Ilmu Pedang Pengejar Roh Jilid 14

Jilid 14

Li Ke Ming melihat sikapnya sudah berubah, dia sangat senang dan berkata, “Adik, sudah lama kau berada disini dan terhina. Lihat kau memakai pakaian seperti apa? Laki-laki bukan perempuan juga bukan, aku sedih melihatnya. Adik, ikutlah pulang denganku!” “Apakah kata-kata ini pun diajarkan oleh Kakak Ma kepadamu?” Liang Yu-rong berkata lagi, “Tidak, sementara ini aku tidak bisa pulang.”

“Kenapa?” Li Ke Ming merasa khawatir dan berkata, “Adik, dosa-dosa Meng Ju-zhong sudah mulai terlihat, dia pasti akan waspada. Kau berada disini terus terlalu berbahaya. Sekarang semua pendekar dan orang-orang dunia persilatan sudah datang ke Lan Zhou. Kau tidak ada disini pun semua hal akan berjalan seperti adanya.”

“Kakak,” Liang Yu-rong menggelengkan kepala dan berkata, “Kakak, bukan aku tidak percaya kepada teman dunia persilatan, hanya saja, dendam keluargaku mana bisa diwakili oleh orang lain?”

Kata Li Ke Ming, “Tapi aku takut. ”

“Takut apa? Takut, takut aku akan mati?” suara Liang Yu-rong menjadi ramah. Dia tertawa dan berkata, “Kalau belum melihat si jahat Meng muntah darah, dewa kematian pun tidak akan bisa menyuruhku kesana.”

“Adik, bukan kakakmu penakut, bila terjadi apa-apa pada dirimu, aku ”

“Jangan begitu, aku tidak. ” Sebenarnya Liang Yu-rong hanya ingin berkata, “Aku tidak

mau mendengar.”

Tapi Liang Yu-rong melihat Li Ke Ming begitu serius, hatinya tidak tega. Dia mengubah kata-katanya, “Aku tidak akan apa-apa. Kakak, kau sudah berdiri lama, apakah tidak lelah. Duduklah, dan kita mengobrol.”

Li Ke Ming sangat senang dan duduk disamping Liang Yu-rong. Tapi hanya setengah pantat saja.

Liang Yu-rong tertawa dan berkata, “Apakah aku harimau? Kau tidak berani duduk di dekatku?”

“Ini. ”

Dulu perasaan Li Ke Ming terhadap adik seperguruan adalah cinta tapi dia juga takut, sekarang semenjak Liang Yu-rong menyusup ke tempat musuh dan bisa menunjukkan kejahatan Meng Ju-zhong dihadapan orang-orang dunia persilatan, rasa cintanya sekarang berubah menjadi rasa kagum.

Dia merasa adik seperguruannya ini lebih lihai dibanding dirinya. Dia merasa ragu tapi tetap duduk dan mendekat.... Bau laki-laki yang khas segera tercium oleh hidung Liang Yu-rong. Hatinya bergetar, dia ingin memegang pundak Li Ke Ming, tapi sejenak dia merasa ragu, muncul bayangan seorang laki-laki yang secara tiba-tiba masuk ke dalam pikirannya.

“Kalau, kalau saja dia tidak.... dan ” Dia menenangkan hatinya kemudian tertawa. Dia

berkata, “Kakak, kalau nanti ada laki-laki lain yang suka kepadaku dan aku menikah dengannya, bagaimana pendapatmu?”

“Aku, aku akan membunuh dia!” Li Ke Ming dengan tegas menjawab. “Kalau orang itu adalah orang yang kusuka, bagaimana?”

“Aku tetap akan membunuhnya!” Li Ke Ming dengan perasaan aneh bertanya, “Adik, kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal ini?”

Liang Yu-rong tidak menjawab. Dia berpikir, “Aku yakin Meng Shao-hui tidak akan menjawab seperti itu. Dia tahu perempuan yang dia cintai tidak akan mencintai orang lain, dia....” Liang Yu-rong berpikir lagi, “Bagaimana dengan diriku sendiri? Bukankah, dia juga berusaha mendekatiku? Apakah aku menyukainya? Bila aku sudah mencintai orang itu, aku tidak akan mencintai orang lain ”

Liang Yu-rong sedang berpikir tiba-tiba mendengar Li Ke Ming berkata, “Adik, kenapa kau diam saja? Kau sedang berpikir apa?”

Liang Yu-rong terpaku, wajah memerah dia menjawab, “Kakak kau salah, kau tidak boleh membunuh orang yang kucintai. Kalau kau membunuhnya, aku akan merasa sangat sedih. Apakah kau tega melihatku bersedih?”

Tiba-tiba dia merasa pembicaraan ini sudah terlalu jauh. Dengan tertawa dia berkata, “Tapi Kak, kau tenang, orang yang kusuka adalah adalah kau.”

Li Ke Ming merasa sangat senang. Dia tampak ragu sebentar, tapi akhirnya dia mendekati Liang Yu-rong dan memanggil, “Adik....” Kemudian dia memegang pundaknya.

Liang Yu-rong pun jatah ke dalam pelukan Li Ke Ming. Waktu terus berjalan.

Hari pun semakin gelap. Langit sudah mulai tertutup oleh awan hitam. Angin musim gugur memang membawa sedikit rasa dingin.

Liang Yu-rong berada dalam pelukan Li Ke Ming, dia sedang berpikir tentang pernikahannya. Semakin lama berpikir dia semakin merasa kecewa.

Karena tubuh laki-laki yang disisinya tidak memberi kehangatan. Harapan dia bisa memeluk laki-laki yang dicintai dengan erat juga tidak terkabul.

Liang Yu-rong menjadi bingung. Saat itu juga dia menghentikan apa yang sejak tadi dia pikirkan.

Dia menarik nafas panjang dan keluar dari pelukan Li Ke Ming dan berkata, “Kakak, hari sudah malam kita harus pulang.” Liang Yu-rong pun berdiri.

Li Ke Ming menjawab, “Baiklah, aku sudah menyiapkan dua ekor kuda di Xing Long. Kita pergi sekarang.”

Tanya Liang Yu-rong, “Pergi, kemana kita akan pergi?”

“Kita pergi dulu ke rumah Pendekar Ma Zao-ling. Sekarang belum terlalu malam.” “Bukankah dari tadi aku sudah mengatakan bahwa aku tidak akan pergi?”

“Adik, hitung-hitung aku memohon kepadamu, jangan tinggal di Lan Zhou lagi!” Li Ke Ming menarik lengan baju Liang Yu-rong, tapi Liang Yu-rong melepaskannya.

Liang Yu-rong berteriak, “Aku tidak mau pergi, kalau kau mau, kau pergi saja sendiri. ”

Kata-katanya belum habis, dia sudah mendengar ada yang menjawab, “Ada apa ini? Hari belum larut, tapi Nona sudah ditarik-tarik? Kau mau membawanya kemana? Benar-benar tidak tahu aturan?”

Suara menghilang dan pada saat itu di balik pohon muncul seorang laki-laki yang mengenakan baju ketat.

Wajahnya tampan dan dia juga putih. Di telinga terselip seekor kupu-kupu berwarna merah muda.

Dia tertawa dan berjalan ke arah mereka dan berkata, “Nona tidak perlu takut, aku akan membantumu mengambil keputusan supaya rencana busuknya tidak bisa berjalan.” Liang Yu-rong tertawa kecut dalam hatinya.

Li Ke Ming memberi hormat dan berkata, “Tuan salah paham, kami adalah adik dan kakak seperguruan yang sedang mengobrol. Hanya saja suara kami agak keras, aku mohon ”

“Kau mengatakan apa?” orang itu bertanya sambil tertawa, “Kau katakan bahwa dia adalah adik seperguruanmu? Tapi bila aku mengatakan bahwa dia adalah adik angkatku, apakah ada bukti? Bocah tengik, pergi kau!”

Yang datang adalah Long Nan San Xiong, si Kupu-Kupu Terbang, Ni Jing Hua.

Sewaktu di jalan Shu terjadi musibah, musuh seperti datang dari langit. Begitu melihat situasi tidak menguntungkan, dia segera kabur. Dalam keadaan seperti itu yang dia pikirkan hanya melarikan diri.

Nyawa memang tertolong tapi kehilangan tempatnya.

Mai Ji Shan dan Tian Shui berjarak cukup dekat. Bila Biksu Xuan Gui sudah turun tangan untuk membantu, dia tidak berani meninggalkan Mei Ji Shan. Apakah dia bisa bergabung dengan kelompok lain? Itu juga tidak mungkin karena semenjak Long Nan San Xiong bersekongkol dagang dengan Meng Ju-zhong, mereka tidak pernah saling menyapa.

Sekarang sudah tidak ada tempat baginya untuk pergi dan mencari kelompok lain, dia pasti akan ditolak oleh orang lain. Apalagi Ni Jing Hua adalah orang yang sangat tinggi hati.

Dia berpikir selama beberapa hari dan mendengar kantor Biao Zhen Yuan masih tetap tenang seperti dulu. Dia pun pagi tidur malam berjalan, sengaja datang untuk bekerja kekantor Biao Zhen Yuan di bawah tangan Meng Ju-zhong untuk mencari sesuap nasi, dia merasa pasti Meng Ju-zhong tidak akan menolaknya.

Hari ini dia tiba di Wu Quan Shan. Dia sudah merencanakan pada saat hari sudah gelap, dia akan masuk ke kota Lan Zhou.

Waktu itu dia mendengar Liang Yu-rong dan Li Ke Ming sedang mengobrol dan Li Ke Ming memanggil adik seperguruan, dia juga melihatnya.

Walaupun Liang Yu-rong mengenakan baju laki-laki tapi dia tetap bersikap seperti perempuan. Rasa birahinya segera timbul. Liang Yu-rong tidak mengenal Ni Jing Hua, tapi mendengar kata-katanya yang tidak sopan, wajah Liang Yu-rong pun berubah.

Dengan dingin dia berkata, “Harap Tuan sedikit berlaku sopan! Jangan bersikap kurang ajar!”

