Naga Beracun Bab 011

Anak itu nampak te rkejut, bergerak dan bangkit duduk

Dia te rbelalak melihat ibunya dihajar cambuk oleh seorang laki-laki tinggi kurus muka kuning

Ibunya sudah hampir te lanjang

I buuu.....!

Dia meloncat bangun

Tentu saja Lan Ci te rkejut bukan main mendengar teriakan anaknya

Tanpa menoleh karena ia harus mengelak dan mencoba untuk menangkap ujung cambuk iapun berse ru

Thian Ki! Larilah....! Selamatkan dirimu

Lari......!

Akan tetapi Thian Ki sama sekali tidak lari keluar, bahkan lari menghampiri!

Engkau jahat! Engkau mencambuki ibuku.! Engkau jahat sekali! He ntikan serangan itu!

Tar-tarrr!

Ujung cambuk menyambar ke arah tubuh Thian Ki

Leher dan dada anak itu terkena cambuk, akan te tapi anak itu seperti tidak merasakan biarpun kulit lehernya berdarah

la menerjang te rus, berusaha untuk menangkap kaki Gan Lui

Anak Setan! Minggatlah!

Gan Lui berseru marah

Kalau dia menghendaki, tentu sekali pukul atau tendang dia akan dapat membunuh anak itu

Akan te tapi dia tidak berani melakukannya karena ingat akan ancaman Pangeran Cian Bu Ong

Kembali cambuknya meledak-Iedak, akan te tapi anak itu di bawah hujan cambuk, te tap saja menerjangnya

Dan ketika cambuknya menyambar ke arah anak itu, Lan Ci yang terbebas dari desakan cambuk, sudah mengirim pukulan- pukulan beracun! Gan Lui menjadi sibuk sekali

Dia mengelak dari hantaman Lan Ci, kemudian dengan cambuknya dia menahan serangan Lan Ci dan tangan kirinya menyambar dan menangkap kedua le ngan Thian Ki

Dia pikir bahwa anak itu agaknya memiliki pukulan beracun seperti ibunya

Kalau sudah ditangkap kedua le ngannya te ntu tidak akan mampu bergerak

Mudah menotoknya agar anak itu pingsan

Akan te tapi, begitu kedua le ngannya dicengkeram, Thian Ki yang hendak menolong ibunya itu menggigit tangan yang mencengkeramnya

Dengan sekuat tenaga, giginya menghunjam ke tangan yang amat kuat itu

Aughhh......!

Teriakan yang keluar dari kerongkongan Gan Lui seperti suara seekor binatang buas yang ketakutan

Dia memandang ke arah tangan yang te rgigit dan yang kini menjadi hitam hangus dan nyerinya sampai menusuk jantung

Dia terhuyung ke belakang dan kesempatan itu dipergunakan oleh Lan Ci untuk mengirim serangan kilat, pukulan maut ke arah dada lawan

Plakk.....!

Dan tubuh Gan Lui terjengkang, matanya mendelik dan dia te was seketika pada saat tubuhnya te rbanting ke atas lantai ruangan itu

Ulu hatinya terkena hantaman pukulan yang mengandung hawa beracun

Tanpa pukulan itupun dia akan mati dalam waktu cepat karena dari tangan yang te rgigit itu menjalar racun yang amat kuat, yang membuat seluruh jalan darahnya keracunan dan menghitam seperti hangus te rbakar

Thian Ki.....!

I bu......!

Mereka berangkulan dan Lan Ci menangis, te ringat akan suaminya yang tewas, juga menangis karena lega bahwa ia dan pute ranya terlepas dari ancaman bahaya yang mengerikan di tangan si tinggi kurus muka kuning itu

Akan tetapi pada saat itu terdengar suara gaduh dan agaknya banyak orang mengepung pondok itu

Lan Ci merangkul anaknya, dan melihat cambuk milik Gan Lui menggeletak di lantai, memungutnya, kemudian ia berbisik,

Thian Ki, agaknya masih banyak musuh di luar

Mari naik ke punggungku, kita harus lari dari tempat ini.

Thian Ki tidak membantah dan digendong di punggung ibunya

Kakinya menje pit pinggang, kedua le ngannya merangkul pundak dengan kuat

Lan Ci membawa cambuk itu dan melompat keluar

Benar saja, di luar terdapat belasan orang yang memegang bermacam senjata

Begitu ia tiba di luar, orang-orang itu berte riak-te riak dan mengepung lalu menyerang dengan ganas

Dan te rnyata bahwa mereka semua rata-rata memiIiki ilmu silat yang cukup kuat sehingga kepungan itu ketat dan tangguh, membuat ibu dan anak itu kembali terancam

Lan Ci mengamuk dengan cambuknya

Ia merasa canggung dan kaku karena keadaan pakaiannya yang sete ngah telanjang, padahal belasan orang pengeroyoknya itu semua adalah laki-laki

Juga senjata yang dipegangnya itu merupakan senjata yang asing baginya

Maka, ia hanya menggunakan cambuk itu untuk menangkis i hujan senjata

Diputarnya cambuk itu melindungi dirinya dan pute ranya, namun karena ia kurang mahir memainkan cambuk, dalam waktu sebentar saja pundak kirinya sudah te rcium ujung golok sehingga terluka

Pada saat itu, nampak bayangan berkelebat

Bagaikan seekor burung rajawaIi, bayangan ini menyambar-nyambar dan Lan Ci te rbelalak

De mikian hebat gerakan bayangan itu dan kemanapun dia menyambar, te ntu ada pengeroyok yang roboh dan dalam waktu singkat saja, belasan orang pengeroyok itu roboh semua dan te was seketika! Ketika bayangan itu berhenti bergerak, baru nampak je las oleh Lan Ci bahwa dia seorang pria yang bertubuh tinggi besar, bermuka merah, berje nggot panjang dan nampak gagah perkasa, juga penuh wibawa

Usianya sekitar limapuluh tahun dan pria itu berdiri memandang kepadanya sambil tersenyum

Dari gerakan tadi saja dan melihat akibatnya, Lan Ci maklum sepenuhnya bahwa ia berhadapan dengan seorang sakti

Orang ini dengan kedua tangan kosong te lah membunuh belasan orang bersenjata yang kuat

Dan iapun tahu bahwa tanpa pertolongan orang sakti ini, ia dan pute ranya tentu akan tewas dikeroyok

Maka, tanpa ragu lagi iapun melepaskan Thian Ki dari atas punggungnya dan mengajak pute ranya menjatuhkan diri berlutut di depan pria itu

Tai-hiap (pendekar besar) yang budiman

Saya Sim Lan Ci dan anak saya Coa Thian Ki menghaturkan te rima kasih atas pertolongan taihiap kepada kami......

Pada saat itu, terdengar suara gaduh yang datangnya dari arah barat, seperti suara banyak orang bersorak dan berte riak-teriak

Mendengar ini, orang gagah itu menanggalkan jubahnya yang le bar dan mempergunakan jubah itu untuk menyelimuti tubuh Lan Ci yang setengah telanjang, kemudian dia memegang tangan Lan Ci dan ditariknya bangkit berdiri

Sudah, tidak perlu banyak bicara, kita harus cepat pergi dari sini

Mari ikuti aku!

Dan pria tinggi besar yang gagah perkasa itu sudah meloncat ke arah barat darimana suara gaduh itu te rdengar

Lan Ci berterima kasih sekali karena kini tubuhnya te rtutup

Ia mengikatkan sabuk di luar jubah yang kebesaran itu, kemudian sambil menggandeng tangan Thian Ki dengan tangan kiri dan memegang cambuk di tangan kanan, iapun mengikuti orang tinggi besar itu dengan penuh kepercayaan

Siapakah pendekar yang gagah perkasa ini

Tentu saja Lan Ci sama sekali tidak pernah menduga bahwa orang itu bukan lain adalah Pangeran Cian Bu Ong sendiri! Ketika pangeran yang amat cerdik ini mendengar laporan Can Hong San te ntang ibu dan anak itu, hatinya te rtarik sekali dan setelah dia memeriksa tubuh Thian Ki dan melihat kecantikan Lan Ci, timbul suatu keinginan di hatinya untuk memiliki anak dan ibunya itu

Maka, melihat betapa gerakannya ini sudah gagal sehingga dia sekeluarga menjadi orang-orang buruan, diapun ingin mengubah keadaan itu dan memulai hidup baru yang lain sama sekali

Dia membebaskan Hong San, lalu menyuruh Gan Lui memperkosa Lan Ci yang sesungguhnya hanyalah merupakan ujian bagi ibu dan anak itu untuk meyakinkan hatinya

Juga diam-diam dialah yang menyuruh belasan orang pengikutnya untuk mengeroyok Lan Ci

Dia mengintai dan melihat betapa dugaannya memang benar

Wanita itu selain cantik menarik juga memiliki ilmu silat yang cukup timggi dan boleh diandalkan, dan te rutama sekali Thian Ki sungguh membuat dia kagum dan girang

Anak itu benarbenar seorang Tok-tong, seorang anak beracun, yang sekali gigit saja membuat Gan Lui keracunan hebat! Ketika belasan orang-orangnya sendiri melakukan pengeroyokan te rhadap Lan Ci, dia lalu muncul dan membunuh mereka semua, sesuai dengan siasat yang sudah direncanakan sebelumnya

Menurut rencananya, setelah dia menolong ibu dan anak itu, tentu besar kemungkinan Lan Ci yang berhutang budi padanya akan menerima pinangannya untuk menjadi isteri ke dua

Isterinya sendiri bersama kurang le bih belasan orang sanak keluarganya, dia kumpulkan di dalam hutan itu, bersama pute rinya yang masih kecil, tadinya dikawal oleh belasan orang yang dia perintahkan untuk mengeroyok Lan Ci itu

Akan te tapi, tidak seluruh rencananya berjalan baik

Tanpa diduga sama kali, ketika belasan orang pengikutnya menyerbu pondo k untuk melaksanakan perintahnya, yaitu mengeroyok Lan Ci, tempat persembunyian keluarganya itu diketahui pasukan pemerintah dan suara gaduh itu adalah suara pasukan yang jumlahnya kurang le bih seratus orang menyerbu hutan di mana keluarganya berse mbunyi! Ketika Pangeran Cian Bu Ong tiba di tempat itu, diikuti oleh Lan Ci dan Thian Ki, mereka melihat betapa keluarga pangeran itu te lah dikepung dan dikeroyok oleh banyak sekali perajurit kerajaan

Keluarga pangeran yang te rdiri dari wanita, kanakkanak dan beberapa orang laki-laki itu melakukan perlawanan dengan gigih karena mereka maklum bahwa sebagai keluarga pemberontak, menyerah berarti penyiksaan dan kematian pula

Maka dari pada menyerah mereka lebih baik melawan sampai mati

Pangeran Cian Bu Ong datang setelah terlambat

Dia melihat isterinya, seorang wanita berusia hampir limapuluh tahun, dengan pedang di tangan, melawan pengeroyokan empat orang perwira

Isterinya pernah belajar ilmu silat, akan tetapi tidaklah terlalu pandai, maka dikeroyok empat orang perwira yang lihai itu, ia telah menderita luka-luka parah walaupun masih melakukan perlawanan dengan gigih

Sambil mengeluarkan suara melengking nyaring, Pangeran Cian Bu Ong menyerbu dan begitu bayangannya berkelebat dan kaki tangannya bergerak, empat orang perwira yang mengeroyok isterinya itu te rlempar ke sana-sini dengan kepala remuk atau dada pecah dan tewas seketika

Isteri pangeran itu mengeluh dan te rhuyung

Pangeran Cian Bu Ong cepat merangkulnya

Dada, perut dan punggung is te rinya sudah berlumuran darah

Aku.....aku.....melawan sampai akhir..

tolong...

tolong......anak kita...

ia di.....sana....

kata wanita itu dan iapun te rkulai pingsan dalam rangkulan suaminya

Pangeran Cian Bu Ong memondong tubuh is terinya dan menole h ke kiri, ke arah yang ditunjuk isterinya tadi dan dia melihat Cian Kui Eng, pute rinya yang baru berusia empat tahun, dipondong oleh seorang prajurit bermuka hitam yang te rtawa-tawa merangkul anak yang merontaronta mencakar dan menggigit itu

Sebelum pangeran ini turun tangan, tiba-tiba te rdengar suara bentakan Thian Ki yang sudah tiba di situ bersama ibunya

Orang jahat! Lepaskan anak perempuan itu!

Dan Thian Ki sudah meloncat ke dekat perajurit yang memondong Kui Eng, pute ri atau anak tunggal pangeran Cian Bu Ong

Melihat anak kecil itu berada di depannya sambil mengepal tinju dan menegurnya, prajurit itu te rtawa,

Ha-ha-ha

engkau anjing kecil pergilah!

Dan kakinya menendang ke arah dada Thian Ki

Anak ini memang tidak pernah mempelajari ilmu silat, tidak pernah berkelahi, akan tetapi semangatnya untuk menolong Kui Eng besar sekali, maka biarpun dia terkena te ndangan sampai te rguling-guling, dia bangkit lagi dan meloncat dekat lagi

Prajurit itu marah, tangan kiri tetap memondong tubuh Kui Eng dan tangan kanan kini menjambak rambut kepala Thian Ki, dijambak keras untuk dijebol

Akan tetapi tiba-tiba dia meraung, melepaskan jambakannya, bahkan Kui Eng juga te rlepas dari pondongannya

Orang itu te rhuyung, memegangi tangan yang tadi menjambak rambut

Tangan itu sudah menghitam dan diapun te rpelanting roboh dan bergulingan dalam sekarat! Thian Ki sudah menggandeng tangan Kui Eng dan diajaknya pergi menjauh

Sementara itu, dengan cambuk di tangan, Lan Ci juga mengamuk untuk menolong keluarga yang dikeroyok pasukan itu

N amun agaknya te rlambat, karena semua anggota keluarga itu telah roboh

Melihat keadaan ini, sekali loncat pangeran Cian Bu Ong sudah mendekati puterinya dan menyambar tubuh pute rinya, dipondong bersama tubuh is terinya yang pingsan, lalu berkata kepada Lan Ci

Sim Lan Ci, cepat pondong anakmu dan kita pergi dari sini!

Lan Ci maklum bahwa melawan hampir seratus orang itu sama dengan mencari penyakit, maka mendengar seruan penolongnya, iapun cepat menghampiri Thian Ki, memondongnya dan sambil memutar cambuknya, ia mengikuti Pangeran Cian Bu Ong yang mencari jalan keluar sambil menendang-nendang, merobohkan banyak prajurit yang berani menghadang

Karena te ndangante ndangan itu dahsyat sekali, ditambah gerakan cambuk di tangan Lan Ci, akhirnya dua orang ini berhasil keluar dari kepungan dan melarikan diri

Pangeran Cian Bu Ong memasuki sebuah gua di le reng bukit sambil memondong tubuh is terinya dan juga pute rinya, diikuti oleh Lan Ci yang masih memondong Thian Ki

Setelah menurunkan Thian Ki, Lan Ci tanpa diminta lalu membuat api unggun, dibantu oleh Thian Ki

Sementara itu, Pangeran Cian Bu Ong merebahkan tubuh is terinya

Wanita itu mengeluh lirih ketika suaminya memeriksa luka-lukanya, dilihat oleh Lan Ci dan Thian Ki

Lan Ci memandang dengan perasaan haru bercampur iba, karena sekali pandang saja iapun tahu bahwa wanita itu tidak mempunyai harapan untuk hidup lagi

Luka-lukanya terlampau parah dan terlampau banyak darah keluar

Yang mengagumkan hatinya, anak perempuan itu tidak menangis hanya bersimpuh di dekat ibunya sambil memegangi tangan ibunya

Pangeran Cian Bu Ong hanya dapat menotok jalan darah isterinya untuk menghentikan mengucurnya darah yang hampir habis dan untuk menghilang rasa nyeri

Tenanglah, bagaimanapun juga, anak kita dapat diselamatkan,

kata pangeran itu dengan suaranya yang lembut berwibawa

Aku.....aku rela.....harap kau didik baik- baik.....Kui Eng.....

wanita itu te rkulai dan menghembuskan napas te rakhir

I buuu.....I

Hanya sekali itu Kui Eng menje rit lirih dan merangkul je nazah ibunya

Tangis nya hampir tidak te rdengar, hanya kedua pundaknya yang bergerak-gerak itu menunjukkan bahwa ia te risak

Thian Ki juga sejak tadi memandang dengan hati penuh perasaan iba te rhadap Kui Eng

Kini, melihat Kui Eng mendekap je nasah ibunya sambil menangis tanpa bersuara, Thian Ki mendekat dan menyentuh pundak anak perempuan itu

Sudahlah, ditangisipun tidak ada gunanya

Engkau tidak sendirian, baru saja akupun ditinggal mati ayahku yang dibunuh orang jahat.

Anak perempuan itu mengangkat mukanya, menoleh dan memandang kepada Thian Ki, lalu memandang kepada Lan Ci dan bertanya,

I a itu ibumu?

Thian Ki mengangguk

Enak saja engkau bicara, engkau sih mempunyai ibu dan aku ditinggal mati ibuku.

Akan tetapi engkaupun masih mempunyai ayah yang gagah perkasa, dan aku te lah kehilangan ayahku,

bantah Thian Ki

Anak itu te rdiam dan melirik kepada ayahnya, lalu kepada Lan Ci, seperti juga yang dilakukan Thian Ki

Lan Ci memandang kepada laki-laki perkasa itu, merasa kasihan sekali karena ia merasa betapa karena menolong ia dan Thian Ki, maka pria ini kehilangan keluarganya

Andaikata dia tidak menolongnya, te ntu berada bersama keluarganya dan tidak akan te rjadi keluarganya te rbasmi oleh pasukan, karena te ntu dia akan mampu melindungi mereka

Tai-hiap, maafkan kami

Kami penyebab malapetaka menimpa keluarga tai-hiap,

katanya lirih

Pria itu menghela napas panjang

Sejak tadi dia hanya duduk bersila dekat jenazah istrinya, matanya dipejamkan dan wajahnya dibayangi kedukaan

Setelah menghela napas, dia membuka matanya dan memandang kepada Lan Ci

Benar seperti dikatakan pute ramu tadi

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar