Naga Beracun Jilid 08

Jilid 08

Thian Ki tersenyum

Senang hatinya kalau anak itu bersikap manis kepadanya dan tidak rewel

Dia menganggap Kui Eng bukan hanya sebagai pute ri suhunya, atau adik seperguruan, akan tetapi bahkan seperti adik kandung sendiri

Kui Eng

sumoiku yang manis

Katakan, di dunia ini siapa yang paling kausayang?

tanyanya, pertanyaan yang seringkali dia ajukan karena jawabannya amat menyenangkan hatinya

Kui Eng memegang tangan Thian Ki dan tertawa manja

Suheng nakal, sudah beberapa kali kukatakan, sudah tahu, masih terus bertanya.

Biar hatiku merasa yakin bahwa pengakuanmu ini sejujurnya dan sebenarnya, sumoi.

Yang paling kusayang adalah engkau, Suheng Coa Thian Ki.

Thian Ki menunduk dan mencium rambut kepala sumoinya

Sesudah aku, lalu siapa yang paling kausayang?

Sesudah engkau, aku sayang kepada ibu.

Eh

Ibumu.......?

Kumaksudkan ibumu, bibi Sim Lan Ci

Kalau engkau menyebut ibu, kenapa aku harus menyebut bibi

Aku ingin menyebutnya ibu seperti engkau.

Kenapa tidak

Engkau boleh menyebutnya ibu te ntu saja, sumoi!.

Kalau aku menyebut ibu kepada ibumu, engkaupun harus menyebut ayah kepada ayahku.

Thian Ki menatap wajah anak perempuan itu dengan kaget

Ah, jangan begitu, sumoi

Bagaimana aku berani menyebut suhu dengan sebutan ayah?

Aku akan bilang kepada ayah

Kalau engkau tidak mau menyebut ayah kepada ayahku, a kupun tidak mau menyebut ibu kepada ibumu.

Tentu saja aku mau, akan tetapi aku tidak berani

Ayahmu akan marah.

Tidak, aku yang a kan bilang kepadanya!

Lan Ci yang mengintai, menjadi merah sekali mukanya

Kenapa ada peris tiwa te rjadi berturutturut secara begitu kebetulan

Pangeran Cian Bu Ong melamarnya untuk menjadi isterinya, dan sekarang ia melihat dan mendengar percakapan antara Thian Ki dan Kui Eng yang seolah-olah ingin menjadi saudara dan saling mengakui ibu dan ayah masing-masing sebagai orang tua sendiri! Dia lalu muncul dan menghampiri kedua orang anak itu

I bu....!

Thian Ki berseru girang, akan te tapi Kui Eng diam saja

Padahal biasanya setiap kali berte mu Lan Ci ia berlari dan minta dipondong dengan manja

Sekarang ia berdiri saja memandang dengan sikap ragu! Thian Ki teringat

I bu, adik Kui Eng ingin menyebutmu ibu

Bolehkah?

Lan Ci menghampiri Kui Eng dan berjongkok

Tentu saja boleh, memang aku selalu menganggapnya se bagai anakku sendiri.

Mendengar ini, wajah Kui Eng merekah gembira dan iapun merangkul le her Lan Ci dan mulutnya memanggil-manggil seperti orang yang merasa amat rindu

Ibu......ibu.......ibu.....

Basah kedua mata Lan Ci

Dalam rangkulan dan dalam suara panggilan itu ia dapat merasakan benar betapa anak ini amat kehilangan ibu kandungnya! Dan semua kerinduan, semua kasih sayang anak itu kini ditumpahkan kepadanya karena tidak ada lagi penampungnya

I bu, adik Kui Eng bilang bahwa yang paling disayangnya pertama adalah aku, dan ke dua ibu.

I h, jangan begitu, anakku.

Lan Ci memondong dan menciumi Kui Eng

Orang pertama yang kau   sayang seharusnya ayahmu.

Tidak, ayah nomor tiga

Karena ayah jarang mengajakku bermain-main.

Pada saat itu, terdengar suara orang tertawa

Ha-ha-ha, menjadi orang ke tigapun sudah untung! Masih untung mendapat kasih sayang anakku!

muncullah Cian Bu Ong yang sudah mandi dan berganti pakaian baru

Melihat ayahnya begitu gembira tidak seperti biasanya, Kui Eng merosot dari pondongan Lan Ci dan lari kepada ayahnya yang menyambutnya dan mengangkat lalu memondongnya

Ayah, aku ingin suheng Thian Ki menyebut ayah padamu

Ayah harus mau!

Sepasang mata bekas pangeran itu te rbelalak, lalu memandang kepada Thian Ki dan kepada Lan Ci, kemudian dia te rtawa lagi

Ha-ha-ha, tentu saja aku mau.

Dan aku menyebut ibu kepada bibi Lan Ci

Bolehkah, ayah?

Ehh

Siapa yang mengajarimu ini?

Cian Bu Ong bertanya, pura-pura mengerutkan alisnya dan memandang kepada Lan Ci

Wanita ini balas memandang dengan wajah berubah merah

Tidak ada yang mengajarinya,

katanya lirih

I ni kehendakku sendiri, ayah.

Anak ini lalu turun dari pondongan ayahnya, menghampiri Thian Ki, memegang tangan Thian Ki dan menariknya menghampiri ayahnya

Suheng, ayah sudah memberi ijin engkau menyebutnya ayah!

De ngan sikap takut-takut, Thian Ki lalu menjatuhkan diri berlutut di depan gurunya

Kalau biasanya dia memberi hormat sambil menyebut suhu, kini dia menyebut ayah! Cian Bu Ong mengangguk-angguk dan dia mengangkat muka

Kembali dia berte mu pandang dengan Lan Ci

Thian Ki, engkau kesinilah!

kata Lan Ci, suaranya agak gemetar

Ia adalah seorang wanita perkasa, bahkan dulu sebelum menjadi isteri Coa Siang Lee, sebagai pute ri Ban-tok Mo-li, ia tidak pernah mengenal artinya sopan santun

Kini, timbul kegagahannya kembali dan ia menganggap bahwa tidak perlu bersembunyi di balik peraturan yang berpalsu-palsu

Lebih baik berte rus te rang menyelesaikan permasalahan sekarang juga

Thian Ki bangkit dan menghampiri ibunya, sedangkan Cian Bu Ong memondong pergi pute rinya

Thian Ki, biarpun engkau baru berusia enam tahun akan te tapi aku tidak menganggap engkau anak kecil lagi

Engkau sudah pandai mengambil kesimpulan dan keputusan, maka aku akan berte rus te rang kepadamu dan kuminta engkau memberi jawaban sekarang juga

Thian Ki, gurumu telah melamarku untuk menjadi isterinya

Nah, bagaimana pendapatmu?

Cian Bu Ong memandang kagum

Bukan main wanita itu! Dan luar biasa pula puteranya! Dia memondong pute rinya dan memandang dengan penuh perhatian dan hatinyapun te gang menanti jawaban Thian Ki, anak ajaib itu

Thian Ki tidak kaget mendengar pertanyaan ibunya

Dia mengangkat muka, memandang wajah ibunya, lalu menole h dan memandang wajah gurunya, dan diapun memandang ibunya lagi

Ibu, itu adalah urusan ibu dan suhu .....eh

ayah, maka hanya ayah dan ibu saja yang berhak memutuskan

Adapun aku....

aku hanya menyerahkan keputusannya kepada ibu saja, aku tidak berani dan tidak mau mencampuri urusan pribadi ibu.

Sungguh luar biasa jawaban itu, pikir Cian Bu Ong

Se olah bukan keluar dari mulut s eorang anak berusia enam tahun, melainkan keluar dari mulut orang dewasa yang berpandangan luas

''Akan te tapi hatiku tidak akan te nteram sebelum merasa yakin bahwa engkau tidak merasa keberatan dan menyetujuinya.

Tentu saja aku tidak keberatan ibu dan kalau hal itu membahagiakan hati ibu, tentu saja aku setuju sepenuhnya.

Kedua pipi Lan Ci kembali menjadi merah sekali dan untuk mengatasi perasaan malu, ia berkata, 

Kalau begitu, kau beri hormat lagi kepada.....ayahmu itu Thian Ki.

Anak itu menurut

Dia menghampiri gurunya dan menjatuhkan diri berlutut, 

Ayah.....!

