Tidak! Aku harus pergi sekarang juga
Aku harus mencari anakku!
Anakmu
Ahh, jadi ada anakmu te rtinggal di dusun?
Kini hati Lie Koan Tek merasa khawatir bukan main
Kas ihan wanita ini
Suaminya te was dan ia masih meninggalkan anak di dusun yang dihancurkan anak buah Pangeran Cian Bu Ong itu
Kini Liu Hwa mengangguk dan hampir ia menangis lagi ketika te ringat akan pute ranya
Anak tunggalku, Kam Cin yang baru berusia lima tahun, entah bagaimana nasibnya
Aku harus mencarunya sekarang juga,
katanya dan iapun lari lagi
Sejenak Lie Koan Tek termangu
Hatinya makin iba terhadap wanita itu dan setelah menarik napas panjang dia pun lari membayangi
Pendekar perkasa ini merasa heran sekali kepada dirinya sendiri
Entah mengapa
Baru sekarang ini dia merasa tertarik dan kasihan sekali kepada seorang wanita.! Seorang janda yang mempunyai anak lagi! Sungguh aneh
Akan te tapi dia hanya mengikuti perasaan hatinya dan membayangi karena dia tahu bahwa wanita itu melakukan perjalanan yang penuh bahaya
Apa yang dikhawatirkan pendekar Siauw-lim-pai itu memang tidak berlebihan
Ketika para penjahat di sekitar dusun Ta-bun-cung mendengar bahwa He k-houw-pang te rbasmi, ketuanya tewas, bahkan kakek Coa juga tewas dan semua anggota Hekhouw-pang meninggalkan dusun karena perkumpulan orang gagah itu dibubarkan, mereka bagaikan gerombolan tikus yang ditinggalkan kucing-kucing penjaga! Mereka seperti berpestapora dan menjadi berani
Matahari telah naik tinggi ketika Liu Hwa tiba di bukit te rdekat dengan dusun Ta-bun-cung
Ia tahu bahwa di balik bukit itulah terletak dusunnya
Biarpun tubuhnya sudah le lah sekali, namun ia memaksa diri untuk berjalan terus
Kekhawatiran akan puteranya membuatnya dapat bertahan
Akan te tapi, ketika ia tiba di lereng bukit itu, di jalan tikungan yang tertutup te bing bukit, tiba-tiba ia di kejutkan oleh munculnya banyak orang yang segera mengepungnya
Tidak kurang lari duapuluh orang laki-laki yang sikapnya kasar, mengepung dan memandang kepadanya dengan mata seperti binatang buas yang kelaparan, mulut mereka menyeringai kurang ajar
Mereka semua memegang senjata golok, pedang atau ruyung dan sikap mereka buas
Aha, bukankah ini nyonya ketua Hek-houwpang yang terhormat?
Dan cantik manis
Lihat kedua pipinya segar kemerahan!
Ha-ha-ha, nyonya muda yang segar dan mole k! Di mana suamimu?
Hei, nyonya ketua
Dimana sekarang Hek-houwpang?
Melihat orang-orang itu mulai mendekat dan tangan mereka mulai jahil dan kurang ajar, ada yang hendak mengelus dagunya, ada yang hendak menyentuh tubuhnya, Liu Hwa menangkis sambil berkata keras membentak,
Heii! Kalian mau apa
Minggir atau terpaksa akan kubunuh kalian semua!
Ternyata suara nyonya muda ini masih cukup berwibawa sehingga beberapa orang yang kurang kuat nyalinya, melangkah mundur sambil menyeringai
Biar kuhadapi si manis ini!
tiba-tiba terdengar suara parau dan seorang yang bertubuh tinggi besar melangkah maju menghadapi Liu Hwa
Dia seorang laki-laki yang usianya kurang le bih empat puluh tahun, tubuhnya tinggi besar, suaranya parau dan ketika Liu Hwa mengangkat muka memandang, diam-diam nyonya ini merasa ngeri
Wajah laki-laki ini memang menyeramkan
Rambutnya awut-awutan, agaknya tidak pernah dicuci apalagi disisir, sehingga nampak kotor dan jorok sekali
Mukanya kasar, dengan bintik-bintik hitam dan nampak keras seperti kulit buaya, hidungnya besar dan mulutnya lebar
Yang lebih menyeramkan adalah matanya
Mata itu tinggal sebelah kanan saja karena yang kiri te rpejam dan agaknya tidak ada biji matanya lagi
Liu Hwa te ringat sekarang
Biarpun belum pernah melihat orangnya, namun pernah suaminya dan para anggota He k-houw-pang bercerita tentang seorang perampok ganas yang berjuluk It-gan Tiat-gu (Kerbau Besi Mata Satu)
Perampok ini pernah meraja-lela di luar daerah Ta-bun-cung, akan tetapi setelah Hek-houw-pang membuat gerakan pembersihan, dia tidak berani muncul
Agaknya sekarang dia mengumpulkan penjahat-penjahat lain untuk dipimpin menjadi gerombolan perampok
Ha-ha-ha, manis
Ketua He k-houw-pang sudah mampus, dan He k-houw-pang sendiri sudah bubar
Daripada menjadi seorang janda kembang yang te rlantar lebih baik engkau menjadi isteriku, he heh-heh!
Berkata demikian, dia menjuIurkan le ngan kanannya yang panjang dan besar, dan tangannya hendak merangkul leher Liu Hwa
Akan tetapi nyonya ini mengelak dan menepiskan tangan tangan mata satu itu dengan pengerahan tenaga
Plakk!
Tangan penjahat itu terpental
Aku tidak sudi! Lebih baik aku mati dari pada menjadi isterimu!
Mati
Ha-ha, sayang kalau orang semanis engkau mati
Engkau sudi atau tidak, mau atau tidak, harus menjadi isteri It-gan Tiat-gu, he h-hehheh!
Dan tiba-tiba si mata satu itu menubruk bagaikan seekor beruang menubruk kambing
Poa Liu Hwa mengelak dengan loncatan ke kiri, lalu kaki kanannya mencuat dalam sebuah te ndangan ke arah perut raksasa mata satu itu
Akan tetapi, Tiat-gu atau Si Kerbau Besi itu te rnyata cukup lihai
Tangannya bergerak menangkis te ndangan itu dan tangan kanan kembali mencengkeram ke arah pundak Liu Hwa
Liu Hwa te rpaksa meloncat lagi ke belakang dan diam-diam terkejut karena kakinya yang te rtangkis terasa nyeri, tanda bahwa raksasa mata satu itu memiliki tenaga seperti seekor kerbau! Ketika ia meloncat ke belakang dua orang anggota gerombolan menyergapnya
Liu Hwa membalik dan kaki tangannya bergerak, menendang dan menampar
Dua orang anggota gerombolan itu jatuh tersungkur
Akan te tapi lebih banyak orang lagi mengeroyoknya, semua dengan tangan kosong karena mereka ingin membantu pemimpin mereka menangkap calon korban ini, bukan hendak melukai atau membunuhnya
Tikus-tikus busuk!
tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan bagaikan seekor garuda menyambar dari angkasa, Lie Koan Tek sudah te rjun ke dalam perkelahian itu dan dia mengamuk
Sekali dia menerjang, dua orang perampok te rpelanting keras
Melihat ini, para perampok segera menggunakan senjata mereka untuk mengepung dan mengeroyok
Pendekar Siauw-lim-pai itupun melolos rantai bajanya yang dipakai sebagai ikat pinggang, dan diapun memutar rantai baja itu, mengamuk di antara pengeroyokan banyak orang
Melihat munculnya seorang pria yang gagah perkasa, It-gan Tiat-gu segera menubruk Liu Hwa dari belakang dan karena pada saat itu Liu Hwa sedang menghadapi pengeroyokan dua orang maka ia tidak mampu mengelak
Kedua lengan Kerbau Besi telah merangkulnya dan karena tenaga kepala perampok itu memang besar, Liu Hwa sama sekali tidak mampu berkutik
It-gan Tiat-gu sudah menotoknya dan memanggul tubuh Liu Hwa yang menjadi lemas, dan kepala perampok ini menyelinap pergi, menggunakan kesempatan selagi Lie Koan Tek sibuk menghadapi pengeroyok yang banyak jumlahnya
Karena sibuk menghadapi pengeroyokan kurang le bih duapuluh orang yang semuanya bersenjata tajam, Lie Koan Tek sendiri tentu s aja tidak sempat untuk memperhatikan Liu Hwa
Dia mengamuk dan memutar rantai bajanya, merobohkan bayak pengeroyok sehingga para perampok menjadi gentar
Sisanya yang belum roboh lalu melarikan diri cerai-berai ke segala jurusan
Baru setelah para perampo k pergi, Lie Koan Tek mendapat kenyataan bahwa Liu Hwa tidak berada di situ! Dia menjadi bingung
He ndak mengejar ke mana
Para perampok itu lari ke empat penjuru! Apakah Liu Hwa telah berhasil melarikan diri ketika dia datang menyerbu para penjahat itu
Mengingat akan kemungkinan ini, dia lalu cepat mendaki bukit dan pergi ke dusun Ta-bun-cung
Sebagai seorang di antara para penyerbu dusun itu malam tadi, tentu saja dia tidak berani memasuki dusun secara terang-terangan
Dia menanti sampai hari menjadi gelap, baru dia melakukan penyelidikan
Diam-diam dia merasa menyesal juga mendapat keterangan bahwa puluhan orang anggota Hek-houw-pang telah te was dalam perte mpuran ketika anak buah Pangeran Cian Bu Ong datang menyerbu
Biarpun dia tidak bersungguh-sungguh membantu pangeran itu, dia tetap merasa ikut berdosa
Dia tidak menyelidiki te rlalu banyak mengenai He k-houw-pang
Yang dicarinya hanya Liu Hwa
Kalau nyonya muda itu sudah kembali ke dusun, hatinya akan merasa lega dan diapun akan pergi tanpa mene muinya
Akan te tapi, betapa bingung hatinya ketika dia mendapat kenyataan bahwa Poa Liu Hwa tidak pernah pulang! Nyonya muda itu telah lenyap.! Masih baik kalau le nyapnya itu karena ia telah pergi dan tidak ingin kembali ke dusun, akan tetapi bagaimana kalau sampai ia tertawan penjahat
Lie Koan Tek cepat meninggalkan dusun itu dan kembali memasuki hutan di lereng bukit, di mana siang tadi dia membantu Liu Hwa yang dikepung penjahat
Akan tetapi hutan itu s unyi saja
Dia tidak tidur semalam suntuk melainkan menjelajahi bukit itu, namun tidak menemukan jejak, bahkan tidak berte mu dengan seorangpun manusia
Agaknya anggota gerombolan perampok yang dia robohkan dalam keadaan terluka atau tewas sudah diangkut pergi kawan-kawan mereka
Terpaksa pada keesokan harinya, dia menuruni bukit dan menuju ke dusun yang nampak paling dekat di kaki bukit
Dia menjelajahi dusun-dusun dan akhirnya, pada hari ke tiga ketika dia memasuki sebuah dusun, dia melihat lima orang se dang ribut dengan pemilik rumah yang cukup besar di dusun itu
Ia melihat lima orang itu memukuli tuan rumah, dan yang lain sedang mengangkut barangbarang berharga dari rumah itu
Seorang di antara mereka yang menjadi pemimpin mempunyai luka melintang di mukanya dan te ringatlah Lie Koan Tek bahwa orang itu pernah dilihatnya di antara para pengeroyoknya ketika ia menolong Liu Hwa malam itu
Cepat ia lari menghampiri dan tanpa banyak cakap lagi dia menerjang si codet yang sedang memukuli tuan rumah
Plakk!
Dipukul pundaknya, si codet te rpelanting
Tentu saja dia marah sekali dan mencabut golok, lalu meloncat bangun dan hendak menyerang pemukulnya
Akan te tapi, begitu dia mengenal Koan Tek, mukanya yang codet menjadi pucat
Dia mengenal pendekar ini yang membuat dia dan belasan orang kawannya lari tungganglanggang tiga hari yang lalu
Akan tetapi, dia tidak mungkin dapat lari lagi, maka te rpaksa dia memberanikan diri dan menyerang dengan bacokan goloknya ke arah kepala Koan Tek
Pendekar ini menggeser kaki sehingga tubuhnya miring dan ketika golok lawan meluncur le wat di samping tubuhnya, dia cepat menggerakkan tangan memukul pundak kanan lawan
Krekkkl
Tulang pundak itu hancur
Golok te rlepas dan si codet yang berteriak kesakitan hendak melarikan diri
Akan te tapi sebuah te ndangan membuat sambungan lutut kanannya te rlepas dan diapun roboh tak mampu bangkit lagi, hanya duduk dan mengaduh-a duh dengan muka pucat ketakutan
Lie Koan Tek tidak berhenti sampai disitu saja
Dia berkelebat ke sana-sini dan terdengar teriakante riakan ketika empat orang penjahat yang lain roboh terpukul olehnya
Ada yang remuk tulang le ngan atau kakinya, ada yang benjol-benjol kepalanya atau matang biru mukanya
Akan tetapi mereka semua tidak mampu melarikan diri lagi dan hanya mengaduh-aduh, ada pula yang pingsan
Lie Koan Tek tidak memperdulikan penduduk yang datang berlarian ke te mpat itu, juga tidak memperdulikan anggota perampok yang lain
Dia menyeret tubuh si codet dan membawanya lari keluar dari dusun
Si codet merintih-rintih ketakutan dan minta-minta ampun, Namun Koan Tek tidak perduli dan te rus menyeretnya keluar dusun sampai tiba di te mpat sepi, baru dia melepaskan cengkeramannya sehingga tubuh si codet terhempas ke atas tanah
Ampun......ampunkan hamba......,tai-hiap.......
kata si codet sambil berlutut menyembah- nyembah
Mudah saja mengampuni dan membunuhmu, akan te tapi cepat katakan di mana adanya nyonya yang kalian rampok tiga hari yang lalu itu
Katakan dengan sejujurnya kalau engkau tak ingin kusiksa sampai mati!
Ampun, tai-hiap
Bukan saya yang mengganggunya, akan te tapi nyonya itu dibawa pergi oleh toako........, ampunkan saya.......
Siapa itu toako?
It-gan Tiat-gu......
Di mana dia sekarang
Nyonya itu dibawa ke mana
Hayo katakan sejujurnya.
Mungkin ke sarangnya yang baru......Saya.....saya hanya menjadi pembantunya sementara saja, dan malam itu..
dia pergi melarikan nyonya itu......
Hemm, cepat antarkan aku ke sarangnya!
Jauh sekali, tai-hiap, perjalanan sehari penuh.....
Cerewet! Kau ingin mampus!
Koan Tek menendang dan tubuh orang itu te rle mpar sampai beberapa meter jauhnya
Dia mengerang dan merangkak bangun
Ampun, saya....
saya mau mengantarkan taihiap, tapi..........
saya takut, tentu dia akan marah kepada saya dan membunuh saya.
Huh, ada aku di sini, tidak perlu takut
Kalau engkau mengantar aku sampai berhasil menemukan nyonya itu, aku akan mencegah dia membunuhmu
Sebaliknya, kalau engkau tidak memenuhi permintaanku, engkau akan kusiksa sampai mati
Hayo cepat!
Si codet itu takut sekali dan diapun cepat bangkit lalu menjadi penunjuk jalan
Lie Koan Tek berjalan di belakangnya dan mendorong-dorongnya sehingga si codet, walaupun menderita nyeri di pundaknya, terpaksa berlari-lari
Untung bahwa karena gelisah memikirkan keselamatan Poa Liu Hwa, Koan Tek memaksa si codet berlari-lari sehingga dia tidak datang te rlambat
Karena kepala perampok yang berjuluk It-Gan Tiat-gu (Kerbau Besi Mata Satu) itu, setelah berhasil melarikan Liu Hwa dan meninggalkan Koan Tek dikeroyok anak buahnya, melakukan perjalanan yang santai menuju ke sarangnya, puncak sebuah bukit yang sunyi
Dia telah menotok wanita tawanannya itu hingga Liu Hwa tidak mampu meronta, tidak mampu pula berte riak
Dengan hati bangga dan girang, si mata satu itu memondong tubuh Liu Hwa, dibawa ke sarangnya dengan jalan kaki biasa saja tidak berlari-lari
Dia bangga karena telah berhasil menawan isteri ketua Hek-houw-pang dan akan memaksa wanita itu menjadi isterinya
Masih ada belasan orang anak buahnya di sarang itu