Asmara Pedang dan Golok Bab 02

Bab 02

Pelan-pelan Co Ek-seng menarik kembali golok panjangnya lalu memasukan kembali goloknya ke dalam sarung golok. Rupanya dia sudah mengurung-kan niatnya mempertaruhkan nyawa merebut wanita cantik itu.

Tapi mendadak dia membusungkan dada, dan menggerakan goloknya. Niat dia tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat. Hong Kin berbicara dengan nada yang sedikit keheranan:

"Sebenarnya aku tidak heran kau berani bertarung mempertaruhkan nyawa, tadi jelas-jelas kau telah mengurungkan niat, kenapa mendadak berubah pikiran lagi?"

Co Ek-seng tertawa mengerikan lalu berkata: "Semua ini karena oleh Song Cin!"

Jawaban ini benar-benar mengandung siasat yang am at licik d an membingungkan.

Hong Kin membelalakan mata mengawasi Song Cin, tampak orang itu selain wajahnya yang bengis, tidak ada keanehan lainnya.

Kenapa orang ini bisa membuat Co Ekrseng mendadak berubah dari ketakutan jadi pemberani? Mendadak dari menyerah untuk menyelamatkan nyawanya, menjadi lebih baik mati dari pada menyerah?

Tapi belum lagi ditanya oleh Hong Kin, Tong Ang sudah berkata pula:

"Aku pun tidak mengerti, sungguh aneh!"

Hong Kin sudah tahu satu hal, yaitu jika sekarang dia menanyakan apa sebabnya pada Co Ek-seng dan Song Cin, mungkin mereka tidak mau menjawabnya.

Maka dia meninggalkan sisi jendela, melangkah ke arah Co Ek-seng dan Song Cin berdua.

Di dalam ruangan yang luas dan terang ini, sedikit pun tidak ada suara, juga tidak ada orang yang bergerak.

Co. Ek-seng dan Song Cin menyiapkan golok panjangnya, siap saling melindungi. Karena Tong Ang sudah mundur ke samping, maka konsentrasi mereka sementara ditujukan pada Hong Kin seorang.

Enam wanita yang duduk jauh di pojok ruang-an, juga dengan sorot mata keheranan memperhatikan para laki-laki yang sedang memegang pedang dan golok ini.

Semua kejadian seperti dalam khayalan saja, semua seperti tidak ada nyatanya.

Permainan apa yang sedang dipermainkan oleh para laki laki ini?

Hong Kin menunjuk pada Co Ek-seng dan Song Cin dengan pedangnya yang menyilaukan mata, dengan dingin berkata:

"Orang dulu bilang di bawah jenderal besar tidak ada prajurit yang lemah, kalian adalah pengawal keluarga Kie, aku tidak berani memandang sebelah mata pada kalian.

Maka aku tidak akan menggunakan jurus pedang biasa, alasan lainnya yaitu musuh besar segera akan datang, jadi aku sudah tidak ada waktu lagi."

Kata-katanya tampaknya sulit untuk di bantah. Apa lagi tidak ada manfaatnya lagi melanjutkan pembicaraan.

Co Ek-seng berteriak pelan, goloknya sudah menyapu sebelum lawan selesai bicara.

Serangan golok dia seperti burung Hong mengepakan sayap, menyerang ke jalan darah Tai-yang-hiat Hong Kin, di bawah ketek dan pinggang.

Bersamaan waktunya golok Song Cin pun berkelebat, golok panjangnya secepat kilat ingin menggorok leher lawannya. Kerja sama kedua orang ini sangat hebat, seperti yang dikatakan Hong Kin 'di bawah jenderal besar tidak ada prajurit yang lemah', pengawal keluarga Kie memang hebat- hebat.

Walaupun serangan sepasang golok mereka sangat cepat dan hebat, tapi Hong Kin tetap bisa menghindar dengan waktu yang tepat.

Tapi Hong Kin masih tetap dalam kurungan mereka, tidak bisa melepaskan diri.

Dalam sekejap Hong Kin sudah mundur dua belas langkah, tubuhnya juga sudah hampir menyentuh jendela.

Saat ini sinar golok Co Ek-seng dan Song Cin seperti kilat yang menyilaukan mata, hawa membunuh yang dingin benar-benar bisa membuat orang pengecut mati ketakutan.

Dalam keadaan yang sangat menegangkan ini, jika penontonnya adalah orang biasa tentu tidak akan bisa bereaksi cepat.

Tapi Tong Ang bukanlah orang biasa, ketika dia melihat Hong Kin berada di bawah angin dan mundur ke belakang, dia tetap tenang tidak bergerak, tampak-nya keadaan ini seperti tidak ada hubungannya dengan dia sedikit pun.

Keadaan ini bagi orang yang bisa berpikir cepat, tentu bisa menilai keadaan yang sesungguhnya.

Tampak Hong Kin berada di bawah tekanan sepasang golok lawan, tapi tiba-tiba dia menyabetkan pedangnya.

Sabetan pedangnya tepat mengenai sasarannya, Co Ek- seng dan Song Cin seperti batu penguji pedang di bukit Ho di Soh-ciu, dengan rapi sekali membelah menjadi dua.

Di sini bukan mengatakan tubuh mereka terbelah menjadi dua, tapi serangan dahsyat mereka mendadak dibelah menjadi dua oleh sabetan pedang, menjadi dua kesatuan yang masing-masing tidak berhubungan.

Pedang panjang Hong Kin tiba-tiba berpindah ke tangan kiri, setelah menyerang tiga jurus, lalu kembali lagi ke tangan kanan dan tiga jurus berturut-turut menyerang Song Cin yang berada di sebelah kanan.

Co Ek-seng dan Song Cin segera terdesak mundur dua langkah besar ke belakang.

Tapi jurus pedang Hong Kin seperti bermain sulap, bukan saja tidak menggetarkan mereka, malah membuat hati mereka diam-diam menjadi senang.

Jika ini adalah jurus hebatnya Ceng-hoan-siang-kiam, maka tidak sehebat yang dibayangkan. Juga tidak mengherankan jika nama Ceng-hoan-siang-kiam Hong Kin tidak begitu ternama.

Tapi pada saat ini dari kejauhan tiba-tiba jari telunjuk Hong Kin menyentil dan jari tengah tangan kirinya, bergerak seperti jurus pedang.

Song Cin yang berada lima kaki lebih jauhnya langsung menjerit mengerikan dan roboh ke lantai.

Tenggorokannya seperti tertusuk oleh pedang sungguhan, membuat dia langsung mati, sampai jeritan nya pun terpotong setengah!

Sekarang hanya tinggal Co Ek-seng seorang diri, dan baru tahu dia telah salah perhitungan.

Seorang lagi yang telah salah mengambil keputusan adalah Song Cin, tapi dia sudah mati.

Setelah keadaan kembali normal, Co Ek-seng bukan menyelamatkan nyawa dengan melarikan diri, tapi dia malah ingin tahu setelah Song Cin terkena jurus Hoan-kiam (Pedang ilusi) yang tidak terlihat itu, apakah tenggorokannya berdarah atau tidak?

Sebenarnya dia bisa melihat jawabannya dengan melirikkan matanya, tapi pedang sungguhan Hong Kin yang berkilat-kilat sudah datang kembali menusuk ke arah titik kematian di tenggorokannya, membuat kesempatan dia pun tidak ada lagi.

Dia terpaksa mengayunkan goloknya ke atas menangkis. Satu jurus golok muncul dari sudut yang-tidak terduga,

laksana kembang api memancar.

"Traang!" malah bisa menangkis keluar pedang lawan.

Hong Kin memiringkan rubuhnya, secepat kilat jurus pedang tangan kiri ditusukan dari kejauhan.

Co Ek-seng hanya merasa dadanya sakit sekali, terlihat dadanya seperti benar-benar ditusuk oleh pedang sungguhan, tenaga di seluruh tubuhnya menjadi hilang, dan golok di tangannya tidak bisa digenggam lagi "Traang traang traang!" jatuh ke tanah.

Dia menundukan kepala dan melihat dadanya tidak ada noda darah.

Pikiran ini hanya sekilas lewat dalam otaknya, lalu diapun seperti Song Cin, selamanya tergeletak di atas tanah.

% % %

Hoyan Tiang-souw ingat tadi dia ingin sekali mengusap air danau, di atas wajahnya yang muda tidak tahan muncul senyuman harapan itu.

Air danau See-ouw itu pasti sangat segar, juga pasti selicin wajah gadis cantik. Tapi Hoyan Tiang-souw tidak berani melaku-kan keinginannya.

Sebab walaupun air danau sangat jernih dan menyenangkan, tapi jika tenggelam ke dalamnya, mungkin akan lebih menakutkan dari pada tenggelam di dalam lautan asmara.

Sehingga dia pelan-pelan berjalan menelusuri tepi danau.

Dengan ketajaman matanya yang mengejutkan, dari jarak yang amat jauh dia sudah melihat dengan jelas Co Ek- seng dan Song Cin berdua masuk ke dalam sebuah rumah di pinggir danau itu.

Melalui darat dia bisa sampai ke sana, berenang pun bisa walaupun ilmu berenangnya hanya pas-pas an, maka dia lebih mantap berjalan kaki saja.

Di saat dia berpikir tahu-tahu sudah berada di belakang pohon di luar rumah itu, maka apa yang terjadi di dalam rumah dia pun sudah mendengarnya.

Hanya saja dia tidak tahu bagaimana raut wajah Cui Lian-hoa itu, apakah secantik pemandangan See-ouw? Apakah selicin dan selembut air danau itu?

Tampaknya ilmu silat Ceng-hoan-siang-kiam sangat aneh dan sulit dihadapi, perkiraan ini di peroleh dari jeritan Song Cin dan Co Ek-seng yang mengerikan ketika mereka terkena tusukan lalu meregang nyawa.

Tapi Hong Kin dan Tong Ang pun bisa tahu ada musuh yang mendekat. Kemampuan yang hebat ini, bisa diukur dari kemampuan di bidang tenaga dalam mereka.

Mengenai hal ini memang Hoyan Tiang-souw tidak berani memandang rendah, tapi juga tidak terlalu memperhatikannya, sebab dia sendiri pun memiliki kemampuan seperti itu!

Dia sudah merasakan di dalam ruangan ada dua macam hawa membunuh yang berbeda, satu adalah hawa membunuh yang sifatnya keras dan brutal, satu lagi bersifat lembut negatif yang amat licik.

Mungkin inilah arti sebenarnya 'Ceng' dan 'Hoan' itu? Sebenarnya bagaimana kehebatan jurus pedang mereka? '

© ® ©

Jurus pedang yang keras dan brutal termasuk 'Ceng', dan jurus pedang yang lembut negatif tergolong 'Hoan'.

Hoyan Tiang-souw merasa perkiraannya pasti seratus persen benar.

Namun saat dia masuk ke dalam ruangan dengan langkah lebar, saat ini Tong Ang salah satu dari Ceng-hoan- siang-kiam tiba-tiba seperti kelinci ketakut an, dengan kecepatan yang mengejutkan dia meloncat melarikan diri dari jendela lainnya.

Hoyan Tiang-souw segera sadar, dia telah salah menduga. Selain itu dia juga sadar Ceng-hoan-siang-kiam tidak selalu harus bersama-sama dilakukan oleh dua orang, tapi jurus pedang hebat itu bisa dilakukan oleh satu orang saja.

Jika begitu, dua macam hawa membunuh yang berbeda tadi apakah hanya keluar dari Hong Kin seorang diri, atau ada musuh kuat lain yang sedang bersembunyi?

8-x-8

Semua wanita dengan sorot mata keheranan dan kagum, menatap pada pemuda yang ber-perawakan tegap, kekar, dan berwajah gagah ini. Tidak peduli saat dia melangkah masuk atau sedang berdiri, selalu ada aura yang gagah menekan orang, membuat orang melihat dia langsung tahu pemuda ini selamanya tidak pernah tahu apa yang dinamakan 'ketakutan'.

Sampai Hong Kin pun tidak tahan menarik nafas dingin dan berkata:

"Kau pasti Mo-to Hoyan Tiang-souw.... Kie-siauya mati dibawah golokmu, kelihatannya memang sana Cui Lian- hoa tampak sangat menonjol sekali, walaupun beberapa wanita yang ada disisinya juga benar ilmu silatnya kalah olehmu, jadi tidak perlu di buat heran lagi."

Kerasnya suara Hoyan Tiang-souw seperti orang lain berteriak saja. Tapi melihat sikapnya terlihat dia berbicara dengan sikap yang normal saja, katanya:

"Aku mengagumi jurus tombak Kie Hong-in, sayang dia orangnya jahat dan licik, sehingga terpaksa aku membunuhnya."

Dilihat dari luar dia tampak hanya menjelaskan kenapa membunuh Kie Hong-in, tapi sebenarnya dia sedang membocorkan kekuatan aneh dari Mo-to nya!

Tapi orang lain sulit bisa mengerti maksudnya. Kata Hong Kin:

"Kita tidak perlu meributkan siapa yang benar siapa yang salah. Aku jujur saja padamu, walaupun aku orang yang tidak ternama, tapi tetap akan mempertaruhkan nyawa membela keluarga Kie."

Dari kedua ujung alis Hoyan Tiang-souw mendadak terlihat hawa amarah. Sekarang dia tahu, Hong Kin mempertaruhkan nyawa, bukan sungguh-sungguh demi membalaskan dendam keluarga Kic, tapi demi wanita cantik yang bernama Cui Lian-hoa!

Orang-orang semacam ini bicaranya selalu merasa paling benar dan terhormat, tapi dalam hati-nya ..

Amarah Hoyan Tiang-souw timbul justru karena ini, tapi walaupun sedang marah, matanya tetap tidak tahan melihat ke arah para wanita yang berdiri dipojok sangat cantik, tapi jika dibandingkan dengan dia seperti bunga di pinggir jalan yang tumbuh bersama dengan bunga Bo-tan yang sedang mekar.

Siapa pun orangnya, jika melihat tentu akan melihat dia dulu, dan di saat ini orang itu pun pasti tidak akan melihat wanita cantik yang ada disisinya.

Hoyan Tiang-souw pun melihat sudut bibirnya bergerak, terkilas ada senyum yang tipis-tipis sekali.

Selain itu di dalam matanya yang seperti air jernih, hanya sekejap tampak sudah mengutarakan banyak sekali perasaannya pada dia.

Bagaimana mungkin?

Diam-diam Hoyan Tiang-souw merasa heran.

Siapa orang yang bisa dalam sekilas saling pandang, sudah dapat mengutarakan isi hatinya, harapan dan lain- lainnya?

Dia juga bisa dianggap orang yang paling keji, paling dapat mengendalikan diri, sebab sorot matanya bisa langsung berpindah dari wajah cantik Cui Lian-hoa yang dapat meluluhkan hati orang itu, berpindah kepada wanita setengah baya yang berpakaian kain kasar, padahal nyonya ini bisa masuk ke dalam golongan buruk rupa.

Walaupun sorot mata Hoyan Tiang-souw hanya sekilas, tapi dalam harinya sudah meninggalkan satu bayangan aneh.

Sorot mata Hoyan Tiang-souw sebenarnya hanya sekejab saja meninggalkan Hong Kin.

Tapi Hong Kin sudah berkata:

"Bagaimana? Dia cukup cantik bukan?"

Sekarang Mo-to Hoyan Tiang-souw sudah berpindah ke telapak tangan kiri, biasanya dia mengepit goloknya di ketek kiri, tidak suka menyelipkan di pinggang atau diikat di punggung.

Amarah di dalam hatinya jadi bertambah, tentu saja semua ini disebabkan oleh kata-kata Hong Kin.

Dalam hatinya berkata:

'Cantik atau tidak wanita yang bermarga Cui dan bernama Lian-hoa, sama sekali tidak ada hubungan nya denganmu, Hong Kin.

Kie Hong-in yang berengsek ini jelas mendapatkan wanita ini dengan cara yang tidak pantas, walau-pun sekarang Kie Hong-in sudah mati, bukan saja wanita ini tidak bisa kembali bebas, malah menjadi seperti harta warisannya Kie Hong-in, membiarkan kalian memperebutkannya. '

Karena marah, tangan dia seperti sudah tidak tahan lagi menggenggam pegangan goloknya.

Sebenarnya dia tahu, saat ini seharusnya dia meloncat keluar ruangan, mencari dulu Tong Ang yang sudah melarikan diri. Sebab dari jendela melihat keluar tidak tampak ada satu pun perahu, maka bisa diketahui Tong Ang pasti kabur melalui darat, tapi Tong Ang pasti tidak mau segera pergi menjauh.

Pertama, karena Hong Kin belum tentu kaplah dan belum tentu terbunuh, kedua walaupun Hong Kin kalah dan terbunuh, dia juga bisa memperoleh banyak bahan untuk dilaporkan setelah kembali nanti.

Maka jika tanpa diduga dia tiba-tiba meninggalkan Hong Kin, lalu keluar mencari Tong Ang terlebih dulu, pasti akan berhasil.

Tapi api amarah dia telah memenuhi dadanya, golok di tangannya seperti ingin meloncat keluar saja.

'Tidak usah pedulikan lainnya," pikir Hoyan Tiang-souw di dalam hati, 'pokoknya jika Tong Ang lari pun aku tidak takut, tapi kepala Hong Kin bagai-mana pun harus dipenggal.'

Terdengar Hong Kin berkata lagi: "Ku dengar akhir- akhir ini dengan satu sabetan golok saja kau sudah membunuh Swat-heng-kin-leng, Cin Hong (Es melintang dari gunung Kin). Menurut yang kutahu Cin Hong adalah orang yang akhir-akhir ini termasuk pesilat kelas satu dalam ilmu golok, usianya tidak terlalu tua, orangnya sangat lurus, karena dia adalah salah satu murid dari Ceng-kuncu (Laki- laki sejati) Ku Jin-houw. "

Hoyan Tiang-souw mengerutkan alis tebalnya, menunjukan hatinya yang kesal, dengan sembarangan berkata:

"Siapa Ceng-kuncu Ku Jin-houw?" Hong Kin merasa keheranan: "Kau adalah orang yang belajar ilmu golok, malah tidak tahu apa dan siapa saja yang dijuluki tujuh golok ternama di dunia persilatan masa kini?"

"Tidak tahu, apa Ku Jin-houw salah satunya?"

"Hay, kau menjawab dengan begitu tegas, mungkin kau benar-benar tidak tahu, aku tidak menger ti mengapa gurumu tidak memberitahukan tujuh golok ternama di dunia ini padamu.

Hari itu dengan satu sabetan golok kau telah membacok Swat-heng-kin-leng, Cin Hong menjadi dua dengan golokmu, kejadian ini membuat orang terkejut akan ilmu Mo-to mu. Tapi inipun membuat banyak orang menjadi marah, sebab Swat-heng-kin-leng, Cin

Hong adalah seorang yang lurus dan amat kesatria, temannya pun tentunya tidak sedikit!"

Sebelum Hoyan Tiang-souw mengubar adat-nya, mendadak sekelebat dia melihat pada Cui Lian-hoa, kemudian sorot matanya dalam sekejap sudah kembali lagi pada Hong Kin.

Tapi dalam hatinya masih tertinggal bayangan Cui Lian- hoa yang mengerutkan alis dan memejamkan matanya.

Jelas sikapnya bermaksud sangat menyayang-kan dirinya, juga ada semacam perasaan yang mem-buat orang tergetar.

Amarah dia segera jadi meledak, teriaknya:

"Brengsek, hati-hati, aku juga akan membelah-mu menjadi dua dalam satu sebetan golokku!"

Dengan posisi miring Hong Kin menjulurkan pedangnya ke atas, menyiapkan kuda-kudanya. Jurus ini walaupun jurus bertahan, tapi sangat sempurna, sedikit pun tidak ada celah.

Tapi begitu Hoyan Tiang-souw melihat, dia malah dapat melihat Sang-seng-hiat di atas kepala, dan Hwie-in-hiat di bawah tubuh Hong Kin terdapat celah.

Dengan kemarahannya, Hoyan Tiang-souw secepat kilat mencabut Mo-tonya. ,

Kilatan sinar yang menyilaukan mata dan dua tetes air mata yang jernih segera terpampang di udara.

Dia sama sekali tidak memikirkan kenapa setelah lawan menyiapkan jurus pertahanan yang sempurna, malah di kepala dan di bawah tubuhnya bisa muncul celah!

Dia sudah terlalu banyak mengalami hal ini, setiap kali goloknya menyerang dengan amarah, tanpa sadar dia bisa melihat celah lawannya, kalau orang lain apakah bisa menggunakan celah ini dan menyerang-nya, dia tidak tahu.

Dia hanya tahu Mo-to dia pasti bisa berhasil, dan dia juga tahu Mo-to nya tidak ada jurus yang pasti, Mo-to nya selalu bergerak menurut keadaan, begitu melihat celah langsung menyerangnya.

Setelah itu dia pun tidak tahu bagaimana gerakan goloknya, harus disebut apa jurusnya?

Jika Hong Kin tidak berulang-ulang menyebut Swat- heng-kin-leng, Cin Hong orang yang lurus dan kesatria, amarah dia mungkin tidak akan sebesar ini.

Cin Hong jelas-jelas tidak bisa disebut orang baik, Hong Kin justru malah memutar balik kenyataan nya, sehingga sampai Cui Lian-hoa pun jadi timbul salah paham, dengan demikian amarah dia jadi benar-benar besar sekali. Hong Kin menggunakan 'pedang asli' bertahan rapat sekali, tapi satu kesempatan pun tidak ada untuk Hoan- kiam' nya menyerang, yang tampak hanya dua tetes air mata yang terang menyerangnya.

Bersamaan waktu itu di atas kepalanya terasa ada satu perasaan aneh yang tidak pernah dialaminya.

Tentu saja harus ada perasaan aneh, karena......

® ® ®

Sinar golok dingin laksana es, dan laksana kilat di langit malam yang amat gelap.

Cui Lian-hoa sendiri pun mengeluh pelan, punggungnya lemas menyandar kesandaran kursi.

Laki-laki muda ini... tapi aku merasa terlalu lelah, aku malah tidak ingin berkenalan dengan dia...

Selain itu ada empat gadis cantik lainnya sudah jatuh pingsan.

Semua karena melihat seseorang hidup-hidup telah di belah menjadi dua... dari atas kepala di Shang-seng-hiat sampai ke Hwie-in-hiat di bawah tubuh, laksana membelah bambu saja.

Satu orang yang tadinya utuh telah di belah menjadi dua bagian.

Suara pik pik pak pak saat membelah bambu, dan golok bergerak dengan lancar membelah ke bawah, tidak peduli yang menonton atau diri sendiri, pasti merasa lancar dan senang.

Namun seorang yang hidup di belah jadi dua, keadaannya jelas sangat berbeda. Cairan otak, darah segar, jeroan dan lain-lain, semua itu sudah pasti tidak akan membuat orang senang, dan hilangnya satu nyawa juga tidak akan bisa diterima siapapun.

Mo-to (Golok setan) itu malah masih tetap bersih bersinar, sedikit pun tidak ada noda darah.

Tapi hal ini hanya orang yang penglihatannya sangat tajam baru bisa melihatnya, karena Mo-tp dalam sekejap sudah menghilang, sudah masuk kembali ke sarung goloknya.

Hoyan Tiang-souw seperti yang sudah diduga oleh siapapun, dengan langkah besar melewati mayat, tumpahan darah dan lain-lainnya, berjalan menuju Cui Lian-hoa.

Dia berhenti pada jarak enam tujuh kaki di depan Cui Lian-hoa, lalu mengerutkan alis tebalnya.

Sorot matanya walaupun menatap pada Cui Lian-hoa, tapi jelas dia tidak benar-benar sedang melihatnya, sorot mata dia seperti sedang melihat benda-benda yang tidak tampak di bumi ini.

Di dunia ini memang ada beberapa benda yang tidak bisa di lihat oleh mata telanjang.

Sebutlah benda, molekul tidak bisa dilihat, baksil pun tidak bisa dilihat, kecuali menggunakan alat-alat canggih.

Jika bicara tentang semangat atau kejiwaan, maka memakai alat pun tidak ada gunanya.

Hanya bisa dengan Hwie-gan (mata kepintaran) baru ada gunanya.

Apa sebenarnya yang tampak oleh Hoyan Tiang-souw? Dia sendiri sedikit pun tidak bisa menjelas kan, untungnya ada seseorang yang mau berbicara, menjawab teka-teki ini. "Kau memangpesilat tinggi kelas satu." Suara-nya kasar, tapi tetap terdengar sebagai suara wanita, dia berkata lagi, "Sampai bahaya yang tidak tampak pun kau bisa melihatnya, tidak diragukan lagi Hong Kin dan Kie Hong- in mereka kalah satu tingkat dari mu!"

Wanita yang bicara ini duduk di sebelah kiri Cui Lian- hoa, dia berbaju hijau dari kain kasar, usianya kurang lebih tiga puluhan, wajahnya tidak terlalu cantik.

Wanita berbaju hijau ini pernah meninggalkan kesan aneh di dalam hati Hoyan Tiang-souw, tapi saat ini dia tidak ada waktu untuk menyelidikinya, namun sekarang tidak perlu menyelidikinya lagi.

Dia tidak bersuara menengok ke arahnya, tidak melakukan apa-apa.

Tegapnya berdiri, laksana gunung saja, tidak saja mantap, tenang juga kuat seperti gunung, kehening annya juga sama.

Siapa yang pernah mendengar gunung bicara? Lebih lebih tidak mungkin cerewet seperti wanita berlidah panjang!

Di dalam mata wanita berbaju hijau ada sinar semangat, membuat wanita biasa yang berwajah buruk, berubah menjadi seorang besar yang sulit diukur!

Lalu suara dia berubah menjadi lembut menarik, dia berkata:

"Terhadap Ceng-kuncu Ku Jin-houw dan Ceng-hoan- siang-kiam, siapa mereka, dari mana mereka berasal, kau tidak tahu, tapi kau tidak memberi ampun, sedikit pun tidak mempedulikan, maka terhadap siapa aku, mungkin kau juga tidak akan mempedulikan atau menanyakan?" Perkataan Hoyan Tiang-souw memecahkan keheningannya:

"Betul, sebab asal di dalam hatiku sudah tahu kau sangat lihay, musuh kuat yang tidak pernah ku temui, itu sudah cukup!" ,

Dengan ramah dan tulus wanita berbaju hijau bertanya: "Bagaimana kau bisa tahu?"

"Sebab sesaat sebelum aku masuk, aku sudah merasakan hawa membunuhmu, tadi aku menghenti-kan langkah, itu juga dengan sebab yang sama, kau pasti tahu!

Hay, ini sungguh hal yang tidak bisa di bantah, jujur saja kekuatan hawa membunuhmu sampai jarak beberapa Li saja sudah terasa. Di jaman sekarang, ku dengar selain Thi- kak-siang-jin (Hweesio kaki besi) dari Siauw-lim yang dapat melenyapkan hawa membunuhnya, seperti golok membelah arus air, burung terbang di atas langit, sedikit pun tidak meninggalkan jejak.

Orang lain sedikit banyak selalu ada hambatan, tapi Thi- kak-siang-jin yang sudah berusia seratus tahun lebih, ingin bertemu dengan dia pun sangat sulit, maka tidak bisa dibicarakan atau dibuktikan betul tidaknya hal ini!"

Jika inti pembicaraannya adalah batas tertinggi berlatih ilmu silat, tentu saja sangat berbeda dengan kabar burung.

Hoyan Tiang-souw tampak bersemangat dan besar rasa ingin tahunya, dia bertanya:

"Bagaimana dengan diriku, apa kau tahu, bisa mengalahkan aku atau tidak?"

Wanita berbaju hijau menjawab sambil menggelengkan kepala, lalu balik bertanya:

"Bagaimana denganmu?" "Kadang bisa, kadang juga tidak bisa." Jawab Hoyan Tiang-souw.

Wanita berbaju hijau diam sejenak lalu berkata: "Tadinya aku mengira setelah Kie-siauya di kawal oleh Ceng-hoan-siang-kiam, sudah cukup untuk berkeliling dunia, siapa tahu walaupun di tambah aku juga tidak cukup.

Kau adalah musuh yang paling menakutkan, jika satu lawan satu mungkin nasibku seperti Hong Kin, tapi aku ada pikiran sendiri dan akal sendiri."

"Aku tahu," Alis tebal Hoyan Tiang-souw kembali mengerut dan berkata, "kau tidak takut mati, aku tidak tahu kenapa setiap orang takut mati tapi kau bisa tidak. Selain itu asal kau menggerakan tangan, lima orang gadis itu segera akan menjadi mayat, kau menggunakan cara bertarung bersama-sama mati, tapi kenapa menggunakan cara ini padaku?"

Wanita berbaju hijau tertawa dingin, berkata:

"Sebab jika aku sudah bertekad itu, maka ada kemungkinan aku bisa mengalahkanmu."

Dari pembicaraan mereka yang samar-samar, paling sedikit bisa diketahui bahwa nyonya berbaju hijau ini sedang menggunakan taktik perang, tidak boleh mundur hanya boleh maju dan batu biasa dengan batu giok bersama-sama habis terbakar.

Maksudnya tidak boleh mundur hanya boleh maju adalah setelah dia membunuh seluruh gadis, dia sendiri pasti tidak akan dibiarkan begitu saja oleh Hoyan Tiang- souw. Di dalam keadaan mendesak seperti ini, pertarungannya yang habis-habisan ini, sangat mungkin malah bisa memenangkan pertarungannya. \

Mengenai taktik batu biasa dengan batu giok bersama- sama habis terbakar. Sementara masih belum tahu batu giok itu apakah dia atau para gadis itu?

Dan misalnya 'giok' itu adalah para gadis, juga tidak tahu salah satunya gadis yang mana?

Apakah Cui Lian-hoa?

Alis tebal Hoyan Tiang-souw pelan-pelan terangkat, suaranya jadi semakin seperti suara geledek, dengan keras dia berkata:

"Paling baik kau jangan membuat aku marah, sebab akibatnya kau tentu sudah tahu!"

Dia memang tidak boleh di buat marah, sebab jika marah maka goloknya akan keluar dari sarungnya, saat itu akibatnya Selain 'kematian', mungkin tidak ada lain lagi.

Orang lain tentu saja tidak tahu hubungan amarah dia dengan Mo-to begitu eratnya, pengaruhnya begitu besar.

Semangat di dalam mata nyonya berbaju hijau lebih membara lagi, jelas dia sudah mengumpulkan seluruh tenaga dalamnya, bersamaan itu diwajahnya juga sudah tampak kegeraman yang mendesak!

Kalau wanita menampakan kegeraman seperti ini, artinya dia sudah tidak mempedulikan segalanya, tidak takut pada apa pun.

Benar saja terdengar dia tertawa dingin berkata:

"Jangan membuat kau marah? He he he, lucu, sungguh lucu, setelah membuat kau marah, lalu kau bisa apa?" Sebenarnya dia sendiri tidak tahu akan jadi bagaimana setelah membuat Hoyan Tiang-souw jadi marah?

Selain itu tentu saja dia masih ada kata-kata yang lebih kasar, lebih kotor yang mau dikatakannya, wanita jika ingin membuat marah laki-laki, biasanya sangat mudah melakukannya, sebab mereka masing-masing memiliki cara rahasia, dan biasanya laki-laki tidak bisa melawannya, maka terpaksa terkena siasat-nya si wanita dan membuat jadi marah.

Tapi kata-kata dia bisa dihentikan oleh satu suara yang lembut manis dan tepat saat terdengar, orang yang bicara adalah Cui Lian-hoa, suaranya secantik dan menarik wajahnya. Dia berkata:

"Hoyan Tiang-souw, kau jangan marah."

Dia pasti sangat tahu daya tarik dirinya, maka sama sekali tidak memerlukan alasan apa-apa, dan kenyataannya juga sesimpel itu, Hoyan Tiang-souw segera meredakan amarahnya, tidak marah lagi.

Wanita berbaju hijau tertawa dingin dan berkata: "Tampaknya dia sudah tidak marah lagi. Tapi aku berani

jamin dia segera tidak akan bisa menahan tabiatnya lagi!"

Senyum Cui Lian-hoa tipis dan lembut, cantiknya, wah tidak perlu dikatakan lagi.

"Aku tahu, sebab asalkan kau membunuh siapa saja dari kami ini, maka dia akan marah sekali, jika dugaanku tidak salah, harap kau mau mendengarkan nasihatku."

Sorot mata tajam nyonya berbaju hijau meneliti dan menyelidiki lawannya beberapa saat, baru berkata: "Ternyata benar, kau ini bukan anak petani biasa, sudah sejak lama aku ada perasaan ini, tapi setelah'dilihat-lihat, aku pun tahu kau sama sekali tidak bisa ilmu silat."

"Aku memang tidak bisa silat, tapi bukan tidak mengerti." Cui Lian-hoa berkata, "Jika aku bisa ilmu silat, ketika Kie Hong-in mau menawanku, tentu aku akan sekuatnya memberontak."

"Betul juga kata-katamu, tapi sampai sekarang aku belum pernah mendengar nasihatmu!" Cui Lian-hoa berkata:

"Nasihatku adalah paling baik kau diam-diam kembali lagi ke Lam-kiang."

Wajah wanita berbaju hijau jadi berubah:

"Kau sudah tahu siapa aku? Bagaimana kau bisa tahu?"

Dalam hati Cui Lian-hoa terbayang satu wajah bersih dari seorang setengah baya, sepasang matanya yang dalam dan penuh kepintaran, tampak bisa membaca setiap isi hati lawan.

'Hay Cin Leng-tong, jika kau adalah aku, kau pasti akan tahu lebih banyak dari padaku, sehingga kau juga pasti mempunyai cara yang lebih baik untuk mencegah peristiwa ini.

Tapi sayang aku hanya Cui Lian-hoa bukan kau Cin Leng-tong, makanya aku tidak ada sedikit pun keyakinan!'

Sorot mata wanita berbaju hijau mendesak dia menjawabnya.

Cui Lian-hoa terpaksa berkata:

"Asalkan aku mencium baumu, dan sarung tangan dari kulit manusia warna daging yang selalu kau pakai, aku sudah tahu kau adalah pesilat tinggi dari Can-bian-tok-kiam (Kapas bergulung pedang beracun) di Lam-kiang (Perbatasan selatan), tapi siapa nama aslimu, aku tidak tahu."

Can-bian-tok-kiam dari Lam-kiang adalah salah satu jurus pedang yang tidak ada tandingannya, yang bisa disejajarkan dengan Hiat-kiam (Pedang darah), di dunia persilatan tidak mengherankan jika ada orang yang mengenalnya.

Tapi masalahnya adalah para pesilat pedang aliran ini (semuanya wanita) sangat tersembunyi, tidak tampil keluar, sampai namanya pun jarang diketahui, maka sangat aneh jika Cui Lian-hoa bisa menyebutkan aliran perguruan mereka, sehingga itu jadi pertanyaan yang tidak mudah dijawab.

Dalam tawa dinginnya wanita berbaju hijau terkandung hawa kejam dan jahat:

"Bagus, kau hebat sekali, sayang kau tidak tahu aku sudah tidak bisa kembali lagi ke Lam-kiang. Melihat luasnya dunia ini, hanya Kie-samya, Kie Ting-hoan yang berani menerima aku untuk tinggal, makanya hari inipun aku hanya bisa melakukan apa yang harus aku lakukan!"

Cui Lian-hoa menganggukan kepala:

"Aku mengerti, maka aku tidak menyalahkan-mu, menurut pandanganku, Kie-samya pasti seorang yang gagah berani dan berpandangan luas.

Jika tidak, orang seperti Ceng-hoan-siang-kiam, apa lagi orang seperti kau ini, mana mungkin mau dengan suka rela, mati untuk dia?"

Kata nyonya berbaju hijau berkata: "Dia memang orang yang luar biasa. Jika aku seperti kau, muda dan cantik, aku pasti rela jadi selirnya, seumur hidup mengikuti dia melayani dia..."

Gelombang mata Cui Lian-hoa penuh dengan kesedihan, senyumnya juga menjadi senyum pahit:

"Kelihatannya jika Hoyan Tiang-souw tidak membunuhmu, maka pasti kau yang membunuh dia, selain itu tidak ada jalan lain lagi!"

"Bagaimana kau bisa tahu?" "Jika kau tidak ada tekad ini...." Berbicara sampai disini mendadak dia teringat Cin Leng-tong yang pandai menebak hati orang, karena dia merasa perilakunya sekarang mirip sekali dengan dia, maka dia melanjutkan perkataannya, "kau pasti tidak mau mengatakan isi hati dan kata-kata yang sebenarnya pada kami. Jika kami semua sudah mati, rahasiamu pasti tidak akan bocor, jika kau yang mati, rahasianya terbongkar atau tidak, juga sudah tidak penting lagi!"

"Betul, tapi aku tetap berharap kalian yang mati, bukan aku yang mati!"

Hitung-hitungan seperti ini, anak kecil pun bisa menghitungnya, tidak perlu didiskusikan lagi. Cui Lian-hoa tersenyum dan berkata: "Walaupun begitu, tapi sayang kau telah melewatkan satu hitungan yang paling penting."

Wanita berbaju hijau dengan dingin berkata: "Tidak, sama sekali tidak akan." "Kau terlalu percaya diri," Kata Cui Lian-hoa sambil tertawa.

Tawanya tetap masih begitu cantik, suaranya pun tetap terdengar enak dan menarik orang.

"Kenapa kau malah tidak mempertimbangkan? Jika Hoyan Tiang-souw mengalahkanmu, tentu saja dia tidak akan mati. Dan walaupun kau telah kalah, tapi juga tidak mati, hanya terluka dan ditawan, saat itu bagaimana dengan dirimu? Kau tidak berani kembali ke Lam-kiang, dia justru mengantar kau kembali ke Lam-kiang, kau ingin mati, dia justru tidak membiar-kan kau mati."

Warna wajah wanita berbaju hijau berubah. Cui Lian-hoa mendesak pertanyaannya: "Jika terjadi keadaan begitu, kau mau apa?"

Wanita berbaju hijau berpikir-pikir sejenak, dengan tertawa dingin dan berkata:

"Itu urusanku dengan Hoyan Tiang-souw, tidak ada sangkut pautnya denganmu. Karena di saat itu kau sudah tidak bernafas, sudah tidak ada perasaan, segala masalah di dunia ini semuanya dan selamanya tidak ada hubungannya lagi denganmu."

"Aku percaya kau sanggup membunuh kami, tapi setelah kau melakukannya, kau pasti malah akan menyesal! Coba kau pikir, jika kau sudah memutuskan kami berlima menemanimu pergi ke akhirat, tapi mendadak menemukan salah satu dari kami tidak bisa kau bunuh. Kau tentu saja sangat tidak senang dan merasa menyesal, orang lain mati masih tidak apa-apa, tapi jika orang ini justru aku Cui Lian- hoa, bagaimana kau bisa mati dengan tidak penasaran?"

Setiap kata-katanya adalah kenyataan, dan setiap kata- katanya saling berhubungan, membuat orang terpaksa mendengar, malah terpaksa memikir-kan untung ruginya.

Maka wanita berbaju hijau tidak segera menyerangnya. j Cui Lian-hoa melanjutkan:

"Can-bian-tok-kiam dari Lam-kiang walaupun salah satu jurus pedang terhebat masa kini, bisa dibandingkan dengan Hiat-kiam dari Yan-pak, tapi di dunia ini masih ada beberapa jurus pedang yang tidak ada lawan lainnya yang dapat dibandingkan dengan kalian.

Seperti dulu ada Chun-hong-hoa-goat-lou dari Yang-ciu, dua keluarga di dunia persilatan ini, di antaranya mempunyai jurus pedang Tay-ci-hoat (Alam besar) dari keluarga Liu dan bisa disetarakan."

Kata wanita berbaju hijau:

"Walaupun jurus pedang Tay-ci-hoat dari keluarga Liu di Chun-hong-lou bisa disebut tiada duanya di dunia, tapi apa hubungannya dengan diri-mu, kau kan bukan bermarga Liu."

"Walaupun aku tidak bermarga Liu, tapi Bu-ceng-siau (Seruling tanpa perasaan) dari keluarga Cui di Hoa-goat- lou, tampaknya juga tidak lebih lemah dari pada pedangnya keluarga Liu di Chun-hong-lou."

Dari beberapa keluarga dunia persilatan yang ternama, keluarga Liu dan keluarga Cui dari Yang-ciu yang paling menonjol.

Itu karena dua keluarga besar ini sama-sama berada di Yang-ciu, dan turun temurun hubungannya sangat erat, seperti satu keluarga saja.

Di dalam rumah keluarga Liu ada sebuah gedung Chun- hong (Angin musim semi), di rumah keluarga Cui ada gedung Hoa-goat (Bulan berbunga), sama-sama dibangun dengan megah dan mewah.

Sehingga entah di mulai dari kapan dunia persilatan menyebut mereka Chun-hong-hoa-goat-lou.

Puluhan tahun terakhir ini dua keluarga besar Liu dan Cui sudah sangat lemah. Menurut kabar, beberapa tahun lalu kedua keluarga ini mendadak mengalami musibah, sampai satu penerus pun tidak ada, Chun-hong-hoa-goat-lou yang ternama itu pun sudah berganti tuan.

Namun kebesaran nama kedua keluarga ini masih belum dilupakan orang, apa lagi para pesilat tinggi masa kini, pasti pernah mendengar kebesaran dan sejarah kedua keluarga ini.

Maka tidak mengherankan jika wanita berbaju hijau merasa terkejut sampai membelalakan sepasang matanya.

Jika dia kelahiran dari perguruan Can-bian-tok-kiam dari Lam-kiang, tentu saja tahu akan Bu-ceng-siau nya keluarga Cui dari Hoa-goat-Iou, adalah salah satu ilmu silat yang tiada duanya di dunia.

Jika Cui Lian-hoa benar adalah keturunannya Bu-ceng- siau, maka dia bisa tidak di masukan ke dalam daftar kematian, itu adalah hal yang tidak mengheran-kan.

Sudut mata wanita berbaju hijau diam-diam melirik pada Hoyan Tiang-souw, sambil menengadah-kan kepala dia tertawa dingin dan berkata:

"Walaupun kau benar keturunan dari Hoa-goat-lou, aku juga tidak takut, malah jadi tidak akan melepaskanmu. "

Seharusnya dia melakukan serangan tiba-tiba, sebab ini adalah langkah yang telah dia siapkan dan direncanakan, siapa sangka Hoyan Tiang-souw yang dilihat sudut matanya sudah bergerak lebih dulu dari pada dia.

Maka dia segera membalikan tubuh, dengan langkah besar keluar dari ruangan, tidak melihat ke belakang lagi.

Pek-mo-ci-to (Golok setan yang merana) yang dikepitnya, jadi ikut menghilang bersama orangnya. Di lantai hanya tertinggal darah yang berlumuran, dua bagian tubuh Co Ek-seng dan mayatnya Song Cin.

Wanita berbaju hijau sesaat jadi lupa bergerak untuk membunuh, malah balik bertanya:

"Mau apa dia? Kenapa dia mendadak pergi? Apa dia sudah tidak mempedulikan lagi hidup matinya kalian?"

Cui Lian-hoa tidak menjawab, hanya pelan-pelan menghela nafasnya.

ca ca ca

Dengan Mo-tonya yang tidak berperasaan Hoyan Tiang- souw meraja lela di dunia persilatan, tapi orang semacam dia ternyata bisa muncul dalam kerumunan orang dan mendengarkan khotbah di dalam kuil Budha.

Saat dia duduk di dalam kerumunan jemaat yang mendengarkan khotbah, duduknya paling tegak, paling hikmat, juga paling konsentrasi.

Golok dia dibungkus dengan kain hitam, di taruh di atas lututnya, tidak ada orang yang melirik dan memperhatikannya.

Sebab biasanya di dalam kuil Budha yang suci, daging dan arak pun tidak ada orang yang berani membawanya, apa lagi senjata pembunuh.

Hweesio tua yang sedang berkhotbah wajahnya terlihat serius dan suaranya menggelegar.

Membuat orang sekali menatap tampangnya dan pembicaraannya, tidak tahan timbul perasaan hormat.

Hal ini bisa menjelaskan, di dalam begitu banyaknya para hweesio, pasti tidak akan menemukan ke lima indranya tidak lurus, atau tubuhnya cacad. Hoyan Tiang-souw berusaha membuat dirinya konsentrasi mendengarkan khotbah yang sangat dalam dan detail itu.

Dia sudah terbiasa mendengarkan khotbah semacam ini, sebab ketika dia berusia lima enam belasan tahun, di Thian- cin dia cukup lama mengikuti seorang hweesio yang bernama Kheng-it.

Seorang hweesio yang pandai berkhotbah, walaupun yang dihadapinya hanya seorang anak muda, sedikit banyak juga bisa menjelaskannya.

Sekarang dia pun merasa khotbah hweesio besar ini sangat seru, sebab kebetulan hweesio tua itu sedang menjelaskan 'ruang' dan 'waktu', dan waktu dengan ruang adalah hal yang harus diperhatikan sekali di dalam ilmu silat kelas tinggi.

Hweesio tua mengatakan ruang dan waktu adalah kejadian khusus yang termasuk di dalam rohani dan jasmani, tidak ada wujudnya, dengan kata lain, bukan sungguh ada ruang dan waktu (maksudnya bukan kosong hampa).

Misalnya 'ruang', dalam hati bisa disebut'arah'.

Hweesio tua mengambil contoh, kenapa arah termasuk di dalam kejadian?

Kalau kau berkata kau berdiri di timur, maksud nya hanya menunjukan kau berdiri di tempat yang berlawanan dengan barat, bukan benar-benar ada 'timur'.

Jika kau meneruskan jalan ke timur, maka timur yang tadi sekarang menjadi barat.

'waktu'juga demikian. Di dunia kita ini satu hari adalah dua puluh empat jam, di dunia lain mungkin satu hari juga dibagi menjadi dua puluh empat jam.

Hanya saja satu hari disana mungkin sama dengan satu tahun atau sepuluh tahun di dunia kita, malah lebih panjang atau lebih pendek (telah ditunjuk an dan dibuktikan oleh teori relatif.)

Pokoknya, seperti waktu dan ruang, jika ada benda yang benar-benar ada wujudnya, maka tidak boleh ada sifat yang berubah-rubah tidak menentu ini.

Karena itu hubungan 'waktu' dan 'ruang' dengan ilmu silat sangat erat, makanya Hoyan Tiang-souw mendengarkan dengan penuh kegembiraan, sementara bisa melupakan wajah cantik yang tiada dua nya itu... Cui Lian- hoa.

Tapi... bagaimana keadaan dia sekarang? Apakah dia dapat menaklukan wanita berbaju hijau itu?

Kemana dia pergi?

Jika dia tidak bisa menaklukan lawannya, apa yang akan dialaminya?

Mata dia walaupun menatap pada hweesio tua di atas altar, tapi hatinya sejenak terbang keluar dari kuil Han-san di Soh-ciu, terbang ke sisi danau See-ouw di Hang-ciu, paling sedikit juga mondar mandir di daerah itu.

Begitu timbul pikiran itu, segera dia ingin pergi ke sana untuk melihatnya.

Tapi niatnya segera dibatalkan, karena kejadian nya sudah lewat satu hari.

Tidak peduli Cui Lian-hoa mengalahkan lawannya, atau masih berada dalam kendali wanita berbaju hijau itu, pokoknya sekarang pergi pun sudah ter-lambat, sudah tidak ada gunanya.

Tapi jika kata-kata wanita berbaju hijau itu benar bahwa dia sama sekali tidak bisa ilmu silat, maka ada kemungkinan apa, dia bisa mengalahkan wanita berbaju hijau itu? Ada kemungkinan apa, dia dapat meloloskan diri dengan selamat?

Tapi jika dia sama sekali tidak bisa ilmu silat, kenapa dia berani berkata hanya dia seorang diri yang bisa tidak mati (Jika wanita berbaju hijau membunuh)?

Tampak kedua alis tebal Hoyan Tiang-souw menggambarkan satu kegelisahan, tapi bukan amarah.

Tubuh dia yang tegap kekar mendadak berdiri dari kerumunan pendengar.

Suara gelegar hweesio tua mendadak terhenti, lalu melakukan satu gerakan isyarat tangan.

Hoyan Tiang-souw dengan penuh perhatian segera memperhatikan hweesio tua itu.

Semua karena isyarat tangan hweesio tua yang kelihatannya hanya sembarangan menggerakannya. Tapi di dalam perasaan Hoyan Tiang-souw, itu malah sebuah jurus golok yang sangat lihay. t

Jurus ini jika diperagakan dengan sebildh golok, delapan atau sepuluh musuh kuat pun segera akan tergeletak mati di tanah, itu bukah masalah aneh.

Ilmu hebat apapun tentu saja menjadi perhatian Hoyan Tiang-souw.

Apa lagi jurus golok!

0 –dw- 0 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar