Raja Gunung Jilid 7

Jilid 07

Hong Hian Leng dan lainnya juga memilih perahu, mereka mengadakan pengejaran.

"Ha ha..." Nie Wie Kong tertawa diperahu depan. "Mau adu perahu ? Kalian bukan dan tidak nanti bisa menandingiku."

Dia meluncur semakin jauh lagi.

"Kakek bangkotan!" Bentak Hong Hian Leng. "Permusuhan apa yang menyebabkan kau berlaku keji? Hong-lay Sian-ong tidak pernah melakukan kesalahan, mengapa kau tega membunuhnya?"

"Apa boleh buat," teriak Nie Wie Kong. "Cucu perempuanku harus ditebus dengan batok kepalanya."

Dan perahu Nie Wie Kong sudah menepi diseberang lain, Telaga Darah ditinggalkan. "Nie Wie Kong!" teriak raja silat Kam Lu Sin. "Seorang jagoan tidak perlu melarikan diri. Berani kau bertanding silat?"

"Ha ha... Lain kali saja!" Tubuh Nie Wie Kong melejit dan memasuki semak-semak pohon, sebentar kemudian, bayangannya sudah tiada tampak lagi.

Para raja silat kesatria tidak mau melepaskan jejak orang yang sudah membunuh Hong-lay Sian-ong, mereka mengejar terus.

Nie Wie Kong membunuh Hong-lay Sian-ong dan melarikan diri. Dikejar oleh para raja silat kesatria.

-dw-

Tanggal bulan dua. Hari yang ditetapkan Su-hay-tong sim-beng untuk menyerang gunung Lo kun san. Dan aneh bin ajaib, pada hari itu pula, Duta delapan Lu Ie Lam sudah berada di gunung Lu-san, pulang kemarkas besar.

Lu Ie Lam menemukan ketua penjaga Cun sim lan yang bernama Hong lauw cu, dikatakan kepadanya, kalau Hong- lay Sian-ong mengutusnya kembali, dengan maksud meminta Su-khong Eng, dikatakan pula, Duta satu Koo Sam Ko sudah jatuh ketangan musuh, dan untuk membebaskan si Bocah Tua, Lo-san-cu meminta Su-khong Eng sebagai tawanan perang.

Hong lan cu cukup kenal kepada Lu Ie Lam, lain tugas lain urusan pribadi, hanya pesan kata Hong-lay Sian-ong, orang lain boleh sembarang percaya, tapi ia tidak. Tugas sebagai kepala penjara bukan urusan biasa, ia menolak menyerahkan Su-khong Eng.

Lu Ie Lam tidak kehabisan akal, bercakap cakap pula didalam lain urusan. dan dikala Hong lauw cu lengah, ia menotok jalan darah kepala penjara Su-hay-tong sim-beng tersebut.

Su-khong Eng dibebaskan !

"Kau?! Kau membebaskan diriku?" Bertanya Su-khong Eng.

"Masih belum yakin?" Bertanya orang itu tertawa.

Su-khong Eng berkerut alis dalam dalam. Mungkinkah taktik siasat Su-hay-tong sim-beng? Hendak menggunakan dalih membunuh orang karena tawanan melarikan diri ?

"Kongcu!" panggil Lu Ie Lam itu perlahan.

"Aaa..." Su-khong Eng menepuk kepala "Kau??! Bin Tiong Go?"

"Ya ! Hamba Bin Tiong Go. Lekas kita meninggalkan tempat ini."

Ditengah jalan, Bin Tiong Go memberikan keterangan kepada sang kongcu, kalau Ie Lip Tiong yang menyelundup masuk itu berhasil pecah penyamarannya, sesudah ditotok jalan darah, diikat seperti lepat dan dibanduli batu besar, tubuhnya sudah ditenggelamkan didalam dasar Telaga Darah.

Diberi tahu juga markas Lo kun san menghadapi beberapa penyerangan, maka mereka pindah tempat, menggunakan dan menetap di kota Kay hong, memilih Planet Kram tung sebagai tempat sementara.

Kram tung adalah sebuah tempat pelacuran, juga sebagai salah satu cabang usaha Lo-san-cu, disamping perkebunan teh Sang leng teh chung dan lain lain usaha, tempat tidak mudah diketahui orang.

Lain bukti dari kecerdikan Lo-san-cu yang luar biasa ! Dari adanya Ie Lip Tiong diatas gunung Lo kun san, ia bisa menduga sampai berapa macam persoalan! Satu pasukan besar Su-hay-tong sim-beng sudah berada disekitar atau tempat yang tidak jauh dari Telaga Darah. Dua Keadaan markas Su-hay-tong sim-beng digunung Lu-san berada didalam keadaan kosong. Tiga Keadaan dimarkas partay rimba persilatan lebih kosong lagi, mengingat kekuatan mereka yang sudah tipis, ditinggalkannya para ketua partay membawa akibat yang seperti keadaan tiada orang.

Terjadi rencana Lo-san-cu sebagai berikut:

Satu. Mengosongkan Lo kun san. Mengelakkan pertempuran yang tidak menguntungkan bagi pihaknya.

Dua. mengutus Bin Tiong Go untuk menolong Su-khong Eng dipuncak gunung Lu-san.

Tiga. Memberi tugas kepada beberapa raja silat sesat untuk menyerang dan menundukkan Bu-tong-pay, Hoa-san- pay, dan partay-partaynya.

Empat. Mengumpetkan diri bersembunyi di Planet Kram Tung, meneruskan usaha usahanya, sehingga ia bisa bebas dari pengejaran musuh, dan bebas pula memberi perintah- perintah kepada seluruh anak buahnya.

Bin Tiong Go membawa Su-khong Eng ke kota Kay hong, mereka tiba pada siang hari dan tidak segera menuju ke arah Planet Kram Tung.

Inilah pesan Lo-san-cu, setiap anak buah yang hendak mengunjungi markas rahasia, kecuali yang teramat penting dan tidak bisa ditahan lagi, yang lain-lainnya diharuskan datang pada waktu malam, menyampurkan diri bersama sama pemuda pemuda hidung belang lainnya, mengamar disebuah kamar pelacuran tidak akan menarik kecurigaan orang. Dan melalui kamar itu, dengan cara-cara rahasia lain, Lo-san-cu sudah berada dibawah tanah siap menunggu kedatangannya si anak buah.

Menunggu sampai gelap hari, Bin Tiong Go mengajak Su-khong Eng kearah Planet Kram Tung.

Seorang ibu calo menunggu didepan. "Sudah ada kenalan?" sapanya.

"Sudah." jawab Bin Tiong Go.

"Nona yang manakah hendak digunakan untuk menemani tuan tuan? Biar hamba panggilkan."

"Tidak usah. Dimana kamar ratu Kram Tung ?"

"Ratu Kram Tung? Kami memiliki dua orang ratu. Yang manakah yang tuan maksudkan?"

"Ratu Kram Tung Yo Kui Hui yang berusia tiga puluh delapan tahun itu."

"Oh! Silahkan masuk !"

Maka apa cara tanya jawab sudah selesai, ibu calo itupun termasuk salah seorang anak buah Lo-san-cu, namanya Kui Bo, kode-kode rahasia untuk waktu itu sudah ditetapkan, seseorang yang menjawab tepat mempunyai hak ke ruang rahasia, dan bagi tamu-tamu biasa, tentu pula menuju ketempat biasa juga.

Melalui jalan rahasia, Su-khong Eng berhasil menemukan Lo-san-cu.

"Sucou!" Ia memberi hormat.

Lo-san-cu dikawal oleh dua raja silat Bak Lian dan Sie It Hu, pakaian seragam khas Lo-san-cu yang berupa tutup kerudung kepala berwarna hitam tidak pernah lepas. Syukurlah kalau kalian berhasil pulang dengan selamat," katanya. "Apakah tidak mengalami kesulitan?"

"Markas Su-hay-tong sim-beng berada di dalam keadaan kosong," berkata Su-khong Eng. "Dengan mudah Bin Tiong Go menolong teecu dari tempat itu."

Lo-san-cu menoleh kearah Bin Tiong Go dan memberikan satu anggukan kepala, itulah tanda pujian.

"Tentunya keadaan kita sudah banyak kau ketahui dari Bin Tiong Go" Lo-san-cu berkata. "Semua berjalan dengan lancar. Siauw-lim Pay dan Bu-tong-pay sudah dihancurkan. Menurut laporan burung merpati kita, pasukan sedang menuju kearah gunung Hoa-san. Kupercayai, dua hari kemudian, laporan kemenangan pun segera datang.

Su-khong Eng berkata :

"Bagaimana keadaan ditempat ini? Apa sucou merasa aman ?"

"Dengan adanya mereka, mungkinkah ada yang berani mengacau?" Berkata Lo-san-cu sambil menunjuk kearah Sie It Hu dan Bak Lian.

Raja raja silat golongan sesat lainnya sedang ditugaskan menaklukkan partay partay yang belum tunduk, menggunakan kesempatan Su-hay-tong sim-beng menyerbu gunung Lo kun san, mereka pun bergerak dibelakang. Demikian Siauw-lim Pay dan Bu-tong-pay jatuh. Dan gerakan masih diarahkan kepada Hoa-san-pay, Ceng shia pay dan lain lainnya.

Untuk menjaga keamanan Lo-san-cu, Sie It Hu dan Bak Liang pun sudah cukup. "Menurut cerita Bin Tiong Go," berkata Su-khong Eng. "Ie Lip Tiong sudah menjadi bangkai didasar Telaga Darah, sudah dibenarkan kah adanya ?"

"Tidak perlu disangsikan," berkata Lo-san-cu, "Jalan darahnya sudah ditotok, badan dan kaki tangannya diikat, disatukan menjadi satu dengan batu besar, sesudah ditenggelamkan ke dasar Telaga Darah, masih bisakah dia bernapas.”

"Huh! Sesudah kematian Ie Lip Tiong, pihak Su-hay- tong sim-beng berada diambang pintu kehancuran. Berarti Hong-lay Sian-ong kehilangan sebelah tangan."

"Dimisalkan rejeki kita bagus, kupercaya kita segera menerima laporan copotnya batok kepala Su-hay-tong sim- beng itu." Berkata Lo-san-cu bangga.

"Oh! Sucou sudah menyuruh orang mencopoti batok kepala Hong-lay Sian-ong?"

"Dan ku yakin, usaha itu tak akan gagal. Sudah kusuruh Nie Wie Kong membokongnya."

"Nie Wie Kong? dia mau disuruh?"

"Mau atau tidak, ia akan mengusahakan tugas itu, demi keselamatan jiwa cucu perempuannya. Sudah kutentukan pada batas batas waktu tertentu, didalam setengah bulan ini, dia harus kembali dengan membawa batok kepala Hong-lay Sian-ong. Batok kepala itu bisa ditukar dengan cucu perempuannya. Kalau tidak. Hmm... Dia akan kehilangan cucu manja tersebut."

"Cucu Nie Wie Kong juga berada ditempat ini?" Bertanya Su-khong Eng.

“Dia kupenjarakan bersama sama Tok-gan Sin-kay." "Tok-gan Sin-kay?" Su-khong Eng terbelalak. "Duta sebelas dari Su-hay-tong sim-beng?"

"Ya! Dia menjatuhkan diri dan menyamar sebagai kusir kereta tapi nasibnya buruk. Sudah pecah penyamarannya. Ha ha..."

Seorang kusir datang memberi hormat, tangan orang itu membawa sepucuk surat.

"Ada apa !" Bentak Lo-san-cu.

"Laporan dari kota Wan shia," berkata orang itu. "Burung merpati membawa surat laporan ini."

Lo-san-cu menerima surat laporan, membuka dan membaca, wajahnya semakin cerah. "Ha ha..." Ia tertawa lagi. "Semua berjalan dengan lancar."

"Nie Wie Kong berhasil membunuh Hong-lay Sian-ong?" bertanya Sie It Hu yang berdiri disisi sang pemimpin!

"Ya. Bacalah sendiri," Lo-san-cu menyerahkan surat laporan itu. "Dia sedang berada di perjalanan yang menuju kemari, dikejar oleh Bu ong Hong Hian Leng, Cu hiat Wan Tin, Bu Eng Hong poh Kie, Bu Kiat Lee Tiong Hin dan Bu khing Kam Lu Bin, lima raja silat. Ha ha..."

Sie It Hu membaca surat laporan itu, seperti diduga Nie Wie Kong berhasil membunuh Hong-lay Sian-ong, ternyata pembunuhan itu masih kurang jelas, mungkin kepergok atau entah bagaimana, sehingga dikejar-kejar oleh Hong Hian Leng dengan kawan kawan.

Disamping itu, surat laporan juga memberi tahu, pasukan Su-hay-tong sim-beng yang menyerang Lo kun san sudah bubar, mereka harus pulang dengan membawa iring iringan peti mati yang berisi jenazah Hong-lay Sian-ong, sikorban tiada kepala. Sesudah membaca surat laporan, Sie It Hu mengembalikan surat tersebut, Lo-san-cu menerimanya dengan hati bungah, dipaparkan dan diserahkan kepada Su- khong Eng, katanya:

"Surat laporan ini tertanggal dua puluh delapan Januari, dan kini tanggal sepuluh Februari Kukira burung merpati sesat dijalan, sehingga memakan waktu yang cukup lama. Kukira sudah waktunya mereka tiba, sebentar atau besok, Nie Wie Kong pasti sampai."

Tiba tiba Sie It Hu mengajukan pertanyaan :

"Jarak Telaga Darah dan tempat ini tidak memakan waktu selama itu, mengapa harus memakan waktu sampai belasan hari, dan belum sampai?"

"Nie Wie Kong harus mengelakkan kejaran-kejaran para raja silat itu, maka dia tidak berani langsung menuju ketempat ini," Lo-san-cu mengemukakan alasannya. "Teristimewa, dia kularang membawa mereka ketempat ini, kalau dia masih menghendaki nyawa cucunya didalam keadaan selamat"

Sesudah itu, memandang Su-khong Eng dan berkata : "Kau bersama-sama Bin Tiong Go keluar dan jemput

Nie Wie Kong, biar Bin Tiong Go yang membawa ketempat   ini, dan   kau harus   berusaha   menyingkirkan

perhatian raja-raja silat itu kelain tempat."

Su-khong Eng mengembalikan surat, mengajak Bin Tiong Go dan menunggu kedatangan Nie Wie Kong dipintu kota Kay hong.

Planet Kram Tung di pusat keramaian kota Kay hong, seperti apa yang direncanakan Lo-san-cu, sesudah berhasil membunuh Hong-lay Sian-ong, mereka akan menunggu Nie Wie Kong ditunggu di kota ini, maka ia bisa mengutus orang mengajaknya ketempat yang dirahasiakan.

Kota Kay hong mempunyai dua buah pintu masuk, maka Su-khong Eng menyuruh Bon Tiong Go menunggu kepintu Barat dia sendiri menunggu di pintu Timur. Mereka berpisahan.

Menceritakan Su-khong Eng di pintu Timur memilih tempat strategis, ia memandang jauh ke jalan raya. Banyak orang yang memasuki kota, tapi tak terlihat bayangan Nie Wie Kong dan raja-raja silat kesatria.

Dugaan Lo-san-cu memang tepat. Setengah jam kemudian, Su-khong Eng melihat seorang tua berlari datang, tangannya menjinjing sebuah bungkusan dari gambaran-gambaran yang diberikan Bin Tiong Go, ia harus bisa membedakan, itulah ketua pulau Bola api Nie Wie Kong!

Sebentar sebentar Nie Wie Kong menoleh kebelakang, seperti takut kepada sesuatu, kalau kalau dikejar orang.

Sesudah memberi kode, memberi tahu kepada Bin Tiong Go yang menjaga pintu Barat, Su-khong Eng membiarkan Nie Wie Kong lewat disamping sisinya. Karena itu waktu mata Su-khong Eng yang liehay sudah melihat lain-lain gejala, itulah bayangan raja-raja silat kesatria.

Di kala Hong Hian Leng dan kawan kawan berada di tempat itu, mereka sudah kehilangan jejak Nie Wie Kong, sang ketua pulau Bola api sudah menyelipkan diri diantara rombongan orang banyak.