Saat itu, Cian Bu Ong memandang ke arah Lan Ci

Wanita itupun sedang memandangnya, ketika dua pasang mata berte mu pandang, Lan Ci mengangguk

Itu sudah cukup sebagai jawaban bahwa ia mau menerima lamaran bekas pangeran itu! Cian Bu Ong tertawa bergelak

Ha-ha-ha, terima kasih, Tuhan! Terima kasih Tuhan, aku hidup kembali, ha-ha-ha aku hidup kembali!

Dan tiba tiba dia melemparkan tubuh Kui Eng ke udara, lalu tangan kanannya menyambar tubuh Thiaan Ki yang juga dilontarkan ke atas! Ketika tubuh Kui Eng melayang turun, disambutnya dengan tangan kiri dan dilontarkannya lagi ke atas, lebih tinggi daripada tadi

Demikian pula ketika tubuh Thian Ki meluncur turun, tubuh itu ditangkapnya dan dilontarkannya kembali ke atas

Dua anak itu dibuat mainan seperti dua butir bola saja, makin lama semakin tinggi

Setelah tadi mengangguk memberi tanda setuju dan menerima lamaran Cian Bu Ong, Sim Lan Ci memejamkan kedua matanya dan berbisik dalam hatinya

Coa Siang Lee, maafkan aku

Aku cinta padamu , akan te tapi engkau sudah tidak ada , dan aku kagum dan cinta kepadanya, maafkan aku kalau aku menyerahkan diriku kepada pria lain untuk menjadi iste rinya.

Akan te tapi je ritan Kui Eng membuat Lan Ci membuka matanya kembali

Ia melihat betapa anak perempuan itu mulai merasa ngeri karena tubuhnya dilontarkan semakin tinggi oleh ayahnya

Thian Ki diam saja bahkan diam-diam anak ini memperhatikan cara gurunya melontar tubuhnya

Sim Lan Ci meloncat

Tubuhnya melayang ke atas, menyambar tubuh Kui Eng yang dipondongnya dan iapun melayang turun kembali sambil memondong tubuh Kui Eng, menghadapi Cian Bu Ong dan menegur, 

Kui Eng sudah menjerit ketakutan, mengapa masih dilanjutkan juga

Apa kau ingin agar ana k kita ini kelak menjadi orang penakut?

Cian Bu Ong sudah menangkap kembali tubuh Thian Ki dan dilepaskannya anak itu

Dia memandang kepada Lan Ci sambil te rsenyum le bar dan menggele ng kepalanya, 

Ya Tuhan, engkau sudah mulai berani melarang aku, ya?

Tentu saja,

jawab Lan Ci

Sebagai ibu akupun berhak mendidik dan melindungi anak kita!

Mereka saling pandang, dan Cian Bu Ong te rtawa bergelak, nampak berbahagia kali dan Lan Ci terpaksa juga te rsenyum dan mengerling penuh te guran

Melalui pandang mata saja mereka sudah dapat menangkap dan merasakan is i hati masingmasing dan hal seperti ini hanya dapat terjadi apabila dua hati telah saling kontak! De mikianlah, dua bulan kemudian, setelah lewat setahun kematian Coa Siang Lee dan isteri Cian Bu Ong, mereka melangsungkan pernikahan yang sederhana, tidak dihadiri para bangsawan seperti layaknya seorang pangeran menikah

Juga tidak dihadiri orang-orang kangouw seperti layaknya seorang tokoh kangouw seperti Sim Lan Ci menikah, melainkan hanya dihadiri penduduk dusun yang tinggal di sekitar pegunungan itu

Sederhana namun amat meriah, dimeriahkan oleh kegembiraan Thian Ki dan Kui Eng, dan dihias senyum dan kerling mata penuh kasih sayang antara Sim Lan Ci dan Cian Bu Ong

Dan sejak hari itu, Cian Bu Ong semakin rajin menggemble ng Thian Ki dan Kui Eng

Dia tidak lagi memikirkan tentang kerajaan, akan tetapi dia ingin agar anak tiri dan anak kandungnya menjadi jagojago paling tangguh di dunia persilatan sehingga namanya akan te rangkat

Di samping itu, dia menemukan kemesraan dan kebahagiaan di samping isterinya yang te rnyata amat mencintainya

Di lain pihak, Lan Ci juga merasakan kebahagiaan yang mendalam

Suaminya yang sekarang jauh bedanya dengan suami pertamanya

Suaminya yang sekarang adalah seorang yang jantan, yang matang dalam pengalaman

Sehingga di samping sebagai suami yang mencinta, juga dari suaminya ini ia menerima bimbingan

Sehingga kadang ia menganggap suaminya ini juga gurunya yang amat pandai dalam segala hal

Ilmu silat yang dikuasai nyonya muda ini meningkat dengan cepatnya

-ooo0dw0ooo- Perahu kecil itu meluncur dengan cepatnya di sepanjang te pi Sungai Huang-ho dan berhenti di luar dusun Hong-cun

Gadis yang naik perahu seorang diri ini dapat mendayung dan mengendalikan perahu dengan gerakan tangkas, tanda bahwa ia sudah terbias a mengemudikan perahu

Setelah perahu itu menepi di pantai, iapun melangkah keluar dan menarik perahu itu ke darat

Cara ia menarik tali perahu dan berhasil membuat perahu itu naik, padahal pantai itu tidak te rlalu landai, membuktikan bahwa biarpun ia seorang wanita muda yang cantik dan nampak le mbut, ternyata ia miliki tenaga yang kuat

Wanita itu masih muda, usianya sekitar duapuluh satu tahun lebih, berwajah bulat dan berkulit putih kemerahan

Hidungnya mancung dan matanya tajam

Wajah yang cantik dan manis

Di punggungnya menempel dua batang pedang bersilang, dan di atas pedang itu terdapat buntalan kain sute ra kuning

Dandanannya juga sederhana dan ringkas, semua ini menunjukkan bahwa ia seorang wanita kangouw yang suka melakukan perjalanan seorang diri dan mengandalkan ilmu kepandaian silat untuk melindung dirinya sendiri

Biarpun usianya paling banyak baru duapuluh dua tahun, akan tetapi wanita itu bukan gadis lagi, melainkan seorang janda! Ia adalah Kwa Bi Lan, yang baru saja ditinggal mati suaminya yang juga menjadi gurunya, yaitu Sin-tiauw Liu Bhok Ki, Si Rajawali Sakti! Biarpun suaminya itu jauh le bih tua darinya, ketika ia menjadi isteri Liu Bhok Ki, suaminya yang juga gurunya itu sudah berusia enampuluh lima tahun dan ia sendiri baru sembianbelas tahun, namun Kwa Bi Lan amat mencinta suaminya

Baginya, suaminya merupakan orang te rbaik di dunia ini

Dahulunya ia adalah murid Si Rajawali Sakti, dan bahkan ole h gurunya itu ia dicalonkan jadi isteri murid gurunya yang pertama, yaitu Si Han Beng yang kini dijuluki Huang-ho Sin liong (Naga Sakti Sungai Kuning)

Akan te tapi Si Han Beng memilih wanita lain dan menikah dengan wanita lain itu

Hal itu membuat gurunya marah, dan seolah hendak menebus kesalahan ini, melihat betapa Bi Lan hancur hatinya dan patah semangat, Liu Bhok Ki lalu mengambil murid itu sebagai isterinya

Dia sendiri sudah menduda sejak puluhan tahun

Dan Bi Lan menerima pinangan gurunya, bukan karena te rpaksa, melainkan karena ia merasa kagum, kasihan dan juga mencinta suhunya sebagai satusatunya orang di dunia ini yang menyayanginya

Tentu saja hal ini didorong pula oleh kepatahan hatinya karena Si Han Beng mengingkari janji dan menikah dengan gadis lain

Sin-tiauw Liu Bhok Ki merasa marah dan sakit hati bukan main karena Si Han Beng tidak memenuhi pesannya itu

Biarpun dia sudah menjadi suami Bi Lan namun hatinya masih tetap te rtusuk dan batinnya te rhimpit kemarahan te rhadap Si Han Beng

Dia menjadi sakit-sakitan dan akhirnya, dalam rangkulan Bi Lan, dia menghembuskan napas terakhir sambil menyebut nama Si Han Beng dengan penuh kemarahan dan penyesalan

Setelah suaminya yang juga gurunya meninggal dunia, perasaan hati Kwa Bi Lan dipenuhi dendam te rhadap Si Han Beng

Pria itu yang membuat hidupnya menderita! Kalau Si Han Beng tidak mengingkari janjinya dan menikah dengannya, te ntu Liu Bhok Ki tidak mati, demikian pikirnya

Dan iapun tidak harus mengalami derita batin seperti ini, hidup sebatangkara ditinggal orang yang paling dicintanya

Mula-mula ia menderita patah hati karena calon suaminya itu menikah dengan wanita lain

Kemudian ia menderita kehancuran hati karena guru dan juga suaminya meninggal dunia

Dan semua deritanya ini karena ulah Si Han Beng! Ketika ia mendarat di tepi Sungai Kuning, di luar dusun Hong-cun, Bi Lan merasa hatinya tegang juga

Setelah lama ragu-ragu dan lama pula mencari-cari, akhirnya tiba juga ia di kampung te mpat tinggal bekas tunangan yang kini dianggap sebagai musuh besarnya itu

Ketika la berjalan memasuki dusun, ia melihat seorang laki-laki setengah tua memanggul cangkul, agaknya hendak pergi ke ladang

Laki-laki itu memandang kepadanya dengan kagum dan heran, karena tidak biasa ada wanita kota yang cantik memasuki dusun yang aman te nteram itu

Bi Lan menghampirinya dan tersenyum ramah

Maaf, paman

Dapatkah paman menunjukkan di mana rumah keluarga Si Han Beng?

Pria itu terbelalak, heran bukan main melihat seorang wanita muda menyebut nama pendekar saktu itu begitu saja

Nona.....maksudkan.......

rumah keluarga Si Tai-hiap (Pendekar Besar Si) yang berjuluk Huangho Sin-liong?

De ngan girang Bi Lan mengangguk, akan te tapi juga hatinya berdebar

Ia tahu bahwa orang yang dicarinya adalah seorang pendekar yang berilmu tinggi, bahkan tingkat kepandaiannya, menurut mendiang suaminya, le bih tinggi dari pada tingkat suaminya yang juga menjadi gurunya

Kalau mendiang suaminya saja kalah pandai, apa lagi dia! Akan tetapi ia sudah bertekat untuk membunuh Si Han Beng atau dibunuh olehnya

Benar, paman

Di mana rumahnya.

Pria itu menunjuk ke kiri

Di ujung jalan ini, yang mempunyai taman di depan rumah dan kebun di kanan kiri dan belakang

Cat pintu dan je ndelanya hijau.

Terima kasih, paman.

Bi Lan memutar tubuh dan cepat menyusuri jalan itu

Terbayang betapa ia akan berte mu dengan isteri Si Han Beng yang sudah ia ketahui bernama Bu Giok Cu dan yang memiliki ilmu kepandaian tinggi pula

Hatinya terasa panas, entah karena iri atau cemburu

Akan te tapi ia sama sekali tidak takut

Memang ia sudah bertekad untuk mengadu nyawa

Untuk apa hidup le bih lama lagi kalau ia sudah tidak mempunyai apa-apa di dunia ini, bahkan tidak ada seorangpun yang mencintanya

Hidupnya tiada gunan ya lagi, le bih baik menyusul suaminya yang sayang kepadanya

Tak lama kemudian wanita perkasa ini sudah menyelinap di balik pohon dan mengintai ke arah dua orang anak yang sedang berada di kebun samping

Seorang anak laki-laki berusia enam tahun sedang mengasuh seorang anak perempuan yang usianya baru dua tahun le bih

Anak laki-laki itu tampan dan bertubuh tinggi te gap

Sedangkan anak perempuan itu, yang masih kecil, kelihatan lincah mungil dan manis sekali

Anak laki-laki itu patut menjadi putera Si Han Beng, pikir Bi Lan sambil mengenang kembali wajah bekas tunangan yang kini dibencinya itu

Akan te tapi tidak mungkin, bantahnya

Si Han Beng menikah dengan gadis lain belum ada empat tahun dan anak laki-laki itu sedikitnya berusia enam tahun

Kalau anak perempuan itu lebih pantas menjadi anak Si Han Beng

Dua orang anak itu memang The Siong Ki dan Si Hong Lan

Seperti kita ketahui, Siong Ki berhasil tiba di te mpat tinggal pendekar sakti Si Han Beng dan dite rima menjadi murid pendekar itu

Siong Ki pandai membawa diri, pandai menyenangkan hati keluarga Si, bahkan dengan sabar dia mengasuh Si Hong Lan pute ri gurunya

Diapun rajin bekerja, membersihkan rumah dan pekarangan dan melakukan segala macam pekerjaan membantu para pelayan sehingga para pelayanpun suka kepadanya

Melihat kegiatan pemuda cilik ini, timbul perasaan suka pula di hati Si Han Beng dan diapun mulai melatih Siong Ki dengan dasar-dasar ilmu silat

Pagi hari itu, setelah selesai menyapu pekarangan dan mengisi semua bak dengan air, Siong Ki sudah mengajak Hong Lan bermain-main di dalam kebun

Matahari sudah naik tinggi

Dia selalu diajar ilmu silat kalau matahari sudah mulai condong ke barat, setiap sore hari

Dari pagi sampai siang, dia bekerja, kalau tidak mengasuh Hong Lan, tentu membantu pekerjaan rumah atau ladang

Hong Lan juga suka sekali kepadanya, karena Siong Ki pandai menyenangkan hati anak itu

Saat itu, Siong Ki memberi mainan sempritan yang dia buat dari daun bambu muda

Hong Lan ikut meniup-niup sempritan sederhana itu dan kalau sempritan itu dapat ditiupnya sampai mengelukan bunyi, anak itu te rtawa-tawa dan berte riak-te riak gembira

Suheng baik

..

suheng baik......

berulang-ulang anak perempuan itu berseru

Engkau ju ga baik dan manis sekali, sumoi, tidak rewel.

kata Siong Ki dan dari percakapan antara dua orang anak itu Bi Lan dapat menduga bahwa anak laki-laki itu te ntulah murid Si Han Beng dan anak perempuan itu tentu anaknya

Tidak mungkin kalau Han Beng mempunyai seorang murid yang usianya baru dua tahun.

Dan melihat wajah anak perempuan yang manis dan mungil itu, tiba-tiba menyelinap suatu keinginan di hati Bi Lan

Mengapa tidak

Kalau ia membalas dendam kepada Si Han Beng, kiranya tidak mungkin ia akan mampu mengalahkan pendekar itu dan is terinya, dan akhirnya ia yang akan mati konyol

Walaupun ia sudah bertekad dan tidak takut mati, akan tetapi apa artinya kalau ia mati konyol

Hanya akan membuat Si Han Beng dan isterinya menjadi semakin bebas dan senang saja, tidak lagi mengkhawatirkan pembalasan

Dan ia seorang yang akan menderita

Tidak, ia harus mengikuti pikiran yang menyelinap dalam benaknya tadi

Ia harus membuat Si Han Beng dan isterinya menderita, setidaknya menderita batin

Akan te tapi, sebelum itu, ia ingin melihat bagaimana sikap bekas tunangan itu kalau mendengar tentang kematian suhunya, atau suaminya! Kwa Bi Lan bukanlah seorang wanita jahat, bahkan ia dahulu murid Siauw lim-pai yang berjiwa pendekar

Apa lagi setelah menjadi murid dan is teri Rajawali Sakti Liu Bhok Ki, ia menjadi seorang wanita gagah

Kalau ia membenci Han Beng dan ingin membunuhnya, hal itu terdorong oleh sakit hati dan duka, bukan watak yang jahat

Maka, begitu melihat Hong Lan, anak yang manis dan lincah itu, seketika api dendam yang membuat ia ingin membunuh orang itu padam dengan sendirinya, bagaimana mungkin ia dapat membunuh orang tua anak kecil yang mungil itu

Bukankah kalau ia membunuh orang tuanya, anak itu akan menjadi te rlantar dan menderita

Itulah sebabnya, maka pikiran lain menyelinap ke dalam   benaknya yang sama sekali mengubah niat hatinya semula

Siong Ki tidak te rkejut melihat munculnya seorang wanita cantik yang tidak dikenalnya dari balik pohon, melainkan heran dan dia memandang le ngan sinar mata penuh pertanyaan

Bi Lan tersenyum manis

Anak yang baik, apakah engkau murid Huang-ho Sin Liong Si Han Beng

Dan anak perempuan yang mungil ini pute rinya?

Siong Ki adalah seorang anak yang cerdik

Dia tidak mengenal siapa wanita ini, tidak tahu apakah ini sahabat ataukah musuh gurunya

Oleh karena itu dia bersikap hati-hati walaupun sopan

Maafkan saya, enci

Akan tetapi siapakah enci?

Aku adalah sahabat baik dari Si Han Beng, namaku Kwa Bi Lan

Benarkah dugaanku tadi bahwa engkau murid dan ini anaknya?

Karena wanita itu mengaku sahabat gurunya, dan te lah memperkenalkan diri, Siong Ki merasa tidak enak kalau tidak memperkenalkan diri

Dia mengangguk dan berkata dengan hormat

Maaf kalau saya bersikap kurang hormat karena tidak tahu bahwa enci adalah sahabat baik suhu

Memang benar saya Siong Ki adalah murid suhu dan sumoi Si Hong Lan ini adalah puterinya.

Pada saat itu, muncullah Si Han Beng dan Bu Giok Cu dari pintu samping rumah mereka

Mereka memang sedang mencari pute ri mereka dan Siong Ki

Melihat seorang wanita muda yang cantik berada pula di kebun mereka, suami isteri ini segera menghampiri dan memandang dengan heran

Siong Ki, siapakah nona ini....

tanya Han Beng sambil memandang Bi Lan dengan penuh selidik

Sementara itu Bu Giok Cu juga sudah memondong pute rinya dan ikut mengamati Bi Lan dengan heran

Sejak tadi Bi Lan memandang kepada suami isteri itu dan jantungnya berdebar te gang, hatinya te rasa panas

Si Han Beng masih nampak gagah perkasa seperti dahulu, bertubuh tinggi besar dan wajahnya membayangkan kejantanan, sedangkan Bu Giok Cu juga masih nampak cantik je lita dan lincah seperti yang pernah dilihatnya dahulu ketika Giok Cu bersama Han Beng datang berkunjung ke rumah gurunya, mendiang Liu Bhok Ki sebelum ia menjadi isteri gurunya itu

Entah kenapa, setelah bertemu dengan mereka

Ia tidak mampu mengeluarkan kata-kata dan hanya memandang dengan hati dipenuhi iri

Mereka demikian berbahagia

Menjadi suami isteri dan sudah mempunyai seorang anak

Begitu berbahagia, sedangkan ia .....

! Han Beng segera menyadari bahwa sebagai tuan rumah dia harus menyambut orang asing sebagai tamunya dengan sikap hormat

Maka diapun mengangkat dua tangan ke depan dada memberi hormat dan bertanya, 

Siapakah nona dan ada keperluan apakah berkunjung ke rumah kami?

Bi Lan te rsenyum, senyum yang getir

Bahkan wajahnyapun tidak diingat lagi oleh laki-laki yang pernah ditunangkan dengannya itu! De ngan suara yang pahit iapun berkata, 

Lupa kepada adik seperguruan masih tidak mengapa, akan te tapi kalau sudah melupakan guru, itu sungguh keterlaluan.

Nona, apa maksud ucapan nona itu?

Han Beng bertanya, memandang tajam penuh selidik dan sikapnya serius

Juga Bu Giok Cu memandang tajam dan mulai bercuriga melihat sikap gadis cantik yang tidak dikenalnya itu

Suheng, benar-benarkah suheng sudah lupa kepadaku, dan kepada suhu kita?

Sekali ini suara Bi Lan mengandung getaran is ak te rtahan, karena ia merasa sangat berduka dan kecewa

Ahhh! Bukankah engkau Kwa Bi Lan murid locian-pwe Liu Bok Ki itu?

tiba-tiba Bu Giok Cu berseru

Bi Lan memandang kepada wanita yang tadinya dianggap te lah merampas calon suaminya itu

Kiranya enci Bu Giok Cu masih teringat kepadaku.

Sumoi Kwa Bi Lan .....! Ah, kiranya engkaukah ini

Kita dahulu hanya sempat bertemu sebentar saja, sumoi, hingga aku lupa lagi kepadamu

Maafkan aku.

Bi Lan mengerutkan alisnya

Perkenalan antara kita memang singkat, akan tetapi hubungan antara kita bukan tidak penting, suheng......

Aih, tentu saja

Kita saudara seperguruan.....

kata Han Beng, belum ingat akan hubungan jodoh yang pernah dipesankan gurunya yang pertama itu

Bu Giok Cu ingat akan hal itu, maka ia pun cepat berkata

Adik Kwa Bi Lan te ntu datang membawa kabar penting

Tidak pantas kalau kita menyambutnya di kebun begini

Mari, adik Bi Lan, kita bicara di dalam.

Ah, benar

Mari silakan, sumoi

Kita bicara di dalam

Siong Ki, kau ajak lagi sumoimu bermainmain di sini sebentar,

kata Han Beng dan Giok Cu lalu menyerahkan lagi Hong Lan kepada Siong Ki

Suami is teri itu mempersilakan tamunya memasuki rumah dan mereka lalu duduk di dalam ruangan tamu yang sederhana namun cukup luas

Sejenak mereka duduk berhadapan dan saling berpandangan

Sebetulnya, Bi Lan tidak terlalu menyesal bahwa ia tidak menjadi isteri Han Beng

Belum ada rasa cinta dalam hatinya terhadap pria ini, dahulupun yang ada han ya kekaguman

Cintanya bahkan te rtuju kepada gurunya, mendiang Liu Bhok Ki

Ia tidak putus cinta, melainkan merasa te rhina dan diremehkan, di samping pendekar ini menjadi biang keladi kesedihan Liu Bhok Ki sehingga suaminya itu meninggal dunia dalam keadaan penas aran dan berduka

Nah, adik Kwa Bi Lan

Setelah kami mengucapkan selamat datang, sekarang katakanlah, apa maksud kunjunganmu ini

Apakah membawa suatu kepentingan te rte ntu, ataukah hanya hendak berkunjung saja?

tanya Bu Giok Cu karena di dalam hatinya, wanita ini sudah merasa tidak enak

Ia sudah mendengar dari suaminya bahwa dahulu, suaminya pernah dipesan oleh Sin-tiauw Liu Bhok Ki agar kelak menjadi jodoh Kwa Bi Lan, sumoi dari suaminya sendiri

Akan tetapi kemudian Hek-bin Hwesio yang menjadi gurunya, dan Pek I Tojin guru suaminya menjodohkan ia dan suaminya

Ia bahkan pernah mengingatkan suaminya agar mengabari Liu Bhok Ki, akan tetapi suaminya tidak mau karena merasa tidak enak harus menentang usul perjodohan guru pertamanya itu

Kini, gadis yang dulu dijodohkan dengan suaminya itu tibatiba muncul! Tentu saja ia merasa tidak enak sekali

Mendengar pertanyaan Giok Cu, Bi Lan menghela napas panjang

Kalau menurut apa yang dibayangkan sebelum ia bertemu dengan puteri mereka tadi, begitu bertemu Han Beng, ia akan memaki-makinya dan menantangnya, bahkan langsung saja menyerangnya untuk mengadu nyawa

Akan te tapi sekarang, ia tidak bernapsu untuk mengadu nyawa, untuk mati, karena ia pasti mati kalau bertanding melawan mereka ini

Ia ingin hidup untuk dapat mendengar dan melihat Han Beng menderita! 

Benar, sumoi

Katakanlah, apa yang menjadi maksud kedatanganmu ini

Apakah hanya berkunjung ataukah diutus oleh suhu?

Hampir saja Bi Lan berteriak bahwa ia diutus oleh suhu mereka untuk mencabut nyawa Han Beng! Akan te tapi ia menahan kemarahannya, memandang kepada pria itu dan berkata lirih, 

Suheng kedatanganku ini hanya mempunyai satu maksud, yaitu aku ingin bercerita tentang suhu kepadamu.

Wajah Han Beng menjadi cerah berseri

Ah, akupun ingin sekali mendengar te ntang suhu

Ceritakanlah, sumoi, kuharap suhu dalam keadaan sehat dan baik-baik saja! Ceritakanlah.

Setelah menghela nafas beberapa kali, Bi Lan mulai bercerita

Suheng suhu telah mendengar akan pernikahanmu dengan enci Bu Giok Cu dan suheng sama sekali tidak memberi tahu suhu, apa lagi mengundangnya.

Sudah kudesak agar dia mengundang locianpwe Liu Bhok Ki, akan te tapi dia tidak mau!

Bu Giok Cu berkata sambil memandang suaminya penuh teguran

Bukan tidak mau, akan te tapi tidak berani,

kata Han Beng, akan te tapi tiba-tiba dia menghentikan kata-katanya seperti orang yang merasa telah te rlalu banyak bicara

Kenapa, suheng?

Bi Lan mendesak cepat

Kenapa suheng tidak berani memberitahu kepada suhu tentang pernikahan suheng?

Han Beng tidak menjawab, hanya menoleh ke arah is terinya

Tentu saja dia merasa sukar untuk menjawab pertanyaan itu, merasa sungkan te rhadap Bi Lan untuk menyebutkan alasannya

Melihat keraguan Han Beng, Bi Lan berkata, 

Suheng, kalau Suheng ingin aku bicara sejujurnya te ntang suhu, maka sebaiknya kalau suheng juga bersikap terbuka dan jujur

Kalau suheng tidak berani bersikap terbuka, akupun tidak ingin bercerita apa-apa lagi.

Bu Giok Cu memandang kepada suaminya

Sebaiknya engkau bicara te rus te rang saja untuk menebus kesalahan sikapmu te rhadap gurumu

Tidak perlu sungkan lagi.

Han Beng mengangguk dan menarik napas panjang

Dia merasa menyesal sekali mengapa dahulu dia tidak berte rus terang saja kepada gurunya bahwa dia mencintai Giok Cu dan tidak mau dijodohkan dengan gadis lain

Akibatnya ketika dia menikah dengan Giok Cu, dia tidak berani mengabari gurunya, dan sekarangpun dia merasa sungkan untuk mengaku terus te rang kepada Bi Lan

'Baiklah, aku bicara te rus terang dan kuharap engkau tidak merasa te rsinggung, sumoi

Sebelumnya, maafkan aku kalau ceritaku menyinggung perasaanmu.

Kalau engkau berterus terang, mengapa aku mesti tersinggung, suheng

Ceritakanlah.

Aku tidak berani mengabari suhu, tidak berani mengundangnya, karena aku merasa bersalah kepada suhu

Dahulu, ketika aku bersama Giok Cu berkunjung ke te mpat kediaman suhu, dan bahkan berte mu dengan engkau di sana, ketika itu suhu bicara empat mata denganku dan suhu dalam kesempatan itu telah menjodohkan aku dengan engkau, sumoi

Dia berpesan agar kelak aku berjodoh denganmu

Nah, karena aku saling mencinta dengan Bu Giok Cu dan kemudian atas usul guru kami masing-masing, yaitu Hok-bin Hwesio dan Pek I Tojin, kami menikah dan teringat akan pesan suhu Liu Bhok Ki, aku merasa sungkan dan tidak berani memberi kabar

Aku telah bicara terus te rang, sumoi.

Bi Lan tidak heran mendengar keterangan itu, te ntu saja ia sudah tahu semuanya dan dapat menduganya

Ia tidak merasa sakit hati karena ia ditolak oleh suhengnya yang mencinta gadis lain

Ia sendiripun mencinta pria lain, yaitu gurunya sendiri

Yang membuat ia menyesal adalah karena ulah suhengnya, maka gurunya yang juga suaminya itu menderita tekanan bathin sampai sakit-sakitan dan meninggal dunia dalam keadaan berduka

Bagus sekali, engkau te lah berterus te rang, suheng

Nah, akupun hendak bercerita sejujurnya kepadamu

Seperti kukatakan tadi, suhu telah mendengar pernikahanmu dengan enci Giok Cu tanpa mengundangnya, dan sejak itu, suhu sakitsakitan karena merasa penasaran, menyesal dan berduka

Aku tahu akan semua itu karena suhu berte rus terang kepadaku

Suhu marah dan menyesal, suhu merasa sakit hati kepadamu, suheng!

Aih, suhu, teecu memang berdosa besar

Sumoi, tolonglah, kalau e ngkau pulang dan berte mu suhu, mintakan ampun adanya untukku ...

ah, tidak, aku sendiri yang akan ke sana

Aku harus cepat pergi menghadap suhu dengan is teri dan anakku untuk mohon ampun.

Tidak ada gunanya, suheng

Lebih baik suheng mendengarkan kelanjutan ceritaku

Melihat suhu demikian menderita, hatiku hancur dan aku merasa amat kasihan kepada suhu

Suhu telah kehilangan segalanya, demikian pula aku

Kami berdua tidak memiliki apa-apa lagi, tidak ada lagi seorangpun di dunia ini yang menyayangi kami

Timbul perasaan kasihan dan sayang dalam hatiku, dan akupun mengambil keputusan untuk menyerahkan diriku, hidupku, segalanya, untuk membahagiakan hati suhu

Dengan suka rela, bahkan dengan desakanku, kami menikah menjadi suami iste ri.....

 Suami isteri itu s aling pandang nampak te rkejut bukan main

Sungguh suatu pengorbanan yang besar......

kata Giok Cu lirih

Sumoi, betapa mulia hatimu

Engkau begitu berbakti kepada suhu, sedang aku ...

Tidak ada pengorbanan! Tidak ada kemuliaan hati dan kebaktian

Aku menikah dengan suhu karena memang aku cinta kepadanya, dan dia cinta padaku

Kami menjadi suami isteri karena kami saling mencintai.!

Bi Lan berkata dengan suara nyaring, setengah membentak sehingga mengejutkan suami isteri itu

Kalau begitu, biarlah kami mengucapkan selamat kepadamu atas pernikahan dengan suhu...!

Tunda dulu ucapan selamat itu sampai aku selesai menceritakan keadaan suhumu, suheng

Biarpun kami sudah menikah dan aku berusaha sekuat tenaga untuk menghiburnya dan mengusir kedukaan suamiku, akan tetapi usahaku sia-sia belaka

Guru dan suamiku itu masih tak mampu melupakanmu, dan sakit hatinya tak pernah mereda

Api sakit hati membakarnya, membuat dia sakit-sakitan dan akhirnya, dia tak kuat bertahan lagi setelah berbulan-bulan rebah dan menderlta sakit lahir batin, suamiku  itu meninggal dunia........

Ahh.....!

Giok Cu mengeluh.

Suhuuu.....!

Han Beng menutupi muka dengan kedua tangan dan dia te risak, tubuhnya te rguncang dan dari celah-celah jari tangannya mengalir keluar air matanya

Aih, suhu, teecu berdosa besar kepada suhu..........teecu .

.berdosa besar................

Sebuah tangan dengan lembut menyentuh pundak Han Beng

Sudahlah, semua itu telah le wat, gurumu te lah tiada

Tidak ada gunanya disesali dan ditangisi

Kelak engkau dapat saja pergi mengunjungi makam gurumu dan mohon ampun di depan makamnya kalau engkau merasa bersalah kepadanya.

Hiburan dari isterinya ini menyadarkan Han Beng dan diapun menghapus air matanya

Dengan dua mata merah dia memandang kepada Bi Lan dan melihat wanita muda itupun kini menunduk, tidak mengeluarkan suara tangisan, akan tetapi kedua pundak bergoyang dan air mata menetesnetes turun dari kedua pipinya

Aku ...

aku dapat merasakan penderitaanmu, aku ikut berduka cita ...sumoi ...

ataukah subo (ibu guru)...

kata Han Beng dengan terharu

Bi Lan menghapus air matanya dan menggeleng kepala, masih menunduk

Aku bukan apa-apamu lagi, bukan apa-apa

Bukan tunangan karena engkau sudah memilih wanita lain

Bukan sumoi karena telah menikah dengan guru kita

Bukan pula subo karena suamiku te lah tiada

Aku........aku hanya seorang yang sebatangkara, tidak mempunyai apa-apa dan siapa-siapa lagi.

Giok Cu merasa kasihan sekali

Sungguh buruk nasibmu, sungguh kasihan sekali engkau, adik Bi Lan Aku tahu bagaimana perasaanmu

Kalau saja kami dapat melakukan sesuatu untukmu

Katakan saja, apa yang dapat kami lakukan untuk membantumu, mengurangi penderitaanmu?

Bi Lan menggele ng kepala

Terima kasih, tidak ada yang dapat kalian lakukan untukku

Biarkan aku sendiri

Di dunia ini, tidak ada lagi orang yang dapat kucinta atau mencintaku, tidak ada siapasiapa lagi

Aku hanya menanti datangnya saat aku menyusul suamiku

Dialah satu-satunya orang yang mencintaiku........

Setelah berkata demikian, Bi Lan bangkit dari duduknya, kemudian tanpa pamit lagi ia melangkah keluar dari ruangan itu, te rus menuju keluar rumah

Han Beng hendak mengejar, akan tetapi le ngannya dipegang is terinya

Dia menoleh dan memandang is te rinya

Giok Cu menggele ng kepala perlahan dan berbisik, 

I a benar

Tidak dapat kita melakukan apapun untuknya

Biar kan ia sendiri......

Han Beng memejamkan matanya

Suhuuu ..!

keluhnya dan dia te ntu roboh kalau saja tidak cepat dirangkul oleh isterinya dan dia kembali menangis di pundak isterinya

Malam itu, Han Beng dan Giok Cu tidak dapat tidur

Hal ini te rutama sekali karena Han Beng te nggelam dalam duka dan penyesalan, dan akhirnya baru Han Beng te rhibur ketika isterinya menyetujui untuk mereka berdua bersama anak mereka pergi mengunjungi makam Si Rajawali Sakti, di mana Han Beng ingin bersembahyang bersama anak isterinya dan mohon ampun kepada guru pertamanya itu

Mereka akan berangkat tiga hari lagi dan pada keesokan harinya, mereka telah membuat persiapan

Karena waktu itu sedang musim panen, maka suami isteri itu hendak menyelesaikan dulu sisa panenan yang tinggal satu dua hari lagi, baru mereka akan berangkat

Pada keesokan harinya, sejak pagi Han Beng dan Giok Cu sudah pergi meninggalkan rumah, pergi ke sawah untuk mengepalai dan mengatur mereka yang membantu panen

Seperti biasa, Siong Ki setelah bekerja pagi, lalu mengasuh Hong Lan bermain-main di taman

Keadaan sunyi di taman

Semua orang dewasa pergi ke s awah ladang karena musim panen

Siong Ki menurunkan Hong Lan duduk di atas rumput, dan dia sendiri duduk di dekat anak itu sambil menganyam rumput, membuatkan mainan untuk sumoinya

Ketika Kwa Bi Lan muncul seperti kemarin, diapun tidak terkejut dan tidak merasa heran lagi

Dari suhunya dia mendengar bahwa wanita muda yang cantik itu memang sahabat gurunya yang datang berkunjung

Dia bahkan te rsenyum dan memberi hormat

Selamat pagi, enci.

Akan te tapi Bi Lan tidak memperdulikan Siong Ki

I a menghampiri Hong Lan dan mengelus kepala anak itu dengan lembut dan mesra, dan pandang matanya yang ditujukan mengamati wajah anak perempuan itu penuh rasa kagum dan sayang

Suaranyapun te rdengar halus ketika ia bertanya, 

Anak manis, siapakah namamu?

Semua anak kecil mempunyai kepekaan yang tidak lagi dipunyai orang dewasa

Kepekaan atau naluri ini adalah pembawaan jiwa yang masih belum terselubung nafsu

Pada saat dilahirkan, anak manusia memiliki naluri ini, memiliki kepekaan karena jiwanya masih murni, bagaikan sinar pelita yang belum terselubung kotoran sehingga masih memancar keluar melalui panca indranya

Kelak, kalau anak itu sudah mulai mempergunakan hati dan akal pikirannya, dan nafsu yang menjadi alat kebutuhan jasmaninya mulai mengambil alih kekuasaan atas diri manusia, maka kepekaan itu pudar

Sinar pelita dari jiwa te rtutup nafsu dan orang hidup le bih mengandalkan hati akal pikirannya yang bergelimang nafsu menciptakan segala macam dosa dan kekacauan dalam kehidupan ini

Makin pandai orang mempergunakan hati akal pikirannya, semakin keruh keadaan dunia, karena manusia dikendalikan nafsu yang sifatnya hanya mengejar kesenangan diri pribadi, sehingga te rjadilah tumbukan-tumbukan dan tabrakan kepentingan yang menimbulkan pertikaian, permusuhan, bahkan perang! Pada saat membelai dan bicara kepada Hong Lan, maka anak itupun memandang kepada Bi Lan sambil tersenyum cerah menjawab dengan suaranya yang nyaring dan lucu

Namaku Si Hong Lan, bibi.

Nama yang bagus, cocok dengan wajahmu yang manis

Hong Lan, mari kupondong dan kuberi mainan yang indah.

 Hong Lan tidak membantah ketika digendong

Mainan apa, bibi?

Nanti kupetikkan bunga merah, kutangkapkan kupu-kupu kuning.

Bibi baik, bibi baik sekali, suheng

Hong Lan bersorak, akan tetapi Siong Ki mengerutkan alisnya

Dia belum mengenal benar siapa wanita cantik itu, karena merasa khawatir kalau Hong Lan diajak pergi bermain-main

Maaf, bibi

Sumoi Hong Lan belum kuberi sarapan pagi

Mari, sumoi, kita makan dulu ...

Siong Ki menjulurkan kedua tangannya untuk mengambil sumoinya dari pondongan Bi Lan

Akan tetapi sekali Bi Lan menggerakkan tangan kirinya menotok

Siong Ki tak mampu bergerak dalam posisi berdiri dengan kedua tangan terjulur

Bi Lan lalu berjongkok, tangan kiri memondong Hong Lan, dan tangan kanan dengan jari te lunjuk terjulur mencoret-coret di atas tanah di depan Siong Ki

Kemudian, sambil memondong Hong Lan, ia berkelebat lenyap dari tempat itu, meninggalkan Siong Ki yang masih berdiri kaku seperti arca! Tak lama kemudian, seorang pelayan keluar dan dia te rheran-heran melihat Siong Ki yang berdiri dengan tangan terjulur seperti patung, tak bergerak-gerak

Eh, engkau kenapa ?

tanyanya

Siong Ki tidak mampu menengok, akan tetapi dia masih dapat bicara walaupun, dengan kaku dan sukar, 

Cepat ...

beritahu suhu ...

cepat...

sumoi diculik orang...

 Sebagai pelayan suami isteri pendekar, pelayan itupun sudah tanggap dan dia segera lari mencari majikannya yang sedang sibuk mengatur orangorang yang sedang panen

Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Si Han Beng dan Bu Giok Cu ketika mendengar laporan pelayan itu bahwa Siong Ki berdiri seperti patung tak mampu bergerak dan mengatakan bahwa Hong Lan diculik orang

Mereka lalu berlari cepat, seperti berlomba pulang ke rumah

Semua petani terkejut dan kagum bukan main melihat suami isteri yang mereka kenal sebagai sepasang pendekar namun yang tak pernah mereka lihat kepandaiannya itu, kini berlari seperti terbang saja meninggalkan sawah

Baru sekarang mereka menyaksikan suami isteri itu memperlihatkan kepandaiannya yang luar biasa

Suami isteri itu tiba di pekarangan rumah mereka dan setelah Han Beng membebaskan totokan yang membuat muridnya tak mampu bergerak, Siong Ki cepat menunjuk ke bawah, di depannya

I a meninggalkan tulisan di situ.....

Han Beng dan Giok Cu cepat membaca tulisan itu

Huruf-hurufnya je las karena jari yang mencoret-coret di atas tanah itu menggunakan te naga sin-kang, sehingga tanah itu seperti dicoret dengan pensil baja saja

Suheng Si Han Beng

Engkau t el ah membuat aku berpis ah selamanya d ari orang yang kucinta

Aku akan membuat engkau berpis ah sementar a d ari anak y ang kau sayang

Aku b erhak menyayang d an disayang

Aku s ayang Hong Lan d an ingin menikmati hidup bers amanya

Setel ah beberapa tahun, aku akan mengembalikannya kepad amu

Suheng, jangan kejar kami, karena terpaks a aku akan membunuh Hong Lan, lalu membunuh diri sendiri, Kwa Bi Lan

Aih, anakku........!

Giok Cu menjadi pucat wajahnya setelah selesai membaca coretan tulisan di tanah itu

Aku harus mengejar iblis betina itu

..!

Ia hendak meloncat, akan tetapi tangannya dipegang suaminya

Tunggu dulu......apakah kau ingin ia membunuh anak kita

Aku yakin ia tidak menggertak kosong belaka,

kata Han Beng sambil menunjuk ke arah kalimat terakhir itu

Giok Cu membacanya lagi, 

Suheng, jangan kejar kami, karena te rpaksa aku akan membunuh Hong Lan, lalu membunuh diri sendiri.

Ahhh ...

tapi...

tapi...

bagaimana dengan anak kita ....?

Suara wanita perkasa itu mengandung tangis karena ia merasa khawatir bukan main

Han Beng merangkul is te rinya

Wajahnya sendiri juga pucat dan diam-diam ia merasa menyesal bukan main, akan te tapi dia tidak bingung seperti isterinya

Giok Cu, aku yakin bahwa ia tidak akan mencelakai anak kita, akan tetapi kalau kita mengejarnya, pasti ia akan nekat

I a seorang yang sudah putus asa, dapat melakukan apa saja.

Tapi ...

tapi ...

kenapa ia melakukan ini

Kenapa ia culik anakku?

Han Beng menarik nafas panjang

Aku dapat memakluminya

Pertama, ia masih merasa bahwa akulah yang membuat ia sengsara, aku yang menyebabkan kematian suhu, orang yang dicintanya

Karena itu ia ingin membalas dendam, ingin membuatku merasakan penderitaan kehilangan orang yang kucinta, walaupun tidak selamanya seperti yang dijanjikannya, hanya untuk sementara

Dan selain itu, iapun haus kasih sayang

Ingin menyayang dan disayang

Dan agaknya da suka sekali pada anak kita, ia ingin mencurahkan kasih sayangnya kepada ana k kita, karena itu, jangan khawatir..

Jangan khawatir, kau bilang

Aku ibu Hong Lan! Anakku diculik orang, mungkin seorang iblis betina, dan kau bilang aku jangan khawatir?

Giok Cu, aku tahu siapa Kwa Bi Lan

Sebelum menjadi murid suhu Liu Bhok Ki, ia adalah murid Siauw-lim-pai

Kemudian digembleng oleh suhu Liu Bhok Ki bahkan menjadi isterinya

Ia bukan iblis betina, ia seorang wanita berjiwa pendekar

Aku yakin ia akan memegang janji dan akan mengembalikan anak kita dalam keadaan selamat.

Giok Cu memandang suaminya dengan alis berkerut

Enak saja engkau bicara membelanya! Ia menculik anak kita, ingat

Aku diharuskan berpisah dari anakku untuk beberapa tahun, dan aku harus tinggal diam saja

Aih, apakah engkau tidak dapat merasakan bagaimana penderitaan seorang ibu kalau dipisahkan dari anaknya yang baru berusia dua tahun lebih.!

Han Beng menarik napas panjang dan menundukkan mukanya yang pucat

Aku mengaku bersalah, isteriku

Akulah yang menyebabkan semua ini, aku biang keladinya dan aku siap menerima hukuman apapun....

Melihat suaminya begitu bersedih dan menyesal, meredalah kemarahan Giok Cu dan iapun merangkul pundak suaminya dan menangis di pundak oran g yang dicintainya itu

Lalu ...

apa ..

yang harus kita lakukan ....?

Rintihnya memelas

Tidak ada yang dapat kita lakukan sementara ini kecuali ...

menunggu dan pasrah kepada Tuhan

Kelak, kalau keadaan sudah mereda, kalau ia sudah tidak mengira kita akan mencarinya lagi, barulah aku akan berusaha menyelidiki di mana ia membawa anak kita, dan akan kuusahakan untuk merebutnya kembali tanpa membahayakan anak kita

Sementara ini, maafkan aku

Akulah yang menyebabkan engkau menderita batin....

Akan tetapi

Giok Cu sudah terhibur dan dapat mengerti kebenaran ucapan suaminya

Memang berbahaya sekali kalau sekarang ia melakukan pengejaran.Wanita yang sudah putus asa itu tentu tidak akan ragu-ragu untu k membunuh Hong Lan lalu membunuh diri sendiri sebelum sempat merebut kembali anak itu! Kalau sekarang ia dibiarkan pergi, setelah beberapa lama tentu wanita itu akan mengira bahwa mereka tidak lagi melakukan pengejaran dan akan menjadi lengah

Nah, itulah saatnya mereka berusaha merebut kembali anak mereka

Melihat kedukaan gurunya, Siong Ki lalu menjatuhkan diri berlutut di depan Han Beng

Suhu, teecu yang bersalah tak mampu menjaga sumoi dengan baik

Kalau suhu mengijinkan, teecu akan pergi mencari sumoi sampai dapat dan membawanya kembali kepada suhu.

Bangkitlah dan bekerjalah sepert biasa

Juga yang rajin berlatih silat

Jangan bicarakan dengan siapapun urusan hilangnya sumoimu

Engkau tidak bersalah, Siong Ki,

kata Han Beng dan diapun menggandeng is terinya, diajak masuk ke dalam rumah

Sejak hari itu, suami isteri pendekar ini merasa hidup mereka tidak le ngkap lagi

Mereka telah berusaha setelah lewat beberapa bulan untuk mencari anak mereka yang dilarikan Bi Lan, namun tidak berhasil

Bi Lan menghilang tanpa meninggalkan jejak

Tentu saja Bu Giok Cu menderita batin yang cukup hebat, merasa gelisah selalu

Lebih-lebih Han Beng karena pendekar ini merasa bahwa ialah yang bersalah, dan dia menganggap hal ini sebagai hukuman dari mendiang gurunya

Seringkali dia duduk melamun dan mengeluh

Kenapa selama hidupnya gurunya itu, Sin-tiauw Liu Bhok Ki Si Rajawali Sakti, mengisi hidupnya dengan dendam dan pembalasan

Mula-mula selama puluhan tahun, gurunya itu membalas dendamnya secara keji sekali terhadap is terinya dan kekasih isterinya karena penyelewengan isterinya

Biarpun dirinya sudah membunuh mereka, dendamnya belum juga hilang dan dia masih 

menyiksa

isteri dan kekasih isterinya itu dengan membiarkan kepala mereka selalu bersamanya! Kini, gurunya yang sudah mati itupun melampiaskan dendamnya kepadanya karena kesalahannya tidak mentaati perintahnya menikah dengan Kwa Bi Lan

Dan pembalasan dendam ini dilakukan mendiang suhunya melalui Bi Lan! Mungkinkah Kwa Bi Lan setelah menjadi murid dan is teri Liu Bhok Ki, mewarisi pula watak pendendam yang hebat itu

Karena tidak adanya Hong Lan, Han Beng menggemble ng The Siong Ki dengan sungguhsungguh

Dan anak ini memang berbakat baik sekali sehingga memperoleh kemajuan pesat

-ooo0dw0ooo- Ke manakah perginya Kwa Bi Lan yang membawa lari Si Hong Lan sehingga setelah lewat beberapa bulan, suami isteri perkasa dari Hongcun itu tidak berhasil menemukan jejaknya

Mari kita ikut jejak Bi Lan setelah ia meninggalkan dusun Hong-cun sambil memondong Hong Lan

Biarpun Kwa Bi Lan bersikap manis kepada Hong Lan, menghiburnya sepanjang jalan, bahkan membelikan pakaian dan mainan di toko, te tap saja Hong Lan mulai rewel ketika ia te ringat akan ayah bundanya dan merindukan mereka, juga merindukan Siong Ki

Berulang kali ia rewel, menangis dan minta pulang

Bi Lan yang tidak mempunyai pengalaman dengan anak-anak,  berusaha semampunya untuk menghibur, namun Hong Lan tetap menangis

Saking jengkel dan sedihnya, ketika pada suatu malam Hong Lan menangis terus di dalam kamar sebuah rumah penginapan, Bi Lan juga ikut menangis! Dan sungguh aneh, begitu Bi Lan menangis, Hong Lan berhenti menangis! Anak itu memandang Bi Lan yang menangis dengan kedua mata merah

Sinar matanya penuh kehe ranan, bahkan mengandung iba

Bibi ...

kenapa menangis ?

Sungguh aneh, begitu mendengar anak itu berhenti menangis dan bertanya kepadanya mengapa ia menangis, Bi Lan makin mengguguk menangis, merangkul anak itu dan tangisnya menjadi tersedu-sedu! Sudah terlalu lama ia tidak menangis, te rlalu lama memendam duka yang disembunyikan saja di dalam hatinya, tidak pernah mendapat kesempatan mengeluarkan duka nestapa yang menekan hatinya

Kini ditanya mengapa ia menangis ole h suara kanak-kanak itu, ia menjadi demikian sedih, demikian te rharu sehingga ia terguguk se perti anak kecil! Hong Lan semakin kasihan kepada wanita yang selama ini amat manis dan baik kepadanya, yang agaknya bahkan le bih baik dan le bih sayang padanya daripada ibunya sendiri

Maka, melihat wanita ini mengguguk, iapun merangkul dan mencium pipi yang basah itu

Bibi, jangan menangis ...

bibi, jangan menangis.....

Ia merengek, agak ketakutan melihat wanita itu menangis begitu sedihnya

Mendengar ini, Bi Lan mengerahkan te naganya untuk menahan dan menghentikan tangisnya

Ia mengangkat mukanya yang masih basah, dan ia memaksa tersenyum sambil memandang wajah anak itu yang juga masih basah

Tidak, aku tidak menangis, Hong Lan sayang, aku tidak  menangis......lihat, aku sudah tertawa.

Hong Lan menatap wajah itu

Wajah yang memelas sekali, nampaknya saja mulut itu te rsenyum ramah, akan tetapi dua matanya merah dan pipinya basah mata

Tangis campur tawa yang mengharukan

Namun, anak itu agaknya le ga begitu Bi Lan tidak mengguguk lagi

De ngan jari tangannya yang kecil-kecil, Hong Lan mengusap bawah kedua mata Bi Lan

Bibi, kenapa tadi menangis?

Hong Lan menciumnya penuh kasih sayang

Ia dapat merasakan kehangatan kasih sayang anak itu kepadanya dan le bih dari pada itu, kehangatan rasa cinta kasihnya kepada anak itu! Alangkah melegakan dan membahagiakan, dapat mencurahkan kasih sayang kepada seseorang, apa lagi kalau dibalasnya! Dibalas atau tidak, mencurahkan kasih sayang ke seseorang merupakan kebahagiaan yang sejak kematian suaminya tak pernah ia rasakan lagi! Dan kini, seluruh kerinduannya akan kasih sayang, baik memberi atau menerima, ia curahkan kepada Hong Lan! 

Anakku yang baik

aku menangis karena melihat engkau menangis, aku bersedih kalau engkau menangis, Hong Lan.

Aku tidak akan menangis lagi, bibi....

Bi Lan menciumnya dan mendekap muka anak itu ke dadanya

Anakku ...

kau anakku yang manis, kenapa kau tidak menyebut ibu kepadaku

Sebut aku ibu, Hong Lan ...

Tapi..

engkau bukan ibuku ......

Hong Lan memandang ragu

Bi Lan kembali menciumnya penuh kasih sayang

Anakku, mulai sekarang, aku jadi pengganti ibumu, juga pengganti ayahmu, pengganti suhengmu, pengganti segalanyanya

Sebut aku ibu dan engkau membuat aku senang sekali, Lan Lan!

Hong Lan te rbelalak girang mendengar sebutan itu

Ibu juga memanggilku Lan Lan!

Bi Lan te rse nyum

Tentu saja, dan akupun sekarang menjadi ibumu dan memanggilmu Lan Lan

Nah, kau mau bukan menjadi anakku dan menyebutku ibu?

Lan Lan te rsenyum dan mencium pipi wanita itu, 

Aku senang sekali, ibu.

Bi Lan mendekap ana k itu dan merasa berbahagia bukan main

Dan sejak malam itu, benar saja Lan Lan tidak pernah rewel lagi

Bahkan karena pandainya Bi Lan menghiburnya, dan mengajaknya melihat-lihat kota-kota yang ramai, pemandangan yang indah-indah, lambat laun Lan Lan mulai melupakan ayah, ibu dan suhengnya

Mereka itu makin kabur seperti merupakan bayang-bayang dalam mimpi saja

Sebulan setelah Bi Lan melarikan Lan Lan dari rumahnya, pada suatu siang jalanannya melalui sebuah hutan di tepi sungai

Ia memang menuju ke barat untuk pulang ke Kim-hong-san, tempat tinggal mendiang suaminya, untuk hidup di sana berdua dengan Lan Lan

Karena berjalan ke barat melawan arus air Sungai Huang ho, maka ia melakukan perjalanan lewat darat, menyusuri sepanjang pantai sungai yang amat le bar itu

Dan siang itu, sambil memondong Lan Lan yang kini tidak rewel lagi, Bi Lan berjalan memasuki hutan di pantai sungai

Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya karena pendengarannya menangkap gerakan orang di belakangnya

Ia menengok dengan cepat dan melihat bayangan orang berkelebat cepat sekali, menyelinap lenyap di antara pohon-pohon

Ia tidak dapat melihat jelas karena gerakan orang itu cepat sekali, hanya tahu bahwa orang itu tentu seorang pria yang berpakaian serba biru

Karena sampai beberapa lamanya ia menanti, tidak ada gerakan yang mencurigakan, iapun melanjutkan perjalanan

Baru puluhan langkah ia berjalan, ia berhenti lagi karena te rdengar tiupan suling yang amat merdu

Suara suling itu meliuk-liuk, turun naik dengan getaran halus

Bi Lan memejamkan kedua matanya

Suara suling itu demikian indah, melengking halus dan seperti menarik-narik jantungnya, dan tak terasa lagi dua titik air mata te rgenang di pelupuk matanya

Tiupan suling itu demikian merdu, demikian indah, akan tetapi juga mengharukan seperti tangis sebuah hati yang merana

Sepantasnya orang yang meniup suling seperti itu adalah seorang yang sedang dilanda duka, pikirnya

Akan te tapi, sungguh mengherankan

Siapa pula yang pandai meniup suling seperti itu di tengah hutan lebat yang sunyi ini

Bi Lan melihat pula betapa Lan Lan juga memperhatikan suara itu

Ibu, suara apakah itu?

Itu suara suling, Lan Lan

Suara suling yang ditiup oleh seorang ahli, amat indahnya.

Seperti ada yang menangis, ibu,

kata anak itu

Betapa tajam dan peka perasaan anakku ini, pikir Bi Lan dengan bangga

Memang tak salah lagi, peniup suling itu dilanda kesedihan dan tangis dari hatinya keluar melalui tiupan sulingnya

Maka, iapun mempergunakan kepandaiann dan berlari cepat ke arah suara itu dan melihat si penyuling! Jantungnya berdebar

Seorang pemuda yang tampan berpakaian seperti seorang pelajar atau sastrawan, sedang duduk di bawah pohon dan meniup sulingnya

Yang membuat ia berdebar bukan karena pemuda itu tampan sekali, wajahnya yang dilindungi caping le bar itu memiliki hidung yang besar mancung, dan bibir yang nampak sayu

Yang membuat Bi Lan te rkejut adalah pakaian sasterawan muda itu

Serba biru! Ia te ringat akan orang yang tadi berkelebat di belakangnya

Bagaimana kini tahu-tahu orang itu te lah berada jauh di depannya dan meniup suling

Ia tidak melihat orang berlari melewatinya! Kalau benar peniup suling ini orang yang tadi berkelebat di belakangnya, alangkah cepatnya orang itu dapat berada di situ

Biarpun hatinya te rtarik, akan tetapi karena ia tidak mengenal orang itu, tidak sepantasnya kalau ia te rlalu lama memperhatikan seorang laki-laki asing, maka iapun berjalan terus meninggalkan te mpat itu sambil memondong Lan Lan yang te rus memandang ke arah si peniup suling yang agaknya juga tidak memperdulikan mereka, melainkan asyik meniup suling sambil menundukkan mukanya

Sambil berjalan terus meninggalkan pemuda itu sampai suara sulingnya tidak te rdengar lagi, mau tidak mau Bi Lan masih terkenang kepada si peniup suling

Harus diakuinya bahwa pria muda itu tampan sekali, dan nampaknya seperti seorang sasterawan muda yang le mah

Akan tetapi, iapun tahu bahwa di dunia kang-ouw te rdapat banyak orang yang nampaknya le mah akan te tapi sesungguhnya memiliki kepandaian tinggi

-ooo0dw0ooo- 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar