Giok Bun Kiam Lu Chapter 13

Chapter 13

Sementara itu Jenderal Tuli yang bertugas didaerah perbatasan Tong Koan menjadi girang ketika ke-enam puteranya datang dengan tidak kurang suatu apa. Tapi begitu mendengar bahwa Bee Cin Ong-houw bermaksud untuk mencelakai mereka, hatinya menjadi kurang senang.

Tapi Jenderal Tuli yang bijaksana menentang keras usul-usul puteranya untuk membawa pasukan perang Monggol ke Ho-lim untuk menghukum Bee Cin Ong-houw berikut konco-konconya. "Anak-anakku, janganlah kamu berbuat sesuatu dengan bernapsu hingga melanggar tata-tertib negara. Sekarang Kha Khan sedang sakit, penahanan atas diri kau orang tentu Kha Khan tidak mengetahuinya, maka lebih baik aku sekarang berangkat pulang ke Ho-lim, bila memang benar ini kejadian adalah perbuatannya Bee Cin Ong-houw, aku sendiri akan lapor pada Kha Khan supaya yang bersalah dalam hal ini mendapat hukuman yang setimpal." katanya dengan wajah yang keren.

Yalut Sang menggelengkan kepalanya dan berkata : "Goan-swee, sekarang jangan pulang dulu ke Ho-lim diistana kini telah penuh dengan kaum dorna. Aku kuatir bakal terjadi sesuatu terhadap diri Goan-swee......" Tuli tersenyum Iebar, "Suhu tak usah kuatir, dewasa ini seluruh pasukan perang Monggolia berada didalam tanganku. Lagi pula aku pulang hanya sendiri tanpa diikuti oleh putera2ku ada siapa yang berani berbuat jahat terhadap diriku?" Selagi Mangu dan saudara2nya hendak membujuk, tiba2 dari luar pintu markas terdengar suara orang berseru nyaring: "Utusan dari Ho-lim datang menghadap!"

---oo0dw0oo---

SAMBIL berlutut Jenderal Tuli menyambut kedatangan utusan yang lalu menyerahkan suratnya menteri tua Yalu Khucay. Dalam surat ini menteri tua itu mengutarakan rasa kuatirnya terhadap keadaan Khan Ogotai, maka ia mengharap agar semua pangeran2 yang berada diluar kota raja harus segera pulang untuk mengadakan perundingan.

Utusan itu menceritakan pula tentang keadaan Khan Ogotai yang sudah pingsan selama beberapa hari, keadaannya sangat gawat sekali.

Tampa ayal segera Jenderal Tuli menyuruh menyediakan kudanya.

Yalut Sang segera berlutut dan memohon : "Goan-swee, batalkanlah niat itu." katanya, "Surat ini memang adalah tulisannya Yalu Thay-siang sendiri, tapi apakah tidak mungkin didalamnya terselip suatu tipu muslihat jahat Bee Cin Ong-houw" Sebaiknya sebelum Goan-swee pergi, kita kirim dulu mata-mata untuk menyelidiki kebenarannya surat ini." Jenderai Tuli yang sangat erat tali persaudaraannya dengan Ogotai, mana mungkin ia dapat dibujuk dengan alasan yang begitu saja" Dengan tertawa ia berkata : "Yalu Thay-siang adalah orang yang jujur dan telah menjadi menteri selama dua turunan. Maka tak mungkin baginya untuk mencelakakan diriku." Mangu memohon pada ayahnya agar ia diajak, tapi permintaannya ditolak oleh sang ayah.

"Urusan pasukan aku serahkan pada Kubilay untuk sementara waktu, sedangkan untuk mengawasi kamu semua aku tugaskan Yalut suhu. Kamu semua harus saling tolong-menolong, siapa yang salah harus mendapatkan hukuman militer!" mengancam Jendaral Tuli.

---oo0dw0oo---

Malam itu juga Jendral Tuli berangkat menuju Ho-lim hanya dengan dikawal oleh sepasukan panah dan golok yang kecil. Ketika itu adalah tahun 1231 masehi. Kha Khan Ogotai sudah beberapa hari pingsan tak sadarkan diri. Para thabib istana sudah kewalahan. Rakyat Monggolia mulai gelisah, mereka yang kebanyakan percaya dengan tahayul, atas perkenannya Bee Cin Ong-houw dibangun sebuah pagoda kayu yang besar dan mengadakan upacara sembahyang yang langsung dipimpin oleh seorang dukun.

Dukun itu ialah.... pawang Tilla ! Dukun ini mengatakan bahwa setan kuning belang dari gunung botak dinegeri Kim yang menyebabkan penyakitnya Kha Khan Ogotai. Cara pengobatannya hanya ada satu jalan, ialah harus mengorbankan salah seorang-saudara kandung Kha Khan, barulah dengan demikian Kha Khan akn terhindar dari bencana.

Setelah berkemak-kemik "pawang Tilla ber-lari2 "mengitari tubuh Ogotai' sambil menyanyi-nyanyi, untuk-beberapa saat lamanya, kemudian ia men-jerit2 bagaikan orang gila yang kerangsokkan! Secara tiba2 pawang Tilla menyemburkan air ludahnya hemuka Ogotai Kha Kan, dan ... heran bin ajaib, Khan Monggolia ini dengan perlahan-lahan membuka pelupuk matanya. Semua orang yang melihat ini menjadi girang, sungguh luar biasa kesaktian pawang Tilla.

Ogotai yang sadar dari pingsannya lalu menanya, "Bagairnana aku bisa berada disini ?" ia menanya heran.

Pawang Tilla buru2 berlutut dihadapan pembaringan Ogotai untuk memberi keterangan bahwa Kha Khan telah kena angkara murkanya setan kuning belang dari gunung botak dinegeri Kim. Untuk mengusir rokh yang masih mengeram didalam tubuh Kha Khan, kiasnya ialah pengorbanan salah seorang saudara kandung Kha Khan sendiri. Bee Cin Ong-houw yang mendengar keterangan pawang Tilla, menjadi sedih hatinya, dengan mengucurkan air mata ia berkata terputus-putus: "Sekarang bagai ... bagaimana baik.... baiknya" Harap Kha..... Khan memberi ......

perintah." Khan Ogotai yang memang juga percaya dengan segala setan pejajaran serta iblis gentayangan, begilu mendengar ceriteranya pawang Tilla, wajahnya menjadi suram, dengan suara Iemah ia berkata, "Kini saudaraku yang mana yang kebetulan datang kesini?" Jenderal Tuli yang tiba dihari pagi dan sejak tadi sudah berdiri didepan pembaringan saudaranya, begitu mendengar pertanyaan Ogotai, tanpa ragu-ragu maju kedepan dan berkata : "Ayahanda Jengis Khan yang maha agung telah mengangkat koko dari antara kita bersaudara sebagai Khan yang agung. Koko, kini kau adalah pemimpin bangsa Monggolia yang agung, kau adalah bintang terangnya rakyat dipadang pasir ini, kau adalah tempat bergantungnya rakyat. Siapa lagi yang sanggup memimpin bangsa kita jika koko mangkat" Tidak ada! Maka itu aku yang sebagai adikmu wajib berkorban demi keselamatan bangsa Monggolia dan keselamatan koko. Ber-tahun2 aku membawa pasukan perang mengadakan pertempuran, pembunuhan, pemusnahan kota2 dan negeri2 asing. Akulah yang telah menimbulkan kedosaan hingga para dewa-dewa menjadi gusar dan mengutuk, untuk ini memang akulah yang mesti dihukum dan sekarang juga aku sudah siap untuk menjalankan hukuman dengan hati rela!" Khan Ogotai tak dapat lagi menahan air matanya, "Adinda Tuli hendak menggantikan aku meninggalkan dunia, bagaimana aku bisa menerimanya?" Jenderal Tuli tidak menjawab perkataannya Ogotai, dengan sikapnya yang angker perlahan-lahan ia menghampiri pawang Tilla.

"Aku sudah siap mengorbankan jiwaku untuk keselamatan Kha Khan. Lekas kau bacakan jampi2nya!" Pawang Tilla menyeringai dan tertawa puas didalam hatinya, inilah memang ketikanya yang ia ber-sama2 Bee Cin Ong-houw sudah di-tunggu2! Dengan laku seperti orang yang kerangsokkan pawang Tilla mengundurkan diri untuk kemudian muncul kembali dengan membawa mangkok yang berisi air yang langsung ia berikan pada Jenderal Tuli untuk diminum.

Jenderal Tuli menerima mangkok itu dengan wajah yang tidak berubah, setelah memberi hormatnya yang terakhir pada Ogotai, Jenderal Tuli dengan hanya sekaIi ceguk, habislah air yang berada didalam mangkok itu! Segera panglima Mongol ini merasakan kepalanya pening, pandangannya kabur, kupingnya men-denging2 bercampur dengan suara tertawanya pawang Tilla yang menyeramkan. "Selamat tinggal Khan Ogotai yang mulia, semoga para dewa melindungi kau hingga diakhir tua. Koko, sebelumnya adinda melawat ketanah baka, adinda mohon, sudilah koko melindungi isteriku, menyayangi putera2ku seperti koko memandang diri adinda. Koko, pimpinlah bangsa Monggol hingga menjadi suatu bangsa yang terbesar didunia.....sepanjang masa.....Agar nama keluarga kita harum.... sepanjang masa dan tercatat.... dalam sejarah .....kini selamat..... ting.... gal....." tubuhnya Jenderal Tuli yang tinggi besar per-lahan2 menubruk kaki Khan Ogotai lalu rebah.

Seorang pahlawan Monggol yang gagah perkasa telah pergi dengan tenang! Mangu bersaudara ketika mendengar bahwa ayahanda mereka telah meninggal karena mengorbankan diri untuk keselamtan Kha Khan, mereka menjadi sedih berbareng bangga. Sedih karena mereka tahu itulah perbuatannya Bee Cin Ong-houw yang terkutuk, bangga karena ayah mereka adalah seorang pahlawan bangsa yang meninggalkan nama harum sepanjang masa .........

---oo0dw0oo---

KEMBALI pada Gokhiol dan Hay Yan yang telah mencari Tio Hoan kesana-kemari tanpa hasil, hampir seluruh pegunungan Ciong-lam San telah mereka jelajahi, namun sedikit bayangan Tio Hoan pun tidak terlihat.

Hay Yan mengetahui perasaan Gokhiol, maka tanpa bersuara ia terus mengikuti pemuda kita tanpa mengeluh.

Maklumlah jika seorang gadis sedang diamuk rasa cinta, kemana Gokhiol pergi pasti ia akan mengikuti sekalipun keujung langit yang tiada pangkalnya tanpa rewel seperti biasanya seorang gadis remaja yang manja....

Sepanjang jalan mereka bertanya kepada orang2 yang mereka jumpai, tapi seorang-pun tiada ada yang tahu atau pernah melihat seorang pengemis yang dimaksud oleh sepasang anak muda ini. Sedikit jejak-jejaknya si pengemis. Dari situ ke Giok Bun Koan sudah tidak jauh lagi.

Ketika mereka sedang berjalan sambil ber-pegangan tangan, tiba2 dari sebelah belakang terdengar suara derapan kaki kuda, ketika mereka menoleh, Tampaklah dua orang penunggang kuda berlari dengan pesatnya. Melihat cara dandanan mereka, mereka adalah orang yang biasa merantau dikalangan sungai-telaga. Dipunggung mereka menggemblok senjata tajam, tanpa melihat atau menoIeh kearah Gokhiol dan Hay Yan, mereka terus kaburkan kudanya kedepan, menuju kota perbatasan ...... Giok Bun Koan.

Pada waktu lohor, kembali Gokhiol dan Hay Yan melihat seorang pria dan seorang wanita sedang berjaIan dengan menggunakan ilmu ringankan tubuh, dibelakang kedua orang ini menyusul seorang imam umur pertengahan. Berjalan belum seberapa jauh, terdengar yang perempuan berkata, "Su-siok, dari sini ke Giok Bun Koan masih berapa jauh?" "Kalau jalan seperti sekarang ini, paling lambat besok petang kita sudah sampai." menyahut si imam.

Pria itu ikut berkata, "Su-siok mengatakan bahwa orang2 dari Go Bie Pay juga turut datang, tetapi kenapa setelah kita berjalan sebegitu jauh masih belum kelihatan mata hidung mereka?" "Mungkin mereka telah mendahuIui kita, besok setibanya di Giok Bun Koan kita boleh cari berita." menjawab si imam pula. Gokhiol jadi heran, "Jago-jago dari Bu-lim kenapa secara meluruk datang ke Giok Bun Koan" Apa maksudnya mereka?" pikirnya, "Apa ada pertemanan atau bakal ada pertempuran?" Menjelang magrib, tampak pula serombongan orang berjalan, semuanya menuju kearah Giok Bun Koan.

Mereka berdandan sebagai kaum persilatan, antaranya ada piauwsu-piauwsu, benggolan2 liok-lim, hweeshio, to-jin, nie-kauw serta golongan partai-partai persilatan lainnya.

Melihat kedatangan orang secara berduyun-duyun, Hay Yan jadi berpikir, kemudian dengan berbisik disamping telinganya Gokhiol, ia berkata " Koko, aku lihat tampaknya mereka seperti hendak mengadakan pertemuan secara besar2-an di Giok Bun Koan, tapi entah apa maksudnya" Bagaimana kalau kita menyelidiki?" "Aku setuju dengan pikiran kau, moay-moay. Daerah ini termasuk wilayah kekuasaan orang Monggol, maka kalau orang2 dari kaum rimba-persilatan hendak mengadakan pertemuan, pasti mereka bakal mendapat banyak kesulitan.

Daerah ini kau sangat apal, baiklah sebentar malam kita mengadakan penyelidikan." kata Gokhiol sambil menggenggam tangannya Hay Yan lebih erat.

Malam harinya, kedua anak muda ini menginap disebuah penginapan kecil. Dipekarangan yang tidak seberapa luas, tampak ada beberapa kuda yang ditambat, antaranya seekor membawa alat2 periengkapan yang dibungkus oleh kain minyak yang bertuliskan huruf2 : "Boe-tong Pay Ong Ciok Hu." Diruang makan sudah duduk beberapa orang, tiga antaranya adalah hweeshio2 yang lagi membaca surat undangan yang berwarna merah.

Sambil mengambil tempat duduk untuk makan, Gokhiol dan Hay Yan diam2 pasang kupingnya untuk mendengar apa saja yang lagi dipercakapkan oleh orang2 kang-ouw itu.

Benar saja tidak lama kemudian, seorang dari ketiga hweeshio itu berkata, "Surat undangan ibmo toheng terima sama dengan yang kudapat, hanya bagi kita orang2 kang-ouw golongan agama di Tiong-goan, sudah lama tidak pernah mengadakan pertemuan dengan golongan agama dari daerah See-hek. Tapi kali ini katanya mereka hendak mengadili Im Hian Hong Kie-su. Persoalannya agak mencurigakan, maka aku hendak menanyakan pada Toheng, agar kita berlaku hati2 sedikit, jangan sampai kita kena dikibuli oleh orang2 sebangsa siluman rase." Segera terdengar hweeshio yang lain menyahut, "Pinceng tidak berpikir sampai sebegitu jauh, meskipun undangan ini berasal dari Im Yang Jie-yauw, dan walaupun mereka berkepandaian tinggi, aku rasa tak nanti mereka bakal berani mencari setori dengan kaum bu-lim dari Tionggoan." Mendengar ucapan ini, Gokhiol dan Hay Yan saling berpandangan dengan penuh pertanyaan. Persoalan ini sangat ruwet sekali, tetapi biar bagaimanapun mereka tidak bakal peluk tangan, sebab jiwanya Im Hian Hong Kie-su sangat terancam.

Mereka bersantap dengan hati gelisah, selagi mereka terbenam dalam pikiran masing2, tak tahu lagi sejak kapan, tiba2 seorang gadis sudah mengambil tempat duduk dihadapan mereka. "Aku sudah menduga bahwa kalian berdua akan datang kemari." bisik gadis itu deagan perlahan.

Gokhiol dan Hay Yan terkejut atas teguran yang tiba2 ini, "Siocia, kau!?" teriak Gokhiol tertahan perlahan, "Kapan kau datang?" Hay Yan yang begitu melihat siapa adanya gadis itu menjadi girang, "Liu kouw-kouw," tegurnya dengan tersenyum, "Apa kau datang seorang diri?" Gadis itu yang ternyata adalah Kim-gan-bie Liu Bie tertawa, "Tentu saja tidak, aku berjalan dengan seorang pria gagah sambil berpegangan tangan, sampai orang menegurpun aku tidak diladenin!" mengejek Liu Bie tersenyum sambil melirik kearah Hay Yan.

Merah pipinya Hay Yan atas gurauan si nona yang jail ini, tapi dengan cepat Kim-gan-bie melanjutkan pula, "Tentunya kau tidak gusar bukan" Tempat ini kurang leluasa bagi kita untuk bicara, disana masih ada kawan kita yang menanti." Lantas mereka meninggalkan ruang makan untuk keluar hingga sampai diluar kampung.

Dalam suasana remang-remang gelap tampak dibawah naungan pohon2 yang-liu, berdiri dua sosok bayangan orang yang samar-samar dapat dilihat sebagai seorang laki2 dan seorang wanita. Laki2 itu berdandan sebagai pahlawan bangsa Monggol, dipinggangnya tetselip sebilah pedang panjang. Sedangkan yang perempuan memakai topi dari kulit rase yang pada ujung depannya terselip setangkai bulu merak yang indah, baju luarnya yang tebal juga terbuat dari kulit rase, cara dandan wanita ini sangat mewah sekali.

Kiranya mereka adalah Pato, saudara angkatnya Gokhiol dan Wanyen Hong, ibunya Hay Yan.

Bagaikan seekor anak manjangan, Hay Yan melesat memeluk ibunya dengan manja. Gokhiol yang melihat cara Pato berdandan agak berlainan seperti biasa, hatinya Gokhiol menjadi gelisah. Itulah pakaian orang lagi berkabung! Pato yang melihat Gokhiol datang, lantas menubruknya dengan erat mereka saling rangkul.

"Adikku, bagaimana kesehatan ayah dan ibuku ?" Gokhiol tanya. Saat itu Pato sudah tidak tertahan lagi rasa sedihn ya, dengan air mata bercucuran ia berkata dengan terputus-putus, "Ayah... ayah.... ayah sudah me .... meninggal.....! Beliau....ber.....berkorban untuk Kha....Kha Khan.....! " Gokhiol terkejut bagaikan ia mendengar geledek mengqeletar disiang hari bolong, ia berdiri bagaikan patung, matanya terasa ber-kunang2 barulah setelah lewat sesaat lamanya ia menjadi sadar.

Dengan air matanya yang ber-linang2 ia berlutut menghadap kearah timur, "Gie-hu, ayah!" katanya, "Kau orang tua telah dianiaya oleh kaum dorna, aku Gokhiol sebagai anakmu, pasti akan membalas sakit hati ini. Ayah, baik-baiklah kau berjalan seorang diri, semoga dewa-dewa memberkahi arwahmu!" kata pemuda kita dengan perasaan hancur! Kedua anak inipun lalu menangis dengan sedihnya sambil berpeluk-pelukan. Kim-gan-bie lalu menghibur: "Disini bukan tempatnya untuk menangis, kita harus berlaku hati2 terhadap musuh dalam selimut." si nona memperingati.

Belum habis ia berkata atau sekonyong-konyong terdengar suara bergeraknya daun pohon kering yang melayang jatuh. "Ada orang!" berteriak Hay Yan dengan terkejut.

Liu Bie yang cekatan, begitu ia lompat, pecut panjangnya sudah menggeletar diudara. "Bangsa cecunguk! Berani kau jual lagak didepan nonamu!" bentaknya.

Segera ia putarkan pecutnya dengan ilmu yang disebut sebagai Hong-hwee-cie atau Pecut Ekor Burung Hong dengan cepat bagaikan gerakan ular hingga banyak daun2 dan ranting2 pohon yang patah berguguran jatuh ketanah Sekonyong-konyong terdengar desiran angin menyambar dari tempat gelap. Wanyen Hong berseru perlahan : " Awas senjata rahasia!" Segera puteri negeri Kim ini membuka baju luarnya, lantas tampak sinar putih yang berkilauan menerangi kegelapan malam. Dalam sorotan sinar putih yang berasal dari dadanya Wanyen Hong itu, semua senjata rahasia meluruk jatuh diatas tanah.

Hay Yan maju memeriksa, kiranya senjata itu adalah....

Kiu-ciu Lui-seng. "Gorisan!" teriaknya dengan gusar.

"Hua-ha-ha! Hua-ha-ha! Sampai bertemu kembali anakku yang manis" terdengar satu suara mengalun diudara yang kemudian lenyap dikejauhan.

Gokhiol dan Pato serentak mencabut pedangnya seraya membentak, "Hai! Jahanam. Kemana kau hendak kabur"!" Mereka hendak mengejar, tetapi Wanyen Hong lantas mencegahnya sambil berkata, "Percuma saja kalian mengejarnya, ia sudah menggunakan ilmu entengkan tubuh Leng-wan Gin-kang, sehingga kalian tak mungkin lagi menyusulnya." Kedua anak muda cuma bisa berdiri dengan hati penasaran dan rnendongkol.

Kim-gan-bie dengan tenang menyimpan pulang pecutnya dan memandang kearah utara sambil berkata, "Dari sini kekampung Hay-kee-cun tidak jauh lagi, mari kita pergi kesana untuk berunding. Gorisan meskipun besar nyalinya, pasti ia tak berani datang kekampung itu untuk membuat onar lagi." mengajaknya.

Wanyen Hong manggutkan kepalanya tanda setuju.

"Tempat ini bukan tempat yang aman, "berkata Hay Yan" Ibu, mari kita pulang." Diluar hutan sudah menunggu beberapa ekor kuda yang ditambat, maka dengan menunggang kuda mereka berlima lantas berangkat menuju Hay-kee-cun.

---oo0dw0oo---

Semenjak Wan-yen Hong meninggalkan rumahnya untuk pulang ke negerinya, maka segala-galanya ia serahkan pada para tetangganya untuk mengurus. Dari kegelapan malam tampak cahaya lampu pelita yang kelap-kelip menyorot keluar dari dalam rumah. Wanyen Hong menjadi heran, "Aneh!" tukasnya, "orang kampung ini bagaimana tahu bahwa aku bakal pulang hari ini?" "Mungkin rumah kita ada yang serobot!" kata Hay Yan dengan tertawa riang.

Mereka dengan perlahan-lahan turun dari kuda, tepat nada saat itu juga terderigar pintu pagar terbuka dan heluarlah se-orang gadis dengan lampu gantung ditangan, "ibu! Aku sudah lama menunggu kau disini" terdengar suara gadis itu berteriak dengan nyaring, dan bernada gembira.

Siapakah gerangan gadis itu" Semua orang heran, setelah ditegasi, astaga! Dialah Tai-tai.

Rambutnya sekarang disisir rapih dan digelung dua, sepasang matanya tampak indah jeli. Dengan tersenyum simpul ia berjalan menghampiri orang ramai dengan lenggang-lenggongnya yang menarik, tingkah lakunya kini telah berubah tidak seperti dulu yang ketolol-tololan lagi.

"Ha! Tai-tai sekarang sudah merobah menjadi seorang gadis yang cantik jelita!" berkata Gokhiol bergurau, hingga semua orang yang mendengarnya menjadi tertawa.

Dulu sejak Tai-tai melukai tumitnya Gorisan di atas tebing yang curam dan berhasil menolong jiwanya Wanyen Hong, maka sejak saat itu Tai-tai diangkat sebagai anak oleh puteri negeri Kim ini. Kemudian oleh lm Hian Hong Kie- su, Tai-tai di tolong pula dengan membuka semua jalan-darahnya yang telah tersumbat sejak kecil, dan sejak itu pula Tai-tai kembali menjadi manusia normal, tidak seperti dulu yang kelakuannya seperti gila-gilaan.

Hal ini menunjukkan kecerdikannya yang melebihi orang lain. la dapat menduga bahwa Wanyen Hong dan kawan2nya pasti akan kembali ketempat itu. Maka begitu mendengar suara derapan kaki kuda, iapun berlari keluar menyambut.

Wanyen Hong merasa heran, lalu ia menanya, "Kau setan cerdik, bagaimana kau dapat tahu bahwa ibumu akan kembali kesini sekarang?" Tai-tai tertawa dan mengeluarkan sepuiyuk surat, lalu memberikannya kepada ibu angkatnya. "Ibu, harap jangan marah. Sebenarnya aku telah pergi ke Ciong-lam San untuk mencari Yan cie-cie, tapi beberapa hari yang lalu, ditengah jalan aku telah bertemu dengan si pengemis aneh yang dahulu memainkan ular merah dan yang telah menghadiahkan ibu kuda....." "Oh, yah" Ingatanmu tajam sekali. Eh, apakah surat ini untukku?" tanya Wanyen Hong.

"Betul, dia menitipkan surat ini untuk ibu sambil mengatakan bahwa Yan cie-cie sudah meninggalkan Ciong-lam San ber-sama2 Tio Kong-coe dan menyuruh aku menunggu saja disini. Siapa tahu ibupun ikut datang kemari?" Gokhiol menjadi terkejut sekali. "Dimana dia sekarang?" tanyanya dengan cepat. Sementara itu Wanyen Hong sudah membuka suratnya dan belum habis ia membaca, tangannya sudah gemetaran clan wajahnya pucat pasi.

Hay Yan melihat gelagat kurang baik segera maju untuk mendukung tubuh ibunya sambil mencuri lihat isi surat itu yang berbunyi: "Sudah duapuluh tahun lamanya kita berpisah, Hong-moay.

Aku Tio Hoan sebenarnya belum mati, tapi telah bertapa dipegunungan Kun-lun San, giat meyakinkan ilma Kian-kun Tai Kie-kang. Sebelum aku dapat membalas dendam kesumat. Tak dapat kita sailing berjumpa. Hong-moay, kini bahaya sedang mengancam! Janganlah kau tinggal ditempat lama ini!" Dibawahnya tergambar seekor ular yang sedang melingkar sambil mengangkat kepalanya.

Hay Yan berkata kepada Gokhiol, "Tak salah lagi, dia memang adalah ayahmu!" Dengan suara gemetar terdengar Wanyen Hong berkata separuh berbisik, "Syukur seribu kali syukur! Hoanko benar2 belum meninggal! Tapi mengapa kau tidak mau menemui aku selama ber-tahun2 lamanya?" Gokhiol kemudian menceritakan bagaimana ia telah bertemu dengan ayahnya secara aneh dipegunungan Ciong-lam San.

Mendengar keterangan itu hati sang putri menjadi heran bercampur girang. Untuk ketegasannya ia menanyakan pula, "Betulkah ada kejadian yang sangat aneh seperti ini?" Kim Gan Bie mendekatinya, "Suci, kau lihat suratnya Tio Hoan yang mengatakan bahwa bahaya kini sedang mengancam. Mungkin dia sudah mengamat-amaii sepak terjangnya Gorisan. Malam ini Suci telah pulang kembali kekampung keluarga Hay, entah bahaya apa yang mengintai kita?" katanya.

Kim Gan Bie setelah mendapat dengar tentang tertawannya Im Hian Hong Kie-su dan para tokoh2 Bu-lim mendapat surat undangan dari Im Yang Jie-yauw untuk datang ke Cian Hud Tong untuk mangadakan persidangan.

Diam2 ia memberitahukan peristiwa itu kepada Wanyen Hong dan segera berangkat untuk menolongi Im Man Hong Kie-su.

Kemarin ditengah perjalanan mereka telah bertemu dengan Pato. Wanyen Hong segera mengenalinya. Semula ia berniat untuk menyingkir, tapi Pato sudah turun dari kudanya. Sang Pengeran kamudian menceriterakan bahwa ayahnya telah membunuh diri. Kedatangannya sekarang ialah untuk mencari Gokhiol.

Wanyen Hong menanyakan sesuatu dan tahulah bahwa Tay Yang Lhama pernah datang ke Ho-lim. lapun sadar ada sesuata yang kurang beres, maka ia melanjutkan perjalanannya bersama Pato. Sepanjang jalan mereka mencari jejak Gokhiol dan diluar dugaan barusan mereka telah bertemu dirumah penginapan.

Malam itu mereka mengadakan perundingan untuk mem-perbincangkan maksud dari isi surat Tio Hoan.

Apakah gerangan arti : Jangan tinggal ditempat lama2"........... "Kalau tempat lama yang dimaksudkan Hay-kee Cun, maka malam ini juga kita harus meninggalkan tempat ini!" ujar Hay Yan. Tapi Tai-tai tak dapat menyetujuinya, katanya," Tempat lama yang dimaksud Tio Siok-siok tak mungkin adalah tempat ini, karena ia dahulu belum mengetahui kampung keluarga Hay ini. Sebab ibu pun baru kemudian menempati tempat ini. Menurut pendapatku yang dimaksud tempat lama tentulah Cian Hud Tong atau Goa seribu Budha dimana dia dahulu pernah bertempur melawan Gorisan.

Bagaimana pendapat kalian?" Wanyen Hong meng-annguk2-kan kepalanya, tapi segera ia teringat pula kejadian pada dua puluh tahun yang lampau tatkala Gorisan dengan menyamar sebagai Tio Hoan telah mencemarkan dirinya, karena merasa ma!u dan rasa dendam yang tak terhingga ia mengeretakkan giginya.

"Huh, tempat lama" Tempat yang tak dapat kulupakan, Aku justeru hendak pergi kesana untuk membalas sakit hatiku kepada Gorisan, bagaimana aku bisa diam saja?" Pato menggeleng dengan kuatir dan mengeluarkan pendapatnya : "Kongcu, kau harus mempercayai kata2 Tio Cianpwee. Lagi pula Im Yang Jie-yauw sedang mengadakan pertemuan dengan para tokoh Bu-lim digoa seribu Budha. Maka tak salah lagi Gorisanpun akan berada ditempat itu. Sebaiknya Kongcu jangan pergi kesana agar tidak menjadi mangsa perangkap mereka!" Gokhiol tak setuju, katanya : "Adik mengapa kau berkata demikian" Kini Im Hian Hong Kie-su jatuh ketangan sepasang iblis itu, masakan kita harus berpe!uk tangan saja tanpa berbuat sesuatu" Biarpun Kongcu tidak pergi, aku seorang diri akan pergi kesana Bagaimanapun juga aku bersumpah akan menolongi jiwa Im Hian Hong Kie-su!" Diam2 Pato tertawa dalam hatinya. Sebenarnya perkataannya adalah untuk membakar hati Wanyen Hong.

Dia tahu bahwa antara, bangsa Monggol dengan bangsa Kim terpendam rasa dendam yang sudah turun temurun.

Sang puteri belum tentu hendak ikut bertempur melawan Im Yang Jie-yauw yang merupakan musuhnya, maka barusan ia pura2 membujuk sang Kongcu supaya jangan sembarang pergi. Sekarang begitu mendengar kata2 Gokhiol, iapun segera menjawab : "Kalau koko hendak pergi menolongi Im Hian Hong Kie-su, maka sebaiknya kita berunding dulu, lalu barulah kita pergi bersama-sama." Wanyen Hong manggut: "Antara kita berenam masing2 mempunyai persoalan sendiri2 yang berlainan. Mulai saat ini, kita harus menghapuskan perasaan perbedaan suku bangsa dan bersatu menjadi kawan untuk sama2 mengganyang kaum Iblis dari See-hek. Dengan demikian pasti Im Hian Hong Kie-su dapat kita selamatkan jiwanya." ujarnya. Wanyen Hong berkata demikian karena ia adalah seorang puteri dari negeri Kim, sedangkan Pato adalah pangeran muda Monggol. Sedangkan dalam kenyataannya antara kedua negara itu sudah terjalin permusuhan yang hebat. Disamping itu Gokhiol adalah sanak saudara Kaisar Song dan ibunya adalah orang Kim dan ia sejak kecil sudah diangkat anak oleh Jenderal Tuli.

Hay Yan, meski adalah puteri Wanyen Hong, tapi tidak mengakui ayahnya sendiri yang menjadi musuh besar ibunya. Semenjak kecil ia dipelihara Hay An Peng. Tai-tai adalah puteri angkat dari Wanyen Hong sedangkan Kim Gin Bie adalah puteri Lu Bun Liong yang sejak kecil diculik dan kemudian diangkat sebagai puteri sendiri oleh seorang pangeran Kim. Sejak kecil Kim Gan Bie dipelihara oleh Tiang Pek Lonio. Sebenarnya ia adalah turunan dari seorang menteri setia kerajaan Song.

Pada waktu itu semua tokoh2 rimba-persilatan telah menerima surat undangan Im Yang Jie-yauw. Dan semua orang merasa aneh, dengan hati ingin tahu mereka ber-duyun2 datang ke Giok-bun Koan untuk menyaksikan keramaian. Diantara mereka ada ketua partai yang pada dua puluh lima tahun yang lalu telah dipecundangi oleh Im Hian Hong Kie-su. Mereka umumnya ingin membalas sakit hati yang telah terkandung selama puluhan tahun lamanya.

Kini mereka ingin menyaksikan sendiri betulkah Im Hian Hong Kie-su tertawan oleh Im Yang Jie-yauw" Bila benar mereka akan merasa puas, sebab dengan meminjam tenaga lain orang sakit hati mereka telah terbalas.

Tapi diantaranya ada juga yang tidak mempunyai sangkut paut apa2, mereka hanyalah orang2 yang biasa berkelana didunia kang-ouw, yakni hanya ingin tahu dan mau lihat keramaian saja.

Ketika itu Ciang-bun-jin Bu-tong Pay Wan Han San Totiang yang telah lanjut usianya, menitahkan suteenya yang bernama Ong Ciok Hu untuk datang meninjau.

Kebanyakan yang datang ke Giok Bun Koan berasal dari partai Bu-tong Pay, karena pada tiga puluh tahun yang lampau partai itulah yang dapat anugerah dari Kaisar Song sebagai partai yang terhormat.

Im Hian Hong Kie-su dan Tio Hoan dahulu pun pernah belajar silat di Bu-tong San. Ong Ciok Hu kali ini mendapat titah untuk datang ke Giok Bun Koan dengan maksud untuk memohon kepada sahabat2 Bu-lim supaya jangan mengenang kejadian yang telah lampau dan sudi menyudahi saja soal itu, sehingga dengan dernikian Im Hian Hong Kie-su dapat tertolong jiwanya.

Hari itu Gokhiol melihat dirumah makan dua orang Hwee-shio, satu diantaranya adalah Ong Ciok Hu itu.

Sementara itu Tay Im Lo-nie sudah mengadakan pesiapan. Beberapa orang kepercayaannya telah ditugaskan untuk mengadakan penyambutan para tamu. Gorisan dan Ang-bian Kim-kong mendapat tugas untuk meng-amat2-i secara diam2 tamu2 itu. Dilain pihak, San Tik orang kepercayaannya Bee Cin Ong-houw telah mendapat sebuah Leng-ciam dari Ong Houw untuk memimpin dua ribu orang pasukan Monggol untuk menuruti segala perintah yang diberikan oleh Im Yang Jie-yauw dan mengadakan perangkap menanti para tokoh Bu-lim masuk jaringan.

Menurut kebiasaan tata-tertib kang-ouw, orang2 yang telah menyebarkan surat undangan tak pernah mengeluarkan suatu tipu muslihat terhadap para tamunya, maka para tokoh dari berbagai partai dan kalangan yang datang ke Giok Bun Koan ini mimpipun mereka takkan menyangka bahwa Im Yang Jie-yauw sedemikian beracun dan keji untuk menjatuhkan mereka kejurang kemusnahan.

Berselang dua hari para tamu sudah berkumpul diluar Tuna Wang, diantaranya terlihat It Kiat Cinjin dari Go Bie Pay, Ang Cin To-tiang dari Hwa-san Pay, Pek le Kie-su dari Heng-ie Pay, Kim Jie Hauw dari Kwan Gwa Hek San Pay dan Iain2 tokoh yang kenamaan.

Melihat Tay Yang Lhama hanya membawa beberapa anak muridnya, mereka sedikit pun tak menaruh syahwasangka. Ong Ciok Hu menanyakan kepada Tay Yang Lhama dimana adanya Tay Im Lo-nie yang dijawab, "Sumoay berada di gunung untuk menjaga Im Hian Hong Kiesu.

Besok adalah hari pertemuan. Harap kalian datang pada waktunya untuk naik keatas gunung buat bertamu." Keesokan paginya, sehabis semua orang sarapan, Tay Yang Lhama mengajak Ang-bian Kim-kong masuk dan mengundang para tamu lainnya untuk berkumpul di goa keenam belas di atas gunung.

Para tokoh silat mengikuti Tay Yang Lhama naik keatas gunung. Tak lama tampak seorang nie-kauw yang berparas pucat berdiri di mulut goa dan memberi hormat kepada para tamu yang datang. Para hadirin satu per-satu membalas hormat. Dialah Tay Im Lo-nie.

Wanita iblis itu tersenyum, dan berkata dengan manis merendah "Siauw-nie merasa bangga atas kedatangan kawan2 sekalian. Kami sebenarnia tidak bermusuhan dengan Im Hian Hong Kie-su. Tapi sebaliknya, dia selalu bersikap musuh terhadap kami maka kami telah menawannya. Kini dia berada didalam peti batu untuk menanti keputusan kalian untuk menentukan nasibnya." Ong Ciok Hu melihat gerak-gerik si nie-kauw tidak begitu wajar, ia mulai merasa curiga. Lalu ia menanya : "Dimanakah kini Im Hian Hong Kie-su berada" Bolehkah kami melihatnya?" Tay Tm Lo-nie tersenyum manis yang di buat2-nya: "Tentu saja boleh, kalian dengan susah payah dan lelah telah memerlukan untuk datang kemari, memang kami sudah menantikan kawan2 Bu-lim untuk melihat tawanan katni dengan lebih jelas serta mengenalinya. Apakah betul2 orang yang telah siauw-nie tangkap Im Hian Hong Kie-su adanya" Karena kabarnya dia sudah dua puluh tahun lebih menyembunyikan dirinya dipegunungan dan baru belakangan ini saja muncul untuk menimbulkan berbagai macam ke-onaran." Dengan ramah-tamah Tay Im Lo-nie mempersilahkan para hadirin untuk memasuki goa ke-enam belas. Kurang lebih tiga puluh orang tokoh2 rimba persilatan be-duyun2 berjalan masuk kedalam goa, setelah melalui arca2 yang tak terhitung jumlahnya akhirnya sampailah mereka pada sebuah kamar batu. Pada mulut kamar itu terdapat sebuah pintu besi yang tertutup rapat2.

Si nie-kauw mmbuka pintu dan tiba2..... terlihat sinar cahaya matahari yang menerobos masuk dari luar menerangi seluruh kamar! Di dalam kamar itu tampak sebuah peti batu yang besar melintang diatas lantai.

Pada tutup peti terpahat sebuah lubang persegi dan didalamnya kelihatan jelas muka Im Hian Hong Kie-su yang tengah berbaring. Wajah Si Penunggu Puncak Gunung Maut tiada berubah, hanya matanya yang terpejam. namun bulu matanya ber-gerak2 menandakan bahwa dia tidak mati.

Para tamu merasa heran sekali bagaimana pendekar tua itu masih dapat hidup didalam sebuah peti batu selama beberapa waktu lamanya." Tiba2 Ang Cin To-tiang, berkata : "Dialah memang Am Hian Hong Kie-su!" lalu menoleh ke Ong Ciok Hu dan melanjutkan : "Apa to-heng juga mengenalinya" Nampaknya dia tertotok jalan-darahnya, hingga tidak sadarkan diri." Belum sempat Ong Ciok Hu menjawab, atau sudah terdengar Tay Im Lo-nie berkata," Saudara2 sekalian, apakah kalian sudah melihat dengan jelas" Bila sudah jelas dan pasti orang ini adalah Im Hian Hong Kie-su, harap kalian keluar dari sini untuk mengadakan perundingan.

Siauw-nie masih ada sesuatu yang ingin dibicarakan." Tay lm Lo-nie menutup kembali pintu kamar, sehingga mau tak mau para tamu terpaksa mengundurkan diri Kemudian si nie-kauw mengantar mereka berjalan meIalui sebuah gili2 keciI yang ber-liku2. Dinding dan lantai jalanan tersebut terbuat dari batu alam yang berwarna putih.

Tiba2 Ong Ciok Hu merasakan sesuatu bebauan yang aneh! Per-lahan2 ia berbisik kepada It Kiat Cin-jin, "Apakah To-heng dapat mencium bau belerang?" It Kiat Cin-jin menganggukan kepalanya," Aku sendiripun merasa heran, bau ini datangnya se-olah2 dari celah2 batu lantai." Tak lama kemudian sampailah mereka kesuatu tempat yang berbentuk seperti baskom, tempat itu dikelilingi oleh tembok yang menjulang tinggi keatas. Pada tembok batu itulah tampak jalan2 kecil yang menuju keluar.

Berkata pula Ong Ciok Hu, "Lie Hoat-su hendak mengantar kita kemana, apa ada jalan untuk turun gunung ?" Tay Im Lo-nie tertawa lebar seraya berkata, "Hari ini siauw-nie merasa beruntung sekali atas kehadiran kalian.

Gunung Beng See San atau Gunung Pasir Berbunyi ini luasnya sepanjang sepuluh lie. Disekitarnya terdapat goa2 yang penuh terukir arca2 yang bercorak seni. Antara goa2 ini terdapat pintu rahasia yang saling berhubungan satu sama lainnya. Sungguh suatu pekerjaan yang tinggi mutuseninya. Siauw-nie bermaksud mengantar kalian untuk menikmati seluruh pemandangan disini. Setelah itu kita kembali kebawah gunung untuk bersantap bersama-sama." Diantara hadirin sebagian besar memang belum pernah mengunjungi Giok Bun Koan, maka mendengar penjelasan itu, mereka menjadi ketarik hati.

It Kiat Cin-jin lalu bertanya pada Tay Im Lo- nie, "Lie Hoat-su telah mengedarkan surat undangan kepada kami, sebenarnya hendak merundingkan soal apa" Sebaiknya kita kembali kebawah dahulu dan nanti mempersilahkan kawan2 lainnya untuk melancong sendiri2. Bukankah ini mengirit waktu dan lebih baik?" It Kiat Cin-jin adalah tokoh Go-bie Pay, diam2 melihat wajah Tay Yang Lhama yang samar2 memancarkan nafsu pembunuhan. Sebab itulah ia telah mengajukan usulnya untuk segera kembali kebawah.

Tay Im Lo-nie tertawa. "Dalam surat undangan siauwnie berjanji hendak menyerahkan Im Hian Hong Kie-su kepada kalian untuk diadili. Sekarang kawan2 sudah capai, baiklah kita turun dahulu untuk bersantap, kemudian kita adakan perundingan. Nah, suheng! Lebih baik kau pergi dulu mengadakan persiapan." kata Tay Im Lo-nie pada Tay Yang Lhama.

Tay Yang Lhama manggut, lalu segera bergegas berjalan pergi.

Ong Ciok Hu bertanya, "Eh, kenapa Tay Yang Hoatsu pergi dulu?" "Su-hengku turun untuk mempersiapkan hidangan agar kalian tidak menunggu lama." kata Tay Im Lo-nie dengan tersenyum.

"Ah, bikin repot saja!" Ong Ciok Hu menyahut, sedangkan didalam hatinya ia sudah mempunyai firasat kurang enak.

Memang sebagian besar hadirin gudah mulai merasa curiga, lagi pula mereka makin lama diajak ketempat yang letaknya sangat bahaya seperti liku Pat Kwa Tin, sedangkan bau belerang semakin santer merangsang hidung mereka.

Maka itu mereka ingin lekas2 kembali kebawah gunung.

Mereka berjalan lagi beberapa saat lamanya hinggh tampak dihadapan mereka sebuah goa kecil dengan muiutnya yang sangat sempit, untuk masuk kedatam hanya dapat dilewati seorang saja.

Tay Im Lo-nie berkata, "Goa ini adalah yang kedelapan puluh enam. Didalamnya terdapat patung2 cerita Gak Lian menolong ibunya dan......." Pada saat itulah secara mendadak Biauw Tiin Lie-nie membentak "Kami tak bermaksud untuk masuk kedalam goa! Inilah bukan jalan untuk turun kebawah! Tay Im Lonie, kau sebenarnya sedang menjalankan siasat apa?" It Kiat Cin-jin turut membuka suara, "Lie Hoat-su, mungkin kau hendak mengurung kami ditempat ini?" Wanita iblis itu terus berjalan dimuka, dengan paras menunjukkan senyuman palsu ia menyahut. "Siasat apa" Ah, kalian terlalu banyak curiga." Walanpun mulutnya mengucapkan kata2 menyangkal.

namun langkahnya makin dipercepat menuju kemulut goa! Ong Ciok Hu, Biauw Cin Lie-nie, It Kiat Cin-jin dan lain2-nya menjadi terkejut, berbareng mereka berseru, " Jangan kasih iblis perempuan itu lari! Pegang dia!" Kim Jie Hauw dari Hek-san Pai yang terkenal dengan ilmu meringankan tubuh Langkah-Harimau, bagaikan kilat ia meloncat kemuka, mengejar si nie-kauw. Tapi setelah hampir tercandak, Tay Im Lo-nie secara tiba2 memalingkan badannya dan mengirimkan pukulan. Segera terasa oleh Kim Jie Hauw semacam angin dingin menyerang dirinya.

Cepat2 ia menyingkir kesamping, namun tindakannya terlambat!

---oo0dw0oo---
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

إرسال تعليق