Disini tugas Su-khong Eng. Tiba tiba ia menampilkan diri, meraih sesuatu dari dalam kantong baju, apa saja bisa digunakan sebagai senjata rahasia, secepat itu, dilemparkan kearah Hong Hian Leng. "Terimalah ini!" ia membentak.

Sesudah itu, ia membalikkan diri, lari ke arah lain, tanpa melihat bagaimana reaksi Hong Hian Leng dan kawan kawan yang menangkap senjata rahasianya.

Bu eng Hong poh Kie dan lain-lainnya membikin pengejaran tapi mereka tidak berhasil menemukan jejak Su- khong Eng kembali ke Kram Tung.

Sesudah memutar beberapa kali, Su-khong Eng kembali ke Kram Tung.

Dikala Su-khong Eng berada dikamar rahasia, disana sudah berkumpul banyak orang, kecuali Lo-san-cu, Sie It Hu dan Bak Lian, tidak terkecuali terdapat Bin Tiong Go dan Ho Kiong San, mereka sudah berhasil membawa Nie Wie Kong ketempat ini, tanpa diketahui para pengejarnya.

Nie Wie Kong sedang membuka bungkusan yang dibawa, itulah sebuah kepala manusia rusak, hanya terlapis oleh peti kayu kecil. Bau busuk bersembrang dari batok kepala rusak itu. Daging busuk yang tidak dirawat selama belasan hari pasti belatungan, dari lubang hidung dan telinganya sudah tampak beberapa ulat keluar masuk, rambut dan kumisnya sudah pada rontok, susah membedakan wajah seseorang didalam keadaan yang seperti itu.

Lo-san-cu memperhatikan beberapa saat, ia berdehem : "He he... Nie tocu, bagaimana aku yakin, kalau yang kau

bawa ini adalah batok kepala Hong-lay Sian-ong?"

Nie Wie Kong mendongakkan kepala, ia melengak atas pertanyaan yang seperti itu. "Maksudmu...?" Ia mulai geram. "Kukira dia bukan batok kepala Hong-lay Sian-ong." Berkata Lo-san-cu.

"Gila!" Nie Wie Kong mulai beringas. "Apa lagi maksudmu berkelit-kelit, tidak mau membebaskan Yan jie?"

"Sabar!" Bak Lian memberi peringatan, kalau itu waktu, belum waktunya Nie Wie Kong bisa berbuat marah, cucu sang ketua pulau masih berada ditangan mereka. "Bagaimana kami bisa membuktikan, kalau orang yang kau bawa ini adalah batok kepala Hong-lay Sian-ong?"

"Mungkinkah ada dua Hong-lay Sian-ong?" gugam Nie Wie Kong.

"Keadaan wajahnya sudah terlalu rusak." Berkata Lo- san-cu. “Bagaimana kau bisa disuruh mengenali keadaan aslinya?"

"Hanya karena alasan wajahnya sudah rusak, maka kau masih tidak mau membebaskan Yan jie?" Nie Wie Kong betul-betul naik darah.

"Tunggu saja beberapa waktu, sesudah bisa kubuktikan kematian Hong-lay Sian-ong. Cucumu akan kubebaskan."

"Tidak mau!" teriak Nie Wie Kong. "Aku sudah bosan hidup seperti ini. aku menghendaki Yan jie segera!"

"Kau berani bersumpah, kalau kepala orang yang kau bawa ini adalah batok kepala Hong-lay Sian-ong?"

"Tentu."

"Itulah! Karena kau tidak ada maksud mempermainkan diriku, apa salahnya kalau kau menunggu beberapa hari lagi. Sesudah mendapat laporan anak buahku yang kukirim ke gunung Lu-san, kukira segala sesuatu menjadi beres, kukira tidak lama, mereka akan memberi laporan tentang kematian Hong-lay Sian-ong. Itu waktu, kau boleh membawa cucumu pergi dari sini."

"Kau belum yakin kalau Hong-lay Sian-ong sudah kubunuh?"

"Mudah-mudahan saja demikian."

"Nah! aku menghendaki Yan jie sekarang juga!" "Mengapa?"

"Karena aku tidak tahan dia menderita terlalu lama." "Legakan hatimu. Dia tidak menderita."

Di gunung Lo kun san, kau tidak menjanjikan, kalau kau

menahan Yan jie terus menerus seperti ini. Kau tidak menyatakan hendak mengekang Yan jie, sesudah aku membawa batok kepala Hong-lay Sian-ong. Yan jie harus bebas, bukan? Jangan mencoba untuk membuat alasan alasan bohong! Ketahuilah, aku Nie Wie Kong bukan seorang yang mudah dihina."

"Kuharap Nie tocu bisa menggunakan pikiran yang lebih tenang”. berkata Lo-san-cu keren. "Disini tidak bisa disamakan dengan keadaan pulau Bola api. Kukira orang yang berkuasa itu adalah aku!"

Nie Wie Kong bungkam.

"Nie tocu" Sie It Hu juga membujuk. "Kukira permintaan Lo-san-cu itu tidak keterlaluan. Bayangkan saja, kalau kepala orang yang kau bawa ini betul betul milik Hong-lay Sian-ong, apa kau kira pihak Su-hay-tong sim- beng mau menyudahi perkara? Menyembunyikan diri di tempat ini demi kebaikan dirimu sendiri, bukankah lebih baik lain kali, dari pada bentrok dan lari-lari dikejar mereka?" Nie Wie Kong tidak mempunyai alasan lain untuk membantah kenyataan itu, dia kalah bicara.

"Hmm..." Lo-san-cu juga bicara. "Aku harap saja kepala orang ini betul betul milik Hong-lay Sian-ong. Dan yang lebih kuharapkan lagi, orang-orang Su-hay-tong sim-beng itu jangan kau tuntun ke tempat ini."

Kretek... kretek...

Inilah suara pintu rahasia lima bayangan tampil di tempat itu, mereka adalah Hong Hian Leng, Bu eng Hong poh Kie, Bu hiat lan Tin, Bu khun Kam Lu Bin, dan Bu kiu Lie Tiong Hin.

Hadirnya lima raja silat kesatria di tempat itu mengejutkan Lo-san-cu, bagaimana hal ini bisa terjadi? Tubuhnya melejit dan siap melarikan diri!

Secepat itu, tangan Su-khong Eng bergerak tanpa ampun, jalan darah Lo-san-cu terkena totokan. Bletuk... Tubuh sang bangkotan dan dedemit itu jatuh ngelosot.

Sampai disini, perobahan mencapai batas klimaxnya!

Sie It Hu hendak memberikan pertolongan tapi Hong Hian Leng sudah meluncur datang, terjadi adu pukulan, masing masing mundur satu tapak. Kesempatan orang- orang Lo-san-cu untuk melarikan diri.

Semua mata diarahkan ketempat Su-khong Eng.

Lo-san-cu menggeletak. Hong Hian Leng, Bu eng, Bu kun, Bu hiat dan Bu kiat menyatukan diri bersama-sama Nie Wie Kong.

Hong Hian Leng memeluk Su-khong Eng sambil bersorak:

"Ie Lip Tiong, betul betul kau tak mati!" Nyatalah sudah, siapa yang kita sebut sebut Su-khong Eng selama dibawa datang oleh Bin Tiong Go. Kecuali jago cerdik kita Ie Lip Tiong, siapa lagi?

Yah! Ie Lip Tiong bangkit kembali!

Sepasang mata Nie Wie Kong direntang lebar lebar. Dengan mata sendiri, ia menyaksikan Ie Lip Tiong diikat, ditotok dan diceburkan ke dasar Telaga Darah. Bagaimana cara kebangkitan si pemuda? Sesuatu yang sangat tidak mungkin sekali.

"Kau??.   Kau Ie Lip Tiong?" Ia bertanya heran.

"Ya! Kini mereka yang membawaku kesini!" "Bagaimana... bagaimana kau membebaskan diri dari

rembesan air telaga?" Nie Wie Kong merasakan sesuatu yang sangat mustahil Sebagai seorang ahli silat yang sudah menyelami semua seluk beluk perkembangan ilmu silat, baik dari aliran putih atau aliran hitam, tak pernah tercatat semacam ilmu yang bisa membebaskan totokan sendiri di dalam keadaan tidak berdaya di dalam air.

"Urusan itu biar lain kali saja kita bicarakan," berkata Ie Lip Tiong. "Yang penting, kini kita harus segera menolong Yan jie dan Tok-gan Sin-kay."

"Ie Lip Tiong!" seru Hong Hian Leng. "Mengapa kau baik kepada Nie Wie Kong? Dia sudah membunuh dan membacok putus batok kepala Hong-lay Sian-ong."

Ie Lip Tiong tersenyum. "Sucou," katanya. Sandiwara itu sudah boleh ditutup. Jangan kau takut-takuti teecu. Batok kepala ini diambil dari salah satu bangkai para kusir kereta itu, bukan?"

Hong Hian Leng memandang Nie Wie Kong dan berkata: "Nah! Sudah dengar? Sandiwaramu masih kurang sempurna. Maka Ie Lip Tiong bisa membongkar rahasia."

"Cucu muridmu memiliki otak setengah dewa, tentu saja bisa menduga asal usulnya dan menyebut dengan mudah. Betul betul aku takluk. Baiklah kita dengar anjurannya, menolong Yan jie dan Tok-gan Sin-kay."

Hong Hian Leng menoleh kearah Kan Lu Bin. "Saudara Kan Lu Bin, Lo-san-cu kuserahkan kepadamu. Mari kita keluar!"

Bu khun Kan Lu Bin menjinjing Lo-san-cu dikala mereka hendak meninggalkan tempat tersebut, tiba tiba terdengar suara berkerekeknya pesawat pesawat rahasia, seluruh ruangan berubah, terjadi pergeseran pergeseran besar besaran ruangan itu menjadi sebuah ruangan kosong melompong! Mereka terkurung didalamnya.

Wajah Nie Wie Kong berubah. "Celaka. Kita kena perangkap!" Katanya. "Disinipun diperlengkapi dengan pesawat pesawat yang seperti Istana Kristal!"

Hong Hian Leng memeriksa dinding yang mengurung mereka, dinding dinding itu terbuat dari besi besi tebal. tidak ada jendela dan tiada pintu. Mereka seperti berada disebuah peti berukuran raksasa.

"Kita sudah terkurung," katanya menyengir. "Seluruh dinding terbuat dari besi tebal."

Bu eng Hong poh Kie memandang lantay dan berkata : "Lantay ini terbuat dari marmer. Tapi tak sekeras besi

tebal. Biar kucoba."

Seiring dengan kata katanya, ia mengayun tangan, memukul lantay dimana mereka berpijak. Harus diketahui, semua raja raja silat memiliki latihan tenaga dalam yang sangat sempurna, begitupun dua belas raja silat hitam sesat, begitu pula raja raja silat kesatria, pukulan tangan dan ayunan itu mengandung maut yang tidak terkira. Sekarang Hong poh Kie menggunakan semua tenaga, memukul dan hendak menjebol lantay batu marmer itu. Sudah tentu berupa percobaan yang luar biasa.

Bannggg...! blluuurr...

Lantay itu hancur berantakan, pada pecah dan bolong !

Semua mata diarahkan ketempat jalan hidup itu, semua mulut terentang lebar lebar. Apa yang mereka saksikan itu betul betul membuat gelengan kepala, ternyata didasar lantay itupun dilapisi oleh besi tebal. Dan jalan menyelundup kedasar bumi inipun mengalami kegagalan !

"Besi tebal lagi!" Bu eng Kan Lu Bin menggerundel. "Sudahlah! Tidak perlu membuang buang tenaga."

berkata Hong Hian Leng.

"Tapi kita harus cepat cepat meninggalkan tempat ini." "Takut apa? Kita sudah berhasil menangkap siraja

monyet? Mungkinkah takut kepada cucunya dan buyutnya?"

Aha !   Mereka melupakan kehadirannya Lo-san-cu ditempat itu.

Kan Lu Bin melempar Lo-san-cu, semua segera mengerumuninya.

Hong Hian Leng memberi perintah:

"Mari kita saksikan, bagaimana wajah aslinya orang yang bisa menguasai raja raja silat sesat ini !" Itulah yang menjadi pokok persoalan. Setiap hari Lo-san- cu menggunakan tutup kerudung muka menyembunyikan wajah aslinya. Seperti apa yang mereka maklumi, raja raja sesat semacam Co Khu Liong dan Bak Liang dan kawan kawan itu tidak mudah ditundukkan, apalagi hendak menguasai mereka, kalau tidak memiliki ilmu silat tinggi, kalau tidak memiliki kecerdikan otak yang luar biasa, mana mungkin mendirikan partay Raja Gunung?

Sebagai seorang pemimpin tertinggi, tentunya Lo-san-cu memiliki persyaratan-persyaratan tersebut, karena itu, merasa harus tahu, siapa Lo-san-cu ?

Tutup kerudung hitam siRaja Gunung dibuka: Ciluuukk

! Baaa!

Apakah yang mereka bisa saksikan dibalik kerudung hitam itu?

Semua orang menjadi kecewa. Tidak seorangpun yang mengenali wajah Lo-san-cu. Itulah wajah laki laki biasa yang memiliki warna kulit agak putih.

Seseorang yang ternama itu harus memupuk dan membina kebenaran. Tidak mungkin melonjak cepat atau mendadak. Nama Lo-san-cu cukup disegani dan ditakuti, mana mungkin seorang tokoh silat yang tidak dikenal ?

"Hei!" Bentak Nie Wie Kong melampiaskan kemendongkolannya, selama itu, ia sudah kenyang memakan binaan tokoh berkerudung ini. "Sebutkan asal usulmu? Siapa nama aslimu dan bagaimana kau bisa menduduki tempat, mengangkat diri sendiri sebagai Lo-san- cu?"

Orang itu bungkam, bibirnya tersungging senyuman menghina. "Ie Lip Tiong!" Berkata Hong Hian Leng. "Apa kau totok jalan bicaranya?"

"Tidak," jawab sipemuda. "Dia berhak dan tetap masih bisa bicara."

Giliran Nie Wie Kong yang berkuasa. "Lo-san-cu," katanya disertay ancaman tangan yang sudah disiapkan mau menempiling pipi orang itu. "Sebagai seorang pemimpin tertinggi, apa akibatnya kalau kau menerima tamparanku ini? Pikirlah baik baik dan menjawab pertanyaan pertanyaan itu."

"Aku sudah jatuh kedalam tangan kalian, apapun yang kalian kehendak, silahkan!" Dia menantang! Dia tidak takut kena tamparan.

"Inilah permintaanmu sendiri, he? Hendak menjajal kekuatan gamparan tanganku?"

"Silahkan!" Berkata Lo-san-cu. "Mungkin kau sudah lupa, kalau cucu perempuanmu akan dibalas dengan gugurnya sebuah jari kelingking. Dua kali tamparan berarti dia akan kehilangan dua jari dan begitulah seterusnya. Berapa banyak jarikah yang dimiliki oleh cucumu? Ditambah jari jari kakipun, semuanya tidak lebih dari enam buah, bukan? Silahkan! Berbuatlah apa yang kau suka !

Menggunakan Yan jie sebagai tameng, tentu saja membuat Nie Wie Kong tidak berani berkutik. Tapi ia masih berusaha mengorek keterangan. "Bagaimana kalau kubunuh mati dirimu?" Ia bertanya.

"Begitu pula nasib cucu perempuanmu." Jawab Lo-san- cu.

Mengetahui kalau dirinya sudah kalah set, Nie Wie Kong mengundurkan diri dari upacara pengompresan itu, ia menyengir dan berkata kepada semua orang : "Nah! Dia kuserahkan kepada kalian. aku tidak bisa berbuat sesuatu, selama Yan jie masih berada didalam tangan mereka.

Hong Hian Leng tampil kedepan. "Kau tidak mau menceritakan asal usulmu?" Ia mengancam Lo-san-cu.

"Lebih baik kalian saja yang bercerita tentang asal usul kalian." Berkata tokoh mistik tersebut.

"Begitu pentingkah ceritamu? Sehingga rela dikorbankan.

Dan mati bersama sama seorang anak perempuan biasa ?"

"Dua korban akan mengawani aku dialam baka. Duta sebelas kalian Tok-gan Sin-kay juga turut dikorbankan."

"Apa nilai dirimu mau disamakan dengan jiwa Yan jie dan Tok-gan Sin-kay saja?"

"Didalam keadaan seperti ini. Nilai tukar dan kurs Dollar yang kumiliki hanya bisa sampai disitu." Berkata Lo- san-cu.

"Kalau kau bersedia membebaskan cucu perempuan Nie tocu dan membebaskan Tok-gan Sin-kay. Kami berjanji tidak akan membunuhmu. Bersediakah kau membebaskan mereka?"

"Tidak!" Jawaban Lo-san-cu sangat singkat. "Maksudmu ??"

"Keadaan kita masih setali tiga uang. Di dalam taksiran

kalian, Su-hay-tong sim-beng yang menang. Tapi menurut perhitunganku, kalianlah yang menjadi orang tawanan."

"Maksudmu," berdengsu Hong Hian Leng. "Kau yang berhasil menangkap dia mengurung kami bertujuh? Dan bukan kami yang menangkap kau seorang ?"

"Kira kira begitu." "Apa kau kira kami tidak berani membunuh?" Hong Hian Leng mulai mengancam.

"Kuyakin kalian bisa melakukan hal itu. Persoalannya ialah, tidak mungkin kalian membunuh Lo-san-cu."

"Kau berani mempertaruhkan jiwa ?"

"Aku berani hanya satu orang. Dan kalian bertujuh, sesudah itu, ditambah cucu perempuan Nie tocu dan Duta Sebelas Tok-gan Sin-kay di luar. Nilai tukar itu menjadi satu. Kukira sudah bertaraf internasional untuk kurs tukar yang seperti ini ?"

"Maksudmu, kau rela mati bersama?" Hong Hian Leng mulai gemes.

"Jikalau kalian sudah menghendaki kematian bersama.

Apa pula yang hendak kulakukan?"

Hong Hian Leng bertoleh pandangan, orang yang agak sulit diselami hatinya adalah Nie Wie Kong. "Nie tocu," katanya. "Lo-san-cu ini menduduki biang kerok rimba persilatan seimbangkah hasil pengorbanan kita, kalau mati bersama?

Nie Wie Kong adalah jago silat yang menganut politik tersendiri, mottonya ialah bebas dan aktif ia tidak sependapat dengan pandangan aliran Lo-san-cu, juga tidak menyatukan diri dengan Su-hay-tong sim-beng, tokoh silat yang berdiri diantara sesat dan kesatria. Didalam keadaan yang seperti itu, mungkinkah kuat pendapat? Mana mungkin Lo-san-cu mau membebaskan Yan jie daripada hidup dijewer-jewer kuping, lebih baik mati bersama-sama Lo-san-cu, pengorbanan Yan jie segera masuk kedalam buku catatan sejarah dengan tinta emas.

"Baiklah," ia menganggukkan kepala. "Kematian kita bukan kematian percuma." Hong Hian Leng memandang kepada lima orang lainnya, yang empat adalah rekan sejawat sejak perjuangan tua, hati mereka cukup diselami, seorang lagi adalah cucu murid sendiri, bagaimana ia tidak tahu isi hati? Sudah jelas mereka terdiri satu aliran dan satu pendapat, walau jawaban itu sudah bisa diduga, tetap ia minta pendapatnya:

"Bagaimana dengan pandangan hidup kalian?"

"Demi keamanan rimba persilatan." Kan Lu Bin bicara. "Pengorbanan kita ini punya arti besar."

"Dalam keadaan seperti ini," berkata Bu hiat Wan Tin. "Kukira tak ada jalan lain yang lebih baik."

Semua sepakat untuk mati bersama sama Lo-san-cu.

Hong Hian Leng memandang Ie Lip Tiong kelopak matanya jadi basah. "Ie Lip Tiong." Ia memanggil perlahan. Bagi kita berenam yang sudah tidak jauh dari liang kubur tentu menganggap hidup itu sebagai penderitaan bathin, tapi kau... oh!"

"Setiap manusia tidak bisa mengelakkan kematiannya," berkata Ie Lip Tiong gagah. Ada orang mati karena kejahatan, ada juga yang mati karena membela kebenaran. Adapun kematian ini demi kebaikan seluruh umat rimba persilatan, teecu kira tidak perlu disesalkan."

"Suatu semboyan hidup yang tepat." Puji raja silat Hong poh Kie.

"Yang kini teecu pikirkan adalah..." Tiba tiba saja Ie Lip Tiong tertawa.

"Apa yang kau tertawakan?" Bertanya raja silat Hong Hian Leng.

"Dengan pendirian Lo-san-cu yang tidak segaris dengan pegangan hidup kita, mungkinkah dia berani mati bersama? Tingkah lakunya dan perbuatannya yang diperlihatkan hari ini agak menyimpang dari apa yang kita ketahui."

Kelima raja silat dan Nie Wie Kong tersentak segar. "Maksudmu?" Mereka minta pendapat sang tokoh cerdik.

"Teecu kita, masih ada udang dibalik batu." Ia berkata sambil menjinjing Lo-san-cu. "Mari kita mencari udang gelap itu."

Tangan Ie Lip Tiong bekerja menotok ke berapa jalan darah Lo-san-cu, sesudah itu, dengan menggunakan cara Hun keng kut chiu, ia menelikung tangan tokoh misterius tersebut.

Disaat itulah terdengar suara jerit melengking Lo-san-cu. Didalam keadaan jalan darah tertotok, tangan yang terpelintir itu berupa siksaan terhebat.

"Ha ha..." Ie Lip Tiong tertawa dan menunda usahanya. "Lo-san-cu, sebagai seorang pemimpin dari satu aliran tersendiri bagaimana kau tidak bisa menahan pelintiran Hun keng coh kun chiu?"

Kemudian ia berteriak keatas:

"Sie It Hu!" Sudah kau dengar jerit tangis Lo-san-cu kalian? Dia sedang menderita sekali."

"Sudah lama kuikuti upacara kalian." Terdengar suara dari luar. Tapi bukan suara Sie It Hu.

Ie Lip Tiong tertegun. "Hei!" Ia berteriak. "Siapa?"

"Ha ha... kau tidak menduga kepadaku?" berkata suara parau itu.

"Sesudah mendengar jerit tangis Lo-san-cu, bagaimana pertimbangan kalian? Apa tidak baik kalau kita menyelesaikan peperangan dengan jalan damai?" "Kau mengimpi."

"Kau hendak mengorbankan pemimpinmu?" bentak Ie Lip Tiong.

"Ya!" Jawaban itu tegas.

Ie Lip Tiong mengeluh. Mungkinkah sudah terjadi cup didalam pihak Partay Raja Gunung? Mereka sudah mengangkat pemimpin baru? Siapakah orang itu?"

"Hei!" Pemuda kita berteriak lagi. "Aku tidak mengerti." "Ha   ha...   Ie   Lip   Tiong,   kau   cerdik   dan   pandai,

mungkinkah tidak bisa menduga kepadaku?" berkata suara

dari luar itu.

"Kalau kalian tidak mau membuka kurungan ini, kami segera membunuh Lo-san-cu." Ie Lip Tiong mengancam.

"Boleh!" Jawab sisuara parau. "Silahkan." tantangnya tenang.

Ie Lip Tiong kehabisan akal. Kalau mereka sudah rela mengorbankan Lo-san-cu. Maka barang sandera mereka ini kehilangan nilainya.

"Huh!" Ia berdengus. "Sengaja kau membiarkan kami membunuh Lo-sancu. Dengan cara kematiannya yang mati dibawah ruangan rahasia ini. Secara mudah kau bisa menggantikan kedudukannya bukan?"

"Itulah!" Berkata suara parau. "Kami sudah sepakat untuk mengorbankan Lo-san-cu yang tidak berguna. Semua sudah setuju dan mengangkat aku menjadi Lo-san-cu."

Lo-san-cu baru ?

Rasa bingungnya Ie Lip Tiong bertambah kusut. "Kau siapa?" Ia bertanya. Sayang ia tidak bisa melihat orang yang berambisi besar itu, hendak mengangkat diri menjadi Lo- san-cu baru ?

"Kupersilahkan kau menerka-nerka," berkata suara parau itu. "Kita bukan kenalan baru. Kita sudah berhubungan lama."

"Kau?! Kau raja silat Bang Liang?" Ie Lip Tiong menduga kepada salah satu raja silat yang mendampingi Lo-san-cu.

"Bukan!"

"Raja silat Kong un Kau?" "Bukan!"

"Mungkinkah Bu Bee Beng?" "Tebak terus."

"Raja silat Su to In kio?" "Belum ketebak."

"To It Beng?"

"Masih salah!" "In Tay Hie?"

"Tentu saja bukan." "Raja silat Lauw Lik Su?" "Bukan."

"Leng Bu Sim?" "Juga bukan. Terus..."

"Kau...?! Kau Lo-san-cu?" "Ha ha..." Suara parau itu tertawa terbahak bahak. "Tidak ada yang tahu, kalau aku bisa memelihara badan rangkap, bukan?"

Wajah semua orang yang berada didalam kamar terkurung besi besi tebal itu berubah. Bagaimana terpikir oleh mereka, kalau Lo-san-cu itu memiliki "Anak hambarnya? Pantes saja Lo-san-cu yang tertawan itu tidak gugup. Karena dia tahu, nasibnya adalah domba persembahan yang harus berkorban. Karena dia bukan Lo- san-cu!

Hong Hian Leng dengan kawan-kawan saling pandang, sudah payah mereka menghendaki Lo-san-cu, sesudah berhasil, hanya seekor Lo-san-cu palsu yang masuk perangkap.

Akhirnya Hong Hian Leng menyengir, ia mengeluarkan elahan napas dan berkata :

"Lo-san-cu, aku salut atas kecerdikan dan kepintaranmu."

"Terima kasih atas pujian itu," berkata Lo-san-cu diluar kamar kurungan. "Hanya sebuah tipu muslihat biasa saja. Boleh dibayangkan, sesudah kupaksa Nie Wie Kong membunuh Hong-lay Sian-ong, bolehkah aku percaya seratus persen? Dimisalkan kalian menggantikan kedudukanku. Tentu juga tidak percaya, bukan? Dari itu, sebelum Nie Wie Kong membawa batok kepala belatungan itu, sudah kusiapkan langkah langkah ini."

"Aku tidak terpikir sampai kemari." Berkata Hong Hian Leng.

"Ini yang diartikan perangkap dan muslihat." Berkata Lo- san-cu. "Seperti cucu muridmu, sesudah menyamar menjadi Su-khong Eng, menyelundup masuk ke gunung Lo kun san, lagi lagi ia menggunakan cara itu pula, bagaimana bisa terpikir olehku? Ha ha ha ha... kalau tidak menggunakan taktik seperti ini. Bukankah aku sudah jatuh ke dalam tangan kalian?"

Kemudian, ia memanggil Ie Lip Tiong. "Hei! Ie Lip Tiong, bisakah kau ceritakan, bagaimana kau membebaskan diri, membuka totokan dan membuka ikatan di dalam air?" Sebagai seorang ahli silat yang maha tahu, ilmu itu merupakan ilmu baru. Maka Lo-san-cu agak tertarik.

"Itulah semacam ilmu pelajaran yang terbaru," berkata Ie Lip Tiong. "Aku membuka dan membebaskan diri dari kekangan totokan di dalam air."

"Bohong!" teriak Lo-san-cu. "Tak ada yang bisa membebaskan totokan sendiri di dalam air. Lebih baik kau terus terang saja."

"Tidak percaya? Apa boleh buat."

"Oh?! Bisakah kau memberi sedikit kupasan tentang ilmu itu?"

"Menyesal sekali, belum bisa." Ie Lip Tiong jual mahal. Lo-san-cu semakin tertarik. "Coba kau terangkan,"

katanya. "Mungkin aku bisa membebaskan dirimu."

"Hmm..." dengus si pemuda. "Apa kata kata "mungkin" itu tak diucapkan terlalu pagi? Tidak lucu! He!"

"Bagaimana agar kau percaya?" Bertanya Lo-san-cu. "Kau tahu, betapa sulit aku mempelajari ilmu tersebut?

Sebelum kuperdagangkan, hasil itu harus kupertimbangkan tiga kali."

"Nah! Pertimbangkanlah sekali lagi. Kebebasan atau kematian ?" "Semua orang menghendaki kebebasan." "Nah! Katakan harga yang kau minta."

"Terlalu mahal. Belum tentu kau berani membayar."

jawab Ie Lip Tiong.

"Katakan dahulu." berkata Lo-san-cu. "Barang penting harus bernilai mahal..." "Aku tahu."

"Ilmu membebaskan totokan sendiri didalam air adalah ilmu pertama yang paling modern, sesudah berhasil mempelajari ilmu itu..."

"Dia bisa bertahan lama didalam air." "Tentu."

"Berapa lama ?"

"Bisa tahan tiga hari tiga malam tanpa menimbulkan keatas permukaan air."

"Ha ha... Betul betul ilmu modern. Kekuatan ilmu ini bisa digunakan untuk menyembunyikan diri, mengelakkan musuh."

"Tepat!" Berkata Ie Lip Tiong. "Dikala usahamu mengalami kegagalan. Kau menerjunkan diri kedalam air, tidur sampai tiga hari tiga malam, tanpa takut dikejar-kejar lawan."

"Karena itu kau menghendaki harga yang setinggi langit?

Baiklah, katakan kehendakmu itu."

"Bebaskan sucouwku berenam," Ie Lip Tiong mulai memasang harga. "Maka ilmu itu segera kubeberkan kepada umum." "Ah !   Sesudah   mereka   bebas,   kau mengharapkan pertolongannya, bukan?" Lo-san-cu agak keberatan.

"Inilah syarat yang harus kau penuhi, manakala masih menghendaki ilmu membebaskan totokan di dalam air."

Lo-san-cu   bungkam.   Beberapa saat kemudian baru terdengar lagi suara paraunya :

"Baiklah," katanya. "Tapi kau harus memenuhi lain persyaratan."

"Sebutkan permintaanmu." berkata Ie Lip Tiong.

"Mereka akan bebas, sesudah kau menerangkan setengah bagian dari ilmu itu."

"Aku menghendaki pelepasan orang terlebih dulu.” "Aku menolak”

"Hendak merasakan sedikit tekanan?" Lo-san-cu mengancam.

"Ha ha ha... Ie Lip Tiong tertawa. Itulah jawaban atas tantangan itu."

"Tidak percaya?"

"Apa kau kira mudah menundukkan kita bertujuh?" "Diluar dari kurungan besi tebal ini, tentu saja tidak

mudah," berkata Lo-san-cu. "Tapi di sini, he he... Lihatlah!" Krekek... Krekek...

Dikeliling dinding itu terbuka lubang lubang kecil, dari

lubang lubang itu timbul corong corong seperti meriam, benda ini keluar semakin panjang dan bisa bergerak keempat penjuru.

"Permainan apa pula semacam ini?" Berkata Ie Lip Tiong heran. "Agak mirip dengan meriam yang sering digunakan dalam masa masa peperangan."

"Mungkinkah meriam air? Hendak menggenangi ruangan ini dengan air?" Ie Lip Tiong sedang memperdagangkan semacam ilmu yang dikatakan bisa tahan air, maka ia menduga kearah genangan air.

"Ha ha..." Lo-san-cu tertawa. "Meriam bukan sembarang meriam. Bukan meriam sundut dan bukan meriam air, itulah meriam yang diperlengkapi blower api !"

"Blower api?"

"Ya! Nah saksikanlah sebentar !" Wuuuuttt...

Dari mulut dua puluh batang meriam blower api itu bersembur lidah panas, Ie Lip Tiong dan lain-lainnya terpaksa disudutkan dipusat tengah-tengah ruangan itu.

Lo-san-cu menghentikan perintah, maka meriam blower api itupun berhenti menyembur lahar merah.

"Ie Lip Tiong," katanya. "Dengan blower api ini, kalian segera mengalami pembakaran mayat, lebih tepat lagi kalau dikatakan menjalani pembakaran hidup hidup. Hanya didalam waktu yang singkat, tulang-tulang kalianpun bisa menjadi abu."

"Kau bersedia mengorbankan anak hambarmu ini?" Bertanya Ie Lip Tiong sambil menunjuk Lo-san-cu imitasi yang bersama sama terkurung didalam tembok besi.

"Dia adalah kepala pasukan jibaku. Tahu arti jibaku? Itulah pengorbanan diri sendiri Tanyakan saja kepadanya, apa ia penasaran, kalau mati bersama sama kalian ?"

Ie Lip Tiong menoleh kearah orang itu, Lo-san-cu imitasi itu adalah orang yang sudah segan hidup, penderitaan dunia menciptakan dirinya sebagai patung, ia rela mengorbankan diri, dengan janji muluk Lo-san-cu yang bersedia menanggung semua resiko dapur keluarga sang korban. Dia memeramkan mata, tanda pengorbanan jibaku yang pasrah.

Ie Lip Tiong mengarang cerita tentang semacam ilmu air yang bisa anti air tiga hari tiga malam, tentu saja sebuah isapan jempol, kini Lo-san-cu hendak mengetahui ilmu modern itu, bagaimana ia bisa meneruskan sandiwara?

Mengetahui dirinya kehabisan akal, Ie Lip Tiong bervivere vericoloso, katanya :

"Teruskan saja semburan blower berapimu itu!"

"Tidak," berkata Lo-san-cu. "Aku masih menghendaki pelajaran ilmu membebaskan totokan didalam air. Eh, apakah namanya ilmu itu ?"

"Cui li Pit hiat" jawab Ie Lip Tiong ngawur.

Lo-san-cu tidak tahu urusan Ai Ceng yang menendang dan memukul sambil membebaskan totokan totokan Ie Lip Tiong, sangkanya betul betul ada semacam ilmu yang bernama Cui li Pit hiat, ia semakin tertarik.

"Ie Lip Tiong," katanya lagi. "Dengan menyerahkan ilmu Cui li Pit hiat, berarti kau membebaskan sucouwmu dan orang lainnya dari kematian. Apa lagi yang hendak kau pikirkan ?"

"Permintaanku, bebaskan mereka dahulu." jawab Ie Lip Tiong.

"Mereka segera bebas sesudah kau memberikan sebagian ilmu itu."

"Tidak ada tawaran?" "Kukira tidak." "Bisakah aku merundingkan dengan mereka sebentar?" Ie Lip Tiong mulai membawakan sikap lemah.

"Baiklah," Lo-san-cu setuju.

Raja silat Hong Hian Leng, raja silat Kam Lu Bin, raja silat Hong poh Kie, raja silat Wan Tin, raja silat Lee Tong Ho dan ketua pulau Bola api Nie Wie Kong mengikuti sandiwara Ie Lip Tiong dengan alis berkerut, mereka saling pandang tidak mengerti, permainan apa lagi yang hendak disajikan oleh Ie Lip Tiong?

Ie Lip Tiong menghampiri Hong Hian Leng. "Sucouw," katanya dengan cara menyalurkan suara melalui gelombang tekanan tinggi, cara pembicaraan itu lebih modern dari cara berbisik bisik, percakapan dan pembicaraan hanya bisa ditangkap oleh kedua orang yang bersangkutan saja. "Bagaimana?"

"Apa betul kau memiliki ilmu Cui li Pit hiat?" Balik bertanya Hong Hian Leng, juga dengan cara yang sama, menyalurkan suara via gelombang tekanan frekwensi frekwensi tertentu.

"Teecupun tidak tahu, apa dan bagaimana ilmu Cui li Pit hiat." Jawab Ie Lip Tiong "Hanya kata kata untuk mengelabui Lo-san-cu"

"Tapi kau bisa membebaskan ikatan yang mengekang dirimu didalam Telaga Darah." bersalur suara Hong Hian Leng. "Walau didalam keadaan jalan darah tertotok?"

Hampir Ie Lip Tiong tertawa. Maka diceritakan bagaimana Ai Ceng memukul dan menendang, disamping membebaskan totokan totokan tersebut. Itulah cara biasa dan permainan biasa pula !

Tentu saja, didalam keadaan normal, tidak sulit Ie Lip Tiong melepaskan ikatan ikatan tali, karena itu waktu, jalan darahnya tidak terkekang oleh totokan Ai-pek-cun, batu berat ditinggalkan, ia menongolkan kepala diatas permukaan air Telaga Darah dilain bagian yang bebas dari pengawasan Ai-pek-cun. Tidak ada cerita tentang tidur dan menginap didasar Telaga sampai tiga hari tiga malam.

Sesudah melukai burung rajawali sakti yang membawa Bin Tiong Go, mendahului usaha orang Ie Lip Tiong menunggu digunung Lu-san. Dan lagi-lagi ia menyamar sebagai Su-khong Eng, dibawa menghadap Lo-san-cu didalam Kram tung yang terletak dikota Kay hong.

Kalau saja Lo-san-cu tidak menciptakan seorang duplikat, karena ia tidak menyangka sampai kesitu, tentu raja monyet ini sudah terkurung bersama sama mereka.

Itulah urusan yang belum pernah terjadi.

Balik kepada kenyataan, raja silat kesatria, Nie Wie Kong dan Ie Lip Tiong didalam kurungan tembok tembok besi tebal.

Percakapan pribadi melalui gelombang tekanan tinggi menggunakan frekwensi frekwensi tertentu diantara Ie Lip Tiong dan Hong Hian Leng tidak menghasilkan sesuatu keputusan.

Dan menggunakan frekwensi lain, Hong Hian Leng mengadakan kontak baru kearah raja silat Kam Lu Bin :

"Saudara Kam Lu Bin, coba kau bantu menyumbang pikiran bagaimana kita harus mengatasi persoalan ini?"

Diceritakan juga tentang kesulitan Ie Lip Tiong.

Kam Lu Bin menghubungi Hong poh Kie, demikian raja- raja silat kesatria itu berembuk.

Bagaimana hasil mereka? Untuk sementara kita tangguhkan dahulu. Karena ini waktu, didalam mereka, tempat pelacuran kelas tinggi yang bernama Planet Kram Tung itu sedang terjadi perubahan besar.

Planet Kram Tung adalah jantung kota Kay hong dimalam hari, usaha semacam ini dibuka menjelang toko- toko dan usaha-usaha yang bertarap internasional ditutup, usaha lain daripada yang lain.

Sebetulnya, usaha ini dikembang biakkan oleh Lo-san-cu sebagai cabang kota Kay hong. Keadaannya seperti perkebunan teh Sang leng teh chung, disamping usaha usaha keras yang bersifat mengancam dan mengintimidasi, Lo-san-cu juga tidak lupa mengusahakan sesuatu yang bersifat legal, menurut keterangannya inlegal dan legal itu harus memiliki perpaduan yang serasi.

Sesudah markas Lo kun san terancam, Lo-san-cu pindah ketempat dan sementara menggunakan Planet Kram Tung.

Dimisalkan tidak ada Ie Lip Tiong yang menyamar sebagai Su-khong Eng, belum tentu tempat rahasia ini diketahui pihak Su-hay-tong sim-beng.

Sungguh kebetulan. Didalam persiapan persiapan membuat Lo-san-cu jibaku Lo-san-cu menyuruh Su-khong Eng menunggu Nie Wie Kong diluar pintu kota Kay hong. Kesempatan itu dipergunakan oleh si pemuda dengan baik Dengan secarik kertas yang sudah tersedia, diganggunya usaha raja silat sesat itu yang hendak membuntuti Nie Wie Kong.

Disamping itu, diberitahu pula, dimana dan bagaimana harus menemukan Lo-san-cu.

Dan usaha ini berhasil ! Mereka berhasil menangkap Lo-san-cu jibaku itu. Suatu kegagalan yang berada diluar perhitungan.

Kini lima raja silat satria sudah bersama sama Ie Lip Tiong didalam kurungan tembok besi tebal.

Bagaimana keadaan Hong-lay Sian-ong?

Sebelumnya, upacara penggotong peti mati kosong itu hanya bersifat mengelabui mata-mata Lo-san-cu. Dan secepat mereka mendapat laporan lima raja silat tentang markas Kram Tung, pasukan Su-hay-tong sim-beng segera berganti arah.

Hong-lay Sian-ong mengumpulkan inti kekuatannya, sedang berusaha menuju kearah Planet Kram Tung.

Didalam kamar rahasia dibawah Planet Kram Tung, Lo- san-cu menjadi tidak sabaran karena orang-orang tawanannya tidak memberi jawaban.

"Hei!" Ia berteriak. "Apa kalian belum selesai berembuk

?"

Ie Lip Tiong dan kawan kawan menemukan cara untuk

mengelakkan kematian, itulah cara mengulur waktu! Cara satu satunya didalam keadaan yang seperti itu.

Untuk menjawab teguran Lo-san-cu, Ie Lip Tiong berkata:

"Menurut pendapat sucouwku, menghadiahkan ilmu Cui li Pit hiat berarti membantu usahamu untuk mengganas Rimba persilatan. Dia tidak setuju. Tapi..."

"Tapi, apa lagi?!" Bentak Lo-san-cu.

"Sebagai cucu murid yang berbakti, aku tidak rela membiarkan dia si orang tua dikorbankan kepada sijagur meriam blower jahat itu. Maksudku, kalau kau bersedia membebaskannya dahulu, apa boleh buat, ilmu Cui li Pit hiat akan kuhadiahkan kepadamu.

"Tutup mulut!" Tiba tiba terdengar suara Hong Hian Leng yang memekakkan telinga.

"Kau kira aku takut mati? Berani kau mengatakan sepatah dari permulaan ilmu Cui li Pit hiat akan kuhancurkan batok kepalamu."

Tangan Hong Hian Leng terangkat dan siap melaksanakan ancamannya.

Ie Lip Tiong bertekuk lutut dan memohon: "Sucou..."

"Cukup! Putusanku tidak bisa dirubah." Potong sang raja silat.

"Sucou, kita harus berani mengakui kesalahan..."

"Diam! Apapun yang terjadi. aku tidak menghendaki ilmu Cui li Pit hiat jatuh kedalam tangan orang lain. Terutama Lo-san-cu yang berambisi besar mau menjadi raja rimba persilatan!"

"Sucou, kalian masih mempunyai kesempatan hidup untuk mengubah situasi dikemudian hari" Ie Lip Tiong memohon.

"Sudah kukatakan "tidak", tetap "tidak"." Berkata Hong Hian Leng tegas.

Mereka bertanya jawab didalam bahasa percakapan biasa, maka semua orangpun bisa turut mengikut perdebatan itu.

Nie Wie Kong dan keempat raja silat lainnya saling pandang, mereka belum mengomentari persoalan itu. "Sucou," berkata Ie Lip Tiong. "Bagaimana meminta pendapat mereka?"

"Huh!" Hong Hian Leng agak enggan. "Kalian sependapat dengannya?"

Nie Wie Kong adalah orang pertama yang buka suara, katanya:

"Dimisalkan aku yang mendapat kesempatan itu, aku rela dan segera keluar dari tempat ini. Tidak ada sesuatu yang kusegani."

Raja silat Hong poh Kie berkata :

"Lain rasa garam, lain pula rasa gula. Sifat sifat orang itu tidak bisa disamakan. Kita hidup bukan sekedar permainan, jangan hanya mementingkan diri sendiri saja, tengoklah kearah kemelaratan dan penderitaan. Faham Nie tocu tak bisa kuterima."

Hong Hian Leng mendapat kawan, ia bersorak girang. "Ini baru kawan sefaham." Ia berkata kemudian memandang Lee Tiong Hu. "Bagaimana pendapatmu?"

Raja silat Lee Tiong Hu berkata lambat:

"Pendirianku lain lagi. Kukira Ie Lip Tiong tidak bisa dipersalahkan. Mengapa kau tidak mau keluar terlebih dulu?"

"Betul," sambung Kam Lam Bin. "Kepintaran otak Ie Lip Tiong tak perlu disangsikan, mengapa harus menegangkan situasi?"

Dari perdebatan itu bisa diketahui, Hong Hian Leng, Hong poh Kie dan Wan Tin berdiri disatu pihak, dan Nie Wie Kong, Lee Tiong Hu dan Kam Lu Bin dilain pihak.

Semakin lama, perdebatan itu semakin sengit, kalau tidak keburu dicegah oleh Lo-san-cu "Stop!" Ia membentak keras. "Hentikan semua pendapat pendapat kalian. Apa begitu yakin, kalau aku mau membebaskan Hong Hian Leng terlebih dulu, sebelum Ie Lip Tiong mau menceritakan ilmu Cui li Pit hiat?"

"Maksudmu?" bertanya Hong Hian Leng.

"Kalian berenam akan bebas. Sesudah Ie Lip Tiong menceritakan Cui li Pit hiat," berkata Lo-san-cu.

Semua orang saling pandang.

Otak Ie Lip Tiong adalah yang bekerja paling cepat, segera ia berteriak:

"Apa kau berani berjanji?" "Tentu," berkata Lo-san-cu.

"Jangan percaya," potong Hong Hian Leng "Belum tentu ia mau menepati janji."

"Ya!" berkesah Ie Lip Tiong, memandang ke arah datangnya suara Lo-san-cu berkata, "Bagaimana kalau kau tidak menepati janji?"

"Kemudian apa pula halnya kalau kau tak menepati janji, sesudah membebaskan sucou dan kawan kawannya?!! berdengus Lo-san-cu.

Perundingan berlangsung kembali.

Akhirnya Ie Lip Tiong diharuskan memilih jalan itu, ia harus mengungkapkan rahasia ilmu Cui li Pit Hiat, maka Lo-san-cu segera membebaskan Hong Hian Leng berenam. Biarpun belum tentu Lo-san-cu menepati janji tersebut di kemudian hari.

Dua kelompok kecil tegang kembali. Di satu pihak yang dikepalai oleh Hong Hian Leng yang penuh ketegasan menolak mengadakan kompromi, menolak kehidupan mereka berenam yang hendak mengorbankan Ie Lip Tiong, dilain pihak Nie Wie Kong cs yang hendak cepat cepat keluar dari daerah tersebut. Perdebatan hangat kembali.

"Tidak setuju!" Teriak Hong Hian Leng.

"Jangan kau buang kesempatan baik," berkata Nie Wie Kong.

"Aku setuju," teriak Kam Lu Bin.

"Peraturan Su-hay-tong sim-beng memberi keputusan." "Suara yang terbanyak mengambil putusan."

"Tiga banding tiga."

"Tidak. Diantara kita berlima. tiga dua."

"Bagaimana boleh, kau tidak memasukkan Nie tocu." "Dia bukan anggota Su-hay-tong sim-beng.

"Tapi ia sudah bersatu dengan kita."

"Betul. Yang kita gunakan adalah peraturan Su-hay-tong sim-beng Bukan anggota anggotanya.

"Karena itu, perbandingan adalah sama." "Ditambah Ie Lip Tiong empat : tiga!"

"Dimana orang yang mengajukan usul mana boleh masuk hitungan ?"

"Kalau kita menggunakan cara cara Su-hay-tong sim- beng, sipengusul harus dihitung satu."

"Bohong!   Didalam peraturan Su-hay-tong sim-beng.

Pengacara yang memberi usul tidak masuk hitungan." "Masuk hitungan."

"Tidak !" "Masuk !"

"Masuk !"

"Tidak !"

Bagaimana peraturan Su-hay-tong sim-beng? Toh Lo-san-cu tidak tahu.

Perdebatan semakin menjadi sengit, seolah olah suasana yang tidak terkendalikan. Bila dibiarkan seperti itu, besar kemungkinan, mereka saling gebrak dan saling labrak.

Lagi-lagi terdengar suara Lo-san-cu:

"Berhenti! Semua berhenti !"

Kali ini tidak seorangpun yang menggubrisnya, suara ditingkatkan, semakin kalut.

Huuuttt...

Lo-san-cu menggunakan meriam si jagur blower apinya, laras-laras benda tersebut diarahkan kepusat, maka dari empat penjuru bersembur api.

Percekcokan terhenti !

"Bedebah!" Lo-san-cu memaki. "Kalian hendak mengulur waktu."

Ie Lip Tiong berteriak "Lo-san-cu..."

Hong Hian Leng membentak:

"Ie Lip Tiong, hendak kuhancurkan batok kepalamu?

Kau sudah berani membangkang, he?" "Teecu tidak berani."

"Nah, Tutup mulut !" odwo 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar