Naga Beracun Jilid 20

Jilid 20 

Eng-moi..........!

Thian Ki sekali loncat telah berada di dekat gadis itu dan menyentuh pundaknya, 

Kenapa engkau menangis......?

Suara Thian Ki terdengar lembut penuh getaran kasih sayang

Koko 

..

!

Kui Eng membalik dan merangkul

Bagaikan tanggul pecah, tangisnya mengguguk dan ia menempelkan mukanya di dada Thian Ki, kedua le ngannya melingkari pinggang

Ia tidak mampu mengeluarkan kata-kata, hanya menangis seperti anak kecil

Thian Ki membiarkan saja gadis itu menangis sepuasnya, karena dia tahu bahwa tangis merupakan obat paling ampuh untuk melarutkan segala macam rasa penasaran, kecewa ataupun duka

Dia merasa betapa dia amat iba dan menyayang gadis ini

Rasa ibanya le bih banyak disebabkan karena dia melihat betapa gadis ini amat mencintanya, namun dia sendiri belum yakin apakah ada cinta seperti itu di hatinya terhadap Kui Eng

Dia tidak merasakan desakan nafsu berahi terhadap Kui Eng

Tidak ada hasrat untuk mendekat, dan mencumbunya

Yang ada hanyalah perasaan iba dan ingin menghiburnya agar tidak berduka

Tenanglah, Eng-moi

Kuatkan hatimu dan hentikan tangismu.

setelah tangis gadis itu agak mereda, Thian Ki berbisik, membujuknya dan tangannya mengelus rambut kepala yang  bersandar di dadanya itu

Bajunya di bagian dada te rasa basah oleh air mata gadis itu

Koko.....aku......aku ingin ikut......

akhirnya gadis itu dapat berbisik

Hampir Thian Ki tertawa

Sungguh Kui Eng masih separti kanak-kanak saja

Kanak kanak yang manja, pikirnya

Aih, Eng-moi

Hal itu tidak mungkin kita lakukan

Suhu dan ibu te ntu akan marah kepada kita.

Aku takut kehilangan engkau, koko.........aku tidak akan dapat hidup tanpa engkau di sisiku...

Thian Ki memejamkan matanya

Hatinya terharu sekali

Demikian besarkah cinta hati Kui Eng kepadanya

Dia merasa seperti berdosa kalau tidak membalas cinta kasih yang demikian besarnya

Eng-moi, aku pergi bukan untuk selamanya

Aku pergi untuk melaksanakan tugas yang diberikan suhu kepadaku

Aku pergi mencari obat, untuk menyembuhkan diriku

Engkau tinggallah di rumah

Kalau aku pulang kelak, aku sudah berhasil mendapatkan Liong-cu-kiam dan sudah sembuh dari cengkeraman hawa beracun.

Teringat akan keadaan tubuh Thian Ki, Kui Eng dapat menenangkan hatinya

Ia masih mendekap tubuh pemuda itu, menengadah dan dengan air mata masih membasahi pipi dan mata yang kemerahan oleh tangis, ia menatap wajah pemuda yang dicintainya itu

Koko......aku akan menunggumu di rumah..

semoga engkau berhasil......

Kedua lengannya melepaskan rangkulan di pinggang, dan iapun melangkah mundur sampai tiga langkah

Thian Ki memandang dengan perasaan iba dan sayang

Aku pergi, Eng-moi

Jagalah s ubu dan ibu baikbaik.

Thian Ki lalu membalik dan melangkah dengan cepatnya meninggalkan Kui Eng yang masih berdiri seperti patung

Baru setelah bayangan Thian Ki le nyap di sebuah tikungan jauh di depan, Kui Eng menghela napas panjang, menghapus sisa air mata di pipinya, lalu pulang dengan langkah gontai

Sepekan kemudian, setelah Thian Ki pergi, Cian Bu Ong dan Sim Lan Ci berkemas untuk melakukan perjalanan jauh

Melihat ayah ibunya berkemas, Kui Eng tentu saja ingin ikut, namun selalu dilarang oleh ayahnya

Bahkan ketika ia merengek kepada Sim Lan Ci yang kini dipanggil subo olehnya, wanita itu menghiburnya dengan le mbut

Kui Eng, kami pergi untuk mencarikan obat bagi Thian Ki

Obat itu hanya te rdapat di pegunungan Himalaya, yaitu Swe-hiat-ang-cio (Rumput Merah Pencuci Darah)

Perjalanan ini jauh sekali dan sulit, namun aku yakin ayahmu dan aku akan mampu mendapatkan rumput merah itu

Engkau jagalah di rumah, Kui Eng

Siapa tahu, sebelum kami kembali, Thian Ki yang lebih dulu pulang

Kalau engkau ikut pula dengan kami, bagaimana kalau Thian Ki pulang?

Akhirnya, karena bujukan ayahnya dan subonya, Kui Eng mau ditinggalkan walaupun ia selalu cemberut

Suami isteri itupun berangkat meninggalkan dusun, menuju ke barat, ke pegunungan Himalaya untuk mencarikan obat pemunah racun yang amat langka itu

Akan te tapi, orang yang memiliki watak lincah je naka dan penuh semangat seperti Kui Eng, bagaimana mungkin tahan untuk hidup seorang diri saja di rumah mereka

Apalagi seluruh penghuni dusun itu kini menganggap ia sebagai pengganti ayahnya dan selalu melapor kepadanya kalau te rjadi hal-hal yang menyulitkan

Seolah ia yang menggantikan ayahnya menjadi kepala dusun! Hanya satu bulan saja ia dapat bertahan

Setelah hatinya tidak dapat menahannya lagi, ia mengumpulkan para pemuka dan sesepuh dusun itu, meninggalkan pesan bahwa ia akan pergi menyusul Thian Ki dan menyerahkan kepengurusan dusun itu kepada mereka

Juga ia menyerahkan perawatan rumah keluarganya kepada para pelayan

Setelah itu, Kui Eng meninggalkan dusun, menggendong sebuah buntalan pakaian dan bekal uang yang cukup

Ia ingin mencari Thian Ki.! -ooo0dw0ooo- 

Suhu dan bibi, te cu (murid) te lah menerima budi yang berlimpah dari ji-wi (anda berdua)

Sampai matipun teecu tidak akan melupakan budi itu dan kalau teecu tidak sempat membalasnya, teecu hanya berdoa semoga Tuhan yang akan membalas budi kebaikan ji-wi kepada teecu.

Pemuda berusia duapuluh dua tahun itu bertubuh tinggi te gap, wajahnya tampan dan dari pakaian dan bentuk rambutnya, juga kuku jari tangannya, dapat diketahui bahwa dia seorang pemuda yang pandai menjaga diri, nampak rapi dan anggun, walaupun pakaiannya te rbuat dari kain yang sederhana

Terutama sepasang mata pemuda itu yang membayangkan bahwa dia bukan pemuda biasa

Sepasang matanya bersinar tajam dan kadang mencorong seperti mata seekor naga dalam dongeng, dan pembawaannya le mbut dan sopan

Hanya ada satu hal yang membuat orang berhati-hati menghadapinya, yaitu senyumnya

Mulut yang bentuknya bagus itu selalu dibayangi senyum yang sinis, seperti orang yang selalu mengejek orang lain, selalu memandang rendah orang lain

Pemuda itu memang bukan pemuda biasa

Dia adalah murid pendekar sakti Si Han Beng yang berjuluk Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning)

Dia bernama The Siong Ki, murid tunggal pendekar besar itu

Seperti telah diceritakan di bagian depan, The Siong Ki adalah putera mendiang The Ci Kok, seorang anggota Hek houw pang yang ikut te was ketika perkumpulan itu diserbu oleh kaki tangan Pangeran Cian Bu Ong, yang menganggap He k-houw-pang sebagai musuh, karena perkumpulan itu membantu kerajaan baru Tang

The Siong Ki kemudian pergi mencari Huangho Sin-liong Si Han Beng yang tinggal di dusun Hong-cun tepi sungai Huang-ho dan menjadi murid pendekar bes ar ini

Seperti kita ketahui, Si Han Beng dan is terinya, Bu Giok Cu yang dalam hal ilmu kepandaiannya sedikit di bawah tingkat suaminya, memiliki seorang anak saja, yaitu Si Hong Lan

Akan te tapi dalam usia dua tahun, anak mereka itu diculik dan dilarikan oleh Kwa Bi Lan, janda mendiang Sintiauw Liu Bhok Ki dengan ancaman bahwa kalau suami isteri itu mencari anak mereka, anak itu akan dibunuhnya

