Jilid 16
I hh.....
Kui Eng menatap wajah suhengnya dengan mata te rbelalak, lalu berkata kepada ayahnya,
Ayah, kalau begitu, sungguh kejam! Ayah harus berusaha untuk membersihkan tubuh suheng dari racun itu!
Cian Bu menarik napas panjang
Kini diapun mulai melihat betapa ambis inya itu tanpa dia sadari mengancam kebahagian hidup Thian Ki yang dia sayang seperti anak sendiri
Me mang, untuk mencapai sesuatu yang puncak, kadangkadang kita harus berkorban
Kui Eng, biarpun ayahmu te lah mempelajari banyak ilmu yang tinggi, akan tetapi mengenai racun, aku masih kalah ahli dibandingkan ibumu
Kalau mendiang nenekmu saja yang mampu membuat Thian Ki menjadi tok-tong tidak mampu membersihkan racun itu dari tubuh Thian Ki, bagaimana aku akan mampu melakukannya
Tidak, aku tidak mampu melakukannya.
Thian Ki melamun, ingat akan pengakuan neneknya dan dia merasa perlu menyampaikan penyesalan neneknya itu kepada ibunya dan ayah tirinya
Pernah nenek menyatakan kepadaku yang menurut nenek merupakan penyesalan yang te rlambat dan karena itu tidak ada gunanya.
Ceritakan, apa yang ibu katakan kepadamu Thian Ki,
kata ibunya dan Cian Bu juga mengangguk-angguk kepadanya, menyetujui permintaan iste rinya
Nenek mengatakan bahwa kini ia melihat kesalahannya
Apa yang te rjadi pada diriku adalah akibat daripada mengejar suatu segi saja dari kehidupan ini
Kehidupan ini, menurut nenek merupakan kesatuan dari banyak hal yang kesemuanya penting, yang kesemuanya menuntut kita untuk memperhatikan dan memenuhinya
Menurut nenek, banyak hal itu, te rmasuk makan, pakaian, te mpat tinggal dan segala benda keperluan hidup lainnya, juga kedudukan dan nama baik, kesehatan dan sebagainya
Menurut nenek, semua itu perlu untuk dilaksanakan agar kesemuanya dapat maju dengan baik, berimbang
Kalau kita hanya mementingkan yang satu dan melupakan yang lain, maka akibatnya hanya merugikan kita sendiri
Nenek hanya mementingkan nama besar, ingin menjadikan aku sebagai tok-tong yang kelak akan dapat menjadi jagoan nomor satu yang akan mengangkat namanya pula
Karena terlalu mementingkan hal ini, ne nek melupakan yang lain, sehingga akhirnya aku menjadi korban.
Kui Eng tidak mengerti apa yang te rsembunyi dalam ucapan itu, akan tetapi Lan Ci dan Cian Bu mengerti
Mereka mengangguk-angguk dan te rutama sekali Cian Bu bekas pangeran itu mengerti benar apa yang dimaksudkan oleh nenek Lo Nikouw
Dia sudah mengalamainya sendiri
Pernah dia mengejar cita-cita menegakkan kembali kerajaan Sui yang sudah runtuh dan untuk itu, dia melupakan segala hal lain, sehingga akhirnya, demi pengejaran cita-cita itu, dia mengorbankan segalanya, bahkan keluarganya te rbasmi habis
Betapa banyaknya manusia di dunia ini yang melakukan kesalahan yang sama seperti yang pernah dia lakukan, yang pernah dilakukan Lo Nikouw
Orang mengejar dan saling memperebukan harta, seolah harta itulah kepentingan mutlak bagi hidupnya,s ehingga orang lupa diri, melakukan hal-hal buruk dan jahat, lupa bahwa harta itu pada suatu saat akan terasa tidak ada artinya sama sekali
Betapapun kayanya seseorang, kalau dia dilanda sakit parah, maka harta tidak akan menarik lagi baginya, yang le bih menarik adalah kesehatan badannya, sehingga dia akan bersiap mengorbankan seluruh hartanya demi kesembuhannya
Demikian pula dengan orang yang mencapai kedudukan te rtinggi yang pada mulanya amat dipentingkan, sehingga dia melupakan yang lain, mendapatkan kedudukan itu dengan jalan memperebutkannya dengan manusia yang lain, kalau perlu saling bunuh membunuh
Pada akhirnya, suatu saat dia akan mendapat kenyataan pahit, bahwa kedudukan yang tadinya diperebutkan dengan taruhan nyawa itu tidak membahagiakan hatinya, bahkan mungkin menyesengsarakan
Betapa banyaknya hartawan kaya raya yang tidak pernah merasa puas akan apa yang dimilikinya, selalu merasa kurang, bahkan ada perasaan khawatir kalau-kalau harta miliknya akan berkurang dan habis
Membayangkan dirinya ditinggalkan seluruh hartanya, menjadi orang miskin, merupakan bayangan kesengsaraan yang amat hebat baginya
Banyak pula pejabat tinggi yang memiliki kedudukan yang mulia, disanjung dipuja dan dihormati, pada suatu saat akan jatuh dan nama yang tadinya dis anjung-sanjung berbalik dicaci maki
Andaikata tidak demikian, sedikitnya dia selalu gelisah, khawatir kehilangan kedudukann ya dan membayangkan kehilangan kedudukan itu merupakan bayangan kesengsaraan yang amat hebat baginya
Thian Ki, apakah mendiang ibu tidak meninggalkan pesan kepadamu, tidak memberi tahu bagaimana caranya agar engkau dapat te rbebas dari racun di tubuhmu
Apakah di dunia ini tidak ada obatnya dan tidak ada orang yang akan mampu membersihkan racun dari tubuhmu itu?
Tanya Lan Ci yang menoleh dan memandang ke arah meja sembahyang dimana abu je nazah ibunya berada
Mendengar pertanyaan ibunya itu, Thian Ki menghela napas panjang
Hal itu sudah kutanyakan kepada nenek, ibu.
dan nenek mengatakan bahwa di dunia ini jarang ada orang yang cukup kuat untuk dapat mengusir racun dari tubuhku dan nenek hanya mengenal dua orang yang mungkin saja dapat, karena mereka adalah orang-orang yang sakti.
Siapa mereka, Thian Ki ?
Tanya ibunya penuh harap
Seorang bernama Pek I Tojin dari Thai-san dan seorang lagi bernama He k Bin Hwesio dari Himalaya.
Ahh! Dua nama besar yang sudah sejak dahulu kukagumi, bahkan pernah aku ingin sekali berte mu dengan mereka untuk bicara soal ilmu silat dan kalau mungkin saling mengukur dan menguji ilmu kepandaian!
seru Cian Bu
Dan menurut keterangan mendiang nenek, dua tokoh sakti itu mempunyai murid
Pek I Tojin mempunyai murid bernama Si Han Beng berjuluk Huang-ho Sin-liong dan He k Bin Hwesio mempunyai murid bernama Bu Giok Cu, is te ri dari Naga Sakti Sungai Kuning itu.
Aih, apakah engkau tidak ingat kepada pendekar itu, Thian Ki?
Lan Ci bertanya
Thian Ki mengangguk
Tentu saja aku tidak lupa kepada paman Si Han Beng, ibu
Aku masih ingat kepadanya
Bukankah dia kakak angkat dari mendiang ayah?
Aha, jadi Naga Sakti Sungai Kuning yang te rkenal itu adalah murid Pek I Tojin dan isterinya murid He k Bin Hwesio
Dan le bih lagi, pendekar itu adalah kakak angkat mendiang suamimu?
Tanya Cian Bu kepada Lan Ci,
Kenapa aku tidak pernah mendengar akan hal itu?
Sim Lan Ci memandang kepada suaminya dan menarik napas panjang
Coa Siang Lee sudah meninggal dunia, aku tidak ingin membicarakannya lagi, tidak ingin mengenang masa lalu
Karena itulah aku tidak pernah bercerita tentang persaudaraan itu.
Suaminya mengangguk dan te rsenyum ramah
Pengakuan itu saja sudah membuktikan bahwa isterinya tidak ingin menyinggung perasaannya dengan bercerita tentang suaminya yang pertama
Kalau begitu, masih ada harapan bagimu Thian Ki
Engkau berlatih dengan tekun
Kalau sudah matang ilmu kepandaianmu, kelak engkau dapat mencari kedua orang sakti itu untuk minta bantuan mereka, dan kiranya engkau dapat bertanya kepada N aga Sakti Sungai Kuning dimana adanya kedua orang sakti itu berada.
Baik, ayah..
kata Thian Ki
Juga untuk melaksanakan pesan te rakhir nenekmu, sebaiknya dilakukan kelak saja kalau engkau sudah selesai belajar dan melakukan perjalanan
Sementara ini, biarlah abu je nazah nenekmu kita rawat dan kita sembahyangi agar ibumu mendapat kesempatan untuk berbakti.
Lan Ci setuju sekali dengan usul suaminya itu
Suheng, kelak aku akan membantumu mencari orang-orang sakti itu agar engkau dapat disembuhkan!
tiba-tiba Kui Eng berkata
Ayah dan ibu, boleh bukan kelak aku ikut suheng dan membantunya?
Suami isteri itu saling pandang
Lan Ci hanya mengangguk, akan te tapi Cian Bu berkata,
Me rantau di dunia kangouw merupakan perjalanan yang amat berbahaya, oleh karena itu engkau harus berlatih dengan giat, Kui Eng
Hanya kalau engkau kuanggap cukup kuat dan cukup pandai, aku akan membolehkan engkau membantu suhengmu
Kalau engkau malas sehingga engkau kurang kuat, le bih baik engkau berdiam di rumah yang aman.
Gadis cilik itu bangkit berdiri dan menghadapi ayahnya dengan alis berkerut dan mata bersinarsinar
Wah, ayah te rlalu memandang rendah padaku! Lihat saja, aku pasti tidak kalah melawan suheng!
Cian Bu dan is terinya tersenyum, juga Thian Ki te rsenyum dan berkata,
Engkau memang pandai, sumoi, kalau engkau berlatih dengan sungguhsungguh, mana mungkin aku akan dapat menandingimu?
De mikianlah mulai hari itu, Thian Ki dan Kui Eng seperti berlomba dan bersaing dalam mempelajari ilmu-ilmu dari Cian Bu sehingga mereka memperole h kemajuan pesat sekali
oo-ooo0dw0ooo-o Pagi itu akan nampak biasa saja bagi para nelayan dan mereka yang tinggal di pantai laut karena merupakan pemandangan yang berulangulang mereka lihat
Betapa indahnya sesuatu, kalau setiap hari dilihat, apalagi kalau dimiliki, maka keindahan itu akan semakin memudar, bahkan aklhirnya lenyap tak terasakan lagi
Hal ini dirasakan oleh mereka yang tinggal di tepi pantai
Orang yang datang dari pedalaman, dari darat, begitu tiba di pantai akan mengagumi keindahan pemandangan lautan dengan takjub, akan te tapi para nelayan akan mendengarkan dengan heran, karena bagi mereka, tidak terasa lagi adanya keindahan itu! Sebaliknya, kalau nelayan yang biasa hidup di lautan dan di pantai-pantai sunyi itu datang ke kota, mereka akan te rkagum-kagum melihat keramaian kota
Padahal bagi orang kota, keramaian kota yang dianggap indah oleh sang nelayan itu bahkan sebaliknya akan dianggap mengganggu! Hanya bagi batin yang bebas dan bersih daripada gambar- gambar yang diukir ingatan sajalah yang akan dapat melihat segala sesuatu sebagai baru, dapat menikmati keindahan setiap hari, setiap saat
Pagi itu matahari amat cerahnya, muncul di permukaan air laut sebelah timur, tak te rhalang segumpal awanpun, membentuk garis emas di permukaan laut yang masih tenang
Suara air laut bermain di pantai, berdesir di atas pasir, menggelegar garang pada batu karang, bergulunggulung dan susul-menyusul, meninggalkan suara dahsyat disusul suara gemerisik yang makin melemah sampai pada titik sunyi hening
Sejenak saja, karena sudah datang bergulung lagi ombak baru yang membawa pula suara gemuruh
Setiap kali ombak itu baru, tak pernah sama dengan yang sudah atau yang akan datang menyusul
Air yang dihempaskan pada batu karang menimbulkan uap dan ketika te rte mbus sinar matahari yang mulai menguat, membentuk pelangi le mah
Para nelayan sudah berdatangan pagi tadi sebelum matahari te rbit, dan kini pantai itu ditinggalkan orang
Hanya nampak perahu-perahu diseret jauh ke pantai
Pasir pantai nampak lembut dan halus diusap air berulang kali, putih keabuabuan
Setiap kali air tipis mendarat, pasir itu menjadi basah, akan tetapi air itu cepat diserap dan pasir nampak kering kembali
Kalau ada saat itu ada orang yang kebetulan melihatnya, tentu orang itu akan mengira bahwa pagi hari itu, dengan sinar matahari pagi sebagai tangga, telah turun seorang dewi kahyangan yang kini bermain-main di tepi pantai! Dari jauh, hanya nampak bentuk tubuh yang amat indah, yang sempurna le kuk le ngkungnya, dan pakaian yang basah dan menempel ketat itu membuat ia nampak dari jauh seperti telanjang
Kedua kaki nan panjang, pinggangnya ramping, pinggulnya menggunung dan dadanya membukit kembar
Rambutnya te rurai le pas di belakang punggung, sampai ke pinggul
Sungguh, pantasnya ia seorang dewi kahyangan atau seorang pute ri ratu lautan! Sebenarnya ia manusia biasa, seorang dara yang memang memiliki bentuk tubuh yang indah
Bagaikan setangkai bunga sedang mekar, usianya sekitar sembilanbelas tahun
Ia berpakaian lengkap walaupun dari sutera tipis, dan karena pakaian itu basah, maka pakaian itu menempel ketat di tubuhnya
Wajahnya manis, dan ia berlari-lari di sepanjang pantai, membiarkan ombak menjilat tubuhnya sampai ke paha
Ia tertawa-tawa seorang diri, dan suara tawanya le nyap dite lan gemuruh ombak
Wajahnya manis, kulitnya putih mulus dan kemerahan karena sinar matahari, matanya bersinar-sinar penuh kegembiraan
Ketika ombak yang besar, yang datang setiap lima enam kali sekali, diseling ombak-ombak yang kecil, dara itu berteriak gembira dan iapun menyongsong datangnya ombak yang tingginya tidak kurang dari lima mete r itu dan begitu ombak datang menggulung dirinya, iapun meloncat dan menerjang ombak bagaikan seekor ikan lumbalumba! Tubuhnya le nyap dite lan ombak dan sampai ombak itu memecah dan menipis di pantai, agak jauh ke darat sampai mendekati perahuperahu yang diikat di darat, dara itu tidak nampak lagi! Kalau ada yang melihat peristiwa itu terjadi, te ntu akan menahan napas dan khawatir sekali, mengira bahwa dara itu te ntu tenggelam, terseret ombak ke te ngah atau mungkin juga dite rkam ikan hiu! Semua orang tentu akan menduga demikian, mengingat bahwa lama sekali dara itu tidak muncul lagi
Manusia biasa saja tidak mungkin dapat menyelam sampai selama itu
Kalau gadis itu manusia biasa, tentu ia dite rkam hiu atau te nggelam atau mati, atau kalau ia masih hidup, berarti ia bukan manusia, melainkan dewi laut! Kemudian, dari arah tengah, seperti seekor ikan saja, dara itu nampak berenang ke te pi
Cepat sekali renangnya, meluncur tanpa mengeluarkan bunyi, seperti ikan lumba-lumba asli
Dan nampak riang gembira, te rtawa-tawa dan bermain dengan air
Ombak besar datang dari belakangnya, mendorongnya sehingga renangnya semakin cepat
Akhirnya, ombak menerkamnya ke atas pasir, di air yang hanya sedalam lutut
Iapun akhirnya meninggalkan air, tiba di pasir yang kering, agak te rengah dan sambil tertawa iapun menjatuhkan diri ke atas pasir dan te rlentang
Kedua kakinya te rpentang, kedua le ngannya te rkembang di atas kepala, wajahnya segar, rambutnya riap-riapan, sebagian menutup dada dan sebagian menutup muka membelit leher
Bukan main cantiknya
Manis , jelita menggairahkan! Sinar matahari yang mulai menguning cahayanya itu mendatangkan rasa hangat yang amat nyaman
Dan angin semilir, angin yang juga hangat, membuat dara itu terlena oleh kantuk dan tak lama kemudian iapun sudah tertidur
Mulutnya masih setengah terbuka seperti orang te rsenyum, napasnya le mbut dan panjang, dada yang membusung itu turun naik
Dara yang tidur pulas di bawah sinar matahari pagi itu sama sekali tidak tahu betapa ada sebuah perahu hijau datang bersama ombak dari te ngah, menuju ke pantai itu
Jelas bukan perahu nelayan, karena semua nelayan sudah pulang pagi-pagi tadi seperti biasanya, dan dara itupun tahu akan kebiasaan itu
Ia tahu bahwa saat itu tidak akan ada nelayan di pantai, maka ia dapat berenang dengan bebas tanpa dilihat siapapun
Dan model perahu hijau itupun berbeda dengan perahu nelayan yang mempunyai bentuk agak le bar, karena para nelayan membutuhkan ruangan untuk te mpat hasil tangkapan mereka
Perahu hijau itu sempit dan panjang meruncing, dibantu kayu atau bambu runcing di kanan kirinya, dan mempunyai tiang layar
Layarnya yang ju ga berwarna hijau telah digulung, dan kini enam orang penumpang perahu mendayung perahu mereka dengan gerakan te ratur, berirama dan kuat sekali, membuat perahu mereka meluncur cepat ke pantai
Dara itu masih enak tidur terlentang ketika enam orang itu menyeret perahu mereka ke darat, bahkan ketika mereka menahan seruan kaget , heran dan kagum, kemudian mereka berenam berdiri mengepung dara yang masih tidur te rlentang dengan pandang mata seperti singa kehausan melahap seluruh tubuh yang terlentang itu, ia masih tetap tidur dengan napas yang le mbut
Bukan main cantiknya...................!
Manis sekali !
Tubuhnya....................amboiiiii........!
Tak kusangka di dusun pantai ini terdapat gadis sejelita ini.
Wah, kalau semua perempuan di pantai ini secantik dia, untung kita!
Mari kita undi, siapa yang berhak menjadi orang pertama!
Orang pertama dari mereka, yang bertubuh tinggi kurus seperti cicak kering, akan tetapi kumisnya melintang panjang dengan kedua ujung berjuntai ke bawah, segera berkata,
Hushh, apakah kalian mencari penyakit
Siapa orangnya yang tidak mengilar melihatnya, akan te tapi kita tidak boleh mencari penyakit
Kalau ada yang melihat kita lalu semua penduduk keluar, kita akan celaka, bahkan mungkin akan pergi dengan tangan hampa.
Habis bagaimana
Bukankah kita datang ke sini untuk menyelidiki keadaan
Dan ini.......si jelita ini, adalah hadiah untuk kita!
Tolol!
bentak si cicak kering
Kita hanya menyelidik dan ternyata melihat perahu-perahu para nelayan itu, dusun ini cukup makmur untuk menjadi mangsa kita
Dan agaknya banyak pula te rdapat perempuan cantik
Yang ini kita tangkap dan kita bawa pulang untuk oleh-oleh
Tentu majikan kita akan senang sekali, apalagi majikan muda kita
Kita perlu membawa teman-teman yang cukup banyak untuk menyerbu
Lihat, perahu mereka lebih dari duapuluh buah banyaknya, te ntu sedikitnya ada seratus orang laki-laki muda di sini
Terlampau berat bagi kita berenam untuk menghadapi mereka
Nah, mari kita tangkap dan bawa anak ayam ini ke perahu!
Bagaikan menerima komando, enam orang ini seperti berubah menjadi enam ekor anjing pemburu menghadapi domba betina muda yang gemuk! Mereka berenam seperti berlomba, menubruk ke arah gadis yang te lentang tidur itu, ingin lebih dahulu mendekap dan meringkusnya, merasakan kehangatan tubuh yang molek
Bress....!
Enam orang itu berteriak-teriak kaget karena dara yang mereka tubruk itu tiba-tiba saja menghilang! Mereka tadi melihat jelas betapa gadis itu masih tidur te rlentang, dan ketika mereka menubruk dari semua jurusan tampak bayangan berkelebat dan mereka saling tubruk, saling beradu kepala dan tangan dan gadis itu telah le nyap! Selagi mereka kaget dan heran, te rdengar suara tawa renyah dan mereka cepat berloncatan berdiri, memutar tubuh menghadapi orang tertawa
Kiranya gadis itu telah berdiri sambil bertolak pinggang dan te rtawa bebas
Tidak seperti gadis dusun atau kota biasa yang kalau te rtawa tidak berani mengeluarkan suara, bahkan tidak berani kelihatan giginya, gadis ini tertawa te rkekeh membuka mulut dengan bebas sehingga nampak sepasang bibirnya merekah, memperlihatkan rongga mulut yang merah tua dan gusi merah muda di te ngah deretan gigi yang putih rapih seperti mutiara diatur
Heh-heh-heh, lucu sekali! Kalian ini siapakah
Pakaian kalian serba hijau, kalian bukan orang sini
Mau apa kalian datang ke sini dan mengganggu aku yang sedang tidur lelap?
Enam orang itu saling pandang
Sedang tidur lelap kenapa ketika ditubruk dapat le nyap
Manusiakah gadis ini
Atau dewi penjaga lautan
Akan te tapi si cicak kering yang merasa dia bersama lima rekannya dan merasa bahwa dia menjadi pemimpin rombongan itu, mengusir keraguan hatinya
Dia melangkah maju ke depan
Nona, kami memang bukan orang sini
Kami datang karena melihat nona yang demikian cantik seperti bidadari
Kami ingin nona ikut bersama kami!
Si cicak kering sudah memberi is yarat kepada te man-temannya untuk mengepung
Akan tetapi gadis itu s ama sekali tidak kelihatan gentar, seolah-olah keenam orang laki-laki yang sikapnya seperti serigala itu dianggapnya sebagai anjinganjing yang jinak saja
Dara itu tersenyum dan mengangguk-angguk,
Aih, begitukah
Kalian hendak mengajak aku kemana
Siapakah kalian
Perkenalkan diri dulu agar aku dapat mempertimbangkan apakah aku akan memenuhi undangan kalian atau tidak.
Melihat sikap gadis itu yang ramah dan tidak marah, enam orang laki-laki itu merasa senang sekali
Si cicak kering yang merasa dirinya paling unggul di antara te man-temannya karena memang dia yang bertugas sebagai pimpinan, membusungkan dadanya
Akan te tapi karena dada itu memang kerempeng dan tipis, dibusungkan bukan nampak besar, melainkan melengkung seperti batang kangkung
Nona yang cantik, ketahuilah bahwa kami adalah orang-orang gagah penghuni Pulau Hiu! Nona kami undang untuk berkunjung ke pulau kami dan berkenalan dengan majikan kami
Majikan muda kami, Siangkoan Kongcu (Tuan muda Siangkoan) adalah seorang pemuda yang gagah, ganteng, tampan dan kaya raya, tentu akan dapat menghargai seorang cantik jelita seperti nona.
Sepasang mata yang je li itu nampak bersinarsinar
Pulau Hiu
Baru sekarang aku mendengarnya! Majikannya she Siangkoan
Dimana sih letaknya pulau itu?
Kini gadis itu menerawang ke arah lautan seperti hendak mencari di mana letaknya pulau itu
Tidak jauh dari sini, nona
Hanya pelayaran setengah hari menuju ke utara
Pulau Hiu kami te rletak di seberang pantai Shantung.
Setengah hari
Kalau begitu pulang pergi hanya sehari dan sore nanti aku dapat pulang kesini?
Gadis itu dalam bicarapun demikian polosnya seperti juga ketika te rtawa, dan juga tanpa malumalu di depan enam orang pria itu, walaupun pakaiannya yang tipis dan ketat itu kini berkibar te rtiup angin laut sehingga bentuk tubuhnya te rcetak jelas
Enam orang itu saling pandang dan tertawa
Dalam hati mereka menertawakan gadis yang mereka anggap dusun dan tolol itu
Tentu saja kalau gadis itu sudah mereka bawa, ia tidak akan kembali ke te mpat ini, pikir mereka
Tentu saja, sore nanti engkau dapat pulang nona manis,
kata pula si cicak kering, lalu ia mengerling ke arah lima orang te man-te mannya yang tersenyum-senyum
Kalau begitu, aku mau ikut!
gadis itu berkata dan suaranya seperti bersorak gembira
Aku ingin melihat Pulau Hiu
Apakah disana banyak ikan hiunya?
Banyak, nona!
jawab seorang di antara mereka
Ada hiu berkaki dua......
Hiu berkaki dua?
gadis itu terbelalak dan semua orang tertawa
Aih, temanku ini hanya berkelakar, nona,
kata si cicak kering
Yang dia maksudkan adalah hiu yang mempunyai sirip besar-besar dan gemuk.
Gadis itu berte puk tangan
Aku suka sekali sirip hiu! Enak sekali, apalagi kalau dimasak dengan jahe!
Ia menjulurkan lidahnya yang merah segar, menjilati bibir bawah
Enam orang itu menelan ludah dan kalamenjing mereka naik turun
Saking te rpesona penuh gairah, mereka sampai tidak merasa aneh bahwa gadis pantai ini pernah makan makanan sirip hiu yang hanya menjadi makanan para hartawan kaya karena mahalnya
Mari kita berangkat nona
Jangan sampai engkau nanti kemalaman kalau pulang.
kata si cicak kering sambil menggandeng tangan gadis itu
Gadis jelita itu tidak menolak,dan ia te rsenyumsenyum melihat enam orang itu mendorong perahu ke air
Tak lama kemudian, ia sudah duduk di perahu yang didayung enam orang itu ke te ngah, melewati gelombang besar
Dapat dibayangkan betapa gembiranya enam orang itu melihat korban mereka menyerah sedemikian mudahnya
Terlalu mudah! Dan gadis itu terlalu cantik untuk membuat mereka dapat menahan diri
Mulailah mereka mengeluarkan kata-kata tidak senonoh, bahkan si cicak kering yang menjadi pimpinan, kini melepaskan dayung karena perahu itu mulai didorong layar yang sudah dikembangkan dan diapun duduk di dekat nona itu, merapat
Nona manis, siapakah namamu?
Tanya si cicak kering, mukanya sedemikian dekatnya sehingga gadis itu mengerutkan alisnya, karena dari mulut si cicak kering itu mengeluarkan bau busuk seperti bangkai
I hh, kalau bicara jangan dekat-dekat!
gadis itu menegur dan menggeser pinggulnya menjauh
Heh-heh-heh, aku tidak akan mengganggumu, nona manis
Engkau akan kami hadiahkan kepada kongcu, akan te tapi sebelum tiba di pulau, kita duduk merapat begini kan hangat dan lebih enak?
Mendengar ucapan itu, lima rekannya te rtawa bergelak
Kalau bicara dekat-dekat kenapa sih, manis?
Gadis itu menggunakan tangan menutupi hidungnya
Mulutmu bau bangkai!
Meledak lima orang itu te rtawa, dan si cicak kering te rbelalak, mukanya berubah merah sekali
Belum pernah selama hidupnya dia menerima penghinaan seperti itu, apalagi dari seorang gadis muda!
Nona, mulutmu lancang sekali, untuk itu kau harus dihukum
Hayo kau cium aku dengan mulutmu itu pada mulutku
Kalau engkau tidak mau, kami tidak akan membawamu kepada majikan kami, melainkan akan kami makan sendiri di perahu ini, kemudian engkau akan kami le mparkan ke air agar menjadi makanan hiu!
Berkata demikian , si cicak kering menjulurkan kedua tangannya merangkul gadis itu dan hendak memaksakan ciuman
Akan te tapi, tiba-tiba gadis itu mengeluarkan suara tawa nyaring, ia bangkit berdiri dan dengan gerakan yang luar biasa cepatnya, ia telah menyambar kedua tangan si cicak kering yang hendak menangkapnya dan sekali ia membuat gerakan melontarkan tubuh si cicak kering itu terlempar ke atas tiang layar! Si cicak kering berte riak kaget dan ketakutan, akan te tapi dia dapat menjangkau ujung tiang layar dan memeluk tiang itu dengan era-erat, sehingga dari bawah dia kelihatan seperti seekor kera! Melihat ini, lima orang rekannya te rbelalak, akan te tapi gadis itu, seperti seorang anak kecil yang nakal, menghampiri tiang layar dan dengan tangan kirinya ia mendorong dan mengguncang tiang layar itu
Sungguh hebat, tiang itu te rguncang keras dan tubuh si cicak kering tentu saja ikut terguncang keras dan akhirnya dia tidak dapat bertahan lagi, tubuhnya te rlepas dari ujung tiang layar dan terlempar ke luar perahu
Byurr.......!
tubuhnya dite lan gelombang lautan
Kini kelima orang anak buah Pulau Hiu itu te rkejut dan juga marah
Barulah mereka menyadari bahwa gadis yang kelihatan bloon ini te rnyata memiliki ilmu kepandaian tinggi dan berte naga kuat
Mereka serentak menyerang untuk menangkap dan meringkus
Akan te tapi, sambil te rtawa-tawa, gadis itu kini menggerakkan kaki tangannya dan lima orang itu disambar tamparan dan te ndangan, tubuh mereka terlempar keluar perahu dan satu demi satu tercebur ke dalam lautan!
He-he-he-he, kiranya kalian hanya tikus-tikus lautan!
Gadis itu berte puk tangan dengan girang, lalu memegang kemudi layar, hendak mengarahkan perahu untuk meluncur kembali ke pantai yang sudah nampak jauh dari situ
Akan tetapi, tiba-tiba perahu itu terguncang lalu miring dan rebah, layarnya menyentuh air! Akan tetapi gadis itu sama sekali tidak menjadi kaget atau takut, bahkan ia te rtawa
Heh-heh, kalian hendak main-main di air, ya
Boleh, boleh!
dan iapun meloncat dari perahu yang miring itu ke dalam air
Enam orang itu adalah anak buah Pulau Hiu, bajak-bajak laut yang te ntu saja merupakan ahliahli renang yang pandai
Melihat gadis itu berani meloncat ke air, hati mereka girang sekali
Terutama si cicak kering yang ingin membalas dendam, tubuhnya meluncur cepat ke arah gadis itu
Ingin ia menangkap, meringkus dan menyeret gadis itu ke dalam air agar kehabis an napas dan menyerah
Akan tetapi, ketika dia tiba di dekat gadis dan menerkam, tiba-tiba saja gadis itu le nyap
Persis seperti ketika dite rkam di darat tadi
Hanya bedanya, kalau tadi gadis itu menggunakan gerakan kilat meloncat ke atas menghindar dari te rkaman enam orang, kini ia menyelam ke bawah dan lenyap! Dan tiba-tiba si cicak kering terbelalak, akan tetapi dia tidak sempat berteriak karena tubuhnya sudah lenyap terseret ke bawah seperti diseret ikan hiu
Memang tadinya diapun menyangka demikian ketika tiba-tiba kedua kakinya ada yang menangkap dan dia te rseret ke bawah
Akan tetapi di dalam air dia melihat bahwa yang menangkap kakinya a dalah gadis tadi! Gadis itu ternyata dapat bergerak seperti ikan di dalam air, rambutnya te rlepas dari sanggul dan kini riap-riapan
Sungguh ia seperti dongeng ikan duyung yang membuat si cicak kering merasa ngeri
Dicobanya untuk melepaskan kedua kakinya, namun sia-sia dan dia te rpaksa harus menahan pernapasannya
Tentu saja dia kuat menahan napas di air karena te rlatih, akan te tapi ternyata dia terus diseret ke bawah dan batas waktunya sudah melampaui ketahannya
Gadis itu seolaholah berubah menjadi ikan yang tidak perlu bernapas di permukaan air! Mulailah si cicak kering gelagapan
Dia masih melihat tubuh teman-temannya meluncur dan mengejarnya, tentu hendak menolongnya
Akan tetapi gadis itu tiba-tiba menyeretnya naik ke atas sampai kepalanya tersembul di atas
Si cicak kering megap-megap, seperti ikan yang dilempar ke darat, dadanya seperti akan pecah rasanya dan pada saat itu tubuhnya sudah te rayun dan diputar-putar seperti gasing! Dara itu masih memegang kedua kakinya dan kini tubuhnya diputar di atas air, seolah-olah tubuhnya itu hanya seringan sepotong kayu saja
Kemudian gadis itu melepaskan pegangan pada kedua kakinya dan tubuh si cicak kering melayang sampai amat jauh, jatuh terbanting ke air lagi dalam keadaan nanar dan hampir pingsan
Kini kelima orang itupun mengeroyok
Terjadi perkelahian di air yang tidak seimbang dan tidak lama
Gadis itu sungguh luar biasa, mampu bergerak di air seperti ikan, sukar ditangkap
Sebaliknya tamparan-tamparannya membuat lima orang itu gelagapan, bahkan ada yang pingsan dan te nggelam
Akhirnya, para pengeroyok itu tidak ada yang berani mendekat, sibuk hendak menolong teman yang pingsan te nggelam
Gadis itu sendiri sambil te rkekeh lalu menyambar sebatang dayung yang te rapung, memukul ke arah tiang layar perahu
Terdengar suara keras dan tiang itupun patah! Kemudian, dengan te naga yang luar biasa, ia membalikkan perahu dan meloncat ke dalam perahu, mendayung perahu itu ke pantai meninggalkan enam orang yang masih te rapungapung dipermainkan gelombang lautan
Mereka dapat mendengar suara tawa merdu gadis itu, akan tetapi bagi pendengaran mereka, sama sekali tidak merdu menyenangkan, melainkan mengerikan
Mereka merasa seolah-olah baru berjumpa dengan iblis lautan yang amat ganas! Setelah tiba di pantai, gadis itu menyeret perahu hijau ke darat
Tiba-tiba nampak sesosok bayangan putih berkelebat dan di situ telah berdiri seorang wanita yang berpakaian serba putih dari sutera halus
Wanita ini sudah berumur enampuluh tahun lebih, akan tetapi ia masih langsing, sehingga orang akan mengira bahwa usianya baru sekitar empatpuluh tahun saja
Ia berdiri tegak memandang kepada gadis itu yang kini menghadapi wanita itu sambil tersenyum gembira
Subo, aku mendapatkan sebuah perahu milik enam orang yang kutinggalkan di sana,
katanya sambil menunjuk ke tengah lautan
Wanita itu mengerutkan alisnya
Ia cantik akan tetapi sikapnya dingin, bahkan wajahnya seperti diliputi mendung, tidak secerah wajah muridnya
Kalau ada orang kangouw melihatnya, tentu orang itu akan terkejut ketakutan, karena wanita itu bukanlah wanita sembarangan
Ia adalah seorang datuk persilatan yang amat lihai dan berwatak aneh, tidak berpihak kepada yang baik maupun yang buruk
Bukan golongan putih, maupun hitam, pendekar maupun penjahat
Ia terkenal sebagai datuk di timur, dan di sepanjang pantai, namanya sudah banyak dikenal orang kangouw, dan ditakuti, walaupun ia jaran g mau mencampuri urusan orang kangouw di daerah itu
Wanita ini bukan lain adalah Tung-hai Mo-li (Iblis betina laut Timur) Bhok Sui Lan! Dan gadis jelita yang lincah dan ugal-ugalan itu bukan lain adalah Cin Cin atau Kam Cin
Seperti kita ketahui, empat belas tahun yang lalu, ketika ia berusia lima tahun, Cin Cin mengalami malapetaka
Ayah kandungnya, yaitu Kam Seng Hin, ketua Hek-houw-pang, tewas ketika Cian Bu Ong mengutus para pembantunya menyerbu
Kemudian Cin Cin atau nama le ngkapnya Kam Cin dikirim ke dusun Hong-cun, te mpat tinggal Pendekar Naga Sakti Sungai Kuning Si Han Beng, agar menjadi murid pendekar itu
Ia diantarkan ole h susiok (paman gurunya) bernama Lai Kun
Akan te tapi dalam perjalanan, Lai Kun menyeleweng, menjual murid keponakan itu kepada seorang mucikari! Cin Cin yang ayahnya te lah te was dan ibunya dilarikan penyerbu dusun mereka, jatuh ke tangan mucikari
Kemudian, setelah beberapa tahun lamanya tinggal di situ dan dipelihara oleh sang mucikari untuk dipersiapkan menjadi seorang pelacur, Cin Cin melarikan diri, dikejar oleh para jagoan rumah pelesir itu dan akhirnya Cin Cin ditolong oleh Tung-hai Mo-li yang membunuh semua pengejar itu, kemudian mengambil Cin Cin sebagai muridnya
Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan mengajak Cin Cin ke pantai Laut Kuning dan menurunkan semua kepandaiannya kepada murid te rsayang itu
Bahkan ilmu di air ia ajarkan, sehingga Cin Cin kini telah menjadi seorang dara berusia sembilanbelas tahun yang amat lihai, baik ilmu silatnya, tenaga sin-kangnya dan ilmunya bermain di air
Cin Cin cantik manis, jelita dan menggairahkan
Akan tetapi selain ilmu-ilmu yang ia warisi dari Tung-hai Mo-li, ia juga mewarisi wataknya yang aneh! Watak yang acuh terhadap orang lain, hidup seenaknya, semaunya, tidak te rikat oleh segala macam norma dan peraturan umum! Bahkan seperti juga subonya Cin Cin jarang bergaul dengan orang lain
Para gadis di pedusunan pantai yang dijumpainya dan dikenalinya, tak lama kemudian menghindar karena mereka semua merasa takut dan segan kepada Cin Cin, bukan hanya karena Cin Cin berwatak aneh, akan tetapi juga karena gadis ini memiliki kelihaian yang menggiriskan hati
Pernah ada tiga pemuda dusun yang jatuh hati kepadanya, memperlihatkan sikap manis dan seperti biasa, tiga orang pemuda itu memperlihatkan sikap berani, merayu dan memikat
Bagi gadis lain, kalau memang ia tidak suka, tentu ia akan menolak dan menghindar saja
Akan tetapi Cin Cin tidak sama dengan gadis-gadis lain
Ia merasa diremehkan, marah dan iapun mematahkan kaki tangan tiga orang pemuda itu dan meninggalkan mereka merintih-rintih di tepi jalan! Bukan han ya satu kali itu Cin Cin menghajar laki-laki yang te rlalu berani dan dianggapnya kurang ajar kepadanya
Ada pula yang te was karena laki-laki itu tidak sopan dan berusaha merangkulnya
Sekali tangan Cin Cin menampar dan mengenai pelipisnya, laki-laki itu roboh dan nyawanya melayang! Akan tetapi, kalau ia tidak marah dan hatinya sedang gembira, Cin Cin dapat bersikap ramah kepada siapa saja
Ia memang pada dasarnya memiliki watak lincah je naka dan gembira, hanya menjadi aneh karena dididik oleh seorang datuk wanita yang aneh
Dan selama ini, Cin Cin tidak pernah lupa bahwa ia adalah pute ri ketua Hekhouw-pang yang te was di tangan orang-orang yang menyerbu perkampungan He k-houw-pang, bahkan ibunya diculik oleh penyerbu
Diam-diam ia sudah mengambil keputusan bahwa akan dicarinya pembunuh ayahnya dan penculik ibunya, dan ia hanya menanti ijin dari subonya
Biarpun wataknya ugal-ugalan, keras dan berani, namun te rhadap subonya, Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan, Cin Cin bersikap le mbut, taat dan menyayang
Hal ini bukan saja karena ia berhutang budi, dan karena gurunya memang menyayang kepadanya, dan bersikap baik saja, akan te tapi terutama sekali karena ia tahu benar bahwa subonya adalah seorang wanita yang menderita kesengsaraan batin yang hebat
Ia sendiri tidak tahu mengapa, karena subonya tidak pernah mau bercerita dan mengatakan belum waktunya bercerita, akan tetapi seringkali ia melihat subonya dengan diam-diam sedang menangis dan merintih sampai semalam suntuk! Dan ia tahu pula bahwa subonya tidak mempunyai keluarga seorangpun, hidup sebatang kara dan agaknya tidak pernah menikah atau sudah cerai
Maka, ia merasa iba kepada subonya, dan karena perasaan inilah ia ingin membalas budi subonya dengan menyenangkan hatinya, yaitu dengan jalan mentaati semua perintahnya
Mendengar ucapan muridnya, Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan mendekati perahu itu dan mengamatinya
Ketika ia melihat perahu itu bercat hijau dan ada ukiran berbentuk ikan hiu di kepala perahu, ia mengerutkan alisnya
Hemm, Kalau begitu tidak keliru dugaanku perahu ini milik Pulai Hiu.
Aihh, subo tahu
Memang benar milik Pulau Hiu, subo
enam orang pemiliknya adalah anak buah Pulau Hiu!
seru Cin Cin heran
Mendengar ini, Tung-hai Mo-li lalu duduk di ujung perahu yang kering, memandang ke arah lautan yang tadi ditunjuk muridnya
Tidak kelihatan apa-apa kecuali gelombang besar dan buih di puncak ombak, lalu ia menatap wajah muridnya dan berkata,
Cin Cin, ceritakan apa yang te rjadi antara engkau dan enam orang dari Pulau Hiu itu.
Cin Cin lalu menceritakan dengan sikap lincah je naka tentang pertemuannya dnegan enam orang itu, betapa mereka mengajaknya ke Pulau Hiu dan betapa mereka mengganggunya sehingga ia marah dan melempar-lemparkan mereka ke air dan ia kembali membawa perahu mereka
Setelah Cin Cin menyelesaikan ceritanya, Tunghai Mo-li menarik napas panjang
Hemm, sejak dahulu memang orang-orang Pulau Hiu merupakan bajak-bajak laut
Aku tidak pernah mencampuri pekerjaan mereka, akan tetapi kenapa sekarang mereka berani mengganggu penduduk di daratan
Kunjungan mereka ke daerah ini sudah pasti mengandung maksud te rtentu
Agaknya tua Bangka Siangkoan Bok itu sama sekali tidak pernah bermimpi bahwa anak buahnya akan berte mu dengan murid Tung-hai Mo-li!
Subo, siapakah Siangkoan Bok itu
Dan orangorang macam apakah yang menghuni Pulau Hiu
Aku mendengar mereka bicara te ntang Siangkoan Kongcu, majikan muda Pulau Hiu
Agaknya subo sudah mengenal mereka.
Majikan Pulau Hiu bernama Siangkoan Bok, seorang kakek yang kini tentu sudah tua sekali, tidak kurang dari tujuhpuluh lima tahun usianya
Dia hidup sebagai majikan Pulau Hiu di seberang pantai daerah Shantung itu, sebagai seorang hartawan yang kaya raya, juga kekuasaannya besar karena dia menjadi datuk dari para bajak laut di Lautan Kuning
Anak buahnya banyak, di antaranya te ntu s aja enam orang yang kau jumpai itu
Sebetulnya Siangkoan Bok sendiri tidak melakukan pembajakan dan anak buahnya juga tidak, akan te tapi karena dia merupakan datuk bajak laut dan anak buahnya merupakan bekas para bajak, te ntu saja kaang-kadang merekapun menjadi gatal tangan dan melakukan pembajakan.
Hemm, kiranya hanya bajak-bajak laut yang hina,
Cin Cin mencibirkan bibirnya yang merah
Kalau tahu mereka bajak, tadi tentu sudah kubunuh semua
Dan siapakah yang mereka sebut Siangkoan Kongcu, subo?
Gurunya menggele ng kepala
Setahuku, dahulu memang ada pute ra Siangkoan Bok bernama Siangkon Tek
Akan te tapi dia sudah tewas
Tentu yang disebut Siangkoan Kongcu itu pute ranya yang lain, karena kabarnya Siangkoan Bok mempunyai banyak is te ri yang cantik, dan mungkin saja dia mempunyai banyak keturunan.
Hemm, aku ingin sekali berkunjung ke pulau Hiu, subo
Akan kuobrak-abrik pulau bajak itu!
Tung-hai Mo-li mengerutkan alis nya dan matanya mencorong ketika ia menatap wajah muridnya
Melihat ini, Cin Cin terkejut dan mendekati subonya, duduk di perahu dan memegang tangan subonya
Maaf, subo
Kenapa subo kelihatan marah?
Engkau ini mencari gara-gara saja! Apa perlunya mencari perkara dengan pulau Hiu
Engkau mempunyai tugas lain yang jauh lebih penting!
Wajah Cin Cin berseri dan matanya bersinarsinar
Subo! Apakah subo maksudkan sudah tiba saatnya aku boleh melaksanakan tugasku itu
Tentu saja aku tidak akan pernah lupa
Aku akan ke dusun Ta-bun-cung, ke He k-houw-pang dan menyelidiki siapa pembunuh ayahku, siapa pula yang menculik ibuku
Aku akan mencari ibuku, aku akan membunuh para penyerbu Ta-bun-cung itu, aku...
Cin Cin menghentikan ucapannya ketika melihat gurunya mengangkat tangan memberi is yarat agar ia diam
Ia melihat gurunya masih mengerutkan alis dan kelihatan tidak senang
Cin Cin, engkau hanya memikirkan dirimu sendiri saja
Engkau sedikitpun tidak pernah memikirkan kebutuhanku.
Cin Cin merangkul gurunya
Memang hubungannya dengan gurunya se perti anak dengan ibunya saja, mesra dan akrab, tidak berhormathormat seperti murid te rhadap guru lain
Subo, maafkanlah aku
Tentu saja aku memikirkan, bahkan mementingkan kebutuhan subo
Katakan, apa yang dapat kulakukan untukmu, subo
Tentu perintah subo akan kulaksanakan lebih dulu, setelah itu, barulah aku akan mengurus diriku sendiri.
Nah, begitu baru muri dku yang baik,
kata Tung-hai Mo-li dan iapun merangkul le her muridnya dan mencium kedua pipinya
Cin Cin balas mencium dan dalam jarak dekat itu ia dapat melihat betapa wajah subonya masih amat cantik, kedua pipinya halus dan putih kemerahan tanpa bedak dan pemerah
Aih, subo cantik sekali
Kenapa secantik ini subo tidak menikah?
Ditanya demikian, Tung-hai Mo-li melepaskan rangkulannya dan ia menarik napas panjang
I nilah salah satu di antara hal yang kuminta engkau membalaskan untukku, Cin Cin
Aku hidup menderita dan tidak pernah mau mendekati pria sejak muda karena ulah seorang laki-laki!
Cin Cin memandang heran
Bagaimana mungkin ada laki-laki yang berulah sehingga menghancurkan hati subonya
Kenapa subonya tidak membunuh saja laki-laki itu dan membiarkan dirinya tenggelam dalam duka
Subo, siapakah dia dan apa yang te lah dia lakukan
Ceritakan kepadaku, subo
Aku berjanji akan melaksanakan segala perintah subo dan akan kubalaskan semua sakit hati subo.
Ada dua orang yang kuingin e ngkau mencarinya dan membunuh mereka untuk aku
Dan untuk itu, dengarkan dulu ringkasan riwayat hidupku.
Cin Cin mendengarkan penuh perhatian
Selama sepuluh tahun lebih ia hidup bersama subonya dan belum pernah ia mendengar riwayat subonya
Agaknya subonya mempunyai riwayat yang menyedihkan
Ceritakan, subo,
katanya lirih sambil mengamati wajah subonya
Mereka duduk di atas perahu hijau itu, di pantai yang sunyi
Matahari sudah naik agak tinggi, menyinarkan cahayanya yang hangat menggigit
Mari kita duduk di bawah pohon di sana, lebih te duh di sana,
kata Tung-hai Mo-li dan mereka lalu meninggalkan perahu, duduk di bawah pohon yang agak jauh dari pantai, duduk berhadapan di atas akar pohon itu yang menonjol di permukaan tanah
Sejak kecil aku sudah yatim piatu,
Tung-hai Mo-li memulai dengan riwayatnya
Cin Cin te rtegun
Ia sendiri sudah kehilangan ayah, akan tetapi mungkin ibunya masih hidup
Dibandingkan dengan subonya, ia masih lebih beruntung!
Sejak kecil sebatangkara dan merantau sebagai pengemis
Untung berte mu dengan seorang pengemis tua yang mau membimbingku
A ku mulai belajar ilmu silat dengan giat sekali
Berganti-ganti guru sampai aku dewasa
Kemudian aku bertemu dengan seorang guru yang pandai dan bersama seorang suhengku, aku belajar silat darinya
Suhengku itu bernama Can Siok dan setelah tua dia berjuluk Cui-beng Sai-kong
Akan te tapi, setelah aku dewasa dan merantau seorang diri dengan bekal kepandaian yang cukup, aku berpisah dari suheng, pada waktu guru kami meninggal dunia
Kami mengambil jalan masingmasing dan nasib membawaku ke kotaraja.
Tunghai Mo-li berhenti sebentar dan mengingat-ingat
Sejak kecil subo sudah menderita,
komentar Cin Cin
Lupa bahwa nasibnya sendiripun tidak le bih baik
Di kotaraja itulah aku bertemu seorang pangeran
Dia gagah perkasa dan memiliki ilmu silat yang hebat
Kami saling tertarik dan akhirnya kami saling jatuh cinta.....
Tung-hai Mo-li menghela napas panjang dan Cin Cin mengamati wajah subonya sambil te rsenyum
Tentu subonya amat cantik ketika gadis , dan sudah sepantasnya kalau subonya itu jatuh cinta dengan seorang pangeran.!
Aih, te ntu pangeran itu gagah dan tampan sekali, maka subo sampai jatuh cinta padanya,
kata Cin Cin tanpa sungkan-sungkan lagi
Subo menikah....?
Tung-hai Mo-li te rsenyum dan baru sekarang ia melihat subonya tersenyum! Bukan main manis nya kalau tersenyum, akan tetapi hanya sebentar saja karena senyum itu berubah pahit
Pangeran itu mempunyai cita-cita yang amat besar
Dia adalah adik kaisar , dan ia bercita-cita kelak akan menggantikan kakaknya menjadi kaisar
Karena itu, dia tidak mau mengambil aku, seorang wanita biasa, bahkan seorang wanita kangouw menjadi isterinya yang sah! Dia harus menjaga nama, dan dia bahkan akan menikah dengan seorang pute ri
Aku hanya akan dijadikan selir..
Hemm, lalu bagaimana, subo?
Tentu saja aku tidak sudi! Kami sudah saling bersumpah dan aku........aku telah menyerahkan diri
Dia sudah berjanji akan mengambilku sebagai isterinya, tidak tahunya hanya akan dijadikan selir
Aku tidak mau dan aku meninggalkan dia!
Wajah yang masih cantik itu nampak berduka sekali dan ia memejamkan mata
Cin Cin mengerutkan alisnya
Betapa besar cinta kasih subonya kepada pangeran itu, pikirnya
Buktinya, sampai sekarang, subonya sama sekali tidak mau berjalan lagi dengan pria lain!
Subo, apakah subo mendendam sakit hati kepada pangeran ini
Apakah aku harus mencari dia dan membalaskan sakit hati subo?
Tung-hai Mo-li membuka mata dan mengangguk
Puluhan tahun aku memperdalam ilmu dengan harapan pada suatu hari, murid yang kuwaris i ilmu-ilmuku akan dapat mewakili aku untuk membalas sakit hati yang kuderita selama puluhan tahun ini, dan engkaulah orangnya yang kuharapkan akan dapat membuat aku mati dengan mata terpejam, Cin Cin.
Akan te tapi, subo dengan kepandaian yang subo miliki, apa sukarnya bagi subo untuk membunuh orang itu
Kenapa subo menanti sampai puluhan tahun dan membiarkan hati menderita dendam selama itu?
Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala dan menghela napas panjang
Biarpun dia juga bukan orang le mah, bahkan ketika kami saling berpibu dia lebih tangguh dariku, akan tetapi aku te rus dengan giat memperdalam ilmuku dan mungkin sekarang aku dapat menandingi dan mengalahkannya
Akan te tapi, aku sudah tua dan..........aku kuatir, kalau aku berhadapan dengan dia, hatiku akan menjadi lemah dan usaha membalas dendamku tidak akan te rlaksana
Oleh karena itulah aku menggemble ngmu mati-matian, Cin Cin.
Aku akan mencari pangeran itu dan membunuhnya, subo
Siapa namanya dan dimana aku dapat mencarinya?
Namanya Pangeran Cian Bu Ong, dahulu dia adik kaisar Kerjaan Sui
Akan tetapi kerajaan Sui telah jatuh dan diganti kerajaan Tang
Setelah kerajaan Sui jatuh, aku mendengar dia beberapa kali mengusahakan pemberontakan untuk mendirikan kembali kerajaan Sui, akan tetapi semua usahanya gagal
Aku te lah menyelidiki dan bertanya-tanya, dan mendengar bahwa dia suka kelihatan di sepanjang lembah sungai Kuning
Ke le mbah itulah engkau dapat mencarinya
Dia seorang laki-laki yang bertubuh tinggi besar, gagah sekali, mukanya kemerahan
Dia sekarang kalau masih hidup te ntu sudah tua pula, karena dia le bih tua setahun dariku
Sekarang usianya tentu sudah enampuluh lima tahun le bih.
Aku akan mencarinya, subo
Dan siapakah orang kedua yang harus kucari ?
Dia bukan musuh pribadiku
Akan te tapi, hatiku sakit karena dia telah membunuh suhengku, padahal dia itu adalah putera suhengku sendiri
Anak durhaka itu harus dihukum dan dibunuh
Suhengku itu amat sayang kepadaku, bahkan dialah yang le bih banyak membimbingku dahulu dan dia menganggap aku seperti adik kandungnya sendiri
Suhengku itu bernama Can Siok dan dahulu berjuluk Cui-beng Sai-kong dan seperti telah kuceritakan tadi, sejak dewasa kami saling berpisah mengambil jalan sendiri-sendiri
Hanya se waktu-waktu saja kami saling jumpa, aku mengunjunginya atau dia mencariku
Dia menemukan agama baru, yaitu menyembah Thiante Kwi-ong dan dia memiliki ilmu sihir yang hebat
Suhengku mempunyai seorang pute ra yang bernama Can Hong San, dari isterinya yang berasal dari pute ri Nepal
Dan anak durhaka itu pada suatu hari membunuh ayah kandungnya sendiri
Aku merasa sedih sekali mendengar nasib suheng dna kuminta engkau kelak mencari Can Hong San dan membunuhnya!
Di mana aku dapat mencari Can Hong San itu, subo?
Entahlah, aku sendiri tidak tahu dimana dia berada
Akan tetapi kau ingat saja namanya dan karena dia seorang tokoh sesat, kukira namanya dikenal oleh dunia kangouw dan engkau kelak dapat melakukan penyelidikan.
Tung-hai Mo-li berhenti sebentar, lalu mengeluarkan seuntai kalung mutiara yang amat indahnya
Kau bawa ini dan kalau engkau berte mu dengan Pangeran Cian Bu Ong, berikan ini kepadanya dengan pesan dariku, bahwa dia harus menukar kalung ini dengan nyawanya, seperti yang pernah dia janjikan kepadaku dahulu
Mutiara-mutiara ini kudapatkan sendiri dengan menyelam di lautan yang paling dalam, memilih yang te rbaik dan menguntainya menjadi kalung untuk kuserahkan kepada pria yang kucinta itu
Dia menerima dengan gembira dan berjanji bahwa kalung itu akan disimpannya dan disayangnya seperti nyawanya sendiri
Akan tetapi, ketika dia hendak meninggalkan aku, dia mengembalikan kalung ini kepadaku................
Kedua mata Tung-hai Mo-li menjadi merah dan basah dengan air mata
Ia membalikkan tubuh dan membelakangi Cin Cin yang menerima kalung mutiara itu, agaknya ia tidak ingin dilihat menangis dan ketika membalikkan tubuh itu, ia menghapus air matanya
Nah, itulah pesanku kepadamu, Cin Cin
Maukah engkau berjanji bahwa engkau akan menunaikan tugas-tugas itu?
Tanya Tung-hai Moli yang sudah menghadapi lagi muridnya
Cin Cin mengalungkan kalung mutiara itu di le hernya
Subo, aku berjanji akan mencari dan membunuh Pangeran Cian Bu Ong dan Can Hong San!
katanya dengan penuh semangat
Tung-hai Mo-li bangkit berdiri, wajahnya nampak le ga dan berseri
Ia lalu melepaskan tali pengikat sarung pedangnya dari punggungnya, menyerahkan pedang dan sarungnya itu kepada Cin Cin
Nah, kau te rimalah Koai-liong-kiam ini, Cin Cin
Aku ingin engkau membunuh mereka dengan pedang ini
Akan te tapi jangan sekali-kali mengurangi kewaspadaan, Cin Cin
Dua orang itu bukan merupakan lawan yang ringan
Akan te tapi aku yakin bahwa kalau engkau menggunakan pedang ini dan mengerahkan seluruh te naga dan kepandaianmu, engkau akan berhasil.
Baiklah subo
Aku akan melaksanakan perintah subo dan mudah-mudahan saja aku akan berhasil dan tidak mengecewakan subo.
Aku percaya padamu, Cin Cin, dan berhatihatilah
Engkau tentu masih ingat akan nama para tokoh di dunia persilatan yang pernah kuceritakan kepadamu
Jangan memandang rendah lawan, dan jangan mencari perkara
Bersikaplah seperti murid te rkasih seorang datuk, tidak seperti perempuan petualang yang mengandalkan kepandaian lalu bersikap congkak dan menyebar bibit permusuhan dimana-mana.
Cin Cin merangkul gurunya,
Aku mengerti subo
Dan kapan aku harus berangkat?
Hari ini juga
Mari kita pulang, engkau cepat berkemas dan hari ini juga meninggalkan rumah kita.
Mereka lalu bergandengan tangan menuju ke sebuah rumah yang berdiri te rpencil di luar dusun nelayan, tak jauh dari pantai
Mereka jalan bergandengan tangan seperti kakak beradik saja, tidak seperti guru dan murid dan melihat dari belakang, takkan ada yang menduga bahwa seorang di antara mereka adalah seorang wanita yang usianya sudah enampuluh tahun lebih!
Berhasil atau tidak, dalam waktu setahun engkau sudah harus kembali ke sini,
demikian pesan Tung-hai Mo-li ketika mengantar muridnya pergi sampai ke luar daerah perbukitan di sepanjang pantai itu
Ketika gadis itu dengan pedang di pinggang dan buntalan pakaian di pundak meninggalkannya, Tung-hai Mo-li te rmenung, betapa semangatnya seperti terbawa pergi, ia mencintai gadis itu seperti anaknya sendiri
Cin Cin yang melangkah dengan cepat juga tidak ingin terlihat menangis oleh gurunya
Ketika ia meninggalkan gurunya, ia merasa begitu sedih dan kasihan kepada gurunya yang amat disayangnya itu
Biarpun gurunya seorang datuk, namun te rhadap dirinya, Tung-hai Mo-li amat baik dan menyayangnya, maka dianggapnya gurunya seperti pengganti orang tuanya
Bagaimanapun ju ga, ia masih ingat bahwa ia adalah puteri ketua Hekhouw-pang, perkumpulan orang-orang gagah, maka te ntu saja ia tidak boleh menjadi seorang yang jahat
Gadis itu melangkah tanpa menoleh lagi, menuju ke utara, ke sungai Huang-ho (Sungai Kuning)
Untuk mencari Pangeran Cian Bu Ong, subonya hanya memberitahu bahwa bekas pangeran itu tinggal di lembah Sungai Kuning
oo-ooo0dw0ooo-o Dusun Ta-bun-cung sekarang nampak ramai dan makmur
Hal ini adalah berkat perkumpulan He k-houw-pang yang kini te lah berdiri kembali setelah dihancurkan oleh para penyerbu utusan Pangeran Cian Bu Ong kurang le bih empatbelas tahun yang lalu
Ketika malam itu terjadi penyerbuan, banyak tokoh Hek-houw-pang yang te was
Ketika itu ketuanya, Kam Seng Hin, tewas
Juga sutenya yang bernama The Ci Kok, disamping banyak lagi anggota He k-houw-pang
Bahkan kakek Coa Song, sesepuh Hek-houw-pang, meninggal dunia karena kaget dan berduka melihat hancurnya Hek-houw-pang
Cucunya yang sudah lama meninggalkan He khouw-pang, yaitu Coa Siang Lee, yang kebetulan berada di situ ketika perkumpulan itu diserbu, juga te was pula ketika membela Hek-houw-pang
Lebih hebat lagi, isteri ketua Kam Seng Hin, yaitu Coa Liu Hwa diculik penjahat, demikian pula isteri Coa Siang Lee, yaitu Sim Lan Ci, lenyap bersama pute ranya Coa Thian Ki
Keluarga Hek-houw-pang cerai berai tidak keruan, bahkan sejak terjadi penyerbuan malam itu sampai matinya kakek Coa Song, He k-houw-pang boleh dibilang telah mati
Para anggotanya tidak berani lagi bergerak, apalagi karena sudah tidak ada yang memimpin
Akan te tapi, beberapa bulan kemudian, muncullah Lai Kun, seorang di antara para sute dari mendiang ketua He k-houw-pang
Lai Kun adalah sute termuda dari Kam Se ng Hin dan dialah yang mendapat tugas untuk mengantar Kam Cin, pute ri ketua itu ke Hong-cun, agar pute ri ketua itu menjadi murid Pendekar Naga Sakti Sungai Kuning
Dia bercerita kepada para rekannya bahwa di sepanjang jalan Kam Cin atau Cin CIn menangis, menyatakan tidak mau pergi ke Hong-cun, akan tetapi mengajak paman gurunya itu untuk mencari ibunya yang hilang diculik penyerbu
Aku dapat mencegah ia lari dan membujuknya
Akan te tapi pada suatu malam, kami diserbu gerombolan perampok
Ketika aku melawan pengeroyokan perampok itulah Cin Cin melarikan diri dan le nyap
Aku sudah mencari sampai berbulan-bulan tanpa hasil, akhirnya aku pulang,
demikian Lai Kun bercerita
Tentu saja cerita itu bohong, karena seperti yang kita ketahui, dia telah menjual Cin Cin ke rumah pelacuran! Sebagai saudara muda ketua He k-houw-pang yang sudah te was, Lai Kun berhak menggantikannya
Dia berusaha mengumpulkan para anggota He k-houw-pang, kemudian perlahanlahan dia memimpin para anggotanya untuk membangun kembali He k-houw-pang
Dia berhasil mengumpulkan kurang lebih limapuluh orang, dan mulai mendirikan perusahaan pengawalan barang dengan bendera Hek-houw-pang
Mulailah perkumpulan itu berkembang dan mendapat kepercayaan
Apalagi ketika pejabat daerah melapor ke kotaraja tentang Hek-houw-pang, perkumpulan yang dengan gigih membela pemerintah Tang, sehingga dibasmi oleh anak buah pemberontak Pangeran Cian Bu Ong, maka peristiwa itu masuk dalam catatan petugas di istana
Ketika Pangeran Li Si Bin, tujuh tahun kemudian menggantikan kedudukan ayahnya menjadi kasisar Tang Tai Cung, dia memeriksa semua catatan itu dan mendengar te ntang Hekhow-pang, kaisar inipun segera mengambil kebijaksanaan
Kaisar berkenan memberi hadiah kepada He khouw-pang, melalui pembesar daerah dan Hekhouw-pang menerima bangunan baru yang besar di Ta-bun-cung, juga menerima hadiah kereta untuk pekerjaan mengawal barang, disamping dua losin e kor kuda pilihan, uang dan terutama sekali, nama baik
Peristiwa itu membuat nama Hek-houw-pang semakin te rkenal dan dipercaya pedagang
Siapa yang tidak percaya kepada perkumpulan yang telah mendapat pengakuan dan hadiah dari kaisar sendiri
De mikianlah, dusun Ta-bun-cung ikut menjadi makmur berkat perkembangan He k-houw-pang
Dan Lai Kun, ketua baru He k-houw-pang, berusaha keras untuk membuat perkumpulan itu semakin maju
Dia kini menjadi seorang ketua yang te rhormat dan te rkenal
Dan sejak dia menjadi ketua Hek-houw-pang, Lai Kun menikah dan kini mempunyai dua orang anak laki-laki berusia sepuluh dan delapan tahun
Dia hidup terhormat, kecukupan, berbahagia dengan keluarga
Kalaupun kadang-kadang dia te ringat kepada Cin Cin dan diam-diam dia menyesali perbuatannya, dia cepat mengusir kenangan itu sebagai sebuah mimpi buruk yang amat mengganggunya
Tak seorangpun tahu akan peristiwa itu dan Cin Cin sudah dianggap le nyap atau mati oleh semua anggota Hek-houw-pang, walaupun kadang-kadang Lai Kun te rmenung dan ada perasaan khawatir apabila dia teringat kepada Cin Cin
Empat belas tahun telah lewat sejak peristiwa pembasmian Hek-houw-pang dan kini dusun Tabun-cung sudah berubah banyak
Banyak terdapat toko dan kedai makan minum dan para penghuninya yang dahulu sebagian besar hanyalah petani-petani miskin yang pakaian dan rumahnya butut, kini pakaian mereka jauh lebih baik, karena penghasilan mereka baik
Perdaganganpun mulai ramai dan semua orang memuji ketua Hek-houwpang yang kini dipanggil Lai-pangcu (Ketua Lai)
Bahkan Lai Kun diangkat sebagai ketua atau kepala dusun Ta-bun-cung oleh penduduk
Pada suatu senja, Lai-pangcu bersama isterinya, seorang wanita penghuni dusun itu juga yang berwajah cantik, duduk minum-minum sambil menikmati makan kecil di serambi depan
Dua orang pute ra mereka sehat-sehat dan sebagai pute ra ketua Hek-houw-pang, te ntu saja dua orang anak laki-laki itu dilatih ilmu silat
Akan tetapi karena ayah mereka menghendaki agar kelak mereka dapat menduduki pangkat, keduanya juga diharuskan mempelajari ilmu baca tulis secara mendalam
Untuk itu, Lai-pangcu sengaja mendatangkan seorang sasterawan dari kota untuk mengajar kedua orang pute ranya
Hari mulai gelap dan seorang pelayan menyalakan lampu-lampu di rumah, juga lampu te mbok yang berada di serambi depan, di mana keluarga itu sedang minum teh
Pelayan itu tidak berani berlama di situ, setelah menyalakan lampu segera ia masuk kembali karena tidak ingin mengganggu majikannya sekeluarga yang sedang santai
Isteri Lai Kun seorang wanita yang le mbut dan kedua pute ranya juga merupakan anak-anak yang pandai dan patuh
Lai Kun merasa berbahagia sekali
Dia kini telah berusia limapuluh empat, tubuhnya yang dahulu kurus itu kini telah berubah gemuk, sehingga hidungnya yang dulu nampak besar karena mukanya kurus, sekarang kelihatan serasi
Ayah, ada tamu....................!
seorang pute ranya menuding ke pintu pagar
Lai Kun dan isterinya memandang dan benar saja, di dalam cuaca yang remang-remang itu nampak seorang wanita yang bertubuh ramping memasuki pekarangan le wat pintu pagar dan kini melangkah dengan tenang menghampiri serambi di mana mereka duduk
Lai Kun cepat bangkit, diikuti isterinya
-ooo0dw0ooo-