Pendekar Sakti Im Yang Jilid 5

Jilid 5

menatap istrinya dengan pandangan tidak setuju , “sudahlah ! kalau menurut saya , menantang pah-sim-sai-jin hanya memenatkan diri saja , karena orang sudah termakan dengan figur she-taihap dan tidak ada lagi tempat bagi pendekar lain dihati orang-orang , jadi biarkan saja orang-orang itu berharap pada she-taihap dan kita tengok apakah dia sanggup sendirian menghadapi pah-sim-sai-jin” sela ui-hai-sian dan kemudian dia berdiri , “mau kemanakah cianpwe !? tanya lui-kim , “aku rencana hari ini akan meninggalkan kota ini “ sahut ui-hai-sian , “baiklah cianpwe dan sekali lagi terimakasih atas semuanya” sela yo-hun , sambil mengangguk tersenyum ui-hai-sian keluar dari likoan ui-hai-sian kembali duduk dan lui-kim berkata , “keterlaluan she- taihap itu!” yo-hun memandang lui-kim terkejut dan kemudian dengan nada lembut yo-hun berkata , “kim-moi! Jangan terlalu cepat memberikan vonis pada seseorang apalagi dari hanya

kata seorang yang sakit hati .” , “koko ! ui-hai-sian itu sudah mendekati umur tujuh puluh enam puluh tahunan dan orang muda tidak bisa menghargainya itu keterlaluan” sahut lui-kim , “kim-moi ! kamu tahu siapa dan bagaimana she-taihap dari pulau kura-kura selama ratusan berlalu !?” , “aku tahu hun-ko , tapi tidak menjamin bahwa satu dari keturunan mereka tidak menyeleweng dan merasa remeh pada orang” sahut lui-kim , “benar bahwa tidak ada jaminan bahwa seorang dari she-taihap akan tetap adil dan bijak , namun kim-moi apakah menurutmu orang yang sudah membebaskan dua wilayah besar yakni selatan dan timur akan berbuat tidak adil pada orangtua” sela yo-hun , “tapi koko ! buktinya cianpwe ui-hai-sian diremehkan ole him-yang-sin-taihap” jawab lui-kim tidak mau kalah

“kamu salah kim-moi !” , “hmh… bagimana saya salah hun- ko!?” , “kim-moi dengarlah ! orang yang demikian besar perhatiannya pada orang banyak sebagaimana yang dilakukan im-yang-sin-taihap rasanya sulit diterima akan menyakiti hati cianpwe ui-hai-sian” , “lalu apakah menurut hun-ko ui-hai-sian mengada-ada !?” , “saya belum sampai pada penilaian itu sebelum saya melihatnya sendiri atau mendengar dari beberapa orang lain yang sama penilaiannya dengan ui-hai- sian” , “bagaimana menurut hun-ko mengenai cianpwe ui-hai-

sian!?” , “menurut saya ui-hai-sian itu aneh dan sukar ditebak” , “aneh bagaimana hun-ko!?” , “aneh karena prisnsip tindakan yang diperbuatnya cendrung mengharapkan pamrih setidaknya pujian dan nama besar dan itu terlihat jelas pada ungkapannya tadi seakan lepas tangan tentang tirani pah-sim-sai-jin” , “memang ! tapi koko , buktinya dia membantu kita melawan penghuni pulau neraka yang jelas anteknya pah-sim-sai-jin , “makanya saya katakan kim-moi , bahwa ui-hai-sian sulit ditebak , jadi tidak adil kita menilai im-yang-sin-taihap dari pandangan ui-hai-sian yang kita sendiri tidak kenal bagimana ke pribadiannya” sahut yo-hun , lui-kim mengannguk membenarkan suaminya

hang-bi dan tiga penghuni pulau neraka berhenti disebuah lembah setelah menjelang pagi, “bagimana !? apa selanjutnya yang kita lakukan !?” tanya hang-bi , “kita tunggu beberapa hari kemudian kita intai saat ui-hai-liong-siang dan ui-hai-sian berpisah” sahut ouw-ciong , “tidak disangka kedua orang yang sama terdampar dengan kita di pulau neraka memiliki ilmu yang tangguh seperti itu .” sela toan-lin , “benar ! entah di bagian pulau mana mereka mendapatkan ilmu itu.” sahut pouw-eng , kemudian kakek tua itu bangkotan itu juga tidak bisa dianggap remeh” sela toan-lin , kemudian mereka terdiam dengan pikiran masing-masing tentang kekauatn musuh mereka

Setelah cukup istirahat hang-bi dan tiga rekannya melanjutkan perjalanan , perjalanan cepat dilakukan hingga tiga minggu kemudian mereka sampai di kota lanzhou , ketika mereka memasuki kota tiba-tiba ma-tin-bouw muncul , “ternyata kalian di sini bi-sumoi!” tegurnya “hai…bouw-suheng!” sahut hang-bi , “bouw-suheng! ada apakah !?” tanya hang-bi , “suhu menyuruh saya mencari kalian dan mengajak kembali ke yinchuan.” , “ada apa suheng dan bukankah suheng ditugaskan suhu ke timur!? , “benar , dan situasi namun ditengah perjalanan aku bertemu dengan im-kan-kok-sianli-sam yang hendak menuju yinchuan” jawab tin-bouw

“apa yang terjadi dan kenapa thian-te-ong menyuruh kembali

!?”tanya toan-lin , “keadaan kita saat ini genting sekali , oh..ya kemana ciu-tong dan liu-sam !?” , “mereka sudah tewas ketika berhadapan dengan san-ji-liong” jawab hang-bi , “lalu ! bagaimana dengan san-ji-liong !?” , “mereka juga tewas.” sahut pouw-eng , “ada apa suheng!? genting bagaimana maksudmu?” , “kita sudah kehilangan kekuatan didua wilayah yakni selatan dan timur , ngo-ok-hengcia semuanya sudah tewas sementara im-kan-kok-sian-li tinggal dua orang dan sekarang sudah berada di yinchuan” , “hah..! bagaimana bisa demikian bouw-suheng!?” tanya hang-bi terkejut

“hal ini adalah ulah dari im-yang-sin-taihap dari pulau kura- kura.” Sahut tin-bouw , “kalau memang demikian halnya kita hanya punya kekuatan di utara saja.” Sela ouw-ciong , “maksud ciong-twako bagaimana!?” tanya tin-bouw , “maksudnya bahwa tidak ada yang tersisa dari hek-te kecuali yinchuan , karena yinchang juga sudah lepas karena see-kwee-liong telah tewas” sahut ouw-ciong , “siapa yang menewaskannya!?” tanya tin- bouw terkejut , “yang menewaskannya adalah ui-hai-liong- siang.” Sahut pouw-eng ,“aduh… kalau begitu marilah kita cepat menemui thian-te-ong dan melaporkan kondisi yang amat buruk ini” sela tin-bow , kemudian merekapn bergerak meninggalkan kota lanzhou menuju yinchuan

Kota He-hat perbatasan wilayah utara dan timur merupakan daerah yang ramai , berita tentang keadaan selatan dan barat sangat santer dikota itu terlebih ketika sebulan yang lalu im- kan-kok-sian-li melewati kota, maka semakin nyatalah bagi penduduk bahwa hek-te ditimur telah runtuh oleh pendekar muda she-taihap dari pulau kura-kura yang berjulukan im-yang- sin-taihap , harapan besar muncul bahwa tidak berapa lama lagi utara akan ketibaan giliran jika im-yang-sin-taihap memasuki wilayah mereka , wajah mereka menyiratkan penantian dan harapan munculnya pendekar bersabuk kuning muncul dan ingin melihat bagaimana perawakan pendekar yang dikabarkan amat tampan rupawan dan sakti tiada terlawan

Kwaa-han-bu memasuki kota He-hat , pendekar muda tampan berumur dua puluh satu tahun itu berjalan dengan santai dan tenang , wajahnya yang tampan penuh kelembutan bertatahkan senyum ramah yang menyejukkan , semua orang yang sibuk disepanjang jalan yang melihat kwaa-han-bu sejenak mengehntikan kesibukannya untuk melihat pemuda yang menghias harapan mereka selama beberapa bulan terakhir ini , bahkan ada beberapa orang yang yang segera mendekati kwaa-han-bu , “she-taihap yang budiman ternyata anda sudah sampai , marilah istirahat dan singgah di kedai makanku dan aku siangkoan-san ingin menjamu taihap” sela lelaki berumur lima puluh tahun lebih , “terimakasih siangkoan-siok yang baik akan penawaran yang ramah ini” sahut kwaa-han-bu

“benar sekali im-yang-sin-taihap , marilah singgahlah di kedai di kedai siangkoan-twako untuk menerima penyambutan kami ala kadarnya.” sela sorang lelaki berumur lima puluh tahun , kwaa- han-bu memandang tujuh lelaki yang sudah tergolong berumur yang menjura padanya , kwaa-han-bu dengan senyum ramah menagngguk dan mengikuti siangkoan-san dan diikuti enam orang yang lain dan juga mata banyak orang yang berkerumun saat melihat kedatangannya , sesampai didalam kedai , orang- orang yang juga sedang makan berdiri dan kwaa-han-bu melambaikan tangan kepada mereka

dua orang pelayan siangkoan-san yang melihat bahwa im- yang-sin-taihap memenuhi ajakan majikannya segera menggabung empat meja dan melapnya dengan cekatan “silahkan duduk taihap ! dan kalian siapkan dan hidangkanlah makanan kami beserta taihap” perintah siangkoan-san , segera dua orang itu menyiapkan hidangan untuk delapan orang dan dalam waktu yang tidak lama hidanganpun sudah tersedia diatas meja , “marilah kita makan dulu taihap !” ajak siangkoan- san , lalu merekapun makan dengan lahapnya , jamuan itu memang mendadak dan sederhana namun begitu bermakna dalam pandangan orang-orang disekitar kedai yang menyaksikannya setelah selesai makan , “siankoan-siok dan para paman yang baik , jamuan ini sungguh membuat aku merasa terkesima dan terenyuh , dan saya ucapkan terimaksih banyak atas hal yang

tiada diduga ini” sela kwaa-han-bu , “she-taihap yang budiman ! dibilang mendadak benar juga , tapi sebenarnya taihap kami sudah mewanti-wanti selama dua minggu ini bahwa taihap akan lewat kota kami dan kami bertujuh sudah sepakat kalau

taihap lewat akan kami jamu walaupun sederhana.” sahut soangkoan-san , “terimakasih atas perhatian yang demikian besar yang paman semua tunjukkan pada siauwte.” , “hal yang kami lakukan taihap! tidaklah ada apa-apanya dengan apa yang telah taihap lakukan untuk kebaikan orang banyak” sahut siangkoan-san , “benar sekali taihap , kami sudah mendengar apa yang terjadi diselatan dan di timur , dan pengaruhnya juga sudah kami rasakan , karena seluruh hek-te yang beroperasi disini sebulan lebih yang lalu sudah meninggalkan kota bersama im-kan-kok-sianli-sam” sela kam-liang pedagan kain yang berseberangan dengan kedai siangkoan-san

„ooh demikian kam-siok !?” tanya han-bu , “benar sekali taihap dan kenyataan itu sunguh membuat kami merasa lega dan bahagia.” sahut bu-hong pedagang perabotan yang ada disamping kedai siangkoan-san , “syukurlah kalau kota He-hat telah mengalami hal yang melegakan,” sela han-bu “dan itu semua tiada lain adalah berkat keberadaan dan kemunculan taihap yang dengaan gigih menumpas tirani sejak dari Kaifeng sampai sekarang sampai di kota He-hat” sela siangkoan-san , “para paman yang baik , itu sudah menjadi amanah hidup saya dan tiada lain tujuan saya adalah bahwa saya dapat bermamfaat bagi orang lain dan jika kenyataan bahwa saya dapat melegakan hati semua orang besar syukur saya pada thian” sahut han-bu terenyuh

“selanjutnya paman ! jika im-kan-kok-sianli-sam sudah meninggalkan kota sebulan yang lalu yang tentunya menuju tempat pah-sim-sai-jin di yinchuan maka sebaiknya saya juga akan bergegas kesana dan semoga thian membantu saya untuk menundukkan mereka.” Sela han-bu , “kalau memang demikian maksud she-taihap , kami juga tidak menahan dan pertemuan ini telah memberikan kepuasan bagi kami telah dapat menjamu dan bercakap-cakap dengan taihap” sahut

siankoan-san , lalu merekapun berdiri dan melepas kwaa-han- bu meninggalkan kota He-hat

Dua hari kemudian Kwaa-han-bu sampai disebuah bukit yang banyak di tumbuhi semak-semak yang panjang dan lebat , pemandangannya demikian lepas , angin yang berhembus kuat membuat padang semak itu bagikan riak air telaga yang hijau , kwaa-han-bu duduk menatap kelembah sambil menikmati gemerisik suara semak yang dipermainkan hembusan angin , kemudian han-bu membakar dendeng kering persediannya dan tiba-tiba terdengar lantunan nyanyian diiringi petikan yang-khim

Im -Yang merupakan dua berkah Ketetapan Thian yang tidak salah Bukit berpasangan dengan lembah Darat dan laut dua area yang indah Terang dan gelap dua bagian celah Hidup dan mati dua hal yang lumrah Sehat dijaga supaya sakit tida mudah Baik dijaga supaya jahat bisa dipilah kaya tidak lupa miskin tidak latah

Riang tidak lalai sengsara tidak serapah

Kwaa-han-bu yang menyimak bunyi nyanyian itu tiba-tiba membalas

Sungguh kata-kata yang sarat makna Mengandung nilai ajaran bijaklaksana

Im-Yang kehendak Thian maha sempurna Jalani sesuai aturan seimbanglah alam raya

Setelah itu muncullah seorang kakek yang sudah amat tua, rias wajahnya lembut mengharukan pandangannya teduh menyejukkan dan dengan senyum yang ramah dan menyenangkan menyapa kwaa-han-bu , “anak muda yang baik

! siapakah namamu!?“ , “kakek yang bijak ! namaku adalah kwaa-han-bu.” jawab kwaa-han-bu , , “sabuk tersampir diatas bahu , kipas terselip dipengikat baju , kata-kata menunjukkan khazanah ilmu , tentulah ini im-yang-sin-taihap dari sebuah pulau” mendengar ungkapan itu kwaa-han-bu tersenyum menatap sang kakek , “benar sekali apa yang kakek duga , bahwa siauwte datang dari pulau kura-kura , lalu siapakah gerangan kakek yang bijaksana” sahut kwaa-han-bu , “aku adalah she-kam” jawab sikakek yang ternyata adalah koai-lojin kam-han-ki Kwaa-han-bu langsung berlutut dan menjura dalam , “sungguh siauwte tidak tahu diri , terimalah hormat dari siawte pada sukongcouw yang bijak bestari” kam-han-ki tersenyum lembut , “kwaa-han-bu berdirilah..!” kwaa-han-bu berdiri manut , “sekarang ! keluarkan ilmu keluarga kam yang dirangkum oleh buyutmu kim-khong-taihap!” lalu kwaa-han-bu mengeluarkan ilmu “im-yang-bun-sin-im-hoat” gerakan yang indah penuh seni dengan melukis diudara diiringin suara gemerisik dalam setiap gerakan , gerakan itu begitu indah , rumit dan kokoh , koai-lojin sambil duduk serius memperhatikan seluruh gerakan ilmu yang dimainkan kwaa-han-bu dan matanya berbinar puas dan senyumnya merekah , kwa-han-bu sampai setengah hari memperagakan ilmu im-yang-bun-sin-im-hoat

Setelah berhenti koai-lojin berkata , “sungguh indah dan kuat ilmu yang kamu peragakan han-bu!” , “petunjuk sukong-couw masih sangat saya harapkan.” sahut kwaa-han-bu , “tidak ada lagi yang ingin ditambahkan dari ilmu im-yang-bun-sim-im-hoat kecuali senjatanya yakni sepasang mouwpit” sahut koai-lojin sambil memberikan dua buah mouwpit kepada kwaa-han-bu , kwaa-han-bu menerima dua mouwpit itu sambil menjura, “bu-ji

…ketahuilah ! disamping kekuatan yang besar seiring dengan tanggung jawab yang besar pula , maka jangan lupa anakku bahwa amanah dipundakmu sesuai dengan apa yang kamu mampu” , “tecu akan sedaya upaya untuk menginngat nasihat sukongcouw.” sahut kwaa-han-bu “Baiklah bu-ji ! sekarang kita berpisah dan lanjutkanlah tugasmu dan berbahagialah orang yang masih mampu menjalankan tugas dan tanggungjawabnya” sela koai-lojin sambil berdiri dan melangkah kearah lembah meninggalkan kwaa-han-bu , kwaa-han-bu masih berlutut menunduk sampai koai-lojin hilang di telan rerimbunan hutan , kemudian kwaa- han-bu menuruni bukit dengan cepat karena hari sudah sore , larinya yang bagai kilat sehingga sebentar saja kwaa-han-bu sudah melintas dijalan setapak dengan kecepatan lari yang tetap gesit melintasi alam wilayah utara

Dua minggu kemudian kwaa-han-bu memasuki kota pengbun saat matahari terbit , dan ketika han-bu melewati sebuah rumah, kwaa-han-bu tertarik melihat seorang perempuan remaja yang cantik dan mungil berumur tiga belas tahun sedang berlatih ilmu silat , hal yang membuat kwaa-han-bu tertarik adalah jurus yang dikeluarkan oleh perempuan remaja itu, kwaa-han-bu berhenti dan memperhatikan dengan serius jurus-jurus yang di mainkan, perempuan remaja itu terus bergerak demikian gesit dan mantap dan ketika ia melihat kwaa-han-bu , ia langsung menyerang kwaa-han-bu

“pak-kek-hek-te mau meminta hajaran lagi, rasakan ini pukulan nonanmu !” bentaknya , Kwaa-han-bu sambil tersenyum lembut berkelit , “aku bukan pak-kek-hek-te nona kecil yang cantik ! , perempuan remaja itu terus mengejar dengan serangan- serangan yang dahsyat dan mantap semakin membuat kwaa- han-bu penasaran karena ilmu yang dikeluarkan oleh perempuan remaja itu menyerangnya adalah ilmu keluarganya yaitu im-yang-pat-hoat dan ketika berlatih tadi sepintas perempuan itu mengeluarkan “in-coan-sin-yan” dan “kim-peng- hok-te-pat”

“hebat..luar biasa … sungguh tepat tiada cacat dan kurang.” sela kwaa-han-bu memuji , perempuan remaja itu semakin kesal dan heran karena jurusnya dipuji namun tidak sedikitpun mengenai pemuda yang juga mengelak seluruh serangannya dengan “kim-peng-hok-te-pat” , ketika seorang wanita tiga puluh lima keluar dari dalam rumah , “in-ji..! serunya dengan wajah pucat karena melihat pertempuran yang berlangsung seru dan cepat , mendengar seruan itu gadis kecil itu berhenti dan kwaa- han-bu juga berhenti dan menatap wanita cantik yang menyeru

Kwaa-han-bu menjura , “maafkan aku kouwnio karena telah mengganggu sepagi ini.” wanita itu memandang pemuda

tampan yang berlaku sopan dihadapannya , “in-ji, kenapa kamu bertempur dengan pemuda ini !?” , “ibu ! dia berdiri didepan halaman rumah kita dan melihat aku sedang berlatih , tentu dia ini adalah anggota pak-kek-hek-te.” sahut gadis kecil itu , “maaf

! aku bukanlah anggota pak-kek-hek-te, kouwnio.” sela kwaa- han-bu , “jika tidak kenapa kamu mengintai rumah kami !? , apa anggota pak-kek-hek-te dikota ini belum jera setelah kuhajar habis-habisan!?‟ sahut gadiis kecil itu tajam, “siapakah kamu anak muda !?” tanya sang ibu , “saya kwaa-han-bu seorang perantau yang berkebetulan lewat , saya baru pagi ini masuk kota pengbun.” jawan kwaa-han-bu ramah “bu..! aku tidak percaya ! karena dia juga telah berhasil mencuri ilmu keluarga kita!” , “apa maksudmu in-ji !?” tanya sang ibu , “dia mengetahui semua gerakanku dan juga mengeluarkan ilmu yang sama dengan apa yang aku gunakan menyerangnya!” sang ibu melihat kwaa-han-bu dengan pandangan heran , “maaf bibi! justru karena hal itulah saya berhenti dan tertarik ketika adik kecil ini mengeluarkan jurus yang juga saya miliki.” Sela kwaa-han-bu , “han-bu , saya ini tidak tahu ilmu silat , namun jika ada kesamaan ilmu diantara kamu dan putriku tentu ada sebabnya , jadi katakan kepada kami darimana kamu dapatkan ilmu yang kata kamu sama dengan ilmu putri saya”

“benar sekali apa yang bibi katakan dan saya juga ingin tahu sebab persamaan ilmu yang saya miliki dengan adik ini..” , “jika demikian , katakanlah han-bu darimana kamu dapatkan ilmu kamu itu!” , “bibi ! ilmu saya juga adalah ilmu keluarga saya di pulau kura-kura” , “sudah.., kalau begitu han-bu ! jika engkau dari pulau-kura-kura maka kita ini keluarga , jadi mari masuk kedalam rumah.” Sela sang ibu memotong perkatan kwaa-han- bu , lalu kwaa-han-bu mengikuti perempuan dan anaknya memasuki rumah

“han-bu ! , saya adalah tan-cui-sian istri dari she-taihap kwee- thian dan ini anak kami kwee-kim-in.” kwaa-han-bu terkejut , “ohh..demikian ternyata., terimalah hormat saya bibi!” sela kwaa-han-bu sambil menjura , “bu-ji ! saya memang istri kwee- thian namun saya ini tidak pernah hidup dekat dengan keluarga besar dari she-taihap , karena saya menikah dengan ayahnya kim-in ketika mereka sedang dalam menghadapi tirani pah-sim- sai-jin , jadi saya tidak mengenal benar semua keluarga she-

taihap.” kwaa-han-bu manggut-manggut , “bibi ! saya adalah cucu buyut dari kwee-hong-in anak bungsu dari kim-khong- taihap”

“hmh… jadi jelaslah bagi kita bahwa memang kalian adalah saudara seperguruan dan orang sendiri , in-ji ! kau minta maaf pada suhengmu karena telah lancang melawannya , “ah.. tidak bibi ! bukan salah in-sumoi .”suheng ! maafkan aku karena

telah berlaku lancang tadi!” kim-in menjura dan minta maaf membuat kwaa-han-bu merasa risih lalu menjawab dengan datar , “saya juga demikian sumoi….”

Kwaa-han-bu merasa terharu bahwa ternyata masih ada saudaranya yang masih hidup keturunan dari she-taihap pamannya kwee-thian ,“han-bu ! hendak kemanakah sebenarnya tujuanmu !?” , “saya hendak ke yinchuan bibi.” , eh

..! bukankah yincuan tempat pak-kek-hek-te yang langsung dipimpin oleh pah-sim-sai-jin?”

“benar bibi ! dan oleh karena itu saya harus kesana untuk menundukkanya , “hmh.. hal itu memang sudah satu kemestian bagi she-taihap dan semoga kamu dapat menjalankan tugasmu dengan baik bu-ji” , “saya juga bercita-cita demikian ibu , melenyapkan pah-sim-sai-jin dan antek-anteknya dari muka bumi!” sela kim-in dengan nada semangat , “jadi suheng ! kamu tidak sendirian karena ada aku yang akan membantu” tambahnya , kwaa-han-bu tersenyum mendengar pernyataan yang penuh semangat itu , “tentu sumoi kalau kamu nanti sudah cukup kuat untuk melakukannya”

“suheng umurku memang baru tiga belas tahun namun aku sudah mampu menghajar anak buah pak-kek-hek-te di kota ini yang berani macam-macam.” , “bu-ji ! adikmu mempelajari ilmu silat dari kitab yang ditinggalkan ayahnya ketika kembali ketimur, dan sejak berumur lima tahun kim-ji sudah mulai mempelajarinya , saya sendiri tidak tahu bagaimana untuk mengajarinya karena saya ini bukan ahli silat.” , “bibi! saya sangat senang dengan pertemuan tidak diduga ini dan kenyataan saya masih punya keluarga dan saudara membuat saya haru dan bahagia.” , “jika demikian bu-ji tinggallah sementara waktu disini dan matangkanlah apa yang di kuasai adikmu kim-in!” , “itu sudah pasti bibi.” , “ah… benarkah suheng!? suheng akan melatih dan menambah pelajaranku!?” sela kim-in dengan mata berbinar gembira

“benar sumoi dan saya akan tinggal sementara waktu bersama bibi dan kamu” sahut kwaa-han-bu , kwaa-han-bu serasa bahwa kim-in memiliki hak yang sama akan warisan yang ada di pulau kura-kura maka ia memiliki niat untuk berbagi dengan kim-in selaku saudara yang masih hidup dan sejak itu tinggallah im-yang-sin-taihap bersama bibi dan sumoinya di pengbun , kwaa-han-bu melatih kim-in dan mematangkan ilmu yang sudah dipelajari oleh kim-in seperti enam ilmu ciptaan kim-khong- taihap dari saripati ilmu keenam istrinya dan juga ilmu im-yang- pat-hoat hubungan yang demikian erat dan terikat membuat keduanya dekat , kim-in yang mungil sangat periang namun bersahaja dan penurut sementara kwaa-han-bu yang tegas berkharisma membuat hubungan mereka saling menyayangi , tan-cui-sian sangat senang dan bahagia melihat anak dan keponakannya ini

, dia tidak bisa memungkiri bahwa pribadi kwee-thian yang berwibawa dan bersahaja menurun pada putrinya kim-in walaupun kim-in tidak pernah melihat ayahnya , bahkan kwee- thian tidak tahu bahwa cui-sian istrinya mengandung anaknya ketika meninggalkan cui-sian untuk kembali ketimur

dan kalau melihat pribadi kwaa-han-bu dia makin takluk betapa seluruh she-taihap merupakan keluarga ungulan lahiriyah maupun batiniyah , lahiriyahnya she-taihap adalah pendekar luar biasa dengan segudang ilmu yang tiada tandingan dan batiniyahnya juga she-taihap merupakan manusia-manusia bijak berkharisma dengan segudang pribudi yang tinggi dan agung , tan-cui-sian merasa bersyukur bahwa thian memilih dia menjadi ibu dari salah seorang she-taihap

waktu berjalan dengan cepat hingga tidak terasa satu tahun sudah kwaa-han-bu bersama bibi dan sumoinya , kim-in sudah berumur empat belas tahun sementara kwaa-han-bu berumur dua puluh dua tahun dan tujuh ilmu yang dikuasai oleh kim-in sudah dimatangkan oleh kwaa-han-bu sehingga kim-in merasa sin-kang dan gin-kangnya betambah kuat berlipat-lipat dan juga kwaa-han-bu telah mengajarkan ilmu “siulian-tin-liong “ berupa ilmu daya tahan tempur dan ilmu “goat-koan-sim-hang” berupa ilmu menghilang

suatu hari setelah latihan dibelakang rumah , “sumoi ! masih banyak lagi yang ingin saya bagi denganmu , sementara saya harus melanjutkan tugas keluarga kita meredam tirani pah-sim- sai-jin” , “suheng ! selama setahun ilmuku sudah dimatangkan dan juga ditambah oleh suheng , dan aku sangat berterimakasih suheng , dan tugas keluarga menanti maka bawalah aku suheng bersamamu!” kwaa-han-bu tersenyum lembut , hatinya merasa ungkapan nada kesatria itu lumrah karena memang demikianlah karakter keluarganya dari dulu dan juga disudut hatinya yang paling dalam tidak ingin berpisah dari sumoinya ini namun dia harus tahu keputusan tertinggi ada pada bibinya , “sumoi ! hal itu akan kita sampaikan pada bibi dan tentu apa kata bibi maka itulah yang harus taati , bukan!? , kim-in mengangguk tegas

lalu keduanya menghadap tan-cui-sian , “bibi , sudah selama setahun saya menetap disini , sementara tugas untuk meredam tirani pah-sim-sai-jin sepatutnya untuk dilakukan , maka untuk itu bibi saya akan melanjutkan dulu tugas yang tertunda ini.” , “hmh… bu-ji ! jika demikian halnya , tunaikanlah tugasmu itu dan aku harap semoga thian memberikan kemudahan bagimu untuk malaksanakannya” jawab tan-cui-sian , “dan juga ibu ! saya harap ibu memperkenankan saya untuk menyertai suheng untuk menunaikan tugas yang sudah menjadi tugas keluarga itu “ sela kim-in , tan-cui-sian memandang putrinya dan kwaa-han- bu , “bu-ji ! menurutmu apakah adikmu sudah bisa diandalkan untuk tugas yang berbahaya itu !?

“bibi ! sumoi sejak awal sudah bisa diandalkan,” , “hmh… jika demikian bu-ji ! hatiku lega dan harus kuakui memang kalian ini keturunan luarbiasa maka bu-ji kuserahkan adikmu ini dalam pengawasan dan tanggung jawabmu selama aku tidak bersamanya!” , “amanat bibi akan ku pegang dan kugigit dengan gigi gerahamku.” , “baiklah bu-ji ! kapan kalian akan berangkat !? , “jika diperkenankan saya dan sumoi akan berangkat besok lusa , “baik… berangkatlah kalian besok lusa dan bu-ji..! jaga adikmu dengan baik dan hanya kalian yang tersisa dari she-taihap setelah apa yang dilakukan oleh pah- sim-sai-jin.” Kwaa-han-bu mengangguk , kemudian merekapun membersihkan diri dan makan siang

kota yinchuan dimana pah-sim-sa-jin dan anggota pak-kek-hek- te sedang mengadakan pertemuan penting dan menegangkan , wajah pah-sim-sai-jin yang burik semakin berkedut karena hatinya sedang jengkel , kedatangan im-kan-kok-sianli-sam yang bercerita mengenaia keadaan yang dialami membuat hatinya gelisah dan kesal , maka dia menyuruh ma-tin-bouw mencari lie-sam dan rombongan yang sedang mencari jejak musuh-musuhnya , pagi hari ma-tin-bouw datang bersama hang-bi dan tiga penghuni pulau neraka

“hang-bi ! dimana saudaramu yang lain!?” , “kami telah berhasil menewaskan san-ji-liong suhu !, namun ciu-tong dan liu-sam juga ikut tewas , “bangsat ! ngo-ok-hengcia telah tewas , seorang dari im-kan-kok-sianli-san juga demikian lalu tiga dari kalian juga sudah tewas “ gigi pah-sim-sai-jin gemeretuk karena marahnya , “disamping itu juga suhu , saya ingin menyampaikan bahwa see-kwi-liong juga telah tewas di xining oleh ui-hai-liong-siang dan kami hampir dapat membunuh sepasang pendekar itu namun tiba-tiba muncul ui-hai-sian sehingga kami terdesak.” mendengar laporan itu wajah yang tadinya jengkel menjadi marah tidak terhingga sehingga pegangan kursi remuk dan jadi tepung ditangan pah-sim-sai-jin

“kumpulkan semua anggota didalam lianbhutia! Perintahnya , hang-bi dan ma-tin-bouw segera bangkit dan melakukan yang diperintah dan tidak berapa lama hang-ni melaporkan bahwa semua anakbuah sudah berada di lianbhutia , kemudian pah- sim-saijin dan im-kan-kok bangkit dan menuju lianbhutia disusul oleh tiga penghuni pulau neraka , “kalian dikumpulkan semua untuk persiapan menghadapi situasi genting dan menjengkelkan ini!” semuanya terdiam dan menunduk

“thian-te-ong yang mulia , kami siap untuk hal apa saja untuk melakukan apa yang thian-te-ong perintahkan !” sahut seorang murid kepala , “hmh..! baiklah , kalian semua dengarlah , hek-te hari ini akan saya bubarkan!” semuanya terkejut mendengar perkataan pah-sim-sai-jin , “thian-te-ong yang mulia kenapa harus dibubarkan !?” tanya lou-sian , “lisian ! hek-te hanya tinggal kota yinchuan sementara yang lain sudah lenyap ,jadi tidak mengapa hek-te lenyap dari tionggoan namun hek-to harus tetap ada.” Jadi apa rencana rencana thian-te-ong selanjutnya!?” , “rencana saya lu-eng adalah menyelamatkan pemeluk prinsip dari hekte yang sudah saya ditanamkan sejak dulu” , “caranya bagaimana thian-te-ong !?” sela ouw-ciong ,

“caranya adalah memperluas daerah kelompok hek-to , jadi kepada sepuluh murid kepala dan lima puluh orang murid pertama saya perintahkan untuk menyebar kemana saja di seluruh tionggoan dengan membawa lima belas orang rekan kalian dan kalian bina kumpulan itu dengan nama lain entah itu bajak laut , rampok , maling atau gerombolan penjahat dibalik nama bukoan atau piuwkiok ,jadilah momok menakutkan dimana kalian berada!” , “lalu sisanya bagaimana suhu !?” tanya hang-bi , “dan tiga ratus sisanya , seratus orang ikut kamu dan seratus orang ikut ma-tin-bouw , terserah kalian mau menjadi momok dimana dan yang seratus tetap dengan saya di sini ”

“lalu ! kami bagaimana thian-te-ong !?” tanya lu-eng , “im-kan- kok-sianli-ji” (dua bidadari dari lembah akhirat) dan tiga penghuni pulau neraka tetap juga bersama saya dan kita akan menghabisi im-yang-sin-taihap , ui-hai-sian maupun ui-hai- liong-siang!” , :lalau kapan rencana thian-te-ong ini dilakukan” tanya lou-sian , “rencana ini akian dijalankan mulai besok, apakah kalian mengerti !? , “kami mengerti thian-te-ong yang mulia, “baguslah kalau begitu , jadi bubarlah kalian dan kemasi harta kalian!” semua anggota pak-kek-hekyr bubar

Keesokan harinya kota- yinchuan berangsur-angsur sepi , pah- sim sai-jin yang berumur empat puluh lima tahun sudah menjalankan trik penyelamatan pemeluk prinsip hidup yang ditanamkannya selama ini , tiga malam berikutnya saat makan malam selesai , “thian-te-ong ! bukankah keputusan yang telah thian-te-ong ambil terkesan kita mengalah pada im-yang-sin- taihap dengan membubarkan hek-te !? , “tidak lu-eng , karena keputusan saya itu hanyalah untuk penyelamatan prinsip yang telah ditanam selama ini, hek-te dikatakan kalah jika memang kita telah di tewaskan oleh im-yang-sin-taihap.” sahut pah-sim- sai-jin

“lalu apa rencana thian-te-ong untuk menghadapi kemunculan im-yang-sin-taihap di kota ini !?” , “jika di datang maka hal itu yang saya tunggu-tunggu karena saya ingin sekali melenyapkan dia dari muka bumi ini , “namun dia sangat sakti thian-te-ong!” , “lou-sian ! apakah menurutmu saya akan kalah dengan pemuda ingusan itu !? lou-sian terdiam mendengar ungkapan dengan nada tidak senang dari pah-sim-sai-jin , kemudian dia berkata , “maksud saya bukan demikian thian-te- ong , hanya saja saya ingin thian-te-ong lebih mengenal musuh yang akan dihadapi” , “hmh.. kalau begitu gambarkanlah pada saya kehebatan im-yang-sin-taihap!” , “im-yang sin-tai-hap , mampu mengalahakan keroyokan ngo-ok-hengcia dan im-kan- sianli-sam” sahut lou-sian

“dan kalian semua , jika masih hidup maka kalian akan tewas jika melawanku , jadi lou-sian kamu tidak usah cemas bahwa saya akan kalah dari im-yang-sin-taihap” sahut pah-sim-sai-jin sambil tersenyum sinis , kelima orang itu terkesima mendengar jawaban pah-sim-sai-jin , “jika demikian thian-te-ong ! lalu kenapa hek-te tidak dipertahankan !?” sela toan-lin , “karena tiga wilayah sudah runtuh dan tidak perlu kita menegakkan benang basah tapi kita menegakkan benang baru dengan nama baru.” sahut pah-sim sai-jin dan kelima rekannya manggut-manggut melihat ketepatan keputusan pah-sim-sai-jin

“terus bagaimana kekuatan ui-hai-liong-siang !? pah-sim-sai-jin tiba-tiba bertanya menatap ouw-ciong , “hmh,,,, seorang dari ui- hai-liong-siang imbang dengan keroyokan dua orang dengan kami “ , “hmh… terus bagaimana dengan ui-hai-sian !?” , “ui-hai sian akan kalah jika kami keroyok berdua , dia hanya setingkat diatas seorang dari kami “ sahut toan-lin , “jadi artinya im-yang- sin-taihap yang menjadi batu sandungan terbesar bagi kita dan itu bagian saya.” kata pah-sim-sai-jin tenang dan meyakinkan dan membuat kelima rekanya lega

Dua minggu setelah meninggalkan kota yinchuan Can-hang-bi dan seratus anak buahnya sampai dikota Bao , pimpinan hek-te dikota itu adalah pemilik rumah bordir bernama cu-jeng-ji , kedatangan can-hang-bi disambut baik oleh cu-jeng-ji dan dijamu dengan sebuah pesta , “sungguh kunjungan dari bi-suci membuat hatiku senang , tapi kenapa bi-suci membawa anak buah yang banyak !?” , “dengarlah ji-te , suhu thian-te-ong telah memutuskan bahwa hek-te telah dibubarkan , namun hek-to

tetap harus ditumbuh kembangkan” , “kenapa hek-te dibubarkan thian-te-ong suci!?” , “karena hek-te di tiga wilayah sudah tidak ada lagi dan semua anak buah di kota yinchuan telah dibagi enam puluh dua pimpinan dan menyebar keseluruh tionggoan” , “apakah bi-suci salah satu dari pimpinan yang disebar thian-te-ong!?” , “benar ji-te!” , “jika demikian apa yang hendak suci lakukan !?”

“saya akan menatap di kota bao ini , jadi saya harap ji-te mendukung saya!” , “tentu bi-suci , saya akan mendukung dan kira-kira apa yang dapat saya Bantu bi-suci!?” , “sector apa saja yang kalian operasikan dikota ini !? , “hek-te yang beroperasi disini memiliki empat rumah bordir , enam pokoan dan delapan likoan.” sahut jeng-ji , “hmh… kalau begitu saya akan mendirikan sebuah bukoan , jadi tempat yang mana bagian dari pinggir kota yang bagus menurutmu!?” jenng-ji diam sambil berpikir , “hmh… menurut saya diluar gerbang utara ada sebuah lembah yang sangat bagus kira-kira dua jam perjalanan dari gerbang kota” , “kalau begitu , besok bawa kami kesana !” , “baik bi-suci , dan malam ini marilah kita lewatkan malam dengan bersenang-senang!” jeng-ji tersenyum sambil mengedipkan mata , “hik..hik..… ide yang bagus ji-te , apa kamu siap dengan pesta yang akan kita adakan !? ,

“hehehe..heheh , tentu bi-suci.” sahut jeng-ji sambil meraih jemari hang-bi , dan akhirnya pesta itu berpindah kekamar dan pesta mesum pun berlangsung

keesokan harinya jeng-ji membawa hang-bi ke lembah sebelah gerbang utara , lembah itu sangat sejuk oleh tiupan angin yang berhembus dari sebuah danau yang luas , nama lembah itu adalah “jim-kok” (lembah unggas) , “hmh tempat yang bagus dan tepat “ sela hang-bi , setelah puas melihat-lihat kemudian merekapun kembali kekota , hang-bi mengumpulkan seratus anak buahnya , “kita akan bertempat di kok-jim sebelah utara kota , jadi malam ini kalian rampok harta para hartawan dan toko yang menyediakan alat-alat bangunan yang ada dikota ini untuk keperluan membangun tempat kita di lembah itu !” , “baik- suci “ jawab mereka serempak dan malamnya merekapun bergerak menyatroni rumah hartawan atas petunjuk jeng-ji , selama tiga hari keperluan untuk pembangunan itu pun didapatkan , lalu seratus orang dan diabntu oleh jeng-ji serta rekan-rekannya

tiga bulan kemudian tempat kediaman itu pun selesai , hang-bi mengadakan pesta memasuki empat baru itu , hang-bi menamakan tempat itu “hong-houw-kok-bukoan” (perguruan lembah ratu) , sejak itu hang-bi yang berumur tiga puluh tahun menjadi guru besar mengajari seretus anak buahnya dan selain belajar , anak buahnya ini melakukan tindakan kejahatan berupa perampok dan pemerkosa , selama enam bulan keberadan hong-houw-kok-bukoan rakyat kota bao makin sengsara berselimut cemas dan takut , bebrapa lelaki muda yang tampan jadi incaran hang-bi untuk dijadikan kelinci pemuas birahinya , dan orang-orang menjulukinya dengan “biciong-bi-moli” (setan cantik tak berperasaan)

sepuluh orang anak buah biciong-bi-moli memasuki sebuah desa kang-hu sebelah utara kota bao , sepuluh orang itu membuat onar dan merusak rumah dan mengambil paksa hasil panen , beberapa penduduk cepat melapor kepada cia-peng yang menjadi jungcu , cia-jungcu dulunya adalah seorang pendekar keturunan kunlun-pai sementara istrinya adalah tang- siulan adalah keturunan dari ciangbujin thaisan-pai , awalnya keduanya hidup sebagai pedagang di yinchuan , namun setelah pah-sim-sai-jin menjadi yinchuan jadi tempat pak-kek-hek-te , cia-peng membawa kelurganya pindah kedesa kang-hu dan hidup sebagai petani dan karena keberadaan keluarga cia didesa itu orang-orang hek-te yang beroperasi di kota bao tidak bisa berlaku sewenang-wenang .

cia-peng memiliki seorang anak gadis yang cantik menawan berumur delapan belas tahun bernama cia-sian-li , cia-sian-li bukan gadis lemah , dia mempelajari ilmu kunlun-pai dan thaisan-pai , cia-sian-li adalah kembang desa buah bibir para pemuda kampung dan teman yang nyaman bagi gadis-gadis seusianya , ketika dua orang penduduk yang datang melaporkan kedatangan gerombolan yang mengacau , keluarga cia baru saja selesai makan siang , “ada apa jiwi-sicu

!?” tanya cia-peng menyambut keduanya di ruang tengah , “cia- taijin , rumah ma-keng di rusak sepuluh orang pengacau dan mengambil paksa hasil panen.” Cia-sian-li yang mendengar itu diam-diam keluar rumah dan menuju tempat kejadian

sepuluh orang itu sedang mengeluarkan hasil panen dari dalam gudang pemilik rumah , mereka berhenti ketika sian-li muncul , “suheng ! ternyata dikangpung ini ada bidadri aih…

cantiknya…” sela seorang diantara mereka , “kalau begini jadi kelonan bisa dua minggu saya nggak mau keluar kamar” sahut yang lain , “pengacau tengik !” bentak cia-sian-li sambil bergerak menampar muka kedua orang yang ngomong bernada tidak senonoh itu , “plak..plak…” kedua orang itu tidak berdaya mengelak sehingga mulut mereka pecah mengeluarkan darah karena keras dan pedasnya tamparan itu , “heheh…heheh , yang begini ini calon istri saya kata pimpinan rombongan itu sambil membasahkan bibirnya dengan ujung lidahnya , “cih..! kalian ini pengacau kurangajar rupanya , rasakan hajaran dari nonamu !” bentak sian-li dan dengan gesit ia menyerang pimpinan rombongan dan pertempuran seru berlangsung dan dalam lima puluh jurus pimpinan rombongan itu terlempar dan ambruk ketanah dengan nafas sesak karena pukulan sian-li menghantam dadanya , melihat hal itu sembilan orang rekannya serempak menyerang

cia-sian-li laksana burung walet memukul dan merubuhkan sembilan orang itu dan dalam waktu satu jam sembilan orang itu sudah roboh dan tidak berdaya karena menderita luka dalam yang cukup parah , akhirnya sepuluh orang itu dengan tertatih- tatih keluar dari desa kanghu , cia-peng yang sudah berada disitu mendekati pemilik rumah , “bagaimana keadaanmu ma- sicu !?” , “syukurlah cia-sioacia cepat bertindak taijin sehingga kami dan keluarga tidak menrima perlakuan yang lebih kejam dari para pengecau itu” sahut ma-keng , “apakah kalian tahu siapa para pengacau itu !? teriak cia-peng kepada orang-orang yang berkumpul disekitar tempat itu , seorang datang mendekat dan berkata , “cia-jungcu ! sebaiknya kita hati-hati , sepuluh orang itu sepertinya gerombolan yang baru muncul di kota bao yang bersarang di jim-kok.”

“hmh… kalau demikian mulai hari ini kita siagakan diri kita dan perketat penjagaan kampung dan untuk mengantisipasi beberapa peronda akan ditempatkan di ujung masuk desa sebelah kedatangan dari kota bao” sahut cia-peng tegas , penduduk yang berkumpul mengangguk dan siap melaksanakan perintah jung-cu mereka yang baik hati lagi sakti, sementara sepuluh orang itu memaksakan diri untuk kembali ke jim-kok sehingga dari mereka yang terluka parah beberapa kali pingsan ditengah jalan sehingga mereka harus berhenti , pimpinan rombongan yang paling parah bahkan mukanya sudah pucat , “sudahlah , kalian yang luka ringan cepatlah melapor ke pada suci !” , dua orang dari mereka yang luka ringan segera berlari

tiga jam kemudian keduanya lalu keduanya menghadap kepada can-hang-bi yang sedang bersenda gurau dengan cu-jeng-ji ditaman , “maaf suci! kami mau melaporkan bahwa kami gagal mengobrak-abrik desa kanghu” , “hmh…,kenapa gagal !?” tanya hang-bi dengan nada marah , “didesa kanghu ternyata ada seorang gadis yang sakti dan kami tidak berdaya melawannya , “apa kalian memasuki desa kanghu !? tanya cu- jeng-ji , “benar twako ! , “hmh…. desa itu memang dari dulu

tidak bisa kami kuasai.” , “kenapa demikian ji-te !?” tanya hang- bi , desa itu didiami she-cia , dia seorang yang berilmu tinggi dan juga sebagai kepada kampung.” sahut jeng-ji , hang-bi menatap kedua orang yang melapor

“yang lain mana !? , delapan dari kami tidak bisa melanjutkan perjalanan karena luka dalam yang parah sehingga kami

tinggalkan di hutan , “hmh… kalau begitu kamu ajak kawan- kawanmu untuk membawa mereka dari sana !” , “baik suci..” sahut keduanya dan kemudian keduanya berdiri dan meninggalkan taman , “apa yang hendak suci lakukan!?” tanya jeng-ji , “mari kita ke desa kang-hu!” sela hang-bi dan sudah bergerak dari taman dan jeng-ji menyusul dengan cepat , ketika keduanya hendak memasuki desa , mereka dicegat lima orang lelaki , hang-bi tanpa basa-basi langsung menampar kelima orang itu sehingga tewas seketika dengan kepala pecah

ditengah kampung lima orang peronda mencegat dan dua orang segera berlari kerumah cia-jungcu , “cia-taijin ! dua orang sudah memasuki desa !” cia-peng dan putrinya segera bergegas dan menuju ketengah desa , dan tempat alangkah terkejutnya cia-peng melihat sepuluh mayat sudah tergeletak dan ditempat itu hang-bi dengan berkacak pinggang menyambut kedatangan mereka , “sungguh biadab !” bentak sian-li dan langsung menyerang hang-bi , pertempuran berlangsung , orang-orang kampung sudah berkumpul ditempat itu sambil membawa obor , pertempuran yang seru berlangsung cepat , seratus jurus sudah berlalu keadaan masih imbang

“hmh… cukup lumayan,” sela hang-bi dan kemudian ia meningkatkan daya serangnya dan cia-sian-li terkejut ternyata lawannya sampai sejauh itu hanya menguji gerakannya dan setelah komentar dikeluarkan dan musuh mengeluarkan kepandaiannya , sian-li langsung terdesak hebat , namun sekuat tenaga sian-li bertahan menggerakkan pedannya , cia- peng yang melihat keadaan putrinya yang terdesak hebat langsung memasuki pertempuran , dan pertempuran semakin seru dan menegangkan , jeng-ji menonton dan melihat betapa sucinya tidak sedikitpun gugup menyambut keroyokan itu dan bahkan lima puluh jurus kemudian keadaan cia-peng dan putrinya tidak dapat lagi membalas serangan , keduanya makin terkurung oleh kekuatan ilmu pedang hang-bi “beng-cui-in- kiam” dan satu ketika pundak cia-peng sudah terluka kena sambar pedang hang-bi dan lengan sian-li sudah berdarah tergores dan tidak berapa lama lagi mereka akan ambruk

saat yang genting itu tiba-tiba cia-hujin tang-siulan memasuki pertempuran dan keadaan kembali seimbang , “hik…hik…. inikah she-cia yang kamu takutkan itu ji-te!? teriak hang-bi , “benar suci ! tapi kalau dapat tundukkan anak gadisnya untukku dan nyonya ini juga sangat menggairahkan “ sahut jeng-ji penuh rasa berdegub melihat kedua wanita anak beranak itu , keluarga cia berusaha menekan dan melancarkan serangan , tiga pedang berkelabat mencecar tubuh hang-bi namun hang-bi bergerak gesit menangkis ketiga pedang dan bunga api berpijar dengan suara pedang yang menyakitkan telinga , hang-bi mengeluarkan ilmu k“eng-lo-in-kiam” dan daya serang cia-peng dan keluarganya mengendur oleh pengaruh gaung pedang yang membuat konsentrasi buyar , keluarga jung-cu semakin terdesak dan tersudut , jurus pedang hang-bi sangat luar biasa tiga keroyokan keluarga cia yang memiliki ilmu kunlunpai dan thaisan-pai tidak mampu mengimbangi biciong-bi-moli apalagi mengalahkannya , namun keluarga cia tidak undur setapakpun untuk melawannya dan hal ini membuat biciong-bi-moli harus mengerahkan seluruh kekuatanya dan ketika pedang mengancam cia-hujin dan sepertinya tusukan yang mengarah jantung itu akan menghabisi nyawa cia-hujin , namun hang-bi harus kecewa karena selarik pukulan sakti menghantam pedangnya sehingga melenceng kesamping dan tubuhnya terlempar kebelakang sejauh dua meter dan seorang gadis remaja muncul , “bibi ! apakah keadaanmu baik-baik saja !?” tanya gadis remaja cantik berumur empat belas tahun lebih itu , “berkat bantuanmu nak , aku baik-baik saja” sahut cia-hujin , “kenapa bibi berkelahi!?” , “kedua orang itu datang hendak mengacau kampung.” Jawab cia-hu-jin

gadis remaja itu adalah she-taihap kwee-kim-in , kim-in dan kwaa-han-bu setelah meninggalkan pengbun dan dalam perjalanan kwaa-han-bu menambah pelajaran kim-in, perjalanan mereka terkesan lambat karena mereka sering beristirahat dan berlatih , “perhatikan sumoi ! aku akan memperagakan intisari ilmu ciptaan kongcouw kita kim-khong- taihap.” kim-in dengan antusias memperhatikan suhengnya , kwaa-han-bu bergerak laksana menari dengan gerakan yang mantap dan kokoh , kemudian kim-in meniru gerakan kwaa- han-bu , otaknya yang cemerlang merekam semua gerakan suhengnya , “suheng ilmu apakah ini sepertinya beberapa bagian sama dengan enam ilmu yang sudah dipelajari .” , “memang itu intisari dari enam ilmu tersebut dan juga beberapa ilmu yang lain seperti gerak kipas dan tenaga penggerak sabuk yang tersampir di pundak” , kim-in dengan terpana dan pandangan berbinar senang berkata , “apa nama ilmu ini suheng !?” , “oleh kongcouw kita , ilmu dinamakan dengan “im- yang-sian-sin-lie-hoat” sahut kwaa-han-bu

sejak itu kim-in mulai melatih ilmu yang luarbiasa itu dengan semangat bernyala-nyala, kwaa-han-bu amat senang melihat betapa sumoinya yang cantik ini memiliki kemauan dan keuletan yang luar biasa , hatinya demikian nyaman melihat semua gerak-gerik kim-in ada sesuatu yang hangat dalam hatinya tumbuh dalam hatinya melihat semua yang dimilki sumoinya, dan juga kim-in yang cantik menawan merasa bahagia dan nyaman disamping suhengnya yang tampan rupawan dan berkharsima yang kuat dan tiga bulan kemudian kwaa-han-bu dan kwee-kim-in kemalaman disebuah hutan dan ketika menatap kelembah nampak atap-atap perumahan dibawah lembah namun yang menarik adalah banyaknya cahaya obor ditengah kampung yang ternyata kampung kanghu yang sedang menghadapi bencana can-hang-bi

“suheng ! kira-kira apa yang terjadi dikampung itu!?” kwaa-han- bu melihat kebawah , mungkin mereka sedang menghadapi masalah” , “kalau begitu kita harus bantu suheng! , “benar sumoi , jadi turunlah kesana dan cepat kembali kesini” , apa suheng tidak ikut turun!?” , “tidak sumoi , cepatlah turun supaya jangan terlambat!” kim-in langsung bergerak dan sudah menghilang dari bukit itu dan dengan gerakan laksana kilat meluncur kearah lembah dan dalam waktu hitungan menit kim- in sudah sampai ketempat pertempuran dan dengan sebuah pukulan im-yang-giok-hoat telah menggagalkan serangan

hang-bi dan bahkan melemparkan hang-bi dua meter kebelakang

hang-bi dan jeng-ji terkejut melihat gadis remaja yang datang- datang telah menyelamatkan nyawa dan menghantam hang-bi sehingga terlempar , keluarga cia juga tidak kalah terkesimanya apalagi cia-hujin yang disapa ramah , “gadis ingusan sialan!” bentak jeng-ji , “mulut kenapa hanya berisi sumpah serapah!” , “plak…” kim-in menampar mulut jeng-ji hingga mulutnya hingga giginya tanggal , jeng-ji mengaduh-aduh sambil membekap mulutnya , hang-bi tidak melihat gerakan itu dan tahu-tahu rekannya mengaduh-aduh , “siapakah kamu gadis kecil dan apa hubunganmu dengan she cia itu !?” , “cici ! namaku kwee- kim-in dan aku tidak punya hubungan dengan bibi ini , namun perihal keadilan tidak bicara hubungan , kalian telah membuat kacau dan itu tidak adil maka harus ditindak dan dihentikan.”

“kamu ngomong seenak perutmu , kamu masih kecil tahu apa kamu tentang keadilan!” , “apakah kekakacauan yang cici lakukan dikampung ini , apakah itu adil atau tidak !?” “tutup mulutmu , aku bukan cicimu! Dan jangan ceramahi aku!” bentak hang-bi gemas , “jika demikian sebaiknya tinggalkan kampung ini.” , “sial ! siapa kamu sehingga menuyuruh aku ini dan itu !” bentak hang-bi makin marah dan lamgsung menyerang dengan pedang telanjang , kim-in melengos kesamping dan mengirim totokan pada pergelangan tangan hang-bi , hang-bi terkejut dan berusaha menarik tangannya dengan merubah tusukan menjadi sabetan dari bawah keatas dan memasukkan serangan dengan tangan kiri tapi luar biasa totokan itu berubah jadi cengkraman meremas kepalannya , hang-bi segera melompat kebelakang ketika merasakan hawa dingin dari cakar yang meremas kepalannya

hanag-bi merasa sudah aman namun dia kecele , tubuhnya yang melayang diserang dengan luarbiasa cepat , hang-bi mengelak dengan kalang kabut namun serangan itu bertubi-tubi

, untungnya hang-bo adalah murid pah-sim-sai-jin yang sakti , untuk beberapa gebrakan yang menyudutkannya sudah dapat ia kuasa kembali dan menyerang kim-in dengan ganas dan berbahaya , ilmu “kim-peng-hok-te-pat” dengan indah dan gesit mengelak dan menyerang , gerakan yang banyak dari arah atas menuntut gin-kang yang tinggi sehingga serangan dari arah atas bertubi-tubi mencecar tubuh hang-bi yang berlindung dengan ilmu pedagnya yang dahsyat

“adik ! pakailah pedangku ! teriak sian-li sambil melempar pedangnya , kim-in menangkap pedang yang dilempar sian-li , dan dengan indah pedang itu diputar dengan menggunakan jurus “hong-lo-im-yang-kiam”, pertempuran senjatapun berlangsung seru , hang-bi merasa tekanan semakin kuat , dengan tangan kosong saja gadis kecil ini dapat mendesaknya apalagi sekarang sudah menyerang dengan pedang , stelah seratus jurus berlangsung , pedang kim-in menyambar dan menggores perut hang-bi , hang-bi pucat pias dan berkeringat dingin karena merasa nyeri pada perutnya dan untuknya sambaran itu tipis namun tetap membuat goresan panjang di perutnya

hang-bi segera menyingkir menyelamatkan diri , jeng-ji yang merasa ditinggal sendiri langsing lari tunggang langgang menyusul hang-bi , dan tidak lama sang fajarpun muncul menandakan pagi sudah tiba , “siaw-lihap ! terimakasih atas pertolongan dan tmohon supaya siauw-lihap singgah dirumah kami.” sela cia peng , “terimaksih paman ! namun aku harus kembali karena suhenku ada di bukit sana dan menantiku , “kalau begitu ajaklah suheng lihap untuk singgah dirumah kami

, mohon kami jangan ditolak laihap! Sahut cia-peng dengan berharap

“baiklah paman ! aku akan ajak suhengku untuk singgah dirumah paman , jadi izinkan aku sebentar kembali kebikit sana untuk memanggil suheng-ku!” , “baiklah lihap dengan harap kami menunggu “ kemudian kim-in membalikkan tubuh dan kembali kearah bukit , cia-peng dengan nada takjub membicarakan kehebatan kim-in dengan beberapa sesepuh kampung yang ikut kerumahnya , sementara cia-hujin dan putrinya tidak lepas dari pembicaraan tentang siauw-lihap yang mencengangkan itu sambil mempersiapkan masakan besar , ketika matahari terbit kim-in datang dengan kwaa-han-bu , keduanya disambut cia-peng dan empat orang sesepuh dan tiga orang perangkat desa pembantu cia-peng , ketika melihat lelaki dihadapan mereka dengan ciri khas yang sudah membumi sitampan dengan sabuk kuning tersampir di bahu , mereka semua terpana terlebih cia-sian-li , ciri khas yang menjadi buah mimpi karena santernya pemuda yang ada dihadapannya ini dan ketampanan ini membuat hatinya menggelepar hangat dan sayang dan mukanya langsung terasa panas merona merah dan dia tertunduk

“kalau kami tidak salah menduga , bukankah im-yang-sin-taihap yang dihadapan kami ini!? sela cia-peng , kwaa-han-bu

tersenyum lembut , “benar sekali cuwi sicu.” , “cia-siok ! apakah para paman kenal suhengku !?” , “siauw-lihap , suhengmu memang tidak pernah jumpa dcengan kami , namun julukan suhengmu sudah dikenal orang sejagad.” sahut cia-peng , kim- in menatap kwaa-han-bu , “suheng ! ini cia-siok jungcu desa ini

, “selamat bertemu cia-siok..” kwaa-han-bu menjura , “ah… marilah kita masuk dan bicara dengan nyaman didalam.” cia- peng mengajak tamunya masuk kedalam rumah

“she-taihap yang budiman , saya atas nama seluruh penduduk desa mengucapkan terimaksih bahwa sumoi dari taihap telah menyelamatkan desa kami dari tindasan penjahat” , “ah… sudah merupakan tugas dan tanggung jawab kami untuk ikut membantu orang yang membutuhkan , lalu kalau boleh kami tahu siapakah yang telah bertindak zalim pada penduduk desa ini cia-siok!?” , “she-taihap ! baru-baru ini muncul sebuah gerombolan yang berdiam di jim-kok dan kemarin mereka datang hendak merampok hasil panen kami dan anak kami cia- sian-li dapat mengusirnya , tapi semalam pimpinannya datang dan membunuhi penduduk , kami sudah berusaha namun kami tidak berdaya taihap.” , “hal yang tidak dapat dibanggakan

taihap !” sela cia-sian-li menunduk dengan nada kecil hati , kwaa-han-bu menatap cia-sian-li dan berkata , “cia-moi ! setiap usaha untuk melenyapkan kezaliman patut dibanggakan tidak kira apakah berhasil atau tidak yang jelas niat itu yang menjadi acuan .” , “tapi taihap untuk melawan seorang perempuan yang menjadi pimpinan gerombolan itu kami sekeluarga tidak berdaya” cia-sian-li makin tidak puas dengan dirinya dan dadanya bergelombang sesak karena kecewa

“li-ji..! sikapmu ini sangat tidak tepat , benar bahwa kita tidak mampu menghadapi perempuan itu tapi apakah harus menyalahkan diri sendiri , maaf taihap akan sikap putriku .” sela cia-peng , “hahaha..hahah tidak mengapa cia-siok , rasa tidak puas pada diri sendiri memacu keinginan untuk berusaha meningkatkan kemampuan , cia-moi yang baik , aku tahu kenapa sikap ini muncul , namun ketahuilah, tidak seharusnya sikap ini muncul kepermukaan cukuplah didalam hati saja sehingga menjadi sekam semangat untuk lebih maju , “maafkan sikapku taihap , aku ini disamping lemah kekuatan juga lemah hati.” , “kamu sungguh luar biasa cia-moi…” puji kwaa-han-bu membuat sian-li makin merona merah menunduk dalam , “aih… kita kok jadi melantur kemana-mana , oh ya taihap setidaknya makanlah dulu disini karena kami sudah berniat menjamu taihap dan siauw-lihap” sela cia-peng mengalihkan pembicaraan , “baiklah cia-siok dan kami ucapkan terimaksih atas niat baik paman semua.”

Cia-sian-li dan ibunya kembali kedapur untuk membantu para ibu-ibu yang sedang memasak , didapur cia-sian-li lebih banyak termenung daripada bekerja , wajah im-yang-sin-taihap menghiasi semua pandangannya , senyumnya yang memikat , tatapan matanya yang lembut , nada bicaranya yang ramah, cia-hujin tidak mengalpakan apa yang terjadi pada anaknya yang sudah dewasa itu , “Li-ji..!?, …Li-ji!” , “eh.ah..i..iya ibu , ada apa !?” sahut sian-li terbata-bata , cia-hujin tersenyum ,

“sian-li anakku! tidak baik melamun saat kerja , sebaiknya kamu ketaman saja menghirup udara segar.” , “baiklah ibu aku akan kebelakang .” sahut sian-li dengan senyum malu-malu

Cia-sian-li duduk di sebuah kursi kayu sambil menikamti taman bunganya , dua ekor kupu-kupu sedang bercanda diantara kembang yang tumbuh ditaman itu dan membuat cia-siaan-li semakin masyhuk dengan kamunannya dan dia tersadar ketika mendengar langkah halus mendekatinya dan melihat kebelakang ternyata yang muncul adalah kim-in, “wah… bagus sekali taman ini li-cici , apakah cici yang menatanya !? , “benar siauw-moi , kesinilah duduk disini!” ajak san-li dengan senyum, kim-in melangkah dan duduk disamping sian-li

“In-moi..! apakah suhengmu yang menjagamu selama ini !? , “tidak cici , suheng baru setahun lebih bersama saya , kami bertemu ketika suheng datang kekota pengbun “ , “artinya kamu tidak tinggal di pulau-kura-kura.” , “benar cici , saya dan ibu tinggal di kota peng-bun.” , “im-yang-sin-taihap she-kwaa sementara kamu she-kwee , tentu kamu keturunan dalam she- taihap” , “benar cici dan suheng adalah cucu buyut dari kwee- hong-in anak bungsu dari kong-couw kami kim-khong-taihap” , “in-moi , berapakah sekarang umur im-yang-sin-taihap !? , “umur suheng dua puluh dua tahun , tapi kenapa cici tanyakan hal itu !?” , “eh..ah.. tidak apa-apa “ sahut sian-li menyembunyikan rasa malaunya , “hendak kemanakah tujuan kalian in-moi !?” , :”kami ingin menuntaskan tugas dan tanggung jawab keluarga kami menghadapi tirani pah-sim-sai- jin”

“kalian she-taihap memang keluarga luar biasa dan ratusan tahun telah memenangkan hati setiap orang .“ , “kenapa cici berkata demikian !?” , “saya juga tidak tahu namun ayah dan

ibu jika bercerita she-taihap penuh dengan rasa bangga seakan dengan mengingat she-taihap tekanan batin akan tirani kejahatan lenyap saat itu juga , mengingat she-taihap laksana obat mujarrab yang amat melegakan sehingga kadang saya berpikir apakah she-taihap itu titisan dewa dan kenyataan itu semakin jelas ketika terdengar selatan lepas dari kungkungan lam-kek-hek-te dan timur lepas dari tung-kek-hek-te dan hati ini takluk ketika melihat kamu yang masih remaja dapat mengusir perempuan yang kami sekeluarga tidak mampu mengalahkannya.” “cici..! aku bisa membujuk suheng mengajari cici!” , “hmh… in- moi tidak ada keinginanku selain bisa menjadi bagian dari keluarga she-taihap.” , “aku tidak mengerti cici , apakah maksud cici!?” , “ah… maaf in-moi aku telah banyak bicara.” , “li-ji ..!” tiba-tiba cia-hujin mendatangi mereka , “iya bu..!” , “ah ternyata in-ji juga disini , marilah kita keruang makan , jamuan sudah dihidangkan!” , “baik ibu , marilah in-moi!” ajak sian-li , lalu merakapun beranjak dari taman bunga dan menuju ruang makan

jamuan itu terasa menyenangkan , gelak tawa para sesepuh desa dan keluarga jung-cu terdengar lepas dan renyah , setelah jamuan selesai im-yang-sin-taihap hendak pamit untuk melanjutkan perjalanan , “cia-siok ,terimakasih atas jamuan yang menyenangkan ini dan sekarang kami hendak melanjutkan perjalanan!” , “she-taihap yang budiman satu kehormatan tiada terhingga kami sekeluarga khsusnya dan desa kanghu ini umumnya dapat menjamu she-taihap dan kami menyusun doa pada thian semoga tugas-tugas she-taihap berhasil baik .” , “terimakasih cia-siok.” sahut im-yang-sin taihap dan kemudian mereka berangkat dan ketika berada di luar desa

, cia-sian-li sedang berdiri sedang menunggu mereka , “cia-cici ! ternyata cici ada disini , pantas tidak ada ketika kami mohon pamit” sela kim-in

cia-sian-li memaksa tersenyum , “benar in-moi” sahut sian-li , kwaa-han-bu melihat wajah cantik itu demikian sendu dan sepertinya habis menangis , :”ada apakah cia-moi!? tanya kwaa-han-bu , “bu-ko..” perubahan panggilan yang bernada mesra itu membuat kwaa-han-bu terheyak terlebih mata yang sembab itu demikian jelas menunjukkan perasaan yang bergolak , kim-in yang melihat keadaan sian-li berkata , “cici ! mungkin cici hendak bicara dengan suheng , jadi suheng aku duluan kekota bao” , “baiklah sumoi ! tunggu saya di kota bao !” sahut kwaa-han-bu , kim-in berkelabat dengan cepat dan tinggallah kwaa-han-bu dengan cia-sian-li , “bu-ko ! maafkan kelancanganku yang menghalangi perjalanan koko.” , “tidak mengapa cia-moi , ada apakah !?” , “koko …! aku tidak akan malu mengakui apa yang kurasakan ini.”

“cia-moi , katakanlah apa yang ingin cia-moi sampaikan ! , “bu- ko..! selama aku menginjak dewasa keberadaan koko telah menyita perhatian dan tidurku dan hati ini semakin bergolak dan melahirkan badai yang membuat aku tidak kuasa menahan luapan perasaan ini” , kwaa-han-bu meraih jemari cia-sian-li dan kontan tubuhnya bergetar laksana diserang demam , jemari itu terasa dingin , kakinya tidak kuasa menompang tubuhnya sehingga sian-li sempoyongan tapi kwaa-han-bu memeluk pundaknya dan membuat cia-han-li makin lemas dan kepalanya direbahkan dipundak kwaa-han-bu

“aku melihat gejolak perasaan yang indah berbinar itu cia-moi , perasaan cinta yang ingin kamu utarakan saat ini sudah sampai pada hatiku lewat pandangan matamu , “koko..hu..hu..

aku..aku…hu..hu.. aku..cinta sekali padamu sejak julukanmu menghias mimpi-mimpiku dan hari ini kamu muncul membuat aku hampir mau mati rasanya karena kuatnya getaran ini mengaduk-aduk hati dan jantungku” cia-sian-li sesugukan didada kwaa-han-bu , pernyataan cinta yang unik dan luar biasa , letusan cinta yang tersimpan laksana lahar muncrat dari kepundan hatinya membuat dia terbakar tidak berdaya

dada kwaa-han-bu basah oleh air mata cia-sian-li , “koko ! apakah pantas aku hidup disampingmu , apakah cinta ini ada lahan dibagian hatimu koko!?” li-moi….! pantas tidak pantas tergantung bagaimana engkau menempatkan cinta yang kamu semai ini terhadap diriku.” , “koko! Apakah kamu juga cinta padaku !? , kwaa-han-bu tersenyum lembut , “li-moi ! aku mencintai semua manusia karena cinta adalah fitrah manusia.” Cia-sian-li terdiam meresapi perkataan itu lalu dia berkata , “aku bersyukur jika aku termasuk bagian dari kecintaan itu namun sebagai wanita aku ingin jadi bagian dari dirimu dan sangat ingin melahirkan keturunanmu koko dan aku ingin hidup hanya disampingmu dan mengurai kenangan hidup bersamamu!” kwaa-han-bu mengangkat kepala cia-sian-li dan menatap kedalam mata itu dan kemudian berkata

“li-moi aku juga menginginkan apa yang kamu inginkan dan cukupkah itu untuk jadi kekuatan bagimu menungguku sampai tugas keluargaku cukup tuntas dan aku akan kembali menemui cia-siok untuk memintamu dari beliau” , “cukup..sangat cukup koko , aku akan tegar dan bahkan rasanya jika matipun aku sudah puas dengan perkataan itu” , “blep…cup…” kwaa-han-bu tiba-tiba mengecup dan melumat bibir cia-sian-li , sian-li merasa tubuhnya tersengat hantaman halilintar , tangannya memeluk leher kwaa-han-bu dan menikamati lukmatan dan membalas sepenuh hati , air matanya berderai tiada henti mengenyam kenikmatan yang tiada tara

“li-moi sayang ..! jodoh ditangan thian , jika hubungan ini direstuiNya maka aku akan datang lagi sayang , “koko ! apapun keadaanmu jika datang saat itu maka kamu tahu bahwa aku cinta poadamu .. aku cinta padamu koko..” cia-sian-li mengecup bibir kwaa-han-bu daan kembali kedua insan itu berpilin dalam kemesraan yang dalam , kemudian cia-sian-li melapas dengan nafas yang memburu , “berangkatlah sayang ! aku akan menunggu.” bisiknya mesra dan mata itu tidak lagi sendu tapi berbinar terang dan bahagia, kwaa-han-bu tersenyum lembut , “aku berangkat sayang!” sahut kwaa-han-bu , lalu merekapun berpisah , ciaa-sian-li memasuki desa dengan hati ringan dan wajahnya penuh ceria dan senyumnya selalu menghias bibirnya yang basah dan indah

kwaa-han-bu sampai dikota bao saat malam dan saat memasuki pintu gerbang , kim-in menyambutnya dengan senyuman manis , “suheng..! sudahkah cici merasa nyaman ketika suheng tinggalkan?” kwaa-han-bu tersenyum memandang kim-in , “sepertinya sudah sumoi , kenapa kamu

tanyakan hal yang tidak engkau mengerti !?” “hik..hik… suheng

! mungkin samar bagiku tapi aku dapat melihat betapa cici sangat membutuhkanmu sebagaimana aku juga butuh kepada suheng.” , “oh..ya !? bicara apa saja li-moi kepadamu sumoi!? , “li-cici hanya punya satu keinginan bahwa dia menjadi bagian dari keluarga kita dan aku juga ingin dia satu saat akan menjadi bagian dari kita”

“wah… jadi sumoi sudah tahu apa yang ingin disampaikan li- moi.” , “intinya aku tahu namun kembangnya ini yang samar bagiku suheng !” , “hahha..haha , sumoiku yang cantik samar apa disamar-samarkan !?” , “hik..hik.. ah sudahlah suheng , lalu selanjutnya kemanakah kita suheng !?” , “kita cari penginapan dan besok kita lanjutkan perjalanan” sahut kwaa-han-bu , lalu mereka memasuki likoan dan menyewa dua kamar dan merekapun istirahat dan melewatkan malam

keesokan harinya , saat keduanya sedang berjalan-jalan di

tengah kota , “she taihap…. !” suara menyeru datang dari arah samping kanan , im-yang-sin-taihap menoleh dan seorang lelaki tua berumur enam puluh melangkah mendekat , “ada apakah lopek !? tanya kwaa-han-bu sambil menjura , lelaki tua itu

tersenyum ramah , “saya li-seng penjual rempah-rempah dan saya sangan gembira dan bersykur bahwa she-taihap sudah sampai di kota ini.” , “selamat bertemu li-lopek atas sapaan yang ramah ini dan adakah yang ingin lopek sampaikan !?” , “marilah duduk diwarung saya taihap!” , “ooh , kalau begitu marilah lopek!” sahut kwaa-han-bu dan kemudia mereka memasuki warung she li

“taihap yang baik ! bantulah kami penduduk kota ini !” , “apa yang dapat saya Bantu kopek!? , “hek-te semakin merajalela setelah munculnya biciong-bi-moli yang bersarang di jim-kok dan juga anak buah biciong-bi-moli sangat telengas mengambil paksa harta-harta para penduduk”, “baiklah lopek , dimanakah pimpinan hek-te dikota ini, paman !?” , pimpinan hek-te di kota ini adalah cu-jeng-ji pemilik rumah bordir “siang-hoa” (bunga harum)” , “hmh… baiklah lopek ! kami akan segera ketempat

cu-jeng-ji.” sahut kwaa-han-bu , kemudian pergilah kwaa-han-bi dan kwee-kim-in ketempat bordir , tukang pukul yang ada didepan bordir segera menyingkir ketika melihat kwaa-han-bu mendekat kearah mereka , ciri khas pendekar luar biasa ini membuat mereka jerih untuk bertemu , para perempuan yang menatap jalanan dari tingkat atas menjerit-jerit manja dan penuh ajakan memanggil-manggil kwaa-han-bu

kwaa-han-bu memasuki rumah bordir dan seoarng pejaga dalam melihat mereka dan kontan mukanya pucar setelah melihat gambaran tamu yang masuk ini , apes dah kalau begini

, im-yang-sin-taihap sudah datang , pikirnya lalu menyelinap keluar dari belakang dan segera menyingkir , gundik mendekati

, “silahkan kongcu ! apakah kongcu ada yang berminat !? atau apakah wanita kecil ini mau kongcu jual !?” , kwaa-han-bu menatap tajam gundik itu sehingga membuat gundik itu merasa kecut dan pucat , “duduklah dan aku mau bicara !” bentak

kwaa-han-bu , gundik itu duduk dengan ketakutan , “dimana cu- jeng-ji!? , “su..sudah seminggu loya tidak ada disini.” , “kemana dia !?” , “lo…loya sedang berada di jim-kok.” , dan tiba-tiba kwaa-han-bu dan kim-in menghilang dan sudah ada di dekat pintu gerbang utara . “suheng ! apa yang dilakukan perempuan-perempuan cantik itu didalam tempat itu !? , “mereka itu orang-orang yang patut dikasihani karena terpaksa berbuat hal yang memalukan sumoi.” , “apa hal yang memalukan itu suheng!?” , “mereka itu terpaksa menjadi penghibur dan pelayan nafsu laki-laki “ , “apakah cu-jeng-ji yang memaksa mereka suheng !? , “benar sumoi.” , “hmh…. cu-jeng-ji harus dikasih pelajaran keras untuk tidak memamfaatkan wanita sedemikian hina” gumam kim-in lirih , setelah siang hari ,kim-in sampai di bukoan “hong-houw- kok” sementara kwaa-han-bu mengintai , hal ini adalah latihan kedua bagi kim-in untuk menangani sendiri keadaan setelah yang pertama di desa kanghu .

anak buah yang disiagakan terheran ketika melihat yang muncul adalah gadis remaja yang cantik menawan , dan membuat mereka memandang remeh , “nona kecil ! mari ikut dengan saya dan kamu akan paman kasih sesuatu yang membuat kamu kegelian yang belum pernah kamu rasakan” , “tentu maksudmu itu sesuatu yang kurangajar padaku maka untuk itu kamu saya kasih pelajaran , “plak..plak…buk…hegh..”

dua tamparan kim-in meremukkan kedua rahang orang ceririwis tadi dan tubuhnya ambruk pingsan karena perutnya kena ujung sepatu kim-in dan membuat pandangannya gelap

hal yang tidak terduga itu membuat yang lain terkejut dan serta merta langsung menyerang , dengan tangan kosong kim-in menghadapi seratus orang dengan “sin-tiauw-poh-chap-sha” gerak dan pukulannya yang mengeluarkan hawa im-yang membuat pengeroyok porak poranda dan berusaha menjauh karena hawa yang berkesiur disekitar kim-in sangat menyengat kulit dan beberapa dari meraka dalam waktu yang tidak lama sudah ambruk dan dalam waktu satu jam , para pengeroyok tinggal lima orang sementara yang lain sudah rebah dengan nafas memburu seperti ikan yang kekeringan

can-hang-bi dan jeng-ji segera menerjang , kim-in yang siaga penuh mengelak indah dan membalas dengan sebuah tukikan tajam dengan kedua cakar yang mengarah kepala dua orang itu , can-hang-bi berhasil mengelak namun jeng-ji menjerit setinggi langit ketika rambut dikepalanya tercabut paksa dan nyerinya minta ampun dan naasnya kepala itu dimasuki hawa yang sehingga darah yang menggumpal di bekas rambut yang tercabut laksana menggelegak mencair mengalir deras kewajahnya , nyeri dan panas membuat jeng-ji mengeluh berkepanjangan karena kesakitan , can-hang-bi yang sudah jerih dengan gadis remaja ini segera menyingkir dan melarikan diri dengan cepat namun ditengah jalan menuju jalan setapak dia bertemu dengan kwaa-han-bu yang sedang memanggang tujuh ekor unggas

“hendak kemanakah nona ! sepertinya anda buru-buru .” melihat pemuda tampan rupawan bersabuk kuning hatinya

tergetar disergap rasa takut , “apakah kamu im-yang-sin-taihap

!?” , “benar nona dan tentunya nona adalah biciong-bi-moli , bukan !? , hang-bi langsung menerjang kwaa-han-bu , kwaa- han-bu berkelit dan mengelak , hang-bi menyerang bertubi-tubi namun sampai lima puluh jurus tidak pernah menyentuh tubuh im-yang-sin-taihap , kemudian im-yang-sin-taihap membalas dengan menyentil daun telinga hang-bi , semakin kalang kabut hang-bi menyerang dan ingin membalas namun sampai sejauh itu hang-bi hanya merasakan kedua daun telinganya semakin nyeri dan panas , hatinya terhina karena dipermainkan sedemikian rupa , air matanya berderai karena menahan geram dalam hati dan sakit perih dari kedua daun telinga yang rasanya sudah bengkak

“im-yang-sin-taihap kenapa kamu hina aku seperti ini , hu…hu…hu…” can-hang-bi tidak kuasa menahan tangis karena hebatnya penghinaan yang ia rasakan bercampur nyeri yang tidak terhingga dari daun telinganya yang merah dan bengkak , hang-bi terduduk dengan tangis sedih , “biciong-bi-moli kamu semakin cantik kalau menangis , kenapa yah !” hang-bi terpana mendengar perkataan itu dan serta merta mengangkat muka menatap wajah kwaa-han-bu , “kamu tidak hanya mempermainkan aku dan menyakiti tapi juga memperolok- olokko , hu…hu..hu.,..” can-hang-bi semakin kuat tangisnya , “sudah kalau begitu ! aku mau makan karena daging unggas panggang ini lumayan harum dan menerbitkan selera dan kalau kamu mau jangan malu memintanya!” kwaa-han-bu mengambil seekor daging panggang unggas dan memakan dengan lahap dan nikmat

hang-bi menatap kwaa-han-bu yang sedang menikmati makananya , “bolehkan aku pergi!?” , “tidak ada yang melarangmu untuk pergi!” , “benarkah , engkau tidak akan mencegahku !?” , “kenapa aku harus mencegahmu biciong..!?” , “aku kan setan tanpa perasaan yang banyak membuat maker pada kehidupan ini dan bukankah tugasmu untuk melenyapkan orang sepertiku !? , “kamu bukan setan karena kamu hanya seorang manusia layaknya aku, hanya jenismu perempuan dan kamu bukan tanpa perasaan , terbukti kamu menangis karena merasa terhina”

“kenapa engkau bersikap demikian padaku , apakah maksudmu !?” , “apa yang kamu tanyakan ini biciong !? , tidak ada yang istimewa dalam dirimu , kamu hanya lewat , aku sapa dan kemudian kamu menyerang aku , lalu aku kasih pelajaran sedikit padamu , kamu merasa terhina dan menagis seperti anak kecil kehilangan mainan , aku lanjutkan pekerjaanku memakan daging panggangku dan mencoba menawarkan padamu , kamu bertanya apakah engkau boleh pergi , aku

katakan tidak ada yang melarangmu” can-hang-bi merasa mukanya panas karena merasa malu , memang benar apa yang dikatakan im-yang-sin-taihap , lalu kenapa dia merasa keceawa bahwa dia tidak istimewa dimata sitampan ini

“pergilah biciong ! sebelum sumoiku datang dan menghajarmu lagi!” , “apakah gadis remaja itu sumoimu!? , “benar ! apa kamu ingin berjumpa lagi dengan dia !?” kwaa-han-bu tersenyum , can-hang-bu merasa terpukul betapa remehnya dia dimata pendekar ini , air matanya kembali meleleh dan dia sesugukan , hatinya hancur , kecewa dan terhina , “lah..kok menagis lagi dimana sikap biciong mu nona alangkah kejamnya dirimu yang mengingkari nuranimu sendiri selama ini dengan mengeraskan hati , “aku tidak mengeraskan hati dan memang beginilah aku “

, “tapi bukankah kamu mengeraskan hati melihat kejahatanmu dan kejahatan anak buahmu yang merampok , memperkosa menindas orang-orang lemah!?” can-hang-bi terdiam tidak bisa membantah apa yang dikatakan oleh kwaa-han-bu

sekarang hatinya makin malu diingatkan akan hal kejahatannya

, entah darimana datangnya rasa malu ini sebagaimana datangnya rasa kecewa karena ternyata dia tidak istimewa dimata pendekar ini , “tai-hap ! apa yang harus kulakukan !?” can-hang-bi merasa heran dengan perkataan yang spontan keluar dari mulutnya , dia terperangah dengan dirinya dapat menanyakan hal yang baru saja disampaikannya itu darimana muncul perasaan bahwa im-yang-sin-taihap tempat berbagi masalahnya , kwaa-han-bu menatap can-hang-bi lembut membuat darah hang-bi tersirap dan membuat sekujur

tubuhnya terasa hangat , “biciong…!” kwaa-han-bu tiba-tiba membentak dan kalimat bentakan ini terdengar sangat perih ditelinganya dan membuat sesak dadanya mendorong air matanya berkaca-kaca menatap kwaa-han-bu

“engkau meminta apa yang harus kamu lakukan , namun apakah hati yang tega mengingkari hati nuraninya sendiri akan dapat menerimanya dan meresapinya sehingga melahirkan perbuatan-perbuatan baik !?” , “hu…hu… hu… taihap…oh taihap aku memang bodoh dan aku ingin kau mengatakan sesuatu yang bisa kujadikan pegangan.” , “wah… apakah kamu serius biciong !? , “taihap… aku cinta padamu , tidak ada kata yang lebih patut digugui kecuali kata-kata orang yang dipercayai , “wah… bagaimana bisa engkau mempercayai musuhmu biciong!?” , “taihap ! aku orang yang tidak dapat memilih oleh karena keadaan dan ironisnya aku terjebak sementara jauh dalam lubuk hatiku aku tidak mau bermusuhan dengan siapapun.”

“kita baru saja bertemu , lalu bagaimana kamu bisa mempercayaiku !?” , “taihap ! tidakkah cukup mempercayai seseorang ketika mendengar keturunan orang itu !? , “tidak cukup biciong sangat tidak cukup !” , “lalu apakah tidak cukup mempercayai seseorang dengan hati nurani , salahkah kali ini aku mengikuti hati nuraniku !?” kwaa-han-bu tersenyum lembut

, “tidak salah siocia !” , “terimakasih taihap bahwa aku dapat menerima wejanganmu!” , “aku belum memberi wejangan siocia

!” , uraian kata memang belum taihap namun uraian makna taihap telah mengajariku .” , “oh ya bolehkan siocia jelaskan yang disebut dengan wejangan dengan uraian makna !?”

“taihap yang bijak nan rupawan ! cara taihap memperlakukan dari awal kita bertemu disini satu hal yang saya dapatkan adalah mengikuti hati nurani dan setelah aku mengikutinya taihap merubah panggilanku dari biciong menjadi nona , hatiku lega taihap namun aku masih haus dan tolong taihap puaskan aku dan jangan biarkan aku tersesat terus taihap , aku tidak ingin sesat selamanya , aku ingin dapat mengimbangi dirimu taihap karena nuraniku berkata aku cinta padamu.” ,

“waah..luar biasa , jika demikian siocia dengarlah perkataanku , “wanita itu laksana aliran sungai , jika ia tetap dalam batasannya maka baiklah keadaannya namun jika aliran sungai keluar dari batasannya maka rusaklah keadaannya” can-hang- bi terdiam meresapi kata-kata itu , dia adalah contoh aliran sungai yang keluar dari batasannya dan air sungai jika keluar dari batasan tentu banjirlah maksudnya dan akan merusak apa yang ada disekitarnya dan setelah merusak maka dia akan tinggal jadi payau yang tergenang dan busuk sendiri dan akan menimbulkan jijik karena menyakitkan pandangan dan bahkan menjadi sarang penyakit

“taihap yang kusayang , kata-kata ini akan kuingat dan aku akan berusaha menjadi air sungai yang jernih yang mengalir dan satu saat aku berharap bahwa aku adalah aliran sungai bagimu untuk mandi dan berendam yang dapat membuatmu sejuk dan nyaman.” , kwaa-han-bu menatap lembut dan mesra wajah tirus nan cantik , “kwaa-han-bu satu saat jika thian kehendaki akan mandi di aliran sungai itu .” , “taihap kekasihku

, aliran itu akan berada di jim-kok sampai kehendak thian memindahkannya kesebuah pulau.” Keduanya diam dan hening

, “suheng , aku sudah datang !” sela suara membuyarkan keheningan , “su-moi kesinilah dan makan daging panggang unggas yang baru kupanggang!” kim-in yang sudah membuat ratusan orang tidak berdaya , sebagian besar tewas dan hanya dua puluh orang yang hidup dengan luka dalam yang tidak ringan , lalu kim-in kembali ketempat dimana ia meninggalkan suhengnya , dan ketika melihat suhengnya sedang bercakap- cakap dengaan seorang perempuan maka dari kejauhan ia menyapa suhengnya

kim-in datang mendekat dan melihat wajah perempuan yang jadi teman bercakap suhengnya dan ternyata can-hang-bi yang melarikan diri darinya , kim-in mengambil empat daging panggang unggas , “cici …! apakah cici sudah makan !?” can- hang-bi merasa terpana betapa kata-kata itu seakan mereka tidak pernah bertempur walhal baru satu jam yang lalu bahkan beberapa malam yang lalu mereka bertempur mati-matian , “aku belum makan she-taihap.” , “kalau begitu ambillah dua

potong dan makanlah bersamaku cici !” , “tidak .. , terimakasih”

, “cici..! jika tawaran suhengku cici tolak lalu kenapa pula tawaranku cici tolak!, apakah kami ini tidak pantas cici !?”

gugup can-hang-bi mendengar perkataan gadis remaja yang luar biasa itu , “bu..bukan begitu maksudku she-taihap !” , “nah..jika demikian terimalah dua panggang unggas ini dan kawanilah adikmu ini makan” , terenyuh hati can-hang-bu mendengar keakaraban yang luar biasa itu matanya berkaca- kaca karena naiknya sedu sedan dihatinya , can-hang-bi menatap kwaa-han-bu , kwaa-han-bu tersenyum mengangguk

can-hang-bi menerima daging panggang itu dan makan bersama kim-in , “she-taihap aku can-hang-bi mengucapkan terimakasih atas keramahan dan keakraban ini.” “demikian juga saya cici yang baik , bahwa cici memperkenankan keramahan kami sehingga membuat hati kami lega” , “hu..hu..hu… thian yang agung alangkah mulia dan bijaksana Engkau telah menciptakan manusia unggulan seperti ini , thian ikutkan aku dalam bagian ini ..hu..hu…hu…” can-hang-bi tidak kuasa menahan tangis dan menjerit pada thian akan luapan hatinya yang terkapar lemah karena merasa hina dihadapan dua orang luar biasa ini

setelah selesai makan , “taihap yang baik , pertemuan ini hal terindah dan terbaik yang pernah kurasakan dan aku akan hidup dengan kenangan ini .” , “baiklah bi-moi , kita berpisah dulu dan semoga engkau baik dan sehat-sehat saja.” , “terimakasih she-taihap dan kalian juga hati-hatilah” sahut can- hang-bi , kemudian kwaa-han-bu dan kwee-kim-in meninggalkan tempat itu untuk melanjutkan perjalanan menuju yinchuan tempat pah-sim-sai-jin

Ui-hai-liong-siang beristirahat di tengah hutan , dua bulan yang lalu mereka hendak memasuki kota yinchuan namun karena kondisi tubuh istrinya yang hamil empat bulan , maka yo-hun memutuskan untuk menunda urusan pah-sim-sai-jin sampai keadaan istrinya pulih , lalu merekapun melewati kota yinchuan terus menuju kearah timur dan dua bulan sampailah mereka dihutan itu sebelah utara kota bao , yo-hun sedang memasak nasi dan memanggang seekor kelinci , disampingnya lui-kim istrinya sedang beristirahat sambil merebahkan tubuhnya , perutnya kelihatan sudah besar , lui-kim yang cantik sudah hamil enam bulan , wajahnya kelihatan berseri semakin cantik , “hun-ko ! jika kita mendapatkan sebuah kampung bukankah sebaiknya kita menetap disana sampai anak kita lahir.” , “benar kim-moi , aku juga sudah berniat demikian.” sahut yo-hun dengan senyum lembut menatap istrinya , “bagimana kim-moi , apakah anakku masih sering menendang-nendang !?” tanya

yo-hun maesra , “hmh… iya hun-ko.” sahut lui-kim manja dan tersenyum bahagia , yo-hun mendekati istrinya dan merebahkan kepalanya diatas perut lui-kim , “anakku ! jangan nakal sama ibu!” , “ih , koko ! aduh..hik..hik… “ jerit lui-kim karena tiba-tiba bayinya bergerak membuat perutnya kejang , namun dia tertawa merasakan bahagia akan gerakan makhluk baru pada perutnya , “anakmu semakin nakal koko!” bisiknya mesra pada suaminya

“haha…haha… kemesraan ini akan berakhir sampai disini dan ui-hai-liong-siang akan tinggal nama” tiba-tiba muncul tiga penghuni pulau neraka , dengan sigap yo-hun berdiri dan membatu lui-kim berdiri , “tiga penghuni pulau neraka , jangan dikira kami akan undur menghadapi kalian!” yu-hun dengan tenang mncabut pedangnya , demikian pula lui-kim tampak

tenang dan tidak gentar , “mari ciong-ko , kita habisi nyawa keduanya!” teriak toan-lin dan menyerang hebat pada lui-kim yang ia tahu dalam keadaan lemah , lui-kim dengan gagah menngerakkan pedangnya menyambut serangan toan-lin , dan yo-hun juga sudah menyambut serangan pouw-eng dan ouw- ciong , gerakan pedang thian-te-it-kiam dari yo-hun bergerak cepat laksana kilatan halilaintar sambar menyambar menekan pedang ouw-ciong dan pouw-eng suara beradunya pedang membuat percikan api yang menyilaukan dan menimpulkan suara dentangan yang menyakitkan telinga , ouw-ciong dan pouw-eng mengerahkan seluruh kekuatan sehingga serangan mereka amat berbahaya dan selalu mengintai kesempatan untuk menusuk dan menyambar tubuh yo-hun , namun pendekar yang matang gembelengan itu bukan orang lemah , ilmu pek-lek-jiunya berkesiuran laksana halilintar menyambar dan menahan daya serangan dua lawannya , sementara toan-lin yang satu lawan satu dengan lui-kim berlangsung imbang dan hal ini karena lui- kim kegesitannya tidak maksimal dan juga tenaganya tidak di kerahkan sepenuhnya , hanya karena keluwesan ilmu pedang dan sambaran pek-lek-jiu membuat dia seimbang dengan toan- lin yang menyerang seprnuh kekuatan

hal ini memang merugikan pihak ui-hai-liong-siang , karena kondisi lui-kim yang memang harus menjaga tubuhnya , yo-hun selalu tidak lepas melirik keadaan istrinya dan selalu waspada , jangan sampai dua lawannya ini mengambil peluang menyerang istrinya , maka dia dengan ketegaran hati yang kokoh mengurung kedua lawannya dengan kedua ilmunya yang sakti , pertempuran yang seimbang itu berlangsung cukup lama dan ternyata toan-lin juga bukan tidak memamfaatkan situasi , daya tahan lui-kim lebih lemah darinya dan peluang inilah yang ditunggu-tunggu toan-lin menunggu lui-kim kehabisan tenaga dan kelelahan saat sore sudah tiba dan pertempuran sudah hampir setengah hari maka saat yang ditunggu-tunggu pun datang , lui-kim gerakannya semakin lambat dan nafasnya sudah memburu dan sebuah sabetan kuat dan cepat mengancam lehernya , lui-kim bergeser kebelakang sambil menangkis pedang dank arena kekuatannya sudah lemah pedang ditangannya tidak kuasa dipegang hingga lepas dan serangan susulan berupa sabetan kearah perut , lui-kim mencoba menjauh dan dia berhasil namun pada serangan berikutnya yang berubah jadi tusukan yang dada membuat lui-kim kelabakan dan naasnya tubuhnya terhalang pohon , lui-kim memajamkan mata karena sudah

tersudut lemah dan “trang….” pedang toan-lin lepas karena dihantam sebuah batu sebesar kepalan bayi , toan-lin terkejut karena pedangnya yang dalam genggaman penuh kekuatan tenaga sakti terlepas begitu saja hanya karena sebuah lemparan batu dan membuat tangannya kejang dan kaku disergap hawa dingin

yo-hun saat melihat istrinya terpojok maka dengan nekat ia melompat kearah istrinya untuk berusaha menolong sehingga ia membiarkan sebuah sabetan dari ouw-ciong menggores pahanya dan ternyara sebelum sampai sebuah batu menghantam pedang toan-lin hingga lepas dan yo-hun meraih istrinya dari pohon dan menjauh kesamping kiri , sesaat pertempuran itu berhenti dan disitu sudah hadir dua orang selain mereka yakni im-yang-sin-tai-hap dan kwee-kim-in , dengan sebuah lemparan kwaa-han-bu telah menyelamatkan nyawa lui-kim yang terancam , perawakan yang khas lelaki yang berdiri didepan mereka membuat tengkuk tiga penghuni pulau neraka meremang

“wajah kalian kenapa dibuat seperti badut begitu !?” tanya kim- in , ouw-ciong mendelik jengkel mendengar pertanyaan polos dari seorang gadis remaja itu namun hatinya ciut jika melihat perawakan pemuda tampan dihadapannya , “terimakasih atas pertolongan im-yang-sin-taihap yang telah menyelamatkan istri saya” yo-hun tiba-tiba menjura karena hatinya sudah yakin bahwa dihadapannya ini adalah she-taihap pendekar yang menggemparkan tionggoan , kwaa-han-bu tersenyum , “twako yang baik , berilah obat ini pada istrimu untuk memulihkan

tenaganya!” sahut kwaa-han-bu sambil memberikan sebuah pel berwana kuning , yo-hun segera menerima pel itu dan memberikannya pada lui-kim

“cici ! kenapa kamu tidak menjawab aku !?” tanya kim-in sambil memandang toan-lin dan pouw-eng , “kamu tahu apa gadis kecil !” bentak toan-lin dan hatinya makin bergetar ketika yo-hun menjura dan menyerukan nama im-yang-sin-taihap , “kalian ini siapakah , kenapa menyerang suami istri yang sedang beristirahat !? tanya kwaa-han-bu sambil melihat panggang kelinci yang masih berada di atas perapian bahkan sudah gosong , “ouw-ciong saling menatap dengan dua rekannya , “hmh… jangan dikira kami takut padamu im-yang-sin-taihap!” bentak ouw-ceng sambil mendengus , “hehehe..heheh , alian

ini aneh , seaneh muka kalian yang berwana warni , apakah tadi kalian takut padaku!? , “cih … siapa takut , jangan sombong kau im-yang-sin-taihap!” sahut toan-lin , “lalu kalian mau apa !? , mau melawanku !?” , “iya dan terimalah ini !” sahut ouw-ciong sambil menyerang , kwaa-han-bu bergeser sedikit dan menyentil pergelangan tangan ouw-ciong “aughh…” teriak ouw-ciong sambil melepaskan pedangnya karena tangannya nyeri sakit sekali

“su-moi , hadapilah ketiga lawan kita ini !” kwaa-han-bu melompat mendekati ui-hai-liong-siang sementara kim-in menyambut terjangan toan-lin dan pouw-eng yang hendak menyerang suhengnya yang sudah meninggalkan arena pertempuran , toan-lin dan pouw-eng terkesiap ketika dua tenaga sakti yang keluar dari telapak halus kecil dan mungil kim-in menerpa tubuh mereka , kim-in telah mengirimkan pukulan im-yang-giok-hoat dan kemudian menyerang ketiga lawannya dengan im-yang-tiauw-hoat , luar biasa indah dan kuatnya serangan yang banyak datang dari atas itu , tubuh kim- in yang mungil hanya sepundak toan-lin yang tinggi semampai

membuat kesan gesit dan cekatan disetiap gerakan jurus kim-in

tiga penghuni pulau neraka mengerahkan segala kekuatan dan kemampuan membendung serangan yang harus diakui kuat dan mantap itu , lain lagi dengan hawa im-yang berkesiuran dari dua lengan dan dua kaki gadis remaja yang menakjubkan ini , tiga pedang penghuni pulau neraka mengurung kim-in yang bertangan kosong , namun bagi she-taihap yang cantik ini sambaran tiga pedang yang dimainkan oleh ketiga orang sakti itu tidak membuat dia gugup , ilmunya im-yang-pat-hoat memang ilmu tangan kosong ciptaan bukek-siansu dan dengan level ilmu yang dimilkinya senjata tidak lagi hal yang utama dalam pertempuran , tangannya yang penuh hawa sakti dengan mudah menyentil badan pedang sehingga melenceng terpental dan sentilan-sentilan pada tiga pedang yang mengurungnya silih berganti terpental dan melenceng m bagi ui-hai-liong-siang yang menonton pertandingan luar biasa itu berdecak kagum dan takluk melihat gadis remaja yang merupakan sumoi im- yang-sin-taihap

tiga penghuni pulau neraka juga tidak habis pikir susah lewat dua ratus jurus mereka mengeroyok gadis remaja bertangan kosong ini namun mereka harus menelan kekecewaan karena ulet dan saktinya ilmu tangan kosong yang dikeluarkan kim-in , hari sudah malam dan suatu ketika pedang ouw-ciong menyerang dengan tusukan kearah dada kim-in dan pedang pouw-eng menyabet dari samping kanan sementara pedang toan-lin meneyerang punggungnya dengan tusukan , kim-in tiba-tiba terbang ke atas dan tanpa diduga menukik mencakar muka ouw-ciong , ouw-ciong berusaha bergeser kesamping dan “buk…prak…” bahu ouw-ciong remuk dihantam tendangan kaki kiri kim-in yang mengeluarkan hawa im dan kibasan kaki kanan kim-in yang mengandung hawa “yang” bergerak setengah lingkaran diudara menghantam kepala pouw-eng yang mendekat

ouw-ciong terjerembab ketanah , semetara pouw-eng sempoyongan karena pandangannya nanar kepalanya pening dan kemudian pouw-eng terduduk , toan-lin yang terkejut dengan cepat menahan langkah dan melompat kebelakang , mukanya pucat melihat kedua rekannya yang pada gebrakan luar biasa itu membuat keduanya ambruk , kim-in mendarat di atas tanah dengan ringan tanpa ada suara , kim-in tidak menyerang lagi karena toan-lin sudah terdiam dengan muka pucat , tiba-tiba ouw-ciong meraih tubuh pouw-eng dan melarikan diri , toan-lin juga tidak mau ketinggalan melompat menyelamatkan diri , kim-in mendiamkan lawan yang melarikan diri dan melangkah mendekati panggang kelinci yang sudah gosong , “sayang sekali sudah gosong , suheng ! sebentar , aku mau berburu kelinci!” lalu kim-in menghilang dari tempat itu

yo-hun segera menyalakan kembali api pemanggangannya dan sebentar saja tempat itu pun terang , “she-taihap sekali lagi kami suami istri ucapkan terimaksih , “sudahlah twako bukankah jamak kita saling tolong menolong , jadi legakan hatimu twako karena hal ini adalah sesuatu yang patut dan seharusnya,” sahut kwaa-han-bu , “bagaimana keadanmu cici

!? tanya kwaa-han-bu menatap lui-kim , “tenagaku sudah pulih she-taihap dan perutku hanya sangat lapar.” Jawab lui-kim sambil senyum , setengah jam kemudian kim-in sudah membawa daging kelinci yang sudah dikulit dengan bersih dan direjang dengan sebuah bambu , hanya tinggal di kasih bumbu penyedap dan dipanggang, “dimana kamu kuliti kelinci itu sumoi !?” , di sebelah sana ada rumpun bambu yang dibawahnya mengalir sungai suheng dan kelincinya kudapatkan dipinggir sungai itu , jadi sekalian saja kukuliti dengan sebilah sembilu.”

Kim-in membagi api menjadi dua tumpukan dan api yang menyala-nyala itu ditambah dengan ranting-ranting sehingga apinya semakin bernyala besar sementara bekas api yang lain di jadikan bara , lalu kim-in memanggang kelinci dan sambil mengoleskan bumbu penyedap , “she-taihap biarlah aku saja yang memanggang kelincinya!” sela yo-hun , “aku sajalah twako , twako dan cici istirahat saja , aduh .. mungkin cici sudah lapar sekali.” sahut kim-in , “biarkanlah sumoiku itu twako , sepertinya ada nasi twako ! kalau cici lapar tidak mengapalah pelan-pelan mengunyah nasi sambil menunggu panggang kelinci matang.” , “benar sekali kim-moi!” sela yo-hun dan segera menagmbil nasi yang dari tadi siang sudah matang dan masih terasa hangat , lui-kim mencoba menyuap nasi putih itu dengan perlahan

Dan tidak berapa lama kim-in merobek bagian kaki panggang kelinci yang sudah matang dan meletakkannya diatas daun dan menyerahkannya pada lui-kim , kemudian merekapun makan di terangi api yang bernyala besar , makan malam yang enak dan nikmat , lui-kim makan dengan lahap , setelah selesai makan dan minum , lui-kim menjadi mengantuk , “she-taihap maaf aku sangat mengatuk sekali.” , “ooh… tidak mengapa cici berbaring dan tidurlah , “cici boleh aku menemanimu tidur !?” sela kim-in , “tentu she-taihap , marilah kesini!” sahut lui-kim , yo-hun menyalakan tumpukan api lagi didekat ditempat yang datar dan lembut , “tidur disanalah kim-moi dan she-taihap !” , lui-kim dan kim-moi melangkah ketempat yang ditunjuk yo-hun

“taihap ! pertemuan tidak terduga ini sangat membuat hatiku sangat senang dan bahagia dan kenyataan bahwa she-tai-hap masih ada merupakan anugrah thian yang tiada terhingga” , “twako terlalu melebihkan keluarga kami .” sahut kwaa-han-bu senyum , “tidak ada yang dilebihkan dari she-taihap selama ratusan tahun , semua ungkapan yang keluar adalah kenyataan tidak terbantahkan taihap! , kemudian sesaat hening
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar