Jilid 11
Maaf, Paduka Raja Muda Baducin! Saya kira, urusan anak buah adalah urusan kecil, apa perlunya dibesarkan lagi
Biarlah lain hari kami akan mengirim obat kepada tujuh orang anggota pasukan Pedang Bengkok itu disertai maaf kedua orang muda ini.
Aih, Poa Kiu, kenapa begitu
Kami yakin bahwa Raja Muda Baducin tidak mempunyai niat buruk
Beliau memang kagum kepada orang-orang lihai seperti juga kami
Oleh karena itu, pertandingan adu kepandaian ini menarik sekali.
Lalu dia menoleh kepada Siauw Can
Orang muda, beranikah kalian berdua menandingi kedua orang pengawal pribadi Raja Muda Baducin itu?
Kami hanya menanti perintah paduka,
Jawab Siauw Can
Bagus! Kami perintahkan kepada kalian berdua untuk menandingi dua orang raksasa kembar itu mengadu ilmu kepandaian.
Kepada seorang di antara pengawalnya dia berkata,
Cepat engkau ke ruangan berlatih dan persiapkan te mpat untuk mengadu kepandaian!
Sambil te rtawa-tawa akan tetapi hati mereka sebetulnya panas, dua orang bangsawan itu berjalan berdampingan menuju ke ruangan latihan yang luas di sebelah belakang bangunan itu
Mereka diikuti Poa Kiu, kemudian dua orang pengawal pribadi Bangsa Turki, lalu Siauw Can dan Bi Lan, baru duabelas orang pengawal pangeran itu mengawal bagian paling belakang
Sebetulnya jarang sekali dua orang bangsawan itu saling berkunjung, bahkan tidak pernah
Semua orang tahu belaka bahwa Pangeran Tua Li Siu Ti merupakan bangsawan yang tidak suka kepada orang Turki, seperti banyak pula pejabat dan bangsawan yang seperti dia
Akan tetapi karena pasukan Turki itu merupakan rekan dari pasukan yang dipimpin Panglima besar Li Si Bin, te ntu saja dia tidak berani berterang menyatakan rasa tidak sukanya kepada Bangsa Turki
Hanya di dalam hatinya saja dan dia tidak pernah bergaul dengan mereka, kecuali dalam perte muan resmi
Hal ini diketahui pula oleh Raja Muda Baducin, maka kalau dia bersikap ramah, ini hanyalah basa basi belaka
Di dalam hatinya, tentu saja dia juga amat tidak suka kepada adik kaisar yang anti Turki ini
Mereka kini memasuki ruangan latihan yang luas itu
Di sini bukan hanya untuk latihan para pengawal, akan tetapi j|uga kadang-kadang kalau sang pangeran mengadakan rapat rahasia dengan orang yang dipercayanya saja, tempat ini dipergunakan
Tempat ini aman, tertutup dan te rjaga ketat oleh para pengawal sehingga orang luar jangan harap akan dapat mengintai, apa lagi masuk
Setelah tiba di situ s ang pangeran dan sang raja muda segera duduk di kursi yang sudah disediakan, sedangkan para pengawal berjajar di belakang pangeran
Juga di pintu terdapat prajurit yang berjaga
Dua orang raksasa kembar itu agaknya sudah siap dan mereka menyeringai sambil memandang ke arah Siauw Can dan Bi Lan, calon lawan mereka
Siauw Can segera memberi hormat kepada Pangeran Tua Li Siu Ti
Mohon maaf, pangeran
Saya mohon agar pertandingan ini diadakan satu lawan satu dan bergiliran, karena seorang di antara kami harus menjaga Lan Lan, anak kecil ini.
Mendengar ucapan Siauw Can itu, Bi Lan mengangguk setuju dan ia merasa girang sekali
Memang, adanya Lan Lan merupakan kelemahan bagi pihaknya
Ia belum tahu watak lawan
Siapa tahu mereka menggunakan akal untuk mencapai kemenangan, misalnya dengan menangkap Lan Lan, seperti yang pernah dilakukan tiga orang perwira di kota Penglu itu
Permohonan Siauw Can kepada pangeran itu memang penting sekali, karena dengan cara bergantian, maka Lan Lan terjaga dengan aman
Pangeran Tua te rsenyum dan mengangguk
Tentu saja, di sini tidak ada istilah keroyokan
Kamipun ingin menikmati adu kepandaian ini, kalau satu lawani satu akan dapat kita ikuti dengan baik
Siapa di antara kalian yang akan maju lebih dahulu?
Bi Lan menyerahkan Lan Lan kepada Siauw Can
Anak ini sudah biasa dengan Siauw Can, maka iapun mau saja dipangku pemuda itu dan Bi Lan lalu bangkit menghampiri pangeran
Saya yang akan maju lebih dulu, pangeran.
Pangeran Tua Li Si u Ti te rsenyum kagum
Dia belum percaya betul bahwa wanita muda cantik yang mempunyai seorang anak ini memiliki ilmu kepandaian hebat dan akan mampu menandingi seorang di antara dua raksasa kembar itu
Akan te tapi sikap wanita yang demikian te nang dan berani saja sudah mengundang kekagumannya
Bagaimanapun juga, dalam hal keberanian, wanita ini jarang tandingannya, pikirnya
Diapun mengangguk dan menole h kepada Raja Muda Baducin
Nah, jago kami sudah maju
Paduka akan mengajukan jago yang mana?
Sebetulnya, tingkat kepandaian dua orang saudara kembar itu sama dan kelihaian mereka justru kalau mereka maju berdua
Biarpun mempunyai dua badan, namun saudara kembar itu dapat bergerak seperti dikemudikan satu pikiran dan satu perasaan saja, dan hal ini yang membuat mereka sukar dikalahkan kalau maju berdua
Namun, biarpun seorang diri, masingmasing juga merupakan lawan yang amat kuat
Hanya bedanya, kalau Gondulam han ya suka akan kemuliaan, adik kembarnya, Gondalu, adalah seorang mata keranjang
Maka, begitu melihat yang maju Bi Lan, wanita yang cantik manis itu, Gondalu mendahului saudara kembarnya dan melangkah maju memberi hormat kepada Raja Muda Baducin sambil berkata
Kalau paduka mengijinkan, hamba yang akan maju menandingi perempuan ini
Yang Mulia!
Tentu saja Baducin mengenal watak Gondalu, maka dia te rse nyum dan mengelus kumisnya sambil mengangguk-angguk,
berse nang-senanglah engkau, Gondalu!
katanya
Gondalu melangkah maju menghampiri Bi Lan yang sudah siap berdiri di te ngah ruangan yang luas itu
Ia bersikap waspada, berdiri dengan santai, akan tetapi seluruh syaraf di tubuhnya dalam keadaan siap siaga
Ia tadi sengaja menanggalkan sepasang pedangnya dan menyerahkannya kepada Siauw Can sehingga melihat ini, sebelum melangkah maju Gondalu juga menanggalkan pedang bengkoknya dan menitipkannya kepada saudara kembarnya
Hal ini atas isyarat Siauw Can yang tidak ingin kehadiran mereka yang pertama itu akan membuat lawan roboh terluka atau tewas sehingga akan terjadi permusuhan antara dua orang besar itu
Gondalu yang juga tidak ingin membunuh lawan, senang-melihat wanita itu maju dengan tangan kosong
Dengan bertanding tanpa senjata, le bih mudah baginya untuk menelikung dan menangkap wanita cantik itu, mengalahkannya tanpa melukai, akan tetapi dia akan dapat sepuasnya memegang-megang dan mengusapusap! Bagi orang biasa, melihat kedua orang yang akan bertanding itu berhadapan, te ntu akan merasa cemas terhadap Bi Lan
Sungguh tidak sepadan lawa itu, amat berat sebelah! Gondalu adalah seorang laki-laki raksasa yang tubuhnya berotot dan kokoh kekar seperti tugu batu! Sedangkan Bi Lan seorang wanita muda yang tubuhnya ramping padat dan nampak le mah le mbut, tubuh yang membayangkan kehangatan dan kelembutan yang sepatutnya hanya menandingi kemesraan dan belaian, bukan kekerasan dan pukulan! Mereka berdiri berhadapan dalam jarak dua meter
Raksasa itu berdiri dengan punggung agak melengkung ke depan, le bar dan tinggi, seperti seekor beruang
Kedua lengannya yang panjang itu te rgantung le pas sampai hampir mencapai lutut, dengan jari-jari tangan yang besar
Ibu jari raksasa itu tentu tidak kalah besar dibandingkan pergelangan tangan Bi Lan! Agaknya, sekali terkena cengkeraman jari-jari tangan itu tulang-tulang Bi Lan akan remukremuk
Bi Lan hanya setinggi bawah pundak Gondalu dan biarpun mereka berdiri dalam jarak dua meter, hidung Bi Lan masih dapat menangkap bau yang apek dan mengingatkan ia akan bau di kandang kerbau!
Heh-heh heh, sudah siapkah engkau, nona?
Gondalu bertanya sambil menyeringai, katakatanya te rdengar kaku dengan logat asingnya
Kalau sudah, seranglah dan perlihatkan kepandaianmu!
Pihakmu yang menantang, maka kamulah yang harus menyerang lebih dulu
Aku sudah siap!
jawab Bi Lan, sikapnya masih te nang saja dan santai, akan tetapi matanya tak pernah berkedip, mengikuti gerakan tubuh orang, te rutama kedua pundaknya karena semua gerakan penyerangan kedua tangan selalu didahului oleh gerakan pundak
Juga pendengarannya dikerahkan agar dapat ia menangkap semua sambaran kaki lawan kalau melakukan penyerangan
Hal ini penting sekali karena kadang-kadang, pendengaran mendahului penglihatan dalam mengikuti gerakan lawan
Heh-heh-heh, kau sambut ini, nona manis!
dan Gondalu sudah menerjang ke depan, kedua le ngannya yang panjang itu bergerak, yang kanan meluncur ke depan mencengkeram ke arah dada Bi Lan dan yang kiri menyambar dari atas untuk menjambak rambut wanita itu
Jelas bahwa orang Turki ini tidak lagi bersikap sungkan, walaupun menghadapi lawan wanita, begitu menyerang, dia langsung mencengkeram ke arah dada, hal yang tidak akan dilakukan oleh seorang yang menjaga kesopanan te rhadap wanita
Namun, Bi Lan menghadapinya dengan te nang
Ia memang tidak pernah mengharapkan orang seperti raksasa ini akan mengenal sopan santun, maka serangannyapun tidak membuat ia te rkejut atau marah
De ngan lembut dan tidak te rgesa-gesa ia melangkah mundur dan serangan kedua le ngan panjang itupun luput, akan tetapi Gondalu sudah melangkah maju
Kalau Bi Lan melangkah mundur tiga langkah, maka raksasa ini dengan satu langkah saja sudah mendekati Bi Lan dan sekali ini, kedua tangannya yang kasar dengan jari-jari tangan terbuka, sudah menyambar dari kanan kiri untuk menangkap pinggang Bi Lan
Kembali Bi Lan mengelak dengan lompatan ke kiri
Ia belum berani lancang membalas karena ia harus mencari dulu kelemahan dari lawan, dan ia dapat menduga bahwa lawan belum benar-benar menyerangnya, hanya mengira ila seorang wanita le mah dan hendak mempermainkan saja
Setelah dua kali tubrukannya luput, Gondalu mulai merasa penasaran
Dia melihat gerakan wanita itu ketika mengelak, demikian ringan dan cepat, maka sebagai seorang yang banyak pengalaman berkelahi, dia dapat menduga bahwa wanita ini memiliki kegesitan yang membuat dia akan selalu gagal kalau menyerang dengan lemah dan berusaha menangkap saja
Maka, setelah lima kali menubruk dan gagal, kini mulailah Gondalu melakukan penyerangan dengan sungguh- sungguh
Dia mengeluarkan suara gerengan nyaring dan le ngan kirinya bergerak, mencengkeram dari kiri atas ke arah kepala lawan, sedangkan tangan kanannya mendorong dengan te lapak tangan ke arah perut
Serangan ini hebat sekali dan dari sambaran anginnya, tahulah Bi Lan bahwa lawan mulai bersungguh-sungguh!
Plak! Plakk!
Ia sengaja mundur sambil menangkis dengan kedua lengannya untuk mengukur te naga lawan
Bi Lan merasa tubuhnya te rguncang! Benarlah dugaannya bahwa mengadu te naga dengan lawan seperti ini amat berbahaya
Ketika tangan itu menyambar selagi ia terguncang, ia sudah melompat ke atas dan kakinya mencuat, menendang ke arah muka lawan.! Ge rakan ini amat cepat karena dilakukan ketika tubuh mencelat ke atas, seperti serangan kaki seekor burung rajawali!
Uhhhh.........!
Gondalu te rkejut dan cepat dia menarik tubuh atas ke belakang
Nyaris mukanya te rcium sepatu! Dan kini Bi Lan berjungkir balik tiga kali, turun ke atas lantai di belakang lawan
Akan tetapi Gondalu sudah membalik sambil melakukan tendangan
Kakinya yang panjang dan besar itu menyambar seperti sebuah balok yang besar, mendatangkan angin bersiut
Bi Lan kembali melompat dan mengelak sehingga te ndangan itu hanya mengenai tempat kosong
Marahlah Gondalu
Lupa dia bahwa lawannya seorang wanita yang cantik mole k
Lenyap semua keinginannya merangkul, memeluk, meraba dan mencolek
De ngan beringas dia menyerang dan te rnyata raksasa ini memiliki gerakan silat yang amat ganas, dan tenaganya memang dahsyat
Namun, tidak percuma beberapa tahun Bi Lan digemble ng ilmu ole h guru yang kemudian menjadi suaminya, yaitu mendiang Sin-tiauw (Rajawali Sakti) Liu Bhok Ki! Tubuhnya berkelebatan bagaikan seekor burung rajawali, mengelak sambil membalas dengan serangan yang cepat sekali, dari kanan kiri, dari depan dan te rutama sekali dari atas
Ia pasti membalas dengan serangan dari atas yang membuat Gondalu te rkejut dan berkali-kali dia nyaris te rkena tamparan atau te ndangan lawan
Kini Raja Muda Baducin memandang bengong
Pertandingan itu jelas memperlihatkan bahwa jagonya sama sekali tidak mampu mendesak lawan, dan pertandingan itu hebat sekali
Bagaikan sekor beruang besar melawan seekor burung rajawali! Beruang itu mencoba untuk menangkap dan menyerang dari bawah dan rajawali menyambar-nyambar dari atas
Bukan main hebatnya wanita itu dan sekarang dia mengerti mengapa tujuh orang anggota pasukan Pedang Bengkok tidak mampu mengalahkan wanita itu
Memang hebat! Juga Gondulam menonton dengan penuh perhatian
Dia melihat betapa saudara kembarnya itu tidak kalah dalam hal te naga dan memiliki daya serang yang lebih dahsyat dan ganas, akan tetapi saudaranya itu tidak berdaya karena lawan te rlampau gesit, te rlampau cepat gerakannya dengan keringanan tubuh yang mengagumkan
Sukar memang menangkap atau menyerang lawan segesit itu, dan saudaranya itu berada dalam bahaya kalau dia tidak hati-hati
Sementara itu, Pangeran Tua Li Siu Ti juga memandang bengong, akan te tapi bengong dan kagum di samping perasaan gembiranya
Berulang kali dia memandang kepada Poa Kiu sambil mengangguk-angguk senang
Memang pilihan orang kepercayaannya itu benar sekali! Wanita ini hebat! Kalau dia mempunyai pengawal keluarga seperti ini, tentu aman! Dan puterinya, anak tunggalnya, Li Ai Yin yang akhir-akhir ini rewel ingin belajar silat, dapat berguru kepada wanita yang lihai ini! Tiba-tiba dia melihat puterinya itu muncul di ambang pintu ruangan itu
Para penjaga memberi hormat, akan tetapi gadis itu tidak memperhatikan, dan ia melangkah masuk, lalu berdiri bengong memandang ke arah pertandingan yang te ngah berlangsung
Li Ai Yin adalah seorang dara berusia tujuhbelas tahun yang cantik, berkulit putih mulus dengan dandanan seorang pute ri, serba indah dan mewah pakaiannya
Rambut digelung tinggi di atas kepala, dihiasi emas permata
Juga te linga, leher, le ngan dan jari tangannya berhiaskan emas permata gemerlapan
Gadis itu memiliki mata dan mulut yang manis dan genit menantang
Kerling matanya tajam, senyumnya menantang dan ia memang memiliki daya tarik yang mempesona
Karena pertandingan sedang berlangsung dan semua orang memperhatikan pertandingan itu
Pangeran Tua Li Siu Ti juga diam saja tidak menegur puterinya yang nampak tertegun dan berdiri di dekat pintu
Pertandingan itu kini sudah mencapai puncaknya
Tigapuluh jurus telah lewat dan belum pernah satu kalipun Bi Lan terjamah jari tangan Gondalu atau ujung kakinya
Gerakan wanita muda ini te rlalu cepat bagi Gondalu dan kini Bi Lan yakin bahwa kele mahan lawannya adalah pada gerakannya yang te rlalu lamban, karena berat badan dan karena kekakuan otot-otot yang dilatih te rlalu keras itu
Gondalu memang berhasil memiliki tenaga otot sebesar gajah, akan tetapi hal ini membuat gerakannya menjadi kaku dan lamban
Ia tahu pula bahwa lawan ini memiliki kekebalan, bahkan pernah ia menotok dengan jari tangan dan mengenai le her dan pundak, akan tetapi raksasa itu tidak banyak terpengaruh, hanya te rgetar sedikit akan tetapi tidak roboh! Sukar agaknya merobohkan raksasa ini kalau tidak menggunakan akal, pikirnya
Dari gurunya ia telah mendapat banyak petunjuk bagaimana menghadapi lawan yang tangguh, kebal dan sukar dilukai
Bi Lan mempercepat gerakannya dalam ilmu silat Hui-tiauw-sin kun (Silat Sakti Rajawali Terbang) sehingga Gondalu terpaksa harus ikut berputar karena lawannya seperti terbang berputaran
Gondalu menjadi pening juga karena gerakan lawan terlampau cepat
Tiba-tiba dia melihat bayangan lawan meloncat ke atas dan ketika wanita itu menukik turun, kedua tangannya menyambar ke arah ubun-ubun kepala dan matanya
Huhh.......!!
Gondalu menggereng dan kedua le ngannya diputar di depan kepala dan muka untuk melindungi bagian ini
Dia memang kebal, akan te tapi matanya jelas tidak kebal, dan ubunubun kepalanya merupakan bagian yang amat berbahaya walaupun sudah dilindungi dengan kekebalan
Jangankan te rluka, baru te rgetar keras atau terguncang saja sudah berbahaya
Akan te tapi, secepat kilat Bi Lan mengurungkan serangannya dan tubuhnya meluncur ke bawah, memutar dan dari belakang, kedua kakinya menghantam ke arah kedua kaki lawan, te pat di belakang lutut!
Bressss.........!!
Betapapun kuat dan kebalnya tubuh Gondalu, akan tetapi dihantam dengan te ndangan mengandung sin-kang dan tepat mengenai belakang lutut, te ntu saja dia tidak mampu bertahan untuk berdiri lagi
Kedua lututnya tertekuk dan diapun sudah jongkok dan berte kuk lutut
Biarpun dia tidak roboh, akan tetapi sudah jatuh berlutut seperti itu sungguh merupakan bukti bahwa dia te lah kalah! Kalau lawan menghendaki, ketika dia jatuh berlutut itu, te ntu lawan dapat menghabis inya dengan serangan maut ke arah kepalanya
Bi Lan cepat memberi hormat kepada Pangeran Tua Li Siu Ti dan pangeran itu tersenyum gembira bukan main
Tiba-tiba te rdengar te puk tangan yang nyaring
Semua orang menengok ke pintu dan melihat betapa yang bertepuk tangan adalah puteri sang pangeran, semua orang, te rmasuk para perajurit yang berjaga, ikut pula bertepuk tangan
Tepuk tangan Ai Yin dan ayahnya yang paling keras dan kedua orang inilah yang membuat semua orang berani ikut-ikut berte puk tangan, kecuali tentu saja Raja Muda Baducin dan dua orang pengawal pribadinya itu
Gondalu merasa penasaran sekali dan beberapa kali dia memprotes, mengatakan dalam bahasanya sendiri kepada Raja Muda Baducin bahwa dia belum kalah karena belum roboh
Akan tetapi agaknya Baducin tahu diri
Dia tadi melihat betapa jagoannya memang tidak mampu berbuat banyak
Wanita muda itu te rlalu cepat gerakannya sehingga jagoannya belum pernah berhasil menampar atau memukul lawan satu kalipun, sedangkan wanita itu sudah beberapa kali memukul dan menendang dengan te pat, walaupun tidak dapat merobohkan Gondalu yang kebal
Maka diapun membentak Gondalu disuruh mundur
Gondalu, dengan muka merah, lalu berdiri di belakang raja muda itu
Ayah, siapakah enci yang amat lihai ini
Ia hebat sekali!
Ai Yin menghampiri ayahnya
Ketika melihat Siauw Can memondong anak perempuan kecil dan Bi Lan yang dikagumi itu menghampiri pemuda itu dan kini menggantikan memondong Lan Lan, Ai Yin mengerutkan alisnya sambil memandang kepada Siauw Can dengan penuh perhatian
Dan dia ini siapa, ayah
Apakah suami dari enci ini dan anak itu puteri mereka ?
Ha-ha ha, wanita ini adalah pengawal keluarga kita yang baru, Ai Yin
Sudahlah, nanti saja kita bicara dan berkenalan dengan mereka
Sekarang masih ada sebuah pertandingan lagi
Duduklah di sini, kita nonton pertandingan yang te ntu akan le bih menarik lagi,
kata sang pangeran
Ai Yin menghampiri ayahnya dan Siauw Can yang diam-diam memperhatikan, menelan ludah
Tak disangkanya bahwa Pangeran Li Siu Ti mempunyai seorang pute ri yang demikian cantik jelitanya, dan ketika melangkah, dia menelan ludah
Langkah dara itu mengandung le nggang yang menggairahkan dan memikat dan sebagai seorang laki-laki yang berpengalaman, tahulah dia bahwa dara itu memiliki watak yang menantang dan genit
Langkah itu buatan, dan memang hebat, le mah gemulai dan menonjolkan lekuk-lengkung tubuhnya, dengan pinggul yang menari-nari di balik bayangan pakaiannya! Dan dengan sikap amat manja Ai Yin duduk di samping ayahnya, te rsenyum-senyum anggun dan bangga karena ia yakin bahwa penampilannya, gaya dan le nggang tadi tentu akan membuat semua pria yang memandangnya menjadi mabok kepayang! Apalagi pemuda yang tampan gagah itu! Siauw Can kini maju dan memberi hormat kepada sang pangeran, otomatis juga kepada Ai Yin karena dara ini duduk di samping ayahnya
De ngan memasang senyumnya yang paling menarik, dengan sepasang mata yang bersinarsinar dengan sikap yang dibuat paling gagah, dia memberi hormat dan berkata,
Kalau paduka mengijinkan, saya akan menghadapi tantangan jagoan raksasa ke dua dari Raja Muda Baducin.
Perlihatkan kemampuanmu kalau kau ingin kami beri kedudukan yang tinggi,
kata sang pangeran
Siauw Can mengangguk dan ketika dengan sikap gagah dia membalik untuk menghampiri lawan, Ai Yin berseru,
Heiiii! Ambilkan perhias an di sorban lawanmu itu untukku!
Sang pangeran te rkejut, akan tetapi karena pute rinya sudah terlanjur bicara, diapun tak dapat berbuat sesuatu
Mendengar ini, Siauw Can membalik memandang kepada pute ri itu dengan mata bersinar dan wajah berseri, bibirnya te rsenyum dan diapun menjura dengan dalam
Saya akan mentaati perintah paduka!
katanya dan te ntu saja Ai Yin yang manja itu menjadi girang, te rsenyum dan mengangguk
Melihat ini, diam-diam Bi Lan merasa tidak enak
Ia sama sekali tidak merasa cemburu, akan te tapii menganggap bahwa sikap Siauw Can berle bihan
Pemuda itu akan menemui banyak kesukaran kalau bersikap seperti itu terhadap pute ri pangeran! Balum juga memperole h kedudukan, sudah bersikap seperti itu, sikap yang jelas sekali menunjukkan bahwa pemuda itu te rgila-gila oleh kecantikan sang pute ri
Atau mungkin juga oleh kedudukan pute ri itu, karena kalau hanya tertarik oleh kecantikannya, tidak mungkin
Gadis itu masih terlalu muda, dan mempunyai sifat genit dan manja, dan mengenai kecantikannya, tidaklah te rlalu hebatt sehingga kiranya tidak akan cukup untuk membuat seorang seperti Siauw Can tergilagila
Siauw Can sudah berhadapan dengan Gondulam
Tentu s aja jagoan ke dua lebih berhatihati dari pada saudaranya setelah melihat apa yang dialami oleh Gondalu
Dia sama sekali tidak, memandang rendah kepada lawannya, walaupun pemuda itu kelihatan kecil saja baginya
Dia sudah tahu bahwa orang Han banyak yang memiliki ilmu silat aneh dan sama sekali tidak te rduga-duga, penuh rahasia
Maka, sebelum maju dia telah mengerahkan kekuatan sihirnya, dibantu oleh saudara kembarnya, sehingga ketika dia melangkah maju, selain kedua le ngannya terisi kekuata sihir, juga bagi lawannya dia akan nampak mengerikan dan dahsyat! Selain itu juga dia menggosok-gosok kedua telapak tangannya dan telapak kedua tangan itu mengeluarkan uap panas! Begitu memandang wajah lawan dan melihat wajah itu menggiriskan Siauw Can maklum apa yang te rjadi! Akan tetapi, dalam hatinya dia te rtawa
Ia sendiri adalah pute ra dan murid mendiang Cui-beng Sai-kong (Kakek Muka Singa Pengejar Arwah), seorang yang ahli dalam hal ilmu hitam dan sihir
Maka, biarpun tahu bahwa lawannya mengeluarkan ilmu sihir sehingga membuat wajahnya nampak menyeramkan
Dia memejamkan kedua mata, berkemak-kemik lalu menggosok kedua matanya dengan telapak tangannya sendiri dan ketika dia membuka kembali matanya, wajah Gondulam nampak biasa saja! Melihat kedua telapak tangan lawan mengeluarkan uap, Siauw Can segera menghimpun sin-kang dan menyalurkannya ke arah kedua tangannya
Sobat, tidak perlu menggunakan ilmu setan menakut-nakuti anak kecil
Aku sudah siap
Nah, majulah!
tantang Siauw Can sambil te rsenyum manis karena dia menghadap ke arah sang pute ri agar dara itu dapat melihat senyumnya
Dan Ai Yin memang melihat semua lagak pemuda itu
Ia berbisik kepada ayahnya
Ayah, orang itu hebat, ya?
Hemmm......
Pangeran Tua Li Siu Ti mengerling kepadanya dengan alis berkerut
Di lubuk hatinya dia merasa tidak senang kalau puterinya tertarik kepada pemuda pendekar itu atau kepada siapapun juga
Baginya, hanya ada calon tunggal untuk pute rinya, yaitu ponakannya sendiri, sang pute ra mahkota atau panglima besar, Li Si Bin! Dia tahu bahwa mereka masih saudara sepupu, samasama bermarga Li
Akan tetapi pantangan menikah antara marga yang sama hanya berlaku untuk rakyat jelata
Keluarga kaisar boleh melakukan apa saja tanpa ada pantangan, karena bukankah yang membuat peraturan dan hukum adalah keluarga kaisar pula
Yang penting, Li Ai Yin, anak tunggalnya, harus menjadi isteri Li Si Bin dan kelak menjadi permaisuri, itu merupakan satu di antara cita-citanya! Gondulam diam-diam te rkejut melihat sikap pemuda itu
Jelas bahwa pemuda itu tidak te rpengaruh kekuatan sihirnya dan ini saja menunjukkan bahwa pemuda itu merupakan lawan yang tangguh
Huahhh.......!!
Dia mengeluarkan teriakan parau dan tanpa membuang waktu lagi, Gondulam sudah melakukan serangan kilat
Dia tidak mau meniru saudaranya yang tadi gagal
Begitu menyerang, dia menggunakan gerakan cepat sambil mengerahkan seluruh te naga
Menyerang dengan dahsyat sekali sehingga tulang-tulangnya mengeluarkan bunyi berkerotokan ketika kedua tangannya mencakar-cakar seperti kaki harimau
Siauw Can juga maklum akan kehe batan lawan
Akan te tapi, tingkat kepandaian Siauw Can jauh le bih tinggi daripada tingkat lawannya, Juga jauh le bih tinggi daripada tingkat kepandaian Bi Lan
Maka, dengan berani dia menyambut dengan kedua tangannya pula
Dukk! Dess.........!
Dua pasang tangan berte mu
Sepasang lengan yang kokoh kuat dan besar dari Gondulam bertemu dengan lengan Siauw Can yang biasa saja besarnya, dan akibatnya, tubuh Gondulam te rhuyung ke belakang, sedangkan Siauw Can tetap tegak dan tersenyum mengejek
Mana tenagamu
Keluarkan semua tenaga dan kepandaianmu,
kata Siauw mengejek
Ai Yin berte puk tangan, tepuk tangan tunggal di ruangan itu, akan tetapi dara itu tidak merasa janggal atau sungkan
Dan diam-diam sang pangeran juga kagum kepada Siauw Can
Pemuda itu dalam segebrakan saja membuat lawannya terhuyung
Semua orang merasa heran, termasuk Raja Muda Baducin
Hanya Bi Lan yang tidak merasa heran, karena biarpun belum dapat mengukur sampai di mana kehe batan Siauw Can, namun ia tahu bahwa pemuda itu memang lihai bukan main
Gondulam menjadi marah sekali ketika diejek
Dia mengeluarkan suara menggereng seperti binatang buas, lalu menyerang bertubi-tubi, mengeluarkan seluruh kepandaiannya
Kedua tangannya itu kalau sampai dapat menangkap bagian tubuh Siauw Can, te ntu akan segera menggunakan ilmu gulatnya dan jangan harap Siauw Can akan mampu melepaskan dirinya lagi sebelum seluruh tulangnya patah-patah! Akan tetapi, pemuda inipun bukan seorang bodoh
Selain memiliki pengalaman bertumpuk, pernah menghadapi lawan-lawan yang jauh lebih lihai dan berbahaya dibandingkan raksasa itu
Apa lagi sekarang dia sedang berlagak untuk memancing pujian dan kekaguman dari pute ri je lita itu! Dia sengaja hendak mempermainkan lawannya! De ngan gin-kang (ilmu meringankan tubuh) yang tinggi, dia sengaja mengelak dengan langkahlangkah aneh dan loncatan-loncatan gesit dan lucu
Beberapa kali sengaja membiarkan tangan lawan menyentuhnya, akan tetapi segera dia mengelak sambil beberapa kali mencolek dan mendorong tubuh lawan
Kalau dia mau, sejak tadi dia akan mampu merobohkan lawan
Akan te tapi dia memang sengaja membuat pertandingan itu nampak seru! Padahal, Gondulam sendiri tahu bahwa dia kalah jauh, akan te tapi karena pemuda itu mempermainkannya
Ia menjadi marah sekali dan menyerang dengan dahsyat dan mati-matian, bahkan membabi buta
Brettt...........!
Siauw Can merobek baju lawan ketika dia mencengkeram baju itu dari belakang, sehingga tubuh bagian atas lawan menjadi telanjang
Kalau saja di situ tidak ada Bi Lan dan pute ri pangeran itu, tentu akan direnggutnya lepas pula celana lawan
Kembali terdengar te puk tangan dari puteri itu yang berte puk tangan gembira
Melihat ini, Bi Lan menjadi semakin khawatir
Ia tahu bawa Siauw Can menjual lagak, dan tahu pula bahwa gadis itu adalah seorang dara remaja yang masih hijau dan memang berpenampilan genit
Menghadapi seorang pemuda tampan gagah dan berpengalaman seperti Siauw Can, dara ingusan ini tentu amat mudah jatuh!
Ambilkan perhiasan itu untukku!
kata pula Ai Yin di antara tepukannya
Baik, tuan pute ri!
biarpun dihujani serangan dari lawan yang semakin marah, Siauw Can masih mampu menjawab
Heiii, gajah bengkak! Tuan pute ri minta perhiasan sorbanmu, tidak cepat kau serahkan?
katanya dan tiba-tiba tangan kirinya dengan jari-jari terpentang menusuk ke arah mata Gondulam
Ge rakan ini cepat dan tiba-tiba, membuat Gondulam terkejut
Tentu saja dia tidak ingin matanya menjadi buta tertusuk jari-jari tangan itu
Dia cepat menangkis , bahkan mencoba untuk menangkap tangan yang menusuk ke arah mata itu, sambil menarik tubuh atas ke belakang
Akan tetapi, pada saat itu Siauw Can s udah meloncat ke atas, berjungkir balik dan tangannya menyambar ke arah sorban di kepala lawan
Sebelum Gondulam dapat mengelak atau menangkis, perhiasan di sorbannya telah dapat dicabut oleh Siauw Can dan dengan membuat salto beberapa kali, tubuhnya sudah meluncur ke arah pangeran dan puterinya
Siauw Can turun dan memberi hormat kepada Ai Yin sambil menyodorkan perhiasan itu kepada sang puteri
Terima kasih, engkau hebat!
kata Ai Yin sambil te rtawa
Siauw Can sudah meloncat lagi ke depan Gondulam yang kini berdiri dengan mata melotot dan muka berubah merah sekali
Srattt!
Dia sudah mencabut pedang bengkoknya dan nampak sinar menyilaukan mata saking tajamnya pedang itu
Pemuda sombong, lawanlah pedangku kalau engkau berani!
tantangnya
Heiii, bagaimana ini, Raja Baducin
Bukankah paduka datang untuk menguji ilmu, bukan untuk menyuruh pengawal paduka membunuh orang
Kenapa menggunakan pedang?
Sejak tadi wajah Raja Muda Baducin sudah muram dan marah
Gondalu tadi telah kalah oleh Bi Lan, hal itu s aja sudah membuat dia kehilangan muka, membuat dia bermuram wajah
Kini, jelas nampak pula betapa Gondulam menjadi permainan pemuda itu
Sekali ini benar-benar dia menderita malu
Yang Mulia,
katanya dengan kata-kata tanpa senyum lagi
Gondulam hanya menantang untuk mengadu ilmu senjata
Kalau jagoan paduka itu takut, biarlah tidak perlu dilanjutkan.
Mendengar ini, Siauw Can yang ingin mencari muka, segera memberi hormat kepada sang pangeran
Maaf, Yang Mulia! Kalau raksasa ini menantang saya untuk mengadu senjata, biarlah akan saya layani dan paduka harap tidak merasa khawatir
Dia dan pedangnya bagi saya hanya seorang anak-anak yang memegang pisau mainan saja!
Mendengar ini, Ai Yin bersorak
Horreee.....! Bagus sekali! Layani raksasa itu, orang gagah!
Mendengar te riakan pute rinya, Pangeran Li Siu Ti merasa tidak enak terhadap tamunya
Maka diapun memesan,
Baiklah, akan tetapi jangan sekali-kali membunuh orang!
Harap paduka jangan khawatir
Raksasa ini tidak akan mati, juga tidak mengeluarkan setetespun darah yang akan mengotori ruangan ini
Akan te tapi kalau sekedar benjol-benjol di kepala dan memar di badan, boleh, bukan?
Semua orang tersenyum mendengar ini, pertanyaan yang lucu akan tetapi juga mengandung eje kan
Raja Muda Baducin berkata kepada Gondulam dalam bahasa mereka sendiri,
Gondulam, jangan membikin malu
Kerahkan semua kemampuanmu!
Melihat pemuda itu berdiri dengan tangan kosong di depan Gondulam yang sudah mencabut pedang, tiba-tiba Ai Yin turun dari te mpat duduknya dan dengan tangan diangkat ke atas ia berte riak
Berhenti! Ini tidak adil! Raksasa itu berpedang, kenapa jagoan tidak?
Pangeran Li Siu Ti baru menyadari akan hal ini
Tadi dia te rlalu kagum dan girang melihat bahwa tanpa dis angka-sangka dia telah mendapatkan dua te naga yang hebat itu
Benar, dia harus menggunakan senjata!
te riaknya
Harap paduka jangan khawatir, saya sudah memiliki senjata
Inilah senjata saya!
kata Siauw Can dan dia mencabut sulingnya, lalu mendekatkan suling di mulut dan meniup sebuah lagu rakyat yang indah! Tentu saja semua orang kembali tertawa
Bagaimana orang menghadapi raksasa yang memiliki pedang bengkok yang setajam itu, menggunakan sebatang suling dan bahkan meniup suling itu dalam sebuah lagu
Tentu saja Gondulam semakin marah
Pemuda itu sungguh amat meremehkan dia
''Bocah sombong, kaulihat pedangku!
bentaknya dan diapun sudah menerjang ke arah Siauw Can sambil menggerakkan peang bengkoknya membacok
Pemuda itu masih enak-enak melanjutkan lagunya, seolah-olah tidak melihat ada pedang membacok ke arah lehernya!
Iiihhhhh........!!
Ai Yin menjerit saking ngerinya melihat pedang tajam itu mengeluarkan sinar dan menyambar ke arah le her pria yang dikaguminya
Akan tetapi, begitu pedang menyambar dekat le her, Siauw Can meloncat dan bacokan itu luput, akan te tapi dia masih melanjutkan tiupan sulingnya, karena lagu tadi belum habis
Hal ini buat Gondulam semakin marah
Seolah-olah keluar uap dari hidung dan mulutnya ketika dia menyerang tadi, membacok dan menusuk bertubitubi
Makin lama semakin ganas karena kemarahannya semakin menyala
Siauw Can berloncatan ke sana sini, terus memainkan lagu dengan sulingnya sampai lagu itu selesai
Singggg........!
Pedang menyambar dekat sekali dengan pahanya
Akan tetapi berbareng dengan habisnya lagu, suling itu bergerak menjadi sinar putih dan menangkis pedang itu
Tranggggg........!!
Nampak bunga api berpijar dan Gondulam te rkejut setengah mati karena hampir saja pedang bengkoknya te rlepas dari pegangan ketika bertemu suling
Dan kini dia yang repot mengelak dan memutar pedang melindungi tubuhnya karena suling telah berubah menjadi gulungan sinar yang mengelilingi tubuhnya, membuat matanya berkunang karena dia tidak tahu lagi ke arah mana ujung suling itu menotok.! Dan semua tangkis annya tidak ada yang dapat menyentuh suling
Takkk!
Tiba-tiba kepalanya terpukul oleh suling
Biarpun dia kebal dan kepalanya masih te rlindung sorban, namun rasa nyeri menyengat kepalanya sampai menembus ke ulu hati! Dia menjadi nekat dan mencoba untuk balas menyerang dengan pedangnya, menusuk sampai tiga kali
Trang-trang-trangg.......tokkk!
Kembali kepalanya te rkena pukulan, kini di dekat tengkuk, membuat matanya berkunang
Sambil menggereng, Gondulam menyerang lagi membabi-buta, tidak lagi memperdulikan keselamatan diri
Tak-tok-tokk!
Berturut-turut terdengar bunyi nyaring ini dan ujung suling sudah menghantam kepalanya, menotok tubuhnya di sana sini dan paling akhir, suling itu mencongkel sorbannya sehingga terlepas dari kepalanya yang ternyata botak hampir gundul
Dan sebelum Gondulam tahu apa yang te rjadi, tiba-tiba saja tubuhnya le mas dan diapun jatuh te rduduk seolah kedua kakinya menjadi lumpuh
Kiranya dia te lah terkena totokan yang ampuh, yang menembus kekebalannya sehingga biarpun hanya untuk sebentar, tetap dia tidak mampu mempertahankan diri dan jatuh terduduk.! Siauw Can sudah melompat menjauhinya, menghadap sang pangeran dan pute rinya, memberi hormat dan Ai Yin menyambutnya dengan te puk tangan yang diikuti para pengawal sehingga riuh rendah
Biarpun mukanya menjadi pucat saking marahnya, Gondulam harus mengakui kekalahannya
Sorbannya terlepas, kepalanya yang botak itu jelas memperlihatkan benjolan-benjolan sebesar telur dan dia tadi telah jatuh
Raja Muda Baducin bangkit dari te mpat duduknya, wajahnya sebentar pucat sebentar merah
Kalau saja peristiwa ini terjadi bukan dengan Pangeran Li Siu Ti, dia te ntu dapat menerima kekalahan dua orang jagoannya
Akan tapi di depan pangeran yang dia tahu tidak suka kepada orang Turki itu!
Sudahlah, sekali ini aku mengaku kalah! Pangeran, kami mohon diri, te rima kasih atas pelajaran yang kami terima di sini.
Pangeran Tua Li Siu Ti merasa tidak enak
Kalau raja muda ini mengadu kepada kaisar, tentu dia akan menerima teguran dari kakaknya, Kaisar Tang Kao Cu
Maka diapun cepat bangkit berdiri
Raja Muda Baducin, harap paduka maafkan kami dan pengawal kami
Marilah kita makan minum dan beri kesempatan kepada kami untuk menghaturkan maaf dalam perjamuan.
'Terima kasih, pangeran
Kami masih mempunyai banyak urusan
Biarlah lain kali saja.
Raja Muda Baducin diikuti dua orang raksasa kembar lalu keluar dari gedung itu, diantarkan oleh Pangeran Tua Li Siu Ti sampai ke pekarangan depan
Raja Muda itu lalu menaiki keretanya dan diikuti rombongan pengawalnya, dia lalu meninggalkan tempat itu dengan hati yang panas! Pangeran Li Siu Ti memanggil Siauw Can dan Bi Lan ke ruangan dalam dan mereka berkumpul semua di sana
Pangeran Siu Ti, Poa Kiu, Li Ai Yin, Siauw Can dan Bi Lan ynng memangku Lan Lan
Wajah pangeran itu berseri
Bagus! Bagus! Sekarang baru aku yakin dan kami menerima kalian bekerja di sini! Akan tetapi, coba perkenalkan diri kalian kepadaku dan ceritakan riwayat kalian
Apakah kalian ini suami isteri dan ini anak kalian?
Ai Yin bertanya sambil mengamati wajah Siauw Can dengan penuh kagum
Siauw Can menggeleng kepala,
Bukan, tuan pute ri......
I hh, aku bukan puteri raja! Jangan sebut tuan pute ri, sebut saja nona, dan namaku Ai Yin, Li Ai Yin!
Maaf, siocia (nona)
Begini, pangeran
Saya bernama Siauw Can dan ia bernama Kwa Bi Lan
Kami masih saudara misan
Saya hidup sebatangkara, tiada orang tua tiada saudara, Sedangkan adik misan Kwa Bi Lan inipun ditinggal mati suaminya
Ia seorang janda yang mempunyai seorang anak, yaitu Lan Lan ini.
Hemm, anak yang manis
Siapa nama keluarganya?
tanya sang pangeran sambil memandang kepada ibu dan anak itu
Karena Siauw Can sendiri tidak berani lancang memperkenalkan bahwa Bi Lan adalah is teri mendiang Sin-tiauw Liu Bhok Ki, maka diapun tidak mau menjawab dan membiarkan wanita itu sendiri yang menjawab
Nama keluarganya Liu, pangeran,
kata Bi Lan
Memang ia sudah mengambil keputusan untuk merahasiakan bahwa Lan Lan sebenarnya adalah pute ri pendekar Si Han Beng dan bernama Si Hong Lan
Ia menganggap Lan Lan anaknya sendiri, maka ia mengakui nama keluarganya sebagai Liu
Pangeran Tua Li Siu Ti gembira sekali setelah mereka memperkenalkan diri
Kami senang sekali menerima kalian sebagai pengawal-pengawal di sini
Engkau, Siauw Can, engkau menjadi pengawal pribadiku dan aku akan menyerahkan tugas-tugas yang te rpenting kepadamu
Engkau boleh minta nasihat dari Poa Kiu dalam segala hal karena dialah tangan kananku, orang kepercayaanku
Selain dia, engkau tidak boleh mengadakan perundingan dengan orang lain.
Terima kasih, Pangeran!
kata Siauw Can sambil memberi hormat dengan berlutut sebelah kaki
Bukan pengawalmu saja, ayah! Kalau aku sedang bepergian, akupun minta dikawal oleh Siauw Can, agar aku merasa aman!
Li Ai Yin berkata dan matanya bersinar-sinar memandang kepada pemuda tampan dan gagah itu
Siauw Can tahu diri dan pandai beraksi, dia hanya menunduk seperti seorang pemuda yang alim!
Ai Yin, selain dia ada Kwa Bi Lan di sini
Bi Lan, engkau kami te rima sebagai pengawal keluarga kami, engkau tinggal di sini bersama pute rimu, menjaga keamanan di rumah ini, mengawal keluarga kami kalau bepergian, dan juga kuangkat menjadi guru dari Ai Yin
Ai Yin, bukankah engkau selalu ribut ingin mencari guru silat yang pandai.! Nah, engkau boleh belajar dari Bi Lan
Ai Yin memandang kepada Bi Lan, lalu menoleh ke arah Siauw Can, wajahnya berseri
Akan tetapi, akupun boleh minta petunjuk dari Siauw Can, bukan
Kulihat dia lebih lihai dari Bi Lan!
Sementara itu Bi Lan memberi hormat kepada pangeran itu dan berte rima kasih
Demikianlah, mulai hari itu Kwa Bi Lan dan Lan Lan mendapatkan sebuah kamar di bagian belakang istana itu, te mpat keputren
Ia dihadapkan kepada isteri dan para selir pangeran, dan tentu saja ia dite rima dengan gembira oleh keluarga pangeran yang merasa te nte ram dengan adanya seorang pengawal wanita yang berilmu tinggi di te ngahte ngah mereka
Mereka akan dapat tidur le bih nyenyak sekarang
Dan Lan Lan yang mungil dan lincah itupun, segera dapat menarik perasaan suka di antara para keluarga itu, apalagi karena Pangeran Tua Li Siu Ti tidak mempunyai anak lain kecuali Li Ai Yin yang kini sudah dewasa dan yang berwatak keras terhadap keluarga ayahnya
Adapun Siauw Can juga mendapatkan sebuah kamar di bagian samping depan, di mana tinggal pula para perwira pasukan pengawal yang kini harus memandang Siauw Can sebagai atasan mereka! Selain keluarga pangeran, semua pelayan dan pengawal menyebut Siauw Can dengan sebutan Siauw-taihiap (Pendekar besar Siauw) dan Bi Lan disebut li-hiap (pendekar wanita)
Diam diam Siauw Can merasa girang bukan main akan nasibnya yang amat baik
Tanpa disangka-sangka, dengan mudah saja dia diangkat menjadi pengawal pribadi dan kepala pengawal dari Pangeran Tua! Sungguh merupakan kedudukan yang amat tinggi dan memberi harapan dan masa depan yang amat cerah, karena dia tahu bahwa pangeran itu merupakan orang yang kekuasaannya besar, merupakan orang ke tiga setelah kaisar dan pute ra mahkota
Dan di is tana pangeran itu te rdapat Li Ai Yin yang jelas merupakan wanita yang akan mudah dia dekati! Siapa tahu, melalui gadis itu dia akan mendapatkan kedudukan yang le bih tinggi lagi dari pada sekarang
Bi Lan sendiri juga girang dengan keadaannya
Ia hidup se rba kecukupan
Juga Lan Lan berada di antara keluarga yang baik
Keluarga pangeran itu rata-rata ramah dan berpendidikan
Ia sendiri tidak mempunyai banyak pekerjaan kecuali hanya bersikap waspada menjaga keamanan keluarga itu
Isteri dan para selir pangeran semua bersikap manis kepadanya dan kepada Lan Lan
Hanya satu hal yang membuat Bi Lan merasa tidak senang, yaitu sikap Li Ai Yin
Memang, diakuinya bahwa gadis yang lincah dan genit itu bersikap cukup baik dan bersahabat dengannya, bahkan harus diakui bahwa gadis itu memiliki bakat yang cukup baik dalam ilmu silat
Akan tetapi, gadis itu terlalu genit dan secara terbuka sering membicarakan Siauw Can dengannya
Gadis itu jelas amat tertarik dan kagum kepada Siauw Can! Gadis seperti ini akan mudah te rgelincir dan ia melihat bahaya mengancam gadis remaja yang amat genit ini
Dan ia merasa menjadi tugas kewajibannya untuk mengamati gadis ini agar jangan sampai te rjerumus, walaupun ia belum menganggap Siauw Can seorang pria yang berwatak buruk
Hanya saja, pernah ia melihat sinar mata Siauw Can menyala aneh ketika pemuda itu memandang Ai Yin, dan iapun merasa khawatir
-ooo0dw0ooo- Beberapa hari kemudian, ketika Siauw Can duduk di pos penjagaan depan is tana, mengobrol dengan dua orang perwira pasukan pengawal, tibatiba terdengar derap kaki kuda dan seekor kuda besar dibalapkan penunggangnya memasuki halaman istana itu
Tentu saja hal ini merupakan larangan dan semua penjaga sudah berloncatan, te rmasuk dua orang perwira yang sedang asyik mengobrol dan memberi keterangan tentang keadaan dan tugas-tugas di situ kepada Siauw Can
Siauw Can sendiri mengangkat muka dan bersikap waspada
Siapa tahu penunggang kuda itu akan membuat kerusuhan dan dia harus siap siaga
Akan te tapi, betapa herannya ketika dia melihat para penjaga itu tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut menghadap si penunggang kuda yang sudah menghentikan kudanya di pekarangan
Bahkan dua oran g perwira yang tadi bicara dengan dia, juga berlutut kepada penunggang kuda itu
Siapakah penunggang kuda yang dihormati seperti itu oleh para penjaga
Siauw Can mengamati penuh perhatian tanpa keluar dari pos penjaga
Penunggang kuda itu adalah seorang laki-laki muda
Usianya paling banyak duapuluh tiga tahun, akan tetapi dia bersikap anggun dan gagah, juga amat berwibawa
Pakaiannya seperti seorang bangsawan muda, akan te tapi sederhana kalau dibandingkan dengan para pemuda bangsawan lainnya, dan biarpun pakaiannyya le bih mirip seorang pelajar, namun jelas bahwa gerakannya mengandung kekuatan besar
Terutama sekali sepasang matanya, mencorong dan penuh wibawa, seperti mata naga saja!
Selamat datang, Yang Mulia Pangeran!
kata kedua orang perwira itu sambil berlutut
Pemuda itu memandang kepada dua orang perwira yang berlutut itu sambil mengerutkan alisnya
Kalian perwira komandan pasukan pengawal di rumah paman pangeran ini?
Suaranya tegas dan lantang
Benar, yang mulia!
Hemm, apakah kalian belum mendengar bahwa aku paling tidak suka melihat kele mahan para perajuritku
Setiap orang perajurit, termasuk kalian, kalau bertemu denganku, harus menghormat seperti perajurit menghormati atasannya, panglimanya!
Mendengar ini dua orang perwira dan anak buah mereka cepat bangkit dan kini berlutut dengan sebelah kaki, melintangkan lengan ke depan dada dan menghormat secara militer!
Selamat datang, Panglima Besar!
teriak mereka serentak
Wajah yang gagah itu kehilangan kekerasannya dan bibirnya tersenyum, mengangguk se dikit
Melihat dan mendengar semua in Siauw Can merasa betapa kedua kakinya gemetar
Kiranya pemuda itu adalah Sang Putera Mahkota, juga Panglima Besar Li Si Bin.! Inilah orangnya yang telah berhasil menggulingkan Kerajaan Sui, dan kemudian mengangkat ayahnya menjadi Kaisar Tang Kao Cu, sedangkan dia sendiri menjadi pute ra mahkota dan juga panglima besar! Semua itu sudah didengarnya akan tetapi tidak pernah dia melihat tokoh ini, karena ketika kerajaan Sui jatuh, dia berada di penjara, kemudian dikeluarkan oleh Pangeran Cian Bu Ong dan menjadi pembantu pangeran Kerajaan Sui itu yang mencoba untuk melakukan pemberontakan terhadap kerajaan Tang yang baru namun gagal, Sete lah mengetahui bahwa pemuda itu adalah Pangeran Li Si Bin, Siauw Can cepat keluar dari dalam pos penjagaan, langsung dia menghadap pangeran itu dan berlutut dengan sebelah kaki seperti para perwira, memberi hormat dengan sigapnya
Panglima Besar!
serunya dengan sikap hormat dan siap
Pangeran Li Si Bin memandang kepadanya dan sejenak Siauw Can merasa seolah-olah seluruh tubuhnya digerayangi sinar mata itu, membuat dia merasa ngeri dan bulu tengkuknya meremang
Belum pernah dia berjumpa dengan orang yang memiliki wibawa sebesar ini!
Hemm, engkau berpakaian seperti pelajar akan tetapi memberi hormat seperti seorang perwira militer! Engkaukah yang bernama Siauw Can dan menjadi pengawal pribadi baru dari Paman Pangeran Tua?
Diam-diam Siauw Can terkejut dan dia mencatat di dalam hatinya, bahwa selain wibawa yang amat besar, juga pute ra mahkota ini memiliki kecerdikan yang mungkin akan dapat membahayakan dirinya
Benar sekali, Yang mulia!
jawabnya
Perwira, rawat kudaku ini, beri rumput yang segar!
kata sang pangeran sambil menyerahkan kendali kuda ke perwira yang cepat meloncat berdiri dan menerima tugas itu
Minggirlah, jangan menghalangi jalan!
kata pangeran Li Si Bin dan dengan gerakan wajar, ketika dia melangkah maju hendak menuju ke beranda depan, dia mendorong ke arah Siauw Can yang masih berlutut dengan sebelah kaki
Dan betapa kagetnya hati Siauw Can karena dari tangan pangeran itu menyambar hawa pukulan yang amat dahsyat, tanda bahwa pangeran mahkota ini memiliki kekuatan sin-kang yang hebat! Dia menjadi serba salah
Dia tahu bahwa pute ra mahkota itu tidak bermaksud menyerangnya, melainkan mungkin sekali hanya ingin mengujinya
Dia tidak boleh menangkis sehingga membuat pangeran itu kesakitan, juga kalau dia mengelak begitu saja dan dorongan itu luput, berarti dia melakukan perlawanan
Maka dia berpura-pura tidak tahu bahwa pangeran itu mendorongnya dengan kekuatan sin-kang
Dia bahkan mengerahkan te naga membuat tubuhnya kaku dan ketika terdorong, tubuhnya terlempar dalam keadaan setengah berlutut dan turun lagi sampai tiga meter di belakangnya, dalam keadaan berlutut seperti tadi, seolah-olah dia adalah se buah arca yang dipindahkan Sedikitpun dia tidak te rguncang, dan keadaannya sama seperti tidak berubah! Kalau pangeran itu telah memperlihatkan kekuatan yang dahsyat, sebaliknya Siauw Can memperlihatkan ilmu meringankan tubuh yang luar biasa pula! Pangeran Li Si Bin memandang dan sinar kagum memancar sebentar saja dari matanya
Dia mengangguk dua kali lalu melanjutkan langkahnya menuju beranda depan, dan meloncat masuk istana itu begitu saja seperti memasuki rumah sendiri
Hal ini tidaklah aneh
Pangeran Tua Li Siu Ti adalah adik kaisar, jadi pamannya sendiri dan dia sudah biasa keluar masuk ke rumah pamannya itu secara kekeluargaan
Para penjaga pintu yang melihatnya, segera memberi hormat
Mereka melihat betapa pangeran mahkota tadi menegur para perwira, maka merekapun tahu diri dan cepat berlutut dengan sebelah kaki dan memberi hormat secara milite r! Siauw Can menarik napas panjang ketika ia bangkit berdiri
Kagum bukan main
De ngan hawa pukulannya, pangeran mahkota itu telah dapat membuat dia te rlempar sampai tiga meter! Jelas bahwa pangeran ini diam-diam memiliki tenaga sin-kang yang amat kuat, dan mungkin memiliki ilmu kepandaian silat yang hebat pula, jauh lebih hebat dibandingkan dua orang raksasa kembar pengawal pribadi Raja Muda Baducin! Dia harus berhati-hati terhadap pangeran ini yang selain berkuasa besar, juga lihai dan cerdik bukan main
Dia mulai merasa khawatir karena darimana pangeran mahkota itu mengenalnya kalau tidak mendengar dari orang-orang Turki itu
Keheranannya berkurang ketika dia ingat bahwa pute ra mahkota tadi, sejak mudanya telah memimpin pasukan besar yang berhasil menumbangkan Kerajaan Sui
Seorang panglima besar seperti itu, sudah pasti memiliki ilmu kepandaian tinggi
Seorang perwira yang melihat betapa tubuh Siauw Can tadi te rlempar sampai tiga meter, hanya menduga bahwa pengawal baru ini te lah dikalahkan oleh sang pangeran, maka dia menghampiri Siauw Can dan berkata
Taihiap, kepandaian Yang Mulia Panglima Besar memang seperti dewa saja!
Ucapannya mengandung kebanggaan seolah hendak mengatakan bahwa bagaimanapun juga, pemuda ini masih kalah oleh junjungannya! Siauw Can hanya te rsenyum, mengangguk dan diapun melangkah memasuki istana dengan kepada menunduk
Sementara itu, di dalam taman bunga di sebelah belakang istana, taman bunga yang indah, di dekat kolam ikan emas, Ai Yin sedang berlatih ilmu silat, di bawah pimpinan Kwa Bi Lan
Bi Lan memberi pelajaran dasar-dasar ilmu silat yang diambilnya dari ilmu silat Siauw-lim-pai, yaitu ilmu silat para pendeta yang semula diajarkan hanya untuk memperkuat dan menyehatkan badan, namun kemudian oleh para murid bukan pendeta, dikembangkan menjadi ilmu bela diri yang kokoh dan tangguh
Ai Yin memang berbakat, dan tubuhnya le ntur
Apa lagi ditambah orangnya memang genit, maka gerakan-gerakannya juga penuh gairah!
Bhe-si (Kuda-kuda) itu kurang sempurna, siocia,
kata Kwa Bi Lan
Eh, Bukankah punggung harus lurus ke atas, kepala dikedikkan dengan pandang mata menatap ke depan lurus
Kedua tangan santai di kedua pinggang dengan kepala menelentang, dan kedua kaki dite kuk bersiku lurus dan kekuatan dipusatkan di te ngah-tengah?
bantah Ai Yin
Ia sedang membuat kuda-kuda yang disebut
menunggang kuda
dengan kedua kaki dite kuk menjadi siku, dipentang seperti orang menunggang kuda
Ia sudah melatih kuda-kuda ini berhari-hari lamanya, seperti anjuran Bi Lan bahwa ilmu silat yang baik memiliki dasar kuda kuda yang kuat karena ibarat membuat bangunan, kuda-kuda merupakan tiangnya, maka harus kokoh kuat dan tidak bole h bosan berlatih
Pada hari-hari pertama, seluruh tubuh Ai Yin terasa nyeri, terutama sekali di bagian betis dan belakang paha
Untuk jongkok saja rasanya kaku dan nyeri
Akan tetapi kini rasa nyeri sudah banyak berkurang dan mendengar kuda-kuda itu masih dikatakan kurang sempurna te ntu saja ia menjadi kecewa dan membantah
Me mang sudah tepat, siocia, hanya sedikit kesalahannya.
Di bagian mana yang salah?
Kwa Bi Lan te rse nyum geli
Di pinggul itu, te rlalu menonjol ke belakang!
Sang pute ri berdiri dan cemberut
I hh! Tentu saja! Memang bukit pinggulku besar menonjol
Bagus, ya?
Ia mengusap-usap pinggulnya dengan bangga
Melihat ini, Bi Lan makin geli
Memang pinggul pute ri itu indah dan montok membusung, akan tetapi ketika memasang kuda-kuda tadi, te rlalu ditonjolkan belakang!
Me mang indah, siocia
Akan tetapi dalam memasang kuda-kuda, haruslah punggung lurus benar
Dari tengkuk sampai ke pinggul, jangan ditonjolkan pinggul itu terlalu ke belakang.
Ai Yin memasang kuda-kuda lagi, kini menarik sedikit tonjolan pinggulnya sehingga menjadi siku benar
Nah, bagus begitu
Kalau terlalu ditonjolkan ke belakang, perubahan gerakan kakimu bisa kaku dan te rlambat
Sekarang tirukan gerakanku
Ini merupakan jurus baru, siocia.
De ngan penuh perhatian Ai Yin meniru gerakan silat Bi Lan, sedangkan Lan Lan bermain-main dengan daun-daun kering yang rontok te rlanda angin
Dengan tekun kedua orang wanita cantik ini berlatih silat sampai Ai Yin berkeringat, dan napasnya agak memburu sehingga ia menghentikan gerakannya
Ia telah pandai memainkan belasan jurus ilmu silat yang indah dan tangguh
Bagus sekali!
terdengar seruan disusul tepuk tangan
Ai Yin dan Bi Lan cepat membalikkan tubuh dan Bi Lan mengerutkan alis nya ketika melihat seorang pria muda te lah berdiri di situ
Muncul dari balik sebatang pohon dan kini bertepuk tangan memuji
Betapa kurang ajarnya laki-laki ini, pikirnya dan ia memandang dengan curiga, dan siap menghadapinya kalau orang ini hendak membuat keributan
Akan tetapi, kalau tadinya ia mengira sang pute ri akan marah-marah, sebaliknya begitu melihat laki-laki yang bertepuk tangan memuji itu, Ai Yin tersenyum girang dan lari menghampiri
Aih, kiranya paduka yang datang, pangeran.! Kenapa tidak memberitahu lebih dulu agar kami dapat menyambut.
Dan Ai Yin cepat memberi hormat dengan sete ngah berlutut
Pemuda itu menyentuh pundak Ai Yin dan berkata,
Bangkitlah, Ai Yin
Kita ini keluarga sendiri, mengapa harus memberi kabar lebih dulu
Dan aku girang sekali tadi tidak memberi kabar sehingga dapat melihat engkau berlatih silat
Engkau hebat! Kelak te ntu akan menjadi seorang wanita sakti
Ha-ha-ha kelak suamimu harus berhati-hati, jangan sampai membuat kesalahan padamu, bis a remuk kepalanya, ha-ha..!
Ai Yin juga te rtawa gembira
Bi Lan te rte gun
Inikah putera mahkota yang juga menjadi panglima besar itu
Inikah pute ra kaisar yang pernah ia dengar dari Siauw Can
Bukan main! Masih begini muda sudah dapat memimpin rakyat dan menggulingkan pemerintah Kerajaan Sui! Bahkan mendiang suaminya pernah bicara tentang Li Si Bin sebagai seorang pemuda yang menerima petunjuk Tuhan sehingga mampu menggerakkan peran rakyat je lata! Namanya berada di ujung bibir setiap orang yang memuji dan memujanya
Inikah orangnya
Pangeran itu sudah menggandeng tangan Ai Yin dan menghampirinya
Melihat Kwa Bi Lan hanya berdiri te rte gun, Ai Yin segera berseru,
Heii, enci Bi Lan
Cepat beri hormat
Ini adalah kakak sepupuku, yang mulia Pangeran Mahkota Li Si Bin, panglima besar yang namanya sudah menggetarkan seluruh kolong langit!
Bi Lan cepat memberi hormat kepada pangeran itu, kemudian ia memondong Lan Lan dan berdiri dengan kepala tertunduk, karena pangeran itu mengamatinya dengan pandang mata tajam penuh silidik
Mata itu! Mencorong seperti mata naga, pikirnya dengan je rih
Wibawanya luar biasa, membuat ia merasa dirinya menjadi kecil sekali
Engkaukah yang bernama Kwa Bi Lan dan kini menjadi pengawal keluarga di rumah pamanku?
tanya Pangeran Li Si Bin
Benar, pangeran,
jawab Bi Lan lirih, diam-diam merasa heran bahwa pangeran ini sudah mendengar pula tentang dia
Bukan hanya pengawal keluarga, pangeran
Akan te tapi juga menjadi guruku
Akan te tapi aku tidak mau menyebutnya subo (ibu guru)
Lihat ia masih begitu muda dan cantik, bagaimana aku dapat menyebutnya subo
Enci Bi Lan, kau belum memberitahu, berapa sih usiamu?
Bi Lan merasa canggung dan sungkan sekali
Kalau mereka berada berdua saja, tentu semua pertanyaan pribadi dari Ai Yin akan dijawabnya dengan senang hati
Akan tetapi kini pertanyaan te ntang umur ditanyakan di depan seorang pria, walaupun pria itu adalah pute ra mahkota dan panglima besar! Betapapun juga, ia tidak berani untuk tidak menjawab, maklum akan kekerasan hati Ai Yin yang mudah te rtawa, mudah menangis dan mudah marah-marah itu
Duapuluh empat tahun, siocia,
jawabnya lirih sambil menundukkan mukanya
Sungguh membuat orang kagum.!
Kata pangeran itu dengan suara lirih dan sungguh-sungguh, tidak bernada mengeluarkan pujian kosong atau merayu belaka
Seorang wanita semuda ini sudah dapat memiliki ilmu kepandaian yang tinggi dan mampu mengalahkan seorang jagoan seperti Gondalu! Sungguh paman pangeran beruntung sekali mendapatkan seorang pengawal keluarga seperti nyonya muda ini
Akan te tapi, sungguh menyedihkan dan mengharukan, wanita semuda ini telah menjadi seorang janda dengan seorang anak.
Berdebar rasa jantung dalam dada Bi Lan
Ucapan itu begitu jujur dan sempat membuat ia te rharu, akan te tapi ia tetap menunduk dan tidak menjawab, hanya mendekap Lan Lan ke dadanya
Pangeran belum melihat kakak sepupunya yang bernama Siauw Can
Dia le bih lihai lagi dan sekarang menjadi pengawal pribadi ayah!
kata Ai Yin
Aku sudah berte mu dengan dia di luar tadi,
kata Pangeran Li Si Bin, lalu dia kembali memandang kepada Bi Lan yang menunduk saja
Kwa Bi Lan, kulihat tadi engkau mengajarkan kuda-kuda dan jurus-jurus ilmu silat Siauw-limpai
Apakah engkau murid Siauw-lim-pai?
Bi Lan te rkejut
Kiranya pangeran ini berpemandangan tajam dan pasti pandai ilmu silat maka dapat mengenal jurus-jurus Siauw-lim-pai
Tanpa mengangkat muka ia mengangguk
Benar, pangeran.....
-ooo0dw0ooo-