Jilid 28
Hong Lan berlutut menghadap Kaisar Tang Tai Cung
Gadis ini menangis dan berulang-ulang kaisar menghela napas panjang
Hong Lan, engkau te ntu dapat merasakan bahwa sejak dahulu aku selalu menyayangmu seperti pute riku sendiri
Bahkan seluruh penghuni istana, seluruh keluargaku menyayangimu, bukan?
Hamba tidak menyangkal, Yang Mulia, dan hamba berterima kasih se kali.
Kaisar Tang Tai Cung mengelus je nggotnya, menghela napas lagi mendengar ucapan gadis itu, karena dia melihat perubahan pada sikap Hong Lan yang biasanya menyebut dia ayah, kini menyebut Yang Mulia
Hong Lan, ibumu telah berjas a besar dan banyak sekali kepadaku, dan biarpun ia sudah meninggal dunia, kami telah menganugerahkan sebutan pahlawan kepadanya
Engkaupun berjas a ketika ada pembunuh menyerang, akan tetapi kenapa engkau menolak pemberian pahala?
Mohon seribu ampun, Yang Mulia
Sejak kecil, hamba te lah menerima limpahan budi kebaikan dan kasih sayang dari paduka, sudah sepantasnya kalau hamba membela paduka dan tidak ada pahala lebih besar daripada kasih sayang yang selama ini hamba rasakan di sini
Hamba menghadap paduka untuk mohon diri, dan ada pula permohonan yang hamba amat harapkan akan paduka kabulkan Yang Mulia.
Katakanlah, apa yang kauminta, Hong Lan
Aku pasti akan memenuhi semua permintaanmu.
Hamba mohon agar paduka suka memberitahu kepada hamba, siapakah orang tua hamba
Seperti dipesankan mendiang ibu, paduka mengetahuinya dan hamba disuruh bertanya kepada paduka
Dan permohonan ke dua, hamba mohon paduka ijinkan meninggalkan istana untuk pergi mencari orang tua hamba.
Kaisar mengangguk-angguk
Permintaanmu itu memang sudah sepantasnya
Selama belasan tahun ibumu merahasiakan keadaan dirimu hanya karena ia te ramat sayang padamu, juga aku amat sayang padamu, Hong Lan
Sekarang, setelah engkau mengetahui akan rahasia itu, baiklah akan kuje laskan sesuai seperti yang pernah diceritakan ibumu kepadaku
Ketika engkau berusia dua tahun, kau diculik oleh Kwa Bi Lan dari orang tuamu, dibawa merantau dan akhirnya ketika ibumu menjadi pengawal pribadiku, engkau te rbawa pula masuk ke istana, dan ketika ibumu menjadi selirku, dengan sendirinya engkau menjadi anakku
Nah, dengarlah baik-baik, ayahmu bukan orang sembarangan, Hong Lan
Dia adalah seorang pendekar sakti yang te rkenal di dunia persilatan, berjuluk Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning) bernama Si Han Beng dan dia bersama isterinya tinggal di dusun Hong-cun yang te rletak di Lembah Sungai Kuning.
Hong Lan merasa betapa jantungnya berdebardebar
Ayahnya adalah seorang pendekar sakti! Akan tetapi mengapa ibunya......ibu angkatnya itu, menculiknya dari orang tuanya
Dan kalau ayahnya seorang pendekar sakti, kenapa tidak mengejar penculik itu dan mencarinya sampai dapat dite mukan
Melihat gadis itu mengerutkan alisnya dan nampak meragu, kaisar berkata,
Hong Lan, apakah ada yang hendak kau tanyakan kepadaku?
Ampun, Yang Mulia
Akan tetapi.....kenapa ibu menculik hamba
Dan kenapa pula kalau orang tua hamba itu sakti, tidak merebut kembali anak mereka yang diculik?
Kaisar Tang Tai Cung te rsenyum
Itu merupakan rahasia Kwa Bi Lan dan akupun tidak tahu
Sebaiknya engkau tanyakan saja kepada orang tuamu itu, Hong Lan.
Yang Mulia, hamba mohon diri untuk pergi mencari orang tua hamba itu!
Melihat gadis itu penuh semangat, Kaisar Tang Tai Cung mengangguk-angguk
Memang ada sesuatu pada diri gadis ini yang mengagumkan
Biarpun sejak kecil ia hidup sebagai pute ri kaisar, hidup di is tana yang serba mewah dan dimuliakan orang, namun ia tidak menjadi seorang puteri yang manja
Masih jelas nampak darah pendekar di tubuhnya, dari sikapnya, dari pandang matanya
Kaisar ini teringat akan anak-anaknya sendiri dan diapun diam-diam mengeluh
Pute ra-putera kandungnya hanya pandai saling bersaing dan memperebutkan kekuasaan, pute ri-puterinya hanya pandai bersolek dan bermanja
Justeru Hong Lan, bukan darah dagingnya, menjadi seorang gadis yang berjiwa pendekar
Dia sendiri, andaikata tidak menjadi kaisar, tentu menjadi seorang pendekar pula dan mungkin keturunannya tidak seperti sekarang ini
Baiklah, anakku
Aku akan te tap menganggapmu sebagai anakku, Hong Lan
Engkau boleh pergi dan bawalah semua barangbarangmu yang berharga
Ketahuilah bahwa dalam perjalanan jauh, engkau membutuhkan biaya, dan berhati hatilah karena di luar istana te rdapat banyak orang jahat yang mungkin akan mengganggumu.
Di dalam hatinya, Hong Lan hendak membantah dan mengatakan bahwa di dalam is tanapun te rdapat banyak orang jahat, akan tetapi ia menahan diri
Sekarang ia tidak boleh bersikap seperti biasanya terhadap kaisar
Terima kasih, Yang Mulia
Hamba sudah bersiap-siap dan hamba akan menyamar sebagai seorang pria agar perjalanan hamba lancar dan tidak mengalami banyak gangguan.
Kaisar tertawa bergelak dan mengelus je nggotnya, nampak gembira sekali
Ha-ha-ha, bagus sekali! Engkau memang berjiwa petualang! Ha-ha, membayangkan engkau menjadi pria dan mengembara seorang diri
Alangkah senangnya dan gembiranya kalau aku dapat menyertaimu, bertualang di dunia bebas! Akan te tapi, tidak mungkin
Aku te lah terikat oleh singgasana ini.........! Berangkatlah, anakku, berangkatlah dan jagalah dirimu baik-baik.
Harap Yang Mulia suka menjaga diri baik-baik pula.......
kata Hong Lan terharu
Hamba mohon diri .....
Hong Lan bangkit dan hendak pergi, akan tetapi baru beberapa langkah, Kaisar Tang Tai Cung memanggilnya
Hong Lan, berhenti duju!
Gadis itu menahan langkahnya, lalu memutar tubuh memandang kepada kais ar
Kesinilah!
Hong Lan melangkah ragu, mendekati
Lan Lan, aku ingin sebelum engkau pergi, engkau sebutlah aku seperti dahulu
Sebutlah aku ayah, karena sesungguhnya, di dalam batinku aku mengakui bahwa engkau anakku
Sebutlah, mungkin untuk te rakhir kali, Hong Lan.
Sepasang mata gadis itu menjadi kemerahan dan menahan-nahan diri agar tidak menangis, lalu memaksa diri untuk berkata lirih,
Ayahanda......
Lan Lan.....!
Kaisar itu meraih dan Hong Lan dan sudah dirangkulnya dan diciumnya dahi pute rinya itu, seperti yang biasa dia lakukan
Dan kini Hong Lan tidak dapat menahan tangisnya lagi, iapun merasa amat sayang kepada kais ar dan tahu betapa kais ar memiliki banyak sekali musuh dalam selimut, banyak yang iri, banyak yang menginginkan kedudukannya, dan kini te rpaksa ia meninggalkan kais ar, setelah ibunya meninggal
Tiba-tiba Kaisar Tang Tai Cung melepaskan rangkulannya dan mendorong le mbut tubuh pute rinya, lalu tertawa bergelak
Haii! Apa-apaan ini
Kita bertangisan seperti dua orang yang lemah dan cengeng! Memalukan! Engkau seorang pendekar wanita, Lan Lan, tidak boleh menangis
Pula setelah e ngkau menyamar pria, engkau sama sekali tidak boleh menangis, akan ketahuan orang!
Biarpun kedua matanya basah, kaisar itu te rtawa bergelak dan Hong Lan juga tertawa
Selamat tinggal.........ayah.......
Selamat jalan, anakku
Sampaikan salam kepada orang tuamu dan katakan bahwa a ku, Li Si Bin, sangat mengagumi mereka dan telah mendengar akan nama besar mereka.
Pergilah Hong Lan dengan langkah tegap meninggalkan ruangan itu, untuk berkemas dan mulai melakukan perjalanannya mencari orang tua kandungnya
Pangeran Li Seng Cun dihukum buang bersama semua keluarganya, dan kaki tangannya dihukum mati
Diam-diam hal ini tidak disetujui oleh Bu Mei Ling, dayang yang berjas a itu, yang semenjak hari itu diangkat menjadi selir resmi Kaisar
Tentu saja ia tidak berani berkata sesuatu, hanya di dalam hatinya ia khawatir bahwa orang-orang yang sudah berkhianat itu, para pemberontak itu, kalau hanya dihukum buang, te ntu masih mempunyai kesempatan untuk menyusun kekuatan dan kelak memberontak lagi! -ooo0dw0ooo- Tidak sukar bagi Thian Ki dan Cin Cin untuk menemukan rumah orang yang mereka cari
Setiap orang di dusun Hong-cun, bahkan di dusun-dusun lain di wilayah itu, tahu belaka di mana te mpat tinggal Huang-ho Sin-liong Si Han Beng dan isterinya
Suami isteri pendekar sakti ini tinggal di dusun yang sunyi, bahkan mereka hidup sebagai petani dan tidak pernah mencampuri urusan ramai, walaupun mereka berdua tidak pernah lalai berlatih silat
Latihan ini amat penting bagi mereka, bukan hanya untuk menjaga kondis i tubuh agar tidak hilang te rbuang saja ilmu-ilmu yang telah mereka pelajari selama bertahun-tahun
Bahkan suami is teri ini, bersama-sama mulai mengkombinasikan ilmu-ilmu mereka untuk merangkai ilmu silat baru yang khas milik keluarga mereka! Diam-diam Thian Ki dan Cin Cin kagum sekali melihat keadaan rumah pendekar itu
Tidak jauh bedanya dengan rumah-rumah di dusun Hongcun, sederhana saja namun amat bersih dan sedap dipandang karena terpelihara baik-baik
Rumah itu memiliki pekarangan yang luas, yang ditanami berbagai macam tanaman obat dengan hiasan tanaman bunga di sana-sini
Burung-burung berte rbangan dan berkicau di pohon-pohon sekeliling rumah mendatangkan suasana yang te nang, tenteram dan damai, sedikitpun tidak membayangkan kekerasan seperti yang biasa menghiasai kehidupan seorang pendekar
Sejam yang lalu sebelum Thian Ki dan Cin Cin tiba di luar pekarangan rumah itu, Si Han Beng dan is terinya, Bu Giok Cu, baru saja pulang dari ladang dimana mereka bekerja sejak pagi sampai siang dan kini mereka berdua baru saja selesai makan siang
Ketika A-kiu, satu-satunya pelayan mereka yang bekerja sebagai pembantu untuk memelihara taman dan kebun, melapor bahwa di luar ada dua orang muda yang ingin berte mu, Si Han Beng dan istrinya saling pandang
Siapakah mereka
Apakah penduduk dusun ini atau dusun tetangga?
tanya Bu Giok Cu kepada pembantunya
Bukan, li-hiap, mereka sama sekali bukan penduduk dusun, bukan petani karena keduanya membawa pedang di punggung
Mereka masih muda, dan yang wanita buntung tangan kirinya.
Pembantu itu sudah biasa menyebut tai-hiap kepada Si Han Beng dan menyebut li-hiap kepada Bu Giok Cu
Kembali suami isteri itu saling pandang, kemudian mereka berdua berjalan keluar untuk menemui tamu mereka
Ketika mereka tiba di luar pintu depan, mereka melihat seorang pemuda dan seorang gadis yang buntung tangan kirinya
Mereka memandang penuh perhatian, akan tetapi tidak merasa kenal kepada dua orang muda itu
Pemuda itu berpakaian sederhana dan ringkas, sikapnya tenang sekali dan mukanya tidak te rlalu tampan namun ganteng dan jantan, gerak-geriknya le mbut dan tidak nampak seperti seorang ahli silat tangguh
Adapun gadis yang berdiri di sebelahnya itu lebih menarik perhatian, cantik dan pakaiannya juga sederhana ringkas, namun setiap gerakgeriknya membayangkan kegagahan dan keberanian, matanya mencorong menatap suami isteri pendekar itu tanpa sungkan-sungkan, dan biarpun tangan kirinya buntung sebatas pergelangan, namun ia masih nampak gagah berwibawa
Dilihat sepintas lalu saja dapat diduga bahwa gadis ini telah menguasai ilmu silat secara mendalam dan memiliki ketangguhan
Sementara itu, Thian Ki memandang kepada suami isteri itu dengan kagum
Biarpun ketika berte mu dengan pendekar sakti itu, dia baru berusia empat lima tahun, akan te tapi dia masih mengenal pamannya itu
Pendekar Si Han Beng adalah adik angkat mendiang ayahnya, Coa Siang Lee
Bahkan dia masih ingat baik-baik kepada Bu Giok Cu, isteri pendekar sakti itu
Dahulu, ayah dan ibunya yang menjadi wali, menikahkan pasangan suami isteri ini! Maka, kini berhadapan dengan suami isteri yang dikaguminya itu, yang berpakaian sebagai petani-petani biasa, Thian Ki te rtegun penuh kagum dan seperti te rpukau dan tidak dapat mengeluarkan suara
Adapun Cin Cin yang melihat suami isteri yang oleh Thian Ki dikabarkan sebagai suami isteri pendekar, bahkan dahulu seluruh orang He k-houw-pang memujimujinya, bahkan ia sendiri oleh mendiang kakeknya dikirim kepada suami is teri ini untuk menjadi murid, kini tertegun karena kecewa
Kiranya suami isteri pendekar sakti itu s ama sekali tidak meyakinkan penampilan mereka, hanya petani biasa! Melihat sepasang orang muda itu tertegun
Bu Giok Cu yang berwatak lincah te rsenyum ramah
Aih, aih......! Kalian ini datang hendak menemui kami, mempunyai keperluan ataukah sekedar hanya ingin menjadi penonton
Kami berdua bukan tontonan aneh, kenapa kalian bengong seperti itu?
Suara ini ramah dan nadanya bergurau
Thian Ki segera memberi hormat
Paman Si Han Beng, bibi Bu Giok Cu, kuharap selama ini paman dan bibi mendapat berkah Tuhan dan dalam keadaan sehat dan selamat.
Melihat pemuda yang demikian sopan dan katakatanya demikian enak didengar, Si Han Beng menoleh kepada is terinya sambil mengangkat alis, seolah bertanya siapa pemuda yang ramah itu
Akan tetapi isterinya menggeleng kepala, dan mereka kembali memandang kepada pemuda dan gadis itu
Kini Thian Ki yang te rsenyum
Agaknya paman dan bibi yang mulia te lah lupa kepadaku
Aku adalah Coa Thian Ki .......
Aihhh........!!
Si Han Beng berseru
Putera mendiang kakak Coa Siang Lee.......?
Ah, benar dia! Anak yang dulu tidak suka belajar silat itu!
kata pula Bu Giok Cu yang kini te ringat
Akan tetapi lihat, dia sekarang membawa-bawa pedang!
Suami is teri itu gembira sekali
Si Han Beng memegang tangan kanan Thian Ki dan Bu Giok Cu memegang tangan kirinya
Pemuda itu merasa te rharu bukan main
Biarpun tanpa banyak cakap, dan melalui pegangan tangan kedua orang suami isteri itu, dia merasakan getaran kasih sayang yang membuat dia ingin menangis
Pantas saja kalau ayah ibunya pernah te rkagum-kagum dan amat menghormati suami isteri pendekar ini
Kiranya dari hati mereka terpancar kasih sayang yang murni
Thian Ki, engkau telah menjadi seorang pemuda yang jantan!
kata Bu Giok Cu gembira
Dan ini, siapakah nona ini?
Kini suami isteri itu melepaskan kedua tangan Thian Ki dan mereka menghadapi gadis yang buntung tangan kirinya
Paman, bibi, adik ini bukan orang lain
Ia adalah Kam Cin, puteri paman Kam Seng Hin ketua Hek-houw-pang yang dahulu pernah dikirim ke sini untuk menjadi murid paman dan bibi.
Aihhhh......! Engkaukah anak itu?
Bu Giok Cu mendekat dan memegang pundak gadis itu dengan akrab
Kami di sini sudah mendengar semua yang te rjadi di Ta-bun-cung, apa yang menimpa keluarga He k-houw-pang
Kami mendengar pula dari murid kami The Siong Ki te ntang dirimu, Cin Cin
Katanya engkau diajak oleh seorang susiokmu, diantar ke sini, akan tetapi kenapa engkau tidak sampai di sini?
Bibi, panjang ceritanya,
kata Cin Cin
Ah, mari kita masuk, kita bicara di dalam!
kata Si Han Beng
Isterinyapun baru ingat akan hal itu dan mereka semua memasuki rumah dan tak lama kemudian mereka sudah bercakap-cakap di ruangan tamu yang berada di depan sebelah kiri rumah
Dari jendela yang terbuka dapat nampak taman bunga yang te rawat baik
Tanah di le mbah Huang-ho itu memang subur
Di ruangan itu, suami isteri pendekar sungai Huang-ho mendengarkan cerita Cin Cin tentang dirinya yang tidak jadi menjadi murid mereka karena kecurangan Lai Kun yang kemudian menjadi ketua Hek-houw-pang dan sekarang te lah membunuh diri
Akan tetapi Cin Cin tidak menceritakan bahwa ia telah menjadi murid Tung-hai Mo-li Bhok Sui Cin
Mendengar cerita itu, Si Han Beng menghela napas panjang
Ahh, sungguh tidak kusangka He k-houw-pang bernasib begitu buruk sehingga ayah kalian berdua te was ketika Hek-houw-pang diserbu musuh
Aku tidak merasa heran mendengar bahwa di antara para penyerbu itu te rdapat Can Hong San, seorang yang memang sejak dahulu berwatak jahat bukan main seperti setan
Akan tetapi yang membuat aku merasa bingung adalah ketika mendengar bahwa di antara mereka terdapat pula Lie Koan Tek, padahal dia adalah seorang pendekar Siauw-lim-pai yang gagah perkasa
Bagaimana mungkin dia bekerja sama dengan para tokoh sesat, melakukan penyerbuan kepada Hek-houw-pang?
Paman, Can Hong San telah te was di tangan Cin Cin ini,
kata Thian Ki
Suami isteri itu terbelalak
Engkau
Engkau mampu membunuh Can Hong San
Bukan main...!
kata Bu Giok Cu, te rkejut, heran dan hampir tidak dapat percaya
Tingkat kepandaian Can Hong San sudah amat tinggi, bahkan ia sendiripun hanya dapat mengimbangi dan sukar untuk dapat mengalahkannya
Mungkin hanya suaminya saja yang akan mampu mengalahkan Can Hong San, dan gadis muda yang buntung tangan kirinya ini dapat membunuhnya!
Ah, kalau tidak dibantu oleh Thian Ki, belum te ntu aku akan mampu menewaskannya
Dia memang tangguh luar biasa,
kata Cin Cin merendah
Dan Lie Koan Tek yang paman sebutsebut tadi kini telah menjadi ayah tiriku.
Ehhh
Apa pula ini?
Bu Giok Cu berse ru kaget dan heran
Kau maksudkan, ibumu ..yang telah menjadi janda itu kini menikah dengan Lie Koan Tek, seorang di antara mereka yang menyerbu He khouw-pang?
Dan ayahmu tewas dalam penyerbuan itu!
kata pula Si Han Beng heran
Cin Cin menghela napas panjang
Paman dan bibi, tadinya akupun merasa penas aran sekali kepada ibu, dan aku pernah amat marah dan membencinya ketika mendengar ia menikah dengan seorang di antara para penyerbu Hekhouw-pang, seorang di antara mereka yang menyebabkan kematian ayahku
Akan te tapi setelah aku bertemu dengan mereka, dengan ibuku dan dengan Lie Koan Tek, baru aku tahu akan duduknya perkara dan aku tidak menyalahkan ayah tiriku.
De ngan singkat Cin Cin lalu menceritakan te ntang Lie Koan Tek yang dibebaskan dari penjara oleh Cian Bu Ong bersama Can Hong San dan yang lain-lain dengan syarat mereka itu akan membantunya merebut kembali tahta Kerajaan Sui yang dijatuhkan oleh Kerajaan Tang
Kemudian, ketika Cian Bu Ong menyuruh para pembantunya menyerbu He k-houw-pang yang dianggap membantu pemerintah baru, Lie Koan Tek terpaksa ikut menyerbu
Akan te tapi, dia tidak ingin melakukan pembunuhan, dan ketika melihat ibunya te rancam, dia menolongnya dan membawanya pergi dari dusun yang sedang diserbu itu
Lie Koan Tek bukan penjahat, dia hanya te rpaksa ikut dalam penyerbuan
Akan te tapi semenjak itu, dia tidak kembali kepada Cian Bu Ong dan melarikan diri bersama ibu
Akhirnya, ibu juga menyadari keadaan pendekar Siauw-lim-pai itu dan menerima pinangannya.
Cin Cin menundukkan mukanya dan kedua pipinya agak kemerahan
Melihat ini, Bu Giok Cu segera menghiburnya
Kalau begitu, ibumu tidak bersalah, dan memang kamipun mengenal siapa Lie Koan Tek itu
Dia seorang pendekar Siauw-lim-pai dan memang dia pernah ditangkap pemerintah karena Siauw-limpai ketika itu dituduh memberontak
Yang menjadi biang keladi penyerbuan dan penghancuran Hek houw-pang adalah bekas Pangeran Cian Bu Ong itulah! Dialah yang jahat!
Cin Cin mengerling kepada Thian Ki dan pemuda itu segera berkata,
Bibi dan paman harap mengetahui bahwa Pangeran Cian Bu Ong itu sekarang telah menjadi ayah tiriku pula.
Kini suami isteri itu benar-benar melonjak saking kaget dan herannya
Mereka menatap wajah Thian Ki dan pandang mata mereka tajam menembus penuh selidik
Bagaimana mungkin ini?
teriak Si Han Beng penasaran
Kakak iparku Sim Lan Ci setelah ditinggal mati kakakku Coa Siang Lee malah menikah dengan bekas pangeran yang te lah membasmi He k-houw-pang dan menyebabkan kematian suaminya
Tidak mungkin! Aku mengenalnya sebagai seorang yang mencinta suaminya dan.....
Tiba-tiba dia terdiam ketika berte mu pandang mata dengan isterinya
Dalam pandang mata itu, is terinya seperti mengingatkan dia
Memang benar, betapapun juga, Sim Lan Ci adalah pute ri mendiang Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu yang pernah menjadi iblis betina yang amat kejam dan jahat! Biarpun nampak baik, akan tetapi siapa tahu ia menuruni watak ibunya
Thian Ki menghela napas panjang dan melihat pandang mata Si Han Beng kepadanya, diapun berkata,
Aki tidak menyalahkan paman dan bibi kalau menjadi heran dan menyalahkan ibu
Akan tetapi, sungguhnya ibu tidaklah seperti yang dikira orang
Ia tetap seorang ibu yang baik dan ia amat mencinta mendiang ayah
Dan kalau ia kini menjadi isteri ayah tiriku Cian Bu Ong, hal itupun tidak mengherankan
Ayah tiriku itupun seorang gagah perkasa yang amat baik, sama sekali bukan orang jahat, dan agaknya ia memang patut mendapat kekaguman dan kesayangan ibuku.
Lalu Thian Ki menceritakan te ntang diri Cian Bu Ong
Dia seorang pahlawan sejati, te ntu saja pahlawan Kerajaan Sui yang dirobohkan Kerajaan Tang
Dia te ntu saja menganggap Kerajaan Tang sebagai pemberontak dan sebagai seorang pahlawan Sui, dia berusaha sekuat tenaga untuk merebut kembali tahta Kerajaan Sui yang te lah jatuh
Namun dia gagal
Peristiwa di Hek-houwpang itu terjadi bukan karena dia mempunyai permusuhan pribadi dengan He k-houw-pang melainkan melihat Hek-houw-pang memihak Kerajaan baru dan membantu kerajaan baru untuk menangkap dia yang dianggap pemberontak oleh Kerajaan Tang, maka te rjadilah penyerbuan itu
Saya kira paman dan bibi yang bijaksana akan dapat mempertimbangkan dengan adil te ntang kesediaan ibuku menjadi isteri bekas Pangeran Cian Bu Ong.
Si Han Beng saling pandang dengan Bu Giok Cu dan pendekar ini mengangguk-angguk
Yaaah, begitulah perang! Perang merupakan peristiwa keji yang menimbulkan banyak hal yang keji pula
Kalau ada dua pihak berperang, maka te rjadilah pandangan-pandangan yang saling berte ntangan
Apa yang dianggap baik oleh satu pihak, tentu dianggap buruk oleh pihak lain, te rgantung dari penilaian, pihak mana yang diuntungkan dan pihak mana yang dirugikan
Kiranya yang menghancurkan Hek-houw-pang adalah perang
Ini nasib namanya dan kalau kita ingin mencari biang keladinya dan menyalahkannya, maka yang bersalah adalah perang
Sek arang aku mengerti dan tidak heran lagi mengapa ibumu menjadi isteri bekas pangeran itu, Thian Ki.
Perang memang kotor dan keji, Thian Ki,
kata Bu Giok Cu,
dan tidak mungkin kita bicara te ntang dendam kalau ada yang jatuh te was sebagai korban perang
Perang melibatkan sebuah kerajaan, melibatkan rakyat
Tidak mungkin kita mendendam kepada sebuah kerajaan berikut semua rakyatnya, dan kalau te rjadi bunuh membunuh, maka semua itu dilakukan karena dorongan perang, bukan karena dendam pribadi.
Maaf, paman dan bibi
Bukankah The Siong Ki itu murid paman dan bibi?
Benar, te ntu kalian telah mengenalnya karena orang tuanya juga menjadi korban ketika Hekhouw-pang diserbu,
jawab Si Han Beng
Apakah dia tidak berada di sini?
tanya pula Cin Cin dan wajahnya mulai menjadi merah, matanya bersinar marah
Melihat ini, Bu Giok Cu segera bertanya
Engkau mencari dia
Kenapakah
Dia belum kembali.
Aku mencarinya untuk menantangnya! Dia telah berbuat jahat, menyerang dan melukai ibuku dan ayah tiriku!
Kembali suami isteri pendekar itu te rkejut Kedatangan dua orang muda ini merupakan kejutan yang membawa banyak kejutan pula
Ehh! Apa yang te lah dia perbuat
' tanya Si Han Beng
Kenapa dia menyerang ibumu dan ayah tirimu?
Dia menuduh ayah tiriku yang membunuh ayahnya dalam penyerbuan di Hek-houw-pang dan dia menghina karena ibu menjadi isteri Lie Koan Tek, dan kalau aku tidak muncul, mungkin ibuku dan ayah tiriku celaka di tangannya
Aku datang dan melawannya, akan tetapi dia melarikan diri!
Ah, lancang sekali anak itu!
kata Bu Giok Cu mengerutkan alis nya,
Hemmm, kalau dia pulang, aku akan menegurnya dengan keras dan akan menyuruh dia minta maaf kepada ibumu dan ayah tirimu, Cin Cin,
kata Si Han Beng, diam-diam merasa heran mengapa muridnya bertindak selancang itu, padahal dia sudah memesan agar muridnya itu tidak mendendam kepada siapapun
Pada saat itu, tiba-tiba nampak bayangan berkelebat dan seorang wanita cantik muncul di luar je ndela ruangan itu, pakaiannya dari sutera serba putih sehingga ia nampak cantik dan an ggun seperti seorang dewi
Namun sepasang matanya mencorong dingin dan menyeramkan ketika ia memandang ke arah Cin Cin
Subo.......!
Gadis itu berseru kaget bukan main ketika melihat gurunya tiba-tiba berdiri di luar je ndela ruangan itu
Keluarlah, aku mau bicara!
kata wanita itu dan sekali berkele bat ia sudah lenyap dari luar je ndela itu
Maaf, aku mau menemui subo dulu!
kata Cin Cin dan iapun melangkah keluar meninggalkan ruangan itu
Thian Ki juga bangkit dan mengikutinya keluar karena kebetulan sekali, diapun ingin menemui guru Cin Cin untuk membujuknya agar tidak melibatkan Cin Cin dalam urusan pribadinya dengan Cian Bu Ong
Suami isteri itu mengerutkan alis, saling pandang, lalu keduanya bangkit dan perlahan-lahan mereka melangkah keluar
Di pekarangan luar yang luas, Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan berdiri tegak dan Cin Cin berlutut di depannya
Wanita cantik itu kelihatan mengerutkan alisnya dan pandangannya menyapu keadaan muridnya, berhenti sebentar pada tangan kiri yang buntung
Ia sama sekali tidak perduli ketika melihat seorang pemuda keluar dari pintu rumah itu, kemudian sepasang suami isteri berpakaian petani keluar pula, seolah mereka bertiga itu hanya bayangan baginya, tiga orang yang tidak masuk hitungan.!
Cin Cin, bagaimana dengan tugas-tugas yang kuberikan kepadamu
Sudahkah engkau melaksanakannya?
terdengar ia berkata, s uaranya dingin
Diam-diam Thian Ki memakinya dalam hati
Sungguh wanita iblis, melihat keadaan muridnya yang kehilangan tangan kiri, tidak menanyakan te ntang tangan itu akan tetapi yang ditanyakan adalah pelaksanaan tugas!
Teecu sudah berhasil membunuh Can Hong San dengan pedang ini, subo......
Berikan pedang itu kepadaku!
Cin Cin mele paskan tali pedangnya dan menyerahkan pedang berikut sarungnya kepada gurunya
Tung-hai Mo-li mencabut Koai-liong-kiam dan nampak sinar kehijauan
Ia memeriksa pedang dan melihat adanya bekas darah, maka ia mengangguk-angguk sambil te rsenyum dan memandang langit
Suheng, tenanglah engkau di sana, anakmu yang durjana dan murtad itu telah mampus!
katanya dan iapun menyimpan kembali pedangnya, lalu mengikatkan di punggung
Dan bagaimana dengan Cian Bu Ong
Sudahkah engkau membunuhnya?
Cin Cin menundukkan mukanya
Teecu menemukannya dan menantangnya, akan tetapi teecu telah gagal, subo.
Gagal
Engkau te lah gagal dan berani melapor kepadaku
Sudah kukatakan bahwa sebelum engkau berhasil melaksanakan tugas-tugas itu, engkau tidak boleh berte mu dan melaporkan kepadaku.
Maaf, subo
Teecu.....akan mencarinya dan mencoba lagi, dengan taruhan nyawa teecu.....
Hemm, kau kehilangan tangan kirimu dalam usaha membunuhnya itu?
Benar, s ubo.
Huh! Kau tidak ada gunanya! Pergilah dan cari dia, bunuh dia, kalau perlu dengan taruhan tanganmu yang kanan atau nyawamu!
Nanti dulu........!
Bu Giok Cu tidak tahan lagi mendengar dan ia sudah menghampiri Tung-hai Mo-li
Sikapmu ini sungguh keterlaluan!
Tung-hai Mo-li menole h dan memandang kepada Bu Giok Cu dengan alis berkerut
Huh, engkau perempuan tani tidak usah mencampuri urusan pribadi antara aku dan muri dku, atau kubuntungi le hermu.
Selama ini Bu Giok Cu hidup tente ram dan ia telah memupuk kesabaran, akan tetapi sikap dan ucapan Tung-hai Mo-li itu seperti api yang amat panas membakarnya
Mukanya menjadi kemerahan dan matanya mengeluarkan sinar berapi
Aku tidak mencampuri urusan siapa-siapa
Akan tetapi Kam Cin ini adalah tamu kami, bahkan masih ada hubungan keluarga dengan kami
Engkau tidak pantas menekannya seperti itu
Kalau benar engkau ini gurunya, kenapa sikapmu seperti iblis betina terhadap musuhnya, bukan seperti guru te rhadap murid
Ia te lah kehilangan tangan kirinya karena hendak melaksanakan perintahmu, dan engkau bukan bersukur, bahkan menekan dan menghinanya
Engkau ini bukan manusia.
Perempuan dusun busuk! Mampuslah!
Tangan Tung-hai Mo-li bergerak menyambar
Tamparan itu dahsyat sekali, dapat menghancurkan batu karang, apalagi rahang seorang wanita dusun, tentu akan hancur lebur terkena tamparan itu
Wuuuuttt!
Tung-hai Mo-li te rte gun karena tamparan itu luput! Kemarahannya memuncak dan kini tubuhnya berkelebat
N ampak bayangan putih dan ia sudah menyerang dengan pukulan-pukulan maut secara bertubi-tubi
Akan tetapi, ia kecele kalau mengira akan mampu merobohkan perempuan dusun itu dengan mudah! Tubuh Bu Giok Cu berubah menjadi bayangan hitam karena pakaiannya serba hitam dan semua pukulan Tunghai Mo-li luput! Ketika wanita iblis itu mengerahkan seluruh tenaga ke dalam kedua tangannya dan mengirim pukulan beruntun dengan dorongan telapak tangan, Bu Giok Cu menyambut dengan gerakan serupa
Plak! Plakk!
Dua pasang tangan berte mu dan akibatnya, kedua orang wanita itu terdorong ke belakang sampai tiga langkah! Tung-hai Mo-li te rbelalak memandang perempuan dusun itu dan Bu Giok Cu juga memandang sambil te rsenyum mengejek
Ia telah membuktikan bahwa wanita galak itu tidak mampu mengalahkannya, jangankan membunuhnya! Berubah pandangan Tung-hai Mo-li terhadap perempuan dusun itu
Siapa engkau...........?
bentaknya marah
Jangan mati tanpa nama!
Ia menghunus pedang yang tadi diterimanya dari Cin Cin dan nampak sinar hijau
Mo-li, tenanglah dan harap sabar
Kami tidak ingin bermusuhan denganmu atau siapapun juga.
kata Si Han Beng sambil melangkah maju melerai
Mendengar laki-laki dusun itu menyebutnya Moli, Tung-hai Mo-li menghadapinya dan memandang tajam
Engkau mengenalku?
Si Han Beng tersenyum
Tadinya memang tidak, akan tetapi setelah engkau tadi mencabut pedang dan menyerang isteriku, aku dapat menduga bahwa engkau te ntulah Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan, datuk dari pantai timur, bukan?
Tung-hai Mo-li makin kaget
Laki-laki dusun ini mengenalnya, mengenal pedangnya dan mengenal imu silatnya!
Siapakah engkau?
Tung-hai Mo-li, kami suami isteri hanyalah orang-orang dusun seperti katamu tadi, bukan tokoh terkenal seperti engkau
Namaku Si Han Beng dan ini adalah is teriku dan seperti yang dikatakan tadi, nona Kam Cin adalah tamu kami dan te ntu saja kami melarang siapapun mengganggu te rmasuk engkau sebagai gurunya yang tidak adil.
Kau......kau......Huang-ho Sing-liong!
Tung-hai Mo-li berseru kaget
Si Han Beng te rsenyum
Hanya orang-orang bodoh saja yang memberi julukan semuluk itu
Aku hanya petani dusun biasa.
Tentu saja Tung-hai Mo-li merasa malu bukan main
Ia tadi telah menganggap suami isteri pendekar besar ini sebagai petani dusun! Akan tetapi ia seorang datuk besar, maka tentu saja ia merasa malu kalau harus mengakui kesombongannya
Ia melintangkan pedangnya di depan dada
Huang-ho Sin-liong! Engkau sendiri seorang tokoh dunia persilatan, tentu engkau dan isterimu tahu akan peraturan dan kesopanan dunia kang-ouw, yaitu bahwa seseorang tidak dibenarkan mencampuri urusan antara guru dan muridnya, karena hal itu merupakan urusan pribadi!
Nanti dulu, Mo-li!
Bu Giok Cu berseru, tak kalah pedasnya
Engkau seperti kata peribahasa dapat melihat kuman di rambut orang lain, akan tetapi tidak dapat melihat kutu busuk di kepala sendiri! Engkau tadi memasuki pekarangan orang, mengintai dari jendela ruangan orang tanpa permisi
Apakah itu juga sikap yang dibenarkan antara orang gagah
Dan ketahuilah bahwa kami memiliki hubungan dekat dengan keluarga He khouw-pang, maka Cin Cin, puteri ketua Hek-houwpang ini dapat kami anggap sebagai keponakan sendiri
Tentu kami tidak mau sembarangan orang menghinanya!
Tung-hai Mo-li merasa kalah bicara dengan nyonya cantik yang lincah itu, maka untuk menutupi kekalahannya, ia menantang,
Kalau begitu, mari kita selesaikan dengan pedang! Kita lihat siapa yang salah pasti kalah!
Engkau menantangku!
Bu Giok Cu tersenyum mengejek
Jangan mengira bahwa aku perempuan dusun takut kepada pedangmu dan julukanmu itu, julukan kosong melompong dan pedang itu hanya untuk menakut-nakuti ular di sawah saja! Majulah!
Akan te tapi, Si Han Beng segera melangkah maju menengahi,
Isteriku, mundurlah
Kalau dua ekor singa betina berkelahi, pasti ada salah satu yang akan te was, dan aku tidak ingin melihat engkau melakukan pembunuhan! Biarlah aku yang menyambut tantangannya.
Bu Giok Cu te rtawa
Hi-hik, engkau tahu saja bahwa aku yang akan keluar sebagai pemenang dan ia yang akan te was
Akan tetapi, kalau kau yang maju, te ntu ia tidak akan berani
Aku mendengar bahwa yang julukannya Tung-hai Mo-li orangnya penakut dan pengecut!
Hampir Thian Ki tak dapat menahan tawanya
Nyonya rumah ini sungguh hebat
Lidahnya lebih tajam daripada pedang pusaka dan dengan ucapannya itu, te ntu saja ia telah menyudutkan Tung-hai Mo-li
Dan memang benar
Tung-hai Mo-li menjadi pucat saking marahnya
Huang-ho Sin-liong, siapa takut padamu
Biar kubunuh dulu engkau, baru is te rimu yang bermulut busuk itu!
Setelah berkata demikian wanita ini menggerakkan pedangnya
Ge rakan itu amat cepatnya, pedang diputar menjadi sinar hijau yang bergulung-gulung dan sinar ini menyambar ke arah Si Han Beng! Pendekar ini mengenal serangan yang amat ganas dan dahsyat, maka diapun menggerakkan tubuhnya dan memainkan Hui-tiauw Sin-kun (Silat Sakti Rajawali Terbang)
Akan tetapi, kalau dibandingkan dengan ilmu silat itu ketika dimainkan mendiang Rajawali Sakti Liu Bhok Ki, gurunya yang pertama, jauh berbeda
Si Han Beng telah memiliki te naga sin-kang yang amat kuat sehingga dia jauh lebih cepat dan kuat dalam ilmu itu dibandingkan gurunya dahulu
Tubuhnya bagaikan seekor burung rajawali, mencelat ke udara dan semua serangan pedang bersinar hijau itu tidak mengenai sasaran, bahkan kini tubuhnya dari atas meluncur ke bawah dengan gerakan yang aneh dan cepat
Tung-hai Mo-li yang selama ini memandang rendah semua lawannya, terkejut bukan main dan cepat ia menggerakkan pedang menyambut bayangan yang meluncur dari atas itu
Akan tetapi, sambaran angin dari atas membuat ia te rhuyung dan te rpaksa ia mele mpar tubuhnya ke atas tanah dan bergulingan
Ketika ia meloncat bangun, ia mengebut-ngebutkan pakaiannya yang menjadi kotor
Ia luput dari sambaran Si Naga Sungai Kuning, akan tetapi pakaiannya menjadi kotor dan ia tahu bahwa menghadapi suami isteri yang amat lihai itu, ia dapat membahayakan dirinya sendiri
Ia melihat pendekar itu sudah berdiri lagi dengan sikap amat tenang, terlalu tenang sehingga ia tahu bahwa orang ini memang benar-benar berbahaya sekali
Mo-li, kenapa berhenti?
Bu Giok Cu mengeje k
Belum lecet kulitmu, belum terluka dagingnya, dan engkau sudah menghentikan pertandingan!
Tung-hai Mo-li bole h jadi angkuh, akan tetapi ia bukan seorang tolol
Ia tahu bahwa kalau ia melayani, ia akan celaka di tangan suami isteri yang kelihatan seperti sepasang petani dusun itu
Aku datang untuk berurusan dengan muridku, bukan dengan kalian!
katanya ketus
Lain kali kalau aku ada urusan dengan kalian, aku akan sengaja mendatangi kalian
Nah, Cin Cin, engkau sudah gagal melaksanakan tugas
Engkau sudah kehilangan tangan kiri, dibuntungi jahanam Cian Bu Ong
Apakah engkau akan tinggal diam saja
De ndam kita kepada Cian Bu Ong kini menjadi semakin mendalam dengan buntungnya tanganmu
Mari ikut aku pergi menemuinya dan membunuhnya!
Nanti dulu, lo-cianpwe
Yang membuntungi tangan kiri adik Kam Cin bukan Cian Bu Ong, melainkan aku!
Si Han Beng dan Bu Giok Cu sendiri te rkejut bukan main mendengar pengakuan itu, dan mereka berdua hanya menonton dengan heran
Tung-hai Mo-li yang mendengar pengakuan itu, menjadi merah mukanya, dan semua kemarahan kini ditujukan kepada pemuda itu
Siapa engkau?
bentaknya marah
Namaku Coa Thian Ki, masih saudara misan adik Kam Cin.
Kenapa engkau membuntungi tangan muridku?
Maaf, lo-cianpwe, hal itu kulakukan untuk menyelamatkan nyawanya karena tangannya te lah keracunan hebat.
Tung-hai Mo-li menoleh kepada muridnya dan menyerahkan pedang telanjang di tangannya kepada Cin Cin
Cin Cin, cepat kau balas perbuatannya, kau buntungi kedua tangannya! Dia harus membayar hutang berikut bunganya
Ce pat!
Akan tetapi Cin Cin tidak mau mene rima pedang Koai-liong-kiam itu dan ia berkata,
Subo apa yang dikatakannya benar
Thian Ki membuntungi tangan kiri teecu untuk menyelamatkan teecu
Kalau dia tidak melakukan itu, sekarang teecu te ntu s udah mati.
Huh, apapun alas annya, dia te lah membuntungi tanganmu
Katakan, kenapa tanganmu sampai terkena racun?
Cin Cin te rpaksa berte rus terang
Ketika teecu menyerang Cian Bu Ong untuk membunuhnya seperti yang subo kehendaki, Thian Ki mencegahku, sehingga aku berbalik menyerangnya
Aku mencengkeram pundaknya dan keracunan he bat.
Keparat, engkau bukan saja membuntungi tangan muridku, bahkan engkau membela jahanam Cian Bu Ong, ya?
bentak Tung-hai Mo-li sambil menghadapi Thian Ki dengan marah sekali
Tentu saja, lo-cianpwe karena Cian Bu Ong adalah ayahku, juga guruku
Kuharap lo-cianpwe dapat bersikap adil
Kalau lo-cianpwe mendendam kepada bekas pangeran itu, bukankah hal itu merupakan urusan pribadi
Urusan percintaan antara lo-cianpwe dan Pangeran Cian Bu Ong merupakan urusan yang sangat pribadi dan rahasia, dan kalau lo-cianpwe hendak membalas dendam, sudah sepatutnya kalau lo-cianpwe melakukannya sendiri
Kenapa lo-cianpwe menyuruh Cin Cin membunuhnya
Cin Cin bukan lawannya, tidak akan berhasil
Apakah lo-cianpwe sengaja membiarkan Cin Cin tewas di tangan musuh yang le bih tangguh
Atau .......barangkali lo-cianpwe sendiri takut menghadapi ayahku
Harap lo-cianpwe tidak melibatkan Cin Cin dalam urusan pribadi itu, agar lo-cianpwe tidak menjadi bahan te rtawaan dunia kangouw!
Wajah wanita itu menjadi pucat saking marahnya
Kau.....kau......kau anak dan murid Cian Bu Ong
Dan engkau membuntungi tangan muridku
Bagus! Aku pasti akan membunuh Cian Bu Ong, akan te tapi aku akan le bih dulu membunuh muridnya!
Thian Ki te rsenyum
Hemm, sekarang aku mengerti kenapa ayahku dahulu tidak mau menikah dengan lo-cianpwe, walaupun lo-cianpwe seorang wanita yang cantik dan lihai
Watak locianpwe itulah!
Jahanam busuk, anak setan! Aku tantang engkau, hayo cabut pedangmu dan kuantar engkau ke neraka!
Lo-cianpwe menantangku
Aku tidak akan mundur atau lari,
kata Thian Ki sambil meraba pedangnya
Cin Cin, maafkan aku kalau aku melawan gurumu.
Nanti dulu!
Bu Giok Cu berseru
Ia khawatir sekali melihat Thian Ki hendak menyambut tantangan datuk wanita itu
Ia tahu bahwa tingkat kepandaian Tung-hai Mo-li tidak jauh selisihnya dengan tingkatnya sendiri
Bagaimana mungkin Thian Ki sanggup menandinginya
Pemuda itu sama saja dengan membunuh diri
Tung-hai Mo-li, tidak malukah engkau
Lawanmu adalah aku atau suamiku, bukan seorang bocah! Hayo kau tantang aku atau suamiku, bukan menantang seorang yang pantasnya menjadi anakmu atau muridmu!
Hem, kiranya pendekar besar Huang-ho Sinliong dan isterinya hanyalah dua orang dusun yang usil, yang suka mencampuri urusan orang lain secara tidak tahu malu! Aku menantang murid Cian Bu Ong, musuh besarku, aku hendak membunuhnya karena dia pute ra dan murid Cian Bu Ong, dan dia sudah membuntung tangan muridku
Apakah kalian begitu tidak tahu malu untuk mencampuri urusanku ini?
Si Han Beng melangkah maju
lsteriku, mundurlah
Dia lalu memandang wajah Tung-hai Mo-li, dengan sinar mata mencorong yang demikian tajam sehingga datuk wanita itu sendiri menjadi gentar
Mata pendekar itu seperti sepasang mata seekor naga sakti, berapi!
Tung-hai Mo-li, engkau berhak menantang siapapun juga di dunia ini dan kalau yang kau tantang sudah menyambut untuk bertanding denganmu, kami te ntu saja tidak akan mencampuri
Akan te tapi kalau yang kau tantang menolak lalu engkau memaksa dan hendak membunuhnya, demi Tuhan, aku Si Han Beng yang akan mencegahmu, mengerti
Thian Ki, sebaiknya jangan kau sambut tantangannya
Ia bukan lawanmu.
Paman dan bibi, harap tidak khawatir
Aku akan menyambut tantangannya, demi ayah dan guruku, juga demi Cin Cin karena ia sejak kecil diperalat oleh wanita iblis ini, dibesarkan dan dilatih ilmu silat hanya untuk disuruh membunuh bekas kekasihnya, karena ia sendiri tidak berani maju
Juga demi paman dan bibi yang dipandang rendah dan demi aku sendiri yang ditantangnya
Akan percuma saja kalau selama ini belajar ilmu, kini ditantang oleh seorang wanita jahat aku tidak berani menandinginya
Tung-hai Mo-li, aku sudah siap, majulah!
berkata demikian, Thian Ki mencabut pedangnya, pedang yang berwarna hitam
Nampak sinar hitam yang mengerikan ketika pedang itu dicabut, dan suami is teri pendekar itu mengenal Cui-mo Hek-kiam (Pedang Hitam Pengejar Iblis] yang dahulu merupakan pedang milik Sim Lan Ci, ibu pemuda itu
Sebatang pedang yang ampuh dan mengandung racun hebat karena pedang itu telah ditangani oleh mendiang Ban-tok Mo-li, nenek dari Thian Ki! Diam-diam Tung-hai Mo-li juga terkejut melihat pedang hitam di tangan pemuda itu
Akan tetapi, sesuai dengan wataknya, tentu saja ia memandang rendah kepada seorang pemuda
Betapapun lihainya, kalau hanya seorang pemuda seperti itu, biar maju sepuluh orangpun ia tidak akan gentar!
Bocah setan, sambut ini dan mampuslah!
bentaknya dan wanita itu s udah menerjang dengan dahsyatnya
Sinar pedang kehijauan bergulunggulung menyambar ke arah Thian Ki
Pemuda ini dengan tenang menggerakkan pedangnya dan nampak gulungan sinar hitam yang mengeluarkan suara mengaung-ngaung, dan ketika kedua pedang berte mu di udara, te rdengar suara nyaring dan nampak bunga api berpijar
Tung-hai Mo-li merasa telapak tangan yang memegang pedang te rgetar hebat dan iapun te rkejut, tidak berani memandang rendah lagi dan ia mengerahkan seluruh te naganya, mengeluarkan jurus-jurus terampuh untuk mendesak
Namun, Thian Ki mampu mengimbanginya dengan baik
Pemuda ini sudah menguasai semua ilmu yang diajarkan Cian Bu Ong kepadanya, sehingga melawan dia tidak ada bedanya dengan melawan bekas pangeran itu sendiri
Bahkan pemuda ini le bih hebat lagi karena tubuhnya beracun! Si Han Beng dan Bu Giok Cu yang menonton pertandingan itu, diam-diam merasa kagum bukan main
Tak pernah mereka dapat membayangkan betapa anak yang dahulu oleh orang tuanya sengaja dijauhkan dari ilmu silat, kini telah menjadi seorang pemuda yang memiliki ilmu kepandaian tinggi.! Jelas pemuda itu tidak akan kalah menandingi Tung-hai Mo-li, bahkan perlahan-lahan, setelah lewat tigapuluh jurus yang penuh dengan penyerangan silih berganti dengan serunya, Thian Ki mulai dapat mendesak lawannya
Gulungan sinar hijau pedang Koai-liongkiam mulai menyempit, sedangkan gulungan sinar hitam pedang Cui-mo He k-kiam menjadi semakin melebar
Tung-hai Mo-li menjadi panik juga
Seujung rambutpun ia tidak pernah mengira bahwa ia menemukan lawan yang amat tangguh dalam diri pemuda itu! Demikian tangguhnya sehingga kini ia malah terdesak hebat
Ternyata, baik dalam hal kecepatan dan keringanan tubuh, maupun dalam te naga, pemuda itu lebih unggul darinya
Ia semakin penasaran melihat Cin Cin diam saja, tidak berusaha untuk membantunya
Akan tetapi, hal itupun akan sia-sia karena di sana te rdapat suami isteri pendekar yang tentu tidak akan tinggal diam kalau Cin Cin bergerak membantunya
Karena penasaran, tiba-tiba ia mengeluarkan le ngkingan panjang, tubuhnya membuat gerakan memutar dan pedangnya menyambar dari samping dengan pengerahan seluruh tenaganya
Itulah jurus Loai-liong-tiauw-wi (Naga Siluman Menyabetkan Ekornya) dari Koai-liong-kiam-sut dan jurus ini menang berbahaya sekali
Putaran tubuh itu menambah dahsyatnya te naga dari tangan yang menggerakkan pedang
Melihat ini, Thian Ki menyambut dengan tangkis an pedangnya, bukan menangkis langsung dari depan, melainkan le bih condong menghantam dari atas ke bawah sambil mengerahkan tenaga sin-kangnya
Trakk......!
Pedang Koai-liong-kiam yang menjadi pedang pusaka andalan Tung-hai Mo-li itu patah menjadi dua potong! Tentu saja wanita ini te rkejut bukan main, mukanya pucat memandang kepada pedang sepotong yang masih berada di tangannya
Pedang itu tinggal sepertiga lagi, yang duapertiga sudah jatuh dan menancap ke atas tanah
Setan.....!
Ia memaki dan ia membuang sisa pedang itu ke atas tanah pula
Thian Ki juga menyarungkan pedangnya
Dia merasa menyesal telah merusak pedang lawan
Tung-hai Mo-li, maafkan aku telah mematahkan pedangmu,
katanya dengan suara yang jujur, bukan untuk mengejek
Huh!
Tung-hai Mo-li membuang muka dan menoleh kepada muridnya yang masih berdiri di pinggir
Cin Cin, hayo ikut denganku
Kita pergi!
Cin Cin memandang kepada Thian Ki, meragu dan merasa serba salah
Subo....
Ia berkata lirih, bimbang
Cin Cin, ingat! Kalau tidak ada subomu ini, apa akan jadinya dengan dirimu belasan tahun yang lalu
Aku menyelamatkanmu, merawatmu, mendidikmu! Aku gurumu, pengganti orang tuamu, dan sekarang aku perintahkan engkau untuk ikut denganku!
Cin Cin kembali menoleh kepada Thian Ki, akan tetapi kakinya sudah melangkah ke arah subonya
Cin Cin, ingat, gurumu amat jahat, hanya ingin mempergunakanmu demi kepentingannya sendiri, tanpa memperdulikan keselamatanmu!
kata Thian Ki garang
Ia tidak perduli engkau akan mati atau hidup
Ia seorang yang amat keji, dahulu merawat dan mendidikmu hanya dengan tujuan keuntungan dirinya sendiri
Cin Cin, engkau sudah menemukan kembali ibumu, tinggalkan iblis betina itu dan kembali kepada ibumu!
Coa Thian Ki, engkau tidak berhak mencampuri urusan kami!
Tung-hai Mo-li membentak marah, akan tetapi tidak berani bersikap galak lagi
Aku le bih berhak atas dirinya daripada engkau, Tung-hai Mo-li
Engkau tidak menyayangnya, melainkan hanya mempergunakannya
Akan te tapi di sini terdapat ibunya yang menyayangnya, ayah tirinya yang juga mengasihinya, dan di sini ada aku, saudara misannya, akan tetapi juga laki-laki yang mencintanya
Aku tidak akan membiarkan engkau membawanya pergi, kalau perlu akan kupertahankan dengan nyawaku!
Wajah Cin Cin berubah pucat, matanya te rbelalak, lalu wajah itu menjadi merah sekali
Thian Ki telah mengaku mencintanya di depan subonya, di depan Huang-ho Sin-liong dan isterinya secara terbuka!
Cin Cin! Hayo ikut bersamaku!
bentak Tunghai Mo-li, wajahnya merah sekali seperti udang direbus saking marahnya
Jangan pergi, Cin Cin
Aku yang bertanggung jawab!
kata Thian Ki
Subo......, teecu akan pergi.....bersama Thian Ki......
kata Cin Cin, suaranya lirih dan mukanya kemerahan
Tung-hai Mo-li melangkah maju menghampiri muridnya, akan te tapi bayangan Thian Ki berkelebat dan dia sudah menghadang di depan gadis itu
Tung-hai Mo-li, mulai sekarang, akulah yang akan melindungi Cin Cin dari te kanan siapapun juga!
katanya gagah
Kau.......kau .....!
Tiba-tiba Tung-hai Mo-li menggerakkan tangannya menyerang, mencengkeram dengan tangan kiri ke arah muka Thian Ki dan tangan kanannya menghantam dada
Namun, dengan tangkasnya Thian Ki melompat ke samping sambil menangkis sehingga serangan kedua tangan itu gagal
Subo, jangan........!!
Cin Cin berteriak
Sebetulnya teriakan itu keluar dari hatinya yang mengkhawatirkan subonya yang berani menyerang dengan tangan kosong
Thian Ki adalah seorang Tok-tong (anak beracun) dan tubuhnya penuh hawa beracun
Ia sendiri kehilangan tangan kirinya karena berani mencengkeram pundak Thian Ki
Tung-hai Mo-li menyerang lagi, kedua tangannya mencengkeram dengan gerakan cepat sekali
Ilmu Liong-jiau-kun (silat cakar naga) memang merupakan ilmu sillat tangan kosong yang khas dari iblis betina itu, disamping ilmu pedang Koailiong-kiam
Ketika menyerang dan mencengkeram pundak Thian Ki, Cin Cin juga menggunakan ilmu cengkeraman ini
Ilmu cengkeram dari Tung-hai Mo-li memang hebat, gerakannya aneh dan cepatnya luar biasa, membuat lawan tidak sempat lagi untuk mengikuti perkembangan gerakan itu tanpa membalas
Kalau Thian Ki masih tidak mau membunuh atau merobohkan Tung-hai Mo-li, hal itu karena dia menjaga perasaan Cin Cin, yang dia tahu merasa berhutang budi kepada gurunya itu
Tadi, ketika bertanding pedang, diapun hanya mematahkan pedang lawan tanpa melukainya
Kini, melihat serangan yang bertubi-tubi, diapun hanya mengelak dan menangkis, dan inilah kesalahannya
Dia tidak tahu betapa hebatnya ilmu cengkeraman Liong-jiau-kun itu, maka tibatiba saja lengannya, di bawah siku, te lah kena dicengkeram tangan kanan Tung-hai Mo-li
Brett........!
Lengan baju kiri Thian Ki robek dan kuku tangan wanita itu sudah mencengkeram le ngan Thian Ki
Akan tetapi, bukan Thian Ki yang berte riak, melainkan wanita itu sendiri
I a menjerit dan te rjengkang, lalu melompat bangun memegang tangan kanannya yang te lah berubah menghitam pada ke lima jari tangannya!
Kau......kau......beracun .
..
Subo, dia memang seorang tok-tong! Subo, cepat buntungi tangan subo, racun itu akan menjalar naik!
teriak Cin Cin
Akan tetapi Tunghai Mo-li melotot kepadanya, lalu mendengus dan sekali berkelebat iapun sudah meninggalkan te mpat itu
Subo......!!
Cin Cin berte riak memanggil dan suaranya mengandung is ak karena duka dan penyesalan
Thian Ki menghampirinya
Cin Cin, maafkan aku
Aku tidak bermaksud....
Bukan salahmu, Thian Ki
Subo menjadi korban karena kesalahannya sendiri, seperti juga aku.
Si Han Beng dan Bu Giok Cu juga te rkejut bukan main melihat betapa tangan Tung-hai Mo-li menjadi keracunan hebat begitu mencengkeram le ngan Thian Ki
Apalagi mendengar te riakan Cin Cin bahwa Thian Ki seorang tok-tong!
Thian Ki! Benarkah engkau seorang tok-tong dan tubuhmu mengandung racun?
tanya Si Han Beng dengan alis berkerut
Mendengar pertanyaan itu tiba-tiba Thian Ki menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Si Han Beng
Me mang benar, paman, dan karena itulah maka aku datang menghadap paman dan bibi.
Tapi, bagaimana mungkin itu
Ayah ibumu dahulu bahkan menjauhkan dirimu dari ilmu silat!
kata pula pendekar Naga Sakti Sungai Kuning itu
Mari kita bicara di dalam agar Thian Ki dapat menceritakan te ntang dirinya
Engkau juga masuklah, Cin Cin
Kami sungguh gembira sekali melihat engkau tidak mengikut gurumu.
Bibi saya......saya seorang murid murtad......
kata gadis itu dengan sedih dan menundukkan mukanya
Sama sekali tidak, Cin Cin!
kata Si Han Beng dan suaranya te gas
Justru karena engkau menyadari keadaan gurumu yang jahat dan engkau tidak mau mengikuti je jaknya, merupakan suatu kebijaksanaan darimu
Jangankan seorang guru, biar orang tua sendiri sekalipun, kalau melakukan kejahatan, tidak pantas untuk dijadikan contoh
Gurumu itu s eorang datuk sesat, tentu saja semua tindakannya hanya didasari kepentingan diri pribadi, dan kalau engkau secara membuta mentaatinya, berarti engkau bodoh dan ikut te rseret ke dalam kesesatan
Sungguh tidak sesuai dengan watak ayah dan ibu kandungmu yang menjadi pendekar!t
Terima kasih, paman,
kata Cin Cin, agak le ga mendengar ucapan itu
Sebetulnya, kalau ia berte rus terang, yang membuat ia nekat membelakangi gurunya adalah Thian Ki! Begitu mendengar pengakuan cinta dari Thian Ki tadi, ia sudah mengambil keputusan untuk menentang siapa saja agar dapat hidup bersama Thian Ki untuk selamanya! Mereka memasuki rumah kembali, ke dalam ruangan yang tadi
Jadi kalau begitu, buntungnya tangan kiri Cin Cin juga karena tubuhmu yang beracun?
tanya Bu Giok Cu
Benar, bibi,
kata Cin Cin, mendahului Thian Ki karena ia tidak ingin pemuda itu dipersalahkan
Akan te tapi dia tidak bersalah, aku sendiri yang bersalah, bibi
Ketika memenuhi perintah subo aku menyerang Pangeran Cian Bu Ong
Thian Ki membela pangeran itu dan aku menjadi marah
Kami bertanding dan aku te rdesak, lalu aku mempergunakan cengkeraman tangan kiriku melukai pundaknya, dan akibatnya tanganku keracunan
Melihat tanganku menghitam, Thian Ki cepat menggunakan pedang membuntungi tangan kiriku, untuk menyelamatkan nyawaku.
Perbuatan itu membuat aku merasa menyesal untuk selamanya, paman dan bibi
Sebetulnya, Pangeran Cian Bu Ong tidak kalah melawan Cin Cin, tetapi dia mengalah dan aku tidak ingin melihat Cin Cin membunuh suhu yang tidak bersalah dan yang mengalah
Ketika mudanya, memang suhu dan Bhok Sui Lan itu saling mencinta
Akan tetapi, ketika mendapat kenyataan bahwa Bhok Sui Lan seorang tokoh sesat, suhu yang ketika itu seorang pangeran, menjaga nama baik keluarga kerajaan dan memutuskan hubungan
Ternyata perbuatan itu membuat Bhok Sui Lan mendendam dan memperdalam ilmu ilmunya sampai menjadi Tung-hai Mo-li, kemudian ia mendidik Cin Cin untuk disuruh membunuh Pangeran Cian Bu Ong yang te lah menjadi suami ibuku.
Suami isterl itu saling pandang dan Si Han Beng menghela napas panjang
Hemm, begitulah perputaran nasib kehidupan manusia
Sekarang, ceritakan bagaimana engkau sampai menjadi seorang tok-tong, Thian Ki
Keadaan yang sungguh berlawanan dengan cita-cita ayah dan ibu kandungmu yang akan menjauhkan dirimu dari ilmu silat dan kekerasan.
Me ndiang nenek yang membuat saya menjadi tok-tong, paman dan bibi.
Maksudmu, nenekmu Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu yang telah menjadi Lo-nikouw di kuil Thian-hotong itu?
Benar, paman.
Thian Ki lalu menceritakan betapa dia dititipkan kepada neneknya dan neneknyalah yang mengolah dirinya sehingga menjadi tok tong
Tubuhnya menjadi beracunan, sehingga ketika dia berusia lima tahunpun dia sudah membuat orang-orang tangguh tewas karena memukulnya
Kemudian diceritakannya semua pengalamannya sebagai murid ayah tirinya dan diapun akhirnya minta bantuan neneknya agar diberi pelajaran ilmu yang dapat mengendalikan hawa beracun dari tubuhnya
Akan tetapi mendiang nenek tidak mampu membersihkan hawa beracun dari tubuhku, paman
Menurut nenek, aku tidak boleh menikah selama hidupku, karena kalau aku menikah, isteriku akan tewas keracunan, padahal aku.....
Dia menoleh dan saling pandang dengan Cin-Cin
Suami isteri itupun saling pandang dan merasa te rharu
Si Han Beng menghela napas panjang
Kami dapat menyelami perasaan nenekmu, Thian Ki
Memang ia dahulu te rkenal dengan julukan Ban-tok Mo-li (Iblis Betina Selaksa Racun), seorang ahli racun yang tiada duanya di dunia persilatan
Dan dia menjadikan engkau seorang tok-tong itu bukan bermaksud membuatmu te rsiksa, melainkan ia ingin agar engkau menjadi orang yang paling lihai dan tak terkalahkan.
Thian Ki menghela napas panjang
Akupun tidak menyalahkan mendiang nenek, paman
Bagaimanapun juga, nenek telah berusaha menebus semua dosanya dengan nyawanya.
Dia lalu menceritakan te ntang pengeroyokan yang dilakukan orang-orang kang-ouw te rhadap Lo-nikouw karena orang-orang kangouw itu mengetahui bahwa nikouw itu adalah Ban-tok Moli yang dianggap sebagai iblis betina
Nenek sama sekali tidak melakukan perlawanan sehingga ia tewas dibawah hujan senjata orangorang kang-ouw.
Kembali suami isteri itu saling pandang dan menghela napas panjang
Hemm, siapa bermain air akan basah dan bermain api akan kepanasan, sudah wajar sekali
Mendiang nenekmu sejak mudanya berkecimpung di dunia kangouw dan melakukan banyak sekali perbuatan yang menimbulkan permusuhan
Karena itulah, maka kami berduapun lebih suka tinggal di tempat sunyi ini, sedapat mungkin menjauhkan diri dari kekerasan dan permusuhan.
Dan dahulu, ketika engkau masih kecil, kedua orang tuamu yang sudah menyadari betapa kehidupan orang-orang yang menguasai ilmu silat adalah kehidupan penuh kekerasan dan permusuhan, mereka sengaja tidak mau mengajarkan ilmu silat kepadamu dan kamipun sebenarnya menyetujui pendapat mereka
Akan tetapi, siapa kira, engkau bukan menjadi seorang yang le mah, bahkan kini menguasai ilmu silat tinggi dan memiliki tubuh beracun yang amat berbahaya bagi lawan.
kata pula Bu Giok Cu
Thian Ki menarik napas panjang dengan muka muram
Karena itulah, paman dan bibi, aku menghadap paman berdua untuk mohon pertolongan, karena mendiang nenek pernah berpesan kepadaku, bahwa di dunia ini, hanya ada dua orang yang kira-kira akan mampu melenyapkan pengaruh hawa beracun dari tubuhku dan membebaskan aku dari keadaan menjadi manusia beracun, dan mereka itu adalah yang te rhormat lo-cianpwe Pek I Tojin guru paman dan Lo-cianpwe Hek Bin Hwesio guru bibi
Dan ibuku mengatakan bahwa kalau aku tidak dapat menemukan kedua orang lo-cianpwe itu, mungkin paman dan bibi akan dapat menolongku
Karena itu, paman dan bibi yang budiman, tolonglah karena seperti telah kukatakan kepada Tung-hai Mo-li tadi, aku mencinta Cin Cin dan mengharapkan ia menjadi iste riku.
Kembali Cin Cin menundukkan mukanya yang menjadi merah sekali
Jantungnya berdebar keras
Sejak pertemuan yang pertama kali, walaupun perte muan itu dalam suasana yang aneh dan mereka tidak saling mengenal, namun ia sudah amat te rtarik kepada Thian Ki dan dalam perte muan selanjutnya, walaupun pertemuan yang le bih tidak menyenangkan karena ternyata Thian Ki murid Cian Bu Ong dan memihak gurunya, ia sudah jatuh cinta
Kemudian, terjadi pembuntungan tangan kirinya itu oleh Thian Ki, peristiwa yang amat menyedihkan hatinya
I a tidak akan pernah melupakan pemuda itu, dan kini, dalam waktu singkat, Thian Ki secara terbuka, di depan orang-orang lain, bukan saja telah mengaku cinta kepadanya, bahkan juga menyatakan harapannya untuk memperiste rinya! Walaupun tidak langsung kepadanya, namun baginya sama saja, berarti pemuda itu telah menyatakan cintanya dan telah meminangnya sebagai isteri.! Dan tanpa menjawabpun ia dapat mendengar sendiri jawaban hatinya, yaitu bahwa iapun mencinta Thian Ki dan menerima pinangan itu dengan hati penuh kebahagiaan
Sementara itu, Si Han Beng dan Bu Giok saling pandang
Mereka maklum bahwa memang tidak mudah menghalau pergi hawa beracun yang telah membuat Thian Ki menjadi seorang manusia beracun
Akan tetapi, mengingat hubungan mereka dengan mendiang Coa Siang Lee, ayah pemuda itu, mereka merasa berkewajiban untuk mencobanya, dengan penuh kesungguhan hati
Baiklah, Thian Ki
Kami akan mencobanya, akan tetapi jangan mengharapkan te rlalu banyak karena benar seperti apa yang dikatakan mendiang nenekmu, agaknya hanya orang-orang yang memiliki kesaktian seperti kedua orang guru kami itu saja yang akan cukup kuat untuk mengusir hawa beracun dari tubuhmu yang sudah ditanamkan ke dalam tubuhmu sejak engkau masih kanak-kanak.
Tiba-tiba Thian Ki bangkit dari tempat duduknya, lalu menjatuhkan diri berlutut menghadap suami is teri itu
Paman dan bibi te rnyata benar seperti dikatakan ibuku, paman dan bibi adalah suami is teri pendekar yang budiman, dan aku Coa Thian Ki merasa kagum dan berterima kasih sekali.
Hushh
bangkitlah, Thian Ki,
kata Bu Giok Cu sambil tersenyum
Kita seperti orang lain saja! Bukankah mendiang ayahmu adalah kakak angkat pamanmu Si Han Beng
Di antara keluarga sendiri, kenapa mesti banyak sungkan.
Benar bibimu, Thian Ki
Bangkit dan duduklah,
kata Si Han Beng
Thian Ki duduk kembali, hatinya merasa amat gembira dan penuh harapan
Akan te tapi dia ingat akan sesuatu dan cepat berkata,
Maaf, paman dan bibi
Betapa aku te rlalu memikirkan diri sendiri sehingga aku lupa akan sesuatu
Aku pernah mendengar bahwa paman dan bibi mempunyai seorang pute ri, dimanakah pute ri paman dan bibi itu
Ingin sekali kami bertemu dan berkenalan.
-ooo0dw0ooo-