Semenjak kehilangan anak mereka itulah, Si Han Beng dan is terinya mencurahkan perhatian mereka kepada The Siong Ki

Anak laki-laki yang menjadi murid mereka ini memang seorang yang pandai membawa diri, rajin dan taat sehingga mereka menyayanginya

Bahkan kalau tadinya Bu Giok Cu tidak mau mengajar silat kepadanya, hanya Si Han Beng yang mengajarnya, karena suami isteri itu tidak ingin murid ini kelak lebih pandai daripada anak mereka, s etelah Si Hong Lan diculik orang, maka Bu Giok Cu akhirnya juga menurunkan beberapa ilmu pukulan yang khas kepada murid suaminya itu

Hanya saja, mentaati perintah gurunya pada saat dia diangkat murid, Siong Ki sampai sekarang tidak berani menyebut subo (ibu guru) kepada Bu Giok Cu, melainkan menyebutnya bibi

Sebutan kepada suami iste ri itu bukan suhu dan subo melainkan suhu dan bibi

Siong Ki memang pandai membawa diri

Selalu sopan, halus dan bukan saja dalam ilmu silat, bahkan ketika diajar ilmu kesusasteraan, diapun rajin dan berbakat sekali

Karena sikapnya yang selalu baik itulah maka dua orang gurunya semakin sayang kepadanya, dan diam-diam menaruh harapan agar kelak murid mereka itu yang akan mampu mempertemukan mereka dengan anak mereka kembali

Pagi hari itu, suami isteri pendekar itu memanggil murid mereka menghadap dan mereka menyatakan bahwa sudah tiba saatnya bagi Siong Ki untuk te rjun ke dalam dunia ramai dan memanfaatkan semua ilmu yang pernah dipelajarinya dari kedua orang suami isteri itu

Setelah mendengar pernyataan kedua orang gurunya itu, Siong Ki sambil berlutut menyatakan te rima kasihnya dengan kata-kata seperti tadi

Mendengar ucapan murid mereka, suami isteri itu saling pandang dan wajah mereka berseri

Pemuda itu memang pandai menyenangkan hati mereka, selalu bersikap sopan penurut dan juga halus tutur sapanya

Siong Ki, antara guru dan murid tidak a da yang dinamakan hutang budi

Sudah menjadi kewajibanku sebagai gurumu untu k mendidikmu sebaik mungkin, dan sudah menjadi kewajibanmu sebagai muridku untuk mentaati semua petunjuk dan pesanku

Ingat, kami mengajarkan ilmu silat kepadamu bukan dengan maksud agar engkau menjadi kuat untuk membalas dendam

Apa yang te rjadi menimpa keluarga He k-houw-pang adalah akibat dari adanya perang saudara, te rgantinya dinasti Kerajaan Sui menjadi Kerajaan Tang.

Teecu mengerti, suhu

Sudah sering suhu dan bibi menasihatkan teecu agar tidak memikirkan lagi tentang akibat perang saudara yang mendatangkan malapetaka kepada keluarga He k houw pang

Teecu tidak mendendam kepada siapapun, akan tetapi bagaimana teecu dapat mendiamkan saja kalau mendengar seorang tokoh Siauw-lim-pai yang merupakan aliran persilatan paling besar dan te rkenal mempunyai tokoh-tokoh pendekar perkasa dan budiman, melakukan perbuatan jahat, membantu pemberontak menyerbu Hek-houw-pang dan menyebar maut kepada orang-orang yang tidak berdosa?

Suami isteri itu saling pandang

Mereka teringat akan cerita murid mereka ketika pertama kali   datang kepada mereka

Anak itu menceritakan te ntang malapetaka yang menimpa keluarga He khouw-pang, dan menceritakan pula pendengarannya bahwa yang melakukan penyerbuan dan pembunuhan di dusun Ta-buncung itu, antara lain adalah pendekar Siauw-limpai yang bernama Lie Koan Tek

Siong Ki, ketahuilah bahwa engkau harus dapat membedakan antara orang yang sengaja berbuat jahat dan melakukan pembunuhan karena demi kepentingan pribadinya, seperti para perampok, penindas dan sebagainya yang memang merupakan orang-orang jahat, dan orang yang te rpaksa melakukah perte mpuran dan mungkin pembunuhan yang te rjadi dalam perang

Kami mengenal siapa pendekar Lie Koan Tek itu

Dia seorang pendekar besar, dan kami tidak pernah mendengar dia melakukan kejahatan, bahkan selalu menentang kejahatan

Kalau dia sampai ikut menyerbu dan mungkin saja membunuh ayahmu yang melakukan perlawanan, hal itu terjadi dalam perte mpuran yang te rkendali oleh pemberontakan, oleh perang, bukan karena urusan pribadi

Kalau dendam berlarut-larut dibiarkan merajalela dan menguasai hati manusia, mungkin sekarang ini tidak ada orang yang tidak mendendam kepada orang atau bangsa lain

Dalam perang, sejak dahulu, entah berapa juta orang yang tewas

Kalau semua keturunan mereka mendendam, betapa dunia ini akan penuh dengan dendam.

Suhu, apakah kalau begitu membunuh banyak orang dalam perang tidak merupakan dosa

Teecu seringkali merasa heran mengapa kalau di waktu perang, seseorang membunuhi banyak sekali orang yang tidak dikenalnya sama sekali, yang tidak mempunyai urusan pribadi dengan dia, orang itu bahkan dipuji sebagai pahlawan yang gagah perkasa

Sebaliknya di luar perang, kalau ada orang membunuh orang lain, biar dengan alasan yang kuat sekalipun, karena urusan pribadi, orang itu dikutuk, ditangkap dan dijatuhi hukuman

Berbedakah membunuh dalam perang dengan membunuh di luar perang?

Si Han Beng te rsenyum dan menganggukangguk, ia sendiri dahulu sudah sering memikirkan hal ini dan berbincang dengan banyak orang cerdik pandai dan bijaksana mengenai perang

Pembunuhan adalah tetap pembunuhan, dalam bentuk apapun dan dalam keadaan apapun, Siong Ki

Perang antar golongan, antar bangsa hanya merupakan pembesaran, perluasan dan perkembangan daripada perang dalam diri pribadi dan antar manusia

Urusan pribadi berkembang menjadi urusan golongan, urusan antar bangsa dan selanjutnya

Manusia dikuasai nafsu dan nafsu dengan liciknya, dengan berbagai tipu muslihat, membuat manusia mengejar tujuan dengan menghalalkan segala cara

Perang merupakan suatu cara untuk mencapai sesuatu

Ada yang berperang untuk meluaskan daerah kekuasaan, perang untuk memaksakan kehe ndak demi keuntungan negaranya, perang untuk mempertahankan kehormatan dan harga diri, perang untuk membela diri dari serangan musuh, dan masih banyak lagi

Namun, semua alasan itu mengakibatkan malapetaka yang amat menyedihkan, yaitu membuat manusia menjadi buas, saling bunuh

Dalam perang, seorang perajurit hanya mengenal dua hal, dibunuh atau membunuh

Tentu saja setiap orang tidak ingin dibunuh, walaupun untuk itu harus membunuh! Dan itu sudah menjadi tugas seorang perajurit atau seorang yang berpihak pada suatu golongan atau pemerintahan

Nah, jelas sekali perbedaan sifatnya dari pembunuhan karena urusan pribadi, bukan

Pembunuhan dalam perang melibatkan seluruh pemerintahan dan negara, maka tidak ada hukumannya

Kalau si pembunuh dihukum, te ntu pemerintahnya yang dihukum, karena pemerintah yang menyuruh dia berperang dan membunuh, padahal yang membuat dan melaksanakan hukum adalah pemerintah sendiri

Sedangkan membunuh di luar perang, berarti karena urusan pribadi dan melanggar hukum pemerintah.

Siong Ki mengangguk-angguk mengerti

Harap suhu dan bibi jangan khawatir

Teecu tidak mendendam kepada Lie Koan Tek, melainkan hanya penas aran mengapa seorang pendekar diperalat oleh pemberontak

Teecu akan melakukan penyelidikan

Kalau memang benar dia bukan orang jahat, dan seorang pendekar, tentu teecu tidak akan mengganggunya

Akan te tapi kalau dia penjahat, sudah menjadi kewajiban teecu untuk membasminya.

Si Han Beng tersenyum

Bukan hanya Lie Koan Tek seorang yang harus kaute ntang, melainkan semua bentuk kejahatan

Akan tetapi jangan mencari musuh, jangan te rlalu usil

Tidak mungkin engkau seorang diri hendak membasmi semua kejahatan, karena di dunia ini, jauh lebih banyak te rdapat orang jahat dari pada yang baik

Kejahatan memang sudah menjadi sebagian dari keadaan manusia

Engkau sudah banyak mendengar tentang itu dari kami, Siong Ki

Mudahmudahan saja engkau akan menjadi seorang pendekar yang tidak akan memalukan kami sebagai gurumu.

Teecu akan selalu mengingat semua petunjuk dan nasehat suhu dan bibi,

kata Siong Ki

Siong Ki, ada satu hal yang kami ingin engkau melakukannya untuk kami,

kata Bu Giok Cu tibatiba

Siong Ki mengangkat muka memandang wajah isteri suhunya itu

Wajahnya berseri dan pandang matanya penuh s emangat

Dia akan merasa girang sekali kalau dapat melakukan sesuatu untuk guru dan bibinya

Teecu akan melakukan segalanya untuk suhu dan bibi, biarpun untu k itu te ecu harus mempertaruhkan nyawa teecu!

Kami ingin engkau mencari dan menemukan kembali adikmu Lan Lan!

kata wanita itu dan pandang matanya berubah menjadi sayu

Bibi, hal itu tidak pernah te ecu lupakan! Sejak sumoi (adik seperguruan) Hong Lan diculik, teecu selalu ingat kepadanya dan sebetulnya, sejak dulu teecu sudah mempunyai te kad untuk mencarinya sampai dapat dan mengajaknya kembali kepada suhu dan bibi!

suara pemuda itu penuh semangat, sehingga menggembirakan hati suami isteri itu

Teecu tidak akan pernah melupakan wanita penculik bernama Kwa Bi Lan itu!

Siong Ki, engkau hanya kami tugaskan mencari Lan Lan, bukan untuk memusuhi Kwa Bi Lan

Ingat, engkau tidak boleh memusuhinya.

Maaf, suhu

Akan tetapi sikap suhu dan bibi sungguh amat aneh

Sudah je las bahwa Kwa Bi Lan mendatangkan kedukaan dalam kehidupan suhu berdua

Ia sudah menculik adik Lan Lan sejak ia berusia dua tahun sampai sekarang

Akan tetapi, suhu dan bibi yang memiliki ilmu kepandaian tinggi tidak pernah melakukan pengejaran dan pencarian, dan sekarang, setelah teecu hendak mencarinya, suhu memesan agar teecu tidak memusuhi penculik itu

Bukankah ia sudah melakukan hal yang amat jahat, suhu?

Hemm, engkau tidak tahu, Siong Ki

Kwa Bi Lan itu adalah murid Siaw-lim-pai pula, dan ia adalah isteri guruku yang pertama

Ia masih keponakan dari pendekar Siauw-lim-pai Lie Koan Tek yang kau sebut-sebut tadi

Ia seorang pendekar wanita yang gagah perkasa, sama sekali bukan penjahat

Kalau ia membawa pergi Lan Lan, hal itu ia lakukan bukan karena ia jahat, melainkan persoalan pribadi antara ia dan aku yang tidak perlu diketahui orang lain

Nah, sekarang berjanjilah bahwa engkau akan mencari Lan Lan sampai dapat kaute mukan, kemudian mengusahakan agar ia dapat kauajak pulang, tanpa mengganggu dan memusuhi Kwa Bi Lan.

Siong Ki menundukkan mukanya

Baiklah, suhu dan bibi, teecu berjanji akan menemukan sumoi Hong Lan dan mengajaknya pulang tanpa memusuhi Kwa Bi Lan

Sebelum itu, teecu hendak berkunjung dulu ke Ta-bun-cung

mengunjungi keluarga He k-houw-pang dan bersembahyang di makam ibu dan ayah.

Me mang seharusnya begitu,

kata Si Han Beng

Engkaupun harus tahu bahwa He k-houw-pang adalah perkumpulan orang gagah

Ole h karena itu, mengingat bahwa mendiang ayahmu adalah murid dan tokoh He k-houw-pang pula, maka sudah sepantasnya kalau e ngkaupun ikut membantu dan mendorong kemajuan He k-houw-pang agar nama keluarga Hek-houw-pang terangkat.

Siong Ki, kau bawalah pedangku Seng-kangkiam (Pedang Baja Bintang) ini

Pedangku ini sudah membuat banyak jas a ketika aku masih merantau di dunia kang-ouw

Bawalah pedangku ini untuk membantumu mencari Lan Lan sampai dapat dan kelak kembalikan pedang ini kepadaku bersama Lan Lan,

kata Bu Giok Cu sambil menyerahkan sebatang pedang dengan sarung dan gagang yang terukir indah

Siong Ki terkejut dan girang

Tentu saja dia mengenal pedang isteri gurunya itu

Sebatang pedang pusaka yang amat ampuh walaupun pedang itu tidak tajam

Pedang itu tumpul karena sukar untuk menajamkan baja yang berasal dari bintang itu

Namun, segala macam senjata dari logam apapun tidak ada yang mampu menandingi baja bintang itu dalam hal kekuatannya

Dia menerima pedang itu dengan sikap menghormat

Kemudian, setelah menerima banyak nasehat dari Si Han Beng dan Bu Giok Cu, membawa pula bekal uang dan pakaian dalam buntalan kain kuning, berangkatlah Siong Ki meninggalkan dusun Hong-cun

Siong Ki yang enambelas tahun yang lalu datang sebagai anak berusia enam tahun yang berpakaian   compang-camping, kini meninggalkan dusun itu sebagai seorang pemuda tinggi te gap dan tampan gagah, berpakaian sederhana namun rapi, melangkah dengan te gap meninggalkan te mpat di mana selama belas an tahun dia dibesarkan

Di sepanjang jalan, setiap orang yang dijumpainya menyapanya dengan hormat dan dibalas dengan ramah oleh pemuda itu

Semua penghuni dusun itu sudah mendengar belaka bahwa pemuda yang mereka kagumi itu kini meninggalkan dusun untuk pergi merantau

-ooo0dw0ooo- Dusun Ta-bun-cung kini menjadi dusun yang besar dan ramai seperti sebuah kota saja

Hal ini berkat kemajuan yang dicapai He k-houw-pang di bawah pimpinan Lai Kun

Hek houw-pang telah mempunyai perusahaan pengawal barang yang bergerak dari kota-kota yang berdekatan ke seluruh kota, baik yang berjarak dekat maupun jauh

Dan berkat adanya surat penghargaan dari Kaisar, maka boleh dibilang pengawalan mereka tidak pernah ada yang berani mengganggu

Kini dusun itu menjadi ramai karena didatangi banyak pedagang yang hendak mengirim barang melalui pengawalan He k-houw-pang

Sebagai pangkalan pengiriman barang, maka dusun itu kini membangun, banyak sudah didirikan rumah penginapan dan rumah makan, disamping toko toko sehingga dusun yang tadinya sunyi itu kini menjadi sebuah kota

Lai Kun adalah seorang murid He k-houw-pang yang beruntung

Ketika te rjadi malapetaka menimpa Hek-houw-pang, dia sendiri belum berkeluarga dan diapun dapat meloloskan diri tidak menjadi korban serbuan anak buah Pangeran Cian Bu Ong

Kini, setelah dia diangkat menjadi ketua He k-houw-pang dan berhasil membuat perkumpulan itu maju pesat, diapun tidak melupakan keluarga pimpinan He k-houw-pang yang telah terbasmi pemberontak

Dia membangun tanah kuburan menjadi indah dan bersih, dan diapun te rkenal dermawan, siap menolong warga dusun yang sedang ditimpa kesulitan hidup, sehingga bukan saja Hek-houw-pang yang te rkenal maju, juga nama Lai Kun sebagai ketuanya menjadi harum dan dihormati orang

Pada suatu sore, di tanah kuburan yang sunyi itu nampak seorang gadis bersimpuh di depan sebuah makam

Gadis itu tidak menangis, hanya duduk bersimpuh seperti dalam samadhi, sampai le bih dari sejam lamanya

Ia seorang gadis yang amat cantik, dan tubuhnya diselimuti jubah luar yang lebar dan panjang, menutupi leher dan kedua pundaknya, sehingga kedua tangannya tidak nampak

Hanya wajahnya saja yang nampak, kulit mukanya putih mulus kemerahan dilatar belakangi rambut hitam dan jubah yang kebiruan

Sebuah buntalan dengan kain hijau terletak di dekatnya

Dari buntalan ini saja mudah diduga bahwa ia te ntulah bukan penduduk Ta-bun-cung, melainkan pendatang dari yang membawa bekal pakaian dalam buntalan itu

Setelah senja tiba dan matahari sudah condong jauh ke barat, gadis itu bergerak bangkit dan berbisik di depan makam itu

Ayah, te nangkan dirimu, ayah, aku akan mencari ibu sampai dapat......

Lalu ia meninggalkan makam, menjinjing buntalan kain hijau dan memasuki jalan raya yang ramai di dusun Ta-bun-cung itu

Tak lama kemudian, nampak gadis itu sudah duduk di dalam sebuah rumah makan besar yang berada di te pi jalan raya

Lampu-lampu gantung sudah dinyalakan dan ruangan rumah makan itu cukup te rang

Juga ruangan itu luas, te rdapat belasan meja dikelilingi bangku

Namun, hari masih terlalu sore untuk makan malam dan sudah te rlalu sore untuk makan siang sehingga tidak banyak dikunjungi tamu

Hanya ada tiga meja yang dihadapi tamu, meja pertama adalah meja gadis itu yang berada di paling ujung sebelah dalam, lalu meja ke dua dihadapi dua orang laki-laki setengah tua yang nampaknya adalah pedagang-pedagang pendatang dari luar kota, sedangkan meja ke tiga dihadapi empat orang laki-laki muda berusia antara duapuluh lima sampai tigapuluh tahun

Mereka berempat itu sudah berada di sana ketika gadis bermantel biru itu masuk, dan sejak gadis itu masuk, tingkah empat orang muda itu menjadi berbeda

Agaknya sudah menjadi sifat atau watak semua kaum pria di seluruh dunia ini

Setiap kali ada serombongan pria berkumpul, lalu muncul wanita, apalagi kalau wanita itu cantik, maka terjadilah perubahan yang aneh pada rombongan pria itu

Kalau kita mengamati tanpa melibatkan diri sebagai orang luar, maka kita akan melihat perubahan yang aneh dan lucu

Pandang mata, gerak-gerik, bahkan suara serombongan pria itu akan berbeda sama sekali dengan ketika tadi mereka bercakap-cakap se belum ada wanita cantik yang muncul

Begitu ada wanita muncul, maka gerak-gerik, pandang mata dan suara mereka itu menjadi tidak wajar lagi, dibuat-buat atau setidaktidaknya ada suatu lagak te rte ntu yang mungkin tidak mereka sadari sendiri

Tanpa mereka sengaja, pandang mata mereka selalu melirik ke arah si wanita seperti tertarik ole h sembrani, senyum mereka semakin sering dan suara mereka meninggi menuntut perhatian

Kalau kita meneliti keadaan setiap mahkluk jantan, melihat lagak setiap jantan kalau melihat betina, maka rasa aneh itu akan le nyap

Agaknya memang begitulah pembawaan sifat jantan kalau melihat betina

Sebaliknya, walaupun le bih halus dan tidak kentara, ada perasaan timbal balik bagi si betina kalau diperhatikan pria

Sang jantan terdorong untuk menggoda dan memuji, sang betina condong untuk ingin digoda dan dipuji, asalkan sifatnya sopan dan tidak kurang ajar

Bahkan pria yang wataknya alim sekalipun, tak dapat te rbebas sama sekali dan biarpun dengan sikap yang alim, dia menentang gejolak perasaannya sendiri, tetap saja sang mata ingin melirik dan sang mulut ingin te rsenyum segagah-gagahnya!  Empat orang pemuda itu agaknya memiliki keberanian yang lebih, atau juga memang mereka itu te rbiasa mengganggu wanita dengan cara yang tidak sopan

Dan lingkunganpun mempengaruhi pembawaan setiap pria

Kalau seorang di antara empat pemuda itu berada di situ s eorang diri saja, kiranya belum te ntu dia akan berani menganggu, atau andaikata dia tertarikpun tentu akan membatasi diri dengan kerling dan senyun memikat saja

Akan te tapi, sekali seorang pemuda berkumpul dengan kawan-kawannya, keberaniannya akan meningkat berlipat ganda

Semakin banyak jumlah kawan, s emakin beranilah dan agaknya keberanian mereka digabungkan dan dipergunakan oleh mereka! 

Aduh, bukan main cantiknya!

Hemmn, kulit mukanya begitu putih, halus mulus, apalagi bagian badan yang lain!

Kalau aku, yang paling hebat adalah matanya

Seperti sepasang bintang kejora!

Tidak, hidungnya le bih hebat

Lihat, kecil mancung dan lucu!

Salah semua

Lihat bibirnya! Merah segar tanpa gincu

Betapa nikmatnya kalau diciumi.

Bermacam-macam ucapan empat orang pemuda itu

Jelas ditujukan kepada gadis itu karena secara te rang-terangan dan menantang mereka memandang ke arah gadis itu

Sikap dan tingkah laku mereka, ucapan mereka, sempat membuat dua orang tamu setengah tua yang duduk di ruangan itu geleng-geleng kepala, akan tetapi mereka tidak berani mencampuri

Tentu saja gadis itu tahu akan itu semua

Akan tetapi sikapnya dingin saja, acuh dan seola'h-olah tidak melihat dan tidak mendengar sesuatu

Bahkan pandang matanya biasa saja, tetap tenang ketika pelayan menghampirinya untuk menerima pesanan makanan

Iapun hanya memesan nasi dan dua macam sayuran, tidak memesan arak melainkan minuman ringan dari buah

Setelah pelayan menerima pesanan dan pergi, iapun duduk diam seperti melamun, kedua tangan te tap bersembunyi di dalam jubah luar dan buntalan kain hijau itu kini terletak di atas meja

Kalau hanya ada seorang saja di antara para pemuda itu yang berakal sehat, tentu sikap diam dari gadis itu membuat mereka mundur

Seorang laki-laki yang sendirian, kalaupun berani mengganggu wanita, kalau didiamkan saja dan tidak ditanggapi, diapun akan mundur

Akan tetapi, empat orang pemuda itu agaknya malah semakin penasaran

Mereka adalah pemudapemuda yang ganteng dan kaya, biasanya hampir tidak pernah ada wanita yang tidak merasa bangga kalau mereka puji dan dekati

Akan tetapi gadis yang satu ini demikian dingin dan menganggap mereka seperti empat ekor lalat saja! Sikap ini sungguh membuat mereka penas aran sekali

Kalau gadis itu memperlihatkan sikap marah atau malu, atau memaki mereka dengan kata-kata, dengan pandang mata melotot, dengan cemberut, hal itu sudah akan memuaskan hati mereka, merupakan hasil kenakalan mereka

Akan tetapi didiamkan saja seperti itu, dilirikpun tidak, membuat mereka merasa diri kecil tak berarti

Hai, jangan-jangan si cantik ini tuli!

Atau mungkin juga gagu.

Aduh sayang sekali kalau begitu

Cantik-cantik gagu dan tuli.

Aih, gagu dan tuli juga tidak apa-apa, malah asyik tidak usah banyak bicara.

Mereka mengganggu te rus dan sama sekali tidak diperdulikan gadis itu sampai makanan yang dipesan gadis itu tiba

Pelayan menaruh semua pesanan ke atas meja dan mempersilakan gadis itu makan dengan sikap sopan seperti biasa, karena semua pelayan di situ diharuskan bersikap sopan kepada semua langganan dengan ancaman dipecat kalau berlaku tidak patut

Gadis itu mengangguk, dan tanpa memperdulikan empat orang pemuda yang te rus menggodanya dengan pandang mata dan katakata, ia mengeluarkan kedua le ngannya dari balik jubah untuk mulai makan

Empat orang pemuda itu te rbelalak ketika melihat betapa lengan kiri gadis cantik itu buntung   sebatas pergelangan

Lengan kiri itu tidak mempunyai tangan dan ujung le ngan itu dibalut kain putih yang bersih, nampak tersembul sedikit dari le ngan baju! 

Wah, tangannya buntung!

Aduh sayang........begitu cantik manis tangan kirinya buntung!

Wah, kalau ia tuli, gagu dan buntung, cacatnya te rlalu banyak!

Aihhh, ia tetap cantik manis, dan dengan satu tanganpun ia akan dapat membelaiku!

Gadis itu memang buntung tangan kirinya, ia adalah Kam Cin atau Cin Cin, gadis murid Tunghai Mo-li Bhok Sui Lan

Seperti telah diceritakan di bagian depan, gadis ini mendapat tugas dari gurunya untuk mencari dan membunuh Cian Bu Ong

Ia memang telah dapat menemukan musuh besar gurunya itu, namun ia gagal membunuh Cian Bu Ong, bahkan ia dikalahkan

Ketika Thian Ki mencampuri, ia menyerang Thian Ki dan mencengkeram pundak Thian Ki dengan tangan kirinya

Ternyata cengkeraraman ini bahkan membuat tangan kirinya keracunan hebat dan Thian Ki lalu membabat putus tangannya itu

Rasa nyeri di le ngannya tidaklah sehebat rasa nyeri di hatinya

Ia dikalahkan Cian Bu Ong, dikalahkan Thian Ki bahkan kehilangan tangan kiri yang menjadi buntung

Sakit sekali rasa hatinya dan ia merasa malu untuk pulang menemui gurunya, malu untuk menceritakan kekalahannya

Tidak, ia tidak akan merengek kepada gurunya

Dia harus membuat persiapan sendiri, untuk menuntut balas, sekali ini bukan hanya untuk menuntut dendam gurunya, melainkan dirinya sendiri pula

Ia akan menantang Cian Bu Ong sebagai wakil gurunya, dan akan menantang Thian Ki untuk diri sendiri

Demikianlah, dengan le ngan buntung dan hati terluka, gadis itu pergi ke dusun Ta-bun-cung, bukan hanya untuk bersembahyang di depan kuburan ayahnya, a kan tetapi juga untuk mendengar tentang ibunya, untuk berkunjung kepada semua warga Hek-houw-pang dan terutama sekali untuk pergi mencari keterangan tentang paman gurunya, Lai Kun

Ia masih.mempunyai perhitungan besar dengan paman gurunya yang pernah menipunya dan menjualnya kepada rumah pelacuran di kota Ji-goan itu! Inilah sebabnya mengapa pada sore hari ini Cin Cin muncul di tanah kuburan dusun Ta-bun-cung, kemudian makan di rumah makan itu sebelum berkunjung ke Hek-houw-pang

Ia merasa kagum dan te rheran-heran melihat dusunnya yang dulu sepi itu kini menjadi sebuah kota yang ramai

Tadi ketika menghadapi empat orang pemuda yang menggodanya, ia tidak perduli dan diam saja

Akan te tapi, kini mereka menyinggung te ntang buntungnya tangan kirinya! Mereka telah menyentuh kehormatan dirinya! Cin Cin meletakkan sumpitnya dan menoleh ke arah kiri, ke arah meja dimana empat orang pemuda itu masih tertawa-tawa memandang dan menggodanya

Melihat gadis cantik itu menoleh dan memandang kepada mereka, empat orang itu semakin gembira dan memberi tanda dengan kedipan mata ke arah Cin Cin, lagak mereka kurang ajar sekali

Kalian jahanam-jahanam kecil! Pergilah dan jangan menggangguku atau te rpaksa aku akan menghajar kalian!

kata Cin Cin dengan suara dingin dan sikap tenang, namun sepasang matanya mencorong

Dimaki dengan suara keras oleh gadis buntung itu, tentu saja empat orang pemuda itu menjadi marah

Dua orang tamu dan juga para pelayan mendengar betapa mereka dimaki, dan hal ini sungguh merendahkan nama mereka

Si hidung bengkok yang agaknya menjadi pimpinan mereka, segera bangkit berdiri dan menyeringai

Heh-heh, nona buntung tapi manis

Jangan bicara sembarangan

Kami adalah para anggota He k-houw-pang yang te rkenal di seluruh penjuru dunia

Kami bahkan musuh para jahanam yang jahat!

Pemuda ke dua yang berkumis tipis menyeringai pula

Nona manis, kami hanya ingin bersahabat denganmu

Mari kita bersenang-senang, nona

Kami akan menyuguhkan makanan enak dan engkau akan minta apa saja, tentu kami penuhi asal engkau bersikap manis kepada kami, ha-haha! Tiga orang te mannya juga te rtawa karena mereka semua sudah setengah mabok

Mendengar bahwa mereka anak buah Hek-houwpang, Cin Cin menjadi semakin marah

Empat orang bajingan kecil macam kalian ini mengaku anggota He k-houw-pang

Kalian tidak pantas menjadi murid Hek-houw-pang, pantasnya menjadi anggota gerombolan penjahat kecil! Pergilah sebelum habis kesabaranku!

Empat orang itupun menjadi marah karena malu

Mendengar makian yang dilontarkan gadis itu kepada mereka

Mereka segera bangkit dan menghampiri meja Cin Cin, mengurung meja itu dengan mulut menyeringai dan bau arak

Si hidung bengkok berkata sambil mendekatkan mukanya pada wajah gadis itu

Engkau berani menghina kami murid-murid He k-houw-pang! Kalau engkau tidak minta maaf dan memberi ciuman kepada kami masing-masing satu kali, engkau tidak bole h pergi dari tempat ini!

Jahanam, sudah kuperingatkan kalian!

Cin Cin membentak dan tanpa bangkit berdiri, tangannya yang kanan bergerak dan tu buhnya dicondongkan ke arah mereka

Cepat sekali tangan itu bergerak empat kali dan terdengar suara tamparan keras yang membuat empat orang itu te rpelanting dengan pipi membengkak merah! Tentu saja mereka menjadi semakin marah dan penas aran

Mereka adalah jagoan-jagoan Hekhouw- pang, dan begitu mudahnya mereka kena ditampar sampai te rpelanting

Mereka berempat adalah anggota-anggota baru dari He k-houw-pang, maka tidak saling mengenal dengan Cin Cin, apalagi karena Cin Cin baru berusia lima tahun ketika meninggalkan dusun itu

Dengan marah sekali mereka mencabut sebatang pis au belati yang selalu te rselip di pinggang mereka

Melihat ini, pengurus rumah makan segera menghampiri dan memberi hormat

Harap saudara sekalian jangan membikin ribut di rumah makan kami dan suka memaafkan nona ini

Atau kalau hendak berkelahi, harap keluar dari sini......

 

Apa kau bilang

Engkau hendak mencampuri dan membela perempuan jahat ini

Ia tentu seorang penjahat yang sengaja hendak mengacau di sini

Kami harus menangkapnya dan menyeretnya ke Hek-houw-pang untuk diperiksa oleh pimpinan kami!

bentak si hidung bengkok

Kemudian dia memandang kepada Cin Cin dan membentak marah

Bocah sombong, cepat engkau menyerah untuk kami tangkap sebelum kami te rpaksa mempergunakan senjata dan melukaimu!

Kita buntungi saja tangan kanannya agar ia tidak suka menampari orang lagi!

kata orang ke dua, disambut geraman setuju oleh yang lain

Mereka mendesak maju dengan sikap mengancam dan muka beringas

Pengurus rumah makan menjadi ketakutan dan diapun mundur, berkelompok dengan pelayan yang memandang dengan hati tegang dan takut kalau-kalau gadis tamu itu akan kehilang tangan yang tinggal satu itu

Cin Cin bangkit berdiri

Nampak tubuh yang langsing dan kini baru pertama kalinya mulutnya te rsenyum, senyum sinis sekali

Bangkit semangatnya yang tadinya hampir padam karena kegagalannya membalas dendam, bahkan ia kehilangan kirinya dan kini bangkit kegembiraannya hendak memberi hajaran kepada empat orang tak tahu diri ini

Bagus, kalau kalian ingin merasakan bagaimana kalau kehilangan sebelah tangan, majulah!

 Ditantang demikian, empat orang itu marah dan merekapun menyerang dengan pisau mereka

Nampak empat sinar berkilauan ketika empat orang pemuda itu menggerakkan pisau

Mereka seperti hendak berebut dulu untuk membuntungi tangan kanan gadis yang telah menghina mereka di te mpat umum

Bayangan Cin Cin berkelebatan di antara sambaran empat batang pisau dan tiba-tiba saja ia berhasil merampas sebatang pisau, kemudian dengan gerakan yang luar biasa cepatnya, pisaunya menyambar-nyambar tanpa dapat ditangkis atau dielakkan empat orang pemuda itu

Mereka berteriak keras satu demi satu dan te rhuyung ke belakang, tangan kanan memegangi le ngan kiri yang telah buntung pada pergelangan tangan itu! Darah bercucuran dan empat buah tangan menggeletak di atas lantai! Empat orang itu mengaduh-aduh dan mereka yang melihat peristiwa itu merasa ngeri

Ternyata dalam waktu yang amat singkat, gadis itu telah membuntungi tangan kiri empat orang pemuda itu

Nah, tidak cepat pergi

Apakah kalian minta dibuntungi le her kalian?

bentak Cin Cin sambil melempar pisau rampasannya ke atas meja dan menancap sampai ke gagangnya di meja bekas meja mereka itu

Empat orang pemuda itu kini menjadi ketakutan dan kesakitan

Baru sekarang mereka menyadari bahwa mereka berhadapan dengan gadis buntung yang memiliki ilmu kepandaian he bat bukan main

Mereka telah kehilangan tangan kiri dan tentu saja mereka menjadi berduka dan marah sekali

Mereka lalu lari keluar untuk melapor kepada pimpinan mereka agar membalaskan dendam mereka kepada gadis itu

Cin Cin berseru.

Heei, jangan lupa bawa tangan kalian yang kotor ini!

Ia menendang empat kali dan empat buah tangan itu melayang keluar ke arah empat orang pemuda yang berlari keluar

Bahkan dua tangan di antaranya te pat mengenai kepala dua orang pemuda

Mereka cepat memungut empat buah tangan itu, tidak tahu tangan siapa yang mereka pungut, lalu melarikan diri tanpa berani menoleh lagi

Heei, pelayan! Bersihkan lantai itu!

kata Cin Cin kepada para pelayan dan ketika para pelayan membersihkan lantai dari darah, gadis itupun melanjutkan makan minum dengan sikap te nang, seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu di tempat itu

Ia bahkan mengeluarkan sebuah benda kering menghitam dari saku jubahnya, memandang benda itu dan te rsenyum mengangguk-angguk

Jangan khawatir, akan banyak te manmu

Setiap orang yang berani kurang ajar kepadaku, akan kubuntungi tangan kirinya agar engkau tidak merasa kesepian lagi.

Setelah berkata demikian, Cin Cin mengantungi kembali benda itu, yang te rnyata adalah tangan yang sudah kering menghitam

Tangan kirinya! Kini ia makan minum dengan wajah berseri sehingga nampak semakin cantik

Agaknya peris tiwa tadi membuat Cin Cin lupa akan keadaan tangan kirinya yang buntung, seperti seorang yang tadinya merasa sengsara karena kehilangan suatu benda yang amat disayangnya, kini menjadi terhibur melihat banyak orang kehilangan seperti dirinya

Dua orang setengah tua yang tadi juga makan di situ, masih duduk te rtegun menghadapi meja mereka

Mereka telah menyaksikan peristiwa hebat.! Karena tegang sekali, mereka tadi seperti te rpukau tak mampu meninggalkan meja mereka, seperti dipaksa untuk menjadi penonton

Juga pengurus rumah makan dan tujuh orang pelayannya

Mereka tadi juga berkelompok dan menyaksikan dengan je las apa yang te lah terjadi

Ada pula beberapa orang yang berada di depan rumah makan menjadi penonton, yaitu beberapa orang yang tadinya hendak makan dan tidak jadi masuk melihat keributan di dalam, dan beberapa orang lagi yang kebetulan le wat dan te rtarik oleh keributan itu

Setelah empat orang pemuda itu pergi membawa tangan buntung mereka, para penonton itu berbisik-bisik membicarakan peristiwa hebat itu

Mereka semua merasa heran, kagum dan juga khawatir

Tentu ada ekornya peris tiwa hebat itu dan mereka semua enggan meninggalkan te mpat itu, ingin sekali melihat apa yang akan te rjadi selanjutnya sebagai akibat dari perkelahian tadi

Cin Cin yang tidak perduli dan te nang seperti tak pernah te rjadi sesuatu, telah selesai makan dan ia menengok, lalu memberi isyarat memanggil pelayan

Segera pengurus rumah makan sendiri yang datang dite mani seorang pelayan

Pengurus rumah makan itu te rbongkok-bongkok dengan sikap hormat dan takut-takut

Berapa yang harus kubayar?

tanya Cin Cin sambil lalu, tidak memperdulikan sikap kedua orang itu yang terlalu menghormat

Pengurus rumah makan itu tersenyum dan membungkuk-bungkuk, menggerakkan tangan menolak

Tidak usah, nona

Tidak perlu nona membayar..

Cin Cin mengerutkan alisnya

Aku sudah makan dan minum, dan harus kubayar

Apa kau kira aku tidak mempunyai uang dan tidak mampu membayar?

Pengurus rumah makan itu te rkejut dan wajahnya yang tadinya merah itu berubah pucat dan ia cepat menggerakkan tangan menyangkal

Tidak...tidak sama sekali, nona

Saya yakin bahwa nona mampu membayar, akan te tapi......Kami senang sekali nona sudi makan minum di sini

Kami merasa terhormat dan tidak usah nona membayar harga makanan yang tidak berapa banyak itu.

Sepasang mata itu berkilat

Aku tidak pernah mengemis makanan

Hayo katakan berapa aku harus membayar, atau aku dapat menjadi marah!

Ge metar kedua lutut pengurus rumah makan itu dan cepat-cepat dia menyebutkan jumlah yang menjadi harga makanan

Sambil te rsenyum Cin Cin mengeluarkan uang sejumlah itu dan membayarnya

Ketika ia he ndak keluar dari tempat itu, menyambar buntalan hijaunya dan  menjinjingnya dengan memasukkan le ngan kiri yang buntung ke dalam ikatan buntalan yang longgar

Akan te tapi, baru saja ia melangkah dua tindak, tiba-tiba ia berhenti karena dari luar muncul seorang laki-laki berusia limapuluhan tahun diikuti empat orang pemuda yang ia buntungi tangan kirinya tadi

Lengan buntung para pemuda itu kini te lah dibalut dan biarpun wajah mereka masih pucat, namun agaknya mereka telah diobati dan tidak terlalu menderita lagi

Cin Cin mengangkat muka memandang laki-laki itu

Ia segera mengenalnya

Pria itu adalah seorang sute (adik seperguruan) dari mendiang ayahnya

Ayahnya, mendiang Kam Seng Hin, dahulu adalah ketua He k-houw-pang, dibantu banyak saudara seperguruan

Ketika terjadi penyerbuan musuh yang menewaskan banyak murid He k-houw-pang agaknya Thio Pa ini tidak ikut te was

Biar usianya sudah kurang le bih limapuluh tahun, namun Cin Cin masih mengenal wajahnya

Ketika ia pergi enambelas tahun yang lalu, wajah Thio Pa ini sudah seperti itu, hanya yang agak berubah warna rambutnya saja

Dahulu hitam dan kini bercampur uban

Akan tetapi melihat Thio Pa memandang kepadanya dengan alis berkerut dan wajah bengis, mata bersinar-sinar dan sedikitpun tidak nampak mengenalnya, Cin Cin juga tidak memperlihatkan tanda bahwa ia mengenal orang itu

Ingin ia melihat bagaimana sikap Thio Pa, seorang yang dahulu ia kenal sebagai seorang yang gagah dan jujur

I nikah gadis kejam itu?

te rdengar dia bertanya kepada empat orang pemuda tadi, tanpa menoleh karena pandang matanya mengamati Cin Cin penuh perhatian, seolah merasa heran sekali bagaimana seorang gadis seperti ini mampu membuntungi tangan empat orang pemuda anggota Hek-houw-pang tadi

Benar, suhu.! Inilah iblis betina itu!

serempak empat orang pemuda itu berseru

Thio Pa melangkah maju menghampiri Cin Cin yang berdiri dengan sikap te nang

Mereka kini berhadapan dalam jarak dua meter

Nona, engkau masih begini muda, akan te tapi mengapa begitu kejam

Engkau membuntungi tangan kiri empat orang muri dku, membuat mereka cacat seumur hidup

Kenapa engkau melakukan kekejaman itu, nona?

Cin Cin tersenyum mengejek, kiranya empat orang pemuda itu murid paman Thio Pa, pikirnya

Tentu mereka telah memutar balikkan kenyataan dalam laporan mereka kepada guru mereka

Me ngapa

He mm, mengapa tidak kau tanya sendiri saja kepada empat orang muridmu yang baik ini

Tidak kubuntungi le her mereka saja sudah te rlalu untung bagi mereka

Empat orang muridmu ini agaknya tidak pernah kau ajar, mereka amat kurang ajar dan menggangguku!

Thio Pa menoleh kepada empat orang muridnya dengan alis berkerut dan suaranya terdengar galak ketika dia bertanya, 

Benarkah itu

Kalian telah mengganggunya?

Tidak benar, suhu!

kata si hidung bengkok

Teecu berempat hanya ingin belajar kenal, tapi ia marah-marah dan menyerang kami!

Tiga orang saudaranya membenarkan ucapan si hidung bengkok itu

I a malah menghina Hek-houw-pang, suhu!

kata murid ke dua

Suhu, ia tentu tokoh sesat yang ingin membalas kepada He k-houw-pang dan sengaja mengacau di sini!

kata yang lain

Sudahlah.

kata Cin Cin

Kukatakan bahwa mereka patut dihajar

Aku sudah membuntungi tangan mereka sebagai hajaran, habis engkau mau apa?

ia sengaja menantang untuk melihat apa yang akan dilakukan Thio Pa

Nona, kami dari Hek-houw-pang selamanya tidak pernah melakukan kejahatan

Kami bahkan selalu menentang kejahatan! Kalau empat orang murid kami ini ingin berkenalan dengan nona, hal ini sudahlah wajar karena mereka adalah orangorang muda dan nona adalah seorang wajah baru di sini

Andaikata nona tidak senang diajak berkenalan, nona bole h menolak, akan tetapi kenapa begitu kejam membuntungi tangan mereka?

Hem, guru kencing berdiri, murid kencing berlari! Engkau te ntu saja membela muridmuridmu yang jahat dan tidak sopan

Sudahlah, kalau engkau hendak membela murid-muridmu dan ingin dibuntungi tangan kirimu, majulah!

Namun Thio Pa masih menahan diri

Nona, waktu ini ketua kami sedang mengadakan pesta ulang tahun dan mengundang banyak sahabat di dunia persilatan

Kami tidak ingin membuat keributan

Kami hanya ingin mengetahui apa yang te rjadi dan kalau memang kami bersalah, kami siap untuk mengakui kesalahan

Karena itu kami mengharap nona juga bersikap jujur dan bertanggung jawab

Nona mengatakan bahwa murid-murid kami yang bersalah, akan tetapi mana bukti dan saksinya

Yang ada, nona telah membuntungi tangan mereka, itu merupakan bukti kekejaman nona.

Kami yang menjadi  saksinya!

tiba-tiba te rdengar seruan dua orang tamu restoran yang sejak tadi duduk di meja mereka

Kini mereka bangkit berdiri

Mendengar ini, Thio Pa cepat menghampiri mereka

Siapakah ji-wi (anda berdua) dan bagaimana jiwi berani menjadi saksi?

Kami adalah pedagang yang kebetulan makan di sini dan kami tadi melihat semua apa yang te lah te rjadi

Sebelum nona ini masuk, di sana sudah duduk empat orang pemuda itu yang minumminum arak sampai setengah mabok

Lalu nona itu masuk, memesan makanan

Akan tetapi, empat orang pemuda itu mulai menggoda dan mengganggunya dengan kata-kata yang tidak sopan dan kurang ajar

Ketika gadis itu menegur, empat orang pemuda itu lalu menghampiri mejanya dan semakin kurang ajar

Kami melihat betapa empat orang pemuda itu ditampar oleh nona itu

Mereka menjadi semakin marah, masingmasing mencabut pisau dan mengepung nona itu, lalu menyerang

Nona itu membela diri dan akibatnya, empat orang pemuda itu buntung tangannya.

Mendengar ini, Thio Pa mengerutkan alisnya dan memutar tubuh memandang kepada empat orang muridnya

Benarkah apa yang dikatakan tamu ini?

Bohong, suhu! Mereka itu bohong! Mungkin mereka adalah sekutu iblis betina itu.

Empat orang pemuda itu dengan tegas menyangkal

Thio Pa kini menengok ke arah sekelompok pengurus dan pelayan rumah makan, lalu menggapai ke arah mereka

Biarpun takut-takut, seorang pengurus dan tujuh orang pelayan itu menghampiri

Apakah kalian semua tadi melihat apa yang telah terjadi di sini?

tanya Thio Pa

Delapan orang itu mengangguk dan si pengutus rumah makan mewakili anak buahnya menjawab

Kami semua melihat dengan jelas, Thio-enghiong orang gagah Thio.

Bagus! Nah, kalau begitu ceritakan, benarkah apa yang dikatakan dua orang pedagang tamu tadi

Jangan takut kepada siapapun, akan te tapi bersikaplah jujur dan tidak berpihak.

De ngan suara yang te gas pengurus rumah makan yang juga merasa tidak senang dengan sikap empat orang pemuda tadi, menjawab

Semua yang diceritakan tadi benar, Thio enghiong

Kami sendiripun tadi merasa heran mengapa ada murid He k-houw-pang yang bersikap seperti itu

Mereka mengganggu dan mereka yang menyerang nona ini, nona ini hanya membela diri.

Sepasang mata Thio Pa terbalalak dan mukanya berubah merah sekali

Dia memutar tubuh menghadapi empat orang muridnya, merasa malu dan marah bukan main

Keparat kalian! Apa yang dapat kalian katakan sekarang?

bentaknya, suaranya menggelegar saking marahnya

Empat orang pemuda itu yang kini merasa tidak mungkin dapat menyangkal lagi menjatuhkan diri berlutut dan si hidung bengkok mewakili saudara-saudaranya, merengek minta ampun

Suhu

ampunkan te ecu berempat.......teecu berempat.......dalam keadaan mabok dan..

Cukup! Mulai saat ini, kalian bukan muridku lagi

Mulai detik ini kalian bukan anggota He khouw-pang lagi

Kalian dipecat dan harus pergi meninggalkan Ta-bun-cung! Awas, kalau kalian memperlihatkan diri di dusun ini, aku sendiri yang akan membunuh kalian!

Setelah berkata demikian, tubuhnya bergerak, kakinya menendang empat kali dan tubuh empat orang pemuda itu te rlempar keluar dari rumah makan itu

Mereka tidak berani membantah, cepat merangkak pergi dan selanjutnya membawa barang-barang mereka keluar dari dusun Ta-bun-cung pada hari itu juga, tidak berani lagi muncul di sana

Melihat sepak terjang Thio Pa, diam-diam Cin Cin merasa girang bukan main

Akan te tapi dengan te nang ia hanya berdiri memandang tanpa memperlihatkan perasaan girangnya ketika Thio Pa menghadapinya dan tokoh Hek-houw-pang itu memberi hormat kepadanya

Nona, semua sudah jelas sekarang

Pihak kami yang bersalah dan aku mewakili He k-houw-pang mohon maaf kepada nona atas sikap yang tidak benar dari bekas murid-murid kami tadi.

Cin Cin menggerakkan tangan kanannya keluar dari balik jubah

Sudahlah, aku merasa girang bahwa He k-houw-pang mempunyai seorang tokoh sepertimu.

Ia lalu melangkah keluar dari te mpat tu, tanpa memperdulikan lagi kepada Thio Pa yang juga tidak berani berkata apa-apa lagi karena orang inipun merasa malu atas sikapnya yang tadi bengis membela empat orang muridnya yang te lah menodai nama baik Hek-houw-pang

Cin Cin lalu pergi mencari kamar di rumah penginapan

Mendengar bahwa besok Hek-houwpang a kan mengadakan pesta, ia menunda niatnya untuk berkunjung malam ini

Sebaiknya datang besok pada saat diadakan pesta agar ia dapat berte mu dengan seluruh keluarga Hek-houw-pang dan yang te rpenting, ia akan mencari Lai Kun, paman gurunya juga yang pernah mengantarnya ke Hong-cun akan tetapi di tengah perjalanan telah menjualnya kepada sebuah rumah pelacuran! He k-houw-pang memang sedang mengadakan pesta pada keesokan harinya

Rumah perkumpulan yang mempunyai gedung besar dan megah sebagai hadiah dari pemerintah, dihias dan sejak pagi para anggota Hek-houw-pang sudah ramai menyambut datangnya para tamu yang berbondong-bondong datang dari luar dusun

Para anggota He k-houw-pang berpakaian gagah, dengan gambar harimau hitam kecil di dada, yang merupakan pakaian seragam resmi dan diharuskan pemakaiannya dalam kesempatan itu

Namun, di dalam hati, mereka itu mengalami ketegangan karena berita te ntang empat orang murid He k-houw-pang yang dalam keadaan mabok mengganggu seorang gadis pendekar yang berkunjung ke dusun itu sehingga mereka berempat kehilangan tangan kiri, kemudian betapa mereka yang kebetulan menjadi murid-murid Thio Pa, ketika melapor kepada guru mereka, tidak dibela bahkan dite ndang dan diusir dari Hekhouw-pang

tidak diakui sebagai murid dan anggota He k-houw-pang, bahkan dilarang untuk muncul di dusun mereka! Sungguh merupakan peristiwa yang amat mengejutkan hati mereka, menyadarkan mereka kembali bahwa bagaimanapun juga, para tokoh He k-houw-pang masih memegang tata tertib dengan ketat dan keras

Banyak macam orang berdatangan sebagai tamu, sebagian besar te ntu saja para tokoh persilatan, wakil-wakil dari partai persilatan, perguruan silat, para perusahaan pengiriman barang yang memiliki jagoan-jagoan

Juga hadir pula para pejabat dari kota-kota yang berdekatan, karena para pejabat tahu belaka bahwa Hek-houwpang merupakan perkumpulan yang sudah berjas a te rhadap pemerintah, sehingga Kaisar sendiri berkenan memberi hadiah

Juga para pedagang besar yang menjadi langganan Hek-houw-pang datang pula untuk mengucapkan selamat hari ulang tahun dan tentu saja mereka membawa bingkis an-bingkis an yang berharga

Lai Kun yang menjadi ketua He k-houw-pang menyambut para tamu dengan sikap gembira

Dia yang dulu bertubuh kurus kini le bih tegap, nampak gagah dengan pakaian rapi dan sikap yang anggun berwibawa, sikap seorang ketua perkumpulan besar yang disegani kawan ditakuti lawan

Di atas kursinya yang dihias indah, dia duduk diapit para saudara seperguruannya te rmasuk Thio Pa, dan keluarga mereka duduk di belakang mereka

Dibantu para sutenya, Lai Kun menyambut setiap orang tamu yang datang memberi hormat dan mengucapkan selamat atas ulang tahun He k-houw-pang, dan beberapa orang murid sibuk menerima bingkis an dan ada yang menuliskannya di atas daftar yang dipersiapkan

Ketika seorang pemuda berusia duapuluh dua tahun yang bertubuh tinggi te gap, berwajah tampan gagah dengan pakaian sederhana, sikap halus dan sopan, datang memberi hormat kepada Lai Kun, ketua ini dan para sutenya menyambut dengan pandang mata penuh perhatian karena mereka tidak mengenal pemuda ini

Lai-susiok...!

Ketika pemuda itu menyebut ketua He k-houw-pang seperti itu, semua orang memandang heran

Sobat muda, siapakah engkau dan mengapa menyebutku susiok (paman guru)

Ras anya kami tidak mengenalmu.

Lai Kun menoleh kepada.para sutenya dan merekapun menggeleng kepala, sebagai tanda bahwa mereka tidak mengenal pemuda gagah itu

Pemuda itu tersenyum dan wajahnya nampak le mbut walaupun senyumnya seperti mengejek

Lai-susiok dan para paman lain tidak mengenalku

Tidak aneh karena memang kita telah saling berpisah selama enambelas tahun

Para paman yang terhormat, aku adalah The Siong Ki!

Nama inipun belum membongkar ingatan mereka dan Siong Ki cepat menambahkan

Me ndiang ayah adalah The Ci Kok.

Ahhh..........!

Kini semua orang teringat, bahkan beberapa orang pemuda sebaya Siong Ki berlompatan ke depan dan merangkul Siong Ki karena mereka kini mengenal pemuda itu sebagai sahabat bermain sebelum terjadi malapetaka menimpa keluarga Hek-houw-pang

Lai Kun sendiri juga te rsenyum girang dan   merangkul Siong Ki

Aih, kiranya engkau pute ra suheng (kakak seperguruan) The Ci Kok! Tentu saja kami semua lupa

Engkau yang dahulu masih kecil kini telah menjadi seorang pemuda dewasa yang gagah dan tampan!

Tentu saja hujan pertanyaan menimpa Siong Ki dari seluruh keluarga pimpinan He k-houw-pang, akan te tapi karena para tamu masih berdatangan, mereka tidak leluasa bicara dan akhirnya Lai Kun mengatakan bahwa Siong Ki dipersilakan duduk dulu dan nanti saja kalau pesta sudah selesai, mereka akan bicara saling menceritakan pengalaman

Sebagai anggota keluarga pimpinan He k-houwpang, Siong Ki mendapat kehormatan duduk di belakang deretan para pimpinan, yaitu te mpat duduk keluarga para tokoh He k-houw-pang

Ketika mengalirnya para tamu sudah mulai berkurang, tiba-tiba muncul seorang gadis yang bukan lain adalah Cin Cin! Melihat gadis yang kedua le ngannya te rtutup jubah le bar itu, Thio Pa te rkejut dan dia menyentuh lengan Lai Kun sambil berbisik

Itulah gadis yang kuceritakan semalam.

Lai Kun dan para tokoh He k-houw-pang yang lain mendengar bisikan ini dan te ntu saja mereka memandang penuh perhatian

Gadis yang masih muda dan cantik ini kemarin sore telah menyebabkan empat orang murid He k-houw-pang menjadi buntung le ngan kirinya, bahkan dipecat dari keanggotaan Hek-houw-pang! Kiranya gadis inipun seorang tamu! Akan tetapi gadis itu tidak memberi hormat kepada ketua He k-houw-pang seperti yang dilakukan para tamu lain, bahkan ia berdiri te gak di depan Lai-pangcu (ketua Lai) sambil memandang tajam, lalu ia menyingkap jubah luarnya sehing nampak kedua le ngannya

Lai Kun dan para tokoh He k-houw-pang te rtegun melihat lengan kiri yang buntung sebatas pergelangan itu

Lai Kun yang tadinya merasa pernah mengenal gadis ini, ketika melihat tangan yang buntung itu, segera merasa yakin bahwa dia tidak pernah mengenalnya

Belum pernah dia mengenal seorang gadis yang bunting tangan kirinya

Karena melihat gadis itu berdiri diam saja, Lai Kun mengalah dan dia yang bangkit berdiri dan mengangkat kedua tangan ke depan dada

Selamat datang di Hek-houw-pang, nona

Kalau boleh kami mengetahui, siapakah nama nona dan nona mewakili partai atau perkumpulan mana

Harap memperkenalkan diri agar kami semua mengenal nona.

Akan tetapi Cin Cin sama sekali tidak membalas penghormatan itu sehingga hal ini tentu saja membuat para tokoh Hek-houw-pang mengerutkan alis

Betapa sombongnya gadis ini

Pangcu mereka sudah mengalah dan lebih dahulu memberi hormat akan te tapi gadis itu tidak mau membalas penghormatannya

Betapa tinggi hati! 

Aku datang dari jauh dan te lah lama mendengar nama besar Hek-houw-pang, maka kebetulan sekarang le wat di sini dan mendengar He k houwpang mengadakan pesta ulang tahun

Aku ingin sekali berte mu dengan ketua Hek-houw-pang!

Lai Kun memandang heran

Akulah ketua He k houw-pang, nona.Namaku Lai Kun

Mengapa nona mencari ketua Hek-houw-pang?

Aku datang membawa hadiah yang amat berharga untuk ketua He k-houw-pang

Akan tetapi mengingat akan nama besar Hek-houw-pang, aku ingin sekali berkenalan lebih dahulu dengan kelihaian ketuanya, baru aku akan memperkenalkan diri dan menyerahkan hadiah sumbanganku.

Mendengar ini, Lai Kun yang sudah bersabar sejak tadi itu terpaksa mengerutkan alisnya

Nona, kami sudah mendengar akan kesalahan sikap bekas murid kami sebanyak empat orang te rhadap nona

Akan tetapi nona telah menghajar mereka dan sute kami Thio Pa sudah pula menghukum mereka dan mengusir mereka

Harap nona suka memandang He k-houw-pang dan menghabis kan urusan itu, mengingat bahwa yang bersalah sudah menerima hukuman mereka.

'Tidak, pangcu

Walaupun tidak ada peris tiwa itu, tetap saja aku ingin mengenal kelihaian ketua He k-houw-pang

Aku hanya ingin menguji kepandaian, bukan hendak membunuhmu, apakah engkau takut?

Ini merupakan tantangan sekaligus penghinaan yang gawat.! Ketua He k-houw-pang dikatakan takut melawan seorang gadis yang buntung tangan kirinya! Apalagi tantangan itu hanya untuk menguji kepandaian, bukan perkelahian matimatian! Untuk menutupi kemarahannya, Lai Kun te rtawa

Ha-ha-ha, kalau nona bermaksud meramaikan pesta kami, kenapa tidak nona sendiri saja memperlihatkan ilmu silatmu untuk menambah kegembiraan?

-ooo0dw0ooo- 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar