Jilid 22
Hemm, kalau saja tidak te rjadi hal itu kepadamu, te ntu sekarang ini engkau yang kubuntungi le ngannya, bukan anak buah perempuan itu!
hardiknya
Wajah nenek itu menjadi pucat dan iapun menjatuhkan diri berlutut lagi di depan kaki Cin Cin
Maafkan aku.....li-hiap, maafkan aku
Memang aku dahulu bersalah kepadamu ...
akan te tapi .....orang telah menjual dirimu kepadaku......maafkan aku.....
Ia menangis lagi
Bangkit dan duduklah! Sekarang dengar baikbaik
Kau panggil ke sini semua gadis yang ditahan di sini, juga para pelacur yang menjadi anak buahmu
Suruh mereka berkumpul sekarang juga di sini
Cepat!
Bergegas nenek itu terseok dan te rbongkok masuk ke dalam dan tak lama kemudian ia muncul kembali, diikuti ole h limabelas orang gadis manis yang berpakaian sebagai gadis dusun dan sepuluh orang gadis yang pesolek dan berpakaian indah
Agaknya para penghuni rumah pelesir itu sudah mendengar akan peris tiwa hebat terjadi di situ, maka begitu berhadapan dengan Cin Cin yang masih duduk dengan te nangnya, limabelas orang gadis dusun itu serentak menjatuhkan diri berlutut di depan Cin Cin sambil menangis dan mohon pertolongannya
Cin Cin mengangkat kedua tangannya,
Bangkitlah kalian semua dan jangan menangis
Sekarang coba kalian ceritakan, seorang demi seorang, bagaimana kalian dapat berada di te mpat ini
Merekapun bercerita bahwa mereka dibujuk oleh anak buah Nyonya Lu dan kadang oleh nyonya cantik itu sendiri, untuk diberi pekerjaan pada seorang hartawan atau bangsawan
Orang tua mereka dan mereka te rbujuk dan mau dibawa pergi, dan tidak tahunya mereka ditahan di rumah ini dan di paksa untuk menjadi calon pelacur
Mereka diancam bahwa kalau tidak menurut, mereka akan disiksa bahkan diancam akan dilaporkan kepada yang berwajib karena menipu, dengan tuduhan bahwa mereka dan orang tua mereka telah memiliki hutang yang banyak
Cia Ma, sekarang keluarkan semua harta milikmu, kirim pulang semua gadis ini ke dusun masing-masing dan bekali uang sekucupnya
Laksanakan hari ini juga!
kata Cin Cin
Kemudian Cin Cin juga bertanya kepada sepuluh orang gadis yang te lah menjadi pelacur di te mpat itu
Mereka yang ingin melanjutkan pekerjaan mereka sebagai pelacur tanpa dipaksa siapapun, ia tidak ambil perduli
Akan tetapi di antara mereka yang ingin terlepas dari cengkeraman mucikari dan ingin pulang, iapun memerintahkan Cia Ma untuk mengirim mereka pulang ke dusun masing-masing dan dibekali uang sekucupnya
Cin Cin sendiri yang mengatur pemberian bekal uang, dan melihat bahwa Cia Ma benar-benar melaksanakan perintahnya
Tentu saja para gadis itu menjadi girang bukan main dan berterima kasih
Setelah semua itu dilaksanakan dan Cin Cin tinggal di situ untuk mengawasi pelaksanaan sampai menginap semalam, ia memanggil Cia Ma yang nampak le su dan le mas karena semua harta miliknya dibagi-bagi dan diberikan sebagai bekal kepada para gadis yang dipulangkan ke dusun masing-masing
Cia Ma, engkau sudah tua, dan dengan sisa hartamu, engkau dapat hidup menganggur sampai mati
Mulai hari ini, tutup rumah pelesir ini
Kalau lain hari aku lewat di sini dan melihat bahwa rumah pelesir ini masih kaubuka dan engkau menyeret gadis -gadis dusun menjadi pelacur, menjadi sumber keuntunganmu dengan memaksa mereka menggunakan berbagai cara, aku akan membakar rumahmu ini dan kule mparkan engkau hidup-hidup dalam kobaran apinya!
Sambil menangis Cia Ma berjanji, bersumpah dan sekali ini ia tidak bermain-main
Baru saja ia te rhindar dari malapetaka
Selama setahun, semenjak kekuasaannya dirampas Bi Tok Siocia, ia hidup bagaikan orang hukuman, sengsara dan te rsiksa
Dan kini melihat betapa Cin Cin yang biar tangan kirinya buntung kini menjadi seorang pendekar wanita yang demikian sakti, yang membuntungi tangan sepuluh orang tukang pukul, bahkan berhasil mengusir Bi Tok Siocia, mengeluarkan ancaman seperti itu, ia bergidik dan benar-benar takut dan ngeri
Ia bertobat
Setelah membereskan urusan di rumah pelesir Ang-hwa di mana ia dahulu pernah tinggal, dalam sehari membasmi rumah pelesir itu dan mengubahnya menjadi sebuah rumah tinggal janda tua Cia Ma yang tidak lagi mau melakukan pekerjaan hina seperti semula, Cin Cin meninggalkan kota Ji-goan dan pergi ke Lok-yang
Ia ingin mencari ibunya dulu sampai dapat ia te mukan
Kini ia dapat mencari lebih mudah setelah mengetahui bahwa ibunya telah menjadi isteri Lie Koan Tek, pendekar Siauw-lim-pai yang cukup te rkenal itu
Setelah bertemu dengan ibunya, baru ia akan kembali kepada subonya, Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan, untuk melaporkan kegagalannya membunuh Pangeran Cian Bu Ong seperti yang dipesankan gurunya, iapun belum dapat menemukan musuh gurunya yang ke dua, yaitu Can Hong San yang membunuh suheng dari subonya yang bernama Can Siok
Sebetulnya ia merasa malu untuk bertemu subonya
Pertama ia belum dapat menemukan Can Hong San, pembunuh ayahnya sendiri, yaitu Can Siok suheng subonya
Ke dua, ia gagal untuk membunuh Pangeran Cian Bu Ong, bahkan kehilangan sebelah tangannya dalam usahanya itu
Akan te tapi bagaimanapun ju ga, kalau ia sudah dapat berte mu ibunya, ia harus melapor kepada subonya
-ooo0dw0ooo- Berita tentang rumah pelesir Ang-hwa di kota Jigoan itu segera te rsiar dengan cepat luas
Dalam berita itu dikabarkan bahwa rumah pelesir itu diserbu seorang gadis cantik yang bertangan buntung, namun lihai bukan main dan bahwa rumah pelesir itu dibubarkan dan semua gadis nya dipulangkan oleh pendekar wanita itu
Berita ini te ntu saja menggemparkan, karena belum pernah te rjadi seorang pendekar wanita mencampuri urusan rumah pelesir dan membebaskan para pelacur! Berita itu tersiar cepat dan luas sampai ke kota Lok-yang
Sejak te rsiarnya berita itu, rumahrumah pelesir di berbagai kota yang berdekatan te rutama di Lok-yang di mana te rdapat banyak rumah pelesir, menambah jumlah tukang pukul mereka untuk menjaga kemungkinan kalau kalau te mpat merekapun akan diserbu oleh pendekar wanita tangan buntung itu
Tidak ada yang tahu siapa nama pendekar wanita itu, karena berita itu hanya mengabarkan bahwa pendekar ini buntung tangan kirinya
Sepasang suami isteri yang bermalam di sebuah hotel di kota Lok-yang, mendengar pula akan berta itu
Mereka merasa te rtarik dan pada sore itu mereka bercakap-cakap di kamar mereka, membicarakan berita yang cukup menggemparkan itu
Sungguh aneh sekali berita itu, kita harus menyelidikinya!
berulang-ulang sang suami berkata kepada is terinya, sambil mondar-mandir menggendong kedua tangan di belakang pinggulnya
Isterinya mengikuti gerakan dan langkah suaminya dengan pandang matanya, lalu te rsenyum geli dan bertanya,
Sejak mendengar berita itu, engkau nampak gelisah dan selalu memikirkannya
Apa sih yang aneh dengan berita itu?
Suami itu tinggi besar dan gagah, brewokan namun rapi, usianya enampuluh tahun lebih akan tetapi masih nampak kokoh dan gagah
Dia bukan lain adalah Lie Koan Tek, pendekar Siauw-lim-pay bersama isterinya, yaitu Coa Liu Hwa yang kini telah berusia empatpuluh enam tahun, namun masih tetap cantik
Mereka berdua memang sedang berada di Lok-yang setelah menemui Lai Kun dan mendengar bahwa ketika Lai Kun mengantarkan anak Coa Liu Hwa, yaitu Kam Cin, ke rumah Huang-ho Sin liong Si Han Beng, di dalam perjalanan dekat Lok-yang, anak itu hilang, mungkin terbawa para perampo k
Apakah engkau tidak merasa aneh
Mana pernah ada seorang pendekar wanita menyerbu rumah pelesir dan membebaskan para pelacur
Seolah ia tidak mempunyai pekerjaan lain saja
Bias anya, mendekati rumah begituan saja merupakan pantang bagi seorang pendekar wanita yang menjaga nama baiknya
Pula, kabarnya pendekar wanita yang buntung tangan kirinya itu lihai sekali, kabarnya malah ia telah mengalahkan Bi Tok Siocia yang tadinya menguasai rumah pelacuran itu
Ini menarik sekali!
Siapa sih Bi Tok Siocia itu?
tanya Coa Liu Hwa
Seorang tokoh sesat yang belum lama muncul
Akan te tapi kabarnya ia adalah pute ra atau murid dari datuk besar di Liong-san, yaitu Ouw Kok Sian.
Aihh, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita,
kata wanita itu
Nanti dulu, jangan te rgesa mengatakan tidak ada hubungann ya
Aku yakin bahwa kalau sampai ada seorang pendekar wanita yang demikian lihai mengamuk di rumah pelesir, hal itu tentu berarti bahwa ia mempunyai urusan dengan tempat itu, berarti ia marah dan membenci te mpat itu
Kemudian, kita teringat bahwa anakmu hilang di sekitar daerah ini
Nah, bukankah menarik sekali untuk menyelidiki siapa pendekar wanita itu?
Coa Liu Hwa terbelalak dan suaranya gemetar ketika ia bertanya,
Kau pikir ia itu Cin Cin..
?
Suaminya menggeleng kepala
Aku tidak menduga sejauh itu
akan tetapi setidaknya, peristiwa itu menarik sekali dan siapa tahu pendekar wanita itu mempunyai hubungan atau mengetahui dimana adanya anakmu yang hilang.
Kalau begitu, mari kita cari ia sekarang juga!
Mendengar ini, Lie Koan Tek te rsenyum, dan diam-diam ia merasa kasihan kepada isterinya yang te lah kehilangan pute rinya dan amat merindukannya
Sekarang sudah malam, ke mana kita akan mencarinya
Besok saja pagi-pagi kita berangkat melakukan penyelidikan
Kurasa, tidak begitu sukar untuk mencari seorang gadis cantik yang tangan kirinya buntung.
Coa Liu Hwa menyetujui, akan tetapi malam itu ia gelisah tak dapat tidur karena memikirkan pute rinya
Apalagi ketika ia membayangkan betapa pute rinya itu kini buntung tangan kirinya! Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali suami isteri ini sudah meninggalkan rumah penginapan
Mereka hendak pergi ke kota Ji-goan di mana te rjadi peristiwa di rumah pelesir Ang-hwa seperti yang mereka dengar beritanya itu dan hendak memulai pencarian mereka dari sana
Pagi itu suasana di jalan raya masih sunyi, dan ketika mereka berjalan sampai di pintu gerbang, hanya ada beberapa orang berlalu-lalang melalui pintu gerbang sebelah selatan
Tiba-tiba Lie Koan Tek merasa betapa tangannya dipegang is terinya dan jari tangan isterinya mencengkeram tangannya kuat-kuat
Hampir dia berte riak kaget, akan tetapi ketika dia memandang isterinya, dia melihat Lui Hwa te rbelalak memandang ke depan
Dia cepat ikut pula memandang dan te rnyata yang menarik perhatian isterinya adalah seorang gadis yang berjalan perlahan memasuki pintu gerbang itu
Seorang gadis yang cantik manis, akan te tapi yang pada hari yang sunyi itu berjalan seorang diri dengan langkah perlahan dan muka ditundukkan tanpa memperdulikan keadaan sekeliling, seolah ia sedang te nggelam dalam lamunan
Memang sejak ia kehilangan tangannya yang dibuntungi Thian Ki, walaupun ia te lah dapat mengatasi kedukaannya, namun Cin Cin yang tadinya tidak pernah melamun dan yang selalu berwatak riang je naka dan lincah itu, kini seringkali termenung seorang diri
I a tadinya merasa amat benci dan mendendam kepada Thian Ki
Yang teringat hanya bahwa pemuda itu telah membuntungi tangan kirinya
Akan te tapi kemudian, setelah panasnya hati yang mengeruhkan pikirannya mereda dan ia mempertimbangkannya, iapun menyadari bahwa Thian Ki bukan sengaja membuntungi tangan kirinya, melainkan te rpaksa melakukan hal itu untuk menyelamatkan nyawanya
Thian Ki adalah seorang tok-tong (anak beracun)! Tubuhnya beracun, sehingga siapapun yang menyerangnya, akan menyerang tubuh yang beracun dan menjadi keracunan
Ketika tangan kirinya mencengkeram pundak Thian Ki, hawa beracun memasuki tangannya dan agaknya racun itu sedemikian jahatnya sehingga tidak mungkin dapat dilenyapkan dari tangannya
Kalau Thian Ki tidak cepat membuntungi tangan kirinya, racun itu akan menjalar naik dan kalau sampai ke jantungnya, iapun pasti akan tewas
Masih terbayang wajah Thian Ki yang pucat dan matanya yang penuh kedukaan setelah membuntungi tangan kirinya itu! Anehnya, sejak itu, tak pernah ia mampu melupakan Thian Ki! Mula-mula, wajah pemuda itu selalu teringat olehnya dengan perasaan mengandung benci, namun lambat laun, kebencian itu semakin berkurang oleh pengertian
Suami is teri Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa memandang kepada gadis itu penuh perhatian, te rutama sekali Liu Hwa
Ketika mereka melihat gadis itu berjalan sambil menundukkan muka seperti sedang tenggelam dalam renungan, tangan kirinya dimasukkan dalam saku jubahnya, mereka hampir yakin bahwa inilah gadis pendekar yang mereka cari itu
Kalau bukan gadis pendekar tangan kiri buntung, mengapa gadis itu menyembunyikan tangan kirinya ke dalam saku jubahnya
Bagaimana
Apakah wajahnya.......!?
Tanya Lie Koan Tek berbisik
Isterinya menggeleng kepala ragu
Entahlah, sudah enambelas tahun aku tidak berte mu dengannya
Bagaimana aku dapat mengenalnya
Ketika itu, usianya baru lima tahun......
Melihat kesedihan membayang pada wajah isterinya, Lie Koan Tek lalu memegang tangan isterinya dan berkata,
Mari kita bayangi gadis itu!
Isterinya hanya mengangguk dan merekapun memasuki kembali kota Lok-yang, diam-diam membayangi gadis itu dengan hati penuh keraguan
Sebetulnya, setelah apa yang ia lakukan di kota Ji-goan, hati Cin Cin sedikit banyak merasa puas
Bukan saja ia telah memberi hukuman kepada Cia Ma seperti yang telah ia inginkan, bahkan yang le bih memuaskan hatinya, ia dapat membebaskan banyak gadis dusun sebelum te rlambat, dapat menghajar para tukang pukul, dan terutamasekali, ia dapat menyadarkan kembali Cia Ma sehingga nenek itu bertobat dan akan mene bus dosa dengan mengubah jalan hidupnya
Biarpun Cia Ma pernah menahannya dan bahkan pernah memukulinya, akan te tapi harus ia akui bahwa Cia Ma juga pernah bersikap lembut dan ramah kepadanya
Ia diberi pakaian indah, ia dipaksa untuk belajar kesenian, menari dan bernyanyi, sungguhpun semua itu diberikan kepadanya, agar harganya naik di mata calon pembelinya! Urusannya dengan Cia Ma yang selama ia belajar ilmu, menjadi satu di antara dendamnya, telah beres
Kini tinggal mencari ibunya, baru setelah itu, ia akan mencari Coa Hong San untuk melaksanakan perintah subonya, atau kembali kepadanya untuk melaporkan tentang kegagalannya membunuh Pangeran Cian Bu Ong
Ia telah melakukan perjalanan semalam suntuk dari Ji-goan menuju ke Lok-yang
Kini ia merasa lelah dan juga perutnya te rasa lapar
Ketika ia memasuki kota Lok-yang yang masih sepi, tiba?tiba hidungnya dis ambar bau sedap masakan
Ia menoleh dan melihat sebuah rumah makan kecil di te pi jalan
Agaknya dari sanalah datangnya uap yang sedap tadi
Rasa laparnya semakin menggila ketika sedap masakan menyerang hidungnya dan iapun segera menghampiri rumah makan itu
Pelayan tunggal di rumah makan itu menghampiri ketika Cin Cin duduk di bangku menghadapi meja
Nona hendak makan apakah?
tanyanya sambil membersihkan meja itu dengan kain yang selalu disampirkan di pundaknya
Sikapnya sederhana dan sopan, maka hati Cin Cin juga merasa senang
Seringkali ia harus mulai menghadapi makanan di rumah makan dengan hati jengkel karena sikap pelayannya yang genit dan kurang ajar
Aku ingin makan bubur ayam dan minum panas yang tidak terlalu pahit,
katanya
Pelayan itu mengangguk dan memesankan makanan itu kepada tukang masak, kemudian dia bergegas menyambut tamu lain yang duduk di sebelah luar, yaitu Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa
Karena memang bubur ayam di Lo-yang te rkenal le zat, suami isteri itupun memesan bubur ayam dan air the
Cin Cin yang bersikap acuh te rhadap sekelilingnya, tidak tahu bahwa sejak memasuki kota Lok-yang, suami is teri itu selalu membayanginya, bahkan kini duduk tak jauh darinya, di sebelah luar sedangkan ia duduk di sebelah dalam rumah makan itu
Ketika pelayan menghidangkan pesanannya, Cin bertanya
Apakah kalian menyewakan kamar di sini?
Pada waktu itu, biasanya rumah makan juga menyewakan kamar-kamar, semacam losmen kecil
Ah, kebetulan sekali, masih ada kamar kosong di loteng, nona.
Bagus, suruh bersihkan sebuah kamar di loteng untukku
Aku akan tinggal di sini beberapa hari,
katanya sambil mulai makan bubur ayam yang masih mengepul panas
Lie Koan Tek dan is terinya mendengar gadis itu memesan kamar, dan merekapun mulai makan bubur ayam
Mereka melihat pelayan tadi menghampiri si gadis dan mengatakan bahwa kamar telah siap, yaitu kamar nomor dua di loteng
Lie Koan Tek dan is terinya kini merasa yakin bahwa gadis itulah yang membuat geger di kota Jigoan
Kini, setelah mulai makan, Cin Cin mengeluarkan lengan kirinya yang buntung sehingga semua orang dapat melihat bahwa lengan kirinya buntung dan ujung le ngan itu dibalut kain putih bersih
Dan agaknya bukan hanya Lie Koan Tek dan isterinya yang melihat kenyataan itu
Beberapa orang yang sedang sarapan di rumah makan saling berbisik
N amun gadis itu acuh saja dan melanjutkan sarapannya
Coa Liu Hwa mengamati gadis itu
Mulut dan matanya seperti Cin Cin, pikirnya
Akan tetapi Cin Cin tidak buntung le ngannya, dan kalau gadis itu pute rinya, maka te lah terjadi perubahan yang luar biasa
Hatinya perih rasanya ketika melihat betapa gadis itu menggunakan sendok menyuapi mulut sendiri dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya kini disembunyikan di bawah meja
Empat orang laki-laki yang baru saja memasuki rumah makan itu dan kebetulan melihat Cin Cin mengeluarkan lengan buntungnya, nampak te rkejut
Mereka adalah Lok-yang Su-liong (Empat Naga dari Lok-yang), yaitu empat orang saudara jagoan yang boleh dibilang menguasai daerah Lokyang, menjadi orang yang dianggap kepala di antara semua golongan hitam
Seluruh tempat maksiat, rumah pelesir, rumah judi, bahkan perusahaan keamanan di kota itu selalu memberi upeti kepadanya, akan tetapi, semenjak munculnya Bi Tok Sio cia, kekuasaan mereka tertekan dan mereka berempat juga ditundukkan oleh iblis betina itu sehingga mereka menjadi pembantupembantu Bi Tok Sio cia
Kini, mendengar bahwa Bi Tok Siocia dikalahkan seorang pendekar dan melarikan diri, empat orang jagoan ini merasa mendapatkan kekuasaan mereka kembali dan pagi hari itu, mereka memulai dengan pesta merayakan kembalinya kekuasaan mereka itu dengan sarapan pagi di rumah makan
Ketika mereka duduk, kebetulan hidangan untuk Cin Cin dikeluarkan pelayan dan gadis itu te rpaksa mengeluarkan le ngan kirinya yang buntung dan yang tadinya ia sembunyikan saja di saku jubahnya
Dapat dibayangkan betapa kaget rasa hati empat orang jagoan itu Baru semalam mereka mendengar bahwa Bi Tok Siocia dipaksa melarikan diri oleh seorang gadis pendekar yang buntung le ngan kirinya, kini di rumah makan itu, mereka melihat seorang gadis yang lengan kirinya buntung sedang makan bubur ayam! Timbul perasaan khawatir di hati empat orang jagoan itu
Jangan-jangan gadis itu seperti juga Bi Tok Siocia, hendak menguasai semua rumah pelesir dan rumah perjudian! Jangan-jangan mereka berempat kembali hanya akan menjadi pembantu saja
Melihat betapa gadis itu sederhana saja seorang diri, bertangan sebelah buntung, tidak mempunyai banyak anak buah seperti halnya Bi Tok Siocia, maka empat orang itu memandang rendah dan sengaja hendak mencari gara-gara agar gadis itu merasa takut dan segera pergi dari kota Lok-yang, tidak lagi merupakan ancaman baginya
Heii, twako, kabarnya ada gadis berle ngan buntung yang hendak menjagoi di daerah kita
Benarkah itu?
tanya seorang di antara mereka pada orang pertama dari Lok-yang Su-liong, yaitu seorang berusia limapuluhan tahun yang bertubuh jangkung kurus seperti pemadatan
Dua orang rekannya mengeluarkan suara tawa dari hidung secara mengejek dan mereka semua melirik ke arah Cin Cin yang masih makan bubur dengan te nangnya
Kabarnya ia seorang pendekar!
kata orang ke dua
Kalau ia benar pendekar, sebaiknya jangan te rlalu lama berada di sini.
Belum te ntu pendekar
Siapa tahu kalau ia hanya seorang tokoh lain yang ingin merajai di rumah ini,
kata pula orang ke tiga
Kini si jangkung mengeluarkan suara dan suaranya memang serasi dengan tubuhnya yang jangkung kurus
Suaranya kecil seperti suara wanita
Hemm, kalau ia ingin menjagoi, berarti ia belum mendengar nama Lok-yang Su-liong! Kalau ia cerdik, sebaiknya ia tidak mencampuri urusan dunia kang-ouw di sini, karena ia te ntu akan berhadapan dengan kita dan dengan banyak saudara kita yang lain.
Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa saling pandang, mereka berdua maklum benar bahwa empat orang jagoan itu sedang mencari gara-gara terhadap gadis le ngan buntung yang masih makan dengan sikap tenang dan santai itu
Mereka mengambil keputusan untuk menjadi penonton saja karena mungkin dalam percakapan antara gadis itu dan empat orang berandal ini akan terungkap siapa adanya gadis itu, benar ia Cin Cin seperti yang mereka duga ataukah bukan
Mereka pura-pura tidak melihat dan melanjutkan makan bubur, akan tetapi diam-diam menaruh perhatian terhadap gadis itu
Tentu saja Cin Cin maklum bahwa dirinya yang dimaksud dalam percakapan orang itu, akan te tapi ia tidak mau mencari perkara, ia ingat akan pesan subonya bahwa ia tidak boleh mencari perkara dan membuat permusuhan
Ia tidak mengenal mereka dan ia dapat menduga bahwa mungkin mereka adalah pimpinan penjahat di kota Lok-yang ini yang sudah mendengar akan sepak-terjangnya di rumah pelesir Ang-hwa di kota Ji-goan
Ia tidak perduli karena andaikata ia tidak ada hubungan dengan Cia Ma atau andaikata ia tidak melihat delapan orang gadis dusun dalam kereta, iapun tidak akan usil mencari perkara dengan rumah pelesir itu Iapun mengambil keputusan untuk diam saja tidak menanggapi mereka, asalkan mereka tidak mengganggunya, baik dengan omongan maupun dengan perbuatan
Akan tetapi, Lok-yang Su-liong adalah tokohtokoh sesat, maka seperti para tokoh sesat lainnya, watak mereka sombong
Mereka sudah te rbiasa memaksakan kehendak dengan kekerasan, dan apabila orang tidak melawan mereka, mereka anggap bahwa orang itu takut terhadap mereka! Kini, melihat betapa gadis lengan buntung itu diam saja, melirikpun tidak, mereka mempunyai dua macam dugaan
Pertama, gadis itu bukan pendekar wanita yang telah mengusir Bi Tok Siocia, dan ke dua, kalau benar ia pendekar wanita itu, tentu merasa jerih untuk berlagak di kota Lokyang dan takut terhadap mereka! Sementara itu, Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa diam-diam merasa mendongkol sekali melihat sikap empat orang itu
Mereka belum yakin bahwa gadis itu adalah orang yang mereka cari, akan tetapi melihat gadis itu diam saja dan empat orang itu mengeluarkan ejekan-ejekan, tentu s aja mereka berpihak kepada si gadis le ngan buntung
Bahkan Liu Hwa merasa amat penasaran
Gadis itu tadi menunduk saja, seperti tenggelam dalam lamunan penuh duka, maka tidak pernah memperhatikan keadaan sekelilingnya
Tentu gadis itu belum melihatnya
Kalau gadis itu memang benar anaknya, te ntu akan mengenalnya
Bagai seorang wanita yang sudah menjadi ibu seperti dirinya, waktu enambelas tahun tidak akan mendatangkan banyak perubahan, berbeda dengan perbedaan antara seorang kanak-kanak berusia lima tahun yang kini menjadi seorang gadis berusia dua puluh satu tahun! Ia tentu tidak banyak berubah dan Cin Cin pasti akan mengenalnya
Eh, twako! Jangan-jangan pendekar wanita buntung itu juga gagu atau tuli, ha-ha-ha!
seorang di antara empat jagoan itu mengeluarkan ucapan yang nyaring dan penuh ejekan, jelas ditujukan kepada gadis buntung itu karena mereka berempat memandang ke arah gadis itu sambil tertawa-tawa
Andaikata gadis itu bukan pute rinya sekalipun, sikap empat orang ini cukup membuat hati Coa Liu Hwa menjadi panas dan marah
Sebelum dicegah suaminya yang ia tahu amat sabar dan tenang, dari te mpat duduknya iapun berkata dengan nada suara lantang
Bubur ayam di rumah makan ini enak dan air te hnya juga sedap, hanya sayang sekali ada empat ekor lalat besar yang bau busuk dan suaranya memualkan perutku! Dan ada empat ekor cacing mengaku naga, sungguh menje mukan sekali!
Lie Koan Tek terkejut akan tetapi tidak mampu mencegah isterinya yang sudah bicara dengan suara dan nada keras itu
Juga Cin Cin terkejut, bukan saja oleh kata-kata itu, melainkan terutama sekali ole h suara itu
Ia masih mengenal suara itu dan iapun melirik
Hampir saja ia melonjak dari te mpat duduknya ketika ia mengerling dan melihat wanita yang duduk di luar itu
Akan tetapi, melihat wanita itu duduk dengan seorang pria berusia enampuluhan tahun yang tinggi bes ar berewok dan amat gagah perkasa, iapun menahan diri dan purapura tidak mengenal
Ibunya! Jelas ia tidak ragu lagi
Wanita itu adalah ibunya dan pria yang duduk di sebelahnya itu siapa lagi kalau bukan pendekar Siauw-lim-pai yang bernama Lie Koan Tek, yang kini menjadi suami ibunya.! Perasaan haru dan gembira dalam hati Cin Cin segera tertutup oleh rasa sesal dan cemburu
Semenjak dusun Ta-bun-cung di mana perkumpulan He k- houw-pang diserbu penjahat sehingga ayahnya, Kam Seng Hin, ketua Hekhouw-pang te was, ibunya entah pergi ke mana
Kemudian, ia sendiri menderita kehidupan yang amat pahit dan hampir saja celaka di tangan Cia Ma! Kalau tidak bertemu dengan Tung-hai Mo-li, mungkin ia kini telah dipaksa menjadi pelacur! Ia hidup menderita, dan ibunya! Ibunya yang kematian suami itu bahkan telah menggandeng seorang pria baru, suami baru! Ia menderita sengsara dan ibunya malah bersenang-senang
Kemarahan ini yang membuat Cin Cin diam saja, pura-pura tidak mengenal ibunya sendiri
Padahal sebelum pertemuan ini, ia amat merindukan ibunya
Empat orang jagoan itu serentak bangkit dari te mpat duduk mereka dan memutar tubuh memandang ke arah wanita yang berani mengeluarkan kata-kata seperti itu terhadap mereka
Dan mereka melihat wanita yang setengah tua, sudah mendekati limapuluh tahun namun masih cantik dan gagah, duduk memandang kepada mereka dengan senyum mengejek, sedangkan di dekat wanita itu duduk seorang lakilaki gagah perkasa yang na mpak tenang dan masih makan bubur ayamnya
Sebaliknya, wanita itu memandang kepada mereka dengan bibir te rsenyum mengejek mata menantang! Coa Liu Hwa merasa kecewa sekali karena tadi ia memperhatikan ke arah gadis buntung dan melihat betapa gadis itu mengerling kepadanya
Akan tetapi, gadis itu te nang saja dan agaknya sama sekali tidak mengenalnya! Kalau begitu, gadis bukan Cin Cin, bukan puterinya! I ngin ia menangis rasanya, begitu kecewa dan penasaran
Maka rasa penas aran ini ia tumpahkan kepada empat orang itu, tidak perduli betapa suaminya mencegahnya dengan pandang mata
Heii, kalian empat orang sialan! Mau apa engkau melotot dan memandang kepadaku
Apakah kalian menantang?
Tentu saja Lie Koan Tek te rkejut bukan main
Bias anya, is terinya agak pendiam dan tidak suka mencari perkara
Dia dapat menduga tentu isterinya bersikap seperti itu untuk memancing perhatian gadis buntung itu
Diapun melihat betapa gadis itu bersikap acuh saja
Padahal kalau benar gadis itu pute ri isterinya, te ntu kini telah mengenal ibu kandungnya
Si jangkung kurus yang menjadi orang pertama dari Lok-yang Su-Liong, tak dapat menahan kemarahannya yang berkobar sejak pertama kali Liu Hwa bicara tadi
Heii, nyonya! Apakah engkau menghina kami Lok-yang Sui-liong
Siapakah engkau berani bersikap begini kurang ajar kepada kami?
Liu Hwa juga bangkit berdiri dan bertolak pinggang, sikap yang sungguh aneh dan asing bagi Lie Koan Tek, akan tetapi diapun dapat menduga bahwa perubahan sikap isterinya ini semata-mata ingin menarik perhatian gadis itu
Hemm, kalian berjuluk demikian besar, Empat ekor Naga Lok-yang, akan te tapi sikap kalian menghina orang seperti cacing-cacing tanah saja! Seolah-olah di dunia ini tidak ada orang berani kepada kalian
Aku seorang murid He k-houw-pang sama sekali tidak takut!
Biarpun ia bicara kepada empat orang itu, ketika mengatakan bahwa ia murid He k-houw-pang, ia melirik ke arah gadis buntung itu, akan te tapi gadis itupun masih tetap duduk dengan tenang
Perempuan sombong!
Seorang di antara Lokyang Su-liong membentak
Dia berusia empatpuluh tahun, bertubuh pendek gendut dan merupakan orang te rmuda di antara mereka, juga wataknya mata keranjang
Kalau saja engkau duapuluh tahun lebih muda, te ntu akan kuhukum dengan menemaniku selama beberapa malam, ha-ha-ha!
Tiga orang kawann ya juga tertawa-tawa
Kini Lie Koan Tek bangkit berdiri dan memandang ke arah empat orang itu
Sudah lama aku mendengar nama Lok-yang Su-liong sebagai penjahat-penjahat kecil di kota Lok-yang yang suka berbuat jahat
Kiranya, kalian selain jahat juga pengecut dan beraninya hanya menghina wanitawanita saja, walaupun isteriku ini kalau kubiarkan te ntu akan dapat membunuh kalian dengan mudahnya!
Empat orang itu kini meninggalkan meja mereka dan dengan sikap mengancam mereka menghampiri suami is teri itu
Si tinggi kurus menudingkan te lunjuknya kepada Liu Hwa dan menghardik kepada Lie Koan Tek,
Isterimu ini yang le bih dahulu menghina kami! Tidak tahukah kalian bahwa kami Lok-yang Sui-liong adalah pimpinan semua tokoh kangouw di daerah ini
Isterimu yang bersikap tidak patut!
Kalian sendiri menghina seorang gadis dan masih berani menuduh aku yang menghina orang?
bentak Liu Hwa penuh semangat
Kini ia melihat betapa gadis buntung itu memutar tubuh memperhatikan mereka, akan tetapi ketika pandang matanya berte mu dengan pandang mata gadis yang disangka pute rinya itu, gadis itu mengalihkan pandang matanya.!
Kalau isteriku telah bersikap kasar, harap dimaafkan, akan te tapi kami harap agar su-wi berempat juga tidak mengganggu orang lain lagi.
Hemm, lagakmu seperti seorang pendekar! Siapa sih engkau?
bentak si tinggi kurus kepada Lie Koan Tek
Sejak dahulu sampai sekarang namaku Lie Koan Tek
Aku bukan pendekar, akan te tapi kalau ada orang bertindak sewenang-wenang, sudah menjadi kewajibanku untuk mene ntangnya.
Pada saat itu pemilik rumah makan datang te rgopoh-gopoh dan memberi hormat kepada empat orang itu dengan tubuh dite kuk hampir patah
Cuwi-eng-hiong (Orang gagah sekalian) mohon ampun dan tidak berkelahi di sini, agar tempat kami tidak menjadi rusak dan porak-poranda.
Si tinggi kurus mendengus
Baginya ju ga tidak enak berkelahi di situ, karena penuh dengan meja kursi, membuat dia dan tiga orang saudaranya tidak leluasa bergerak
Huh, jangan khawatir
Sediakan saja masakan is timewa untuk kami berempat pesta nanti setelah kami memberi hajaran kepada orang ini.
Kemudian dia menghadapi Lie Koan Tek lagi dan berkata,
Namamu Lie Koan Tek
Pernah aku mendengar nama Lie Koan Tek tokoh Siauw-lim-pai
Engkaukah orangnya?
Aku memang murid Siauw-lim-pai bernama Lie Koan Tek,
kata pendekar itu dengan sikap tenang
Bagus! Sudah lama ju ga kami mendengar nama Lie Koan Tek sebagai seorang yang gatal tangan dan suka usil mencampuri urusan orang lain
Mari kita keluar kalau memang engkau berani melawan kami!
tantang si tinggi kurus dengan cerdik karena dia sengaja menantang dengan sebutan kami, berarti mereka berempat yang menantang, bukan dia seorang
Empat orang itu hendak melangkah keluar, akan te tapi pada saat itu te rdengar bentakan halus
Siapa di antara empat Lok-yang Su-liong yang tadi menyebut-nyebut tentang tangan buntung?
Yang bicara itu adalah Cin Cin dan semua orang menengok dan memandang kepadanya
Gadis itu masih duduk dan memegang sepasang sumpit bambunya, agaknya sudah selesai makan dan tadi menggunakan sepasang sumpit di tangan kanan untuk makan kacang
Aku yang mengatakan!
kata orang muda yang perutnya gendut
Aku juga
Habis kau mau apa?
kata pula orang ke tiga yang matanya sipit hampir terpejam
Mulutmu busuk!
bentak gadis itu dan sekali tangan kanannya bergerak, sepasang sumpit itu meluncur bagaikan anak panah
De mikian cepatnya luncuran sumpit itu sehingga biarpun kedua orang itu berusaha mengelak, tetap saja masing-masing jadi korban sumpit yang menembus dari pipi sebelah ke pipi yang lain! Sumpit itu seperti ditusukkan dari pipi, menembus rongga mulut dan keluar dari pipi yang lain! Tentu saja kedua orang itu terkejut, kesakitan dan mengeluarkan suara aneh karena mereka tidak mampu menggerakkan mulut yang sudah ditusuk sumpit
Hendak dicabut, takut kalau te rlalu nyeri, didiamkan saja juga sakit.! Orang pertama yang tinggi kurus cepat maju dan dua kali tangannya bergerak, dia sudah mencabut sepasang sumpit itu dari pipi dua orang adik seperguruannya
Dua orang yang te rluka itu menggunakan kedua tangan menutupi pipi yang berlubang dan mengucurkan darah
Si tinggi kurus dan orang ke dua yang pipinya te rdapat tanda luka codet, sudah mencabut pedang masing-masing
Akan tetapi sebelum mereka meloncat untuk menyerang gadis buntung itu, Lie Koan Tek dan is terinya sudah mencabut senjata mereka pula
Lie Koan Tek melolos rantai baja yang dijadikan sabuk, sedangkan isterinya mencabut pedang
Melihat sepasang suami iste ri itu menghadang di depan mereka, si tinggi kurus dan si codet maju menyerang
Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa menyambut dengan senjata mereka dan terjadilah perkelahian di ruangan makan itu
Namun, te rnyata dua orang jagoan itu sama sekali bukan lawan Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa yang semenjak menjadi isteri pendekar Siauw-lim-pai itu telah mendapatkan kemajuan pesat dalam ilmu silat
Belum juga sepuluh jurus, rantai baja di tangan Lie Koan Tek telah merobohkan lawan, dengan tulang kaki patah dan tak mampu bangkit kembali
Beberapa jurus kemudian, isterinya juga dapat membuat lawan te rpelanting dengan luka bacokan pada pundak kirinya
Empat orang Lok- yang Su-liong itu tanpa banyak cakap lagi lalu melarikan diri, keluar dari rumah makan sambil terhuyung dan saling bantu, te rutama sekali si tinggi kurus yang patah tulang kakinya, te rpaksa harus diseret dan te rpincangpincang
Lie Koan Tek menghampiri pemilik rumah makan
Berapa kerugianmu akibat perkelahian tadi , akan kuganti.
Tidak perlu.......tidak usah, taihiap
Akan tetapi kami khawatir sekali karena Lok-yang Su-liong itu mempunyai kawan yang banyak ju mlahnya
Bagaimana kalau mereka datang membalas dendam?
Jangan takut
Kami akan melindungimu.
Sobat, tahukah engkau di mana nona yang tadi duduk makan di sana?
tiba-tiba Liu Hwa bertanya kepada pengurus rumah makan itu karena tidak melihat lagi adanya gadis yang disangka pute rinya itu
Nona itu.....
Ia tentu kembali ke kamarnya karena ia tadi memesan kamar di loteng untuk bermalam.
Kamipun akan bermalam di sini,
kata Koan Tek cepat
Nomor berapa kamar nona tadi
Kami ingin bicara dengannya.
Kamar nomor dua di lote ng, taihiap.
Pengurus itu lalu mempersilakan suami isteri yang amat dihormatinya karena telah berhasil mengusir Lokyang Su-liong yang ditakuti, untuk naik ke loteng dan mereka mendapatkan sebuah kamar te rbesar di loteng itu, yaitu kamar nomor lima, terpis ah tiga kamar dari kamar nomor dua yang dihuni ole h Cin Cin
Memang benar perkiraan pengurus rumah makan tadi
Ketika suami isteri itu menyambut serangan penjahat itu, Cin Cin maklum bahwa mereka tidak merlukan bantuan, maka diam-diam ia menyelinap dan meninggalkan ruangan itu, naik ke loteng dan masuk ke dalam kamarnya
Di kamarnya, ia duduk te rmenung di te pi pembaringan, kedua matanya basah namun ia menahan tangisnya
Ia merasa dadanya sesak dan juga panas sekali
Tidak salah lagi
Wanita itu adalah ibunya, ibu kandungnya yang selama belasan tahun ini dirindukannya, yang seringkali membuat ia menangis seorang diri s ambil memeluk guling
Akan te tapi, kalau tadinya ia membayangkan perte muan yang mengharukan dan membahagiakan dengan ibunya, sama-sama menangis dan mengenang ayahnya, kini ibunya muncul bersama seorang pria yang sama sekali asing baginya, akan tetapi yang telah menjadi pengganti ayahnya! Cin Cin menangis tanpa suara
Terjadi pergolakan hebat di dadanya, antara sayang dan benci, antara rindu dan kecewa, antara keinginan kuat untuk merangkul ibunya dan menjauhkan diri dari ibunya! Hanya satu hal yang membuat hatinya agak te rhibur
Ibunya nampak sehat dan gembira, juga nampak cantik seperti dahulu
Dan ibunya juga bersikap sebagai seorang pendekar wanita yang berani menentang kejahatan
Demikian pula suami ibunya, atau ayah tirinya, ternyata memperlihatkan sikap seorang pendekar perkasa yang terkenal sebagai tokoh Siauw-lim-pai
Tidak, ia tidak akan menemui ibunya sebelum perasaan yang tidak menentu berkecamuk di hati nya
Selama hatinya masih te rasa kacau dan penuh pertentangan, ia tidak akan memperlihatkan diri kepada ibunya
Akan te tapi, setelah kini berte mu, untuk meninggalkan ibunya ia tidak sanggup
Maka, iapun mengambil keputusan untuk pindah dari situ, untuk membayangi dan mengikuti perjalanan ibu dan ayah tirinya itu secara diam-diam, sampai tiba saatnya ia merasa yakin untuk bertemu dengan ibunya
De mikianlah, percuma saja suami iste ri isteri itu mengamati kamar Cin Cin sampai sehari penuh, Tidak pernah mereka melihat gadis itu keluar kamar, bahkan sampai malampun mereka tidak melihatnya
Mereka tidak berani mengganggu malam itu
Bagaimanapun juga, kini sudah menipis dugaan mereka bahwa gadis itu adalah Cin Cin
Gadis itu memang lihai bukan main
Sepasang sumpit yang disambitkan saja demikian tepat menembusi pipi dua orang lawan
Akan te tapi, kalau gadis itu benar Cin Cin, sudah pasti ia akan mengenal ibunya
Tidak, gadis itu pasti bukan Cin Cin dan hal ini membuat hati Liu Hwa kecewa bukan main
Akan te tapi ia dan suaminya masih mempunyai harapan untuk berkenalan dengan gadis itu dan siapa tahu gadis perkasa itu dapat memberi petunjuk di mana adanya gadis yang mereka cari
Baru pada keesokan harinya, pagi-pagi mereka berani menghampiri kamar nomor dua dan mengetuk pintunya
Tidak ada jawaban
Sampai diperkuat ketukannya, te tap saja tidak ada jawaban
Seorang pelayan menghampiri mereka dan berkata,
Tidak ada gunan ya ji-wi (kalian) mengetuk pintu itu
Biar digedor sampai bagaimanapun tidak akan ada yang membukanya karena kamar itu kosong.
Ehh
Kosong
Bukankah kemarin ditinggali nona........
Nona yang buntung tangan kirinya itu, toanio
Memang benar, akan tetapi malam tadi ia membuat perhitungan, membayar semua sewa kamar dan harga makanan, lalu pergi dengan cepat.
Suami isteri itu terkejut
Ke mana ia pergi?
Liu Hwa bertanya akan tetapi pelayan itu menggeleng kepala
Tentu saja suami isteri itu merasa menyesal sekali mengapa tidak kemarin saja mereka mengunjungi nona itu
Sekarang ia telah pergi dan kemana mereka harus mencarinya
Kita ke kota Ji-goan saja, kita menyelidiki ke sana, siapa tahu terdapat je jak anakmu disana.
Lie Koan Tek menghibur isterinya yang kelihatan kecewa sekali
Setelah membayar semua perhitungan, suami isteri itu bergegas meninggalkan kota Lok-yang dan menuju ke sungai Huang-ho untuk menyeberang ke kota Ji-goan yang te rletak di sebelah utara Huang-ho
Akan te tapi, ketika mereka tiba di jalan dekat hutan di lembah sungai Huang-ho, tiba-tiba muncul seorang pemuda yang agaknya sengaja menghadang di depan mereka
Harap ji-wi berhenti sebentar, aku ingin bicara,
kata pemuda itu
Sikapnya cukup sopan akan tetapi suaranya te rdengar dingin dan kaku seolah menyembunyikan kemarahan
Suami isteri itu memandang heran
Pemuda itu berusia sekitar duapuluh dua tahun, tubuhnya tinggi te gap, wajahnya tampan, matanya tajam mencorong dan dagunya te bal, bibirnya mengandung senyuman sinis dan telinganya agak kecil dan pakaiannya sederhana namun bersih dan rapi
Orang muda, siapakah engkau dan ada keperluan apakah yang ingin kaubicarakan dengan kami?
Lie Koan Tek bertanya
Pendekar ini cukup berpengalaman dan dia dapat menduga bahwa pemuda yang menghadang ini pasti bukan pemuda sembarangan
Bukankah paman yang bernama Lie Koan Tek, pendekar Siauw-lim-pai?
tanya pemuda itu yang bukan lain adalah The Siong Ki, murid Naga Sakti Sungai Kuning Si Han Beng! Seperti telah kita ketahui, Siong Ki berkunjung ke pusat He k-houwpang dan di sana dia bahkan berte mu dengan Cin Cin
Akan tetapi seperti juga Cin Cin, dia menolak ketika hendak diangkat menjadi ketua Hek-houwpang
Dia meninggalkan He k-houw-pang untuk melaksanakan tugas yang diberikan gurunya kepadanya, yaitu mencari Bi Lan yang telah menculik puteri suhunya
Suhu dan subonya memang sudah berpesan kepadanya agar dia tidak sembarangan membalas dendam kepada Lie Koan Tek, melainkan diharuskan melakukan penyelidikan lebih mendalam tentang kematian ayahnya
Diapun tidak bermaksud membunuh Lie Koan Tek, akan tetapi ingin bicara te ntang kematian ayahnya, dan diapun teringat akan keterangan gurunya bahwa Bi Lan adalah keponakan Lie Koan Tek, maka besar kemungkinan pendekar Siauw-lim-pai ini dapat memberitahu kepadanya di mana adanya Kwa Bi Lan
De mikianlah, ketika dia mendengar berita te ntang keributan yang dilakukan pendekar wanita tangan kiri buntung di Ji-goan, dia dapat menduga bahwa pendekar itu te ntulah Cin Cin
Dia tertarik dan mengikuti jejak Cin Cin sampai ke Lok-yang dan di sana dia melihat Lie Koan Tek dan bibigurunya, Coa Liu Hwa
Tentu saja dia menjadi girang sekali dan segera dia menanti saat baik untuk berte mu dengan mereka
Itulah sebabnya, ketika melihat suami isteri itu keluar dari Lok yang, dia mendahului menghadang di tempat sunyi itu
Benar, namaku Lie Koan Tek
Siapakah, e ngkau orang muda?
Nanti dulu! Aku.......seperti mengenal pemuda ini!
kata Coa Liu Hwa sambil mengamati wajah yang tampan itu
Bibi benar
Aku adalah The Siong Ki, pute ra mendiang ayah The C i Kok
Pernah aku ikut bibi menjadi murid, akan tetapi aku lalu pergi
Akan tetapi bukan itu yang penting.
Aku ingin bicara dengan paman Lie Koan Tek!
kembali suaranya te rdengar dingin
Siong Ki.......ah, benar engkau Siong Ki.......! Engkau sudah dewasa se karang......
Hemm, orang muda
Apa yang akan kaubicarakan dengan aku?
Lie Koan Tek bertanya
Paman, aku hanya ingin bertanya apakah benar engkau yang dahulu te lah membunuh ayahku, yaitu The Ci Kok seorang murid He k-houw-pang
Jawab sejujurnya, paman
Benarkah engkau yang membunuhnya?
Lie Koan Tek mengerutkan alisnya
Pertanyaan itu mengingatkannya kembali akan peristiwa yang amat tidak enak itu
Ketika itu, secara te rpaksa karena dibebaskan dari penjara oleh Cian Bu Ong, dia menjadi pembantu Cian Bu Ong dan dia ikut pula menyerbu dusun Ta-bun-cung di mana He khouw-pang dimusuhi Cian Bu Ong karena tidak mau bersekutu untuk memberontak te rhadap pemerintah
Kalau dia te ringat akan peristiwa itu, dia merasa menyesal bukan main walaupun dalam penyerbuan itu, tidak seperti yang lain, dia sama sekali tidak melakukan pembunuhan, hanya merobohkan saja para anggota He k-houw-pang tanpa membunuh
De ngan tegas dia menggeleng kepalanya,
Tidak, aku tidak membunuh ayahmu, aku tidak membunuh siapapun dari Hek-houw-pang.!
Jawaban itu memanaskan hati Siong Ki
Paman, engkau dikenal sebagai pendekar Siauwlim-pai yang gagah perkasa, kenapa tidak berani menanggung akibat dari perbuatan sendiri dan hendak mengingkari perbuatan sendiri
Bukankah paman juga ikut membantu gerombolan yang menyerbu He k-houw-pang
Bahkan paman te lah merampas pula bibi Coa Liu Hwa, is teri ketua Hekhouw-pang menjadi isteri paman sekarang?
Siong Ki!
Coa Liu Hwa membentak marah
Sebaiknya kalau bibi tidak mencampuri karena hal ini hanya akan mendatangkan rasa malu saja kepada bibi sendiri
Aku bicara dengan seorang di antara para penyerbu He k-houw-pang dan menghendaki jawaban sejujurnya dari Lie Koan Tek!
Orang muda, jangan engkau bersikap kasar te rhadap isteriku
Ia tidak bersalah, dan tentang penyerbuan ke He k-houw-pang itu, aku tidak menyangkal
Akan te tapi, aku hanya merobohkan saja para pengeroyok dan sama sekali tidak membunuh orang
Aku hanya te rpaksa menyerang He k-houw-pang karena.......
Cukup! Biarpun engkau tidak membunuh ayahku dan tidak membunuh seorangpun dari He k-houw-pang, namun engkau mengaku sudah ikut menyerbu dan merobohkan anak buah Hekhouw-pang
Nah, sekarang aku, keturunan murid He k-houw-pang, menantangmu untuk mengadu kepandaian
Hendak kulihat sampai di mana kepandaian orang yang pernah mengacaukan He khouw-pang dan mendatangkan malapetaka kepada seluruh anggota He k-houw-pang, bahkan kini secara tak bermalu telah memperisteri bekas isteri ketuanya
Cabutlah senjatamu, Lie Koan Tek!
Siong Ki mencabut pedangnya dan tampaklah sebatang pedang yang tua dan tumpul, namun mengandung sinar yang dingin redup seperti sinar bintang
Itulah Seng-kang-kiam (Pedang Baja Bintang) yang ampuh, milik Bu Giok Cu yang dititipkannya kepada murid itu untuk dipakai mencari Si Hong Lan yang le nyap diculik Kwa Bi Lan
Bagaimanapun juga, Lie Koan Tek adalah seorang pendekar yang gagah perkasa
Dia tidak ingin mengingkari perbuatannya sendiri
Memang dia ikut menyerbu He k-houw-pang
Dia kini harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya itu
Juga dia ditantang, sebagai seorang pendekar, te ntu saja pantang mundur kalau ditantang
Baiklah, orang muda
Aku tidak akan lari dari tanggung-jawab!
katanya dan diapun sudah melolos sabuk rantai bajanya dan bersiap
Siong Ki, jangan.........!!
Coa Liu Hwa mencoba untuk mencegah
Bibi sudah mengkhianati Hek-houw-pang, harap jangan ikut campur!
kata pemuda itu dengan suara ketus
Orang muda, engkau te rlalu menghina isteriku!
Lie Koan Tek berseru marah
Kalau engkau hendak menyerangku, majulah!
Siong Ki segera menggerakkan pedangnya menyerang dan begitu dia menyerang, Lie Koan Tek te rkejut karena serangan itu selain cepat bagaikan kilat menyambar, juga mendatangkan hawa yang amat kuat
Dia memutar sabuk rantai bajanya menangkis sambil mengerahkan tenaga pula
Tranggg!!!
Pertemuan antara pedang tumpul dan rantai baja itu sedemikian kuatnya sehingga menggetarkan tubuh Liu Hwa yang menonton dengan cemas, dan ia melihat betapa suaminya te rhuyung ke belakang, sedangkan pemuda itu tetap te gak
Ini saja sudah menunjukkan bahwa dalam hal tenaga sin-kang, pemuda itu le bih kuat! Juga Lie Koan Tek memaklumi hal ini, maka dia bersikap hati-hati
Siong Ki merasa mendapat angin
Dia tersenyum mengejek,
Lie Koan Tek, kalau dulu engkau tidak membunuh orang-orang He k-houw-pang, sekarangpun, melihat muka bibi Liu Hwa, aku tidak akan membunuhmu, hanya akan memberi hajaran kepadamu sebagai hukuman!
Setelah berkata demikian dia menyerang dengan dahsyat dan bertubi-tubi
Pedangnya lenyap menjadi gulungan sinar yang berkilauan
Lie Koan Tek juga menggerakkan rantai baja itu untuk membentuk bente ng perlawanan yang kokoh, karena dia maklum bahwa mengnadapi pedang yang ampuh dan ilmu pedang hebat itu, dia akan cepat roboh kalau membalas
Melihat suaminya terdesak dan te rancam, Liu Hwa tidak mungkin dapat berdiam diri saja
Iapun mencabut pedangnya menerjang ke depan sambil berte riak,
Siong Ki, engkau tidak boleh menghina suamiku!
Siong Ki memutar pedangnya menangkis dan mengejek,
Bagus, sekarang pengkhianatanmu sudah lengkap, bibi Liu Hwa, dan biarlah aku mewakili arwah suamimu untuk memberi pelajaran kepadamu pula!
Pedangnya bergerak cepat secara luar biasa sekali dan terdengar Liu Hwa berseru kesakitan lalu te rhuyung ke belakang karena pangkal le ngan kanannya te rluka oleh ujung pedang lawan
Melihat isterinya te rluka, Lie Koan Tek lalu memutar rantai bajanya menyerang dengan dahsyat sehingga terpaksa Siong Ki menangkis sambil mundur dan tersenyum mengejek
Biarlah hari ini orang-orang yang berdosa menerima hukumannya!
katanya dan kembali pedangnya bergerak luar bias a sekali, membuat Lie Koan Tek menjadi bingung dan biarpun dia sudah memutar rantai bajanya dengan cepat, tetap saja pundaknya te rkena ujung pedang lawan dan dia te rhuyung dan pundak kirinya berdarah
Siong Ki tertawa
Ha-ha-ha, kalian rasakan sekarang! Lie Koan Tek dan engkau bibi Liu kalau kalian mau mengakui kesalahan kalian di hadapanku, aku akan mengampuni kalian dan membebaskan kalian
Akan te tapi kalau kalian tidak mengakui kesalahan, te rpaksa aku akan memberi hajaran lebih keras lagi.
Suami isteri itu saling pandang
Bagi oran g yang menghargai kegagahan seperti mereka, merendahkan diri dan kehormatan merupakan pantangan
Hampir berbareng mereka berseru,
Kami tidak sudi!
Wajah Siong Ki menjadi merah saking marahnya
Hemm, orang-orang tak bermalu masih mempertahankan kehormatan
Kalau begitu, biar kuberi pelajaran yang lebih pahit lagi
Siapkan senjata kalian!
Suami isteri itu telah berdiri berdampingan dengan senjata di tangan, siap untuk melawan sampai mati
Hyaaaaatttt........!
Tubuh Siong Ki menerjang dahsyat dan pedangnya menyambar bagaikan kilat
Tranggg.......!!
Siong Ki terkejut setengah mati ketika pedangnya berte mu dengan sebatang pedang yang mengeluarkan sinar kehijauan mengandung hawa dingin
Ketika dia meloncat ke belakang karena merasa tangannya te rgetar hebat dan memandang, te rnyata yang menangkis pedangnya tadi adalah Cin Cin!
Kau.......?
Akan tetapi Cin Cin tidak memberi kesempatan lagi kepada Siong Ki untuk bicara, karena ia segera menyerang dengan dahsyat bukan main, sehingga terpaksa Siong Ki harus memutar pedangnya untuk melindungi dirinya
Serangan yang dilakukan Cin Cin amat hebatnya dan setiap kali mereka beradu pedang, Siong Ki merasa betapa seluruh lengannya tergetar hebat
Dia melompat agak jauh ke belakang
Aku.....aku tidak ingin berkelahi denganmu, aku hanya akan memberi pelajaran.....
Kembali Siong Ki tidak dapat melanjutkan katakatanya karena begitu tangan kiri Cin Cin bergerak, belasan batang jarum yang bersinar menyambar ke arah tubuh pemuda itu
Siong Ki te rkejut dan cepat melompat jauh ke kiri
Kalau Cin Cin maju membela ibunya dan dia dikeroyok tiga, sudah pasti dia akan terancam bahaya
Melawan Cin Cin seorangpun belum tentu dia menang, maka mengingat bahwa dia telah melukai Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa, yang te ntu akan membuat Cin Cin marah sekali, dia lalu meloncat jauh dan melarikan diri! Cin Cin tidak mengejarnya, hanya berdiri mematung, memandang ke arah perginya pemuda itu membelakangi suami isteri itu dengan sikap acuh
Coa Liu Hwa dan suaminya saling pandang, kemudian Liu Hwa yang kini timbul pula harapan dan dugaannya bahwa gadis itu adalah pute rinya, segera menghampiri dan menegur dengan suara gemetar
Kau.....kau.....Kam Cin
Cin Cin.....?
Mendengar suara ibunya memanggilnya, Cin Cin merasa jantungnya seperti diremas
Betapa inginnya menubruk dan merangkul ibunya yang selama ini amat dirindukannya, akan tetapi di situ ada Lie Koan Tek dan ia masih merasa penasaran
De ngan perlahan ia memutar tubuh menghadapi ibunya, mukanya menjadi pucat akan tetapi sikapnya masih dingin dan ia hanya menatap wajah ibunya, tanpa menjawab dan tanpa memperlihatkan gejolak perasaannya
Liu Hwa yang kini tidak ragu lagi bahwa gadis ini adalah pute rinya yang hilang, berkata lagi, suaranya bercampur is ak,
.
..Cin Cin......lupakah engkau kepadaku
Lupakah.........engkau pada.......ibumu.....
Aku ibumu......
Bukan! Engkau bukan ibuku!
Cin Cin berseru dengan suara lantang seperti berte riak, karena suaranya itu memang langsung keluar dari perasaan hatinya
Cin Cin! Engkau pasti Cin Cin anakku! Aku ibumu, anakku.....
Liu Hwa berkata dengan air mata bercucuran, namun ia masih belum berani mendekat, karena sebelum gadis itu mengaku bahwa ia benar Cin Cin, tentu s aja ia belum yakin benar
Hemm, kalau benar engkau ini ibuku, kenapa engkau membiarkan anakmu hidup te rlantar sendiri sampai belasan tahun, sedangkan engkau sendiri bersenang-senang dan enak-enakan menikah lagi dengan seorang laki-laki lain
Mana ada seorang ibu seperti itu
Melupakan suami yang te was melupakan anak yang hilang, sebaliknya bersenang-senang sendiri?
Liu Hwa yang mendengar ucapan penuh penyesalan itu, merasa betapa dadanya seperti ditusuk-tusuk, ia hanya dapat membelalakkan mata memandang kepada anaknya dengan air mata bercucuran
Melihat ini, Lie Koan Tek maju dan berkata dengan suara tegas
Nona, engkau tidak berhak bicara seperti itu kepada isteriku!
Kini Cin Cin menoleh kepadanya dan te rsenyum mengejek
Bagus! Engkau merasa dirimu besar karena engkau te rkenal sebagai seorang tokoh Siauw-lim-pai dan bersikap gagah
Huh, menurut pendengaranku tadi, engkau ikut menyerbu Hekhouw-pang dan ikut membasmi He k-houw-pang, kemudian engkau membunuh ketua He k-houwpang dan melarikan is terinya, lalu memaksa isteri ketua Hek-houw-pang menjadi isterimu! Dan sekarang engkau masih gagah-gagahan berlagak membelanya
Pendekar macam apa engkau ini?
Cin Cin......ahhh.......Cin Cin.......jangan berkata demikian.....
Liu Hwa menje rit, terkulai dan pingsan dalam rangkulan suaminya yang cepat meloncat mendekatinya
Lie Koan Tek memondong tubuh yang pingsan itu, meenoleh kepada Cin Cin dan bertanya,
Beginikah sikap seorang anak yang baik, membalas budi seorang ibu kandung dengan sikap sekejam ini
Kalau ia sampai mati, maka engkaulah pembunuh ibu sendiri!
Setelah berkata demikian, Koan Tek membawa isterinya ke bawah sebatang pohon di mana tumbuh rumput tebal dan merebahkan tubuh Liu Hwa di atas rumput, lalu menotok beberapa jalan darah dan mengelus te ngkuknya
Liu Hwa kini bernapas le mbut dan te ratur, agaknya ia tertidur
Ketika Lie Koan Tek melihat gadis itu mengikutinya dan kini duduk di atas akar pohon sambil memandang isterinya dengan bingung, diapun bertanya dengan suara kaku
Kenapa engkau mendekat
Apakah engkau masih penas aran dan hendak membunuh aku dan isteriku
Silakan kalau begitu.
Akan te tapi, melihat ibunya roboh pingsan agaknya semua kemarahannya le nyap atau setidaknya mereda dari hati Cin Cin
Ingin ia menubruk dan menangisi ibunya, akan tetapi panasnya hati membuat ia masih menahan perasaannya dan ia memandang kepada Lie Koan Tek
Me ngingat namamu yang besar sebagai pendekar Siauw-lim-pai, demi kehormatan Siauwlim-pai, ceritakanlah apa yang te lah terjadi dan mengapa pula ibuku sampai dapat menjadi isterimu!
Koan Tek maklum bahwa semua harus diceritakan kepada gadis ini untuk mengobati hati itu yang agaknya terluka hebat
Sambil duduk di atas rumput, berhadapan dengan gadis bertangan kiri buntung itu, Koan Tek menceritakan keadaan dirinya
Nona, engkau te ntu sudah mendengar akan malapetaka yang menimpa Siauw-lim-pai belasan tahun yang lalu, bukan
Kuil kami dibakar dan Siauw-lim-pai dibasmi pasukan pemerintah, ketika itu masih Kerajaan Su
Nah, hampir semua anggota Siauwlim-pai te was, hanya aku beberapa orang saudara yang lolos
Akan tetapi aku menjadi orang buruan dan akhirnya aku te rtangkap dan menjadi orang hukuman.
Cin Cin mengangguk-angguk, hatinya te rtarik karena ia memang sudah mendengar kisah pembasmian Siauw-lim-pai oleh pemerintah Kerajaan Sui
Ketika Kerajaan Sui jatuh, seorang pangeran membebaskan aku dan beberapa orang hukuman lain, dengan syarat bahwa kami yang dibebaskan harus menjadi para pembantunya
Karena ingin bebas, kami setuju
Kemudian Kerajaan Sui yang jatuh diganti oleh Kerajaan Tang
Pangeran yang menjadi majikan kami itu lalu mengadakan gerakan pemberontakan te rhadap kerajaan baru dan kami membantunya
Namun usaha itu gagal
Ketika pangeran itu membujuk He k-houw-pang untuk bersekutu dengannya, Hek-houw-pang menolak dan demikianlah kami disuruh menyerbu He k-houw-pang
Aku sendiri tidak setuju dengan gerakan itu, maka aku han ya membela diri ketika dikeroyok orang-orang He k-houw-pang, merobohkan pengeroyok tanpa membunuh siapapun
Nona boleh percaya atau tidak, akan tetapi sesungguhnya demikianlah
Ketika melihat isteri ketua Hek-houw-pang te rancam dan tentu akan te was seperti suaminya, aku merasa kasihan dan aku lalu melarikannya agar ia tidak sampai te was seperti yang lain.
Cin Cin mendengus
Huh, kenapa engkau menolongnya dan membiarkan orang-orang lain te rbunuh
Tentu engkau tertarik oleh kecantikannya bukan?
Wajah Koan Tek berubah kemerahan
Aku tidak perlu menyangkal
Memang aku te rtarik oleh kecantikannya, walaupun aku belum pernah menikah dan tidak pernah tertarik oleh kecantikan wanita
Akan tetapi, hal itu belum kusadari sebelumnya, dan aku melarikannya karena dengan demikian para pembantu pangeran itu te ntu tidak akan melarangku dan mengira bahwa aku te rtarik oleh wanita itu dan sengaja melarikannya
Padahal, aku melakukan hal itu agar aku te rhindar dari keharusan melawan orang-orang yang kutahu tidak bersalah
Nah, setelah aku melarikannya, membawanya ke te mpat aman, kemudian aku melepaskannya
Kami berpisah, akan tetapi aku merasa kasihan dan tidak te ga lalu membayanginya
Ternyata kekhawatiranku te rbukti
I a te rtawan kepala gerombolan dan nyaris diperkosa
Untung bahwa aku masih membayanginya, maka aku berhasil membunuh kepala gerombolan.
Cin Cin mendengarkan saja, belum percaya sepenuhnya sambil membayangkan keadaan ibunya ketika itu
Melihat gadis itu mendengarkan penuh perhatian tanpa bicara, Koan Tek menghela napas panjang
Dia tidak akan menyalahkan kalau gadis itu tida k percaya kepadanya
Akan tetapi dia sudah mengambil keputusan untuk menceritakan semuanya dengan sejujurnya, sesuai dengan wataknya
Ketika ibumu berkunjung ke Ta-bun-cung, ia mendengar bahwa suaminya te lah te was di samping banyak tokoh Hek-houw-pang lainnya, dan iapun mendengar bahwa engkau diantar seorang sute suaminya pergi mencari pendekar sakti Si Han Heng di dusun Hong-cun
Maka, iapun meninggalkan dusun dan di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang di antara rekanku, anak buah sang pangeran dan tentu ia akan te rtawan atau terbunuh kalau saja aku tidak datang menyelamatkannya pula
Aku lalu mengantarkannya untuk mencari pute rinya dan demikianlah, kami saling jatuh cinta dan kami menikah.
Cin Cin......
Dua orang itu menengok dan te rnyata Coa Liu Hwa baru saja terbangun dari tidur dan ia bangkit duduk, lalu menangis ketika melihat Cin Cin masih duduk di situ berhadapan dengan suaminya
Cin Cin, engkau masih belum mengakui aku sebagai ibumu......?
Wanita itu meratap sambil memandang gadis itu dengan sinar mata penuh harap
Ceritakanlah dulu riwayatmu sampai engkau menikah dengan paman ini dan tidak memperdulikan aku,
kata Cin Cin, kemarahannya sudah tinggal sedikit setelah mendengar keterangan Lie Koan Tek, hanya tinggal perasaan penas aran saja
Cin Cin, ketika te rjadi serbuan gerombolan di Ta-bun-cung, seperti semua orang Hek-houw-pang, di samping ayahmu, akupun melakukan perlawanan mati-matian
Akan te tapi pihak kita jauh kalah kuat
Ayahmu tewas dan masih banyak lagi, para murid He k-houw-pang hampir habis, bahkan Coa Siang Lee yang menjadi tamu kehormatan
Aku sendri tentu akan tewas kalau saja aku tidak ditangkap oleh dia ini dan dilarikan keluar dari dusun.
Hemm, dan dia merupakan seorang di antara para penyerbu dan pembasmi He k-houw-pang!
cela Cin Cin
Dia sudah menceritakan segalanya, Cin Cin
Dia te rpaksa melakukan itu, akan tetapi dia tidak membunuh siapapun
Bahkan penyerbuan di He khouw-pang itu yang membuat dia lalu nekat meninggalkan pangeran pemberontak itu
Aku juga merasa sungkan dan tidak ingin berte mu lagi dengannya
Ketika aku berkunjung ke dusun kita dan bersembahyang, aku melihat Siong Ki yang kehilangan orang tuanya, dan dia minta agar menjadi muridku dan ikut denganku
Aku mengajak dia meninggalkan dusun melalui arah lain agar jangan berte mu dia
Akan te tapi, kami berdua berte mu dengan seorang di antara para penyerbu dan aku te ntu akan celaka kalau s aja dia ini tidak muncul dan menolongku
Dalam perkelahian itu, Siong Ki melarikan diri dan tak pernah kulihat lagi sampai tadi muncul dan hendak membunuh dia.
Dan engkau sama sekali tidak perduli kepadaku!
Cin Cin bertanya, penasaran sekali
-ooo0dw0ooo-