Jilid 09
Mendiang gurunya yang juga suaminya pernah memesan agar dia berhati-hati dan tidak memandang rendah kepada empat macam orang, yaitu pertama wanita yang tampaknya le mah walaupun memiliki ilmu yang tinggi, ke dua kaum pendeta yang juga kelihatan lemah le mbut, ke tiga pengemis yang nampaknya saja lemah dan sengsara, dan ke e mpat sastrawan, karena mereka ini kadang-kadang menyembunyikan ilmu yang tinggi dan merupakan lawan yang amat berbahaya
Yang amat mengesankan hatinya bukan ke tampanan pria itu, melainkan tiupan sulingnya
Biarpun kini sudah tidak terdengar lagi suara sulingnya, namun masih terngiang di telinganya suara yang meliuk-liuk merdu dan mengharukan itu
Lamunan Bi Lan dan kantuk Lan Lan dalam pondongannya terganggu ketika mendadak muncul sepuluh orang yang berloncatan dari balik batang pohon-pohon di kanan kiri jalan setapak itu
Begitu melihat, Bi Lan mengerti bahwa ia berhadapan denagn gerombolan penjahat! Sikap mereka saja sudah jelas menunjukkan bahwa mereka bukan orang baik-baik dan te rmasuk gerombolan yang suka memaksakan kehe ndak mengandalkan kekerasan
Juga mereka semua itu menyeringai menjemukan dengan sepasang mata yang membayangkan kecabulan
Seorang di antara mereka yang gendut dan segala-galanya bundar, kepalanya, hidungnya, matanya , bentuk mulutnya, perutnya, semua bundar, melangkah maju
Sebatang golok besar te rgantung di pinggangnya dan sejenak dia mengamati wajah dan tubuh Bi Lan, kemudian te rtawa bergelak dengan girang
Ha-ha-ha, inilah orangnya yang pantas menjadi isteriku! Kawan-kawan, bagaimana pendapat kalian
Sudah patutkah perempuan ini kalau duduk bersanding denganku sebagai isteriku?
Sembilan orang anak buahnya juga tertawa-tawa dan menyengir-nyengir dengan sikap ceriwis sekali
Sudah cocok sekali, toako! Akan tetapi hati-hati, ia membawa anak dan di punggungnya ada sepasang pedang!
Ha-ha-ha, anak inipun mungil sekali
Kalau anaknya, anak ini menjadi anak isteriku yang manis
Kalau adiknya, kebetulan! Dan tentang sepasang pedangnya, ha-ha-ha, itu hanya untuk menakut-nakuti orang saja
Bukankah begitu, manis?
Dapat dibayangkan betapa marahn ya Bi Lan melihat sikap dan mendengar ucapan yang amat menghina itu
Kalau saja ia tidak sedang memondong Lan Lan, te ntu ia sudah mengamuk dan membunuh semua orang itu
Akan te tapi, ia memondong Lan Lan yang kini sudah te rbangun dari kantuknya
Ia harus berhati-hati dan melindungi anak itu
Maka ia menahan sabar, karena kemarahan hanya akan merugikan dirinya, mengurangi kewaspadaannya
Kalian adalah sepuluh laki-laki, kenapa begitu rendah menghadang dan mengganggu seorang wanita yang sedang melakukan perjalanan
Minggirlah, aku tidak ingin mencari keributan.
Katanya dengan nada suara yang dibikin setenang mungkin
Ha-ha-ha, manis
Siapa yang akan mengganggumu
Aku bahkan meminangmu
Aku ingin melamarmu menjadi isteriku, sayang
Marilah ikut baik-baik denganku dan kita merayakan hari perkawinan kita
Anakmu itu akan menjadi anakku juga,
kata si gendut dengan keramahan yang dibuat-buat
Aku tidak mau menikah denganmu atau dengan siapapun
Minggirlah!
kini dalam suara Bi Lan te rdengar bentakan
Nona manis , aku harus menjadi suamimu
Engkau mau atau tidak, harus menjadi isteriku
Nah, tinggal kaupilih saja
Engkau menurut dengan baik-baik atau ingin dipaksa?
kini si gendut mengancam
Sudah kuduga
Kalian te ntu segerombolan anjing yang suka mempergunakan kekerasan melakukan kejahatan! Majulah kalau engkau minta mati!
bentak Bi Lan dan ia menggunakan sabuk suteranya untuk menggendong Lan Lan di punggung se telah melolos sepasang pedangnya dan menggantungnya di pinggang
Anak itu duduk di atas buntalan pakaian dan diikat dengan sabuk sutera yang biasanya menjadi senjata pula bagi Bi Lan
Kini, kedua tangan wanita itu bebas, walaupun gerakannya te ntu saja kurang le luasa dengan adanya Lan Lan di punggungnya
Yang membuatnya kagum, anak itu tidak menangis, tidak kelihatan takut walaupun menghadapi sepuluh orang laki-laki yang kelihatan beringas dan Kejam
Pantas memang Lan Lan menjadi pute ri suami isteri pendekar besar
Ho-ho-ha-ha-ha! Perempuan ini bernyali juga! Aku makin te rgila-gila kepadanya!
kata si gendut
Aku paling je mu dengan kuda betina yang jinak, aku ingin yang liar seperti ini, ha-ha-ha!
Dia masih tertawa ketika tubuhnya tiba-tiba menyerbu ke depan
Sungguh merupakan serangan yang amat curang, menggunakan kesempatan selagi dia masih tertawa sehingga lawan akan menjadi le ngah
Akan te tapi, Bi Lan sama sekali tidak le ngah
Tidak percuma menjadi murid dan isteri Si Rajawali Sakti
Dari suaminya itu ia telah mendapatkan ilmu silat yang tangguh dan kokoh kuat
Begitu si gendut menubruk dengan kedua le ngan berkembang, seperti seekor beruang menyerang, tubuh Bi Lan sudah mengelak ke kiri dan kaki kanannya melakukan te ndangan ke arah perut gendut itu
De mikian cepat geraka Bi Lan sehingga tendangan itu tidak mungkin dapat dielakkan atau ditangkis lagi oleh si gendut
Bukk.....
! Duuuuuuttt......!
perut itu ternyata kebal, akan tetapi karena tendangannya mengandung sin-kang yang kuat, tidak urung isi perutnya te rguncang dan tak te rtahankan lagi si gendut kelepasan membuang gas dengan bunyi kentut yang nyaring
Mendengar suara kentut itu, Lan Lan berseru
I hhhh......kentut bau ...!
dan dengan lucunya, bukan pura-pura Lan Lan memijat hidungnya dengan tangan kiri
Mau tidak mau, kawanan perampok itu tertawa geli, dan baru mereka berhenti tertawa ketika pimpinan mereka yang merasa perutnya agak mulas itu membentak mereka
Apa te rtawa! Hayo tangkap perempuan ini.! Awas, jangan lukai, aku tidak ingin pengantinan dengan mempelai yang luka-luka!
Sembilan orang anak buah itu menerima perintah ini dengan gembira
Siapa yang tidak ingin menangkap wanita cantik itu
Biarpun akhirnya diserahkan kepada pimpinan mereka, setidaknya yang menangkapnya mempunyai kesempatan untuk merangkul, memeluk dan setidaknya mencolek tubuh yang montok itu! Mereka maju dengan cepat seperti sekumpulan anjing memperebutkan tulang, berlomba untuk dapat menangkap Bi Lan
Akan tetapi, kegembiraan mereka segera berubah menjadi te riakan-te riakan kesakitan ketika Bi Lan membagi-bagi tamparan dan te ndangan dengan cepat sebelum ada tangan yang mampu menyentuhnya
Para pengeroyok itu berpelantingan te rhuyung dan biarpun tidak ada yang roboh dan te rluka parah, namun sedikitnya mereka menjadi gentar
Ada yang pipinya bengkak membiru, bibirnya pecah atau perutnya mulas seketika karena usus buntunya te rcium ujung sepatu Bi Lan
Ada yang te rpincang-pincang karena sambungan lututnya te rkena gajulan yang cukup kuat
Melihat betapa sembilan orang anak buahnya mundur se mua, si gendut menjadi marah
Dia lupa bahwa dia sendiri pun tadi te rkena te ndangan sampai terkentut-kentut walaupun perut gendutnya yang kebal membuat dia tidak jatuh dan memaki-maki anak buahnya
Kalian ini gentong gentong kosong melompong yang tiada gunanya!
Akan te tapi agaknya dia menyadari bahwa wanita itu ternyata bukan makanan empuk, maka dia menambahkan,
Hayo keroyok, robohkan dengan senjata! Aku tidak perduli berpengantinan dengan mempelai luka!
Para anak buahnya yang juga marah mencabut senjata mereka
Ada yang bersenjata golok, ada yang memegang pedang, tombak dan lain-lain
Dan mereka mengepung Bi Lan
Bi Lan merasa khawatir
Kalau ia tidak menggendong Lan Lan, tentu pengerokan orangorang kasar itu tidak membuat ia gentar
Kini ia khawatir akan keselamatan Lan Lan
Lan Lan, rangkul leher ibu kuat-kuat!
te riaknya sambil mencabut sepasang pedang yang te rgantung di pinggang
Anak itu memang tabah bukan main
Melihat
ibunya
berkelahi, ia tidak takut s ama sekali dan mendengar perintah ibunya, iapun cepat merangkulkan kedua le ngannya yang kecil ke leher Bi Lan
Sepuluh orang perampok itu menyerang dan Bi Lan memutar kedua pedangnya
Ge rakan pedangnya cepat dan juga mengandung tenaga sinkang yang membuat setiap senjata lawan yang berte mu pedangnya terpental
Semua perampok te rkejut dan mereka mengepung dan mengeroyok dengan hati-hati, maklum bahwa wanita cantik ini benar-benar amat lihai
Namun, dengan adanya Lan Lan di gendongannya, te ntu saja Bi Lan menjadi kurang leluasa dan ia lebih mengutamakan perlindungan te rhadap anak itu sehingga daya serangnya berkurang
Si perut gendut melihat hal ini dan diapun berte riak kepada teman-te mannya,
Serang anak di gendongan itu!
Bi Lan te rkejut
Kini para pengeroyok menujukan serangan mereka ke arah punggungnya! Tentu saja ia hanya dapat memutar sepasang pedang untuk membentuk benteng sinar yang menjadi perisai dan melindungi punggungnya dari sambaran senjata para pengeroyok! Karena ia hanya bertahan, tidak berani le ngah untuk balas menyerang, ia segera terdesak! Pada saat itu, terdengar suara halus namun lantang berwibawa,
Nona, lemparkan anak itu kepadaku
Biar aku yang sementara menjaganya untukmu!
Bi Lan melirik dan melihat bahwa yang berteriak itu adalah seorang pemuda tampan berpakaian biru bercaping le bar
Pemuda peniup suling tadi! Entah mengapa, ia percaya sepenuhnya kepada pemuda itu, dan memang Lan Lan te rancam bahaya, maka iapun memutar pedang kanannya, menggunakan tangan kiri untuk menurunkan Lan Lan dari gendongan
Lan Lan, engkau ikut paman itu dulu!
katanya dan sekali ia menggerakkan tangan kiri, anak itu dilemparkan ke arah pemuda peniup suling
Dan hatinya le ga melihat betapa sigapnya pemuda itu menyambut Lan Lan yang mendarat dengan empuk dalam pondongannya
Nah, di sini lebih enak, kan
Kita nonton perte mpuran!
kata pemuda itu sambil menurunkan Lan Lan dan berdiri di situ, menggandeng tangan Lan Lan
Biar pun tadi ia dilempar, Lan Lan tetap tabah dan sama sekali tidak berteriak, apa lagi menangis
Setelah melihat Lan Lan berada dengan pemuda itu dan ia tidak lagi dibebani tugas melindungi Lan Lan, Bi Lan mengamuk
Pedangnya menyambarnyambar dahsyat dan dalam beberapa gebrakan saja, robohlah dua orang pengeroyok dengan pundak dan paha terluka parah
Aih, jangan bunuh mereka, nona..!
Pemuda itu berkata dan tiba-tiba dia memondong tubuh Lan Lan
Dia sendiri, dengan Lan Lan di pondongan, bergerak ke depan, kedua kakinya menyambarnyambar dan setiap kali kakinya menyambar, seorang pengeroyok roboh! Bi Lan merobohkan dua orang lagi, dan selebihnya, yang enam orang, roboh oleh tendangan kaki pemuda itu! Bi Lan yang marah sekali, menggerakkan sepasang pedangnya hendak mengirim serangan maut membunuh sepuluh orang itu, akan tetapi pemuda itu sekali berkelebat sudah berdiri di depannya
Nona, jangan membunuh mereka!
Bi Lan memandang tajam penuh selidik
Hem, kenapa
Bukankah mereka itu orang-orang jahat yang hanya membahayakan kehidupan orangorang lain
Kalau tidak dibunuh, mereka tentu aka mencelakai orang lain.
Pemuda itu menarik napas panjang lalu menurunkan Lan Lan
Anak itupun menghampiri Bi Lan dan memegang tangan Bi Lan yang masih memegang pedang
Nona, kalau setiap orang yang melakukan kejahatan di dunia ini kaubunuh, kiraku tidak akan ada yang tinggal hidup
Adakah manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya
Adakah manusia yang tidak berdosa?
Bi Lan mengerutkan alisnya
Akan tetapi, tidak semua orang menjadi perampok, pengganggu wanita dan pembunuh!
Nona, manusia itu lemah lahir batin
Bukan hanya lahirnya saja, tubuhnya saja yang le mah dan suka diserang penyakit
Juga batinnya lemah dan suka sakit
Semua orang mengalami penyakit batin ini, hanya kadarnya saja yang berbeda, ada yang ringan dan ada yang berat
Orang yang menyeleweng dari kebenaran, yang menjadi penjahat, sebenarnya hanyalah orang yang sedang sakit batinnya
Orang yang sakit harus kita tolong, kita obati, yaitu kalau yang sakit badannya
Kalau yang sakit batinnya, kitapun harus menolong dengan obat berupa nasihat, atau kalau perlu ancaman
Akan te tapi, bukan lalu membunuhnya
Ingat, nona, orang sakit dapat sembuh, dan yang sehat dapat jatuh sakit
Orang yang berbuat jahat dapat sembuh, dan yang sekarang kelihatan baikbaik saja, sekali waktu dapat jatuh dan berbuat jahat
Semua orang pernah sakit, nona
Termasuk aku sendiri
Sakitku amat berat, dan mudahmudahan s ekarang telah sembuh.
Ucapan itu berkesan di hati Bi Lan
Bahkan gurunya yang juga suaminya pernah mengakui bahwa gurunya itu dahulu juga pernah
s akit
parah, yaitu menderita sakit batin karena dendam.! Ucapan pemuda berpakaian biru itu sungguh berkesan di hati dan tanpa cakap lagi ia lalu menyimpan kembali sepasang pedangnya, memondong Lan Lan dan membungkuk kepada pemuda itu
Me ngingat bahwa engkau te lah membantuku, biarlah aku menuruti nasihatmu dan tidak membasmi mereka
Terima kasih atas bantuanmu dan selamat tinggal.
Setelah berkata demikian, Bi Lan pergi meninggalkan tempat itu
Pemuda itu masih berdiri seperti patung, te rsenyum-senyum seorang diri, dan dia seperti tidak melihat atau tidak perduli ketika sepuluh orang perampok itu tertatih-tatih meninggalkan te mpat itu dengan hati gentar
Sampai lama pemuda itu berdiri, bahkan lalu menjatuhkan diri duduk di atas batu, te rmenung dan kadang menengok ke arah perginya Bi Lan
Pemuda itu bukan orang sembarangan
Dia memiliki ilmu kepandaian yang amat lihai karena dia bukan lain adalah Hong San! Putera mendiang Cui-beng Sai kong datuk besar dunia hitam itu, seperti kita ketahui, tadinya membantu pemberontakan Pangeran Cian Bu Ong
Akan tetapi karena semua gerakan bekas pangeran itu gagal, Cian Bu Ong membubarkan para pembantunya dan Can Hong San juga pergi meninggalkan bekas pangeran itu, merantau seorang diri membawa bekal banyak emas yang dite rimanya sebagai hadiah dari Pangeran Cian Bu Ong
Berbulan lamanya Can Hong San berdiam di puncak bukit merenungi keadaan hidupnya
Se gala usaha yang dilakukannya gagal belaka! Hanya kepahitan dan kekalahan yang dideritanya
Mulailah dia melihat bahwa jalan yang dite mpuhnya selama ini tidak menguntungkan, menuruti nafsu-nafsunya, hanya menyeretnya ke le mbah kegagalan belaka
Timbul niatnya untuk mengubah jalan hidupnya untuk meninggalkan jalan sesat dan memilih jalan kebenaran
Mungkin sebagai seorang pendekar, dia akan dapat memanfaatkan kepandaiannya dan mendapatkan nama besar yang harum! Kalau kita mau membuka mata melihat kenyataan tanpa menilai, akan tampaklah dengan jelas bagaimana lihai, licin dan liciknya hati akal pikiran bekerja, hati akal pikiran yang sudah diperalat oleh nafsu-nafsu daya rendah
Bagaimanapun pikiran berkiprah, s elalu tujuannya untuk mencari kesenangan dan menjauhi ketidaksenangan
Keputusan apapun yang diambil oleh pikiran, selalu pasti mempunyai pamrih, yaitu demi kepentingan dan kesenangan diri sendiri
Can Hong San sejak muda hidup bergelimang dosa, mengambil jalan sesat dan menjadi seorang yang te rbiasa melakukan segala macam bentuk kejahatan
Semua ini hasil dari ulah hati akal pikiran yang bergelimang nafsu, yang sudah dicengkeram oleh nafsu daya rendah yang selalu mengejar kesenangan sehingga dalam pengejaran itu, Hong San tidak memperdulikan lagi caranya
Cara apapun akan dite mpuhnya demi te rcapainya kesenangan yang dikejarnya
Itulah pekerjaan nafsu daya rendah! Kemudian, pikiran melihat betapa semua perbuatan jahatnya tidak menguntungkan, bahkan merugikan! Maka, pikiran yang sudah bergelimang nafsu lalu mencari jalan lain
Untuk menghindarkan akibat yang tidak menguntungkan, untuk dapat mencapai kesenangan melalui jalan dan cara lain, kini pikiran Hong San membujuknya untuk mengambil jalan yang berlawanan menjadi seorang pendekar! Menjadi orang yang melakukan kebaikan, menentang kejahatan, yang te ntu saja dengan pamrih agar mencapai kesenangan dan keuntungan! Jelaslah bahwa kebaikan yang disengaja, diatur dan direncanakan, bukanlah kebaikan lagi namanya
Itu hanya hasil dari pikiran bergelimang nafsu
Yang dinamakan perbuatan baik hanya dijadikan cara untuk mendapatkan kesenangan belaka
Kebaikan yang direncanakan pikiran adalah kebaikan palsu, pura-pura
Kalau ada orang yang
ingin menjadi orang baik
, pada hakekatnya dia hanya ingin mendapatkan balas jas a atas kebaikannya itu
Kebaikan atau kebajikan adalah suatu sifat dari perbuatan yang tidak 1agi terdorong nafsu daya rendah
Perbuatan yang tidak didorong oleh pemikiran yang matang, melainkan perbuatan yang spontan, seketika karena terdorong kekuasaan yang murni dan suci, karena te rdorong oleh kasih sayang! Kasih sayang bekerja selama pikiran sebagai si aku tidak muncul merajale la
Kasih sayang berubah menjadi nafsu menyenangkan diri sendiri begitu si aku masuk dan campur tangan
Aku ingin senang, aku ingin untung, aku tidak mau susah, aku tidak mau rugi, aku ingin...
aku ingin......aku ingin......demikianlah sifat nafsu dari daya-daya rendah yang mencengkeram dan mempengaruhi hati akal pikiran
Oleh karena itu, keinginan hati akal pikiran untuk mengubah diri menjadi
orang baik
hanya tipuan belaka, bukan menjadi
orang baik
melainkan menjadi
orang senang melalui perbuatan baik
yang pada hakekatnya hanya membuat kita menjadi munafik! Hati akal pikiran yang bergelimang nafsu tidak mungkin membersihkan diri sendiri! Satu-satunya harapan hanyalah menyerah kepada Tuhan Maha Kasih! Hanya kekuasaan Tuhan sajalah yang akan mampu mengubah seseorang, membersihkan batin seseorang, mengembalikannya ke jalan benar
Kita hanya dapat mohon ampun, .
mohon bimbingan, dan menyerah dengan sabar, ikhlas, dan tawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa
Can Hong San tersenyum gembira
Wajahnya cerah karena dia merasa memperoleh jalan yang baik
Setelah mengambil keputusan untuk mengubah cara hidupnya, dia turun gunung dan kebetulan berte mu dengan Kwa Bi Lan yang menggendong seorang anak perempuan yang mungil
Begitu bertemu, hati Hong San berdebar dan te rtarik sekali
Bukan te rtarik yang menimbulkan nafsu berahi seperti yang sudahsudah
Wanita yang dijumpainya ini lain! Memang cantik jelita dan menggairahkan, akan te tapi dia te rtarik bukan hanya karena itu
Bukan gejolak berahi yang timbul di hatinya, melainkan kekaguman yang penuh pesona
Menurut pandangannya, belum pernah selama hidupnya dia berjumpa dengan wanita yang dapat menarik dan mengguncang perasaan hatinya seperti wanita yang mukanya bulat, berkulit putih mulus, berhidung mancung dan bermata tajam itu
Diam-diam Hong San mengikuti, bahkan lalu mendahuluinya dan sengaja meniup suling untuk menarik perhatian gadis itu
Juga untuk menguji bagaimana sikap gadis itu
Akan te tapi, gadis itu hanya melihat sebentar lalu melanjutkan perjalanan, acuh saja
Hal ini membuat dia semakin kagum
Gadis yang alim, pikirnya, bertata susila dan menjaga martabat dan kehormatan
Dia membayangi lagi dari jauh
Ketika dia melihat gadis yang menimbulkan rasa kagum luar biasa di hatinya itu dikeroyok sepuluh orang perampok, dia menjadi semakin kagum
Kiranya gadis itu bukan saja cantik jelita dan memiliki harga diri yang tinggi, akan te tapi juga gagah perkasa dan memiliki ilmu silat yang cukup hebat! Dia segera turun tangan membantu ketika melihat anak dalam gendongan itu te rancam bahaya, dan ketika dia melihat gadis itu hendak membunuh semua perampok, iapun cepat turun tangan mencegahnya dengan merobohkan para perampok dan membujuk gadis itu agar tidak membunuh mereka
Semua ini dia lakukan dengan perhitungan, bukan karena dia merasa kasihan kepada sepuluh orang perampok rendah itu, melainkan karena dia ingin menjadi seorang
pendekar
dan ingin kelihatan baik budi di mata gadis yang dikaguminya itu
Mulailah hati akal pikiran dengan cerdik dan liciknya membujuk Hong San menjadi seorang munafik! Setelah Bi Lan pergi bersama Lan Lan, Hong San te rmenung
Gadis hebat! Dia betul-betul baru sekali ini merasa jatuh cinta, bukan jatuh berahi, melainkan jatuh cinta sungguh-sungguh
Kalau saja dia dapat berdampingan selamanya dengan gadis itu, dapat menjadi suami isteri, membentuk rumah tangga berkeluarga! Alangkah akan bahagianya.!
I hh, khayal!
Hong San mencela diri sendiri dan dia teringat bahwa sudah terlalu lama dia membiarkan gadis pujaan hatinya itu pergi
Dia harus cepat mengejar kalau tidak mau kehilangan
Sambil berlari Hong San merasa heran sendiri te rhadap perasaan hatinya
Dia merasa seperti pernah berte mu dengan gadis itu, atau setidaknya pernah melihatnya! Akan tetapi dia lupa lagi entah di mana
Sudah te rlalu banyak dia berte mu gadis atau wanita muda yang cantik, maka dia tidak ingat lagi di mana dia berte mu dengan gadis itu
Akan tetapi, yang membuat dia merasa pernah bertemu terutama sekali adanya permainan sepasang pedang itu! Bi Lan melanjutkan perjalanan dengan cepat sambil menggendong Lan Lan yang tertidur
Hari telah menjelang senja dan ia harus mendapatkan sebuah rumah penginapan, di kota, atau mondok di rumah penduduk dusun
Juga keributan tadi membuat ia tidak dapat memberi makan kepada Lan Lan, maka sore hari ini mereka harus mencari makanan
Ia merasa jengkel terhadap diri sendiri mengapa belum juga bayangan pemuda itu le nyap dari depan matanya
Masih terus te rbayang wajahnya, te rngiang suaranya
He ran, ia merasa pernah melihat pemuda itu, entah di mana dan kapan
Bi Lan dan juga Hong San lupa bahwa mereka bukan saja pernah s aling berjumpa bahkan pernah saling serang! Ketika Hong San berkelahi menghadapi pengeroyokan Lie Koan Tek dan Poa Liu Hwa, muncul Bi Lan yang membantu Lie Koan Tek, pamannya itu
Memang hanya merupakan perkelahian singkat, karena Hong San tidak mau melayani pengeroyokan mereka bertiga dan segera melarikan diri begitu Bi Lan muncul dan membantu dua orang yang mengeroyoknya
Matahari telah condong ke barat ketika Bi Lan memasuki kota Peng-lu di pantai selatan Huangho
Kota di pantai Sungai Kuning ini cukup besar dan ramai, dan dengan mudah Bi Lan mendapatkan sebuah kamar di hotel yang cukup bersih
Ia sudah membelikan pakaian untuk Lan Lan di kota yang dilewatinya beberapa hari yang lalu
Setelah memandikan Lan Lan dan mengganti pakaian anak itu, dan ia sendiripun sudah mandi dan bertukar pakaian bersih, ia mengajak Lan Lan keluar dari rumah penginapan dan mencari rumah makan
Kebetulan sekali tak jauh dari rumah penginupan itu te rdapat sebuah rumah makan yang tidak begitu penuh tamu
Bi Lan memondong Lan Lan memasuki rumah makan itu disambut oleh seorang pelayan tua dengan ramah
Bi Lan memilih di sudut yang kosong dan memesan makanan, nasi sayur dan minuman te h
Tak lama kemudian, ia sudah menyuapi Lan Lan yang makan dengan lahapnya karena anak ini memang lapar, sejak pagi tadi belum makan
Sambil menyuapi Lan Lan, Bi Lan juga makan
Karena asyik makan sambil menyuapi Lan Lan, Bi Lan tidak tahu bahwa sejak tadi ada beberapa pasang mata memperhatikannya
Tiga pasang mata mengamatinya secara langsung dari sebuah meja te rbesar di rumah makan itu, mata dari tiga orang yang berpakaian seperti perwira yang gagah dan gemerlapan
Ada pula sepasang mata mengamatinya dari te mpat gelap di luar rumah makan, yaitu mata dari Can Hong San
Pemuda ini tidak mau memasuki rumah makan karena dia tidak ingin dianggap membayangi gadis itu
Baginya asal dapat melihat dan tahu di mana gadis itu berada sudah cukup
Akan te tapi, Hong San juga tahu bahwa tiga orang berpakaian perwira tinggi itu mengamati si gadis dengan sinar mata seperti singa kelaparan
Diapun memperhatikan mereka
Seorang di antara mereka berusia kurang le bih limapuluh tahun, pakaian perwiranya dihias benang emas gemerlapan dan sarung pedang yang te rgantung di pinggangnya amat indah, seperti emas pula dan terukir, dengan gagang yang diukir kepala burung dan ada ronce-ronce benang sutera merah
Dua orang lainnya berusia kurang le bih empatpuluh tahun, dan agaknya merupakan perwira-perwira yang pangkatnya le bih rendah
Sikap merekapun merendah te rhadap perwira tinggi yang lebih tua
Hong San memperhatikan perwira tinggi yang berusia limapuluh tahun itu
Dari sikap dan pandang matanya saja diapun dapat menduga bahwa perwira itu seorang yang cerdik dan agaknya memiliki ilmu kepandaian tinggi, sedangkan dua orang pembantunya juga orang-orang yang berpakaian rapi dan bersikap gagah
Perwira tinggi itu bertubuh tinggi, agak kurus dengan tulang pipi menonjol di bawah kanan kiri mata, hidungnya tinggi dan mulutnya yang le bar dengan bibir te bal membayangkan gairah yang besar
Mulut itu sebagian tertutup kumis te bal yang berjuntai ke bawah di kanan kiri mulutnya
Jenggotnya terpelihara rapi, digunting pendek
Kepalanya memakai topi perwira yang dihias sulaman benang emas pula
Tiga orang perwira itu sudah berada di dalam rumah makan ketika Bi Lan dan Lan Lan masuk ke situ, dan begitu wanita muda itu masuk, mereka sudah memandang dengan penuh perhatian
Karena pimpinan mereka nampak te rtarik sekali, maka dua orang perwira pembantu itupun te rtarik dan mereka membicarakan Bi Lan sambil berbisikbisik
Mereka adalah tiga orang perwira yang datang dari Lok-yang Mereka merupakan perwiraperwira tinggi yang bertugas melakukan ins peksi ke daerah-daerah, dan ketika tiba di kota Peng-lu, mereka kemalaman, bermalam di rumah kepala daerah dan malamnya mereka keluar untuk jalan jalan dan membeli makanan
Andaikata mereka memasuki rumah makan itu bersama kepala daerah, te ntu para karyawan rumah makan itu akan menyambut mereka dengan cara lain
Akan tetapi, biarpun pangkat mereka lebih tinggi dari pada kepala daerah Peng-lu, akan tetapi tidak ada yang mengenal mereka, maka mereka dianggap seperti tamu saja dan hanya diberi meja besar di rumah makan itu karena penampilan mereka yang mewah dan berwibawa
Perwira tinggi itu adalah seorang panglima bernama Su Ki Seng, terkenal dengan sebutan Suciangkun (perwira Su) dan dia memang terkenal sebagai seorang panglima yang pandai dan juga lihai
Seluruh kepala daerah di wilayah Propinsi He -nan takut belaka kepadanya
Panglima ini pandai menemukan kesalahan-kesalahan para kepala daerah dan karena dia berkuasa dan berpengaruh di kota raja, maka para kepala daerah tunduk kepadanya
Mereka selalu menyambut kunjungannya dengan berbagai hadiah untuk menyenangkan hati panglima itu sehingga dia tidak akan mengganggu mereka dan menutup mata saja kalau terdapat kejanggalan atau kesalahan
Keadaan seperti itu membuat Su-ciangkun menjadi kaya raya
dan dia hidup sebagai bangsawan yang kaya raya di Lok-yang, dengan rumah gedung besar dan indah megah seperti istana, mempunyai seorang isteri dan belas an orang selir dan dayang
Namun, seperti kebiasaan para pejabat yang suka melakukan tugas keliling ke luar kota dan luar daerah pada masa itu, Su-ciangkun yang biasanya hanya dikawal beberapa orang pembantunya dan tidak membawa keluarganya, dia selalu seperti seekor kucing kelaparan
Harta benda dia sudah punya le bih dari cukup, dan semua hadiah dan sumbangan yang dite rimanya dari para pejabat daerah, akan diurus oleh para pembantunya
Akan te tapi yang membuat dia kehausan adalah wanita! Su-ciangkun seorang pria yang mata keranjang dan tidak pernah puas dengan isteri dan belasan orang selirnya
Kalau dia sedang melakukan perjalanan ke luar kota Lokyang, dia s elalu mencari sasaran dan korban untuk memuaskan hasrat dan gairahnya
Wataknya inipun diketahui ole h para kepala daerah dan setiap kali dia datang, tentu para kepala daerah yang ingin menyenangkan hatinya, menyediakan wanita hiburan untuknya! Akan te tapi, sekali ini Su-ciangkun merasa bosan dengan wanita hiburan
Dia mengajak dua orang pembantunya yang juga merupakan pengawal dan pesuruhnya, untuk keluar dari rumah kepala daerah, makan di restoran dan tentu saja mencari kesempatan kalau kalau dapat berte mu dengan wanita yang menarik hatinya
Dan kebetulan sekali, ketika mereka makan di rumah makan, Bi Lan masuk dan segera perwira ynng mata keranjang itu te rbetot semangatnya! Matanya yang berminyak tak pernah melepaskan Bi Lan, diamatinya wanita itu, wajahnya dan seluruh tubuhnya
Makin diamati, makin te rgila-gila
Bahkan ketika Bi Lan makanpun, nampak begitu menggairahkan bagi Su-ciangkun
Apakah tai-ciangkun suka padanya?
bisik seorang pembantunya yang bermuka hitam dan dikenal dengan sebutan Lu-ciangkun
Agaknya dia wanita baik-baik, harus dilakukan pendekatan dengan halus,
kata pula Ji-ciangkun, pembantu lain yang matanya sipit
Su-ciangkun mengangguk-angguk dan meraba je nggotnya
Hebat, ia sungguh menarik
Aku akan berbahagia sekali kalau malam ini dapat membawanya ke kamarku.
Apa sukarnya?
kata pembantu yang mukanya hitam
Beritahu saja kepala daerah, tentu dia akan dapat memaksa wanita ini menemani taiciangkun.
Hussh, aku tidak mau ramai-ramai,
cela Suciangkun
Me malukan kalau sampai te rdengar umum kita membuat keributan di sini.
Me mang sebaiknya kita membuat pendekatan
Kita undang ia ke sini atau kita yang mendatangi mejanya untuk belajar kenal
Kalau kita sudah mengetahui keadaannya, baru dilakukan penjajagan apakah kiranya ia dapat dibawa dengan cara halus tanpa paksaan,
kata Ji-clangkun si mata sipit
Su-ciangkun mengangguk setuju dengan cara itu
Sebaiknya engkau yang pergi mendekatinya dan bicara dengannya secara halus,
kata Su ciangkun kepada pembantunya yang bermata sipit itu
Pembantunya ini memang pandai bicara, tidak main kasar seperti rekannya yang bermuka hitam
Ji-ciangkun mengangguk, lalu bangkit dan menghampiri meja Bi Lan yang kebetulan sudah selesai makan
Me lihat ada orang menghampirinya, Bi Lan mengangkat muka memandang dan alisnya berkerut ketika melibat bahwa yang menghampirinya adalah seorang yang berpakaian perwira
Akan tetapi, perwira yang bermata sipit itu bersikap hormat, mengangkat kedua tangan ke depan dada dan berkata dengan sikap yang sopan
Maafkan saya kalau mengganggu, nona
Bolehkah saya bicara sebentar?
Bi Lan adalah seorang gadis kangouw yang tidak pemalu seperti gadis pingitan
Ia sudah berpengalaman dan tabah, maka biarpun ada laki-laki yang tidak dikenalnya mendekat dan mengajak bicara, ia sama sekali tidak merasa sungkan atau kehilangan akal
Ia mengangguk
Silakan, apa yang akan dibicarakan?
tanyanya
Ji-ciangkun merasa mendapat hati
Iapun melihat sepasang pedang yang berada di atas meja, dan dia menduga bahwa dia berhadapan dengan wanita kangouw
Hal ini akan le bih memudahkan, jauh lebih mudah daripada kalau berhadapan dengan wanita yang pemalu
Maka, dia lalu duduk di depan Bi Lan, terhalang meja
Perkenalkan, nona
Nama saya Ji Kun
Saya pembantu dari panglima yang duduk di sana itu
Beliau adalah Su-tai-ciangkun yang berkedudukan tinggi di kota raja, kaya raya dan bangsawan besar
Yang bermuka hitam itu adalah rekan saya, Luciangkun
Kami bertiga bertugas ke luar kota raja dan sekarang menjadi tamu-tamu kehormatan dari kepala daerah di Peng-lu ini.
Kerut di antara kedua alis Bi Lan semakin dalam
Biarpun suaranya halus, namun mengandung te guran
Ji-ciangkun, apa artinya semua ini
Mengapa ciang-kun menceritakan semua itu kepadaku
Semua itu tidak ada hubungannya sedikitpun dengan aku
Katakan, apa maksud ciangkun menghampiriku dan bicara denganku
Apa yang perlu dibicarakan?
Sikap te gas ini, walaupun dikeluarkan dengan suara le mbut, membuat Ji-ciangkun agak gugup juga
Tadinya dia mengira bahwa wanita yang dihadapi nya akan bersikap dua macam, pertama, menerimanya dengan malu-malu kucing dan kedua dengan keras menolak
Akan tetapi wanita ini demikian tenang dan tegas, sama sekali tidak merasa rendah diri walaupun berhadapan dengan seorang perwira tinggi!
Maaf, nona
Bolehkah kami mengetahui nama nona yang terhormat?
Pertanyaan itu tidak pada te mpatnya
Seorang laki-laki asing menanyakan nama gadis yang baru dijumpainya dan yang tidak dikenalnya
Akan tetapi karena pertanyaan itu diajukan dengan katakata yang sopan, dan karena Bi Lan tidak begitu te rikat oleh sopan santun palsu, maka hal ini tidak menyinggung hatinya dan dengan tenang iapun memperkenalkan diri, apalagi mengingat bahwa orang itu te lah memperkenalkan diri, bahkan juga nama dua orang te mannya
Namaku Kwa Bi Lan
Kenapa ciangkun ingin tahu namaku?
Ji-ciangkun te rsenyum le bar
Nona Kwa, bukankah sudah jamak kalau orang-orang yang saling berkenalan saling bertanya nama
Terus te rang saja, nona, aku diutus oleh atasanku, yaitu Su ciangkun yang duduk di sana itu bahwa beliau amat kagum kepadamu
Beliau ingin sekali berkenalan dan kalau nona tidak berkeberatan, nona dipersilakan datang dan duduk semeja dengan beliau, atau beliau yang akan datang ke sini.'' Bi Lan sudah merasa betapa dadanya mekar dan panas
Dengan cara yang sopan bagaimanapun juga, jelas bahwa undangan itu bermaksud mes um
Mukanya mulai merah dan alisnya berkerut
Melihat gelagat ini, Ji-ciangkun yang cukup berpengalaman segera melanjutkan katakatanya
Harap nona jangan salah mengerti
Atasan kami itu, Su-ciangkun, selain menjadi panglima tinggi yang berkedudukan tinggi dan berkuasa besar, juga merupakan seorang jagoan istana, seorang ahli silat yang suka sekali berkenalan dengan orang-orang kang-ou w yang berilmu tinggi
Maka, melihat nona tadi masuk sambil membawa siangkiam (s epasang pedang), beliau sudah te rtarik sekali dan ingin berbincang-bincang dengan nona mengenai dunia kangouw dan ilmu silat, terutama ilmu pedang karena beliau juga ahli silat pedang.
Memang cerdik sekali Ji-ciangkun itu
De ngan ucapan seperti itu, tentu saja tidak ada alas an berniat kurang ajar, melainkan seorang ahli silat yang te rtarik kepadanya karena ia membawa pedang, bukan laki-laki kurang ajar te rtarik kepada kecantikan wanita dan berniat mesum!
Ah, begitukah
Su-ciangkun te rlalu merendahkan diri
Aku hanya orang yang pernah belajar sedikit ilmu pedang, tidak ada apa-apa yang patut dibicarakan.
Tapi, Kwa-lihiap (pendekar wanita Kwa)
Kuharap li-hiap tidak menolak undangan Su-tai ciangkun, karena menolak berarti memandang rendah kepada beliau
Kalau lihiap merasa sungkan, biarlah kami yang datang ke meja li-hiap
Berse diakah lihiap menerima kunjungan Su-taiciangkun ke sini?
Bi Lan te rsudut dan tidak mampu menolak lagi
Pula, timbul keinginan hatinya untuk mengetahui, apa yang akan dikatakan seorang panglima besar kepadanya! Ia mengangguk dan berkata lirih,
Silakan!
Dan iapun duduk memangku Lan Lan yang bermain-main dengan sepasang sumpit bersih
Ji-ciangkun menghampiri atasannya dengan wajah berse ri, lalu berbisik lirih
Kwa-lihiap sudah setuju untuk menerima paduka di mejanya
Silakan, tai ciangkun!
Su-ciangkun girang bukan main
Dia menggunakan tangan kirinya untuk mengusap bibir, kumis dan je nggot agar nampak bersih, lalu menggosok-gosok kedua tangan
Dari ucapan pembantunya tadi saja dia tahu bahwa gadis yang amat menarik hatinya itu adalah seorang wanita kangouw, maka disebut lihiap oleh Ji-ciangkun.! Dia bangkit dan menghampiri meja Bi Lan di sudut, diikuti oleh kedua orang pembantunya
Su-ciangkun yang sudah berpengalaman itu mengangkat kedua tangan di dada sebagai penghormatan
Kwa-lihiap maafkan kalau kami mengganggu.
Su-ciangkun, silakan duduk dan jangan menyebut lihiap kepadaku karena aku belum tepat untuk dis ebut pendekar.
Aih, lihiap merendahkan diri
Dari gerak-gerik lihiap saja aku sudah dapat menduga bahwa lihiap te ntu lihai sekali memainkan siang-kiam ini.
Dia duduk dan menunjuk ke arah sepasang pedang di atas meja
Siang-kiam ini hanya untuk penjagaan kalaukalau di te ngah perjalanan aku berte mu dengan srigala atau harimau yang ganas, ciangkun.
Kalau bole h aku mengetahui, lihiap dari perguruan manakah
Dan siapakah gurumu?
Suciangkun pura-pura bicara te ntang ilmu silat, padahal di dalam hatinya dia tentu saja memandang rendah kepandaian seorang muda seperti Bi Lan yang usianya baru duapuluh tahun le bih itu, dan dia mendapatkan kesempatan untuk mengagumi kecantikan dan kemontokan tubuh wanita itu tanpa mendatangkan kesan kurang ajar
Sebetulnya, Bi Lan tidak suka bicara te ntang dirinya, dan dia tidak suka pula berbincangbincang dengan perwira yang tidak dikenalnya ini
Akan te tapi karena tiga orang itu bersikap sopan, apalagi mereka bicara sebagai orang-orang dari dunia persilatan, ia merasa tidak enak juga kalau tidak menanggapi
Terle bih lagi, ia tidak suka menyebut nama mendiang gurunya yang juga suaminya, maka dengan sederhana dan sambil lalu iapun menjawab,
Aku pernah mempelajari sedikit ilmu silat dari seorang murid Siauw lim-pai......
Ah, kiranya seorang murid Siauw-lim pai yang gagah!
Su-ciangkun berseru, pura-pura kaget dan diapun bangkit berdiri,
Maafkan kalau kami bersikap kurang hormat, Kwa-lihiap.!
Bi Lan juga bergegas membalas penghormatan itu
Su-ciangkun terlalu memuji
Aku hanya murid tingkat rendahan saja, mana bisa disamakan dengan ahli-ahli silat yang lihai dari Siauw-lim pai?
Harap Kwa-lihiap tidak terlalu merendah, dan tidak pula terlalu pelit untuk memberi petunjuk te ntang ilmu pedang kepadaku
Kupersilakan lihiap untuk singgah di te mpat kediaman kami dan memberi petunjuk ilmu pedang, dan untuk itu sebelumnya aku menghaturkan banyak te rima kasih.
Bi Lan te rkejut
Orang ini te rlalu jauh melangkah, pikirnya
Tapi aku..
aku dan......anakku ini ingin beristirahat, besok pagi akan melanjutkan perjalanan......
Kami jemput dan antar dengan kereta, lihiap
Jangan khawatir, karena beliau ini tamu kehormatan dari kepala daerah,
kata Ji-ciangkun membujuk
Kwa-lihiap tentu tidak akan te ga menolak ajakan Su-tai-ciangkun, mengingat bahwa kita sama-sama dari dunia persilatan yang selalu menghargai orang lain yang ingin menguji ilmu silat.
Lu-ciangkun ikut pula membujuk
Bi Lan.menjadi serba salah
Melihat keraguan wanita itu, Su-ciangkun lalu membujuk lagi,
Nona........eh, nyonya tidak perlu ragu-ragu
Kami mengundang lihiap dengan hormat, pula, lihiap berkunjung ke te mpat kami bersama puteri lihiap yang mungil ini
Bagi kita orang-orang kangouw, hal ini sudah wajar, bukan?
Ji-ciangkun sudah berlari keluar mempersiapkan kereta dan akhirnya Bi Lan tidak dapat menolak lagi
Bagaimanapun juga, perwira itu mengundang dengan sikap hormat, dan iapun tidak takut
Mereka ini bukan perampok, bukan penjahat, melainkan orang-orang berpangkat, orang-orang bangsawan yang te rhormat
Tidak mungkin mereka akan melakukan hal-hal yang tidak patut
Baiklah, akan tetapi sebentar saja, hanya untuk menguji ilmu pedang sebentar, karena aku harus segera kenbali ke kamar hotel untuk menidurkan anakku,
katanya dan iapun memondong Lan Lan, membawa pedang dan mengikuti Su-ciangkun dan dua orang pembantunya keluar dari rumah makan, naik ke kereta yang sudah disiapkan di depan, lalu pergi ke rumah kepala daerah
Makin le ga rasa hati Bi Lan ketika melihat betapa di rumah kepala daerah kota Peng-lu, Suciangkun dan dua oran g pembantunya benar-benar disambut dengan segala kehormatan
Dan sebagai tamu agung, agaknya Su-ciangkun tidak begitu mengindahkan kepala daerah yang menyambutnya dengan tubuh membungkuk- bungkuk! Bahkan Suciangkun menyatakan bahwa dia tidak ingin diganggu karena dia hendak menjamu tamunya, yaitu Kwa lihiap! Langsung saja Su-ciangkun bersama dua orang pembantunya memasuki bangunan sebelah kanan yang memang dikosongkan dan disediakan untuk tamu-tamu agung itu
Ketika Su-ciangkun memerintahkan pelayan untuk mengeluarkan hidangan, Bi Lan mengerutkan alisnya dan menolak halus
Ciangkun sendiri melihat bahwa aku dan anakku baru saja makan di rumah makan itu, bagaimana mungkin kami dapat menerima hidangan makanan lagi?
Bukan hidangan makanan berat, lihiap, hanya makanan ringan dan terutama sekali anggur yang sedap dan le zat
Kepala daerah kota ini menyimpan anggur yang sudah tua dan enak sekali,
kata Suciangkun dan Bi Lan tidak membantah lagi
Ia tidak begitu suka minum arak, akan te tapi kalau anggur itu tidak terlalu keras, boleh juga ia minum beberapa cawan
Ji-ciangkun dan Lu ciangkun menyuruh pelayan menyingkirkan meja kursi di ruangan belakang yang luas itu, karena te mpat itu akan dijadikan te mpat mengadu ilmu pedang
Ketika anggur dikeluarkan, benar saja anggur itu manis dan tidak te rlalu keras, namun halus dan tidak mencekik le her
Bi Lan membatasi diri, hanya minum dua cawan
Sudah cukup, ciangkun
Sebaiknya mari kita cepat menguji ilmu pedang karena sungguh aku tidak dapat berlama-lama di sini
Anakku sudah kelihatan mengantuk.
Bi Lan memandang Lan Lan yang ia dudukkan di bangku panjang
Anak itu bermain-main dengan sebuah boneka pute ri yang dipakai sebagai hiasan di ruangan itu
Su-ciangkun te rtawa
Ha-ha, lihiap tergesa-gesa saja
Dan sungguh mati, lihiap, tadinya kami tidak mengira sama sekali bahwa anak yang manis ini adalah pute ri lihiap
Agaknya.....maaf lihiap belum cocok untuk menjadi seorang ibu
Sekali lagi maaf......
Ucapan itu agak melanggar susila, akan tetapi karena berkali-kali perwira itu minta maaf, maka Bi Lan te rsenyum
Tidak apa, ciangkun
Mari kita mulai
Lan Lan, kau duduk dulu di sini, ya
Ibu ingin latihan sebentar.
Lan Lan yang sudah mengantuk itu mengangkat muka memandang ibunya, lalu bertanya,
Ibu akan berlatih pedang?
Lan Lan sudah biasa melihat orang bersilat, dan ia paling senang kalau ayah atau ibunya berlatih silat pedang
Ha-ha-ha, ibunya pendekar wanita, anaknya yang masih sekecil ini sudah mengerti ilmu pedang
Tentu kepandaian lihiap hebat sekali!
Suciangkun memuji, walaupun dalam hatinya tetap memandang rendah
Semua ini dia lakukan hanya untuk beramah-tamah dan basa-basi saja, karena pada dasarnya, yang dia inginkan adalah tidur dengan wanita muda itu! Bi Lan yang tidak ingin berlama-lama di te mpat itu, sudah meloncat ke tengah ruangan yang te lah dibersihkan itu, menjura ke arah tuan rumah dan berkata,
Marilah, ciangkun, kita berlatih sebentar seperti yang ciangkun kehe ndaki agar aku tidak kemalaman membawa anakku ke rumah penginapan.
Me ngapa lihiap tergesa-gesa
Bermalam di sinipun ada te mpatnya, bahkan lebih bersih dan nyaman dibandingkan rumah penginapan
Akan tetapi baiklah, aku ingin sekali mendapat petunjuk ilmu pedang darimu.
Setelah berkata demikian, sekali menggerakkan tubuh, Su-ciangkun te lah meloncat dan berada di depan wanita itu
Ge rakannya cukup lincah, tanda bahwa dia memiliki ginkang (ilmu meringankan tubuh) yang cukup baik
Tanpa basa-basi lagi, Bi Lan mencabut s epasang pedangnya dan melihat cara wanita itu mencabut pedang saja tahulah Su-ciangkun bahwa wanita itu menggunakan pedang bukan sekedar untuk pamer
Memang cara mencabut pedang itu saja sudah menunjukkan keahlian
Maka diapun mencabut pedangnya yang berkilauan karena pedang itu adalah pemberian kaisar, merupakan sebatang pedang yang te rbuat dari baja yang baik sekali
Silakan, ciangkun.
Aku adalah tuan rumah dan engkau tamuku, lihiap
Silakan lihiap menyerang lebih dulu.
Maafkan aku, ciangkun
Lihat pedang.!
Bi Lan membuka serangan dengan pedang kirinya yang meluncur ke depan menusuk dada, disusul pedang kanan menyambar dari atas membacok kepala dengan jurus Angin bertiup kilat menyambar yang gerakannya cepat dan mengandung te naga le mbut namun kuat
Bagus!
Su Ki Seng yang mahir ilmu pedang campuran Butong-pai dan Kunlun pai, cepat mengelak dengan loncatan mundur sambil menangkis yang membacok dari atas
Terdengar suara nyaring dan perwira itu terkejut
Ketika pedangnya berte mu dengan pedang kanan wanita itu, dia merasa betapa lengannya tergetar! Kekagetannya disusul kekaguman ketika Bi Lan memainkan sepasang pedangnya, wanita itu bukan saja memiliki sinkang yang kuat, akan tetapi juga ilmu pedangnya amat hebat! Kalau tadinya Suciangkun kagum akan kecantikannya dan merindukan wanita ini karena berahi, kini terjadi perubahan besar dalam hatinya
Dia adalah seorang bangsawan yang selalu bisa mendapatkan apa saja yang dia inginkan
Kini, melihat bahwa wanita yang cantik ini memiliki ilmu silat yang amat lihai, diapun membayangkan betapa akan senangnya kalau wanita seperti ini dapat menjadi pengawal pribadinya! Bukan lagi ingin memanfaatkan kecantikannya, melainkan kepandaiannya
Kalau yang pertama untuk memuaskan gairah berahinya, yang terakhir ini untuk menjamin keamanan pribadinya
Trang- trang-singg........!
Bunga api berpijarpijar ketika Su-ciangkun memutar pedangnya menangkis sepasang pedang yang mendesaknya bagaikan dua ekor kumbang yang melayang-layang dan siap untuk menyengatnya itu
Bukan main! Ilmu pedang yang hebat.....!
Dia berseru dan seruan ini merupakan is yarat kepada dua orang pembantunya
Mereka memang sudah siap dan sejak tadi, mereka menonton pertandingan itu sambil mendekati Lan Lan
Bi Lan ingin cepat menyudahi pertandingan itu, maka sengaja ia mengeluarkan seluruh kepandaian dan mengerahkan semua tenaga untuk mengalahkan perwira itu agar ia dapat segera pergi bersama Lan Lan meninggalkan te mpat itu
Akan tetapi, Su-ciangkun te rnyata bukan orang le mah dan dapat menjaga diri dengan baik sehingga setelah lewat limapuluh jurus, ia hanya mampu mendesak dan tidak memberi kesempatan kepada lawan untuk membalas
Tiba-tiba Su-ciangkun meloncat jauh ke belakang sambil berseru,
Kwa-lihiap, tahan dulu!
Bi Lan menghentikan gerakan pedangnya, berdiri te gak dan memandang kepada perwira itu sambil te rsenyum
Tentu perwira itu mengaku kalah dan ia akan segera pergi dari situ
Kwa-lihiap, ilmu pedangmu sungguh hebat
Aku kagum sekali dan te rimalah hormatku!
kata perwira itu dengan suara sungguh-sungguh, bahkan dia lalu mengangkat kedua tangan ke depan dada memberi hormat
Ah, Su-ciangkun te rlalu merendah
Ilmu pedangmu juga hebat dan te rima kasih bahwa engkau telah mengalah,
kata Bi Lan, menggunakan sikap dan bicara yang merendah dari para ahli persilatan yang saling menguji ilmu
Sekarang terpaksa aku berpamit, akan kembali ke kamar hotel bersama anakku, karena ia harus segera mengaso dan tidur.
Kwa-lihiap, sekarang aku ingin berterus terang kepadamu
Kuharap engkau dan pute rimu suka bermalam saja di rumah kepala daerah ini, dan aku akan mengutus orang untuk mengambil barang-barangmu dari kamar hotel
Besok akan kuantar engkau ke kotaraja.
Bi Lan te rbelalak, lalu alisnya berkerut
Ciangkun, apa artinya ini
Apa maksudmu?
Kami membutuhkan seorang yang memiliki kepandaian sepertimu, lihiap
Percayalah, kalau engkau ikut dengan aku, engkau akan memperoleh kedudukan dan kemuliaan
Untuk langkah pertama, engkau menjadi pengawal pribadiku di gedungku, kemudian lambat laun aku akan memperkenalkan engkau kepada Pangeran Mahkota yang membutuhkan orang-orang pandai.......
Tidak, aku tidak mau! Aku akan pergi dengan Lan Lan sekarang juga!
kata Bi Lan dan ia menengok ke arah Lan Lan., Wajahnya berubah dan ia marah sekali
Dua orang perwira pembantu tadi telah berdiri di kanan kiri Lan Lan dengan pedang di tangan dan sikap mereka mengancam!
Kwa-lihiap, ini merupakan perintah seorang petugas negara!
kata Ji-ciangkun membujuk
Lihiap boleh memberitahu di mana suami lihiap, dan kami akan mengundangnya pula
Keluargamu akan memperoleh kedudukan yang baik di istana.
Wajah Bi Lan menjadi merah mendengar suaminya disebut-sebut
Tidak, aku tidak ingin bekerja di kota raja!
Engkau tidak ada pilihan lain, lihiap
Ini perintah petugas negara!
kata Su-ciangkun dan pada saat itu, muncullah puluhan orang perajurit mengepung te mpat itu dengan senjata lengkap
Kiranya dua orang pembantu Su-ciangkun tadi diam-diam te lah mengatur dan minta bantuan pasukan keamanan dari kepala daerah
Bi Lan menjadi marah bukan main,
Hemm, kalian menggunakan cara gerombolan penjahat saja! Kalau aku tidak mau, kalian mau apa?
Su-ciangkun te rsenyum
I ni siasat pasukan, bukan sias at gerombolan, lihiap
Kalau engkau tetap menolak, terpaksa kami tangkap engkau dan pute rimu dan memaksamu menghadap yang berwenang di kota raja.
Pada saat itu, terdengar suara suling melengking
Semua orang te rkejut, dan Bi Lan mengangkat muda dengan girang karena ia tahu bahwa kembali si peniup suling datang membantunya
Ia sedang te rsudut dan tidak berdaya, sungguh amat membutuhkan bantuan
Minta seseorang bekerja tidak boleh menggunakan paksaan!
terdengar suara orang setelah lengking suling itu berhenti dan muncullah Can Hong San
Begitu bayangannya berkelebat, tahu-tahu dia telah melayang ke arah Lan Lan dan dua orang perwira Lu dan Ji yang memegang pedang, siap menyambutnya dengan serangan
Akan te tapi, demikian cepatnya gerakan suling di tangan Hong San sehingga tahu-tahu dua orang itu-pun roboh terkulai, te rtotok sulingnya dan di lain saat, Hong San telah memondong Lan Lan!
Nona, mari kita pergi saja dari sini!
katanya
Akan tetapi ingat, jangan membunuh orang!
Bi Lan te rsenyum
Bukan main le ga rasa hatinya
Ia sendiri tidak takut menghadapi pengepungan dan pengeroyokan itu, akan tetapi ia tadi sungguh tidak berdaya melihat Lan Lan ditodong dua orang perwira pembantu
Ia tahu bahwa tidak mungkin dalam keadaan dikepung itu ia akan mampu membebaskan Lan Lan
Dan te rnyata pemuda itu telah menyelamatkan Lan Lan, karena selain gerakannya amat cepat, juga orang tidak menduga bahwa pemuda itu datangdatang merampas Lan Lan dari todongan dua orang perwira
Ia te rsenyum karena pemuda itu masih sempat mengingatkannya agar tidak membunuh orang
Ketika melihat pemuda itu sudah membuka jalan dengan tendangan kakinya dan gerakan sulingnya, iapun segera meloncat ke dekat pemuda itu dan membantunya membuka jalan keluar dari gedung itu
Hong San yang memondong Lan Lan sambil memainkan sulingnya, diam-diam merasa kagum sekali kepada Bi Lan
Juga kagum kepada pute rinya, yaitu anak perempuan mungil yang berada di pondongannya itu, yang disangkanya te ntulah anak wanita cantik perkasa itu
Betapa dia tidak akan kagum melihat Lan Lan yang baru berusia dua tahun lebih itu, sama sekali tidak nampak ketakutan
Juga tidak menangis walaupun berada dalam pondongan orang yang tidak dikenalnya dan pemondongnya itu dikeroyok banyak orang! Dan diapun kagum melihat ibu anak itu benar-benar tidak membunuh orang, hanya menggunakan pedangnya untuk membuat para pengeroyok melepaskan senjata, dan menendang atau menampar dengan tangan kiri, merobohkan para pengeroyok yang menghalang di depan akan tetapi sama sekali tidak membunuh orang, seperti yang dipes ankan tadi
Karena ilmu kepandaian mereka memang tinggi, maka tidak sukar bagi mereka berdua untuk lolos dari kepungan, melarikan diri keluar dari rumah gedung kepala daerah
Mereka tanpa banyak cakap lagi lari ke te mpat penginapan dan setelah Bi Lan mengambil buntalan pakaiannya dan membayar sewa kamar, ia dan Hong San segera keluar kota Peng-lu atas ajakan Hong San
Setelah peristiwa tadi, sungguh tidak aman bagi kita untuk tinggal di dalam kota ini,
demikian pemuda itu berkata
Me reka adalah perwiraperwira dari kota raja, dan menjadi tamu kepala daerah
Mereka tidak akan mau sudah begitu saja dan pasukan te ntu akan mencari kita di seluruh kota.
Malam hampir tiba, lalu kami harus bermalam di mana
Lan Lan juga sudah mulai mengantuk,
kata Bi Lan yang menggendong buntalan pakaian di punggung dan memondong Lan Lan yang sudah melenggut karena kelelahan dan mengantuk
Di luar kota Peng-lu ini terdapat sebuah dusun dan aku pernah bermalam di rumah seorang petani miskin yang baik hati
Malam ini kita bermalam di sana dan besok pagi-pagi kita melanjutkan perjalanan menjauhi kota Peng-lu
Aku akan mencarikan kereta dan kuda untukmu, nona.
Mereka sudah berada di luar kota dan berjalan perlahan-lahan karena malam mulai tiba dan cuaca menjadi gelap hanya dite rangi bintangbintang yang bertaburan di angkasa
Tiba-tiba Bi Lan berhenti melangkah
Kenapa, nona?
Hong San bertanya, juga berhenti
Mereka berdiri di jalan raya yang diapit persawahan yang luas
Sunyi sekali di tempat itu, dan yang terdengar hanyalah bunyi katak di sawah yang riuh rendah saling sahut seperti paduan suara yang kacau kalau diperhatikan, namun serasi dan 'hidup' kalau tidak diperhatikan
Kenapa berhenti, nona?
Kenapa engkau begini memperhatikan kami, begini baik kepada kami?
Pertanyaan Bi Lan itu le mbut, namun suaranya mengandung tuntutan dan kecurigaan
Baru saja timbul dalam pikiran Bi Lan betapa baiknya orang ini kepadanya
Mengapa begitu baiknya
Padahal mereka belum berkenalan
Kalau hanya menolongnya dari kepungan penjahat, hal itu tidaklah aneh karena setiap pendekar tentu akan melakukannya
Akan tetapi kebaikan orang ini sudah berle bihan, bukan saja menyelamatkannya dan mengajaknya melarikan diri dari kota Peng-lu, akan tetapi bahkan hendak menyediakan kuda dan kereta.! Ini sudah melampaui batas dan menimbulkan kecurigaan
Sejenak Hong San tertegun karena kaget mendengar pertanyaan yang dirasakannya seperti suatu serangan kilat itu
Untung bahwa malam gelap menyembunyikan wajahnya
Dia segera dapat menenangkan hatinya yang tadi khawatir kalau-kalau gadis ini mengetahui latar belakang kehidupannya
Dia tertawa kecil dan berkata dengan suara halus
Aih, benar juga engkau, nona
Kita belum berkenalan, dan tentu saja nona curiga kepadaku
Nah, perkenalkan, aku Can Hong San.......
Dia berhenti lagi dan mencoba untuk menatap wajah cantik itu melalui kegelapan malam untuk melihat reaksi wanita itu ketika dia memperkenalkan namanya
Akan te tapi sunyi saja dan tidak ada tanda bahwa wanita itu mengenal namanya, maka diapun melanjutkan dengan hati lega
Aku hidup sebatangkara di dunia ini bebas le pas seperti seekor burung di udara
Kebetulan saja di dalam perjalanan, aku bertemu denganmu, nona
Aku te rtarik dan kasihan ketika melihat engkau dikeroyok perampok
Dan kebetulan pula di Peng-lu aku melihat nona memasuki rumah makan itu
Kemudian melihat nona pergi bersama para perwira naik kereta
Aku merasa curiga dan membayangi, kemudian turun tangan membantumu
Nah, demikianlah, nona
Dan te ntang memperhatikanmu dan baik kepada kalian, ehh.......kenapa
Bukankah sudah seharusnya hidup ini saling tolong?
Tapi.......tapi.......kalau engkau hidup sebatangkara, bagaimana engkau demikian royal, hendak membeli kuda dan kereta untuk kami seperti seorang hartawan besar saja?
Bi Lan menatap tajam, akan tetapi karena cuaca hanya remang-remang, te ntu saja ia tidak dapat melihat wajah pemuda itu dengan jelas
Oooooh, itukah?
Hong San te rtawa,
Pantas, saja engkau curiga, nona
Aku bukan seorang hartawan, bahkan rumahpun aku tidak punya
Akan tetapi sebulan yang lalu, aku menyelamatkan rombongan saudagar kaya dari serbuan para perampok
Mereka membawa barang dagangan yang banyak dan berharga sekali
Karena senangnya, mereka memaksaku menerima sekantung emas permata walaupun aku menolak dan tidak mengharapkan apa-apa
Melihat kerelaan dan kesungguhan hati mereka, agar tidak mengecewakan, aku menerimanya
Tadinya aku bingung, untuk apa harta itu bagiku, akan te tapi sekarang aku girang dapat menggunakan sebagian dari itu untuk membantumu
Engkau membawa anakmu yang masih kecil, maka sebaiknya kalau menggunakan kereta.
Lega rasa hati Bi Lan
Memang ia tidak mencurigai orang yang te lah dua kali menyelamatkannya dari ancaman bahaya, akan tetapi karena ia belum mengenal pemuda ini, ia harus berhati-hati
Kalau begitu, maafkanlah aku, tai hiap (pendekar besar), dan mari kita lanjutkan perjalanan ke dusun itu.
Ehhhh
Engkau belum memperkenalkan dirimu, nona.....
kata Hong San sambil mengejar ke depan
Nanti saja kita bicara lagi kalau sudah tiba di sana
Anak ini sudah tertidur.
Mereka melangkah, menuju ke dusun yang sudah kelihatan lampu-lampunya berkelap-kelip di kejauhan
Melihat wanita itu diam saja, Hong San merasa khawatir
Maaf, nona
Mungkin aku tadi keliru menyebut anak ini sebagai anakmu, mungkin ini adikmu atau keponakanmu.
Dalam kegelapan itu Bi Lan tersenyum
Ini anakku, namanya Lan Lan.
katanya singkat
Ah, maaf, kalau begini anda seorang nyonya, bukan nona.....! Kenapa nyonya melakukan perjalanan seorang diri bersama anak nyonya?
Sudahlah, nanti saja kita bicara.
Hong San maklum bahwa dia berhadapan dengan seorang wanita yang pendiam dan mungkin keras hati
Maka diapun tidak mau banyak bicara lagi dan menjadi penunjuk jalan memasuki dusun itu dan menghampiri sebuah rumah kecil yang berdiri di ujung jalan dusun itu
Dia mengetuk daun pintu sambil memanggil
Paman Gu, buka pintu, ini aku yang datang!
Daun pintu dibuka dari dalam dan seorang lakilaki berusia limapuluhan tahun, berpakaian petani sederhana, menyambut mereka
Begitu melihat Hong San, dia tersenyum ramah
Aih, kiranya Can-kongcu (tuan muda Can) yang datang! Bersama siapakah nona ini
Dan dari mana malam-malam begini..........?
Paman Gu, ini adikku dan pute rinya
Aku akan menyewa kamar itu, bekas kamar anakmu itu, untuk adikku dan keponakanku ini tidur
Aku sendiri dapat tidur bersama paman di kamar paman.
Ah, baiklah, kongcu
He mm, anak ini sudah pulas , sebaiknya cepat ditidurkan saja
Mari, nyonya muda, inilah bekas kamar anakku yang kini ikut suaminya
Tidurlah di sini bersama anakmu......
Petani itu membukakan pintu sebuah kamar sederhana yang cukup bersih
-ooo0dw0ooo-