Pendekar Sakti Im Yang Jilid 2

Jilid 2

sembilan murid kepala itu meminta kepada pengawal rumah untuk menyampaikan kepada pah-sim-sai-jin akan kedatangan melaporkan hal yang penting , lalu pengawal jaga itu masuk kedalam dan kemudian keluar , “kata thian-te-ong kalian datang sore hari “ mereka mengangguk dan lalu pulang , kemudian sore harinya mereka datang lagi dan diterima pah-sim-sai-jin di ruang tengah rumahnya yang megah dan besar

“ada apa !? apa hal penting yang hendak kalian laporkan padaku “ tanya pah-sim-sai-jin dengan sikap agung , lalu salah seorang dari mereka berbicara “thian-te-ong , setahun terakhir ini ada kejadian yang menimpa salah seorang murid kepala yakni the-kun “ , “hmh.. apa yang menimpanya !? “ setahun yang lalu dia dipecundangi seorang tua berumur lima puluh tahun lebih yang dijuluki “ui-hai-sian “ kemudian untuk kali kedua dia dipecundangi dua orang tua juga berumur enm puluh lebih dan lima puluh lebih yang di juliki san-ji-liong dan terakhir dua minggu yang lalu the-kun dipecundangi oleh sepasang pendekar yang dijuliki “ui-hai-liong-siang”

“hmh… lalu ! apa yang telah kalian lakukan !? suara pah-sim- sai-jin berubah dan air mukanya mengeras , “kami beberapa bulan yang lalu tapi tidak berhasil , “baik ! kalian bubar biar ini ditangani oleh “thian-te-mo-si” sahut pah-sim-sai-jin dan kesembilan murid kepala itu meminggalkan pah-sim-sai-jin dan pah-sim-sai-jin memanggil empat orang muridnya thian-te-mo-si

, keempatnya datang menghadap , “ciu-tong , gu-can-lung , ma- tin-bouw dan liu-sam kalian berempat ada tugas yakni mencari lima orang yang baru muncul dan telah menghina hek-te” , “baik thian-te-ong , siapakah mereka yang hendak kami cari “ sela ma-tin-bouw, “kalian cari orang yang berjulukan “ui-hai-sian”

,”san-ji-liong” dan ui-hai-liong-siang “ , “baik thian-te-ong !” jawab mereka serempak , “kalian berempat bawa kepala mereka kesini “ , “baik thian-te-ong” , lalu mereka meninggalkan thian-te ong dan mempersiapkan diri

san-ji-liong sedang beristirahat disubuah hutan di sebelah utara kota yuguan , namun saat sedang menikmati makanan tiba-tiba empat orang muncul , kedua kakek itu sedang menyantap panggang kelinci , tiba-tiba serombongan pak-kek-hek-te muncul , “ini dia dua orang yang mengacau di ken-lung “ teriak sorang , mendengar itu sepuluh orang langsung mengurung san-ji-liong , “wah sepertinya cecunguk pak-kek-hek-te minta dihajar lagi in-suheng !” ,sela bun-sin “kalau mau minta dihajar sin-sute! , mari kita kasih ajar “ sahut keng-in

keduanya lalu bergerak menyerang dengan gesit , sepuluh orang pengeroyok itu kalang kabut dan dalam empat gebrakan empat orang sudah ambruk mencium tanah , enam orang berusaha terus merangsak maju , namun lagi-lagi tubuh mereka jadi bulan-bulanan dua kakek yang kosen itu , ketika empat orang tumbang , dua puluh orang muncul dan langsung menyerang san-ji-liong , dalam beberapa saat gerakan san-ji- liong tertahan , namun sepuluh jurus kemudian keroyokan itupun mulai berantakan , dua orang terlempar kena hantam pukulan keng-in dan menyusul dua orang kena tending bun-sin

setelah itu susul menyusul tamparan dan pukulan san-ji-liong menghantam para pengeroyok , akhirnya enam orang melarikan diri , dan sisanya tergeletak meringis kesakitan bahkan sebagian besar tewas , san-ji-liong meninggalkan hutan memasuki kota yuguan , di yuguan san-ji-liong bermalam di sebuah likoan , pemiliknya adalah she-In salah satu anggota pak-kek-hek-te , malam itu enam orang yang melarikan diri berketepatan bersembunyi di rumah she-in bernama pouw-ci pemilik likoan dan telah menceritakan keadaan mereka yang dipecundangi oleh san-ji-liong

“in-suheng sepertinya kita kedatangan tamu “ , sela bun-sin , “kita lihat dulu apa maunya mereka “ sahut keng-in ,lalu keduanya melompat keatas dan duduk diatas kuda-kuda atap kamar dan tidak berapa lama sebuah benda berasap dijatuhkan dari atap kedalam kamar , san-ji-liong bergerak menjebol atap dan keduanya melihat dua orang diatas atap dan terkejut melihat kemuculan mereka , bun-sin segera bergerak menotok keduanya dan membawanya kebawah

“cepat katakan apa maksud kalian memasukkan asap beracun kedalam kamar!“ bentak bun-sin namun empat puluh orang sudah meneglilingi halaman bukoan dimana san-ji-liong mengancam kedua penyusup itu , “serang ..! “ teriak in-pouw-ci pemilik likoan , halaman luas itu jadi ajang pertempuran yang ramai , empat puluh orang susul menyusul menyerang dan menekan san-ji-liong , namun san-ji-liong bergerak cepat dan gesit membagi-bagi pukulan mematikan pada keroyokan tersebut , dalam jangka satu jam empat puluh orang hanya tinggal duap puluh orang , san-ji-liong mendesak semakin hebat sehingga sepuluh gebrakan berikutnya sepuluh orang tewas dengan luka dalam yang menghanguskan organ dalam mereka akibat dari pukulan “te-yang-sin-ciang” dari dua kakek kosen itu , dan ketika dua orang lagi tumbang tiba-tiba empat orang muncul dan langsung menyerang san-ji-liong , keempat penyerang itu adalah “thian-te-mo-si” murid utama pah-sim-sai- jin

serangan mereka demikian cepat sehingga san-ji-liong terdesak mundur , namun setelah menyadari keadaan lawan san-ji-liong mengerahkan kekuatan ilmu baru mereka sehingga serangan thian-te-mo-si dapat diimbangi , pertempuran tingkat tinggi pun berlangsung seru dan menakjubkan bun-sin melawan ciu-tong dan gu-can-lung sementara keng-in menghadapi ma-tin-bouw dan liu-sam , hingga tiga ratus jurus san-ji-liong masih dapat bertahan namun ketika adu pukulan sakti terjadi untuk kesekian kalinya , san-ji-liong tertekan demikian hebat yang masing- masing membendung dua tenaga dari kedua lawan masing- masing , lalu san-ji-liong mencabut pedang dan mengeluarkan “jit-yang-kiam”

pertempuran senjatapun dimulai , gulungan dan sinar pedang yang mengintai nyawa berpendar saling beradu dan bertemu “beng-cui-in-kiam” digerakkan empat pemuda gembelengan menghadapi “jit-yang-kiam” yang dimainkan dua orang kakek kosen , percikan bunga api yang menyilaukan berpendar saat pedang beradu , pertempuran luar biasa dahsyat itu telah hampir tiga jam namun thian-te-mo-si belum lagi dapat mendesak san-ji-liong walaupun keduanya dikeroyok empat , jangankan terdesak bahkan mereka juga mendapat serangan san-ji-liong tidak kalah berbahayanya , keadaan itu membuat mereka marah sehingga mereka mengeluarkan ilmu pedang kedua yang diajarkan pah-sim-sai-jin yakni “eng-lo-in-kiam” terdengarlah gaung yang menyesakkan nafas dan membuat sakit telingga

san-ji-liong mengerahkan tenaga sakti untuk membendung suara yang membuat sesak nafas dan gerakan mereka makin di perhebat menyerang thian-te-mo-si , malam semakin larut dan perlawanan san-ji-liong mulai melemah dan pengaruh gaung suara sentakan pedang membuat pertahanan keduanya kacau sehingga keduanya terdesak hebat namun ditengah keterdesakan itu dua buah bayangan muncul dan membantu san-ji-liong , thian-te-mo-si terkejut dan undur kebelakang karena kuatnya serangan pedang yang menghantam pedang mereka

dua orang yang baru muncul itu adalah yo-hun dan siangkoan- lui-kim atau “ui-hai-liong-siang” , “bagaimana keadaan jiwi- cianpwe ?!” tanya yo-hun , “hahahah , bukankah keduanya ini pemuda dan pemudi yang bersama kita ditengah laut in- suheng!?” seru bun-sin gembira namun sebelum keng-in menjawab terdengar sumpah serapah dari thian-te-mo-si yang menyerang dengan ganas , dan pertempuranpun berlanjut , namun kali ini thian-te-mo-si harus menerima pil pahit karena dua bantuan yang berpihak san-ji-liong memiliki ilmu yang juga tidak kalah hebatnya , “ui-hai-liong-siang” mengeluarkan ilmu “thian-te-it-kiam” membuat thian-te-mo-si tercengang dan kaget merasakan kuatnya dan tingginya ilmu pedang tersebut

thian-te-mo-si bertahan sekuat daya namun sabetan pedang dan tusukan pedang sudah mulai melukai tubuh mereka dan akhirnya ma-tin-bouw tidak dapat mengelak lagi saat pedang keng-in menebas lengannya hingga putus dan disusul pedang lui-kim menusuk perut gu-cang-lun , keduanya ambruk ketanah namun dengan cepat kedua saudaranya meraih tubuh keduanya dan melarikan diri , “tidak usah dikejar !” teriak keng- in kepada yo-hun yang hendak mengejar , yo-hun membatalkan niatnya

“terimakasih jiwi taihap “ keng-in menjura , “aih..cianpwe sudah jamak kita saling tolong menolong !” sahut yo-hun , “hahaha…heheh , seungguh pertemuan kita ini tiada disangka karena kita yang sama-sama ditengah laut dipermainkan amukan badai ternyata selamat dan hari kita bertemu di daratan besar” bun-sin tertawa senang , “kami juga tidak menyangka pertemuan ini tapi kenalkan dulu saya ini yohun dan ini siangloan-lui-kim sumoi saya “ sahut yo-hun , “haha.. saya adalah khu-bun-sin dan ini suheng saya adalah cu-keng-in “ sahut bun-sin

“marilah kita duduk dulu dan tidak salah kiranya kita saling menceritakan pengalaman kita selama dipisahkan amukan badai laut kuning , apa yang terjadi pada kalian anak muda yang baik ? “ sela keng-in sambil duduk , yo-hun tersenyum dan diapun ingin sekali tahu apa yang dialami dua cianpwe ini , sambil juga duduk yo-hun menjawab , “jiwi cianpwe kami selamat dari amukan badai demikian juga tiga orang hek-te , kami berlima sampai disebuah pulau yang namanya kami tidak tahu , namun ketika kami masuk kehutan bantak sekali ular belang didalamnya “ , “lalu bagaimana hun-ji!?” tanya bun-sin , “kami dengan sumoi keluar hutan dan sementara tiga orang hek-te juga mungkin memasuki hutan namun tidak keluar , lalu kami mendapat sebuah perahu yang terbalik dan masih utuh dan dengan perahu itu kami meninggalkan pulau itu “ “hmh… terus kalaian kemana hun-ji!?” tanya keng-in , “selama satu malam kami akhirnya kami bertemu seorang nelayan dan kami dibawa ketempatnya disebuah pulau yang bernama pulau nelayan “ lalu ilmu pedang yang luar biasa itu ! apakah kalian dapat di pulau itu !?” tanya bun-sin , “benar ciampwe dan kumpulan nelayan itu masih primitif karena mereka tidak memmpunya nama dan mereka hidup dengan kekeluargaan yang kuat dan ciri khas laki-laki pada kumpulan itu semuanya gundul dan walaupun mereka nampak terbelakang tapi mereka memiliki ilmu yang luar biasa tingginya “

“lalu bagaimana kalian mendapatkan ilmu dari kumpulan orang- orang seperti itu !? kami hanya mencontoh gerakan yang mereka lakukan dan itu kami latih selama lima tahun di pulau dimana nelayan itu bertemu dengan kami “ , “artinya kalian tidak tinggal bersama kumpulan itu “ sela bun-sin , “benar cianpwe , dan nelayan yang bertemu dengan kami itulah yang mencobtohkan gerakan-gerakan itu “ sahut yo-hun

“lalu jiwi cianpwe bagaimana bisa selamat dan apa yang dialami !? “ tanya lui-kim , bun-sin tersenyum memandang lui- kim lalu menjawab , “kami juga selamat dan terdampar disebuah pulau yang namanya juga kami tidak tahu , kami yang terdampar kepulau itu tiga orang , saya , suheng dan nenek tua dari teluk pohai itu , namun nenek tua itu sudah tewas “ lui-kim dan yo-hun mendengarkan dengan antusias , “lalu bagaimana selanjutnya cianpwe !?” tanya lui-kim , “kami memasuki hutan itu berencana mau membuat rakit dan meninggalkan pulau , namun ternyata dipulau itu kami menemukan sebuah goa yang banyak lukisan-lukisan orang bersilat , nah..! sejak itu kami pelajarilah gerakan dari gambar-gambar itu selama empat

tahun “ , sesaat semuanya terdiam dan hening , “hmh.. menurut cianpwe masih adakah diantara kita yang masih hidup !? , “meneurut saya masih ada satu lagi “ sahut bun-sin , “siapakah itu cianpwe ?” , “aku tidak tahu siapa dia , namun yang jelas

satu diantara kita “ sahut bun-sin , “lalu bagaimana cianpwe menduga demikian !? “ tanya lui-kim , “karena beberapa hari kami berada di kota ken-lung kami mendengar julukan “ui-hai- sian” yang katanya orang itu baru muncul dari laut kuning “ sahut bun-sin , “hmh… ya kami juga mendengar julukan itu di kota ken-lung dan juga kami mendengar julukan “san-ji-liong “

tentunya itu kedua cianpwe “ sela yo-hun , “benar hun-ji “ sahut bun-sin , “lalu apa julukan yang orang ken-lung berikan pada kalian !? “ sela keng-in senyum , “yo-hun juga tersenyum , “kami dijuluki mereka dengan julukan “ui-hai-liong-siang” sahut yo-hun 

“hmh… julukan yang indah dan gagah „ sela bun-sin , yo-hun dan lui-kim tersenyum , “lalu kemanakah tujuan kalian hun-ji !? “ tanya keng-in , “cianpwe ! , pertama-tama kami harus kembali kebarat tepatnya ketempat sumoi di nanning “ kedua kakek itu saling pandang lalu tersenyum , “apakah sepasang naga akan menikah !?” sela keng-in tersenyum penuh selidik , yo-hun tersenyum sementara lui-kim merasa panas mukanya karena jengah dengan tepatnya perkataan keng-in , “benar cian-pwe !” sahut yo-hun , lalu kedua kakek itu melipat tangan dan berkata sambil tersenyum girang , “kionghi..kionghi “ kami turut senang mendengarnya kim-ji , hun-ji “ ucapan selamat itu diterima dengan senyum oleh yo-hun dan soangkoan lui-kim , lalu pagi itu mereka meninggalkan kota yuguan dan berpisah karena u- hai-liong sian ingin segera sampai kekota nanning di wilayah barat sementara perjalanan san-ji-liong hanya menurutkan kaki kemana pergi

Didaerah pantai kota kaifeng kesibukan berjalan sebagaimana biasanya , para nelayan baru mendarat sibuk menawarkan ikan tangkapannya , ibu-ibu yang ingin mendapatkan ikan-ikan segar hilir mudik melihat-lihat jenis ikan , para penammpung ikan dalam jumlah besar juga tidak ketinggalan melihat-lihat ikan yang akan dibawa kepasar ikan didalam kota , deburan ombak yang menghempas pantai menambah riuh rendah suasana kesibukan di pantai itu

Sebuah perahu melaju dari tengah laut yang ditumpangi seorang lelaki rupawan nan tampan menuju pantai , bebarapa orang memperhatikan karena merasa heran , karena orang yang datang dari tengah laut tentulah nelayan , dan kalau bukan nelayan tentulah penghuni pulau kura-kura , dan sepuluh tahun pulau-kura-kura sudah tidak berpenghuni , para tukang menyeberang juga tidak pernah lagi menyeberangkan orang ke pulau kura-kura sejak sepuluh tahun yang lalu

Namun pada pagi yang cerah itu seorang pemuda berpakain indah dan rapi sabuk warna kuning tersampir lembut di kedua pundaknya yang kekar , satu ujungnya sampai kelutut sementara ujung yang lain melingkar lebar di lehernya sehingga lingkaran sabuk itu berjuntai diatas dadanya dan ujungnya melambai di bagian tubuh belakangnya sampai dibawah pinggul , kwaa-han-bu berdiri tegap demikian agung dan mempesona di atas perahu , beberapa nelayan dan ibu-ibu mendekat kepantai untuk ketika perahu itu menyentuh bibir pantai , pemuda itu turun dengan senyum ramah menatap orang-orang yang mendekatinya , “siapakah gerangan engakau anak muda !? “ tanya seorang lelaki berumur lima puluh tahun , sambil menjura pemuda itu menjawab lunak dan ramah dihiasi senyum yang tidak lekang dari bibirnya , “aku kwaa-han-bu dari pulau kura-kura lopek dan para sicu dan toanio yang baik “ semua yang mendengar jawaban itu takjub dan berseri-seri , “tentulah bu-ji turunan dari she-taihap ! “ kembali orang tua itu bertanya , “benar sekali lopek “ sahut kwa-han-bu , “apakah selain bu-ji masih ada orang di pulau kura-kura !?” , “tidak ada lopek , hanya saya sendirian “ sahut kwa-han-bu

“baiklah lopek dan sicu semua aku permisi dulu untuk melajutkan perjalanan dan sampai bertemu lagi “ kwa-han-bu

melambaikan tangan dan melangkah pergi dan dibalas lambai oleh orang-orang itu dengan senyum berseri-seri , setelah tiga tahun mempelajari im-yang-pat-sin-im-hoat kwa-han-bu melanjut pelajaran pada kitab yang berisi tentang pengobatan , dan selama setahun kwaa-han-bu memahamkan ilmu pengobatan , setelah kwa-han-bu membawa semua kitab kedalam goa dibalik air terjun dan memasukkan kembali kedalam peti waktu dini hari keesokan harinya kwa-han-bu berlatih di halaman istana , ilmu serapan bu-tek-cingkeng di mainkan , tubuh kwa-han-bu bergerak luar biasa cepat hingga bentuk bayangannya saja tidak dapat terlihat jelas karena seprti lintasan cahaya , kemudian tubuh kwa-han-bu berubah menjadi dua dan terpisah sejauh sepuluh meter dan kedua tubuh itu bergerak sama entah mana tubuh asli , setelah itu kwa-hanbu memainkan ilmu “im-yang-sian-sin-lie” kipas ditangan sabuk tersampir dibahu , gerakan yang cepat dan luar biasa demikian indah , kokoh dan menakjubkan , hawa im dan yang demikian kentara dihalaman yang luas itu , dua ujung sabuk bergerak bagai dua tangan meluncur , melibat , menegang , membacok , menotok dan mengibas , tarian gerak yang sangat indah , gemulai lembut namun menyimpan daya serang dan pertahanan yang luar biasa , setelah selesai semua jurus dikeluarkan , kwa-han-bu merubah gerakan , telunjuknya membuat gerakan menulis demikian juga kakinya , kwa-han-bu memainkan ilmu “im-yang-bun-sin-im-hoat “ gerakan gesit , indah mengandung gaya seni yang menakjubkan setiap gerakan menimbulkan suara berisik daun yang diterpa hembusan angin dan suara itu memiliki kekuatan tersendiri , mempengaruhi sukma yang mendengarnya , hingga pada tingkat puncaknya membuat orang yang mendengarnya menangis atau tersenyum

hari sudah malam dan kwa-han-bu masih bergerak lincah dengan ilmu silatnya yang berdaya seni luar biasa itu , kemudian gerakan itu berubah , gerakan melukis sudah berubah dengan pukulan , cakaran dan jotosan dan tamparan , kwa-han-bu sudah memainkan ilmu im-yang-pat-sin-im-hoat , suara gmerisik masih terdengar dengan daya mangis yang berbeda dan suara gemerisik itu diselingi pekikan , auman

,siulan , desisan dan ringkikan yang keluar dari mulut kwa-han- bu , dan daya magis suara ini hingga pada puncaknya akan membuat orang yang mendengarnya tercenung diam mematung dan pingsan atau tertidur

Kwa-han-bu berhenti bergerak saat senja temaram mengarak di cakrawala , luar biasa latihan yang dilakukan oleh kwa-han-bu , bergerak dua hari satu malam tanpa henti dan nafas itu masih tenang dan lembut , keringat hanya membasahi keningnya , setelah itu kwa-han-bu menuju telaga untuk membersihkan diri dan kemudian memasak makanan , kwa-han-bu sudah berumur delapan belas tahun selama sebulan giat mengulang-ngulang latihannya setiap hari dengan jangka waktu yang demikian panjang

Saat fajar menyingsing dan pagi masih remang , kwa-han-bu meninggalkan pantai kura-kura menuju daratan besar , dan saat matahari terbit kwa-han-bu sudah sampai dibibir pantai kota kaifeng dan disambut ramai oleh orang-orang yang berketepatan berada di tepi pantai sebagaimana di sebutkan diatas

kwa-han-bu memasuki pasar kota kaifeng , wajah rupawan itu mengundang perhatian , penampilan yang agung dengan sampiran sabuk warna kuning tidak dapat tidak membetik mata untuk memandang dan menikmati pesonanya terlebih para wanita penghibur yang memang marak disetiap kota , wanita- wanita itu menjerit-jerit centil memanggil-manggil dari bangunan tingkat atas rumah bordil dan terdengar keluhan kecewa karena kwa-han-bu tidak pun memandang kepada mereka

kwa-han-bu memasuki likoan kecil dan sederhana , seorang pelayan menyambutnya dengan ramah , “twako! aku pesan nasi dan lauknya serta teh panas “ pelayan itu mengangguk dan segera kebelakang untuk menyiapkan pesanan , tidak lama pesanan tersaji , “silahkan dinikmati kongcu ! “ kwa-han-bu menatap pelayan dengan senyum ramah , “terimakasih twako” , pelayan itu berbalik dan meninggalkan kwa-han-bu , dan baru saja kwa-han-bu menyelesaikan makannya , enam orang berbadan besar dan kekar memsuki likoan , tamu yang sedang makan terkejut dan muka pucat terlebih pelayan yang hanya seorang itu , pemilik likoan segera datang mendekat sambil menyembah-nyembah , “a...ada pakah tuan ?.. a…. apakah yang salah ? , ma..mafkan kami “ , “huh..! bukankah kamu sudah diperingatkan jangan membuka likoan sebelum matahari tinggi dan kamu telah merusak keuntungan wan-kongcu “ , “tapi tuan ! bukankah matahari sudah tinggi dan para pedagang jalanan sudah sarapan di likoan wan-kongcu dan bahkan pemilik toko-toko juga sudah memesan makanan di likoan wan- kongcu” sahut pemilik likoan kecil itu membela diri

“tapi kamu masih memiliki pengunjung bahkan sampai tujuh orang !” bentak pimpinan orang –orang kasar dan kekar itu , “kami sudah mengikuti peraturan wan-kongcu , jika likoan saya ada tamu kenapa juga harus dikangkangi !? “ sahut pemilik likoan sedih dan merasa tertekan , “hah…! kamu mau menantang wan-kongcu !” bentak pimpinan itu sambil melototkan mata , kwa-han-bu yang mendengar perbantahan itu merasakan ketidak adilan yang berlaku didepan matanya , lalu kwa-han-bu berdiri dan mendekati enam orang kasar itu

“sebaiknya cuwi kembali dan sampaikan kepada wan-kongcu bahwa peraturan yang menindas itu mulai hari ini tidak berlaku lagi ! “ semua orang terkejut mendengar pernyataan pemuda rupawan itu , terlebih enam orang kasar itu , “heh..! kamu siapa

!? apa akamu mau mati sehingga menantang wan-kongcu !?” , “sebelum cuwi babak belur saya tampar sebaiknya kembali dan tinggalkan tempat ini serta jangan lupa sampaikan pada kongcumu bahwa penghuni pulau-kura-kura menantang kezaliman ini “ semua yang berada dalam likoan dan beberapa orang diluar yang mengerumuni menyaksikan perbantahan terkejut dan dua lelaki tua berumur tujuh puluh tahun merinding iba dan menangis mendengar pernyataan kwa-han-bu , dan seorang dari mereka berkata

“kalau tidak mau celaka , jangan kelakuan burukmu terdengar sampai ke pulau kura-kura”

semua orang yang tadi tertarik melihat perbantahan itu memandang heran pada dua kakek yang menangis sesugukan dan berujar itu enam orang kekar itu juga tak dapat tidak surut dan undur terkejut , tanpa bicara mereka segera menyingkir , pemilik likoan tercenung menatap pemuda yang membelanya , pulau kura-kura baginya yang berumur tiga puluh lima tahun hanya pulau biasa yang dihuni oleh she-taihap yang sudah tewas oleh pah-sim-sai-jin , “terimakasih kongcu atas pembelaan , namun malapetaka akan menimpa kami dengan pernyataan kongcu “ kata pemilik likoan bernada cemas , “paman …! sedaya upaya yang ada padaku kezaliman ini akan kulenyapkan , jadi

tenagkan hati paman “ sahut han-bu menenangkan pemilik likoan “dan aku akan tetap disini menunggu reaksi dari pernyataanku “ han-bu menambahkan sehingga wajah pemilik likoan sedikit tenang

satu jam kemudian dua puluh tukang pukul beserta seorang lelaki berumur dua puluh tujuh tahun datang dengan muka sangar , kwa-han-bu berdiri dan keluar dari likoan sebelum lelaki yang baru datang dengan dua puluh orang kasar itu angkat bicara sudah didahului oleh kwa-han-bu , “apakah sicu she-wan !? “ lelaki itu mendelik marah tmerasa tertampar dengan pertanyaan itu karena biasanya ia yang menekan dan memulai pembicaraan tiba-tiba didahului pemuda belasan

tahun dihadapannya , “bangsat ..! pemuda kencur , apa kamu yang membanggakan pulau-kura-kura yang ttinggal namanya itu !?” han-bu tersenyum lembut , tapi senyum ramah dan lembut itu dibarengi hal luar biasa , “plak…plak…plak…plak…” wajah lelaki itu empat kali ditampar kwa-han-bu , lelaki itu terjengkang ambruk ketanah sambil memegangi kedua pipinya yang rasanya bengkak hinga dua kali lipat

anak buahnya segera menyerang namun sekali kibas tujuh orang yang kebih duluan mendekati kwa-han-bu terlempar jatuh menimpa rekannya yang lain , mereka meringis kesakitan , melihat kibasan yang melempar tujuh orang dari mereka yang lainnya undur namun siaga , wan-kongcu yang sudah bangkit mengeluarkan pedangnya dan menyerang , kwa-han-bu dua kali berkelit dan kali ketiga , “trang,,, cep… adouwhhh “ pedangnya dijepit dua jari kwa-han-bu dan metahkannya , dan patahan itu menancap tiga dim di pahanya , membuat wan- kongcu menjerit , darah mengucur deras

orang-orang sangat ramai menonton peristiwa itu , wan-kongcu jadi mati kutu , wajahnya sudah pias , kwa-han-bu menarik kerah baju wan-kongcu dan menariknya berdiri , wan-kongcu meringis kesakitan karena lukanya terasa nyeri lalu ia didudukkan di sebuah kursi ditengah halaman likoan dan disaksikan orang banyak , “katakan apa saja yang kamu usahakan dikaifeng ini !” bentak kwa-han-bu , wan-kongcu yang sudah mati kutu berkata, “saya memiliki likoan , dua buah pokoan dan sebuah rumah bordil “hmh… “ persyaratanmu pada likoan lain tidak berlaku lagi , pokoanmu tutup karena merusak daya usaha dan pikir demikian juga rumah bordilmu tutup karena menjijikkan dan semua pekerja dipokoan dan bordilmu berikan uang tanggungan selama tiga bulan untuk laki-laki dan setahun untuk perempuan” wan-kongcu tercenung membayangkan kebangkrutannya , “kamu dengar dan mengerti !?” bentak kwa-han-bu membuyarkan lamunan wan-kongcu , “ba-baik taihap “ “bagus , dua hari waktu saya berikan , terus berapa banyak pokoan dan bordir yang ada kaifeng ini!? , “ada empat bordir dan enam pokoan “ , “yang lain milik siapa !? , dua bordir dan dua pokoan milik coa-kongcu dan dua pokoan dan satu bordir milik kui- kongcu” , “baik ! , han-bu mendekati pemilk likoan ,dan meminta sesuatu padanya , pemilik likoan segera kedalam dan tidak berapa lama pemilik likoan keluar membawa alat tulis , kwa- han-bu menulis dua buah surat , lalu han-bu mendekati wan- kongcu , “kalian empat orang kesinilah !“ han-bu memanggil empat orang anak buah wan-kongcu , , “dua orang kalian masing-masing bawa surat dan berikan kepada coa kongcu

dan kui-kongcu “ han-bu menyerahkan surat yang baru ditulisnya

enam orang itu segera beralalu , “dan sekarang she-wan pulanglah dan dua hari lagi saya akan mendatangi rumahmu “ wan-kongcu digotong anak buahnya meninggalkan tempat itu

dua kakek yang menangis tadi mendekat , han-bu menatap keduanya dengan senyum dan menyambutnya dengan kedua tangan kemudian meraih tangan kurus tinggal kulit membalut tulang itu dan membawanya wajahnya yang menuduk dan mencium punggung tangan itu , “tindakan yang luar biasa membuat orang terenyuh , dua kakek itu kembali sesugukan berderai air mata dari mata yang cekung , “she-taihap , terimaksih thian ! she-taihap telah muncul kembali , turunan bengcu datang lagi “ kedua kakek itu memandang sunyuman yang lembut dan menyejukkan itu , hati keduanya nyaman , “dua kakek yang mulia , saya kwa-han-bu ! doakan siauwte

untuk menjalani tugas hidup yang masih membentang “ doakan siauwte untuk tidak lupa diri “ sela han-bu lembit

“bu-ji apa yang kamu minta untuk kami doakan , lebih dari itu akan kami minta pada thian , banyak harapan bertabur dipundakmu seiring laksaan doa kami pujikan pada thian

untukmu “ , “terimakasih kakek ! “ sahut kwa-han-bu , lalu kedua kakek itu berlalu dengan sunyum tersungging dibibir keduanya , orang-orang kemudian bubar sambil kasak kusuk membicarakan peristiwa hari itu , “paman..! selain dari tekanan para kongcu itu apa lagi yang menekan keadaan penduduk kaifeng !? “ tanya han-bu kepada pemiliki likoan , “taihap yang menekan kehidupan penduduk hampir diseluruh tionggoan ini adalah maraknya kejahatan dan tingginya pungutan pajak , namun terlepas dari dua hal itu semuanya dipicu oleh satu tirani yang timbulkan oleh pah-sim-sai-jin “ sahut pemilik likoan ,,

kwa-han-bu mengengguk-angguk , “jika seorang dapat mempengaruhi hampir seluruh wilayah tentunya dia punya antek anggota yang banyak “ , “benar taihap , pah-sim-sai-jin memiliki kubu di empat wilayah yang disebut dengan hek-te , untu wilayah selatam ini berkedudukan di hanzhong dengan

sebutan lam-kek-hek-te “ , “terimakasih paman ! informasi yang sangat berguna bagi saya “ sahut kwa-han-bu , “lalu apa selanjutnya yang akan taihap lakukan !? “ , “saya akan menuntaskan para kongcu dulu dan bagaimana selanjutnya nanti akan kupikirkan namun yang jelas informasi paman telah jelas bagi saya apa yang akan saya hadapi “ sahut kwa-han-bu

Kwa-han-bu berjalan mendekati rumah megah bercat merah , tempat itu kediaman song-kungcu , dua orang penjaga pintu menatap tajam padanya , dengan suara keren seorang pengawal bertannya , “siapa kamu !? dan apa urusanmu

datang kemari !?” kwa-hanbu senyum menjawab , “aku han-bu she kwa dan urusanku kemari ingin bertemu taijin perihal pungutan pajak yang terlalu besar hingga mencekik dan menyengsarakan rakyat “ , “apakah kamu penduduk kota ini !? “

, “tidak ..! tapi tempatku ada diseberang kota kaifeng ini “ , “kalau kamu bukan penduduk tempat ini tidak ada hak bagimu untuk mencampuri urusan kebijakan taijin untuk rakyat disini “ , “sicu ..! cukup berhargakah jika aku katakan aku penghuni pulau kura-kura !? , dan oleh karena itu aku sangat berhak mencampuri hal apa saja yang tidak menyamankan penduduk kaifeng khususnya dan wilayah selatan umumnya ” mendengar pernyataan itu kedua pengawal terkejut dan terkesima

Kontan keduanya berubah sikap , “maafkan kami taihap , jika demikian kami akan sampaikan kedalam dan tunggulah sebentar” , lalu salah seorang dari pengawal segera melapor kedalam dan tidak berapa lama pengawal itu keluar , “silhkan

taihap , taijin bersedia menerima taihap “ , “baik dan terimaksih jiwi sicu ! “ kwa-han-bu diantar kedalam rumah oleh seorang pengawal , kwa-han-bu menjura dan memperkenalkan diri dan song-taijin lelaki berumur lima puluh tahun mempersilhkannya duduk

“taijin yang baik ! , saya baru tadi pagi sampai disini dan saya mendengar bahwa pungutan pajak yang diberlakukan sangat besar dan itu menekan danb menyengsarakan rakyat , apakah tidak bisa dikurangi dan diperingan sehingga rakyat tidak

terbebani !? “ kata han-bu dengan tenang dan lembut , “she- taihap ! jika sekiranya kondisi wilayah normal seperti dulu tidak ada pemaksaan liar dari segelintir penjahat yang mengkungkung keadaan kami , hal yang di harapkan taihap dapat kami lakukan “ , “terimaksih taijin yang baik , saya juga yakin bahwa taijin tidak berlaku sewenang-wenang dan tentu kebijakan ini ada pemicu yang memaksa dan katakanlah padaku taijin yang baik ! penjahat manakah gerangan yang memaksa taijin “ sahut han-bu bijak dan lembut

“she-taihap yang budiman ! kedatanganmu menrupakan secercah sinar yang aku harap tidak hanya sekedar mengkilat tapi lebih dari itu kalau bisa dapat menerangi kembali kegelapan yang menyelimuti kaifeng khusunya “ , “hal itu aku akan upayakan semampu kekuatan daya yang ada padaku

taijin “ , “terimakasih sebelumnya taihap , nah..! tionggoan umunya telah hampir sepuluh tahun di kuasai oleh seorang penjahat kelas berat dangan kemampuan luarbiasa hebat dan kaki tangan yang teratur rapi dan kuat mencengkram kehidupan rakyat , dia adalah pah-sim-sai-jin dan olehnya juga kelurga taihap di pulau kura-kura bersabung nyawa “ song-taijin memandang wajah kwa-han-bu yang tenang dan lembut lalu kemudian melanjutkan

“pah-sim-sai-jin membentuk satu kota khusus yang berisi penjahat dan pelaku kezaliman , kota ini disitilahkan dengan hek-te dan untuk wilayah selatan ini disebut dengan lam-kek- hek-te , kemudian dari kota inilah semua aktivitas kejahataan menyebar menindas kota-kota lain, semua kungcu diseluruh wilayah dipaksa membayar upeti yang diantarkan kokota-kota hitam tersebut setiap tahunnya dan untuk wilayah selatan lam- kek-hek-te itu berada di kota hanzhong “ kwa-han-bu manggut- manggut mendengarkan , “lalu apakah ada lagi bagian terdekat dari kaki tangan pah-sim-sai-jin yang langsung berhadapan dengan tai-jin sendiri selaku pemerintah di kota ini !?” , “masih ada she-taihap ! yakni bahwa untuk menjamin kelancaran upeti masuk kekota hitam maka disetipa kota ada anak buah mereka yang membaur dengan rakyat dan menguasai bidang-bidang penting dalam aktivitas rakyat “ , “hmh… contohnya bidang- bidang penting itu apa taijin !? , “contoh hal-hal penting itu adalah bidang dagang , bidang jasa dan bidang kecakapan” , “apakah maksud taijin bahwa bidang dagang seperti likoan dan rumah makan , bidang jasa seperti piuawkiok dan bidang kecakapan seperti bukoan !? “ , “benar sekali taihap !” jawab song-taijin

“hmh… lalu ! kapan taijin akan mengantarkan upeti ke hanzhong !?” , “masih lama taihap ! karena baru tiga bulan yang lalu upeti dikirimkan kesana “, “baiklah kalau begitu taijin ! aku akan bekerja beberapa hari ini dan semoga kaifeng khususnya dan kota-kota pada umumnya di wilayah selatan ini lain dapat normal kembali “ , “semoga saja taihap , dan perhatian dari taihap dan she-taihap dari pulau kura-kura selama sebelum muncul tirani ini saya haturkan banyak

terimakasih “ lalu kwa-han-bu pamit dan meninggalkan kediaman song-tai-jin

dalam dua hari terjadi hal yang menggemparkan dikota kaifeng dimana dua bordir ditutup dan empat pokoan juga ditutup para pekerja diberikan tanggungan hidup tiga bulan untuk laki-laki dan satu tahun untuk perempuan , kwa-han-bu mendatangi rumah wan-kongcu , rumah itu tergolong perumahan elit dan megah , ketika melihat kedatangan kwa-han-bu wan-kongcu yang masih dibalut luka pahanya menyambut kwa-han-bu dengan ketar ketir ,“wan-kongcu ! saya telah mendengar bahwa empat pokoan telah ditutup dan dua tumah bordir juga” , “saya sudah tutup bordir dan pokoan saya taihap dan juga saya sudah berikan tanggungan hidup para pekerja sebagaimana yang taihap katakan” sahut wan-kongcu dengan nada suara bergetar , “empat anak buahmu yang saya suruh panggilkan kesini !” wan-kongcu melambai pada anak buahnya dan menyuruh empat orang yang disuruh kwa-han-bu supaya disuruh menghadap , empat orang itu pun datang menghadap

“kalian ceritakan bagaimana tanggapan surat yang kalian sampaikan !” perintah kwa-han-bu , seorang dari mereka menjawab , “kami sudah mengantar surat yang taihap berikan kepada kui-kongcu dan setelah membaca surat taihap , kui- kongcu menjawab akan melaksanakan sesuai yang diperintah “ lalu bagaimana dengan coa-kongcu !?” seorang dari yang mengantar surat kepada coa kongcu bercerita “kami sudah mengantarkan surat yang taihap berikan kepada anak buah coa kongcu dan bagaimana jawabannya kami tidak tahu taihap “ , suasana hening , bagaimana tanggapan coa-kongcu , mari kita mundur dua hari yang lalu

“twako..! menurutmu apa isi surat dari she-taihap ini !” , “hmh… itu bukan urusan kita hong-cin , kita disuruh menyampaikan ya kita sampaikan “ keduanya dengan burru buru berjalan mengarah ke utara kota kota kaifeng , dan sore harinya mereka pun sampai , dua orang pengawal jaga mencegat mereka , “heh..! kalian ini siapa !? “ , “kami anak buah wan-kongcu dan hendak mengantarkan surat ini kepada beliau “ dua orang itu memberikan surat kepada dua penjaga kediaman coa-kongcu , “surat apa ini dan dari siapa !? “ isinya kami tidak tahu dan surat itu ditulis she-taihap dari pulau kura-kura dan kami permisi “ sahut kedua orang itu dan kemudian pergi ,

“cih..! pulau-kura-kura ! hahaha..hahah , pulau kura-kura kan sudah tidak berpenghuni lagi “ cela salah seorang pengawal , “mungkin orang ini hanya menggertak dan mencoba memakai nama pulau kura-kura , mau cari mampus barangkali orang yang menulis surat ini “ sahut temannya , “lalu , bagaimana !? apakah kita sampaikan pada kongcu!? “ , “ya kita sampaikan , biar kongcu nanti yang akan memutuskan “ , lalu keduanya masuk kedalam dan menghadap coa-kongcu lelaki tampan berumur dua puluh tujuh tahun

:”siawya ! kami menerima surat dari anak buah wan-kongcu !” lalu surat itu diberikan kepada coa-kongcu , dan coa-kongcu menerima dan membuka surat dan membaca surat yang berbunyi

pokoan merusak membuat orang jadi lemah dalam usaha dan pemikiran , menebar kemesuman dirumah bordir pekerjaan menjijikkan dan menghinakan , kedua tempat ini mesti ada tutup dan bubarkan

bagi pekerja wanita selama setahun diberikan tanggungan sementara bagi pekerja laki-laki berikan tanggungan hidup selama tiga bulan

supaya anda selamat ! hal ini harus anda lakukan sebab jika tidak anda akan menerima akibat yang mengerikan yang lebih hebat dari kematian

penghuni pulau kura-kura hanya sekali memberikan kesempatan , lebih dari itu hukuman akan anda rasakan

kwa-han-bu

“hahah..hahha , lelucon yang menggelikan , apa itu pulau kura- kura yang penghuninya sudah habis digilas thian-te-ong “ coa- kungcu mencela sambil tertawa , dan dua pengawal ikut juga senyum-senyum dan beberapa pengawal mendekati ruangan tengah karena tertarik hal yang membuat tuan mereka tertawa “isinya apa sih siauwya sehingga mebuat siauwya tertawa “ seorang pengawal bertanya , “isinya omong kosong dari orang yang mau cari mampus ditangan anak buah thian-te-ong , hahha..hahha “ , “lalu apa yang harus kami lakukan siauwya !? , “kalian segera menemui wan-kongcu dan katakan padanya bahwa kalian datang untuk menyeret penulis surat ini kehadapan saya “ , “baik siauwya “ lalu anak buah coa kongcu bubar dan dua orang segera berangkat keselatan kota kaifeng untuk menemui wan-kong-cu , pagi sekali pada keesokan harinya kedua anak buah coa kongcu sampai di kediaman wan- kong-cu , dua pengawal wan-kongcu mencegat dan bertanya , “kalian ini siapa dan kenapa pagi-pagi sekali datang kesini “ , “katakan pada wan-kongcu kami anak buah coa-kongcu ingin bertemu “ kedua pengawal itu segera tahu urusan , bahwa ini urusan surat ,lalu berkata , “jiwi sicu ! wan-kongcu sepagi ini masih tidur dan terlebih kakinya sedang terluka dan baru diobati semalam , jadi hal yang mau disampaikan , sampaikan saja kepada kami dan nanti akan kami sampaikan kepada kongcu kami “

kedua orang itu terkejut , apakah wan-kongcu dilukai orang yang mengaku dari pulau kura-kura !? , “benar jiwi-sicu , lalu hal apakah yang ingin kalian sampaikan kepada wan-kongcu !? , “kami hanya ingin menyeret orang yang mengaku dari pulau kura-kura itu” , “:hah….! menyeret she-taihap ! “ kedua pengawal wan-kongcu terperangah , lalu berkata , “jiwi-sicu , kalian ingin menyeret she-taihap tapi datang kesini , she-taihap tidak ada disini dan kami tidak tahu kemana dia “ , “sudah kalau begitu ! kami permisi “ sahut kedua pengawal coa-kungcu dan berlalu dari situ

pada waktu sorenya kedua anak buah wan-kongcu melapor , “siauwya ! tadi pagi dua anak buah dari coa-kongcu datang kesini dengana niat ingin menyeret she-taihap” mendengar laporan itu wan-kongcu terperangah , “ha..! apa she-coa itu mau mampus ! , lalu apa kalian jawab “, “kami katakan bahwa she-taihap tidak ada disini dan keduanyapun pergi “ , “hmh.. sudah kalau begitu ! dan apakah penutupan pokoan sudah dilakukan ? , “sudah siauwya “ , “pembagian tanggungan pada pekerja !? , “sudah siauwya dan sedang dilakukan oleh can-

twako , mungkin nanti malam baru selesai “ , “hmh.. sudah kalau begitu dan kalian pergilah “ kedua pengawal itu berdiri dan meninggalkan wan-kong-cu

kembali kita kedepan saat kwa-han-bu berada dirumah wan- kongcu dalam suasana hening “baiklah kalau begitu , coa- kongcu telah memilih maka akan diberikan pilihan itu padanya dan sekarang wan-kongcu saya mau tanya ,apakah kamu termasuk salah satu anggota lam-kek-hek-te !? “ mendengar pertanyaan itu makin berdesir darah wan-kongcu, “benar taihap

!” , “berapa orang kalian yang menjadi anggota lam-kek-hek-te di kota ini !?” , “ada empat puluh orang “ , :”hmh… dalam tiga hari kumpulkan rekan-rekan anda itu di sini “ , “baik taihap “ jawab wan-kongcu lirih , kemudian kwa-han-bu berdiri dan berkata , “ingat kongcu ! tiga hari lagi aku akan datang kesini “ wan-kongcu mengangguk , kwa-han-bu kemudian meninggalkan kediaman wan-kongcu

di rumah coa-kongcu semua anak buah yang berjumlah tiga puluh berkumpul , dari sekian orang itu ada sepuluh rekannya sesama lam-kek-hek-te , “kalian siap-siap semua karena besok kita akan mencari seorang yang mengaku dari pulau-kura-kura yang bernama kwa-han-bu , orangnya masih muda dan menyandang sabuk di bahunya “ , “tidak usah kalian repot-repot aku sudah disini “ semua terkejut setengah mati melihat seorang muda dengan menyandang sabuk warna kuning dibahunya ada duduk diantara mereka , entah bagaimana kwa- han-bu seakan ikut mendengar perintah coa-kungcu namun tidak dilihat dan disadari mereka semua

kwa-han-bu berdiri dan tiba-tiba sabuknya meluncur cepat laksana panah tanpa digerakkan oleh tangannya kearah coa- kongcu , coa kongcu mengelak melompat menjauh namun terlambat karena tangannya sudah terbelit dan tubuhnya terbetot malayang kearah kwa-han-bu , “krek…auuuh , krekk .. aghhr … krek. krek… adouwhhh … prak…. heghh ..brakk…”

coa-kongcu jatuh berlipat menimpa kursi dua sendi pahunya patah dan tanggal , dua sendi lututnya lepas sepuluh buku jarinya hancur remuk demikian juga sepuluh buku jari kakiknya , kejadian itu luar biasa cepat mebuat semua yang ada disitu melonggo dan setelah tubuh coa kongcu ambruk mereka menyadari keadaan coa-kongcu pingsan dipuncak nyeri dan sakit yang tidak terperikan , sepuluh anggota lam-kek menyerang namun dengan gerakan indah dan luar biasa cepat kesepuluh orang itu mengalami nasib yang sama dengan coa-kongcu , sepuluh jasad tak berdaya telah teronggok dalam hitungan menit , dua puluh orang itu berlutut meminta ampun , “ampunn taihap kami ini hanya bawahan “ , “walaupun bawahan kalian punya akal untuk menimbang bukan , dan kalian tetap dihukum “ kwa-han- bu bergerak cepat mempermainkan kedua puluh orang dengan dua tangan dan dua ujung sabuk yang seperti bernyawa itu , pekikan dan jerit kesakitan terdengar susul menyusul , dalam waktu lima belas menit kedua puluh orang itu sudah tergeletak dengan sebelah sendi bahu lepas dan sebelah sendi lutut lepas dan luarbiasanya jika bahu kanan yang lepas maka pasangannya lutut kiri yang lepas

dua puluh orang itu meringis kesakitan dan menatap celingak- celinguk mencari-cari kwa-han-bu namun kwa-han-bu sudah pergi dari situ mereka saling memandang , “a-cong apamu yang patah , “bahu kiriku dan lutut kananku “ sahut yang dipanggil acong , “aduh..! aku bahu kananku yang lepas dan lutut kiriku yang lepas , akhirnya ketika kedua puluh orang itu berdiri sepuluh orang bertumpu pada kaki kanan dan sepuluh orang bertumpu pada kaki kiri , “kalian kenapa tidak mengangkat aku” tiba-tiba coa-kongcu berteriak , ternyata dia siuman , “kami

tidak bisa siauwya , selmat tinggal “ sahut seseorang lalu melompat-lompat dengan bertumpu pada kaki kananya menuju kamar coa-kong-cu , enam selir coa-kongcu yang meringkuk di ranjang terkejut melihat anak buah coa-kongcu memasuki kamar mereka dengan melompat-lompat , “toanio ! koncu sudah tidak berguna dan kami juga tidak berdaya , aku hanya mau mengambil sedikit dari harta kongcu untuk menopang hidupku “ , “ti..tidak ! kami hanya disisakan masing-masing dua pundi uang oleh taihap itu “ , :”hah.. apakah she-taihap telah membawa harta kongcu !?” , “benar , sudah minggir kami mau keluar “ sahut seorang selir , enam selir itu berdiri dan hendak keluar lalu anak buah coa-kungcu hendak menagkap namun para perempuan itu menolaknya sehingga ia tejengkang dan para selir berlari keluar kamar dan berlari kekamar masing- masing untuk berkemas meninggalkan rumah coa-kongcu

sementara orang yang tadi menerobos kamar coa kongcu kembali keruang tengah , “habislah kita sekarang , harta she- coa ini telah diambil pula oleh she-taihap “ keluhnya sambil mencoba meraih lukisan didinding , kemudian hiasan giok , rekannya yang lain segera melompat-lompat mengambil perabotan kecil dan hiasan dinding yang kiranya dapat dijual atau ditukar dengan makanan , dalam sekejap rumah coa- kongcu yang mewah dan indah dengan perabotan hiasan yang banyak ludes digondol anak buahnya sendiri

dua puluh oarng itu keluar dengan melompat-lompar dan sebelah tangan membawa hiasa-hiasan berharga , coa-kongcu dan sepuluh rekannya yang sudah siuman salin memandang, “kalau sudah begini kita hanya menunggu mati “ sela seorang dari mereka , “benar , ah… sekiranya she-coa ini tidak takabur dan mau menuruti pesan surat itu kita tidak akan seperti ini “ sahut yang lain , “ini semua gara-gara she-coa ini “ sela yang lain , coa-kongcu melihat mereka dengan mata tajam dan berkata , “kenapa kalian menyalhkan aku , kan kalian juga menyetujui bahwa kita tidak mengikuti pesan surat itu “ semuanya diam hungga hening , pikiran mereka berkecamuk sesal namun apalah hendak dikata nasi tekah menjadi bubur

dua hari kemudian kota kaifeng gempar mendengar peristiwa yang dialami coa kongcu , berita ini santer karena kedua puluh anak buahnya yang awalnya gagah tapi hari mereka datang melompat-lompat kepasar menukarkan hiasan-hiasan dari kenmala untuk ditukarkan dengan makanan , dan ketika ditanya hal yang meraka alami , merekapun bercerita apa adanya , dan dari cerita itu yang unik yang jadi perhatian pendengar adalah tulang patah yang mereka alami , bahwa bagian atas dan bawah berlawanan , llalu entah mulut siapa yang mulai dan menjuluki kwa-han-bu dengan julukan “im-yang-sin-taihap” (pendekar sakti im-yang) dan ini menyebar dalam sehari dikota kaifeng

esok harinya kwa-han-bu mendatangi rumah wan-kongcu sambil membawa dua buah peti besar , ditempat wan-kongcu ada lima lima belas orang , “koncu ! kamu katakan bahwa anak buah lam-kek-hek-te ada empat puluh orang di kota ini , tapi kenapa hanya lima belas orang yang datang “ , “maaf taihap ! yang tersisa hanya kami , sebelas orang tidak bisa bergerak di tempat coa kongcu dan sisanya melarikan diri ke hanzhong “, sahut wan-kongcu hmh…baiklah kalau begitu , adakah duantara kalian yang memimpin piauwkiok dan bukoan !? “ , “taihap ! enam orang dari rekan ini bersama saya dan tujuh orang bersama kui-kongcu “ sahut wan-kongcu sambil menunjuk kui-kongcu dan kui kong-cu menjura dengan hati bergetar karena dia mendengar apa yang dialami rekannya coa-kongcu , “tentu kalian tahu tempat-tempat bukoan dan piuwkiok yang di pimpin rekan kalian yang melarikan diri ? , “kami tahu taihap “ , “baik , sekarang kui-kongcu saya ingin kamu dan tujuh rekanmu menutup dan membubarkan piauwkiok dan bukoan tersebut , dan kamu wan-kongcu dan enam rekanmu menutup dua pokoan dan dua rumah bordil

milik coa-komgcu dan tanggungan para pekerja ada dalam peti harta coa-kongcu ini “ mereka mengannguk

“kalian lakukanlah mulai besok dan harus selesai dalam jangka tiga hari , saya masih tetap dikota ini sampai hal ini selesai dan saya berada di kediaman song-kungcu “ , “baik taihap akan kami lakukan “ jawab mereka serempak , lalu kwa-han-bu tiba- tiba menghilang dari pertemuan itu , lima belas orang itu terperangah sambil mengucek-ngcek mata mereka seakan mata mereka yang rabun dan kurang awas

kaifeng untuk ketiga kalinya heboh dengan penutupan pokoan dan rumah bordir milik coa-kongcu serta piauwkiok dan bukoan milik anggota lam-kek-hek-te , sejarah yang dialami kaifeng berlaku lagi saat dimana kim-khong-taihap membersihkan kaifeng dari cengkraman durjana yang memperalat kungcu , oleh song-kungcu mengundang liem-kungcu dan tan-kungcu bertemu dengan kwa-han-bu

“im-yang-sin-taihap ! katanya dulu sekali dua ratus tahun lebih yang lalu saat kim-khong-taihap keluar dari pulau kura-kura melakukan hal yang sama sebagaimana yang taihap lakukan sekarang dan untuk itu atas nama seluruh rakyat kaifeng kami bertiga kuncu kota kaifeng mengucapkan banyak terimaksih kepada taihap khusunya dan kelaurga pulau kura-kura umunya “ sela liem-kungcu yang berumur enam puluh tahun , kwa-han- bu senyum mendengar julukan yang diberikan padanya , dan berkata “sam-taijin yang baik , bukankah mempertahan kebaikan dan menanggulangi kejahatan adalah tugas kita semua , jadi sudah satu kepatutan hal itu kita lakukan , dan juga saya berterimaksih kepada sam-kungcu yang telah mendukung saya untuk melakukan yang terbaik untuk kota kita ini “ keiga kungcu itu manggut-manggut

“kalau sudah seperti ini keadaannya , maka kami akan kembali menurunkan pungutan pajak dan kami yakin walaupun lama- kek-hek-te akan bereaksi tentu taihap ada bersama kami “ kata tan-kungcu menatap kwa-han-bu , “benar tan-taijin , perjalanaku akan mengarah ke hanzhong untuk menuntaskan kemelut wilayah selatan ini , dan tentunya sam-taijin janganlah lupa mendoakanku “ , “hahaha..hahah , luarbiasa she-taihap ! apa yang kami dengar dan lihat ini , dan doa kami laksana curahan hujan untuk im-yang-sin-ta-hap , she-taihap dari pulau kura-kura keturunan bengcu taisu yang mulia nan budiman“ sebelah barat gerbang kota paoteng banyak orang berduyun- duyun , orang tua dan anak-anak dan juga membawa barang- barang yang banyak , sepertinya rombongan beberapa keluarga yang hendak mengungsi , dari arah yang berlawanan seorang pemuda rupawan sedang berjalan sambil menikmati pemandangan hendak memasuki kota paoteng , pemuda itu adalah kwa-han-bu yang sudah meninggalkan kaifeng sebulan yang lalu , kwa-han-bu yang melihat iring-iringan penduduk yang keluar dari gerbang kota mendekati seorang lelaki tua , “kakek..! apakah yang terjadi dan rombongan ini mau kemana

!?” lelaki tua itu memandang sayu pada kwa-han-bu , “kami ini penduduk lemah yang tidak berdaya , kami hendak mengungsi kekota yang lebih aman karena kota paoteng sudah laksana neraka “

“kamu anak muda ! sebaiknya jangan memasuki kota karena disana sedang terjadi kerusuhan “ mendengar itu kwa-han-bu langsung berkelabat meluncur kearah kota , lelaki tua itu meleletkan lidah terkesima , kwa-han-bu memasuki kota , asap tebal menyelimuti kota dari rumah-rumah yang terbakar , hiruk pikuk jerit tangis dan teriakan minta tolong terdengar beberapa lelaki sambil menunggang kuda melabrak penduduk yang sedang berlarian dengan mengumbar tawa ,seorang samseng yang hendak mebakar sebuah rumah dengan melempar sebuah obor ditarik oleh kwa-han-bu yang tiba-tiba muncul dan sehingga samseng itu terlempar dari atas kuda dan mencium tanah kemudian beberapa samseng lain melewati lorong itu dan spontan mereka menghentikan kudanya melihat seorang pemuda tampan dengan sabuk kuning yang tersampir di kedua bahunya dan juga marah ketika melihat rekan mereka tergeletak dibawah kaki pemuda itu dengan muka meringis kesakitan , “bangsat ! mau cari mampus “ bentak orang yang paling depan dan memacu kudanya kearah kwa-han-bu dan hendak melabraknya namun kwa-han-bu mencelat keatas melewati kepalanya sambil menjambak rambutnya sehingga rekan mereka beberapa kuda kwa-han-bu mendekati samseng yang meringis kesakitan , “kamu namun sebelum niat itu kesampaian kwa-han-bu memukul tengkuknya sehingga terjatuh dari kuda dalam keadaan kaku

kwaa-han-bu memacu kuda ketengah kota dan serompongan penunggang kuda sedang berteriak-teriak mengancam sambil tertawa , kwa-han-bu memacu kuda yang ditungganginya kearah rombongan samseng , melihat laju kuda yang cepat mengarah kepada mereka dan penunggangnya pemuda tampan bersabuk kuning yang tidak mereka kenal , meraka bergerak menyambut dengan acungan pedang dan sebelum kuda-kuda itu bertabrakan kwa-han-bu mendorong sebuah pukulan maka serangkum hawa dingin menerpa dan semua samseng yang diatas kuda mengggil hingga terjatuh dari kudanya sementara rombongan kuda-kuda yang melejit hendak melabrak kuda yang ditungganginya , dengan gerakan luar biasa kwa-han-bu menekan kakainya keperut kuda dan menegepos tenaga sakti , dan kuda itu melayang keatas dan melewati rombongan kuda yang berlari panic

sepuluh samseng yang sedang kedinginan melihat atraksi luar biasa itu terkesima , kuda kwa-han-bu mendarat ringan diatas tanah lalu ia turun dan mendekati mereka , namun sebelum kwa-han-bu bicara serangkum tenaga sakti menderu menghantam tubuhnya , kwa-han-bu yang bergeming membalik tubuh dan dihadapannya seorang kakek tua berumut tujuh puluh tahun lebih berdiri dengan tongkatnya , dia adalah lu-tiok salah satu dari ngo-ok-hengcia dan tidak berapa lama seorang pemuda tampan muncul dengan senyum sinis berdiri disampaing lu-tiok , dia adalah murid lu-tiok salah satu dari cap- pi-kwi namanya adalah bu-kim-to, keduanya melangkah mendekati kwa-han-bu , lu-tiok merasa penasaran bahwa pukulannya hanya membuat pemuda tampan itu bergeming dan juga tidak terluka , walhal dia sudah mengirimkan pukulan sakti yang apabila mengenai pohon besar akan tumbang

“pemuda hijau kamu lumayan berisi dan sayang jika semuda ini harus mati “ sela lu-tiok , kwa-han-bu tersenyum mendengar perkataan itu , “kakek tua peot tenagamu sudah sangat lemah dan sayang sekali jika setua ini masih menumpuk dosa dan kejahatan “ , “jaga mulutmu pemuda ingusan , kamu tidak tahu berhadapan dengan siapa !? “ sela bu-kim-to marah ,

“hahah..hahah , pemuda bangkotan jaga mulutmu apa kamu tidak tahu apa yang bisa kulakukan pada kalian “ , lu-tiok terkesima jawaban yang mereka terima bahkan jelas mempermainkannya dan muridnya karena mereka dijawab dengan hal yang sama dan nada yang sama

“berapa rangkap nyawa yang kamu punya sehingga berlaku mempermainkan aku ! “ sela lu-tiok dengan nada marah yang

tersimpan , “nyawaku sih tidak ada rangkapnya namun aku bisa memberikan kalian perasaan nyawa rangkap itu “ “heh..! kamu terlalu sombong dan memandang rendah ! ciaat ..” bu-kim-to tidak kuasa menahan amarahnya mendengar betapa suhunya dipandang demikian remeh , seranganya cepat luar biasa kepalan tangannya menekuk dengan telunjuk yang mengacung kebawah , gerakan persis monyet ketika menyerang bu-kim-to mengeluarkan salah satu jurtus andalah suhunya sin-kauw- hoat” (jurus kera sakti)

kwa-han-bu dengan tenang melayani bu-kim-to jurus dengan jurus “sin-tiauw-poh-chap-sha” pertempuran berlangsung seru , hampir seratus jurus namun bu-kim-to tidak pernah mendapatkan sasaran , ilmunya sudah dikerahkan tapi kwa- han-bu terkesan mempermainkannya karena tidak pernah membalas walaupun bu-kim-to pertahanan kwa-han-bu membuat dia pani dan bergetar dan kalau disusul serangan kemungkinan dia akan rubuh akan tetapi kwa-han-bu tidak melakukannya , lu-tiok yang melihat kenyataan itu bergetar dan cemas

“kalau kamu memang punya kepandaian kenapa hanya mengelak dan bertahan , apa kamu tidak pandai menyerang !? “ teriak bu-kim-to gemas dan jengkel , “heheh.. haha , apa kamu mau saya balas , baik akan saya balas “ kwa-han-bu berpoksai kebelakang dan mengambil sebatang arang , lalu bergerak menyerang dengan cepat dengan jurus yang sama , namun sudah memasukkan bagian penyerangan dan dalam sepuluh gebrakan bu-kim-to sudah kalang kabut dan tiga puluh jurus kenudian bu-kim-to terjengkang karena dikait kaki kwa- han-bu dan dilihat muka bu-kim-to sudah belepotan warna hitam coreng moreng , “hahah..haha sekarang tepat jurusmu dengan wajahmu yang seperti monyet “

bu-kim-to makin marah karena mukanya yang tampan telah dihina demikian rupa , dia melengking sambil mengayun tongkatnya dan keluarkan ilmu tongkatnya dan lu-tiok juga tidak bisa menahan marah melihat muridnya di permainkan , lu-tiok lalu terjun dan menegroyok kwa-han-bu , perlawanan sedikit berimbang , tekanan-tekanan yang diterima kwa-han-bu

,demikian kuat dan berbahaya , dua tongkat mengurung gerakannya , namun pemuda gembelengan ini masih tersenyum , “monyet tua juga tidak mau ketinggalan rupanya , biarlah aku juga cat mukamu supaya seperti monyet “ makin panas hati suhu dan murid itu mendengar perkataan han-bu , kwa-han-bu merubah jurusnya , dia mengeluarkan jirus “im- yang-bun-sin-im-hoat” terdengar gemerisik disetiap gerakan kwa-han-bu yang mulai melukis dan menulis diawan , suara itu membuat pertahanan mereka makin melemah , suara itu demikian menusuk hati dan melelapkan , sementara gerakan tangan itu yang seakan sedang menulis itu membayangi muka meraka dan akhirnya seratus jurus kemudian muka lu-tiok pun kena obok-obok gerakan tangan yang indah penuh seni , muka keriput itu coreng moreng dan bu-kim-to kena tending perutnya hingga melenguh pingsan

lu-tiok melompat menjauh kebelakang dan mukanya pucat , bulu romanya merinding merasakan mukanya yang baru di- obok-obok dan kulit mukanya jadi panas dingin karena haw aim-yang yang keluar dari tangan pemuda itu , hatinya bergumam ngeri bagaimana kalau pemuda ini bermaksud lebih dari sekedar iseng dan mempermainkan , apa mukanya tidak dikerat sayat demi sayat , “anak muda siapakah kamu !?” , “aku im-yang-sin-taihap akan merebus kamu tidak matang tidak mentah , tidak mati dan tidak hidup “ kwa-han-bu masih bersikap mengikuti pola jumawa sebagaimana musuhnya

sehingga membuat lu-tiok makin keder dan gemetar , terbayang dia legenda sang bengcu yang memperlakukan musuhnya menjadi tidak mati dan tidak hidup

“apakah kamu she-taihap !?” lu-tiok berkata lirih dengan nada jerih , kwa-han-bu tersenyum sambil membuang arang ditangannya , “benar kakek peot !” mendengar itu lu-tiok menjatuhkan diri “ampun..ampunkan aku taihap “ lu-tiok menyembah-nyembah dihadapan kwa-han-bu , “kenapa kamu kakek peot menyembah-nyembah minta ampun , aku ini bukan thian !” , “taihap…mafkan..maafkanlah aku “ sela lu-tiok mengubah pernyataannya , “lah…kamu salah apa padaku sehingga minta maaf padaku , apa kamu pikun kakek peot 1? “ mendengar itu menangislah lu-tiok , dia merasa tidak berdaya , dia minta ampun , taihap ini bukan thian dan itu benar , dia minta maaf , taihap ini merasa tidak pernah ia salahi dan dia sellalu dijawab dengan sebutan peot , membuat hatinya hancur remuk , iba , sesal dan takut

melihat lu-tiok menangis kwa-han-bu tersenyum lembut , “kakek

… apa yang menyebabkan kamu menangis !? lu-tiok mendongak merasakan suara taihap itu berubah , ketika melihat wajah tampan yang lembut dan tersenyum dia makin sesugukan , bu-kim-to siuman dan melihat gurunya berlutut seesugukan membuat dia kalap dan marah lalu menerjang dengan kekuatanya yang masih lemah dan dengan gerakan cepat dan akurat “krek….augh..krek..adiuhh….prakkk..” kim-to ambruk pingsan sendi lengan dibahu kirinya patah , sendi lutut kananya tanggal , jemari tangan kananya remuk dan jemari kaki kaki kananya remuk

lu-tiok yang melihat kejadian luar biasa cepat itu terdiam dan terenyuh saat melihat muridnya ambruk pingsan , sepuluh orang anak buahnya yang kedinginan makin terbelalak pucat dan muka mereka semakin hijau , gigi mereka bergemelutuk kedinginan , bebarapa penduduk yang tadi berlarian bersembunyi mengelurkan kepala dari tempat persembunyian , hati mereka takjub menonton pertempuran yang berlansung sampai sikap kakek tua itu

“kakek.. ! muridmu telah menerima hukuman dan sekarang giliran kakek “ lu-tiok mendongak menatap kwa-han-bu , “anak muda apakah kamu akan juga mematahkan tulang-tulangku !? , “benar kakek ! “ , :”apakah aku tidak dimaafkan !?” , “kakek ! apakah kamu pantas dimaafkan , sebutkan alasannya kenapa kakek merasa pantas dimaafkan !” lu-tiok terdiam merenung apakah menurutnya ia pantas dimaafkan , terbaynglah ia perjalanannya bersama pah-sim sai-jin yang membantai gobipai

, siawlimpai , kunlun-pai dan ratusan orang saat pembentukan pak-kek-hek-te dan tung-kek-hek-te

“kenapa kamu terdiam kakek , sebutkanlah apakah menurutmu kakek pantas dimaafkan!?” , “jika orang tidak berbudi maka aku tidak dimaafkan” , “hahaha,,,,, kakek , apakah kamu mengharapkan budi dari orang yang kamu aniaya !? , “taihap ! aku tahu aku sudah salah san banyak berbuat jahat tapi sekarang aku sadar dan menyesal , jika memang aku tidak dimaafkan lakukanlah apa yang kamu ingin lakukan !? “ , “baik kakek akan aku lakukan “ kwa-han-bu mengulurkan tangan namun lu-tiok mengelak dan melawan menyerang dengan tongkatnya dengan tidak kalah bahayanya , kwa-han-bu tersenyum melihat perubahan sikap itu , tiba-tiba kwa-han-bu keluarkan jurus “im-yang-sian-sin-lie” tangannya yang bergerak seriring ujung sabuk juga bergerak laksana ular hidup meluncur membelit dan menotok lu-tiok , hampir juga lima puluh jurus lu- tiok mempertahankan dirinya , dan akhirnya suara tulang patahpun terdengar susul menyusul seiring lenguhan dan teriakan sakit dari mulut lu-tiok

lu-tiok ambruk pingsan teronggok dengan kedua lengan tanggal dari bahu , demikian juga dua lutut dan jemari kedua tangan dan kaki remuk , sepuluh orang yang ketakutan dan kedinginan itu meringis belas kasihan saat kwa-han-bu mendekati mereka , orang-orang yang tadi menyembunyikan diri bermunculan , “kalian bersepuluh bawa kedua pimpinan kalian dan kelaur dari kota ini “ sepuluh orang itu dengan kaki gemetar berdiri lalu dengan susah mereka mengangkat lu-tiok dan bu-kim-to dan segera keluar dari kota paoteng

“terimaksih she-taihap “ sela seorang lelaki diantara kerumunan orang-orang yang bermunculan dari tempat persembunyian , “sama-sama paman ! dan sudah kepatutan manusia saling tolong menolong , nah..sekarang para sicu kembalilah kerumah masing-masing dan berbenahlah apa yang bisa dibenahi dari akibat kerusakan hari ini “ ,”baik taihap dan sekali lagi kami ucapkan terimaksih “ kwa-han-bu mengangguk dan orang- orang itupun segera kembali ketempat masing-masing

sepuluh orang yang membawa lu-tiok dan muridnya berhenti disebuah hutan , tubuh mereka semakin lemah dan kaku , “kita istirahat dulu disini , aku tidak tahan lagi , perutku rasanya kaku dan tulangku ngilu “ , “benar…aku juga merasakan hal yang sama “ sahut yang lain , lalu mereka meletakkan lu-tiok dan kim-to , tidak berapa lama mereka duduk dua puluh orang rekan mereka datang , “kalian sarimana saja !? “ bentak orang yang menyurus istirahat tadi , “maaf twako ! kami tidak berani muncul setelah melihat bu-twako pingsan dan suhu berlutut “ , “hmh.. sudahlah , kalian nyalakan api , untuk menghangatkan tubuh kami dan sepuluh orang dari kalian bawa suhu bu-twako ke hanzhong dan laporkan apa yang kita hadapi kepada empat suhu “ , “baik twako !” lalu sepuluh orang mengangkat lu-tiok dan bu-kim-to dan segera meninggalkan hutan , semntara sepuluh orang lainnya sebagian membuat api unggun yang besar dan sebagian mencari binatang buruan

“apa selanjutnya kita lakukan twako !? “ keluh salah seorang anak buah yang menderita akibat pukulan kwa-han-bu ,

“entahlah , sudah lima hari rasa dingin ini masih menusuk ketulang bahkan kita sudah menghangatkan tubuh selama dua jam dekat api ini , tetap juga tulang kita terasa ngilu “ sahut pimpinan dengan nada putus asa , “apakah kita akan selamat

twako !?” keluh yang lain , “kalau kita tidak mendapatkan tabib dalam tiga hari ini , aku tidak tahu apa yang akan kita alami “ sahutnya sambil menyandarkan diri disebuah pohon

dua jam kemudian seorang dari mereka kejang dan menggelepar lalu diam karena nyawanya sudah melayang , rekannya yang sehat membawa mayat dan menguburkannya ditempat yang agak jauh , sembilan orang yang menderita pukulan itu makin putus asa melihat seorang rekannya yang sudah mati , keesokan harinya dua dari mereka menyusul

temannya yang tewas , “bagaimana twako ! sudah tiga orang yang tewas , sementara tabib sulit didapat “ , “sudahlah ! sepertinya kami semua tidak akan selamat “ sahuttnya makin lemah , dan pada siang harinya tiga orang dari mereka tewas , sepuluh orang yang sehat kembali menguburkan mayat rekannya dan akhirnya pada malam harinya empat yang tersisa pun menghembuskan nafas terakhir

setelah selesai menguburkan empat mayat itu sepuluh orang anggota lam-kek-hek-te duduk termenung mengelilingi api ungun , mereka sudah dua malam bersama rekan mereka yang menderita pukulan , “pukulan taihap itu sungguh luar biasa , suhu dan bun-twako tapa daksa , sepuluh teman kita tewas menderita susul menyusul “ sela seorang diantara mereka , “hmh… kira-kira apakah thian-te-ong akan dapat mengatasi im- yang-sin-taihap !? “ sela seorang yang lain , “sudahlah , sebaiknya kita cepat ke hanzhong dan bergabung dengan kawan-kawan disana “ sahut yang lain , lalu suasana hening

,mereka terdiam dengan pikiran masing-masing , mereka melewatkan malam duhutan itu dan keeesokan harinya mereka berangkat ke hanzhong

Kota hanzhong gempar setelah kedatangan sepuluh orang anggota yang membawa lu-tiok dan bu-kim-to yang tapadaksa , empat dari ngo-ok-hengcia berkumpul mengitari lu-tiok yang rebah di ranjang , “siapa yang melakukannya she-lu !? tanya ouw-gin , “she-taihap dengan julukan im-yang-sin-taihap “ sahut lu-tiok lirih , “orangnya bagaimana !? “ tanya phang-kek , “orangnya masih muda berumur delapan belas tahun , tampan dan sabuk kuning tersampir di bahunya “ , “tidak apa she-lu , kami akan menagih perbuatannya ini dengan nyawanya “ sela toan-sin dengan nada gemas “apa langkah selanjutnya yang kalian akan buat untuk mengatasi im-yang-sin-taihap !?“ tanya lu-tiok lemah , sesaat semuanya diam , laltu toan-sin berkata “hal pertama yang akan kita lakukan adalah mencegat im-yang-sin-taihap dengan pasukan besar , jadi untuk itu kita akan mengirim hek-kek-bun beserta empat ratus pasukan untuk mengganyang im-yang-sin- taihap “ , “kemana mereka dikirim she-toan !? “ sela in-kok-cu , “kita mencegat dia di “kong-ciak-san” (bukit merak) antara hopei dan punam “ sahut toan-sin “, semuanya terdiam , “bagaimana menurut kalian dengan pendapat saya !?” tanya toan-sim , “saya setuju dengan pendapat she-toan “ selamouw-gin dan semuanya mengangguk setuju

keesokan harinya hek-kek-bun yang berjumlah sepuluh orang beserta empat ratus pasukan berkumpul , toan-sin berdiri dan dengan lantang berkata , “para murid semua , dengar dan perhatikan ! , hari ini kalian empat ratusan dibawah komando hek-kek-bun akan berangkat menuju kong-ciak-san , disana kalian dirikan tenda dan menyusun startegi untuk menundukkan seorang yang akan melewati daerah itu menuju punam dan ingat ..! kalian harus hati-hati dan jitu dalam menyusun strategi , karena lawan orang yang akan kalian tewaskan ini seorang yang tidak boleh dipandang ringan “ semua pasukan terdiam dengan hati bergumam heran bahwa untuk menundukkan seorang mereka laksana mau berperang

toan-sin melanjutkan “orang ini disebut dengan julukan im- yang-sin-taihap dan dia adalah she-taihap dari pulau kura-kura , orangnya masih sangat muda berumur delapan belas tahun dan dia memakai sabuk yang selalu tersampir dibahunya “ toan-sin menyapuh pandangan kepada seluruh anak murid , “apa kalian mengerti ! “ , “mengerti suhu…” terdengar jawaban bergemuruh , “bagus.. dan sekarang berangkatlah !” toan-sin menutup pembicaraan dan pasukan pun bergerak meninggalkan hanzhong menuju kong-ciak-san

di kota hopei kwa-han-bu memasuki kedai kecil , hal ini dilakukan karena likoan dan rumah makan besar kemungkinan besar adalah milik anggota lam-kek-hek-te yang tentunya sudah memusatkan perhatian padanya , “paman..! tolong segelas teh hangat dan tiga potong roti “ kwa-han-bu duduk setelah menyampaikan pesanannya kepada pemiliki kedai , tamu-tamu yang ada tujuh orang didalam kedai memandangi kwa-han-bu dengan pandangan terkesima , semua tamu itu adalah rakyar kecil para pedagang keliling dan buah-buahan

kota hopei dalam seminggu terakhir sudah geger dengan kemunculan im-yang-sin-taihap terlebih apa yang terjadi dikoat paoteng dimana salah satu pimpinan lam-kek-hek-te telah dikalahkan im-yang-sin-taihap dan juga berita keadaan kaifeng yang sudah normal dan maraknya mereka mendengar istilah kaifeng yang katanya istilah itu pernah menjadi buah bibir dua ratus tahun yang silam , perawakan pendekar perkasa yang baru muncul itu sangat mudah dikenal karena orangnya masih muda , wajahnya tampan dan sabuk kuning selalu tersampir di bahunya dan orang muda itu sekarang duduk disebuah meja disudut ruangan kedai , pemilik kedai datang menghampiri kwa-han-bu karena dia memang banyak luang dalam mengelola kedainya yang hanya berjumlah sepuluh meja , dan tamunya juga tidak beberapa banyak yang datang , “maaf kongcu jika saya berlaku lancang , kalau boleh tahu apakah kongcu she-taihap yang berjulukan im-yang-sin-taihap !?” kwa-han-bu menyambut kedatangan pemilik kedai yang mendekatinya dan makin terasa rias ramah pada wajahnya yang rupawan setelah mendengar pertanyaan pemilik likoan , “benar sekali paman ! dan kalau memang ada waktu duduk dan bercakap-cakaplah denganku paman !? , tutur kata yang sopan dan lemah lembut itu sudah mebuat senang hati pemilki kedai , lalu dia duduk , “saya kao- ming ! she-taihap “ selanya memperkenalkan diri , terimakasih kao-siok telah sudi berbincang-bincang dengan saya “ sahut kwa-han-bu sambil meminum tehnya

“kao-siok ! apakah di sini likoan-likoan besar dimiliki oleh anggota lam-kek-hek-te !? “ , “benar taihap dan itu sangat meresahkan karena semua pelanggan dan waktu di monopoli oleh mereka “ sahutnya lirih , “hmh… lalu kalau piauwkiok bagaimana paman !? , “ya .. piauwkiok juga dan disini ada dua piauwkiok dan keduanya dimilki oleh anak buah lam-kek-hek-te “ sahut kao-ming , “dimanakah dua piauwkiok itu paman !? “ , “hek-houw” (harimau hitam) piauwkiok ada di barat kota dan “hek-liong” (naga hitam) piauwkiok” ada di utara kota “ sahut kao-ming , percakapan itu demikian akrab dan diselingi wajah berseri-seri dari kao-ming karena dia merasa senang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kwa-han-bu yang dia yakin bahwa pendekar rupawan ini memiliki tugas mulia melenyapkan tirani dari kotanya

malam itu kwa-han-bu bergerak menuju tempati hek-liong piauwkiok , serombongan anggota piauwkiok ternyata baru sampai dari perjalanan karena mereka sibuk menurunkan beberapa peti dan menyimpannya di gudang , “setelah ini kita bersih-bersih dan menghadap suma twako “ teriak pimpinan rombongan itu sambil masuk kedalam dan anak-anak buah itu pun tidak lama masuk kedalam , tiga jam kemudian merekapun berkumpul diruang tengah didepan lelaki tampan berumur dua puluh delapan tahun

“suma twako ! barang yang kami bawa dari punam adalah barang lou-kungcu dan hendak disampaikan kepada kam- wangwe dan biaya sudah di lunasi saat keberangkatan dari punam “sela pimpinan rombongan sambil menyerahkan tiga pundi uang , suma-pangcu menerima tiga pundit uang dan membuka , setelah itu dia tersenyum pias , “lumayan bayaran yang diberikan lou-kungcu dan besok ketika mengantar kerumah kam-wangwe kalian minta persenan bongkar muat barang dan bonus jasa “ , “baik twako ! namun disamping itu kami ingin menyampaikan berita penting kepada twako !” , “berita apa itu ji-te !? “ , “empat suhu di hanzhong memenempatkan empat ratus anggota lam-kek-hek-te di kong- ciak-san untuk mencegat seorang pemuda yang berjulukan im- yang-sin-taihap “ heh…! empat ratus orang untuk mencegat satu orang !? , aneh betul empat suhu berbuat hal itu “ sela suma pangcu terheran-heran

“benar ..twako dan keheranan itu juga kami tanyakan , dan jawabannya karena orang itu bukan orang sembarangan dan juga anak muda itu merupakan she-taihap dari pulau kura-kura

, “wah ..kalau begitu kita juga harus berkumpul dengan rekan- rekan yang lain besok untuk membicarakan tindakan kita mendukung pasukan yang ada di kong-ciak-san “ , “apakah menurut twako hal itu perlu kita lakukan dan menurut saya jumlah empat ratus untuk mencegat seseorang sudah hal yang berlebihan “ , “hmh… tidak demikian ji-sute , kita mengumpulkan rekan-rekan yang lain hanya untuk bertindak waspada jika sekiranya pemuda itu sudah berada disini kita dan kita dapat meringkusnya bukankah itu hal yang bagi kita di mata suhu “ , “jika demikian halnya aku seuju twako “ sahut tio- tan-ji

kwa-han-bu yang mendengar berita itu tercenung ditempat persembunyiannya dan sekelabat ia meninggalkan tempat setelah suma-pangcu menutup pertemuan itu , kwa-han-bu berencana untuk lebih dalam mengkaji langkah yang akan diambilnya untuk menghadapi empat ratus anak buah lam-kek- hek-te , kwa-han-bu bermalam disebuah kelenteng yang tidak dipakai lagi

keesokan harinya suma-pangcu mengundang semua rekannya yang beroperasi dikota hopei untuk membicarakan ide dan rencananya , dan pada malamnya pertemuan itupun terlaksana , empat puluh anggota lam-kek-hek-te sudah berkumpul di rumah suma-pangcu , “para sute dan twako ! saya mengundang kalian malam ini ingin menyampaikan bahwa suhu di hanzhong menempatkan anggota lam-kek-hek-te di kong-ciak-san hanya untuk mencegat seorang prmuda yang berjulukan im-yang-sin-taihap “ , “hmh.. hal itu juga sudah saya dengar dua hari yang lalu suma-pangcu ! lalu maksudnya kita berkumpul untuk apa !? , sela kui-pangcu dari hek-houw- piauwkiok , “begini kui-pangcu dan cuwi semua , “bagaimana kalau kita meringkus pemuda itu jika sudah sampai disini dan kita serahkan kepada pasukan yang ada di kong-ciak-san ,

tentunya hal itu menyenangkan suhu di hanzhong “ , sahut suma-pangcu

“suma-pangcu ! mungkin pangcu tidak mendengar kabar dari arah kaifeng “ sela cu-wangwe pemiliki salah satu likoan dan pokoan , “berita apa dari kaifeng cu-wangwe , benar saya tidak tahu “ , “saya mendengarnya dua minggu yang lalu bahwa kaifeng sudah tidak dikuasai oleh lam-kek-hek-te dan seminggu yang lalu bahwa kota paoteng juga sudah tidak dikuasai lam- kek-hek-te bahkan suhu she-tiok dan bu-twako sudah cacat seumur hidup dibuat oleh pemuda itu “ sela cu-wangwe , dan berita itu membuat sebagian peserta pertemuan terkejut

“lalu ! menurut cu-wangwe apakah kita diam saja dan membiarkan pemuda itu diurus oleh anak buah lam-kek-hek-te yang berada di kong-ciak-san ? “ , “benar suma-pangcu ! suhu di hanzhong tentu telah memikirkan matang-matang pengerahan pasukan tersebut , kalau suhu saja sampai mengerahkan empat ratus pasukan lalu bagaimana kita yang empat puluh orang bisa meringkus im-yang-sin-taihap “ semua mengangguk membenarkan perkataan cu-wangwe

tiba-tiba terdengar perkataan “benar sekali kata cu-wangwe , mapukah kalian meringkus im-yang-sin-taihap yang sekarang ada disini !?” empat puluh orang itu terkejut mendengar perkataan itu dan munculnya pemuda rupawan bersabuk kuning dengan senyum menghias dibibirnya , mereka bersiap siaga menyerang kwa-han-bu namun tidak ada yang berani mendahului

“kalian semua kalau tidak mau celaka sebaiknya berlutut kalau tidak majulah biar aku berikan hajaran sedikit pada kalian “ bentak kwa-han-bu , empat puluh orang lam-kek-hek-te merangsak maju menyerang kwa-han-bu , kwa-han-bu bergerak luar biasa membagi-bagi tamparan dan totokan pada pengeroyoknya yang merangsak maju terdengar susul menyusul jeritan kesakitan dan lenguhan , dalam dua puluh gebrakan empat puluh orang itu sudah rubuh tidak erdaya , kwa-han-bu duduk dikursi dan menatap tajam pada empat puluh orang lam-kek-hek-te

“kaifeng , paoteng , cinan , dan sekarang hopei harus bebas dari lam-kek-hek-te , kalian mengerti !?” bentak kwa-han-bu , semuanya tertunduk takut dan pucat , “sekarang kalian jawab apakah kalian akan menuruti perintahku atau kubuat kalian seperti suhu kalian she-lu !? semua menatap dengan mata berbinar cemas dan gelisah , tubuh merka menggigil cepatlah jawab mumpung aku masih memberikan kalian pilihan “ , “apakah kami akan diampuni jika mengikut perkataan taihap !?

,tanya cu-wangwe , “tergantung pada kalian ! jika kalian berguna dan bermamfaat untuk melenyapkan kejahatan maka kalian diampuni , tapi jika tidak maka kalian akan tetap dibuat cacat seumur hidup” , “lalu untuk apa kami memilih taat jika kami juga akhirnya akn cacat ?” , “ketaatan tentu ada dasar , dan dasar itu yang menetukan , dan dasar itu akan kita uji dalam beberapa hari ini “ sahut kwa-han-bu tegas ,

“jadi kalian tentukanlah apa hari ini kalian menerima hukuman atau nanti setelah pengujian selesai yang kemunkinan anda selamat atau terkapar cacat “ semuanya hening terdiam , “saya akan taat “ sahut song-wangwe pemilik likoan dan rumah bordil sekaligus pokoan , semua rekannya menatapnya meragu kemidian disusul seorang gu-kauwsu dan akhirnya merekapun semua setuju

“kami semua sudah setuju dan hal apa yang ingin taihap lakukan !? “ tanya suma-pangcu , “hal yang pertama ! khusus bagi yang memiliki likoan untuk tidak lagi menopoli pengunjung sehingga merugikan likoan dan kedai makan orang lain , yang kedua yang memiliki pokoan dan rumah bordil supaya besok menutup tempat tersebut dan memberikan tanggungan kepada pekerja yang wanita selama satu tahun dan tiga bulan untuk pekerja laki-laki “ semuanya hening mendengar namun cu- wangwe angkat bicara , “taihap ! jika kami lakukan pakah kami akan diampuni !? , kwa-han-bu tiba-tiba bergerak dan terdengarlah suara patah dan remuknya tulang yang disusul jeritan setinggi langit dari mulut cu-wangwe , cu-wangwe terhempas pingsan

semuanya makin pucat dan terperangah ketika tiba-tiba tubuh cu-wangwe terhempas , kejadian yang luar biasa cepat dan mereka tidak duga , kwa-han-bu berkata seakan tidak pernah terjadi apa-apa , “sekarang kita lanjutka , bagi yang punya piauwkiok dan bukoan agar ditutup “ semuanya terdiam mengkirit ngeri sambil melirik cu-wangwe yang pingsan dan lalu mereka dengan bergetar menjawab , “baik taihap akan kami lakukan “

“selanjutnya ! aetelah hal yang sampaikan tadi sudah tuntas maka hal beriukutnya adalah pasukan lam-kek-hek-te yang ada di kong-ciak-san , saya ingin gambaran jelas tentang bukit itu “ semuanya terdiam lagi sambil saling berpandangan , “jika kalian tidak ada yang mengetahui detail bukit itu besok dua orang dari kalian berangkat kesana dan membaca daerah bukit itu “ , “saya tahu taihap ! “ sela tio-tan-ji , “hmh…gambarkanlah padaku ! , “jalan yang melintas dibukit itu berupa lereng bagian timur yang diatas jalan merupakan tebing dan sebelah bawah jalan tebing yang landai oleh semak-semak belukar , dilereng sebelah barat daerah yang sangat luas dan bersambung dengan tebing sebealah atas jalan lintas dilereng timur dan dibagian selatan daerah belukar dengan hutan yang lebat dan banyak rawa-rawa didalamnya “ , “cukup jelas kalau begitu , hanya apakah ada jalan lain dari sini mrnuju ke bukit selain jalan lintas itu ?” , “ada taihap , jika kita keluar dari gerbag utara kota ini maka akan sampai didesa sebelah utara lereng bukit dan dari desa itu akan memasuki hutan belukar yang lebat dan tebing curam hingga sampai pada sebuah sungai yang diapit dua tebing , dan satu tebing itu adalah jurang sebelah utara kong-ciak-san “ ,”gambaran yang sangat jelas “ sahut kwa-han- bu , “dan hal yang terakhir , setelah kalian selesaikan urusan kalian disini maka kalian keluar dari kota ini dan jangan kembali

, diluar kota ini kalian silahkan memilih mau ketimur dan bergabung dengan teman kalian di kong-ciak-san atau kekota lain “ semuanya kembali diam dan menunduk , “dan ingat aku masih ada disini menunggu tuntasnya masalah rumah bordil , likoan , pokoan , bukoan dan piauwkiok” setelah mangatakan itu kwa-han-bu lalu menghilang dari kursi itu , semuanya terkesima dan meleletkan lidah karena terheyak takjub

dua hari kemudian kota hopei gempar dengan penutupan tiga rumah bordir , lima pokoan , tiga bukoan dan dua piauwkiok , dan makin menjadi buah bibir ketika anggota lam-kek-hek-te meninggalkan kota hopei , she-kao pemilik kedai minum makin diburu orang untuk mendengar cerita yang keluar dari mulutnya bahwa semua itu adalah berkat im-yang-sin-taihap , dan diapun menceritakan obrolan-obrolannya dengan kwa-han-bu , suasana gembira meliputi penduduk hopei nama im-yang-sin- taihap dielu-elukan dan tentunya semakin santer julukan itu di wilayah selatan sampai ke nancao dan menembus perbatasan kewilayah barat , terlebih diwilayah timur sudah sampai ke kibun dimana tung-kek-hek-te berada

kwa-han-bu keluar dari pintu utara kota hopei dan dua hari kemudian sampailah ia ke desa lereng kong-ciak-san , lalu ia memasuki jutan belukar dan sehari kemudian sampailah kesungai yang diceritakan tio-tan-ji , jurang itu sangat tinggi dan juga licin , namun bagi kwa-han-bu yang sakti liar biasa , tebing itu bukan halangan , dengan gerakan ringan dan mantap kwa- han-bu mendaki tening itu laksana laba-laba dengan menggunakan sabuknya dimana saat ujung sabuk menghantam tanah tebing ujung sabuk itu melekat kuat dan kwa-han-bu menggejot tubuhnya dengan cepat dan melenting ke udara melebihi ujung sabuk yang melekat dan saat masih diudara ujung sabuk yang tadi melekat sudah meluncur lagi keatas dan melekat lagi dan tubuh kwa-hanbu menyentak kuat dan tubuhnya melenting lagi keatas melewati ujung sabuk demikianlah selanjutnya sehingga hanya dengan sepuluh kali hentakan kwa-han-bu sudah diatas tebing dan dari bibir tebing kwa-han-bu melihat tumpukan tenda yang banyak dan areal yang luas itu

ada sekitar dua ratus orang di areal itu sedang mengadakan pembicaraan , kwa-han-bu mengerahkan tenaga sakti sehingga dia dapat mendengar percakapan dari tempat ia bersembunyi , “ berita yang kita dengar bahwa kemungkinan im-yang-sin- taihap akan melintas di bukit ini dua hari lagi , jadi untuk itu seratus pasukan panah yang di ujung jalan sebelah timur supaya bersiap-siap memanah saat anak muda itu kelihatan dan ketika ia subuk menghindar dan menangkap anak panah , kumpulan batu yang sudah ditumpuk diatas tebing sipaya di jebol dan digulingkan sehingga ia terpanah atau tertimpa atau jatuh kedalam semak dibawah jalan yang sudah dipasang pancang-pancang runcing “ semuanya terdiam mendengarkan , “apa kalian mengerti !? , “menegrti twako ! jawab mereka serempak

kwa-han-bu terdiam dan merenung untuk memikirkan langkah selanjutnya dan membayangkan strategi musuh yang hendak dipakai untuk membinasakannya , kwa-han-bu menunggu sampai dua hari sambil menyelidiki lebih jauh kedudukan pasukan lam-kek-hek-te , saat dimana pasukan sudah menduduki posisi masing-masing dimana seratus orang berada di atas tebing jalan dan seratus pasukan pemanah menuju sebelah timur jalan dan dua ratus orang mengambil sebelah barat jalan untuk menutup jalan untuk mencegat dia sekiranya ia berbalik kebelakang

saat pengambilan posisi dilakukan , pasukan lam-kek-hek-te pun mulai membagi diri , setelah satu jam pasukan itu terpisah , seorang murid kepala yang memimpin seratus pasukan diatas

tebing jalan mensiagakan pasukan , “kita tunggu tanda dari pasukan di barat kalau-kalau im-yang-sin-taihap sudah melewati jalan dan tunggu aba-aba saya untuk meruntuhkan tumpukan batu ini “ semua mengangguk siap , dan tiba-tiba kwa-han-bu muncul dan membuat pasukan itu terperangah panik , kontan mereka menyerang dan mengeroyok kwa-han-bu

, pertempuran seru dan ramai terjadi , kwa-han-bu dengan gesit dan mantap membendung keroyokan dengan ilmu im-yang- sian-sin-lie , pasukan itu porak-poranda karena dalam empat kali gebrakan dua tangan dua ujung sabuk telah menumbangkan lima belas orang , pekik dan jerit kesakitan susul menyusul

kwa-han-bu tidak menyia-nyiakan waktu sehingga dalam waktu setengah jam pasukan diatas tebing sudah rubuh dan ambruk tidak berdaya , mereka semua menderita patah dan lepas sendi lutut sebelah kakinya , “kalian tetap disini dan jangan kemana- mana “ bentak kwa-hanbu sambil mematahkan sendi yang lain pada tubuh murid kepala sehingga membuat ia pingsan , „jika kalian lati dan beranjak dari sini ! maka kalian akan seperi pimpinan kalian ini “ bentak kwa-han-bu dan berkelabat cepat dari tempat itu menuju kesebelah barat jalan , dua ratus orang yang sedang bersiaga bersembunyi didalam hutan , kwa-han- bu bergerak laksana siluman melumpuhkan kempulan- kumpulan kelompok yang bersembunyi didalam hutan sehingga menjelang sore hari pasukan bagian barat itu ambruk semua dengan menderita patah sebelah kaki dan patah sebelah lengan kemudian remuk sebelah jemari tangan dan kaki

ketika malam sudah larut seratus pasukan pemanah bosan dan kecapean , “mungkin besok im-yang-taihap melewati jalan , kita harus gentian tidur dan jaga “ teriak murid kepala , lima puluh dari mereka istirahat sedang lima puluh lagi berjaga , namun baru dua jam bejaga , lima puluh orang itu heboh ketika dua puluh dari mereka ternyata sudah kaku dan bisu , namun ditengah kepanikan itu tiba-tiba kwa-han-bu menyerang mereka dengan cepat dan gesit , sepuluh dari mereka sudah ambruk tidak berdaya saat lima puluh yang sedang tidur terbangun , mereka langsung merangsak maju membantu kawan-kawannya mengeroyok kwa-han-bu namun tujuh puluh orang itu dalam dua puluh gebrakan ambruk semua dengan derita patah kaki dan tangan

totokan dua puluh orang yang kaku dilepas kwa-han-bu , “yang tidak menderita patah tulang hanya kalian dan kalian saya lepaskan untuk mengurus rekan kalian yang butuh pertolongan “ kata kwa-han-bu dan berkelabat dari tempat itu dan melanjutkan perjalanan ke kota punam untuk membebaskan penduduk dari cengkraman lam-kek-hek-te , selama tiga hari kwa-han-bu di punam , anggota lam-kek-hek-te sudah tidak ada dan ternyata penanganan kebutuhan pasukan yang berada kong-ciak-san di serahkan kepada empat puluh anggota lam- kek-hek-te yang berada di punam , dan kejadian di bukit itu diketahui empat orang yang hendak membawa ransum , segera mereka kembali ke punam dan menceritakan peristiwa itu dan hari itu juga mereka semua meninggalkan punam untuk melapor ke hanzhong 

selama lima bulan perjalanan dari punam ke-hanzhong , semua perkotaan telah ditinggalkan oleh lam-kek-hek-te , penduduk selama perjalanan itu mengelu-ngelukan kedatangan kwa-han- bu yang sampai kekota mereka , karena keluarnya para lem- kek-hek-te karena terkait kemunculan she- taihap dari pulau kura-kura yang berjulukan im-yang-sin-taihap dan yang membuat penduduk takjub pendekarnya masih belum memasuki kota mereka , lam-kek-hek-te sudah duluan hengkang , wilayah selatan menyambut kemunculan im-yang- sin-taihap laksana tanah kering kerontang disiram hujan yang lebat, bagaikan beban yang berat tiba-tiba diletakkan , lega , puas dan nyaman

Kota hanzhong gempar dengan membanjirnya anggota- anggota lam-kek-hek-te yang berkedudukan dikota-kota , berita sepak terjang im-yang-sin-taihap yang mempreteli keberadaan mereka disetiap kota diselatan membuat ngo-ok-hengcia tercenung tidak habis pikir terlebih berita tentang peristiwa empat ratus pasukan di kong-ciak-san , “hal ini sungguh membuat penasaran !” sela toan-sin dengan kesal , “kita harus bagaimana lagi !?” tanya ouw-gin , “kalau hanzhong juga jatuh ketangan im-yang-sin-taihap artinya kekauasaan hek-te telah lenyap dari wilayah selatan” sela phang-keng

“sebaiknya kita buat persiapan untuk menyambutnya “ sela In- kokcu , “apa ide penyambutan yang ada dalam pemikiranmu she in !? “tanya ouw-gin , “kita buat benteng barisan yang akan dihadapi ole him-yang-sin-taihap , “maksudmu bagaimana she- in !?” sela toan-sin , “begini lima ratus pasukan kita bagi tiga dan masing-masing dua ratus di gerbang selatan dan masing- masing seratus lima puluh di pintu gerbang utara dan barat “, “lalu seterusnya bagaimana !? “ sela phang-keng , “barisan ini merupakan barisan pertama yang ditempatkan diluar gerbang kota , kemudian didalam kota dibentuk barisan sepuluh murid utama dan murid-murid kita dan di kediaman kita ini , kita menunggu kedatangan kalau seandainya dia berhasil menjebol dua barisan yang kita bentuk “ , “menurut saya ide cukup dapat diterima namun formasinya tidak tepat “ sela toan-sin , “bagusnya bagaimana menurutmu she-toan !? “ tanya in-kokcu

, “menurut peristiwa yang dialami pasukan di kong-ciak-san bahwa empat ratus pasukan dipereteli im-yang-sin-taihap dalam satu malam dan ini memahamkan kepada kita bahwa im- yang-sin-taihap bukan hanya sakti ilmunya namun juga cerdas sekali “ , “lalu bagaimana formasi yang ingin anda katakan she- toan !?” , “begini ! tentunya dari pengalaman itu , kita membentuk pasukan siap tempur artinya hanya siap digunakan saat yang tepat , untuk mengetahui kapan tepatnya kita harus menegtahui dari pintu mana im-yang-sin-taihap memasuki kota

, setelah kita ketahui maka pasukan yang lima ratus kita kerahkan kepintu gerbang itu dengan tiga gelombang “ , “maksudnya tiga gelombang bagaimana !?” tanya in-kokcu

“maksud tiga gelombang itu adalah bahwa pasukan yang menyerang seratus orang , jika porak-poranda disusul seratus lagi dan jika masih porak-poranda disusul tiga ratus orang“, “lalu bagimana jika juga porak-poranda !?” sela ouw-gin , “jika juga masih porak-poranda empat murid kita ditambah sepuluh orang murid kepala memasuki pertempuran dan kekuatan yang terakhir terpaksa kita akan mengadu nyawa dengan im-yang- sin-taihap “ , “hmh… formasi itu sangat baik dan saya setuju “ sahut phang-keng , “saya juga !” sela ouw-gin , “baik kalau begitu , jika semua sepakat maka empat murid kita utus keluar tiga gerbang kota untuk melihat kedatangan im-yang-sin-taihap “ sahut toan-sin , lalu ketiga temannya mengangguk , lalu keempat murid dipanggil menghadap

“lu-eng , sim-khong , the-khang ! kalian bertiga pergilah ke gerbang selatan , barat dan utara , sejauh setengah hari perjalanan dan tetaplah disana untuk melihat kedatangan im- yang-sin-taihap yang ciri-cirinya sudah kita kenal , jika kedatangan pemuda itu sudah kelihatan maka segera secepatnya kembali kesini untuk melaporkan sehingga kita dapat mengatur barisan kearah gerbang darimana im-yang-sin- taihap masuk , dan tanda bagi kalian bertiga bahwa musuh sudah diketahui adalah panah api yang dilepaskan kelangit “ kata toan-sin dengan tegas , ketiga murid mengangguk , “dan kamu ouw-ceng , persiapkan pasukan dan bagi tiga , pasukan pertama seratus orang , pasukan kedua seratus orang dan pasukan ketiga tiga ratus orang , setelah itu laporkan kepada kami supaya diberi pengarahan “ ouw-ceng mengangguk , lalu keempatnya berdiri dan malakukan tugas masing-masing

ouw-ceng lalu mengumpulkan pasukan sementara tiga rekannya menuju tiga gerbang kota , lu-eng menuju gerbang kota sebelah selatan dan sore hari sampailah ia dipintu gerbang selatan lalu lu-eng berlari cepat keluar gerbang kota sampai setengah malam dan dia sampai disebuah desa yang bernama desa cubun , lu-eng mendatangi sebuah rumah yang terbesar dan terbaik didesa itu , karena perhitungannya rumah itu adalah setidaknya rumah “jungcu” (kepala desa) atau rumah “tichu” (tuan tanah) , lu-eng menjebol pintu rumah sehingga mmebuat pemilik rumah terkejut namun saat dia keluar dari kamar tidur lu-eng telah menepuk tengkuknya hingga tubuhnya lemas , “kalian jangan macam-macam !” bentaknya membuat pemilik rumah dan istrinya menggigil ketakutan dan kemudian datang empat orang dari belakang dan sekelabat lu-eng sudah menotok mereka hingga kaku ,

“jika kalian ingin selamat , kalian harus mengikuti perintahku , menegrti !? “ bantkak lu-eng lebih keras , pemilik rumah itu mengengguk-angguk , “ayah… ! “ seru seorang keluar dari kamar , seorang pemuda tanggung keluar namun ketika melihat ayahnya meringkuk lemas dengan ibunya dan petugas ayahnya juga tergeletak dia menjadi takut hendak keluar minta tolong , namun sebelum maksud itu dilakukan tubuhnya sudah tersedot oleh tenaga yang kuat dan dia melayang kearah lu-eng

lu-eng manampar pipi pemuda tanggung itu hingga terdengar ringisan sakit ,”cepat katakan ! siapa lagi yang ada dirumah ini

!?, “dua pembantu rumah dan putri saya “ jawab pemilik rumah , “hmh… toanio ! kamu panggil mereka kesini !” nyonya itu berdiri dengan gemetar dan pergi mamanggil putrinya dan dua pembantunya , setelah semua penghuni rumah , “siapa namamu !? tanya lu-eng pada pemilik rumah , “saya song-kun “ sahut pemilik rumah , “apakah kamu jungcu desa ini !? “ , “tidak ! saya seorang tichu” , “dengarlah song-tichu , saya akan tinggal disini untuk beberapa hari , jika kalian tidak macam- macam kalian akan selamat , tapi jika senaliknya kalian semua akan kubunuh” lu-eng mengancam sehingga membuat keluarga song pucat ketakutan

“nah ! sekarang berikan sebuah kamar padaku dan besok kalian berkerja sebagaimana biasa dan katakan bahwa aku saudara kalian dari timur “ , “ba..baik kongcu “ sahut mereka serempak , lalu sebuah kamar diberikan pada lu-eng , dan lu- eng pun istirahat untuk melewatkan malam , keesokan harinya song-tichu bekerja seperti biasa menagih utang pada penduduk desa yang dikawal empat tukang pukulnya , dan hari kedua lu- eng ikut song-tichu menagih hutang kepada penduduk

song-tichu seorang yang culas dan jumawa serta juga tidak punya belas kasihan dalam mempermainkan nasib penduduk yang miskin dan hal ini membuat lu-eng senang dan betah tinggal dirumah song-tichu , lu-eng makin akrab dengan kedua anak song-tichu song-bili dan song-kek , song-bili anak gadis tichu punya sifat yang manja dan mau menurutkan keinginan demikian juga putra tichu seorang yang keras dan sombong , lu-eng dengan song-bili sudah dua hari terlibat hubungan mesum secara diam-diam

suatu malam lu-eng mengindap-indap di rumah sim-jungcu , karena sudah tiga hari sejak melihat anak gadis jungchu yang cantik mengalahkan wajah bili , dan ini membuat lu-eng ingin merasakannya , dengan kpendaiannya lu-eng masuk kamar sim-bi-hwa dari atap , gerakannya yang ringan tidak membangunkan bi-hwa dari tidurnya yang nyenyak namun saat lu-eng mengeranyangi tubuhnya bi-hwa tersentak kaget dan tangan lu-eng sudah menotoknya hingga lemas
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar