Pendekar Sakti Im Yang Jilid 6 (Tamat)

Jilid 6 (Tamat)

“oh-ya taihap kenalkan namaku adalah yo-hun dan istriku adalah siangkoan-lui-kim , dan kalau tidak salah bahwa aku mendengar bahwa nama im-yang-sin-taihap adalah kwaa-han- bu” , “wah .. darimana hun-twako mengetahui namaku !?” tanya kwaa-han-bu sambil tersenyum , “aku mendengar dari seorang cianpwe yang berjulukan “ui-hai-sian” , “ohh , orang tua itu

ternyata.” , “apakah taihap mengenal ui-hai-sian!?” , “tidak twako ! kami hanya sekali bertemu dan tidak kenal lebih dalam , dan apakah twako mengenal cianpwe itu !? , “kenal dalam juga tidak taihap , hanya kami bertemu saat pencarian pusaka pulau es dan sama terdampar digulung badai besar dan ternyata kami masih hidup dan bertemu lagi didaratan besar” , “ooh , begitu .” , “benar taihap dan lucunya tiga orang lawan kami tadi juga adalah termasuk orang bertemu kami ditengah lautan dan sama-sana terdampar pula dipulau yang sama.” , wah .. sedikit banyaknya ada ikatan emosional yang tumbuh diantara kalian yang mencari pusaka pulau es itu” , “benar sekali taihap namun prisnsi tetaplah membedakan kami dengan ketiga orang itu” , “sebanarnya siapakah tiga orang itu twako!?” , “yang laki-laki adalah bekas murid pah-sim-sai-jin dan dua wanita itu bekas murid im-kan-kok-sianli-sam”

“lalu kenapa mereka bertiga mewranai tubuh dan wajah mereka!?” , “kalau hal itu aku sendiri tidak tahu taihap , memang kami sama terdampar di pulau neraka , dan sepertinya mereka menetap ditempat yang banyak ular belang itu sementara saya dan lui-kim keluar pulau neraka dan mencari pulau lain dekat pulau nelayan” “dan bagaimana dengan cianpwe ui-hai-sian!? , “cianpwe itu juga terdampat kesebuah pulau kosong dan ada dua orang lagi diantara kami yang juga sama-sama dalam pencarian pusaka itu yang juga hidup dan bertemu didaratan besar ini.” , “siapakah mereka twako !?” , “mereka juga adalah golongan cianpwe dan setelah keluar dari laut kuining mereka dijuluki san-ji-liong , namun naas keduanya sudah tewas ditangan tiga orang penghuni pulau neraka tadi dan murid utama pah-sim-sai-jin.” , “cerita twako sangat menarik dan kalau twako sendiri ketika keluar dari laut kuning dijuluki apa oleh orang !?” , saya dan lui-kim dijuluki ui-hai-liong- siang”

“kalau taihap , tentu buyut luar dari kim-khong-taihap, bukan !” , “benar sekali twako , yang buyut dalam adalah sumoiku itu , namanya kwee-kim-in putri dari paman kwee-thian” , “lalu kalau taihap sendiri!?” , “saya adalah cucu buyut dari kwee-hong-in putri bungsu dari kim-khong-taihap.” , “apakah hanya taihap berdua yang masih ada dari keturunan she-taihap!? , “entahlah twako !” , yang saya tahu awalnya hanya saya sendiri , karena mungkin twako sendiri tahu bagaimana pah-sim-sai-jin menumpas keluarga kami”, “benar taihap ! aku mendengar itu di lembah huai saat itu umurku masih delapan belas tahun , jadi kwee-lihap bukan bertempat di pulau kura-kura.” , “bukan twako

, sumoiku itu aku jumpai di kota pengbun satu setengah tahun yang lalu.”

Percakapan mereka sampai jauh larut malam , dan kemudian keduanya istirahat , keesokan harinya saat bangun , kim-in sudah memasak makanan sementara kwaa-han-bu sedang mandi di sungai dibawah pohon bambu , dan saat matahari terbit lui-kim bangun “aih aku tidur tidak kira-kira she-taihap !” keluh lui-kim , :”ah.. tidak apa cici , suhengku bangunya dini hari jadi aku harus bagun lebih awal “ sahut kim-in , “lalu sekarang dimana im-yang-sin-taihap!?” , “dia masih dibawah mungkin

entah mencari apa .” , tiba-tiba kwaa-han-bu muncul membawa aneka buah yang nampak ranum , “suheng ! banyak sekali buahnya , diaman dapat !? , “aku berkeliling disekitar hutan dan menemukan banyak sekali buah-buahannya sumoi “ , yo-hun bergerak dan bangun , “aih… saya kesiangan..” celanya pada diri sendiri , “tidak apa twako! sekarang pergilah twako dan cici kesumber air dan kami tunggu supaya kita makan bersama” sahut kwaa-han-bu , yo-hun dan lui-kim pergi kesumber air dan membersihkan diri , setelah itu merekapun makan bersama “she-taihap ! sungguh pertemuan ini sangat mengesankan hati kami dan betapa kami rasakan keakraban yang luar biasa” sela lui-kim , “demikian juga kami cici , semoga keramahan dan keakraban ini bisa kita lakukan dimasa akan datang” sahut kwaa-han-bu , , “baiklah twako dan soso , kami pamit dulu dan jika rencana untuk berdiam sampai soso melahirkan , sebaiknya kota terdekat saja yakni kota bao dua minggu perjalanan dari sini”, “benar taihap dan kami akan menuju kekota itu “ sahut yo-hun , lalu kwaa-han-bu dan kwee-kim-in meninggalkan sepasang pendekar itu

ouw-ciong yang membawa lari pouw-eng dan disusul toan-lin berpacu untuk menjauhkan diri dari kejaran , selama lima hari mereka terus berlari sementara keadaan pouw-eng makin menghawatirkan , kepalanya yang kena tendangan yang berhawa “yang” merusak syarafnya dan membuat ia sering mengeluh kesakitan dan kadang bersikap aneh , sikap anehnya adalah seharian dia terdiam memandang sesuatu dengan raut wajah mewek hendak menangis , pernah seharian ia memandang pedangnya dengan raut wajah yang menghibakan

, hal ini membuat toan-lin gemas dan marah pada kim-in yang membuat rekannya menjadi gila seperti itu

stelah ouw-ciong merasa bahunya sudah pulih , perjalanan semakin dipercepat sehingga sebulan kemnudian sampailah mereka ke yinchuan dan melaporkan hal yang mereka alami , “hmh… dalam beberapa hari ini im-yang-sin-taihap akan sampai ke kota ini dan untuk itu kalian siagakan diri kalian untuk menangani sumoinya , dan im-yang-sin-taihap sendiri biar aku yang menanganinya” , “baik thian-te-ong ! lalu bagaimana dengan seratus anak buah !?” mereka juga harus disiapkan untuk serangan permulaan.” , “maksudnya bagaimana thian-te-ong!?” , “sebelum kita menghadapi im- yang-sin-taihap dan sumoinya , seratus anak buah menyerang mereka dengan anak panah., jadi aturlah mereka disekeliling

tempat kita ini dengan formasi dua puluh lima perpenjuru!” , “baik ! kalau begitu thian-te ong” sahut lu-eng

seminggu kemudian kwaa-han-bu dank wee-kim-in memasuki kota yinchuan yang sepi , “kenapa sepi suheng !?” , “hmh….kita harus lebih waspada sumoi , jelas mereka sudah mengetahui kedatangan kita dan sudah mempersiapkan penyambutan” sahut kwaa-han-bu, keduanya menelusuri jalan kota yang tidak berpenghuni sama sekali dan ketika mereka sampai di sebuah bangunan yang indah dan megah dengan pagar tembok yang mengelilingi areal rumah yang berhalama luas , kwaa-han-bu meyakini bahwa tempat itu adalah kediaman pah-sim-sai-jin pimpinan pak-kek-hek-te karena halaman luas itu ditata bagian lianbutia , dan telinganya yang tajam sudah mengetahui bahwa banyak mata yang mengiuntai memperhatikan mereka

Kwaa-han-bu dan kim-in berdiri tegap didepan pintu gerbang , “sumoi ! ambillah tiang bendera itu!” perintah kwaa-han-bu , kim-in mencabut tiang bendera yang dipancang di pinggir gerbang dan melepas benderanya , kemudian keduanya memasuki halaman bangunan , “pah-sim-sai-jin ! kenapa tidak menyambut dengan bertatap muka , keluarlah…..!” teriak kwaa- han-bu , dan tiba-tiba lima anak panah meluncur dari dua jurusan yakni dari belakang dan samping kanan , dengan gerakan mantap dan indah kim-in memutar tongkat ditangannya menghalau semua anak panah hingga patah dua dan tiga lalu jatuh ketanah , lima puluh orang sempat melepas anak panah sebelum terjungkal karena kuatnya teriakan im- yang-sin-taihap , seratus orang yang bersiap melepas anak panah semuanya lemas dan pingsan karena jantung mereka terguncang

Pah-sim-sai-jin dan empat orang rekannya keluar , “hmh… im- yang-sin-taihap , usahamu untuk sejauh ini lumayan berhasil , tapi hari ini kamu berhadapan dengan saya dan semua usahamu harus berhenti sampai disini!” , “hahaha…hahaha , pah-sim-sai-jin ! hampir lima belas tahun kamu berhasil menancapkan tirani di tionggoan dan hari ini engkau berhadapan dengan im-yang-sin-taihap dan tirani ini harus lenyap sampai disini!” , “phuah…cuh…, im-yang-sin-taihap ! apakah dengan mengalahkan rekan-rekanku engkau akan dapat mengalahkanku , kamu ingat betapa she-taihap tidak berdaya dihadapanku!”

“hahha…haha , yang aku ingat pah-sim-sai-jin adalah dimana engkau jadi permainan nenek buyutku , kamu diikat seperti

ketupat tidak jadi dan dibuang kelaut!” , pah-sim-sai-jin terheyak mati kutu saat dimana dia dipecundangi nenek hong-in , “cuh..! jika kedatangan saya yang kedua ke pulau kura-kura , apa menurutmu nenek buyutmu masih dapat mengalahkanku !?” , “tentu saja pah-sim-sai-jin , kalau kamu tidak percaya , kesininilah biar aku menghajarmu sebagaimana nenek buyutku lakukan dulu” , “bangsat …, cuh …” pah-sim-sai-jin naik darah , sambil meludah dia menerjang dan mengirim pukulan sakti , im- yang-sin-taihap menyambut keras lawan keras , “blammm…” tempat itu bergetar bahkan sebuah bangunan disamping kanan rumah induk langsung rubuh karena pondasinya ambruk , empat rekan pah-sim-sai-jin terkesiap menyaksikan hasil benturan yang luarbiasa dahsyat itu

im-yang-sin-taihap mundur dua langkah sementara pah-sim- sai-jin mundur empat langkah , melihat kenyataan itu pah-sim- sai-jin disergap rasa khawatir , namun hatinya dibesarkan , memang tenaga sakti dia akan selalu kalah dari she-taihap , namun dia memiliki ilmu pamungkas yang dimana she-taihap tidak kuasa menahannya , lalu pah-sim-sai-jin mennyerang kembali dengan gesit dan cepat , bau apek pun mulai menyebar karena kuatnya pengerahan tenaga pah-sim-sai-jin , im-yang-sin-taihap mengeluarkan ilmu im-yang-sian-lie-hoat , sabuknya kali ini di pegang dan dimainkan dan kekuatannya berlipat ganda karena terpusat pada satu ujung , kibasannya membuat getaran dahsayat yang dapat mencapai tubuh pah- sim saijin sejauh dua kali panjang sabuk

she-taihap dulu tidak terpengaruh bau apek sepanjang sabuk yang sekarang dipakai kwaa-han-bu apalagi sekarang jarak pertandingan itu dua kali lipat , pah-sim-sai-jin tidak berdaya menembus getaran ujung sabuk , berkali-kali pah-sim-sai-jin terlempar dihantam getaran sabuk , darimana saja ia hendak menyusup untuk mendekat dia langsung terlempar dan lama- kelamaan nafasnya makin sesak , pah-sim-sai-jin tidak menduga betapa ilmu sabuk digunakan im-yang-sin-taihap sekuat dan sehebat ini , tidak satupun ilmunya yang bisa diandalkan dan sebaliknya im-yang-sin-taihap dengan santai mempermainkan tubuhnya diseberang sana , untungnya saja daya tahan tubuh pah-sim-sai-jin sangat luar biasa , kulitnya memang sudah terasa nyeri karena hawa yang berganti-hanti menghantam tubuhnya

empat rekannya tidak bisa berbuat banyak , pertempuran didepan mereka bukan kelas mereka , tingkatan mereka masih jauh , namun melihat thian-te-ong laksana seekor tikus dikurung dan dilemparkan hawa kibasan ujung sabuk membuat hati mereka semakin ciut , mereka ouw-ciong menatap kim-in yang berdiri tegap mengikuti pertempuran suhengnya , wajahnya yang canti demikian tenang , matanya nampak begitu jeli memperhatina setiap gerakan suhengnya , dia sudah mempelajari ilmu yang dimainkan oleh suhengnya dan dia makin gembira melihat betapa suhengnya terkesan seakan memberikan petunjuk padanya sambil melawan pah-sim-sai-jin

“bagaimana im-kan-kok-sianli-ji , apakah sumoinya kita serang sekarang !?” , “benar , marilah kita serang , dan kalau kita bisa menundukkannya , tentu im-yang-sin-taihap akan terpengaruh!” sahut lou-sian , lalu mereka menerjang kim-in secara bersamaan , kim-in yang melihat serangan yang mengarah padannya , segera melenting keudara sambil melepas pukulan im-yang-giok-hoat untuk menahan daya serangan lawan dan disusul dengan serangan im-yang-tiauw-hoat , gerakan jurus yang mengikut gerak rajawali membuat empat lawannya bagai empat ekor ular yang mengelak dari sambaran dan cakaran kim-in , dan ketika kim-in menjejak tanah gerak im-yang-tiauw- hoat dilengkapi dengan , “sin-tiauw-poh-chap-sha” dan tiga belas langkah rajawali itu membuat empat lawannya laksana menangkap bulu yang otomatis menjauh jika mereka bergerak dan luarbiasanya ilmu langkah itu bukan hanya ilmu berkelit tapi juga ilmu menyerang yang luar biasa

dan bahkan sesekali gerakan itu berubah dengan terkaman im- yang-houw-hoat dan hal ini membuat empat lawannya terperangah bahkan toan-lin tidak berdaya mengelak ketika punggungnya kena cakar dan meninggalkan guratan memenjang di punggungnya , rasanya perih terlebih hawa yang masuk adalah hawa “yang” , kim-in dengan seenaknya merubah-rubah gerakan ilmunya yang memang kaya jurus tingkat tinggi , bahkan sebuah sodokan im-yang-kang-hoat yang menggunakan siku menghantam kepala ouw-ciong hingga kepalanya pening dan membuat ia sempoyongan , dan satu saat tendangan im-yang-ma-hoat menghantam lutut puw-eng sehingga pouw-eng roboh sambil menahan sakit yang memilin hatinya dan bahkan lou-sian terlempar empat tindak dengan kuda-kuda jebol ketika dadanya dihantam pukulan im-yang- sian-hoat membuat kombinasi delapan jurus dari ilmu im-yang-pat-hoat membuat kim-in laksana gadis remaja bermain empat balon , empat lawannya makin habis akal , mereka hanya dapat bertahan menerima pukulan sementara untuk mebalas mereka tidak pernahpun dapat peluang , tiga dan empat kali pukulan boleh saja mereka tahan tapi kalau lebih mereka akhirnya akan bonyok juga terlebih efek pukulan merusak peredaran darah karena hawa yang berubah-ubah menghantam tubuh mereka dan terbukti ketika satu saat pukulan telapak dewa im-yang menghantam lou-sian membuat dia terhempas memuntahkan darah segar dan nafasnya megap-megap dan akhirnya berhenti karena nyawanya sudah berpisah dari tubuhnya

pah-sim-sai-jin juga yang terpuruk tidak berdaya dengan amarah yang memuncak mengeluarkan ilmu pamungkasnya yakni “hek-hoat-bi” , bau apek makin santer dan selarih cahaya hijau menggulung menghantam kedepan , ujung kibas terpental kebelakang dan tubuh pah-sim-sai-jin menerjang dengan pukulan yang sama sehingga jaraknya dengan im-yang-sin- taihap semakin dekat dan hawa apek makin santer , im-yang- sin-taihap terpana dengan gerakan luarbiasa dan kuat itu , ia segera melompat dan mendekati sumoinya yang sedang bertempur , dengan sebuah gerakan indah ia menarik sumoinya melentig jauh keatas karena dia sudah merasakan serangkum pukulan mengejarnya , im-yang-sin-taihap lepas dari bahaya maut yang mengancamnya dan naasnya toan-lin yang sedang didesak kim-in tidak berdaya ketika pukulan hek- hoat-bo melanda tubuhnya dan tubuhnya sesaat bergetar kemudian berobah jadi kaca es dan akhirnya meledak berkeping-keping

ouw-ciong , lu-eng sudah menjauh ketika gerakan im-yang-sin- taihap tiba-tiba melayang kearah mereka dan betapa mereka tercengang dan ngeri melihat kepingan tubuh toan-lin yang laksaba batu-batu pualam , pah-sim-sai-jin tanpa menghiraukan kesadisan pukulannya menatap tajam pad aim-yang-sin-taihap yang menfarat jauh disebelah kanannya , “apa kamu masih ada nyali !?” bentaknya dengan mata melotot penuh amarah, im- yang-sin-taihap tidak dapat tidak harus mengakui betapa bahaya dan sadisnya pukulan yang dikeluarkan pah-sim-sai-jin

, “itukah ilmu yang dulu kau agulkan kepada she-taihap!” , “hahaha…cuh..cuh…. , apakah kamu jerih pemuda sial , baru kamu tahu betapa thian-te-ong bukan bahan mainan!” sahutnya jumawa karena merasa diatas angin karena ilmunya yang luar biasa

“hahah..hahah , pah-sim-sai-jin ! jangan kira im-yang-sin-taihap tidak mampu menundukkanmu !” , “hahah…jangan menhibur diri she-taihap ! , andalan kalian cuma menjauh dariku dengan ilmu sabuk tengik itu!” cela pah-sim-sai-jin jumawa dan wajah menantang dan tubuhnya melayang menerjang , namun dia kecele tubuh im-yang-sin-taihap lebih dulu menerjang dan mencengkram tangannya , dia terkejut melompat kebelakang tetapi tubuh im-yang-sin-taihap menghantam tengkuknya “buk…” tak dapat pah-sim-sai-jin menjaga keseimbangan sehingga ia mencium tanah membuat hidungnya berdarah , dia bangkit dan im-yang-sin-taihap sudah menyerangnya , dia masih bingung akan keganjilan luar biasa ini karena kenapa tiba-tiba im-yang-sin-taihap berani mendekatinya dan sepertinya tidak terpangaruh apek yang dikeluarkan tubuhnya terlebih hidungnya sudah berdarah yang otomatis bau yang menyengat akan membuat lawannya bangkis-bangkis dan sempoyongan , bahkan ia seperti tidak sadar karena suara laksana gemerisik dedaunan yang melelapkan keluar disetiap gerakan kwaa-han-bu

sehingga im-yang-sin-taihap menampari mukanya dengan pukulan yang tidak kalah kuat tenaga saktinya , cakaran , tendangan , kepalan dan tamparan telah membuat tubuhnya seperti bola basket yang dipermainkan dan tubuhnya lelap dan lemah , ketika tubuhnya terlempar dan menghantam tembok barulah dia sadar bahwa im-yang-sin-taihap sebenarnya sudah menjadi dua , tubuhnya yang satu bergerak dengan jurus im- yang-pat-sin-im-hoat dikejauhan sementara tubuh yang lain dengan gerakan yang sama mempermainkan tubuhnya , pah- sim-sai-jin berdiri dan mengeluarkan bentakan toat-beng--hoat- sut”, “huh…hah…” sehingga tubuh im-yang-sin-taihap kadang muncul kadang tidak , dua ilmu halus berhadapan , pah-sim- sai-jin makin mendekati tubuh kwaa-han-bu dan pukulan hek- hoat-bo meluncur kuat kearah im-yang-sin-taihap , im-yang-sin- taihap berkelit kesamping dan memukul cahaya hijau yang mengiriskan itu dari samping sehingga dua kekuatan menerpa rumah pah-sim-sai-jin dan tidak ayal , rumah mewah itu hancur porak-poranda kali ini kwaa-han-bu harus terdesak karena gencarnya pukulan dahsayat hek-hoat-bo yang tidak bisa dilawan adu kambing , sehingga berkali-kali im-yang-sin-taihap harus berkelit dulu menghindar baru memukul dari samping supaya tenaga pukulan itu meledaknya jauh darinya , hal ini harus dilakukan kwaa-han-bu sebab jika pukulan hek-hoat-bo tidak di geser dengan pukulan sakti dan menghantam tempat kosong yang berdekatan dengannya maka bau apek akibat ledakan akan menyengat penciuamannya dan akan mengakibatkan dia terbangkis-bangkis , hal itu sangat berbahaya karena kalau dia sudah bangkis maka sulitlah baginya menyelamatkan diri

im-yang-sin-taihap memeras pikiran untuk dapat memunahkan ilmu pukulan yang luar biasa dari pah-sim-sai-jin , hampir setengah jam im-yang-sin-taihap hanya mampu mengelak pukulan itu , “hahha..hahha , sudah tahu kamu sekarang bagaimana kuatnya thian-te-ong !?” teriak pah-sim-sai-jin merasa senang melihat im-yang-sin-taihap hanya mengelak dari larik cahaya hijau yang dikeluarkannya , sehingga satu saat im-yang-sin-taihap mendapatkan trik jitu dala pikirannya , maka ketika im-yang-sin-taihap mengelak dan memukul pukulan hek-hoat-bo dari samping , tiba-tiba tubuh im-yang-sin- taihap menghilang dan bagai kilat lewat disisi pah-sim-sai-jin , “crass..”, pah-sim-sai-jin terlempar kesamping dan terperangah karena jakun dilehernya koyak dan urat lehernya putus disampar daun kipas im-yang-sin-taihap yang sudah berada jauh sekitar sepuluh meter darinya im-yang-sin-taihap mulai lagi mengeluarkan ilmu “san-phak- eng-coan” (mengirim bayangan menghantam gunung ) dimana tubuhnya menjadi dua , tubuh yang kedua melayang bagaikan kilat menerjang tubuh pah-sim-saijin dalam rangakaian ilmu im- yang-pat-sim-im-hoat , suara gemerisikpun mulai mengalun , pah-sim-sai-jin hendak memunahkan wujud kedua im-yang-sin- taihap dengan bentakan toat-beng--hoat-sut” namun ketika suara itu keluar “huhghh…hahghhh…” karena suara itu tidak bulat dan tersamar dengan nada suara tersumbat membuat ilmu toat-beng--hoat-sut” mentah sementara urat lehernya yang putus memuncratkan darah segar ,

wujud kedua im-yang-sin-taihap tidak lagi menghilang dan bahkan sudah gencar menghantam tubuh pah-sim-sai-jin , kemabali lagi hal yang serupa dialami pah-sim-sai-jin dimana tubuhnya dipermainkan ilmu im-yang-pat-sim-im-hoat dan kali ini tubuhnya tidak seperti bola yang kemungkinan bisa terlempar jauh tapi layaknya seperti adonan gandum yang menempel ditangan im-yang-sin-taihap dipermainkan sesukanya , lebih setengah jam wujud kedua im-yang-sin- taihap mengobok-obok tubuh pah-sim-sai-jin , hingga akhirnya menendangnya bagaikan bola hingga menghantam puing-puing reruntuhan rumah pah-sim-sai-jin

pah-sim-sa-jin bagaikan seonggok daging matang tergeletak karena tubuhnya merah kehijauan karena kuatnya hawa im- yang yang memasuki tubuhnya namun ia masih hidup dan berkali-kali ia muntah darah dari mulutnya yang juga keluar dari jakun lehernya yang robek demikian juga dengan urat lehernya yang putus , luar biasa aneh tubuh iblis yang satu ini baik diluar maupun didalam tubuh pah-sim-sai-jin sebenarnya sudah tidak layak diiisi nyawa , namun nyatanya nyawa itu masih ada seakan enggan untuk meninggalkan tubuh yang sudah matang luar dalam itu

Pah-sim-sai-jin bangkit dan melompat melarikan diri namun kasihan tubuh itu sempoyongan dan ambruk menimpa pagar beton sehingga menimbulkan suara tulang remuk , namun tubuh tidak lazim tetap bangkit dan kembali lagi melompat keluar pagar dan kemudian jatuh terhempas lagi , lalu bangkit dan melompat lagi dan jatuh lagi , pah-sim-sai-jin harus melompat karena hanya itu yang dapat dilakukanya, pah-sim- sai-jin tidak bisa lagi untuk melangkahkan kakinya

im-yang-sin-taihap yang melihat usaha melarikan diri itu melihat saja tanpa ada niat untuk menghentikan karena prinsip she- taihap , tidak boleh mendesak orang yang hendak melarikan diri , kedua she-taihap menonton saja melihat pah-sim-sai-jin yang jatuh bangun dalam usaha melarikan diri itu , lu-eng dan ouw-ciong juga tidak mau ketinggalan, melihat pah-sim-sai-jin meloncat hendak melarikan diri dan terjatuh menimpa pagar beton , mereka sudah melarikan diri tunggang langgang jauh meninggalkan pah-sim-sai-jin yang jatuh bangun

“suheng ! sepertinya tubuh pah-sim-sai-jin itu tidak lumrah.” , “kamu benar sumoi dan itu sangat mengherankan dan membingungkan , “apakah menurut suheng ! pah-sim-sai-jin dengan kondisi seperti akan bisa sembuh!?” , “hati saya cendrung mengatakan bahwa pah-sim-sai-jin akan dapat sembuh sumoi karena melihat keganjilan tubuhnya.” , “lalu apa yang kita lakukan suheng ! , kalau dia kemungkinan besar akan sembuh tentunya akan membuat kejahatan lagi.” , “benar sumoi

, dan jika kita bertemu kembali dengannya semoga thian memberi petunjuk bagaimana memunahkan keganjilan itu” sahut kwaa-han-bu

sejak saat itu keadaan tionggoan normal kembali walaupun tidak sebersih pada masa kim-khong-taihap yang nyaris tidak ada kejahatan dan kumpulan kejahatan yang tumbuh, hal ini dapat dimaklumi karena pah-sim-sai-jin telah menyelamatkan generasi pemegang prinsip kejahatan sebelum dihabisi oleh im- yang-sin-taihap dan ketika im-yang-sin-taihap memasuki wilayah barat kumpulan hek-te sudah tidak ada lagi dan telah menjadi penjahat yang terselubung atau mungkin bergabung dengan enam puluh pecahan pak-kek-hek-te yang menyebar diseluruh tionggoan

im-yang-sin-taihap tetap berusaha untuk menyelidiki keberadaan hek-te diwilayah barat sebagaimana ia lakukan pada wilayah selatan dan timur serta sebagian wilayah utara namun im-yang-sin-taihap tidak berhasil , hek-te memang sudah tidak ada sebagaimana kata pah-sim-sai-jin namun hek- to tetap ada namun saat ini keberadaan mereka laksana api dalam sekam , hangatnya masih tetap ada dan menghiasi perjalanan hidup dunia kangowu dan yang jelas kemungkinan yang tidak bisa dinafikan bahwa api dalam sekam itu bisa saja berkobar

im-yang-sin-taihap dan sumoinya dua tahun menyusuri wilayah barat sehingga ketika mereka sampai di pulau kura-kura umur kwaa-han-bu sudah berumur dua puluh lima tahun lebih dan kwee-kim-in sudah menjadi gadis dewasa yang cantik luar biasa berumur delapan belas tahun sementara ilmu im-yang- sian-lie-hoat sudah sempurna dikuasainya dan sudah satu tahun mempelajari im-yang-bun-sin-im-hoat dan hampir mencapai taraf kesempurnaan.

Sampai disini cerita im-yang-sin-taihap semoga ada mamfaat disamping sebagai hiburan bagi para pembaca yang budiman

Rajakelana , 30 Mei 2012

Bagaimanakah akhir dari pah-sim-sai-jin ? , lalu bagaimana pula dengan penantian putri kepala desa kang-hu dan can- hang-bi yang berusaha menjadi aliran sungai di jim-kok , dan bagimanakah nasib ketiga gadis binal penghayal sitampan rupawan im-yang-sin-taihap kao-hong-bi dan dua saudari seperguruannya , tanda tanya yang beruntun ini akan terjawab pada serial berikutnya yang berjudul

“SAI-JIN-LU” (KEMBALINYA SI MANUSIA RENDAH)

Tamat
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar