Pahlawan Harapan Jilid 21

Jilid 21

TAPI dengan demiKian mestikah rombongan Kie Sau mundur? Temu saja tidak terdapat aturan ini!

Kie Sau memandang sekalian wajah anak muda, tanpa bertanya iapun mengetahui apa yang dikandung oleh mereka semua, untuk menyuruhnya mereka mundur tentu saja tidak bisa. Kie Sau yang lihay dengan cepat menggunakan akal dan berkata: "Untuk sementara kita diam dahulu di sini!"

"Suhu, kini hampir malam..." kata Gwat Hee.

Kie Sau mengerti apa yang dikatakan muridnya berarti, sampai kapankah kita bisa menanti, berapa lamakah kita bisa menunggu? Dengan didahului senyumannya sang guru berkata. "Orang berilmu semacam Pang Kim Hong mana bisa dilawan lama-lama oleh musuhnya! Nantikanlah sebentar, kau bisa melihat kenyataan serdiri."

Sesudah merasa letih setengah harian penuh, sebenarnya dapat istirahat adalah hal yang menguntungkan juga. demikianlah sekalian anak muda berduduk duduk di atas salju, melepaskan lelahnya sambil menikmati pemandangan dan menangsal perutnya yang sudah lapar.

perkiraan Kie Siu tepat adanya, tidak lama berselang sekalian mereka segera mendengar suara saling bentak yang lapat lapat terdengarnya. Menyusul terdengar suara menggila dari Bok Tiat Djin yang tegas terdengar.

"Pang Kim Hong! Kau keluarlah, keluarlah leKas!" "Aku Bok Tiat Djin menantangmu berkelahi!"

Dua suara yang satu dekat dan satu lagi jauh, agaknya tengah saling tautan. Sesaat kemudian terdengar kembali sUara Pang Kim Hong yang marah marah, tapi kata katanya tidak tegas terdengar Karena trrlalu jauh.

Tanpa menunggu perintah lagi dari Kie Sau, sekalian anak anak muda bangkit serentaK. Djie Hai maju berKata.

"Suhu kita harus melihat apa yang sudah terjadi! Bok Tiat Djin agaknya dekat sekali dengan kita!"

"la tapi harus hati hati," kata Kie Sau sambil menganggukkan kepalanya melulusi permintaan muridnya.

Menurut dari mana ditangnya suara, mereka menuju ketempat itu baru dia kali melewati belokan. tampak Bok Tiat Djin menghadap jalan dengan angkernya: Demi ia melihat Kie Sau, segera berkata, "Tamu datang untuk memesan kamar pula marilah ikut denganku!'"

Lengannya menunjuk kesebuah dinding es putih bening, sedangkan tawa gelinya tidak berhenti henti.

Mereka tidak mengerti apa yang sudah terjadi disitu dan tidak mengerti maksud perkataan yang tidak keruan itu, tengah mereka bingung, tiba tiba terdengar suara dari dalam dinding es yang bening, sekali ini terdengar dengan nyata suara Pang Kim Hong berkata.

"Bok Tiat Djin jangan kau mengharap benda macam ini dapat merintangi aku, lihatlah aku segera keluar!" Sekalian orang menjadi kaget waktu memandangkan mata mereka kedalam. Kiranya Pang KJin Hong kena dimasukan kedalama baloKan es dan tidak bisa ke luar, Pada es yang bening itu tercat dengan nyata bagian belakangnya yang kasong, dlsinilah beradanya Pang Kim Hong Es ini ukurannya lebih lima meter persegi, tak kira dibelakangnya mtsih terdapat suatu ruangan yang muat orang, seperti dewa saja yang membuatnya. Melihat hal ini Djie Hai merasa terbakar hatinya. ia maju kemuka dan berkata: "Bok Tiat Djin kau jangan main gila, kalau kau jantan mari berkelahi denganku!"

"Mari mari sebelum mengadu kekuatan, sebaiknya kita meringankan tubuh dahulu, kalau kau berhasil mengejar aku baru boleh menjadi lawanku, kalau tak terkejar kau tidak mempunyai derajat barang sedikit untuk menandingi diriku!"

Kie Sau memandang Djie Hai dan melihat lihat Pang Kim Hong, ia sudah dapat mengira yang tersebut belakangan kena diejek sehingga naik darah dan mengejar ngejar Bok Tiat Djin. Adapun kepandaian meringankan tubuh dari Pang Kim Hong bukan menjadi lawan dari BokTiat Djin, tapi yang tersebut belakangan mengerti dan mengetahui benar keadaan gunung salju ini.

bahkan iapun membuat berbagai tempat UTtuk menjebak orang berilmu yang menjadi musuhnya.

Karena kedua orang itu berkejar kejaran terus menerus, tapi entah bagaimana Kie Sau tidak mengetahui Pang Kim Hong kena terjebak dan masuk kedalam es, sehingga tidak dapat keluar. Misalkan orang biasa , siang siang sudah menjadi beku dan mati jengkiT! Memikir sampai disini Kie Sau meneriaki muridnya.

"Djie Hai kau tak boleh mengejarnya!"

Bok Tat Djin menjadi tertawa mendengar perkataan iri. ia berdiri terus ditempatnya seperti menganggur sekali, sedangkan mulutnya tidak henti hentinya mengejek.

Mendengar larangan dari gurunya Djie Hai tersadar dengan segera, ia tahu dirinya tidak boleh kena terpedaya muslihat licin lawannya, saat itu pula hatinya menjadi tenang dan tidak menggubris ejekan dan perkataan keji yang dilancarkan tak henti hentinya oleh sang lawan.

Kie Sau tidak berhenti disitu. ia menyerukan sekalian anak buahnya untuk menolong Pang Kim Hong, Dergan serentak senjata- senjata terhunus dan dihajarkan pada dinding es Pang Kim HoTg yang berada di dalam menjadi bulat matanya melotot, dengan cepat membuka mulut:

"Kalian tidak boleh bergerak!"

Suaranya nyata terdengar. mau tak mau sekalian menghentikan tangan untuk melihat ke dalam, sekali lihat ini membuat semua orang menganga keheranan!

Kiranya Pang Kim Hong yang sudah berilmu tinggi. dengan tubuhnya nenyandar pada dinding es; mencairkan es yang mengurung dengan suhu pants tubuhnya. Tegas terlihat balokan es yang besar mengepul ngepul menjadi uap. sedangkan tubuh Pang Kim Hong sedikit demi sedikit menembus es yang lumer Kalau dilihat caranya yang luar biasa ini ia akan berhasil menembus dalam waktu sepemasangan batang hio.

Ilmunya yang luar biasa ini membuat Bok Tiat Djin bengong terpaku, tapi ia tidak diam terus, otaknya segera bergerak dan mendapat akan akal jahat lain pula untuk menghadapi musuhnya. Dengan cepat tubuhnya berkelebat dan tak tampak lagi bayangannya Tahu tabu bayangan hitam sudah berada dibagian atas baloken es yang besar, entah dari mana ia bisa naik ke atas tiada yang tahu.

Tampak ia jongkok diatas entah apa yang sedang dilakukannya. Kie Sau dan lain lain mengikuti terus gerak geriknya dengan siap sedia.

Tiba tiba mengepul asap hitam mem bumbung keangkasa, kiranya orang &he Bok tengah menjalankan api. Ia sudah lama tinggal di gunung es ini. tentu saja mengetahui dan mempunyai cara sendiri yang luar biasa, tak heran dalam waktu sekejap api sudah berkobar kobar!

Es yang kena panas segera ,menjadi air, mengalir dari tempat tinggi ketempat yang rendah. Air itu mengalir kedepan dinding ada pula yang ke belakang dinding.

Kiranya dibelakang dinding terdapat sebuah liang, dari sanalah air mengalir masuk ke dalam dimana Pang Kim Hong berada. Bahkan liang itu adalah penjebak yang membuat tubuh Pang Kim Hong masuk ke dalam. Hawa d gunung es sangat dingin, air yang mengalir belum berapa lama segera membeku lagi. Cair es yang berada didepak dinding es mempertebal dan memperkokoh, sedangkan yang kebelakang membeku dan nyumbat jalan hawa.

Walaupun Pang Kim Hong mempunyai kepandaian dalam yang dapat mencairkan es tapi tidak secepat api yang digunakan musuhnya. dengan begini perkelahian menjadi tidak langsung kepalan ketemu kepalan melainkan akal melawan akal. Pang Kim Hong dapat menembus bungkusan es sebanyak satu dim, sedangkan Bok Tiat Djin dapat mempertebalnya sebanyak- dua dim. Kalau cara ini berlangsung terus, sudah pasti yang celaka adalah Pang Kim Hong.

Nyatanya kalau seorang diri saja untuk menyerang barisan Kiu Sie Tin berbahaya dan kebinasaan diri dari sipenyerang sudah pasti terjadi. Walaupun kini sudah dalam keadaan mati dan hidup Pang Kim Hong tetap angkuh dan sombong, ia tidak mau minta todong kepada sekalian orang yang di anggap hou pwee, bahkan tidak mau dirinya dikatakan tidak mampu mendobrak Kiu Sie Sin seorang diri, Tambahan iapun sudah mendongkol yang Kiie Sau sudah mendahului menerjang pintu kesatu dan kedua dari barisan yang sedianya akan diselesaikannya sendiri itu, karena ini ah mana mau ia membuka mulut untuk minta bantuan!

"Dengan cara apakah aku dapat menolong tanpa merusak ramanya?" pikir Kie Sau tanpa berdaya, Gwa Hee yang pintar mengetahui maksud gurunya, dengan cepat membisiki gurunya secara perlahan. Kata kata muridnya mengenai benar di hati sang guru denpan demikian mereka dapat menolong tanpa menodai namanya orang berilmu itu. serentak Kie Sau berkata,

"Baik, marilah kita kerjakan!"

Tampak Kie S u menunjuk ke barat dan ketimur sambil menerangkan kepada anak buahnya, hal ini membuat sekalian orang merasa girang, yang besar itu. Tju Hong dan anaknya melopori barisan dan menerbangkan senjatanya pating pertama. Dua tambang berkaitan dengan tepat menyantel diatas es, Tju Hong menarik ke kiri sedangkan Tju Sie Hong menarik ke sebelah kanan, percikan es berhamburan sambil bercampur dengan suara crek crek, dengan cepat diatas es itu tergaris dua garis besar yang merupakan huruf Y.

Tju Hong dan anaknya berkali kali menggunakan senjatanya memperdalam goresan yang dibuatnya, sedangkan yang lain menggunakan senjatanya mencungkil pada dinding es. sehingga cungkilan mereka menyambung dengan garis yang dibuat Tju Hong dan anaknya.

Pekerjaan mereka ini membingungkan Bok Tiat Djin yang berada di atas. kalau mereka ingin menolong orang kenapa tidak langsung menghancurkan dinding es dari bawah?

Kalau ingin naik tidak perlu melakukan pekerjaan macam ini ia bingung sebentar saja, seknjutnya ia mengerti maksud yang diakukan orang banyak itu, Kiranya sesudah mendapat dua garisan yang berbentuk huruf Y dan menyambung lagi dibawahnya, air yang dicairkannya tidak lari ke depan atau kebelakang semuanya mengalir menggunai garisan huruf Y itu. Dengan cara demikian cairan es tidak mempertebal bagian depan, sehingga membuat sia sia usaha dirinya yang berada dibagian atas.

Pang Kim Hong yang berada d bawah huruf Y melangsungkan terus usahanya, perlahan lahan dan pasti sudah nyata tubuhnya itu sudah dapat bergerak terlebih cepat dari semula, andaikata Bok Tiat Djin tidak mempertebal lapisan es siang siang dirinya sudah ke luar.

Bok Tat Djin menjadi gugup melihat keadaan ini. api tidak dinyalahkan lagi, tubuhnya berkelebat menghilang, entah kemana ia bersembunyi, tahu tahu ia ke luar lagi dihadaam dinding es. Matanya membarah dan gusar menyapu pada Kie Sau sekalian yang sudah menghancurkan tipu dayanya, sedangkan hatinya diam diam berkata,

"Kau lihat, sebentar lagi kalian kumusnahkan" "Kalau sudah demikian baru kamu mengetahui kelihayan Pang San Hek Pau" Sambil berpikir ia mengeluarkan sebatang toya pendek yang besar, dengan senjatanya ini ia berpikir untuk membarengi menghajar Pang Kim Hong yang baru ke luar Karenanya belum belum ia sudah menjadi girang dan berkata di dalam hati.

Benar saja tidak lama kemudian Pang Kim Hong hampir berhasil ke luar dari dalam es, sedangkan es yang mengurung dirinya lebih kurang tinggal dua tiga dim. Saat ini Bok Tiat Djin siap sedia akan mementungkan toya pendeknya, tapi malang baginya sebelum usahanya tercapai ia melihat Pang Kim Hong mengeluarkan lengannya terlebih dahulu tahu tahu orang she Bok ini menjerit;

"Celaka! Sialan!" kiranya lengan Pang Kim Hong yang sudah menembus dinding es, bergerak secara perlahan, tanpa terlibat tegas dari lengannya melayang beberapa benda rahasia menyerang lawannya.

Ketenangan selalu berada pada orang yang menyaksikan dari samping, demikianlah Tjiu Piau yang menjadi penonton melihat dengan tegas senjata yang dipergunakan Pang Kim Hong. Senjata itu terlepas dari lengan tanpa terwujud atau berwarna agaknya, mendadak berubah secara perlahan lahan sehingga warnanya yang putih dapat terlihat dengan tegas!

Pang San hawanya dingin begitu air yang dilepas oleh Pang Rim Hong terbang segera berubah menjadi butiran butiran es. Butiran butiran es itu tidak sama besarnya ada yang sebesar biji kacang kedelai ada pula yang seperti jarum kecilnya. Yang kecil membeku lebih dulu dari yang besar, sehingga paling dulu dapat dilihat, sedangkan yang besar agak terbelakang membekunya, sehingga sering sering baru terlihat sesudah sampai di depan mata, membuat orang tidak sempat mengegos lagi. Inilah caranya Pang Kim Hong yang menciptakan melepas senjata rahasia dengan mengepret air yang ditiru oleh muridnya sewaktu Djie Hai naik ke Oey San untuk kedua kalinya. Tak heran ia dapat melepaskan senjatanya dengan cermat dan baik karena sudah terlatih betul betul sebelum ia mendaki Peng San.

Walaupun Bok Tiat Djin tidak menderita luka terlalu besar dari serangan lawannya, berkat bajunya yang tebal dan jarak pendek yang membekukan air itu kalau tidak saat ini pula tubuhnya sudah tak dapat bergerak lagi.

Ia menggelinding bangun, tampak olehnya asap mengepul dari balok es, tubuh Pang Kim Hong sudah ke luar, sehingga tertinggal sebuah tanda yang berbentuk orang pada dinding es itu Kejadian yang aneh ini membuat sesuatu orang merasa kagum.

Bok Tiat Djin mengetahui bahwa dirinya bukan lawan dari musuhnya kalau benar- benar mengadu kekuatan secara berhadap-hadapan, dengan cepat ia melarikan diri. Pang Kim Hong yang sudah keluar, mendelikkan matanya ke arah Kie Sau, seolah-olah menyesali mereka sudah membantu dirinya, sehingga ia merasa "Rugi" ditolong bangsa Siau pwee. padahal hal itu tidak dibutuhkannya. Sebaliknya kalau Pang Kim Hong tidak dibantu oleh mereka, entah apa jadinya.

Ong Djie Hai sedianya akan maju kemuka untuk memberi hormat kepada gurunya, tapi sang guru sudah pergi mengejar pada Bok Tiat Djin. Dalam waktu sekejap kedua orang itu sudah saling kejar kembali dan pergi ketempat jauh.

"Langkah-langkah kita sudah demikian maju, karenanya kita harus menyerang terus! Mari maju mengejar mereka!" Perintah Kie Sau. Tanpa disuruh dua kali, sekalian anak buahnya membentangkan kepandaian larinya mengejar dua titik hitam yang berada dimuka.

Dua titik hitam itu. yanc satu adlah Hek Pau Tju yang sudah mengenal keadaan dan dapat melompat lompat dengin gesit seperti harimau kumbang, sedangkan yang satu lagi adalah seorang brrilmu silat tertinggi untuk jamannya, mereka dapat berlarian saling kejar secara mengarumkan dan tak mungkin kena dikejar oleh lain orang. Karenanya dalam waktu sekejap saja rombongan Kie Sau sudah tertinggal semakin jauh.

Pengejaran berlangsung terus tiba tiba kedua bayangan hitam itu mencelat celat dan hilang dalam pandangan, Entah hal apa yang sudah terjadi pada mereka belum dapat diketahui Rombongan pengejar hanya dapat menpercepat langkah kaki mereka, mereka naik turun dari bukit bukit akhirnya merekja mendaki sebuah bukit yang besar, sedangkan puncaknya tidak terlalu curam dan berbahaya, melainkan rata dan lebar. Telapak kaki Bok Tiat Djin dan Pang Kim Hong tampak tidak keruan dan acak acakan, mungkin disinilah terjadi perkelahian beberapa gebrakan.

Tapi telapak ini kalau diikuti terus sampai ke lereng gunung sudah hilang tak terlihat sebagai gantinya terlihat dua garis yang sejajar dari atas gunung terus kebawah tanpa banyak pikir sekalian orang mengetahui garis itu adalah bekas Bok Tiat Djin meluncur kebawah seperti main sky,sedangkan Pang Kim Hong tentu mengikuti dengan cara yang sama.

Tjiu Piau mempunyai ilmu kaki yang baik dengan cepat ia melompat dan memasang kedua kakinya pada garis mengkilap itu, sesaat kemudian tubuhnya segera menggelesar Jalan dan meluncur kedepan. Dengan girang ia berteriak "Mari, pergunakanlah cara ini untuk mengejar mereka!" Belum suaranya habis, tubuhnya sudah berada demi kian jauh Ong Gwat Hee menuruti jejak pacarnya menerjunkan diri pada garis itu, sehingga, meluncur menyusul yang didepan.

Dalam waktu sekejap sekalian orang sudah meluncur dengan cepatnya ditempat yang menurun itu, mereka merasakan semakin lama semakin cepat, sampai tidak dapat melihat keadaan dengan terang, hanya telinga saja mendengar menderu derunya dari angin yang menyampok muka mereka. Tiba tiba Ong Gwat Hee menteriak.

'Awas di deran ada lubang!" Tjiu Piau menyambung perkataan pacarnya. "Bukan lubang tapi jurang, bukan satu tapi banyak!"

Dalam keadaan yang gawat itu. Wan Djin Liong dan Wan Thian Hong menteriak dengan keras.

"Lihatlah kami!"Sekalian yang melihat menjadi kaget, tanpa terasa mengeluarkan jeritan jeritan ngeri, tapi sebelum bilang kaget mereka dua saudara Wan sudah dapat melewati jurang penghalang itu seperti terbang saja Seterusnya penghalang kedua pun dapat dilalui mereka secara mudah.

Sesudah mereka berhasil melalui celah celah itu terasa gaya luncurnya sudah agak kurang, dengan cepat mereka mengeluarkan pedangnya masing masing, dan ditancapkan ke dalam es. sehingga mereka dapat berhenti dengan aman kemudian berdiri dengan perlahan lahan. Hal ini terjadi dalam waktu sekejapan mata saja.

Kawan kawannya yang berada dibelakang mengikuti perbuatan mereka seolah - olah seperti beterbangan satu persatu melewat rintangan demi rintangan dengan mudahnya. Tengah dua saudara Wan girang, atas hasil kawan-kawannya tiba tiba terdengar suara jeritan yang tajam dari belakang. Suara itu bukan lain dan suara Tjiu Piau dan Gwat Hee.

Sekalian orang memalingkan matanya kepaua arah suara, tampak oleh mereka Tjiu Puu dan Gwat Hee berada ditepian celah jurang pertama. Sebenarnya mereka adalah yang paling dulu meluncur, tapi waktu melihat rintangan yang berupa celah jurang dihadapan mereKa. segera mereka ingin menghentikan kakinya dengan berbelok. Tapi salju ini terlampau licin, tak mudah untuK mereka berdiri dengan baik, lebih - lebih peLucuran ini terjadi dan tempat yang tinggi ketempat yang rendah, sebati mereka membelok mana bisa berhenti Karena terlambat sedikit inilah, sedangKan jarak antara mereka dan celah jurang sudah sedemikian dekat, agaknyu tak ada obat lagi untuk mengelakkan diri tidak masuk Kedalam jurang yang dalam itu. Tiba-tiba sekalian orang melihat, Tjiu Piau mengulurkan kedua lengannya untuk menarik Gwat Hee. Kalau dilihat dari geraknya, ia bermaksud menggunakan ketika sebelum tubuhnya jatuh kedalam jurang, menarik lengan Gwat Hwee dengan tenaga, agar yang tersebut belakangan dapat meminjam tenaga balikan dapat naik ketepian celah, jurang, agar jangan sampai terjadi mati berdua. Ong Gwat Hee menyambut ke dua lengan kiwannyi: tapi kemudian menggunakan sepenun tenaga untuk mendoiong pada saudaranya itu,

Dengan demikian kejatuhan Tjiu Piau kedalam jurang kena tertahan, sedangkan tubuhnya sang gadis sendiri semakin cepat turun kebawah dan masuk kedalam celah jurang dengan cepat. Sekalian orang kesima tidak dapat berbicara, dalam keadaan yang demikian sunyi ini hanya terdengar suara jeritan Tjiu Piau yang menyayatkan sukma.

Ia selamat tidak sampai jatuh kedalam jurang, lapi harus melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana jatuhnya sang kekasih. perasaan inilah yang membuat jiwanya sukar untuk menerima Sekalian yang lain masih tetap tidak mengeluarkan sepatah katapun, diam berdiri dengan mata mendelong. Sungguh sunyi dan seperti dunia mati, sampai angin halus yang berkesiur meniup ujung baju dapat terdengar dengan nyata.

Agaknya sedetik dan semenit dalam keadaan sesunyi ini. berjalan semakin lambat saja . Tjiu Piau ingai bagaimana tadi, yakni pertolongannya tidak berhasil sebaliknya dirinya yang kena ditolong. Ah kini ia sudah jatuh, entah apa yang terjadi pada dirinya? Kalau barusan ia dapat berhasil menarikrya. tentu saat ini sang kekasih itu masih dapat berdiri di tempat ia sekarang, sedangkan yang jatuh adalah dia. Tjiu Piau berpikir.

"Kalau terjadi begitu sungguh baik sekali, kalau aku jatuh sedikitpun tidak menjadi apa . .

Tapi segalanya itu kini sidah tak dapat berubah. Ia memandang ke dalam celah jurang dengan mendelong, tampak olehnya kedalaman dari jurang itu tidak terkatakan sedangkan sedalam seratus tumbak lebih sudah menjadi hitam dan gelap tak tampak apa apa. Tanpa terasa ia duduk numpra di atas salju, lengannya memegangi kedua telinganya, dengan sukar ia mengucilkan air matanya. Saat ini Ojg Djie Haipun tidak terkecuali dan pada bengong sambil mengucurkan air mata tanpa dapat berkata kata.

Di antara celah jurang yang lebarnya tidak seberapa, ini sering sering terjadi jembatan alam, Kini Kie Sau menampik sebuah jambatan salju tak seberapa jauh diri mereka, dengan perlahan lahan ia berjalan ke sana Ia berniat untuk menasehati atau menghibur Tjiu Piau, tapi ia sendiri pun sangat sedih sehingga dalam waktu sekejap tiada kata kata yang dapat dikeluarkan dari mulutnya, hanya tangannya saja yang penahan lahan menepok nepok kedua bahu Tjiu Piau silih berganti. kemudian ia pun menekuk lututnya nongkrong disisi sang murid dan diam bengong memandang ke daJam jarang.

Begitu tubuhnya jatuh ke dalam jurang ia masih sempat melihat Tjiu Piau terlepas dan bahaya maut. Sehingga hatinya agak terhibur dan merasakan senang sekali, sampaipun tubuhnya yang sudah masuk ke mulut jurang masih tidak dirasakan. Tapi dalam sekejap mata saja ia sudah jatuh sedalam tiga empat puluh tumbak. kemudian matanya merasakan sekelilingnya menjadi gelap gulita, sedangkan tubuhnya merasakan dingin juga Dengan perasaan seratus persen tentu mati. ia memeramkan kedua matanya, untuk menantikan ajal Dalam keadaan yang luar biasa ini. ia tidak mengetahui sudah berapa »ama terjatuh. ia hanya mengetahui sudah lama sekali. dan sudah berada puluh meter dalamnya, seolah olah jurang ini tidak mempunyai dasar. Mungkinkah hanya suatu impian?

Tengah ia dalam keadaan setengah sadar secara tiba tiba pangkal lengannya seperti diregang orang. Tenaga pemegang itu demikian besar! Gwat Hee menjadi kaget, pikirnya di dalam tempat yang sangat aneh begaimana bisa ada orang? Tenaga itu membuat dirinya tertarik ke sebelah samping, dengan cepat kakinya sudah memijak tanah..

Dengan penuh rasa heran yang tidak terhingga ia membuka mata, sedangkan pikirnya terhadap hal yang di alami secara sungguh sungguh ini seperti imoian belaka. Didepan matanya berdiri seorang wanita tua. orang ini bukan lain dari Pang Kim Hong adanya.

Dengan rasa heran sang gadis menatapkan matanya yang penuh keheranan kesekeliling!. Kiranya ia berada di celah celah jurang es. tapi dua dinding celah yang ditempatkan kini. agak lekuk kedalam, sehingga merupakan dua buah goa. yang berhadap hadapan. Pang Kim Hong berdiri disebuah goa! sedangkan disatu goa lagi terdapat seorang yang berbaju hitam.

Dengan penuh perhatian ia mengawasi pada orang yang berbaju hitam, sedangkan hatinya mengatakan. bukankah ia Bok Tiat Djin? Pang Kim Hong kenapa bisa jatuh di sini.?

Bok Tiat Djin menyandarkan tubuhnya ketebing es dengan kaku, sedikitpun tidak bergerak gerak sedangkan macamnya sangat lucu sekali, tegas melukiskan gerak jatuh dari atas celah celah tapi sudah kaku sehingga macamnya gerakan melompatnya tetap Seperti apakah macamnya itu? Tak ubahnya seperti patung Tiat Lo Han yang terdapat di kelenteng kelenteng berhala. Pang Kim Hong melihat wajah sang gadis yang penuh rasa aneh, segera berkata. "Ia kena kutotok," Perkataan yang singkat ini membuat Gwat Hee mengerti dan hilang rasa anehnya. Ia pernah melihat Pang Kim Hong melepaskan senjata rahasianya yang berupa air karena itu ia tidak heran Bok Tiat Djin kena dibuatnya demikian macam. Walaupun bagaimana ia merasa heran kenapa dua orang ini bisa jatuh dan berkelahi dibawah jurang?

Ong Gwat Hee yang cerdik, otaknya segera berpikir. "Pang kim Hong yang lihay bisa turun pasti bisa naik

pula. kalau bukan kepadanya minta tolong harus kepada siapa lagi?w Dengan segera ia memberi hormat dan mengucapkan terima kasih atas pertolongannya. kemudian ia melanjutkan berkata: "Dengan sangat Teetju minta petunjuk kepada Lo tjian pwee untuk meninggalkan tempat ini."

Pang Kim Hong menatap sang gadis dengan tajam dan lemah lembut ia berkata:

"Ingin naik ke atas? Hal ini agaknya tidak mudah dilakukan "

Gwat Hee tertegun tidak mengerri., Sebelum ia membuka mulut untuk mengutarakan ketidak percayaannya, Pang Kim Hong sudah berkata lagi sambil menepok-nepok bahunya.

"Jangan tergesa gesa. duduklah terlebih dahulu dan istiahat sebentar."

Sehabis berkata ia kemak kemik sendii dengan suara perlahan.

"Sukar kiranya mendapat tempat yang demikian sunyi dan sepi. dalam tempat yang demikian cocok sekali untuk duduk sambil merenungkan akan kehidupan yang lalu."

Dengan penuh keheranan Gwat Hee duduk dan mendekat pada tubuh Pang Kim Hong, sehingga masing masirg merasakan hangat dan nyaman. Dengan penuh kasih sayang orang berilmu itu mengusap ngusap sang gadis dan berkata.

"Hai tju (anak) kau masih muda dan mempunyai hari kemudian yang cemerlang karena itu kau berpikirlah dan berdaya untuk naik ke atas!"

Mendengar suara orang yaug demikian penuh kasih sayang, Gwat Hee memberikan diri membuka mulut.

"Lo tjian pwee apakah kau jatuh ke sini dikarenakan tipu Bok Tiat Djin"

"Haa . . . ha," ia tertawa, "walaupun aku kena akinya, tapi iapun tidak dapat hidup dengan selamat. Kau dengar baik-baik. saat itu bocah she Bok meluncurkan diri dari lereng gunung. aku membuntuti dari belakang. Ia dapat melintasi celah jurang dengan baik. kemudian ia membalik kelakang dan melepaskan dua pukulan yang hebat, saat itu aku tengah melintasi celah ini, dengan sendiri serangan mendadak di atas udara itu sukar untuk diegosi atau di kelit agaknya kejatuhan diri tuaku kedalam jurang sudah menjadi pasti, Hemm aku tidak menangkis serangannya itu. sebaliknya aku menjulurkan lenganku dengan ilmu kuku garuda ( Eng Djia Kang ) dan berhasil menangkap dirinya, demikianlah kami jatuh berdua dua. Sesudah melayang layang agak lama dicelah celah jurang, kulihat tempat ini yang dapat dipaksa menaruk kaki. dengan cepat tubuhnya kulempar, dengan tenaga balikan yang kuterima aku dapat kesini dengan selamat, sedangkan iapun terdorong jatuh di sana tidak mati,"

Gwat Hee menatapkan matanya "memandang tubuh Bak Tiat Djin yarg kaku dan lucu itu. Sedangkan Pang Kim Hong sudah melanjutkan lagi kata katanya: "Aku mengetahui bahwa bocah she Bok ini mengetahui dan mengenal baik keadaan di Peng San, aku kuatir ia dapat melarikan diri, karenanya sebelum tubuhnya berdiri baik aku sudah menotoknya." Sambil berkata orang berimu ini menggosok gosokkan sepotong es di kedua lengannya, kemudian air es itu dikepretkan pada tubuh Bok Tiat Djin. Sekali ini ia tidak menotok melainkan membebaskan totokan gagu dari lawannya. agar sang lawan dapat berkata kata.

"Hai bocah she Bok. adakah jalan untuk naik ke atas?

Katakanlah lekas! Asal kau dapat berkata dengan baik kau dapat selamat dan kubebaskan dari kematian."

Bok Tiat Djin memutar mutar kedua biji matanya, sesaat kemudian ia menarik napas dan berkata: "Daya apa yang dapat menolong kita? Terkecuali tumbuh sayap dan terbang ke atas!"

"Bocah tidak tahu diri! Nantikanlah kematian dengan menutup mulutmu rapat rapat."

"Pang Kim Hong sepuluh tahan berselang kau berhasil mengalahkan Peng San Pai dengan Im Yang Kangmu, kami tidak mencarimu untuk menuntut balas sebaliknya, kau mencari kami untuk menyusahkan, hal apakah yang membuatmu demikian? Kematian kita bersama sudah pasti dan tak perlu diragukan lagi karena itu aku mohon agar kau dapat menceritakan sebab musababnya, agar aku tidak rnati secara penasaran."

Pang Kim Hong tertawa tidak menjawab pertanyaan orang Sebaliknya Gwat Hee ingin benar mendengar jawaban dari pertanyaan itu, dengan perlahan-lahan ia berbisik:

"Pang Locian pwee, katakanlah perlahan-lahan kepadaku, dan jangan kasih binatang itu mendengarnya."

Pang Kiai Hong melihat sang gadis yang demikian lincah dan penuh hasrat, tak tega untuK menolak. Sesudah ia berpikir sebentar: "Kalau kau ingin tahu boleh kututurkan. Sebenarnya dalam hal ini tiada hal yang luar biasa, melainkan waktu aku mengobati luka dari Yauw Tjian Su, orang tua she Yauw ini berbalik menyembuhkan penderitaan hatiku.

Aku tak berhasil menyembuhkannya, tapi hatiku kena dibikin tergerak. Aku pernah melulusinya suatu hal yang membebani dirinya ia memesan agar aku suka membantu kalian guna melenyapkan penghianat penghianat bangsa. Karenanyalah aku mengirim surat menantang sekalian orang jahat itu, untuk sekalian menyapu bersih diri permukaan bumi.

Tapi tak kuduga bahwa kalianpun bisa datang ke Peng San-ya hanya begini saJa!" Sehabis berkata orang tua berilmu ini tidak hentinya tertawa, agaknya diri suara tawanya itu mengandung suatu rahasia hati yang tidak diketahui orang. ARaknya tidak tertahan lagi untuk membendung suatu perasaan yang mendiam didalam sanubarinya, ia berkata kemak kemik seorang diri:

"Ya. akhirnya aku daoat berbuat sesuatu yang dimintanya---" Ia berkata kata dan sedangkan gerak gerikaya demikian sayu, wajahnya membayangkan suatu perasaan pilu yang tidak alang kepalang, perubahan yang demikian cepat ini entah disebabkan apa? Dengan penuh rasa tanda tanya tidak mengeri Gwat Hee menatapkan matanya tanpa mengedip-ngedip, lapi ia tak dapat menduga apa artinya dari sekalian pandangan yang dilihatnya ini. Ya tak perlu diragukan lagi, perubahan yang mendadak dari Pang Kim Hong ini hanya ia sendiri yang mengetahuinya.

Kiranya sewaktu ia remaja puteii, Yauw Tjian Su mengutarakan kandungan hatinya kepada pendekar wanita yang cantik ini. sayang saat itu ia sangat tawar memperlakukan orang yang mengasihinya. SedangKan hatinya terpikat pada Hek Liong Lo Kuay. Tapi akhirnya ia mengetahui perjalanan hidup dari orang yang dikasihinya itu jauh dari rel kebenaran, dengan penuh rasa rindu dendam dan putus asa, ia mengasingkan ketempat yang sunyi dan putus pergaulannya dengan dunia umum.

Demikianlah bertahun-tahun sudah berlalu, perlahan- lah.tn hatinya berbalik menyesal dan merasa tidak enak pada Yauw Tjia Sun yang baik hati dan luhur peribudinya. tapi hal itu sudah berlalu dan sudah terlalu telat untuk dibicarakan!

Perihal cinta kasih dan rindu dendam dari kisah hidupnya Pang Kim Hong hanya sedikit orang saja yang tahu, mungkin untuk sekarang hanya dirinya saja yang mengetahui Dengan perabaan hati yang jemu mengenang nasib yang malang, orang tua ini memeramkan matanya untuk mengalihkan pikirannya kejurusan lain.

Tapi biar bagaimana ia berusaha, bayangan dari Yauw Tj'mn Su seolah-olah masih Terlihat dikelopak matanya Tiba tiba ia ingat kata kata dari mendiang yang sering memujikan kecerdasan dan kepandaian anak anak, bahkan pernah pula menceriterakan kepandaian Gwpt Hwee.

Dengan segera ia bertanya: 'Hay-cu, adakah kau yang dipanggil Ong Gwat Hee"

"Lo cian pwee kenapa mengetahai namaku?" kata Gwat Hee dengan heran. "Kalau kaU Ong Gwat Hee sudahlah, kau bisa meninggalkan tempat ini sekarang juga, tapi aku heran kenapa kau belum berpikir untuk keluar?"

"Maaf." kata Gwat Hee. 'Tetju tidak mengerti apa yang dimaksud."

"He ... ha ha." Pang Kim Hong tertawa besar, "mungkin sewaktu kau jatuh dari atas. semangatmu itu kabur karena takut, sehingga ilmu yangkau punyai itu lupa untuk digunakan, pikirlah Yauw Tjian Su memberikan pelajaran apa kepada mu?"

Gwat Hee yang cerdik sesera ingat pelajaran melompat diatas pohon yang pernah dipelajarinya di bawah petunjuk Yauw Tjian Su. Dengan cepat ia melongok keluar dari liang goa, tampak olehnya tebing es yang demikian tinggi dan putih licin tidak terhingga. belum belum hatinya merasa gentar

"Aku kuatir ilmuku tidak berjalan pada tebing es yang licin!"

"Apa yang kau takuti? Cobalah kau naik. kalau tidak berhasil tentu kau jatuh lagi sedangkan aku masih berada di sini perlu apn kau merasa kuatir!"

Gwat Hee masih tetap ragu ragu. tanpa sabar lagi Pang Kim Hong mencekal dan melemparkannya keatas sambil berseru "Coba!" Tenaga lemparan dari orang tua ini bukan main hebatnya, kalau dibanding dengan tenaga mencelat Gwat Hee mendiri mungkin kekuatannya lebih sepuluh tikal.

Belum sempat untuk sang gadis mengucak ngucak matanya, tubuhnya sudah merapung lebih kurang sepuluh tambak dan

hampir membentur tebing. Pada saat ini tiada pilihan lain untuknya, dengan cepat ilmunya yang tiada keduanya dikolong langit di pergunakan nada tempatnya. Begitu kedua kakinya menjajak tebing tubuhnya dengan cepat berbalik hadapan, demisiaan ia bulak balik menggunakan kedua kakinya. Es yang licin itu tidak sedikit mengganggu dan mengurangi tenaga balikan dari Kedua kakinya. Karena kakinya sering melejit waktu menjejak. Terkecuali itu, jurang itu cukup dalam, sesudah itu berkerut demikian lamanya belum juga berhasil sampai di tempat tujuan, mau tak mau tenaganya kian lama kian mengurang, berikutnya hatinya merasa gentar dan cemas, ia berpikir, kalau tidak berhasil naik ke atas pasti jatuh lagi. betul dibawah ada Pang Kim Hong. lapi kalau tubuhnya tidak capat disangga bagaimana jadinya?

Dalam keadaan yang maha genting, umumnya manusia bisa mengembangkan daya pikirnya lebih tajam dari hari hari biasa, demikian dengan Gwat Hee tanpa banyak pikir lagi. ia menggigit gigi dan menggunakan tenaganya sekuat kuatnya. Mulailah ia meloncat lagi dengan mati matian, sesudah melompat lagi beberapa balik, jarak dirinya dengan nemukaan jurang lebih kurang tinggal tiga empat tumbak. Dengan tenaga yang hampir habis tubuhnya dienjot la^ri.

Saut ini ia berhasil mendeKat pada permukaan liang, asal saja ia bulak balik satu kali lagi tubuhnya pasti berhasil ke luar dari nulut jurang, tapi bolen boleh tenaganya habis pada saat itu. sedangkan kaki tangan sudah tidak mendengar perintahnya lagi. Berbareng dengan ini- telinganya mendengar suara panggilan Tjian Piau "Gwat Hee! Gwat Hee!" Heran bin ajaib suara itu seperti juga bunga wijayakusuma. membuat gadis kita yang hampir semaput bisa membuka matanya lagi, tampak olehnya lengan Tjiu Piau yang terjulur, dengan kekuatan gaib lengan sang gadis menjambret pada lengan pemuda, kedua tangan saling pegang dengan erat, Gwat Hee segera pingsan pada detik itu.

Dengan cepat sang gadis dikerumuni oleh saudara saudaranya, sedangkan Kie San berusaha mengurut dan membantu muridnya mebgatur pernapasannya yang Sanin Kamis kelelahan. Secara cepat Gwat Hee pulih lagi kesehatannya. dengan terburu buru. ia membuka mulut menceritakan bagaimana pengalamannya, kepada sekalian saularanya. Biarlah kita tinggal dulu Gwat Hee yang tengah bercerita untuk menengok Pang Kim Hong yang masih berada di bawah. Pang Kim Hong merasa kagum melihat kepandaian Gwat Hee yang dapat bulak-balik dengan lincahnya diantara kedua tebing secara meyakini, tanpi terasa'lagi kepalanya manggut-manggut. sedangkan hatinya merasa girang sekali, karena ia tahu bahwa -sang gadis pasti akan berhasil keluar dari dalam jurang. Sambil memperhatikan gerak -dan cara Gwat Hee.. hatinya berpikir:

"Bisakah nenek nenek sebigai aku meniru caranya bocah itu untuk keluar dari jurang? Ai, mana mungkin? Ilmu ita harus menggunakan kelincahan, aku yang sudah tua tentu saja tidak selincah anak muda. kalau kupaksakan kuatir sampai ditengah jalan, jatuh, tentu hal ini membuat tertawaan saja untuk orang orang Kang Ouw."

habis berpikir ia diam bersemedi, pikirnya orang hidup harus mati karenanya mati ditempat yang demikian indah, sedikitpun tidak perlu merasa menyesal.

Tiba tiba ia merasakan sesuatu benda, terjuntai dari atas dan bergerak gerak didepan matanya. Ia membuka mata, kiranya benda itu adalah seutas tambang yang dipilin dan baju yang disobek sobek. Ia tahu bahwa Gwat Hee sudah berhasil sampai diatas dengan selamat dan ingin menolong dirinya. Tapi 0rang tua iri sungguh beradat aneh, tambang itu sedikitpun tidak diladeni, tubuhnya tetap diamtidak bergerak. Ia berkata didalam hati "Aku adalah golongan Lo tjian pwee kelas Satu, mana boleh menerima pertolongan segala bocah yang masih ingusan? Lelucon ini terlalu gila. bisa bisa dunia tertawa!" Hal muka irilah yang sangat memberatkan pendekar wanita ini, ia terus diam sambil bersemedi, untuk terus menanti kematian.

Tapi orang yang berada di atas, sengaja memutar mutarkan tambang itu, mau tak mau gangguan ini menjengkelkan juga hatinya, dengan geram tambang itu di tangkap selanjutnya untuk diputuskan dan dibuang, tapi hal ini menjadi batal waktu matanya melihat dua baris kalimat Kiranya diatas tambang itu tertera huruf huruf yang berbunyi.. "Seumur hidupku aku melakukan pekerjaan, tanpa banyak pikir, pokoknya asal benar! Untuk apa membodohkan diri disebabkan hal malu." Kita kata ini mengserakkan lubuk hati Pang Kim Hong. sehingga ia seperri melihat Yauw Tjian Su berdiri dihadapainya menuding dirinya,

"Orang yang menolong dirimu adalah kawan sendiri, kenapa mementingkan sekali soal kedudukan dan muka? Kau harus tahu kalau kau seorang diri saja yang menggempur Kiu Sie Tin siang siang jiwamu sudah melayang. Jangankah kau berbuat bodoh, aku tidak senang dengan cara yang luar biasa dungunya itu!" Pang Kim Hong terdiam tenang, otaknya terkenang waktu ia mengobati Yauw Tjian Su, pernah satu kali mendebatkan hal ini saat itu kedua pihak tidak mau mengalah sekarang dua baris kata kata itu kembali tampak di hadapannya.

'Yauw Tjian Su. Kata ketamu itu benar. aku menurut" katanya dengan suara perlahan, dengan cepat lergannya mencengkal kembali tambang dan menggoyang goyangkan agar orang yang berada diatas menjadi tabu.

Adapun surat itu tulisanya ya Hoa San Kie Sau, yang didapatnya dari baju Yauw Thian Su, ia sudah memastikan bahwa orang sbe Pang itu tidak mungkin menerima bantuannya, demikianlah ia ingat dengan dua baris kata itu, karenanya diujurg tambang itu digantung sobekan kain yang berhuruf, dan benar benar berhasil menggerakkan hati Pang Kim Hong..

Bok Tiat Djin yang berada dihadapan Pang Kim Hong menjadi iri hati melihat lawannya akan berhasil, menyelamatkan diri. dei gan cara mengejek ia berkata memanas manasi; "Pang Kim Hong! Kita belum bertarung secara sungguh sungguh, kau harus tahu bahwa Im Yang Kang itu biar bagaimana bukan tandinganku!"

Pang Kini Hang hatinya tergerak ingin menolong musuhnya tapi bayangan Yauw

Tian Su seolah berada didepan mukanya lagi: 'Jangan kau tolong manusia bangsat ini! Biarlah ia meninggal, karena dosanya sudah teilalu banyak. Kau harus tahu, ingatlah jangan sekali kau menolong serigala buas di atas gunung!**

Ping Kim Hong tiada pilihan lain terkecuali menuruti kata-

*ata itu. ia tersenyum dingin sambil memandang pada musuhnya dan membicarakannya berdiam disitu. sedangkan ia sendiri sudah mulai memegang tampang dan menggunakan cara Gwat Hee naik keatas. sedangkan orang orang yang berada diatas membantu menariknya, tak lama kemudian tertolonglah jago wanita ini keluar dari dalam jurang, sedangkan lawannya yang bergelar Peng San Hek Pau terus dam didaiam jurang yang dingin itu seperti arca dirumah berhala, sampai ia sudah mati tubuhnya masih tetap utuh dan segar seperti belum mati saja, karena es yang dingin.

Begitu Pang Kim Hong sampai diatas.. ia diam tidak mengucapkan terima kasih, hanya kepalanya saja mengangguk-angguk kecil kepada Kie Sau, kemudian ia melangkah pergi tanpa menoleh lagi. Jago wanita ini sudah mempunyai ketetapan hati untuk menolong sekalian anak muda untuk menghancurkan Kiu Sie Tin. Diam diam ia berkata sendiri "Menurut kebiasaan dari barisan maut ini. kalau tiga pintu sudah di dobrak, musuh akan semakin kuat. Kalau saat itu dua musuh menggabungkan diri untuk menyerang, entah di mana dua orang itu menunjukkan dirinya?

Dengan membungkukkan badan Pang Kim Hong mencomot salju, dan membiarkannya menjadi cair dikedua telapak lengannya. Tubuhnya teras maju ke muka. sehingga Kje Sau dan rombongannya tertinggal beberapa tombak di belakang. Dengan secara tiba tiba telinganya yang tajam, menangkap suara berdesis di kedua tepian tanah es. Ia berdiam sambil memperhatikan, belum rasa herannya hilang, matanya melihat berkelebat dua bayangan orang Dua orang itu berhasil menyembunyikan diri mengandal pada keadaan es beranjal berjudul tidak rata, mereka merosot terus dan memperlihatkan dirinya sesudah berada dekat dengan musuh, Kedua orang ini memakai baju berwarna abu abu yang serupa, seorang laki laki dan seorang wanita. Yang laki laki berpakaian To djir (orang pertapaan ) lengannya mencekal sebilah pedang yang panjang dan berkeredep-keredep mengkilat. Orang ini adalah salah satu dari Pendekar pedang Go Bie Pay yang bernama Lauw Tiiok Sim sedangkan pedangnya yang berkilauan itu adalah pedang mustika yang bernama Tjai In Kiam, yang seorang lagi adalah seorang bikuni. yakni Kuan Tong it Kuay Bu Beng Mie. {lengannya menggenggam rantai mutiaranya. Kedua orang ini sudah berusia diatas lima puluh tahun, sedangkan ilmunyapun lihay dan berdiri tersendiri.

Mereka berdiri dihadapan Pang Kim Hong sejauh satu depa. asal pedang Lauw Tjiok Sim yang panjang maju selangkah, pasti akan mengenai pada musuhnya. Sudah mereka saling bersenyum dingin dan molotot, segera menggerakkan lengannya, sehingga Pertarungan dua lawan satu berkobar dengan dasyatnya.

Dengan ilmu pedang Go Bie Kiam Hoat she Lauw itu menerjang dengan tusukan maut kebagian kanan tubuh musuhnya. Jurus ini bernama "Pek Houw Lo Peng yang(memaksa harimau galak turun ketanah datar) Sedangkan Bu Bang Nie tidak mau ketinggalan, rantai mutiaranya dengan cepat berputar dan menjurus keulu hati orang.

Dua serangan yang demikian ampuh dan lihai ini dibiarkan Peng Kim Hong begitu saja. tubuhnya tidak kelihatan bergerak barang sedikit. Dimenantikannya ke dua lawannya sesudah dekat benar, ilmunya baru dikeluarkan, tampak kedua lengannya mengepretkan butiran butiran air kejurusan muka musuhnya. Berbareng dengan itu, tubuhnya tetap tidak bergerak, sedangkan serangan lawan sudah sampai, tubuhnya baru bergerak sedikit, menyusul terdengar suara teriakan menjerit dari ke dua musuh yang saling bentur satu dengan lain.

Pedang Lauw Tjiok Sim yang datang memapas dengan dahsyat seyogyanya akan dijepit oleh Bu Beng Nie'densan kedua jenjinya, malang baginya bukan saja usahanya gagal bahkan tiga jerijinya kena dipapas pedang lawannya yang kenamaan. Detik itu pulalah darah segar muncrat dengan deras memerahi salju putih!

Sementara itu rantai Bu Beng Nie seperti jeriji saja lakunya, tak heran dada Lauw Tjiok Sim kena ditotok habis habisan Sehingga membuatnya yang disebut belakangan meragakan dadanya sesak dan kaku, luka yang hebat ini pasti tidak bisa sembuh dalam sekejap, bahkan dalam waktu setahun pun tidak akan pulih seperti biasa kalau tidak dirawat dengan hati hati.

Agaknya suatu lelucon besar kalau terjadi saling gebuk diantara orang yang kenamaan dirimba persilatan semacam Lauw Tjiok Sim dan Bu Beng Nie. Tapi hal ini tidak bisa disangkal, memang terjadi dengan sesungguhnya--Kiranya di dalam perkelahian ini mengandung sebab yakni kedua mata dari mereka sudah menjadi buta kena senjata rahasia yang luar biasa dari Pang Kim Hong. Terkecuali itu serangan mereka yang dilancarkan dari kiri dan kanan kena diegoskan oleh Im Yang Kang yang luar biasa lihaynya. Saat itu Dikiran kedua orang mergira orang yang dilukai adalah Pang Kim Hong, mereka tidak mengira sama sekali orang yang dilukakan dengan serargan maut mereka adalah kawan sendiri. Tak heran mereka merasa kaget sekali waktu musuhnya membuka-mulut. "Manusia busuk yang tidak mengenal selatan dan berari mati melawan Ku Nay Nay mu (nenekmu). Hidup matimu kini berada di lenganku, Kalau ingin mati kupersilahkan maju bertanding sebaryak duajurus! Kalau ingin hidup lekas bertekuk lutut! Aku bertanya sepatah kau jawab sepatah"

Bertekuk lutut dihadapan musuh, adalah suatu penghinaan besar yang tiada bandingannya, karenanya Lauw Tjiok Sim dan Bu Beng Nie tetap diam mematung dan tidak menjawab. Perubahan yang terjadi dengan sekejap mata ini. membuat kedua orang yang menganggap dirinya lihay dan berpikir pasti berhasil mengalahkan Pang Kim Hong dengan bergabung, mereka menjadi heran begitu bergebrak matanya menjadi buta, sedangkan mukanya terasa perih dan berliang liang bopeng. Sebali-kali mereka tidak pernah berpikir bahwa uap putih yang dilepaskan lawannya membeku kena dingin, berubah seperti ratusan jarum putih melukakan matanya.

Pukulan ini membuat mereka gusar tidak alang kepalang, tapi yang terlebih hebat terPukul adalah kegarangannya.

Kini mereka sudah buta dan mengetahui bukan lawan dari lawannya lagi. Tapi untuk berlutut mereka enggan melakukannya.

"Masih membangkang tidak berlutut? Sehingga jalan hidup kau tutup rapat! Terus terang kukatakan sebenarnya aku masih merasa sayang kepada kalian, seorang murid kelas satu dari Go Bie Pay dan seorang kenamaan dari Kuan Tong, walaupun kalian berbuat jahat, melulu hanya mengekor kepada orang lain dan tidak terhitung oiang keladi dari kejahatan. karenanya aku meringankan kamu dari hukuman mati asal saja mau berlutut dan tidak akan melakukan kejahatan lagi di hari kemudian. Pilihlah lekas mau mati atau hidup! Tekuk lututmu! Segera!"

Lauw Tjiok Sim dan Bu Beng Nie tetap berdirii dengan tegak seperti patung, sedangkan mukanya yang berdarah menunjukkan gusar atau sedih tidak dapat dibedakan,

"Lauw Tjiok Sim!" bentak Pang Kim Hong.

"apa kau mau mati!" Bentakan ini membuat Lauw Tjiok Sim kaget dan pecah nyalinya, kakinya seperti kena ilmu sinir. tertekuk dan berlutut secara patuh, mulutnya berkata:

"Aku Lauw Tjiok Sim. sejak saat ini akan mengubah kelakuan buruk menjadi baik!"

"Bu Beng Nie. bagaimana dengan kau!" Tanpa disuruh untuk kedua kalinya, bikuni ini menekuk lututnya. Pang Kim Hong mulai bertanya.

"Cernakan dengan jelas keadaan diatas Peng San!" Dengan cepat Lauw Tjiok Sim menjawab dengan jujur.

"Di atas Peng San terdapat sebuah rumah. Sedangkan Louw Toako berada di sana!" "Terkecuali ia siapa lagi yang berada di sana?" Bu Beng Nie menjawab dengan cepat:

"Louw Toa ko pernah mengundang tujuh saudara angkatnya, tapi mereka tidak datang demi mendengar bahwa Lo Djie ke akan datang ke sini. Terkecuali itu lainnya aku tidak tahu"

"Terhitung bahwa kalian bersungguh-sungguh akan merubah perbuatanmu, karenanya kudoakan kalian panjang umur, dan kupersilahkan kalian turun gunung. Ingati Sekali lagi kutahu kalian berbuat sesat, jiwa kecilmu segera kuhabiskan. Kupersiiahkan! Dengan cepat Louw Tjiok Sim dan Bu Beng Nie berbangkit bangun, tubuhnya berputar, dengan raba sana raba sini ia berjalan menuju kebawah gunung secara menyedihkan. Walaupun demikian mereka tetap adalah jago jago kelas utama karenanya walau pun buta dan menderita parah tetap dapat turun dengan baik.

Menurut orang yang tahu dihari tuanya Lauw Tjiok Sim dan Bu Beng Nie betul betul tobat dan berdiam diri dikailnya menjadi orang suci yang sejati .

Pang Kim Hong yang sudah berhasil mengalahkin lawannya, hatinya merasa agak terhibur, biar bagaimana tugasnya sudah kesampaian untuk membereskan hal yang diberikan oleh Yauw Tjian Su. Perasaan orang memang selalu aneh, waktu dulu Yauw Tjian Su sediKitpun tidak ada lagi, membuatnya berpikir waktu ia menolak kebaikan orang, menyesal ia tidak bisa perbuat sesuatu untuk orang yang sudah meninggal guna menghiburkan dirinya yang penuh penyelesaian.

Saat itu rombongan Kie Sau sudah sampai dengan tenang Pang Kim Hong berkata kepada Ong Djie Hai dan saudara saudaranya :

"Anak anak Louw Eng berada diatas gunung. segeralah kalian naik keatas. aku yakin tiga Louw Eng pun bukan menjadi tandingan kalian .sedangkan aku tidaK mau turut campur lagi soal kalian, kalian boleh naik kesana untuk memperhitungkan hutang piutang." begitu suaranya selesai diucapkan tubuhnya terus berputar dan berlalu dengan cepat tanpa pamit lagi.

Sekalian anak muda mengetahui Louw Eng yang dimaksud Parg Kim Hong adalah Louw Tiau adanya. Mereka serentak lari memburu sambil berteriak teriak waktu melihat Pang Kim Hong mengangkat kaki.

"Pang Lo tjian pwee!" Pang Lo tjian pwee!" Suara teriakan ini seolah-olab mengandung suatu perasaan cinta dan sayang untuk berpisah Sesudah mereka mengejar beberapa langkah, Pang Kim Hong menghentikan kakinya sambil terkata;

"Djie Hai. sesudah selesai dengan urusanmu, kuharap kau datang ke Kiu Liang Pa menemukan aku. Seluruh dari ilmu yang kumiliki akan kuturunkan kepada dirimu.

Sedangkan soal dan peraturan yang kusebutkan dahulu sejak sekarang tidak berlaku lagi. kau boleh belajar dengan bebas dan tak perlu menjadi pertapa!"

Sehabis berkata tubuhnya seperti terbang turun ke bawah gunung. Sekalian anak muda tak berdaya untuk mencandaknya. hanya mata mereka saja menghantar kepergian orang dengan mendelong sebuah orang berilmu itu berbelok ditikungan, mereka hanya melihat es yang putih saja. sesudah itu baru mereka berbalik badan Kie Sau memandang Djie Hai sambil menepok nepok pundak sang murid. "Djie Hal, aku mengucapkan sukur atas keberuntungan dirimu yang akan dijadikan ahli waris Im Yang Kangnya. Kapan waktu kau menuntut ilmu itu kuharap kau dapat berlatih dengan giat, agar harapan darinya itu tidak menjadi sia sia."

"Apa yang Suhu katakan Tecu mengerti semua," jawab Djie Hai sambil tersenyum girang.

Saat ini udara sudah hampir malam. Sesudah terjadi ribut hampir seharian, semua orang merasakan sudah lebih sekali, ditambah udara dingin yang menusuk sumsum, membuat keadaan malam di Peng San bertambah gelap dan pekak. "Anak anak sekalian, hari sudah menjadi malam, marilah kita mencari tempat untuk istirahat, besok baru mendaki kertas gunung atau sekarang juga kita naik? Aku kuatir kalau kita tidak berhasil pada malam ini juga sampai ditempat tujuan, aku kuatir Louw Tiau (sedangkan Lauw T'iok Sim dan kambratnya serta Pang Kim Hong masih belum mengetahui bahwa Louw Eng itu sebenarnya adalah Louw Tiau, karenanya didalam percakapan selalu mengatakan Louw Eng) melihat keadaan buruk, segera berlalu secara diam diam. dengan demikian capai lelah kita menjadi cuma cuma saja bukan? Terkecuali itu pada malam hari lebih banyak bahayanya untuk kita yang belum mengenal keadaan tempat!"

Belum suara jawaban dari sekalian anak muda terdengar, Kie Sau melihat dengan heran pada Thian Hong yang sedang jalan Sehilir mudik sambil menundukkan kepalanya Kemudian sang gadis itu berkata."Koko dan Tiitji kemarikah lekas, kau lihat telapak kaki siapa ini!" Dengan cepat langkah langkah kaki memburu ke tempat yang d tunjuk, benar saja tampak oleh mereka tapak kaki orang berjalan cepat menuju keatas gunung. Dengan geram Djie Hai berkrta. "Kita kena terjerak Bu Beng Nie, Ia mengatakan bahwa di ataS gunung tiada siapa siapa terkecuali Louw Tiau. tapi telapak kaki ini terang terarg bukan telapak sang Jahanam? Karena agak kecil."

Sebenarnya sekalian orang ini akan berdamai untuk naiK. atau tidaknya keatas gunung tapi dengan adanya telapak kaki itu pembicaran itu dihilangkan sedangkan pertanyaan Kie Sau dibatalkan dan tak perlu dijawab lagi.

Kie Sau mengeluarkan perintah untuk mendaki gunung, detik itu pulalah kelelahan yang berkecamuk disetiap dada pemuda kita menjadi hilang, sebagai gantinya, semangat yang berapi api merangsang mereka. Mereka melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke atas gunung!

Telapak kaki yang bentuknya kecil itu menjurus kesebuah bukit salju yang jelas tampak menonjok di depan, sewaktu waktu tampak jelas dan dalam, agaknya orang itu seperti berhenti lama d tempat itu. sewaktu waktu tertera tidak teratur, agaknya orang itu melompat lompat atau lari.

"Kalau dilihat dari tanda tanda yang tidak teratur ini. menunjukkan bahwa orang itu agaknya menyolong nyolong naik resmi dan kuarir diketanu. orang " kata Wan Djin Liong mengeluarkan pendapat.

"Akupun mempunyai dugaan yang serupa," kata Sie Hong, "coba kau lihat, ada jalan yang baik tidak dipergunakan, boleh boleh menggunakan jalan lekak lekuk yang bergajulan tidak rata!'"

Sekalian dengan yang lainpun mempunyai perasaan yang sama. Mereka melangKahkan kakirya mengikuti terus telapak telapak itu naik keatas. semua diam tidak bicara, karenanya diatas Peng San hanya angin menderu yang membawa aliran dingin terdengar dengan halus, keadaan sunyi yang membuat setiaporang sukar menari- napas.

Entah sudah berapa lama mereka melakukan pendakian itu, sedangkan hari telah menjadi gelap gulita. Untunglah es es yang putih memberikan sinar sayu yang cukup memberikan penerangan sehingga rombongan pendaki tidak menjadi sesat. Sewaktu mereka hampir sampai dipuncak bukit, tampak sebuah rumah yang bertengger dengap kelap kelipnya sinar penerangan yang tidak terlalu terang.

Dihadapan rumah ini tepat terdapat sebuah lereng yang terjal, kalau niat melakukan serangan dari jurusan ini agaknya telah sukar sekali. Sebab musuh asal menjaga dan menghujani dengan senjata rahasia daya penyerang.

Sedangkan telapak kaki itu tidak langsung menuju ke rumah itu, melainkan belok kearah kanan mengelilingi belakang gunung. Sekalian orang segera mengadakan perundingan, alhasil keputusan didapat harus mengikuti terus jejak telapak itu. Benarnya saja, jalan dibalik gunung itu lebih baik dan rata.

Terkecuali terdapat es yang tidak rata dan memberikan suatu bentuk aneh yang berguna sekali untuk menyembunyikan tubuh dengan begini rombongan ini dapat maju terus mendekat pada rumah itu, bahkan keselamatan mereka lebih terjamin dari pada harus mengambil jalan depan.

Telapak itu sesudah memutar ketimur dan belok kearah barat, terus langsung menuju ke rumah itu. Sekalian orang menjadi kaget, untuk sementara mereka mencari tempat bersembunyi dan tidak melakukan gerakan. Sesudah beberapa saat nasib belum terlihat tanda tanda dan pihak musuh, Kie Sau segera berkata.

"Kita harus mengirim dua orang sebagai regu penyelidik." 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar