Jilid 33
Kami berdua ingin menghadap Sribaginda kaisar,
kata Thian Ki dengan sikap sederhana
Ucapan ini memancing tawa dan senyum para perajurlt pengawal
Begitu mudahnya pemuda ini mengatakan hendak menghadap kaisar, seolah menghadap kaisar sama dengan menghadap seorang lurah saja!
Maaf, tidak begitu mudah untuk dapat diperkenankan menghadap Srlbaginda, sobat,
kata komandan itu
Ji-wl harus lebih dahulu mendaftarkan diri, menulis nama dan alamat, dan juga menuliskan maksud permohonan menghadap beliau.
Thian Ki dapat mengerti peraturan ini, akan tetapi Cin Cin agak cemberut
Untung bahwa komandan jaga itu dan anak buahnya bersikap sopan
Coba mereka itu bersikap congkak atau berani kurang ajar, tentu dara ini sudah menghajar mereka
Jengkel ia melihat betapa keinginan menghadap kais ar saja dipersulit
Kami berdua datang membawa surat dari Puteri Sri baginda yang bernama Hong Lan, apakah itu belum cukup untuk membole hkan kami menghadap Sribaginda sekarang juga?
Mendengar disebutnya nama Hong Lan, komandan itu bersikap lebih ramah lagi
Ah, tentu saja, nona
Tentu saja boleh menghadap Sri baginda, akan tapi kami harus mematuhi peraturan, kalau tidak, kalau kami membiarkan saja ji-wi masuk tanpa didaftar, tanpa di laporkan le bih dahulu, tentu kami yang akan menerima hukuman berat!
Sudahlah, Cin-moi
Perwira ini benar
Mari, ciangkun, kami akan mendaftarkan diri,
kata Thian Ki dan mereka berdua lalu memasuki gardu, dipersilakan duduk dan disodori buku di mana mereka harus mendaftarkan diri
Thian Ki yang le bih dahulu menuliskan namanya dan begitu komandan itu melihat nama Coa Thian Ki ditulis di sana
dia terkejut.
Ah, kiranya tai-hiap yang bernama Coa Thian Ki?
Benar, kenapakah?
tanya Thian Ki
Sungguh kebetulan sekali! Saya beruntung sekali hari ini bertugas jaga di sini sehingga tanpa bersusah payah dapat dapat menemukan tai-hiap! Sudah berhari-hari Pangeran Li Cu Kiat mengerahkan banyak penyelidik untuk mencari tai-hiap, siapa kira hari ini saya yang dapat menemukan tai-hiap secara begini mudah!
Komandan jaga itu nampak gembira bukan main karena dia tentu akan menerima hadiah besar dari Pangeran Li Cu Kiat
Pangeran Li Cu Kiat
Kenapa beliau mencaricariku?
tanya Thian Ki heran karena dia belum mengenal siapa Pangeran Li Cu Kiat itu
Pangeran Li Cu Kiat memesan agar kalau dapat berte mu taihiap, memberitahu bahwa sumoi dari taihiap sekarang sedang sakit parah dan berada di Istana pangeran itu, agar taihiap suka cepat datang berkunjung ke sana.
Tentu saja Thian Ki merasa heran dan juga te rkejut mendengar berita ini
Akan tetapi dia masih meragukan berita itu, karena bagaimana mungkin sumoinya yang dia tinggalkan di rumah ayah tirinya itu kini dapat berada di kota raja dan dalam keadaan sakit
Siapakah sumoiku itu
' Dia menyelidik
Kalau tidak salah, namanya Nona Cian Kui Eng,
kata komandan itu
Ah, kalau begitu benar!
kata Cin Cin dengan hati khawatir
Kita harus segera ke sana!
Marilah, Ji-wi kami antar ke istana Pangeran Li Cu Kiat,
kata komandan jaga itu
Karena agaknya masih te rlalu pagi untuk dapat menghadap Sribaginda Kaisar, maka Thian Ki mengangguk dan mereka berdua lalu diantar oleh komandan itu pergi ke istana Pangeran Li Cu Kiat
Ketika komandan itu melapor kedalam, segera Pangeran Li Cu Kiat sendiri te rgopoh keluar
Melihat pangeran yang tampan dan anggun itu menyambut mereka dengan sikap ramah dan sama sekali tidak memperlihatkan keangkuhan, Thian Ki dan Cin Cin merasa kagum
Saudara yang bernama Coa Thian Ki, suheng dari Nona Cian Kui Eng?
tanya pangeran itu dengan lembut, namun sinar matanya memandang penuh selidik, juga dia memandang kepada Cin Cin degan sinar mata penuh pertanyaan
Dia harus yakin dulu bahwa pemuda yang nampak sederhana ini benar-suheng dari Kui Eng yang amat lihai
Benar, Pangeran
Saya bernama Coa Thian Ki dan nona ini adalah nona Kam Cin
Benarkah bahwa sumoi Cian Kui Eng berada di sini dan sedang menderita sakit
Sakit apakah, Pangeran dan bolehkah kami bertemu dengan sumoi?
Mari, silakan
Nona Cian Kui Eng te rserang penyakit yang aneh dan tidak wajar.
Mendengar kete rangan itu, te ntu s aja hati Thian Ki merasa tidak enak dan khawatir sekali
Mereka lalu di antar oleh Pangeran Li Cu Kiat menuju sebuah kamar
Kamar itu besar dan indah, dan Kui Eng rebah telentang di atas pembaringan dari kayu berukir yang indah
Segalanya indah dan bersih di kamar itu, akan tetapi Kui Eng rebah dengan le su dan muka pucat.
Ketika pangeran dan dua orang tamunya memasuki kamar, Nenek Song dan Nyonya Li Seng Tek bangkit dari tempat duduk mereka
Mereka tadi duduk di dekat pembaringan, agaknya menjaga gadis yang sakit itu
Diam-diam Thian Ki merasa heran
Mengapa keluarga pangeran itu nampaknya amat akrab dan amat sayang kepada Kui Eng
Dia memberi hormat kepada nenek dan wanita setengah tua itu ketika sang pangeran memperkenalkan mereka sebagai Ibu dan neneknya
Tiba-tiba nenek itu menggerakkah tongkatnya yang berbentuk kepala naga dan ujung tongkat itu sudah mengancam di atas kepala Thian Ki, membuat pemuda itu merasa heran
Benarkah engkau yang bernama Coa Thian Ki?
Nenek itu bertanya, suaranya masih nyaring dan galak
Benar sekali, nyonya.
Jangan panggil aku nyonya, sebut saja nenek kalau engkau benar suheng dari Kui Eng!
bentak nenek itu
Akan tetapi awas, kalau engkau berbohong dan engkau te rnyata bukan suhengnya yang ia cari, tongkatku ini akan menghancurkan kepalamu!
Cin Cin adalah gadis yang pada dasarnya memiliki watak lincah jenaka dan periang, juga tabah dan pandai bicara
Kini, melihat watak nenek itu, ia tidak dapat menahan senyumnya
Hal ini dapat dilihat si nenek dan tiba-tiba tongkatnya menyambar dan sudah beralih tempat, mengancam kepala gadis bertangan kiri buntung itu
Dan kau....
siapakah engkau?
Nama saya Kam Cin dan biasa disebut Cin Cin, nenek yang baik.
Dan kenapa kau senyum-senyum seperti bocah nakal itu ?
bentak pula nenek Song dan matanya yang tua itu masih mencorong tajam
Cin Cin masih senyum-senyum,
Nenek yang baik, saya sungguh kagum melihatmu, sudah begini tua namun masih penuh semangat! Ingin saya seperti nenek kalau s aya sudah tua kelak.
Sejenak mata tua itu terbelalak dan saling pandang dengan Cin Cin, kemudian senyum Cin Cin menular dan nenek itupun te rtawa te rkekehkekeh dengan riangnya
He h-heh-heh-heh-heh! Bagus, engkau anak baik, Cin Cin! Cu Kiat, aku hampir yakin bahwa dua orang ini memang orang baik-baik, heh-heh!
kata-kata ini disusul turunnya tongkatnya dan iapun duduk kembali ke atas kursinya
Sumoi....,
Thian Ki menghampiri pembaringan dan membungkuk untuk memeriksa keadaan sumoinya
Dia meraba nadi pergelangan tangan Kui Eng dan setelah memperhatikan beberapa lama, dia memandang kepada Cin Cin penuh pertanyaan
Gadis ini pun menghampiri dan tanpa diminta, iapun memeriksa dada Kui Eng dengan rabaan ujung jarinya
Bagaimana pendapatmu, Cin-moi?
tanya Thian Ki
Hemm, ia tidak apa-apa, Koko
Ia tidak......
tidak sakit.........
kata Cin Cin dan Thian Ki mengangguk membenarkan
Heh-heh, tentu saja Kui Eng tidak sakit, akan tetapi lihat saja nanti kalau ia kumat,
kata N enek Song
Kumat
Thian Ki dan Cin Cin berseru, kaget dan heran
Dan pada saat itu, terdengar Kui Eng mengeluh
Thian Ki dan Cin Cin cepat memandang dan gadis itu mengerutkan alisnya, seperti bangun dari tidurnya akan te tapi belum buka mata dan mengigau dengan kata-kata yang tidak je las, tubuhnya menggeliat-geliat seperti orang yang kesakitan hebat
Ketika Thian Ki meraba dahinya, dia terkejut
Dahi yang tadi tidak apa-apa itu kini panas sekali
Cin-moi, cepat, kita bantu ia dengan sin-kang!
kata Thian Ki
Tanpa ragu lagi Cin Cin dan Thian Ki naik ke atas pembaringan bersila di kanan kiri Kui Eng dan menempelkan telapak tangan mereka, tangan Thian Ki di kedua pundak, dan tangan Cin Cin di dada
Hanya sebentar saja kedua orang muda yang memiliki sin-kang amat kuat ini menyalurkan te naga dan Kui Eng tidak mengeluh lagi pernapasannya pulih dan ia seperti dalam tidur bias a
Thian Ki dan Cin Cin melompat turun dari atas pembaringan, dan Kui Eng te rbangun dari tidurnya
Mula-mula te rbelalak ketika melihat suhengnya karena berbagai perasaan mengaduk hatinya di saat ia melihat Thian Ki
Ada rasa heran, gembira, te rharu dan juga duka mengingat akan keadaan dirinya dan tanpa disadarinya, kedua matanya menjadi basah
Melihat ini, Thian Ki menyentuh pundak sumoinya
Sumoi, jangan berkeciI hati aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menyembuhkanmu.
Kini pandang mata Kui Eng berte mu dengan Cin Cin dan kembali ia terbelalak, akan tetapi sekali ini pandang matanya penuh rasa kaget dan marah
I a berusaha untuk bangkit duduk, akan te tapi ia rebah kembali
Setelah berhari-hari ia diserang perasaan nyeri yang hebat, dan seringkali pingsan, tubuhnya menjadi lemah dan kepalanya pening setiap kali hendak bangkit
Kui Eng tetap memandang kepada Cin Cin dengan sinar mata bernyala
Cin Cin tersenyum,
Adik Kui Eng, sebaiknya engkau beristirahat saja, tubuhmu masih lemah.
Biarpun tubuhku le mah, aku tidak takut untuk melawanmu, engkau iblis betina yang hendak membunuh ayahku!
Ucapan Kui Eng te ntu saja amat mengejutkan Pangeran Li Cu Kiat, ibunya dan neneknya
Thian Ki menjadi salah tingkah dan te rsipu, akan tetapi Cin Cin bersikap tenang-te nang saja
Eng-moi, apa maksud ucapanmu tadi
Nona Kam Cin ini hendak membunuh ayahmu
Apa artinya semua ini?
tanya Pangeran Li Cu Kiat dan dia sudah siap untuk menghadapi kemungkinan, sedangkan Nenek Song juga sudah bangkit berdiri, dan melintangkan Tongkat Naga tangannya
Ahh, apakah mataku sudah terlalu tua sehingga aku salah menilai orang?
te riak nenek itu dan tongkatnya diamang-amangkan dengan penuh ancaman ke arah Cin Cin
Thian Ki
menghela napas panjang dan berkata,
Harap paduka memaafkan kami, Pangeran
Sesungguhnya semua ini merupakan urusan pribadi antara sumoi s aya dan juga Cin-moi
Kalau kami bertiga diperkenankan untuk bicara bertiga saja, untuk membereskan urusan pribadi ini ......
Urusan pribadi bagaimana?
Nenek Song membentak dengan suara lantang
Urusan yang menyangkut diri Kui Eng adalah urusan keluarga kami pula, apapun yang akan dibicarakan, harus kami dengar!
Ketika Thian Ki memandang heran, pangeran itu berkata,
Apa yang dikatakan nenekku benar, Coa-toako
Kami semua menganggap Eng-moi sebagai anggota keluarga sendiri dan kami ingin mengetahui semua urusannya, tentu saja kalau ia sendiri menyetujui.
Pangeran itu menoleh ke arah Kui Eng dengan sinar mata bertanya
Biarpun tubuhnya le mah, namun kecerdikan Kui Eng tidak berkurang, ia menghadapi urusan yang amat penting bagi dirinya, yaitu betapa Pangeran Li Cu Kiat amat mencintainya dan te lah melimpahkan banyak budi kebaikan dan kecintaan kepadanya
Namun, hatinya masih mele kat kepada Thian Ki dan sekaranglah saatnya ia harus membiarkan pangeran itu mengetahui segalanya, yaitu bahwa ia mencinta suhengnya dan oleh ayahnya bahkan telah direncanakan menjadi jodoh Coa Thian Ki
Juga ia harus tahu te ntang hubungan Thian Ki dengan Kam Cin yang dianggapnya musuh besar yang pernah he ndak membunuh ayahnya itu
Kini, mendengar percakapan mereka dan melihat betapa Pangeran Li Cu Kiat memandang kepadanya dengan sinar mata bertanya, iapun berkata kepada Thian Ki
Suheng, aku setuju kalau keluarga Pangeran Li Cu Kiat ikut mendengarkan urusan pribadiku
Nah, sekarang katakanlah kenapa engkau kini agaknya malah membela ia yang dahulu hendak membunuh ayahku, atau juga guru dan ayah tirimu sendiri
Kenapa?
Thian Ki juga mengerti bahwa sekarang dia tidak dapat merahasiakan hubungannya dengan Cin Cin
Bagaimanapun juga, orang pertama yang harus mengetahui adalah Kui Eng! Dia harus memutuskan tali perjodohannya dengan Kui Eng
Dia tidak mencinta gadis itu sebagai seorang kekasih, bahkan rasanya tidak mungkin dia dapat mencinta gadis yang sejak kecil disayangnya seperti adik sendiri itu sebagai seorang pria mencinta seorang wanita
Dan apa salahnya kalau dia mengakui cintanya kepada Cin Cin di depan keluarga pangeran ini
Orang sedunia boleh saja mengetahuinya
Baiklah, sumoi, aku akan berterus te rang saja agar engkau mengetahui segalanya
Engkau te ntu masih mengenal Cin-moi, eh
adik Kam Cin ini, bukan?
Tentu saja! Ia adalah murid Tung-hai Mo-li yang pernah hendak membunuh ayahku!
jawab Kui Eng marah, dan mukanya yang biasanya pucat itu kini agak kemerahan karena marah
''Dan engkau tentu sudah mendegar dahulu itu bahwa usaha yang dilakukan adik Kam Cin bukan saja gagal membunuh ayah kita, sebaliknya ia malah kehilangan tangan kirinya karena te rpaksa aku membuntungi tangan itu untuk menyelamatkan nyawanya, bukan?
Aku sudah mendengar dan aku merasa menyesal kenapa hanya tangannya yang kaubuntungi, bukan lehernyal
Heh-heh, benar sekali omonganmu, Kui Eng! Orang yang sudah begitu jahat untuk membunuh ayahmu, sudah sepatutnya kalau dibuntungi le hernya!
tiba-tiba Nenek Song berkata dan Pangeran Li Cu Kiat mengerutkan alisnya dan cepat dia mengingatkan neneknya
Harap nenek ingat bahwa keluarga kita hanya berhak mendengarkan, akan te tapi tidak mencampuri urusan yang kita tidak tahu seluk beluknya itu
Coa-toako, lanjutkan percakapan kaIian.
Thian Ki tidak memperdulikan ucapan nenek itu, dan Cin Cin juga hanya tersenyum
Gadis ini telah berubah banyak sekali
Setelah ia mendapatkan cintanya dengan Thian Ki, ia merasa hidupnya penuh kebahagiaan dan penuh kedamaian, dan ia mempercayakan selamanya kepada kekasihnya itu
Coba dahulu ia mendengar ucapan seperti yang dikeluarkan Kui Eng dan Nenek Song, te ntu ia sudah naik darah dan menantang mereka
Sumoi, ketahuilah bahwa adik Kam Cin hanya menaati perintah gurunya
Ia tidak mempunyai permusuhan pribadi dengan ayah kita, dan kini ia telah menyadari bahwa gurunya itu yang bersalah, bukan ayah kita.
Hemm, dan karena ia te lah menyadari, maka engkau berbaik dengannya dan membelanya, suheng?
Bukan hanya karena itu, sumoi melainkan, te rus te rang saja karena sebenarnya kaulah orang pertama yang berhak mengetahuinya, kami, yaitu aku dan adik Kam Cin, kami saling mencinta dan sudah mengambil keputusan untuk hidup bersama selamanya sebagai suami isteri.
Sepasang mata Kui Eng te rbelalak
Kau....
kalian....
saling mencinta.......?
katanya lirih dan te rgagap
.....
tapi aku ....
kita .....bagaimana dengan perjodohan antara kita yang ditentukan ayah?
Thian Ki merasa sungkan dan tidak enak sekali karena percakapan pribadi itu didengarkan keluarga pangeran itu
Akan tetapi, dari sikap pangeran itu dan ibu serta neneknya terhadap Kui Eng, dia dapat menduga bahwa pangeran itu agaknya jatuh cinta kepada Kui Eng dan keluarganya menyetujuinya
Sementara itu, mendengar ucapan Kui Eng sebagai pertanyaan yang diajukan kepada Thian Ki, Pangeran Li Cu Kiat mengerutkan alisnya, demikian pula ibunya dan neneknya saling pandang dengan alis berkerut
Mereka terkejut dan juga kecewa mendengar bahwa Kui Eng telah dijodohkan dengan suhengnya
Kini pangeran itu mengerti mengapa Kui Eng belum dapat menjawab ketika dia menyatakan cintanya
Kiranya gadis itu telah mempunyai tunangan, yaitu suhengnya sendiri dan kini suhengnya itu menyatakan cinta pada gadis lain!
Sumoi
biarlah engkau mendengar baik-baik dan disaksikan oleh keluarga yang te rhormat ini,
kata Thian Ki dengan lembut namun dengan penuh ketegasan
Kita berdua bukan saja suheng dan sumoi, juga kita adalah saudara tiri
Sejak kecil kita berkumpul dan bergaul sehingga aku selalu mencintamu seperti adikku sendiri
Engkaupun menyayangku sebagai kakakmu
Bagaimana mungkin kita dapat mencinta sebagai suami isteri
Aku saling mencinta dengan adik Kam Cin ini, sumoi
Aku merasa bahwa sebaiknya kalau aku berte rus terang saja kepadamu, karena pernikahan tanpi cinta yang dipaksakan, akan menghancurkan kehidupan kita berdua
Aku menyayangmu sebagi adik sendiri, sumoi, dan engkau te ntu dapat merasakan dan mengerti benar
Nah, aku sudah mengeluarkan isi hatiku, mudah-mudahan saja engkau akan mampu mempertimbangkan dan mengerti.
Suasana menjadi hening sejenak, setelah Thian Ki berhenti bicara
Keluarga pangeran itu adalah keluarga bangsawan yang menjunjung tinggi kegagahan, maka mendengar ucapan Thian Ki yang jujur dan tegas itu, mereka merasa kagum
Kui Eng sendiri terkejut, akan tetapi tidak merasa heran karena sekarang iapun dapat merasakan kebenaran ucapan Thian Ki
Mereka memang saling menyayang sejak kecil, dan kesayangan mereka satu sama lain adalah kesayangan antara saudara
Sekarang baru ia dapat merasakannya
Yang membuat ia bengong adalah melihat kenyataan yang amat aneh itu
Thian Ki dan Kam Cin saling mencinta setelah Thian Ki membuntungi tangan kiri gadis itu!
Kalau mereka saling mendendam, hal itu adalah wajar saja
Akan tetapi saling mencinta
Suheng, aku dapat menghargai keterus- te ranganmu ini
Akan tetapi, kenapa engkau tidak membantah dan menerima saja ketika ayah mengusulkan perjodohan di antara kita?
Sumoi, bagaimana mungkin aku berani menolaknya begitu saja
Aku tidak ingin mengecewakan hatinya, dan sebagai murid, juga sebagai anak tiri, aku harus mematuhinya
Maksudku, aku diam saja dan perlahan-lahan, akan kuberi tahu
Sekarang, aku bahkan mohon kepadamu agar engkau membantu aku memberi tahu kepada ayah kita.
Dan bagaimana pula engkau dapat saling mencinta dengan enci Kam Cin yang te lah kaubuntungi tangan kirinya ini
Enci Kam Cin, sepatutnya engkai membenci dan mendendam kepada suheng, akan tetapi kenapa......7
Cin Cin te rsenyum manis
Adi Kui Eng, dia
membuntungi tangan kiriku bukan karena membenci, melainkan karena hendak menyelamatkan nyawaku, dan aku kehilangan tangan ini karena ulahku sendiri, karena salahku sendiri mungkin ini merupakan hukuman bagiku karena aku hendak membunuh ayahmu yang tidak mempunyai kesalahan apapun terhadap diriku.
Tiba-tiba Kui Eng mengeluh dan sakitnya kambuh
Matanya te rpejam dan tubuhnya menggeliat-geliat
Melihat ini cepat Thian Ki memberi isyarat kepada Cin Cin dan seperti tadi, mereka menempelkan telapak tangan ke pundak dan dada Kui Eng dan sebentar saja, keadaan Kui Eng sudah pulih kembali dan iapun sudah te nang kembali
Akan te tapi, gadis itu menjadi semakin le mah dan nampaknya tidur
I bu
nenek, aku tidak mungkin dapat mendiamkan saja! Aku akan mencari tosu itu!
tiba-tiba Pangeran Li Cu Kiat membentak marah dan dia sudah mencabut pedangnya
Cu Kiat
sudah kukatakan bahwa tanpa bukti, tidak boleh engkau bertindak
Ingat, dia adalah sahabat Kaisar! Dan sungguh tidak baik kalau engkau menggunakan kekerasan tanpa adanya bukti
Bukankah Kaisar pernah menegurmu karena sikapmu yang kasar te rhadap tosu itu
Nah, itu membuktikan bahwa tosu
itu mempunyai pengaruh terhadap kais ar,
kata Nenek Song
Mendengar ini
Thian Ki segera berkata,
Mohon maaf
akan te tapi siapakah tosu siluman yang dimaksudkan pangeran
Dan apakah dia mempunyai hubungan dengan sakitnya sumoi?
Tosu dukun le pus itu yang membuat Kui Eng sakit dengan ilmu hitamnya!
Nenek Song berseru sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya di atas lantai karena marah
Sepasang mata Cin Cin mencorong marah
Biar kami yang pergi menghajarnya
Pangeran
Tolong beritahukan di mana kami dapat mencarinya.
Benar
Pangeran
Kami berdua yang akan menghentikan kejahatannya demi menyelamatkan sumoi.
kata pula Thian Ki
Bagus!
Nenek Song berseru
Kalau kalian dapat membasmi tosu dukun le pus itu, barulah kami percaya akan kesungguhan hati kalian terhadap Kui Eng!
Mereka lalu memberitahu kepada Thian Ki dan Cin Cin bahwa tosu yang dimaksudkan berjuluk Im Yang Sengcu dan tinggal di kuil istana yang berada di bukit buatan di lingkungan belakang Istana
Akan tetapi harap Coa-twako berhati-hati.
kata Pangeran Li Cu Kiat
Im Yang Sengcu itu lihai sekali, juga dia memiliki murid-murid yang lihai.
I mu silatnya sih tidak berapa hebat, akan tetapi ilmu hitamnya amat jahat
Kalian harus berhatihati,
kata pula Nenek Song
Thian Ki memberi hormat kepada tiga orang itu dan berkata dengan sikap dan suara serius kepada Pangeran Li Cu Kiat,
Pangeran, harap jaga sumoi baik-baik.
Mendengar ini
Nenek Song berseru,
Kaukira siapa yang menjaganya siang malam dengan setia
Cucuku ini sampai berhari-hari kurang makan kurang tidur karena menjaga Kui Eng yang sakit!
Thian Ki saling pandang dengan Cin Cin, kemudian dia kembali menatap wajah pangeran itu dan berkata lirih
Terima kasih
Pangeran
Percayalah paduka tidak salah pilih.
Setelah berkata demikian, Thian Ki mengajak Cin Cin meninggalkan gedung itu dan mereka segera pergi menuju ke pintu gerbang istana
Ketika kepala jaga melihat mereka dan menerima surat kete rangan dari Pangeran Li Cu Kiat bahwa Thian Ki dan Cin Cin adalah utusannya untuk mengunjungi kuil dan menemui Im Yang Sengcu, kepala jaga itu tidak berani melarang dan dia bahkan menunjukkan di mana le tak kuil di bukit buatan itu
Tanpa mengalami rintangan, kedua orang muda itu dapat memasuki pomple k istana dan langsung saja mengambil jalan melalui pekarangan dan taman menuju ke kuil
Kuil Itu nampak sunyi dan dengan kepandaiannya yang tinggi
Thian Ki dan Cin Cin dapat menyelinap ke arah belakang kuil
Beberapa orang murid dan anak buah Im Yang Sengcu yang nampak di sekitar kuil tidak dapat melihat gerakan dua orang yang amat cepat itu dan yang nampak hanya bayangan berkele bat
Di Pondok kecil belakang kuil, tempat yang biasanya dipergunakan untuk bersamadhi, bertapa atau menyendiri itu lm Yang Sengcu berada seorang diri
Se mua pintu dan jendela pondok kecil itu tertutup
Dia sedang bersila di depan meja sembahyang dan ada asap mengepul dari seikat dupa yang membara
Asap itu membubung ke atas dengan lurus akan tetapi asap itu bergoyanggoyang seolah mahluk hidup yang sedang menderita kesakitan
Berulang kali tosu itu mengeluarkan suara membaca mantram dan kedua tangan yang tadinya bersilang depan dada, kadang di dorongkan ke arah asap itu
Dia merasa penas aran sekali
Kenapa dia selalu gagal dalam pengerahan tenaga ilmu hitamnya untuk membunuh gadis yang dimusuhinya itu
Setumpuk pakaian wanita berada di atas meja sembahyang itu
Itulah pakaian Kui Eng yang diambilnya dari kamar losmen dan pakaian bekas dipakai gadis itu, yang belum se mpat dicuci, itulah yang dijadikan je mbatan untuk menyerang gadis itu dengan ilmu hitam
Dia telah berhasil membuat gadis itu terserang penyakit aneh, namun dia selalu gagal untuk membunuh mangsanya
Dia merasa penasaran bukan main
Baru sekali ini dia gagal ! De ngan hati yang penuh dendam dan penas aran, Im Yang Sengcu lalu mengeIuarkan sehelai kertas yang biasa dipakai untuk membuat hu (s urat jimat) lalu sambil berkemak-kemik membaca doa dia menuliskan tiga buah huruf di kertas itu, yaitu tiga huruf nama Cia Kui Eng! Kemudian, dia menusuk kertas itu dengan pedangnya, lalu mengangkat pedang yang sudah menusuk kertas itu ke atas dan mengeluarkan suara yang te rdengar menggetar penuh kekuatan sihir
Cian Kui Eng, engkau telah berada dalam kekuasaanku dan sekarang engkau akan kubakar, te rbakar habislah seluruh perasaanmu, hangus seluruh jasmanimu!
Dan dia menjulurkan pedang yang ujungnya menusuk kertas itu ke arah lilin besar di meja sembahyang
Tiba-tiba te rdengar suara berdesing dan sebuah benda kecil hitam menghantam pedang itu
Tringgg.....!!
Pedang di tangan Im Yang Sengcu te rgetar hebat dan kertas yang tadi tertusuk di ujung pedang itupun te rlepas dan melayang
Sesosok bayangan hitam berkele bat dan menyambar
Im Yang Sengcu terkejut dan bangkit berdiri, melihat dua orang telah berada di dalam pondoknya
Seorang pemuda sederhana yang telah memegang surat hu dengan nama Cian Kui Eng yang ditulis nya tadi, dan seorang gadis yang buntung tangan kirinya sebatas pergelangan
Siapakah kalian
Berani mati memasuki pondok pinto tanpa ijin!
bentaknya sambil menudingkan pedangnya, diam-diam mengerahkan kekuatan sihirnya, memandang dengan mata mencorong, berkemak-kemik lalu membentak,
Hayo kalian berdua berlutut! Berlutut kataku!!
Thian Ki memegang tangan kanan Cin Cin dengan tangan kirinya, mengerahkan sin-kang dan seperti biasa, otomatis didasari penyerahan kepada kekuasaan Tuhan
Biarpun kedua orang ini merasakan getaran aneh yang seolah hendak memaksa mereka berlutut, namun kekuatan getaran itu seperti angin lalu saja dan tidak meninggalkan bekas
Diam-diam Im Yang Sengcu te rkejut bukan main
Dua orang muda ini bukan han ya dapat memasuki pondoknya tanpa diketahui anak buahnya dan bukan han ya dapat merampas hu di ujung pedangnya, juga kekuatan sihirnya tidak mempan te rhadap mereka! Thian Ki membaca nama di atas kertas hu itu, lalu memandang kepada tosu itu dengan sinar mata tajam lalu menjawab,
Manusia sejahat iblis yang berpakaian seperti tosu, tentu engkau yang disebut Im Yang Sengcu! Engkau te lah mempergunakan ilmu iblis untuk menyerang sumoiku Cian Kui Eng
Perkenalkanlah, aku Coa Thian Ki dan aku datang untuk membasmi pekerjaanmu yang terkutuk ini!
Koko, serahkan saja dukun iblis ini kepadaku! Aku ingin sekali memenggal batang lehernya!
Diam-diam lm Yang Sengcu te rkejut dan gentar
Baru melawan Cian Kui Eng saja dia merasa kewalahan, apa lagi kini muncul suhengnya dan juga gadis yang tangan kirinya buntung ini jelas memiliki ilmu kepandaian tinggi! Maklum bahwa ilmu sihirnya tidak mempan terhadap dua orang itu, tiba-tiba saja pedangnya berkelebat ke arah meja sembahyang dan te rdengar le dakan keras disusul terbakarnya meja sembahyang itu dan bayangan Im Yang'Sengcu berkelebat lenyap di balik meja
Dia telah melarikan diri keluar dari pondok melalui pintu di belakang meja
Cin-moi, cepat keluar!
bentak Thian Ki dan keduanya lalu menerobos keluar dari pintu pondok
Ternyata lm Yang Sengcu telah berada di luar pondok dan dia te lah mengerahkan limabelas orang murid dan anak buahnya yang semua telah memegang senjata! Begitu melihat Thian Ki dan Cin Cin muncul dari pintu pondok, lm Yang Sengcu menudingkan pedangnya dan berte riak dengan suara lantang kepada para murid dan anak buahnya
Tangkap mata-mata pemberontak itu! Kalau melawan, bunuh mereka!
Limabelas orang itu mengepung
Dengan sikap te nang Thian Ki berkata kepada lm Yang Sengcu,
I m Yang Sengcu kami bukan mata-mata pemberontak, akan tetapi sesungguhnya engkaulah yang menjadi jadi racun di is tana, engkau dukun le pus yang jahat, murid iblis yang hanya mendatangkan kekacauan!
Tangkap! Bunuh!!
lm Yang Sengcu berte riakte riak dan 1imabelas orang itupun mengepung semakin ketat sambil berteriak-teriak
Akan tetapi pada saat itu terdengar bentakan nyaring
Hentikan semua ini!!'.' Mendengar suara itu, lm Yang Sengcu dan anak buahnya te rkejut, menengok dan para anak buah tosu itu segera menjatuhkan diri berlutut, dan tosu itu sendiri memberi hormat dengan menjura dalam-dalam
Kiranya yang muncul adalah Kaisar Tang Tai Cung sendiri! Kaisar yang nampak gagah perkasa ini ternyata datang berkunjung ke kuil itu seorang diri saja tanpa pengawal dan mendengar ribut-ribut di belakang kuil, dia segera berlari menghampiri dan melihat dua orang muda dikepung oleh murid dan ana k buah Im Yang Sengcu
Tentu saja kaisar merasa terheran-heran dan membentak mereka agar menghentikan keributan itu
Thian Ki dan Cin Cin juga terkejut, apa lagi ketika semua orang meneriakkan penghormatan kepada kaisar dan mereka tahu bahwa yang muncul adalah Kais ar sendiri
Keduanya juga cepat memberi hormat dengan berlutut
Sejenak Kaisar Tang Tai Cung menyapu semua orang dengan pandang matanya
Alisnya berkerut tanda kecewa
Tosu yang dikaguminya dan dianggap sebagai seorang sahabatnya itu ternyata melakukan perbuatan yang dianggapnya curang dan memalukan
Mengerahkan limabelas orang anak buah mengepung seorang pemuda sederhana dan seorang gadis yang buntung tangan kirinya! Padahal dia percaya bahwa Im Yang Sengcu adalah seorang tosu yang sakti
To-tiang, apa yang te rjadi disini, dan mengapa tadi kami melihat engkau mengerahkan semua orang ini untuk mengepung pemuda dan gadis ini?
tanya Kaisar dengan suara mengandung penas aran
Ampunkan hamba, Sribaginda,
kata Im Yang Sengcu dengan sikap hormat
Dua orang muda ini adalah mata-mata pemberontak
Buktinya, mereka memasuki pondok samadhi hamba dan menyerang hamba
Karena mereka itu memiliki kepandaian dan berbahaya, maka hamba mengerahkan muridmurid untuk mengepung dan menangkap mereka.
Kaisar Tang Tai Cung mengerutkan alis nya dan mengamati Thian Ki dan Cin Cin
Sungguh aneh kalau ada dua orang mata-mata pemberontak begitu berani, pagi-pagi sudah berani memasuki lingkungan is tana
Rasanya tidak mungkin
Kalau mata-mata pemberontak yang memiliki niat buruk, te ntu masuknya seperti maling di malam hari, tidak secara te rbuka seperti mereka berdua itu
Apalagi melihat mereka berdua itu berlutut dengan sikap tenang dan berani, sedikitpun tidak nampak ketakutan seperti layaknya mata-mata pemberontak kalau tertangkap basah
Orang muda
siapakah kalian?
Tanya Sri baginda Kais ar sambil mengamati Thian Ki dan Cin Cin penuh perhatian
Hamba bernama Coa Thian Ki, Yang Mulia.
Hamba bernama Kam Cin, Yang Mulia.
Me ngapa kalian berdua berani menyelundup ke sini dan benarkah kalian menyerang lm Yang Sengcu tanpa sebab?
Sebelum hamba memberi kete rangan, perkenankan dulu hamba menyerahkan surat ini, karena sesungguhnya, hamba berdua datang ke kota raja dengan maksud menghadap paduka dan menyerahkan surat ini.
Thian Ki mengeluarkan surat dari Hong Lan
Melihat ini, Im Yang Sengcu khawatir dan cepat-cepat dia mendekat
Sri baginda, harap jangan menerima benda itu
Biarkan hamba yang menerimanya dan memeriksanya lebih dulu, siapa tahu dia hendak mencelakai paduka!
To-tiang,
kata Kaisar dengan suara yang nadanya tidak senang
Begitu lemahkah kami sehingga orang mampu mencelakai kami semudah itu
Sejak kapan to-tiang menganggap kami sebagai orang yang tak berdaya?
Ampun, Sri baginda, hamba hanya mengkhawatirkan keselamatan paduka,
kata tosu itu dengan muka kemerahan apa lagi melihat Thian Ki dan Cin Cin tersenyum mengejek kepadanya
Kaisar Tang Tai Cung menerima surat itu dan seketika wajahnya berseri gembira ketika dia melihat bahwa surat itu datang dari Hong Lan
pute ri angkatnya yang disayangnya
Dia mengenal tulisan Hong Lan
Aha, kiranya kali merupakan sahabat-sahabat baik pute ri dan kini menjadi utusannya?
katanya girang dan dia cepat membaca tulis an pute rinya
Mula-mula alisnya berkerut membaca bahwa pute rinya mohon agar dia suka menyerahkan dua macam benda yang amat berharga kepada Coa Thian Ki, akan tetapi ketika dia membaca penjelasannya
wajahnya berseri kembali dan habis membaca, dia memandang kepada Thian Ki dengan kagum
Puterinya menceritakan dalam tulisannya bahwa Coa Thian Ki adalah seorang pendekar yang sakti, yang bahkan menjadi seorang manusia beracun tubuhnya sehingga semua orang yang memukulnya akan.mati keracunan, dan Hong Lan mohon agar diberi obat penawar katak merah kepada pemuda itu
Juga pute rinya minta agar Liong-cu-kiam diserahkan kepada Thian Ki yang te rnyata murid dari bekas Pangeran Cian Bu Ong yang tentu saja dia kenal kelihaiannya! Setelah membaca surat itu, Kaisar Tang Tai Cung mengelus jenggotnya, biarpun dia seorang kaisar, akan tetapi dia berjiwa pendekar dan dia tahu bahwa Pangeran Cian Bu Ong bukan penjahat, bukan pula pemberontak biasa, melainkan seorang tokoh Kerajaan Sui yang berusaha menegakkan kembali Kerajaan Sui yang sudah jatuh
Karena pedang Liong-cu-kiam merupakan pusaka pribadi bekas pangeran itu, maka sudah sewajarnya kalau kini dia mengembalikannya, apa lagi kalau diingat bahwa bekas musuh itu kini tidak lagi berusaha untuk memusuhi Kerajaan Tang
Coa Thian Ki dan Kam Cin, kami te lah membaca surat pute ri kami
Akan tetapi, kami ingin le bih dulu mengetahui mengapa kalian masuk ke kuil ini dan benarkah kalian menyerang Im Yang Sengcu?
Thian Ki lalu menceritakan kepada Kaisar apa yang te lah didengarnya dari Pangeran Li Cu Kiat
Dia menceritakan betapa sumoinya yang bernama Cian Kui Eng, pute ri suhunya, juga adik tirinya, ketika memasuki kota raja, di ganggu oleh kepala jaga di pintu gerbang
Adiknya itu melawan sehingga kepala jaga itu dihajar dan ketika adiknya dikeroyok, muncul Pangeran Li Cu Kiat yang melerainya
Setelah mendengar te ntang duduknya perkara, pangeran lalu bertindak, melaporkan sikap kepala jaga itu kepada panglima sehingga dia dihukum
Betapa kemudian, ketika adiknya bermalam di rumah penginapan, muncul kakak dari kepala jaga itu hendak membunuh Kui Eng
Akan te tapi, Kui Eng mampu menangkis , bahkan kemudian Kui Eng mengejar pembunuh itu
Pembunuh itu lari dan kemudian muncul lm Yang Sengcu yang ternyata adalah guru pembunuh itu, Yang Mulia, Demikianlah, Cian Kui Eng dikeroyok ole h Im Yang Sengcu dan anak buahnya
Ia melarikan diri dan secara kebetulan bersembunyi di dalam istana Pangeran Li Cu Kiat dan dilindungi oleh keluarga itu.
Sribaglnda melirik ke arah Im Yang Sengcu yang mendengarkan dengan alis berkerut akan tetapi tidak berani menyangkal, hanya menyusun akal bagaimana harus menghadapi keadaan yang memojokkan itu
Teruskan ceritamu.
kala Sri baginda Kaisar kepada Thian Ki
Thian Ki bercerita betapa dia dan Cin Cin memasuki kota raja pagi itu dan tadinya mereka hendak langsung menghadap Kaisar menyerahkan surat
Akan tetapi dari penjaga di pintu gerbang istana dia mendengar bahwa dia dicari oleh adiknya yang sedang sakit dan berada di is tana Pangeran Li Cu Kiat
Dia dan Cin Cin segera pergi kesana dan mendapatkan adiknya memang sedang sakit parah
Cian Kui Eng bukan sakit biasa, Yang Mulia, melainkan sakit karena pengaruh ilmu hitam
Hamba mendengar dari Nyonya Song bahwa yang melakukan penyerangan dengan ilmu hitam mungkin sekali adalah Im Yang Sengcu
Hamba dan nona Kam Cin segera melakukan penyelidikan dan masuk ke sini......
Dan mereka menyerang hamba, Sri baginda!
Im Yang Sengcu memotong
Kaisar memberi isyarat agar dia diam
lalu memandang Thian Ki dan berkata dengan suara memerintah
Lanjutkan ceritamu!
Hamba berdua melihat di daiam pondok itu lm Yang Sengcu sedang melakukan penyerangan dengan ilmu sihirnya terhadap Cian Kui Eng
Dia menggunakan kertas hu yang ditulisi nama adik hamba itu dan hendak dibakarnya, hamba berhasil menghalangi dan merampasnya, inilah kertas hu itu
Yang Mulia.
Thian Ki membeberkan kertas hu bertuliskan nama Kui Eng dan menyerahkannya kepada Sribaginda yang melihatnya dengan alis berkerut
Hamba melihat pula pakaian adik Kui Eng di atas meja sembahyang, maka hamba tidak meragukan lagi bahwa memang tosu jahat ini yang telah menggunakan ilmu hitam hendak mencelakai adik hamba
Dia lalu menggunakan sihir, membakar meja sembahyang dan lari ke luar
Ketika hamba dan adik Kam Cin mengejar ke luar pondok, te rnyata dia telah mengerahkan anak buahnya mengepung hamba berdua.
To-tiang, benarkah apa yang diceritakan pemuda ini?
Sribaginda Kaisar menghadapi Im Yang Sengcu
Tidak benar, Sribaginda! Dia berbohong dan hendak melemparkan fitnah kepada pinto!
bantah tosu itu dengan suara marah dan matanya mencorong memandang kepada Thian Ki dan Cin Cin
To-tiang, tulisan siapakah itu?
Sribaginda Kaisar menunjuk ke arah kertas hu yang masih te rbentang
Tidak hamba sangkal, itu memang tulis an hamba dan memang pinto berniat menghukum gadis itu
Yang tidak benar adalah sebab-sebab permusuhan ini, Sri baginda
Permusuhan antara murid pinto yang bernama Phoa Gu dan nona Cian Ku Eng merupakan urusan pribadi yang pinto tidak ingin mencampurinya pula
Akan te tapi melihat murid pinto dikejar-kejar oleh gadis itu, te ntu saja pinto melerai
Dan pinto menjadi curiga melihat gadis itu memiliki nama keturunar Cian, mengingatkan hamba akan keluarga kaisar Kerajaan Sui
Pinto curiga bahwa ia tentulah seorang mata-mata pemberontak, maka pinto hendak menawannya, dan memeriksa teliti
Akan tetapi ia melarikan diri dan dilindungi oleh keluarga Pangeran Li Cu Kiat
N ah, karena tidak ada jalan untuk menangkap gadis mata-mata pemberontak itu, maka pinto menggunakan ilmu sihir untuk dapat membunuhnya
Semua ini pinto lakukan demi keselamatan kerajaan paduka, Sri baginda.
Tosu itu tidak tahu betapa semalam Kaisar dilayani selirnya terkasih
Bu Mei Ling
Dalam kesempatan yang amat baik itu, ketika Kaisar dibuai kemesraan yang dilimpahkan selir itu kepadanya, merasakan betapa besar kasih sayang Bu Mei Ling kepadanya, selir itu dengan hati-hati dan halus, telah membuka kesadaran Kaisar akan bahaya besar yang datang dari lm Yang Sengcu
De ngan amat lembut dan cerdik sehingga tidak mengejutkan, Bu Mei Ling menuntun Kaisar ke dalam pemikiran yang membuat dia diam-diam menaruh curiga kepada lm Yang Sengcu
Segala perbuatan tosu itu yang lalu, dicatat dengan amat cermat oleh Bu Mei Ling dan malam itu, semua perbuatannya yang bersifat palsu dan buruk, diungkapkan
Bahkan yang te rakhir, betapa Im Yang Sengcu seolah hendak menjauhkan keakraban hubungan keluarga kaisar ketika melaporkan tentang sikap Pangeran Li Cu Kiat kepada Kaisar, mengatakan bahwa pangeran menghina Im Yang Sengcu
De ngan cerdik Bu Mei Ling mengingatkan kais ar betapa setianya keluarga pangeran itu, tidak pernah mencampuri urusan persaingan kekuasaan, bahkan keluarga yang gagah perkasa itu dikenal sebagai keluarga yang selalu menjunjung dan membela kebenaran dan keadilan
Oleh karena pengaruh semalam masih kuat melekat di hatinya, maka pagi itu Kaisar datang ke kuil untuk sekali lagi memperhatikan sikap dan tingkah tosu yang mulai mencurigakan hatinya itu
Dan ternyatai dia melihat tosu itu hendak melakukan kecurangan kepada orangorang muda
Bahkan lebih dari itu, dia mendengar bahwa Im Yang Sengcu mempergunakan ilmu hitam untuk membunuh pute ri bekas Pangeran Cian Bu Ong yang dia kagumi kegagahannya
Sekarang, tosu itu berdalih bahwa dia melakukan perbuatan pengecut yang hanya patut dilakukan oleh golongan hitam yang sesat itu adalah untuk menjaga keselamatan Kerajaan! Diam-diam, kegagahan di hati kaisar pendekar itu te rsinggung dan diapun mengambiI suatu keputusan tegas
Kiranya sudah cukup kami mendengar keterangan ke dua pihak
Coa Thi-Ki, engkau sudah yakin bahwa Im Yang Sengcu telah melakukan kejahatan terhadap adikmu Cian Kui Eng dan engkau berniat hendak menghukumnya?
Hamba sudah yakin
Yang Mulia
dan bukan semata karena dia berbuat jahat te rhadap adik hamba saja maka hamba menentangnya, melainkan karena sudah menjadi kewajiban hamba untuk menentang kejahatan yang dilakukan oleh siapapun te rhadap siapapun,
jawab Thian Ki penuh semangat
Kaisar mengangguk dan diam-diam merasa kagum
Dia sendiri juga bersikap seperti pemuda ini ketika dia masih muda dan malang melintang di dunia kang-ouw
Lalu dia menghadapi Im Yang Sengcu
lm Yang Sengcu, apakah engkaupun sudah yakin bahwa pemuda ini seorang mata-mata pemberontak yang harus ditangkap atau dibunuh?
De ngan cepat lm Yang Sengcu merangkap kedua tangan depan dada
Ooo, pinto yakin sekali, Sribaginda
Menurut perhitungan pinto, kalau kedua orang muda ini tidak dibasmi sekarang kelak mereka akan menjadi ancaman besar bagi kejayaan kerajaan paduka! Karena itu, perkenankan hamba menangkap mereka dan ......
Nanti dulu, to-tiang
Rupanya ada perbedaan pendapat yang amat besar di antara Coa Thian Ki ini dan engkau
Kita semua adalah orang-orang yang menghargai kegagahan dan kami jijik dengan kepalsuan dan kecurangan
Oleh karena itu, sekarang juga kami memutuskan agar di antara kalian berdua membuktikan kebenaran masingmasing dengan pertandingan satu lawan satu yang adil
Kami tidak menghendaki kecurangan dan pengeroyokan
Beranikah engkau kalau kami perintahkan bertanding melawan Im Yang Sengcu untuk mempertahankan kebenaranmu
Coa Thian Ki?
Thian Ki tersenyum tenang
Tentu saja hamba berani membela kebenaran dan keadilan dengan taruhan nyawa hamba, Yang Mulia.
Dan engkau bagaimana, Im Yang Sengcu
Beranikah engkau bertanding satu lawan satu dengan pemuda ini
Atau kami akan mendengar sesuatu yang mustahil, yaitu bahwa Im Yang Sengcu takut melawan seorang pemuda yang tak te rkenal
Agaknya kaisar sengaja mengeluarkan ucapan seperti ini untuk mendesak atau memojokkan tosu itu sehingga tidak dapat menolak lagi
Tentu...
tentu saja...
pinto berani!
Tosu itu berkata dengan gagap, akan te tapi karena diapun bukan seorang le mah, bahkan memiliki ilmu silat yang lihai dan ilmu sihir yang kuat, maka kepercayaan kepada diri sendiri bangkit kembali
Pada saat itu, terdengar Cin Cin berkata dengan suara lantang
Yang Mulia, perkenankan hamba yang menghadapi tosu siluman itu untuk membalaskan apa yang telah dia lakukan terhadap adik Cia..
Kui Eng.
Mendengar ini, Kaisar Tang Cung memandang kagum dan heran
Sebagai seorang bekas pendekar, tentu saja dia mengetahui bahwa bukan hanya kaum pria yang dapat menguasai ilmu silat tinggi, juga banyak wanita yang perkasa Akan tetapi gadis muda ini buntug tangan kirinya, bagaimana ia berani menantang seorang tangguh seperti Im Yang Sengcu
Mendengar ucapan Cin Cin, Im Yang Sengcu te ntu saja tidak ingin le paskan kesempatan baik ini
Baik, pinto menerima tantangan nona ini untuk bertanding!
Mendengar ini, perasaan tidak senang terhadap tosu itu makin menjadi, dalam hati Kaisar
Sikap Im Yang Sengcu yang cepat-cepat menyambut tantangan gadis bertangan buntung itu s aja sudah jelas memperlihatkan wataknya yang curang dan licik
Kais ar Tang Tai Cung tersenyum dingin
Totiang, tantangan Coa Thian Ki belum juga kausambut, bagaimana engkau sekarang hendak menyambut tantangan nona ini?
lm Yang Sengcu tidak dapat menjawab dan mukanya berubah merah
Thian Ki segera berkata kepada kaisar
Ampun, Yang Mulia
Biar hamba yang mewa kili pula tantangan yang diucapkan oleh adik Kam Cin ini
Kaisar te rsenyum
Ha-ha, kalian berdua ini aneh, seolah bersaing hendak menandingi I m Yang Sengcu, dan agaknya ingin saling mewakili
Bagaimana kami dapat mempertimbangkan apakah kalian berhak untuk saling mewakili?
Tentu saja hamba berdua berhak, Yang Mulia, karena hamba berdua adalah calon suami is teri,
kata Thian Ki dengan sejujurnya karena dia tidak ingin sekasihnya menghadapi tosu yang amat berbahaya itu
Kaisar Tang Tai Cung mengangguk-an gguk dan kekagumannya meningkat
Dua orang pendekar muda ini bukan saja gagah perkasa dan berani, akan te tapi juga jujur dan diam-diam dia merasa girang karena pute rinya ternyata tidak keliru memilih sahabat
Bagus, kalau begitu, terserah kepada kalian berdua untuk menentukan siapa di antara kalian yang akan bertanding melawan Im Yang Sengcu.
Koko, kenapa engkau hendak mewakili aku menghadapi tosu iblis ini
Apakah engkau masih belum percaya akan kemampuanku?
Bukan begitu, Cin-moi, akan tetapi tosu ini curang dan licik, biar aku saja yarg melawannya,
bantah Thian Ki
Dengan adanya engkau di sini, apakah aku perlu takut akan kecurangannya
Pula, kita sudah mendengar akan kebijaksanaan Sribaginda Kaisar yang gagah perkasa, aku yakin beliau tida akan mengijinkan orang berbuat curang di hadapan beliau
Koko, setidaknya, berilah kesempatan kepadaku untuk memperlihatkan bahwa aku bersungguh-sungguh hendak membela adik Kui Eng untuk menghapus semua kesalah-pahaman yang lalu.
Thian Ki dapat memaklumi apa yang terkandung di dalam hati kekasihnya
Cin Cin merasa tidak enak kepada Kui Eng, bukan saja karena dahulu pernah ia hendak membunuh ayah kandung gadis itu, juga sekarang, tanpa disengaja dan disadarinya, ia telah merampas pula Thian Ki darinya! Maka, Thian Ki hanya mengangguk menyetujui, pula karena dia yakin akan kemampuan Cin Cin yang pasti akan mampu menandingi tosu itu
Cin Cin benar
Dia berada di situ dan kaisar te rkenal sebagai seorang yang menjunjung kegagahan, sehingga tidak ada kesempatan bagi Im Yang Sengcu untuk berbuat curang mengandalkan ilmu hitamnya
Kaisar Tang Tai Cung sendiri ragu-ragu dan sangsi apakah gadis yang tangan kirinya buntung itu akan mampu menandingi lm Yang Sengcu, maka dia lalu berkata,
Nona muda, sudah kaupertimbangkan baik-baik keinginanmu menantang Im Yang Sengcu
Ingat, pertandingan ini haruslah jujur dan tidak boleh keroyokan, juga kalau sampai ada yang te was atau te rluka parah dalam pertandingan ini, tidak boleh menuntut atau menyalahkan siapapun.
Hamba mengerti, Sribaginda Yang Mulia, dan hamba siap menanggung segala akibatnya,
jawab Cin Cin dengan gagah
Bagus, kalau begitu, kalian berdua mulailah dan kami yang akan menjadi saksi dalam pertandingan ini!
De ngan hati te gang namun sikapnya tenang saja Thian Ki mundur dan berdiri di pinggir
Juga para anak buah lm Yang Sengcu tidak ada yang berani mendekat
Kaisar Tang Tai Cung memberi is yarat dengan tangan ke atas dan muncullah belasan orang perajurit pengawal pribadinya
Kaisar ini maklumi bahwa biarpun dia melakukan perjalanan seorang diri dan tidak memerintahkan pasukan pengawal untuk mengiringkannya, namun pasukan pengawal pribadinya selalu siap tidak jauh darinya sehingga sewaktu-waktu dia membutuhkan mereka, maka hanya dengan mengangkat tangan ke atas, mereka akan bermunculan! Kaisar itu lalu memerintahkan agar para perajurit pengawal itu mengambilkan sebuah kursi untuknya dan menjaga tempat itu agar jangan diganggu orang luar
Setelah Kaisar duduk menjadi penonton, Cin Cin dan Im Yang Sengcu sudah berdiri saling berhadapan
Wajah Im Yang Sengcu nampak agak pucat, namun Cin Cin nampak tenang-tenang saja
Melihat betapa lawannya tidak membawa senjata apapun, Im Yang Sengcu yang diam-diam merasa je rih itu melihat keuntungan baik baginya dan sekali kedua tangannya bergerak, tangan kirinya sudah membawa sebuah kebutan, sedangkan tangan kanannya memegang sebatang pedang yang berkilauan
Melihat ini, Thian Ki lalu berkata lantang
Cin-moi, terimalah pedang ini !
dan begitu dia menggerakkan tangannya, sinar hitam menyambar ke arah Cin Cin yang mengangkat tangan kanannya dan ia sudah menerima sebatang pedang hitam yang tadi terbang meluncur ke arahnya
Sebatang pedang hitam yang mengeluarkan sinar hitam yang aneh dan mengerikan
Itulah Cui-mo He k-kiam (Pedang hitam Pengejar Iblis), pedang pusaka milik Thian Ki yang dia terima dari ibunya
Melihat pedang hitam itu, lm Yang Sengcu semakin gentar, akan tetapi dia menutupi dengan bentakan nyaring dan dia sudah mulai bergerak menyerang dengan pedangnya, disusul serangan kebutan di tangan kiri
Cin Cin maklum bahwa dia menghadapi lawan tangguh, maka iapun segera mengeluarkan ilmu pedangnya yang te lah mengangkat nama gurunya menjadi seorang di antara para datuk persilatan yaitu Koai-1iong-kiam-sut (Ilmu Pedang Naga Siluman)! Apa lagi kini ia mempergunakan Cui-mo He k-kiam, maka te rdengarlah suara mengaungngaung seolah-olah pedangnya te lah berubah menjadi seekor naga hitam yang buas
Menghadapi serangan yang demikian ganasnya, Im Yang Sengcu segera memutar sepasang senjatanya, namun te tap saja gulungan hitam itu te rlampau kuat baginya dan dia segera terdesak hebat! Melihat ini Kaisar Tang Tai Cung te rkejut dan kagum bukan main
Kini mengertilah dia mengapa Thian Ki tenang-tenang saja membiarkan calon isterinya menandingi tosu itu
Kiranya gadis buntung tangan kirinya itu memang benar-benar amat lihai
Setelah lewat tigapuluh jurus, nampak jelas bahwa Im Yang Seng tidak akan menang Dia hanya berlompatan ke sana sini, main mundur dan sibuk sekali memutar kebutan dan pedangnya untuk melindungi dirinya
Bulu kebutannya telah te rbabat putus sebagian dan ketika Cin Cin mengeluarkan bentakan nyaring, pedang hitam berubah menjadi sinar bergulung-gulung dan dari dalam gulungan sinar itu mencuat kilat hitam menyambar le her, Im Yang Sengcu melempar tubuh ke samping, namun tetap saja pundaknya te robek pedang
Dia te rhuyung dan agaknya dia akan roboh tak lama Iagi
Tiba-tiba te rdengar le dakan dan tampak asap hitam mengepul tebal
Thian Ki cepat melompat dekat Kaisar untuk melindunginya dan berbisik
Yang Mulia, sebaiknya mundur, asap itu beracun!
Kaisar Tang Tai Cung mengerutkan alisnya, tak senang melihat tosu itu menggunakan senjata rahasia seperti itu, dan diapun mundur diikuti para pengawalnya
Thian Ki tidak khawatir walaupun dia s iap siaga melindungi kekasihnya
Dan memang Cin Cin tidak perlu dikhawatirkan
Asap itu adalah asap yang akan mencelakai orang kalau sampai te rhis ap atau te rsedot
Dan Im Yang Sengcu menggunakan senjata pele dak itupun karena sudah tidak melihat jalan lain untuk menyelamatkan dirinja sehingga dia sendiri mempergunakan obat penawar
Dia tidak tahu bahwa gadis yang menjadi lawannya itu adalah seorang ahli bermain dalam air sehingga daya tahan Cin Cin dalam menghentikan pernapasan jauh lebih kuat dari pada orang lain
Gadis ini mampu bertahan sampai puluhan menit di dalam asap dengan menahan napas dan kini Cin Cin mengurung dan mendesak lawannya di dalam gumpalan asap hitam itu
Im Yang Sengcu tidak dapat melarikan diri keluar dari gumpalan asap dan mereka berdua bertanding seru di dalam gumpalan asap beracun itu
lm Yang Sengcu menjadi semakin panik melihat betapa gadis tu tidak roboh oleh asap beracunnya, sedangkan dia sendiri sudah hampir tidak kuat menahan nafas le bih lama lagi
Dadanya serasa hampir meledak dan menggembung karena dia menahan pernapasannya
Karena siksaan dari dalam ini, gerakannya menjadi lambat dan sebuah tendangan kaki Cin Cin mengenai perutnya
Dess ....
hukkk ...!
Terpaksa Im Yang Sengcu menghisap udara bercampur asap hitam dan diapun te rhuyung lalu roboh
Pedang dan kebutannya te rle mpar
Melihat lawannya sudah roboh, Cin Cin juga cepat melompat keluar dari gumpalan asap dan berlari mendekati Thian Ki, lalu mulai menghirup udara segar dengan perasaan le ga
Tanpa kata ia mengembalikan pedang hitam itu kepada kekasihnya
Di antara gumpalan asap tadi Thian Ki dan Kaisar masih dapat mengikuti pertandingan itu dan mereka melihat Im Yang Sengcu roboh
Kaisar semakin kagum
Engkau hebat, nona,
kata Kaisar kepada Cin Cin
Katakan, siapakah gurumu?
De ngan sejujurnya Cin Cin menjawab
Hamba pernah menjadi murid Tung hai Mo-1i Bhok Sui Lan, Yang Mulia.
Kaisar terbelalak
Ahhh! Datuk di pantai timur itu
Pantas saja kalau begitu, dan sekarang kami mengerti mengapa engkau malah mendapat kemenangan setelah Im Yang Sengcu menggunakan asap beracun
Engkau seperti juga gurumu, ahli bermain dalam air, bukan
Dan karena itu engkau kuat sekali menahan napas.
Cin Cin mengangguk
Benar sekali apa yang Paduka katakan,
Yang Mulia.
Setelah asap membubung ke atas dan tidak nampak lagi
Kaisar sendiri menghampiri tubuh Im Yang Sengcu yang menggeletak
Mukanya membiru tanda keracunan dan ketika Kaisar meraba nadinya
dia menghela napas
Dia tewas karena ulahnya sendiri!
Thian Ki juga mendekat dan meraba leher tosu yang rebah mati itu
Diapun yakin bahwa Im Yang Sengcu telah tewas, bukan karena tendangan Cin Cin tadi melainkan karena keracunan asap beracunnya sendiri
Ternyata senjata makan tuan, karena tidak menyangka bahwa lawannya kuat sekali menahan napas, maka dialah yang menjadi korban asap beracunnya
Kaisar lalu memerintahkan para murid dan anak buah Im Yang Sengcu untuk mengangkat dan merawat je nasah lm Yang Sengcu sebagaimana mestinya
Para anak buah itu dengan sikap hormat lalu mengangkat jenasah itu dan dibawa masuk ke kuil
Mari kalian ikut dengan kami ke istana sehubungan dengan surat pute ri kami Hong Lan itu,
kata Kaisar kepada Thian Ki dan Cin Cin
Dua orang muda ini merasa gembira sekali
Mereka mengikuti rombongan kaisar memasuki Istana dan di ruangan besar, mereka berdua dite rima menghadap kaisar yang segera mengutus pejabat yang berwenang mengambilkan dua macam pusaka is tana yang diminta pute rinya, yaitu obat penawar racun katak merah, dan pedang pusaka Liong-cu-kiam
Kepada mereka, setelah menyerahkan dua macam pusaka itu, kaisar memesan agar disampaikan kepada Hong Lan bahwa dia merasa rindu kepada pute ri angkatnya itu dan mengharapkan pute rinya suka berkunjung ke istana bersama ayah ibunya
Setelah menghaturkan te rima kasih, Thian Ki dan Cin Cin berpamit meninggalkan istana dan langsung mereka pergi ke gedung tempat tinggal Pangeran Li Cu Kiat
o)0o-dw-o0(o
Suheng....
ahhh.
suheng......
Kui Eng merintih dan mengigau dengan kata-kata yang tidak jelas
Eng-moi, suhengmu sedang pergi untuk menghajar tosu iblis itu
Aku berada di sini, Engmo'l.....
kata Pangeran Li Cu Kiat dengan hati seperti diremas rasanya
Dia sejak tadi berjaga dekat situ, akan te tapi gadis yang di jaganya, dalam keadaan setengah sadar, memanggil-manggil pemuda lain! Kini dia tahu mengapa Kui Eng ragu menerima cintanya
Kiranya gadis ini sudah ditunangkan dengan suhengnya sendiri oleh ayahnya, akan tetapi ternyata bahwa suhengnya itu tidak mencintanya, dan agaknya Kui Eng mencinta suhengnya itu
Kui Eng membuka mata, seperti mencari-cari laiu pandang matanya berte mu dengan wajah pangeran itu
Ahhh, paduka, pangeran......
Hushh...., engkau masih saja memanggil pangeran kepadaku, Eng-moi
Engkau mencari suhengmu, Coa Thian Ki?
Dia memaksa bibirnya te rsenyum seolah pertanyaan itu tidak menunjukkan perasaan yang tertusuk
Di mana mereka, pangeran....eh....
Kiat-koko
Di mana suheng dan juga enci Kam Cin
Bukankah tadi mereka berada di sini atau mimpikah aku?
Me reka memang datang dan bahkan tadi membantumu melawan pengaruh jahat yang membuatmu sakit, Eng-moi
Dan sekarang mereka berdua pergi untuk memberi hajaran kepada tosu keparat yang membuatmu sakit itu.
Kui Eng te ringat akan semua peristiwa tadi, te ntang percakapannya dengan Thian Ki, tentang pengakuan Thian Ki bahwa Thian Ki saling mencinta dengan Kam Cin, bahwa Thian Ki hanya mencinta ia sebagai sumoi, sebagai adik dan bahwa tidak mungkin bagi mereka untuk menjadi suami isteri
Teringat akan semua itu, ditambah ingatan bahwa semua percakapan itu didengarkan olel Pangeran Li Cu Kiat dan ibu serta neneknya, Kui Eng tak dapat menahan diri lagi, ia menangis! Pangeran Li Cu Kiat memandang penuh iba, tidak berani mengganggu, membiarkan saja gadis itu menangis karena dia tahu bahwa itulah pelepasan terbalik bagi gadis itu
Setelah tangisnya mereda, Kui Eng mengangkat muka yang agak pucat dan matanya yang kemerahan memandang wajah sang pangeran
Pangeran....
Kiat-koko.....
paduka .....engkau te ntu amat kecewa mengetahui semua keadaanku.....
Kini pangeran itu baru berani mengulurkan tangan dan memegang tangan gadis itu erat-erat
Sama sekali tidak kecewa, Eng-moi
Bahkan aku bergembira
Engkau dan suhengmu dan nona Kam Cin itu adalah pendekar-pendekar sejati yang jujur dan suka berte rus te rang
Aku kini mengerti semuanya, aku mengerti mengapa engkau tidak dapat mengambil keputusan, ragu untuk menerima cintaku
Kiranya engkau telah dijodohkan dengan suhengmu sendiri
Dan suhengmu begitu jujurnya! Dia mengakui bahwa dia menyayangmu sebaqai kakak, akan te tapi dia mencinta seorang gadis lain yang menjadi calon isterinya, yaitu nona Kam Cin
Dan nona itupun mencintainya walaupun tangannya dibuntungi ole h suhengmu
Sungguh luar.biasa! Semuanya luar biasa dan mengagumkan hatiku
Eng moi, kurasa....
dan kuharap......benar seperti yang dikatakan suhengmu bahwa cintamu te rhadap suhengmu itu sebenarnya juga merupakan kesayangan seorang adik terhadap kakaknya
Kuharap saja cintamu yang sesungguhnya akan kau jatuhkan kepadaku.....
Suara itu demikian le mbut dan mengharukan hati Kui Eng
I a memang kagum dan suka kepada pangeran ini dan andaikata ia tadinya tidak berpikir bahwa ia adalah calon isteri suhengnya, kiranya tidak akan sukar menerima dan membalas cinta kasih seorang pemuda seperti pangeran itu
o)0o-dw-o0(o