte mu dengan pendekar sakti yang kukagumi itu

Mari kita berangkat.

Setelah mereka berangkat, baru Liu Hwa teringat bahwa sekantung uang yang tadinya ia terima dari Siong Ki, ia titipkan kepada anak itu dan ketika pergi, agaknya anak itu membawa pergi pula uang yang dia berikan kepada subonya

Ia tidak mempunyai apa-apa lagi, bahkan pakaianpun hanya yang menempel pada tubuhnya.! Tentu saja ia merasa canggung dan sungkan bukan main

Apalagi setelah mereka melewati sebuah kota, Koan Tek yang berpengalaman dan bijaksana itu, tanpa bertanya sudah mengetahui keadaannya dan pendekar itu mengajaknya ke toko dan membelikan beberapa potong pakaian untuknya!

Hampir Liu Hwa menangis saking girang dan te rharunya mendapatkan bekal ganti pakaian yang amat dibutuhkannya itu

Dan disepanjang perjalanan, seperti telah diduganya, Lie Koan Tek selalu berlaku sopan dan lembut

Setiap kali menginap di rumah penginapan, pendekar ini selalu menyewa dua buah kamar yang berpisah, walaupun berdekatan

Tak pernah sedikitpun pendekar Siauw-lim-pai itu memperlihatkan sikap kurang ajar

Kalaupun ada tanda-tanda bahwa pendekar itu te rtarik kepadanya, maka hal itu hanya nampak pada pandang matanya yang kadang seperti orang terpesona, dan pada sikapnya yang le mah lembut

Diam-diam, sebagai seorang wanita yang berperasaan peka, Liu Hwa mengerti bahwa pendekar itu jatuh hati kepadanya, atau setidaknya menaruh perhatian besar sekali kepadanya

Hal ini membuat ia merasa te rharu sekali, akan tetapi juga bingung dan selagi tidur sendiri di waktu malam, ia suka menangis dan meratap kepada mendiang suaminya

Ia seorang wanita yang cantik dan sehat, usianya baru tigapuluh tahun

Mungkinkah ia akan menyiksa diri, menjanda selama hidupnya

-ooo0dw0ooo-

Susiok, katanya susiok hendak membawaku kepada ibu

Mana ibu

Kenapa kita belum juga tiba di tempat ibu

Kita sudah melakukan perjalanan selama berhari-hari! Paman, jangan bohongi aku! Mana ib, susiok (paman guru)?

Anak itu kini mulai merengek dan hampir menangis

Ia seorang anak perempuan berusia lima tahun yang manis

Akan te tapi pada saat itu ia nampak marah, sedih dan juga kecewa

Ia adalah Kam Cin yang diajak Lai Kun meninggalkan dusun Ta-bun-cung, memenuhi pesan kakek Coa Song

Amat sukar membujuk Kam Cin untuk ikut bersamanya, akan tetapi Lai Kun mempunyai akal

Setelah ia mengatakan bahwa dia mengajak anak itu untuk mencari dan menyusul ibunya yang menghilang pada malam te rjadinya penyerbuan penjahat itu, tentu saja Kam Cin menjadi girang sekali dan seketika ia menyatakan setuju

Kini Lai Kun menghadapi anak yang mulai rewel dengan alis berkerut

Sebagai sute dari ayah anak itu, mendiang Kam Seng Hin, dia mengenal benar watak Kam Cin

Seorang anak yang dapat menjadi manis sekali, akan tetapi kalau sudah marah, juga menjadi anak yang rewel dan sulit diatur! Mereka sudah melakukan perjalanan selama sepuluh hari, dan mulai pada hari kelima saja Kam Cin sudah selalu merengek dan marah kepadanya

Sabarlah, Cin Cin

Tempat ibumu jauh sekali dan kita belum sampai, terpaksa bermalam di rumah penginapan ini

Mari kita makan

Lihat, masakan yang kupesan ini enak sekali, bukan

Mari kita makan, lalu tidur dan besok pagi-pagi kita lanjutkan perjalanan!

Kata pria itu dengan suara membujuk sambil menyodorkan mangkok dan sumpit ke arah anak yang sedang marah itu

Dia seorang pria berusia empatpuluh tahun, kurus jangkung dengan hidung agak besar dan mata kecil

Dia adalah Lai Kun, murid Hek-houw pang, sute mendiang Kam Seng Hin

Karena diapun masih membujang, dan tidak mempunyai keluarga lagi, maka setelah terjadi penyerbuan para penjahat yang membasmi Hek-houw-pang itu, Lai Kun tentu saja tidak betah lagi tinggal di Ta-buncung

Maka, ketika menerima tugas dari kakek Coa Song, untuk mengantar murid keponakan itu kepada Huang-ho Sin-liong di dusun Hong-cun, dia merasa gembira sekali

Pertama, dia akan meninggalkan dusun Ta-bun-cung yang kini nampak menyedihkan itu, apa lagi Hek-houw-pang sudah dibubarkan, dan kedua dia akan berte mu dengan pendekar sakti Si Han Beng yang sudah lama didengar nama besarnya dan dikaguminya itu

Tak disangkanya, baru ju ga setengah perjalanan, Cin Cin sudah mulai rewel dan kini malah mogok makan

Tidak, aku tidak lapar! Susiok makan saja sendiri!

kata Cin Cin sambi mendorong kembali mangkok nasi itu

Aku mau tidur!

Anak itu lalu turun dari bangku dan lari ke pembaringan, langsung saja ia meloncat ke atas pembaringan, menghadap ke dinding

Lai Kun mengerutkan alisnya memandang ke arah murid keponakan itu dan menghela napas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya

Sudah beberapa hari ini dia selalu jengkel menghadapi Cin Cin dan mulai dia menyesali tugasnya yang te rnyata tidak menyenangkan ini

Beberapa kali bahkan dia sudah membentak Cin Cin kalau te rlalu rewel

Akan tetapi anak ini memang keras dan sukar diatur

Dihadapi dengan sikap halus, tetap marah

Kalau dikasari , bertambah marah! Sulit memang! Dia mengangkat ke dua pundaknya dan melanjutkan makan sendiri

Sejak siang tadi, Cin Cin tidak mau makan

Hanya pagi tadi saja makan bubur semangkuk

Anak itu memang bandelnya bukan kepalang

Tiba-tiba Cin Cin membalik sedikit dan menengok kepadanya

Lai Kun sudah merasa girang karena mengira anak itu mulai kelaparan dan mau mengubah sikapnya, mau makan

Akan tetapi Cin Cin yang kedua matanya merah karena tangis yang ditahan-tahan itu berkata ketus

Susiok, kalau besok kita belum tiba di tempat ibu

Jelas bahwa engkau berbohong dan aku tidak mau lagi melakukan perjalanan bersamamu!

Makin mendalam kerut di antara alis Lai Kun

Hatinya mulai panas oleh kejengkelan melihat sikap menantang anak itu

Hemm

lalu apa yang akan kau lakukan kalau engkau tidak mau melakukan perjalanan bersamaku?

tanyanya menahan marah

Tidak perlu susiok tahu! Pendeknya, aku akan mencari sendiri ibuku!

Lai Kun menggebrak meja di depannya sehingga mangkok piring berdentingan

Anak bandel! De ngar kau baik-baik

Kaukira aku kesenangan mengantarmu

Aku hanya mentaati perintah kakek Coa Song untuk membawamu kepada Huang-ho Sin-liong Si Han Beng, kautahu

Kita sedang melakukan perjalanan ke sana! Dan engkau harus mentaati pesan kakek Coa Song!

Cin Cin melompat turun dari pembaringan, berdiri memandang wajah Lai Kun dengan marah

Nah, benar saja! Susiok te lah bohong kepadaku! Aku tidak mau pergi ke manapun! Aku hendak mencari ibuku

Bawa aku kembali ke Ta-bun-cung, aku mau mencari ibuku!

Melihat anak itu berteriak-te riak marah, hampir saja Lai Kun menamparnya

Akan te tapi dia te ringat dan menahan kemarahannya

Mukanya merah sekali dan diapun mengangguk

Baiklah, besok pagi kita pulang!

katanya singkat

Agaknya Cin Cin juga puas dengan keputusan itu dan iapun kini mau duduk menghadapi makanan di atas meja

Ia mengambil nasi dan sayur, mulai makan

Agaknya timbul semangat anak itu ketika akan diajak pulang! Akan te tapi Lai Kun sudah marah sekali maka diapun mendiamkan saja

Dia merasa bingung

Bagaimana dia dapat mengajak anak itu pulang ke Ta-bun-cung setelah melakukan perjalanan setengahnya menuju ke dusun Hong Cun

Dan dia tidak ingin pulang ke dusun Ta-bun-cung! Sehabis makan dan setelah pelayan menyingkirkan mangkok piring, dia hanya berkata singkat kepada Cin Cin

Kau tidurlah, aku hendak jalan-jalan dulu

Besok pagi-pagi kita berangkat!

Pulang?

Cin Cin menegas

Ya, pulang!

jawab Lai Kun singkat, lalu dia keluar dari kamar, menutupkan daun pintu kamar itu dari luar

De ngan hati mengkal dia lalu berjalan-jalan di sepanjang jalan raya kota itu

Kota Ji-goan merupakan kota yang cukup besar, te rletak di sebelah utara Sungai Huang-ho, sedangkan Lok-yang, kota raja, te rletak tidak te rlalu jauh dari pantai selatan Sungai Kuning itu

Bahkan penyeberangan sungai dari utara ke selatan dan sebaliknya berada di kota Ji-goan, maka te ntu saja kota yang menjadi pusat lalulintas ke kota raja itu cukup besar, mempunyai banyak los men dan rumah makan

Sudah lazim bahwa jika sebuah kota dikunjungi banyak tamu, maka selain perdagangan menjadi ramai, juga usaha hiburan berkembang biak dengan cepat sekali

Para tamu itu membutuhkan hiburan dan mereka berani mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan kesenangan

Apa lagi mereka adalah pedagang-pedagang yang mempunyai uang

Sete lah memperoleh keuntungan, mereka tidak sayang menghamburkan sebagian kecil keuntungannya di rumah-rumah judi dan rumah pelesir

Karena dia tidak mengenal jalan, tanpa disadari Lai Kun memasuki lorong yang terkenal di kota itu sebagai lorong pusat te mpat hiburan

Dia melihat rumah-rumah ju di akan te tapi tidak te rtarik

Dia sedang mengkal, sedang marah karena kerewelan Cin Cin

Ketika melihat sebuah rumah minum yang dihias indah, dia te rtarik

Dipesannya arak dan kueh kering, lalu diapun minum untuk menghilangkan rasa je ngkelnya

Kehadirannya sejak tadi diikuti sepasang mata yang je li, mata seorang wanita muda yang wajahnya dirias cantik, sikapnya genit dan wanita itu memang seorang pelacur yang sedang mengintai korban di rumah makan itu

Melihat Lal Kun minum-minum seorang diri, dan nampak jelas bahwa pria ini adalah orang luar kota, pelacur itu melihat,seorang calon korban yang akan menguntungkan dirinya

Ia menanti sampai Lai Kun menghabis kan seguci kecil arak dan kepalanya sudah agak bergoyang-goyang

Ketika Lai Kun minta tambah arak, pelacur itu menghadang pelayan yang datang membawakan arak

Biar aku yang mengantarkan kepadanya,

bisik pelacur yang dikenal dengan nama Sui Su itu

Pelayan itu te rsenyum

Kalau pelacur itu berhasil, dia pasti akan menerima imbalannya nanti

Diberikannya guci arak itu kepada Sui Su yang dengan langkah gontai, bibir tersenyum-senyum dan sikap memikat membawa guci arak itu kepada meja Lai Kun

Silakan, tuan

Ini tambahan araknya,

katanya dengan suara merdu

Lai Kun memandang kepadanya dengan alis berkerut

Eh

Siapakah nona....?

Sui Su te rsenyum sehingga nampak giginya berkilat di balik sepasang bibir yang merah, akan tetapi dengan luwes ia menutupi mulutnya dengan saputangan sute ra

Nama saya Sui Su, tuan dan saya menjadi pelayan tuan untuk malam ini.....

Matanya mengerling tajam dan penuh daya pikat

Lai Kun sudah setengah mabok

Akan te tapi dia bukan ana k kecil

Dia seorang laki-laki berusia empatpuluh tahun dan biarpun sudah setengah mabok, namun dia mengerti bahwa dia berhadapan dengan seorang pelacur yang memiliki wajah cukup cantik dan bentuk tubuh yang menggiurkan

Hem, maaf, nona

Aku tidak ingin melacur malam ini......

katanya akan tetapi dia tidak menolak ketika wanita itu menuangkan arak dari guci ke dalam cawan araknya

Sui Su pura-pura marah

Aih, jangan menghina, tuan

Saya bukan pelacur! Saya memang suka menghibur tamu yang kesepian dan yang sedang menderita sedih, akan tetapi saya bukan pelacur murahan!

Lai Kun te rsenyum sedikit dan minum araknya

Bukan pelacur murahan te ntu pelacur mahalan, pikirnya

Akan te tapi dia memang sedang je ngkel, membutuhkan hiburan dan agaknya wanita ini amat ramah sikapnya, menyenangkan kalau diajak bercakap-cakap

Duduklah, nona

Mungkin aku membutuhkan teman bercakap-cakap malam ini.

Wanita itu duduk di bangku, dekat dengannya dan melayaninya makan kue kering dan minum arak

Dan memang benar dugaan Lai Kun, wanita itu amat pandai bicara, pandai bercerita dan pengetahuan umumnya juga banyak

Pandai bercerita tentang peristiwa-peristiwa penting yang te rjadi di kota Ji-goan

Karena terpikat oleh gaya bicara Sui Su yang ramah, Lai Kun mempergunakan kesempatan itu untuk berse nang-senang

Dari kakek Coa Song, dia menerima sekantung emas yang kelak harus diserahkan kepada pendekar sakti Si Han Beng, sebagai biaya hidup Cin Cin kalau menjadi murid pendekar itu agar jangan memberatkan penanggungan keluarga Si Naga Sakti Sungai Kuning

Akan te tapi kemurungan dan kemarahannya te rhadap Cin Cin membuat murid He k-houw-pang ini lupa diri, bahkan dia agaknya seperti sengaja hendak menghamburkan uang itu untuk menumpahkan kemarahannya te rhadap Cin Cin

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar