Pangeran Cian Bun Ong menghela napas panjang
Mereka masih duduk di depan makam, di atas batu-batu yang banyak terdapat di tempat itu
Keadaan di keliling itu s unyi
Me mang sudah sepantasnya kalau kita saling mengenal lebih dekat lagi, karena puteramu telah menjadi muridku, akupun hanya tahu bahwa engkau bernama Sim Lan Ci, keluarga dari pimpinan He k-houw-pang
Akan te tapi melihat gerakan ilmu silatmu, jelas engkau bukan murid He k-houw-pang.
Yang keluarga Hek-houw-pang adalah mendiang suami saya
Dia adalah keturunan para pemimpin atau ketua He k-houw-pang, yaitu keluarga Coa.
Oh, begitukah
Pantas ilmu silatmu berbeda.
Pangeran itu lalu memandang kepada Thian Ki dan Kui Eng
Thian Ki, kauajak sumoimu pergi bermain-main ke ujung tanah kuburan di sana
Jangan te rlalu jauh
Aku ingin bicara dengan ibumu dan ana k-anak tidak boleh ikut mendengarkan.
Baik, suhu
Mari, sumoi!
kata Thian Ki sambil menggandeng tangan Kui Eng
Mereka pergi meninggalkan dua orang tua itu dan memetik bunga liar yang bertumbuhan di sudut tanah kuburan
Nah, sekarang le bih leluasa kita bicara
Tidak semua hal boleh didengar oleh anak-anak kita.
Lan Ci mengangguk, membenarkan
Ilmu silatmu selain berbeda, juga mengandung hawa pukulan beracun
Siapakah gurumu?
pangeran itu kembali bertanya
Demikian pandainya dia mengatur percakapan sehingga Lan Ci tidak sadar bahwa pertanyaan tentang nama pangeran itu sama sekali belum te rjawab, bahkan kini orang itu yang menguras keterangan darinya
Guru saya adalah ibu kandung saya sendiri.
Ia te rpaksa mengaku
Ah, kiranya begitu
Siapakah nama ibumu
Tentu ia seorang tokoh dunia persilatan yang amat te rkenal.
Sungguh tidak enak rasanya memperkenalkan ibunya, seorang datuk sesat yang namanya te rsohor
Akan tetapi ia tidak dapat mengelak lagi
Biarlah penolongnya ini tahu segala tentang dirinya, te ntang Thian Ki yang sudah menjadi muridnya
Dahulu ibu bernama Phang Bi Cu, berjuluk Ban-tok Mo-li akan tetapi sekarang telah menjadi seorang Ni-kouw.
Benar seperti dugaannya, penolongnya itu nampak te rkejut sekali
Nama ibunya te rlalu te rsohor untuk tidak dikenal orang
Ban-tok Moli
Ibumu Ban tok Mo-li
Aahh, sekarang aku mengerti mengapa anakmu menjadi Tok-tong Ibumu seorang wanita yang amat lihai dan nama besarnya sudah lama sekali kudengar!
Pangeran itu memandang kagum, lalu cepat menyambung dengan pertanyaan,
Dan ayahmu?
Ayah telah tiada sejak saya kecil sekali
Saya tidak ingat lagi
Paduka belum menceritakan siapa sebenarnya paduka.
Me mang aku seorang bekas pangeran
N amaku Cian Bu Ong Lan Ci melompat berdiri dan wajahnya berubah pucat, matanya te rbelalak memandang kepada laki-laki itu dan kedua tangannya dikepal
Paduka Pangeran Cian Bu Ong
Jadi.........paduka ini yang mengirim lima orang penjahat yang telah membasmi Hek-houw-pang dan membunuh suami saya?
Duduklah, nyonya, duduk dan te nanglah agar anak-anak kita tidak menjadi kaget
katanya dan sungguh aneh, suara le mbut dan berwibawa itu membuat Lan Ci menjadi tenang kembali dan iapun kini sudah duduk lagi, walaupun pandang matanya penuh selidik dan mengandung kemarahan
Siapakah yang melempar fitnah itu dan mengatakan bahwa aku yang membasmi He khouw-pang?
Bukan fitnah! Lima orang penjahat itu sendiri yang mengaku
Ketika mereka muncul di dusun Ta-bun-cung, mereka mencari ketua atau pimpinan He k-houw-pang untuk dipanggil menghadap Pangeran Cian Bu Ong
Padahal Pangeran Cian Bu Ong adalah seorang pemberontak yang menjadi buruan pemerintah, maka te ntu saja Hek-houw-pang tidak mau, bahkan hendak menangkap lima orang itu sehingga te rjadi pertempuran
Jadi paduka ini seorang pemberontak yang telah mengutus pembunuh-pembunuh itu untuk membasmi Hekhouw-pang?
Pangeran itu menghela napas panjang
Nanti dulu, nyonya
Beginilah nasib orang yang kalah
De ngarkan dulu keteranganku, baru nanti engkau boleh menilai
Tidak kusangkal bahwa aku te lah melakukan perlawanan terhadap pemerintah baru
Akan te tapi coba pertimbangkan, siapakah sesungguhnya yang memberontak
Aku adalah seorang pangeran dari Kerajaan Sui, saudara dari mendiang Kaisar Yang Ti
Pemberontakan yang dipimpin Li Si Bin dan ayahnya berhasil menjatuhkan Kerajaan Sui
Sebagai seorang pangeran, aku berjuang melawan pemberontak yang mendirikan krrajaan baru
Nah, siapakah yang pemberontak
Justeru aku menentang pemberontak! Dan kami kalah
Aku menjadi pelarian bersama keluargaku
Kalau orang sudah kalah, selalu menjadi bulan-bulanan fitnah, dijadikan keranjang sampah untuk menampung semua kekotoran dan kesalahan pihak lain
Tidaklah mengherankan kalau lima orang penjahat itu mempergunakan namaku, agar pasukan keamanan mencariku, bukan mereka
Engkau melihat sendiri bagaimana sikapku ketika menolongmu
Aku membunuh anak buah penjahat
Bahkan keluargaku juga te rbasmi oleh pasukan keamanan
Nyonya muda Lan Ci, apakah engkau sekarang masih tega untuk menuduh aku menjadi pembasmi keluarga Hek-houw-pang
Aku sudah cukup menderita, maka kalau engkau sekarang menuduhku jahat, maka penderitaanku le ngkaplah, bahkan berlebihan, kalau engkau menganggap a ku yang menyuruh bunuh suamimu, nah, di depan makam suamimu ini, engkau boleh membalas dendam, boleh membunuhku dan aku tidak akan melawan
Aku hanya titip puteriku, Kui Eng......
Luluh semua kekerasan di hati Lan Ci mendengar keterangan itu
Semua keterangan itu masuk akal
Pangeran ini bahkan seorang pahlawan yang gigih menentang pemberontak yang menjatuhkan Kerajaan Sui
Kalau kini dia dicap pemberontak, hal itu hanya karena Kerajaan Sui telah jatuh
Dengan demikian memang sukar mengatakan siapa yang memberontak kepada siapa! Apa lagi melihat wajah yang gagah itu menjadi muram oleh kedukaan, Lan Ci teringat akan nasibnya sendiri dan ia menunduk lalu berkata lirih,
Maafkan saya, pangeran
Saya percaya kepada paduka.
Wajah yang muram itu menjadi cerah kembali, dan senyum kegembiraan te rsembul di wajah Pangeran Cian Bu Ong
Syukurlah, Lan Ci
Syukurlah masih ada orang yang percaya kepadaku
Mari kita cepat pergi dari sini
Kalau sampai ketahuan pasukan keamanan, te ntu kita akan te rancam bahaya
Kita harus menyelamatkan Kui Eng dan Thian Ki.
Ke mana kita akan pergi, pangeran?
Di perbatasan utara, di sebuah lereng bukit ada sebuah dusun besar orang-orong suku bangsa Hui
Di sana aku mempunyai sebuah rumah
Dan di sana kita akan aman dari jangkauan pengejaran pasukan pemerintah Tang.
Mereka memanggil dua orang yang sedang bermain-main itu dan berangkatlah mereka meninggalkan tanah kuburan, menuju ke utara
Pangeran Cian Bu Ong menjadi penunjuk jalan dan dia mengambil jalan melalui bukit dan le mbah, melalui hutan-hutan yang sunyi
Dan di sepanjang perjalanan Sim Lan Ci menjadi semakin kagum dan te rtarik karena sikap pangeran itu sungguh le mbut, halus dan sopan
Iapun diam-diam menyerahkan nasibnya dan pute ranya ke tangan pria yang berwibawa itu
o-ooo0dw0ooo-o
Lepaskan aku......atau bunuh saja aku
Biarkan aku mati menyusul suamiku......!
Wanita itu meronta-ronta dalam pondongan Lie Koan Tek ketika pengaruh totokan membuatnya mampu bergerak kembali
Mereka tiba di dalam sebuah hutan
Lie Koan Tek melepaskan pondongannya dan wanita itu menjatuhkan diri berlutut sambil menangis
Wanita itu adalah Poa Liu Hwa, isteri Kam Seng Hin ketua He k-houw-pang
Ketika lima orang penjahat lihai menyerbu Hek-houw-pang, ia membantu suaminya
Melihat suaminya roboh dan te was, nyonya muda ini mengamuk dengan pedangnya, nekat menyerang penjahat lihai
Akan tetapi tiba-tiba ia te rkulai lemas, te rtotok dan dibawa lari oleh seorang di antara lima penjahat itu
Kini ia berada di tangan seorang penjahat lihai dan melawanpun tidak ada gunanya
Teringat akan kematian suaminya, te ringat pula akan nasib pute ranya yang entah bagaimana, Poa Liu Hwa hanya dapat menangis sedih
Tenanglah, nyonya, dan harap jangan salah sangka
Aku sengaja melarikanmu dengan dua maksud........
Huh, penjahat keji macam engkau, maksudmu te ntu keji dan jahat! Lebih baik bunuh saja aku!
Liu Hwa berseru marah
Diam dulu dan dengarkan keteranganku
Lie Koan Tek membentak marah
Agaknya
Liu Hwa dapat menangkap kekerasan dan ketegasan dalam suara itu dan iapun menurunkan kedua tangan yang tadi menutupi mukanya, memandang dengan mata basah, akan tetapi dengan sinar kebencian seolah hendak membakar
Melihat wanita itu sudah agak te nang dan mau menghentikan tangisnya, Lie Koan Tek menghela napas panjang
Tidak ada yang le bih menyakitkan hati dari pada tuduhan orang bahwa aku keji, jahat dan sudah menjadi seorang penjahat
Ketahuilah bahwa aku bernama Lie Koan Tek, aku seorang murid Siauw-lim-pai yang belum pernah melakukan kejahatan.
Liu Hwa te rkejut, juga heran
Tentu saja ia pernah mendengar nama Lie Koan Tek, murid Siauw-lim-pai yang gagah-perkasa, yang merupakan sis a para tokoh Siauw-lim-pai yang berhasil lolos ketika kuil Siauw-lim-si dibakar oleh pasukan pemerintah Kerajaan Sui, beberapa tahun yang lalu
Semua orang gagah di dunia persilatan memuji dan kagum kepada Lie Koan Tek dan lima orang saudaranya
Tapi........tapi kenapa engkau ikut menyerbu He k-houw-pang dan menawanku?
Dengar saja dulu baik-baik
Engkau mungkin tidak tahu
Aku adalah seorang yang dimusuhi Kerajaan Sui, dan karena aku selalu menentang kesewenang-wenangan para pembesar Sui, akhirnya aku te rkepung dan te rtawan, lalu dihukum penjara
Ketika kerajaan itu jatuh oleh pasukan Li Si Bin yang memberontak, aku masih di dalam penjara
Lalu aku dibebaskan oleh Pangeran Cian Bu Ong yang sebaliknya sebagai balasannya minta kepadaku untuk membantunya melawan pemberontak Li Si Bin yang sudah berhasil mendirikan Kerajaan Tang
Mula-mula aku menyetujuinya karena aku sendiri biarpun dimusuhi Kerajaan Sui juga menentang pemberontakan
Akan tetapi, ketika kami diperintah oleh Pangeran Cian Bu Ong menyerbu He k-houw pang yang membantu pemerintah pemberontak, aku melihat kegagahan orang-orang He k-houw-pang dan melihat kekejian para rekanku
Timbullah kesadaranku bahwa orangorang yang membantu Pangeran Cian Bu Ong adalah orang-orang jahat
Apalagi melihat suamimu ketua He k-houw-pang te rbunuh, dan engkau te rancam, aku lalu turun tangan melarikanmu, dengan hanya satu niat saja, yaitu menyelamatkanmu.
Aku tidak butuh kauselamatkan! Aku tidak takut mati, bahkan aku ingin mati bersama suamiku!
Liu Hwa berseru lalu iapun bangkit dan lari meninggalkan Koan Tek
Haiii, nyonya, engkau hendak pergi ke mana?
Koan Tek meloncat dan mengejar
Perduli apa denganmu?
Wanita itu membalik dan menegur, penuh kemarahan
Walaupun ia percaya akan keterangan Lie Koan Tek tadi, tetap saja kebenciannya tidak hilang karena ia menganggap bahwa pria ini menjadi satu di antara sebab tewasnya suaminya
Aku......aku memang tidak ada sangkutan denganmu, tapi.........amat berbahaya untuk melakukan perjalanan sendiri kembali ke dusunmu
Bagaimana kalau sampai engkau berte mu dengan anak buah Pangeran Cian Bu Ong?
Aku tidak takut
Aku akan melawan sampai napas terakhir!
nyonya muda itu menjawab tegas
Koan Tek kagum
Wanita ini memang gagah, pikirnya, walaupun ilmu silatnya tidak begitu tangguh
Engkau sudah nekat, nyonya
Engkau bukan lawan mereka
Sebaiknya engkau menanti satu dua hari sebelum kembali ke dusunmu.