Jilid 17
Lai-suheng ( Kakak seperguruan Lai ).....
wanita itu berkata lembut, berdiri di bawah serambi
Kalau saja cuaca tidak remang-remang, te ntu akan nampak betapa wajah Lai Kun seketika menjadi pucat sekali
Tentu saja dia segera mengenal wanita itu yang bukan lain adalah Coa Liu Hwa
Isteri mendiang suhengnya, Kam Seng Hin, ketua Hek-houw-pang dan yang membuat dia gelisah adalah karena mengingat bahwa wanita itu adalah ibu kandung Cin Cin
Segera ia mengambil keputusan nekat
Sekali melompat, dia telah berada di pekarangan, di depan wanita itu
Siapa kau! Aku tidak mempunyai sumoi sepertimu!
katanya galak
Suheng, benarkah engkau tidak mengenal aku?
Tanya wanita itu mendekat
Ah, engkau te ntu penjahat yang mengaku-aku saudara
enyahlah dari sini!
teriak Lai Kun dan dia sudah menerjang dengan pukulan ke arah le her Coa Liu Hwa! Pukulannya keras karena ketua He k-houw-pang ini ingin sekali pukul merobohkan orang yang dianggapnya berbahaya itu
I hh.......!
Coa Liu Hwa menggeser kakinya dengan tenang, tangan kirinya menangkis
Dukk!
tangan Lai Kun terpental, membuat ketua Hek-houw-pang ini te rkejut bukan main
Akan te tapi ia mengirim pukulan lagi bertubi-tubi
Agaknya dia berusaha keras untuk merobohkan lawan dengan serangkaian pukulan
Dia ingat benar bahwa sumoinya atau pute ri gurunya ini dahulu kalah jauh dalam hal ilmu silat, apalagi te naga darinya
Maka dia merasa yakin bahwa serangkaian pukulan yang dilakukan ini pasti akan merobohkan Coa Liu Hwa, karena dia menggunakan jurus dari ilmu silat Hek-houw-pang yang paling diandalkan dan ampuh
Akan te tapi, wanita itu dengan sigapnya menangkis dan mengelak, gerakannya ringan dan mantap, kemudian pada menjelang akhir rangkaian serangan itu, tiba-tiba saja tangan kiri wanita itu meluncur dan jari tangannya menotok pada pundaknya
Lai Kun hanya merasa tubuhnya kesemutan dan tidak mampu bergerak lagi
Dia telah ditotok secara luar biasa ole h sumoinya yang dahulu kalah jauh olehnya itu! Coa Liu Hwa tersenyum dan dengan sikap ramah ia lalu menepuk-nepuk pundak Lai kun
Lai-suheng, pandanglah baik-baik siapa aku
Mustahil engkau sudah lupa padaku?
Begitu pundaknya dite puk-tepuk Lai Kun dapat bergerak lagi! Dia terbelalak dan maklum bahwa sumoinya tidak berniat buruk te rhadap dirinya, bahkan tidak ingin membikin malu
Pada saat itu, isterinya sudah menghampiri dan menegur suaminya
Kenapa engkau marah-marah dan menyambut tamu dengan serangan
Biarkan ia bicara dan memperkenalkan diri, menceritakan apa keperluannya mengunjungi kita.
Liu Hwa memandang kepada wanita itu, lalu kepada dua orang ana k laki-laki yang masih duduk di kursi
Aih, bukankah engkau ini Ci Nio, puteri kusir Ci Hoat
Ci Nio, tidak ingat lagikah engkau padaku?
Isteri Lai Kun yang bernama Ci Nio itu mengamati, kemudian dengan kaget dan gembira dia berseru
Bukankah engkau bibi Coa Liu Hwa?
Kepada suaminya ia berte riak
Ini bibi Coa Liu Hwa, ibu Cin Cin!
Tentu saja Lai Kun sudah tahu
Karena dia mengenal Liu Hwa, maka dia tadi menyerangnya
Dia teringat akan perbuatannya te rhadap pute ri wanita ini
Dia telah menjual Cin Cin kepada rumah pelesir, dan karena takut dan mengira kedatangan bekas sumoinya ini tentu akan menuntut, maka dia tadi mendahului dengan serangkaian serangan
Kini, melihat betapa sumoinya telah menjadi orang yang lihai, diapun pura-pura baru mengenalnya
Aih, kiranya Coa-sumoi..........!
te riaknya, matanya memancarkan kehe ranan
Silakan, sumoi, silakan duduk........
Lai-pangcu tampak gugup
Liu Hwa tersenyum
Nanti dulu, aku tidak sendirian!
katanya dan ia menoleh, lalu mengangkat lengan kiri ke atas memberi is yarat
Tak lama kemudian, dari luar pagar muncullah seorang laki-laki yang gagah perkasa
Laki-laki itu berusia enampuluh tahun, namun masih nampak gagah, bertubuh tinggi besar dan tegap, mukanya dihias cambang bauk yang rapi
Lai-suheng, ini adalah..........suamiku, namanya Lie Koan Tek!
Liu Hwa memperkenalkan, lalu kepada suaminya ia berkata,
Ini adalah suheng Lai Kun yang s ekarang menjadi pang-cu baru dari He k-houw-pang
Dan mereka adalah.....anak dan isterimu bukan, s uheng?
Lai Kun mengangguk-angguk dan cepat dia dan isterinya membalas penghormatan suami Liu Hwa
Saudara........Lie Koan Tek.........aku seperti...........pernah mendengar nama itu....
kata Lai Kun yang masih gugup dan tegang hatinya
Liu Hwa te rsenyum mengangguk,
Suamiku adalah Lie Koan Tek yang kau maksudkan itu, suheng, tokoh Siau-lim-pai yang terkenal
Ah, maaf, maaf.! Kami bersikap kurang hormat...
kata Lai Kun, gentar bukan main
Kini tahulah dia mengapa tadi dia kalah oleh sumoinya yang dahulu dia yakin tidak akan mampu menandinginya
Kiranya sumoinya telah menjadi isteri pendekar yang terkenal itu.!
Harap jangan sungkan, Lai pangcu,
kata Lie Koan Tek
Mari, silakan duduk
Aku harus memberi tahu kepada semua anggota Hek-houw-pang
Kedatanganmu harus disambut meriah, sumoi.
Jangan, suheng! Aku datang bukan untuk itu, melainkan ada keperluan pribadi,
kata Liu Hwa dan ia bersama suaminya lalu mengambil tempat duduk
Aku memang sengaja datang di malam hari begini agar tidak perlu kalian ramai-ramai menyambut dan setelah mendapat kete rangan yang kuperlukan darimu, aku akan segera pergi dari sini.
Keperluan pribadi apakah, sumoi
Katakanlah, te ntu kani akan membantumu sekuat tenaga.
Dalam hatinya tentu saja Lai Kun sudah dapat menduga apa yang akan ditanyakan wanita itu, akan tetapi dia pura-pura bertanya dan diam-diam dia bersiap mengatur jawaban
Aku hanya ingin bertanya padamu te ntang anakku Cin Cin
Bukankah Lai-s uheng yang dulu mengantarnya untuk berguru kepada toa-ko (Kakak) Si Han Beng, Naga Sakti Sungai Kuning di dusun Hong-Cun?
Kalau saja Lai Kun belum siap dan belum memperhitungkan bahwa tamunya te ntu akan bertanya demikian, mungkin dia akan terkejut dan bingung karena akan merasa ditodong dengan pertanyaan itu
Akan tetapi dia bersikap te nang
Tidak ada orang tahu te ntang peristiwa antara dia dan Cin Cin itu, dan ketika dia pulang dahulu, dia sudah menceritakan kepada semua orang tentang Cin Cin
Kini dengan sikap tenang dia menghela napas panjang.
Sudah sejak dahulu aku mengkhawatirkan bahwa pada suatu hari, engkau akan bertanya seperti ini kepadaku, sumoi, dan aku te rpaksa harus menjawab dan memberitahukan berita yang tidak menyenangkan kepadamu.
Lai-suheng, apa yang te rjadi
Ceritakanlah!
desak Liu Hwa, wajahnya berubah dan hatinya merasa tidak enak
Seperti sudah berulang kali kuceritakan pada semua anggota He k-houw-pang, aku mentaati pesan mendiang suhu Coa Song untuk mengantar Cin Cin ke Hong-cun
Perjalanan kami tadinya lancar walaupun di sepanjang perjalanan Cin Cin rewel tidak mau diajak ke Hong-cun, akan te tapi mendesak aku agar mencarimu, sumoi
Aku tidak tahu harus mencarimu ke mana, maka aku membujuknya mengatakan bahwa kami akan mencarimu
Tentu saja aku terus menuju ke Hongcun
Akan tetapi, di dalam perjalanan itu, kami dihadang gerombolan perampok
Aku melakukan perlawanan mati-matian dan akhirnya berhasil merobohkan beberapa orang perampok dan lainnya melarikan diri
Akan tetapi Cin Cin yang tadinya menonton di bawah pohon, tahu-tahu telah lenyap
Tentu ia melarikan diri karena memang tidak mau kuajak ke Hong-cun dan sempatan itu agaknya ia pergunakan untuk melarikan diri
Aku mencarinya sampai berbulan-bulan, namun sayang, aku tidak dapat menemukan jejaknya
Terpaksa, dengan hati sedih aku kembali ke sini dan menceritakan hal itu kepada para anggota Hek-houw-pang.
Sejak tadi Liu Hwa tidak pernah mengganggu cerita Lai Kun, hanya mendengarkan saja dengan hati yang sedih
Selama ini, sejak menjadi isteri Lie Koan Tek dan hidup berbahagia dengan suaminya yang amat menyayanginya, ia menghibur hatinya dengan anggapan bahwa tentu pute rinya, Kam Cin, telah menjadi murid Huang-ho Sin-liong Si Han Beng dan menjadi seorang gadis yang pandai
Siapa kira, mendengar cerita Lai Kun, semua angan-angannya itu membuyar, diganti kedukaan dan kekhawatiran
Cin Cin anakku......
Liu Hwa mengeluh, akan tetapi ia mengeraskan hatimya dan tidak menangis, apa lagi ketika merasa betapa tangannya di pegang suaminya
Sumoi, maafkan aku telah gagal mengantar Cin Cin ke Hong-cun.......
kata Lai Kun, nada suaranya menyesal
Bukan salahmu, suheng
Akan tetapi, katakan siapa perampok itu, atau siapa pemimpinnya.
Aku tidak tahu, mereka tidak memperkenalkan nama, sumoi.
Hemm, kalau begitu, di mana te rjadinya?
Menghadapi pertanyaan tiba-tiba ini, Lai Kun agak te rkejut dan dengan suara ragu dia menjawab
.
Di.....kota........eh, Lok-yang,..
ya di Lok-yang.
Hampir saja dalam kegugupannya dia menyebut kota Ji-goan, di mana Cin Cin dia jual ke rumah pelesir! Untung dia te ringat dan masih sempat menyebut Lok-yang, kota besar di seberang sungai Kuning sebelah selatan
Liu Hwa bangkit berdiri dan berkata kepada suaminya
Mari kita pergi,
dan kepada Lai Kun ia berkata,
Lai-suheng, kami akan pergi
Terima kasih atas keteranganmu
Mudah-mudahan engkau akan baik-baik menjaga Hek-houw-pang, jangan sampai ada anak buah yang melakukan penyelewengan
Aku sudah mendengar semua te ntang He k-houw-pang yang menerima anugerah dari kaisar, dan aku berterima kasih kepadamu atas pimpinanmu yang baik.
Sumoi, engkau hendak pergi ke manakah
Apakah engkau dan suamimu tidak tinggal saja di sini dan membantu Hek-houw-pang?
kata Lai Kun
Terima kasih, suheng
Aku tidak mungkin tinggal di sini, aku harus ikut suamiku
Nah, selamat tinggal.
Liu Hwa dan suaminya memberi hormat yang dibalas oleh Lai Kun dan isterinya, kemudian mereka berdua melangkah keluar dan menghilang di kegelapan malam
Sampai lama Lai Kun berdiri te rte gun, memandang ke dalam kegelapan, ke arah mereka pergi dan pikirannya melamun jauh
Timbul penyesalan besar dalam hatinya kalau ia te ringat akan perbuatannya menjual Cin Cin kepada rumah pelesir dahulu
Kenapa tadi dia menyebut Lokyang
Lok-yang dekat dengan Ji-goan, dan bagaimana kalau Liu Hwa melakukan penyelidikan ke sana dan bertemu Cin Cin
Lai Kun menyesal bukan main
Pada dasarnya dia bukan orang jahat
Kalau dulu dia menjual Cin Cin adalah karena Cin Cin rewel dan membuat perjalanan itu melelahkan
Juga dia te ringat pada Sui Su
pelacur yang mampu menghiburnya ketika hatinya sedang risau
Dia bukan berniat jahat terhadap Cin Cin, melainkan dia ingin terbebas dari keadaan yang menjengkelkan hatinya
Nafsu daya rendah adalah setan yang selalu mempengaruhi hati akal pikiran kita
Nafsu daya rendah yang diikut-sertakan kepada kita ketika kita dilahirkan sebagai manusia, pada hakekatnya diberikan sebagai anugerah, agar dapat membantu kita dalam kehidupan kita sebagai manusia di dunia
Akan te tapi, daya rendah berusaha sekuatnya untuk menguasai kita, menjadi nafsu yang mencengkeram dan memutar balikkan keadaan sehingga bukan lagi kita menjadi majikan dan daya rendah menjadi hamba atau alat, sebaliknya kita yang menjadi budak, diperalat oleh nafsu
Setan ini memang licik bukan main sehingga akal pikiran kita dibikin buta
Kadang kesadaran dalam diri, hati nurani kita, memperingatkan kita akan suatu perbuatan yang tidak baik, tidak benar
Namun nafsu daya rendah yang memperole h keuntungan dari perbuatan itu, yaitu untuk melampias kan kehendak nafsu, dengan cerdiknya menjadi pokrol untuk membela perbuatan itu, untuk membenarkan perbuatan itu
Bisikanbisikan berupa alas an-alasan yang nampaknya te pat dan kuat dihembuskan nafsu ke dalam pertimbangan kita bahwa perbuatan itu benar atau tidak salah, atau kesalahan terpaksa dan sebagainya lagi
Tidak ada seorangpun manusia yang benar-benar TIDAK TAHU, bahwa perbuatannya jahat dan tidak benar, namun dia tidak memiliki kemampuan dan kekuatan untuk mencegah perbuatannya sendiri! Demikian kuatnya nafsu mencengkeram kita
Setiap pencuri pasti tahu bahwa mencuri itu tidak baik
Setiap pembunuh pasti tahu bahwa membunuh itu berdosa besar, dan masih banyak macam kejahatan di dunia ini yang dilakukan orang, dan semua orang yang melakukannya pasti tahu bahwa perbuatannya itu tidak baik, tidak benar atau berdosa, namun tetap saja dilakukannya! Kenapa demikian
Karena nafsu telah mencengkeram seluruh dirinya, hati akal pikirannya, sehingga suara hati nurani menjadi lemah, tenggelam ke dalam suara setan yang membela dan membenarkan perbuatan itu dengan seribu satu macam alasan
Setiap orang pasti merasakan hal ini
Penyesalan selalu datang kalau akibat buruk datang menimpa
Dan setan membisikkan lagi cara-cara untuk menyelamatkan diri, dengan cara apapun juga.! Banyak di antara kita yang mendengar bis ikan hati nuraninya sendiri dan menyesali perbuatannya, ingin menaklukkan nafsu-nafsunya
Namun selalu saja gagal
Mengapa demikian
Karena YANG INGIN menaklukkan nafsu itu bukan lain adalah NAFSU ITU SENDIRI! Yang ingin bertobat karena perbuatan dosa adalah si pembuat dosa itu sendiri, dengan dasar bahwa perbuatannya itu mendatangkan malapetaka bagi dirinya dan dia ingin te rbebas dari malapetaka itu
Perbuatan dosa itu dilakukan karena dorongan nafsu ingin senang, dan penyesalan, lalu keinginan bertobat itupun didorong nafs u yang ingin senang karena terhindar dari akibat yang tidak menyenangkan.! Lingkaran setan ini terjadi setiap hari dan setiap saat dalam diri kita
Maka, terjadilah pengulangan
Hari ini berbuat salah, besok menyesal dan bertobat
Besok lalu berbuat salah lagi, bertobat dan menyesal lagi
De mikian seterusnya karena lingkaran setan itu berputar te rus
Nafsu tidak mungkin dimatikan, tidak mungkin dibuang dari diri kita, karena kalau hal itu dilakukan, kita akan mati, atau kita tidak akan menjadi manusia lagi
Nafsu daya rendah mutlak perlu bagi kehidupan kita, seperti api pada motor, seperti kuda pada kereta
Segala kemajuan hidup duniawi adalah karena jasa nafsu yang bekerja sama dengan hati akal pikiran
Namun, segala macam kejahatan yang kita lakukan pun akibat dorongan nafsu daya rendah
Lalu kalau begitu bagaimana
Nafsu penting bagi kehidupan kita, akan tetapi nafsu juga menyeret kita ke dalam perbuatan dosa! Hidup ini baru sesuai dengan kodratnya kalau nafsu menjadi alat kita, bukan kita menjadi alat nafsu
Nafsu harus kembali kepada tempat, kedudukan dan fungsinya yang semula, yaitu menjadi budak atau alat kita! Tapi bagaimana
Kalau usaha kita menundukkan nafsu juga merupakan usaha nafsu, lalu siapa ang akan dapat mengembalikan nafsu pada te mpatnya semula
Hanya Yang Menciptakannya! Hanya kekuasaan Tuhan sajalah yang akan dapat mengatur itu, membebaskan kita dari cengkeraman nafsu
Dan kekuasaan Tuhan bekerja kalau kita menyerah dengan seluruh jiwa raga kita, menyerah dengan penuh keikhlasan, ketawakalan, kesabaran
Tuhan Maha Pencipta, Maha Kuasa dan Maha Bijaksana
Tuhan mengetahui apa yang yang te rbaik untu k kita
Tuhan mengetahui apa yang berada di dalam lubuk hati kita
Kalau kita menyerah dengan seluruh jiwa raga kita, maka kekuasaan Tuhan akan bekerja mutlak! Dan tidak ada hal yang tidak mungkin bagi kekuasaan Tuhan
Menyerah! Kata yang sederhana, mudah diucapkan dan mudah dimengerti
Namun, tidaklah begitu mudah untuk dilaksanakan
Kalau penyerahan itu masih merupakan penyerahan dari hati akal pikiran, maka di situ terkandung nafsu dan penyerahan seperti itu sudah pasti berpamrih pula! Menyerah agar begini agar begitu, pendeknya agar mendapatkan keuntungan atau kesenangan, agar menghindarkan kerugian atau kesusahan
Ini bukan penyerahan namanya, melainkan usaha nafsu untuk mendapatkan sesuatu, dan penyerahan hanya dijadikan alat atau cara saja
Dan kalau nafsu yang berusaha, maka pasti syaitan yang datang
Penyerahan dalam hal ini adalah penyerahan tanpa pamrih te rtentu
Penyerahan berarti mati di depan Tuhan, dan kekuasaan Tuhan yang membangkitkan kita kembali
Sebagai manusia lain, bukan pula budak syaitan nafsu, melainkan hamba Tuhan! Kalau sudah begini, maka tidak ada masalah lagi, karena apapun yang te rjadi pada diri kita, sudah dikehendaki Tuhan dan tidak perlu dipermasalahkan lagi
Tidak akan ada keluhan keluar dari batin kita, yang ada hanyalah puji syukur kepadaN ya
Penyesalan yang dirasakan Lai Kun hanya penyesalan karena kini dia merasakan akibat dari perbuatannya, yang menimbulkan perasaan takut
Penyesalan macam ini seperti orang yang memberi kompres dingin kepada luka untuk menghilangkan rasa nyeri akibat luka itu, tanpa dapat menyembuhkan luka itu sendiri
Lai Kun tidak berani mengakui kesalahannya te rhadap siapapun, te rhadap is terinya tidak, apalagi te rhadap Coa Liu Hwa ibu Cin Cin
Dia menyimpannya sebagai rahasia pribadinya, dan justru inilah yang membuat dia selalu merasa gelisah
Andaikata di depan Liu Hwa dia berani berte rus terang mengakui kesalahannya, dengan siap menanggung segala akibat daripada perbuatannya, bertanggung jawab, maka te ntu kegelisahannya tidak akan ada lagi
o-ooo0dw0ooo- Gadis yang cantik jelita itu berdiri di tepi sungai Kuning yang luas seperti anak lautan
Perutnya te rasa lapar sekali dan ketika ia berdiri di tempat sunyi itu sambil termenung, agak kesal karena tidak nampak perumahan di situ, apalagi penjual makanan, ia melihat meluncurnya beberapa ekor ikan bersisik kuning dan merah di te pi sungai
Matanya segera bersinar-sinar, wajahnya gembira dan lidahnya yang merah te rjulur ke luar menjilati bibirnya yang merah basah
Ia mengilar melihat ikan-ikan itu, karena ia mengenal bahwa ikan itu semacam ikan emas yang amat lezat dagingnya
Perutnya sedang lapar, di situ tidak ada orang, tidak ada penjual makanan, akan tetapi ada ikan yang gemuk dan gurih dagingnya berenang lewat seperti mengeje k dan menggodanya! Tidak ada pancing, tidak ada jala, tidak ada benda untuk menangkap ikan itu
Cin Cin, gadis jelita itu, menengok ke kanan kiri dan belakang
Tidak nampak orang di situ
Sunyi dan jauh dari keramaian orang, juga di atas air itu tidak nampak perahu
Hanya nampak layar perahu-perahu yang jauh di sana, perahu para nelayan mencari ikan
Hari sudah menjelang senja, tak lama lagi hari akan menjadi gelap sehingga akan semakin sukar mencari makanan
Ia tidak mau melewati malam itu dengan perut tersiksa lapar
Dan iapun perlu membersihkan diri setelah hari itu melakukan perjalanan jauh yang melelahkan dan kulit tubuhnya penuh debu yang bercampur keringat mendatangkan rasa gerah dan le kat
Setelah yakin di situ tidak ada orang lain, tanpa ragu lagi Cin Cin menanggalkan pakaiannya satu demi satu dan ditumpuknya pakaian itu di balik semak-semak
Iapun berte lanjang bulat, meloncat ke dalam air dengan luncuran seperti seekor ikan lumba-lumba! Tidak banyak air muncrat dan tidak menimbulkan banyak suara ketika tubuhnya menusuk dan masuk ke dalam air dengan kedua le ngan dan kepala lebih dahulu
Cin Cin memang memiliki keahlian renang bermain dalam air seperti seekor ikan
Mungkin seperti dialah ikan duyung yang te rkenal dalam dongeng itu
Rambutnya tadi dile pas dari sanggul dan rambut itu te rurai panjang, lebat dan le mbut
Ia menyelam dan tak lama kemudian ia sudah berhasil menangkap dua ekor ikan sebesar le ngannya sendiri, seekor bersisik kuning dan seekor bersisik kemerahan, keduanya dengan perut berwarna putih
Ikan-ikan yang gemuk berdaging te bal.! Dibawanya dua ekor ikan itu ke darat dan dibiarkan menggele par di balik semak, lalu iapun masuk lagi ke air dan mandi
Betapa sejuk dan segarnya air itu
Lenyap semua rasa lelah dan gerah
Terasa nyaman, bersih dan segar
Iapun menggosok-gosok kulit tubuhnya sambil duduk di atas batu yang menonjol keluar dari air, dan dengan sendirinya mulutnya bersenandung lirih
Kalau tubuh te rasa nyaman dan hati akal pikiran tidak dibebani persoalan, maka akan timbul perasaan bahagia yang membuat orang condong untuk bersenandung! De mikianlah agaknya yang mendorong orang untuk bersenandung di waktu mandi
Keseimbangan rasa nyaman tubuh dan rasa te nang batin ini mendatangkan keseimbangan yang membuat hidup di saat itu terasa nikmat
Cin Cin sama sekali tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang mengamatinya dari balik batu besar
Mata seorang pria, seorang pemuda yang sebaya dengannya, seorang pemuda yang tampan dan bertubuh te gap
Mula-mula ketika mendengar suara senandung, pemuda itu tertarik dan berindap menghampiri
Setelah dia melihat apa yang bersenandung itu, seorang gadis bertelanjang bulat duduk di atas batu dan membersihkan tubuh dengan menggosok-gosoknya, dengan rambut yang panjang te rurai, sebagian menutupi dadanya menyembunyikan sepasang bukit dada dan warna rambut yang hitam membuat kulit tubuh itu nampak semakin putih mulus, wajah yang manis dan riang
Pemuda itu terbelalak, kemudian mukanya menjadi kemerahan dan diapun te rpesona
Bukan gairah nafsu yang te rbayang dalam pandang matanya, melainkan keheranan dan ketakjuban, seperti seseorang melihat mahluk lain dari luar angkasa, seperti seorang melihat bidadari mandi di tepi sungai
Memang, gadis itu seperti mahluk aneh bagi pemuda itu karena selama hidupnya, baru sekali ini ia melihat seorang gadis dewasa berurai rambut dan berte lanjang bulat seperti itu! Karena selama ini, biarpun usianya sudah duapuluh satu tahun, tidak pernah te rlintas dalam benaknya hal-yang ada hubungannya dengan birahi, maka dia tidak melihat hal-hal yang menimbulkan rangsangan nafsu birahi, dan pandang matanya penuh dengan pesona dan keheranan, terpesona karena penglihatan itu amat indah baginya, juga amat mengherankan
Saking heran dan te rpesona, pemuda itu lupa diri untuk bersembunyi dengan hati-hati
Dia kini berdiri dan nampak dari dada ke atas di baik batu itu, tidak tahu bahwa yang diintainya adalah seorang gadis yang memiliki ketajaman dan kepekaan rasa dan pandangan yang lain daripada orang lain
Pandang mata yang penuh perhatian dan perasaan memiliki getaran yang kuat sekali, apa lagi bagi seorang sepeka Cin Cin perasaannya
Ia merasakan getaran itu yang membuatnya menengok dan.........dua pasang mata berte mu pandang
Sekilas saja karena kepala pemuda yang tadi nongol di balik batu lenyap lagi dan Cin Cin juga tidak memperlihatkan suatu sikap yang menunjukkan bahwa ia telah melihat adanya seorang pengintai
Ia menekan kemarahannya, dan dengan tenang gadis itu turun ke air, sekali lagi membiarkan kegerahan dan keletihan larut bersama debu di tubuh te rbawa air, dan iapun berenang ke balik semak, mengenakan pakaiannya dan menggelung rambutnya sejadinya saja agar cepat
Namun dari balik semak ia memperhatikan dan tahu bahwa si pengintai itu masih berada di balik batu bes ar
Awas, engkau, laki-laki kurang ajar, gumamnya dalam hati
Setelah semua pakaian bersih yang diambilnya dari buntalan dipakainya, juga sepatunya, tiba-tiba saja tubuhnya meloncat dan seperti seekor burung garuda tubuhnya melayang ke balik batu besar
Dapat dibayangkan betapa kaget rasa hati pemuda yang tadi mengintai
Sama sekali tidak disangkanya bahwa gadis yang tadi disangka bidadari atau ikan duyung atau mahluk dari dunia lain, dapat meloncat seperti terbang dan tahu-tahu telah berdiri di depannya dalam pakaian lengkap walaupun agak acak-acakan karena te rburu-buru dan rambutnya yang digelung sederhana itu masih meneteskan air
Wajah yang masih agak basah itu segar kemerahan, akan tetapi sepasang mata yang jeli itu mencorong penuh kemarahan
Laki-laki kurang ajar! Berani engkau mengintai orang mandi, ya
Apakah nyawamu rangkap
Ah engkau sudah bosan hidup?
Aduh manisnya, aduh galaknya! Demikian keluh pemuda itu, tidak kelihatan takut melainkan malumalu dan mukanya juga menjadi kemerahan
Dia mengangkat ke dua tangan ke depan dada memberi hormat, matanya yang tajam bersinar itu menatap wajah Cin Cin dengan lembut dan penuh penyesalan
Harap nona suka memaafkan saya
Saya kebetulan lewat dan mendengar suara senandung tadi membuat saya tertarik dan ingin melihat siapa yang bersenandung, tidak menyangka sama sekali bahwa ada seorang gadis sedang mandi di sana
Sekali lagi, maafkan kelancangan saya, nona.
Sikap pemuda itu lembut dan sopan, dan di dalam suaranya te rkandung penyesalan yang tidak dibuat-buat
Akan tetapi ia masih merasa penas aran
Laki-laki ini sudah melihat ia bertelanjang bulat
Tidak mungkin hal seperti itu dibiarkan saja hanya dengan maaf! Alangkah enaknya!
Hem, kebetulan lewat dan kebetulan melihat
Mengapa engkau tadi memandang dengan melotot?
tanyanya dengan suara bengis
Pemuda itu menjadi semakin gugup dan wajahnya semakin merah
Aku.........saya.......eh.
Aku tadi.......te rkejut dan heran, terpesona karena mengira ada.........
Ada apa
Aku bukan setan, bukan iblis, bukan siluman
Hayo katakan, kaukira ada a pa?
kembali Cin Cin membentak
.......tadinya kukira nona.......ehh, seorang bidadari dari kahyangan.............
Cin Cin terbelalak, mengira pemuda itu berolokolok, akan tetapi melihat pandang mata yang jujur itu nampaknya sungguh sungguh dan entah mengapa
tiba-tiba saja hatinya merasa senang sekali
Entah senang karena wajah yang tampan dan simpatik itu, entah karena sinar mata yang tajam bersinar itu, ataukah karena pujian itu
Pujian tidak langsung
Ia disangka bidadari kahyangan! Hati siapa tidak akan te rasa ayem te nte ram, gembira bangga, menggembung seperti katak te rkejut, kalau disangka bidadari
Bidadari adalah mahluk wanita yang cantik jelita, sakti dan bijaksana Akan te tapi kegembiraan itu hanya menyelinap di hati Cin Cin dan hanya mencuat keluar melalui sinar matanya saja
Mulutnya masih dicemberutkan
Hemm, enak saja engkau mengintai orang mandi, lalu minta maaf begitu saja
Engkau yang enak, aku yang muak
Lain kali engkau akan memukul orang, menghina orang, atau membunuh orang lalu minta maaf dan sudah, ya
Enaknya!
Aduh
galak benar, pikir pemuda itu
Dia menahan senyumnya karena maklum bahwa senyum geli hatinya akan dapat disalah-tafsirkan pula, disangka senyum mente rtawakan
Bis a lebih runyam lagi
Kembali dia mengangkat kedua tangan memberi hormat
Maaf.......
Sudahlah, jangan berulang kali memberi hormat merangkap kedua tangan di depan dada lalu membungkuk-bungkuk
Memangnya sekarang ini hari sincia (tahun baru) untuk saling memberi selamat.! Memangnya aku ini sedang merayakan sesuatu, maka engkau te rus-terusan memberi salam
Katakan saja apa maumu, jangan banyak maaf segala
Sebelum kau minta, maafku kepadamu sudah habis!
Pemuda itu terbelalak, namun hatinya tertarik sekali
Selama hidupnya dia tidak banyak bergaul dengan gadis -gadis cantik, dan biarpun ada gadis cantik yang juga galak, akan tetapi agaknya tidak segalak dan sebengal yang satu ini
Baiklah, aku tidak lagi minta maaf
A kan tetapi, aku sudah merasa bersalah dan apa yang harus kulakukan sekarang?
tanyanya, sikap dan nada suaranya merendah
Engkau harus dihukum!
Suaranya begitu mantap seperti seorang hakim mengetukkan palu pada keputusan sidang pengadilan menjatuhkan hukuman pada pesakitan
Baik, aku sudah bersalah dan aku siap menerima hukumannya,
kata pemuda itu dan sikapnya yang te nang mulai menarik hati dan mengejutkan Cin Cin
Orang bilang, hutang uang membayar uang, utang budi membayar budi
I tu baru adil namanya
Engkau tadi melihat aku mandi, sekarang hukumannya harus kaute bus dengan keadaan yang sama
Engkau mandi dan aku yang melihatnya!
Setelah berkata demikian, dengan gerakan yang cepat sekali Cin Cin sudah menangkap pergelangan tangan pemuda itu dan mendorongnya ke sungai
Pemuda itu terkejut, agaknya tidak melawan dan tubuhnya terlempar ke air
Byuuur........!
Air muncrat tinggi ketika pemuda itu terbanting ke air dengan pinggul te rlebih dahulu
Cin Cin te rtawa terkekeh-kekeh melihat pemuda itu gelagapan, tenggelam lalu muncul dan menyemburkan air dari mulutnya
Ia kini nampak seperti seorang anak kecil menerima mainan baru, demikian gembira dan wajahnya berseri-seri segar
Nah, rasakan kamu! Mandilah sepuasnya sampai bersih!
katanya dan sekali berkelebat Cin Cin sudah lenyap dari te pi sungai itu
Tinggal pemuda itu yang berenang ke te pi bersungut-s ungut
Sialan!
katanya kepada diri sendiri sambil memandang ke bekas tempat gadis itu tadi berdiri, lalu diapun berenang ke batu yang tadi diduduki Cin Cin, naik dan duduk di situ
Pakaian dan rambutnya basah kuyup
Sial hari ini berte mu dengan........bidadari cantik manis akan tetapi galaknya seperti setan!
Dia melepaskan tekukan rambutnya dan memeras air dari rambutnya, akan te tapi air itu malah menyiram ke bajunya
Huh, kepalang basah!
katanya lagi dan diapun memandang ke kanan kiri
Sunyi, ia menanggalkan pakaiannya yang basah, juga sepatunya, memeras baju dan celana, menuangkan air keluar sepatunya dan merentangkan baju, celana dan sepatunya di atas batu
De ngan bertelanjang bulat diapun kini mandi sekalian sambil menanti pakaian dan sepatunya te rtiup angin dan agak kering
Dan dia menemukan kenyataan betapa segarnya mandi di situ
Gadis itu benar.! Memang menyenangkan sekali air di s itu
Dasarnya berbatu dan berpasir, dan airnya cukup je rnih
Tempatnya sunyi sepi
Setelah merasa agak dingin, dia berenang kembali ke batu tadi, baik ke atas batu dan meraih pakaian hendak dipakainya sambil berdiri di atas batu, bertelanjang bulat
Tiba-tiba matanya melihat sebuah buntalan di dekat semak-semak, dan setumpuk pakaian
Gadis itu! Benar saja, te rdengar suara cekikikan tawanya dan tiba-tiba gadis itu muncul di balik semak-semak
Memang tadi Cin Cin sudah pergi, akan tetapi ia te ringat bahwa buntalan dan pakaiannya yang kotor masih berada di balik se mak-semak, maka ia kembali ke situ untuk mengambilnya
Kebetulan ketika ia datang melihat pemuda yang tadi dilemparkannya ke sungai kini berdiri bertelanjang bulat di atas batu yang tadi, sehingga ia melihat semuanya
Ia terbelalak, terkejut, terheran, akan tetapi juga geli maka tertawalah ia
Heiii, engkau......?
Pemuda itu melepaskan bajunya dan menggunakan kedua tangan menutupi bawah pusarnya, mukanya menjadi panas karena malu
Jangan melihat aku!
Gadis itu masih tertawa cekikikan, lalu mengambil buntalan dan pakaiannya, memandang lagi kepada pemuda itu sambil tersenyum nakal
Siapa yang melihatmu
Aku datang kembali untuk mengambil pakaianku yang te rtinggal, bukan untuk mengintaimu
Akan te tapi kebetulan begini, ini namanya adil, hutangmu lunas sudah! Hi-hihik, engkau ....jelek amat, seperti............monyet..
hi-hik!
Dan Cin Cin meloncat pergi bersama pakaiannya
Pemuda itu menghela napas panjang
Ketika tadi dia tergesa-gesa menggunakan kedua tangan menutupi bawah pusar, dia melepaskan baju yang dipegangnya dan baju itu te rjatuh ke air dan hanyut
Entah di mana sekarang
Terpaksa dia hanya mengenakan celana dan sepatunya saja, lalu pergi dari situ tanpa memakai baju, mengomel panjang pendek
Huh, ia bilang adil
Padahal aku mengatakan ia seperti bidadari dan ia sebaliknya menyebut aku seperti monyet! Sialan!
-ooo0dw0ooo- Cin Cin berhenti di bawah sebatang pohon, membereskan pakaian yang tadi dipakai secara te rgesa-gesa, menyanggul lagi rambutnya dan dihias tusuk sanggul perak, mengambil kalung mutiara yang indah dari buntalan pakaiannya, memakai kalung itu, kemudian mengeluarkan pula Koai-Liong-kiam (Pedang Naga Siluman) dari buntalan dan menggantungkan pedang itu di punggungnya, mengambil buntalan pakaian dan menggendongnya pula, kemudian dengan cepat ia melanjutkan perjalanannya ke sebuah dusun di te pi sungai yang tadi di lihatnya dari jauh sinar lampu-lampu dusun itu
Melihat sebuah rumah kecil sederhana di te pi dusun dan seorang wanita setengah tua di depan rumah, di atas bangku bambu, Cin Cin segera menghampiri dan dengan sikap ramah dan sopan ia bertanya
Bibi, aku seorang pejalan yang kemalaman di sini
Apakah engkau dapat menunjukkan te mpat di mana aku boleh menumpang untuk malam ini
Aku bersedia membayar uang sewanya semalam.
Wanita itu berusia limapuluh tahun lebih akan tetapi nampaknya sudah le bih tua, agak bongkok dan je las ia miskin
Nona mau membayar sewa
Aih, nona, aku akan senang sekali engkau menumpang di sini dan memberi sekedar uang kepadaku.........aku amat membutuhkan itu......
Cin Cin mengerutkan alisnya
Rumah itu hanya gubuk kecil dan sederhana, te ntu bukan merupakan te mpat yang enak untuk bermalam
Akan te tapi, kalau wanita itu membutuhkan uang
Bibi, dengan siapa engkau tinggal di sini?
Wajah itu nampak sedih sekali
Di bawah sinar lampu gantung kecil, wajah itu nampak penuh kerut merut
Aku seorang janda, nona
Anakku hanya seorang, laki-laki, akan tetapi put-hauw (durhaka), sudah lima tahun pergi ke kota mencari pekerjaan, sampai sekarang tidak pernah pulang, tidak pernah memberi kabar
Aih, dasar nasibku yang amat buruk......
Wajah Cin Cin berseri
Engkau hanya tinggal seorang diri di sini
Kalau begitu, aku suka bermalam di sini
Jangan khawatir, aku akan memberi uang sewa yang cukup banyak, bi bi.
Wanita itu menjadi gembira
Aih, terima kasih, nona
Silakan masuk
Biarpun je lek, rumah ini kujaga bersih dan tempat tidur anakku juga selalu kubersihkan walau tidak pernah dipakai
Siapa tahu sekali waktu, pada saat yang baik, dia pulang!
Cin Cin dan wanita itu memasuki rumah gubuk dan benar seperti yang dikatakan nenek itu
Biarpun kecil, dan jelek, akan tetapi dalam rumah itu rapi dan bersih
Sebuah rumah dengan perabot murahan namun te rawat dan bersih, jauh lebih menyenangkan daripada perabot rumah mewah dalam gedung besar yang tidak te rawat dan kotor
Begitu memasuki rumah, Cin Cin merasa senang, Gubuk itu memiliki dua buah kamar yang kecil dan ia memperoleh kamar putera wanita itu, kamar kecil namun te rawat dan bersih pula
Alas tempat tidur sudah ada tambalannya, akan te tapi bersih sekali
Legalah hatinya dan dalam hati ia berjanji besok pagi akan memberi uang yang le bih banyak daripada uang sewa kamar hotel besar kepada wanita itu
Nah, di sinilah kamarmu, nona
Kalau mau tinggal di sini berapa lamapun aku akan merasa senang sekali, selain mendapatkan uang sekedarnya juga mendapatkan te man dalam hidupku yang kesepian ini
Silakan beristirahat, nona, aku akan membuatkan minuman te h dan..........eh, makanan malam sekedarnya.......
Melihat keraguan itu, Cin Cin segera mengeluarkan sepotong perak dan memberikannya kepada wanita itu
Bibi, ini untuk berbelanja membeli hidangan makan malam, eh, kalau ada.......
aku ingin sekali makan daging ikan emas kuning dan merah.
Katanya, teringat akan dua ekor ikan yang ditangkapnya dan yang tertinggal di te pi sungai karena perjumpaannya dengan pemuda pengintai itu
Dan ketika wanita itu pergi sambil membungkuk-bungkuk senang menerima uangnya
Cin Cin tak dapat menahan kekeh gelinya membayangkan kembali pemuda yang berdiri di atas batu, bertelanjang bulat
Akan tetapi tak lama kemudian, kekehnya te rpecahkan oleh pikirannya
Aneh, bayangan pemuda itu selalu te rbayang dan ia tidak mampu menggusirnya, te rutama sekali pandang matanya yang begitu tajam
Setelah makan hidangan nasi dan masak ikan yang disuguhkan nyonya rumah, Cin Cin secara iseng bertanya,
Bibi, apakah engkau mengenal seorang pangeran yang tinggal di sekitar le mbah Huang-ho?
Wanita itu membelalakkan mata dan te rsenyum geli sehingga nampak mulutnya yang ompong,
Walah, engkau aneh sekali, nona! Aku ini hanya seorang perempuan dusun yang bodoh dan miskin, bagaimana mungkin mengenal seorang pangeran
Wah, melihatpun belum pernah
Apakah nona mengenal seorang pangeran
Pangeran sungguhan
Hebat sekali! Siapa namanya, nona?
Cin Cin memang tidak mengharapkan mendapat keterangan dari wanita itu
Ia tadipun bertanya secara iseng saja
Siapa tahu wanita itu demikian gembira mendengar pertanyaan te ntang pangeran
Sambil lalu iapun menjawab tanpa mengharapkan apa-apa
Namanya Pangeran Cian Bu Ong.
Ia seperti menjawab kepada diri sendiri agar tidak melupakan nama yang dipesan oleh gurunya itu
Ia melanjutkan keterangan yang ia dengar dari gurunya
seperti menghafal
Orangnya gagah, tinggi besar, mukanya kemerahan, usianya enampuluh lebih........
Ehhh
Nanti dulu nona
Di sini tidak pernah ada pangeran, akan tetapi cung-cu ( kepala dusun ) kami
Cian-wangwe (hartawan Cian) mirip yang kauceritakan itu
Tinggi besar, gagah, muka kemerahan dan usianya enampuluh tahun lebih.
Tentu saja Cin Cin menjadi tertarik dan ia mengamati wajah wanita itu penuh selidik
Hartawan Cian
Dari mana dia datang
Apakah selama ini dia memang penduduk dusun ini?
Tidak, nona
Dia pendatang baru, kaya raya dan dermawan
Kami semua suka kepadanya dan menghor matinya, bahkan akupun sudah sering menerima bantuan darinya
Karena itu kami semua memilih dia menjadi kepala dusun
Dia she Cian dan namanya......hemm, kalau tidak salah Bu
Ya, Cian Bu.
, akan tetapi lebih terkenal dengan sebutan Cian-wangwe (hartawan Cian) atau Cian cungcu ( Lurah-Cian).
Cian Bu.........?
Berdebar rasa jantung Cin Cin
Besar sekali kemungkinannya
Mengapa begitu kebetulan
Yang dicarinya pangeran Cian Bu Ong dan di sini ia mendengar tentang lurah Cian Bu yang keadaannya mirip pangeran yang dicari
Bagaimana keadaan keluarganya?
Ia mencari tahu lebih lanjut karena timbul harapannya sekarang untuk menemukan musuh besar gurunya
Keluarganya amat baik, nona
Isterinya jauh le bih muda, sekitar empatpuluh lima tahun lebih sedikit, cantik jelita dan manis budi, pakaiannya selalu serba hitam
Mereka mempunyai dua orang anak yang te lah dewasa, seorang pemuda dan adiknya, seorang gadis
Tampan dan cantik, juga baik budi.
Engkau yakin benar lurah Cian Bu itu bukan bekas pangeran?
tanya Cin Cin seperti kepada diri sendiri
Tentang isteri dan anak-anak orang itu ia tidak tertarik
Bagaimana aku tahu, nona
Keluarga Cian itu pindah ke dusun ini sebagai keluarga hartawan, membangun rumah besar dan bersikap baik kepada kami semua, suka menolong orang, baik dengan barang ataupun dengan pengobatan
Mereka pandai mengobati orang sakit.
Keterangan ini semakin menarik hati Cin Cin
Besar kemungkinan keluarga itu ahli silat yang pandai mengobati, hal itu tidak aneh
Dan kalau orang she Cian itu memang ahli silat, maka dugaannya semakin kuat bahwa dia adalah bekas pengeran yang dicarinya
Apakah mereka pandai ilmu silat?
ia bertanya lagi
Ilmu silat
Mana aku tahu, nona
Puteranya yang kami sebut Cian Kongcu (tuan muda Cian) dan Cian Siocia (Nona muda Cian) kelihatan sehat dan gagah, entah mereka bisa silat atau tidak, aku idak tahu.
Keterangan itu cukup bagi Cin Cin
Di mana rumah mereka, bibi?
Mudah sekali dicari
Di ujung dusun sebelah barat ini, dan rumah mereka adalah satu-satunya gedung bes ar yang berada di dusun ini.
Cin Cin tidak bertanya lagi
Ia membantu wanita itu mencuci mangkok piring biarpun nyonya rumah mencegahnya, lalu ia membersihkan mulut dan memasuki kamar, merebahkan diri seperti orang hendak tidur
Nyonya rumah itu yang menyangka ia te ntu lelah, membiarkannya tidur dan ia sendiripun memasuki kamarnya
Tentu saja Cin Cin tidak tidur
Keterangan wanita itu tentang lurah Cian Bu amat menarik hatinya dan ia mengambil keputusan untuk menyelidik
Kalau lurah itu bukan Pangeran Cian Bu Ong pun tidak mengapa, akan te tapi kalau benar orang yang dicarinya, alangkah beruntungnya
Tak disangkanya akan demikian mudahnya mencari orang yang oleh gurunya hanya dikatakan tinggal di sekitar lembah Huang-ho
Padahal lembah itu panjang dan luasnya tak te rukur lagi
Apalagi hanya setahun, biar lima tahunpun belun tentu ia akan mampu menemukan orangnya! Wanita pemilik gubuk itu belum tidur ketika Cin Cin keluar dari kamarnya
Ketika ia bertanya, Cin Cin menjawab bahwa ia ingin berjalan-jalan sebentar
Wanita itupun tidak bertanya lagi dan Cin Cin keluar dari rumah kecil itu dan berjalanjalan di jalan dusun yang lumayan baiknya
Agaknya dusun itu memang sebuah dusun yang maju, mungkin berkat bimbingan kepala dusunnya itu
Jalan-jalan di situ rata dan bersih, rumahrumahnya walaupun rumah dusun, seperti rumah wanita yang ditumpanginya tadi, nampak bersih pula, dengan ruangan yang te ratur
Memang sesungguhnyalah, semua mahluk itu membutuhkan bimbingan seorang pemimpin
Masyarakat tanpa pemimpin akan menjadi kacau balau, seperti juga segala kelompok binatang hutan pasti mempunyai pemimpinnya
Bukankan Maha Pencipta, Tuhan Yang Maha Kasih, juga sekaligus menjadi Pemimpin Agung seluruh ciptaannyaa
Dusun itu cukup besar, dengan lampu pene rangan sederhana di depan setiap rumah sehingga jalan itu tidak gelap benar
Di langit banyak bintang
Malam itu amat indah dengan hawa udara yang sejuk
Tanah di lembah Huang ho memang terkenal subur dan pohon-pohonan, tanam-tanaman di dusun itu nampak subur pula
Ada beberapa kedai minuman dan kedai penjual segala macam keperluan sehari-hari yang masih buka
Akan te tapi lalu lintas sudah sepi
Memang di dusun kurang sekali adanya hiburan malam, tontonan dan keramaian malam seperti di kota, maka penduduk dusun jarang yang bergadang di luar rumah
Seperti yang dite rangkan pemilik gubuk tadi, mudah saja mencari rumah lurah Cian tanpa bertanya-tanya
Setelah menyusuri jalan ke barat dan tiba di ujung dusun, nampaklah sebuah gedung
Kalau di kota, gedung itu termasuk sedang saja, akan tetapi di dusun itu nampak megah dan mewah
Tidak baik mengganggu kedamaian dusun ini, pikir Cin Cin
Bagaimana kalau lurah itu bukan pangeran yang dicarinya
Melihat betapa pene rangan di depan gedung itu masih te rang, dan ada seorang gadis nampak duduk seorang diri di situ, Cin Cin mengambil keputusan untuk berkunjung secara baik-baik saja
Kalau kemudian ia bertemu muka dengan lurah Cian dan mendapat keterangan bahwa benar dia orang yang dicarinya, baru dia akan turun tangan membunuhnya seperti pesan gurunya
Kalau te rnyata bukan pangeran yang dicarinya, kunjungannya te ntu tidak akan mendatangkan keributan dan gangguan
Ketika Cin Cin memasuki pekarangan yang juga menjadi taman bunga yang indah dan sunyi itu, gadis yang duduk melamun di atas kursi, di ruang depan, mengangkat muka dan segera bangkit berdiri ketika melihat ada orang memasuki pekarangan
Setelah berdiri, nampak oleh Cin Cin betapa gadis itu memiliki tubuh yang ramping padat, dan wajahnya manis sekali
Cara ia bangkit dari te mpat duduknya dan berdiri menunjukkan bahwa gadis itu memiliki gerakan yang gesit dan berte naga, mungkin bukan ahli silat lihai, akan tetapi setidaknya bukan seorang gadis yang lemah, pikir Cin Cin yang memandang penuh perhatian
Gadis itu adalah Cian Kui Eng
Ia sedang duduk melamun, memikirkan ulah suhengnya yang tadinya ia anggap sebagai kakak kandungnya itu
Biarpun kini ia tahu bahwa kakaknya, Thian Ki, bukan kakak kandung, bahkan bukan kakak tiri, dan le bih tepat disebut suheng (kakak seperguruan), namun karena sejak kecil ia sudah menyebut koko (kakak), maka sampai sekarangpun ia masih menyebutnya koko
Sore tadi ulah kakaknya itu amat aneh
Dia pulang hanya memakai celana dan sepatu tanpa baju! De ngan bertelanjang dada Thian Ki pulang sambil menenteng dua ekor ikan emas kuning dan merah yang gemuk.! Tentu saja ia dan ibunya, atau le bih te pat lagi ibu tirinya yang menyambut kedatangan Thian Ki itu menjadi te rheran-heran dan bertanya kenapa pemuda itu pulang berte lanjang dada dan membawa dua ekor ikan
Dan jawaban kakaknya membuat ia te tap merasa aneh sampai sekarang
Kakaknya menjawab, dengan muka menunduk dan tidak lancar bahwa kakaknya melihat dua ekor ikan itu, lalu membuka baju, te rjun dan menangkap dua ekor ikan itu
Akan te tapi ketika dia mengejar dua ekor ikan itu, bajunya terbawa angin, jatuh ke air sungai dan hanyut tanpa dia ketahui
Jawaban yang dianggapnya janggal karena selamanya belum pernah Thian Ki mengejar-ngejar ikan sampai te rjun ke sungai! Dan cara kakaknya menjawab juga tidak lancar, seperti orang berbohong, padahal kakaknya tidak pernah membohong.! Ibunya bersikap tidak curiga bahkan te rtawa geli, akan tetapi senang melihat dua ekor ikan yang gemuk itu, yang segera dibawa ibunya ke dapur
Dan tadi kakaknya menyusul ayahnya yang pergi ke dusun lain untuk mengadakan rapat mengenai para nelayan sungai dengan kepala-kepala dusun yang lain, dan sampai sekarang belum pulang
Ia menanti mereka di serambi depan sambil duduk melamun ketika muncul seorang gadis memasuki pekarangan rumahnya
Kui Eng mengerutkan alisnya ketika melihat bahwa gadis cantik yang menghampirinya itu membawa pedang di punggungnya
Jelas gadis ini bukan gadis dusun, dan melihat pedang itu, tentu ia seorang wanita kang-ouw, pikirnya
Hal ini sesungguhnya tidak te rlalu aneh baginya, mengingat bahwa ayahnya dan ibunya adalah orang-orang yang pandai ilmu silat, seperti juga ia sendiri dan kakaknya
Akan te tapi mengapa tamu ini datang malam-malam
Selamat malam, apakah engkau ini yang disebut Cian Siocia?
tamu itu bertanya
Melihat sikap tamunya yang terbuka dan ramah, lenyap perasaan tidak senang dari hati Kui Eng
Gadis ini juga memiliki watak yang lincah jenaka dan te rbuka, walaupun ia juga tabah, berani dan kadang galak
Benar, aku Cian Kui Eng
Enci siapa dan apa keperluanmu berkunjung ke rumah kami?
He mm, gadis ini tidak kampungan, pikir Cin Cin
Terbuka dan jujur, dan sama sekali tidak pemalu
Lebih pantas seorang gadis kangouw! Tebal dugaannya bahwa ia datang ke alamat tepat
I apun menjawab sejujurnya
Orang memanggil aku Cin Cin, dan aku datang ke sini untuk mencari ayahmu
Bukankah dia she Cian?
Tentu saja dia she Cian
Engkau tahu aku disebut Cian Siocia (nona muda Cian), siapa lagi she (nama keturunan) ayahku kalau bukan Cian
Mau apa sih engkau malam-malam begini datang mencari ayah?
He mm, ia mulai curiga dan mulai kasar, pikir Cin Cin, hatinya juga mulai panas
Kalau betul ayah gadis ini musuh besar gurunya, berarti gadis inipun boleh dianggap musuh!
Kedatanganku ini ada urusan penting dengan ayahmu dan tidak dapat kukatakan kepada orang lain biar engkau ini pute rinya sekalipun
Bukankah nama ayahmu Cian Bu......?
Benar, ayahku lurah di dusun ini!
jawab Kui Eng agak ketus karena sang tamu tidak mau memberitahukan keperluannya datang berkunjung
Dan dia dahulu seorang pangeran bernama Cian Bu Ong bukan?
tanya Cin Cin tiba-tiba dan dengan pandang mata menusuk penuh selidik
Kembali Kui Eng mengerutkan alisnya
Ayah ibunya sudah berulang kali melarang ia bicara te ntang ayahnya sebagai Pangeran Cian Bu Ong, karena hal itu berbahaya sekali, dapat membuat ayahnya ditangkap oleh pemerintah sebagai seorang buronan atau bekas pemberontak!
Hai, Cin Cin, apa perlunya engkau bertanyatanya tentang keadaan ayahku
Dia boleh jadi ini atau itu, apa hubungannya denganmu dan engkau mau apa
Ayahku adalah ayahku, lurah dusun ini dan engkau atau siapa saja tidak berhak untuk bertanya-tanya tentang urusan pribadinya.! Mau apa engkau sebenarnya?
kini Kui Eng bertolak pinggang, matanya melotot
Nona Cian yang manis , kalau ayahmu itu benar Pangeran Cian Bu Ong, aku datang untuk membunuhnya!
kata Cin Cin, tidak kalah bengisnya
Heii! Enak saja engkau membuka mulutmu yang lancang.! Apa kaukira setelah engkau membawa-bawa pedang, engkau dapat menakutnakuti aku seperti anak kecil saja
Baik ayahku seorang lurah, pangeran atau raja sekalipun, engkau tidak patut mengancamnya seperti itu
Mungkin engkau seorang gila
Pergi dari sini atau aku akan menampar mulutmu biar rontok semua gigimu!
Cin Cin adalah seorang wanita yang keras hati
Mendengar ucapan ini, te ntu saja perutnya terasa panas
Cian Kui Eng, sombong amat engkau
Engkau tidak tahu berhadapan dengan siapa!
Engkau yang sombong! Engkaupun tidak tahu nonamu ini orang macam apa! Habis kau mau apa?
bentak Kui Eng
Engkau juga mau apa kalau aku akan membunuh Pangeran Cian Bu Ong?
Kau mau membunuh pangeran atau raja bukan urusanku, akan te tapi kalau engkau menghina ayahku, engkau akan mampus di tanganku.
Heh-heh, nona cilik, hendak kulihat bagaimana engkau akan membikin aku mampus!
tantang Cin Cin
Kui Eng menggerakkan kakinya dan tu buhnya meluncur ke depan Cin Cin
Kini kedua orang itu saling berhadapan dalam jarak dua mete r, saling melotot dengan muka merah dan dari hidung mereka mengembus uap panas
Pergi kau, kalau tidak, terpaksa aku akan memukulmu!
Jangan banyak mulut, pukullah kalau berani!
tantang Cin Cin
Sombong, lihat pukulanku!
Kui Eng memberi peringatan dan iapun maju menyerang dengan tamparan tangan kiri
Tangan itu menyambar cepat dan kuat sekali ke arah muka Cin Cin
Melihat betapa tamparan itu membawa angin pukulan yang dahsyat, maklumlah bahwa ia menghadapi seorang lawan yang tidak boleh dipandang ringan, Cin Cin cepat menarik tubuh ke belakang sehingga tamparaan itu mengenai angin kosong
Akan tetapi kaki kanan Kui Eng sudah menyambar pula dengan tendangan maut ke arah perutnya!
Hemm, ganas juga engkau!
seru Cin Cin dan iapun terpaksa meloncat ke samping untuk menghindarkan diri dari tendangan itu
Iapun segera membalas, melangkah maju sambil mendorong ke arah dada lawan
Akan tetapi, te rnyata lawannya itu memiliki gerakan yang tidak kalah gesitnya, sehingga dorongannya itupun hanya mengenai angin kosong
Kembali Kui Eng sudah menyerang dari samping sebagai balasan, tangannya mencengkeram ke arah pundak kiri Cin Cin
Karena ingin menguji tenaga lawan, Cin Cin memutar le ngan menangkis sambil mengerahkan te naga saktinya
Dukkk!
Dua buah le ngan yang kecil mungil berkulit halus, namun yang keduanya mengandung te naga dalam yang amat kuat itu berte mu dan keduanya terpental ke belakang! Mereka saling pandang dengan mata te rbelalak, karena kini keduanya menyadari bahwa lawan benar-benar tangguh dan mereka memiliki tenaga sin-kang yang seimbang! Kembali mereka saling hantam dan saling te ndang bagaikan dua ekor singa betina mengamuk
Sebetulnya, kalau dibuat perbandingan, Cin Cin masih lebih menang setingkat
Biarpun keduanya digemble ng oleh guru yang sakti, namun ketika kecilnya, Kui Eng yang merasa menjadi puteri pangeran, agak manja dan kadang malas berlatih
Berbeda dengan Cin Cin yang mengandung sakit hati karena kehancuran keluarganya, ia berlatih dengan tekun sekali untuk dapat membalas dendamnya
Akan te tapi, menghadapi Kui Eng, Cin Cin tidak mau menghabis kan seluruh tenaga dan kepandaiannya
Ia tidak ingin membunuh Kui Eng, karena belum mengetahui dengan pasti apakah ia berada di te mpat musuh besar gurunya ataukah tidak
I a belum yakin benar apakah ayah lawannya ini Pangeran Cian Bu Ong atau hanya seorang lurah kaya yang bernama Cian Bu saja
Sebaliknya, melihat orang mengancam ayahnya, Kui Eng menjadi marah sekali dan ia mengerahkan seluruh kepandaian dan te naganya sehingga keadaan mereka menjadi berimbang
Biarpun demikian, karena memang kalah tingkat
setelah lewat tigapuluh jurus, mulailah Kui Eng te rdesak mundur
Pada saat itu, dari dalam rumah bermunculan para pembantu rumah tangga dan mereka segera lari ke dalam untuk melapor kepada nyonya majikan mereka
Sim Lan Ci berlari keluar sambil membawa pedangnya, yaitu pedang Cui-mo Hek-kiam (Pedang Hitam Pemburu Iblis)! Melihat puterinya te rdesak oleh seorang gadis cantik lain yang memiliki serangan ganas dan kuat, ia terkejut
Kepandaian pute rinya sudah hebat, dan jarang ada orang mampu menandinginya, akan tetapi kini ia melihat jelas betapa pute ri tirinya itu te rdesak oleh lawannya
Tahan dulu, hentikan perkelahian ini!
te riaknya sambil meloncat ke depan dan melihat pute rinya terancam sebuah tamparan lawan, iapun menangkis tamparan itu
Plak!
Keduanya terkejut karena keduanya merasa betapa lengan te rgetar hebat
Mengertilah Sim Lan Ci mengapa pute rinya te rdesak
Gadis ini memang lihai sekali dan merupakan seorang lawan tangguh
Di lain pihak, melihat bayangan berkelebat dan seorang wanita setengah tua cantik jelita menangkis tamparannya membuat lengannya te rgetar hebat, Cin Cin juga meloncat ke belakang dan memandang penuh perhatian
Ia sudah mendengar keterangan dari pemilik rumah yang ditumpangi bahwa lurah Cian Bu memiliki seorang isteri cantik yang selalu berpakaian hitam
Iapun dapat menduga bahwa te ntu wanita ini isteri sang lurah dan ibu dari gadis ramping yang menjadi lawannya tadi
Makin kuat dugaannya bahwa ia tidak tiba di alamat yang keliru
Pasti mereka ini keluarga Pangeran Cian Bu Ong karena gurunya memesan agar ia berhati-hati karena Pangeran Cian Bu Ong memiliki ilmu kepandaian tinggi
Dan te rnyata keluarganya, isteri dan puterinya, juga amat lihai
Akan te tapi, melihat wajah wanita berpakaian serba hitam itu, ia te rte gun
I a merasa mengenal wanita ini! Ya, ia mengenalnya dengan baik karena wanita ini dan suaminya dan pute ranya menjadi tamu yang amat menarik perhatian dan yang disambut dengan meriah oleh seluruh keluarga He k-houwpang! De ngan melongo Cin Cin mengamati nyonya berpakaian hitam itu, mengingat-ingat
Tak salah lagi pikirnya
Wanita ini adalah bibinya sendiri, isteri dari pamannya yang bernama Coa Siang Lee, saudara sepupu ibunya sendiri yang bernama Coa Liu Hwa
Dan ia ingat benar bahwa wanita ini bernama Sim Lan Ci, dan pute ra mereka bernama Coa Thian Ki
Akan tetapi....kenapa ia berada di sini dan menjadi keluarga lurah Cian Bu atau mungkin Pangeran Cian Bu Ong
Di lain pihak, Sim Lan Ci juga mengingat-ingat karena merasa sudah mengenal gadis itu, akan tetapi lupa di mana dan kapan
Hanya wajah gadis cantik itu adalah wajah yang tidak asing baginya
Nona, kenapa engkau menyerang pute riku
Kui Eng, kenapa engkau berkelahi dengan nona ini?
tanya Sim Lan Ci kepada mereka berdua
I bu, Iblis betina ini datang menghina ayah! Ia hendak membunuh ayah!
teriak Kui Eng marah sekali
Tentu saja Sim Lan Ci menjadi terkejut bukan main
Sebagai seorang wanita yang banyak pengalamannya di dunia kangouw, iapun dapat menduga bahwa te ntu gadis ini mempunyai alasan yang kuat maka berani datang untuk membunuh suaminya! Dan alasan itu pasti ada hubungannya dengan pangeran Cian Bu Ong, karena selama menjadi lurah Cian Bu, suaminya tidak mempunyai musuh besar
Nona, kenapa nona hendak membunuh suamiku, lurah Cian Bu di dusun ini?
ia bertanya, sengaja menekankan kepada sebutan lurah
Lurah.......?
kata Cin Cin meragu
Nyonya, aku datang bukan hendak membunuh lurah Cian Bu atau siapapun, melainkan hendak bertanya apakah lurah Cian Bu itu Pangeran Cian Bu Ong
Kalau dia Pangeran Cian Bu Ong
aku akan membunuhnya dan siapapun ju ga tidak dapat menghalangiku!
Sim Lan Ci memandang dengan mata te rbelalak
Akan te tapi ia dapat menguasai guncangan dan debaran jantungnya dan bersikap te nang
Nona, siapakah engkau sebenarnya?
Ia mengamati wajah itu
Aku seperti pernah mengenalmu.
Aku juga
Bibi mirip benar dengan seorang wanita yang kukenal baik, sama wajah, pakaian dan suaranya, seperti Bibi Sim Lan Ci.
Wajah Sim Lan Ci berubah pucat
Jadi kau.
.
siapakah kau.......
I bu, namanya Cin Cin,
kata Kui Eng cepat
Cin Cin......
Engkau pute ri ketua He k-houpang
Engkau.......Kam Cin?
Benar! Aih, tidak kusangka dapat berte mu dengan bibi di sini
Akan tetapi aku menghadapi urusan genting, bibi
Tolonglah bibi beritahu sebenarnya siapa lurah Cian Bu itu
Benarkah dia Pangeran Cian Bu Ong?
tanya Cin Cin dan matanya mencorong, menatap tajam wajah wanita itu penuh selidik
Tapi kenapa......?
Ucapan Sim Lan Ci ini dipotong suara lain
Apakah yang te rjadi di sini
Siapakah ia ini dan.......ohhh.......!
Pemuda itu terkejut ketika Cin Cin menoleh dan memandang kepadanya
Gadis yang dilihatnya berte lanjang bulat di te pi sungai itu! Cin Cin tersenyum mengejek ketika melihat Thian Ki
Hemm, kiranya engkau monyet jelek berada di sini pula
Mau apa kau mencampuri urusan kami!
Koko, ia datang hendak membunuh ayah!
te riak Kui Eng
Ehhnh.......?
Thian Ki terkejut sekali
Thian Ki, nona ini adalah Kam Cin puteri ketua He k-houw-pang, saudara misanmu sendiri!
kata Sim Lan Ci
Cin Cin..........?
Thian Ki.........?
Teriakan Thian Ki dan Cin Cin hampir berbareng dan mereka saling pandang, lalu perlahan-lahan muka keduanya berubah kemerahan karena mereka te ringat betapa mereka pernah saling melihat dalam keadaan telanjang bulat, teringat akan peristiwa di tepi Huang-ho
Cin Cin, engkau tidak bole h membunuh ayah!
Ayah
Bukankah ayahmu, paman Coa Siang Lee, telah tewas ketika He k-houw-pang diserbu gerombolan?
Yang kumaksudkan......dia.........
ayah tiriku...........
kata Thian Ki, mukanya merah
Cin Cin mengerutkan alisnya dan menoleh, memandang kepada Sim Lan Ci yang menundukkan muka
Peristiwa ini sama sekali tak pernah disangkanya datangnya begitu tiba-tiba dan ia dihadapkan kepada kenangan masa lalu! Cin Cin mengangguk-angguk dan senyumnya sinis
Hemm, mengerti aku sekarang
Kiranya setelah ditinggal mati paman Coa Siang Lee, bibi Sim Lan Ci te lah menikah lagi dengan.........lurah Cian Bu......atau Pangeran Cian Bu Ong si pemberontak?
Cin Cin.....!
teriak Thian Ki, sedih melihat ibunya dicaci
I blis betina busuk!
bentak Kui Eng marah
Cin Cin menoleh kepada Thian Ki
Engkau hendak membela ayah tirimu
Kalau begitu, benar makianku bahwa engkau monyet buruk
Majulah!
Dan Cin Cin sudah memasang kuda-kuda
siap menghadapi pengeroyokan tiga orang itu
Tahan........!
terdengar bentakan dan suara ini demikian berpengaruh sehingga mengejutkan hati Cin Cin
Gadis itu cepat melangkah mundur lalu menghadapi orang yang datang dari sebelah kanannya
Dan dia melihat seorang laki-laki tinggi besar, berjenggot panjang rapi, berwajah merah dan usianya te ntu mendekati tujuhpuluh tahun, namun masih nampak gagah perkasa dan kokoh seperti batu karang
Tidak ragu lagi hatinya bahwa dia te ntu berhadapan dengan Pangeran Cian Bu Ong, karena laki-laki ini di waktu mudanya te ntulah ganteng dan gagah perkasa sehingga tidak mengherankan kalau gurunya jatuh cinta
Tidak mungkin ada seorang lurah memiliki wibawa seperti ini
-ooo0dw0ooo-