Jilid 34 (Tamat)
Kui Eng bangkit duduk dan memberes kan sanggul rambutnya yang te rlepas dan terurai
Ketika kedua tangannya di angkat ke atas membereskan rambutnya, gerakan itu sungguh penuh kelembutan, gerakan khas wanita dan sang pangeran te rpesona
Kiat-ko, engkau begini baik kepadaku....
rasanya aku sebagai' seorang hina yang tidak berharga sekali...., tidak berharga untuk menerima cinta seorang pangeran sepertimu
Ah, betapa kejamnya suheng .......!
Eng-moi, harap engkau jangan berpikir seperti itu
Sesungguhnya, suhengmu itu sama sekali bukan orang kejam, bahkan dia te lah bertindak bijaksana ketika bicara begitu te rus terang dan jujur
Bayangkan saja, Eng-moi, andaikata dia tidak sejujur itu, andaikata dia tidak berani melakukan pengakuan yang amat jujur dan te rdengar keras itu, dia akan merusak kehidupan empat orang sekaligus!
Kui Eng te rbelalak
Merusak kehidupan empat orang
Siapa yang engkau maksudkan, koko
Dan mengapa merusak kehidupan mereka?
Orang pertama yang akan rusak hidupnya adalah engkau sendiri
Ingat perjodohan yang membuat dua orang hidup bersama selamanya, hanya akan membahagiakan kedua orang itu kalau mereka saling mencinta
Kalau.hanya clnta sebelah pihak, maka akhirnya perjodohan itu akan hancur dan kalau kelak engkau mendapat kenyataan bahwa suamimu tidak mencintamu, apakah hal itu bukan berarti menghancurkan hatimu
Orang ke dua te ntu saja kehidupan suhengmu sendiri
Dia akan hidup menderita batin karena dia harus hidup sebagai suami dari seorang isteri yang tidak diclnta ya sebagal Isteri, melainkan sebagal adik dan dia harus berjauhan dengan wanita yang sesungguhnya dia cinta
Orang ke tiga adalah nona Kam Cin karena nona itu terpaksa harus berpisah dari suhengmu, pria yang diclntanya
Orang ke empat tentu saja aku sediri, karena hidupku akan te rasa rusak apa bila engkau menjadi isteri suhengmu, berarti akan berpisah dariku
Nah, indakan suhengmu itu sama sekali bukan suatu kekejaman, melainkan suatu kebijaksanaan.
Kui Eng diam saja, menunduk dan dapat mulai memahami kebenaran ucapan pangeran itu
Dan iapun teringat betapa cinta kasih Cin Cln terhadap suhengnya itu tentulah besar sekali sehingga biarpun tangannya dibuntungi Thian Ki, gadis Itu tetap mencintanya! Pada hal ia sendiri, baru mendengar Thian Ki nencinta gadis lain saja sudah marah-marah dan tidak senang, menganggap Thian Ki kejam! Dan Thian Ki bukan benci kepadanya, melainkan menyayangnya, sebagai seorang kakak, ia tidak akan kehilangan Thian Ki sebagai suheng dan sebagai kakaknya, dan ia bahkan mendapatkan seorang lain yang juga amat mencintanya, yaitu Pangeran Li Cu Kiat
Pangeran itu telah membelanya, melindunginya, merawatnya, bahkan tidak menjadi marah ketika mengetahui bahwa pernah mencinta dan bahkan bertunangan dengan suhengnyal Melihat sikap Kui Eng yang diam saja dan kini wajah gadis itu tidak murung seperti tadi, diamdiam Pangeran Li Cu Kiat merasa lega
Sudahlah, Eng moi, jangan memikirkan hal itu lagi
Perlahanlahan engkau akan mengerti dan engkau akan dapat mempertimbangkan semua ucapanku tadi, dan mudah-mudahan saja Tuhan te lah menentukan bahwa jodohku adalah engkau, karena hal itu akan membuat hidupku penuh kebahagiaan Sekarang, sebaiknya engkau rebah lagi dan beristirahat, engkau sudah duduk te rlalu lama.....
Dan baru sekarang pangeran itu menyadari bahwa gadis itu telah duduk te rlalu lama sekali, hal yang tidak wajar karena biasanya, duduj sebentar saja sudah merasa pening
Heii....!! Aku tidak merasa pening lagi, koko! Dan tubuhku te rasa ringan dan nyaman
Rasa berat dan panas di dalam dadaku le nyap ....
apakah ini barangkali.....
Mereka saling pandang dan Kui Eng meloncat turun dari atas pembaringan dan tentu akan roboh kalau tidak cepat ditangkap dan dirangkul pangeran itu
Akan te tapi Kui Eng tidak pening, dan tertawa
Heii, tubuhku sungguh menjadi ringan seperti tidak berte naga, akan tetapi te rasa nyaman.
Ia melepaskan rangkulan pangeran itu dan duduk di te pi pembaringan
Koko, aku sudah sembuh!
Pangeran Li Cu Kiat memandang dengan wajah berseri
Tak salah lagi, tentu mereka telah berhasil menemukan dan menghajar tosu iblis itu!
teriaknya, dan pada saat itu, ibu dan neneknya memasuki kamar
Kui Eng, kenapa engkau, duduklah is tirahat saja dulu----
kata Nyonya Li Seng Tek, ibu pangeran itu
I bu ! Nenek ! Eng-moi sudah sembuh, agaknya Coa-toako dan nona Kam telah berhasil menghajar tosu iblis itu!
teriak Pangeran Li Cu Kiai gembira
Sukurlah.....!
kata ibunya
Bagus! Mudah-mudahan saja tosu dukun le pus itu telah dibikin remuk kepalanya, dipenggal batang le hernya dan sekarang sudah mampus!
kata si nenek galak
Kui Eng yang merasa sehat dan gembira, segera berganti pakaian, mandi dan kemudian dengan lahap ia makan hidangan yang disajikan, ditemani oleh keluarga itu yang te rtawa-tawa gembira melihat betapa Kui Eng makan dengan lahapnya
Setelah selesai makan, Kui Eng mengajak Pangeran Li Cu Kiat untuk pergi menyusul suhengnya, akan tetapi baru mereka berada di beranda depan, muncullah Thian Ki dan Cin Cln
Sebelum mereka bicara, kedua pihak sudah tahu apa yang te rjadi
Kui Eng yakin bahwa te ntu suhengnya telah berhasil menghajar Im Yang Sengcu, Sebaliknya Thian Ki dan Cin Cin juga sudah dapat menduga .bahwa Kui Eng te lah sembuh sama sekali
Bagaimana, suheng
Apakah engkau sudah berhasil menghajar tosu siluman itu?
tanya Kui Eng dan dengan sikap manja seperti biasa sejak mereka masih kanak-kanak, ia menghampiri Thian Ki dan memegang tangan pemuda itu
Melihat sikap gadis ini, Thian Ki tersenyum girang
Jelas bahwa gadis itu memperlihatkan kasih sayang dan kemanjaan seorang adik, seperti dahulu sebelum mereka dltunangkan oleh ayah kandung gadis itu
Diapun mengelus rambut adiknya itu dengan rasa sayang
Dan engkau te ntu telah sernbuh bukan
Ketahuilah, sumoi, Im Yang Sengcu telah terbunuh dalam pertandingan melawan .......
Melawan engkau, siapa lagi?
Kui Eng memotong
Sayang, aku tidak dapat menyaksikannya, suheng.
Dugaanmu keliru, bukan aku yang bertanding dengan dia.
Ehh
Bukan engkau
Lalu s iapa?
Thian Ki menoleh kepada Cin Cin yang menjadi kemerahan mukanya
Cin moi inilah yang tak dapat menahan kemarahannya dan mendahului aku menantang tosu itu
Mereka bertanding, disaksikan oleh Sri baginda Kaisar sendiri dan tosu itu tentu s aja kalah oleh Cin-moi yang Iihai.
Ihh, engkau pandai memuji saja...........
Cin Cin tersipu
Enci Cin! Engkau yang membalaskan dendamku?
Cin Cin mengangguk dan menghampiri gadis itu
Aku tidak dapat menahan kemarahanku melihat tosu siluman itu menggunakan ilmu sihir di meja sembahyang untuk mencelakaimu, adik Eng
Karena itu, ketika Sribaginda muncul dan mengusulkan pertandingan satu lawan satu, aku segera maju menantang tosu itu
Aku ...
tidak tahu cara lain untuk membuktikan padamu bahwa aku tidak mempunyai perasaan permusuhan denganmu, adik Eng.
Enci Cin ........!
Kui Eng merangkulnya dan merekapun menjadi akrab
Meihat ini, Thian Ki saling pandang dengan Pangeran Li Cu Kiat dan keduanya merasa gembira sekali
Sribaglnda sendiri yang menjadi saksi dan mengadu kalian dengan dukun le pus itu?
Nenek Song bertanya
Sungguh menarik sekali
Ceritakan bagaimana peristiwa itu terjadi!'
Aih nenek, mari kita semua masuk ke dalam dan bicara di sana saja
Tidak baik bicara sambil berdiri di beranda,
kata Pangeran Li Cu Kiat yang lalu menggandeng nereknya yang tertawa-tawa dan merekapun semua masuk ke dalam dengan wajah gembira
Setelah mereka berada di ruangan sebelah dalam, Thian Ki menceritakan pengalaman mereka di kuil Thian-Se ngcu, dan betapa Sri baginda Kaisar sendiri yang menghendaki agar perselisihan di antara mereka dan tosu itu diselesaikan melalui pertandingan
Betapa kemudian Cin Cin berhasil menewaskan tosu itu yang agaknya keracunan oleh asap beracunnya sendiri dan diapun menceritakan dengan gembira bahwa dia telah berhasil mendapatkan pedang pusaka milik ayah tiri dan juga gurunya, mendapatkan pula obat penawar racun yang diberikan sendiri oleh Kaisar
Mendengar ini, Kui Eng berseru gembira 'Aih, kalau begitu, engkau akan sembuh dan dapat menikah dengan enci Cin, suheng!!
Semua orang te rheran mendengar ini, akan tetapi Cin Cin ter sipu dengan muka kemerahan
Hemm, Kui Eng, apa artinya ucapanmu tadi
Hayo ceritakan, jangan simpan rahasia-rahasiaan dariku'
kata ne nek Song tak sabar
Me mang tadinya merupakan rahasia pribadi suheng, Nenek, akan te tapi karena sekarang suheng telah mendapatkan obat dari Sri baginda Kaisar, maka tak perlu dirahasiakan lagi
Suhengku ini adalah seorang tok-tong (anak beracun) tubuhnya mengandung racun hebat dan sudah banyak tokoh sesat yang lihai tewas sendiri ketika memukulnya dan mereka keracunan sendiri
Bahkan enci Cin ini pernah menyerang suheng dan mencengkeram pundak suheng dan akibatnya, enci Cin keracunan tangan kirinya dan jalan satusatunya untuk mennyelamatkannya hanyalah pemotongan tangan kirinya yang dilakukan pula oleh suheng
Tidak ada obat yang dapat memberslhkan hawa beracun dari tubuh suheng, dan kalau dia tidak te rbebas dari hawa beracun itu, dia tidak akan dapat menikah, karena wanita yang menjadi is terinya akan te was keracunan
Nah,sekarang dia telah menerima obat penawar dari Sribaglnda, maka aku perlu menghaturkan selamat kepada suheng dan enci Cin!
Melihat Thian Ki dan Cin Cin tersipu malu, semua orang bergembira, terutama sekali Pangeran Li Cu Kiat merasa senang sekali karena sikap Kui Eng itu je las membuktikan bahwa gadis itu tidak lagi menderita patah hati melihat suhengnya berjodoh dengan gadis 1ain! Dan Thian Ki sendiri, juga Cin Cin, merasa le ga dan berbahagia melihat sikap Kui Eng sepert itu
Kalau begitu, kami menghendaki agar engkau mempergunakan obat penawar itu di sini, di rumah kami agar kami dapat membantumu kalau membutuhkan sesuatu, Thian Ki,
kata Nenek Song yang kini sudah bersikap akrab dengan Thian Ki seolah-olah pemuda itu telah lama dikenalnya
Benar apa yang diminta oleh Nenek, suheng
Obat pusaka seperti itu te ntu manjur sekali dan daya kerjanya juga keras
Di sini engkau akan aman mempergunakannya, pula aku sendiri dapat menjagamu kalau-kalau te rjadi sesuatu setelah engkau menggunakan obat itu,
kata Kui Eng
Juga Pangeran Li Cu Kiat membujuk dan ketika Thian Ki menoleh kepada kekasihnya, Cin Cin juga mengangguk menyetujui
Memang le bih aman kalau kekasihnya itu mengobati dirinya di istana pangeran yang aman itu, dikelilingi orang-orang yang je las akan membelanya kalau sewaktu-waktu timbul bahaya
Baiklah, dan sebelumnya saya menghaturkan banyak te rima kasih kepada Pangeran dan keluarga di sini
Thian Ki berulang-ulang menjura dengan penuh hormat
Aihh, twako, tidak perlu sungkan
Kita berada di antara keluarga sendiri, bukan?
kata pangeran itu sambil memandang wajah Kui Eng dan gadis inipun tersenyum manis
Pada hari itu juga, dalam sebuah kamar yang diperuntukkan Thian Ki, pemuda ini, dibantu Cin Cin dan Kui Eng memasukkan obat yang bentuknya seperti telur merah itu, yang merupakan sari dari pada racun katak merah yang sudah dikeringkan, ke dalam sebuah panci tanah dan menuangkan anggur merah sebanyak dua cawan ke dalam panci, lalu meletakkan panci itu di atas perapian yang kecil nyalanya
Obat itu dibiarkan mencair ketika anggur mulai mendidih, dan dibiarkan menguap sampai anggur itu tinggal setengahnya
Tercium bau yang amis bercampur bau harum anggur
Setelah anggur itu tinggal setengahnya, diangkat lalu campuran obat dan anggur itu dituangkan ke dalam cawan arak, presis tinggal secawan penuh dan dibiarkan agak mendingin
Karena maklum bahwa yang akan diminumnya itu merupakan racun katak merah yang amat berbahaya, maka Thian Ki dipersilakan duduk bersila di atas pembaringan oleh Cin Cin
Pemuda itu lalu mengatur pernapasan dan menghimpun te naga sakti dalam tubuhnya sambil menanti obat itu mendingin
Setelah obat itu tidak begitu panas lagi, tinggal hangat-hangat, Cin Cin mengambil cawan itu dan menyerahkan kepada Thian Ki
Semua keluarga dalam rumah itu menyaksikan pengobatan ini
Thian Ki menerima cawan obat itu, memandang ke sekeliling sambil tersenyum
Kalau s ampai obat I tu membunuhnya, dia ingin pandangan te rakhir kali bagi matanya wajah orang-orang yang di sayangnya dan dihormatinya
Kemudian, dia memejamkan mata, menyerahkan jiwa raganya kepada Tuhan, lalu diminumnya obat itu dengan sekali teguk
Cin Cin dan Kui Eng mengamati semua gerakan Thian Ki dengan hati was-was, juga Pangeran Li Cu Kiat, ibunya dan neneknya memandang dengan hati tegang
Mereka semua tahu bahwa obat penawar racun pemberian kaisar itu merupakan obat yang amat keras
Mereka semua sudah pernah mendengar bahwa katak merah adalah sejenis katak langka yang suka makan ular beracun dan bahwa sedikit saja bisa katak itu cukup untuk menewaskan orang yang bagaimana lihaipun
Akan te tapi mereka juga mendengar bahwa bisa katak itu dapat menawarkan segala macam racun yang paling jahatpun
Setelah mengembalikan cawan kosong kepada Cin Cin, Thian Ki yang masih duduk bersila itu memejamkan mata kembali, duduk diam menanti bekerjanya racun Katak Merah di tubuhnya
Dan dia menanti tidak terlalu lama
Perlahan-lahan mukanya berubah kemerahan Warna kemerahan ini menjalar terus sampai ke seluruh permukaan tubuhnya dan semua orang merasa betapa ada hawa panas keluar dari tubuh Thian Ki, terasa oleh mereka semua
Dan perlahan-lahan, dari dalam tubuh itu mengepul uap hitam
Panas,,,,,, panas....
semua menjauh......!
te rdengan suara Thian Ki lirih dan semua orang menaati permintaannya karena mereka dapat menduga bahwa uap hitam yang keluar dari tubuh pemuda itu te ntu mengandung racun yang amat berbahaya
Mereka menjauh keluar kamar dan hanya menjenguk dari
luar pintu saja
Belas an menit kemudian, terjadi perubahan pada tubuh Thian Ki yang tadinya te gang kepanasan dan berwarna kemerahan, kini tubuh itu mulai menggigil dan warna merah berubah menjadi putih pucat dan akhirnya tubuh itupun menggigil keras
Dingin .....dingin.....
kembali terdengar Thian Ki merintih lirih akan tetapi dari tubuhnya tetap saja mengepul uap kehitaman
Di luar kamar, semua orang menonton dengan hati tegang
Kui Eng dan Cin Cin gelisah dan Kui Eng berbisik,
Suheng kedinginan, dia menderita hebat apakah tidak lebih baik kalau kita menyelimutinya ...:..?
Jangan, adik Eng
Hal itu berbahaya, dapat menghambat keluarnya hawa beracun,
bisik Cin Cin kembali
Hawa dingin yang menguasai tubuh Thian Ki juga tidak lama, berubah lagi menjadi panas
Setelah menjadi permaian dua macam hawa yang berlawanan, sampai setengah hari lamanya, akhirnya uap menghitam itu semakin menipis dan akhirnya, setelah tidak ada lagi uap hitam mengepul keluar, tubuh Thian Ki terkulai di atas pembaringan
Cin Cin dan Kui Eng meloncat ke dalam kamar dan menghampiri pembaringan, diikuti oleh Pangeran Li Cu Kiat, sedangkan Ibu dan nenek pangeran itu telah lama meninggalkan te mpat itu untuk beristirahat
Cin Cin cepat memeriksa nadi tangan kekasihnya dan hatinya le ga
Thian Ki hanya kelelahan dan pingsan.Ia lalu membetulkan letak tubuh Thian Ki, dibiarkan rebah telentang di atas pembaringan dan menyusut muka, le her dan dada kekasihnya yang basah oleh keringat
Thian Ki seperti orang tidur saja, pernapasannya panjang dan sehat
Tak lama kemudian, masih dijaga leh tiga orang itu, Thian Ki membuka kedua matanya
Melihat mereka, dia tersenyum, kemudian dengan wajah berseri berkata kepada Cin Cin,
Cin- moi......kita.....
kita berhasil......
Bukan main le ga rasa hati Cin Cin sehingga tak dapat ditahannya la gi, kedua matanya menjadi basah
Ah, terima kasih kepada Tuhan......
dan tangannya yang tinggal sebelah itu menangkap tangan Thian Ki
Jari-jari tangan mereka saling cengkeram dan pandang mata mereka bertemu dan bertau penuh kebahagiaan
Melihat ini, perlahanlahan Pangeran Li Cu Kiat memegang tangan Kui Eng dan ditariknya gadis itu dengan lembut keluar kamar, meninggalkan sepasang kekasih yang sedang tenggelam dalam kebahagiaan itu
Ketika tiba di luar kamar, Pangeran Li Cu Kiat menghentikan langkahnya, memegang kedua pundak Kui Eng dani menatap wajahnya
Dia melihat sepasang mata Kui Eng juga basah air mata
Eng-moi, engkau sungguh seorang yang berhati mulia,
bisiknya
Dan engkau, koko, engkau le bih mulia lagi.....
kata Kui Eng dan iapun memejamkan mata ketika pangeran itu menarik dan mendekap mukanya di dada pangeran itu
Mereka tidak bergerak, tidak berkata-kata, seolah pada saat itu semua perasaan dan hati mereka telah menjadi satu dalam dekapan itu
o)0o-dw-o0(o Bekas Pangeran Cian Bu Ong duduk di atas kursi dengan mukanya yang biasanya kemerahan itu kini menjadi lebih merah lagi seolah dia kebanyakan minum arak
Jenggotnya yang panjang itu seperti menjadi kaku dan je las nampak bahwa dia marah sekali
Di sebelah kirinya duduk isterinya
Sim Lan Ci yang biarpun usianya sudah mendekati limapuluh tahun, masih nampak anggun dan segar
N yonya ini mengerutkan alisnya dan pandang matanya membayangkan kekhawatiran melihat kemarahan suaminya
Thian Ki dan Kui Eng nampak berlutut di depan kedua orang tua ini, sedangkan Cin Cin dan Pangeran Li Cu Kiat berdiri dengan menundukkan muka, di belakang kedua orang muda yang berlutut itu
Ucapan gila apakah yang kalian keluarkan tadi?
Kakek yang usianya sudah enampuluh tujuh tahun namun masih nampak kekar dan kuat itu membentak
Kalian membatalkan tali perjodohan di antara kalian
Aku yang menjodohkan ka1ian, dan kalian berani mengatakan bahwa kalian tidak setuju dengan perjodohan itu
Hayo katakan, mengapa kalian melakukan tindakan gila ini
Mengapa
! Thian Ki maklum bahwa ayah tirinya, juga gurunya, marah sekali
Akan te tapi dia dan Kui Eng sudah mengambil keputusan tetap untuk berte rus terang, maka dengan suara tenang diapun berkata,
Saya harap ayah sudi mengampuni saya
Bukan sekali-kali saya hendak membantah perintah ayah, akan te tapi, kalau saya menaati perintah ayah untuk berjodoh dengan Eng-moi, maka hal itu hanya akan menyengsarakan hidup kami berdua, ayah.
'
Setan! Kau hendak mengatakan bahwa engkau te rlalu berharga untuk anakku
Apakah Kui Eng te rlalu rendah bagimu
Begitu?
Sama sekali tidak, ayah! Akan te tapi, di antara kami te rdapat kasih sayang antara kakak dan adik, bagaima na mungkin mengubah kasih-sayang antara kakak beradik ini menjadi cinta kasih suami isteri
Saya tidak akan pernah dapat melupakan bahwa Kui Eng adalah adik saya, bukan hanya sumoi
Ayah, bagaimana mungkin saya dapat mengawini adik sendiri ?
la bukan adikmu! Gila kau! Dan engkau bagaimana, Kui Eng
Apakah engkau merasa te rhina, merasa ditolak oleh Thian Ki
Katakan saja, aku akan menghancurkan kepalanya kalau dia berani menghinamu, berani menolakmu!
Tidak sama sekali, ayah
Aku setuju dengan pikiran suheng
Dia sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri dan sayangku kepadanya juga kesayangan seorang adik terhadap kakaknya
Akupun tidak dapat menjadi isterinya, ayah
Aku tidak mau menjadi isterinya, sama sekali bukan karena suheng menolakku.
Anak durhaka! Apakah engkau juga ikut-ikutan seperti Thian Ki, hendak menentang kehendak ayahmu sendiri?
bekas pangeran itu membentak dan melotot
Ayah, sejak kecil aku sudah menganggap suheng seperti kakak sendiri, juga ibu kuanggap sebagai ibu kandungku
Bagaimana sekarang tibatiba aku harus menganggap suheng sebagai suami dan ibu sebagai ibu mertua?
Tidak aku tidak mau, ayah, dan pula
aku dan suheng sudah menentukan pilihan hati kami sendiri untuk menjadi jodoh kami.
Ahh......?
Apa pula ini
Thian Ki, benarkah engkau te lah menentukan pilihanmu sendiri, dan siapa gadis yang kau pilih untuk menjadi calon jodohmu itu?
Cian Bu Ong masih marah! dan suaranya terdengar keras
Ampunkan saya, ayah
Memang semua yang dikatakan Eng-moi tadi benar
Saya sudah saling mencinta dan mengambil keputusan untuk menjadi suami dari adik Kam Cin ini.
Dia menunjuk ke arah Cin Cin yang masih berdiri di belakang
Bekas pangeran itu terbelalak
Dia merasa te rheran-heran karena dia tahu benar bahwa gadis murid Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan itu menjadi buntung tangan kirinya karena keracunan ketika nyerang Thian Ki dan pemuda itu pula yang membuntungi tangan kirinya untuk menyelamatkan nyawanya
Dan gadis itu masih juga dapat jatuh cinta dan mau menjadi calon jodoh Thian Ki
Teringat dia akan bekas kekasihnya, Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan yang agaknya juga amat setia dalam cintanya terhadap dirinya
Dan engkau, Kui Eng
Siapa pula pilihan hatimu
Pemuda itukah
Siapa dia?
Matanya mencorong memandang ke arah Pangeran Li Cu Kiat
'Benar, ayah
Aku telah saling jatuh cinta dengan dia
Dia adalah Pangeran Li Cu Kiat, keponakan Sribaginda Kaisar yang selama ini membelaku, menolongku, melindungiku bahkan menjagaku ketika aku jatuh sakit.
Pangeran Cian Bu Ong terbelalak memandang kepada Pangeran Li Cu Kiat dan isterinya yang duduk di sampingnya, yang sudah amat mengenal watak suaminya, maklum bahwa kalau di biarkan suaminya itu dapat melakukan hal-hal yang tidak baik
Maka iapun bangkit berdiri dan menghalangi di depan suaminya, berkata dengan suara lembut namun tegas
Suamiku, kita harus merasa berbahagia sekali dengan peristiwa ini Kita telah mendapatkan kehormatan besar dengan peristiwa ini
Semenjak engkau menjodohkan Thian Ki dengan Kui Eng, hatiku juga merasa risau akan tetapi aku tidak membantah keinginanmu karena tidak ingin membuat engkau kecewa, apa lagi aku melihat kedua orang anak kita itu tidak membantah
Akan tetapi sekarang mereka berterus terang, bahkan kembali dengan membawa pilihan hati masingmasing
Thian Ki memilih Kam Cin
hal ini sungguh membanggakan hatiku
Semenjak peristiwa buntungnya tangan Kam Cin, Thian Ki merasa hancur hatinya dan aku sudah menduga bahwa dia mencinta Cin Cin
Sekarang, te rnyata mereka saling mencinta dan peristiwa buntungnya tangan itu tidak mendatangkan ganjalan dalam hati mereka, pertanda bahwa cinta mereka tulus dan aku yakin mereka akan dapat menjadi suami isteri yang saling mencinta dan saling setia, hidup berbahagia bersama membentuk keluarga
Dan te ntang anak kita Kui Eng
la saling mencinta dengan pemuda itu, seorang pangeran! Pandang pemuda itu baik-baik, suamiku
Dia tampan dan gagah, dan dia seorang pangeran! Bukan karena aku gila pangkat dan kedudukan, melainkan justeru karena dia pangeran, keponakan Kaisar, hal itu membuat aku yakin bahwa cintanya te rhadap anak kita pasti murni dan bersih
Kalau tidak demikian, tentu dia tidak sudi jatuh cinta kepada puterimu! Mengertikah engkau suamiku?
Memang sejak tadi kemarahan Cian Bu Ong sudah mereda satelah mendengar alas an-alasan yang dikemukakan Thian Ki dan Kui Eng
Sekarang, dia mernandang kepada Pangeran Li Cu Kiat
Tadi memang te rkiias dalam pikirannya bahwa pangeran ini adalah keponakan dari musuh besar Kerajaan Sui
Akan tetapi s? karang dia menyadari kebenaran omongan isterinya
Hanya, apakah pangeran ini sudah tahu bahwa Cian Kui Eng adalah pute rinya, bekas Pangeran Cian Bu Ong yang pernah memberontak untuk mempertahankan Kerajaan Sui
Hemm, engkau Pangeran Li Cu Kiat?
kini dia bertanya kepada pemuda itu yang segera maju lalu memberi hormat dengan anggun kepada kakek itu
Benar, paman
Saya Li Cu Kiat
Ayah saya adalah mendiang Pangeran Li Seng Tek.
Apakah engkau tahu siapa gadls yang kaucinta ini
Apakah engkau tahu anak siapa ia ini?
tanya pula Cian Bu Ong sambil mengamati wajah tampan itu dengan pandang mata menyelidik
Kembali pangeran itu menjawab tegas,
Saya tahu, paman, la bernama Cian Kui Eng, puteri kandung paman yang dahulu adalah Pangeran Cian Bu Ong dari Kerajaan Sui.
Hemm, aku menuang Pangeran Cian Bu Ong dari Kerajaan Sui, musuh besar Kerajaan Tang, bahkan aku dianggap pemberontak dan buronan pemerintah, dimusuhi pamanmu
Kaisar Tang Tai Cung
Tentu dia tidak akan menyetujui kalau engkau, keponakannya, menikah dengan pute riku.
Paman, ada dua hal yang saya kira perlu paman ketahui benar
Pertama adalah bahwa saya tidak memerlukan ijin persetujuan Paman Kaisar untuk urusan perjodohan saya, karena itu adalah urusan pribadi saya
Ibu dan nenek saya sudah menyetujui, hal itu sudah lebih dari cukup, dan saya kira Paman Kais ar juga tidak akan mencampuri urusan itu
Adapun hal yang ke dua, keluarga kami tidak pernah menganggap paman sebagai pemberontak
Kami mengetahui dan memaklumi kalau paman melakukan perlawanan dan usaha untuk menegakkan kembali Kerajaan Sui
Itu adalah persoalan perang, yang ada hanya menang atau kaiah dan tidak dapat dipersoalkan te ntang benar atau salah.
Ayah, dia berkata benar
Sribaginda Kaisar tidak pernah mempunyai perasaan dendam kebencian kepada ayah
Buktinya, pedang pusaka Liong-cu-kiam milik ayah, dengan suka rela beliau kembalikan.
Ah, benarkah itu, Thian Ki?
Thian Ki mengeluarkan pedang pusaka itu dari buntalan pakaiannya dan menyerahkannya kepada Cian Bu Ong
Benar sekali, ayah
Sribaginda Kaisar mengembalikan pusaka ini kepada ayah.
Cian Bu Ong menyambut pedang itu dan menghunusnya, matanya bersinar-slnar, lalu meredup
Aihh, agaknya memang sudah dikehendaki Tuhan bahwa Kerajaan Sui diganti dan dilanjutkan oleh Kerajaan Tang
Li Cu Kiat, bagaima kami tahu bahwa Ibumu dan nenekmu menyetujui perjodohanmu dengan anak kami?
Ayah, Bibi Li dan Nenek Song amat baik
Apa lagi Nenek Song yang juga memuji-muji ayah sebagai seorang gagah
Nenek Song juga seorang yang amat lihai, ayah dan mereka semua amat baik kepadaku
Kalau tidak ada mereka, mungkin sekarang aku te lah tewas di tangan tosu iblis Im Yang Sengcu,
kata Kui Eng
Pangeran Li Cu Kiat mengeluarkan sesampul surat dan menyerahkannya kepada Cian Bu Ong
Paman, sebagai bukti bahwa ibu dan nenek menyetujuinya, ini saya membawa surat dari nenek untuk paman
Dan a pa bila paman menyetujuinya, kami akan mengirim utusan untuk mengajukan pinangan secara resmi.
Ayah, harap ayah tidak lagi menganggap keluarga Kaisar Tang Tai Cung sebagai musuh, karena selain mengembalikan pedang pusaka Liong-cu-kiam milik ayah, juga Kaisar telah berkenan memberi obat penawar racun katak merah yang te lah diminum oleh suheng sehingga dia telah sembuh dari hawa beracun di tubuhnya,
kata pula Kui Eng
Mendenoar ini, Cian Bu Ong semakin gembira
Ah, kami juga te lah mendapatkan Rumput Merah Pencuci Darah akan tetapi khasiatnya tidak akan menandingi racun katak merah
Sukurlah engkau telah sembuh, Thian Ki
Memang aku sudah mendengar bahwa sebelum menjadi kaisar, ketika masih menjadi Pangeran, bahkan sebelum itu
Li Si Bin te rkenal sebagai seorang yang gagah perkasa dan berilmu, maka dia pandai menghargai orangorang gagah
Baiklah! kalau memang engkau sendiri menyetujui Kui Eng, dan juga Thian Ki tidak berkeberatan, kami akan menerima pinangan keluarga Pangeran Li Cu Kiat.
Mendengar Ini, langsung saja saking gembiranya, Pangeran Li Cu Kiat menjatuhkan diri berlutut dan memberi hormat kepada calon ayah mertuanya
Melihat seorang pangeran Kerajaan Tang berlutut di depan kakinya dan akan menjadi mantunya, suatu hal yang sama sekali tidak pernah dapat dia bayangkan, Cian Bu Ong menerima penghormatan itu sambil tertawa bergelak
Ayah, saya juga mohon doa restu dan persetujuan ayah dan ibu untuk berjodoh dengan Cin-moi!
tiba-tiba Thian Ki berkata, dan Kam Cin masih berdiri sambil menundukkan mukanya, merasa te gang dan risau, khawatir- kalau sampai perjodohan itu tidak disetujui orang yang pernah hendak dibunuhnya ketika ia menaati perintah subonya, yaitu Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan
Kini Cian Bu Ong memandang kepada is terinya
Engkau yang paling berhak menyatakan pendapatmu tentang permintaan putera kita itu.
Sim Lan Ci balas memandang wajah suaminya dengan sinar mata bersukur dan berterima kasih
Suaminya ini selalu menghargai dan menghormatinya, dan ini merupakan tanda cinta kasih yang paling nyata, la mengangguk
Cin Cin masih sanak dekat dengan ayah kandung Thian Ki, Ibunya sama-sama she Coa, keluarga pimpinan He k-bouw-pang.Kalau mereka berdua sudah saling mencinta, akupun hanya dapat menyetujui , tentu saja keputusannya te rserah kepadamu sebagai ayahnya.
De ngan ucapan ini, Sim Lam Ci juga membuktikan ketulusan hati dan penghormatannya te rhadap suaminya itu
la yakin bahwa Cian Bu Ong amat menyayang Thian Ki seperti anak sendiri, bahkan te lah menurunkan semua ilmunya kepada anak tiri itu
Mendengar ucapan is te rinya ini
Cian Bu Ong kembali tertawa bergelak karena gembira
Kalau begitu, apa lagi yang perlu dipikirkan
Semua sudah setuju, akupun hanya setuju s aja
Se kaligus aku mendapatkan dua orang mantu, Li Cu Kiat dan Kam Cin, kedua-duanya merupakan pendekar yang hebat
Dari sikap dan gerakanmu saja aku dapat mengetahui bahwa engkaupun bukan pemuda le mah, Li Cu Kiat
Dan engkau, Kam Cin, ha-ha-ha, ingin aku melihat bagaimana sikap Bhok Sui Lan kalau muridnya yang ia harapkan mau membunuhku itu kini bahkan menjadi mantuku, ha-ha-ha-ha!
Cin Cin kini baru berani menjatuhkan diri berlutut menghadap suami isteri yang menjadi mertuanya itu dan saking gembira dan harunya, tak dapat ia menahan tangisnya
Kui Eng yang berlutut di dekatnya, segera merangkul Cin Cin dan berbis ik,
Enci Cin, engkau semestinya bergembira, kenapa malah menangis
Aneh sekali !
Dalam tangisnya, Cin Cin memandang kepadanya dan merangkul setelah mencoba untuk te rsenyum
Aku menangis saking bahagia dan te rharu, adik Eng
Li Cu Kiat, engkau harus segera mengirim utusan resmi untuk mengajukan pinangan sebagaimana mestinya, dan kami akan mengajukan pinangan atas diri Kam Cin kepada ayah tirinya dan ibunya,
kata Cian Bu Ong gembira
Dia sudah tahu bahwa ayah tiri Kam Cin adalah Lie Koan Tek, pendekar Siau-lim-pai yang pernah menjadi pembantunya ketika dia mencoba menegakkan kembali kerajaan Sui yang te lah jatuh
Semua orang bergembira, apa lagi ketika Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa ayah tiri dan ibu kandung Cin Cin menyatakan persetujuan mereka dan mene rima pinangan Cian Bu Ong
De mikianlah, tanpa suatupun rintangan, pernikahan antara Coa Thian Ki dengan Kam Cin, juga Cian Kui Eng dengan Li Cu Kiat, dirayakan dengan meriah oleh keluarga Cian Bu Ong
Bukan main bangganya rasa hati Cian Bu Ong ketika perayaan itu dihadiri pula oleh Pandekar Naga Sakti Sungai Kuning Si Han Beng dan is terlnya, juga pute ri mereka
Si Hong Lan yang bekas puteri kaisar itu
Juga beberapa orang- pejabat tinggi dan pangeran ikut hadir sebagai pengantar mantunya, yaitu Pangeran Li Cu Kiat, dan Kaisar sendiri mengirim hadiah sumbangan yang indah
Semua orang bergembira ria, hanya ada sebuah berita yang sempat membuat Thian Ki, Cin Cin, Li Cu Kiat dan Kui Eng saling pandang dengan alis berkerut, yaitu bahwa je nazah Im Yang Sengcu yang te lah diangkut oleh anak buahnya ke dalam kuil, tahu-tahu dikabarkan le nyap tanpa meninggalkan bekas!
Kiranya, tosu yang pandai itu tidak mati seperti yang mereka kira, bahkan Kaisar sendiri dapat dikelabui
Agaknya tosu itu mempergunakan suatu racun yang dapat membuat dia
mati
untuk sementara
Beberapa jam kemudian, sebelum jenazahnya diperabukan, dia bangkit dari
kematiannya
itu dan melarikan diri tanpa diketahui siapapun! Namun, hanya sejenak saja merteka te rkejut
Kebahagiaan dua pasang pengantin itu tidak te rganggu
Untuk sementara
Thian Ki dan isterinya, Kam Cin, tinggal bersama Cian Bu Ong di dusun Ke-cung te pi Sungai Kuning di kaki Kimsan, sedangkan Cian Kui Eng ikut suaminya tinggal di kota raja, di gedung te mpat tinggal keluarga Pangeran Li Cu Kiat
Sampai di sini, selesailah sudah kisah SI N AGA BERACUN ini, mudah-mudahan kisah ini ada manfaatnya bagi para pembaca dan sampai jumpa di kisah lain
TAMAT