Persekutuan Pedang Sakti Jilid 16

Jilid 16

TAK SELANG BERAPA SAAT kemudian mereka

sudah keluar dari gua karang tersebut, masing-masing menginjak batuan cadas tersebut dengan ujung kaki masing-masing dan melesat keluar dengan kecepatan paling tinggi.

Rupanya mereka sudah berada disebuah selat yang dihimpit dua buah bukit karang, selat tersebut amat sempit dan permukaan tanahnya dilapisi pasir putih yang lembut, selat mana menjulang sampai kedalam sana

Sambil menuding kebawah tebing karang sebelah kanan, kakek Ou kembali menerangkan: "Aku telah mempersiapkan batu karang setiap satu kaki dibawah tebing sebelah kanan sana, kalian harus memperhatikan dengan seksama."

Selesai berkata, dia segera berjalan dulu dengan langkah lebar ...

Jangan dilihat dia hanya berjalan biasa dengan langkah lebar, padahal kecepatannya amat hebat dan tubuhnya bergerak sangat ringan, seakan-akan sedang melayang saja diatas pasir putih itu keadaannya beanar-behar sangat mengagumkan,

Wi Tiong hong yang menyaksikan hal tersebut tidak sempat lagi untuk mencabangkan pikirannya, dia tak berani berayal lagi, sambil menarik napas panjang tubuhnya melompat pula ke depan.

Benar juga setiap jarak satu kaki. dia 'menjumpai sebuah batu karang sebagai tempat untuk berpijak.

Dengan mamantulkan ujung kakinya diatas batu batu cadas tersebut, sepanjang perjalanan mereka bergeras kedepan dengan kecepatan sangat tinggi.

Selat sempit itu panjangnya tidak sampai setengah li, dalam waktu singkat mereka sudah tiba ditempat tujuan.

Waktu itu kakek Ou sudah menghentikan perjalanannya tak jauh di depan sana. menanti ke tiga rekannya sudah sampai, dia baru menunjuk kemuka sambil bisiknya,"

"Nona kami disekap dalam istana racun dibelakang sana, tepatnya pada ruang batu-batu ke tiga diujung sebelah kanan, disitu terdapat penjagaan yang sangat ketat, lebih baik kita tukar dulu Lan Kun-pit dengan yang asli, sedang Wi siauhiap tidak usah turut bergerak, biar Kam lote saja yang membawa Lap Kun-pit menunggu aku disini."

Mengikuti arah yang ditunjuk semua orang mengalihkan pandangan matanya kedepan tempat dimana mereka berdiri sekarang rupanya berada disebuah punggung bukit.

Tanah dataran dibawah sana jauh lebih rendah meski dalam kegelapan tak dapat melihat secara jelas, namun lamat-lamat masih dapat terlihat juga.

Yang dimaksud sebagai selat Tok seh sia tak lebih hanya marupakan sebuah selat sempit yang berbentuk memanjang kebelakang.

Istana racun berada dibawah disebuah bukit kecil yang persis merupakan pusat dari selat tersebut, empat penjuru sekelilingnya nampak amat gelap dan penuh dikelilingi bangunan rumah berbatu.

Dengan berada diantara himpitan dua buah bukit yang menjulang keangkasa. boleh dibilang letak selat Tok seh sia ini sangat terpencil dan rahasia,

Liu Leng poo memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian bertanya,

"Kakek Ou. berada dimanakah manusia yang bernama Lan Kun-pit itu?"

"Dia berada didalam sebuah rumah batu disebelah selatan istana racun, tempat itu terlindung oleh hutan bambu sehingga sukar ditemukan, mari kalian semua mengikuti aku"."

Seusai berkata dia lantas mengajak ketiga orang itu berangkat menelusuri sebuah jalan kecil diantara dinding batu.

Berhubung saat ini mereka sudah berada jauh didalam selat Tok seh sia, siapapun tak berani bertindak secara gegabah. dengan berlindung dibalik pepohonan yang rindang mereka bergerak cepat menuju ke depan sana.

Untung saja mereka bergerak dipimpin oleh kakek Ou yang hebat, sekalipun ada kalanya mereka berjumpa dengan orang selat yang bertugas jaga disitu semuanya berhasil ditotok jalan darahnya dari kejauhan sehingga tanpa disadari mereka semua sama tergelelak roboh dan tidak sadarkan diri.

Tak selang berapa saat kemudian mereka sudah berada didepan sederetan rumah batu. Kakek Ou segera memberi tanda kepada Liu Leng poo, lalu berkata dengan ilmu menyampaikan suara.

"Nona Liu. cepat masuk, dua orang penjaga diluar pintu telah berhasil kurobohkan."

Liu Leng poo manggut-manggut dan membuka pintu ruangan dengan cepat, pintu itu segera terbuka dan setitik cahaya lentera memancar keluar.

Secepat kilat nona itu mesyelinap masuk kedalam ruangan tersebut.

Mendadak dari balik ruangan terdengar seseorang menegur; "Siapakah kau?"

Suara itu jelas berasal dari Lan Kun-pit. Ketika Liu Leng poo mengalihkan sorot matanya kedepan, tampak ruangan batu ini terdiri dari dua buah ruangan.

Ruangan bagian luar agaknya merupakan kamar tidur, perlengkapan serta perabotannya sangat bagus dan mewah, mungkin hal ini dikarenakan Lan Kun-pit adalah keturunan keluarga Lan dari Im-lan sehingga pihak selat Tok seh sia memberikan pelayanan yang baik dengan harapan bisa merangkul bapaknya Lan Sim hu kepihaknya.

Setelah melihat keadaan dalam ruangan itu Liu Leng poo baru menjawab lirih: "Aku!"

Melihat orang yang datang ternyata adalah So Siau-hui, Lan Kun pit benar-benar kegirangan setengah mati, cepat-cepat dia maju menyongsong sambil berseru,

"Mungkinkah nona, nona So?"

Hampir saja dia menceritakan kata "piau moay" tapi teringat akan pesan dari cong- huhoatnya dan teringat ia sedang menyamar sebagai Wi Tiong-hong yang mana rahasianya tak boleh sampai bocor, maka panggilan itu segera dirubah menjadi kata 'nona So'.

Nampaknya jelas pula betapa lambannya jalan pikiran pemuda tersebut. mungkinkah hal ini dikarenakan terpengaruh oleh bekerjanya semacam obat beracun.

Liu Leng poo segera menyahut lirih kemudian berjalan masuk kedalam katanya;

"Aku merasa kesepian berada dalam kamar seorang diri maka sengaja datang kemari mencarimu. apakah kau tidak senang menyambut kedatanganku?" "Oooh , senang, senang... dengan senang hati. "

Belum sempat perkataan itu diselesaikan Liu Leng poo sudah menotok jalan darah dibawah iganya dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.

Berhubung jarak kedua belah pibak sangat dekat Lan Kun-pit pun sama sekali tak menyangka kalau So siau-hui bakal melancarkan sergapan kilat disaat wajahnya masih dihiasi dengan senyuman ia hanya sempat berseru tertahan, tubuhnya segera terjengkang kebelakang dan roboh terduduk diatas tanah.

Semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata, disaat Lan Kun-pit tergeletak diatas tanah itulah Kam Liu cu yang sudah menunggu diluar pintu segera menerobos masuk kedalam ruangan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, ia sambar tubuh Lan Kun-pit itu, mengempitnya dibawah ketiak lalu mengundurkan diri dari ruangan tersebut.. ..

Secara diam-diam Wi Tiong-hong pun menyelinap masuk kedalam ruangan batu itu untuk menggantikan kedudukan Lan Kun Pit, sementara Liu Leng poo segera mengikuti dibelakang Toa suhengnya mengundurkan diri dari tempat tersebut.

Pintu kayu pun segera dirapatkan kembali seperti sedia kala, suasana tetap tenang hening dan seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu peristiwa apapun.

Sementara itu, tiga sosok bayangan manusia sudah berkelebat lewat dan lenyap dikejauhan sana bagaikan segulung asap.

Kam Liu-cu dengan mengempit Lan Kun-pit telah mengundurkan diri kejalanan semula dan kembali keatas punggung bukit, Sedangkan kakek Ou mengajak Liu Leng poo menuju ke sebuah bukit kecil,

Ketika mengundurkan diri diapun membebaskan pula jalan darah dua orang petugas jaga ditempat itu.

Kedua orang penjaga tersebut rupanya merasa seakan-akan terkantuk saja, mimpi pun mereka tidak mengira kalau jalan darahnya baru saja ditotok orang.

Sementara itu, kakek Ou dan Liu Leng Poo telah bergerak mendekati sebuah bangunan rumah batu dibawah kaki sebuah bukit kecil.

So Siau hui adalah putri semata wayang dari ketua Lam hay-bun meski pihak Tok seh sia berani memusuhi dunia persilatan, tampaknya mereka tak berani memandang enteng kekuatan dari Lam hay-bun,

Itulah sebabnya ruangan batu dimana So Siau hui berdiam sekarang boleh dibilang sangat indah dan megah bahkan terdapat pula dua orang dayang yang melayani segala kebutuhannya.

Sudah barang tentu kedua orang dayang tersebut bukan bertugas melayani keperluan sinona saja yang terpenting mereka justru mendapat tugas untuk mengawasi gerak gerik dari nona tersebut.

Waktu itu makan malam baru saja lewat, So Siau hui sedang duduk seorang diri didekat jendela sambil bertopang dagu dia seakan-akan sedang memikirkan suatu persoalan, Dua orang dayang berbaju hijau berdiri persis disisinya.

Mendadak. .. Dua gulung desingan angin tajam menyambar tubuh kedua orang dayang tersebut tanpa menimbulkan sedikit suara pun, menyusul kemudian sesosok bayangan manusia dengan gerakan yang lebih enteng dari pada daun yang rontok telah melayang turun dalam ruangan tersebut.

Dihadapan tubuh So Siu hui, segera bertambah lagi dengan seorang kakek berbaju coklat.

Ilmu silat yang dimiliki So Siau hui tidak terhitung lemah, dalam waktu yang singkat dia telah bangkit pula sambil melompat mundur selangkah dari posisi semula.

Cepat-cepat kakek Ou berbisik: "Nona, hamba yang datang."

So Siau hui segera membelalakan matanya lebar-lebar, kemudian berseru dengan hambar. "Oooh, empek Ou yang datang. ada apa kau datang kemari?"

"Hamba datang untuk menolong nona dari sini"

"Menolong aku? Mengapa harus ditolong? Aku baik-baik saja ditempat ini." kata So Siau- hui.

Kakek Ou yang mendengar perkataan tersebut menjadi tertegun. diam-diam pikirnya:

"Waah, nampaknya nona benar-benar sudah dicekoki obat penghilang ingatan. sungguh dahsyat obat penghilang ingatan itu."

Berpikir demikian dia pun bertanya lagi dengan lirih:

"Apakah nona tidak ingin pulang?"

So Siau-hui segera menarik muka dan menjawab dengan suara dalam;

"Buat apa aku mesti pulang? Hmm, bila ayah menyayangi aku, dia pun tak akan memaksaku. tempat ini baik sekali, saban hari engkoh Wi datang menjengukku, kami merasa lebih senang berdiam disini dari pada tempat manapun."

Kakek Ou yang menyaksikan keadaan tersebut segera sadar, tiada gunanya banyak berbicara dengan nona ini'

terpaksa dia menyentilkan jari tangannya dan menotok jalan darah So Siau hui, kemudian membopong tubuhnya dan menyelinap keluar lewat jendela.

Pada saat itulah tanpa mengeluarkan sedikit suara pun Liu Leng poo menyelinap masuk kedalam ruangan menggantikan kedudukan So Siau hui.

Maka siasat "memetik bunga menyambung batang" ini pun boleh dibilang sudah mencapai keberhasilan dalam langkah yang pertama.

Dalam pada itu. kakek Ou dengan membopong tubuh So Siau hui telah bergerak menuju kepunggung bukit.

Kam Liu-cu segera menyambut kedatangan kakek Ou samnil menyapa; "Apakah lotiang telah berhasil menyelamatkan jiwa nona So?"

Kakek Ou manggut-manggut, "Berhasil sih berhasil, hanya persoalannya rada serius, kesadaran nona sudah dipengaruhi oleh obat beracun sehingga wataknya sama sekali mengalami perubahan."

"Itu mah gampang." kata Kam Liu cu sambil tertawa,

"aku akan memasuki selat Tok Seh sia dengan dandanan sebagai Lam Sin-hu.

Asalkan sudah bersama dengan Liong Cay thian. niscaya dia akan menyerahkan obat penawar racunnya.

Persoalan ini tidak dapat ditunda-tunda lagi. sekarang sudah menjelang kentongan kedua, Kam-lote segera mengirim orang keluar dari lembah lalu masuk kembali kemari aku lihat masih ada kesempatan untukmu."

Kembali Kam Liu cu tertawa.

"Bila Lan Sim-hu datang ke lembah dengan maksud menolong orang, maka dalam soal waktu rasanya terlalu awal. tapi Lan Sim-hu yang akan menemui nanti hanya akan mengimbangi cara kerja saudara wi saja dengan maksuk menjadi tamu agung dari selat Tok seh sia jadi soal waktu sama sekali tidak berpengaruh bagiku."

"Kalau begitu bagus sekali!" seru kakek Ou sembil manggut-manggut, "mari kita segera berangkat !"

Masing-masing dengan membopong sesosok badan diam-diam mengundurkan diri dari lembah itu.

Waktu menunjukkan hampir mendekati kentongan ketiga, tiba-tiba di dalam selat Tok seh sia muncul sesosok bayangan manusia.

Orang itu mempunyai gerakan tubuh yang sangat ringan ia menyelinap kedalam selat tersebut.

Di waktu waktu biasa, selat Tok seh sia selalu menganggap letak markas mereka kelewat rahasia dibalik hutan bambu yang mengelilingi istana racun pun di tebar racun jahat hingga mustahil ada orang yang dapat menyusup kesitu, karenanya mereka hanya mengutus beberapa orang anggotanya untuk melakukan perondaan secara bergiliran.

Saat ini malam sudah kelam, semua orang, sudah berangkat tidur, bahkan mereka yang bertugas merondapun telah pergi beristirahat didalam kamarnya kalau telah

dilakukan pemeriksaan. itupun hanya dilakukan sekali setiap berapa jam.

Sebaliknya mereka yang ditugaskan menjaga disetiap sudut bukit pun merupakan anggota selat biasa, sudah barang tentu ilmu silat yang mereka miliki sangat terbatas.

Ketika bayangan manusia itu berkelebat lewat, sesungguhnya tak seorangpun diantara mereka yang dapat melihatnya.

Tapi orang ini memang datang dengan membawa suatu maksud tertentu. seakan-akan sedang mencari sesuatu saja.

Tampaknya apa yang sedang dicari belum tercapai, oleh karena itu sekali demi sekali dia berjalan bolak balik disekeling tempat itu sampai akhirnya jejaknya diketahui Oleh para penjaga selat tersebut.

Pada saat itulah dari atas puncak bukit kecil itu berkumandang datang suara gelak tertawa seseorang yang amat nyaring, kemudian disusul orang itu berseru:

"Sahabat dari manakah yang telah berkunjung ke selat Tok seh sia? Maaf bila aku she Liong tidak dapat menyambut kedatanganmu dari kejauhan."

Menyusul gelak tertawa itu, dari atau puncak bukit kecil itu melayang datang empat lima sosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, dalam waktu singkat mereka sudah melayang turun di depan bayangan manusia yang tak dikenal itu.

Sebagai pemimpinnya adalah seorang lelaki berjubah hijau kehitam-hitaman yang bermuka persegi empat dengan alis mata yang tebal, mata tajam dan hidung seperti elang, orang ini tak lain adalah cong huhoat dari selat Tok seh sia.

pemimpin dari empat racun Liong Cay thian.

Dibelakang tubuhnya berderet empat orang kakek berjubah hijau yang semuanya berwajah dingin kaku dan sama sekali tidak berperasaan, mereka adalah keempat orany tongcu dari selat Tok seh sia....

Bersasaan waktu dengan munculnya Liong Cay-thian, dari sudut ticmur dan barat Tok seh- sia masing-masing telah muncul pula dua rombongan manusia, Orang yang muncul disudut sebelah timur adalah seorang lelaki berjenggot panjang, berperawakan tinggi kekar, bermuka merah seperti api dan memakai baju biru dengan sepatu kain, dia adalah wakil cong huhoat dari selat Tok seh sia yang bernama Siang Bu ciu, orang ini merupakan orang kedua dari empat racun raja langit, sedangkan dibelakangnya mengikuti dua orang anggota

perguruannya...

Sebaliknya orang yang berada disebelah barat berperawakan kecil pendek, berwaiah penuh cambang pendek berwana kuning, kepala sempit mata seperti tikus dan memakai baju pendek warna kuning, pada

punggungnya tersoren sepasang senjata yang berbentuk sangat aneh dan diikatkan pada dadanya dengan kain kuning.

Orang ini adalah orang ketiga dari Sutok thian ong yang disebut orang sebagai si serigala kuning bercakar racun Siu It-hong, dibelakangnya mengikuti pula dua orang muridnya.

Orang-orang yang muncul dari tiga penjuru itu muncul hampir bersamaan waktunya.

Tamu yang tak diundang itu nampak sedikit agak tertegun, namun dengan cepat pula dia menegakan tubuhnya sambil menghadapi kedatangan orang tersebut.

Dibawah sinar rembulan, tampak orang itu adalah seorang kakek bermuka kurus bermata tajam dan memelihara jenggot putih yang panjang, tubuhnya memakai jubah panjang berwarna biru langit, gayanya sangat keren dan berwibawa.

Tatkala raja langit bertangan racun Liong Cay thian menyaksikan orang yang berkunjung ke selat Tok seh sia tersebut adalah orang yang dikenalnya, ia nampak agak tertegun, kemudian sambil menyura serunya; "Aaah! sungguh tidak kusangka orang yang berkunjung keselat Tok seh sia ditengah malam buta begini adalah Lan-loko. maaf bila siaute tidak menyambut sebagai mana mestinya!"

Ternyata kakek berjubah biru itu adalah ketua dari keluarga Lan di In-lam, Lan Sim hu adanya.

Selama ini keluarga Lan selalu menjagoi wilayah In-lam sehingga tanpa terasa orang sudah menganggapnya sebagai pemimpin dunia persilatan untuk wilayah In-lam.

kemunculan Lan Sin hu yang secara tiba-tiba dan begitu cepat diselat Tok seh sia, sudah barang tentu jauh diluar dugaan Liong Cay thian.

Lan Sin hu segera balas memberi hormat seraya katanya:

"Selamat berjumpa saudara Liong, sudah lama kita tak pernah bersua muka, kunjunganku ditengah malam begini tentu telah mengganggu ketenangan kalian, hal ini sungguh membuat hatiku merasa tak tenteram."

Liong Cay thian segera tertawa terbahak-bahak:

"Haaah . . . haaah .... Lan-loko terlalu sungkan, justru kunjungan tamu ditengah malam beginilah merupakan suatu kejutan, ayoh masuk dulu untuk minum teh."

Sebagaimana diketahui Lan Sin hu yang muncul sekarang adalah Lan Sin hu gadungan hasil penyaruan dari Kam Liu cu. dia segera menjura kepada Siang Bu ciu dan Siu it hong lalu katanya sambil tertawa;

"Bagus, bagus, rupanya saudara Siang dan saudara Siu berada disini semua, rupanya Tok seh sia yang telah mengobrak-abrik kolong langit adalah markas kalian berempat, mana saudara Seh? Mengapa tidak nampak sendiri?"

Buru-buru Siang Bu ciu dan Siu It hong lantas memberi hormat ...

"Selama ini saudara Seh selalu bergerak diluaran. jarang sekali ia tinggal didalam selat." sahut Liong Cay Thian.

Sementara berbicara berulang kali itu ia mempersilahkan tamunya untuk masuk.

Diantar oleh semua orang, Kam Liu cu masuk kedalam istana racun dan mengambil tempat untuk duduk, air teh segera dihidangkan.

Kam Liu cu mengangkat cawan air tehnya dan meneguk setegukan, kemudian barkata sambil tersenyum;

"Sebenarnya aku datang kemari karena menurut kabar yang kudengar entah disebabkan apa putraku telah memasuki selat kalian sehingga tertawan, oleh sebab itu siaute sengaja datang untuk minta maaf kepada siacu kalian. .."

"Aaah, saudara Lan salah paham." cepat-cepat Liong Cay thian menggoyangkan tangannya berulang kali,

"dikarenakan persoalan ini, berapa hari berselang aku telah mengutus muridku. untuk membawa surat berangkat ke In-lam, mungkin dia telah bertemu saudara Lan ditengah jalan?" "Oooh, rupanya saudara Liong telah mengutuS orang untuk menyampaikan surat kepadaku, entah ada petunjuk apa sih silahkan saudara Liong untuk mengemukakan,"

Liong Cay thian memutar biji matanya berulang kali, kemudian sambil tertawa paksa katanya.

"Berapa waktu berselang siaucu kami telah menangkap sepasang laki perempuan muda dari luar bukit, yang lelaki adalah Wi Tiong-hong seorang murid tercatat dari Bu tong pay , sedangkan yang perempuan adalah So Siau hui dari Lam-hay bun, Kemudian setelah siaute melakukan pemeriksaan terbukti bahwa Wi Tiong-hong tersebut sesungguhnya adalan penyaruan dari keponakan Lan."

Mendengar sampai disitu Kam Liu cu segera berlagak marah. gumamnya: "Anakku ini benar- benar keterlaluan, baut apa sih dia mesti menyaru orang she Wi itu?"

Liong Cay thian segera terawa seram, sammbungnya lebih jauh:

"Menurut pengakuan dari keponakan Lan ternyata ia telah bergabung dengan Kiu tok kauw, dan kali ini dia sedang melaksanakan perintah dari kaucunya untuk menyamar sebagai Wi Tiong hong dengan maksuk hendak menculik nona So dari Lam-hay bun. Siapa tahu ditengah jalan mereka telah ditangkap oleh siaucu kami."

"Lantas dimanakah anakku sekarang?" Kam Liu cu segera bertanya dengan perasaan cemas.

"Adapun maksud siaute mengirim muridku membawa surat ke In-lam, tak lain hendak mengundang kedatangan saudara Lan agar berkunjung ke selat kami ..."

Jawaban yang bukan jawaban ini hanya diutarakan sampai setengah jalan kemudian berhenti secara tiba-tiba.

Kam Liu cu yang menyaksikan kejadian tersebut diam-diam merasa geli, pikirnya: "Sialan, jangan kau anggap aku adalah Lan Sin hu yang asli sehingga termakan oleh gerakanmu itu."

Sementara Itu, Liong Cay thian telah melanjutkan kembali kata-katanya sambil tertawa kering.

"Berbicara menurut keadaan situasi didalam dunia persilatan saat ini, lima partai besar sudah mulai lemah, Kiu tok kauw pun hanya main sembunyi. belum tentu selat kami akan memandang sebelah mata terhadapnya sehingga satu-satunya kekuatan di dalam dunia persilatan dewasa ini yang benar-benar sanggup melawan selat kami tinggal Bankiam hwee saja,"

Kemudian sesudah berhenti sejenak. dia berkata lebih jauh:

"Tentu saja selain Ban-kiam hwee masih ada lagi Siu-lo bun yang dulu pernah memimpin dunia persilatan, Lam hay bun yang selama ini menjagoi Thian-lam serta ^Thian sat bun yang baru-baru ini muncul didalam dunia persilatan, Tapi Siu lo bun jauh dibarat dan sudah banyak tahun tak pernah melakukan gerakan di dalam dunia persilatan, pihak Lam hay bun pun jarang sekali berkelana di dalam dunia persilatan sebaliknya Thian sat bun juga tak menentu jejaknya dan hingga kini belum ketahuan maksud tujuannya."

Dalam pada itu meja perjamuan telah dipersiapkan.

Liong Cay thian segera mempersilahkan Kam Liu cu untuk menempati kursi utama, sementara dia bersama Siang Bu ciu dan Siu It hong menemani disisinya. Untuk beberapa saat Kam Liu cu tidak berani bertanya lebih jauh berhubung ia belum bisa memahami maksud dan

tujuan lawannya, setelah ia mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain tadi. Tiba-tiba Liong Cay Thian berkata lagi sambil tersenyum,

Sudah sekian lama saudara Lan menjagoi Im-lam dan termashur dimana-mana, lagi pula kita sama-sama termashur karena menggunakan racun, atau berbicara yang lebih jauh kita sama- sama memperoleh ilmu dari cikal bakal yang sana, oleh sebab Itulah siacu kami sudah lama sekali ingin bersekutu dengan saudara Lan."

Sambil tertawa dan menjura Kam Liu cu menyahut;

"Saudara Liong terlalu memuji, dahulu seandainya siacu tidak berbelas kasihan, mungkin selembar jiwaku ini sudah melayang, sekarang siacu memandang tinggi diriku sungguh hal ini merupakan suatu kebanggaan bagiku."

Paras muka Liong Cay thian segera berseri. ditatapnya wajah Kam liu cu lekat-lekat. kemudian katanya:

"Kalau begitu saudara Lan sudah bersedia untuk bersekutu dengan selat kami?"

"Apabila siacu ada sesuatu perintah. asal siaute mampu untuk melakukannya pasti akan kulaksanakan tanpa membantah."

Menyaksikan lawannja menyanggupi dengan begitu cepat, Liong Cay Thian segera menduga hal ini setengahnya pasti dikarenakan putra kesayangannya berada dicengkraman sendiri, sedangkan setengahnya lagi dibuat tergetar oleh nama besar Tok seh sia.

Oleh karenanya dia sama sekali tidak menaruh curiga kepadanya malah sambil terbahak- bahak dengan perasaan bangga ia berkata;

Setelah saudara Lan bersedia bersekutu dengan kami.

berarti kau adalah orang kami sendiri maka siaute pun bersedia untuk bicara secara blak-blakan, sesungguhnya tujuan siacu menangkap putri kesayangan dari Lam-hay pun

dengan tujuan ingin bersekutu dengan pihak Lam-hay bun. Cuma saja selama ini selat kami tiada hubungan dengan Lam hay bun, kami sedang bingung karena tak ada orang yang menjadi penengah, maka aku harap saudara Lan yang mempunyai hubungan famili dengan pihak Lam-hay bun bersedia menjadi penengahnya, aku rasa hal ini paling cocok."

Kam Liu cu segera tertawa.

"Soal itu mah bukan masalah lagi, saudara Siu-jin bukan tidak bermaksud mencampuri urusan dunia persilatan, hanya berhubung jaraknya kelewat jauh dan lagi tidak ada jalinan hubungan yang baik maka hal ini tidak pernah berlangsung. Dalam soal ini asal siaute membuat sepucuk surat saja dan kirim oleh utusan saudara Liong, pihak Lam-hay bun pasti tak akan menampik"

Sesungguhnya tujuan yang sebenarnya tak lain adalah memberi peluang bagi Wi Tiong-hong dan Liu-leng poo yang telah menyelundup kedalam selat Tok seh sia untuk bekerja dengan lebih leluasa, itulah sebabnya semua permintaan orang disanggupinya dengan begitu saja. Sekalipun harus menulis sepucuk surat untuk ketua Lam-hay bun pun, hal ini akan dilakukannya juga.

Tapi bagi pendengaran Liong Cay Thian hal tersebut benar-benar merupakan suatu tanda yang sangat menggembirakan hati.

Selama ini dia selalu dibuat murung karena harus menghadapi dua musuh tangguh disebelah barat dan selatan ini. tetapi sekarang semua kerisauan bisa dibereskan

dalam sepatah dua patah kata saja. bayangkan saja bagaimana mungkin ia tidak menganggap Kam Liu-cu sebagai orang sendiri.

Dia segera menjura berulang kali sambil katanya,

"Dalam persoalan ini, semuanya berkat bantuan dari saudara Lan saja." berbicara sampai disini, dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah botol porselen dan mengambil dua butir pil yang segera diangsurkan kehadapan Kam Liu cu sambil ujarnya dengan senyum dikulum:

"Inilah obat penawar racun bubuk pembingung sukma bikinanku sendiri, harap saudara Lan bersedia untuk menerimanya lebih dulu."

Kam Liu cu sama sekali tidak menerima pemberian tersebut, dengan berlagak tertegun ia berseru;

"Jangan-jangan saudara Liong telah.. ."

"Saudara Lan jangan salah paham." cepat-cepat Liong Cay Thian menggoyangKan tangannya berulang kali,

"kehadiran saudara Lan disambut pihak Tok seh sia sebagai tamu agung, masa kami justru meracuni saudara Lan?"

"Lantas apa pula kegunaan dari obat penawar racun bubuk pembingung sukma ini?"

Padahal dalam hatinya dia mengerti, So Siau-hui dan Lan Kun-pit telah kehilangan akalnya karena terpengaruh oleh bubuk beracun tersebut.

Sambil tertawa Liong Cay thian segera berkata:

"Harap saudara Lan sudi menerimanya dulu, Siaute tentu akan memberikan keterangannya." Setelah menerima pil tersebut, Kam Liu-cu berkata.

"Nah. sekarang saudara Liong boleh berbicara."

"Terus terang saja kukatakan. saudara Lan, setelah keponakan Lan dan nona So ditangkap pangcu kami kembali keselat. merera berdua telah dicekoki bubuk pembingung sukma."

Kim Liu-cu sengaja berubah paras mukanya setelah mendengar perkataan itu.

Sang Bu ciu kuatir Kam Liu cu menaruh kesalah pahaman, sambil tertawa ia segera berkata: "Lan loko tidak usah kuatir. bila obat pembingung sukma yang biasanya dipergunakan orang persilatan menyebabkan seseorang kehilangan daya pikirnya sehingga tidak mengenal lagi sanak keluarga sendiri setelah menelan pil itu, maka bubuk pembingung sukma dari selat kami sama sekali tak akan menimbulkan gejala semacam ini..."

"Lantas bagaimana keadaannya?"

"Bagi orang yang telah dicekoki bubuk pembingung sukma dari selat kami, maka ilmu silat maupun akal budinya sama seperti orang normal kecuali didalam watak saja agak berubah, merasa sudah diperintah."

Liong Cay thian segera menyambung pula dengan cepat.

"Itulah sebabnya siaute telah menyerahkan dua butir pil penawar racun kepada saudara Lan tadi, hal ini demi pengertian saudara Lan untuk memaklumi keadaan yan sebenarnya, sebab siacu kami sengaja mencekoki keponakan Lan dan nona So dengan bubuk pembingung sukma itu karena mempunyai suatu rencana tertentu, karena itulah hingga sekarang mereka belum diberi obat penawar racunnya."

Tergerak hati Kam Liu-cu setelah mendengar perkataan tersebut, segera tanyanya dengan keheranan;

"Mengapa demikian?"

Liong Cay thian tertawa misterius;

"Saudara Lan bukan orang luar, tak ada salahnya kukatakan secara terus terang. Dewasa ini umat persilatan hanya tahu Wi Tiong-hong sudah ditangkap oleh siacu kami, namun belum ada yang tahu kalau Wi Tiong-hong yang telah tertangkap itu sebenarnya adalah hasil penyaruan dari keponakan Lan. Satu-satunya orang yang mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya mungkin hanya Kiu tok kaucu seorang, bila dugaan siaute tidak salah, saudara Lan bisa datang sedemikian cepatnya mungkin dikarenakan Kiu tok kaucu telah mengirim kabar kepadamu, bukankah begitu?"

Kam Liu cu segera manggut-manggut sambil katanya:

"Perkataan saudara Liong memang benar, kedatangan siaute memang dikarenakan membaca surat yang dikirim Kiu tok kaucu dengan burung merpatinya."

Dari jawaban yang sejujurnya dari Kam Liu cu, dimana secara berterus terang dia mengaku bahwa berita tersebut memang didengar dari Kiu tok kaucu, Liong Cay thian segera mengambil kesimpulan kalau Lan Sim-hu memang bersungguh hati ingin bekerja sama dengan pihak Tok Seh sia, hal inipun membuat perasaannya lega sekali.

Maka dia pun berkata lebih jauh, "Nah itulah dia, dengan membiarkan keponakan Lan berperan terus sebagai Wi Tiong-hong kami ingin menunjukkan kepada orang luar bahwa meski keponakan Lan sudah kami tawan, namun kami belum mengetahui rahasia penyaruannya, atau dengan perkataan lain kami berlagak seakan-akan belum tahu tentang gerak-gerik dari Kiu tok kaucu."

"Oooh, tampaknya saudara Liong hendak

mempergunakan putraku sebagai umpan untuk memancing Kiu Tok kaucu masuk perangkap?" kata Kam Liu cu sambil tertawa.

"Siaute percaya saudara Lan sudah berpihak kepada kami, tentunya kau tak akan nembocorkan rahasia tersebut."

"Tentang keikut serta putraku dalam pimpinan Kiu tok kaucu, sebenarnya aku sendiri pun baru tahu belakangan ini, sekarang setelah siaute menyanggupi untuk bersekutu dengan pihak Tok Seh sia, sudah barang tentu akan menjaga rahasia ini dengan sebaik-baiknya. masa aku mesti membocorkannya kepada Kiu tok kaucu?"

Liong Cay thian segera tertawa terbahak-bahak;

"Haaah . haaah, . haah. . seandainya aku tidak mengetahui watak saudara Lan dengan sejelasnya. tak nanti akan kubocorkan rahasia selat kami padamu."

Kemudian sesudah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan:

"Padanal dengan tetap membiarkan keponakan Lan berperan terus sebagai Wi Tiong-hong, tujuannya bukan untuk menghadapi Kiu tok kaucu seorang saja, Haaah.

..haah...sebetulnya Tok seh sia masih belum memandang sebelah mata pun terhadap kemampuan Kiu tok kauw.

Sekali lagi tergerak hati Kam Liu cu setelah mendengar perkataan itu dengan berlagak tidak mengerti dia pun berkata;

"Bukankah saudara Liong sudah mengaku barusan bahwa kau pergunakan putraku sebagai umpan untuk memancing Kiu tok kaucu masuk perangkap.. .?"

"Menurut apa yang kuketahui, sesungguhnya Wi Tiong hong adalah putra dari Pendekar berbaju putih Pui Thian jin, dia mempunyai seorang paman guru yang bernama Pit Ci beng dahulunya adalah murid murtad dari Kiang Lam san. Kemudian dia berganti masuk menjadi anggota perguruan Siu lo bun. dan belakangan ini orang tersebut pernah muncul di dalam dunia persilatan, apabila dia mendengar kalau Wi Tiong hong berhasil ditahan, sudah pasti dia akan memburu kemari."

Terpaksa Kam Liu cu manggut-manggut tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Liong Lay thian segera berkata lebih jauh. "Disamping itu, entah mengapa ternyata Wi Tiong-hong telah menjalin hubungan yang sangat akrab dengan Kam Liu cu dari Thian sat- bun, sewaktu Wi Tiong-hong terjatuh ketangan Ban-kiam hwee tempo hari, Kam Liu cu lah yang telah menampilkan diri memaksa untuk melepaskan orang. Oleh sebab itulah menurut dugaan siaute, apabila Kam Liu cu mendengar pula kabar berita ini. sudah pasti dia akan menyusul ke bukit Kou Lou san ini."

Sambil mengelus jenggotnya Kam Liu cu berlagak manggut-manggut dan berkata:

"Siaute pun pernah mendengar kalau didalam dunia persilatan terdapat seorang jago yang bernama Kam Liu cu, aku dengar ilmu silat yang dimiliki orang ini sangat hebat,"

Liong Cay thian segera tertawa tergelak; "Haah haah haah, ..saudara Lan kan pandai didalam penggunaan racun, tentunya kau tahu bukan, betapa pun hebatnya ilmu silat yang dimiliki seseorang, apabila sudah bertemu dengan racun maka semua kemampuannya menjadi tak berguna lagi?"

ooOdwOoo Kam Liu cu sangat terkejut setelah mendengar perkataan itu, namun diluaran dia manggut berulang kali.

"Yaa, apa yang dikatakan saudara Liong memang tepat sekali."

"Belakangan ini, siaute pun berhasil mendapatkan sebuah berita yang sungguh mengejutkan hati," Liong Cay thian berkata serius,

Kam Liu cu mengangkat cawan araknya dan meneguk setegukan, lalu sambil mengangkat kepalanya dan tertawa ia berkata:

"Ternyata saudara Liong menambahkan kata mengejutkan hati didepan berita, aku yakin berita yang akan kau kemukakan itu pasti benar-benar mengejutkan hati."

Liong Cay thian memandang sekejap kearah Siang Bu Ciu dan Siu It-hong kemudian baru katanya;

"Berita ini sebenarnya diperoleh saudara Siang dalam perjalanan turun gunung kali ini, konon ketua dari perkumpulan Ban-kiam Hwee adalah seorang perempuan."

Kali ini Kam Liu cu benar-benar dibuat tertegun, sejenak kemudian ia baru berseru:

"Ehmm. berita ini memang benar-benar merupakan sebuah berita yang amat mengejutkan hati."

Liong Cay thian kembali berkata sambil tertawa;

"Bukan saja dia adalah seorang perempuan. bahkan masih gadis, menurut dugaan saudara Siang, kemungkinan besar secara diam2 gadis ini telah jatuh hati kepada Wi Tiong-hong."

Diam-diam Kam Liu cu berkerut kening sesudah mendengar ucapan tersebut, pikirnya: "Apabila apa yang

diucapkan Liong Cay thian merupakan sebuah kenyataan.

bukankah sam sumoay Lok Khi akan memperoleh seorang musuh cinta lagi?" Sementara dia masih termenung, Liong Cay thian telah berkata lebih jauh:

"Oleh sebab itu, aku yakin Ban-kiam hweecu pasti akan menyusul pula kemari setelah mendengar kabar berita itu."

Rupanya dia hendak memperalat Lan Kun-pit yang menyamar sebagai Wi Tiong-hong untuk membasmi sekian banyak jago-jago persilatan.

Sambil tertawa Kam Liu-cu segera berseru;

"Perencanaan saudara Liong memang benar-benar hebat, hanya saja putraku tetap bukan Wi Tiong-hong, bagaimana mungkin sekian banyak orang bisa terperangkap semua ?"

"Asalkan ada orang menyiarkan kabar bahwa Wi Tionghong telah tertangkap oleh pihak Tok seh sia, aku yakin orang2 itu akan segera barangkat untuk memberikan pertologannya, sekalipun tidak percaya mereka tetap akan berangkat juga ke Kou lou san ini untuk memeriksa kebenaran dari kabar tersebut. Apalagi sewaktu Wi Tionghong tertangkap, Bwee- hoa kiam Thio Kun kay kakak beradik dari Bu tong pay menyaksikan dengan mata kepala sendiri. sudah barang tentu orang tak akan menaruh curiga lagi. .."

Kam Liu cu yang mendengar sampai disitu. diam2 harus mengangguk juga, pikirnya: "Apa yang diucapkan oleh si rase tua ini benar2 masuk diakal, aku dan Liu sumoay justru dapat berangkat kemari karena telah berjumpa dengan Thian Kun kay kakak beradik."

Berpikir sampai disitu, mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya,

"Ia bisa mengatur segala sesuatunya sedemikian rapi sudah pasti terdapat siasat atau maksud jahat dibalik kesemuanya ini, mengapa aku tidak mencoba untuk memancingnya?"

Berpikir demikian, dia lantas mengangkat kepalanya seraya berkata: "Saudara Siong, kau memancing datang begitu banyak musuh tangguh, apakah peraiapanmu untuk menghadapi mereka sudah cukup sempurna?"

Liong Cay thian segera tertawa licik. "Selat kami letaknya sangat rahasia, selain Kiu tok kaucu yang kemungkinan besar mengenali jalan-jalan rahasia disini, yang lain tak mungkin bisa menemukan tempat ini secara mudah, dalam persoalan ini siacu telah memberikan petunjuknya. sampai waktunya nanti saudara Lan akan tahu dengan sendirinya."

Bagaimana pun juga Raja langit bertangan racun Liong Cay-thian adalah seekor rase tua yang licik dan banyak akal muslihatnya. sudah barang tentu kunci dari semua perencanaannya itu enggan diutarakan keluar dengan begitu saja.

Diam-diam Kam Liu cu mendengus. lalu pikirnya;

"Hmm, kau melimpahkan semua persoalan ini kepada saucu, memangnya kau anggap aku belum tahu kalau siacu adalah putrimu sendiri , .?"

Namun berhubung pihak lawan tak mau banyak

berbicara, dirinva sebagai tamu yang baru datang pun merasa canggung untuk bertanya lebih jauh.. .

Kembali semua orang minum arak, sementara waktu sudah menunjukkan menjelang fajar. maka diiringi oleh Liong Cay-Thian. Kam Liu-cu segera diantara kekamar tamu untuk beristirahat.

Setelah mempergunakan siasat "menggeser bunga menyambung dahan" Wi Tiong hong menggantikan kedudukan Lan Kun-pit didalam ruangan batu, ia segera menutup pintunya dan memandang sekejap sekeliling tempat itu dengan seksama.

Ia merasa hanya Lan Kun-pit seorang yang berdiam didalam rumah batu itu. bagian luar merupakan sebuah kamar tidur yang sederhana tapi dengan perlengkapan yang lengkap.

Disamping ruangan terdapat pula sebuah meja rias dengan beberapa jilid buku dan perlengkapan alat tulis menulis yang lengkap. Tampaknya pihak Tok seh sia bukan saja memberikan perlayanan yang baik terhadap Lan Kun-pit. bahkan semuanya diatur dengan sebaik-baiknya, hal ini membuat Wi Tiong-hong merasa agak lega.

Tentu saja bagi Lan Kuun-pit yang sudah dicekoki obat pembingung sukma, tak mungkin akan timbul niat untuk memberontak lagi, tidak heran kalau mereka begitu percaya dan tak kuatir membiarkannya berdiam seorang diri didalam kamar.

Wi Tiong-hong segera menyembunyikan pedang Jit siu kiamnya dibalik badan, kemudian membaringkan diri diatas ranjang.

Diam-diam pikirnya:

"Akhirnya tanpa menimbulkan sesuatu gejala atau suara pun aku berhasil menyusup kedalam lembah ini, langkah kedua yang harus kulakukan sekarang adalah bagaimana menyelidiki kabar berita tentang ayahku, Sekali pun dia tidak tahu dimanakah letak kamar tahanan dalam selat Tok Seh sia tersebut, namun dia yakin selat Tok seh sia tidak terlalu besar, setelah berada disitu dia yakin tempat yang dimaksud pasti dapat ditemukan."

Berpikir demikian. dia pun memejamkan matanya dan tertidur.

Tidurnya kali ini sungguh amat nyenyak, ketika bangun kembali, fajar sudah menyingsing, cepat-cepat dia melompat turun dari ranjang dan membuka pintu kamar.

Tampak seorang bocah kecil sudah meenunggunya diluar kamar, ketika melihat Wi Tiong- hong sudah bangun, cepat-cepat dia memberi hormat sambil menyapa;

"Selamat pagi Wi sauhiap!"

Wi Tiong hong segera manggut-manggut kearahnya. Setelah tertawa rahasia, bocah kecil itu berkata lagi:

"Barusan nona Liong telah datang kemari, tapi berhubung siauhiap masih tidur maka hamba tak beani mengusikmu."

"Nona Liong yang dimaksudkan olehnya mungkin putri dari Liong Cay-thian? Tapi... tidak benar, putri Liong Cay Thian adalah Tok seh siacu, sudah sepantasnya bila orang ini memanggil siacu kepadanya, atau munkin didalam Tok seh sia masih terdapat nona lain yang kedua?"

Sejenak kemudian iapun berpikir lebih jauh.

"Yaa, benar, putri Liong Cay-thian yang menyaru sebagai Tok seh siacu tentu selalu muncul dengan tampang seorang kakek berjenggot putih dan berjubah hitam, rahasia ini pun tidak diketahui oleh Sah Thian-yu yang berkedudukan tinggi, mana mungkin seorang kacung bisa turut mengetahuinya? Mungkin semua orang Tok seh sia ada yang menyangka kalau siacu mereka yang sebenarnya adalah hasil penyaruan dari nona Liong."

Sementara itu. si kacung yang tidak menemukan suatu reaksi dari Wi Tiong hong segera berkata lagi sambil tertawa paksa:

"Nona Liong bilang. sebentar lagi dia akan datang kembali."

"Ehmm, aku tahu, ada urusan apa dia datang mencariku?" Kata Wi Tiong-hong dengan wajah tanpa emosi.

"Nona Liong bilang, kemarin dia telah berjanji denganmu, maka pagi-pagi buta begini sudah datang kemari." "Kemarin sudah berjanji?"

Diam-diam Wi Tiong hong tertegun setelah mendengar perkataan itu, dia tak tahu apa janji nona Liong dengan Lam Kun-pit?

Maka dengan suara lirih diapun berbisik; "Benarkah dia adalah putri dari sang Huhoat?" Pertanyaan ini diajukan sedikit menyerempet bahaya.

namun wajahnya berlagak se-akan2 tidak mempunyai sesuatu maksud tertentu dengan pertanyaannya itu.

Si kacung semakin terperanjat lagi, dia balik bertanya.

"Apakah nona Liong tidak pernah memberitahukan soal ini kepadamu. .?" "Tidak!" Wi Tiong-hong menggeleng.

"Bila ia tidak memberitahukan kepadamu. Hamba pun tak berani berbicara." "Kau sangat takut kepadanya?"

"Yaa, setiap orang yang berada dalam selat ini sama-sama takut kepadanya. sebab nona Liong adalah murid dari siacu."

Bagaimana pun juga dia adalah seorang bocah, sekalipun dimulut mengatakan tak berani berbicara. toh akhirnya perkataan tersebut diutarakan juga.

Diam-diam Wi Tiong hong tertawa geli, sambil sengaja mengiakan dia berkata:

"Ooh, rupanya dia adalah murid siacu. tak heran kalau kulihat banyak orang menaruh hormat kepadanya", Kacung itu kembali tersenyum. "Selama ini nona Liong selalu bersikap dingin dan kaku terhadap siapa pun. belum pernah bersikap demikian baik kepada orang lain, dulu dia selalu bersembunyi dalam istana dan jarang keluar, namun semenjak kedatanganmu disini, setiap hari nona Liong justeru datang kesini terus." '

Berbicara sampai disini, cepat-cepat dia berseru lagi:

"Hamba segera akan mengambilkan air untuk mencuci muka."

Sambil membalikan badan cepat-cepat ia beranjak pergi dari ruangan tersebut. Sementara itu Wi Tiong hong merasa serba salah, pikirnya kemudian didalam hati.

"Kalau didengar dari nada pembicaraan kacung kecil itu tampaknya secara diam2 nona Liong sudah jatuh hati kepada Lan Kun-pit, padahal Lan Kun-pit sedang menyaru sebagai diriku, dalam hal ini, nona Liong sebagai jelmaan dari Tok seh siacu tentu sudah mengetahuinya pula sejak permulaan. Dan aku sekarang harus menyaru sebagai diriku sendiri dengan menggantikan kedudukan diri Lan Kun-pit, dalam soal lain sih masih mendingan, tapi dalam cinta kasih antara muda-mudi ini. bagaimana mungkin aku bisa mewakili Lan Kun pit untuk berpacaran?"

Sementara masih termenung, kacung tadi sudah muncul kembali dengan membawa sebaskom air untuk mencuci muka. Cepat-cepat Wi Tiong-hong mencuci muka dan

membersihkan mulut, kemudian kacung tadi muncul dengan sarapan yang berupa semangkuk bubur dan sejumlah bakpao di tambah empat macam sayur.

Wi Tiong-hong memang sedang lapar, maka diapun duduK dekat meja siap2 hendak bersantap.

Tiba-tiba pintu dibuka orang dan segulung angin berbau harum berhembus masuk ke dalam ruangan. sesosok bayangan manusia yang kecil mungil sudah muncul didalam ruangan.

Dia adalah seorang nona muda berbaju merah keperak-perakan, dia membawa sebuah kantung kain dan langsung menghampiri Wi Tiong-hong.

Cepat-cepat kacung itu memberi hormaat sambil berseru; "Nona Liong telah datang.”

Gadis itu segera melotot kearahnya dan berseru.

"Tadi aku kan sudah berkata kepadamu, hari ini kau tak perlu menyiapkan sarapan buat Wi sauhiap. apakah kau tidak mendengar perkataanku itu?"

Pucat pias selembar wajah si kacung setelah mendengar perkataan tersebut. dengan kata2 tergagap, katanya;

"Hamba sudah mendengar. . mendengar dengan jelas. , sarapan ini di. .dikirim langsung dari dapur."

Didalam sekilas pandangan saja Wi Tiong-hong sudah mengenali gadis itu sebagai nona yang menyaru sebagai Tok seh siacu di puncak bukit Pit bu san tempo hari dan berhasil disingkap penyaruannya.

Dikemudian hari dia baru tahu kalau dia adalah putri kesayangan dari Raja langit bertangan racun Liong Cay thian, cong-huhoat selat Tok seh sia. yaitu Tok seh siacu yang sebenarnya.

Begitulah. setelah mendengus dingin kepada kacung itu, nona Liong baru berpaling kembali. dengan wajah manja katanya:

"Apakah dia sudah memberitahukan kepadamu, bahwa aku telah datang kemari?"

"Sudah, sudah disampaikan kepadaku nona tak usah menyalahkan dia.,." Cepat-cepat Wi Tiong hong berseru.

Nona Liong segera mencibirkan bibir; "Huuh, kemarin kau sudah berjanji, masakan sudah melupakannya."

Diam2 Wi Tiong-hong berpikir: "Kalau kau berjanji dengan Lan Kun pit darimana aku bisa tahu tentang persoalan ini."

Maka sambil tertawa getir, lalu katanya: "Aku telah tidur agak terlambat..."

Dengan gemas nona Liong mendepak-depakan kakinya keatas tanah kemudian berseru dengan mendongkol;

"Coba lihat, kau masih juga duduk dikursi, ayoh! segera beranjak, kita bersantap di atas puncak bukit saja, aku telah mempersiapkan sarapan yang lesat untukmu, Hmm, orang lain sudah bangun sejak pagi dan menunggu sampai sekarang, kau tahu akupun belum sarapan..."

Rupanya mereka berjanji akan mendaki bukit.

Sebenarnya Wi Tiong hong tidak berminat sama sekali untuk keluar rumah bersama nona itu, tapi setelah mendengar akan naik gunung, tergerak juga hatinya, dia segera berpikir:

"Dia mengajakku naik gunung, sudah pasti aku akan keluar dari selat Tok seh sia, dengan ditemaninya aku pasti dapat melihat seluruh pemandangan Tok seh sia dari puncak bukit itu, dan siapa tahu dari mulutnya aku bisa memperoleh sedikit kabar berita?"

Berpikir demikian. Dia pun turut bangkit seraya berkata:

"Baiklah !"

Nona Liong tertawa cekikikan, dia segera membalikkan badan dan beranjak keluar dari ruangan sambil berseru;

"Ayoh cepatan sedikit!"

Setelah keluar dari rumah batu itu, nona Liong berjalan bersanding dengan pemuda tersebut sambil mengerling, padanya sambil tertawa ringan;

"Coba kau lihat, cuaca hari ini sanggat indah, matahari bersinar amat cerah, meski angin berhembus lewat, rasanya tidak dingin."

Kalau seorang gadis mulai membicarakan soal cinta, maka hatinya akan terasa menjadi sangat hangat sekali.

Wi Tiong-hong mengalihkan pandangan matanya ke depan. matahari yang merah nampak baru muncul dari balik dua puncak yang tinggi dan memancarkan sinar keemas-emasan keempat penjuru, pemandangan alam saat itu benar-benar indah dan sangat menawan hati.

Menggunakan kesempatan tersebut dia memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, tampak olehnya lembah yang begitu luas dan bermandikan cahaya tarsebut justru nampak sepi dan tidak kelihatan sesosok bayangan manusia pun, hal ini membuat perasaannya diam-diam menjadi keheranan.

Mendadak nona Liong berpaling sambil menegur:

"Mengapa kau tidak berbicara?"

"Aku sedang menikmati keindahan matahari."

"Benar sudah berapa hari disini aku belum pernah melihat matahari, terus terang saja, ditempat ini setahun empat musim belum tentu bisa menjumpai matahari beberapa kali."

"Mengapa bisa begitu?"

"Kecuali musim gugur dimana awan hilang kabut pun lenyap sehingga matahari bisa bersinar kemari, sepanjang tahun Selat ini selalu tertutup oleh awan dan kabut yang tebal." Diam-diam Wi Tiong-hong mengangguk sambil berpikir.

"Mungkin disebabkan alasan inilah maka sulit orang luar untuk menemukan letak selat Tok seh sia."

Maka diapun berkata; "Oooh, rupanya begitu."

Dengan berjalan bersanding mereka melanjutkan kembali perjalanannya kedepan. Sepanjang jalan Wi Tiong hong dapat mengendus bau harum semerbak yang tiada hentinya memancar keluar dari tubuh gadis itu, sedang si nona pun berulang kali berpaliag kearahnya sambil melemparkan sekulum senyuman yang manis.

Berbicara yang sesungguhnya, dibawah sinar matahari pagi, wajah nona tersebut makin dipandang semakin menarik hati, senyuman yang manis cukup menggetarkan sukma orang, Wi Tiong-hong benar-benar tak berani memandang terlalu lama kearahnya.

Sekali pun tidak dipandang. namun jantungnya terasa berdebar keras dan pikirannya mengambang kemana-mana.

Mereka berjalan memutari hutan bambu dan menelusuri jalanan setapak, nona Liong berjalan dimuka sebagai petunjuk jalan menuju kearah bukit sana.

Wi Tiong-hong segera melihat bahwa jalanan yang dilewati mereka sekarang tak lain adalah jalanan yang ditempuh mereka semalam.

Tak lama kemudian sampailah mereka disebuah jalanan berbukit yang dilapisi dengan pasir putih.

Wi Tiong-hong segara berlagak gembira dan sengaja berseru:

"Aah, tak nyana setelah tiba disini, jalanan menjadi bertambah lebar." Nona Liong nampak terkejut sekali, sambil menyambar lengannya dia berseru: "Kau jangan kesana."

"Mengapa ?"

"Pasir itu sangat beracun."

Wi Tiong-hong yang memperoleh jawaban itu segera berpikir dalam hati:

"Mungkin dia menganggap aku sudah menelan obat racun mereka sehingga berbicara tanpa tedeng aling-aling, tampaknya asal kugunakan sedikit akal dan tipu muslihat, niscaya banyak rahasia yang akan kuketanui dari mulutnya, siapa tahu aku pun akan mengetahui pula tempat penyekapan ayahku ?"

Nona Liong segera mengajaknya menelusuri sebuah jalan setapak yang semakin kecil dan sempit macam usus kambing saja. Boleh dibilang jalanan disitu berbahaya sekali. tebingnya curam dan dicning karang sangat terjal.

pada hakikatnya ihnya satu orang saja yang bisa melalui jalanan sekecil tersebut.

Kedua orang itu sama2 memiliki ilmu meringankan tubuh yang sempurna, tak heran kalau dengan kelincahan tubuh mereka, perjalanan dapat ditempuh dengan gampang sekali.

Biar pun keadaan medan sangat tinggi dan terjal, hanya didalam waktu sepertanak nasi saja mereka sudah dapat mencapai ke atas puncaknya.

Sementara itu nona Liong sudah kecapaian seperti napasnya terengah-engah dan mukanya berubah menjadi merah dadu, dengan selembar sapu tangan, tiada hentinya dia menyeka keringat yang membasahi seluruh tubuhnya.

Wi Tiong-hong yang menyaksikan peristiwa itu, diam-diam segera berpikir; "Tenyata tenaga dalam yang dimilikinya tidak lebih dari apa yang semula kubayangkan."

Maka dia pun sengaja berpura-pura kehabisan tenaga pula, sambil bertolak pinggang dia menghembuskan napas panjang berlagak mengatur napasnya yang tersengal, sementara sorot matanya dilayang kebawah memperhatikan selat Tok seh sia yang sempit memanjang dan membentang dibhdapan matanya.

Namun apa yang terlihat segera menimbulkan kecurigaan dalam hati kecilnya.

Ternyata selat tersebut terletak diantara himpitan dua buah bukit yang tinggi dan hakekatnya merupakan sebuah lembah buntu, bagian tengahnya nampak agak sempit memanjang pada hakekatnya tidak nampak jalan keluar disana.

Padahal kalau didengar dari pembicaraan kakek itu, sumur kering dimana mereka lewat semula bukan merupakan jalan utama mereka yang sebenarnya, lantas dari manakah mereka masuk keluar dihari-hari biasa...?

Tiba-tiba terdengar nona Liong berseru:

"Hey, apakah kau merasa lapar? Ayoh cepat kemari."

Ketika Wi Tiong-hong berpaling, ia jumpai gadis itu sedang mengeluarkan sebuah kotak makanan yang indah dari dalam kantungan bajunya dan diletakkan diatas batu besar. kemudian sambil menepuk batu disisinya dia berkata;

"Ayoh cepat duduk disini, bagaimana kalau kita menikmati pemandangan alam sembari bersantap?"

Wi Tiong-hong yang menyaksikan tempat yang tersedia baginya adalah sebagian batu disisi gadis tersebut, ia menjadi sangsi, hingga untuk sesaat hanya berdiri mematung saja.

Nona Liong segera mengerling sekejap kearahnya dengan perasaan tak senang, kemudian menegur:

"Hay. bagaimana sih kau ini, seakan-akan dengan kemarin sudah berubah seperti dua orang yang lain?"

Wi Tiong-hong terkejut sekali setelah mendengar perkataan itu, dia segera berpikir, "Aduh celaka, entah bagaimanakah sikap Lan Kun pit terhadapnya kemarin?

Benar Lan Kun pit adalah seorang laki-laki hidung bangor.

dia pasti memperlihatkan sikap yang mesra dan hangat kepadanya, kalau begitu akupun harus bersikap agak mesra dan hangat pula terhadap dirinya." ooOdwOoo

BERPIKIR sampai disitu, tanpa terasa ia tersenyum kepadanya dan pelan2 maju kedepan dan duduk disampingnya, kemudian dengan suara lembut dia berkata:

"Dalam hal yang manakah nona menganggap aku kurang beres?"

Nona Liong segera tertawa cekikikan, matanya menjadi merah tapi segera godanya: "Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan barusan."

Dengan perasaan agak rikuh dan jengah Wi Tiong-hong duduk disampingnya, lalu katanya sambil tertawa:

"Aah, mana mungkin aku sedang memikirkan sesuatu?" "Kau tak usah membohong, aku tahu dengan pasti"

Sambil berkata nona itu segera membuka kotak makanannya. ternyata kotak tersebut terbagi menjadi empat bagian yang masing-masing berisikan Lumpia, udang goreng, kuah pia isi tausah dan kuah manis.

Sambil mendongakkan kepalanya dia pun berseru:

"Ayoh makan, sukakah kau yang manis?" "Suka." Wi Tiong-hong manggut-manggut. Nona Liong segera tertawa cekikikan,

"Semenjak kecil aku suka yang manis, tahu kalau kaupun suka makan yang manis, aku tentu membawa yang manis, dua macam hidangan kecil yang asin ini khusus kusediakan untukmu."

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar