Giok Bun Kiam Lu Chapter 14

Chapter 14

KINI semua tamu baru sadar bahwa mereka sudah tertipu! Pada detik yang menyusul, beberapa jago kelas satu yang berada dibelakang sambil berteriak laksana guntur, mereka menyusul kedepan bagaikan anak panah yang melesat dari busurnya melayang diudara, berbareng segera terdengar pukulan yang serentak bagaikan gunung ambruk! Dinding batu terhantam sampai retak dan debu berhamburan, namun Tay Im Lo-nie sudah keburu lari dan menghilang kedalam lubang goa lainnya.

It Kiat Cin-jin bersama beberapa orang pandai lainnya memburu datang, tapi dari sebelah depan sudah memegat seorang Lhama berpakaian jubah serba merah berdiri dimulut lubang goa dengan angker. Ditangannya memegang sebuah kaca tembaga besar, dialah Tay Yang Lhama. Dalam waktu yang sekejap dari dalam kaca tembaga itu keluar satu sinar yang dasyat sekali dag hawa udara terasa sangat panas bagaikan lagi dipanggang! Para tokoh rimba persilatan untuk sesaat lamanya tidak mampu berbuat apa-apa karena mata mereka menjadi silau.

Tiba-tiba . . . ffuutt .. , dan dari mulut goa itu menyembur api yang ber-kobar2 dengan hebat! Beberapa orang yang berada didepan, karena tidak menduga bakal terjadi kebakaran, tak keburu lagi mereka menyingkir dan segera mati tertambus angus! Semua bergegas mundur kebelakang, kini mulut goa itu sudah tertutup oleh api yang besar. Tak mungkin lagi bagi orang untuk menerobos kesana. Dari dalam api yang hebat itu karena bercampur belerang, tampak satu sosok bayangan merah berkelebat masuk kedalam goa.

Tokoh2 Bu-lim berikhtiar untuk mencari jalan keluar, tapi tiba2 dari celah2 lantai keluar bebauan yang sangat merangsang hidung.

Ong Ciok Hu berseru, "Celaka! Gunung ini mengeluarkan belerang yang dapat menyala! Hayo, kawan2, lekas kita cari jalan keluar!" Semua menjadi kacau dan api semakin berkobar bagaikan belasan naga menyemburkan api. Kiranya daerah Giok Bun Koan ini terkenal dengan tambang minyak tanahnya. Sementara ini para tokoh2 Bu-lim sudah hampir terkurang oleh lautan api yang kian berkobar kian bertambah hebat nyalanya! Mereka melihat goa ditingkat keenam belas, dimma kini Im Hian Hong Kie-su masih terbaring dalam peti batu, mereka hanya mampu melihat tanpa berdaya untuk datang menolong Pendekar Puncak Gunung Maut ini, sebab jarak antara mereka dengan lm Hian Hong Kie-su dipisahkan oleh jurang api yang dalam! Walaupun mereka rata-rata memiliki kepandaian yang tinggi serta jempolan, namun terhadap lautan api ini mereka tidak berdaya sama sekali.

Kiranya lautan api itu adalah sebuah Hwee-liong-tin atau Barisan rahasia Naga Berapi yang sangat hebat serta keji sekali ! Barisan ini telah lama tidak di pergunakan karena mendapat tentangan yang sangat hebat dari orang2 rimba persilatan. Hwee-liong-tin ini sengaja dipasang oleh Gorisan dengan mengikuti petunjuk2 kitab Kie-bun Tin-hoat yang telah di curinya dari Gunung Ciong-lam San dalam kuil Hu Cin Koan.

Cara membikinnya Hwee-liang-tin ini ialah dengan membuat saluran2 dibawah tanah, lalu dialirkan minyak tanah dan belerang serta bahan-bahan yang mudah terbakar. Maka bila disulut atau kena cahaya matahari yang cukup panas sedikit saja, lantas terjadilah api yang dengan melewati celah2 batu terus membumbung tinggi. Kalau orang yang tidak mengenal rahasia Hweeliong-tin ini, sukar sekali baginya untuk dapat meloloskan diri.

Hari kini mulai menjelang magrib, Beng-see San telah terkurung oleh api yang berkobar-kobar sehingga dari jauh kelihatan berwarna merah-kemerahan bagaikan gunung berapi. Syukur bagi tokoh2 Bu-lim, mereka masih dapat memepet dibagian tebing gunung yang cukup tinggi, dimana api tidak dapat menjalar.

Mereka saling pandang satu sama lain dengan wajah yang putus asa ! Mereka bungkam tidak bersuara! Selang beberapa saat, barulah terdengar It Kiat Cinjin berkata dengan nada menyesal, "Aku begitu datang memang sudah merasa curiga terhadap Tay lm Lo-nie yang sepak terjangnya sangat aneh. Namun aku sedikitpun tidak mengira bahwa ia bakal menjebak kita dengan Hwee-liong-tin yang begini keji!" Biauw Cin Lie-nie turut menghela napas, "Bila kita terus terkurung disini begini rupa, dalam waktu sepuluh hari tanpa makan tanpa minum, kita bakal tertawan tanpa dapat melawan........ ujarnya dengan lesu.

---oo0dw0oo---

SEMENTARA itu Wanyen Hong serta Gokhiol berenam sedang berjalan menuju gunung Beng-see San.

Daerah ini adalah bekas daerah berkelananya Wanyen Hong bersama puterinya dimasa lampau. Belum lagi mereka tiba, dari jauh sudah terlihat api membumbung tinggi kelangit.

"Api itu berasal dari Beng-see San!" berkata Gokhiol dengan kaget sambil menunjuk kearah gunung, "Cilaka ! tentunya orang2 Bu-lim yaug datang ke Giok Bun Koan "semuanya telah masuk perangkapnya Im Yang Jie-yauw !" Tanpa ayal mereka lantas mengeluarkan ilmu gin-kang untuk berlari cepat, tapi baru sampai ditengah gunung, lautan api sudah menghalang perjalanan mereka.

Wanyen Hong menjadi putus asa, "Mari kita berpencaran, masing2 mencari jalan naik keatas. Aku tidak percaya kalau semua jalan sudah tertutup oleh api!" katanya. Lalu ke-enam jago2 ini berpencaran mencari jalan untuk naik keatas.

Malam telah berganti dengan pagi Namun ke-enam jago2 kita masih belum juga mendapatkan jalan aman untuk naik keatas, akhirnya mereka berkumpul pula ditempat yang sama dengan saling berpandang-pandangan dengan penuh kecemasan.

Selagi mereka sedang bingung, se-konyong2 dari segumpalan asap yang mengepul muncul seorang imam yang bukan lain adalah Hu In too-tiang dari Hu Cin Koan.

Napasnya tampak ter-sengal2 seolah-olah ia sudah kehabisan tenaga. Gokhiol dan Hai Yan lalu memapaki sambil menanya, "Ada apa Too-tiang begitu tergesa-gesa?" Sambil menyeka peluhnya yang mengalir turun Hu In mengeluarkan sepucuk surat seraya berkata, "Guruku telah menyalin peta Kie-bun-tin ini secara kasar. Tapi dengan mengikuti petunjuk2 peta ini, kita bakal menemui jalan masuk dan keluar dengan leluasa." Semua orang yang mendengarnya menjadi girang dan bersemangat. Gokhiol buru2 menyambuti peta itu sambil bertanya, "Hian Cin Cian-pwee bagaimana mengetahui bahwa kedua Iblis Tangkula San itu sedang menggunakan barisan Naga Berapi ini?" "Kemarin guruku menerima surat dari Wan Han San Ciang-bun-jin Butong Pay yang mengatakan bahwa lm Yang Jie-yauw mengedarkan surat undangan yang telah dibagi-bagikan kepada seluruh tokoh2 rimba-persilatan untuk datang ke Giok-Bun Koan, guna mengadili Im Hian Hong Kie-su. Too-tiang ini menanyakan apakah gurukupun dapat surat undangan tersebut" Tentu saja guruku jadi terkejut berbareng teringat oleh beliau bahwa Gorisan telah mencuri sejilid kitab yang didalamnya terdapat rahasia2 Hwee-liong-tin yang keji. Maka dapat diduga bahwa para orang gagah dari Bu-lim tentunya bakal mendapat kesulitau, bergegas beliau menyuruh aku mengantarkan petanya yang kasar ini kepada siapa saja yang aku temui ditengah jalan yang sudi datang ke Beng-see San untuk menolong para orang gagah tersebut yang telah terjebak." menerangkan Hu In. "Dugaan gurumu memang tidak keliru," kata Wanyen Hong, "Kami disini memang sudah mati kutu untuk mencari jalan naik." Gokhiol lalu membuka peta itu, setelah dipelajari dengan seksama, ia lantas berkata, "Lekas, mari kita naik keatas untuk menolong Im Hian Hong Kie-su dan Ho-han Ho-han dari Bu-lim"

---oo0dw0oo---

Buat mengatur dan menguasai barisan Hwee-liong-tin ini, Gorisan ditugaskan untuk menjaga goa ditingkat yang ketiga belas. Tempat ini merupakan tempat rahasia dari seluruh Gunung Ribuan Budha dan tempat ini pula dulu Gokhiol ditemukan serta Wanyen Hong dicemarkan oleh Gorisan, si jahanam! Kiranya goa ditingkat ini juga yang merupakan kunci dari barisan rahasia Hwee-liong-tin! Yang menjaganya adalah Wan Hwi Sian alias Gorisan! Gorisan yang telah menjalankan tugasnya semalaman suntuk dan ketika fajar menyingsing, ia jadi teringat akan pesannya Tay Im Lo-nie kemarin bahwa diwaktu tengah hari ia harus datang bersama Tay Yang Lhama kegoa ditingkat ke-enam-belas untuk membunuh Im Hian Hong Kie-su yang sudah tidak berdaya.

Terpikir yang Im Hian Hong Kit-su bakal mati dalam waktu yang tidak lama iagi, Gorisan menjadi gembira dan mendumal seorang diri : "Hem! Im Hian Hong Kie-su, kau boleh menjagoi rimba-persitatan sesuka hatimu, tapi, sekarang, hi-hi-hi, kau.....

kau bakal mampus ditangannya Gorisan! Huaha..ha! Oh...

Hua..ha-ha!" tertawa Gorisan dengan suara yang keras bagaikan ia sudah gila.

Tapi sekonyong-konyong terdengar satu suara yang angker menjawab: "Gorisan! Betapa kau pintar, tapi hari ini kau bakal mati diujung pedangku!" Gorisan terkejut, dengan cepat ia menoleh untuk melihat siapa Yang berkata, namun setelah menoleh kekiri, kanan dan belakang, tetap ia tidak menemukan seorang juga.

Diam2 ia tertawa sendiri, "Ah, kenapa sekarang aku jadi begini penakut" Apa lantaran karena aku sedang berpikir keras, lantas kupingku tanpa sebab mendengar orang berkata " Mungkin ... mungkin. Gorisan, kau jangan takut, laki-laki sejati takut apa dengan segela setan pejajaran" hi-hi-hi, Hua..ha-ha!" kembali Gorisan tertawa dengan rasa puas.

Belum habis Gorisan tertawa dan menyeka peluh dinginnya, mendadak suara berkeresek terdengar dari belakang sebuah patung..... "Setan.......!?" pikir Gorisan dengan terkejut. Tapi yang muncul bukanlah setan atau memedi, melainkan seorang.......... wanita yang mencekal sebilah pedang yang mengkeredep cahayanya! Wanita ini memakai topi kulit rase yang ujungnya terselip sebatang bulu merak yang indah, rambutnya terurai keluar sedikit, wajahnya yang cantik rupawan bagaikan rembulan, bibirnya bersemu merah-kemerahan, sungguh seorang wanita cantik yang jarang ditemukan..... Gorisan kesima sejenak melihat seorang wanita cantik tiba2 muncul dihadipannya, rasanya ia pernah kenal nengan wanita ini, tapi entah dimana" Ketika ia mengawasi lebih tegas. Astaga! Lantas saja tubuhnya gemetar, peluh dinginnya kembali ngucur, bahkan lebih deras, wajahnya pucat seperti kertas.

---oo0dw0oo---

KIRANYA wanita itu adalah saudara misannya sendiri..... Wanyen Hong! Puteri dari negeri Kim.

Wanyen Hong tertawa dingin dan mengeluarkan suara di hidungnya yang menyeramkan : " Gorisan..... Gorisan....!!! Kini kedokmu terbuka, apa kau masih mampu menyamar pula" Hi..... hi.....hi..... Hai iblis! Kau adalah binatang jalang yang tak perlu hidup didunia ini. Lekas cabut pedangnu supaya kau mati tanpa meninggalkan rasa penasaran!" Gorisan berdebar-debar hatinya, mulutnya berkemakkemik, tampaknya ia sulit sekali mengeluarkan perkataan, "Wanyen Hong piauw-moay, aku.... aku.... tak pernah menodai dirimu...... ka...... kau jangan per.... ca..... ya" Berkata baru sampai disini. Gorisan yang ulung dalam segala hal, lantas dapat melihat bahwa Wanyen Hong lengah sekejap, tak mau ia melewatkan ketika yang baik ini, bagaikan kilat tubuhnya dengan gerakan "Leng wan Cut-tong" atau Lutung-sakti-keluar-dari-lubang, badannya melesat kearah pintu, maksudnya untuk kabur! Namun diluar dugaannya, dari sebelah luar segera terdengar suara betakan-bentakan: "Kau mau kabur kemana?" Empat bilah pedang menghadang dihadapannya! Ketika ia memandang, tampak olehnya Gokhiol, Pato, Hay Yan dan Tai-tai! Empat jago muda yang mulai tersohor namanya dikalangan sungai-telaga. Ke-empat muda-mudi ini mengawasi Gorisan dengan sorotan mata yang tak mengenal ampun. Kini Gorisan sadar bahwa jiwanya terancam, dengan nada yang dibuat-buat agar orang yang mendengarnya menjadi iba-hati, ia berkata memohon pada Gokhiol, "Oh,.... muridku! Tolonglah diriku yang sudah tua ini, mengingat jasa-jasaku kepadamu tempo hari itu. Lepaskanlah diriku sekali ini saja." ratapnya.

Tapi Gokhiol tak bergerak hatinya mendengar ucapan Gorisan yang palsu ini, malahan dengan membentak ia berkata, "Kau adalah serigala berkedok manusia! Aku bukan muridmu, dahulu kau hanya memperalat diriku saja.

Kini puterimu berada didepanmu. Apa bila ia mau mengampuni kau, akupun segera akan melepaskan pedangku." Gorisan lalu memandang pada Hay Yan, puterinya yang ia dapatkan secara liar didalam goa ditingkat ketiga belas.

Walaupun Gorisan memandang puterinya dengan penuh harapan, tapi si nona dengan mata yang menyeramkan membentak, "Manusia iblis ! Orang semacam kau ini mati tiga kalipun belum lagi lunas dosa-dosamu!" Gorisan tahu bahwa usahanya sia2 belaka, maka tak ada jalan lain selain dari pada..... menempur mereka mati2-an.

Dengan pandangan mata yang me-nyala2 dan bengis, ia mengawasi sang puteri. "Puteri sialan, kau telah mendidik anakmu menjadi begini kejam" Kelak kau sendiri akan celaka!" Wanyen Hong merasa dadanya seperti mau meledak.

Tanpa manantikan lagi orang selesai berkata, ia lompat menerjang, sambil membentak, "Gorisan, ajalmu sudah tiba!" Pedangnya lantas berputaran menyapu dengan disertai tenaga-dalam yang hebat, menyusul mana terdengar dua bilah logam saling bentrok dengan mengeluarkan suara bergemingan yang menyakitkan kuping. Gorisan merasakan telapak tangannya kesemutan dan linu! Buru2 ia meloncat kebelakang dengan menggunakan ilmu Leng-wan Gin-kang atau ilmu ringan tubuh kera-sakti. Dengan mata mendelik ia mengawasi Wanyen Hong.

Sementara itu Wanyen Hong terus merangsek, dengan menggunakan gerak tipu Hong-song Lok-hoa atau Angin meniup-merontokan-bunga. Pedangnya mengiris tajam kesamping. Gorisan mengelak sambil otaknya bekerja, dalaan waktu yarg sekejap, ia sudah mempunyai suatu tipudaya yang keji.

Maka secara tiba-tiba punggungnya menempel pada dinding batu seraya memanjat dengan menggunakan kepandaian yang bernama "Menempel dinding-memanjat-tebing" Inilah suatu ilmu meringankan tubuh yang langka dikalangan rimba-persilatan! Saat itu Wanyen Hong sudah menyerang dengan hebatnya, berbareng Gorisan sudah merayap keatas. Kedua belah fihak bergerak dengan sangat cepat. Wanyen Hong tak sempat menarik kembali pedangnya dan menusuk tempat kosong lalu maju terus dan amblas masuk kedalam tembok! Ketika Wanyen Hong hendak menarik kembali pedangnya, gerakannya terhalang dan terlambat setindak..... waktu yang walaupun hanya sekejap saja tapi dalam medan pertempuran sangat berharga sekali..... Saat yang pendek ini telah dipergunakan secara baik sekali oleh Gorisan untuk mencelat turun dan bagaikan halilintar pedangnya berkelebat menikam tenggorokannya Wanyen Hong Tapi kalau hanya untuk menghadapi serangan yang serupa ini saja Wanyen Hong tidak mampu, berkelit, dia bukanlah Wanyen Hong sebagai muridnya Tiang-pek Lonie, maka dengan sebat serta lincah ia berkelit dan pedangnya Gorisan lewat dipinggir lehernya hanya terpisah beberapa dim saja! Kini Wanyen Hong sudah berhasil menarik pedangnya, sehingga Gokhiol beramai yang melihat jadi menarik napas lega.

Tidak sia-sia Wanyen Hong belajar silat dibawah pimpinan Tiang-pek Lo-nie, begitu pedangnya Gorisan lewat, dengan cepat ia merendek dan . . . gagang pedangnya sudah berhasil membentur badan pedangnya Gorisan.

Berbareng segera terdengar Gorisan berteriak seperti orang kesakitan dan tampak badannya mencelat mundur dengan tangannya memegang iganya! Kiranya barusan selagi Wanyen Hong membentur pedang Gorisan, badannya dengan cepat maju selangkah sambil sebelah kakinya ia angkat untuk menendang iganya Gorisan dan berhasil kena dengan jitu! Tampak Gorisan merintih, mukanya menunjukkan rasa jeri terhadap puteri dari negeri Kim ini! Sebenarnya kepandaian Gorisan jauh lebih tigggi setingkat dari pada Wanyen Hong, tapi karena pada umumnya orang yang merasa dirinya telah berdosa, hatinya merasa tidak tentram dan hidupnya selalu berada dalam ketakutan. Kejadian yang seperti ini dialami juga oleh Gorisan. Seperti tadi, ketika ia untuk pertama kalinya mengenali Wanyen Hong, hatinya sudah mencelos. Lebih-lebih setelah melihat sepasang matanya Wanyen Hong membelalak dan mengeluarkan sinar dengan perasaan dendam kesumat yang luar biasa sekali hebatnya! Keruan saja dalam pertempuran barusan, Gorisan yang sedang ketakutan jadi lengah dan akibatnya .... iganya kena tendangan kakinya Wanyen Hong.

Gorisan yang telah terkena telak iganya, berbalik dari takut kini menjadi gusar, rasa takutnya hilang bagaikan embun disapu bersih oleh sinar matahari pagi, dengan raungan seperti harimau luka ia menggerang hebat, pedangnya diayun hingga tergetar-getar, kali ini ujung pedangnya mengarah tempat yang mematikan atas dirinya Wanyen Hong.

Tapi Wanyen Hong tidak tinggal diam, ia mainkan pedangnya sedemikian rupa, berjaga dengan teguh hingga air hujanpun belum tentu dapat menembusi sinar pedang penjagaannya. Sekali-kali Wanyen Hong dari dalam penjagaannya juga mengadakan serangan balasan yang tidak kalah hebatnya, lalu sambil menangkis setindak demi setindak Wanyen Hong melangkah mundur hingga disamping sebuah patung yang disebelah belakangnya terdapat sebuah pintu rahasia.

Wanyen Hong bermaksud memancing musuhnya masuk ketempat dulu, dimana dirinya dicemarkan. Selagi ia mundur sampai dimuka patung bertangan seribu, ia tiba2 saja berkata: "Gorisan, coba kau lihat apa telapak tanganmu masih ada?" Tanpa disadari Gorisan mendongak dan melihat, betul saja pada dinding tampak bekas telapak tangannya yang kini telah berwarna kebiru-biruan. Hatinya terkejut dan teringat masa yang lalu. ia sudah berusaha berulang kali untak menghapuskan tanda itu, tapi kenapa sekarang timbul kembali" Hatinya menjadi kaget tercampur heran! Wanyen Hong tak sudi melewatkan kesempatan baik ini, selagi orang berdiri kesima. Siang2 ia sudah menyalurkan tenaga lwee-kangnya dalam pedang "Mo Hwee Kiam", hingga tampak asap panas mengepul-ngepul keluar. Lalu bagaikan gerakan se-ekor belalang meloncat keatas dahan pedangnya tahu2 sudah melekat pada pedang Gorisan! Begitu kedua pedang saling tempel, segera mengepul asap putih yang tebal dan ........ tring. Pedangnya Gorisan telah kutung menjadi dua. Ditangannya ia cuma memegang gagangnya saja.

---oo0dw0oo---

Dalam keadaan yang terdesak itu Gorisan lalu mengeluarkan ilmu Ceng-ling Kui-cin yang sangat ia andalkan begitu melihat pedang sang putri menyerang pula untuk kedua kalinya, ia sudah bersiap untuk menyambut dengan sebelah tangannya. Tapi tiba2 ia batalkan niatannya, sebab ia melihat pedangnya Wanyen Hong sudah berubah menjadi merah bagaikan besi baja yang lagi dilebur dan gelombang hawa panas secara ganas sudah menyerang dirinya, melihat keadaan serupa ini hatinya menjadi ciut. Tak ada jalan lain baginya, selain menangkis dengan gagang pedangnya, tapi kembali Gorisan menjerit dan tubuhnya lompat mundur kebelakang. Kiranya telapak tangannya dirasakan sangat pedih-panas seperti sedang menggenggam bara yang marong dan lantas saja telapak tangannya melepuh dan keluar bintik-bintik butiran air.

Cepat2 Gorisan melempar pedang buntungnya.

Dibalik punggungnya terdapat kunci pintu rahasia.

Gorisan tak ayal lantas memencet kenop, menyusul mana pintu besi terbentang lebar dengan dibarengi oleh suara yang gemuruh. Gorisan cepat2 meloncat masuk. Selagi pintu besi hendak tertutup kembali, Wanyen Hong sudah tertawa dingin, "Hah! Gorisan, kau hendak lari kemari?" lalu dengan pedangnya ia menahan pintu agar tidak tertutup dan kembali terbentang lebar. Cepat bagaikan kilat tubuh Wanyen Hong melesat kedalam ruangan lain.

Tak ada jalan lain baginya, selain menangkis dengan gagang pedangnya, tapi kembali Gorisan menjerit dan tubuhnya lompat mundur kebelakang. Kiranya telapak tangannya dirasakan sangat pedih-panas seperti sedang menggenggam bara yang marong dan lantas saja telapak tangannya melepuh dan keluar bintik-bintik butiran air. Cepat2 Gorisan melempar pedang buntungnya.

Pato, Gokhiol, Hay Yan dan Tai-tai turut memburu masuk. Kiranya barusan kunci rahasia pintu itu telah dikotek rusak oleh pedangnya Wanyen Hong dan tak dapat bekerja lagi seperti biasanya.

Sementara itu dari dalam ruangan terdengar suara tertawanya Wanyen Hong dan suara ratapan meminta ampun dari Gorisan. "Wah, celaka" seru Gokhiol, "Kongcu mungkin dapat dipengaruhi oleh kata2 manis si iblis dan ia akan terkena tipunya." "Koko tak usah kuatir," diawab Hay Yan. "Ibuku sangat membencinya sampai ketulang-sumsum, dan didalam ruang inipula ibuku dicemarkan olehnya, maka tak mungkin ia akan memberi ampun." "Aku masih merasa kuatir atas keselamatan Kongcu, pasti ia akan terpedaya oleh iblis itu" kata Pato dengan rasa kuatir.

Sinona memandang sebentar si pemuda seraya membantah, "Mustahil, hari ini Gorisan pasti akan menemui ajalnya diujung pedang ibuku, aku berani bertaruh denganmu." Buru2 Gokhiol berkata, "Kata-katamu memang tak salah, begitu ada ibunya begitu pula ada anaknya." Ketiga orang yang melihat sikap Hay Yan tenang saja, mau tidak mau mereka turut merasa lega juga.

Sementara itu Wanyen Hong yang lagi menghadapi Gorisan yang sudah bertekuk lutut dihadapannya sambil meratap memohon dikasihani.

"Hong Piauw-moay, aku memang berdosa terhadapmu, tapi perbuatanku dahulu hanyalah disebabkan karena aku sangat.... cinta padamu.... Maka tanpa mengingat akibat2-nya aku telah berlaku sembrono dan berbuat tidak senonoh terhadap dirimu. Hari ini bila kau dapat mengampuni dosaku, aku bersumpah terhadap Thian Yang Maha Kuasa, aku akan pergi mengasingkan diri ketempat yang jauh untuk menebus segala dosa2ku! Oh, Piauw-moay, berilah aku kesempatan yang terakhir" ratap Gorisan.

Benar saja Wanyen Hong lantas berhenti mendesak lebih lanjut, tapi ini bukan berarti ia menjadi lembek hati, ia benci kepada Gorisan seumur hidupnya! Namun bagaimana juga, mereka berdua masih tersangkut keluarga, dan dalam hatinya ia masih mempunyai sedikit rasa kasihan.

Dari dalam kesangsiannya, Wanyen Hong berpikir pula, "Menurut kabarnya Tio Hoan masih belum mati. Gorisan inilah yang menyebabkan kita berdua terpisah, maka bagaimana aku dapat memberikan ampun padanya?" Maka mengingat hal itu sang puteri membentak, "Kau tak mungkin dikasi ampun!" Berbareng pedang Mo Hwee Kiam berkelebat dan selagi Wanyen Hong hendak menusuk dadanya Gorisan, tapi secara tiba2 Gorisan mengeluarkan sebuah botol kecil. Tapi sedikit gerakan dari Gorisan tak akan lolos dari pandangan mata Wanyen Hong yang sangat tajam, dan segera ia mengenalinya bahwa botol itu berisi obat untuk penyalin rupa yang sangat mujijat. Dahulu obat itu ditemukan secara kebetulan dalam kamar rahasia ini dan diantaranya terdapat juga sebuah botol lainnya sebagai obat pengawet muda yang kini berada dalam tangan Wanyen Hong.

Kemudian terdengar pula Gorisan meratap, "Hong piauw-moay, obat mujarab yang tiada keduanya didunia ini masih kusimpan baik-baik......." Belum sempat Gorisan menerangkan atau ia sudah dibentak oleh Wanyen Hong, " Obat ini tiada guna bagiku!" Berbareng Wanyen Hong membentak, Gorisan pun segera melemparkan botol obat itu kemuka sang puteri.

Dengan sigap Wanyen Hong menyapu dengan pedangnya, segera botol itu hancur dan dari dalamnya mengepul keluar asap hitam yang dengan cepat sekali telah menyelubungi seluruh ruangan goa rahasia yang tidak seberapa lebar itu.

Wanyen Hong terbatu-batuk, kepalanya dirasakan pening, matanya berkunang-kunang, samar2 ia masih sempat melihat wajah Gorisan yang menyeringai seperti iblis setindak demi setindak menghampiri dirinya.

Mendadak Gorisan mengangkat sepasang tangannya, dari kedua telapak tangannya memancarkan cahaya berwarna hijau yang berkilauan, telinganya Wanyen Hong mendengar suara tertawanya Gorisan yang mengejek, "Ha, perempuan lacur, apa kau masih belum mau roboh" Ha...

ha... ha! Robohlah kau atau aku akan menghantam remuk kepalamu hanya dengan sekali pukul saja. Tapi.... jangan dulu, aku mau lihat dulu badanmu yang putih bakal menjadi hitam seluruhnya. Agar kau, perempuan lacur...

hi... hi.... hi... akan merasakan siksaan sedikit demi sedikit sampai ajalmu tiba dihadapanku. Hhuuaahh.... haaa....haaa!" Wanyen Hong tak berdaya lagi mengangkat pedangnya, pendengarannya kian lemah, samar2 ia masih mampu mendengar suara tertawanya Gorisan yang terdengarnya seolah-oiah jauh.... jauh sekali. Namun dalam keadaan yang serupa ini, ini Wanyen Hong masih mampu melihat wajahnya si iblis yang sedang berjalan kearahnya.

"Aku telah diperdayai olehnya!" pikir Wanyen Hong didalam hatinya.

Pada saat yang genting bagi jiwanya Wanyen Hong, telinganya yang memang sangat tajam pendengarannya ia masih mampu menangkap satu suara orang yang datang dari tempat yang jauh... suara itu seperti suaranya Tio Hoan pada tujuh betas tahun yang lalu, sedikitpun tidak berobah.

Mendengar suara ini semangatnya Wanyen Hong terbangun, memang benar saja, sesaat kemudian ia mendengar suara Tio Hoan berkata, "Lekas kau berbaring dan telan mutiara Ya-beng-cu kedalam mulutmu." secara beruntun Tio Hoan mengulangi kata2-nya pula.

Segera Wanyen Hong merasakan badannya terkulai dan lalu rebah dilantai, dalam keadaan setengah pingsan ia masih sempat mengambil mutiara Ya-beng-cu untuk disesapkan kedalam mulutnya. Lantas ia merasakan hawa yang nyaman masuk kedalam tubuhnya dan badannya segera terasa segar kembali.

Tapi sekonyong-konyong terdengar suara kain dirobek, kiranya Gorisan telah berhasil menjambret mantelnya dan disebet hancur. Wanyen Hong menjadi gusar, tiba2 saja ia mencelat bangun sambil menyerang dengan pedangnya.

Saat itu Gorisan dengan tangan Liok-mo-ciang yang beracun hendak mencengkeram Wanyen Hong, sang puteri yang melihat sepasang tangan berwarna hijau menyambar datang, lantas mengayunkan pedangnya membahat dengan cepat, tidak ampun lagi sepasang tangannya Gorisan terpapas buntung! Gorisan menjerit kesakitan bagaikan gunung lagi ambruk, badannya rubuh diatas lantai.

Wanyen Hong berdiri tegak membelakangi pintu untuk mengawasi Gorisan, tampak. kedua belah tangannya si jahanam terkapar dilantai, tubuhnya berlepotan darah segar, wajahnya telah berubah menjadi hijau sebentar lalu putih sekejap kembali lagi menjadi hijau dan seterusnya! Melihat ini Wanyen Hong terrawa dingin, "Gorisan!" katanya, "Sakitmu tidak berarti jika dibandingkan dengan apa yang telah aku alami selama tujuh belas tahun! Sakit hatiku hingga sekarang belum lagi cukup terbalas penuh!" Baru habis Wanyen Hong berkata, Gorisan sudah paksakan dirinya bangun sambil berseru, "Baiklah kita mati bersama!" berbareng mana tubuhnya mencelat menubruk Wanyen Hong dengan dahsyat sekali! Tapi dengan tenang Wanyen Hong mundur selangkah sambil mengangsurkan pedangnya kedepan dan tepat menyongsong dadanya Gorisan.

Segera terdengar suatu teriakan ngeri berkumandang memenuhi ruangan sempit itu hingga orang yang mendengarnya menjadi bergidik! Kiranya pedang Wanyen Hong sudah amblas separuh didalam dadanya Gorisan! Dengan perlahan-lahan biang kerok rimba-persilatan ini terkulai dan meloso jatuh dibawah kaki adik misannya sendiri. Wanyen Hong, puteri cantik dari negeri Kim.

Wanita yang siang-malam Gorisan selalu rindukan, tapi tak pernah mendapat balasan sedikitpun.

---oo0dw0oo---
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

إرسال تعليق