Persekutuan Pedang Sakti Jilid 26

Jilid 26

DIA DUDUK DISUDUT KIRI RUANGAN dengan

wajahnya menghadap keluar, tapi berhubung suasana dalam ruangan masih remang-remang, lagi pula ia duduk disudut ruangan, sehingga mimik mukanya tidak terlihat secara jelas.

Dengan suatu gerakan yang cepat Liu Leng poo menyambar lengan Liong Hiang kun dan dipegangnya erat-erat serunya kemudian :

"Kau jangan sampai terjebak oleh perangkap lawan, orang tersebut hanya sebuah orang- orangan."

Sambil tertawa kakek Ou berkata pula "Nona Liong, coba kau lihat !"

Dia segera menggerakkan telapak tangannya dan melakukan gerakan mendorongan dari tempat kejauhan.

Buru buru Liong Hiang kun berseru

"Empek tua, lakukan dengan lebih ringan!!" "Kau tak usah kuatir !" jawaban kakek Ou cepat.

Ketika angin pukulan itu menumbuk di atas tubuh si raja langit bertangan keji Liong Cay thian, segera terlihatlah tubuh itu bergoyang beberapa kali namun tak sampai roboh, disaat tubuhnya sedang bergoncang inilah mendadak orang itu mengangkat kepalanya sambil membuka mulut seolah-olah hendak mengucapkan sesuatu.

Liong Hiang kun menjadi gelisah sekali, cepat-cepat dia berteriak keras : "Dia bukan orang-orangan, dia adalah ayahku, mungkin jalan darah telah ditotok orang.."

Belum selesai perkataan itu diucapkan, tiba-tiba berkumandang suara desingan angin tajam yang menderu-deru..

Ternyata dari balik mulut si Raja langit Tangan keji Liong Cay thian telah menyembur keluar segumpal jarum lembut bulu kerbau yang memancarkan cahaya biru.

Diantara kilauan cahaya tajam yang memenuhi angkasa

dalam waktu singkat, jarum-jarum lembut itu telah menyumbat habis seluruh pintu ruangan.

Dilihatnya dari cahaya biru yang terpancar keluar dari ujung-ujung jarum lembut tersebut jelas sudah kalau senjata rahasia itu telah dipolesi dengan racun yang amat keji dan mematikan korbannya, hal ini bisa dibayangkan andaikata benar-benar ada orang yang memasuki ruangan tersebut, kendatipun dia memiliki ilmu silat yang lebih hebatpun jangan harap dapat meloloskan diri dalam keadaan selamat.

Liu Leng poo segera mengerutkan dahinya rapat-rapat kemudian berseru dengan gusar. "Benar-benar kejam dan berhati busuk orang yang menyiapkan jebakan maut ini."

Setelah meninggalkan kedua buah ruangan dengan perangkap maut tadi, rombongan jago itu menelusuri sebuah jalan setapak beralas batu menuju kearah depan.

Kini mereka lewat sederetan bangunan rumah yang terdiri dari sembilan ruangan, semua pintu dan jendela bangunan itu tertutup rapat, terdorong oleh rasa ingin tahu, para jago segera bergerak untuk memeriksa ruangan-ruangan itu, apakah disitupun terdapat orang lain?

Hampir pada saat yang bersamaan, para jago itu bergerak menyerang setiap pintu ruangan batu itu.

Ternyata di dalam setiap ruangan tersebut terdapat penghuninya, diantaranya terdapat Wi Tiong hong, Lan Kun pit, Kam Liu cu, Thian khi cu dari Bu tong pay serta seorang hwesio tua berjubah abu-abu, mungkin seorang pendeta agung dari kuil Siau lim si.

Sudah barang tentu semua orang tersebut hanya orang-orangan gadungan, adapun tujuannya tak lain adalah untuk memancing lawan masuk perangkap.

Kembali kawanan jago itu meneruskan perjalanannya namun sepanjang jalan yang dilalui suasana amat hening, sepi dan tak kelihatan sesosok bayangan manusiapun.

Suatu ketika, Kam Liu cu mengalihkan sorot matanya dan memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian ujarnya :

"Sungguh aneh, mengapa tak kelihatan seorang manusiapun ditempat ini?"

"Siluman perempuan itu berdiam didalam sebuah bangunan gedung yang amat besar" sahut Liong Hiang kun,

"gedung itu masih terletak didepan sana, mari kuajak kalian kesana." "Yaa benar." kata So Siau hui pula, "Disitulah terletak pusat dari lembah ini, bisa jadi Kiu Siang poo berada ditempat itu"

Sementara pembicaraan masih berlangsung kembali rombongan itu melewati dua buah jalan setapak yang beralas batu, benar saja pada setiap jalanan yang dilalui ternyata semuanya terdapat bangunan rumah batu yang bentuk maupun posisinya tak berbeda satu dengan lainnya.

"Agaknya semua bangunan rumah ini di bangun dan di atur menurut posisi sebuah ilmu barisan" kata Liu leng poo kemudian.

Mendengar perkataan itu.So Siau hui segera berpaling dan katanya sambil tertawa: "Ternyata enci Liu juga mengetahui tentang ilmu barisan. Benar, semua bangunan rumah ditempat ini memang disusun menurut posisi barisan Kiu kiong tin, jadi orang harus masuk dengan melewati bagian tengah, jikalau ditengah jalan hendak menerobos semaunya sendiri, akibatnya akan mudah tersesat jalan dan kehilangan arah, yang lebih hebat lagi, sekali kau salah

langkah maka makin berjalan akan semakin tersesat. Akibatnya tentu saja tak terlukiskan lagi dengan kata-kata" Agak berubah paras muka Liu Leng poo, segera ujarnya :

"Kalau bagitu kita telah memasuki daerah lawan mereka atau dengan perkataan lain kita telah memasuki lingkaran yang dikepung oleh pihak mereka?"

Kam Liu cu segera tertawa tergelak :

"Haaaahhh...haaaah.haaaahh....tepat sekali, saat ini kita memang sudah berada ditengah kepungan mereka, tapi kalau tidak memasuki sarang harimau, bagaimana mungkin bisa memperoleh anak macan?"

"Perkataan Kam lote memang tepat sekali" sambung kakek Ou kemudian, "Kita memang sengaja kemari untuk mencari Kiu sing po si siluman tua itu "

Selang berapa saat kemudian, sampailah rombongan para jago itu dimuka sebuah gedung besar.

Di depan pintu bertengger dua buah patung singa yang besarnya melebihi manusia biasa, undak-undakan batu yang lebar dan luas terdiri dari tiga susun, pintu gerbang dengan gelang putih berbentuk kepala makhluk buas menambah kerennya bangunan itu.

Kakek Ou segera menaiki undak-undakan batu itu dengan langkah lebar dan menggedor pintu gerbang yang tertutup rapat keras-keras.

"Blaaaaammm.!"

Suara getaran berkumandang memecahkan keheningan, tahu tahu diatas pintu sudah tertera bekas kelima jari tangannya yang amat dalam.

Namun kakek Ou sendiri pun segera merasakan lengan kanannya tergetar keras sampai linu dan kaku rasanya. Tak kuasa dia tergetar mundur setengah langkah ke belakang. Ujarnya kemudian sambil mendengus,

"Sialan benar, rupanya pintu gerbang ini buat dari besi baja asli!"

"Mungkin saja pintu gerbang itu dilengkapi dengan alat rahasia untuk membuka serta menutupnya kembali!" sela Liu Leng poo dan samping.

"Aku rasa pintu ini sudah dikunci dari dalam, mustahil pintu semacam ini dilengkapi dengan alat rahasia." ucap So Siau hui tak sependapat!

Sambil berkata diapun meloloskan pedang pendeknya sambil diangsurkan kedepan, kembali ujarnya :

"Empek Ou, tak usah membuang tenaga dengan percuma, gunakan saja pedang ini untuk mematahkan palang pintu dari bagian tengah, niscaya pintu itu akan terbuka dengan sendirinya."

Setelah menyambut pedang pendek itu, pelan-pelan kakek Ou melakukan penusukan melalui celah-celah tengah diantara kedua belah pintu itu, disusul kemudian sebuah tendangan keras menjejak pintu tadi.

"Blaaaaamm!"

Diiringi suara keras kedua belah pintu baja itu segera terbuka lebar.

Setelah mengembalikan pedang pendeknya di ketangan So Siau hui, kakek Ou baru berseru ; "Mari kita masuk bersama-sama!"

Tanpa membuang waktu lagi, dia segera berjalan masuk lebih dulu.

Para jago lainnya segera mengikuti dibelakangnya masuk pula ke dalam gedung.

Setelah melewati sebuah pelataran yang luas, didepan sana merupakan sebuah ruang tengah yang lebar, ruangan itu terdapat enam buah pintu yang semuanya tertutup rapat dan tak nampak sesosok bayangan manuasia-pun, seolah-olah gedung yang besar ini sudah lama tiada penghuninya lagi.

Dengan masih dipimpin oleh kakek Ou, mereka menaiki undak-undakan batu dan mendorong pintu panjang di bagian tengah.

Tapi apa yang kemudian terlihat membuatnya segera berhenti, kemudian sambil mengucapkan tangannya kebelakang serunya :

"Kalian berhati-hatilah entah permainan setan apa lagi yang sedang dipersiapkan di dalam sana?"

Mendengar ucapan itu serentak semua orang

menghentikan langkahnya di depan pintu dan mengalihkan sorot matanya ke dalam.

Ternyata dalam ruangan itu duduk empat orang dengan tenang, agaknya mereka sedang merundingkan sesuatu persoalan yang amat serius.

Tapi anehnya keempat orang itu sama sekali tak berbicara, malah sama sekali tubuh mereka tak bergerak. Wajah keempat orang ini sudah tak asing lagi bagi para jago, yang mengenakan jubah hitam dan berwajah licik menyeramkan itu adalah si Raja langit bertangan keji Liong Cay thian, di sampingnya adalah Lan Sim bu, jagoan dari

In lam yang memakai jubah biru dengan potongan muka kurus kering..

Disampingnya lagi adalah seorang kakek berjenggot putih berjubah hitam dengan sebuah tongkat bambu terletak disampingnya. Orang ini adalah Kiu tok kaucu.

Sedangkan orang ke empat mempunyai dandanan yang sangat istimewa, dia mengenakan gaun berwarna merah dengan kepala tembaga dan berambut warna hijau Kiranya orang ini tak lain adalah Tong hujin yang misterius itu....

Si tikus berjalan dibawah tanah Thio Kiang menjerit kaget, serunya agak tertahan ; "Aaah... rupanya majikan kami pun sudah datang! "

Cepat cepat dia berjalan masuk ke dalam ruangan Sebenarnya Kam Liu cu bermaksud untuk

menghalanginya, sayang sudah terlambat, si tikus berjalan dibawah tanah telah berjalan mendekati Tong hujin lalu membungkukkan badannya dan siap hendak berbicara, tapi tiba- tiba saja tubuhnya bergoncang keras kemudian roboh terjungkal ke atas tanah..

Liu Leng poo menjadi terkejut sekali setelah menyaksikan kejadian ini, serunya tertahan

:

"Aaaah, dia sudah keracunan !"

"Biar aku yang masuk untuk memeriksa keadaaannya!"

Dengan suatu gerakan tubuh yang amat cepat dia menerjang masuk ke dalam ruang tengah, lalu membangunkan tubuh si tikus berjalan dibawah tanah yang tergeletak di tanah itu.

Ternyata tubuh orang itu sudah melingkar seperti udang, mukanya hijau membesi dan jelas keracunan hebat sementara selembar jiwanya telah meninggalkan raganya, sambil mengangkat kepalanya Liu Leng poo segera bertanya :

"Kakek Ou, apakah dia masih dapat di tolong?"

Pelan-pelan kakek Ou membaringkan kembali tubuh si tikus berjalan dibawah tanah ke atas lantai kemudian setelah menghela napas panjang sahutnya dengan pedih,

"Dia..dia sudah tak tertolong lagi"

Menyaksikan kematian si tikus berjalan di bawah tanah yang secara tiba-tiba ini, semua orang merasakan hatinya amat pedih, apalagi bila teringat dengan jasanya barusan, andaikata dia tidak memimpin kawanan tikusnya untuk menggali liang, niscaya semua orang yang hadir telah mati terkurung di dalam lorong gua tersebut...

Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar suaru mencicit yang amat ramai berkumandang datang, beratus ratus ekor tikus gunung yang gemuk berlarian melalui kaki semua orang dan menyerbu ke dalam ruangan tengah bagaikan datangnya air bah.

Sementara semua orang masih dicekam perasaan kaget, kawanan tikus yang menyerbu ke dalam ruang tengah itu sudah pada menggeletak tak berkutik diatas lantai sebelum mencapai dihadapan si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khiang, sudah jelas kawanan binatang itu sudah keracunan dan mati semua.

Berubah paras muka Liu Leng poo setelah menyaksikan kejadian ini, serunya terkejut : "Aaaaah tampaknya seluruh ruangan ini telah ditaburi dengan racun yang sangat ganas!"

"Empek Ou cepat keluar dari sana!" buru-buru So Siau hui berteriak dengan cemas. "Tidak apa apa, aku.."

Sebelum selesai perkataan itu diucapkan, tiba-tiba saja dadanya menjadi sesak dan lamat-lamat seperti mau tumpah, hal ini menyebabkan kata-kata berikut tak sempat lagi diutarakan keluar.

Secepat sambaran kilat tubuhnya segera melayang keluar dari ruangan, kemudian duduk bersemedi dan mengatur pernapasan di tengah beranda..

So Siau hui membelalakkan matanya lebar-lebar serunya dengan suara gemetar, "Empek Ou.kau..kau..."

Dengan cepat Liu Leng poo menarik tangannya kemudian berbisik pelan.

"Adik kecil, dia sedang menghimpun tenaga dalamnya untuk mendesak keluar racun yang mengeram didalam tubuhnya, kau tak boleh mengganggu konsentrasinya.."

Walaupun kemudian So Siau hui tak berbicara lagi, namun hatinya merasa sangat gelisah diam-diam pikirnya:

"Padahal empek Ou sudah menelan obat mestika Pit tok kim wan buatan Lam hay bun kami. Seharusnya dia kebal terhadap segala macam racun, sebetulnya racun ganas apakah yang telah disebarkan didalam ruangan ini sehingga begitu hebatnya?"

Dengan perasaan kebat-kebit dan cemas semua orang mengikuti perkembangan dari kakek Ou, tak seorangpun yang berbicara ataupun bergerak dari posisinya semula.

Untung suasana didalam gedung besar itu memang sepi dan hening sekali, sehingga tiada orang lain yang mengganggu mereka.

Suasana tegang dan cemas berlangsung hampir selama seperminum teh lamanya, kemudian kakek Ou baru nampak menghembuskan napas panjang dan bangkit berdiri, katanya kemudian :

"Benar-benar racun yang sangat hebat, untung saja aku telah menelan pil anti racun Pit tok kim wan, kalau tidak niscaya selembar jiwa tuaku akan melayang."

Kam Liu cu memandang sekejap sekeliling ruangan itu, kemudian berkata,

"Agaknya sisa racun yang tersebar di dalam ruangan ini merupakan sisa racun yang di lancarkan berapa orang di dalam ruangan itu ketika terjadi pertarungan sengit tadi!"

"Yaa, betul, memang demikian keadaannya!" sahut kakek Ou sambil mengangguk. Mendadak sekujur badan Liong Hiang kun tergetar keras, serunya kemudian,

"Kam tayhiap kau maksud keempat orang yang berada didalam ruangan itu bukan orang- orangan palsu ?"

"Nona Liong tak ussh bersedih hati lagi, sesungguhnya ayahmu beserta ketiga orang lainnya. "

Paras muka Liong Hiang kun segera berubah menjadi pucat pias seperti mayat sekujur badannya gemetar, keras, cepat dia bertanya lagi:

"Apakah ayahku dan... dan mereka semua telah..telah mati ?" Kakek Ou mengangguk.

"Benar, mereka semua telah mati keracunan!"

Tiba-tiba Liong Hiong kun meronta dari genggaman Liu Leng poo lalu menerjang masuk ke dalam ruangan seperti orang kalap, teriaknya sambil menangis

"Oooh ayah...putrimu yang tidak berbakti telah datang. "

Cepat cepat kakek Ou menghalangi jalan perginya, dia berseru :

"Nona Liong, orang yang telah mati tak bisa hidup kembali, kau tak boleh masuk ke dalam "

Liu Leng poo, So Siau hui serta Lak jie nio Eng Thio Man bertiga pun berusaha membujuk sambil menarik tangannya, tapi Liong Hiang kun tetap menjerit sambil menangis tersedu- sedu.

Akhirnya Liu Leng poo benar-benar dibikin apa boleh buat oleh isak tangis nona tersebut, terpaksa ujarnya kemudian :

"Adikku dari keluarga Liong, inginkah kau membalaskan dendam bagi kematian ayahmu?"

Sambil menggertak gigi menahan rasa benci yang berkobar-kobar didalam dadanya Liong Hiang kun berseru:

"Orang yang mencelakai ayahku sampai mati adalah ketiga jahanam tersebut, aku bersumpah akan membunuh mereka serta mencincang tubuhnya sehingga hancur berkeping keping"

"Kau keliru besar" Liu Leng poo kemudian, "walaupun keempat orang ini saling beradu ilmu beracun dengan masing masing mengeluarkan segenap ilmu beracun yang dimilikinya, namun pertempuran ini sudah diatur orang lain

sedemikian rupa sehingga berakibat kematian dari mereka berempat secara bersama-sama"

"Aku mengerti, orang yang mengatur pertarungan itu pastilah siluman perempuan itu, siluman perempuan dari perguruan Kiu siang bun!!" seru Liong Hiang kun sambil berhenti menangis.

"Asal saja kau sudah mengerti, hal ini lebih baik lagi, semua bencana dan musibah yang menimpa kita semua tak lain adalah gara-gara Kiu siang poo si siluman tua itu, dialah yang telah membuat keonaran dan menerbitkan semua bencana bagi kita"

"Sekarang persoalan ini tak bisa di tunda-tunda lagi!" sela kakek Ou mendadak, "sekarang kita harus mencari si nenek siluman itu sampai ketemu!"

Liu Leng poo tidak segera mengambil keputusan, apalagi setelah tidak menjumpai seorang manusia pun semenjak mereka memasuki selat tersebut, hal mana telah menimbulkan kecurigaan didalam hatinya.

"Siluman tua itu sengaja menyembunyikan diri dan tak berani munculkan diri untuk menghadapi kita, sudah jelas di balik kesemuanya ini terdapat intrik busuk yang akan merugikan kita.."

Belum habis perkataan itu di ucapkan mendadak terdengar seseorang tertawa seram dengan suaranya yang parau seperti bambu retak;

"Heehh...Heeeh..heeeh.bukankah kalian semua berniat mencari aku si nenek? Mengapa tidak masuk ke dalam secara langsung ?"

Suara tersebut seakan akan berasal dari dalam ruangan, padahal dalam ruangan tengah itu kecuali keempat sosok

mayat yang mati kaku karena keracunan, tak kelihatan seorang manusia pun yang bersembunyi disitu.

Mencorong sinar tajam dari balik mata kakek Ou setelah mendengar ucapan tersebut, segera bentaknya :

"Hey nenek siluman, kau bersembunyi di mana?"

"Aku si nenek berada disini" jawab suara parau macam bambu retak itu. "Tampaknya dia berada di belakang ruangan" kata Mo koan tojin tiba-tiba.

"Mari kita mengitari ruangan ini dan masuk lewat belakang " ajak kakek Ou cepat. "Tidak, kita tak dapat masuk kedalam". tampik So Siau hui dengan perasaan susah. "Kenapa tak boleh masuk ke dalam?"

"Bila ingin masuk kedalam, kecuali melalui ruangan tengah tersebut, disekitar sini sudah tiada jalan tembus lain.

Tapi ruangan tengah telah ditaburi racun keji yang sangat ganas, di mana pil mestika Pit tok kim wan yang kita milikipun tak mampu menghadapinya, sudah setengah harian lamanya aku mencoba untuk memikirkan persoalan itu, tapi aku benar-benar tak dapat menemukan suatu cara yang terbaik untuk masuk kedalam".

Sementara itu, suara yang parau seperti bambu retak tadi telah berkata lagi:

"Sebenarnya kalian benar-benar ingin masuk kedalam untuk bertemu dengan aku, nenek atau tidak?"

"Tentu saja kami ingin berjumpa denganmu!" jawab kakek Ou segera, "Bagus sekali, diseluruh lantai ruangan tengah telah ditaburi racun yang amat ganas, sudah jelas tidak gampang bagi kalian untuk melewatinya, baiklah aku sinenek akan mengirim orang untuk menyambut kedatangan kalian, tapi sebelum itu kalian harus menyebutkan dahulu nama-nama kamu semua, aku sinenek wajib mengetahui lebih dulu siapa siapa saja yang ingin bertemu denganku"

"Apakah harus menyebutkan nama kami ?" tanya Kam Liu cu.

"Kalau enggan menuruti perkataanku, lebih baik kalian mengundurkan diri saja dari sini dan tidak usah bertemu denganku"

"Baiklah" kata Liu Leng poo kemudian, "Kami akan menyebutkan nama-nama kami." Suara yang parau seperti bambu retak itu segera tertawa terkekeh-kekeh.

"Hee,..hee heeheh...kalian tak usah melaporkaa nama yang asli, nama palsu pun boleh di gunakan".

Semua jago dibuat melongo dan tertegun, mereka benar-benar tak habis mengerti permikiran busuk apakah yaag sedang direncanakan siluman tua tersebut?

Sambil tertawa kakek Ou segera berkata: "Baik, baiklah, aku bernama Ou Tou Jo!" "Aku adalah Kam Liu cu," sambung Kam Liu cu kemudian

Disusul kemudiaa Liu Leng poo, So Siau hui, Thio Man, Liong Hiang kun, Ma koan tojin dan Tam See hOu melaporkan juga nama-namanya, sementara Wi Tiong hong dan Cho Kiu moay karena terpengaruh pikiran dan

kesadarannya, maka nama mereka di sebutkan oleh Kam Liu cu.

Kembali suara parau seperti bambu retak itu tertawa terkekeh-kekeh dengan anehnya, "Heeheheheehh...bagus, bagus sekali kalian semua berjumlah sepuluh orang bukan?" "Benar!" sahut kakek Ou.

Baru saja perkataan itu selesai diutarakan , penyekat di belakang ruangan pelan-pelan telah bergeser kesamping sehingga muncullah sebuah pintu berbentuk bulat.

Ketika pintu berbentuk bulat itu terpentang lebar, tiba-tiba dari balik ruangan memancar keluar serentetan cahaya berwarna merah yang meluncur keluar ruangan tengah dengan kecepatan luar biasa.

Cahaya merah itu melintasi ruangan tengah dan tiba ditegah ruangan tersebut, ternyata cahaya merah itu merupakan seutas angkin berwarna merah yang dilancarkan oleh seorang perempuan berbaju hitam yang wajahnya di tutupi dengan topeng berwajah menyeramkan. 

Perempuan berbaju hitam itu berdiri di ujung ruangan tengah dengan memegang ujang angkinnya erat-erat, sementara ujung angkin yang lain dipegangi oleh seorang perempuan berbaju hitam berwajah menyeramkan lainnya dari ujung pintu bulat.

Ketika kedua orang itu saling menarik angkin itu hingga menegang, maka terwujudlah sebuah jembatan lintas diatas ruangan tengah itu,

Setelah menyiapkan angkin untuk jembatan penyeberang, perempuan berbaju hitam itu baru memberi hormat kepada semua orang sambil ujarnya,

"Suhu kami mempersilahkan saudara sekalian menyeberang dengan melalui atas jembatan angkin!"

Sebagaimana diketahui, dari sekian jago yang hadir disana waktu itu, kecuali Liong Hiang kun, Thio Man serta si pena baja Tam See hou bertiga yang memiliki kepandaian silat agak lemah, sisanya memiliki ilmu kepandaian yang luar biasa sekali, bagi mereka melintasi ruangan tengah dari tempat di mana mereka berada hingga mencapai pintu berbentuk bulat itu seharusnya bukan suatu pekerjaan yang sulit.

Lin Leng poo segera memandang sekejap kearah perempuan berbaju hitam itu kemudian pikirnya:

"Semua tingkah laku Kiu siang poo memang tak pernah lepas dari aliran sesat, sungguh mengherankan, mengapa murid-muridnya diharuskan mengenakan topeng berwajah setan dan berdandan aneh? Dianggapnya dandanan semacam ini bisa menakuti siapa?"

Dalam pada itu kakek Ou telah tertawa terbahak-bahak:

"Haah..haah..haah..orang lain kan sudah datang mengundang kita, buat apa kita mesti bersungkan-sungkan lagi?"

Sementara berbicara, dia telah berpaling dan bisiknya kepada Kam Liu cu.

"Aku akan barangkat duluan sedang Kam lote lebih baik berjalan paling belakang, hati- hati kalau mereka akan bermain setan dengan kita..!"

Kam Lin cu segera mengangguk pelan.

Begitu selesai berkata, kakek Ou segera melejit ketengah udara dan melayang turun di atas angkin merah tadi, dengan langkah lebar dia berjalan kemuka.

Liu Leng poo segera memberi tanda kepada semua orang untuk mengikuti gerakan kakek Ou.

Maka setelah para jago melintasi angkin merah itu secara berurutan, Kam Liu cu baru melintasi paling akhir menuju kedalam pintu bulat tersebut.

Setelah semua oraag melayang turun ke atas tanah dan mengalihkan sorot matanya kedepan, barulah diketahui bahwa dibalik pintu bulat itu ternyata terdapat lagi halaman lain.

Rupanya diatas pelataran dibalik pintu bulat itu telah dipajang papan besi yang menutupi seluruh ruangan sehingga tidak tembus sinar matahari, sedangkan ruangan dibagian tengah mempunyai luas hampir sebesar ruang depan, cuma pintunya dilapisi dengan tirai yang cukup tebal.

Dengan cepat kedua orang perempuan berbaju hitam itu menarik kembali senjata angkinnya dan menaiki keatas undak-undakan, disitu satu dari kiri yang lain dari kanan menyingkap tirai yang semula tertutup.

Ditengah ruangan terletak sebuah tempat duduk berbentuk bunga, tirai yang terbuat dari kayu cendana, disitulah duduk bersila seorang perempuan tua berbaju hitam yang berambut merah dan berwajah menyeramkan, orang itu tak lain adalah Kiu siang poo yang sudah termashur karena kebuasannya.

Dikedua belah samping tempat duduk berbentuk teratai itu, berdiri empat orang perempuan berbaju hitam yang wajahnya masing-masing mengenakan topeng bertampang menyeramkan, sepasang telapak tangan mereka disilangkan didepan dada sementara pandangan matanya mengarah kebawah, terhadap situasi disekelilingnya, mereka bersikap acuh tak acuh..

Bila ditinjau dari jari tangannya yang di silangkan didepan dada, kawanan perempuan berbaju hitam itu belum berusia kelewat besar dan lagi kuku mereka hampir semuanya diberi pemerah, cuma sayang tampang mereka yang menyeramkan justru merupakan pemandangan yang amat tak sedap dipandang.

Dengan sinar matanya yang hijau memancarkan hawa sesat, Kiu siang poo memperhatikan sekejap tamu-tamunya, kemudian setelah tertawa melengking katanya.

"Apakah kalian semua telah masuk kemari? Bagus, bagus sekali."

Nada suaranya kebanci-bancian, membuat siapa pun yang mendengarkan, merasakan hatinya amat tak sedap.

Kakek Ou segera tertawa nyaring.

"Haaaa..haaa..haaa...Kiu siang poo, kami datang kemari bukan untuk bertamu, aku rasa kita pun tak usah menggunakan kata-kata sungkan lagi!"

"Yaa benar, perkataanmu memang tepat sekali" jawab Kiu siang poo kemudian, "Setelah saling berjumpa muka, tentu saja kita tak usah menggunakan kata-kata sungkan lagi!"

Kemudian setelah mengeluarkan sebuah daftar nama, pelan-pelan dia berkata lebih jauh

"Hanya saja kalian semua baru pertama kali ini bertemu denganku, sedangkan daftar nama inipun baru saja kucatat berdasarkan daya ingatanku. Entah benar entah tidak karena itu aku ingin mengabsen sekali lagi, apalagi saudara sekalian enggan untuk menjawab, mengangguk pun boleh juga."

Agaknya siluman perempuan ini memiliki semacam daya kekuatan yang misterius, ucapan mana segera disambut semua orang dengan anggukkan kepala.

Sesungguhnya apa yang dikatakan olehnya memang benar, sekaligus tempat itu sudah kedatangan belasan orang laki perempuan tua muda yang belum pernah dikenal sebelumnya, sudah barang tentu tak mungkin baginya untuk mengenali sekian banyak orang orang sekaligus.

Memang sudah sewajarnya kalau dia mengenali dulu orangnya menurut daftar nama, baru kemudian pembicaraan bisa ditanggungkan.

Pelan-pelan sorot mata Kiu siang poo di alihkan kewajah orang orang itu, kemudian tanyanya sambil tertawa.

"Jadi saudara sekalian sudah setuju?"

Sekali lagi semua orang menganggukkan kepalanya. Kiu siang poo segera menundukkan kepalanya dan memeriksa sekejap daftar nama itu kemudian pelan-pelan berkata:

"Siapakah yang bernama Ou Tou lo?" "Akulah orangnya" sahut kakek Ou.

Sambil tersenyum Kiu siang poo berkata, "Ternyata lo enghiong adalah pemimpin rombongan, sudah lama aku sinenek mengagumi akan nama besarmu... ehmm, nama besarmu memang sesuai benar dengan orangnya, sungguh beruntung aku dapat bersua denganmu hari ini."

Perkataan itu diucapkan dengan suara datar, rendah dan lambat, selain itupun mengandung nada nada siluman yang tak terlukiskan dengan kata-kata.

Sebagaimana diketahui, julukan Kakek Ou adalah Panglima sakti berlengan emas yang menjaga pintu langit

selatan dari Lam hay bun, nama besarnya jarang dikenal oleh umat persilatan terutama didataran Tionggoan.

Namun ucapan seperti ‘sudah kukagumi nama besar anda’ sudah teramat sering dia dengar.

Hanya saja, kalau dihari-hari biasa dia tidak merasakan sesuatu yang aneh setelah mendengar perkataan itu, karena kata macam demikian memang merupakan kata-kata sopan santun yang umum dan lumrah.

Tapi sekarang, entah mengapa, ketika perkataan yang lumrah itu diucapkan oleh Kiu siang poo, justru memberikan perasaan yang berbeda dalam hati kakek Ou, sehingga tanpa terasa pikirnya,

"Wah, nampaknya si nenek siluman ini sudah dibuat tergetar hatinya oleh ucapanku!"

Tak dapat dibendung lagi, senyuman kearah kakek itu, kemudian sorot mata silumannya baru dialihkan kewajah Kam Liu cu sambil berkata.

"Kam tayhiap adalah murid tertua dari Thian sat bun, aku si nenek pun sudah lama mengagumi nama besarmu."

Seperti halnya kakek Ou, paras muka Kam liu cu segera meperlihatkan wajah berseri-seri setelah mendengar perkataan ini, cepat-cepat dia menjura sambil katanya,

"Terima kasih atas pujian kau orang tua... aku tak berani menerimanya".

Nada pembicaraan dari Kiu siang poo berubah semakin halus dan lembut, pelan-pelan ujarnya:

"Siapakah diantara kalian yang bernama Liu Leng poo, nona Liu..?"

Ketika sinar mata Liu Leng poo saling beradu dengan pandangan matanya, tiba-tiba saja perempuan itu merasakan pandangan matanya begitu hangat dan mesrah, seakan-akan baru saja bersua dengan saudara-saudara yang sudah banyak tahun tak bersua.

Buru-buru dia membungkukkan badannya seraya berkata:

"Tidak berani, boanpwee adalah Liu Leng poo"

Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar Liong Hiang kun berteriak dengan suara melengking;

"Nenek siluman, ayahku sama sekali tiada dendam atau sakit hati dengan dirimu, mengapa kau justru mencelakai ayahku sampai mati? Aku akan beradu jiwa denganmu."

Jeritan lengking itu diutarakan persis pada waktunya, seketika itu juga semua orang di buat tersadar kembali dari pengaruh siluman yang menyesatkan dan pulih kembali kesadarannya.

Sambil tertawa terbahak-bahak kakek Ou segera membentak:

"Haah.. haah.. haah.. nenek siluman, bagus sekali perbuatanmu, rupanya kau berani menggunakan ilmu sesat untuk mempengaruhi jalan pemikiran orang? Hmm, hampir saja aku termakan oleh perbuatanmu itu."

"Weess!!"

Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kedepan dengan kecepatan luar biasa.

Sebagaimana diketahui, tenaga dalam yang dimiliki kakek Ou memang sangat lihay dan amat sempurna, dimana angin pukulannya dilancarkan, segera terjadilah deruan angin puyuh yang menderu-deru dengan hebatnya.

Ancaman tersebut menubruk ke arah tubuh Kiu siang poo secara mengerikan.

Sinar sesat berwarna kehijuan yang semula memancar keluar dari balik mata Kiu siang poo segera menjadi sirna, pelan-pelan dia menggerakkan sepasang tangannya melakukan suatu gerakan seperti orang mendayung, lalu sambil tertawa terkekeh-kekeh katanya,

"lo enghiong, bila ada persoalan lebih baik dibicarakan secara baik-baik. Apa sih gunanya menggunakan kekerasan?"

Ketika angin pukulan dahsyat yang dilancarkan kakek Ou termakan olen gerakan tersebut, tahu-tahu kekuatan tersebut hilang lenyap dengan sangat mengejutkan hatinya.

Namun pada saat yang bersamaan, tubuh Kiu siang poo tergoncang keras, paras mukanya segera berubah hebat, dengan sinar tajam mencorong keluar dari balik matanya, ia berseru dengan terperanjat:

"Sebenarnya siapakah kau? Hebat benar tenaga dalam yang kau miliki...?"

Ternyata walaupun dia berhasil menyambut pukulan yang dilancarkan oleh kakek Ou tadi, akan tetapi diapun segera merasakan bahwa tenaga serangan yang melanda tiba itu memiliki daya kekuatan yang belum pernah dijumpai sebelumnya, hal tersebut menggetarkan seluruh badannya sehingga hawa darahnya bergolak keras dan hampir saja tak sanggup menahan diri.

Berhubung kepandaian yang dilatih termasuk dalam golongan Im kang, maka perubahan mana sama sekali tidak di ketahui oleh kakek Ou. Tiba-tiba terdengar kakek Ou berseru sambil tertawa terbahak-bahak. "Bukankah kau ingin tahu siapakah aku? Nah...akulah yang bernama Ou Tou lo!"

Menyusul ucapan tersebut, badannya seperti burung elang raksasa yang melayang diangkasa, tiba-tiba saja menerjang kedalam ruangan.

Kiu siang poo tertawa aneh, sepasang telapak tangannya segera didorong ke depan bersama-sama. Segulung kekuatan yang tak berwujud dengan cepat meluncur ke depan dan menerjang tubuh kakek Ou yang sedang melayang tiba itu,

Berada ditengah udara kakek mengayunkan tangan kanannya melepaskan sebuah pukulan dahsyat kedepan.

Ketika kedua gulung kekuatan itu saling bertemu satu sama lainnya, ternyata sama sekali tidak menimbulkan suara benturan apapun, cuma saja tubuh kedua orang itu sama-sama bergetar keras, sementara kakek Ou terpental jatuh kembali keatas tanah.

Semua kejadian ini berlangsung dalam waktu singkat, tiba-tiba saja kedua orang perempuan berbaju hitam yang berdiri di depan maju kedepan ruangan menurunkan tirai pintu itu.

Dalam pada itu, kakek Ou yang telah menyambut serangan lainnya di udara dan berhasil menduduki posisi diatas angin, segera mengambil kesimpulan kalau tenaga dalam yang dimiliki Kiu siang poo paling tidak masih setingkat rendah daripada kemampuannya.

Tanpa terasa dia tertawa terbahak bahak "Haha haah haah... wahai nenek siluman, kau anggap tirai penyekat pintu ruangan itu mampu menghalangi jalan masuk kami?"

"Beranikah kau masuk ke dalam?" tantang Kiu siang poo segera sambil tertawa sinis. "Siapa bilang tidak berani?"

Sembari berkata dia siap menyingkap tirai pintu untuk menerobos masuk kedalam. Baru buru Liu Leng poo mencegah.

"Ou lotiang, jangan sembarangan, hati-hati kalau diatas tirai tersebut telah dipoles racun.""

"Biar ada racunpun tetap akan kuterjang!" jawab kakek Ou dengan suara lantang.

Begitu selesai berseru, tubuhnya segera melejit ketengah udara, lalu dengan kecepatan bagaikan hembusan angin dia menyingkap tirai di depan pintu dan langsung menerjang ke dalam ruangan.

"Criing...crinngg..."

Suara gemerincing nyaring bergema memecahkan keheningan, keempat perempuan berbaju hitam yang memakai topeng setan itu serentak meloloskan senjata garpu baja yang memancarkan cahaya biru dan masing-masing menyelinap di sisi kiri dan kanan Kiu siang poo untuk melindungi keselamatan nenek tersebut.

Dengan telapak tangan disiapkan didepan dada, kakek Ou segera membentak; "Nenek siluman, keempat orang muridmu masih bukan tandinganku, lebih baik jangan suruh mereka menghantarkan kematiannya dengan percuma !"

Mencorong sinar aneh dari balik mata Kiu siang poo yang berwarna hijau itu, ditatapnya wajah kakek Ou tanpa berkedip, sementara mulutnya mulai menghitung:

"Satu dua tiga empat lima enam tujuh."

"Hmm...permainan setan apa lagi yang hendak kau perlihatkan dihadapanku?" jengek kakek Ou sambil tertawa keras penuh amarah.

Tiba-tiba Kiu siang poo mengulapkan cakar setannya sambil membentak lirih; "Kalian segera mundur!"

Keempat orang perempuan berbaju hitam itu serentak menarik kembali senjata garpunya kemudian

mengundurkan diri ke posisinya semula..

Dalam pada itu Kiu siang poo telah menegur dengan perasaan terkejut bercampur keheranan:

"Heran! Sungguh mengherankan! Padahal tirai mutiara ku ini terbuat dari mutiara berbisa, bagi orang awam yang tersentuh mutiara tersebut, ia pasti akan keracunan hebat dan jiwanya tak tertolong lagi, mengapa kau justru tetap sehat wal'afiat dan sama sekali tidak menunjukkan gejala keracunan?"

Kakek Ou yang mendengar perkataan itu kontan saja tertawa terbahak babak,

"Haa...haa...haa... selamanya aku paling tak kuatir terhadap racun, tentunya kau sudah percaya bukan sekarang..?"

"Bagus sekali, kalau begitu coba sambutlah lagi tujuh buah pukulan maut dari si nenek!".

Sambil membentak keras, telapak tangan kanannya segera diayunkan kemuka, segulung angin pukulan yang tak berwujud dan sama sekali tidak menimbulkan suara tahu-tahu meluncur kedepan dan mengancam tubuh kakek Ou.

"Serangan yang sangat bagus!” bentak kakek Ou keras-keras.

Telapak tangan kanannya didorong ke muka sejajar dada, disambutnya serangan tersebut dengan keras lawan keras.

Tatkala kedua gulung angin pukulan itu saling beradu satu sama lainnya, tubuh kakek Ou sama sekal tidak berkutik dari posisinya semula, sebaliknya Kiu siang poo yang masih berada disinggasana berbentuk teratainya itu kelihatan bergoncang keras, rambutnya yang merah pada berdiri kaku semua seperti landak, mendadak tangan kirinya diayunkan kembali melepaskan sebuah pukulan.

Kakek Ou tidak berdiam diri saja, dia mengayunkan juga telapak tangannya untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut dengan keras melawan keras. Sekali lagi Kiu siang poo mengayunkan tangan kanannya dan melepaskan sebuah pukulan.

Kali ini kakek Ou mengayunkan tangan kirinya dengan cepat, angin pukulan yang sangat kuat segera menimbulkan suara desingan tajam yang memekikkan telinga.

Gerak serangan dari Kiu siang poo benar-benar beraturan, sementara tangan kirinya melepaskan bacokan, tangan kanannya di tarik kembali, kemudian dikala tangan kanannya melancarkan serangan, tangan kirinya di tarik pula dengan cepat.

Ditengah ayunan sepasang telapak tangannya itu. Dalam waktu singkat dia telah melancarkan tujuh buah serangan berantai.

Dari ketujuh buah serangan ini, pukulan yang satu lebih berat dan mantap dari pada pukulan sebelumnya, lagipula didalam setiap serangan tersebut hampir semuanya mengandung kekuatan daya penghancur yang luar biasa, gelombang demi gelombang meluncur keluar tiada habisnya.

Hingga mencapai serangan yang terakhir, tenaga serangan yang dilepaskan sungguh luar biasa dan tak

terlukiskan dengan kata-kata, namun masih juga tidak menimbulkan sedikit suara pun.

Setelah menerima dua buah serangan lawan secara beruntun, kakek Ou segera menyadari bahwa serangan hawa Im yang dilancarkan lawannya memiliki daya kekuatan yang amat jarang ditemui dalam dunia persilatan dewasa ini, diam diam ia menjadi terkejut bercampur keheranan.

“Ilmu pukulan apaan yang telah dipergunakan oleh si nenek siluman ini? Padahal tenaga dalam yang dimilikinya tak mampu menandingi kemampuanku, tapi heran, mengapa tenaga serangan yang dilancarkan secara bergelombang ini justru mengandung kekuatan begitu dahsyat dan kuat? Ehmn... aku tak boleh memandangnya terlalu rendih!"

Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia mengerahkan hawa sakti yang dimilikinya dengan sinar mata bekilat diawasinya wajah Kiu siang poo lekat-lekat, kemudian diiringi suara bentakan keras, sepasang telapak tangannya didorong ke muka secara beruntun menyusul serangan bergelombang lawan, ia sambut semua ancaman lawan dengan kekerasan.

Begitu dia mengeluarkan tenaga dalamnya sebesar sembilan bagian, maka segera terlihat betapa dahsyatnya serangan itu.

Angin pukulan yang dahsyat segera menyapu seluruh ruangan tengah itu, ditengah pusaran angin serangan yang maha dahsyat, terlihat ujung baju keempat perempuan berbaju hitam yang berdiri di tepi arena itu berkibar kencang, bahkan hampir saja mereka tak sanggup berdiri tegak.

Selewatnya tujuh kali bentrokan keras itu, kuda-kuda kakek Ou kelihatan agak tergempur, tak kuasa tubuhnya terdorong mundur sejauh selangkah lebih.

Sebaliknya rambut merah Kiu siang poo telah kusut dan terurai tak karuan, mukanya yang menyeramkan telah dibasahi oleh keringat sebesar kacang kedelai, seakan-akan semua sendi tulangnya sudah terlepas, ia jatuh terduduk diatas singgasana berbentuk teratainya dengan lemah, napasnya ngos ngosan dan keadaannya betul-betul mengenaskan. Tiba-tiba dari luar ruangan terkumandang datang suara bentakan keras disusul bergemanya beberapa kali suara benturan nyaring, tampaknya diluar sana telah terjadi pula suatu pertarungan yang seru.

Kakek Ou bertindak cepat, bagaikan sambaran kilat cepatnya dia menerjang maju lagi kedepan, kemudian sambil mencengkeram ujung baju Kiu siang poo, serunya sambil tertawa keras

"Haah...haah haah...nenek siluman..."

"Criing...! Criiangg..,!"

Ditengah suara gemerincingan nyaring, empat batang senjata garpu baja yang memancarkan sinar kebiruan meluncur kedepan dari empat arah yang berbeda dan langsuag menusuk-nusuk kakek Ou.

Mencorong sinar tajam dari balik mata kakek Ou menghadapi kejadian tersebut, dengan cepat dia mengangkat tubuh Kiu siang poo tinggi-tinggi, kemudian bentaknya dengan suara dalam.

"Siapakah diantara kalian yang berani bergerak?"

"Kalian mundur saja," kata Kiu siang poo kemudian dengan lemas tak bertenaga.

Mendengar perintah dari gurunya, mau tak mau keempat orang perempuan itu harus menarik kembali serangannya dan mengundurkan diri dari situ.

Kembali terdengar Kiu siang po berkata.

"Lo enghiong, harap kau lepaskan diriku dengan segera, aku si nenek ada rahasia penting yang hendak disampaikan kepadamu"

"Tidak usah, tentunya kau sudah tahu bukan apa maksud dan tujuan kami memasuki lembah ini sekarang?"

"Antara aku sinenek dengan kalian semua tak pernah terikat oleh dendam kesumat atau sakit hati apa pun, tentunya kedatangan kalian bukan dikarenakan hendak mencari aku si nenek bukan?"

Kakek Ou segera tertawa.

"Dugaanmu keliru besar, kedatangan kami kesini justru hendak mencarimu!" "Ada urusan apa kau mencari aku si nenek?" tanya Kiu siang poo tercengang.

"Tak usah banyak berbicara lagi, setelah kau terjatuh ketanganku, buat apa lagi kau mesti berlagak pilon?"

"Tapi..aku sinenek betul-betul tidak mengerti!"

"Bagus sekali, mari kita keluar dulu, kau pasti akan mengerti dengan sendirinya."

Sambil mencengkeram ujung kerah bagian belakangnya dan menentengnya, kakek Ou segera melangkah keluar.

Begitu tubuhnya terangkat, kakek Ou baru mengetahui bahwa sepasang kaki Kiu siang poo telah menjadi cacad dan tak mampu bergerak lagi, tanpa terasa dia mendengus dingin

"Hey nenek siluman tua, sepasang kakimu toh sudah cacad, apa sih gunanya kau terbitkan keonaran sebesar ini bagi umat persilatan?"

Kiu siang poo segera menghela napas panjang:

"Aaai..sesungguhnya aku si nenek pun di paksa untuk berbuat demikian, jadi bukan atas dasar kehendakku sendiri.."

Belum selesai perkataan itu diutarakan, tiba-tiba terdengar suara pekikan nyaring yang tinggi melengking bergema datang dari luar ruangan, menyusul kemudian terdengar seseorang kesakitan.

Agaknya Liu Lang poo telah bertindak dengan melepaskan pisau terbang Hwee hong to nya.

Ditinjau dari hal ini, dapatlah disimpulkan bahwa situasi diluar ruangan telah mencapai pada keadaan yang amat kritis.

Kakek Ou yang berhasil membekuk pemimpin mereka saat ini tak banyak berbicara lagi, sambil menenteng tubuh Kiu siang poo, dia segera berjalan keluar.

Keempat orang perempuan berbaju hitam yang melihat guru mereka sudah terjatuh ke tangan lawan, saat itu tak bisa banyak berkutik, terpaksa mereka hanya dapat mengikuti dibelakang kakek Ou.

Dengan cepat kakek Ou sudah melangkah keluar dari balik tirai mutiara, dimana pandangan matanya memandang, tampak bayangan manusia telah saling berkelebat diluar ruangan, bayangan pedang cahaya golok saling bertarung satu sama lainnya, untuk beberapa saat 

sulit rasanya untuk membedakan mana musuh dan mana teman.

Tanpa terasa dengan suara yang keras bagaikan geledek, dia membentak nyaring; "Semuanya berhenti".

Suara bentakan itu bagaikan auman singa yang amat dahsyat, seketika itu juga menggetarkan gendang telinga para jago yang berada dalam arena tersebut, gelombang suara yang mengalun tiada hentinya, membuat semua orang yang hadir sama-sama menjadi tertegun.

Sembari mengangkat tubuh Kiu siang poo tinggi tinggi ke udara, Kakek Ou berseru dengan lantang;

"Kiu siang poo si siluman tua telah berhasil kutawan, apakah kalian belum bersedia melepaskan senjata untuk menunggu hukuman?"

Orang-orang dari pihak lawan kelihatan cuma tertegun sejenak, kemudian diiringi pekikan nyaring, kembali mereka melancarkan serangan yang dahsyat.

Kakek Ou menjadi amat gusar setelah menyaksikan kejadian ini, kembali bentaknya, "Hey nenek siluman tua, ayoh cepat suruh mereka hentikan serangan tersebut!" "Kau keliru besar lo enghioag" kata Kiu siang poo setengah mengeluh, "mereka bukan anak buah aku si nenek, bagaimana mungkin mereka bersedia menuruti

perkataanku?"

"Apa? Mereka semua bukan anak buahmu?" tanya kakek Ou dengan perasaan keheranan. Kiu siang poo segera tertawa getir;

"Bukan, terus terang saja aku katakan, aku si nenek pun sesungguhnya dipaksa orang untuk datang kemari"

"Siapakah yang telah memaksamu kemari?"

Kakek Ou semakin keheranan lagi setelah mendengar ucapan itu. "Siau cu hujin!"

"Nyonya siau cu?"

Begitu kata-kata tersebut melintas dalam pendengaran kakek Ou, dia menjadi semakin tertegun lagi, tanyanya kemudian dengan nada tercengang:

"Jadi dia bukan anak muridmu?"

"Bukan! Biarpun perempuan ini masih muda usia, namun sangat ahli didalam menggunakan racun, aku sendiripun tidak mengetahui asal usulnya"

Kakek Ou menjadi setengah percaya setengah tidak sesudah mendengar perkataan ini. Dia termenung sejenak, lalu sorot matanya yang tajam dialih ke sekeliling tempat itu dan memperhatikannya sekejap..

Dengan cepat ia berhasil mengetahui bahwa posisi pihaknya sudah amat kritis, boleh dibilarg situasi pertarungan yang amat seru ini telah dikuasai lawan, ini berarti dia dipaksa untuk turun tangan guna menolong situasi yang rawan ini.

Padahal dia sedang menguasahi Kiu siang poo waktu itu jelas nenek siluman itu tak bisa dilepaskan dengan begitu saja, atau paling tidak harus ada jagoan yang memiliki kepandaian agak tangguh untuk menjaganya, dengan begitu dia baru bisa turun tangan dengan tenang.

Sekali lagi dia perhatikan situasi dalam arena posisi lawan segera terlihat lebih jelas lagi, ternyata orang-orang

yang bermunculan dipihak lawan sekarang ini hampir semuanya dia kenal..

Orang yang sedang bertarung melawan Kam Liu cu saat ini adalah dua sesepuh dari Tok kiam, tentu saja kedua orang ini datang ke situ bersama-sama Kiu tok kaucu, tapi mengapa mereka berdua justru malahan membantu pihak lawan?

Tidak, bila ditinjau dari sikap mereka yang membungkam terus dan maju menyersag musuh tanpa memperdulikan keselamatan jiwa sendiri, dapat disimpulkan kalau kesadaran otak mereka telah punah.

Untuk menghadapi kedua orang manusia tersebut, kendatipun Kam Liu cu tidak sampai menderita kalah, namun kelihatan sekali kalau dia amat kepayahan.

Mereka bertiga sama-sama bertarung dengan

mengerahkan segenap tenaga yang dimiliki, setiap gerakan tangan ataupun kaki hampir semuanya membawa deru angin serangan yang kuat dan dahsyat, situasinya betul-betul amat gawat.

Sebaliknya orang yang bertarung melawan Liu Leng poo adalah si pendeta asing Ci kong siansu, orang ini mengandalkan ilmu Tek jiu eng nya yang maha dahsyat untuk meneter musuhnya, setiap bacokan serta ayunan tangannya selalu membawa daya serangan bagaikan kapak raksasa yang hendak membelah bukit.

Namun permainan pedang dari Liu Leng poo juga luar biasa sekali, dimana cahaya pedangnya berkelebat, semua serangan lawan berhasil dipunahkan dengan begitu saja, malahan posisinya sedikit berada diatas angin.

Musuh yang dihadapi Wi Tiong hong adalah congkoan pasukan pedang berpita hijau dari Ban kiam hwee, si

sastrawan pemeluk pedang Buyung Siu, sedangkan musuh Cho Kiu moay adalah Raja langit kedua Siang Bu ciu sebaliknya So Siau hui bertarung melawan serigala kuning bercakar racun Siu it hong. Mereka semua berhasil menempati posisi yang menguntungkan.

Lawan tangguh dari Ma koan tojin adalah Hek sai sengkun Seh Thian yu, tosu itu sempat kewalahan dan terdesak dibawah angin.

Liong Hiang kun, Lak jiu Im eng Thio Man dan sipena baja Tam See hua tiga orang bekerja sama menghadapi lima belas orang lelaki itu hampir semuanya terdiri dari kekuatan inti selat Tok seh sia.

Bisa dibayangkan betapa kritisnya keadaan ketiga orang itu dalam menghadapi kepungan ketat dari lawan-lawannya, boleh di bilang pada waktu itu mereka bertiga sudah kelabakan setengah mati dan jiwanya terancam bahaya maut.

Begitu menyaksikan keadaan didepan mata. Kakek Ou segera membentak dengan suara rendah,

"Hey nenek siluman tua, bila kau menginginkan pembebasan diriku, sekarang telah muncul kesempatan baik bagiku"

"Apakah kau menginginkan kerja samaku dengan kalian?" tanya Kiu siang poo dengan suara yang tinggi melengking.

"Benar, apakah kau bersedia?"

Kiu siang poo segera menjerit lengking dan tertawa terkekeh-kekeh dengan suara yang tak sedap didengar, sahutnya.

"Semenjak tadi aku memang sudah mempunyai maksud untuk berbuat demikian"

"Bagus sekali, sekarang pun belum terlalu lambat, perintahkan kepada ke empat orang muridmu sekarang juga untuk terjun ke arena dan menghadapi kelima belas orang lelaki berbaju hitam dari selat Tok seh sia itu" "Apakah perkataanmu dapat dipercaya?"

Kakek Ou segera tertawa terbahak-bahak

"Haah., haahh...haahh... perkataan dari Ou swan lebih berat daripada bukit karang, apa yang telah kuucapkan, tentu saja tak akan kuingkari kembali"

"Aaah, jadi kau adalah panglima sakti berlengan emas yang menjaga pintu langit selatan dari perguruan Lam hay bun, Ou Swan?" seru Kiu siang poo amat terperanjat.

"Benar, akulah orangnya!"

"Baik, aku percaya dengan ucapanmu!" sahut Kiu siang poo tanpa berpikir panjang lagi.

Begitu selesai berkata, dia segera berpaling kearah keempat orang perempuan berbaju hitam itu dan berseru:

"Kemarilah kalian semua, tangkap kelima belas orang kuku garuda dari selat Tok seh sia itu!"

Keempat orang perempuan berbaju hitam itu segera memberi hormat untuk menerima perintah, kemudian bagaikan empat buah asap hitam yang ringan, serentak mereka menerjang masuk kedalam arena pertempuran.

"Sekarang, tentunya kau dapat menurunkan aku bukan?" ucap Kiu siang poo kemudian.

Kakek Ou segera tertawa.

"Kau tak usah kuatir, setelah aku berjanji akan membebaskan dirimu, tentu saja aku tak akan mengingkari janji, cuma untuk sementara waktu terpaksa aku akan menyiksa mu sebentar, bila aku telah merobohkan kawanan cecunguk itu, pasti akan kubebaskan dirimu" 

Begitu selesai berkata, sambil menenteng tubuh Kiu siang poo, dia segera meluncur ke tengah udara dan menghampiri Ma koan tojin yang sedang keteter.

Belum lagi tubuhnya tiba ditempat sasaran, dari tengah udara ia sudah melepaskan sebuah pukulan dahsyat langsung menghantam tubuh Hek sat seng kun Seh Thian yu.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar