Jilid 24
Aih, Paman Na terlalu memuji
Mana bisa sedikit kemampuanku dibandingkan dengan He k I Sin-kai yang terkenal dengan ilmu tongkatnya?
Ha-ha-ha, Ouw Siocia
Kita adalah orang-orang kang-ouw, kalau tidak membicarakan dan saling memberi petunjuk dalam ilmu silat, mau bicara te ntang apa lagi
Akan tetapi, kalau ayahmu sendiri yang datang, te ntu aku sendiri pula yang akan melayaninya
Sekarang, aku merasa tidak enak kalau menemanimu berlatih silat
Menang atau kalah, aku tetap akan ditertawakan orang
Nah, aku akan mewakilkan saja kepada muridku yang paling pandai agar aku dapat melihat sampai dimana kehe batanmu, Ouw Siocia.
Setelah berkata demikian, ketua pengemis itu bertepuk tangan lagi
Kepada penjaga yang masuk, dia berkata dengan suara lantang
Panggil ke sini Ji Kiat!
Tak lama kemudian
Muncullah murid yangdipanggil itu
Seorang pria berusia tigapuluh lima tahun, bertubuh te gap sedang, dengan muka yang cukup tampan dan dari pandang mata dan senyumnya, nam pak bayangan dari ketinggian hati yang memandang rendah orang lain
Pakaiannya juga serba hitam dan hanya ada tiga tambalan di dada
Pakaian itu juga terbuat dari sutera hitam yang halus
Dan agaknya diapun mengandalkan senjata tongkat seperti gurunya, karena di pinggangnya te rselip sebatang tongkat hitam
Begitu memasuk ruangan itu, tokoh Hek I Kai-pang ini memberi hormat kepada gurunya, kemudian kepada kedua orang tamu itu
Ouw Siocia, ini adalah Su Ji Kiat, pembantu utamaku, juga muridku yang pertama
Nah, biarlah dia yang melayanimu berlatih sebagai wakilku dan engkau mewakili ayahmu
Bagaimana?
Bi Tok Siocia te rsenyum mengejek
Andaikata dia tidak sudah le bih dulu menaksir Siong Ki, mungkin saja ia akan te rtarik kepada murid pertama He k I Sin-kai yang cukup gagah dan tampan ini
Kini, ia tersenyum mengejek
Paman, aku datang memenuhi undangan, bukan untuk memamerkan kepandaian
Akan tetapi karena paman ingin melihat perkembangan ilmu dari ayah melalui aku, baiklah
Siapa saja yang akan paman tunjuk untuk mewakili paman, te rserah.
Setelah berkata demikian, sekali menggerakkan tubuhnya, tubuh wanita itu dari atas tempat duduknya te lah melayang ke tengah ruangan yang luas itu dan ia sudah berdiri dengan senyum yang manis, memiringkan tangan te rbuka di depan dada dan mengangkat tangan kirinya ke atas kepala
Aku sudah siap!
He k I Sin-kai memberi isyarat kepada muridnya
Su Ji Kiat yang memiliki watak angkuh dan memandang rendah lawan, kini menghampiri Ouw Ling dan te ntu saja dia juga memandang ringan kepada wanita cantik ini
Memang dia sudah mendengar betapa wanita ini telah menghajar anak buah He k I Kaipang, akan tetapi apa anehnya kalau hanya menghajar anak buahnya
Dia sendiri biar dikeroyok belasan orang anak buahnya, tidak akan kalah
Dia, murid kepala dari Hek I Sin-kai, kini harus menandingi seorang wanita, sungguh merupakan hal yang memalukan baginya! Setelah berhadapan, Su Ji Kiat berdiri santai lalu berkata
Nona, silakan menyerang, aku telah siap melayanimu berlatih.
Dia tersenyum dan senyumnya membayangkan kecongkakannya
seperti seorang dewasa menertawakan lagak dan gaya seorang bocah
Begitukah
Nah, kalau sudah siap, sambutlah seranganku ini!
Tiba-tiba Ouw Ling menggerakkan kaki tangannya, gerakannya cepat bukan main dan sekali terjang, dengan cepat dan kuat ia telah mengirim serangkaian serangan dengan tamparan kedua tangannya, bergantian dan bertubi-tubi
Terkejutlah Ji Kiat
Dia cepat mengelak dan menangkis , dan serangkaian serangan itu bagaikan badai datangnya, membuat dia kewalahan juga, karena sama sekali tidak mampu balas menyerang dan biarpun tidak ada pukulan yang mengenai tubuhnya karena dia menggunakan kedua le ngan melindungi tubuh, tetap saja dia terhuyung ke belakang
Ji Kiat, ia itu murid majikan Liong-san, berhatihatilah menghadapinya!
kata Hek I Sin-kai yang merasa khawatir, juga tidak senang melihat kecerobohan muridnya yang dia tahu memandang ringan lawan sehingga dalam gebrakan pertama saja sudah te rdesak
Agaknya Ji Kiat menyadari kesalahannya, maka diapun meloncat ke belakang agar te rbebas dari himpitan rangkaian serangan itu, kemudian dia memasang kuda-kuda yang kokoh dan ketika Ouw Ling menyerang lagi, dia sudah siap menangkis dan balas menyerang
Sekarang barulah te rjadi pertandingan, saling serang dengan serunya
Akan te tapi, pertandingan itu berjalan seimbang hanya untuk selama duapuluh jurus saja, selama itupun Ouw Ling sengaja mengalah
Hal ini dapat dilihat jelas oleh Siong Ki, membuat pemuda itu menjadi kagum
Ternyata bahwa wanita itu memang lihai bukan main, memiliki gerakan yang aneh dan agak liar, terutama sekali lihai dalam ilmu tendangannya
Dari pertandingan itu saja Siong Ki sudah dapat menilai bahwa tingkat kepandaian wanita itu jauh le bih tinggi daripada lawannya
Agaknya setelah lewat tigapuluh jurus dan mendesak lawan, Ouw Ling merasa jemu dan tiba tiba ia mengeluarkan bentakan nyaring, kedua kakinya bagaikan kitiran angin bergerak, berputar dan serangkaian te ndangan menyambar-nyambar ke arah tubuh Ji Kiat
Murid utama He k I Sin-kai ini terkejut, berusaha untuk mengelak dan menangkis ,akan tetapi gerakan te ndangan dari Ouw Li memang hebat sekali
Tubuhnya bagaikan melayang-layang dan te ndangannya susul- menyusul dan akhirnya, sebuah tendangan dapat menyusup di antara kedua lengan yang menangkis, mengenai dada Ji Kiat dan tubuh tokoh Hek I Kaipang itupun te rjengkang! Dia tentu akan te rbanting keras kalau saja dia tidak membuat tubuhnya melingkar sehingga tubuh itu kini menggelinding seperti bola sampai enam tujuh meter jauhnya! Su Ji Kiat tidak te rluka, akan te tapi dadanya te rasa sesak dan diapun bangkit berdiri dengan muka berubah merah
Alangkah malunya dikalahkan seorang lawan wanita
Hek I Sin-kai juga melihat kekalahan muridnya dan diam-diam dia te rkejut
Untung dia tidak memandang rendah kepada murid Ouw Kok Sian itu
Kiranya wanita itu lihai bukan main! Akan tetapi, melihat muridnya dikalahkan sedemikian mudahnya, dia merasa penasaran juga
Dia berte puk tangan memuji
Ah, hebat bukan main kemajuan yang diperole h Ouw Kok Sian sehingga pute rinya mewarisi ilmu yang dahsyat.! Nah, Ji Kiat, jangan memandang ringan kepada Nona Ouw, dan engkau mintalah pelajaran tentang penggunaan senjata darinya
Akan tetapi hati-hati, siang-to (sepasang golok) dari Nona Ouw hebatnya bukan main!
Ini adalah anjuran bagi muridnya untuk mempergunakan senjata, yaitu tongkat baja yang menjadi andalan perkumpulan mereka
Mendengar ucapan suhunya, Su Ji Kiat seperti mendapat semangat baru
Dia tadi merasa malu karena dengan tangan kosong, dia telah kalah
Kini masih ada harapan untuk menebus kekalahannya melalui tongkatnya yang menjadi andalannya
Maka diapun cepat mengambil tongkatnya yang hitam dan memberi hormat kepada Ouw Ling
Nona Ouw, mohon petunjukmu dalam ilmu menggunakan senjata.
Dia melintangkan tongkat di depan dadanya
Ouw Ling te rsenyum
Tanpa menggunakan siang-to sekalipun ia tidak gentar menghadapi lawan bersenjata
Akan tetapi, pertama ia tidak ingin membikin malu tuan rumah, dan kedua iapun tahu bahwa He k I Sin-kai te rkenal karena ilmu tongkatnya
Kalau ia memandang rendah menghadapi tongkat dengan tangan kosong dan kalah, te ntu ia akan merasa malu sekali
Baik, akupun ingin melihat bagaimana hebatnya ilmu tongkat dari He k I Kai-pang yang disohorkan orang itu.
Hampir tidak nampak tangannya bergerak, dan tiba-tiba nampak sinar berkelebat dan sepasang tangannya telah memegang sepasang golok
Golok itu tidak te rlalu besar, bentuknya melengkung indah dan gagangnya te rbuat dari emas berhiaskan permata! Kedua golok itu tipis dan berkilauan saking tajamnya, demikian indahnya sehingga le bih menyerupai golok hias daripada senjata yang ampuh
Melihat wanita itu sudah memegang sepasang goloknya
Ji Kiat yang bemafsu sekali untuk menebus kekalahannya tadi, segera berseru
Nona Ouw, lihat serangan tongkatku!
Dan diapun sudah nyerang dengan tongkatnya
Memang hebat sekali ilmu tongkat itu
Gerakannya cepat, kuat dan aneh
Begitu tongkat meluncur, terdengar suara bersiutan tajam dan tongkat itu berubah menjadi sinar hitam yang menyambar-nyambar
Sinar pertama menyambar ke arah kepala Ouw Ling
Ketika wanita itu mengelak sehingga tongkat menyambar le wat atas kepalanya, tongkat itu langsung saja membalik, kini menyambar ke arah kedua kakinya
Ouw Ling meloncat dan tiba-tiba saja tongkat membalik dan ujung yang lain menusuk ke perut! Memang ilmu tongkat yang dahsyat!
Tranggg ......!
Bunga api berpijar ketika golok di tangan kiri Ouw Ling menangkis tongkat, sedangkan golok di tangan kanannya menyambar ke arah leher lawan
Ji Kiat yang kini tidak berani memandang rendah lawannya, memutar tongkatnya dan kembali bunga api berpijar ketika golok ditangkis tongkat
Mulailah mereka saling serang dengan dahsyat
Saking cepatnya gerakan mereka, tidak nampak sepasang golok dan sebatang tongkat itu, yang nampak hanyalah gulungan sinar hitam yang berkejaran dan saling belit dengan dua gulung sinar putih
Namun, sejak beberapa gebrakan saja
Siong Ki maklum bahwa memang murid ketua kaipang itu sama sekali bukan lawan Ouw Siocia
Wanita ini te rlalu tangguh, apalagi gerakan sepasang goloknya benar-benar amat hebatnya
Kalau gadis itu menghendakinya, agaknya dalam waktu belasan jurus saja, ia akan mampu melukai dan merobohkan lawannya
Hal ini akhirnya dapat dirasakan pula ole h Ji kiat
Akan tetapi, dia adalah seorang yang memiliki watak tinggi hati dan merasa dirinya paling hebat, maka sukarlah bagi seorang de ngan watak seperti itu untuk dapat menerima dan mengakui kekalahan
Setelah merasa bahwa dia akan kalah, timbullah kene katannya dan diapun kini mulai menyerang secara membabi buta dan dengan seranganserangan maut
Dia sudah lupa bahwa pertandingan itu bukan suatu perkelahian, melainkan hanya menguji kepandaian, seperti latihan belaka
Kini dia menyerang sungguhsungguh, kalau perlu merobohkan lawan dan melukai atau membunuhnya! Ouw Ling te rkejut dan iapun menjadi marah
Kalau tidak ingat bahwa ia sebagai tamu, te ntu ia sudah menggunakan tangan keji terhadap lawannya itu
Ia hanya mendengus dan gerakan sepasang goloknya berubah, cepat dan kuat sehingga ketika mendengar suara nyaring berte munya golok dan tongkat, tongkat itu te rlepas dari tangan Ji Kiat dan sebuah te ndangan menyusul, amat kerasnya mengenai pinggul kiri Ji Kiat sehingga tubuh tokoh pengemis itu terlempar dan melayang ke arah meja di mana gurunya duduk.! Kalau Ouw Ling ingin mencelakainya, tentu te ndangan tadi tidak mengenai pinggul, melainkan mengenai perut atau dada yang akibatnya akan parah
Akan te tapi, tendangan yang membuat lawannya te rlempar jauh itu cukup menunjukkan kemarahannya
He k I Sin-kai bangkit dan menangkap tubuh muridnya dengan tangan kiri, mencegahnya menimpa dirinya atau terbanting keras, lalu melepaskannya ke samping di mana Ji Kiat jatuh te rduduk
Wajah ketua Hek I Kaipang itu berubah kemerahan walaupun mulutnya masih tertawa
Ha-ha-ha, ilmu golok Ouw Siocia sungguh hebat, dan ilmu te ndangannyapun mengagumkan sekali
Aku ingin untuk merasakannya pula!
katanya dan diapun menghampiri wanita itu dengan membawa tongkatnya
Siong Ki merasa tidak enak kalau diam saja
Diapun tahu bahwa tadi Ouw Ling marah sehingga menghajar lawannya agak keras dan hal ini agaknya membuat tuan rumah merasa tidak senang
Wanita itu memang lihai dan Su Ji Kiat bukan lawannya yang seimbang, akan tetapi kalau guru Ji Kiat yang maju, te ntu akan lain halnya
Ketua yang marah itu mungkin akan dapat mengalahkan Ouw Ling, dan karena dia sedang marah, mungkin kini akan terjadi pertandingan yang sifatnya mengandung kemarahan dan menjadi perkelahian yang akan membahayakan kedua pihak
Pula, kalau hanya wanita itu saja yang selalu maju menghadapi lawan, lalu apa gunanya ia ikut datang ke tempat itu
Ouw-cici, mundurlah, biar aku menggantikanmu,
katanya dan diapun cepat menghampiri Ouw Ling, kemudian memberi hormat kepada He k I Sin-kai
Pangcu, tidak adil kalau harus Ouw-cici lagi yang melayani pangcu, setelah tadi ia dengan susah payah menandingi muridmu
Juga aku ingin mengenal ilmu tongkatmu yang lihai
Marilah kita main-main sebentar, pangcu, agar Ouw-cici dapat beristirahat.
Ouw Ling tersenyum girang
Bukan karena ia merasa lega tidak harus menandingi Hek I Sin-kai yang tangguh, melainkan karena ia ingin sekali melihat sampai dimana kehebatan pemuda yang telah menarik hatinya itu
Ia mengangguk lalu kembali duduk menghadapi meja
Adapun Ji Kiat yang te lah dikalahkan, kini duduk di atas lantai di sudut ruangan itu, nampak le mas dan lenyaplah sikapnya yang congkak tadi
Mendengar ucapan Siong Ki tadi, tentu s aja He k I Sin-kai tidak dapat menolak atau membantah
Tidak mungkin dia menolak ajakan Siong Ki untuk bertanding dengan memaksakan keinginannya untuk menantang Ouw Siocia
Dengan demikian, te ntu perasaan tidak senang dan penasaran di hatinya oleh kekalahan muridnya tadi akan nampak
Sebagai seorang yang le bih tua dan kedudukann ya le bih tinggi, tentu saja dia tidak mungkin bersikap seperti itu
Bahkan diam-diam dia merasa girang dengan majunya pemuda ini
Kalau dia mengalahkan Ouw Siocia, setidaknya te ntu dia akan membuat hati sahabatnya, Ouw Kok Sian, menjadi tidak senang
Sebaliknya, pemuda ini hanya sahabat Ouw Siocia, maka dia merasa lebih bebas untuk berbuat apa saja te rhadap pemuda ini
Baiklah, engkau yang menjadi sahabat baik Nona Ouw, aku percaya engkau tentu memiliki ilmu kepandaian yang lumayan
Akan te tapi, bolehkah aku mengetahui siapa gurumu, dan dari aliran mana?
Siong Ki mengerutkan alisnya
Dia tahu bahwa gurunya tidak suka kalau namanya disebut-sebut, apalagi urusan yang dia hadapi sekarang ini bukan urusan membela kebenaran dan keadilan, hanya sekedar perkenalan belaka
Kalau suhunya tahu bahwa namanya diobral olehnya, tentu akan marah sekali
Maaf, pangcu
Aku mempelajari silat ke manamna sehingga tidak ingat lagi berapa banyak, guruguruku, dan aku tidak te rikat oleh aliran manapun
Harap pangcu memberi petunjuk sehingga berarti pangcu juga menjadi seorang di antara para guruku.
Siong Ki memang pandai membawa diri
Tentu saja ucapan itu merupakan sanjungan sehingga He k I Sin-kai tersenyum dan merasa kepalanya agak membesar
Ha-ha-ha, engkau te ntu akan dapat banyak mendapatkan pelajaran yang berharga, sicu
Silakan menyerang!
katanya dengan lagak yang menggurui
Baik, pangcu, akan te tapi aku tidak ingin menggunakan pedang
Bagaimana kalau kita berlatih dengan tangan kosong saja?
He-he, The-sicu
Apa salahnya menggunakan senjata
Kalau kita sudah menguasai benar, senjata sama dengan tangan kita dan tidak akan melukai lawan kalau tidak kita kehendaki
Justru engkau akan dapat mengambil keuntungan dan ajaran dari ilmu tongkatku! Cabutlah pedangmu dan jangan takut, aku tidak akan melukaimu dengan tongkat ini.
Baiklah kalau engkau menghendaki demikian pangcu,
Siong Ki lalu mencabut pedangnya, sengaja memperlihatkan sikap kaku sehingga diam-diam Ouw Siocia sendiri mengerutkan alisnya dan mulai meragukan kemampuan pemuda itu
Tiba-tiba terdengar suara orang tertawa
Yang te rtawa adalah Su Ji Kiat dari sudut ruangan itu
Ha-ha-ha-ha, engkau hendak menggunakan sebatang pedang butut itu untuk melawan tongkat suhu
Ha-ha-ha, suhu, biarkan teecu (murid) melawan badut ini!
Setelah berkata demikian dia sudah meloncat ke dekat Siong Ki, tongkatnya yang tadi terlepas ketika dia bertanding melawan Ouw Ling telah dipegangnya kembali
He k I Sin-kai adalah seorang kangouw yang banyak pengalaman
Biar pun pemuda itu mengeluarkan sebatang pedang yang nampaknya butut dan tumpul, namun dia tidak memandang rendah
Bahkan diam-diam dia te rkejut
Dia tahu bahwa semakin buruk dan nampak le mah senjata seorang ahli silat, semakin tinggi pula tingkat orang itu
Orang yang memegang senjata yang nampak bersahaja, berarti tidak lagi mengandalkan senjata itu, melainkan dirinya sendiri
Dia belum pernah berkenalan dengan pemuda ini, tidak tahu dari aliran mana
Ole h karena itu, majunya muridnya merupakan hal yang menguntungkan baginya
De ngan membiarkan muridnya maju le bih dahulu, berarti dia mendapat kesempatan untuk mengintai tingkat lawan!
Baiklah, e ngkau boleh mengujinya lebih dahulu, Ji Kiat,
katanya sambil mengangguk
Ji Kiat sudah menghadapi Siong Ki dan lagak sombongnya timbul kembali
The-sicu, majulah dan aku yakin dalam waktu kurang dari duapuluh jurus aku akan dapat mengalahkanmu!
kata Ji Kiat yang bersikap sombong untuk menutup rasa malunya karena kekalahannya dari Ouw Ling tadi
Siong Ki mengerutkan alisnya
Dia sudah dapat menilai sampai dimana kepandaian orang ini dan dia merasa muak melihat kesombongan orang itu maka diapun ingin memberi hajaran kepadanya, maka ia lalu berkata,
Engkau tadi sudah bertanding melawan Ouw-cici, tidak adil kalau sekarang melawanku, maka biarlah aku akan mengaku kalah kalau dalam waktu lima jurus aku belum mampu mengalahkanmu!
Bukan saja Ji Kiat yang menjadi merah telinganya mendengar ini, akan tetapi juga Hek I Sin-kai, bahkan juga Ouw Ling
Wanita ini tentu saja kaget karena ia sendiri tidak akan mungkin mengalahkan Ji Kiat hanya dalam waktu lima jurus, apalagi sebelumnya telah memberi tahu, sehingga te ntu saja Ji Kiat akan memperkuat pertahanannya agar jangan kalah dalam waktu sesingkat itu
Tentu saja Ji Kiat menjadi marah bukan main
Dia tadi telah dikalahkan Ouw Ling yang berarti dia telah terseret turun dari kedudukann ya yang dia banggakan sebagai murid utama He k I Sin-kai, dan kini, ada pemuda tak te rkenal yang berani mengatakan akan mengaku kalah kalau tidak dapat mengalahkannya dalam waktu lima jurus! Gurunya sendiripun tidak akan mungkin dapat mengalahkannya dalam waktu lima jurus
Bagus, engkau sendiri yang mengeluarkan ucapan itu, The-sicu
Nah, aku sudah siap, mulailah engkau menyerangku!
kata Ji Kiat
Diapun cukup cerdik untuk mengambil keuntungan dari tantangan lawan
Dia hanya tinggal menjaga diri agar jangan sampai kalah dalam waktu lima jurus dan itu berarti dia akan menang! Jelas, sekarang akan tertebus kekalahannya yang tadi! Siong Ki tersenyum, maklum apa yang berada dalam pikiran lawan
Baik, kau bersiaplah
Nah, lihat seranganku
Jurus pertama!
Tiba-tiba pedang tumpul di tangannya bergerak dan le nyaplah pedang itu, yang nampak hanya sinar hijau menyambar dahsyat ke arah kepala Ji Kiat, disusul dorongan tangan kirinya ke arah dada
Inilan juru De wa-mempersembahkan-mustika, sebuah jurus yang sekaligus atau beruntun cepat sekali telah melakukan dua serangan, yaitu sambaran pedang dari kiri ke kanan disusul dorongan tangan kiri dengan jari terbuka ke arah dada lawan
Ji Kiat yang sudah siap siaga, cepat memutar tongkatnya melindungi tubuhnya
Trakkk!
Tongkat bertemu pedang tumpul dan melekat! Tentu s aja karena tongkatnya tertahan, Ji Kiat tidak dapat melindungi dadanya yang disambar tangan kiri Siong Ki
Cepat dia miringkan tubuhnya, nanun te rdengar suara
brett
dan ujung bajunya robek dan hancur
Wajahnya menjadi pucat
Kalau tangan itu tadi meremas perut atau dadanya, bukan ujung baju, te ntu bukan kain itu yang robek hancur! Dia meloncat ke belakang dan siap menghadapi serangan selanjutnya
Bagaimanapun juga, dalam jurus pertama itu, dia belum jatuh, berarti belum kalah! Siong Ki tersenyum
Orang ini memang tak tahu diri, pikirnya
Sebetulnya, jurus pertama itu saja sudah cukup membuktikan bahwa Ji Kiat kalah, akan tetapi agaknya orang itu tidak mau mengakui kekalahannya
Awas serangan jurus ke dua!
bentak Siong Ki dan diapun meloncat maju dan kini pedang butut dan tumpul di tangannya digerakkannya cepat membentuk lingkaran-lingkaran yang aneh dan cepat, hanya nampak gulungan-gulungan sinar hijau saja yang seolah ada beberapa ekor burung hijau beterbangan mengelilingi tubuh Ji kiat
Orang inipun cepat memutar tongkatnya melindungi diri, namun te tap saja gerakannya kalah cepat
Pratt!
dan nampaklah potongan rambut berhamburan
Sebagian rambut Ji Kiat disambar sinar pedang dan berhamburan
Kembali Ji Kiat melompat ke belakang dan memasang kuda-kuda
Dia tidak memperdulikan rambutnya yang bodol, dan dia memandang dengan mata mendelik karena merasa penasaran dan marah
Melihat lawan masih belum mau mengaku kalah, Siong Ki menerjang lagi sambil berseru,
Jurus ke tiga!
Kini Ji Kiat menangkis datangnya pedang yang membacok kepalanya itu dengan mengerahkan seluruh te naganya
Trangg........!!
Keras sekali kedua senjata itu saling bertemu di udara dan akibatnya, ujung tongkat di tangan Ji Kiat itu putus te rpotong!
Hemn, aku masih belum roboh!
kata Ji Kit dengan nekat walaupun tongkatnya yang amat diandalkannya itu telah patah ujungnya
Baik, jagalah jurus ke empat!
Kini pedang itu bergerak lagi, berkelebatan menyambar-nyambar dan Ji Kiat menggunakan tongkatnya yang buntung untuk melindungi dirinya
Trakk!
Kembali tongkat bertemu pedang dan sekali ini Ji Kiat tidak mampu menarik le pas tongkatnya dari pedang
Tongkatnya melekat dan biarpun dia sudah mengerahkan tenaga untuk melepaskan tongkatnya, sia-sia saja dan pada saat itu, tangan kiri Siong Ki meluncur ke arah pergelangan tangannya yang memegang tongkat
Tukk!
Lengan kanan Ji Kiat menjadi lumpuh dan te rpaksa dia melepaskan tongkatnya yang tidak dapat dipertahankannya kembali
Kini tongkati telah terampas lawan! Akan tetapi dia belum roboh, dan hanya tinggal satu jurus lagi
Biarpun dari jurus pertama sampai jurus ke empat dia te lah dirugikan, akan te tapi kalau sejurus lagi le wat dan dia belum roboh, berarti lawannya akan dianggap kalah!
The-sicu, aku belum roboh, berarti belum kalah!
katanya dan dia memasang kuda-kuda dengan kedua kaki dite kuk rendah, siap melewatkan sejurus lagi dengan seluruh kekuatannya! Sementara itu, Hek I Sin-kai memandang dengan mata te rbelalak, bahkan Ouw Ling sendiri menjadi bengong
Ia dapat menduga bahwa Siong Ki seorang yang lihai, akan tetapi tidak disangkanya sehebat itu! Tentu saja wanita itu menjadi semakin kagum dan tertarik
Sedangkan He k I Sin-kai agak pucat wajahnya
Tahulah kakek ini bahwa dia sendiripun bukan tandingan pemuda yang amat hebat itu! Ingin dia meneriaki muridnya agar menyerah, akan tetapi karena Ji Kiat sudah terlanjur bersikap tidak mau kalah, diapun hanya memandang penuh perhatian dan ingin tahu apa yang akan dilakukan pemuda lihai itu terhadap muridnya
Siong Ki te rsenyum dan menyarungkan Sengkong-kiam di sarung pedangnya, lalu berkata:
Engkau ingin dirobohkan dalam jurus ke lima
Baiklah kalau begitu, nah! robohlah kau!
Siong Ki menerjang dengan tangan kosong dan disambut oleh Ji Kiat dengan kedua tangannya
Dia berpikir bahwa kalau kedua tangannya menangkis , maka jurus itu akan lewat dan dia tidak akan roboh
Plak, dess!!
Kedua pasang tangan berte mu dengan kuatnya dan tubuh Ji Kiat terdorong ke belakang, akan te tapi sapuan kaki Siong Ki membuat dia terpelanting dan tanpa dapat dicegah lagi Ji Kiat roboh terbanting
Dia terkejut dan juga heran
Mau tidak mau dia harus mengakui keunggulan pemuda itu yang te rnyata le bih lihai dibandingkan Ouw Siocia! Ji Kiat bangkit duduk dan meringis karena punggungnya te rasa nyeri ketika dia terbanting tadi
Dia bangkit berdiri dan memberi hormat kepada Siong Ki sambil berkata,
The sicu, aku mengaku kalah
Engkau memang lihai sekali dan maafkan kata-kataku tadi.
Terdengar te puk tangan dan He k I Sin-kai yang berte puk tangan memuji
Hebat, engkau hebat sekali, orang muda!
katanya
Ouw Ling yang merasa bangga melihat kelihaian sahabat barunya itu lalu berkata kepada Hek I Sinkai,
Paman, sekarang tiba giliranmu untuk memberi petunjuk pada The-siauwte!
Aih, melihat betapa dengan mudahnya The-sicu mengalahkan Ji Kiat, cukuplah
Aku sudah te rlalu tua untuk dapat menandinginya
Hanya sayang aku belum dapat mengenal dari aliran mana ilmu silatmu, sicu
Aku harus memberi selamat kepadamu untuk membuktikan kekagumanku kepadamu
Nah, te rimalah secawan arak sebagai ucapan selamat dan kekagumanku, The-sicu!
Ketua Hek I Kai-pang itu memegang sebuah cawan kosong dengan tangan kanan, lalu tangan kirinya menuangkan arak dari guci arak sampai penuh
Kemudian dengan kedua tangan dia memegang secawan arak itu, diam-diam mengerahkan sinkangnya dan ketika dia menyerahkan secawan arak itu kepada Siong Ki, arak di guci itu bergolak seperti mendidih! Inilah pameran kekuatan sinkang yang hebat sehingga mengagumkan Ouw Ling
Namun, Siong Ki menghadapi ketua itu dengan senyum, lalu dia mengulurkan kedua tangan untuk menerima secawan arak itu
Terima kasih, engkau baik sekali, pangcu,
katanya dan dengan kedua tangan, dia memegang cawan arak itu
Arak yang tadinya mendidih itu tiba-tiba berhenti bergolak dan ketika pemuda itu menuangkannya ke mulut sambil berdongak, arak itu tidak menetes turun dari cawan yang dia balikkan! Arak itu seolah-olah telah membeku dan tidak tumpah keluar! Inipun merupakan demons trasi kekuatan sin-kang yang tidak kalah hebatnya, membuat Ouw Ling berte puk tangan
Aih-aihhh......kalian berdua ini seperti kanakkanak yang bermain sulap saja, suka main-main seperti itu!
katanya
Siong Ki tersenyum, menurunkan cawan itu lalu mengangkat cawan sambil mengajak tuan rumah dan wanita itu minum arak masing-masing
Mari kita minum untuk persahabatan kita!
kata Siong Ki
Hek I Sin-kai menyambut dengan gembira, demikian pula Ouw Ling dan mereka bertiga minum arak lalu mereka dipersilakan duduk kembali
He k I Sin-kai memberi is yarat kepada Ji Kiat untuk meninggalkan ruangan itu dan mereka bertiga duduk bercakap-cakap dengan gembira
Sungguh menggembira kan sekali hari ini aku dapat berte mu dan berkenalan dengan kalian dua orang muda yang hebat
N ah, sekarang kalau boleh aku mengetahui, apakah kepentingan ji-wi (kalian berdua) datang ke Lok-yang
Apakah barangkali kami dapat membantu kalian?
Kami tidak mempunyai keperluan khusus, paman,
kata Ouw Ling sambil mengerling kepada Siong Ki
Kami hanya berpesiar saja, sambil melihat-lihat barangkali ada pekerjaan yang cocok bagi kami.
Siong Ki teringat akan tugas yang diberikan gurunya kepadanya
Ini kesempatan yang amat baik, pikirnya
Sebagai ketua kai-pang yang memiliki banyak anggota, juga te ntu mempunyai hubungan yang amat luas, mungkin saja Hek I Sin-kai dapat membantunya memberi kete rangan te ntang penculik puteri gurunya!
Barangkali pangcu dapat membantuku dengan memberi kete rangan tentang seorang yang sedang kucari.
Siapakah orang yang sedang kaucari itu Thesicu?
tanya Hek I Sin-kai sedangkan Ouw Ling juga memandang penuh perhatian
Ia sendiri belum pernah mendengar tentang itu karena memang ia baru saja berkenalan dengan Siong Ki dan belum mendengar banyak te ntang riwayat dan keadaan pemuda yang dikaguminya itu
Siong Ki sudah mendengar tentang Kwa Bi Lan dari gurunya, te ntang riwayat wanita itu mengapa menculik pute ri gurunya
Diapun sengaja tidak langsung menanyakan te ntang wanita itu, melainkan mendiang suaminya yang lebih terkenal di dunia kangouw
Aku mencari orang yang berjuluk Sin-tiauw (Rajawali Sakti) bernama Liu Bhok Ki.
Bukan han ya He k I Sin kai yang te rkejut, juga Ouw Ling te rcengang karena nama besar Si Rajawali sakti pernah menggemparkan dunia kangouw
Aih, dia
Akan tetapi dia telah tidak ada lagi, sicu! Dia telah mati belasan tahun yang lalu!
Tentu saja Siong Ki sudah tahu akan hal ini
Kalau begitu, aku mencari keluarganya
Apakah dia tidak mempunyai keluarga
Isteri atau anak?
Kami tidak mendengar bahwa dia mempunyai anak, hanya mendengar bahwa dia di hari tuanya mempunyai seorang isteri
Akan tetapi, kami tidak tahu siapa isterinya itu dan di mana ia sekarang berada.
Aku tahu!
tiba-tiba Ouw Ling berkata
Isterinya seorang wanita muda murid Siauw-limpai, namanya......namanya Kwa......Bi Lan
Ya, aku pernah mendengar ayah bercerita tentang mendiang Sin-tiauw Liu Bhok Ki itu.
Tentu saja diam-diam Siong ki merasa girang
Tak disangkanya bahwa yang mengenal wanita itu bahkan sahabat barunya ini!
Aih, Ouw-cici, engkau malah mengenalnya
Di mana sekarang Kwa Bi Lan itu.
Akan te tapi Siong Ki menjadi kecewa melihat wanita cantik itu menggeleng kepalanya
Sin-tiauw Liu Bhok Ki telah meninggal dunia belasan tahun yang lalu dan sejak itu, tidak ada yang tahu ke mana perginya is te rinya itu
Ia ketika itu masih muda, dan ia hanya diketahui sebagai murid Siauw-lim-pai, namanya tidak begitu dikenal
Yang te rkenal adalah suaminya, maka setelah suaminya meninggal dunia, Kwa Bi Lan juga tidak diperhatikan orang lagi
Aku tidak tahu di mana ia berada.
Melihat wajah sahabat barunya kelihatan kecewa, ia cepat menyambung
Jangan khawatir, siauw-te, aku akan membantumu mencarikan sampai dapat
Aku mempunyai banyak hubungan, te ntu akan dapat mencari keterangan tentang Kwa Bi Lan.
Wajah Siong Ki menjadi cerah kembali mendengar kesanggupan wanita cantik itu
Terima kasih, enci Ouw, engkau baik sekali.
Ji-wi mencari pekerjaan
Sungguh kebetulan sekali! Saat ini tenaga dua orang seperti ji-wi amat dibutuhkan
Dan bukan saja ji-wi akan menerima balas jasa yang cukup besar, bahkan membuka kesempatan bagi ji-wi untuk mendapatkan pekerjaan dan kedudukan di kota raja Tiang-an.
Dua orang muda itu tertarik sekali
Mereka memandang tuan rumah dengan sinar mata penuh selidik
Bagaimanapun juga, Siong Ki tidak akan sudi menerima kalau ditugaskan melakukan suatu kejahatan
Dia bukan penjahat! Dia seorang pendekar! Juga Bi-tok Siocia Ouw Ling adalah pute ri seorang datuk, te ntu saja merasa rendah kalau harus melakukan kejahatan remeh yang hanya akan menjatuhkan nama besarnya dan nama besar ayahnya
Pekerjaan apakah yang kaumaksudkan itu, paman?
tanya Ouw Ling
Begini, Ouw Siocia
Kalian tahu bahwa aku mempunyai hubungan dekat sekali dengan para pejabat di Lok-yang
Kebetulan sekali seorang pangeran yang kini menjabat kedudukan hakim di Lok-yang, kemarin minta kepadaku untuk menyediakan beberapa orang yang berkepandaian tinggi untuk mengawal is teri pangeran dan tiga orang pute ranya yang hendak melakukan perjalanan ke Tiang-an
Mereka memang berasal dari kota raja
Perjalanan sekarang tidak dapat dikata aman, maka aku sedang bingung mencari siapa gerangan yang dapat dipercaya untuk memikul tugas itu
Dan melihat kalian berdua, aku yakin tidak ada orang lain yang te pat dan dapat diandalkan untuk mengawal keluarga pangeran itu dari sini ke kota raja.
Pangcu, bagi seorang pembesar, apalagi kalau dia pangeran, apa susahnya mencari pengawal
Akan te rsedia pasukan besar untuk menjaga keselamatan keluarganya! Kenapa harus mencari orang lain?
tanya Siong Ki
Benar pertanyaan The-siauwte itu, paman
Mengherankan sekali memang.
kata Ouw Ling
Ketua pengemis itu mengangguk-angguk
Me mang tadinya akupun membantahnya demikian, akan te tapi setelah dia menjelaskan, baru aku mengerti
Pangeran itu seorang hakim, kalau is terinya ke kota raja, pasti dia akan menitipkan beberapa laporan penting
Dia tidak ingin mengerahkan pasukan agar tidak menyolok dan menarik perhatian, juga keluarganya tidak suka kalau bepergian diiringkan pasukan yang membuat suasana menjadi kaku, akan te tapi diapun ingin keselamatan keluarganya te rjamin
Oleh karena itu, dia minta aku mencarikan dua tiga orang pengawal yang dapat diandalkan, dan melihat kalian berdua, aku yakin kalian akan mampu mengawal keluarga itu s ampai selamat tiba di kota raja
Dan kalau kalian menghendaki pekerjaan atau kedudukan di kota raja, kiranya aku dapat menyampaikan kepada pangeran itu
Dia pasti akan dapat memberi kalian surat perkenalan dan kepercayaan untuk pembesar di kotaraja.
Dua orang itu saling pandang, kemudian Ouw Ling bertanya,
Apakah sudah ditentukan kapan keluarga itu berangkat?
Tiga hari lagi.
Kalau begitu, biar penawaran ini kami pertimbangkan dulu sampai besok
Besok kami memberi keputusan kepadamu, paman
Bukankah begitu, siauwte?
Siong Ki mengangguk
Sebetulnya, dia senang mendengar penawaran itu
Pekerjaan yang tidak berat, dan selain imbalannya te ntu besar, juga kemungkinan dia memperole h kedudukan di kota raja
Pekerjaan apa yang le bih baik daripada menjadi seorang seorang pejabat di kota raja
Akan tetapi karena dia membutuhkan bantuan Ouw Ling untuk dapat menemukan Kwa Bi Lan, maka ketika wanita itu mengajukan pendapatnya, diapun hanya mengangguk se tuju
Ouw Ling dan Siong Ki lalu berpamit dan oleh ketua Hek I Kaipang, mereka kembali diantar dengan kereta memasuki Lok-yang dan sampai ke depan rumah penginapan mereka
-ooo0dw0ooo- Siong Ki sedang duduk te rmenung di dalam kamarnya di rumah penginapan itu
Dia merenungkan pengalamannya sehari itu, pengalaman yang dianggapnya aneh sekali
Dalam waktu sehari, dia bertemu dengan Bi Tok Siocia Ouw Ling yang te rnyata kemudian dia ketahui sebagai pute ri datuk sesat Ouw Kok Sian, majikan Bukit Naga
Akan te tapi wanita itu amat baik kepadanya, ramah dan manis sehingga dia harus mengakui bahwa hatinya terpikat
Seorang wanita yang sudah matang, berpengalaman, cerdik, memiliki ilmu silat tinggi, dan le bih dari pada itu semua, cantik wajahnya dan menggairahkan tubuhnya
Belum pernah dia berte mu dengan seorang wanita seperti itu! Dan wanita itu demikian ramah kepadanya, bahkan kini hendak membantunya menemukan Kwa Bi Lan
Setelah pengalamannya berte mu dengan wanita itu, dilanjutkan dengan perte muannya dengan ketua He k I Kai-pang yang menawarkan pekerjaan yang amat baik dan membuka kesempatan untuk memperoleh kemajuan di kota raja
Tadi, ketika mereka kembali ke rumah penginapan, sampai mereka mandi lalu makan malam, Ouw Ling belum mengambil keputusan mengenai penawaran itu dan ketika dia bertanya, wanita itu menjawab bahwa ia akan memikirkannya dulu baik-baik sebelum mengambil keputusan
Kini, wanita itu memasuki kamarnya sendiri dan dia berada di kamarnya, mereka berdua belum mengambil ke putusan
Tok tok-tok!
Daun pintu kamarnya diketuk orang dari luar
Siapa?
tanya Siong Ki sambil menghampiri daun pintu akan te tapi belum membukanya
Pengalamannya hari tadi membuat dia waspada dan curiga
Aku, siauw-te
Bukalah!
Siong Ki bernapas lega
Ouw Ling yang datang
Tentu akan membicarakan te ntang penawaran tadi dan sekarang agaknya wanita itu akan mengambil keputusan
Dia membuka daun pintu dan memandang kagum
Ouw Ling nampak segar, dengan pakaian baru, dengan rambut yang disisir rapi dan digelung tinggi, wajahnya nampak kemerahan dan penuh senyum menggairahkan, pandang matanya bersinar-sinar, dan tangannya memegang dua buah cawan dan sebuah guci anggur
Aih, enci, engkau membawa minuman?
tanya Siong Ki heran
Tutuplah daun pintunya siauwte
Kita bicarakan urusan siang tadi dan sambil minum anggur
Aku membeli anggur yang enak sekali dan hawa malam ini amat dingin.
Melihat keraguan Siong Ki yang agaknya merasa sungkan untuk menutupkan daun pintu selagi ada seorang wanita di kamarnya, Ouw Ling tertawa
Hi-hik, mengapa engkau ragu
Kita sudah menjadi sahabat baik, seperti saudara sendiri, mengapa masih banyak sungkan, siauwte?
Aku.......aku......hanya menjaga nama baikmu, enci....
kata Siong Ki ragu, akan te tapi dia menutupkan juga daun pintu kamarnya setelah melihat bahwa di luar sunyi, tidak nampak seorangpun tamu yang semua agaknya sudah masuk kamar
Ouw Ling memandang kepada pemuda yang kini duduk di depannya terhalang meja kecil itu dengan alis terangkat, dan pandang matanya seperti orang yang tidak percaya
Siauwte, berapa sih usiamu tahun ini?
tanyanya tiba-tiba
Walau pun Siong Ki merasa aneh dengan pertanyaan itu, dia menjawab juga
Usiaku duapuluh dua tahun, enci.
Sudah duapuluh dua tahun dan engkau takut duduk berdua dengan seorang wanita dalam kamarmu?
kembali pandang matanya tidak percaya
Siong Ki merasa betapa mukanya te rasa panas dan diapun tersipu
Aih, sejak kecil aku berada di bawah bimbingan guru-guruku, dan baru sekarang aku hidup sendiri
Mengapa dan untuk apa aku harus duduk berdua dengan seorang wanita dalam kamar?
Bukan main!
Kini pandang mata itu mengandung kehe ranan, juga kekaguman dan kegembiraan
Jadi selama ini engkau belum pernah bergaul akrab dengan seorang wanita?
Siong Ki menggeleng kepala dan mukanya berubah kemerahan
Jangankan akrab, bergaulpun belum sempat dan baru sekarang ini aku bersahabat dengan seorang wanita, enci.
I hh! Dan engkau senang bersahabat denganku, siauwte?
Pandang mata itu penuh selidik
Siong Ki mengangguk
Senang sekali, engkau seorang yang baik, enci.
Kini Ouw Ling nampak gembira bukan main
Sudahlah, jangan te rlalu memuji karena sesungguhnya engkaulah yang baik sekali, siauwte
Nah sekarang kita bicara te ntang penawaran Hek I Sin-kai tadi
Bagaimana menurut pendapatmu?
Siong Ki menarik napas panjang
Aku hanya menyerahkan keputusannya kepadamu saja, enci
Engkau tahu bahwa aku menerima tugas dari guruku untuk mencari seorang yang bernama Kwa Bi Lan
Tugas itu yang harus kupentingkan dulu
Setelah itu, baru aku akan memikirkan te ntang pekerjaan apa yang dapat kupegang
Karena aku mengharapkan bantuanmu untuk dapat menemukan Kwa Bi Lan, maka aku menurut saja bagaimana keputusanmu.
Ouw Ling menuangkan anggur merah itu ke dalam dua buah cawan dan mengajak Siong Ki minum,
Mari kita mlnun, coba rasakan bagaimana enaknya anggur yang kubeli ini.
Siong Ki menurut dan memang anggur itu enak
Anggur yang sudah te rsimpan lama, manis dan halus walaupun amat kuat
Sekarang katakan, siauwte, karena aku ingin sekali mengetahui dan kiranya sudah sepatutnya kalau aku mengetahui keadaan dirimu, siapakah sebenarnya gurumu dan mengapa pula dia mengutusmu mencari Kwa Bi Lan atau......kalau engkau tidak percaya kepadaku, sudah, jangan kauceritakan kepadaku.
Ouw Ling mengambil sikap demikian muram dan berduka penuh kekecewaan, sehingga Siong Ki yang masih hijau itu tentu saja merasa tidak enak sekali
Ah, enci Ouw, tentu saja aku percaya padamu
Engkau begini baik, bahkan engkau akan membantuku menemukan Kwa Bi Lan
Baik, tadi di depan Hek I Sin-kai aku memang tidak mau berte rus terang, akan tetapi kita sudah bersahabat baik, sesungguhnya, guruku bernama Si Han Beng......
Aih, sudah kuduga! Ketika melihat pedangmu yang buruk itu, aku segera mengenal Seng-kongkiam! Bukankah pedang itu milik subomu
Gurumu adalah Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning) dan isterinya bernama Bu Giok Cu, bukan?
Siong Ki te rcengang, kagum akan pengetahuan Ouw Ling yang luas
Ah, kiranya engkau sudah mengenal suhu dan subo?
Me ngenal sih tidak
Orang seperti aku ini bagaimana ada harganya mengenal suami isteri yang hebat itu
Akan tetapi aku sudah mendengar nama besar mereka
Dan sekarang aku berte mu dengan murid mereka! Wah, siauwte, maafkan kalau aku bersikap kurang hormat kepada murid seorang pendekar sakti!
Ouw Ling dengan gaya yang manis lalu bangkit dan mengangkat kedua tangan depan dada memberi hormat
Siong Ki cepat bangkit dan membalas penghormatan itu
Wah, enci, harap jangan bersikap seperti itu
Engkau membikin aku menjadi malu saja.
Engkau gagah perkasa, murid pendekar sakti, dan engkau tetap rendah hati, siauwte
Betapa mengagumkan
Selama hidupku, belum pernah aku berte mu dengan seorang laki-laki sejati sepertimu
Nah, coba ceritakan, apa sebabnya gurumu menyuruh engkau mencari Kwa Bi Lan?
Karena Kwa Bi Lan te lah menculik pute ri suhu enambelas tahun yang lalu ketika anak itu berusia dua tahun.
Ouw Ling mengangguk-angguk
Bagi seorang kangouw sepertinya yang sudah biasa mendengar te ntang hal-hal seperti itu, ia tidak merasa heran
Hanya ingin tahu permusuhan apa yang te rdapat antara Kwa Bi Lan dan keluarga N aga Sakti Sungai Kuning itu
Kenapa gurumu yang sakti itu membiarkan saja sampai sekarang, tidak mencari dan merampas kembali pute rinya
Kurasa Kwa Bi Lan tidak akan mampu menandingi kelihaian Naga Sakti Sungai Kuning dan isterinya.
Siong Ki menggeleng kepalanya, tidak ingin menceritakan terlalu banyak tentang gurunya, te ntang dendam yang te rkandung di hati Kwa Bi Lan te rhadap gurunya, karena hal itu merupakan rahasia pribadi gurunya
Aku tidak tahu, enci, aku hanya ingin melaksanakan perintah suhu.
Ouw Ling te rsenyum dan mengangkat cawan anggurnya
Jangan khawatir, aku akan membantu dan kita pasti akan dapat menemukan penculik pute ri gurumu itu
Sekarang, mari kita minum sampai puas
Aku gembira sekali dapat bersahabat denganmu dan ingin merayakan kegembiraan ini berdua denganmu
N ah, minumlah, siauwte.
Siong Ki tentu saja tidak dapat menolak keramahan wanita itu dan diapun menemani Ouw Ling minum anggur sampai akhirnya guci anggur itu habis dan mereka berdua merasa ringan di hati dan kepala
Pengaruh anggur mulai bekerja dan Siong Ki yang ketika berada di rumah suhunya, jarang sekali minum anggur sampai sedemikian banyaknya, mulai merasa aneh
Dia mulai te rpengaruh alkohol dan hampir mabok
Sebetulnya Ouw Ling adalah seorang wanita yang sudah kebal terhadap minuman keras
Jangankan seguci anggur tadi dibagi dua dengan Siong Ki, andaikata ia habiskan sendiripun, ia tidak akan mabok
A kan tetapi, ia berlagak mabok, te rtawa-tawa dan setelah anggur habis, ia bangkit berdiri
Aku.....aku ingin tidur.....kembali ke kamarku.....
Akan tetapi ia te rhuyung dan biarpun Siong Ki juga merasa agak pening, dia khawatir wanita itu mabok dan te rjatuh, maka cepat dia memegang pundak Ouw Ling agar wanita itu tidak te rguling jatuh
Hi-hik, kau...
kau baik sekali, siauw-te......kau tampan sekali......
Ouw Ling merangkul dan menyandarkan kepalanya di dada yang bidang itu
Tentu saja Siong Ki merasa canggung dan salah tingkah, tidak tahu harus berbuat apa
Enci, engkau mabok, mari kuantar kembali ke kamarmu
Engkau harus beris tirahat dan tidur....
katanya, mencoba untuk mendorong wanita itu ke pintu
Akan tetapi karena dia sendiri juga merasa seolah lantai bergoyang, mereka berdua jatuh terduduk di atas pembaringan
Ouw Ling lalu merebahkan diri
Ouw-cici, pembaringanmu di sana, di kamarmu
Mari kuantar engkau pindah ke kamarmu .sendiri......
kata Siong Ki
Ouw Ling menggeliat seperti seekor kucing
Aihh, aku lelah, aku mengantuk...
apa sih salahnya aku tidur di sini
Di sana tidak ada te man, dingin dan kita-kita sudah menjadi sahabat baik, bukan......?
Tangannya menangkap le ngan Siong Ki dan dengan lembut dia menarik pemuda itu yang te rpaksa duduk kembali ke tepi pembaringan karena memang dia agak pening
Ras a aneh menguasainya, kepalanya terasa berat di luar dan ringan di dalam, melayang-layang dan le nyaplah semua ajaran gurunya te ntang tata susila
Diapun seperti hanyut dan tidak berdaya, te rseret oleh gelora nafsu berahi yang dikobarkan oleh Ouw Ling yang berpengalaman dan cerdik
Dalam keadaan setengah sadar, Siong Ki yang masih hijau dalam pergaulan dengan wanita itu, seolah menjadi lilin lunak yang menyerah saja dibentuk dan dipermainkan oleh Ouw Ling
Wanita itu memang berpengalaman dan ahli dalam menjatuhkan hati pria
Usianya sudah empatpuluh tahun, akan tetapi ia nampak tidak le bih dari duapuluh lima tahun
Siong Ki, biarpun amat lihai ilmu silatnya, kini menjadi korban dan mangsa yang lunak bagi Ouw Ling
Pada keesokan harinya, ketika terbangun dari tidur dan mendapatkan dirinya berada dalam dekapan Ouw Ling, Siong Ki tersadar dan terkejut, bahkan timbul penyesalan besar dalam hatinya
Namun, Ouw Ling segera dapat menghibur dan merayunya
Sebentar saja buyarlah kesadarannya, kalah semua pertimbangan akal sehat oleh nafsu yang te lah menguasai dirinya dan Siong Ki menyerah
Sejak malam hari itu, dia te lah dicengkeram oleh Ouw Ling, telah menjadi hamba dari nafsunya sendiri
Lenyaplah semua kesadaran, bahkan dia tidak merasa bersalah, mengejar kesenangan dan pemuasan nafsu
Dituntun oleh Ouw Ling yang berpengalaman
Seseorang bole h saja memiliki kepandaian tinggi, dan dapat menandingi dan mengalahkan musuh yang bagaimana kuatpun
Akan te tapi, musuh yang paling berbahaya bukan lain adalah dirinya sendiri, nafsu yang berada di dalam dirinya sendiri
Betapapun kuatnya seseorang, belum te ntu dia akan mampu menandingi nafsunya sendiri
Betapa banyaknya sudah contoh yang te rjadi di dalam sejarah, betapa orang-orang yang kuat dan te rkenal bijaksana, akhirnya jatuh oleh nafsunya sendiri
Kalau nafsu sudah memperbudak manusia, maka manusia itu akan menjadi permainan nafsu, akan melakukan apa saja demi pemuasan nafsu sehingga segala pertimbangan akal sehat tidak akan mampu menghalanginya
Kita tidak mungkin mematikan nafsu
Tanpa adanya nafsu, kita tidak akan menjadi manusia, bahkan tidak mungkin dapat hidup
Nafsu sudah diikutsertakan kita ketika kita lahir, dan nafsu merupakan peserta yang teramat penting bagi kehidupan manusia
Nafsu yang membuat kita mengenal enak dan tidak enak, senang dan susah, baik dan buruk, dan selanjutnya
Nafsu yang membuat mata kita mengenal keindahan, telinga kita mengenal kemerduan, hidung kita mengenal keharuman, mulut mengenal kelezatan dan sebagainya
Nafsu yang merupakan pendorong sehingga hati akal pikiran kita dapat membuat segala macam kemajuan demi kenyamanan hidup
Tanpa adanya nafsu, kita tidak dapat menikmati makanan dan mungkin kita tidak mau makan sehingga kelaparan
Tanpa adanya nafsu, kita tidak akan melakukan perbaikan-perbaikan dan mungkin kita masih akan tinggal di goa-goa dan jaman kita masih tetap jaman batu
Bahkan tanpa abanya nafsu berahi, pria dan wanita tidak akan saling te rtarik, tidak akan saling berhubungan, sehingga mahluk manusia tidak akan berkembang biak lagi.! Jelas, nafsu mutlak perlu bagi kehidupan kita! Akan te tapi, nafsu pula yang menyeret kita ke le mbah kesengsaraan, nafsu pula yang mendorong kita melakukan kejahatan, yaitu kalau nafsu yang tadinya diciptakan dan diikutsertakan kita untuk menjadi peserta dan menjadi pelayan, berbalik menjadi majikan yang memperhamba kita! Kalau nafsu sudah mencengkeram kita, memperbudak kita maka keadaan menjadi berbalik sama sekali
Nafsu mendorong kita menjadi budak yang selalu haus akan kesenangan, dan demi mengejar kesenangan itu kita menghalalkan segala cara
Nafsu mengejar kesenangan melalui uang menghalalkan segala cara pencarian uang melalui korupsi, penipuan, pencurian, perampokan dan sebagainya
Nafsu mengejar kesenangan melalui kedudukan menghalalkan segala cara pengejaran kedudukan melalui perbuatan kekerasaan, pengkhianatan, permusuhan, pembunuhan, perang dan sebagainya
Nafsu mengejar kesenangan melalui berahi menghalalkan segala cara pengejarannya melalui perjinahan, pelacuran, perkosaan dan sebagainya
Sejak dahulu kala, manusia berusaha untuk menanggulangi perbudakan oleh nafsu ini melalui pelajaran, pendidikan budi pekerti, agama, ilmu pengetahuan
Manusia berusaha untuk menyadarkan diri betapa buruknya keadaan kita kalau diperbudak oleh nafsu
Namun, melihat kenyataan yang ada, daya upaya manusia itu tidak banyak hasilnya
Manusia tetap menjadi budak nafsu, sampai sekarang
Bahkan setelah manusia memperoleh kemajuan pesat sekali dalam ilmu pengetahuan, tetap saja manusia tidak berdaya mengatasi nafsunya sendiri
Ilmu pengetahuan sama sekali tidak berdaya mengendalikan nafsu
Hal ini memang tidak aneh
Ilmu pengetahuan dapat maju karena adanya nafsu dalam hati akal pikiran
Mengharapkan pengertian dan pengetahuan untuk menalukkan nafsu, merupakan harapan hampa
Pengetahuan tidak mungkin dapat menundukkan nafsu
Hal ini banyak buktinya kalau kita membuka mata dengan waspada, melihat kenyataan dalam kehidupan ini, dalam diri sendiri maupun kehidupan manusia di sekeliling kita
Baru cengkeraman nafsu yang amat kecil saja, misalnya merokok, sudah sedemikian kuatnya sehingga tidak dapat ditaklukkan oleh pengetahuan
Semua perokok tahu dan mengerti bahwa merokok itu tidak baik untuk kesehatan dan sebagainya, namun mereka tetap tidak berdaya, tidak mampu menghentikan kebiasaan merokok! Bahkan hati akal pikiran yang sudah dicengkeram nafsu muncul sebagai pembela untuk membenarkan kebiasaan merokok itu dengan bisikan-bisikan bahwa merokok itu baik
agar nampak jantan, untuk menenangkan pikiran, untuk mencari ilham, untuk pergaulan dan segala macam pembelaan lagi
Coba kita bertanya kepada semua pencuri di dunia ini
Adakah seorang pencuri yang tidak tahu bahwa mencuri itu jahat
Semua pencuri tahu dan mengerti! Akan tetapi, mereka tetap saja mencuri! Karena pengetahuan itu tidak dapat menundukkan nafsu yang mendorongnya untuk mencuri demi memperoleh kesenangan melalui uang! De mikian pula para koruptor
Adakah seorangpun di antara para koruptor yang tidak tahu bahwa korupsi itu tidak baik
Semua koruptor tahu dan mengerti! Akan tetapi tetap saja mereka melanjutkan perbuatan korupsi itu
Dan hati akal pikiran, gudang pengetahuan dan pengertian itu, yang sudah dikuasai nafsu, bahkan menjadi pokrol, membela perbuatan korupsi itu sendiri dengan bisikan bahwa mereka melakukan korupsi untuk menghidupi anak bini, bahwa semua orang juga melakukannya, bahwa atasannya berkorupsi lebih banyak lagi dan sebagainya! Dalam setiap perbuatan yang sebetulnya dimengerti bahwa itu tidak baik, selalu saja pikiran muncul sebagai pembelanya, untuk membenarkan perbuatan jahat itu, atau setidaknya, mengurangi keburukann ya! Sekarang kita dihadapkan kepada keadaan yang amat sulit
Nafsu mutlak perlu bagi kehidupan kita
Kita mutlak membutuhkan nafsu untuk kelangsungan hidup di dunia ini
Akan tetapi nafsu pula yang menyeret kita ke dalam le mbah kejahatan, menyeret kita untuk melakukan penyelewengan! Lalu apa yang dapat kita lakukan
Hati akal pikiran kita tidak berdaya, karena semua pengetahuan tidak dapat menundukkan nafsu yang merajale la Apa yang dapat kita lakukan agar nafsu kembali kepada tugas dan kedudukannya semula, yaitu menjadi peserta dan pelayan kita dalam kehidupan ini
Apa yang dapat kita lakukan
Pertanyaan ini sudah bergema sepanjang jaman
Banyak orang pergi bertapa, menyiksa diri, melakukan segala macam tapabrata, semua ini merupakan usaha untuk menanggulangi nafsu, yaitu setan yang berada di dalam diri kita sendiri
Namun, hampir tidak ada yang berhasil
Lalu apa yang dapat kita lakukan
Jawaban yang te pat kiranya hanyalah bahwa kita seyogianya tidak melakukan apa-apa! Karena apapun yang kita lakukan, kelakuan itu masih dikemudikan oleh nafsu keinginan
Ingin bebas dari nafsu! Siapa yang ingin itu
Itupun masih pikiran yang bergelimang nafsu
Menginginkan sesuatu, walaupun keinginan itu merupakan keinginan bebas dari pada keinginan sekalipun! Tuhan Maha Pencipta! Tuhan maha Kuasa! Tuhan Maha Kasih! Kekuasaan Tuhan pula yang menciptakan adanya nafsu yang diikut-sertakan kita
Karena itu, tidak ada kekuasaan lain di dunia ini yang akan mampu menundukkan nafsu, kecuali kekuasaan Tuhan! Kita tidak perlu melakukan apapun
Kita hanya menyerah, kita hanya pasrah kepada Tuhan, dengan penuh kesabaran, keikhlasan, ketawakalan! Kita tidak perlu berusaha apapun untuk menundukkan nafsu, karena usaha apapun dari kita itu bahkan memperkuat nafsu, karena usaha itu sendiripun merupakan ulah nafsu
Kita menyerah mutlak kepada Tuhan dengan penuh keimanan dan kepasrahan
Penyerahan ini merupakan kuncinya, agar kekuasaan Tuhan selalu membimbing kita
Kekuasaan Tuhan bekerja membimbing kita setelah nafsu tidak lagi membimbing dan menguasai kita
Nafsu menjadi alat untuk hidup, namun kekuasaan Tuhan yang akan menjadi kendali, menjadi penuntun, dalam segala yang kita perbuat
Kalau nafsu sudah mencengkeram diri, maka manusia menjadi lupa segala
Seperti halnya Siong Ki
Dia menjadi permainan nafsu yang mengasyikkan
Apalagi nafsu itu digerakkan oleh pandainya Bi Tok Siocia Ouw Ling yang merayunya
Dan Siong Ki jatuh, Diapun kini menuruti apa saja yang dikehendaki wanita itu
Ketika Ouw Ling menyatakan kesediaannya mengawal keluarga pangeran yang akan ke kota raja, Siong Ki hanya setuju saja
Ouw Ling yang mengatur dan memimpin, sedangkan dia hanya ikut s aja
Pangeran yang menjadi hakim di Lok-yang itu bernama Pangeran Li Yan, masih kakak mis an dari Kaisar Tang Tai Cung yang dahulu bernama Pangeran Li Si Bin
Tentu saja setelah pamannya, yaitu ayah Li Si Bin yang bernama Li Gan menjadi kaisar pertama dari Kerajaan Tang berjuluk Tang Kao Cu, Li Yan sebagai keponakannya, juga ikut te rangkat derajatnya, bahkan mendapat sebutan pangeran dan kini menjabat sebagai hakim di Lokyang
Pada jaman itu, kedudukan hakim merupakan kedudukan yang te rhormat dan tinggi, disegani dan ditakuti para pejabat tinggi lainnya
Pangeran Li Yan berusia limapuluh tahun, isterinya yang akan melakukan perjalanan ke kota raja adalah is teri pertamanya yang berusia empatpuluh lima tahun, dan tiga orang anaknya yang ikut dengan ibu mereka ke kota raja adalah dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang berusia dari sepuluh sampai limabelas tahun
Isteri Pangeran Li Yan ini masih berdarah bangsawan dan berasal dari kota raja, dan sekali ini kepergiannya ke kota raja, selain menengok keluarga, juga untuk berpesiar bersama pute ra-pute rinya dan juga te ntu saja membawa surat laporan dari suaminya yang harus disampaikan kepada atasannya di kota raja
De mikianlah, pada hari yang ditentukan
Isteri pangeran itu bersama tiga orang anak-anaknya menunggang sebuah kereta dengan dua ekor kuda yang dikendalikan kusir keluarga pangeran itu
The Siong Ki dan Ouw Ling menunggang dua ekor kuda mengawal di belakang kereta
Ketika Hek I Sin-kai mengajak mereka menghadap Pangeran Li Yan, pangeran yang sudah percaya sepenuhnya kepada ketua kaipang itu segera menerima mereka dan menyetujui, bahkan senang sekali karena dua orang yang mengawal keluarganya bukan orangorang berpakaian pengemis, melainkan seorang wanita cantik dan seorang pemuda tampan
Di atas kereta itu sendiri dipasangi sebuah bendera hitam dengan tulisan Hek I Kaipang, sebagai tanda bahwa rombongan ini di bawah perlindungan perkumpulan pengemis itu
Hal ini untuk menjamin agar di dalam perjalanan tidak ada yang berani mengganggu
Juga mendengar permintaan Hek I Sinkai, pangeran itu menitipkan sebuah surat untuk pejabat di istana, dengan pesan kepada is terinya bahwa kalau kedua pengawal itu ternyata bekerja dengan baik, surat untuk memintakan pekerjaan bagi mereka di istana itu disampaikan kepada saudaranya yang menjadi pejabat di istana
-ooo0dw0ooo- Kita tinggalkan dulu Siong Ki dan Ouw Ling yang mengawal keluarga pangeran Li Yan dari Lok-yang menuju ke Tiang-an, karena sudah terlalu lama kita meninggalkan Thian Ki
Mari kita mengikuti perjalanan pemuda perkasa ini
Seperti kita ketahui, Thian Ki meninggalkan ibu kandungnya dan ayah tirinya dengan membawa dua macam tugas
Pertama, dia akan mengunjungi Si Han Beng untuk bertanya kepada pendekar itu, di mana dia bisa berte mu dengan Pek I Tojin atau He k Bin Hwesio karena hanya kedua orang itulah yang akan dapat menolongnya, yaitu membebaskannya dari pengaruh racun di tubuhnya
Ke dua dia harus mengambil kembali pedang Liong-cu-kiam, yaitu pedang pusaka yang dulu menjadi milik Cian Bu Ong dan kini berada di istana kaisar
Dia diberi waktu dua tahun oleh ibunya dan ayah tirinya
Pada pagi hari itu, pagi-pagi sekali, berangkatlah Thian Ki meninggalkan dusun Ke-cung di tepi Sungai Kuning dan di kaki bukit Kim-san
Dia membawa buntalan pakaian di punggungnya, dan tangannya memegang sebuah bungkusan kecil yang beris i makanan yang diberikan ole h Kui Eng kepadanya
Kui Eng! Gadis yang sejak kecil dianggapnya sebagai adik sendiri, kini seketika berubah baginya setelah ayah tirinya dan ibunya menyatakan bahwa dia dan Kui Eng ditunangkan, dijodohkan! Dan terutama sekali perubahan yang besar terjadi dalam sikap Kui Eng
Dahulu, gadis itu sayang dan manja kepadanya, menganggap dia sebagai kakak kandung
Setelah gadis itu tahu bahwa Thian Ki bukan kakak kandungnya, bahkan sama sekali tidak ada hubungan darah, berlainan ibu dan berlainan ayah, dan mendengar bahwa pemuda itu menjadi calon suaminya, Kui Eng telah benar-benar jatuh cinta kepadanya
Bukan lagi kasih sayang antara saudara, melainkan cinta kasih seorang wanita te rhadap seorang pria! Dan tadi gadis itu menghadangnya untuk menyerahkan bungkusan makanan itu yang dimasak sendiri olehnya tenggah malam tadi
De ngan langkah le bar dan cepat Thian Ki menuruni lereng terakhir
Bermacam perasaan te raduk di dalam hatinya
Biarpun kini dia menyadari sepenuhnya bahwa dia tidak bersalah, namun tetap saja hatinya menjadi sedih dan menyesal kalau dia te ringat kepada Kam Cin atau Cin Cin, gadis yang telah dia buntungi tangan kirinya itu
Terpaksa dia harus melakukan hal itu secepatnya sebelum racun menjalar naik
Andaikata dia tidak melakukan hal itu, sekarang Cin Cin pasti sudah tinggal nama saja, tentu telah te was
Biarpun membuntungi tangan gadis itu merupakan perbuatan untuk menyelamatkan nyawa Cin Cin, namun bagaimanapun juga, hal itu te rjadi karena dia, karena tubuhnya yang beracun sehingga ketika mencengkeram pundaknya, otomatis gadis itu keracunan tangannya sehingga te rpaksa dia membuntungi tangan itu dengan pedang
Kalau tidak, maka racun dari tangan itu akan menjalar naik dengan cepatnya dan kalau sudah sampai ke jantung atau otak, nyawa gadis itu tidak dapat ditolong lagi
Racun dalam tubuhnya yang dimasukkan oleh mendiang neneknya memang hebat bukan'main
Neneknya tidak percuma berjuluk Ban-tok Mo-li (Iblis Betina Selaksa Racun)
Thian Ki menghela napas panjang
Masih te ringat dia akan pandang mata Cin Cin kepadanya ketika tangan gadis itu dibuntunginya
Pandang mata yang penuh kekagetan, penuh penasaran, penuh kedukaan dan penuh dendam! Terkenang dia akan pertemuannya yang pertama dengan gadis itu di te pi sungai Kiang, melihat gadis itu mandi telanjang, kemudian betapa Cin Cin membalasnya dan melihat dia mandi telanjang dan memakinya seperti monyet! Kenangan ini membuat dia semakin sedih
Tiba-tiba Thian Ki menahan langkah kakinya dan berdiri termenung seperti orang terkejut
Memang dia terkejut oleh kenyataan di dalam hatinya
Dia mencinta Cin Cin! Kenyataan ini disusul dua hal yang membuat dia merasa te rpukul dan berduka, juga bingung
Dia mencinta Cin Cin akan tetapi dia telah membuntungi tangan gadis yang dicintanya, sehingga gadis itu tentu s aja mendendam dan membencinya
Dan hal ke dua, dia telah ditunangkan dengan Kui Eng yang mencintanya dengan tulus, padahal dia menyayang Kui Eng sebagai adik
Dia merasa bingung sekali
Cin Cin tidak bersalah ketika hendak membunuh ayah tirinya, yaitu Cian Bu Ong
Pertama, karena Cin Cin melaksanakan tugas yang diperintahkan subonya yang disakiti hatinya ole h bekas pangeran itu, dan ke dua, dan ini lebih gawat lagi, akan tetapi agaknya belum diketahui Cin Cin, yaitu bahwa kehancuran He k-houw-pang yang mengakibatkan te wasnya ayah kandung Cin Cin, ketua Hek-houw-pang yang bernama Kam Seng Hin, adalah akibat serbuan orang-orang Cian Bu Onng! Tidak, Cin Cin tidak dapat disalahkan
Setelah menuruni le reng bukit itu, Thian Ki melanjutkan perjalanannya menyusuri Sungai Huai
Dia hendak pergi ke Sin-yang yang berada di le mbah sungai itu
Dari Sin-yang dia akan meneruskan perjalanan menuju ke kota raja untuk melaksanakan perintah ayah tirinya atau yang kini ingin disebut guru, karena dia hendak dijodohkan dengan pute ri gurunya itu
Perintah itu bukan tugas yang ringan
Dia harus mencari dan mengambil pedang pusaka Liong cu-kiam (Pedang Mustika Naga) yang dahulunya milik Kerajaan Sui dan yang kini menjadi pusaka Kerajaan Tang
Berarti, dia harus dapat memasuki gedung te mpat penyimpanan pusaka dan mencari pedang itu
Pekerjaan ini amat sukar dan berbahaya, karena gedung pusaka itu sudah pasti dijaga ketat, dan dia mendengar bahwa Kaisar Tang Tai Cung yang dahulu bernama Li Si Bin adalah seorang yang lihai dalam ilmu silatnya, dan di istana te rdapat banyak jagoan yang berilmu tinggi
Dia harus berhati-hati sekali
-ooo0dw0ooo-