Jilid 18
Nona, aku sudah mendengar bahwa engkau mencari Pangeran Cian Bu Ong untuk membunuhnya
Nah katakan, kenapa engkau hendak membunuh Pangeran Cian Bu Ong, apa kesalahannya kepadamu?
Cin Cin menatap tajam wajah yang jantan itu dan bertanya
Apakah engkau Pangeran Cian Bu Ong?
Pangeran Cian Bu Ong tersenyum
Aku bukan seorang pengecut
Kalau aku menyembunyikan nama dari umum, hal itu hanya agar keluargaku dapat hidup dengan te nteram
Akan tetapi kalau ada yang memusuhiku secara pribadi, aku tidak akan lari bersembunyi atau mengelak
Aku memang bekas Pangeran Cian Bu Ong
Nah, katakan kenapa engkau hendak membunuhku.!
Cin Cin melepaskan kalung mutiara dari le hernya, lalu melemparkan kalung itu ke arah Cian Bu Ong sambil berseru
Cian Bu Ong, lihat benda ini dan engkau akan tahu mengapa aku hendak membunuhmu!
Tentu saja ia menyambitkan kalung itu dengan pengerahan te naga sin-kang sehingga yang nampak hanya sinar putih berkilau menyambar ke arah muka pria tua itu
Namun, dengan te nang saja Cian Bu Ong menyambut benda itu, walaupun di dalam hatinya diam-diam dia terkejut mendapat kenyataan betapa kuatnya sambitan ketika benda itu disambutnya
Dan ketika dia melihat benda itu, sebuah untaian kalung dari mutiara yang besarbesar dan indah, matanya terbelalak
Sui Lan.........!
gumamnya seperti dalam mimpi dan te rbayanglah semua pengalaman hidupnya di waktu dia masih muda
Dia pernah bertemu de ngan seorang gadis yang mendatangkan rasa kagum dalam hatinya, bukan hanya oleh kecantikannya yang luar biasa, akan te tapi juga karena gadis itu memiliki ilmu kepandaian silat yang cukup tinggi disamping ilmunya bermain dalam air
Gadis itupun kagum kepadanya dan mereka saling jatuh cinta
Demikian besar cinta gadis itu kepadanya sehingga gadis itu menyelam ke dalam lautan yang berbahaya, mengumpulkan banyak mutiara pilihan dan membuat kalung dari untaian mutiara yang amat berharga, lalu memberikan kalung itu kepadanya sebagai tanda cinta! De mikian te rharu hatinya oleh hadiah ini sehingga dia pernah mengatakan bahwa dia akan menghargai kalung itu seperti nyawanya sendiri
Mereka saling jatuh cinta, bahkan gadis yang bernama Bhok Sui Lan itu sudah menyerahkan diri kepadanya
Hal ini saja sebetulnya sudah mendatangkan sedikit kekecewaan di dalam hatinya
Betapa mudahnya Sui Lan menyerahkan diri kepadanya, walaupun hal itu dianggapnya sebagai pernyataan cinta kasih yang tulus
Mereka memang sudah bersepakat untuk menikah
Akan tetapi kemudian dia mendengar bahwa Bhok Sui Lan adalah s eorang gadis kang-ouw yang termasuk golongan sesat, atau golongan hitam
Gadis itu datang dari keluarga para tokoh sesat yang te rkenal, dari golongan manusia yang berwatak iblis
Tidak pernah mau mengenal peraturan dan selalu mendatangkan kekacauan dengan perbuatan mereka yang te ramat keji dan jahat
Hal ini membuat dia memaksa hatinya yang mencinta untuk meninggalkan dan melupakan Sui Lan dan diapun menikah dengan gadis lain
Dia adalah seorang pangeran yang bercita-cita tinggi, kalau mungkin dapat menggantikan kedudukan kaisar
Bagaimana mungkin seorang calon kaisar menikah dengan seorang gadis golongan sesat yang jahat
Hal itu tentu akan mencemarkan seluruh nama keluarga Kerajaan Sui! Dia mengembalikan kalung mutiara itu kepada Sui Lan, kemudian meninggalkan gadis itu dan diapun tidak takut menghadapi Sui Lan walaupun gadis itu lihai karena tingkat kepandaiannya le bih tinggi
Pula dia seorang pangeran yang memiliki banyak jagoan dan banyak pengawal sehingga gadis itu sama sekali tidak akan mampu berbuat sesuatu untuk mengganggunya
Dia sudah hampir melupakan Sui Lan karena hal itu sudah terjadi puluhan tahun yang lalu
Dan hari ini, tiba-tiba saja seorang gadis datang mengembalikan kalung itu kepadanya dan mengatakan hendak membunuhnya! Dia mengamati kalung itu, menyebut nama bekas kekasihnya dan mengangkat muka lagi memandang kepada Cin Cin, gadis itu te rsenyum mengejek
Nona, apa hubunganmu dengan Sui Lan
Bukan Bhok Sui Lan sekarang telah terkenal dengan julukan Tung-hai Mo-li (Iblis Betina Lautan Timur )?
tanyanya, suaranya masih te nang walaupun hatinya terasa te gang
Bagus kalau engkau masih ingat nama subo Bhok Sui Lan! Aku adalah muridnya dan ia mengutusku untuk menukar kalung itu dengan nyawamu.
Mendengar ini, Kui Eng membentak,
Perempuan iblis, siapa takut padamu
Ibu, koko, mari kita basmi siluman jahat ini!
Akan te tapi Cian Bu Ong mengangkat tangan atas
Kalian tidak boleh mencampuri
Ini adalah urusan pribadiku, urusan ketika aku masih muda dan kalian belum ada bersamaku.
Mendengar ucapan bekas pangeran itu, Sim Lan Ci, Thian Ki dan Kui Eng tidak berani bicara lagi, hanya menjadi penonton yang berhati tegang
Cian Bu Ong lalu berkata kepada Cin Cin, suaranya berwibawa
Nona, aku memang ada urusan dengan gurumu
Kalau ia mendendam kepadaku kenapa bukan ia sendiri yang datang membuat perhitungan denganku di sini
Kenapa harus engkau, seorang gadis muda yang mencari keributan di sini?
Cian Bu Ong, hal itu adalah urusan antara kami guru dan murid
Aku mewakili subo untuk membalas dendam ini
Aku bukan orang yang suka cari keributan dan tidak suka membuat kekacauan
Juga aku bukan seorang yang curang
Kalau engkau tidak menghendaki keributan di dusunmu ini, dan agar engkau dapat bersiap-siap menghadapiku , biarlah kuberi waktu sampai besok sore
Setelah matahari condong ke barat, aku menantimu untuk membuat perhitungan di luar dusun sebelah barat di te pi sungai
Nah, selamat malam!
Setelah berkata demikian, Cin Cin membalikkan tubuhnya meninggalkan pekarangan itu dengan langkah gagah
Kui Eng yang merasa penasaran sudah melangkah maju hendak mengejar, akan te tapi le ngannya dipegang oleh ayahnya
Jangan kejar, biarkan ia pergi.
Sim Lan Ci yang sejak tadi hanya menjadi penonton dan pendengar, mengerutkan alisnya dan kini iapun bertanya kepada suaminya
Sebenarnya siapa sih itu Tung-hai Mo li Bhok Sui Lan dan mengapa ia mengirim muridnya untuk menukar kalung mutiara itu dengan nyawamu?
Lurah Cian Bu atau bekas Pangeran Cian Bu Ong itu menghela napas panjang
Sambil mempermainkan kalung mutiara itu diapun berkata,
Mari kita masuk ke dalam dan akan kuceritakan semua kepada kalian, agar kalian tahu apa yang te lah terjadi dan mengapa hari ini terjadi peristiwa yang membuat kalian semua merasa heran dan penasaran itu.
Mereka berempat masuk ke dalam rumah dan di ruangan dalam, duduk mengelilingi meja besar, bekas pangeran itu menceritakan riwayatnya dengan Bhok Sui Lan
Sebagai penutup ceritanya dia berkata,
Me mang tadinya kami saling mencinta, bahkan kami sudah bersepakat untuk menikah
Akan te tapi setelah aku tahu latar belakang kehidupannya, bagaimana mungkin aku yang ketika itu seorang Pangeran yang mendambakan kedudukan sebagai kaisar dapat menikah dengan seorang gadis dari keluarga para tokoh sesat yang amat jahat dan yang namanya sudah te rcemar
Aku mengembalikan kalung pemberiannya ini dan mengucapkan selamat berpisah
Tidak kusangka selama ini ia menyimpan dendam padaku.
Karena urusan cinta gagal itu terjadi ketika suaminya masih muda dahulu, jauh sebelum berte mu dengannya, maka Sim Lan Ci juga tidak merasa te rsinggung
Ia hanya ikut menyesal dan bertanya,
Kalau memang ia mendendam, kenapa tidak sejak dahulu ia membalas dendamnya kepadamu?
Cian Bu te rsenyum
Tentu saja ia tidak berani
Selain ketika itu ilmunya tidak akan menang melawanku, juga sebaqai pangeran te ntu saja aku mempunyai banyak pengawal yang pandai.
Tapi sekarang?
tanya isterinya
Cian Bu menghela napas panjang
Entahlah, tetapi melihat gerakan gadis tadi, jelas kini Tunghai Mo-li te ntu telah memperdalam kepandaiannya
Tadi kulihat engkau dan Thian Ki seperti telah mengenalnya, benarkah?
Benar, kami mengenalnya
Ia bernama Kam Cin dan biasa dipanggil Cin Cin
Ia puteri ketua Hekhouw-pang yang te was pula ketika terjadi penyerbuan malam itu.......
Sim Lan Ci teringat akan keterlibatan suaminya dalam penyerbuan itu dan menahan ucapannya
Tapi kenapa tiba-tiba ia muncul sebagai murid Tung-hai Mo-li?
tanya Cian Bu sambil mengerutkan alisnya yang te bal
Bagaimanapun juga, ayah gadis itu, ketua Hek-houw-pang, te was oleh lima orang anak buahnya
Kalau gadis itu mengetahuinya, bukan untuk subonya saja ia datang hendak membunuhnya, juga te ntu untuk membalas kematian ayahnya!
Kami juga tidak mengerti
Ketika aku kembali ke dusun Ta-bun-cung dulu itu, kami mendengar bahwa Cin Cin diantar oleh susioknya (paman gurunya) untuk menjadi murid Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning) Si Han Beng
Entah bagaimana kini tiba-tiba saja ia muncul sebagai murid Tung-hai Mo-li.
Bekas pangeran itu mengangguk-angguk dan meraba dagunya yang ditumbuhi je nggot yang te rawat rapi
Kalau gadis itu murid Huang-ho Sinliong tidak aneh kalau ia lihai sekali
Akan te tapi ia mengakui Tung-hai Mo-li sebagai gurunya
Bagaimanapun juga, aku melihat bahwa gadis itu memiliki watak yang gagah
Buktinya, ia memberi waktu kepadaku untuk bersiap sampai besok sore.
Engkau hendak menandinginya?
tanya isterinya khawatir
Engkau khawatir aku kalah?
Sim Lan Ci menggeleng kepala
Ia maklum akan kemampuan suaminya dan ia tadi sudah melihat kelihaian Cin Cin
Bagaimanapun juga, sukar dapat dipercaya kalau gadis itu akan mampu mengalahkan suaminya
Aku justeru khawatir engkau membunuhnya hingga permusuhan akan menjadi semakin parah padahal, biarpun agak jauh, te tap saja ia masih keponakanku dan saudara misan Thian Ki.
Cian Bu te rsenyum
Engkau kira aku ini orang macam apa hendak membunuh seorang gadis muda yang menjadi lawanku
Jangan khawatir, aku tidak akan mencelakainya
Kalau memang Sui Lan hendak membalas dendam kepadaku, ia harus datang sendiri
Tidak menyuruh orang lain.
Diam-diam bekas pangeran ini merasa terharu karena dia mengenal betul watak Sui Lan
Wanita itu bukan seorang penakut, bahkan sangat pemberani
Kalau ia mengutus muridnya, hal itu pasti bukan karena ia takut maju sendiri
Satusatunya sebab yang dapat menyebabkan Sui Lan tidak datang sendiri adalah bahwa ia masih mencintanya! Sui Lan agaknya tidak pernah melupakannya, menaruh dendam akan tetapi tidak mau turun tangan sendiri karena agaknya yakin bahwa kalau berhadapan muka, Sui Lan tidak akan te ga mencelakainya karena masih mencintanya
Kalam itu, Cian Bu tidur nyenyak, sedikitpun agaknya tidak memikirkan te ntang tantangan Cin Cin untuk membuat perhitungan besok sore
Akan tetapi sebaliknya, Sim Lan Ci dan Thian Ki tidak dapat tidur, merasa gelisah membayangkan apa yang akan te rjadi esok
Ketika malam itu Sim Lan Ci menyelinap dari dari dalam kamarnya, meninggalkan suaminya yang sedang tidur nyenyak, ia mendapatkan pute ranya duduk te rmenung seorang diri di ruangan belakang
Melihat ibunya
Thian Ki segera menyambut dengan pertanyaan,
Kenapa ibu belum tidur?
Kulihat engkaupun belum tidur masih melamun di sini, Thian Ki
Agaknya pikiran kita sama
Engkau juga memikirkan Cin Cin, bukan?
Benar, ibu
Aku khawatir sekali membayangkan apa yang akan te rjadi besok sore.
Thian Ki, tadi agaknya Cin Cin te lah mengenalmu
Mengapa ia memakimu sebagai monyet jelek?
Wajah Thian Ki berubah kemerahan
Tentu saja dia merasa malu untuk menceritakan peristiwa itu kepada ibunya, dan dia tidak tahu harus menjawab bagaimana s ehingga dia menunduk saja
Thian Ki, apakah ada kaitannya dengan ketika engkau pulang bertelanjang dada membawa dua ekor ikan itu?
Thian Ki mengeluh dalam hatinya
Ibunya adalah seorang wanita yang cerdik sekali, bagaimanapun sukar untuk membohonginya
Dia harus menceritakan pertemuannya dengan Cin Cin, te ntu saja tanpa menyebut dan menyinggung te ntang dia dan Cin Cin saling melihat masingmasing bertelanjang bulat!
Benar, ibu
Akan te tapi ketika kami saling jumpa di te pi sungai itu, kami tidak saling mengenal
Ketika itu aku hendak mandi dan sudah membuka baju, ketika aku melihat dua ekor ikan itu menggelepar di balik semak
Aku menangkap dua ekor ikan itu
Tidak tahunya, ia muncul dan marah-marah, mengatakan bahwa aku hendak mencuri ikan miliknya
Lalu sebagai gantinya, ia dengan marah membuang bajuku yang sudah kutanggalkan ke te ngah sungai sampai hanyut, lalu ia memaki aku monyet jelek dan pergi
Terpaksa Thian Ki berbohong dan mengubah kejadian yang sebenarnya kepada ibunya, karena bagaimanapun te ntu saja dia merasa malu untuk bicara terus terang tentang ketelanjangan itu
Ibunya mendengarkan penuh perhatian dan menarik napas panjang
Hemm, ia masih lincah, je naka dan pemberani seperti dahulu, hanya kini bertambah galak dan lihai
Thian Ki, bagaimanapun juga, kita harus mencegah te rjadinya perkelahian antara ia dan ayahmu.
Akan tetapi bagaimana caranya, ibu
Ayah sudah mengatakan bahwa itu urusan pribadinya dan kita tidak boleh mencampuri
Ayah benar dan aku tidak berani untuk membujuknya.
Engkau harus dapat membujuk Cin Cin agar membatalkan perkelahiannya dengan ayahmu
Kalau aku yang membujuk, kurang baik
Engkaulah yang le bih dekat dengannya, karena ayahmu adalah saudara sepupu ibunya
Engkau bujuklah ia agar tidak melanjutkan kehendaknya menantang ayahmu.
Thian Ki membayangkan Cin Cin yang demikian galak te rhadap dirinya dan diam-diam dia merasa je rih juga
Gadis itu demikian galak seperti harimau betina
Akan tetapi, ketika itu Cin Cin belum mengetahui bahwa dia adalah Thian Ki
Mungkin kini sikapnya berubah le bih lunak, mengingat betapa dulu, ketika dia menjadi tamu keluarga gadis itu bersama ayah ibunya, mereka adalah saudara misan yang bersahabat karib
Baiklah, ibu
Akan kucoba besok
Akan kucari Cin Cin sebelum ayah pergi ke sana menyambut tantangannya.
Setelah bicara dengan Thian Ki, agak le galah hati Sim Lan Ci dan wanita inipun kembali ke kamarnya dan tidur di samping suaminya
Thian Ki juga memasuki kamarnya dan semalam itu dia gelisah, membayangkan perte muannya dengan Cin Cin dan mencari-cari cara dan jalan untuk membujuk gadis itu tanpa dapat menemukan cara te rbaik sampai akhirnya dia kelelahan dan tertidur menjelang pagi
Sejak tengah hari
Thian Ki sudah berkeliaran di sepanjang tepi sungai sebelah barat sungai Kuning untuk mencari Cin Cin
Dia sama sekali tidak menduga bahwa gadis itu semalam tidur di rumah milik janda miskin di ujung dusun, dan gadis yang berhati-hati itu tidak mau keluar dari rumah sebelum matahari mulai condong ke barat
Ketika siang hari itu Thian Ki tiba di tepi sungai tentu s aja dia tidak dapat menemukan Cin Cin yang masih berada di rumah kecil itu bersama wanita pemilik rumah, bahkan masak-masak bersama wanita itu yang merasa suka sekali kepada gadis itu
Sambil masak berdua di dapur, wanita yang mulai merasa suka sekali kepada Cin Cin berkata,
Nona, kalau aku boleh bertanya, apakah nona sudah..........eh, sudah menikah atau bertunangan
Maafkan pertanyaanku, aku tidak bermaksud untuk bersikap kurang ajar.
Ah, tidak mengapa, bibi
Aku belum menikah, juga tidak bertunangan
Kenapa sih bibi menanyakan hal itu
Apakah bibi ingin mengambilku sebagai mantu untuk dijodohkan dengan pute ramu yang pergi tak pernah memberi kabar itu?
Wanita itu te rsipu
Aih, nona harap jangan mengolok-olok
Orang seperti kami ini mana pantas untuk menarik nona menjadi anggota keluarga
Bukan itu maksudku tadi, aku kagum dan suka kepadamu, dan aku hanya ingin tahu saja
Kalau seorang gadis seperti nona ini, paling tidak harus berjodoh dengan seorang pemuda yang pilihan, seperti.......seperti misalnya Cian Kongcu itu.
Cian Kongcu..........?
Maksudku, putera lurah kami itu.........
Cin Cin teringat dan te rbayanglah wajah Thian Ki, bukan hanya wajahnya, melainkan seluruh tubuh pemuda yang pernah dilihatnya telanjang bulat itu dan iapun te rtawa
Monyet.......monyet jelek itu.
Kini wanita itu yang memandang dengan mata te rbelalak
Monyet jelek
N ona, putera lurah Cian amat tampan dan gagah, juga manis budi walaupun agak pendiam.
Sudahlah, bibi, jangan bicara te ntang orang lain
Masakannya sudah matang dan perutku sudah lapar
Mari kita makan.
De mikianlah, ketika matahari sudah condong ke barat dan Cin Cin meninggalkan rumah kecil itu menuju ke te pi sungai di luar dusun, ucapan wanita itu te rngiang lagi di telinganya dan diapun melangkah sambil melamun
Teringatlah kenangan lama, ketika Thian Ki bersama ayah ibunya menjadi tamu orang tuanya
Betapa orangtuanya dan seluruh keluarga He k-houw-pang menghormati para tamu itu, dan betapa ia dan Thian Ki telah bersahabat baik
Kemudian, teringat pula ia akan perte muannya dengan pemuda itu di te pi sungai dan mau tak mau ia tersenyum geli
Akan te tapi hanya sebentar karena ia segera te ringat lagi bahwa kini Thian Ki yang dulu bukan lagi Thian Ki yang sekarang
Sekarang dia adalah anak tiri Cian Bu Ong, musuh besar gurunya yang harus dibunuhnya! Heran ia memikirkan bagaimana ibu Thian Ki yang ditinggal mati suaminya itu kini tahu-tahu telah menjadi isteri bekas pangeran itu
Cin Cin.........
Gadis itu terkejut dan sadar dari lamunannya, menahan langkahnya dan tahu-tahu Thian Ki telah berada di depannya
Ia mengerutkan alis, heran dan juga penas aran karena yang ia nantikan adalah Cian Bu Ong, bukan Thian Ki
Hemrn, kiranya engkau
Mau apa engkau menghadangku?
tanyanya dengan sikap dan suara yang ketus
Thian Ki melangkah maju mendekat
Cin Cin, aku adalah Thian Ki, saudara misan dan sahabatmu......
Cin Cin mundur dua langkah
Jangan mendekat.! Engkau bukan lagi Thian Ki putera paman Coa Siang Lee, melainkan Thian Ki anak musuh besarku Cian Bu Ong!
Sedih sekali hati Thian Ki melihat sikap mendengar ucapan itu
Cin Cin, bersikaplah adil
Memang benar bahwa ibuku telah menjadi janda dan kini telah menjadi isteri bekas pangeran Cian Bu Ong, akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa ibu dan aku menjadi musuhmu
Pula, engkau sendiri tidak mempunyai permusuhan apapun dengan ayah tiriku itu
Cin Cin, dengarlah baik-baik, urusan antara ayah tiriku dan gurumu, urusan itu adalah urusan pribadi, urusan mereka berdua, tidak ada hubungann ya dengan kita
Mereka dahulu saling mencinta, akan tetapi kemudian ayah tiriku te rpaksa meninggalkannya, dan sama sekali bukan kesalahan ayah tiriku.......
Cin Cin melotot dan mukanya kemerahan,sinar matanya berkilat
Huh, kalian laki-laki memang mau enaknya sendiri saja! Guruku di waktu gadis telah menyerahkan segala-galanya kepada Cian Bu Ong, mencintanya dengan seluruh jiwa raganya
Akan tetapi Cian Bu Ong malah meninggalkannya dan menikah dengan gadis lain
Apa ini bukan perbuatan yang khianat dan hina
Guruku sejak itu hidup merana, tidak pernah menikah lagi
Tidak pernah berdekatan lagi dengan laki-laki lain, seluruh sisa hidupnya dipergunakan untuk memperdalam ilmu agar kelak dapat membalas dendam kepada Cian Bu Ong
Dan sekarang engkau, anak tiri Cian Bu Ong, mengatakan bahwa dia tidak bersalah
Apakah guruku yang disiasiakan itu yang salah
Jawab!
Diberondong serangan kata-kata itu, Thian Ki agak gelagapan juga
Dia memang seorang yang tidak begitu pandai bicara, bahkan condong pendiam
Kalau kini dia dapat mengeluarkan banyak kata-kata, hal itu adalah karena rasa khawatirnya, bukan terhadap ayah tirinya yang dia tahu seorang sakti, melainkan terhadap Cin Cin
Gurumu juga tidak bersalah, Cin Cin
Akan tetapi ayah tiriku juga tidak bersalah
Mereka, sebagai dua orang kekasih, mereka telah menjadi korban keadaan
Mereka memang saling mencinta dan sudah bermaksud untuk menjadi suami isteri
Akan te tapi kemudian Pangeran Cian Bu Ong mendapat kenyataan bahwa kekasihnya itu adalah seorang anggota keluarga tokoh-tokoh sesat yang te rsohor karena kejahatan dan kekejaman mereka
Sebagai seorang pangeran yang bercita-cita menjadi kaisar, te ntu saja Pangeran Cian Bu Ong tidak ingin mencemarkan nama keluarga kerajaan dengan menikahi kekasihnya itu, maka te rpaksa dia meninggalkannya.
Alasan kosong! Buktinya dia sekarang tidak menjadi kaisar, malah menjadi lurah saja, dan berganti nama pula.! Thian Ki, jangan engkau mencampuri urusanku
Apapun alas annya, Cian Bu Ong te lah menghancurkan kehidupan guruku, dan guruku mengutus aku untuk membunuhnya, maka hal itu akan kulakukan dan siapapun tidak boleh menghalangiku!
Cin Cin, jangan kaulanjutkan niatmu yang siasia itu.........
Apa
Engkau berani melarangku
Engkau hendak membela ayah tirimu itu ya?
Bukan membela, Cin Cin
Dia tidak perlu dibela
Aku mencegah perkelahian ini karena aku tidak ingin melihat engkau cedera atau tewas
Ayah tiriku itu seorang yang sakti, Cin Cin
Engkau bukan lawannya.
Ucapan ini bagaikan minyak disiramkan kepada api, membuat Cin Cin menjadi semakin marah
Kaukira aku takut
Untuk membela guruku, aku akan mempertaruhkan nyawaku! Dan aku hendak melihat sampai dimana kehebatan laki-laki yang telah merusaak kehidupan guruku itu! Jangan engkau mencampuri.!
Cin Cin bertolak pinggang menghadapi Thian-Ki dengan sikap marah sekali
Kenapa dia tidak datang
Apakah Cian Bu Ong hanya seorang pengecut yang mengirim putera tirinya untuk membujuk agar aku mau mundur?
Thian Ki tidak menjawab, bahkan mundur beberapa langkah karena dia tahu bahwa ayah tirinya sudah berada di situ
Nona
aku sudah berada di sini!
terdengar suara Cian Bu Ong yang berwibawa dan te nang
Kemudian dia berkata kepada Thian Ki
Thian Ki, sudah kukatakan bahwa ini urusan pribadi, engkau tak boleh mencampuri.
Maafkan saya, ayah,
kata Thian Ki dengan hati te rpukul dan dia hanya berdiri menjadi penonton, jantungnya berdebar tegang
Bagus engkau sudah datang, Cian Bu Ong!
kata Cin Cin
Maaf, aku tidak tahu bahwa Thian Ki telah mendahuluiku
Nah, aku sudah siap sekarang, nona.
Singgg........!!
Nampak sinar berkilauan ketika gadis itu mencabut Koai-liong-kiam dari sarung pedang
Pedang pusaka yang ampuh itu merupakan sebatang pedang yang tajam dan bentuknya seperti seekor naga
Cian Bu Ong, keluarkan senjatamu!
bentak Cin Cin dan dengan gagahnya dan ia sudah memasang kuda-kuda dengan pedang di tangan
Cian Bu Ong tetap bersikap tenang
Teringat dia kepada bekas kekasihnya, Bhok Sui Lan yang dulu juga merupakan seorang yang lihai mempergunakan pedang, bahkan diapun te ringat bahwa itu adalah pedang milik kekasihnya sehingga dia tidak ragu lagi bahwa gadis ini memang murid bekas kekasihnya itu
Hemm, Koai-liong-kiam
Ingin aku melihat sampai di mana kemajuan Sui Lan melalui muridnya
Aku tidak perlu mempergunakan senjata, nona
Mulailah, aku sudah siap sedia.
Kalau begitu, bersiaplah untuk mampus di tanganku!
teriak Cin Cin dan iapun menyerang dengan pedangnya, menerjang bagaikan angin badai mengamuk
Ge rakan pedangnya memang dahsyat bukan main
Gadis ini maklum bahwa ia menghadapi lawan yang tangguh dan lihai sekali, maka begitu menyerang ia telah memainkan ilmu pedang Koay-liong-kiam-sut (Ilmu Pedang Naga Siluman) yang dahsyat
Cian Bu Ong mengenal ilmu pedang ini, akan tetapi diapun tahu bahwa ilmu pedang itu selama puluhan tahun ini tentu telah diperhebat oleh Bhok Sui Lan, maka diapun tidak memandang rendah dan cepat menggerakkan kedua tangannya
Lengan bajunya yang le bar itu menyambar-nyambar mengeluarkan angin kuat dan agaknya kedua lengan baju yang panjang dan lebar itulah yang dipergunakan Cian Bu Ong untuk menghadapi pedang lawan
Thian Ki yang masih berdiri di situ sebagai penonton, melihat dengan jantung berdebar penuh ketegangan
Dia melihat bahwa Cin Cin memang hebat bukan main, apalagi dengan pedangnya yang ampuh itu
Pantas kalau Kui Eng tidak mampu menandinginya
Dia sendiripun agaknya tidak akan mudah menang
Cin Cin telah menjadi seorang gadis yang hebat sekali ilmu silatnya, juga galak dan ganas! Akan te tapi, dia juga melihat gerakan ayah tirinya dan mulailah dia merasa khawatir
Betapapun hebat ilmu pedang gadis itu, namun te rnyata dalam hal te naga sin-kang, dia masih kalah setingkat oleh Cian Bu Ong
Setiap kali ujung pedang berte mu ujung le ngan baju, pedang itu te rpental dan nampak gadis itu seperti orang te rkejut
Hanya kelincahan gadis itu yang membuat mereka menjadi seimbang, karena tentu saja Cian Bu yang sudah tua tidak mampu menyamai kecepatan gerakan gadis semuda dan selincah Cin Cin
Akan tetapi ada satu hal yang membuat hati Thian Ki merasa lega, dan juga heran
Dia maklum bahwa kalau Cian Bu Ong menghendaki, dengan kelebihan tenaga sinkangnya, dia akan mampu mendesak bahkan merobohkan lawannya
Akan te tapi te rnyata bekas pangeran itu tidak melakukan hal itu
Ini hanya membuktikan bahwa Cian Bu Ong te lah sengaja mengalah! Dan sikap mengalah ini hanya mempunyai satu arti, yaitu bahwa ayah tirinya itu masih mempunyai perasaan cinta terhadap guru Cin Cin, yaitu Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan! Atau setidaknya, ayah tirinya menyadari kesalahannya te rhadap Bhok Sui Lan maka sekarang sengaja mengalah terhadap muridnya
Cin Cin yang merasa penasaran sekali tidak mampu mendesak lawannya yang bertangan kosong itu dengan pedangnya, tiba-tiba mengeluarkan bentakan nyaring dan melengking, tubuhnya berputar cepat sekali dan pedangnya digetarkan, ujung pedang menjadi banyak dan bertubi-tubi menusuk ke arah bagian-bagian paling berbahaya dari tu buh lawan
Sekali saja ujung pedang itu berhasil mengenai sasaran, tentu Cian Bu Ong, betapapun lihainya, akan roboh dan te was! Melihat ini, timbul pula kekhawatiran dalam hati Thian Ki
Serangan gadis itu teramat berbahaya walaupun dengan serangan itu Cin Cin membuka pula pertahanannya, kalau ayah tirinya te rus mengalah, serangan itu dapat mencelakakannya
Akan te tapi, ia tidak dapat turun tangan mencampuri karena selain dia tidak ingin menyinggung hati ayah tirinya
juga dia tidak ingin membikin marah hati Cin Cin
Gadis itu tidaklah jahat walaupun telah menjadi murid seorang tokoh sesat
Ia hanya taat dan setia kepada gurunya, dan kini berte kad membunuh Cian Bu Ong demi gurunya, bukan karena dendam pribadi
Kebenciannya te rnadap Cian Bu Ong juga hal yang sewajarnya karena sebagai seorang wanita, tentu saja ia tidak senang mendengar gurunya menderita dalam hidupnya karena disiasiakan oleh bekas kekasihnya
Karena desakan serangan bertubi-tubi itu, tubuh Cian Bu Ong te rjengkang, akan te tapi bagai binatang trenggiling, dia bergulingan ke kiri dan sambil meloncat, diapun menggerakkan kedua le ngan bajunya, diputar bagaikan dua buah kitiran menyambar ke arah gulungan sinar pedang
Plakkk!
keras sekali ujung le ngan baju itu bergerak, yang satu menahan ujung pedang, yang lain menotok ke arah pergelangan tangan Cin Cin
Tak dapat dicegah lagi, tangan kanan Cin Cin yang seperti lumpuh seketika itu melepaskan pedangnya, akan te tapi gadis yang lihai itu masih sempat menggerakkan kakinya menendang ke arah dada lawan
Pandang mata Thian Ki yang terlatih menangkap gerakan kaki ini dan melihat pula betapa ayah tirinya masih sempat menghindar kalau ia kehe ndaki
Namun bekas pangeran itu agaknya memang sengaja memperlambat gerakannya dan dadanya masih te rkena te ndangan itu
Dukk!
Tubuh Cian Bu Ong te rjengkang dan te rbanting keras
Dia bangkit duduk, meringis kesakitan akan tetapi tersenyum dan berkata,
Kiamsut (ilmu pedang) yang hebat...........!
Akan te tapi tiba-tiba gadis itu meloncat dan menyambar pedangnya yang tadi terlepas dan secepat kilat ia menyerang Cian Bu Ong yang masih duduk dan belum bangkit berdiri itu
Bekas pangeran itu terkejut, sama sekali tidak pernah menyangka bahwa gadis itu sedemikian ganasnya, menyerang ia yang sudah terkena tendangan
Plakk!
lengan tangan Cin Cin yang memegang pedang dite puk dari samping dan gadis terkejut bukan main karena merasa betapa seluruh le ngannya tergetar dan dengan sendirinya tusukan pedangnya ke arah Cian Bu Ong itu menyamping dan tidak mengenai sasaran
Ketika ia menengok, ia melihat bahwa yang menghalanginya adalah Thian Ki
Matanya melotot dan kedua pipinya menjadi kemerahan
Coa Thian Ki! Engkau berani menghalangi aku membunuh musuh bes arku!
bentaknya
Sabar dan te nanglah, Cin Cin
Tidak tahukah engkau betapa tadi ayah telah bersikap mengalah kepadamu
Kalau dia menghendaki, tentu engkau tadi telah dirobohkan
Dia sudah mengalah, bahkan menerima te ndanganmu dengan sengaja
Mengapa engkau begini nekat untuk menyerang selagi dia belum siap?
Tidak perduli! Dia atau aku yang harus mati di sini, dan kalau engkau membelanya, berarti engkau menjadi musuh besarku dan harus mati pula!
setelah membentak demikian, Cin Cin menggunakan pedangnya menyerang Thian Ki dengan ganasnya.! Tentu saja Thian Ki tidak ingin menjadi mangsa pedang di tangan Cin Cin yang sedang marah itu
Dia mengelak dan te rpaksa balas menyerang karena kalau tidak, te ntu dia tidak mampu bertahan terus
Diapun menggunakan ilmu silat yang sama seperti dimainkan ayah tirinya tadi, dan menggunakan kedua ujung le ngan baju untuk senjata
Walaupun kedua ujung le ngan bajunya tidak selebar lengan baju ayah tirinya, namun Thian Ki memiliki gerakan yang lebih cepat
Pula, dia memiliki te naga sin-kang yang amat kuat pula, bahkan le bih kuat dari ayah tirinya berkat kemampuannya menguasai hawa beracun yang ada di dalam tubuhnya, ilmu yang dia dapatkan dari mendiang Lo Nikouw atau yang dahulunya adalah Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu, neneknya
Diam-diam Cin Cin terkejut bukan main
Dalam kemarahannya tadi melihat Thian Ki membela ayah tirinya, ia kecewa dan penasaran sekali dan hendak membunuh siapa saja yang membela musuh besarnya
Tidak disangkanya sama sekali bahwa Thian Ki te rnyata tak kalah lihainya dibandingkan Cian Bu Ong! Dia te rkejut, heran dan kagum, akan te tapi kemarahan dan rasa penas arannya memuncak
Ia mengeluarkan seluruh kepandaiannya, dan mengerahkan seluruh te naga, menggunakan ilmu pedang Koai-liongkiamsut yang memang dahsyat itu
Diam-diam Thian Ki mengeluh dalam hatinya
Gadis ini memang tangguh bukan main dan sukar memang menundukkannya tanpa meruntuhkan pedangnya
Kalau dia membuat pedang itu terlepas, hal itu te ntu akan membuat Cin Cin menjadi semakin marah
Akan te tapi kalau tidak demikian, bagaimana mungkin menundukkan gadis yang lihai dan ganas ini
Satu-satunya jalan adalah mencontoh ayah tirinya tadi
Menjatuhkan pedang dari tangan Cin Cin dan membiarkan dirinya te rkena tendangannya yang lihai
Kalau dia mengerahkan sin-kang, tentu te ndangan itu tidak akan melukainya, seperti yang dilakukan ayah tirinya tadi
Haiiiiitttt..........!
Cin Cin menyerang semakin ganas
Cukup, Cin Cin!
Thian Ki membentak dan tibatiba saja kedua ujung lengan bajunya menangkap dan membelit ujung pedang, lalu tangan kirinya meluncur keluar dari ujung le ngan baju dan menotok jalan darah di bawah siku lengan gadis itu
I hhh...............!
Untuk ke dua kalinya te rpaksa Cin Cin melepaskan pedangnya, akan tetapi dengan kemarahan meluap, dan dengan nekat tangan kirinya bergerak mencengkeram ke arah le her di atas pundak kanan Thian Ki
Serangan itu demikian tiba-tiba sehingga mengejutkan Thian Ki yang tadinya mengharapkan gadis itu akan menendangnya seperti yang dilakukannya kepada Cian Bu Ong
Ia cepat menarik tubuh atas ke belakang namun Cin Cin sudah menguasai ilmu yang membuat le ngannya dapat memanjang beberapa inci, sehingga biarpun tangannya tidak dapat mencapai le her, masih mampu mencengkeram pundak kanan Thian Ki
Kelima jari tangannya berubah seperti baja dan kuku-kuku tangannya mencengkeram bagai lima batang pisau tajam runcing, lima jari tangan kiri itu menancap dan masuk ke dalam daging di pundak Thian Ki
Ahhh............!
Thian Ki terkejut setengah mati, bukan karena luka di pundaknya, melainkan karena secara otomatis, tanpa dapat dicegah lagi, hawa beracun di tubuhnya bekerja menyambut jari-jari tangan yang memasuki daging pundaknya itu
Aihhhhhhh............!
Cin Cin menjerit cepat menarik kembali tangan kirinya dan ia te rbelalak memandang kepada tangan kirinya yang te lah menghitam seluruh jari tangannya
Kemudian te rbelalak pula ia memandang kepada Thian Ki,
Kau.......kau...........!
Wajah Thian Ki berubah pucat sekali ketika memandang ke arah tangan kiri gadis itu
Dia tahu bahwa nyawa Cin Cin te rancam bahaya maut
Hawa beracun yang ditanamkan oleh mendiang neneknya ke dalam tubuhnya adalah racun yang amat dahsyat, bahkan belum dapat ditemukan pemunahnya
Hawa beracun yang membuat ke lima jari tangan Cin Cin menghitam itu akan menjalar terus ke atas daan kalau s udah sampai ke jantung, gadis itu tak akan dapat diselamatkan lagi
Jalan satu-satunya hanyalah........, Thian Ki tidak sempat banyak berpikir lagi
Yang terpenting saat itu adalah menyelamatkan nyawa Cin Cin
Secepat kilat dia menyambar pedang Cin Cin yang tadi terlepas dan berada di atas tanah, bagaikan kilat pedang itu menyambar ke arah tangan Cin Cin yang kini memegang le ngan kirinya dengan tangan kanan sambil terbelalak
Singgg......crakkk!
te pat sekali pedang itu membabat ke arah pergelangan tangan kiri Cin Cin dan tangan itupun buntung sebatas pergelang tangan tangan
Aduhhhhhh..........!
Cin Cin te rpelanting, akan tetapi ia cepat bangkit kembali, memandang lengan kirinya yang buntung sebatas pergelangan dengan mata terbuka lebar
Cin Cin......maafkan aku......maafkan aku....!
Thian Ki berkata seperti meratap dan seperti orang jijik dia membuang pedang itu ke tas tanah kembali
Pedang yang baru saja membuntungi pergelangan tangan kiri Cin Cin menancap di atas tanah, gagangnya bergoyang-goyang seperti mengejek
Nona, biar kuobati luka di lenganmu.......
Cian Bu Ong berkata pula s ambil menghampiri Cin Cin
Jangan mendekat!
Cin Cin berteriak, suaranya bercampur is ak dan biarpun ia tidak menangis, akan tetapi air mata bercucuran dari kedua matanya
Ia menggunakan jari tangan kanannya untuk menotok jalan darah di dekat siku dan memijit bagian jalan darah dekat pergelangan yang buntung untuk menghentikan darah keluar dari luka
Kemudian ia mencabut pedang yang menancap di atas tanah, menyarungkan pedangnya kembali, mengambil sehelai saputangan dan dengan tangan te rlindung saputangan, ia memungut tangan kirinya yang buntung menghitam itu
Semua ini dilakukannya dengan amat te nang sehingga mengerikan bagi Thian Ki
Setelah menyimpan buntalan tangan hitam ia menatap tajam wajah Thian Ki
Coa Thian Ki, akan tiba saatnya engkau membayar untuk semua ini!
Cin Cin, maafkan aku.......aku tidak sengaja...........
Namun Cin Cin tidak memperdulikannya dan kini memandang kepada Cian Bu Ong
Cian Bu Ong sekali ini aku mengaku kalah
Akan tetapi kelak aku masih akan menebus kekalahan ini
Sebelum kau mati untuk membayar dosamu te rhadap subo, aku tidak akan berhenti berusaha.
Setelah berkata demikian, sekali loncat gadis itu le nyap dari situ
Aahhhhh.......Cin Cin......!
Thian Ki menjatuhkan diri berlutut dan menutupi mukanya
Ia tidak menangis, akan te tapi dia merasa ngeri membayangkan peristiwa tadi sehingga ia menutup muka seolah dia tidak ingin melihat kenangannya, ia sama sekali tidak memperdulikan pundaknya yang terluka dan bercucuran darah
Sudahlah, Thian Ki
Semua itu telah terjadi dan aku tahu bahwa engkau tidak bersalah
Gadis itu buntung tangannya karena ulahnya sendiri
Hanya satu hal yang membuat aku menyesal
Bhok Sui Lan te ntu akan semakin benci dan dendam kepaku
Dan aku menyesal mengapa engkau tidak menurut pemintaanku agar tidak mencampuri urusan ini.
Maaf, ayah
Akan tetapi melihat ayah tadi te rancam, bagaimana aku dapat tinggal diam saja?
Kakek yang masih nampak gagah itu te rsenyum dan menghela napas
Memang karmaku yang buruk
Segala yang kusentuh selalu gagal
Kalau saja tadi tidak ada engkau dan aku te was di tangan gadis itu, segalanya akan selesai dan beres, tiada dendam mendendam dan hutang piutang lagi
Akan tetapi sekarang, dendam bertumpuk.
Kakek itu menggeleng-geleng kepalanya lalu menghampiri Thian Ki, menotok sekitar pundak untuk menghentikan darah keluar, dan mengeluarkan obat bubuk dari sakunya
Setelah mengobati luka di pundak putera tirinya, Cian Bu Ong tanpa banyak cakap lagi lalu berjalan pulang, diikuti dari belakang oleh Thian Ki yang berjalan sambil menundukkan mukanya dan tidak mengeluarkan kata-kata pula
Kedua orang ini te nggelam dalam renungan mereka sendiri, renungan yang menyedihkan
-ooo0dw0ooo- Puteri Li Hong Lan amat terkenal dan disuka semua orang di lingkungan Istana
Bahkan selir kaisar, para dayang, dan permaisuri sendiri suka kepadanya
Gadis yang berusia delapanbelas tahun ini memang pandai membawa diri
Ia cantik jelita, dengan wajah bulat telur, dagu meruncing dan kulit putih kemerahan
Sepasang pipinya, terutama bibirnya, selalu merah tanpa menggunakan alat kecantikan
Rambutnya hitam panjang berombak
Alisnya seperti dilukis, sepasang matanya seperti sepasang bintang kejora, hidungnya mancung te rutama sekali mulutnya teramat manis, dengan bibir merah basah dan terhias lesung pipi di kanan kiri
Kalau bibir itu te rsenyum, mata dan seluruh bagian wajah itu seperti membayangkan senyun pula, cerah, je naka dan lincah
Bukan hanya wajahnya yang cantik jelita, juga gadis itu memiliki bentuk tubuh yang mempesona dengan lekuk le ngkung sempurna dan menggairahkan
Semua kecantikan ini menjadi semakin cemerlang karena iapun memiliki otak yang sehat dan cerdas sehingga setelah berusia delapanbelas tahun
Li Hong Lan te rkenal sebagai seorang gadis yang menguasai ilmu silat tinggi, juga ilmu sastra yang mendalam, ahli pula dalam segala kesenian, ahli menari, memainkan yang-kim dan meniup suling
Dan kalau bernyanyi, suaranya juga merdu
Pendeknya Li Hong Lan merupakan kebanggaan Istana, merupakan kebanggaan Kaisar Tang Tai Cung, yaitu julukan Pangeran Li Si Bin (627 - 649) setelah ia menjadi kaisar
Ibunya, yang sesungguhnya bukan apa-apanya, yaitu Kwa Bi Lan, telah belasan tahun menjadi selir Kaisar Tang Tai Cung, semenjak kaisar ini masih menjadi pangeran
Kaisar Tang Tai Cung mencinta selirnya ini, yang selain menjadi selir, juga menjadi pengawal pribadinya
Akan tetapi ada satu hal saja yang mengecewakan hati Kaisar Tang Tai Cung, yaitu bahwa Kwa Bi Lan sendiri tidak menurunkan anak untuknya
Memang Bi Lan membawa Hong Lan, akan tetapi gadis yang menjadi pute ri Istana yang membanggakan ini, bagaimanapun juga bukan anaknya sendiri, bahkan bukan pula anak kandung Kwa Bi Lan! Setelah belasan tahun tinggal sebagai selir kaisar di istana, kini Kwa Bi Lan telah berusia empatpuluh tahun, dan Kaisar Tang Tai Cung juga sebaya
Wanita ini tidak lagi bertugas sebagai pengawal pribadi karena kedudukannya adalah selir kaisar yang tadinya te rkasih dan te rpandang
Akan te tapi telah beberapa bulan ini terjadi perubahan besar dalam kehidupannya sebagai seorang selir
Kwa Bi Lan menjadi selir kais ar yang dahulunya masih pangeran, bukan karena te rtarik oleh kedudukan seorang pangeran mahkota, seperti hampir semua selir dan dayang kaisar, melainkan karena dengan kesungguhan hati ia jatuh cinta kepada Pangeran Li Si Bin yang kini menjadi Kais ar Tang Tai Cung
Ia bertemu dan saling jatuh cinta dengan Pangeran Li Si Bin setelah ia menjadi seorang janda tanpa anak, hanya membawa Hong Lan sebagai anak angkat
Maka, iapun tidak terlalu mengharapkan kedudukan atau kemuliaan, melainkan mengharapkan kasih sayang dari pria yang dicintanya dan yang kini menjadi suaminya
Iapun maklum bahwa suaminya adalah seorang pangeran mahkota dan kini menjadi seorang kaisar, maka betapapun perih rasa hatinya melihat suaminya memiliki sejumlah selir, dayang di samping seorang permaisuri, iapun menahan diri dan pasrah karena maklum bahwa kehidupan seorang kaisar tentu saja tidak dapat disamakan dengan pria biasa yang menjadi suami
Tidak mungkin ia memonopoli kasih sayang Kaisar Tang Tai Cung, harus membagi kasih pria itu dengan selir dan dayang yang banyak jumlahnya, juga harus bersabar kalau suaminya itu sibuk dengan urusan pemerintahan sehingga jarang dapat dekat dengannya
Akan te tapi, telah berbulan-bulan lamanya kaisar seolah lupa kepadanya! Ia merasa disiasiakan
Kaisar tidak pernah datang ke kamarnya, tidak pernah berkunjung, bahkan kalau berte mupun seolah kaisar tidak melihatnya! Ia amat merindukan orang yang dicintanya, namun kaisar agaknya telah lupa kepadanya
Pada malam hari itu, Kwa Bi Lan duduk seorang diri di pendapa tempat tinggalnya yang cukup indah menyenangkan, le ngkap dengan perabot rumah yang serba indah
Namun, keindahan segala macam benda itu tidak lagi terasa indah olehnya
Keindahan memang hanya dapat dirasakan kalau barang itu masih baru dimilikinya
Kalau sudah menjadi miliknya, maka akan timbul kebosanan! Apakah iapun han ya dianggap sebagai benda yang membosankan oleh suaminya, sang kaisar
Ia teringat akan mendiang suaminya yang pertama, yang juga menjadi gurunya, yaitu mendiang Sin tiauw (Rajawali Sakti) Liu Bhok Ki
Dan mengenang pria ini, walaupun pria ini jauh le bih tua darinya, suami pertama ini berusia enampuluh tahun lebih dan ia sendiri baru duapuluh tahun dan ketika menjadi is teri pria itu ia masih seorang gadis , namun kini terkenanglah ia betapa besar kasih sayang suami pertama itu kepada dirinya
Kas ih sayang yang dirasakannya sampai suami itu meninggal dunia
Terkenang akan suami pertama itu, dan teringat akan dirinya yang kini seperti dilupakan oleh suaminya yang ke dua, yaitu sang kaisar, Kwa Bi Lan tak dapat menahan kesedihannya lagi dan air mata menuruni kedua pipinya yang masih nampak segar dan halus
Wanita ini memang masih cantik jelita dalam usianya yang sudah mendekati empatpuluh tahun itu
Akan tetapi ia segera menahan hatinya dan menghapus air matanya
Tidak baik kalau sampai terlihat ole h dayang, apalagi oleh puterinya
Sebagai selir seorang kaisar sungguh akan memalukan sekali kalau memperlihatkan kedukaan ketika kaisar lama tidak datang berkunjung
Nasib seperti ini, ia tahu diderita oleh semua selir kaisar! Tiba-tiba kesunyian malam yang syahdu itu dipecahkan suara yang-kim yang dimainkan oleh jari-jari tangan yang amat pandai
Suara yang-kim itu berdenting-denting naik turun, kemudian diikuti suara nyanyian yang merdu
Tahulah ia bahwa yang memainkan yang-kim sambil bernyanyi itu adalah Hong Lan, dan secercah senyum menghias bibir wanita itu
Untung ada Hong-Lan di sampingnya! Gadis yang te lah dianggap sebagai anak kandungnya sendiri itulah yang selalu memberinya semangat hidup untuk menghadapi segala macam kepahitan
Dan iapun mendengarkan nyanyian itu penuh perhatian
Akan te tapi, semakin didengarkan, perlahanlahan air matanya semakin banyak bercucuran
Puterinya itu menyanyikan lagu yang amat sedih, lagu seorang isteri yang ditinggal mati suaminya! Mengapa begini kebetulan
Suara nyanyian itu bahkan kini menyayat-nyayat hatinya yang sudah te rluka, perih dan pedih rasanya dan iapun menjatuhkan diri di atas pembaringan, menelungkup dan menyembunyikan mukanya pada bantal
Kwa Bi Lan tidak tahu bahwa suara yang-kim dan nyanyian itu sudah lama berhenti, tidak tahu pula bahwa Hong Lan memasuki kamarnya dengan langkah ringan sehingga tidak menimbulkan suara
I bu, tidak biasanya ibu sudah tidur sebelum larut malam
Apakah ibu tidak sehat?
Gadis itu duduk di te pi pembaringan dan menyentuh pundak ibunya yang rebah menelungkup
Kwa Bi Lan te rkejut, berusaha untuk mengusap sisa air matanya sebelum bangkit duduk
Akan tetapi wajahnya yang pucat, pipinya yang basah dan sepasang matanya yang merah agak membengkak membuat Hong Lan te rkejut bukan main
Gadis itu segera merangkul ibunya
Aih, ibu menangis
Kenapakah, ibu
Belum pernah aku melihat ibu menangis!
Hong Lan terkejut dan juga heran
Apakah ibu sakit?
Bi Lan te rsenyum dan menggele ng kepala
Akan tetapi senyumnya pahit sekali
Tidak, anakku
Ibu tidak sakit..........
Kalau begitu ibu berduka
Kenapa, ibu?
Bi Lan sudah mampu menguasai dirinya
Lan Lan, aku tadi terharu mendengar permainan yang kim dan suara nyanyianmu, lagu itu sedih sekali dan tak te rasa ibu menangis.
Hong Lan menciumi pipi ibunya yang masih basah
Ibu sudah sering mendengar aku menyanyikan lagu itu dan biasanya ibu tidak apaapa
Ibu, aku tahu mengapa ibu bersedih
Tentu karena ayahanda kais ar, bukan
Aku sudah cukup dewasa, ibu dan aku mengetahui kehidupan selirselir
Bukan hanya ibu saja yang menderita kesepian seperti sekarang ini
Banyak sudah para bibi selir lainnya yang mengeluh kepadaku tentang kesepian mereka karena ayahanda tidak pernah datang lagi mengunjungi mereka
Ibu, sudah beberapa bulan ini sribaginda tidak datang berkunjung
Karena itu ibu merasa berduka, bukan?
Bi Lan menundukkan mukanya
Percuma saja membantah dan berpura-pura
Anaknya ini te rlampau cerdik untuk dapat dibohongi begitu saja
Ia menghela napas panjang lalu berkata membela,
Ayahmu terlalu sibuk, Hong Lan
Beliau bertanggung jawab atas semua urusan pemerintahan yang amat banyak.......
Aku tahu, ibu
Banyak tugas dan banyak is te ri! Dahulu, paling lama dua tiga hari sekali ayahanda datang dan bermalam di sini
Sekarang berbulanbulan sudah beliau tidak pernah nampak, tidak pernah menjenguk ibu.
Bi Lan merangkul anaknya
Terimalah keadaan ini dengan hati lapang, anakku
Memang beginilah kehidupan seorang selir seperti ibumu
Sribaginda masih termasuk seorang suami yang baik, karena kita selalu dicukupi segala kebutuhan kita, bukan?
I nilah salahnya, ibu
Para wanita yang menjadi selir raja selalu menerima keadaan, menerima nasib
Beginilah jadinya
Sekali waktu, kalau kebetulan aku bertemu ayahanda, akan kuingatkan beliau bahwa ibu menanti beliau di sini dengan hati setia dan berduka.
Eihh, jangan, Lan Lan! Beliau akan marah kepadamu!
Melihat kekhawatiran ibunya, Lan Lan te rsenyum dan mengangguk
Baiklah, aku tidak akan bicara sekarang, untuk sementara ini aku akan menahan diri, akan tetapi ibu juga tidak boleh menangis dan berduka lagi,
katanya manja
Kwa Bi Lan tersenyum dan menciumi kedua pipi anaknya
Terima kasih kepada Tuhan, pikirnya, bahwa aku mempunyai Hong Lan
Andaikata tidak ada anaknya ini, ia tahu bahwa ia pasti tidak kan betah lagi tinggal di istana
Lihat, ibumu sudah tidak bersedih lagi, kan
Mari kita latihan silat!
Bi Lan meloncat turun dari pembaringan, menarik tangan anaknya dan keduanya berlari-lari sambil tertawa ke ruangan berlatih silat yang memang te rdapat di te mpat tinggal ibu dan anak ini
Tak lama kemudian, ibu dan anak ini sudah berlatih silat, bertangan kosong, lalu bertanding pedang dan diam-diam Kwa Bi Lan merasa gembira dan bangga, juga kagum karena ia mendapat kenyataan bahwa pute rinya itu kini sudah maju sekali
Ia sendiri sukar mengalahkannya
Hal ini adalah karena Hong Lan pandai membujuk para jagoan is tana untuk menurunkan satu dua ilmu silat mereka yang paling tangguh kepadanya
Dan Bi Lan sendiri juga menggembleng pute rinya ini dan menurunkan seluruh ilmu yang dimilikinya kepada Hong Lan
Para dayang dan pembantu yang kebetulan melihat ibu dan anaknya itu berlatih silat di waktu malam seperti itu, hanya menggeleng-geleng kepala dengan heran dan kagum
Kaisar Tang Tai Cung adalah seorang manusia biasa, seorang pria dengan segala kelebihan dan kekurangannya seperti orang lain, dengan kelemahannya
Ketika mudanya, semangat untuk berjuang membesarkan Kerajaan Tang membuat dia hanya memperhatikan urusan negara, dan nampaknya tidak begitu te rtarik akan segala macam kesenangan! Akan te tapi, setelah dia menjadi kaisar dan keadaan pemerintahannya lancar, mulailah semangat yang tadinya dikerahkan untuk perjuangan itu mencari sasaran lain, yaitu melampiaskan nafsu mencari kesenangan
Kemewahan dia sudah mempunyai berlimpahan, kehormatan, kemuliaan dan kekuasaan sudah berada di tangannya
Kebutuhan manusia te rbatas sekali, akan tetapi keinginan yang didorong oleh nafsu angkara murka membuat seseorang tak pernah puas dengan apa yang dimilikinya
Mulailah dia tergoda oleh nafsu berahinya sendiri
Selirnya yang banyak mulai membosankan, demikian pula para dayangnya yang setiap saat dengan senang hati siap untuk melayani segala kehendaknya
Nafsu yang dituruti dan dimanjakan tidak pernah menjadi kenyang, tidak pernah merasa puas, bahkan semakin banyak tuntutannya
De mikian pula dengan nafsu yang mencengkeram diri Tang Tai Cung
Dia selalu haus akan wajah wanita yang baru, sehingga entah sudah berapa banyak gadis yang menjadi kekasihnya hanya untuk waktu sebulan dua bulan saja, lalu dia mulai mencari yang lain
Seperti biasa, di dekat orang yang berkuasa besar, selalu merangkak banyak kaum penjilat yang ingin membonceng kekuasaannya, dengan cara menjilat dan menyenangkan hati atasannya, te ntu saja demi keuntungan pribadinya
De mikian pula dengan Kais ar Tang Tai Cung
Banyak pejabat tinggi, terutama para thaikam (pelayan pria kebiri) yang mempergunakan kesempatan itu untuk menyenangkan hati sang kaisar, dengan mencarikan gadis -gadis cantik dari daerah-daerah
Dan pada masa itu, tidak ada seorangpun gadis yang tidak dengan hati gembira menerima pengangkatan menjadi dayang di istana! Menjadi dayang berarti derajat mereka naik beberapa tingkat, apalagi kalau sampai dapat menyenangkan hati kaisar dan diambil selir! Ada harapan kelak menjadi permais uri
Satu di antara dayang istana yang dimasukkan oleh para penjilat itu, dan memasukkan seorang gadis inipun berarti menerima hadiah yang tidak sedikit dari orang tua si gadis , yang mau menyerahkan seluruh milik mereka, asal anak gadis mereka diterima menjadi dayang, adalah seorang dari dusun yang bernama Bu Couw Hwa
Ia sudah mempersiapkan diri menjadi dayang
Usianya baru enambelas tahun, bagaikan setangkai bunga yang sedang mekarnya, memiliki wajah cantik manis dan bentuk tubuh yang sedang mekar, te rutama sekali pinggulnya yang berbentuk indah dan bes ar, dan ia sudah mempersiapkan diri dengan segala tata-cara tentang sikap dan kelakuan seorang dayang istana yang baik
Bahkan ia mempelajari segala macam kesenian dan caracara untuk menyenangkan hati seorang pria junjungannya
Akan te tapi ketika ia berhasil dimasukkan ke dalam is tana, terlalu banyak saingan te rdapat di istana
Terlalu banyak dayang is tana yang cantikcantik sehingga Bu Couw Hwa merasa kecil dan rendah diri
Bagaimana mungkin ia, seorang dara desa, mampu bersaing melawan sekian banyaknya dayang cantik untuk menawan perhatian dan hati Kaisar
Apalagi begitu tiba di situ, ia sudah melihat kenyataan betapa setiap orang thai-kam dan petugas di situ amat haus akan sogokan
Tanpa menyogok sana sini, tidak mungkin ia mampu mendekati Kais ar! Bahkan ia mendapatkan tugas yang paling rendah, yaitu dayang pembersih kamar mandi dan kakus milik kaisar! Couw Hwa menerima pekerjaan ini dengan hati sabar
I a menanti kesempatan yang baik dan mulai melakukan pendekatan dengan para thai-kam yang dekat dengan kaisar
Sampai harus habis semua perhiasan dan bekalnya, juga gajinya yang ia tabung, untuk menyenangkan hati para thai-kam
Gadis yang amat cerdik ini, yang menjadi dayang bukan sekedar mencari pekerjaan, melainkan untuk mencapai tujuan atau cita-citanya yang amat muluk, mengatur siasat dengan rapi dan licin
Setelah dapat mendekati thai-kam, maka dengan bantuan para thai-kam, pada suatu senja thai-kam yang bertugas memberi is yarat kepada Bu Couw Hwa
Gadis ini cepat memperhalus wajahnya dengan bedak tipis, menggosok mukanya dengan handuk yang dibasahi air panas, menggosok keras-keras sehingga kedua pipinya menjadi kemerahan dan berbau harum oleh air yang dicampuri air mawar, mengenakan baju yang agak longgar di bagian dada, sehingga kalau ia membungkuk, orang akan dapat melihat bukit dadanya yang menonjol le mbut
Rambutnya yang hitam berombak itu dibiarkan agak kusut, te rutama di bagian dahi sehingga anak rambut yang halus sekali melingkar-lingkar di dahi, di pelipis, dan di belakang te linga, melingkar-lingkar halus seperti benang sutera yang kekeringan
Setelah itu, cepat ia mendahului masuk ke kamar mandi pada saat para thai-kam memberi is yarat bahwa kaisar berkenan mempergunakan kamar mandi itu
Seperti tidak disengaja, gadis itu terkejut ketika selagi ia membersihkan kamar mandi, kaisar muncul di pintu kamar mandi
Aihh.......banswe-ban-banswe......
serunya lirih sambil menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Kaisar Tang Tai Cung
Kaisar yang usianya sudah kurang le bih empatpuluh tahun itu te rsenyum melihat seorang dayang sedang membersihkan kamar mandi
Dia membiarkan dayang itu berlutut dan diapun membuang air kecil di te mpat yang disediakan untuk itu, tidak perduli betapa dayang itu masih berlutut di situ dan biarpun tidak melihatnya, setidaknya suara air kencingnya terdengar
Setelah selesai, Kais ar Tang Tai Cung membereskan celananya dan membalikkan tubuh
Dayang itu masih berlutut di situ dengan muka menunduk, takut dan malu-malu
Heii kau, ambilkan air untuk aku mencuci tangan,
perintahnya
Bu Couw Hwa dengan jantung berdebar te gang segera mengambil sepanci air harum
Inilah kesempatan yang dinanti-nantinya selama ini, sejak menginjakkan kaki di lantai istana
Harus ia pergunakan baik-baik, pikir hati kecilnya yang cerdik
Dengan jalan berjongkok ia menghampiri Kaisar yang masih berdiri, lalu berlutut dan mengangkat panci air itu ke atas kepala, mukanya tetap menunduk, akan tetapi matanya melirik ke arah dadanya
Bagus, pikirnya, karena ia mengangkat kedua tangannya yang memegang panci air, baju di dadanya te rbuka dengan le bar dan memperlibatkan dua le ngkung bukit dadanya yang indah
Kaisar Tang Tai Cung mencuci tangannya dengan menunduk
Tentu saja, dengan sendirinya, pandang matanya berte mu dengan sepasang bukit yang menonjol dan nampak di balik baju yang te rbuka sedikit itu
Angkat mukamu, aku ingin melihatmu,
kata Kaisar Tang Tai Cung yang mulai te rtarik
Dengan gaya yang sudah lama dilatihnya
Bu Couw Hwa mengangkat mukanya, muka yang amat manis, senyum malu-malu yang memperlihatkan lesung pipinya, dengan mata yang mengerling ke atas, bibir yang akan terbuka menantang, cuping hidung yang berkembang kempis, lalu ia menunduk kembali, maklum bahwa penglihatan sekilas itu akan jauh le bih memikat daripada kalau ia berlama-lama membiarkan sang kaisar menatap wajahnya
Darah tersirap ke kepala dan gairah sang Kaisarpun timbul
Siapa namamu, kenapa aku tidak pernah melihat dayang secantik engkau di sini.?
Ampun, Sri baginda
Hamba selalu bertugas di sini, dan hamba tidak berani memperlihatkan diri tanpa diperintah.
Suara gadis itupun sudah diatur dan dilatih lama, maka te rdengar merdu dan juga menyenangkan
Sang kaisar yang sudah te rpikat itu mengambil panci dari kedua tangan Bu Couw Hwa, meletakkan panci itu ke atas meja dan ia memegang kedua tangan gadis itu dan ditariknya untuk berdiri
Bentuk tubuh yang indah itu, dengan le kuk le ngkung menggairah kan, dilalap pandang matanya, dan hidungnya ju ga mencium keharuman yang khas keluar dari rambut dan dada dayang itu
Tanpa banyak upacara lagi, tanpa banyak cakap lagi
Kais ar Tang Tai Cung yang telah menjadi hamba nafsu berahinya, merangkul Bu Couw Hwa dan menuntunnya ke dipan yang memang menjadi perle ngkapan kamar mandi yang luas itu dan di situlah tercapai apa yang diidamkam hati Bu Couw Hwa, te rlaksana semua yang te lah dicitakan, yaitu ia berhasil memikat hati kaisar dan menyerahkan tubuhnya melayani kaisar demi memperoleh kedudukan yang tinggi
Setelah terjadi peristiwa itu, wajah Bu Couw Hwa selalu berseri penuh kegembiraan, pandang matanya bersinar-sinar penuh harapan
Pasti akan te rcapai seperti yang direncanakan, yaitu ia yang telah menyerahkan diri melayani sang kaisar, akan segera diangkat menjadi seorang di antara selir yang berjumlah tujuhpuluh dua itu, menggantikan seorang di antara para selir yang akan dipersilakan mundur, dan kalau sudah menjadi seorang selir, maka semakin dekat lagi tujuan yang menjadi citacita terakhir, yaitu menjadi permaisuri ke tiga, ke dua atau pertama! Apalagi kalau ia dapat melahirkan seorang putera! Cita-cita adalah kata yang halus dan indah yang artinya tidak lain hanyalah keinginan! Dan keinginan manusia tidak pernah ada batasnya, makin diberi semakin mekar berkembang, karena keinginan adalah ulah nafsu daya rendah
Keinginan adalah pengejaran akan sesuatu yang belum dimilikinya
Pengejaran seperti ini biasanya hanya mempunyai dua akibat
Kalau te rcapai, sebentar saja apa yang dikejarnya mati-matian itu akan membosankan dan sama sekali tidak mendatangkan kebahagiaan seperti yang dibayangkan semula dan kalau tidak te rcapai, timbullah kekecewaan dan kedukaan
Sesuatu yang belum dimilikinya yang dikejarkejar, selalu dibayangkan sebagai sesuatu yang amat indah, sesuatu yang akan mendatangkan kebahagiaan
Akan tetapi setelah sesuatu itu dapat dimiliki, maka memudarlah bayangan-bayangan yang muluk akan keindahan dan kebahagiaan itu, karena nafsu daya rendah sudah mendorong lagi kepada kita untuk mengejar sesuatu yang lain, yang belum kita miliki
-ooo0dw0ooo-