Jilid 23
Cin Cin, aku mendengar bahwa engkau diantar oleh sute Lai Kun untuk berguru kepada pendekar sakti Si Han Beng
Tentu saja hatiku lega dan setuju sekali
Akan tetapi, beberapa bulan yang lalu, aku dan suamiku berkunjung ke Ta-buncung, te rnyata Lai Kun te lah menjadi ketua Hekhouw-pang dan menurut dia, engkau hilang di daerah Lok-yang ini
Tentu saja aku merasa sedih dan kami berdua segera mencari dan menyelidiki jejakmu di daerah ini
Untung kami mendengar te ntang peristiwa di Ji-goan, betapa seorang gadis membasmi rumah pelesir dan kami curiga, lalu kami mencari ke Lok yang dan berte mu denganmu di jalan
Kami lalu membayangimu, melihat engkau diganggu orang-orang di rumah makan itu.
Cin Cin menundukkan mukanya
Kini ia mengerti semuanya dan ia sudah mempertimbangkan keadaan ibunya
Ibunya tidak dapat disalahkan, bahkan beruntung ibunya dapat berjodoh dengan seorang pendekar seperti Lie Koan Tek
Mengingat akan sikapnya ketika berte mu dengan ibunya, betapa ia bersikap kasar dan marah, ia merasa menyesal sekali dan hatinya te rtusuk keharuan, membuat kedua matanya basah
Melihat gadis itu hanya menunduk, Liu Hwa mendekati
Cin Cin........kau......kau..., suka memaafkan ibumu.......?
Cin Cin mengangkat mukanya
Wajahnya dan kedua matanya basah air mata yang kini menetes turun
I bu............!
Cin Cin anakku..............!
Dua orang wanita itu saling tubruk dan berangkulan, bertangisan
Lie Koan Tek te rsenyum akan te tapi dia menggunakan punggung tangan untuk menghapus dua titik air mata, air mata kebahagiaan karena tadinya dia khawatir sekali kalau Cin Cin tetap tidak mengakui ibunya dan hal itu pasti akan menghancurkan hati is terinya dan akan menyiksanya selama hidup
Ibu dan anak itu bertangisan dan semua kekerasan yang dibentuk ole h gurunya selama belasan tahun mencair dalam hati Cin Cin dan iapun menangis sampai mengguguk di pangkuan ibunya
Seluruh kerinduan yang bertumpuk selama ini tercurah keluar melalui tangis mereka dan di dalam tangis ini pula Cin Cin telah memaafkan semua rasa penasaran hatinya te rhadap ibunya selama ini
Setelah tangis mereka mereda, Liu Hwa merangkul le her pute rinya, menciuminya, meraba seluruh anggota tubuh pute rinya, dari rambut sampai ke kakinya
Ketika ia meraba lengan kirinya, ibu itu terisak
Cin Cin.......anakku, tangan kirimu......aih, kenapa sampai begini, anakku
Apa yang te rjadi dengan tanganmu?
Ia menciumi ujung lengan kiri yang buntung dan dibalut kain putih itu
De ngan suara seperti anak kecil manja melapor kepada ibunya, Cin Cin berkata lirih diseling is ak,
I bu.....tanganku dibuntungi oleh Thian Ki.....
Thian Ki.....?
Kau maksudkan, Coa Thian Ki pute ra Coa Siang Lee..
Gadis itu mengangguk dan menyandarkan mukanya di dada ibunya, menangis
Tapi.....mengapa?
Lie Koan Tek berkata dengan suaranya yang te nang dan sabar
Kurasa, sebaiknya kalau Cin Cin menceritakan pengalamannya semenjak meninggalkan Ta-bun-cung kepada ibunya.
Cin Cin kini sudah dapat menguasai hatinya
Kedua matanya merah dan ia memandang kepada Lie Koan Tek
Paman......eh, bolehkah aku menyebut ayah.....?
Lie Koan Tek tertawa, tawanya bebas dan keras tanda kelegaan hatinya
Ha-ha-ha-ha, tentu saja, Cin Cin
Memang aku ini ayahmu, pengganti ayah kandungmu yang telah tewas.
Maafkan sikapku tadi, ayah.
Tentu saja, Cin Cin
Sikapmu tadi tidak dapat kusalahkan, sudahlah sekarang sebaiknya kau ceritakan semua pengalamanmu, setelah engkau tadi mendengar ceritaku dan cerita ibumu.
Cin Cin duduk di atas akar, dekat ibunya dan menggunakan saputangan menghapus air mata dari wajahnya
Atas perintah mendiang kakek Coa, aku diantar oleh susiok Lai Kun untuk menjadi murid paman Si Han Beng di Hong-cun
Akan te tapi, ketika kami tiba di kota Ji-goan, paman Lai Kun bertindak curang dan keji
Aku dijualnya kepada seorang mucikari, pemilik rumah pelesir Ang-hwa.
Jahanam Lai Kun.........!!
Ibunya berseru dan mengepal tinju
Kalau aku tahu hal itu, ketika aku berhadapan dengannya, te ntu sudah kucekik le hernya..!
Tenanglah, ibu
Paman Lai Kun sekarang sudah te was.
Ibunya memandang kepadanya
Kau.....
kau membunuhnya?
Cin Cin tersenyum dan menggele ng kepala
Aku datang berkunjung ke sana dan melihat dia menjadi ketua Hek-houw-pang
Aku hanya membongkar rahasianya, menceritakan kepada semua orang apa yang dia lakukan te rhadap diriku, dan dia merasa malu lalu membunuh diri sendiri.
Aahhh.........kasihan isteri dan anak-anaknya,
kata Liu Hwa
Lalu bagaimana kelanjutan ceritamu, Cin Cin?
Cin Cin menceritakan pengalamannya ketika dipaksa tinggal di rumah pelesir Ang-hwa, betapa ia berusaha melarikan diri ketika ia dijual kepada seorang bangsawan, betapa ia dikejar-kejar tukang-tukang pukul, kemudian ditolong oleh seorang wanita sakti yang mengambilnya sebagai murid
Siapakah wanita sakti yang menjadi gurumu itu?
tanya ibunya
Subo adalah Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan.
Ahhhh!
Lie Koan Tek berseru kagum
I a seorang tokoh kangouw yang amat lihai, datuk dari timur!
Selama belasan tahun aku tekun berlatih ilmu silat dari subo
Kemudian, subo menyuruh aku turun gunung karena menganggap pelajaranku sudah tamat dan aku mendapat tugas untuk mencari dua orang musuh subo dan membunuhnya
Aku lalu mencari musuh pertama suboku, yaitu Pangeran Cian Bu Ong.
Ahh.........!
Lie Koan Tek berseru kaget
Juga isterinya te rkejut karena Liu Hwa sudah mendengar dari suaminya bahwa pangeran Kerajaan Sui yang dahulu menyuruh serbu He khouw-pang adalah Cian Bu Ong.!
Kenapa, ibu
Ayah
Kenapa kalian kaget mendengar nama Cian Bu Ong?
I ngatkah engkau akan ceritaku tadi bahwa aku dan beberapa orang yang lihai dibebaskan dari hukuman dan diharuskan membantu seorang pangeran, bahkan pangeran itu menyuruh kami menyerbu He k-houw-pang
Pangeran itu adalah Cian Bu Ong!
Hemm, sungguh kebetulan sekali
Kalau begitu, Cian Bu Ong juga musuh He k-houw-pang, musuh kita, ibu.
Akan tetapi dia sakti sekali, Cin Cin
Berhasilkah engkau membunuhnya?
Lie Koan Tek bertanya, penuh kagum
Kalau Cin Cin mampu mengalahkan Cian Bu Ong, berarti puteri tirinya ini memang luar biasa lihainya
Akan te tapi Cin Cin menggeleng kepalanya
Dia memang lihai, akan te tapi agaknya merasa bersalah te rhadap subo, maka dia sengaja mengalah
Agaknya aku pasti akan dapat membunuhnya kalau saja tidak dihalangi oleh Thian Ki.
Ketika mengucapkan nama itu, wajah Cin Cin mengeras dan matanya berkilat
Apa katamu
Thian Ki, putera Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci itu malah membela Cian Bu Ong musuh besar kita, juga musuh besarnya sendiri!
kata Liu Hwa terheran-heran
Bahkan le bih dari itu, ibu
Thian Ki telah menjadi putera Cian Bu Ong, dan ibunya te lah menjadi isteri bekas pangeran itu.
Wahhhh......?
Aneh sekali! Sungguh luar biasa sekali!
seru Liu Hwa, s ukar membayangkan hal itu dapat te rjadi
Kalau ia menjadi isteri Lie Koan Tek, biarpun pendekar Siauw-lim-pai ini pernah membantu Cian Bu Ong, adalah karena ternyata bahwa Lie Koan Tek bukan penjahat dan tidak membunuhi orang-orang He k-houw-pang, bahkan menolongnya
Akan te tapi Pangeran Cian Bu Ong
Dia yang menyuruh anak buahnya menghancurkan He k-houw-pang sehingga akibatnya menewaskan pula Coa Siang Lee, dan isteri Siang Lee itu malah menjadi isteri pangeran itu
Dan Coa Thian Ki yang membela Pangeran Cian Bu Ong membuntungi tangan kirimu, Cin Cin?
tanya Lie Koan Tek yang juga merasa terheranheran
Cin Cin menggeleng kepalanya dan alis nya berkerut ketika ia menunduk dan memandang kepada ujung le ngan kirinya
Dia mencegah aku membunuh Cian Bu Ong, sehingga te rjadi perkelahian antara dia dan aku
Thian Ki yang menjadi anak tiri dan murid Cian Bu Ong, lihai bukan main
Akan te tapi aku berhasil mencengkeram pundaknya dengan tangan kiriku
Seketika, tangan kiriku keracunan hebat sampai menjadi hitam dan Thian Ki menggunakan pedangnya untuk membuntungi tanganku sebatas pergelangan
Katanya.......kalau tidak dia buntungi tanganku, racun akan menjalar naik dan aku akan te was tanpa ada obat yang dapat menyembuhkannya.
Ahhh, mengerikan!
kata Lie Koan Tek
Bagaimana mungkin engkau mencengkeram pundaknya malah engkau yang keracunan?
Ayah, Thian Ki adalah seorang tok-tong (anak beracun), hal ini kuketahui kemudian
Di tubuhnya mengeram racun yang amat hebat sehingga siapa saja yang memukul atau mencengkeramnya akan keracunan sendiri tanpa ada obat yang mampu menyembuhkannya.
Aku ingat sekarang!
kata Liu Hwa
Ibunya, Sim Lan Ci, adalah puteri Ban-tok Mo-li, ahli racun yang tiada duanya di dunia persilatan
Tentu neneknya itulah yang membuat Thian Ki jadi seorang tok-tong.
Bukan main anak itu,
kata Lie Koan Tek te rmenung
Sudah menjadi tok-tong, menjadi anak tiri dan murid Cian Bu Ong, te ntu dia menjadi seorang yang amat hebat
Baru memukulnya saja sudah mendatangkan bahaya maut bagi yang memukulnya! Akan sulit mencari orang yang akan mampu menandingi pemuda itu.
Jangan-jangan dia akan menjadi seorang penjahat
Akan berbahaya sekali kalau begitu
Mendiang ayahnya, Coa Siang Lee, adalah seorang pendekar dan ibunya, biarpun pute ri Ban-tok Moli, namun bukan seorang wanita jahat.
Hemm, setelah menjadi seorang tok-tong, sadar akan kekuataan dalam tubuhnya, dan menjadi murid Cian Bu Ong yang sakti dan kejam, memang ada kecondongan bagi pemuda itu untuk menjadi jahat
Yang jelas, Cin Cin telah menjadi korban anak beracun itu, dan kehilangan tangan kirinya.
Liu Hwa mengamati wajah puterinya dan Cin Cin menunduk, menarik napas panjang
Cin Cin, apakah engkau mendendam kepada Thian Ki?
Gadis itu kembali menghela napas panjang dan menggeleng kepalanya
Sesungguhnya ibu, ketika aku kehilangan tangan kiri, aku menjadi berduka sekali dan merasa sakit hati
Akan tetapi, aku merasa yakin bahwa Thian Ki bukanlah orang jahat
Justru dia membuntungi tangan kiriku untuk menyelamatkan nyawaku, dan dia melakukannya secara te rpaksa sekali
Bahkan tangan kiriku keracunan bukan karena dia menyerangku, melainkan karena aku yang mencengkeram pundaknya
Aku tidak dapat menyalahkan dia, ibu
Akan te tapi, bagaimanapun juga, aku menjadi buntung karena dia, disengaja atau tidak, maka selalu ada dendam te rkandung dalam hatiku
Sekali waktu, entah kapan, aku akan membalas semua ini, dan mudah-mudahan aku akan dapat membuntungi tangan kirinya, baru akan puas rasa hatiku dan tidak akan merasa penas aran lagi.
Diam-diam Liu Hwa merasa ngeri
Hampir ia tidak dapat mengenal puterinya yang dahulu merupakan seorang anak yang periang dan berhati le mbut
Sekarang, ada sesuatu yang membuatnya merasa ngeri
Pute rinya itu kini berwatak keras dan terdapat sesuatu yang dingin
Lie Koan Tek menarik napas panjang
Me ndengarkan penuturanmu, akupun merasa ragu apakah benar Thian Ki menjadi seorang pemuda yang kejam dan jahat
Kalau memang engkau menganggap dia tidak bersalah, tidak semestinya kalau engkau mendendam kepadanya, Cin Cin
Seorang gagah tidak pernah mendendam, hanya menentang yang jahat, siapapun dia
Kalau Thian Ki ternyata jahat, sudah sepatutnya kalau engkau menentangnya, akan tetapi kalau ternyata tidak, maka tidak baik kalau engkau mendendam kepadanya.
Apa yang dikatakan ayahmu benar, Cin Cin
Engkau te ntu masih ingat bahwa ayah kandungmu adalah ketua Hek-houw-pang yang selalu membela kebenaran dan keadilan, juga keluarga ibumu adalah keluarga Coa yang turun te murun menjadi pimpinan He k-houw-pang
Bahkan ayah tirimu ini adalah seorang pendekar Siauw-lim-pai yang te rkenal selalu menentang ketidak-adilan
Engkau keturunan keluarga pendekar, anakku, oleh karena itu, setelah kini memiliki ilmu kepandaian tinggi, sudah sepatutnya kalau engkau bersikap dan bertindak sebagai seorang pendekar wanita sejati.
Cin Cin menghela napa panjang
Ibu, biarpun subo adalah seorang datuk yang berwatak aneh dan keras, namun karena sejak kecil aku sudah menerima pendidikan dari ibu dan ayah, maka didikan subo tidak akan mampu membelokkan watak pendekar dari hati dan pikiranku
Akan tetapi aku berhutang budi, bahkan berhutang nyawa kepada subo
Kalau aku tidak membalas budinya, bukankah aku sama saja dengan seorang yang tak mengenal budi, seorang yang rendah budi?
Tentu saja, Cin Cin
Sudah sewajarnya, bahkan sudah menjadi kewajibanmu untuk membalas budi kepada subo-mu!
kata Lie Koan Tek dan ibunya juga mengangguk
Nah, karena memenuhi permintaan su-bo, maka aku mati-matian mencari Cian Bu Ong dan berusaha membunuhnya
Akan te tapi, Thian Ki membela ayah tlrinya yang juga menjadi gurunya dan menghalangi usahaku untuk memenuhi tugas yang diberikan subo kepadaku, yaitu membunuh Cian Bu Ong
Akibat dari perbuatan Thian Ki, walaupun tidak dia sengaja, aku kehilangan tangan kiriku
Ayah dan ibu, tidakkah sudah sepatutnya kalau aku kelak membalas kepada Thian Ki
Dan akupun akan berusaha memenuhi permintaan subo, sekali lagi aku akan berusaha menbunuh Cian Bu Ong!
Akan tetapi itu berbahaya sekali, anakku
Engkau tahu sendiri betapa lihainya bekas pangeran itu! Apa lagi muridnya, Thian Ki pasti akan selalu membelanya!
Aku tidak takut, ibu
Dan selain itu, masih ada sebuah tugasku lagi yang diperintahkan subo, yaitu membunuh seorang lain yang menjadi musuh subo.
Ah, betapa berat tugasmu, disuruh membunuh orang-orang pandai
Siapa lagi yang dimusuhi oleh subomu itu, Cin Cin?
Orang ke dua yang harus kucari dan kubunuh bernama Can Hong San.........
Ahh! Dia..........?
Lie Koan Tek berseru kaget, juga Liu Hwa terkejut mendengar disebutnya nama itu
Ayah, ibu, kalian sudah mengenal nama itu?
Me ngenal
Tentu saja!
kata Lie Koan Trek heran
Can Hong San adalah seorang di antara mereka yang dikeluarkan dari penjara oleh Cian Bu Ong, dan kemudian menjadi pembantunya pula
Dialah seorang di antara kami yang menyerbu Hekhouw-pang, dan dialah yang melakukan banyak pembunuhan di antara keluarga Hek-houw-pang.
Bahkan dia hampir saja mencelakai aku, kalau saja tidak muncul ayahmu ini yang menolongku dari tangannya,
kata Liu Hwa
Bagus! Kalau begitu, sungguh kebetulan sekali subo menyuruh aku membunuhnya
Dia jelas orang yang jahat!
kata Cin Cin penuh semangat
Dapatkah ayah dan ibu memberitahu, di mana aku dapat mencari Can Hong San?
Lie Koan Tek menghela napas panjang
Aah, Cin Cin, bagaimanapun juga, subomu itu sungguh tega memberi tugas yang demikian berat kepadamu
Seorang Cian Bu Ong saja sudah merupakan lawan yang amat berat dan sukar untuk dibunuh, dan engkau masih harus menghadapi Can Hong San
Dia lihai bukan main! Dia adalah putera mendiang Cui-beng Sai-kong
Dia lihai, jahat dan licik sekali
Bahkan mungkin dia le bih berbahaya dibandingkan Cian Bu Ong yang setidaknya memiliki keaangkuhan dan kegagahan
Kami sendiri tidak tahu di mana dia sekarang berada
Tidak akan mudah mencari orang yang licik se perti iblis itu.
Akan tetapi, kenapa gurumu memusuhi kedua orang itu, Cin Cin
Sepanjang pendengaranku
Tung-hai Mo-li adalah seorang datuk besar di wilayah timur
Bagaimana ia memusuhi orangorang yang dapat dibilang segolongan, walaupun Cian Bu Ong berasal dari keluarga kerajaan?
Riwayat subo dengan Cian Bu Ong amat menyedihkan, ibu
Mereka ketika muda saling mencinta dan akan menjadi suami isteri, akan tetapi tiba-tiba Cian Bu Ong memutuskan cinta ketika mengetahui bahwa subo datang dari keluarga golongan hitam
Hal ini menghancurkan perasaan hati subo sehingga sejak itu, sampai sekarang, subo tidak mau menikah, bahkan tidak mau berdekatan dengan pria
Itulah dendam subo kepada Cian Bu Ong
Adapun mengenai Can Hong San, orang itu dahulu membunuh suheng dari subo
Hanya itu yang kuketahui
Aku tidak banyak bertanya dan hanya akan mentaati pesan subo yang sudah melimpahkan budi kepadaku.
Suami isteri itu saling pandang
Mereka tidak dapat menyalahkan Cin Cin, bahkan mereka merasa bangga karena Cin Cin te rnyata seorang murid yang se tia membela gurunya sehingga dalam melaksanakan tugas yang diperintahkannya, ia sampai kehilangan tangan kiri
Dan inipun tidak membuatnya mundur, dan ia masih bertekad untuk mencari dan membunuh kedua orang musuh gurunya itu!
Mari kita pulang dulu, Cin Cin
Aku amat merindukanmu dan rasanya tidak akan ada habisnya kita bicara
Nanti setelah berada di rumah, kita bicarakan te ntang tugasmu itu dan ayahmu yang mempunyai banyak hubungan di dunia kang-ouw, te ntu akan dapat membantumu mencari tahu di mana adanya Can Hong San itu.
Cin Cin menyetujui
Iapun sejak dahulu amat merindukan ibunya, dan mengingat akan sikapnya ketika bertemu ibunya dan ayah tirinya, ia merasa malu sendiri dan ia harus dapat menyenangkan hati ibunya untuk menebus sikapnya yang menyakiti hati itu
Berangkatlah mereka bertiga meninggalkan tempat itu
-ooo0dw0ooo- De ngan alis berkerut dan wajah muram, The Siong Ki memasuki kota Lok-yang
Biarpun kota ini amat indah dan ramai, namun hati Siong Ki tidak bergembira
Dia masih teringat akan kegagalannya membunuh Lie Koan Tek karena munculnya Cin Cin
Tak dis angkanya bahwa Cin Cin kini demikian lihainya
Dia yang telah digemble ng oleh Naga Sakti Sungai Kuning Si Han Beng dan iste rinya, agaknya tidak akan mudah dapat mengalahkan gadis yang tangan kirinya buntung itu! Kalau menghadapi Cin Cin sendiri saja belum tentu dia menang, apalagi kalau dia dikeroyok oleh Cin Cin, ibunya dan Lie Koan Tek
Hatinya mengkal, akan te tapi dia menghibur sendiri
Bukankah suhu dan subonya berpesan agar dia tidak mendendam kepada Lie Koan Tek
Juga, melihat sikap Lie Koan Tek dan jawabannya, dia dapat percaya bahwa Lie Koan Tek bukan pembunuh ayahnya, walaupun ikut menyerbu He k-houw-pang
Biarlah, sekali ini dia boleh melepaskan Lie Koan Tek
Lain kali kalau kebetulan dia bertemu lagi dengan pendekar Siauw-lim-pai itu, dia akan menantangnya lagi
Tidak perlu sampai membunuhnya, asal sudah mengalahkannya saja dia sudah puas
Sekarang dia harus mulai dengan tugas yang diberikan gurunya kepadanya, yaitu mencari puteri gurunya yang bernama Sie Hong Lan dan yang diculik oleh seorang wanita bernama Kwa Bi Lan
Dia merasa heran sekali kepada suhu dan subonya
Ada seorang wanita menculik pute ri mereka, anak tunggal mereka, dan memisahkan mereka dari anak mereka selama enambelas tahun, dan mereka berdua tidak mendendam kepada si penculik! Bahkan memesan kepadanya agar tidak memusuhi Kwa Bi Lan itu, cukup menemukan kembali Sie Hong Lan! Kenapa suho dan subonya yang demikian gagah perkasa itu menjadi orangorang demikian le mah
Dia sendiri berpendapat lain
Penculik itu pantas diberi hajaran! Siong Ki memasuki sebuah rumah makan dan setelah makan kenyang dan minum arak, kemurungannya mereda dan kegembiraannya timbul kembali
Sudah beberapa bulan dia meninggalkan rumah gurunya dan selama ini, tidak banyak yang dia lakukan
Mengunjungi makam ayahnya di dusun Ta-bun-cung, berte mu dengan para pimpinan dan anggota He k-houwpang, melihat betapa Lai Kun membunuh diri dan menolak ketika dia he ndak diangkat menjadi ketua He k-houw-pang
Kemudian pertemuannya dengan Lie Koan Tek dan bekas isteri ketua Hek-houwpang, ibu Cin Cin, bertanding dan hampir mengalahkan mereka ketika muncul Cin Cin yang membuat dia te rpaksa melarikan diri
Tidak banyak! Dan tidak ada yang dapat membuat gurunya terse nyum bangga
Beberapa orang pengemis yang tadinya berkeliaran ke depan toko-toko dan mengacungkan tangan meminta sumbangan dari mereka yang berlalu lalang, kini berdiri di depan rumah makan
Seperti biasa, mereka mengharapkan dermaan para tamu rumnah makan, dan ada yang mengharapkan sis a makanan yang tidak dimakan habis para tamu dan sisa itu biasanya ole h pelayan rumah makan dibagi-bagikan kepada mereka
Bermacam-macam cara pengemis untuk mendapatkan hasil, menarik perhatian dan rasa iba orang lain sehingga orang-orang itu akan mengulurkan bantuan dan memberi sedekah kepada mereka
Ada yang dengan suara merengekrengek merintih menceritakan bahwa mereka kelaparan dan sejak kemarin belum makan
Ada yang entah dari mana, dapat meminjam seorang anak kecil yang digendongnya, dan ada pula yang demikian kejamnya, entah anak sendiri atau anak pinjaman, mencubit anak itu, sehingga anak itu menangis dan ia mengatakan bahwa anak itu kelaparan
Ada pula yang tiba-tiba saja menjadi pincang, menjadi buta dan sebagainya! Semua itu adalah usaha untuk menarik perhatian dan belas kasihan, baik dengan sungguh-sungguh, atau hanya pura-pura belaka
Bahkan ada lagi yang menggunakan cara yang le bih buruk, yaitu bukan memancing belas kasihan, melainkan memancing kejijikan para tamu
Mereka ini sengaja memakai pakaian kotor dan berbau busuk, bahkan ada yang sengaja membuka dan memperlihatkan luka memborok, semua ini sengaja dilakukan untuk menimbulkan rasa jijik sehingga para tamu cepatcepat memberi sedekah agar orang yang menjijikkan itu segera pergi! Ketika tiga orang pengemis lain datang ke depan rumah makan, semua pengemis dengan bermacam gaya itupun cepat-cepat pergi dengan sikap ketakutan
Seorang di antara tiga orang pengemis ini menghardik,
Jembel-jembel busuk, hayo pergi, atau kuremukkan tulang-tulang kaki kalian!
Sungguh lucu
Tiga orang itu berpakaian sebagai pengemis pula, tambal-tambalan dengan dasar warna hitam
Mereka sendiri pengemis, akan tetapi mereka memaki pengemis lain sebagai je mbelje mbel busuk! Akan tetapi memang ada perbedaan menyolok
Tiga orang ini adalah laki-laki yang usianya antara tigapuluh sampai empatpuluh tahun, bertubuh sehat, bahkan nampak kokoh kuat! Dan pakaian merekapun sama, yaitu dasarnya hitam akan te tapi te rdapat tambalan di sana-sini
Mudah dilihat bahwa tambalan itu bukan untuk menambal bagian yang ro bek, karena pakaian hitam itu te rbuat dari kain yang masih baik dan kuat
Tambal-tambalan itu memang disengaja dibuat sebagai tanda bahwa mereka adalah golongan pengemis
Inilah tiga orang di antara para pengemis yang mempunyai perkumpulan! Mereka adalah para anggota sebuah kai-pang (perkumpulan pengemis) terkenal di Lokyang dan sekitarnya, yaitu He k I Kai-pang (Perkumpulan Pengemis Baju Hitam)
Perkumpulan ini berpengaruh sekali karena mereka memiliki anggota yang le bih dari tigaratus orang jumlahnya, suka melakukan pengeroyokan dan para anggotanya juga rata-rata menguasai ilmu silat
Biarpun namanya pengemis, namun mereka itu seringkali mengandalkan kekerasan memaksakan kehe ndak dan kalau sudah begitu, mereka itu lebih pantas disebut perampok dari pada pengemis ! Siong Ki masih minum arak dan hatinya mulai mendapatkan kembali kegembiraannya
Dia membawa benal uang cukup banyak dari gurunya, sehingga dapat memesan makanan apa saja yang disukainya
Dia tidak tahu bahwa sejak tadi seorang wanita memasuki rumah makan itu seorang diri
Wanita ini cantik dan genit
Melihat wajah dan bentuk tubuhnya, te ntu semua orang mengira bahwa usianya kurang le bih duapuluh lima tahun saja
Mukanya lonjong dengan kulit yang putih mulus, matanya jeli dan mulutnya selalu dihias senyuman genit, tubuhnya ramping dengan pinggul besar
Wanita ini bukan lain adalah Bi Tok Siocia
Seorang wanita petualang yang lihai, yang sebetulnya sudah berusia empatpuluh tahun, akan te tapi karena pandainya bersolek, ditambah lagi pengetahuannya te ntang racun dan obatobatan, ia masih kelihatan muda dan cantik menarik
Kita pernah bertemu Bi Tok Siocia ketika Cin Cin mengamuk di rumah pelesir Ang-hwa, di kota Jigoan
Rumah pelesir Ang-hwa yang dipimpin oleh Cia Ma itu pernah dikuasai oleh Bi Tok Sio-cia ini, yang mempergunakan kepandaian dan juga anak buahnya, untuk menculik dan membujuk gadis gadis dusun untuk dijadikan pelacur
Kedatangan Cin Cin yang mengobrak-abrik rumah pelesir ini akhirnya memaksa Bi Tok Siocia melarikan diri dan banyak anak buahnya menjadi korban kemarahan Cin Cin, dibuntungi sebelah tangan mereka.! Bi Tok Siocia mengalah dan lari, bukan hanya karena ilmu kepandaian Cin Cin yang hebat membuatnya merasa jerih, akan tetapi karena ia tahu bahwa Cin Cin murid Tung-hai Mo-li, ia tidak berani memusuhi murid datuk timur yang disegani ayah angkatnya itu
Ayah angkatnya adalah Ouw Kok Siang, majikan bukit Liong-san
Setelah meninggalkan rumah pelesir Ang-hwa di Ji-goan, Bi Tok Siocia (Nona Beracun Cantik) Ouw Ling pergi ke Lok-yang
Petualangannya di Ji-goan sudah berakhir dan kini ia mencari pengalamanan baru, sesuai dengan wataknya yang selalu haus akan petualangan
Ketika memasuki rumah makan itu, duduk dan memesan makanan, pandang matanya melihat Siong Ki dan ia segera merasa te rtarik sekali
Bi-tok Siocia memang seorang wanita yang selalu haus akan pria yang tampan, seorang yang mata keranjang dan cabul
Dan Siong Ki memang seorang pemuda yang memiliki daya tarik cukup besar
Tubuhn ya tinggi te gap, wajahnya tampan dengan matanya yang bersinar tajam dan mulut yang selalu tersenyum sinis
Dagunya te bal membayangkan kekuatan, dan tubuh yang tinggi tegap itupun nampak kokoh
Bitok Siocia Ouw Ling yang baru saja mengalami kegagalan dan kekecewaan di Ji-goan, kini haus akan hiburan dan ia mulai mengincar pemuda tampan yang duduk seorang diri itu dengan penuh perhatian
Bukan han ya suara saja yang mengandung getaran yang bergelombang dan dapat ditangkap oleh orang lain dari jarak jauh, juga pandang mata mengandung getaran kuat bagi orang yang memiliki kepekaan
Kalau kita memandang seseorang dari samping atau belakang dengan penuh perhatian dan te rus-menerus, suatu saat orang yang kita pandang itu akan menoleh ke arah kita tanpa dia sadari sendiri, dan itulah akibat dari getaran yang terkirim melalui pandang mata kita dan akhimya te rtangkap oleh orang yang kita pandang, walaupun di bawah sadar dan membuat dia menengok
Siong Ki adalah seorang yang banyak berlatih samadhi dan sin-kang dan ia memang selalu berlatih untuk mempertajam kepekaannya
Kini ada orang memandang kepadanya penuh perhatian, tentu saja sejak tadi dia telah dapat menangkap dan diapun pernah mengerling ke kanan dan melihat bahwa di sana duduk seorang wanita cantik yang mengamatinya dari jauh
Akan tetapi, dia tidak menanggapi
Oleh gurunya, dia dididik agar bersikap sopan dan pandai membawa diri sebagai seorang pendekar sejati, juga seorang yang banyak membaca dan mengenal kesusilaan dan kebudayaan
Tiga orang pengemis anggota Hek I Kai-pang yang tadi telah mengusir para pengemis lain, kini mengamati ke dalam rumah makan dan ketika mereka itu melihat bahwa di rumah makan itu duduk belasan orang tamu, seorang di antara mereka memberi isyarat dan merekapun masuk ke dalam rumah makan
Para pelayan yang melihat ini, tidak ada yang berani melarang walaupun mereka mengerutkan alis dan merasa tidak senang
Tentu saja menyebalkan sekali kalau ada tiga orang pengemis begitu saja memasuki rumah makan, bukan untuk membeli makanan melainkan untuk mengemis kepada para tamu
Dan para tamu agaknya adalah orang-orang Lokyang
Mereka mengenal anggota pengemis Hek I kai-pang, maka tanpa banyak bantah lagi, mereka dengan suka rela mengeluarkan uang dari saku baju dan memberi derma kepada tiga orang pengemis itu yang mengacungkan sebuah kaleng bundar
Tak seorangpun di antara para tamu menolak, dan bukan pula uang receh kecil yang dimasukkan ke dalam kaleng itu
Sejak mereka memasuki rumah makan, Siong Ki telah melihat mereka
Dia merasa penasaran dan heran sekali mengapa ada tiga orang berpakaian pengemis memasuki rumah makan dan kehe ranannya meningkat ketika tiga orang pengemis itu menerima uang dari para tamu seperti petugas-petugas pemungut pajak saja, sama sekali bukan seperti orang minta-minta
Dan melihat betapa sikap mereka itu keren, dengan alis berkerut dan mata melotot, diapun mengerti bahwa mereka tentulah jagoan-jagoan berpakaian pengemis yang suka memaksakan kehe ndak, dan para tamu itu takut membuat keributan maka memberi uang tanpa banyak cakap lagi
Akhirnya, setelah berkeliling, hanya tinggal Siong Ki dan Bi-tok Sio-cia saja yang belum mereka datangi
Kini mereka tiba di meja Siong Ki dan seperti yang telah mereka lakukan pada para tamu di meja lain, seorang di antara mereka datang memegang kaleng itu menyodorkan kalengnya ke arah Siong Ki, sedangkan dua orang yang lain memandang kepada Siong Ki dengan alis berkerut dan mata melotot! Siong Ki balas memandang mereka bertiga
Dia sudah berhenti makan, dan dengan sikap yang tidak mengerti, dia lalu bertanya, suaranya tenang dan halus
Kalian ini mau apa?
Siong Ki mengerling ke arah wanita tadi dan melihat bahwa wanita itu memandang kepadanya dan wanita itu seperti te rsenyum geli
Pengemis yang memegang kale ng, menggerakkan kalengnya sehingga terdengar bunyi uang berkerincingan di dalam kaleng itu
Seorang pengemis yang melotot dan berhidung besar, berkata dengan suara keras
Hemm, engkau tentu bukan orang sini
Sobat, kami minta sumbangan.
Orang ke dua yang matanya sipit sekali hamper te rpejam, menyeringai ketika berkata
Karena engkau tamu dari luar kota, harus memberikan dua kali lipat!
Siong Ki tidak ingin melihat keributan di situ, maka diapun mengambil sebuah uang receh kecil dan memasukkannya ke dalam kaleng sambil berkata
Nah, ini sedekah dariku, harap cepat pergi dan jangan menggangguku!
Si pemegang kaleng menurunkan kalengnya dan melihat isinya
Ketika melihat uang receh kecil itu, dia cemberut, lalu mengambil uang itu, dijepit di antara jari telunjuk dan jari te ngah, kemudian dia berkata galak,
Sobat, jangan main-main dengan kami! Kami adalah tiga orang anggota He k I Kaipang
De ngan memberi recehan kecil, engkau menghina kami!
Orang yang mulutnya le bar ini menggerakkan tangan yang menje pit uang recehan dan uang itupun meluncur ke atas meja Siong Ki dan menancap sampai hampir seluruhnya ke dalam papan meja!
Hayo berikan dua potong uang perak!
kata si hidung bes ar dengan sikap mengancam
Masih untung teman kami tidak melempar uang recehan kecil itu ke dalam kepalamu!
kata pula si mata sipit
Siong Ki masih tersenyum, akan te tapi senyumnya mengejek dan dingin, sedangkan sinar matanya mulai mencorong marah
Dengan gerakan seenaknya, dia mengusap permukaan meja dan kedua jari tangannya telah berhasil mencabut uang recehan yang menancap ke atas meja
Dia mengangkat uang tembaga itu ke atas dan berkata,
Agaknya kuberi sepotong uang, kalian menjadi tidak puas karena bingung untuk membagi
Nah, kubagi tiga untuk kalian masing-masing sepotong!
Berkata demikian, Siong Ki menggunakan jari tangannya untuk mematah-matahkan mata uang itu menjadi tiga potong, seolah-olah uang tembaga itu hanya terbuat dari daun kering saja
Melihat ini, tiga orang pengemis itu te rbelalak
Akan tetapi mereka adalah orang-orang kasar yang biasanya mau menang sendiri, apalagi mengandalkan kepandaian dan kekuatan mereka yang suka mengeroyok, maka menghadapi pertunjukan kekuatan itu, mereka bahkan menjadi marah
Bagus! Engkau ingin memamerkan sedikit kepandaianmu kepada kami
Jangan salahkan kami kalau kami mempergunakan kekerasan!
kata si hidung besar dan mereka bertiga bersiap untuk melakukan pengeroyokan
Pada saat itu, terdengar suara tawa merdu dari samping, disusul suara wanita
Hi-hik, agaknya He k I Kai-pangcu (Ketua Perkumpulan Pengemis Baju Hitam) tidak becus mengurus anak buahnya, hingga kini anak buah He k I Kaipang bukan lagi para pengemis , melainkan para perampok yang tak tahu malu! Cih, sungguh memualkan perutku!
Tentu saja tiga orang pengemis itu menjadi marah sekali
Kemarahan mereka kepada Siong Ki le nyap karena ada orang lain yang mengucapkan penghinaan hebat kepada mereka, bahkan kepada perkumpulan dan ketua mereka
Cepat mereka memutar tubuh menghadapi wanita yang mengeluarkan kata-kata tadi, sedangkan Siong Ki tahu bahwa mengeje k itu adalah wanita cantik yang sejak tadi memperhatikan dia
Diapun menengok dan memandang dan dia merasa khawatir
Wanita itu cantik je lita dan tidak kelihatan seperti wanita kang-ouw yang berilmu, bagaimana berani bersikap menghina tiga orang pengemis itu
Diam-diam diapun bersiap untuk melindungi kalau-kalau wanita itu te rancam bahaya
Si hidung besar memandang kepada wanita itu dan diapun merasa heran
Wanita itu cantik jelita, berani sekali menghina dia dan dua orang te mannya!
Apa kau bilang tadi?
bentaknya, karena dia masih belum percaya kalau wanita cantik ini yang tadi menghina mereka
Wanita itu, yang belum selesai makan, menggunakan sumpitnya menjepit sepotong sayur hijau dan memasukkan ke mulutnya, mengunyahnya dengan gerakan mulut yang manis sebelum menjawab
Nampaknya tenang sekali
Aih, kalian belum mendengar apa yang kukatakan tadi
Sayang.......
ia lalu menuding mereka satu demi satu,
hidungmu saja besar, dan yang itu matanya te rlalu sipit, dan yang ke tiga perutnya saja yang le bar, akan te tapi agaknya telinga kalian bertiga terlalu sempit dan agak tuli sehingga tidak mendengar apa yang kukatakan tadi
Nah, dengar baik-baik, aku mengatakan bahwa kalian ini hanyalah pencoleng-pencoleng kecil yang mengenakan pakaian pengemis, dan bahwa kalian bertiga tidak tahu malu, mengotorkan tempat ini dan bahwa ketua kalian tidak becus mengajar kalian! Nah, sudah dengar sekarang?
Kemarahan tiga orang anggota He k I Kai-pang berkobar, akan te tapi pada saat itu pemilik rumah makan te rgopoh-gopoh lari menghampiri dan diapun memberi hormat kepada tiga orang pengemis itu dengan membungkuk dalam
Harap sam-wi (anda bertiga) mengingat hubungan baik antara kami dengan ketua sam-wi dan tidak mengadakan perkelahian di sini sehingga akan merusak tempat kami
Mendengar ucapan itu, tiga orang pengemis saling pandang, dan si hidung besar memberi is yarat kepada dua orang kawannya untuk pergi
Kami akan menunggumu di luar untuk membuat perhitungan!
katanya dengan nada mengancam kepada wanita cantik itu
Mereka lalu melangkah dengan wajah kemerahan karena amarah yang ditahan-tahan
Sikap dan ucapan pemilik rumah makan tadi menunjukkan bahwa dia tentu seorang penderma yang mengenal baik ketua mereka, maka kalau sampai mereka berkelahi dan merusak perabot rumah makan kemudian si pemilik rumah makan melaporkan, te ntu mereka akan mendapat te guran dan hukuman
Siong Ki merasa heran
Bagaimana wanita itu seberani itu menghina tiga orang pengemis tadi yang sudah jelas merupakan orang-orang kasar dan jahat
Dia merasa tidak enak
Bagaimanapun juga tiga orang pengemis itu tadi menghina dia, wanita itu mencampuri untuk membelanya
Kalau sampai nanti wanita itu diganggu, bagaimana ia dapat mendiamkan saja
Biarpun dia sudah selesai makan, dia tidak segera membayar harga makanan dan pergi, melainkan menanti sampai wanita itu selesai makan dan membayar, diapun membayar dan setelah wanita itu bangkit dan keluar, baru dia keluar pula dari rumah makan itu
Wanita itu hanya mengerling dan te rsenyum saja kepadanya, tanpa mengeluarkan kata-kata
Siong Ki semakin heran dan juga kagum
Dari dalam rumah makan saja sudah nampak betapa tiga orang pengemis tadi menanti di luar rumah makan dan banyak orang bergerombol di sana, tanda bahwa banyak yang hendak jadi penonton, atau mungkin tiga orang pengemis itu mengumbar suara mengatakan bahwa mereka hendak menghajar seorang wanita yang berani menghina mereka, sehingga banyak orang ingin menonton
Akan te tapi, wanita itu sama sekali tidak kelihatan takut, bahkan te rsenyum-senyum manis
Setelah wanita itu tiba di luar, suasana menjadi ramai dan te gang, dan Siong Ki menyelinap di antara para penonton, siap untuk melindungi wanita itu
Akan tetapi, wanita itu dengan langkah yang te nang dan berani, menghampiri tiga orang pengemis yang sudah menanti di situ dengan sikap bengis, sedangkan para penonton sudah mengatur jarak agar tidak terlalu dekat dengan mereka
Aih, kalian masih berada di sini menantiku
Bagus, memang kalian ini harus berlutut minta ampun dulu kepadaku, baru boleh pergi!
kata wanita itu dan Siong Ki diam-diam mengeluh
Wanita ini ternyata seorang yang amat berani menghina orang sehingga mendekati sombong! Sama dengan mencari penyakit! Andaikata ia seorang laki-laki, tentu Siong Ki tidak akan mau memperdulikannya lagi dan biar saja manusia sombong itu berkelahi melawan tiga orang pengemis sombong
Akan tetapi ia seorang wanita dan dia harus membelanya
Sikap memandang rendah dan ucapan meremehkan dari wanita itu membuat tiga orang pengemis tak mampu menahan kesabaran mereka lagi
Si mulut le bar sudah melangkah maju dengan kedua tangan dikepal
Perempuan sombong, kurontokkan gigimu!
bentaknya sambil menyerang dengan tamparan ke arah mulut wanita itu
Akan tetapi, dengan sekali gerakan saja, wanita itu menarik tubuh atas ke belakang sehingga tamparan itu mengenai angin, dan iapun te rsenyum le bar memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan putih
Hemm, sayang gigiku yang rapi ini kaurontokkan
Kalau gigimu yang je lek dan kotor itu, patut dirontokkan.
Tiba-tiba saja, kaki wanita itu sudah bergerak cepat seperti kilat menyambar dan diangkat tinggi ke atas
Krakkk..........!!
Mulut itu dihantam sepatu dan rontoklah beberapa buah gigi si mulut lebar dan bibirnya pecah-pecah berdarah
Dia te rjengkang dan mengusap darah dari mulutnya
Sedangkan para penonton menjadi terkejut dan kagum
Juga Siong Ki diam-diam mencela diri sendiri yang kurang waspada, memandang rendah wanita cantik itu yang te rnyata sama sekali tidak membutuhkan perlindungan darinya, kalau hanya menghadapi gangguan pengemis mulut besar itu saja
Akan te tapi kini pengemis yang roboh itu sudah meloncat bangun dan mencabut sebatang golok yang tadinya diselipkan di ikat pinggang
Dua orang pengemis lainnya juga sudah mencabut golok mereka dan kini tiga orang itu menghadapi wanita cantik itu dari depan, kanan dan kiri
Melihat ini, kembali Siong Ki merasa khawatir dan dia sudah melangkah maju ke depan
Hemm, kalian ini tiga orang laki-laki mengancam wanita dengan senjata tajam
Sungguh tidak adil, dan sungguh curang, menunjukkan bahwa kalian memang hanya pengecut-pengecut besar yang beraninya hanya main keroyokan!
Melihat majunya Siong Ki, Bi Tok Siocia te rsenyum manis
Tadi dalam rumah makan ia sudah melihat betapa pemuda tampan gagah yang menarik perhatiannya itu mematah-matahkan sekeping uang dengan mudah, tanda bahwa dia bukan seorang pemuda biasa
Dan kini, tepat seperti dugaannya, pemuda itu maju membelanya
Tentu saja hatinya semakin kagum dan tertarik
Si hidung besar segera memutar goloknya dan membentak Siong Ki
Engkau berani mencampuri berarti sudah bosan hidup!
Diapun sudah menyerang dengan goloknya, akan te tapi dengan mudah Siong Ki mengelak
Si Mulut lebar yang kini menjadi si mulut ompong karena giginya rontok, dibantu oleh si mata sipit, sudah menyerang dengan golok mereka, mengeroyok Bi Tok Siocia! Siong Ki ingin cepat-cepat menjatuhkan si hidung besar agar dia dapat membantu wanita itu
Maka ketika untuk ke empat kalinya golok menyambar, dia tidak mengelak seperti tadi, melainkan dia bahkan mendahului dengan langkah ke depan, tangannya bergerak menyambut dengan pukulan ke arah pergelangan tangan yang memegang golok, dari samping sedangkan tangan kirinya mendorong dengan te lapak tangan te rbuka ke arah dada lawan
Si hidung besar tidak mengira bahwa lawan berani menyambut serangannya seperti itu, dan ketika lengannya terkena pukulan tangan kiri lawan, seketika lengan itu menjadi lumpuh dan goloknya te rpental, dan di detik lain, dadanya te rkena hantaman dengan tangan terbuka
Diapun te rjengkang dan te rbanting roboh, ketika bangkit duduk, dia memegangi dadanya karena dada itu te rasa sesak, sukar bernapas
Ketika Siong Ki membalik hendak membantu wanita tadi, diapun te rte gun
Bukan main wanita itu
Dengan tangan kosong saja, wanita itu bukan hanya mampu menandingi dua orang pengeroyoknya, bahkan kini nampak ia menghajar mereka dengan tendangan-tendangan kakinya
Dua orang itu dibuat seperti dua buah bola saja, dite ndangi jatuh bangun dan akhirnya mereka tidak mampu melawan lagi, muka mereka bengkak-bengkak dan berdarah karena beberapa kali disambar sepatu wanita itu! Hanya si mata sipit yang masih dapat berdiri dan te rengah-engah, namun dia memaksa diri memandang wanita itu yang berdiri s ambil bertolak pinggang dan te rse nyum kepadanya
Lalu dia bertanya,
Kami mengaku kalah
Siapakah namamu, nona?
Wanita itu tersenyum mengeje k dan mengerling kepada Siong Ki yang masih memandang kagum
Kalian hendak mengadu kepada ketua kalian
Boleh, boleh! Katakan saja bahwa Nona Ouw yang menghajarmu
Nah, pergilah kalian bertiga sebelum berubah pikiranku dan kalian tidak akan dapat kuampuni lagi.
Tiga orang pengemis itu pergi dengan kepala tunduk, dan Bi Tok Siocia segera menghampiri Siong Ki dan mengangkat kedua tangan ke depan dada, dengan sikap ramah dan manis iapun memberi hormat yang segera dibalas oleh Siong Ki
Terima kasih atas pertolonganmu, Tai-hiap.
katanya dengan suara merdu
Disebut tai-hiap (pendekar besar), Siong Ki te rsenyum
Harap nona tidak menyebut tai-hiap kepadaku
Engkau sendiri memiliki kepandaian yang hebat, nona
Aku merasa malu telah salah duga sehingga lancang mencampuri urusan itu
Padahal aku tahu sekarang bahwa nona sama sekali tidak memerlukan bantuanku.
Ah, engkau tidak mengerti, tai-hiap
Aku memang membutuhkan pertolonganmu, membutuhkan bantuanmu
Engkau tidak mengenal siapa Hek I Kai-pang
Mari kita bicara di te mpat sunyi, akan kuceritakan kepadamu, di sini banyak orang dan tidak leluasa.
Siong Ki mengangguk
Memang dia belum mengenal macam apa He k I Kaipang itu, dan mengapa pula wanita yang lihai ini mengatakan bahwa ia membutuhkan bantuannya
Mereka lalu meninggalkan tempat itu
Kalau engkau tidak berkeberatan, kita dapat bicara di ruangan dalam rumah penginapan di mana aku bermalam, tai-hiap.
kata Ouw Ling
Karena tidak mengenal tempat lain agar mereka dapat bicara, Siong Ki hanya mengangguk
Ketika melakukan perjalanan menuju ke rumah penginapan yang besar itu, Bi-tok Siocia Ouw Ling berbisik,
Seperti sudah kuduga, kita dibayangi orang
Mereka te ntulah para anggota He k I Kaipang
Biarlah, kita pura-pura tidak tahu saja.
Siong Ki melirik dan benar saja
Ada empat lima orang yang membayangi mereka secara berpencar, bercampur dengan orang-orang yang berlalu lalang di ke dua tepi jalan raya itu
Setelah mereka memasuki rumah penginapan, Ouw Ling mengajak Siong Ki bicara di ruangan dalam, sebuah ruangan yang memang disediakan untuk para tamu
Ruangan ini cukup luas dan kebetulan pada saat itu tidak terdapat tamu lain
Nah, di sini kita dapat bicara dengan leluasa,
kata wanita itu
Akan te tapi sebelum itu, Apakah tidak sudah tiba waktunya kita saling berkenalan
Namaku Ouw Ling dan aku berasal dari Liong-san (Bukit Naga).
Siong Ki menjawab,
Namaku The Siong Ki dan aku berasal dari dusun Ta-bun-cung.
Karena ia belum tahu pemuda itu te rmasuk golongan apa, maka Ouw Ling tidak bertanya lebih mendalam
Ia sendiri belum berani mengakui bahwa ia adalah pute ri angkat Ouw Kok Sian, datuk bes ar dan majikan Liong-san
Nah, sekarang kita telah berkenalan, Thetaihiap.............
Harap nona jangan menyebut tai-hiap kepadaku, rasanya janggal dan tidak enak.
Ouw Ling te rse nyum manis
Baiklah, setelah kita berkenalan, dan melihat bahwa engkau le bih muda dariku, bagaimana kalau aku menyebutmu siauwte (adik) saja dan engkau menyebut aku cici (kakak perempuan)?
Siong Ki tersenyum,
Bagaimana engkau tahu bahwa aku le bih muda darimu, karena melihat keadaan dirimu, belum te ntu kalau aku le bih muda.
Siong Ki te ntu saja dapat menduga bahwa wanita itu lebih tua darinya, akan te tapi dia memang pandai membawa diri dan pandai menyenangkan hati orang
Ucapannya itu walaupun hanya sekedarnya namun je las telah membuat wajah Ouw Ling berseri saking girangnya
Wanita mana yang tidak akan berseri wajahnya kalau dikatakan bahwa ia nampak jauh le bih muda dari pada usia yang sebenarnya!
Aku yakin bahwa aku le bih tua darimu, siauwte, walau hanya beberapa tahun mungkin
Akan te tapi itu tidak penting sekali, bukan
Kalau boleh aku mengetahui, engkau dari mana dan hendak kemana
Apakah engkau mempunyai keperluan khusus datang ke Lok-yang ini?
Siong Ki menggeleng kepala
Tidak mempunyai keperluan khusus, aku baru saja memasuki Lokyang dalam perjalananku merantau dan mencari pengalaman hidup
Baru pagi tadi aku datang ke sini dan kebetulan terlibat peristiwa dalam rumah makan tadi.
Aih, kalau begitu, kenapa tidak menginap saja di rumah penginapan ini, The-siauwte
Di sini te mpatnya bersih dan cukup murah
Dan tahukah kau, kita mempunyai banyak persamaan
Aku sendiripun sedang merantau, atau katakanlah berpesiar mencari pengalaman hidup dan meluaskan pengetahuan
Kalau engkau suka, kita dapat menjadi teman seperjalanan!
Ucapan itu dikeluarkan secara wajar sehingga Siong Ki tidak merasakan suatu kelainan, walaupun penawaran seperti itu dari seorang wanita kepada seorang pria sebetulnya tidaklah pada tempatnya
Soal itu mudah, Ouw-cici, sekarang aku ingin mendengar tentang Hek I Kaipang.
Hek I Kaipang adalah perkumpulan pengemis di Lok-yang dan sekitarnya yang te rkenal
Ketuanya berjuluk Hek I Sin-kai (Pengemis Sakti Baju Hitam) yang te rkenal lihai
Pengaruhnya besar sekali karena selain ketuanya sakti, juga anak buihnya yang berjumlah ratusan orang rata-rata memiliki ilmu silat yang cukup tangguh
Jangankan orangorang biasa, bahkan tokoh-tokoh kang-ouw tidak berani main-main te rhadap mereka, dan para pejabat daerahpun mempunyai hubungan baik dengan para pimpinannya.
Hemm, pantas saja anak buahnya bersikap demikian ugal-ugalan
Kekuasaan itu agaknya membuat mereka menjadi sewenang-wenang,
kata Siong Ki
Akan tetapi, kalau engkau sudah tahu keadaannya seperti itu, mengapa tadi engkau sengaja memancing keributan dengan mereka, enci?
Wanita itu tersenyum dan mengamati wajah Siong Ki dengan pandang mata begitu mes ra dan manis, membuat pemuda itu merasa mukanya menjadi panas dan tersipu
Tadinya aku tidak ingin berurusan dengat mereka
Akan tetapi melihat mereka mengganggumu dan melihat engkau memiliki kepandaian ketika engkau mematahkan sekeping uang itu, timbul keberanianku untuk menentang mereka
Memang sudah lama aku mendengar akan kesewenang-wenangan mereka, dan aku ingin tahu sampai di mana kelihaian ketuanya
Karena itulah, aku mohon bantuanmu, siauwte, karena aku yakin bahwa urusannya tidak hanya sampai di sini saja
Tadi engkau melihat sendiri bahwa kita dibayangi orang, te ntu tak lama lagi ketuanya akan menghubungi kita dan aku memerlukan bantuanmu untuk menghadapi mereka
Tentu saja kalau engkau suka dan berani.
Siong Ki adalah murid Naga Sakti Sungai Kuning, tentu s aja telah menguasai ilmu silat yang tinggi, juga dia diberi pelajaran kebudayaan dan sastra, akan te tapi dia baru saja keluar dari perguruan dan sama sekali tidak mempunyai pengalaman menghadapi akal dan tipu muslihat orang-orang kang-ouw yang licin dan cerdik
Maka, diapun tidak merasa bahwa ia sedang dibujuk secara cerdik sekali oleh wanita yang te rgila-gila kepadanya itu
Kalau saja Ouw Ling tidak mengeluarkan ucapan kalimat terakhir itu, tentu dia akan meragu, karena dia merasa tidak mempunyai urusan dengan He k I Kai-pang
Akan tetapi, wanita itu seolah menantangnya ketika mengatakan bahwa ia membutuhkan bantuannya untuk menghadapi He k I Kai-pang, kalau dia berani! Kata-kata kalau dia berani inilah yang mencambuknya dan seolah memaksanya untuk tidak dapat menolak uluran tangan wanita itu
Ouw-cici, tentu saja aku berani dan kalau memang pihak He k I Kaipang hendak memperpanjang urusan di rumah makan tadi, aku te ntu akan membantumu.
Kalau begitu, sebaiknya sekarang juga aku memesankan sebuah kamar untu kmu, siauw-te!
kata wanita itu dengan sikap gembira dan iapun memanggil seorang pelayan rumah penginapan
Ketika pelayan itu datang, ia memesan sebuah kamar lagi untuk Siong Ki dan dengan sikap seperti tidak sengaja, ia minta sebuah kamar yang berdekatan dengan kamarnya untuk pemuda itu
Pada saat itu, terdengar suara ribut-ribut di luar rumah penginapan dan seorang pelayan berlari datang memasuki ruangan itu
Nona
ada orangorang dari He k I Kai-pang datang mencari nona.......
Jelas bahwa pelayan itu nampak ketakutan
Ouw Ling te rsenyum tenang dan menoleh kepada Siong Ki
N ah, te pat seperti dugaanku
The-siauwte, sebaiknya kau simpan dulu buntalan pakaianmu ke dalam kamarmu, baru kita menemui mereka.
Siong Ki menyetujui, menyimpan buntalan pakaiannya dalam kamar yang sudah dipersiapkan untuknya, kemudian dia keluar lagi sambil membawa pedang Seng-kong-kiam yang digantung di pungungnya
Ternyata Ouw Ling sudah menantinya, dan wanita ini pun agaknya sudah siap siaga
Sepasang goloknya juga te rselip di belakang punggung sehingga ia nampak cantik dan gagah sekali
Bagus, engkau sudah membawa pedangmu, siauwte
Kita harus siap-siaga, siapa tahu kita akan te rpaksa menggunakan senjata menghadapi mereka.
Keduanya lalu keluar dan depan rumah penginapan itu nampak le ngang
Para tamu dan para pelayan rumah penginapan itu sudah menjauhkan diri bersembunyi, agaknya tidak ingin te rlibat
Di pekarangan rumah penginapan itu nampak belasan orang berpakaian serba hitam yang bertambal-tambalan, dipimpin oleh seorang laki-laki berusia empatpuluh tahun yang bertubuh tinggi besar dan yang bersikap garang
Akan tetapi, ketika mereka semua melihat munculnya Ouw Ling dan Siong Ki mereka bersikap hormat, bahkan si tinggi besar yang garang itu cepat melangkah ke depan dan mengangkat kedua tangan ke depan dada ke arah Ouw Ling dan suaranya te rdengar lantang namun hormat
Apakah kami berhadapan dengan Bi Tok Siocia dari Liong-san?
Ouw Ling te rsenyum mengejek
Kalau benar kalian mau apa
Mau memperpanjang urusan di rumah makan itu
Mau mengeroyokku
Majulah dan sekali ini, aku tidak akan bersikap le mah, akan kupenggal le her kalian semua!
kata Ouw Ling dan sikapnya ini membuat Siong Ki bergidik
Kiranya wanita itu dapat pula bersikap keras dan keji kalau perlu
Akan tetapi, memang para pengemi palsu ini patut dihajar, pikirnya
Dihardik seperti itu, sekali ini para pengemis itu sama sekali tidak kelihatan marah, bahkan kelihatan gentar
Kembali si tinggi besar memberi hormat
Harap Siocia sudi memaafkan tiga orang anak buah kami yang seperti buta tidak mengenal bahwa nona adalah Bi Tok Siocia dari Liong-san
Mendengar peristiwa tadi, pangcu (ketua) kami marah sekali dan tiga orang itu te lah menerima hukuman
Pangcu adalah sahabat baik dari Majikan Liong-san, maka sekarang pangcu mengutus kami untuk mengundang nona ke te mpat kami, di mana pangcu akan menyambut sendiri untuk mohon maaf kepada Siocia.
Luar biasa sekali, pikir Siong Ki
Setelah mendengar nama julukan Ouw Ling, yaitu Bi Tok Sio-cia, para pengemis itu menjadi ketakutan, bahkan ketuanya sendiri yang mengundangnya untuk memohon maaf.! Dia tidak tahu siapakah Majikan Liong-san dan belum pernah mendengar nama julukan Ouw Ling
Gurunya tidak pernah bercerita te ntang majikan Liong-san, walaupun ada beberapa orang datuk kang-ouw yang dia dengar dari keterangan suhunya
Ouw Ling menoleh kepadanya
Bagaimana, siauwte
Hek I Kai-pang mengundang kami, perlukah kami menerima undangan itu dan datang ke s arang Hek I Kai-pang untuk menemuinya?
Siong Ki te rsenyum girang
Bagaimanapun jug, wanita ini amat menghargainya dan telah mengangkatnya dalam pandangan para anggota He k I Kaipang
Dia bertanya
Apakah engkau mengenal pangcu itu, enci?
Aku hanya pernah mendengar namanya
Ayahku yang mengenalnya
Sebetulnya, aku tidak senang diundang seperti ini
Kenapa bukan dia saja yang datang ke s ini kalau hendak minta maaf
Akan tetapi, mengingat dia teman ayahku, dan aku di pihak yang le bih muda, sebaiknya kalau kita pergi ke sana, hendak kulihat apa yang hendak dia katakan.
Kalau begitu, baik, kita pergi saja,
kata Siong Ki
Para anggota He k I Kaipang merasa heran melihat wanita itu hendak pergi bersama pemuda yang tidak mereka kenal, akan te tapi mereka mendengar bahwa tadi pemuda itu yang menimbulkan keributan dengan anak buah He k I Kaipang
Karena yang mengajak pemuda itu adalah Bi Tok Sio-cia, merekapun tidak ada yang berani membantah
Si tinggi besar itu segera berkata
Siocia, pangcu te lah mengirim sebuah kereta untuk menje mput sio-cia.
Dia memberi isyarat dan sebuah kereta kecil ditarik dua ekor kuda memasuki pekarangan itu dari luar
Kereta itu cukup bagus, seperti kereta milik seorang pembesar saja! Bukan main, pikir Siong Ki
Pengemis mempunyai kereta berkuda dua untuk menjemput tamu! De ngan sikap angkuh Bi Tok Siocia naik ke dalam kereta bersama Siong Ki dan kusir kereta lalu menjalankan kudanya, diikuti oleh belasan orang anggota He k I Kaipang
Setelah kereta dan para pengiringnya meninggalkan pekarangan itu, barulah para tamu dan pelayan rumah penginapan berani keluar dan peris tiwa itu tentu saja menjadi percakapan orang
Baru mereka tahu bahwa wanita cantik yang hanya dikenal sebagai Ouw Siocia di rumah penginapan itu adalah seorang wanita yang dijemput kereta oleh ketua Hek I Kaipang, berarti tentu saja bukan wanita sembarangan
Apalagi setelah berita tentang peristiwa perkelahian di depan rumah makan itu te rsiar, semua orang memberitakan bahwa Ouw Siocia adalah seorang wanita perkasa
Kereta itu keluar dari Lok-yang, menuju sebuah bukit kecil
Sarang He k I Kaipang berada di le reng bukit ini, dan di sepanjang jalan mendaki bukit, nampak para anggota He k I Kaipang berdiri di tepi jalan
Diam-diam Siong Ki harus mengakui bahwa perkumpulan pengemis itu memang kuat, mempunyai banyak ana k buah yang agaknya te ratur seperti pasukan saja
Kalau tadinya Siong Ki mengkhawatirkan adanya perangkap yang diatur oleh ketua perkumpulan itu, kini dia melihat bahwa kekhawatirannya itu keliru
Agaknya nama besar Bi Tok Siocia sudah cukup menjadi jaminan, sehingga timbul keinginan tahu siapa sebenarnya wanita ini dan sampai di mana kelihaiannya, maka namanya sempat membuat pimpinan He k I Kaipang yang demikian besarnya menyambutnya dengan sikap hormat
He k I Sin-kai sendiri keluar menyambut ketika kereta berhenti di depan sebuah bangunan yang sama sekali tidak pantas menjadi rumah pengemis! Perkampungan itupun tidak ada tanda-tandanya menjadi perkampungan pengemis
Bangunanbangunannya dari te mbok
Agaknya hanya pakaian mereka saja yang berbau pengemis, karena penuh tambalan
Apalagi bangunan di te ngah, di depan mana kereta berhenti, merupakan bangunan yang megah
Kakek yang menyambut mereka itu bertubuh tinggi kurus, berusia limapuluh tahun lebih
Mukanya kuning sehingga melihat tubuh tinggi kurus itu, dia lebih mirip seorang yang berpenyakitan, yang tidak sehat
Dia membawa sebatang tongkat mengkilap berwarna hitam, dan pakaiannya yang serba hitam itu terbuat dari sutera yang halus dan mahal! Sepatunya juga hitam mengkilat
Berbeda dengan pakaian anak buahnya, tidak nampak sedikit tambalanpun di bajunya
Dia le bih mirip seorang hartawan berpakaian sutera hitam daripada ketua pengemis
Begitu Bi Tok Siocia turun dari kereta, Hek I Sinkai menyambutnya dengan te rtawa bergelak
Haha-ha, engkaukah Bi Tok Siocia
Sungguh pantas engkau menjadi pute ri Ouw Kok Sian, karrna engkau te rnyata memiliki keberanian yang bes ar.!
Paman tentulah Hek I Sinkai Ma Siu, pendiri He k I Kaipang
Pernah aku mendengar nama paman dari ayah,
kata Ouw Ling
Ha-ha-ha, sudah bertahun-tahun aku tidak berte mu dengan ayahmu
Dan inikah pemuda yang membikin ribut di rumah makan itu
Siapakah ini, nona Ouw
Sahabatmu, ataukah tunanganmu?
Kalau orang lain ditanya te ntang tunangan mungkin akan marah
Akan te tapi tidak demikian dengan Ouw Ling
Ia malah tersenyum senang
Dia bernama The Siong Ki, seorang sahabatku yang baru, paman
Bukan dia yang membikin ribut di rumah makan, melainkan tiga orang anak buahmu yang tak tahu diri
Aku yang menjadi saksi bahwa anak buahmu yang bersalah.
Ketua itu menggerakkan tangan dengan tidak sabar
Aku tahu........aku tahu......dan aku telah menghukum mereka
Engkau dapat melihatnya sendiri nanti
Nah, Ouw Siocia, dan engkau Thesicu (orang gagah The), silakan masuk
Kalian menjadi tamu-tamu kehormatan kami hari ini.
Lega karena mendapat sambutan yang demikian hormat dan pihak kai-pang itu sama sekali tidak memperlihatkan sikap bermusuh, Siong Ki bersama Ouw Ling memasuki rumah besar itu dan mereka dipersilakan masuk ke ruangan tamu yang besar, di mana te rnyata telah dipersiapkan meja besar untuk pesta makan minum! Meja itu besar, akan te tapi karena hanya sebuah dan berada di ruangan tamu yang luas, maka tampak kecil
He k I Sin-kai Na Siu mempersilakan mereka berdua duduk menghadapi meja besar
Dia sendiri menemani mereka
Agaknya, ketua ini benar-benar menghormati kedua orang tamunya
Buktinya, tidak ada di antara pembantu-pembantunya yang ikut duduk menghadapi meja itu
Setelah dua orang tamunya duduk, pangcu itu berte puk tangan
Seorang penjaga memasuki ruangan dan He k I Sin-kai mengeluarkan perintah
Seret tiga orang anggota yang membikin malu tadi masuk!
Penjaga pergi dan tak lama kemudian, dikawal oleh tiga orang anggota kai-pang, masuklah tiga orang itu
Mereka terhuyung-huyung dan Siong Ki melihat betapa tiga orang pengemis yang mengganggunya di rumah makan tadi, dalam keadaan menyedihkan, te rsungkur dan berlutut
Pakaian mereka koyak-koyak dan berle potan darah, dan te rutama sekali di bagian punggung
Dia mengerti bahwa tiga orang itu telah menerima hukuman cambuk yang membuat kulit punggung mereka pecah-pecah berdarah
Nah, inilah mereka, nona Ouw
Sekarang te rserah kepada nona dan sicu, apa yang harus kami lakukan dengan mereka
Membunuh mereka atau mengampuni mereka?
tanya ketua perkumpulan pengemis itu
Mendengar ini, tiga orang pengemis yang sekarang sudah kehilangan kegarangan mereka itu berlutut menghadap ke arah dua orang muda itu dan si hidung besar mewakili kedua orang temannya, berkata dengan suara gemetar
Nona, kami mohon ampun........
Bi Tok Siocia te rsenyum mengejek
Khawatir kalau wanita itu minta agar mereka dibunuh, Siong Ki cepat berkata,
Mereka sudah menerima hukuman
Sudahlah, pangcu, urusan ini tidak perlu diperpanjang lagi.
Mendengar ini, Bi Tok Siocia tersenyum lebar, lalu mengangguk-angguk
Pangcu, The-siauw-te sudah mengambil keputusan dan akupun setuju.
Terima kasih, nona, terima kasih, sicu!
Tiga orang itu berulang-ulang mengucapkan te rima kasih
Bawa mereka keluar dan suruh hidangkan makan minum!
kata ketua Hek I Kai-pang kepada tiga orang pengawal
Mereka semua keluar dan tak lama kemudian, gadis -gadis manis datang membawa hidangan
Kembali Siong Ki te rtegun
Namanya saja pengemis, akan tetapi kini mampu mengadakan pesta dengan masakan-masakan yang mahal
Anggur dan arak yang baik, dan dilayani oleh lima orang gadis cantik yang sama sekali bukan je mbel
Ini le bih tepat dinamakan pesta yang diadakan seorang bangsawan atau hartawan, bukan pemimpin orang jembel! Setelah makan dan minum dengan gembira
He k I Sin-kai menyuruh pelayan membersihkan meja, kemudian dia berkata,
Ouw Siocia dan The-sicu, kami merasa gembira sekali berte mu dengan orang-orang muda yang lihai seperti kalian
Apalagi mengingat bahwa Ouw-siocia adalah pute ri sahabat kami, dan karena The-sicu sahabat Ouwsiocia, berarti sahabat kami pula.
Kalian lihat bahwa kami selalu suka bersahabat dengan orang orang lihai di dunia kang-ouw
Ouw-siocia, sudah bertahun-tahun aku tidak bertemu sahabat Ouw Kok Sian
Setiap kali kami saling jumpa, kami pasti membicarakan ilmu silat dan latihan bersama
Sekarang, karena engkau merupakan pute rinya, maka biarlah kuanggap engkau mewakili ayahmu dan aku ingin sekali melihat sampai di mana kini kemajuan ilmu silat dari majikan Liong-san
Haha-ha-ha!
Sikap tuan rumah itu wajar dan ramah, sama sekali bukan merupakan tantangan untuk berkelahi
-ooo0dw0ooo-