Ni Jing Hua tertawa terbahak-bahak dan berkata, “Siapa yang kurang ajar? Kau benar- benar harus dihajar. Tapi aku melihat bahwa kau adalah seorang perempuan begitu cantik, jadi aku akan bersikap lembut, tapi ternyata tidak tahu sopan. Buat apa ”

Belum habis kata-katanya, Li Ke Ming sudah membentak, “Kentut!!” Dan dia segera mengeluarkan serangan.

Ni Jing Hua tertawa dan menghindar. Dia berkata, “Apakah kau merasa cemburu? Kau bukan lawanku!” Ni Jing Hua mencabut pedangnya dan membentak, “Aku akan membereskanmu dulu, baru bersenang-senang dengan gadis itu.”

Dalam suara bentakan itu, dia mengeluarkan gerakan menyerang, semua tempat disana menjadi penuh dengan cahaya berkilauan.

Li Ke Ming sudah mengenalnya. Dia berteriak, “Adik, dia adalah Long Nan San Xiong ” Sambil berteriak, dia mengayunkan pedang untuk menahan serangan Ni Jing

Hua.

Tidak disangka ilmu pedang Ni Jing Hua sangat istimewa. Satu jurus menyerang ke atas dan sejurus lagi menyerang ke bawah dan jurusnya sangat ganas.

Li Ke Ming berusaha menghindar, karena itu kata-kata terakhirnya tidak sempat selesai.

Liang Yu-rong sedang berpikir, apakah dia harus bergabung dengan Li Ke Ming untuk melawan musuh, tapi ilmu pedang Ni Jing Hua baru dikeluarkan sebagian. Dengan cepat dia memutar badannya dan menyerang Liang Yu-rong.

Liang Yu-rong sangat terkejut, segera menghindar dan mencabut pedang bertahan juga menyerang.

Tidak disangka, ilmu pedang Ni Jing Hua berobah lagi. Tangannya berputar, tiga titik cahaya sudah menyerang ke arah Liang Yu-rong.

Liang Yu-rong segera menarik pedangnya untuk bertahan, tapi sudah terlambat. Dia merasa kaki kanannya terasa sakit. Liang Yu-rong tahu dia sudah terkena senjata rahasia lawan, dengan cepat dia pun mundur. Tapi kakinya harus ditopang dengan pedang untuk menahan, baru dia bisa berdiri.

Ni Jing Hua tertawa terbahak-bahak, dia membalikkan badan bertarung lagi dengan Li Ke Ming.

Li Ke Ming memang bukan lawan Ni Jing Hua. Melihat Liang Yu-rong terluka, dia kaget. Hanya dalam belasan jurus dia sudah membuat Li Ke Ming kalang kabut dan terus mundur.

Ni Jing Hua ingin cepat-cepat menyelesaikan pertarungan ini, pedangnya segera digerakkan dengan cepat dan ganas. Hanya dalam sekejap mereka sudah bertarung dan mencapai puluhan jurus.

Tiba-tiba Ni Jing Hua mengeluarkan suara panjang. Dia meloncat dengan tinggi dan dengan jurus Terbang di Awan, dia turun dengan cepat.

Li Ke Ming takut jurus-jurus Ni Jing Hua yang banyak perubahan, dia terus mundur. Akhirnya kedua pedang beradu.

Tidak disangka tangan Ni Jing Hua menggerakkan pedang tapi kakinya menendang secara berturut-turut kepada Li Ke Ming.

Li Ke Ming ingin menarik tangannya tapi sudah tidak sempat. Tangan kanannya terkena tendangan lawannya, pedang pun melayang dan terjatuh beberapa meter.

Kedua kaki Ni Jing Hua begitu menyentuh tanah, dia sudah memainkan pedangnya lagi dan menyerang. Li Ke Ming merasa kaget, dia melarikan diri secepatnya meninggalkan tempat itu.

Liang Yu-rong merasa kaki kanannya sakit bukan main, juga sulit digerakkan. Dia berteriak, “Kakak, jangan pergi! Jangan tinggalkan aku ”

Walaupun Li Ke Ming mendengar teriakan Liang Yu-rong, tapi dia tidak menoleh. Dia berlari hingga seperti terbang. Hanya dalam waktu singkat sudah tidak terlihat sosok tubuhnya....

Ni Jing Hua tidak mengejar musuhnya, dia membalikkan badan dan tertawa, “Sayangku, jangan memanggil dia lagi. Kakakmu akan menemanimu bermain, aku jamin kau akan menikmatinya.” Liang Yu-rong sangat marah, dia membentak, “Kau cari mati saja!” Pedang digunakan sebagai senjata rahasia, dia melemparkannya ke arah dada musuh.

Tapi karena tubuh bagian kanannya terasa sangat sakit, baru saja pedang dilempar, dia pun terjatuh.

Ni Jing Hua menghindari pedang itu, tapi kakinya tetap berjalan ke arah Liang Yu-rong. Dia memapah Liang Yu-rong yang akan terjatuh dan memeluknya.

Ni Jing Hua tertawa, “Sayangku, apakah kau mau membunuh suamimu ini? Sepertinya masih terlalu awal.”

Liang Yu-rong merasa malu juga marah. Dia marah mendengar kata-kata Ni Jing Hua yang cabul itu.

Tapi mendadak di belakang mereka terdengar suara dingin yang membentak, “Penjahat cabul, kau berani datang ke Lan Zhou dan membuat keonaran?”

Ni Jing Hua terkejut. Segera dia memakai kembali celananya yang sudah melorot dan segera membalikkan badan untuk memarahi orang itu, “Tikus dari mana? Berani menggangguku ”

Kata-katanya belum habis, dia sudah terpaku karena beberapa meter didepannya berdiri seorang laki-laki tampan. Dia adalah Playboy Terbang, Meng Shao-hui.

Ni Jing Hua ingin pergi ke kantor Biao Zhen Yuan untuk mencari sesuap nasi. Orang yang berada didepan matanya adalah Tuan Muda kantor Biao ZhenYuan. segera saja Ni Jing Hua merasa gentar, tapi karena kesenangan yang sudah berada di depan mata terganggu dia merasa kesal.

Hanya sebentar dia terdiam, kemudian dia langsung berkata, “Ternyata Tuan Muda Meng. Kebetulan kita bertemu disini, kita berdua jangan memperebutkan sekuntum bunga ini. Bagaimana kalau kita berdua secara bergiliran memetiknya bersama-sama?”

“Kentut! siapa yang ingin bekerja sama dengan kau yang cabul?” Meng Shao-hui tidak mengenali Ni Jing Hua. Dia mengira Ni Jing Hua hanya sembarangan bicara.

Meng Shao-hui membentak lagi, “Di depan mata Nona Rong, aku tidak akan membunuhmu. Pergilah, anggap aku telah mengampunimu!” Ni Jing Hua menahan emosinya dan berkata, “Tuan Muda Meng, kalau kau ingin menikmatinya terlebih dulu, aku bisa menunggu. Kau tidak perlu marah-marah seperti itu!”

“Aku menyuruhmu pergi!” Meng Shao-hui mulai mengaum seperti harimau.

Tapi Ni Jing Hua malah tertawa terbahak-bahak. Dengan dingin dia berkata, “Lebih baik aku tidak bekerja di Kantor Biao Zhen Yuan dari pada dihina olehmu! Marga Meng, kemarin ini dirumah Lu, aku sudah menahan penghinaanmu. Hari ini kita bereskan, apa syaratmu!”

Meng Shao-hui baru ingat waktu itu dia berjanji dengan Xiao Lan-ying. Memang ada seorang laki-laki yang berlari terburu-buru dari sana, tidak disangka adalah orang itu berada di depan matanya.

Meng Shao-hui bertambah marah lagi dan berkata, “Aku tidak memerlukan syarat apa pun! Hanya aku akan berjanji, aku akan menguburkanmu kalau kau mati. Kau ingat hari ini tahun depan adalah ulang tahun hari kematianmu, silakan keluarkan kehebatanmu!”

Meng Shao-hui sejak tadi tidak menyerang karena Rong Yu Liang masih berada di tangan lawan. Dia takut lawan akan menjadikan Rong Yu Liang menjadi sandera, oleh karena itu Meng Shao-hui dengan kata-katanya membuat musuhnya menjadi emosi.

Benar saja, Ni Jing Hua sangat marah. Dia melepaskan Rong Yu Liang dan membentak. “Baiklah, hari ini aku ingin mencoba ilmu silat si Playboy Terbang!”

Kata-katanya belum selesai, dia sudah menyerang bagian atas dan bawah musuh, tapi Meng Shao-hui tidak menahan serangannya. Dia hanya mundur dua langkah untuk menghindar.

Ni Jing Hua mengira Meng Shao-hui takut, dia menyerang lagi dengan dua jurus. Meng Shao-hui mundur lagi beberapa langkah.

Kaki Meng Shao-hui belum berdiri mantap, dia sudah memutar badannya. Dua jurus yang lihai sudah dia keluarkan, kemudian dua jurus lagi.

Dua jurus itu seperti satu jurus, membuat musuh menjadi kalang kabut. Kemudian dengan cepat dia sudah berada diantara Ni Jing Hua dan Liang Yu-rong.

Ni Jing Hua baru sadar bahwa dia sudah tertipu, tapi semua ini sudah terlambat. Dia berteriak marah. Dengan serangan pedang dia maju, kali ini Meng Shao-hui tidak mundur lagi. Sekarang dia memainkan pedangnya.

Ilmu pedang yang dia gunakan adalah Zhui Hun Duo Ming-jian Fa yang ganas juga telengas. Hanya dalam beberapa jurus, Ni Jing Hua berada dibawah angin.

Sekarang Ni Jing Hua sadar bahwa ilmu silatnya memang bukan lawan Meng Shao-hui. Sekarang satu-satunya jalan adalah menyandera gadis itu.

Karena untuk mundur sudah tidak bisa lagi. Dia segera mengambil keputusan dan dengan jurus yang berbahaya dia maju, kemudian menjatuhkan diri sambil pedangnya menusuk ke kaki musuh.

Jurus ini dinamakan Kedalam Laut Membunuh Naga. Jurus ini khusus untuk menyerang di tiga tempat bagian bawah musuh.

Seharusnya jurus itu menggunakan pedang panjang tapi pedang Ni Jing Hua lebih pendek tujuh inchi. Jurus ini sangat berbahaya.

Walaupun Meng Shao-hui sangat mahir dengan jurus-jurus pedang, melihat jurus itu dia juga merasa kaget. Segera dia mengganti jurusnya.

Pedang panjang meluncur ke bawah tanah. Terdengar suara senjata berbunyi. Serangan musuh bisa dimentahkan, tapi Meng Shao-hui mundur beberapa langkah, sebelum berdiri dengan betul, pedang panjang sudah menggambar lingkaran untuk menyerang bagian atas musuh.

Ni Jing Hua tidak tahu bahwa Meng Shao-hui bisa dengan cepat mengubah jurus, terpaksa dia mundur dua langkah untuk menahan serangan ini.

Dua bayangan orang berputar. Dua cahaya pedang ke atas dan ke bawah saling mengait. Sebentar mendekat sebentar menjauh, mereka beradu kepandaian lagi puluhan jurus.

Ni Jing Hua sudah berkeringat. Hati ingin memeluk gadis dan menikmati peristiwa yang membuatnya senang sudah lenyap tanpa bekas. Yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana mengambil kesempatan untuk kabur dari sana.

Tiba-tiba dia menyerang gencar tapi di tengah-tengah serangan dia menarik kembali jurusnya dan meloncat kebelakang bersiap-siap untuk kabur. Meng Shao-hui sudah tahu keinginan musuhnya. Dia membentak, “Sejak tadi aku sudah menyuruhmu pergi, kau tidak mau mendengarnya. Sekarang kau ingni pergi! Aku sudah tidak akan mengijinkannya lagi!”

Didalam suara bentakan itu, tenaga tangannya bertambah. Ilmu pedangnya pun berobah. Dia sudah mengeluarkan jurus pedang Hua Shan yang paling lihai yaitu 72 jurus ilmu pedang berantai. Ilmu pedang ini dimainkan seperti air mengalir.

Ni Jing Hua hanya bisa melihat di sekelilingnya dikurung oleh pedang. Dia tidak berani bergerak, tapi dia masih sempat marah. Dengan suara mengaum dia mengeluarkan jurusnya yang paling lihai, jurus Cahaya Menerangi Sekeliling, untuk menahan jurus musuh.

Meng Shao-hui tidak berpikir musuh memiliki jurus seperti itu. Pedangnya sedikit lengah tapi di dalam kilauan pedang dia sudah melihat ada tiga titik cahaya biru terbang melayang ke arahnya seperti kilat.

Dia kaget, segera dengan pedang dia memukul, terdengar suara senjata yang saling beradu, dua panah tangan terpukul hingga terbang. Tapi bersamaan dengan itu juga dia merasa pundaknya menjadi kaku karena ada sebuah panah tangan mengenai pundaknya.

Meng Shao-hui juga tahu bahwa senjata itu beracun. Dia segera mengatur pernafasannya dan ingin meloncat kebelakang, tapi dia melihat....

Ni Jing Hua tidak tahu senjata rahasianya sudah mengenai lawan. Dia mundur beberapa langkah, bersiap-siap untuk kabur.

Walaupun Meng Shao-hui sudah terluka, tapi dia tidak rela penjahat cabul itu lari dari hadapannya. Dengan tangan kanan, dia melemparkan pedang panjang miliknya.

Terlihat sebuah kilauan cahaya meluncur. Jurus ini adalah salah satu jurus Zhui Hun Duo Ming-jian Fa, Dewa Kematian Melempar Pena, melemparkan pedang untuk membunuh musuh.

Orang dari kalangan dunia persilatan pada saat bertarung jarang mau melepaskan senjata dari tangannya. Sekarang jurus Meng Shao-hui yang dilakukan sebenarnya juga sangat berbahaya bagi dirinya kalau sampai gagal, karena itu dengan sekuat tenaga dia melempar pedangnya ke arah Ni Jing Hua.

Ni Jing Hua mendengar di belakangnya ada suara senjata yang membawa kelepak angin, dia ingin menghindar tapi sudah tidak sempat, hanya terlihat darah yang bermuncratan. Pedang panjang itu sudah menancap dipinggang daerah rusuknya menembus keluar sampai kedepan. Dia berteriak kesakitan dan dia pun roboh.

Meng Shao-hui tahu bahwa musuhnya pasti mati saat itu juga, dia tidak melihat kepada Ni Jing Hua lagi, dia langsung berjalan menghampiri Liang Yu-rong, dikaki Liang Yu- rong panah yang dilemparkan Ni Jing Hua tadi masih tertancap, Meng Shao-hui mengeluarkan tangannya, memukul dengan ringan kearah pinggang Liang Yu-rong, lalu tangannya turun kebawah untuk meraba lututnya, untuk menghentikan darah yang mengalir dari kaki Liang Yu-rong. Kemudian dia membuka totok di kaki Liang Yu-rong, mengambil obat dan menempelkannya di bekas luka di kaki Liang Yu-rong.

Sebenarnya Meng Shao-hui sudah merasa ingin muntah, kepalanya terasa pusing dan serasa ingin jatuh.

Sewaktu terluka dan pada saat akan diperkosa, orang yang selalu mengatakan cinta kepadanya hanya tahu bagaimana menyelamatkan nyawanya sendiri dan melarikan diri meninggalkannya, semua ini membuat Liang Yu-rong menjadi terpukul, dia sangat kecewa terhadap Li Ke Ming dan hatinya merasa tidak tenang.

Tiba-tiba saja Meng Shao-hui pingsan. Pada saat Meng Shao-hui sedang menghentikan darah dan membuka totokan di kaki Liang Yu-rong, dia baru sadar bahwa laki-laki itu tidak bisa bertahan lagi dan seakan-akan dia hendak jatuh.

Liang Yu-rong marah dan berkata, “Untuk apa kau berpura-pura, kau kira aku tidak tahu bahwa ini hanya akal-akalanmu saja?”

Tapi begitu Meng Shao-hui terjatuh, Liang Yu-rong malah merasa terkejut, dengan cepat dia memapahnya, tapi Liang Yu-rong pun terluka, dia tidak sanggup memapah Meng Shao-hui, akhirnya mereka berdua jatuh dan terguling-guling ditanah.

Liang Yu-rong merasa malu dan marah, akhirnya dia melampiaskannya dengan membentak, “Kau kenapa?”, dia berdiri tapi Meng Shao-hui tetap terdiam tidak bergerak.

Liang Yu-rong langsung merasa terkejut dan panik, begitu dia melihat keadaan Meng Shao-hui dia baru melihat ternyata bahu Meng Shao-hui sudah penuh dengan darah, tapi darah yang keluar dari lukanya berwarna hitam, Liang Yu-rong segera tahu bahwa pemuda ini telah keracunan, dia membelalakkan matanya.

Dengan lemas Meng Shao-hui berkata, “Nona Rong, tolong cari obat penawarnya di balik pakaian penjahat itu, yang berwarna hitam untuk diminum.... yang putih untuk....

tolong aku ” Kata-katanya belum selesai dia sudah pingsan lagi.

Dengan terpincang-pincang Liang Yu-rong berjalan menghampiri mayat Ni Jiang Hua, terlihat posisinya terpaku oleh pedang di tanah, wajahnya terlihat sangat menakutkan, Liang Yu-rong merasa takut, tapi dengan memaksakan diri, dia cepat mencari obat penawar, ada beberapa bungkus obat langsung diambilnya.

Sambil mempelajari ilmu silat Liang Yu-rong pun belajar bagaimana cara menggunakan obat penawar.

Dia membantu Meng Shao-hui minum, juga mengobati lukanya, tidak lama kemudian baru terlihat darah hitam keluar dengan pelan-pelan dari luka yang menganga itu, darah yang tadinya berwarna hitam mulai berubah warna menjadi ungu kemudian menjadi kemerahan, Liang Yu-rong tahu bahwa Meng Shao-hui sudah selamat, dia menghela nafas panjang.

Kemudian dia mengeluarkan obat luar dan dia membubuhkannya di luka Meng Shao- hui dan juga dikakinya yang terluka. Sekarang luka-luka itu pun berhenti mengeluarkan darah.

Meng Shao-hui mulai sadarkan diri, dia duduk dan berkata, “Nona Rong, terima kasih kau sudah menolongku.”

“Jangan begitu, kaulah yang telah menolongku terlebih dulu,” kata Liang Yu-rong dengan dingin, “Bila kau terus mengatakan bahwa aku yang telah menolongmu, berarti kita impas, karena waktu itu kau sudah menolongku, sekarang kita tidak saling berhutang.”

Meng Shao-hui tertawa kecut, kemudian dia berkata, “Nona Rong, walau bagaimana pun kita adalah teman, mengapa bicara seperti itu?”

“Kau ingin aku bicara seperti apa?”

“Nona Rong, bukan aku memintamu bicara seperti apa, melainkan dalam keadaan seperti apa Nona harus bicara?”

Meng Shao-hui adalah pemuda yang mempunyai harga diri sangat tinggi, semenjak dia bertemu dengan Liang Yu-rong dan mereka berteman, dia sudah banyak berubah, sekarang dia mulai belajar sedikit menjilat, dulu dia tidak merasakannya, tapi hari ini dia telah berjanji pada sore hari akan bertemu dengannya, tapi Liang Yu-rong tidak menepati janjinya. Akhirnya dia hanya mondar-mandir di rumah Liang Yu-rong, tapi Liang Yu-rong hingga malam tidak kembali-kembali.

Awalnya dia mengira bahwa dia sudah salah mendengar tempat perjanjian mereka, tiba-tiba dia teringat dengan Wu Quan Shan, akhirnya dengan hati senang dia pergi ke sana, sewaktu dia sedang mencari Liang Yu-rong, dia melihat Li Ke Ming yang sedang melarikan diri dari sana, akhirnya dia segera berlari ke tempat Liang Yu-rong....

Tidak disangka akhirnya nyawanya sendiri hampir terancam pada saat menolong Liang Yu-rong dan dia mendapat perlakuan Liang Yu-rong yang dingin kepadanya.

Meng Shao-hui benar-benar marah, dengan suara keras dan dingin dia berkata, “Nona Rong, walaupun aku sudah melakukan kesalahan, tapi kurasa aku tidak berhutang apa pun kepada Nona, apakah kau mengira aku adalah seekor anjing mainan yang hanya bisa menggoyangkan ekornya?”

Liang Yu-rong mendengar kata-kata Meng Shao-hui, akhirnya dia pun terpancing dengan kemarahan, “Kau adalah tuan muda dari kantor Biao Zhen Yuan, mana boleh menyebut dirimu sendiri adalah anjing mainan? Tuan terlalu membesar-besarkan saja, tapi tadi Tuan mengatakan tidak berhutang apa pun kepadaku, sepertinya kau salah mengucapkannya.”

Dengan marah Meng Shao-hui berkata, “Aku ingin tahu apa yang ingin kau katakan kepadaku?”

“Tuan Muda Meng, apakah kau tahu siapakah aku ini?” Liang Yu-rong sangat marah, dia bertanya dan dia sendiri yang menjawabnya, “Aku bukan Rong Yu Liang, aku adalah Liang Yu-rong dari kantor Biao Yong Tai yang sekarang telah menjadi reruntuhan, semua ini karena ulah ayahmu, dendam keluarga tidak ada kompromi, walaupun Tuan Muda Meng tidak ikut dalam rencana pembunuhan itu, tapi kau berhutang sangat besar kepadaku, sekarang kau akan mengatakan apa? Kau sudah tahu jawabannya sendiri.”

Seperti ada geledek di siang hari, Meng Shao-hui benar-benar terkejut hingga matanya melotot.

Begitu Liang Yu-rong selesai bercerita, gadis itu menangis tersedu-sedu, wajahnya bersimbah dengan air mata, membuat orang yang melihatnya menjadi kasihan.

Meng Shao-hui merasa bingung, “Tuhan, apakah semua ini benar? Apakah ayahku adalah orang semacam itu?” Kata-kata Liang Yu-rong tidak ada yang mencurigakan, dia menyamar menjadi laki-laki hanya sekedar bisa masuk ke kantor Biao Zhen Yuan....

“Ini. ”

Begitu dia merasa tenang, dia melihat Liang Yu-rong sudah lenyap entah kemana.

Awan hitam dengan cepat menutupi langit, dan menutupi bulan sabit yang menggantung di atas langit.

Dari kejauhan terdengar suara guruh. Angin berhembus membawa uap basah, membuat orang menjadi berpikir, 'Sebentar lagi akan turun hujan '

“Apa itu seperguruan, apa itu kakak seperguruan, melihat teman seperguruan mendapat musibah kau hanya tahu melarikan diri untuk menyelamatkan nyawamu sendiri, orang seperti itu apakah pantas menjadi kakakku? Dasar tidak tahu malu! Masih berani datang kesini!”

Wajah Liang Yu-rong memerah karena merasa malu, matanya bulat dan besar menatap Li Ke Ming yang duduk di sebuah kursi, suara Liang Yu-rong sangat besar seperti berteriak.

Ma Xiu-juan yang berada disisinya mencoba untuk menasihatinya, “Adik Rong, dia pulang untuk mencariku ”

Kata Liang Yu-rong dengan suara meninggi, “Bila menunggu dia datang, aku sudah di. ” Kata-katanya belum selesai, dia menangis tersedu-sedu.

Kata Mu Xiu-juan, “Adik Rong, jangan begitu, dia sudah mengakui kesalahannya, maafkan dia kali ini.”

Liang Yu-rong dengan santai berkata, “Dia salah atau benar, aku tidak berhak memarahinya, gurulah yang bisa memutuskan apakah dia benar atau salah. Masalah memaafkan, jangan dibahas lagi.”

Ma Xiu-juan menggelengkan kepala dan berkata, “Adik Rong, hitung-hitung kakakmu ini yang meminta maaf langsung kepadamu.”

“Masalah mengenai permintaan kakak, adikmu ini tidak pernah menolaknya, tapi masalah mengenai Pendekar Li ini, maaf aku tidak bisa.” “Adik Rong, jangan marah-marah lagi, kita bicarakan nanti saja lagi,” Ma Xiu-juan menghela nafas, dia menatap langit di luar dan berkata, “Ayahku tahu bahwa kau pernah bertemu dengan La-shou Guan-yin, Tetua Lu, ayahku pernah memberitahu hal ini kepadaku, aku berharap malam ini kau ” Suaranya semakin kecil.

= ooOOoo =

CHA, CHA, suaranya ringan, pintu batu tertutup, didalam seperti sebuah gua, gelap gulita.

Liang Yu-rong menyalakan api di sebuah kertas dan dia menuruni tangga, dengan suara kecil dia memanggil, “Liang Yu-rong ingin bertemu dengan Tetua Lu.”

Di ujung sana ada suara yang berat berkata, “Masuklah!”

Pintu kamar terbuka, terlihat di atas kain tebal duduk La-shou Guan-yin, Lu Yue-juan. Liang Yu-rong memberi hormat dan berkata, “Aku sudah mengganggu Tetua yang sedang beristirahat, aku minta maaf.”

“Anak baik, duduklah!” Lu Yue-juan tertawa, “Biksu Xuan Gui, memiliki ketrampilan tangan yang sangat lihai, aku pun sempat tertipu oleh penyamaranmu, kau malah bisa menebak identitasku, bila dipikir-pikir lagi aku merasa malu.”

Liang Yu-rong tersenyum dan berkata, “Aku tidak menutupi kelihaian ketrampilan tangan milik perguruanku, tapi aku pun tahu ilmu silat guruku masih berada jauh dibawah Tema Lu.”

“Kau sangat pintar bicara, juga sangat lincah, pantas kau masih bisa bernafas di bawah hidung orang jahat yang berpengalaman, tapi kau sama sekali tidak dapat terendus oleh siapa pun, Biksu Xuan Gui entah mendapatkan rejeki dari mana sehingga bisa memperoleh murid yang begitu baik.”

“Tema Lu terlalu memuji, aku tidak bisa menerimanya.”

“Katakanlah apa yang membuatmu datang untuk mencariku?” Lu Yue-juan tertawa dan berkata lagi, “Kantor Biao Zhen Yuan menjadi kacau karena seranganmu yang hanya seorang diri dan sekarang keadaan kantor Biao Zhen Yuan sedang goyah, setelah itu apakah kau masih membutuhkan bantuanku?”

Liang Yu-rong berkata, “Sejak terjadi musibah dijalan Shu, kejahatan Meng Ju-zhong sudah diketahui oleh orang-orang dunia persilatan. Guruku takut dia akan seperti pepatah yang berkata: 'jika anjing sudah terdesak dinding pun akan dilewatinya'. Guru menyuruhku menemui Tema, harap Tetua dapat membantuku menyelesaikan keadaan yang kacau ini.”

Lu Yue-juan menggoyangkan kepala dan berkata, “Dia sendiri tidak mau membereskannya, malah menyuruhku, benar-benar licik.”

“Tema Lu, guruku berpesan seperti itu kepadaku. Tapi bila Tetua menolaknya, kami harus menuruti pepatah yang berbunyi: 'menurunkan lonceng harus menunggu orang yang mengikat lonceng itu'.”

Lu Yue-juan tertawa dan berkata, “Kau benar-benar sangat lihai. Kau berhasil mengorek kekuranganku.” Lu Yue-juan menarik nafas dan berkata lagi, “Benar, dulu aku dan muridku membantu Meng Ju-zhong menjadi terkenal juga membantu dia mendirikan Kantor Biao Zhen Yuan ini. Tapi begitu dia sudah menjadi kaya dan berhasil, dia malah melakukan kejahatan dan merusak dunia persilatan. Aku sulit melepaskan diri dari tanggung jawab ini, tapi aku diam di gua ini sudah sepuluh tahun lebih. Walaupun aku mengatakan bahwa aku menyukai sepi tapi ini hanya untuk menutup pintu untuk berpikir. Ta Mo Lao Chu (Tat Mo Couw Su) tinggal di gua selama sepuluh tahun lebih, akhirnya dia bisa membuat ilmu Siao Lin yang terkenal dimana- mana. Aku diam di gua ini selama sepuluh tahun lebih, tetap tidak bisa mencuci bersih kesalahan yang dulu.”

Walaupun Liang Yu-rong mengetahui sedikit mengenai masalah Lu Yue-juan tapi dia tidak begitu mengetahui sejelasnya. Lu Yue-juan yang berbicara sendiri, dia hanya bisa mendengarkan dengan diam.

Kemudian Lu Yue-juan berkata lagi, “Tapi kata-kata gurumu juga tidak salah. Walaupun aku sudah lama tidak tahu mengenai dunia persilatan, tapi demi membereskan hal ini, terpaksa aku ”

Baru saja dia berkata sampai disini, dia berhenti.

Wajahnya terkejut, Liang Yu-rong ingin bertanya, Lu Yue-juan sudah berkata, “Jangan mengeluarkan suara, ada yang datang kemari!”

Liang Yu-rong tahu ilmu silat Lu Yue-juan sangat tinggi. Dua puluh tahun yang lalu dunia persilatan barat laut tidak ada seorang pun yang bisa menandinginya.

Melihat dia begitu tegang, Liang Yu-rong merasa aneh. Kemudian dia mendengar lagi, ternyata benar ada orang yang datang. Tapi langkah orang itu berat, berarti ilmu silatnya biasa-biasa saja. dalam hati dia berpikir, “Orang yang seperti itu, mengapa bisa membuat dia begitu terkejut?”

Tiba-tiba ada suara yang berbunyi.

Tangan Lu Yue-juan sudah bergetar. tiga titik bintang sudah dilemparkan ke arah yang berbeda, tapi tenaganya sangat kuat.

Liang Yu-rong terpaku, “Dulu dengan sedikit tanah, dia bisa menotok nadiku. Tapi sekarang dia sudah mengeluarkan tiga senjata rahasia dengan tenaga dalam yang kuat, apakah yang datang adalah musuh yang kuat?”

Senjata rahasia dilempar seperti batu yang tenggelam ke dasar laut, langkah orang itu tidak berhenti.

Jangankan Liang Yu-rong, wajah Lu Yue-juan pun berubah. Mata Lu Yue-juan mengeluarkan sorot galak dan membentak, “Siapa!”

“Aku!” Suara menghilang, ada seseorang yang masuk.

Tidak. Sebenarnya ada dua orang. Orang yang satu lagi berada di ketiak orang itu. Dia adalah Pendekar Berbaju Hijau, Ma Zao-ling.

Yang dia tangkap hidup-hidup itu adalah pesilat nomor satu di kantor Biao Zhen Yuan, Lei Qi.

Liang Yu-rong terkejut dan juga senang. Dia berteriak karena terkejut, dia ingin maju untuk menyapa tapi melihat sikap Lu Yue-juan dan Ma Zao-ling, dia berhenti melangkah.

Dia hanya berkata, “Paman Ma, kau juga datang kemari?” Ma Zao-ling hanya mengangguk kepada Liang Yu-rong.

Dia tertawa kepada Lu Yue-juan dan berkata, “Sudah lama kita tidak bertemu dan baru bertemu sekarang, kau sudah melemparkan senjata rahasia, apakah hadiah itu tidak terlalu besar?”

Sambil berbicara dia sudah membuka telapak tangannya dan mengeluarkan tiga buah senjata rahasia. Tapi Lu Yue-juan tetap diam hanya dengan dingin berkata, “Kau, kau datang untuk apa? Kau berani masuk ke tempat aku berlatih ilmu silat selama ini, apakah ini tidak salah?”

Ma Zao-ling terpaku dan berkata, “Pendekar Lu, kau salah, yang masuk ke tempat latihan ilmu silatmu bukan aku tapi dia.”

Dia melonggarkan tangannya, tubuh Lei Qi yang besar sudah terlempar ke bawah. Dia jatuh dengan suara berdebum tapi Lei Qi sama sekali tidak bergerak, sepertinya nadi- nadi pentingnya sudah ditotok.

“Kau selalu mempunyai alasan yang kuat, kau sudah berdiri disini masih tidak mengakuinya, apakah aku yang bersalah lagi?” Wajah Lu Yue-juan dingin seperti air.

Ma Zao-ling tertawa dan berkata, “Aku hanya lewat di tempat ini, tapi orang ini dengan sembunyi-sembunyi masuk ketempatmu, sepertinya dia bukan orang baik-baik. Aku membantumu menangkap dia, apakah aku salah melakukan tindakan ini?”

Taman bunga yang berada dibelakang kantor Biao Zhen Yuan, bukan jalan masuk ke kantor pemerintahan. Kata-kata Ma Zao-ling bahwa dia melewati jalan ini benar-benar tidak masuk akal, tapi dia benar-benar sesudah menangkap Lei Qi yang akan masuk. Alasannya sangat kuat. Lu Yue-juan yang tidak pandai bicara, sekarang dia lebih-lebih tidak bisa menjawab, wajahnya memerah.

Liang Yu-rong yang berada di pinggir melihat keadaan itu sudah bisa menebak hubungan antara kedua tetua ini ada sedikit keanehan.

Dia ragu kemudian berkata, “Dua Tetua, aku masih ada keperluan lain, aku pamit dulu,” dia membalikkan badan dan berlalu dari sana.

Lu Yue-juan dan Ma Zao-ling tidak bicara satu kata pun.

Begitu pintu gua tertutup dan Liang Yu-rong sudah pergi dari sana, dia segera mengambil kursi dan duduk.

Dengan pelan dia berkata, “Adik Seperguruan Lu, persoalan ini sudah berlalu beberapa puluh tahun lalu, apakah kau masih membenciku?”

Dengan dingin Lu Yue-juan menjawab, “Harap Tuan lebih hormat kepadaku, siapa adik seperguruamu?” “Disini tidak ada orang lain hanya ada Pendekar Lu yang aku maksud,” Ma Zao-ling tertawa dan berkata, “Adik, waktu itu aku masih muda, aku masih merasa malu, tidak tahu bahwa hal ini akan membuat kita berpisah sekian lama, Empat puluh tahun ini aku mencarimu kemana-mana  ”

Hati Lu Yue-juan bergetar, dia meneteskan air mata.

Di gua sangat sepi, jarum jatuh pun sepertinya bisa terdengar. Kenangan masa lalu membuat kedua tetua itu mengenang kembali ke empat puluh tahun yang silam....

= ooOOOoo =

Perpustakaan Meng Ju-zhong yang besar dan mewah. Anak dan ayah saling berhadapan. Wajah mereka dingin seperti es, mereka seperti dua orang musuh yang akan bertarung.

Diam. Diam dengan lama.

Setelah lama akhirnya Meng Ju-zhong menghela nafas panjang dan duduk kembali di kursinya yang besar.

Dengan marah dia berkata, “Anak Hui, kantor Biao Zhen Yuan akan berjalan sampai disini, ayahmu sudah merasa sangat lelah. Kau adalah anak laki-lakiku satu-satunya dari keluarga Meng. Ayah ingin memberikan usaha ini kepadamu, tidak disangka kau ”

Meng Shao-hui memotong kata-kata ayahnya, dengan dingin dia berkata, “Apakah hanya urusan kantor Biao yang akan diserahkan kepadaku, mungkin Ayah juga akan menyerahkan dosa-dosa Ayah yang penuh gelimang darah?”

“Kurang ajar, kau ”

Meng Ju-zhong ingin marah, tapi dia berpikir lagi dan ditahannya kemarahan yang siap meledak.

Dulu dia hanya tahu bahwa putranya tidak mau bekerja, walaupun ilmu silatnya tinggi tapi dia seperti anak orang kaya yang tidak mau tahu apa-apa.

Sekarang tiba-tiba dia mendengar kata-kata putranya dia merasa sangat kaget dan bertanya, “Anak Hui, apakah diluaran sana kau mendengar orang lain menjelek- jelekkan ayahmu?” “Benar, banyak yang membicarakan kelakuan Ayah, tapi aku kira itu bukan hanya sekedar menjelek-jelekkan Ayah.”

“Apa?” hati Meng Ju-zhong bergetar dan berkata, “Kau mengira ayahmu ini adalah orang yang berdosa kepada dunia persilatan?”

“Bagaimana kelakuanmu sendiri, Ayah sendirilah yang paling tahu, mengapa harus bertanya kepadaku?”

Meng Ju-zhong benar-benar terkejut. Dalam hati dia berpikir, “Binatang ini, dia sudah tahu seberapa dalam? Xiang-jun meninggalkan rumah, anak Fang juga begitu, jangan- jangan dia juga akan meninggalkan aku?”

Dia berpikir sebentar dan berkata, “Anak Hui, aku mendirikan kantor Biao Zhen Yuan ini sudah dua puluh tahun, bisnis besar dan kecil pun sudah kita terima puluhan kali. Bisnis yang berdiri di ujung golok adalah bisnis berdarah, pasti ada perselisihan dengan teman golongan putih atau hitam. Mulut orang banyak dan bergosip yang bermacam-macam. Ibu dan adikmu juga sepertinya mendengar gosip-gosip yang tidak benar dan mereka pergi meninggalkan rumah, kau jangan seperti mereka.”

Meng Ju-zhong dengan penuh perasaan menceritakan semuanya, semuanya sebenarnya bisa membuat orang menjadi terharu.

Tapi Meng Shao-hui menjawab dengan dingin, “Bagaimana aku harus berbuat melihat perbuatan ayah yang penuh dengan dosa?”

Hati Meng Ju-zhong bergetar dan berteriak, “Apa? Menurutmu ayahmu ini bersalah dan juga berdosa?”

Meng Shao-hui terdiam dan tidak menjawab.

Meng Ju-zhong tidak tahan, putranya juga bersikap diam. Dia berdiri dan membentak, “Kau! Kau.. apa yang sebenarnya kau inginkan ?”

Meng Shao-hui mengangkat kepalanya, matanya penuh air mata, dia berkata, “Putramu ini hanya ingin mendengarkan kata-kata jujur dari Ayah.”

Perasaan Meng Ju-zhong bergetar. Dia duduk kembali ke kursinya dan berpikir, “Sepertinya dia sudah mengetahui sesuatu. Lei Qi bisa dipercaya olehku, tapi dia juga terlalu banyak tahu. anak Hui akrab dengannya. Sekarang tiba-tiba dia menghilang, apakah semua ini ada hubungan dengan perubahan anak Hui?” Meng Ju-zhong berbalik bertanya kepada putranya, “Anak Hui, apakah kau tahu kemana ibumu pergi?”

Meng Shao-hui menggelengkan kepala.

“Apakah sebelum pergi dia mengatakan sesuatu kepadamu?” Meng Shao-hui tetap menggelengkan kepala, dia tidak berbicara.

“Sangat aneh. Kecuali ibumu, kata-kata siapa yang bisa membuatmu begitu percaya dan membuatmu berani memarahi ayahmu.”

Meng Ju-zhong tadinya ingin menanyakan keberadaan Lei Qi.

Dia mendengar Meng Shao-hui berkata, “Ayah, bukan kata-kata dari orang terdekat yang bisa dipercaya. Ayah harus tahu kertas tidak akan bisa membungkus api. Hal-hal yang sudah terjadi, lebih baik Ayah ceritakan saja. Anakmu ini sudah bukan anak kecil lagi. Sekarang di kota Lan Zhou semua sedang ribut, semua menunjuk kepada kesalahan Ayah, apakah anakmu tidak percaya kepada mereka?”

Meng Ju-zhong terkejut dan berkata, “Apakah orang-orang Lan Zhou berbicara dengan kata-kata yang melukai perasaan ayah?”

Kata Meng Shao-hui, “Ayah, mengapa kau selalu menganggap orang lain begitu jahat? Jujur saja, didunia persilatan orang yang melindungi ayah masih ada tapi bukti sudah begitu kuat, bagaimana pun ayah membantah, itu tidak akan bisa membuat orang percaya.”

“Apa yang mereka katakan tentang kesalahan ayah?” “Inilah yang harus kudengar dari mulut Ayah sendiri.”

Meng Ju-zhong sudah merasakan rencana busuknya sudah diketahui oleh orang-orang dan putranya sendiri.

Meng Ju-zhong berpikir lama, wajahnya semakin cemberut. Akhirnya dia menarik nafas dan pelan-pelan berkata, “Anak Hui, ayah tidak mau membohongimu lagi, tapi aku harap kau harus tahu tentang kesulitan ayah ”

Meng Shao-hui memberi secangkir teh kepada ayahnya. Meng Ju-zhong menarik nafas dan berkata, “Anak Hui, sejak kecil ayah hidup dengan susah. Ayah dibantu oleh guru ibumu membangun kantor Biao Zhen Yuan ini. Karena dibantu oleh orang-orang kantor Biao maka bisnis ayah semakin besar. Sebenarnya ayah harus tahu batas, tapi hal ini tidak. ”

Dia tampak ragu tapi dia melanjutkan menceritakan tentang dirinya karena ingin mendapat keuntungan yang lebih besar maka dia bersekongkol dengan golongan hitam Long Nan San Xiong dan merampok Biao.

Hanya pelaku utama yang dia katakan yaitu si Macam Hitam, Wang Guai. Dia takut Meng Shao-hui akan curiga, sengaja dia menyebut nama Wang Guai.

Karena dia mengira Meng Shao-hui sama sekali tidak berpengalaman, apalagi Wang Guai sekarang ini sudah mati, tidak ada yang bisa mendapatkan buktinya. Tapi masalah si Laba-Laba Terbang, Han Wu-niang dan si Sempoa Besi, Shen Zhong-yuan dia tutup-tutupi.

Walaupun Meng Shao-hui sudah tahu sebelumnya, tapi dia tetap merasa terkejut, sehingga membuat dia melotot.

Begitu ayahnya berhenti bicara, dia bertanya lagi, “Kalau begitu berarti yang membunuh Tetua Qing Wei Yuan dan membunuh Tetua Liang pemilik kantor Biao Yong Tai, ayah ikut serta dalam rencana ini?”

Meng Ju-zhong tidak menyangka dua hal yang paling dia takutkan akan diketahui bahkan ditanya oleh putranya. Dia tidak menjawab tapi akhirnya dia mengangguk juga.

Meng Shao-hui terkejut hingga berteriak, “Ayah, kau, kau mengapa kau melakukan semua persekongkolan ini?”

Begitu berteriak dia terdiam lagi. Diam berarti dia merasa sedih dan malu.

Air mata penyesalan membasahi wajah ayah dan anak. Pikiran mereka seperti bergelombang juga seperti kosong.

Setelah lama, Meng Ju-zhong menghela nafas panjang, dia berkata, “Anak Hui, semua masa lalu adalah kesalahan ayah, aku berharap kau mau memaafkanku.”

Suara Meng Ju-zhong sedikit serak dan gemetar sepertinya dalam waktu singkat tiba- tiba dia berubah menjadi tua. Dia melihat Meng Shao-hui tidak menjawab, hanya mengangguk. Meng Ju-zhong tertawa kecut. Walaupun tertawa tapi dia seperti akan menangis.

Dia berkata, “Anak Hui, kau bersikap seperti itu terhadap ayah, ayah pun sudah merasa puas. Hari ini ayah menyuruhmu datang kemari karena ada satu hal yang ingin ayah sampaikan. Harap kau bisa menyetujuinya.”

Meng Shao-hui melihat wajah ayahnya dan berkata, “Katakan saja Ayah, hanya aku

akan setuju.”

Meng Ju-zhong berkata, “Anak Hui, walaupun ayah belum tua tapi aku sudah merasa lelah, ayah berharap kau bisa menerima tanggung jawab dari ayah untuk menjadi ketua Biao Zhen Yuan. Bila kau setuju ayah akan memberitahukan hal ini kepada dunia persilatan, setelah itu ayah akan menutup pintu dan mengundurkan diri dari dunia persilatan.”

Orang-orang dunia persilatan menganggap peristiwa ini adalah hal besar. Pada hari itu orang yang bersangkutan tersebut akan mengundang teman dan saudara serta orang- orang dunia persilatan menjadi saksi dan mencuci tangan di baskom emas.

Berarti orang tersebut sudah meninggalkan dunia persilatan, dendam masa lalu atau sekarang semua dianggap selesai. Walaupun dia memiliki dendam dengan orang lain, itupun tidak boleh dibalas.

Rencana Meng Ju-zhong seperti ini hanya untuk melarikan diri dari tanggung jawab kepada dunia persilatan.

Meng Shao-hui sama sekali tidak menyangka bahwa ayahnya akan berkata seperti itu. Dia ragu dan berkata, “Hal ini sangat penting, putramu sulit untuk menjawab, harap Ayah memberi waktu untukku supaya bisa berpikir dengan matang, nanti aku akan memberitahu kepada ayah bagaimana jawabanku.”

“Anak Hui, kau harus tahu bahwa hal ini sangat penting, jangan beritahu atau merundingkan hal ini dengan orang lain.”

“Putramu bukan anak kecil lagi, semuanya biar aku sendiri yang mempertimbangkannya.”

“Kalau begitu itu lebih bagus.” Meng Shao-hui pamit pulang.

Meng Ju-zhong tertawa licik. Otak orang seperti badan orang. Biasanya jarang mengurusi hal penting, begitu banyak hal yang harus dia selesaikan, benar-benar membuat Meng Shao-hui kalang kabut.

Sudah beberapa hari ini banyak hal penting yang dulu belum pernah terjadi datang secara beruntun. Hal-hal ini terjadi di depannya, memaksa dia untuk mengambil keputusan dan juga harus menyelesaikannya. Semuanya harus dilakukan dalam waktu begitu singkat, mana bisa dia bertahan?

Meng Ju-zhong sendiri mengakui dosa-dosanya. Walaupun dia menceritakan sebagian tapi itu sudah cukup banyak yang Meng Shao-hui ketahui, setiap dosa ayahnya seperti petir atau guntur yang menyerang otak Meng Shao-hui, membuat dia pusing tujuh keliling.

Kejahatan Meng Ju-zhong tidak bisa diterimanya, apalagi ayahnya ingin menutup pintu untuk mencuci golok.

Kelak dia akan menjadi ketua Biao Zhen Yuan yang begitu besar berarti dia akan menerima warisan ayahnya yaitu menerima masalah yang menumpuk dikantor Biao Zhen Yuan. Yang lebih berat lagi dia harus menerima hutang darah dan dosa-dosa yang belum terbayarkan oleh ayahnya.

Putra meneruskan usaha ayah, itu sudah pasti tapi.... karena Meng Shao-hui berpikir terus membuat kepalanya pusing dan dia pun minum arak untuk menghilangkan stress.

Siang hari. Dia minum beberapa cangkir setelah itu dia tidur tapi begitu terbangun dia malah bertambah khawatir dan pikirannya masih kacau.

Dengan pelan dia berjalan ke taman bunga dibelakang rumahnya. Angin musim gugur sudah mulai terasa dingin, tapi dia merasa panas.

Tiba-tiba di depan gunung buatan, di balik semak-semak ada sebuah bayangan berwarna ungu. Melihat bayangan itu dia tahu bahwa itu adalah bayangan ibunya. Meng Shao-hui sangat senang, segera dia mengejar tapi bayangan itu sudah menghilang.

Dia merasa aneh, “Apakah itu ibu? Kalau dia bersembunyi di taman bunga, mengapa begitu lama tidak ada seorang pun yang melihatnya? Tapi itu ibuku sendiri, tidak mungkin aku salah lihatnya. Walaupun ilmu silat ibu sangat tinggi dan lincah, tapi tidak mungkin tiba-tiba menghilang di tengah-tengah taman bunga.”

Dia mencari tapi tetap tidak bisa menemukannya. Begitu dia membalikkan badan ingin pulang, dia melihat dinding gunung buatan itu terlihat tidak alami. Dia merasa curiga. Dia melihatnya dari dekat, ternyata rumput yang berada di gunung buatan itu berjatuhan seperti pernah diinjak orang.

Dalam hati dia berpikir, “Kelihatannya disini adalah tempat rahasia, mengapa dulu aku belum pernah melihat?”

Dia ragu, tapi tetap mencari tombol pintu. Hanya dalam waktu singkat dia berhasil menemukannya.

Pintu batu itu ditekannya dan terbuka. Dihadapannya ada tangga untuk berjalan ke bawah. Dia kaget dan berteriak dan segera masuk. Ada sebuah jalan yang gelap. Dia ragu dan berdiri.

Suara tua tapi penuh tenaga berkata, “Apakah itu adalah anak Hui? Cepat masuk.”

Meng Shao-hui terpaku, “Siapakah dia? Dia tahu namaku, tapi aku tidak mengenalinya?”

Sekarang matanya sudah terbiasa dengan kegelapan. Dia melihat di ujung jalan ada sebuah lampu kecil. Dia ragu tapi tetap berjalan menuju ujung lorong.

Dia membuka pintu kamar batu itu. Di depannya sudah ada seorang nenek yang sedang duduk di bawah.

Wajahnya tersenyum dan berkata, “Oh, anak Hui, kau sudah tinggi dan dewasa, kau benar-benar tampan.”

Meng Shao-hui melihat dia begitu penuh dengan perasaan, membuat dia merasa lebih aneh lagi dan berkata, “Nenek, siapa Anda? Mengapa aku tidak mengenalmu?”

Nenek itu berkata, “Waktu lewat begitu cepat. Dulu aku menjagamu sewaktu kau masih bayi. Kalau bukan karena kita bertemu disini, aku tidak akan mengenalmu, kau juga tidak akan mengenalku.”

Meng Shao-hui merasa hatinya bergetar, dia bertanya, “Nenek, bagaimana aku harus memanggilmu?”

Wajah nenek itu penuh dengan senyum, dia berkata, “Panggil saja dengan nenek guru atau nenek juga boleh.” Dalam hati dia berpikir, “Kau tidak tahu sebenarnya kau harus memanggilku nenek dari ayahmu. Hanya saja kau mempunyai ayah yang tidak bisa dibanggakan ” Hati Meng Shao-hui bergetar.

Dia belajar ilmu silat, dia belajar ilmu silat dari ayah dan ibunya. Sedangkan kakek guru dari ayah sepertinya bukan, tapi nenek tua ini mengaku bahwa dia adalah nenek Meng Shao-hui.

Dia segera teringat kepada guru ibunya yang belum pernah dia temui...La-shou Guan- yin. Dengan cepat dia berlutut dan berkata, “Nenek Guru, aku memberi hormat kepada Anda.”

Orang tua itu adalah Lu Yue-juan. Dia tertawa dan berkata, “Anak baik, duduklah! Kita nenek dan cucu lebih baik mengobrol dulu.”

Meng Shao-hui segera duduk dan berkata, “Nenek Guru, dulu ibu mengatakan bahwa Nenek sudah pergi jauh, tidak disangka Nenek bersembunyi disini. Walaupun Nenek senang menyepi, tapi Nenek pun harus sering menengok kami.”

“Anak muda selalu tidak bisa menjaga rahasia. Aku sudah berencana ingin bersembunyi, mana boleh aku menengok kalian sering-sering. Tapi ibumu tetap sering datang untuk menengokku. Bila tidak aku makan apa? Aku bukan dewi, aku harus makan sehari tiga kali.” Lu Yue-juan terus tertawa.

Meng Shao-hui juga tertawa, dalam hati dia berpikir, “Sepertinya nenek sudah tahu bagaimana perjalanan ayahku. Misalnya dia ingin menyepi, dia tidak perlu bersembunyi disini. Dia yang mendirikan kantor Biao Zhen Yuan tapi dia tidak bisa mengurus Biao Zhen Yuan. Kesedihannya ini pasti tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.”

Meng Shao-hui terdiam sebentar dan berkata, “Nenek, umur nenek sudah tua. Gua ini lembab dan dingin, cucumu sudah tahu bahwa Nenek berada disini, aku akan mengundang Nenek keluar dari sini.”

Lu Yue-juan menggelengkan kepala dan berkata, “Tidak, aku berada disini sudah dua puluh tahun. Aku sudah terbiasa, apalagi aku menikmati kehidupan di bawah tanah. Kebaikanmu aku terima dengan senang hati.”

Meng Shao-hui memberi hormat dan berkata, “Nenek, cucumu baru belajar membereskan masalah-masalah berat, aku ingin Nenek membantuku.”

Lu Yue-juan terpaku dan berkata, “Apa, kau ingin membereskan masalah besar apa?”

Meng Shao-hui tidak berbohong, semua yang ayahnya ceritakan, dia sampaikan lagi kepada nenek gurunya. Setelah mendengar kata-kata Meng Shao-hui, tubuh Lu Yue-juan menjadi gemetar, dia tampak ragu sebentar kemudian dia berkata, “Nak, apakah kau tahu setelah ayahmu menutup pintu dan cuci tangan dari dunia persilatan, dendam di dunia persilatan akan selesai?”

“Aku tahu.”

“Apakah kau tahu apa akibatnya?”

“Nenek Guru, ayah sudah mengakui kesalahannya didepanku, cucumu hanya ingin membantu ayah, aku sudah tidak memikirkan hal lainnya lagi!”

“Anak bodoh, ada pepatah yang mengatakan: 'hutang ayah harus dibayar oleh anaknya', bila ayahmu sudah menggantungkan goloknya, semua hutang darah ini harus ditanggung semua olehmu dan kau harus bisa menyelesaikannya juga, kau masih muda mana bisa mengurus hal besar dan penting seperti itu!”

“Nenek Guru, cucumu sudah memikirkan hal ini, aku masih mempunyai sebuah kepala dan darah untuk membalas budi kepada ibu yang sudah membesarkanku, apalagi. ”

“Tidak,” Lu Yue-juan memotong kata-katanya, “Tidak boleh, aku tidak akan mengijinkanmu berbuat seperti itu.”

“Nenek Guru, dengarkan aku dulu, kalau benar. ”

Meng Shao-hui mendengar satu suara tangisan, dia membalikkan badan untuk melihat, ternyata ibunya sudah berdiri di ambang pintu, dia segera menghampiri ibunya dan berlutut.

Meng Shao-hui berkata, “Ibu, apakah kau ingin membunuh putramu, Ibu ”

Du Xiang-jun menariknya berdiri dan berkata, “Anak Hui, apakah kau mau menggantikan posisi ayahmu? Menanggung semua dosa dan hutang darah ayahmu?”

Meng Shao-hui mengangguk.

Du Xiang-jun dengan suara besar dan marah berkata, “Tidak, tidak bisa, aku tidak akan mengijinkannya!”

“Ibu, ada pepatah yang mengatakan: 'turunkan pisau pembunuh dan segera ikuti Budha'. Bila ayah bisa berhenti melakukan kejahatan dan mengakui semua kesalahannya, bukankah semua itu lebih baik?” “Tidak, semua sudah terlambat!” kata Du Xiang-jun dengan suara marah, “Dia sudah terlalu banyak melakukan kejahatan, bahkan aku pun dibohonginya, apakah dia akan jujur kepadamu? Aku tidak tahu, anak Hui, jangan percaya begitu saja kepada ayahmu! Aku merasa sangat menyesal, dulu nenekmu tahu bahwa ayahmu jahat dan licik dan mempunyai hati yang beritikat jahat, aku tidak percaya kepadanya, aku mengira dia sudah tahu bahwa dia salah dan akan berubah, tapi kelakuannya malah menjadi-jadi, sampai saat ini dosa dan kesalahannya sudah sangat dalam, sulit untuk dirobah lagi, sekarang dengan                            alasan mengundurkan diri dari dunia persilatan ingin mencuci tangan dan menyerahkan semua dosanya kepada putranya sendiri, dia mengorbankan kepala anaknya sendiri untuk dipenggal, apakah perbuatan itu yang disebut manusia? Aku ”

“Ibu,” Meng Shao-hui memotong kata-katanya dan berkata, “Ibu jangan mengatakan ayah begitu jahat, hal yang terjadi dimasa lalu mungkin karena ayah diancam oleh Long Nan San Xiong ”

Du Xiang-jun pun memotong kata-kata anaknya, “Anak Hui, apakah kau mendengar sendiri kata-kata penyesalannya? Apakah kau mendapatkan pandangan baru?”

Meng Shao-hui mengangguk dan sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu, tapi Du Xiang-jun sudah berkata lagi, “Penjahat itu benar-benar sudah gila, maut sudah berada di depan mata, dia masih bisa berpura-pura bahkan menipu putranya sendiri, anak Hui, mengapa kau begitu bodoh? Long Nan San Xiong itu siapa? Apakah mereka berani mengancam ayahmu? anak Hui, kemarin di Wu Quan Shan, penjahat yang mati ditanganmu bernama Ni Jing Hua, dia adalah salah satu dari Long Nan San Xiong, ilmu silat mereka hanya sebatas itu, apakah mereka berani mengancam ketua kantor Biao Zhen Yuan? Anak Hui, kau temani nenek gurumu mengobrol disini, aku akan mencari penjahat itu.”

“Ibu ”

Meng Shao-hui menarik lengan baju ibunya, tapi Du Xiang-jun tetap pergi mencari ayahnya, tangan kanannya dengan cepat menotok Meng Shao-hui dan berkata, “Nak, kau tenang saja, ibu akan pergi sebentar dan akan kembali lagi kesini.”

Tubuh Meng Shao-hui terasa kaku, dia hanya bisa melihat kepergian ibunya dengan marah.

= ooOOOoo = Terdengan suara CHA CHA, pegangan pintu terputus dan pintu pun terbuka, Meng Ju- zhong sangat terkejut hingga berdiri, begitu dia melihat yang masuk adalah Du Xiang- jun, dia merasa kaget sekaligus senang dan berkata, “Istriku, kau sudah pulang ”

Dia melihat mata Du Xiang-jun seperti ada api, wajahnya dingin seperti es, dia cepat- cepat menutup mulutnya, kemudian melihat perhiasan dan batu-batu berharga yang tergeletak di atas meja, dia sadar sudah tidak ada waktu untuk menyimpannya dulu, maka dia pun membiarkannya.

Dengan dingin Du Xiang-jun berkata, “Mengapa, apakah kantor Biao Zhen Yuan ini sudah menjadi milikmu dan aku tidak boleh kembali kesini?”

“Tidak seperti itu, istriku, aku selalu berdoa agar istriku segera kembali ”

“Sekarang aku sudah datang dan akan membuat perhitungan denganmu!” “Ada apa denganku? Dimana letak kesalahanku?”

“Aku tanya kepadamu, kau bicara apa saja kepada anak Hui?"

“Aku   istriku, duduklah dulu, dengarkan ceritaku dulu.” Dia melihat istrinya sama sekali

tidak membalikkan badannya, Meng Ju-zhong menghela nafas panjang dan berkata, “Kata-kataku kepada anak Hui sepertinya sudah dia ceritakan semuanya kepadamu, tapi bila kau ingin mendengarnya lagi, aku akan mengulanginya ”

Du Xiang-jun dengan marah berkata, “Sudahlah, sekarang persoalan sudah seperti ini kau masih akan menipu apa lagi? Bahkan masih ingin cuci tangan dari semua masalahmu, sekarang apa lagi akal bulusmu?”

“Oh, jadi ini yang kau tanyakan,” Meng Ju-zhong menghela nafas, “Istriku, anak Hui sudah dewasa, sudah waktunya bagi dia untuk membangun usaha dengan lebih giat, waktu itu bertepatan aku sedang merasa tidak enak badan dan aku sudah tua, maka aku menyuruhnya mengurus kantor Biao Zhen Yuan, biasanya dia hanya tahu bermain sedangkan ilmu silatnya cukup tinggi, apalagi aku masih bisa membantu dia dari belakang, dia pasti bisa mengurus kantor Biao Zhen Yuan dengan baik.”

Du Xiang-jun hanya tertawa dingin.

“Istriku, kau menertawakan apa? Apakah ada yang salah dengan kata-kataku?" “Kau sudah salah besar dan semua omonganmu tidak masuk akal!” Hati Meng Ju-zhong bergetar, dia tidak bisa menanggapi kata-kata istrinya, dia hanya mendengar Du Xiang-jun dengan suara besar berkata lagi, “Kau ingin melepaskan diri dari semua dosamu dan kau ingin mencelakakan putramu sendiri, hei marga Meng, aku sudah mengikutimu selama dua puluh tahun lebih, aku tidak tahu mengapa kau begitu licik dan

kejam!”

“Istriku, apa maksud dari kata-katamu itu? Walaupun aku sudah berbuat salah, tapi aku berniat untuk berubah menjadi orang yang baik. Aku berniat mengalihkan usaha kantor Biao Zhen Yuan kepada putraku sendiri, apakah itu salah?”

Du Xiang-jun menanggapi, “Memang tidak salah, kapan ketua kantor Biao Zhen Yuan bisa salah? Tapi mengapa kau harus membalikkan fakta yang telah ada dan menimpakan semua dosa dan kejahatanmu kepada Long Nan San Xiong? Kau mengira mereka sudah mati dan tidak akan meninggalkan bukti? Aku beritahu kepadamu, si Kupu-Kupu, Ni Jing Hua tidak mati dijalan Shu, dia sempat tiba di Lan Zhou, kecuali dia masih ada ikan yang lolos dari jala itu!”

Hati Meng Ju-zhong bergetar.

Dia mendengar Du Xiang-jun berkata lagi, “Jangan mengira bahwa kau itu pintar, pendekar-pendekar dunia persilatan bagian barat laut apakah seperti putramu yang gampang kau tipu?”

Jawab Meng Ju-zhong dengan santai, “Nyonya terlalu berlebihan, aku tidak perlu menipu siapa pun.”

“Kau tidak perlu berpura-pura di depanku, sekarang aku tanya kepadamu apakah kau berani menghadapi sendiri kawanan dunia persilatan?”

Jawab Meng Ju-zhong dengan yakin, “Mengapa tidak? Aku tidak perlu merasa takut karena aku tidak bersalah.”

“Baiklah, kata-kata ini yang sejak tadi kutunggu,” kata Du Xiang-jun, “Aku mewakili guruku, La-shou Guan-yin memberikan undangan kepada semua orang dari kalangan dunia persilatan bagian barat laut, kita akan mengadakan rapat besar dan dalam rapat itu kau harus menceritakan semuanya, bila cerita ini bisa membuat orang dunia persilatan percaya, jangankan kau ingin menggantung golokmu, aku dan guruku akan meminta maaf di depan umum kepadamu, apakah kau berani menghadapinya?”

“Ini. ” Meng Ju-zhong hanya bisa melotot. Kata Du Xiang-jun dengan dingin, “Marga Meng, aku nasihatkan dirimu, jangan membohongi orang lain lagi, mengapa kau tega membiarkan kepala putramu sendiri yang dipenggal, apakah kau laki-laki sejati? Akuilah apa yang sudah kau lakukan, jangan mendorong semua dosa dan kejahatanmu kepada orang lain. Kau benar-benar seperti seekor anjing.”

“Aku ” Meng Ju-zhong duduk kembali ke kursinya yang besar.

Melihat suaminya terlihat begitu lesu, dia merasa sedih hingga meneteskan air mata. Diam dan tidak bersuara membuat orang menjadi sulit untuk bernafas.

Tiba-tiba di luar pintu terdengar suara langkah yang mendekat lalu berhenti. Du Xiang- jun terpaku sejenak, tapi dengan cepat dia pergi dari sana.

Yang datang adalah seseorang yang mengenakan baju bergaris dan memakai topi biksuni, dia adalah ketua kuil Bai Yun, Liao Yin Shi Tai, Han Wu-niang.

Han Wu-niang melihat Du Xiang-jun dia terkejut dan ingin membalikkan badan, berlalu dari sana, tapi suara bentakan sudah terdengar, “Berhenti, jangan pergi!”

Du Xiang-jun sudah meloncat dan berhasil melewati kepala Han Wu-niang, kemudian dia mendarat kebawah menghalangi jalan Han Wu-niang, dengan dingin dia berkata, “Han Wu-niang, kau sudah datang kesini, mengapa terburu-buru ingin pergi lagi? Masuklah dan duduklah dulu barang sebentar.”

Han Wu-niang terkejut dan dia berdiri, maju susah mundur pun susah.

Meng Ju-zhong sudah ikut keluar, melihat keadaan disana dia menjadi bingung, tapi ada yang berteriak.

“Biksuni jahat, kau ”

Du Xiang-jun tertawa dingin dan berkata, “Ketua Meng, tamumu sudah datang, kau tidak menyuruhnya masuk, apakah ini cara Tuan memperlakukanmu?”

Meng Ju-zhong menghela nafas panjang dan masuk kembali ke dalam kamarnya. Han Wu-niang mengikutinya dari belakang.

“Meng Ju-zhong!” Du Xiang-jun menghalangi didepan pintu dan berkata, “Aku tahu kalian berdua tidak bisa melupakan masa lalu, aku pun pernah mengatakannya kepadamu, tidak mengijinkan perempuan ini masuk kantor Biao Zhen Yuan walau selangkah pun, kau sendiri sudah menyetujuinya, sekarang apa yang bisa kau jelaskan?”

Meng Ju-zhong duduk di kursinya, kepalanya sama sekali tidak diangkat.

Han Wu-niang membalikkan badan dan berkata, “Du Xiang-jun, hari ini kita bertemu lagi, waktu yang tepat untuk menjelaskan semua masalah ini, katanya kau disebut- sebut sebagai pendekar wanita, tapi kulit mukamu sangat tebal, kau merebut suami orang, tolong kau yang jelaskan masalah ini!”

Du Xiang-jun tidak menyangka bahwa lawan bicaranya akan berkata seperti itu, kemarahan membuat badannya menjadi bergoyangan, dia membentak, “Han Wu-niang, kau tidak pantas menjadi pengikut Budha, tapi kau sendiri adalah seorang perempuan, mengapa kau yang tidak tahu malu?”

“Apa yang kau maksud tidak tahu malu? Karena aku adalah perempuan maka aku harus menjelaskan semuanya, sewaktu aku melepaskan diri dari kekuasaan guru dan kembali ke Lan Zhou, waktu itu kau baru melahirkan Meng Shao-hui, sedangkan aku sebelumnya sudah mempunyai anak dari Meng Ju-zhong, usianya lima tahun. Memang benar kalian menikah dengan resmi tapi kami sudah berjanji akan sehidup semati, langit dan bumi menjadi saksi, apakah ini bukan termasuk suami istri?” sambil bicara air mata Han Wu-niang terus mengalir.

Karena terkejut mata Du Xiang-jun membelalak begitu besar, dengan suara besar dia berkata, “Meng Ju-zhong, kau berdiri, di depan langit dan bumi, katakan dengan jujur, apakah semua kata-kata biksuni ini benar?”

Meng Ju-zhong tetap duduk.

Kata Du Xiang-jun, “Sepertinya dia tidak mendengarkan kata-kataku sama sekali.” Tapi tubuhnya sudah gemetar.

Melihat Meng Ju-zhong seperti itu, Du Xiang-jun menjadi kesal, dia membalikkan badannya menghadap Han Wu-niang dan berkata, “Mungkin yang kau katakan itu benar, tapi dimana sekarang anakmu berada? Mengapa kau tidak membawanya kesini? Bila anakmu memang ada aku berjanji dia harus menyandang marga Meng.”

Suara Du Xiang-jun sudah terdengar agak tenang, walaupun kemarahannya belum surut tapi dia mencoba untuk menahannya, dia berkata, “Katakan, dimana dia berada?” Han Wu-niang menjadi sedih, air matanya mulai menetes, hatinya seperti teriris dan meneteskan darah, dia berkata, “Aku, aku harus bagaimana menjawabnya, anakku, dia.... sudah meninggal.  ”

Du Xiang-jun mengira Han Wu-niang berbohong, Du Xiang-jun bertambah marah, dia membentak, “Bila kau tidak bisa menjelaskannya, artinya kau sudah berbohong kepadaku! Kau seorang biksuni cabul, berani mengucapkan hal ini untuk menipu orang, benar-benar tidak tahu malu!”

Han Wu-niang tidak diam dikatakan seperti itu, dia menghapus air matanya dan melotot kepada Du Xiang-jun lalu berkata, “Kau perempuan jahat, hari ini aku bertemu denganmu lagi, semua membuatku merasa sial, kau sembarangan bicara saja!”

“Apakah aku sudah sembarangan bicara? Bila kau tidak mau mendengarkan perkataanku, jangan sembarangan masuk ke rumah orang dan berselingkuh, kau mau apa? Apakah kau berani di depan Hua Shan Zi Feng berlaku macam-macam?”

Kepala boleh putus, tapi orang tidak bisa dihina begitu saja.

Semua orang dari kalangan dunia persilatan selalu menjawab dengan pedang dan berkata dengan ilmu silat, bila tidak seperti itu maka orang itu bukan orang dunia persilatan, atau artinya orang itu harus mundur dari dunia persilatan.

Walaupun Han Wu-niang mengetahui bagaimana kelihaian 72 jurus pedang Hua Shan, tapi dia sudah tidak dapat menahan emosinya, dia membentak, “Keluarkan pedangmu, aku ingin mengetahui jurus pedang Hua Shanmu seperti apa?”

Du Xiang-jun tertawa dan berkata, “Tadinya aku tidak menginginkan kau mati di kantor Biao Zhen Yuan, tapi semua ini adalah pilihanmu.” Dengan tangan kiri Du Xiang-jun menunjuk Meng Ju-zhong, “Marga Meng, hari ini kau sendiri akan menyaksikan kekasih gelapmu mati di depanmu, apakah kau tidak mau membantunya? Bila kau mau, masih sempat!”

Meng Ju-zhong melihat mereka berdua semakin panas, dia mengangkat kepalanya, begitu mendengar kata-kata Du Xiang-jun, hatinya bertambah kacau, dia berdiri, mengambil pedang yang tergantung di dinding, kemudian dia mematahkan pedang itu, lalu membalikkan badan.

Apa yang sedang dia pikirkan, mungkin saat itu dia sedang tidak sadar. “Tunggu apa lagi?” Hati Han Wu-niang seperti diiris pisau, segera dia mengeluarkan jurus dan menyerang ke liang rusuk Du Xiang-jun sebelah kanan, kemudian disusul menyerang kebagian bawah tubuh Du Xiang-jun, dia menyerang setiap jurus dengan keras dan lembut secara bergantian, itu adalah jurus Zhui Hun Dua Ming-jian Fa.

Mereka berdua segera bertarung, terkadang mendekat, terkadang terpisah, kadang- kadang
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar