Naga Beracun Bab 01

Jilid 01

Thian ho-tang (Kuil Pardamaian Langit) di lorong Coa-san (Bukit Ular) merupakan sebuah kuil yang dihuni belasan orang nikouw (pendeta Buddhis wanita) dan kuil ini dikunjungi banyak tamu yang berdatangan dari dusun-dusun di sekitar daerah pegunungan itu

Mereka datang untuk bersembahyang, mohon bermacam-macam berkah.

Ada yang minta kesembuhan bagi orang sakit, minta ringan jodoh, minta bertambahnya rejeki , naik pangkat dan segala macam keinginan lagi

Bahkan diam-diam banyak pula yang minta kutukan bagi orang lain yang dibencinya

Kuil Thian ho tang berada di luar dusun Mo-kim cung, sebuah dusun yang makmur karena tanah di pegununagn itu s ubur

Penduduknya semua petani dan mungkin kuil Thian ho-tang merupakan satu di antara sebab yang mendatangkan ketenteraman pada penduduk dusun itu

Selain tiga belas orang nikouw yang bekerja di kuil itu, melayani para pengunjung, terdapat pula seorang nikouw tua yang pekerjaannya hanya membaca kitab, berdoa dan bersamadhi saja

Para nikouw di kuil itu menyebutnya Lo Nikouw (Nikouw Tua) dan tidak pernah mengusiknya

Lo Nikouw berada di situ sejak dua tahun yang lalu dan ia tinggal di kuil itu sebagai tempat peristirahatan atau pertapaan, dan kehadirannya ini dibiayai oleh pute rinya yang tinggal di dusun Mo kim-cung

Puterinya bernama Sim Lan Ci, berusia tigapuluh dua tahun yang tinggal di dusun itu bersama suaminya bernama Coa Siang Lee, dan anak tunggal mereka bernama Coa Thian Ki yang berusia lima tahun

Mantu dan pute rinya itulah yang membawanya ke kuil, dan minta kepada para nikouw di situ untuk menerima nenek itu menjadi seorang nikouw dan bertapa di kuil itu

Mereka membiayai keperluan hidup nenek itu dengan sumbangan yang memadai sehingga biarpun Lo Nikouw tidak bekerja, namun para nikouw yang lain menghormatinya

Hal ini bukan saja karena Coa Siang Lee dan isterinya membiayai kebutuhan hidup Lo Nikouw, akan tetapi juga karena suami isteri itu terkenal di dusunnya dan di daerah sekitarnya sebagai suami isteri yang budiman

Mereka juga hidup sebagai petani sederhana, namun suami isteri itu te rkenal pandai ilmu pengobatan dan selalu meno long penduduk dusun itu yang menderita sakit, bahkan ada yang mengabarkan bahwa suami is teri itu selain budiman dan pandai mengobati, juga memiliki ilmu untuk menolak segala ancaman bahaya

Pernah dusun itu diganggu beberapa ekor harimau yang suka menerkam kambing milik para penghuni dusun

Setelah pada suatu malam suami isteri itu pergi menyelidik sedangkan para penghuni lain bersembunyi di dalam rumah karena takut, binatang-binatang buas itupun menghilang dan tidak pernah datang lagi

Tidak ada seorangpun penghuni yang tahu bahwa suami isteri itu sebetulnya memiliki ilmu kepandaian s ilat tinggi yang amat kuat! Andaikata para nikouw mengetahui, siapa sebetulnya Lo Nikouw yang tampak alim itu, tentu mereka akan merasa ngeri

Ibu dari Nyonya Coa Siang Lee yang mereka kenal sebagai Lo Nlkouw yang nampaknya le mah ini, pada dua tahun yang lalu masih merupakan seorang datuk sesat yang ditakuti orang dan berjuluk Ban tok Mo li (I blis wanita Selaksa Racun)

Dari nama julukannya sudah dapat diketahui bahwa ia adalah Iblis Betina yang amat kejam

Para pembaca kisah Naga Sakti Sungai Kuning te ntu mengenal siapa Ban-tok Moli, siapa pula puterinya dan mantunya itu

Ban-tok Mo li bernama Phang Bi Cu, seorang wanita yang berwajah cantik jelita namun berhati kejam

Bahkan setelah menjadi nlkouw di Thian ho-tong masih nampak bekas kecantikannya walaupun usianya sudah hampir enam puluh tahun

Dua tahun yang lalu, ia masih meraja lela, bersekongkol dengan orang-orang lihai lainnya di dunia sesat

Putrinya, Sim Lan Ci, walaupun putri seorang datuk sesat, namun tidak menjadi penjahat

Apalagi setelah Sim Lan Ci bertemu dan jatuh cinta dengan Coa Siang Lee

Ban tok Mo li menentang perjodohan putrinya dengan Coa Siang lee

Mereka nekat dan minggat meninggalkan Ban tok Mo li, kemudian hidup sebagai suami istri petani di dusun Mo kim cung, tidak lagi mencampuri urusan dunia persilatan

Kini mereka telah mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Coa Thian Ki, sudah berusia lima tahun

Karena suami isteri ini pernah menderita sengsara akibat kekerasan yang selalu terjadi dalam kehidupan para ahli silat, maka setelah mereka mempunyai seorang anak, mereka berdua bersepakat untuk tidak mengajarkan ilmu silat kepada Thian Ki, pute ra mereka

Mereka menganggap bahwa kehidupan seorang ahli silat penuh dengan perte ntangan, permusuhan dan perkelahian, balas membalas dan dendam mendendam

Mereka hendak menjauhkan anak mereka dari semua kekerasan itu, maka sejak kecil Thian Ki hanya belajar membaca menulis dan kebudayaan lain, akan tetapi sama sekali tidak pernah diperkenalkan dengan ilmu silat

Dalam ilmu silat, Coa Siang lee cukup lihai karena dia te lah mewarisi ilmu-ilmu dari He khouw-pang (Perkumpulan Harimau Hitam) dari kakeknya sendiri, Cou Song yang menjadi ketua Hok-houw-pang yang berada di dusun Ta-buncung dekat kota Po-yang sebelah utara sungai Huang ho di Propinsi Ho-nan

Adapun is terinya, Sim Lan Ci, bahkan lebih lihai lagi karena wanita ini adalah puteri dan murid Ban tok Mo li Phang Bi Cu, memiliki ilmu silat dari golongan sesat yang penuh tipu daya, bahkan juga menguasai pukulanpukulan yang mengandung hawa beracun

De mikianlah keadaan suami isteri ahli silat yang hidup te nte ram sebagai petani di dusun Mo-kimcung itu

Tak seorangpun penduduk dusun tahu bahwa suami isteri ini sesungguhnya merupakan orang-orang yang amat lihai sehingga tidak mengherankan kalau mereka dengan mudahnya dapat mengusir harimau-harimau yang mengusik dusun itu

Akan te tapi dua tahun yang lalu, ketika itu Thian Ki berusia tiga tahun muncullah pada suatu malam tanpa diketahui orang lain, Ban-tok Mo-li di dalam rumah keluarga itu

Dapat dibayangkan betapa kaget dan herannya suami isteri itu melihat munculnya orang yang tidak pernah mereka sangka akan datang berkunjung itu

Bagaimanapun juga, Ban tok Mo-li Phang Bi Cu adalah ibu kandung Sim Lan Ci, maka nyonya ini segera menghampiri ibunya dan mereka berangkulan

I bu......!

dan Sim Lan Ci menangis dalam rangkulan ibunya yang pernah mengusirnya karena ia hendak berjodoh dengan Coa Siang Lee

Sejak itu ia tidak pernah bertemu dengan Ibunya

Dan ia merasa heran akan tetapi juga te rharu ketika melihat bahwa ibunya juga menangis! Hampir ia tidak percaya ibunya menangis! Bahkan sejak ia kecilpun belum pernah ia melihat ibunya menangis

Akan tetapi kini ibunya menangis seperti anak kecil

Melihat ini Siang Lee yang berhati le mbut juga menjadi terharu, I bu mertuanya itu adalah seorang datuk sesat yang amat kejam seperti iblis

Kini menangis seperti anak kecil dan hal ini membuktikan bahwa ibu mertuanya itu te rnyata juga seorang wanita biasa yang berhati le mah dan cengeng

I bu, selamat datang di rumah kami.

Diapun memberi hormat, tidak mau mengingat lagi betapa dahulu Ban-tok Mo-li ingin membunuhnya karena dia meminang Lan Ci

Hanya karena Lan Ci melindunginya maka dia tidak sampai terbunuh oleh wanita iblis itu

Mendengar suara Siang Lee, nenek itu menghentikan tangisnya, melepaskan rangkulannya dan memandang kepada mantunya

Coa Siang Lee, kau maafkanlah sikapku dahulu kepadamu.

Kembali Siang Lee dan isterinya merasa terkejut dan heran

Sungguh te rjadi perubahan sikap yang luar biasa pada wanita itu! Dahulu, jangan harap Ban-tok Mo-li akan sudi minta maaf, apalagi kepada seorang muda yang menjadi mantunya! Siang Lee memberi hormat

Ibu, harap jangan ingat lagi urusan yang lalu

Mari silakan duduk, ibu.

Duduklah, ibu, dan ceritakan apa yang ibu kehe ndaki maka datang mengunjungi kami,

kata pula Lan Ci yang masih merasa heran, bahkan diam-diam ia rasa curiga

I a sudah mengenal benar bagaimana watak ibunya ini yang penuh kelicikan dan kekejaman! Ban-tok Mo-li duduk dan menghela napas panjang

Terbayanglah semua pengalaman yang pahit

Semenjak ditinggal pute rinya, ia berulang kali mengalami kegagalan

Bahkan yang te rakhir sekali ia nyaris tewas di tangan para pendekar ketika perkumpulan di mana ia menjadi ketuanya, yaitu Thian-te-pang, dibasmi oleh para pendekar

Ia menjadi putus asa, lalu melarikan diri ke rumah pute rinya yang selama ini tidak di akuinya lagi

Semua cita-citanya kandas dan ia hampir putus asa

Lan Ci, aku datang minta tolong kepada engkau dan suamimu.

Suami isteri itu s aling pandang

Hampir mereka tak dapat mempercayai pendengaran mereka

Bantok Mo-li minta tolong kepada mereka

Tentu saja, ibu

Kalau kami dapat membantumu, te ntu akan kami lakukan, ada apakah, ibu?

Aku sudah bosan dengan kehidupan lama

Hanya kegagalan, kehancuran dan kekecewaan saja yang kurasakan

Aku sudah muak, Lan Ci

Aku ingin beris tirahat, aku ingin hidup te nteram

Aku ingin........menebus dosadosaku dan menjadi nlkouw

Aku minta tolong agar kalian dapat mencarikan te mpat yang baik untukku

Aku ingin bertapa, aku ingin menjadi nikouw untuk mene bus dosa.

Nenek yang masih cantik itu menutupi mukanya dengan kedua tangan

Ia tidak berpura-pura dan jelas sekali bahwa ia memang sedang berduka dan te rtekan perasaannya

Suami isteri itu kembali saling pandang

Di luar dusun ini, tak jauh dari sini terdapat sebuah kuil yang dihuni beberapa orang nikouw, ibu

Kalau ibu suka............

Bagus!

Ban-tok Mo-li berseru

Usahakan agar aku dapat dite rima menjadi nikouw di sana dan dapat bertapa mengasingkan diri di sana.

De mikianlah, Siang Lee dan Lan Ci akhirnya berhasil membujuk para nikou w di Kuil Thian hotang untuk menerima Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu sebagai seorang nikouw dan bertapa di sebuah kamar belakang kuil itu

Mereka menerima dengan senang hati ketika mendengar bahwa yang akan menjadi nikouw adalah ibu dari Sim Lan Ci yang mereka kenal sangat dermawan dan baik hati, apa lagi karena suami isteri itu memberi biaya secukupnya untuk keperluan nikouw tua yang kini disebut Lo Nikouw (Pendeta Wanita Tua) itu

Lo Nikouw digunduli kepalanya dan mengenakan jubah pendeta

Kerjanya setiap hari hanyalah mempelajari agama, berdoa dan bersamadhi

Dan menurut pengamatan Siang Lee dan Lan Ci, agaknya ibu mereka itu benar-benar sudah bertobat, sehingga diam-diam mereka bersyukur kepada Tuhan dan mengharapkan agar nenek itu akan te rus menjadi orang beribadat sampai akhir hayatnya

Mereka seringkali datang berkunjung ke kuil bersama Coa Thian Ki sehingga Lo Nikouw merasa te rhibur

Setelah lewat dua tahun, Thian Ki begitu akrab dengan neneknya dan seringkali Lo Nikouw minta agar cucuny itu diperbolehkan bermalam di kuil bersamanya

Karena merasa kasihan kepada ibunya yang hidup te rasing, Lan Ci dan suaminya menyetujuinya, namun diam-diam mereka minta ibu mereka berjanji agar tidak mengajarkan ilmu silat kepada Thian Ki

Ibu sendiri sudah mengalami, juga kami berdua, betapa ilmu silat hanya mendatangkan malapetaka bagi kita

Setelah kami berdua meninggalkan dunia kangouw, tidak lagi berkecimpung dalam dunia persilatan, kami merasa tenteram dan damai

Karena itu, ibu, kami sudah mengambil keputusan untuk tidak memperkenalkan ilmu silat kepada Thian Ki, agar dia kelak hidup dalam suasana yang tente ram dan damai.

Omitohud.....!

Lo Nikouw merangkap kedua tangan di depan dada

Sungguh pikiran kalian, itu baik sekali

Pin-ni (aku) setuju sekail dengan pendapat kalian.

Setelah Lo Nikouw berkata seperti itu, le galah hati Siang Lee dan Lan Ci dan mereka dapat meninggalkan pute ra mereka di kuil itu dengan le ga

Ada kebaikan dapat diperoleh kedua pihak

Bagi Lo Nikouw, kehadiran Thian Ki merupakan penghibur yang akan membuatnya tidak kesepian dan gembira

Sebaliknya, sering bermain di kuil juga amat baik bagi Thian Ki, karena anak ini mulai didekatkan kepada aranajaran yang baik

Dan agaknya, setelah dua tahun tinggal di kuil, Lo Nikouw mulai nampak sehat dan segar, wajahnya nampak le mbut dan alim dan tidak lagi kelihatan ia berduka atau tenggelam dalam kekecewaan

Juga Thian Ki amat akrab dengan neneknya sehingga sedikitnya seminggu sekali anak ini tidur di kamar neneknya, di bagian belakang kuil

oo0000oo Suatu malam yang sunyi dan menyeramkan

Hujan turun sejak sore

Udara te ramat dinginnya dan menjelang te ngah malam, tidak ada suara liam-keng (membaca doa) lagi di dalam Kuil Thianho-tang, tanda bahwa semua nikouw sudah tidur

Semua daun pintu sudah tertutup sejak tadi karena udara yong dingin menyerang ke dalam

Pula, di malam sedingin itu, tidak akan ada tamu datang berkunjung yang perlu mereka layani

Akan te tapi, di malam dingin dan sunyi itu, ketika semua nikouw sudah tidur pulas , di dalam kamar bagian belakang kuil itu, kamar yang menyendiri terjadi kesibukan luar biasa tanpa mengeluarkan suara

Kesibukan yang te rjadi di kamar Lo N ikouw itu kalau te rlihat orang lain akan menimbulkan perasaan ngeri dan seram

Kamar itu memang besar

Di sudut terdapat sebuah dipan kayu yang cukup besar untuk ditiduri berdua

Di sudut yang lain te rdapat sebuah almari pakaian dari kayu pula

Sebuah meja dan dua buah kursi te rdapat di dekat pembaringan

Selain itu, tidak terdapat perabot lain lagi sehingga kamar itu nampak kosong dan luas

Akan te tapi di atas perapian yang biasanya dinyalakan untuk mendatangkan hawa hangat di kamar itu, kini terdapat sebuah panci besar yang te risi air setengahnya dan sedang digodok

Belum mendidih

Agaknya udara yang dingin dan menembus ke dalam kamar itu membuat air yang dimasak lebih lama mendidih dari pada biasanya

Lo Nikouw duduk bersila, di atas pembaringan

Wajahnya yang kini nampak lembut itu tersenyum

Matanya tak pernah berkedip memandang kepada anak yang rebah terlentang di atas pembaringan, di depannya

Anak itu te lanjang bulat, pulas dan tidak akan bangun sebelum dikehe ndaki nenek itu, karena Thian Ki, anak itu, memang pulas secara tidak wajar

Bahkan le bih tepat dikatakan pingsan dari pada tidur

Tangan kanan nenek itu memegang sebuah mangkok yang te risi cairan merah seperti darah

Kemudian, ia menggunakan tangan kiri untuk membaluri seluruh tubuh anak itu dengan cairan merah

Seluruh tubuh dibaluri, sampai ke mukanya, kepalanya, ujung kakinya dan telapak kakinya

Dibalikkan tubuh Thian Ki dan bagian belakang juga dilumuri cairan merah itu sampai habis dan seluruh permukaan tubuh anak itu menjadi merah seperti dicat! Ia membiarkan sampai cairan merah itu mengering di tubuh Thian Ki, kemudian ia memeriksa air di panci yang di godok

Air itu mulai mendidih dan ia menuangkan cairan hitam ke dalam air itu

Nampak uap hitam mengepul tebal dari dalam panci dan tercium bau yang harum tapi aneh

Lo Nikouw lalu menghampiri pembaringan, memondong tubuh Thian Ki yang telanjang bulat dan berwarna merah itu, kemudian ia........

memasukkan tubuh anak itu ke dalam panci air mendidih! Mula-mula tubuh bagian atas, dari kepala ke pinggang yang dimasukkan panci, tidak lama, lalu dibalikkan dari pinggang ke kaki

Juga hanya sebentar, kemudian tubuh itu direndam sampai ke le her dan Lo Nikouw menggunakan tangan untuk memercikkan air yang kehitaman dan panas itu ke muka dan kepala Thian Ki! Warna merah itu terhapus dan setelah seluruh tubuh bersih dari warna merah, Lo Nikouw menurunkan panci dan membawa tubuh yang kini mengepulkan uap panas itu ke pembaringan kembali

Tubuh anak itu te lentang

Anehnya, kulitnya tidak melepuh dan anak itu masih pingsan dan pulas , dadanya turun naik dengan halus, dan kulit tubuhnya yang te rkena air mendidih itu hanya nampak kemerahan dan segar

Hanya di bagian bawah pusar dan sekitarnya, nampak ada warna hitam kemerahan yang membayang di bawah kulit! Kini Lo Nikouw dengan penuh perhatian, dan dengan mata tak pernah berkedip duduk bersila di dekat anak itu, tangan kanannya memegang sebatang jarum yang berwarna kehijauan

Jarum yang mengandung racun berbahaya sekali

Sekali tusuk saja dengan jarum itu, orang biasa akan te was seketika! Akan tetapi kini ia menggunakan jarum beracun itu untuk menusuki bagian-bagian tertentu dari tubuh cucunya! Apa yang se dang dilakukan Lo Ni-kouw

Apakah nenek ini hendak mencelakai cucunya sendiri

Sama sekali tidak! Peristiwa seperti terjadi pada malam ini sudah dilakukannya sejak ia pertama kali mengajak Thian Ki tidur di situ

Diam-diam nenek ini merasa penasaran sekali mendengar bahwa pute rinya, Lan Ci dan mantunya Siang Lee, mengambil keputusan untuk tidak mengajarkan silat kepada Thian Ki Ia merasa penasaran

Padahal ia sudah siap untuk mewariskan seluruh ilmu kepandaiannya kepada cucunya

Untuk berte rus membantah keputusan anak dan mantunya, la tidak berani

Ia sedang bersembunyi dan mencari ketenangan di situ, tidak boleh ia memulai dengan memusuhi anak dan mantunya

Maka, diam-diam timbul gagasannya yang ia anggap amat baik dan menguntungkan bagi cucunya yang amat disayanginya itu

Ia ingin membuat cucunya menjadi seorang Tok-tong (Anak Beracun)! Biarpun oleh ayah ibunya tidak diberi pelajaran ilmu silat, kalau cucunya itu memiliki tubuh yang kebal kuat dan beracun,maka dia akan menjad seorang yang mampu menjaga diri dari serangan orang lain! De mikianlah, semenjak dua tahun yang lalu, diajaknya cucunya kadang-kadang tidur bersamanya di kuil dan kesempatan ini ia pergunakan untuk menggemble ng cucunya itu agar menjadi Tok-tong! Mula-mula, ia membuat cucunya pingsan dengan totokan sehingga apapun yang ia lakukan kepada cucunya, anak itu tidak mengetahui atau menyadarinya

Ia mulai memasukkan racun, hawa beracun ke dalam tubuh cucunya melalui obat, melalui penggodokan dan juga penyaluran hawa sakti dari tubuhnya

Dan pada malam hari ini merupakan proses te rakhir bagi cucunya

Perut di bawah pusar sudah memperlihatkan tanda merah kehitaman, hal itu berarti bahwa kekuatan atau tenaga dalam di pusar sudah bangkit, dan warna hitam itu menunjukkan bahwa te naga itu sudah mengandung hawa beracun! Setelah selesai menusuki jalan darah te rte ntu di tubuh cucunya dengan jarum beracun sehingga racun itu mulai beredar di seluruh tubuhnya, Lo Nikouw memandang dengan puas, lalu mengenakan kembali pakaian pada tubuh cucunya, membebaskan totokan sehingga kini Thian Ki tidur pulas dengan wajar

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar