Jilid 12
Bi Lan, angkat mukamu dan pandanglah aku kalau bicara denganku
Aku tidak suka bicara dengan orang yang selalu menundukkan mukanya seperti orang yang menyembunyikan kesalahan.
Ucapan itupun bukan kata-kata yang mengandung kemarahan, akan tetapi mengandung perintah yang mutlak dan tidak mungkin dapat dibantah atau tidak ditaati
Bi Lan mengangkat muka memandang
Hamba pernah menjadi murid Siauw-lim-pai, pangeran....
katanya lirih, hamper tidak kuat menahan sinar mata mencorong seperti naga itu, yang memandang kepadanya dengan bersih dan jujur akan te tapi seperti hendak mengukur kedalaman isi hatinya
Hemm, sekarang ini jarang ada pendekar Siauw-lim-pai yang benar-benar memiliki kepandaian tinggi
Sungguh sayang
Kelaliman Kerajaan Sui telah menghancurkan Siauw-lim-pai, sehingga ketuanya membakar diri! Sekarang aku berte mu murid Siauw-lim-pai yang pandai
Bi Lan, coba kau perlihatkan ilmu silatmu dengan melayaniku beberapa jurus.
Setelah berkata demikian, Pangeran Li Si Bin sudah menuju ke te mpat tadi kedua orang wanita itu berlatih silat, yaitu di lapangan rumput yang luas dekat kolam ikan
Bi Lan menunduk lagi
Hamba.......hamba tidak berani, pangeran......
Pangeran Li Si Bin mengerutkan alisnya
Ini perintah, Kwa Bi Lan!
Ai Yin segera berkata
Enci Bi lan, ayah sendiri tidak akan membangkang te rhadap perintah pangeran Mahkota, apalagi engkau!
ia lalu menghampiri Bi Lan dan memondong Lan Lan,
Kupangku dulu Lan Lan, kau layani pangeran!
Bi Lan te rkejut
Hampir ia lupa bahwa pangeran yang berada di depannya ini merupakan orang yang paling berkuasa di kerajaan Tang! Bahkan menurut Siauw Can, kaisar sendiri, ayah pangeran ini, masih kalah besar kekuasaannya! Maka ia cepat memberi hormat lalu bangkit dan menghampiri pangeran yang sudah berada dilapangan rumput
Pangeran itu tersenyum senang
Nah, begitu sebaiknya, Bi Lan
Aku ingin melihat apakah engkau te pat untuk melatih pasukan pengawal wanita di is tana yang sedang kupersiapkan! Bah, kau maju dan seranglah aku, dan jangan sungkan atau takut
Keluarkan kepandaianmu agar aku dapat menilainya.
Tepat dugaannya
Pangeran ini hendak menguji kepandaiannya dan mendengar bahwa pangeran ini ingin agar ia melatih pasukan pengawal di istana, jantungnya berdebar penuh ketegangan
Ia akan menjadi pelatih di istana Kais ar! Bukan main! Tak pernah ia bermimpi untuk dapat memasuki istana Kaisar, apalagi menjadi pelatih di sana
Ia melihat betapa pangeran itu s udah memasang kuda-kuda yang kokoh
Kuda-kuda yang dikenalnya sebagai kuda-kuda ilmu silat aliran Kun-lun-pai, maka iapun cepat menyalurkan sinkang ke arah kedua tangannya, kemudian menggeser kakinya maju, mengangkat kedua tangan ke depan dada sebagai penghormatan, kemudian berkata lembut,
Maafkan hamba!
Mulailah!
Pangeran Li SI Bin tampak gembira sekali melihat gerakan kaki dan tangan wanita itu yang biarpun nampak le mbut dan indah, namun mengandung tenaga sin-kang yang membuat s etiap gerakan itu Nampak mantap berisi
Bi Lan tidak ragu-ragu lagi setelah melihat betapa pangeran itu memang seorang ahli silat
I a menerjang maju dengan pukulan tangan te rbuka, dan mempergunakan jurus-jurus ilmu silat Siauwlim-pai yang pernah dipelajarinya sebelum ia menjadi murid Sin-tiauw Liu Bhok Ki
Tentu saja ia memilih jurus-jurus terampuh, dan karena ia telah memperoleh kemajuan dalam hal sin-kang dan ginkang setelah belajar kepada Sin-Tiauw Liu Bhok Ki, te ntu saja gerakannya jauh lebih hebat dibandingkan sebelumnya
Ge rakannya cepat dan setiap serangannya mengandung te naga yang kuat sekali
Bi Lan menjadi kagum
Kiranya pangeran itu benar lihai sekali, melampaui dugaannya
Setiap serangannya dapat dielakkan atau ditangkis oleh pangeran itu, dan setiap kali lengan mereka berte mu, ia merasa betapa lengannya tergetar hebat! Agaknya Pangeran Li Si Bin tidak main-main dalam menguji wanita itu
Ia memang membutuhkan seorang pelatih yang baik untuk regu pengawalnya yang baru dibentuknya
Dia sedang membentuk sebuah regu pengawal wanita, te rdiri dari para dayang, gadis -gadis muda pilihan untuk menjaga keamanan keluarga di dalam istana, sehingga tidak perlu menggunakan pengawal thai-kam (orang kebiri)
Memang banyak jagoan silat di istana, akan tetapi kalau dia menyuruh seorang jagoan untuk melatih dan menggebleng regu pengawal wanita itu, tentu akan te rjadi hal-hal yang tidak enak
Dia tidak dapat menyalahkan para jagoan itu
Siapa dapat bertahan diri menghadapi seregu dayang yang muda dan cantik-cantik itu
Maka, sebaiknya mencari pelatih seorang wanita pula dan kalau Kwa Bi Lan ini mempunyai kepandaian tinggi seperti yang didengarnya, dia akan minta agar wanita ini menggembleng regunya itu
Karena dia ingin mengukur Bi Lan, maka Pangeran Li Si Bin segera membalas serangan Bi Lan dengan serangan yang tak kalah hebatnya! Bi Lan cepat mengelak dan mengandalkan kecapatan gerakannya untuk menghindarkan diri
Akan te tapi pangeran itupun dapat begerak cepat mengimbangi kecepatannya, sehingga sejenak Bi Lan te rdesak dan main mundur sambil mengelak dan menangkis ! Karena pangeran itu te rus mendesak, tiba-tiba Bi Lan mengubah gerakannya dan tubuhnya mencelat ke udara lalu ia menukik dan menyambar bagaikan seekor burung rajawali
Ia telah memainkan ilmu silat Hui-tiauw Sin-kun ( Silat sakti Rajawali terbang ), yang dipelajarinya dari mendiang suaminya! Begitu ia menyerang dengan ilmu silat ini, keadaannya menjadi te rbalik! Kini pangeran itu te rdesak dan berulang-ulang dia berseru kaget dan kagum
De ngan serangan yang menyambar- nyambar seperti itu, pangeran Li Si Bin nampak bingung dan beberapa kali hampir saja tangan Bi Lan mengenai pundak dan dadanya
Akan te tapi tentu saja wanita itu tidak berani melanjutkan serangannya dan selalu menarik kembali serangannya, apabila serangannya hampir mengenai sasaran
Cukup....!
Pangeran Li Si Bin berseru dan Bi Lan meloncat mundur, merangkap kedua tangan memberi hormat
Harap paduka memaafkan hamba.....
Wah, engkau memang hebat!
Pangeran itu berseru,
Akan tetapi, ilmu silatmu yang te rakhir tadi tentu bukan dari Siauw-lim-pai!
Maafkan hamba, karena paduka tadi mendes ak, te rpaksa hamba mempergunakan ilmu simpanan itu yang memang bukan dari Siauw-lim-pai.
Pangeran Li Si Bin mengerutkan alisnya
Dia merasa penasaran karena sudah banyak dia mengenal ilmu silat, akan tetapi ilmu silat yang menyambar-nyambar dan membingungkannya seperti tadi belum pernah dilihatnya
Ilmu silat apakah itu?
Namanya Hui-tiauw Sin-kun.
Hemm, memang pantas
Engkau menyambarnyambar bagaikan burung rajawali saja
Dari siapa engkau mempelajari ilmu hebat itu, Bi Lan?
Dari...
mendiang suami hamba pangeran.
Siapakah mendiang suamimu yang lihai itu?
Namanya Liu Bhok Ki....
Si Rajawali Sakti
Aih, pantas
Kiranya engkau isteri seorang pendekar besar
He mm, jadi engkau ini isterinya dan dia sudah meninggal dunia
Engkau janda pendekar itu dan itu......anakmu?
Pangeran Li Si Bin menunjuk kepada Lan Lan
Benar, pangeran .
Pada saat itu muncul Pangeran Tua Li Siu Ti sambil tertawa-tawa
Biarpun dia paman dari pangeran muda ini, namun karena kedudukannya kalah tinggi, Pangeran Li Siu Ti lebih dulu member hormat kepada keponakannya
Pangeran, sudah lamakah dating berkunjung
Ai Yin, kenapa tidak member tahu kepadaku?
Kanda pangeran menguji kepandaian enci Bi Lan, ayah,
kata Ai Yin gembira dan bangga karena gurunya membuat pangeran itu kagum
Maaf, paman,
kata pangeran Li Si Bin
Saya mendengar tentang dua orang anda yang menjadi pengawal di sini
Saya kagum sekali setelah menguji kepandaian Kwa Bi Lan
Paman memang beruntung sekali mendapatkan dua orang muda itu sebagai pengawal pribadi
Setelah menguji Kwa Bi Lan, saya ingin mengajukan sebuah permintaan kepada paman, harap paman suka mengabulkannya.
Diam-diam pangeran Tua Li Siu Ti merasa khawatir
Mungkinkah pute ra mahkota ini tertarik kepada Bi Lan dan ingin mengambilnya untuk tinggal dalam is tananya sendiri
Kalau demikian halnya, dia akan kehilangan sekali
Sukar mencari pengganti seorang wanita perkasa seperti Bi Lan
Tentu saja dia tidak berani menyatakan kekhawatirannya ini
Tidak demikian dengan Ai Yin
Biarpun dia selalu bersikap ramah dan sopan penuh hormat kepada putera mahkota yang ia tahu memiliki kekuasaan tertinggi, akan tetapi gadis ini lebih berani dan terbuka, tidak se perti ayahnya
Maka iapun segera berkata,
Aihh, kanda pangeran, apakah paduka akan membawa enci Bi Lan pindah dari sini ke istana paduka
Lalu bagaimana dengan saya?
Pangeran Li Si Bin te rsenyum
Tidak, Ai Yin, aku hanya ingin agar ia suka melatih pasukan dayang pengawal khusus di istana, setiap hari beberapa jam saja
Tentu saja kalau paman pangeran membole hkan dan terutama sekali kalau Bi Lan yang bersangkutan tidak berkeberatan.
Bi Lan te rbelalak
Pangeran ini yang kekuasaannya demikian besar, ternyata masih bersikap demikian lunak! Kalau ia tidak berkeberatan
Sungguh sikap yang sama sekali tidak pernah disangkanya, dan sikap pangeran ini membuat Bi Lan semakin kagum dan suka sekali kepada pangeran muda yang rendah hati dan tidak sewenang-wenang itu
Aih, tentu saja saya setuju, pangeran!
kata Pangeran Tua Li Siu Ti dengan ramah
Bagus! Terima kasih, paman
Dan bagaimana dengan engkau Bi Lan
Maukah engkau membantuku melatih pasukan dayang agar mereka dapat menjadi pengawal yang dapat diandalkan
Setiap hari tiga atau empat jam saja dan untuk je rih payahmu itu, tentu saja kami akan memberi imbalan.
Hamba akan mentaati perintah paduka, pangeran.
Kata Bi Lan dengan wajah berseri
Entah bagaimana, ia merasa senang dapat bekerja kepada seorang pangeran seperti ini.!
Baik, te rima kasih
Mulai besok pagi, aku akan menyuruh je mput dengan kereta, setelah selesai melatih, engkau akan diantar kembali kesini dengan kereta
Kalau anakmu itu tidak dapat berpisah darimu, boleh kau ajak ke istana.
Setelah berkata demikian, Pangeran Li Si Bin berpamit dari rumah pamannya dan iapun melangkah keluar, diantar oleh Pangeran tua Li Siu Ti sampai di depan istananya
00000ooooo000 Betapa indahnya taman itu, seperti taman sorga dalam dongeng
Matahari senja Nampak bulat merah redup, seperti sebuah lampu gantung yang besar dan bulat
Matahari sudah hamper menyelesaikan tugasnya sehari penuh dan biarpun nampaknya tidak berkuasa dan bersinar lagi, namun bekas kekuasaannya masih nampak membakar langit
Langit kebakaran, merah kuning dan ada garis -garis biru putih di sana-sini, adapula warna seperti lautan perak dihias awan putih le mbut begumpal-gumpal seperti sekawanan domba putih sedang berangkat pulang ke kandang
Keindahan alam yang membuat hati te rasa nyaman, membuat orang ingin bersenandung
Dan sesosok bayangan seorang pria menghampiri
Bi Lan te rsenyum dan perasaan hangat mesar menyelubungi hatinya
Betapa besar cinta kasihnya kepada suaminya! Suaminya, Sin-tiauw Liu Bhok Ki menghampirinya dengan langkahnya yang te gap, dengan wajahnya yang jantan, dengan sinar matanya yang penuh kasih dan penuh kebijaksanaan, dengan senyumnya yang menenangkan hati
Ketika suaminya mendekat sambil mengembangkan kedua lengan, iapun membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan mesra
Bibir itu mengecup lehernya, panas
Terasa betapa le hernya digigit dengan dengus penuh nafsu
Suaminya tidak pernah berbuat hal seperti ini
Suaminya selalu tenang dan tidak pernah dilanda gairah nafs u yang menggelora seperti ini
'Thhh...!
ia merenggut dirinya le pas
Bukan suaminya! Dan ia tidak berada di dalam taman, di senja yang indah
Ia berada di dalam kamarnya, di atas pembaringan dan yang tadinya muncul sebagai suaminya dalam mimpi, ternyata adalah Siauw Can atau Can Hong San! Ia tadi bermimpi! Dan kenyataannya, Can Hong San telah memasuki kamarnya seperti maling dan tadi telah memeluknya dan mengecup, menggigit le hernya dengan penuh nafsu
Kau.....!
bentaknya dengan lirih dan kini ia sudah meloncat turun dari atas pembaringan
Wajahnya menjadi merah dan terasa panas sekali ketika melihat betapa kancing bajunya bagian atas terlepas sebagian
Jari-jari tangannya cepat mengancingkan kembali baju itu dan matanya mencorong menatap wajah pemuda itu
Bi Lan ..Lan-moi.
..engkau tahu betapa aku mencintaimu, Lan-moi..! Aku cinta padamu dan tidak tahan lagi,..Kuharap engkau tidak membuat aku terpaksa menggunakan paksaan....
Bi Lan te ringat bahwa kepandaian pemuda ini jauh lebih tinggi darinya dan kalau pemuda ini menggunakan paksaan, mungkin ia tidak akan mampu menghindarkan diri dari penghinaan, dari perkosaan
Cepat ia meloncat dan di lain saat, ia telah berada di dekat pembaringan kecil di sudut, di mana Lan Lan tertidur, dan sekali sambar, ia telah memondong anaknya yang masih tidur itu
Kalau engkau tidak segera pergi, aku akan berte riak dan melawan mati-matian, aku akan melaporkan kepada Pangeran Tua dan Pangeran Mahkota
Akan hancur semua pekerjaan kita selama ini!
Lan-moi, kenapa....
Bukankah selama ini aku baik kepadamu, selalu membantumu
Aku cinta padamu, dan aku percaya bahwa engkaupun cinta padaku.
Cukup, pergilah atau aku akan berte riak!
kembali Bi Lan mengancam
Hal ini sungguh tidak disangka sama sekali Can Hong San atau yang sekarang dikenal sebagai Siauw Can
Tadinya dia merasa yakin bahwa kalau dia melakukan pendekatan, janda muda itu tentu akan menyambutnya dengan hangat
Dari sikap janda itu, sinar matanya kalau memandangnya, senyumnya, semuanya menunjukkan bahwa janda itu kagum dan suka kepadanya
Apalagi kalau diingat bahwa sejak pertemuan pertama, dia selalu menolong janda itu, bukan saja menyelamatkannya, juga selanjutnya membimbingnya sehingga mereka berdua dapat memperoleh kedudukan yang menyenangkan dan mulia di rumah Pangeran Tua, bahkan janda itu kini ditugaskan melatih pasukan dayang di istana! Dia tahu betapa Bi Lan merasa berhutang budi kepadanya, oleh karena itu, kalau dia melakukan pendekatan, tentu Bi Lan akan menyambutnya dengan mesra
Ketika tadi dia memperoleh kesempatan, berhasil menyelinap memasuki kamar janda itu, lalu merangkul, membelai dan mengecupnya, dalam keadaan setengah sadar Bi Lan menyambutnya dengan hangat
Akan te tapi, kenapa sekarang keadaannya berubah sama sekali
Tentu s aja dia merasa kecewa bukan main, kecewa, mendongkol dan menyesal
Sia-sia saja semua kebaikan yang dilakukannya selama ini te rhadap Bi Lan.!
Lan-moi, benarkah engkau menolak cintaku
Engkau mengusirku?
Sudahlah, pergi cepat! Aku bukan menggertak saja!
Bi Lan mencabut sepasang pedangnya yang te rgantung di dinding
Baik, aku pergi
Tak kusangka bahwa engkau adalah seorang perempuan yang tidak mengenal budi!
Dan aku tidak menyangka bahwa engkau hanyalah seekor binatang buas berbulu domba!
balas Bi Lan
Uhh!
Siauw Can keluar dari dalam kamar itu melalui daun jendela, sepeti masuknya tadi
Bi Lan menutupkan daun je ndela, merebahkan kembali Lan Lan, kemudian ia terhuyung dan menjatuhkan diri di atas pembaringannya
Seluruh tubuhnya gemetar dan lemas, dan iapun tak dapat menahan diri lagi, menangis tanpa suara! Betapa mengerikan bahaya yang tadi mengancam dirinya
Kalau saja ia tidak bermimpi berte mu mendiang suaminya, kalau saja ia tidak sadar, betapa akan mudahnya te rjeblos, betapa akan mudahn ya menyeleweng dan menyerahkan dirinya kepada pemuda yang sesungguhnya amat dikagumi dan disukainya! Dan kini ia menangis bukan karena marah, melainkan karena penyesalan melihat kenyataan yang amat pahit itu
Siauw Can bukanlah pria seperti yang dibayangkannya semula! Dan inilah yang membuatnya kini menangis
Ia merasa kehilangan seorang sahabat baik, seorang yang selama ini dianggapnya seperti kakak sendiri
Bahkan ia harus mengakui bahwa besar sekali kemungkinannya kelak ia akan menerima cinta kasih pemuda itu dengan hangat, dengan penuh harapan
Akan te tapi kini semua telah musnah! Semua telah hancur, karena perbuatan Siauw Can malam itu
Ia kini merasa hidup seorang diri, dan tidak dapat mengandalkan siapapun
Sementara itu, Siauw Can memasuki kamarnya dengan wajah muram
Berulang kali dia mengenal tinju dan menyumpah-sumpah dalam hatinya
Dia telah gagal sama sekali! Kegagalan yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan
Dia memang sengaja hendak merayu Bi Lan, bahkan kalau perlu menggunakan paksaan untuk menggauli janda itu
Sekali Bi Lan te lah menyerahkan dirinya, dia tidak akan kehilangan janda yang sesungguhnya te lah menjatuhkan hatinya itu
Dia mencintai Bi Lan
Inilah yang memusingkan dirinya
Kalau tidak demikian halnya, te ntu dia tidak akan sekecewa ini
Banyak wanita yang le bih cantik daripada Bi Lan bias dia dapatkan
Akan te tapi dia mencintai Bi Lan dan tidak ingin kehilangan Bi Lan
Tadinya, usahanya malam ini adalah untuk mengikat agar Bi Lan tidak akan terlepas lagi dari tangannya
Dia merencanakan hal yang le bih besar
Dia ingin mendekati Li Ai Yin! Kalau dia berhasil mendapatkan dara bangsawan itu, membuatnya te rgila-gila, dan berhasil menjadi mantu Pangeran Tua, te ntu dia memperole h kemajuan yang hebat! Dan biarpun hal itu tetjadi, kalau Bi Lan sudah berhasil dikuasainya, te ntu Bi Lan tidak dapat berbuat sesuatu! Kelak dia menikah dengan Ai Yin, dan Bi Lan menjadi selirnya
Betapa akan membahagiakan hatinya
Wanita yang akan mengangkat derajatnya menjadi isterinya dan wanita yang dicintanya menjadi selirnya! Akan te tapi, dia telah gagal sama sekali! Bi Lan menolaknya, dan ancaman Bi Lan bisa berbahaya
Tidak, selama dia tidak mengganggu lagi, Bi Lan juga tidak akan begitu bodoh untuk melaporkan apa-apa kepada Pangeran Tua maupun Putera Mahkota
Laporan yang tidak ada buktinya! Pula, kalau melaporkan peristiwa semalam, kedua orang bangsawan itupun tidak akan mencampuri, dan andaikata kedua bangsawan itu tidak suka kepadanya, te ntu Bi Lan akan terbawa pula
Siauw Can merebahkan diri tanpa melepas sepatunya, rebah terlentang di atas pembaringannya sambil melamun
Kini dia telah tahu akan segala rahasia Pangeran Tua
Pangeran itu merupakan orang yang berambis i besar dan seorang pembenci Turki
Dan dia sendiri telah menjadi orang kepercayaan Pangeran Tua Li Siu Ti, disamping Poa Kiu
Baru kemarin dia menerima tugas yang amat berat, akan tetapi juga amat rahasia
Tugas itu saja menunjukkan betapa Pangeran Li Siu Ti percaya sepenuhnya kepadanya
Dan jantungnya masih berdebar te gang kalau dia mengenang kembali tugasnya itu, yang dilaksanakan dengan baiknya malam kemarin
Sebelumnya dia sudah melakukan penyelidikan sehubungan dengan tugas rahasia itu dan dia tahu bahwa Gala Sing, pute ra Raja Baducin, pemuda berusia tigapuluh tahun yang tukang pelesir dan mata keranjang itu, malam itu berada di pondok indahnya di luar kota raja
Se perti biasa, Gala Sing bersenang-senang di pondoknya itu, dijaga oleh seregu anak buahnya, tukang-tukang pukulnya
Setelah membuat rencana dengan masak, seorang diri dia menyusup ke dalam istana bagian pute ri dan tidak terlalu sukar baginya untuk menangkap seorang selir kaisar, menotoknya sehingga tidak dapat bergerak dan tak mampu bersuara lagi
De ngan kepandaiannya yang tinggi, Siauw Can berhasil memanggul selir yang dimasukkannya ke dalam kantung kain besar itu keluar dari te mbok is tana, bahkan membawanya keluar dari kotaraja, menuju ke pondok indah milik Gala Sing di lereng sebuah bukit kecil
Ge gerlah istana di malam hari itu.! Beberapa orang dayang yang melayani selir itu, hanya melihat bayangan hitam berkelebat, berkedok dan selir itu diculik si bayangan hitam
Mereka menjerit dan para pengawal segera mencoba melakukan pencarian, namun sia-sia
Bayangan itu telah menghilang bersama selir kaisar
Mendengar ini, kaisar menjadi marah dan malam itu juga, kaisar memerintahkan pasukan keamanan untuk melakukan penggele dahan dan pencarian di seluruh kota raja
N amun sia-sia saja hasilnya
Dan pada keesokan harinya, yaitu pagi-pagi tadi, te rjadi kejadian yang le bih menghebohkan lagi
Para pengawal Gala Sing, pagi itu menemukan majikan mereka, Gala Sing, sudah menggeletak di atas pembaringan dalam keadaan telanjang bulat dan mati! Dadanya te rluka bekas tusukan pisau yang menembus jantungnya! Dan di sampingnya, Nampak selir kaisar yang sudah mati dengan tangan kanan masih memegang pisau yang menancap di dadanya sendiri
Seperti keadaan Gala Sing, selir inipun mati dalam keadaan te lanjang bulat
Selain mereka berdua, di lantai juga te rdapat mayat lain, mayat seorang gadis penari yang malam itu dipanggil oleh Gala Sing untuk menemaninya bersenang-senang
Juga penari ini tewas dengan tusukan di dada dan le her
Para penyelidik dari kota raja segera berdatangan dan menurut pemeriksaan mereka, selir itu telah diperkosa
Mudah saja diambil kesimpulan melihat keadaan di kamar itu
Tentu selir itu diculik orang, dan dibawa ke kamar itu, diperkosa oleh Gala Sing
Kemudian selir itu mendapat kesempatan untuk menyambar pisau, menusuk Gala Sing, juga membunuh penari yang mungkin membantu Gala Sing, kemudian untuk mencuci aib, membunuh diri sendiri
Tidak ada kemungkian lain lagi, kecuali kesimpulan itu! Siauw Can te rsenyum sendiri
Dia telah bertindak cerdik sekali
Tugas rahasia itu adalah agar Gala Sing dibunuh dan agar diatur supaya te rjadi bentrok antara pihak kaisar dan pihak Raja Muda Baducin
Hanya itu tugasnya dan dia sendiri yang mengatur siasatnya
Tentu saja dia yang menculik selir itu dan tanpa setahu para penjaga di luar pondok indah itu, dia berhasil membawa selir itu masuk
Dia membunuh Gala Sing dan penari itu
Dia pula yang memperkosa selir itu kemudian membunuhnya, akan te tapi semua itu diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesimpulan di atas tadi! Dan benar saja
Terjadi geger dan keadaan menjadi gawat
Raja Muda Baducin marah-marah dan berduka sekali karena pute ra tersayang tewas
Juga kaisar mencak-mencak karena selirnya diculik, diperkosa dan membunuh diri
Hal itu dianggap suatu penghinaan besar sekali
Dan Pangeran Tua Li Siu Ti merangkul pundaknya dengan girang bukan main
Tidak percuma engkau menjadi tangan kananku!
bisik pangeran itu setelah mendengar berita yang menghebohkan itu
Dan sore tadi, Pangeran Li Siu Ti dipanggil oleh kaisar
Tentu diadakan rapat atau perundingan yang serius sekali sehubungan dengan peristiwa itu sehingga sampai malam pangeran Tua belum juga kembali
Dan kesempatan itu dia pergunakan untuk mendekati Bi Lan
Namun sekali ini dia gagal! Tidak mengapa, dia menghibur diri sendiri
Bi Lan te ntu tidak akan berani menceritakan kepada siapapun juga
Andaikan diceritakanpun, apa salahnya kalau dia menyatakan cintanya kepada seorang janda, walaupun janda itu diakuinya sebagai saudara misan
Tentu Bi Lan akan dite rtawakan orang dan hal itu bahkan mendatangkan aib bagi dirinya sebagai janda muda! Tidak, Bi Lan tidak akan membuka mulut
Biarlah malam ini gagal, kelak masih banyak kesempatan dan masih banyak cara untuk membuat usahanya berhasil
Sekarang dia harus mengatur langkah berikutnya, yaitu pendekatan te rhadap Li Ai Yin! Siauw Can atau Can Hong San pernah menyesali semua pernuatannya yang sesat, dan ketika dia berte mu dengan Bi Lan, dia sedang berusaha untuk menjadi orang baik! Dia ingin belajar menjadi orang baik
Kebaikan adalah suatu keadaan batin, keadaan batin yang bersih dari pada pengaruh nafsu daya rendah
Keadaan batin, yaitu akal pikiran yang sepenuhnya digerakkan oleh jiwa, dibimbing kekuasaan Tuhan Yang Maha Kas ih! Belajar baik atau melatih kebaikan hanya akan membuahkan kemunafikan, karena kebaikan itu timbul dari keinginan
Ingin Baik! Dan keinginan baik ini tentu timbul pula ari keadaan
Seperti Hong San
Setelah dia hidup bergelimang kejahatan, dia mendapat kenyataan bahwa hidup secara itu tidak mendatangkan keuntungan, bahkan membuat dia selalu gagal dan sengsara
Kegagalan hidup dan kesengsaraan yang diakibatkan oleh perbuatan jahatnya itulah yang menimbulkan keinginan di dalam hatinya, ingin menjadi orang baik! Tentu saja pamrihnya adalah agar akibat perbuatan baik itu membuat dia berhasil dan senang dalam hidupnya
Jadi, kebaikan itu bukanlah sasaran mutlak, melainkan hanya akan dipergunakan sebagai suatu cara untuk mencapai tujuannya, yaitu kesenangan
Sasaran dari nafsu hanyalah s atu, yaitu kesenangan.! Usaha seperti itu, yaitu belajar menjadi baik, berlatih menjadi baik, jelas masih merupakan hasil karya nafsu, karena sasarannya adalah kesenangan sebagai akibat kebaikannya
Kalaupun orang menjadi baik karena itu, maka kebaikannya hanya merupakan kemunafikan belaka
Kebaikan seperti itu hanya polesan, mudah luntur
Karena yang diutamakan sasarannya, yaitu kesenangan, maka kebaikan yang hanya menjadi cadar itu dapat saja dengan mudah diganti dengan kebalikannya, yaitu kejahatan, asalkan sasarannya le bih cepat dapat dicapai, yaitu kesenangan
Apakah kalau begitu kita tidak perlu belajar menjadi orang baik
Siapa sesungguhnya yang mengajukan pertanyaan seperti itu
Siapa yang ingin belajar menajdi orang baik
Tentu saja pikiaran, dan pikiran kita telah bergelimang nafsu, telah dicengkeram oleh nafsu daya rendah
De ngan keadaan seperti itu, apapun yang diusahakan pikiran selalu hanya demi kepentingan diri pribadi
Dan ini memang menjadi tugas dari pikiaran
Pikiran merupakan satu di antara alat yang membantu manusia agar hidupnya di dunia dapat dipertahankan dpat diatur
Demikian pula dengan daya-daya rendah yang menyertai jiwa dalam kehidupannya sebagai manusia di dunia ini
Daya daya rendah itu memang disertakan kepada kita sebagai alat, sebagai pembantu
Tanpa adanya nafsu-nafsu itu, kita tidak akan hidup sebagai manusia
Akan tetapi, kalau sampai nafsu-nafsu yang semula ditugaskan menjadi pembantu kita itu dibiarkan meliar dan menjadi majikan, mencengkeram dan menguasai hati dan akal pikiran, maka kita akan diseret dan yang kita kejar hanyalah kesenangan-kesenangan duniawi yang membuat kita mabok dan tidak pantang melakukan hal-hal yang amat buruk
Lalu bagaimana daya kita
Kita hidup membutuhkan nafsu, akan tetapi nafsu juga yang menyeret kita ke dalam kegelapan
Kitapun tidak dapat mengendalikan nafsu, karena kita yang ingin mengendalikan inipun dikemudikan nafsu! Tidak ada kekuasaan di dunia ini yang akan dapat menguasai nafsu kecuali kekuasaan Sang Maha Pencipta
Tuhan yang mencipta semua itu, dan hanya Tuhan pula yang akan dapat mengatur dan membereskan keadaan yang menyimpang dari kebenaran itu
Kini manusia hanya tinggal menyerah! Kita menyerah sepenuhnya dengan tawakal dan ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Kuas, batin dan lahir
Batinnya menyerah kepada Tuhan sebagai dasar yang kokoh, lahirnya kita berusaha dan berikhtiar agar selalu melalui jalan hidup yang benar
De ngan demikian te rdapat keseimbangan lahir dan batin
Doa dan kerja! Yang dua ini harus selalu jalan bersama
Hidup bagaikan naik perahu
Doa merupakan kemudinya, kerja merupakan pendayungnya
Tanpa kemudi perahu akan te rsesat
Tanpa pendayung, perahu takkan maju
Tanpa kerjas ama antara keduanya, perahu akan ditelan ombak
-ooo0dw0ooo-
Sialan, semua siasat kita telah gagal akibat ulah Pangeran Li Si Bin keparat itu!
Pangeran Tua Li Siu Ti berjalan mondar-mandir di ruangan rumahnya yang luas itu, wajahnya muram alisnya berkerut dan kedua tangannya dikepal
Dia marah sekali
Yang menjadi saksi ulahnya ini hanya dua orang saja, dua orang kepercayaannya, yaitu Poa Kiu dan Siauw Can! Tentu s aja kalau orang lain mendengar ucapannya tadi, orang itu akan terkejut dan heran bukan main mendengar pembesar itu berani memaki Pangeran Li Si Bin! Kemudian tiba-tiba pangeran tua itu menjatuhkan diri duduk di atas kursinya berhadapan dengan dua orang kepercayaannya dan berkata dengan te gas,
Kalian berdualah yang kupercaya
Kalian harus menemukan cara bagiku, dan harus berhasil! Poa Kiu, pergunakan kecerdikanmu dan engkau Siauw Can, pergunakan kepandaian silatmu!
Siauw Can saling pandang dengan Poa Kiu
Siauw Can atau Can Hong San diam-diam merasa heran mengapa majikannya itu membenci benar orang-orang Turki dan mengapa pula hendak mengadu domba antara orang-orang Turki dengan kaisar
Harap paduka ceritakan dulu, kenapa paduka marah-marah
Bukankah tugas saya telah te rlaksana dengan baik?
Tanya Siauw Can, penas aran
Poa Kiu, kauceritakan kepadanya.
Kata Pangeran Tua Li Siu Ti
Kauceritakan segalanya, kemudian kalian berunding dan nanti sampaikan usul-usul kalian kepadaku!
Setelah berkata demikian, Li Siu Ti bangkit dan meninggalkan dua orang kepercayaannya itu berbicara berdua saja di ruangan tertutup itu
Sungguh heran, mengapa dia marah-marah?
Tanya Siauw Can setelah pembesar itu pergi
Bukankah tu gasku sudah kulaksanakan dengan berhasil baik
Kenapa dia mengatakan siasat kita gagal karena ulah Pangeran Li Si Bin
Apa artinya itu?
Poa Kiu menghela napas panjang
Pangeran Tua Li Siu Ti sudah menceritakan segalanya kepadanya dan dia tahu bahwa Siauw Can dapat dipercaya
Bukankah tadi pangeran tua itu menyuruh dia menceritakan segalanya kepada pemuda perkasa itu
Tugas yang kaulaksanakan dengan baik itu bertujuan mengadu domba antara orang-orang Turki dan Kaisar memang hamper berhasil
Kaisar marah-marah karena selirnya diculik dan diperkosa dan dibunuh, dan raja Muda Baducin juga marah-marah karena pute ranya, Gala Sing, te rbunuh
Memang keduanya sudah siap untuk saling menyalahkan dan kemungkinan besar te rjadi bentrokan dan permusuhan di antara mereka
Akan tetapi muncullah Pangeran Li Si Bin dan pangeran ini mele rai, mengakurkan kembali Baducin dan Kaisar
Dia mengatakan bahwa urusan pribadi tidak semestinya berkembang menjadi urusan Negara
Dan dia menghibur kedua belah pihak, mengatakan bahwa penculik dan pemerkosa selir kaisar sudah terhukum dan te rbunuh, sebaliknya pembunuh Gala Sing juga sudah membunuh diri
Keduanya sudah mati, semua dendam sudah te rbalas
Nah, turun tangannya Pangeran Li Si Bin itulah yang membuat keributan mereda, dan baik Baducin maupun Kaisar sudah dapat menerima kenyataan dan tidak marah-marah lagi.
Siauw Can mengangguk-angguk
Pantas saja Pangeran Li Siu Ti marah-marah karena memang semua je ruh payahnya itu sia-sia saja, tidak ada hasilnya
Sudah sejak dia diterima menjadi pembantu pangeran Li Siu Ti, dia merasa heran mengapa majikannya yang adik kaisar itu nampaknya tidak suka kepada kaisar dan membenci orang Turki
Kesempatan baik ini harus dia pergunakan untuk mengetahui dasar pemikiran dan perasaan majikannya, apalagi karena dia bercita-cita untuk dapat menjadi mantunya!
Paman Poa,
kini sebagai rekan dia menyebut paman kepada pembesar itu,
kalau boleh aku mengetahui, kenapa Pangeran Li Siu Ti membenci orang-orang Turki dan mengapa pula nampaknya tidak suka kepada Pangeran Li Si Bin?
Poa Kiu mengangguk-angguk
Me mang sebaiknya kalau engkau mengetahui semuanya, Siauw Can, dan pangeran juga sudah memberi ijin kepadaku untu k menceritakannya kepadamu.
Pembesar itu lalu menceritakan semua keadaan dengan terus terang kepada Siauw Can
Pangeran Tua Li Siu Ti merasa ikut berjasa ketika te rjadi gerakan menggulingkan Kerajaan Sui
Ketika kakaknya, Li Goan, diangkat menjadi kaisar pertama Kerajaan Tang sebagai Kaisar Tang Kao Cu, Pangeran Li Siu Ti tentu saja mengharapkan agar kelak dia menjadi pengganti kakaknya, mengingat bahwa kakanya tidak mempunyai anak laki-laki dari permaisuri
Akan tetapi, ketika Li SI Bin menjadi putera mahkota, mulailah dia merasa iri dan marah
Li Si Bin hanyalah anak dari selir bangsa Turki! Perasaan iri hati ini membuat ia membenci orang-orang Turki yang membantu Li Si Bin
Demikianlah Siauw Can
Pangeran Tua Li Siu Ti merasa bahwa dialah keturunan keluarga Li yang asli setelah kakaknya, dan Pangeran Li Si Bin hanyalah seorang berdarah Turki yang tidak pantas menjadi putera mahkota dan kelak menggantikan kedudukan kaisar
Karena orangorang Turki itu mendukung Pangeran Li Si Bin, maka mereka perlu disingkirkan, dan untuk itulah engkau bertugas mengadu domba itu
AKan te tapi te rnyata siasat itu gagal, maka kita harus mencari siasat baru.
Siauw Can menganggu-angguk
Ah, kalau saja tahu lebih dahulu, tentu aku tidak menyetujui siasat mengadu domba itu
Bagaimana mungkin mereka diadu domba kalau Pangeran Li Si Bin berdarah Turki pula
Tentu dia akan selalu menentang perpecahan di antara mereka.! Sebaiknya diatur agar kedudukan pemerintahan menjadi lemah dengan jalan membujuk Kaisar dan Putera Mahkota agar te nggelam ke dalam kesenangan dan kurang memperhatikan pemerintahan
Dengan jalan demikian, para pejabat tinggi dan rakyat akan merasa tidak suka kepada kaisar
Kalau sudah begitu, baru ada kemungkinan menjatuhkan mereka
Sementara itu, Pangeran Li SIu Ti harus dapat mengangkat namanya agar popular di kalangan rakyat
Juga perlu mengumpulkan orang-orang pandai untuk membantu.
Hemm, kiranya di samping lihai ilmu silatmu, juga engkau memiliki kecerdikan, Siauw Can
Engkau te lah dapat melihat cita-cita menjatuhkan kaisar dan putera mahkota, agar kedudukan kais ar dapat beliau kuasai
Dan kalau kita membantu sekuat tenaga, kita akan dapat menikmati hasilnya.
Siauw Can mengangguk-angguk
Dalam keadaan seperti itu, dia harus menempel orang kurus bungkuk ini!
Baik, paman Poa Kiu
Aku akan membantumu sekuat tenagaku
Bahkan semua usulku tadi anggap saja sebagai buah pikiranmu sendiri terhadap pangeran
Engkauolah yang mengatur semuanya, aku yang melaksanakan
Engkau menjadi otak pangeran, aku yang menjadi kaki tangannya
Tentu kita harus saling bantu, bukan?
Poa Kiu amat cerdik
Dia tahu bahwa a da udang di balik batu, maka dia harus mengetahui udang macam apa itu
Siauw Can, aku terima uluran tanganmu
N ah, jangan ragu, katakan bantuan apa yang dapat kuberikan padamu.
Siauw Can juga tidak kalah cerdiknya
Dia dapat menjenguk isi hati orang itu, maka diapun tidak merasa ragu lagi untuk membuka rahasia hatinya
Paman tentu mengerti bahwa seorang laki-laki harus dapat memperhitungkan dan menyesuaikan jalan pikiran dan perasaan hatinya
Nah
Terus te rang saja, hatiku tertarik oleh pute ri Li Ai Yin, dan aku jatuh cinta kepadanya
Aku yakin bahwa tidak sukar menjatuhkan hati pute ri itu
Kalau saja aku dapat menjadi suaminya, maka seiringlah jalannya perasaan dan pikiranku
Aku mendapatkan is teri yang te rcinta, juga aku mendapatkan mertua yang kita bantu agar kelak menjadi kaisar
Dengan demikian maka ikatan hubungan di antara kita dapat le bih erat lagi
Bukankah begitu, paman?
Poa Kiu memandang kepada pemuda itu dengan kagum
Pemuda ini memang hebat
Tinggi ilmu silatnya, cerdik dan mempunyai ambisi yang bes ar! Dia menagangguk dan mengelus jenggotnya yang jarang
Semua itu memang baik sekali, Siauw Can
Akan te tapi dalam hubungan asmara ini, bagaimana aku dapat membantumu?
Siauw Can te rsenyum
Urusanku dengan Ai Yin, te ntu tidak perlu dibantu, karena itu tergantung dari diriku sendiri
Akan tetapi setidaknya paman dapat membantu agar aku nampak berharga di mata pangeran, agar kelak tidak timbul te ntangan darinya kalau tiba saatnya aku melamar pute rinya.
Ahhh, baiklah
Itu mudah sekali, Siauw Can
Tentu saja engkaupun harus memperlihatkan jasajas a yang lebih banyak lagi.
Kalau kita berkerja sama, pasti kita berdua akan dapat membuat jasa, paman.
Akan te tapi, bagaimana dengan nyonya muda Kwa Bi Lan, adik misanmu itu
Apakah ia akan suka bekerja sama dengan kita?
I a adalah seorang wanita dan ia belum tahu akan kerjas ama ini, ia belum tahu pula akan citacita pangeran
Menghadapi wanita haruslah berhati-hati dan tidak te rgesa-gesa
Biarlah semua ini kita rahasiakan dulu darinya dan perlahanlahan aku akan membujuknya agar ia suka membantu kita
Serahkan saja ia kepadaku, aku akan berusaha untuk menundukkannya.
Baik kalau begitu
Aku merasa agak khawatir
Pertama, ia seorang wanita yang lihai dan kedua, dan ini yang paling berbahaya, ia telah ditarik oleh Pangeran Li Si Bin untuk melatih pasukan dayang setiap hari
Ini berarti ia dekat dengan pute ra mahkota dan bisa berbahaya sekali...
Atau bisa menguntungkan sekali!
kata Siauw Can tersenyum
Kalau aku berhasil menundukkannya, bukankah kedekatannya dengan pute ra mahkota itu mendatangkan keuntungan besar
Ia dapat kita jadikan matamata yang dapat selalu mengamati gerak-gerik kaisar dan putera mahkota.
Poa Kiu tertawa girang
Ah, engkau benar dan engkau cerdik, Siauw Can
Engkau harus dapat menundukkan adik misanmu yang cantik dan janda itu!
Dalam ucapan ini je las te rkandung dorongan yang sejalan dengan pikiran Siauw Can, yaitu bahwa dia harus dapat menundukkan Bi Lan lahir batin, yaitu lahirnya wanita itu harus jatuh ke dalam pelukannya, sehingga batinnya akan selalu taat akan semua kehendak dan perintahnya! Dan pemuda yang cerdik ini sudah dapat menemukan cara yang amat baik dan yang pasti akan berhasil! Akan te tapi dia tidak boleh tergesa-gesa
Baru saja dia gagal mendekati Bi Land an membuat janda muda itu marah
Dia harus pandai membawa diri, memperlihatkan penyesalannya agar kemarahan Bi Lan mereda dan wanita itu tidak menaruh kecurigaan kepadanya
Setelah Pangeran Tua Li Siu Ti memasuki kembali ruangan itu, mereka bertiga lalu berbisikbisik mengatur siasat
Sebuah siasat yang diajukan Poa Kiu dan Siauw Can amat mengejutkan hati Pangeran Li Siu Ti
Siasat itu adalah membunuh Putera Mahkota, Pangeran Li Si Bin.! Wajah Pangeran Tua Li Siu Ti seketika menjadi pucat dan matanya te rbelalak memandang kepada dua orang kepercayaannya
Alangkah baiknya kalau dapat te rjadi! Akan tetapi mana mungkin! Li Si Bin seorang yang memiliki kepandaian tinggi, dia tangguh dan sukar dikalahkan! Selain itu, diapun mempunyai banyak pengawal pandai, dan selalu terjaga
Di belakangnya ada balate ntara seluruh kerajaan, ratusan ribu orang yang setiap saat siap melaksanakan perintahnya! Bagaimana mungkin menyingkirkannya
Kalau gagal dan ketahuan, ah, ngeri aku membayangkan a kibatnya! Tentu seluruh anggota keluarga kita, sampai ke para pelayan dan binatang peliharaan, akan dibasmi habis!
Harap paduka tidak khawatir,
kata Poa Kiu
Hamba berdua Siauw Can te lah merencanakan siasat yang baik dan halus
Siauw Can akan mempergunakan kepandaiannya dan kalau sampai berhasil siasat itu, maka Pangeran Li Si Bin akan te was tanpa ada yang tahu siapa pembunuhnya.
Mereka bertiga lalu berbisik-bisik dan nampaknya Pangeran Tua Li Siu Ti girang sekali
Dia nampak mengangguk-angguk dan te rsnyumsenyum mengelus jenggotnya dan berulang kali mulutnya berkata,
Bagus........., bagus sekali...!
Saking girang rasa hatinya, pangeran itu lalu menutup pembicaraan itu dengan sebuah pesta yang meriah, pesta antara mereka bertiga yang dihadiri pula ole h isteri dan lima orang selir pangeran itu, dan anak tunggalnya, yaitu Li Ai Yin, gadis cantik genit dan manja yang tidak malu-malu lagi memperlihatkan kekagumannya kepada Siauw Can
Mereka makan minum sampai jauh malam dengan penuh kegembiraan dan peristiwa ini saja sudah membesarkan hati Siauw Can, karena dari Poa Kiu dia mendengar bahwa diajak makan bersama seluruh keluarga pangeran berarti bahwa dia telah dipercaya sepenuhnya, seperti halnya Poa Kiu sendiri
o-ooo0dw0ooo-o De ngan penuh kesungguhan hati, Kwa Bi Lan mengajarkan ilmu silat kepada para dayang
Para dayang ini merupakan gadis -gadis pilihan, bukan saja muda dan cantik, akan tetapi rata-rata memiliki kecerdikan dan tubuh yang se hat
Mereka itu pandai dengan segala macam bentuk kesenian, pandai menari, bernyanyi, memainkan alat musik, membaca sajak
Oleh karena itu tidak sukar bagi Bi Lan untuk mengajarkan ilmu silat kepada tigapuluh orang dayang-dayang is tana itu
Ia mengajarkan dasar-dasar ilmu silat Siauw-lim-pai, kemudian, atas petunjuk Pangeran Li Si Bin, ia mengajarkan ilmu silat menggunakan senjata sabuk yang diambil dari Ilmu Hui-tiauw Sin-kun ( Silat sakti rajawali terbang )
De ngan ilmu silat sabuk itu, dibentuklah Angkin-tin ( Barisan sabuk merah)
Ang-kin-tin ini bukan saja dapat memainkan sabuk sebagai senjata ampuh, akan te tapi mereka juga menggabungkan gerak silat itu dengan ilmu tarian yang mereka kuasai, sehingga kalau tidak dipergunakan untuk berkelahi, mereka itu dapat menggunakan sabuk merah mereka untuk menarinari dengan indahnya
Sabuk sutera merah panjang di tangan mereka dapat digerakkan membentuk bermacam-macam bunga bahkan huruf! Pangeran Li Si Bin merasa girang bukan main melihat kemajuan para dayang, dan tugas Bi Lan melatih para dayang di is tana itu memberi kesempatan kepada mereka berdua untuk saling jumpa
Pangeran Mahkota itu semakin kagum kepada Bi Lan, sebaliknya Bi Lan juga sangat kagum kepada pangeran yang tampan gagah perkasa dan manis budi ini
Ia mendapatkan segala sifat jantan pada diri pute ra mahkota ini
Pangeran itu dapat bersikap lemah lembut, ramah dan manis budi, akan tetapi kalau perlu, dia dapat pula bersikap keras dan tangan besi, sehingga selain disayang oleh semua orang, diapun disegani dan dihormati
Kalau ada kesempatan kedua orang itu bercakap-cakap, dari percakapan ini saja tahulah Bi Lan bahwa pangeran itu seorang yang berjiwa pendekar, juga amat mencinta tanah air dan bangsa, mencintai rakyat dan ingin melakukan segalanya demi kebaikan rakyat
Juga pangeran ini memiliki pengetahuan luas, bahkan dekat dan mengenal tokoh-tokoh kang-ouw dan datuk-datuk dunia persilatan
Semenjak peristiwa yang amat mengecewakan hatinya malam itu, ketika Siauw Can berusaha untuk berbuat tidak senonoh kepadanya, le nyaplah semua perasaan suka dan kagum te rhadap pemuda itu
Dan kini semua perasaan suka dan kagum itu beralih kepada Pangeran Li Si Bin! Tentu saja ia tahu diri dan hanya tinggal mengagumi saja, tidak berani mengharapkan yang le bih daripada hubungan di antara mereka seperti sekarang
Ia hanya seorang pekerja dan petugas, tiada bedanya dengan ratusan orang lain yang bekerja di lingkungan istana itu
Sebelum te rjadi peristiwa di malam itu, ia memang pernah merasa suka dan kagum kepada Siauw Can, bahkan ia akan menerima dengan hati dan tangan terbuka, seandainya pemuda itu mengajaknya hidup bersama sebagai suami isteri
Akan te tapi, semua harapan itu te lah hancur oleh perbuatan Siauw Can
Kalau bukan Siauw Can yang melakukan perbuatan itu te rhadap dirinya, ia te ntu tidak akan mau sudah sebelum membunuh laki-laki itu
Akan tetapi ia telah menganggap Siauw Can sebagai sahabat baik, dan pemuda itu telah minta maaf
I a mau melupakan peristiwa itu, akan tetapi tentu saja semua perasaan sukanya te rhadap pemuda itu le nyap sudah
Ia tahu bahwa Siauw Can mencintainya, akan tetapi pemuda itu menodai cintanya dengan perbuatan yang tidak senonoh
Pagi itu, seperti biasa, Bi Lan melatih para dayang bersilat dengan sabuk sutera merah mereka
Gerakan mereka sudah cukup baik dan tangkas, hanya masih kurang te naga
Dengan teliti Bi Lan mengamati mereka dan dengan te kun member petunjuk-petunjuknya
Dan pagi itu, pangeran Li Si Bin berkenan hadir dan dengan wajah berseri pangeran itu menonton
Hatinya senang karena dia melihat kemajuan pesat pada para dayang, dan dia semakin kagum karena ketika Bi Lan memberi contoh kepada para dayang dengan bersilat sabuk sutera merah, janda muda itu nampak seperti seorang dewi yang turun dari kahyangan dan menari-nari! Setelah Bi Lan selesai memberi contoh dan kini para dayang berlatih dengan giat, Pangeran Li Si Bin menggapai dan memberi isyarat kepada Bi Lan untuk mendekat
Bi Lan menghampiri dan memberi hormat dengan setengah berlutut
Bangkit dan duduklah di sini,
kata pangeran itu dengan ramah sambil menunjuk kea rah sebuah bangku
Bi Lan duduk di depan pangeran itu sambil menundukkan muka
Biar pun mereka sudah sering bercakap dan berjumpa, tetap saja Bi Lan tidak sanggup berpandangan te rlalu lama dengan sepasang mata yang memiliki wibawa sedemikian kuatnya
Ia selalu merasa seperti seorang anak kecil berhadapan dengan gurunya, dengan perasaan bersalah
Bi Lan, kalau engkau melatih pasukan dayang di sini, lalu bagaimana dengan anakmu?
Diam-diam Bi Lan te rkejut karena sama sekali tidak pernah menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu
Pangeran Li Si Bin menanyakan anaknya! Segera te rbayanglah wajah Hong Lan
Kalau ia bertugas di istana, dititipkannya Hong Lan kepada Cu-ma, pelayan wanita setengah tua tukang masak yang menjadi sahabat baiknya di istana pangeran Tua Li Siu Ti
Cu-ma ini dahulunya pengasuh Ai Yin di waktu gadis ini masih kecil, dan sekarang menjadi tukang masak gadis itu untuk keperluankeperluan kecil
Lan Lan hamba tinggalkan di is tana Pangeran Tua dalam asuhan Cu-ma, pangeran,
jawabnya
Lan Lan
He mm, bagus sekali nama panggilan itu
Siapa nama anakmu?
Namanya Hong Lan.
Kalau begitu nama lengkapnya te ntu Liu Hong Lan, bukan
Mendiang suamimu yang berjuluk Si Rajawali Sakti itu bernama Liu Bhok Ki.
Bi Lan mengangguk membenarkan
Apapun yang te rjadi, ia akan tetap mengakui Lan Lan sebagai anaknya, dan te ntu saja nama keluarganya Liu, menurut nama keluarga mendiang suaminya
Bi Lan, kami merasa senang sekali dengan hasil tugasmu melatih para dayang
Untuk menyatakan te rima kasih kami, maka kami harap siang ini sebelum engkau kembali ke rumah paman Li Siu Ti, engkau suka kami ajak makan siang bersama kami
N anti kalau makan siang sudah siap, engkau akan diberi tahu.
Bi Lan merasa betapa jantungnya berdebar te gang
Diajak makan siang bersama Pangeran Mahkota! Sungguh merupakan suatu kehormatan yang amat luar biasa
Tentu saja ia merasa canggung dan sungkan, akan tetapi untuk menolak, ia tidak berani
Itu akan merupakan suatu penghinaan terhadap pangeran itu
Baik, Pangeran.
Katanya
Setelah Pangeran Li Si Bin meninggalkan ruangan belajar silat itu, Bi Lan melamun dan akhirnya ia membubarkan para muridnya, karena ia tidak dapat memusatkan lagi perhatiannya
Ia lalu pergi ke taman bunga yang amat luas di bagian belakang is tana
Karena mendapat kepercayaan Putera Mahkota, apalagi karena semua petugas mengenalnya sebagai guru dan pelatih para dayang, Bi Lan sudah biasa berjalanjalan di taman dan tidak ada seorangpun petugas yang melarangnya
Perasaan hatinya terguncang oleh undangan makan siang Pangeran Li Si Bin
Sampai lama dia te rmenung, duduk di te pi kolam ikan emans, agak te rlindung dan te rsembunyi di balik semak berbunga
Tiba-tiba ia melihat berkelebatnya bayangan orang
Sebagai seorang ahli silat yang sudah bertualang di dunia persilatan, sudah te rbiasa menghadapi bahaya, Bi Lan sudah waspada dan cepat ia menyelinap di balik semak dan mengintai
Bayangan itu mencurigakan sekali
Kalau orang itu seorang tukang kebun atau petugas istana, tentu gerakannya tidak se perti itu
Orang itu berloncatan dari pohon ke pohon, bersembunyi, kadang berjongkok di balik semak, menuju ke dapur yang te rletak di bagian belakang bangunan yang menjadi ruangan makan
Dari dapur, para petugas, yaitu para dayang dan para thai-kam (laki-laki kebiri) yang bertugas membawa hidangan ke kamar makan, akan melalui lorong pendek dari dapur ke ruangan makan yang je ndelanya menghadap ke taman itu
Melihat bayangan itu menyelinap masuk ke dalam dapur melalui jendela dengan gerakan ringan, Bi Lan semakin curiga
I a lalu mengintai ke dalam dapur melalui je ndela
Agaknya hidangan sudah dikeluarkan dan dapur itu nampak sunyi
Ia melihat orang tadi berdiri di dekat pintu
Ia tidak mengenal laki-laki itu yang bertubuh gendut pendek, usianya kurang le bih tigapuluh tahun, wajahnya tampan dan kulit mukanya halus tanpa kumis dan jenggot
Tak lama kemudian, dari pintu dapur masuklah seorang thai-kam yang biasa bertugas membawa hidangan dari dapur ke ruangan makan
Ketika thai-kam itu melihat lakilaki itu, dia kelihatan terkejut
Akan tetapi, si gendut itu sudah menangkap pergelangan tangan thai-kam itu dan bertanya dengan suara mendesis,
Sudah kau hidangkan guci arak itu?
Sudah, akan tetapi kenapa engkau memaksa aku untuk menghidangkan guci arak yang itu
Aku tidak mengerti dan.....................
Pada saat itu, si gendut sudah menggerakkan tangannya dan sebatang pisau menancap ke dada thai-kam itu dan sebelum dia sempat mengeluarkan suara, si gendut sudah menotok lehernya, sehingga dia te rkulai roboh tanpa dapat bersuara lagi
Heiiii, apa yang kau lakukan itu?
bentak Bi Lan sambil membuka daun je ndela
Akan tetapi, orang gendut itu tidak menjawab, bahkan cepat melompat bagaikan seekor rusa, melarikan diri keluar dari dapur itu ke dalam taman
Melihat ini, Bi Lan segera lari mengejar dan dengan mudah saja ia dapat menyusul
Orang gendut itu tiba-tiba membalik dan di tangannya sudah terdapat dua batang pisau seperti yang tadi dia pakai membunuh thai-kam di dapur
Diapun cepat menggerakkan kedua pisau itu menyerang Bi Lan! Akan tetapi betapa kuat dan cepat gerakan serangan kedua pisau itu, bagi Bi Lan masih te rlalu lambat, sehingga dengan amat mudahn ya ia mengelak mundur dan ketika sepasang pisau itu menyambar le wat dari kanan dan kiri, kakinya mencuat dan menendang kea rah lutut kiri penyerangnya
Akan te tapi, ternyata penyerangnya itupun bukan orang lemah
Dia mampu meloncat ke samping sehingga te ndangan itu luput, dan kembali dia menubruk ke depan, menggerakkan sepasang pisaunya dengan ganas
Orang itu menyerang untuk membunuh, serangan orang yang nekat dan yang melihat bahwa jalan satu-s atunya baginya untuk dapat meloloskan diri hanya membunuh siapa saja yang menghalanginya
Pembunuh keparat!
Bi Lan berseru marah dan tiba-tiba tubuhnya melayang ke atas dan bagaikan seekor burung rajawali menyambar, tubuhnya meluncur kea rah lawan dengan kedua tangan mencakar dan menampar
Orang gendut itu berusaha untuk menyambut dengan sepasang pisaunya, akan te tapi kedua pundaknya sudah le bih dahulu kena dicakar dan ditampar sehingga sepasang senjata itu terlepas jatuh
Ketika orang itu hendak melarikan diri, kembali tangan bi Lan bergerak, sekali ini kearah tengkuk dan orang itupun jatuh tersungkur! Bi Lan menginjak punggungnya dan membentak,
Hayo katakan, kenapa engkau membunuh thaikam itu!
Akan tetapi, tangan kiri si gendut itu memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya sendiri dan diapun te rkulai
Ketika Bi Lan memeriksanya, te rnyata dia telah mati dengan muka berubah menghitam
Racun! Teringat akan ini, berubah wajah Bi Lan
Racun! Dan si gendut ini agaknya menyuruh dengan paksa thai-kam tadi menghidangkan guci arak kepada Pangeran Mahkota! Ketika para pengawal lari berdatangan mendengar keributan itu, Bi Lan berkata,
Jaga mayat pembunuh ini!
Dan diapun sudah melompat dan bagaikan te rbang secepatnya ia memasuki ruangan makan, dimana ia harus hadir atas undangan Pangeran Li Si Bin
Akan tetapi saat itu ia sama sekali tidak teringat akan undangan makan siang itu, dan ia memasuki ruangan itu bukan untuk memenuhi undangan makan
Begitu tiba di ambang pintu, dimana te rdapat sebuah meja yang menjadi te mpat persediaan cadangan mangkok dan sumpit, ia melihat pangeran itu yang dilayani para dayang,sedang mengangkat cawan arak ke mulutnya
Celaka, pikir Bi Lan dan wajahnya pucat sekali
Tidak ada waktu lagi untuk mencegah hal amat dikhawatirkannya, maka tangannya menyambar sebatang sumpit dari atas meja dan sekali tangan itu bergerak, sumpit melayang seperti anak panah ke arah pangeran
Sing.....trang....!
Cawan yang bibirnya sudah menempel di bibir Pangeran Li Si Bin itu te rlempar dan is inya tumpah, muncrat ke mana-mana
Akan tetapi pangeran bersikap tenang
Dia menoleh ke arah Bi Lan, melihat betapa wajah wanita itu pucat sekali
Sepasang mata pangeran itu mencorong, dan dia berkata dengan suara yang le mbut, namun berwibawa sekali sehingga te rasa oleh Bi Lan seperti pedang yang menembus jantungnya
Bi Lan, engkau kuundang makan siang dan aku sudah menantimu
Akan tetapi, engkau datang dan melakukan ini
Apa maksudmu?
Tentu saja pangeran yang juga memiliki ilmu kepandaian silat tinggi itu dapat mengenal serangan untuk membunuhnya atau serangan untuk mencegahnya minum arak dari cawan tadi
Kalau wanita itu menghendaki, tentu bukan sumpit yang disambitkan, melainkan senjata rahasia yang ampuh, dan bukan cawan di tangannya yang dijadikan sasaran, melainkan anggota tubuhnya yang mematikan
Akan te tapi kalau demikian halnya, tentu diapun sudah mengelak atau menangkis
Saking tegang, gelisah dan juga sungkan, Bi Lan menjatuhkan dirinya berlutut kepada pangeran itu
Bias anya ia memberi hormat dengan membungkuk atau hanya berlutut dengan sebelah kaki saja
Ampunkan hamba, pangeran
Akan tetapi........arak itu.....arak itu mungkin sekali mengandung racun.!
Katanya agak gagap karena te ntu saja ia sendiri belum yakin akan hal itu, hanya baru dugaan saja
Sepasang mata yang mencorong itu te rbelalak
Tanpa banyak cakap lagi Pangeran Li Si Bin yang sejak muda sudah bergaul dengan dunia kangouw dan mempunyai banyak pengalaman, lalu mengambil guci arak darimana tadi dia menuangkan arak ke dalam cawannya, menciumnya, lalu mengeluarkan sebuah mainan batu giok putih yang te rgantung di le her, mencelupkan batu kemala itu ke dalam arak
Tak lama kemudian dia mengangkat lagi batu giok itu dan te rnyata warna putih itu berubah menjadi kehijauan.!
Hemm, engkau benar Bi Lan
Kalau kuminum arak dalam cawan tadi, mungkin aku sudah mati
Racun ini kehijauan, tidak berbau dan tidak ada rasanya, amat berbahaya
Akan tetapi, bagaimana engkau bisa mengetahui bahwa arak yang akan kuminum itu mengandung racun
Bangkitlah, dan duduklah, ceritakan semuanya, Bi Lan.
Para dayang, tujuh orang banyaknya yang ditugaskan melayani pangeran yang akan makan siang dengan Bi Lan, saling pandang dengan wajah pucat s ekali
Mereka ketakutan dan terkejut bukan main ketika melihat bahwa arak yang hamper saja diminum pangeran itu beracun! Andaikan pangeran itu tadi meminumnya dan te was, mereka te ntu akan te rseret dan takkan diampuni lagi walaupun mereka sama sekali tidak tahu menahu akan arak beracun itu
Merekapun nyaris te was dan baru saja lolos dari cengkeraman maut bersama pangeran Mahkota! Bi Lan bangkit dan dengan langkah te nang menghampiri meja, lalu duduk menghadapi meja, berhadapan dengan pangeran itu yang menatapnya dengan penuh perhatian, akan te tapi dengan alis berkerut, karena dia belum tahu atau menduga apa yang sesungguhnya telah terjadi
Pangeran, tadi ketika hamba berjalan-jalan di taman, hamba melihat bayangan orang bergerak cepat memasuki dapur
Hamba merasa curiga dan membayanginya
Dia seorang laki-laki gendut dan di dapur, dia berbicara dengan seorang thai-kam
Thai-kam itu berkata mengapa dia harus menghidangkan guci arak itu kepada paduka
Tibatiba si gendut itu membunuh si thai-kam
Hamba te rkejut dan melompat masuk
Si gendut melarikan diri ke dalam taman dan hamba berhasil mengejarnya
Dia menyerang hamba dan hamba berhasil merobohkannya dan hendak menawannya
Akan te tapi dia membunuh diri dengan menelan racu
Lalu hamba te ringat akan ucapan thai-kam tadi, tentang guci arak yang dihidangkan pada paduka
Melihat si gendut itu ahli racun, hamba lalu menjadi curiga dan cepat hamba lari ke sini dan te rpaksa hamba melemparkan sumpit untuk mencegah paduka minum arak itu.
Kini pangeran itu mengangguk-angguk dan matanya mengeluarkan sinar kagum
Bi Lan, engkau sungguh hebat sekali, bukan saja engkau lihai dan cantik, akan tetapi engkau juga amat cerdik dan setia
Hanya kecerdikanmu yang tadi telah menyelamatkan nyawaku
Sungguh aku berhutang budi dan nyawa kepadamu, Bi Lan
Bagaimana kau dapat membalasnya
Terima kasih, Bi Lan.
Kalau tadi wajah Bi Lan pucat sekali karena te gang, cemas dan juga sungkan, kini wajah itu berubah kemerahan sehingga wajahnya menjadi semakin manis, dan dia tidak berani menentang pandang mata pangeran itu yang kini bersinar sinar penuh kagum
Melihat wanita yang dikaguminya itu menunduk dengan kedua pipi kemerahan, Pangeran Li Si Bin yang jarang tertarik wajah cantik itu, kini te rsenyum dan hatinya te rtarik sekali
Dia tahu bahwa tidak mudah mendapatkan seorang wanita seperti Bi Lan ini
Cantik jelita, masih muda, berkepandaian silat tinggi, cerdik dan setia! Biarpun wanita ini telah menjadi janda dengan seorang anak, namun ia jauh le bih menarik daripada gadis yang manapun! Mungkin karena merasa berhutang budi dan nyawa, saat itu sang pangeran te lah jatuh hati kepada Kwa Bi Lan!
Me ngapa pangeran berkata demikian
Hamba hanyalah melaksanakan tugas hamba, dan tidak ada yang perlu dipuji,
kata Bi Lan lirih tanpa berani mengangkat mukanya
-ooo0dw0ooo-