Pembunuh Gelap Jilid 03

Jilid 03

Ie Lip Tiong tidak memberi hormat kepada dua orang Duta Istimewa Berbaju Kuning dari kesatuan Su-hay-tong-sin-beng itu. wajahnya menatap dan terpukau pada orang yang disebut sebagai Hakim Hitam Can Ceng Lun.

Perubahan Ie Lip Tiong agak aneh. Seharusnya dengan kepintaran dan kelincahan sipemuda, segala sesuatu tidak mungkin dapat menyulitkan dirinya. Boleh dikata, belum pernah ia menghadapi kesulitan seperti ini.

Lu Ie Lam dan Koan Su Yang seperti dapat melihat perubahan wajah Ie Lip Tiong. Tetapi bagaimana mereka tahu isi hati orang ? Disangkanya sipemuda itu gentar dan takut berhadapan dengan Hakim Hitam mereka Can Ceng Lun yang gagah perkasa.

Lu Ie Lam memperkenalkan dua Duta Istimewa Berbaju Kuning ini kepada Mo jiak Pin.

Dewa Pedang Kayu Koan Su Yang mengkerutkan kedua alisnya, ternyata Duta Nomor 6 dari Su-hay-tong-sim-beng ini pernah dengar nama Mo jiak Pin didalam perusahaan Boan-Chio-Piauw-kiok.

"Lu tatsu," demikian ia memanggil Lu Ie Lam dengan panggilan 'tatsu' atau duta istimewa. "Bilakah kau berkenalan dengan Ie-kiam- tin-bu-lim Wie Tiuw dari Boan-Chio Piauw-kiok ?"

"Belum lama." Lu Ie Lam tertawa. "Tetapi bantuan Mo piauwsu kepada Su-hay-tong-sim-beng untuk mengawal orang tawanan sehingga kemari, adalah hasil perundinganku dengan perusahaan aneh itu dengan sarat hadiah. Tolong Koan tatsu ajak saudara Mo ini pergi menerima 7.000 tail perak sebagai uang jasa."

"Oooo....." Dewa Pedang Kayu Koan Su Yang memandang wajah Lu Ie Lam. "Mengapa Lu tatsu menghambur-hamburkan uang Su- hay-tong-sim-beng ?"

"Apa boleh buat." Lu Ie Lam mengangkat pundak, "Ie lotee ini merasa keberatan apabila kunjungannya ke Su-hay-tong-sim-beng diketahui orang. Terpaksa kita menyewa kereta dan meminta bantuan Boan-Chio Piauw-kiok."

Duta Nomor 4, si Hakim Hitam Can Ceng Lun telah mengeluarkan borgolan, diarahkan alat persakitan ini kepada Ie Lip Tiong dan berkata:

"Lotee, setiap orang persakitan yang akan disidangkan harus disertai dengan alat ini."

Kemudian, memandang Lu Ie Lam berkata:

"Lu tatsu, kau telah melakukan perjalanan jauh, tentunya lelah dan letih. Sudah waktunya untuk kau istirahat."

Ie Lip Tiong telah menyerahkan diri dan membiarkan kedua tangan diborgol oleh si Hakim Hitam cang ceng Lun. Setelah melihat wajah hitam seperti pantat kwali ini ditempai Su-hay-tong-sim-beng, harapannya telah ludes. Pegangan hidupnya telah buyar. Disini ia menemukan 'sesuatu' yang berada diluar dugaan-nya, penemuan ini ialah orang yang diharapkan dapat menolong dirinya, sang guru yang diagung agungkan itu ternyata juga sudah menjadi satu dari

12 Duta istimewa Berbaju Kuning dari Su-hay-tong-sim-beng. Apabila dirinya bentrok dengan pihak ketiga, mungkin sang guru dapat memberikan bantuannya. Tetapi kini ia berdiri dipihak musuh Su-hay-tong-sim-beng, sedangkan cang ceng Lun adalah salah satu dari 12 Duta Istimewa Berbaju Kuning, barisan inti dari ke satuan Su-hay-tong-sim-beng. Mungkinkah guru ini dapat membela dan menyelamatkan dirinya dari bahaya?

Lu Ie Lam melirik kcarah Ie Lip Tiong yang telah menjadi lesu dan layu itu, pandangan mata si Duta Nomor 8 ini penuh keprihatinan, tetapi ia telah tarlalu letih, maka setelah meminta diri dari Duta Nomor 4 dan Duta Nomor 6, ia pergi ketempat istirahat untuk membayar hutang tidurnya yang selama 29 hari harus mengawal Ie Lip liong terus nunerus, siang dan malam.

Dewa Pedang Kayu Koan Su Yang mengajak Mo jiak Pin pergi menerima uang jasa pengawalan Ie Lip Tiong kegunung Lu-san.

"Mo piauwsu boleh ikut lohu menerima uang." Demikian Duta Nomor 6 ini berkata.

Mo jiak Pin turut dibelakang Koan Su Yang untuk menemui kasir Su-hay-tong-sim-beng, Tam cong Koan, menerima kekurangan Su- hay-tong-sim-beng kepada psrusahaannya se-banyak 7.000 tail perak itu.

Dipintu masuk hanya tinggal Ie Lip Tiong dan si Hakim Hitam Can Ceng Lun.

Mengetahui betul disekitar mereka tidak ada orang, baru Ie Lip Tiong berani membuka suara.

"Suhu   " Panggilnya dengan perlahan.

Dengan bertekuk lutut ia menunjuk hormat bagaimana lazimnya seorang murid kepada guru yang tercinta.

Cepat Can Ceng Lun menarik bangun muridnya. Dengan wajah yang ditekuk masam ia berkata:

"Hari ini, aku adalah Duta Nomor 4 dari kesatuan Su-hay-tong- sim-beng. jangan kau memanggilku guru lagi."

Ie Lip Tiong kaget dan bingung.

"Suhu....Suhu. " Suaranya gemetar, "muridmu tidak taha bahwa kau adalah salah satu dari 12 Duta Istimewa Berbaju Kuning"

Wajah si Hakim Hitam Can Ceng Lun betul2 merupakan seorang hakim yang tidak memandang, tidak ada perubahan, alis dan jengot-nya menambah kewibawaan seorang petugas keadilan.

"jabatan Duta Istimewa Berbaju Kuning telah kupegang selama 10 tahun." Berkata Can Ceng Lun dingin.

Rasa takut semakin meliputi wajah Ie Lip Tiong.

"Suhu," hampir ia meratap. "Kau...kau tahu bahwa aku tidak membunuh orang. "

Can Ceng Lun menggandeng tangan muridnya naik tangga.

"Ikut masuk !" katanya mantap, "ketua Su-hay-tong-sim-beng dan semua orang sedang menantikan kedatanganmu!"

Ie Lip Tiong mengikuti disamping Hakim Hitam itu, langkahnya berat, hatinyapun berat. Hampir ia tidak kuat melangkah, kedua kakinya menjadi lemas dan gemetaran.

Kejadian ini sungguh berada di luar dugaannya, ia berani ikut Lu Ie Lam kedalam markas besar Tong-sim-beng ialah mengharapkan bantuan sang guru yang berkepandaian tinggi. Kini guru itu telah ditemui, tetapi tidak mungkin diminta bantuannya, karena Duta Nomor 4 dari barisan Su-hay-tonh-sim-beng tidak mungkin melakukan sesuatu yang dapat minmbulkan rasa malu semua oaang kesatuan gabungan para jago rimba persilatan itu.

Yang lebih mengenaskan ialah, seolah olah guru itu memastikan bahwa ia telah melakukan pembunuhan2 gelap terhadap orang2 dari 5 partay besar, hingga tidak bersedia mengulurkan tangan memberi bantuan.

Runtuhlah semua pegangan dan harapan hidup Ie Lip Tiong. Apa guna hidup didalam dunia dengan menanggung rasa penasaran yang tidak terhingga? Apa guna hidup didalam dunia dengan tidak mempunyai pegangan hidup sama sekali?

"Bibit bagus untuk mengembangkan ilmu silat!" Kata2 ini adalah ucapan Can Ceng Lun dikala pertama kali bertemu dengan dirinya, waktu itu adalah dua tahun yang telah lalu. Kata2 itu senantiasa berkumandang dalam telinganya.

Dua tahun yang lalu, setelah ia mengebumikan jenazah ayahnya yang mati penasaran, dengan membawa sebuah hati yang hancur luluh, Ie Lip Tiong berkelana dirimba persilatan. Ia mengunjungi setiap orang yang menjadi kawan baik ayahnya dengan harapan dapat menemukan siapa diantara mereka yang mengirim surat kepada sang ayah dan menjanjikan pertemuan dibawah gunung Ngo-tay-san. Hasil Ie Lip Tiong didalam hal ini tidak lebih dari nol besar, tidak seorangpun diantara mereka yang mengakui perbuatan itu.

Harapannya untuk mencari orang yang melempar getah jahat kepada ayahnya mengalami kegagalan. jiwa Ie Lip Tiong diumbang ambingkan arus kesengsaraan dan keputus asaan. Bagaikan selembar daun yang tertiup angin, ia 'terbang' tiada arahnya.

Suatu hari, ia terbawa oleh nasib ketempat telaga Tong-teng- ouw. Air telaga mengumbang ambingkan perahunya

"Bibit bagus untuk mengembangkan ilmu silat."

Tiba2 terdengar suara pujian ini, arah suara datang dari sebelah kirinya.

Is Lip Tiong mengetahui pasti bahwa kata2 tadi ditujukan kepada dirinya, terbukti dari suara itu yang diantar dengan ilmu 'Toan-im- jib-hie' atau mengirim suara dengan gelumbang tinggi, hanya orang yang ditunjuk oleh suara ini sajalah yang dapat mendengar.

Toan-im-jib-hie khusus untuk mengirim berita rahasia kepada seseorang tertentu yang berada ditempat umum. Maka Ie Lip Tiong mengetahui bahwa pujian itu ditujukan kepada dirinya. Ia memandang kearah kanan, disana ada sebuah perahu, seorang nelayan tua dengan wajah hitam pekat duduk tenang, tangannya memegang alat pengail ikan, mata memandang dirinya dengan bibir tersungging senyuman: Rasa girang Ie Lip Tiong tidak terkira, bila nelayan wajah hitam itu dapat menggunakan ilmu Toan-im-jib-hie mengantar suara, tentu-nya mempunyai ilmu kepandaian yang sangat tinggi. Tokoh silat semacam inilah yang dibutuhkan untuk menambah pelajaran dan kepandaian. Dikemudian hari apabila ia memiliki kepandaian tinggi, tidak sulit mencari musuh sang ayah guna menuntut balas.

Ie Lip Tiong memberi hormat kepada nelayan tua berwajah hitam itu.

"Kemarilah." Berkata nelayan itu. "Disini telah tersedia arak dan ikan."

Lagi2 nelayan tua itu menggunakan ilmu mengirim suara dengan gelumbang tinggi Toan-im-jib-hie.

Menghitung jarak diantara dua perahu, Ie Lip Tiong tertawa getir. Tidak mungkin ia dapat lompat sejauh itu. Dengan isyarat tangan Ie Lip Tiong mengemukakan kesukarannya. Suatu tanda ia tidak dapat memenuhi panggilan nelayan wajah hitam.

"Oooo...." nelayan tua berwajah hitam mengerti. Ia memanjangkan bambu pengail kearah sipemuda.

"Kukira cuikuplah sudah." Ia masih menggunakan Toan-im-jib-hie mengantar suara.

Memperhitungkan jarak itu, Ie Lip Tiong berani memastikan ia dapat tiba dibambu pengail, dari sana, setelah memantulkan ujung kaki, tentu mudah lompat keperahu orang. Badannya melesat, seperti apa yang telah direncanakan, kakinya jatuh pada bambu pengail, menggunakan bambu loncatan ini, ia dapat tiba diatas perahu sipengail hitam.

"Ha, ha...." nelayan tua berwajah hitam itu menarik pengailnya dan tertawa puas, "Bakat mu memang bagus, siapakah namamu?"

"Siao-kao Ie Lip Tiong." Sekali lagi ia memberi hormat. Pengail hitam itu terkejut.

"Aaaaa...." berseru nelayan itu, "apakah kau putra ketua partay Oey-sau-pay generasi ke-23 Ie In Yang?"

"Benar!" Ie Lip Tiong membenarkan pertanyaan pengail hitam itu.

Pada wajah orang tua bewajah hitam itu menunjukkan rasa penyesalan, Ia menggeleng2kan kepalanya.

"Oh. Aku memang mencari penyakit."

Ia mengeluarkan keluhan.

Ie Lip Tiong dapat memaham isi dari ucapan kata2 tadi. Sebagai putra dari seorang yang telah dijadikan musuh umum, bagaiman ia dapat menempatkan diri dengan baik? Orang tua ini tentunya takut terbawa oleh arus kekacauan persengketaan Oey-san-pay dengan 5 partay besar lainnya.

"jikalau cianpwe menyesal menerima kedatangan siao-kao, silahkan cianpwe perintahkan tukang perahu menepi, biar siao-kao pergi lagi-" Demikian Ie Lip Tiong mengemukakan pendapat.

Pengail wajah hitam itu menatap pemuda dlhadapannya,

"Ie Lip Tiong," ia memanggil. "kau ternyata memiliki sifat Tahu harga diri!"

Ie Lip Tiong tertawa tawar. "Betul ayah boanpwe telah tiada, tetapi boarpwe percaya akan kebersihan ayah Boanpwe tidak mau menyusahkm orang dan tidak bersedia menerima sedekah orang." Kata2 ini diucapkan dengan penuh keangkuhan.

Pengail wajah hitam itu menanggukkan kepala. "Baik," Achirnya ia mengambil putusan. "Duduklah."

"Boanpwe belum tahu bagaimana sebutan cianpwe yang mulia?" "Aku adalah si Hakim Hitam Can Ceng Lun."

Ie Lip Tiong terkejut.

"Aaaaa... " Ia mengeluarkan suara tertahan, "cianpwe adalah satu dari 5 tokoh pandai di-dalam rimba persilatan." "Kalau kau tidak takut berhadapan dengan Hakim Hitam, duduklah dihadapanku." Demikian Can Ceng Lun mulai dengan perkenalan mereka.

Ie Lip Tiong duduk ditempai yang Can Ceng Lun tunjuk. Orang tua yang berada di-hadapannya adalah Hakim Hitam yang paling tegas membela keadilan dan kebenaran didalam arti yang sebenarnya. Iapun membenci bejabatan, belum pernah mengadakan kompromi dengan golongan sesat. Tabiatnya kukuh dan berani menghukum sipelanggar ketertiban. Dengan ilmu kepandaiannya yang sangat tinggi. Belum pernah ia menemui tandingan, apa bila can Ceng Lun mempercayai bahwa kematian ayahnya itu adalah akibat tipu keji orang. Ie Lip Tiong percaya rasa penasarannya dapat dibikin terang.

Tetapi, setelah mengadakan pembicaraan selama setengah harian. Ie Lip Tiong harus mengenyampingkan persoalan ini. Si Hakim Hitam Can Ceng Lun kukuh dengan pendiriannya yang tidak mau campur tangan persoalan kematian Ie In Yang. Ia banya bersedia menyuburkan si 'bibit bagus didalam rimba persilatan.

Karena orang tua itu bersedia menerima dirinya sebagai murid, rasa kecewa Ie Lip Tiong agak mereda.

Si Hakim Hitam Can Ceng Lun memberi tahu kepada Ie Lip Tiong, waktu pengoperan ilmu kepandaian hanya terbatas untuk setengah tahun. Setengah tahun kemudian, ia tidak bersedia memberi pelajaran ilmu lagi. Bila sipemuda bersedia dengan syarat ini, ia diwajibkan segera pergi keguha Naga digunung Kuu-san, tempat dimana si Hakim Hitam Can Ceng Lun menetap.

Hari berikutnya, Ie Lip Tiong berangkat dan pergi keguha Naga digunung Kun-san. Seperti apa yang Can Ceng Lun janjikan, orang tua hitam itu menurunkan semua ilmu kepandaiannya. Maksudnya agar tidak menyia-nyiakan bibit bagus untuk mengembangkan ilmu silat.

Setengah tahun kemudian, Ie Lip Tiong telah mewarisi semua ilmu kepandaian gurunya dan menjadi seorang tokoh silat mandra guna yang berkepandaian istimewa.

Apa yang Can Ceng Lun janjikan tidak berubah. Tepat setengah tahun, seperti putusan hakim yang tidak boleh diganggu gugat, Can Ceng Lun menutup pelajaran yang diturunkan kepada muridnya. Terlebih dahulu berangkat meninggalkan guha pertapaaannya, juga meninggalkan sang murid begitu saja.

Ie Lip Tiong telah selesai menamatkan ilmu pelajaran silat. Meninggalkan gunung Kun-san! la meneruskan penggembaraannya.

Didalam penggembaraan, Ie Lip Tiong tiba dikota Tiang-an dan bertemu dengan tokoh tua Oey-tan-pay yang bernama Kiong Kho Hong, jago tua ini terkenal didalam golongan mereka sebagai otak dalam partay. Setelah mengadakan musyawarah, mereka mengumpulkan para jago2 Oey-san-pay yang tersebar dibeberapa daerah, dengan tokoh2 golongan sendiri inilah, mereka mendirikan sebuah perusahaan aneh Boan-Chio Piauw-kiok.

Ie Lip Tiong mengubah dirinya menjadi si Pedang penakluk Rimba persilatan It-kiam-tin-bu-lim. Sedangkan Kiong Kho Hong menjabat penasehat perusahaan mereka.

Tugas yang tersembunyi didalam perusahaan Boan-Chio Piauw- kiok ialah menyelidiki kematian ketua partay mereka Ie In Yang yang masih menanggung rasa penasaran. Maksud kedua ialah mengumpulkan tokoh2 Oay-san-pay untuk mengadakan persiapan dalam usaha membangunkan lagi partay itu.

Satu bulan yang lalu, karena kunjungan Lu Ie Lam yang menyerahkan tugas Su-hay-tong-sim beng untuk mencari Ie Lip liong kepada Boan-Chio Piauw-kiok. Pempimpin perusahaan itu It kiam-tin-bu-lim wie Tauw, yang bukan lain dari pada Ie Lip Tiong sendiri, telah memutuskan untuk berkunjung kemarkas besar Kesatuan Gabungan Para jago Rimba Persilatan Dari Empat Penjuru dengan menempuh bahaya. Harapannya ialah hendak mencari bukti2 dengan cara bagaimana sipembunuh gelap menjatuhkan bukti2 pembunuhan atas pundaK ayahnya. Harapan kedua ialah hendak membuktikan kepada Lu Ie Lam bahwa, pemuda misterius berkerudung hitam itu bukanlah dirinya. Demian menyembunyikan diri didalam kereta, dan manakala pembunuhan2 gelap atas anak murid 4 partay besar masih tetap berlangsung, maka tuduhan Ie Lip Tiong membunuh orang itu dengan sendiri akan gugur.

Tentu saja, bahaya dan resiko ini terlalu besar. Golongan2, perkumpulan2 dan partay yang tergabung didalam Su-hay-tong-sim- beng belum tentu percaya kepada keterangannya. Bila mereka bertekad bulat hendak membunuh dirinya, pasti sulit bagi Ie Lip Tiong melepaskan diri.

Sebelum berangkat, Ie Lip Tiong telah meninggalkan pesan kepada sang susiok penasihat lihay Kiong Kha Hong, agar susiok ini memberi tahu kepergiannya kemarkas besar Tong-sim-ben kepada sang guru, si Hakim Hitam Can Ceng Lun. Maksudnya agar guru ini dapat memberi pertolongsn, dimana perlu. Disinilah letak pegangan hidup terakhir bagi Ie Lim Tiong.

Tak ia sangka, setelah masuk kedalam pintu gerbang Su-hay- tong-sim-beng, orang pertama yang dijumpainya justru guru mandra guna itu sendiri. Namun guru itu telah menyatakan tidak mengakui dirinya sebagai murid lagi, karena tugas dan kedudukannya disana ialah sebagai Duta Nomor 6 dari barisan Duta Istimewa Berbaju Kuning, inti kekuatan Su-hiy-tong-sim-beng. Bagaimana Ie Lip Tiong tidak menjadi lemas lunglai?

Cang ceng Lun membawa Ie Lip Tiong ke ruang persidangan kesatuan Su-hay-tong-sim-beng

Satu2nya harapan baginya untuk meloloskan diri dari kesulitan kini telah buyar semua. Ia berjalan dibawah tuntunan Hakim Hitam itu. Sukma sipemuda sudah pergi melayang jauh, entah terbang diawang-awang keberapa.

Semua bayangan2 dan pemandangan dihadapan Ie Lip Tiong telah menjadi kabur, bagai di-liputi oleh selembar kabut putih yang tebal. Ie Lip Tiong tidak tahu bagaimana dapat bergerak pergi.

Ie Lip Tiong sadar dari lamunannya, setelah mendengar suara sorak sorai yang gegap gempita.

Ternyata dirinya telah berada ditempat persidangan Su-hay-tong- sim-beng.

Tempat berkumpul merangkap tempat rapat kesatuan gabungan partay2 dan golongan2 itu. Bentuknya bundar dan tinggi, dipusat lapangan sidang adalah meja ketua dan para pembantunya. Berputar mengelilingi meja ketua Su-hay-tong-sim-beng yang merah, adalah meja2 para wakil dari golongan2, perkumpulan2 dan partay2 yang turut menghadiri dan mengikuti jalannya sidang.

Kini orang2 yang berkumpul diruang sidang hampir berjumlah 500 orang.

Dua baris hurup2 merah diatas kain putih adalah motto Su-hay- rong-sim-beng. bunyinya sebagai berikut :

"Menegakkan Keadilan Dan Kebenaran Mengatasi Kesulitan Dan Perselisihan"

Ketua dari kesatuan Su-hay-tong-sim-beng adalah tokoh silat setengah dewa Hong-lay Sian-ong, umurnya sudah mencapai 102 tahun. Satu2nya jago tua yang mempunya pribadi luhur dan pandangan luas. jabatan ketua Su-hay-tong-sim-beng telah dipertahankan sehingga 20 tahun.

Kini Hong-lay Sian-ong telah duduk dikursi ketua, kedua kanan kirinya diapit oleh 8 orang mereka adalah 4 pengawal pribadi 4 pembantu acara, masing2 duduk diam, penuh wibawa.

Pada setiap meja dari wakil2 golongan dan partay2 yang hadir tersedia papan nama yang menyalakan asal usulnya. Mulai dari kiri kekanan, urutan mereka adalah sebagai berikut : Siao-lim-pay, Hoa- san-pay, Hek-ie-kauw, Tiang-pek-pay. Kun-Lun-pay, Ngo-thong- kauw, Thay-khek-pay, Khong-tong-pay, ceng-shia-pay, Kay-pang, Soat-san-pay. Pek-ie-kauw, Hay-yang-pang dan Bu-tong-pay.

Tidak tampak papan nama Oey-san-pay yang sudah diskors.

Partay Ie Lip Tiong ini memang sedang mengalami nasib sial.

Disetiap meja, duduk 5 wakil partay atau golongan, hanya merekalah yang mempunyai hak bicara.

Orang2 yang tidak turut duduk dimeja2 ini adalah para undangan atau mereka yang duduk sebagai pendengar biasa, kemudian adalah orang2 pembantu dari wakil2 itu.

Sewaktu Ie Lip Tiong digiring masuk kedalam ruang sidang, suara maki2an dan cemoohan2 yang gegap gempita memecah

"Bunuh Ie Lip Tiong."

"Beri hukuman yang setimpal."

"Hutang jiwa harus dibayar dengan jiwa." "Bunuh anak Ie In Yang."

"Ganyang Ie Lip Tiong."

"Ganyang semua orang2 Oey-san-pay." "Gantung Ie Lip Tiong."

"Suruh ia bicara, bagaimana caranya membunuhi anak murid 5 partay besar."

"Betul. Korek hatinya." "Hati Ie Lip Tiong hitam."

Suara2 ini saling sambung tidak berhenti, datangnya bukan dari satu arah saja. Mudah di-bayangkan, bagaimana kemarahan mereka atas diri Ie Lip Tiong yang dituduh sebagai pembunuh gelap.

Ketua Su-hay-tong-sim-beng Hong-lay Sian-ong mengkerutkan kedua alisnya. ia mengambil palu pesar dan diketuk ketukan diatas meja.

"Tok.....Tok .... Tok "

Suatu tanda bahwa ketua Su-hay-tong-sim-beng hendak angkat bicara dan menghentikan suara gaduh itu.

Suara2 jeritan diseluruh sudut ruangan sidang menjadi sirap, keadaan menjadi sunyi dan sepi, tidak seorangpun yang berani membuka mulut.

Hening beberapa saat, Hong-lay Sian-ong memandang pembautu sidang yang berada didekat-nya.

Pembantu sidang itu segera membuka suara:

"Atas nama Bengcu, kami memberi perintah untuk mengundang Duta nomor 8 Lu Ie Lam."

Bengcu berarti ketua Su-hay-tong-sim-beng.

Bsberapa orang segera menyalankan perintah untuk mengundang Lu ie Lam menghadiri sidang.

Tidak lama kemudian, Lu Ie Lam muncul di tempat sidang. Para wakil dari golongan2, perkumpulan2 dan partay bangkit dari tempat duduk mereka, menyilahkan Duta Nomor 8 itu masuk ruangan.

Langsung Lu Ie Lam menuju kearah puncak pimpinan tertinggi dari kesatuan Su-hay-tong sim-beng, ia memberi hormat.

Hong-lay Sian-ong menganggukkan kepala sebagai balasan dan menyilahkan Lu Ie Lam mem beri laporan langsung kepada para wakil partay2 dan golongan2 itu.

Lu Ie Lam mulai menceritakan jalan penangkapan yang telah dilakukan olehnya:

"Saudara2 sekalian, tiga bulan yang lalu, aku yang rendah bersama Duta Nomor 7, si Akhli Pedang Seribu Tangan Siang-koan wie mendapat tugas untuk menangkap Ie Lip Tiong. Maka kami menyalankan tugas secara terpisah. Setelah mengadakan penyelidikan selama satu bulan aku menemukan sedikit jejak Ie Lip Tiong, yaitu orang yang saudara sekalian tuduh sebagai sipembunuh gelap 'pemuda misterius berkerudung hitam' itu. Letak tempat itu ialah kota Tiang-an. Maka lalu aku menyelidiki seluruh isi kota itu, hasilnya ialah satu nol besar. Aku tidak berhasil menemukannya. Suatu hari dengan tidak sengaja ketika aku berada didepan pintu Boan-Chio Piauw-kiok, aku tertarik oleh keanehan usaha piauw-kiok itu. cerita2 tentang keistimewaan Boan-Chio Piauw-kiok telah tersebar luas. Maka aku lantas timbul niatan untuk menemui si Pedang Penakluk Rimba Persilatan 'lt-kiam tin-bu-lim Wie Tauw', pemimpin perusahaan aneh Boan-Chio Piauw-kiok yang dikatakan memiliki seribu satu macam ilmu, kepandaian dapat menangkap orang yang hilang, dapat menemukan bukti2 aneh yang sulit ditemukan dan latn2 cerita lagi."

Lu Ie Lam menghentikan ceritanya sebentar, ia menatap wajah2 para hadirin yang turut mengikuti jalan sidang Su-hay-tong-sim- beng.

"Mungkin diantara saudara sekalian ada yang pernah bertemu muka dengan It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw itu." Lu Ie Lam meneruskan cerita. "Dia adalah laki2 setengah umur yang diduga berkisar diantara 40 an. wajahnya memang luar biasa. Kata2nya sopan dan mempunyai daya tarik hebat. Waktu pertama kali berjumpa muka dengannya, aku menggunakan nama palsu tetapi dengan mudah diketahui olehnya kebohonganku itu. Terpaksa aku menyebutkan nama asli dan mempertontonkan sedikit ilmu kepandaianku dihadapannya. It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw ternyata mempunyai ilmu silat yang luar biasa, bukan saja dapat mengikuti apa yang aku pertontonkan kepadanya, bahkan lebih dari itu, ia dapat memain lebih pandai dari apa yang aku miliki. Aku berhasil ditundukkan, betul2 nama It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw bukan nama kosong. Dia memang hebat."

Sampai disini, Lu Ie Lam melirik kearah Ie Lip Tiong; ia merasa malu kepada siorang tawanan karena harus membuka rahasia penangkapannya, yang meminta bantuan orang.

"Untuk membuktikan kecakapan kerjanya, aku memberi tahukan maksudku tentang pencarian seorang yang bernama Ie Lip Tiong, dengan jaminan berani membayar 10.000 tail perak, bila perusahaan anehnya dapat menemukan pemuda itu. Tidak disangka, pada hari kedua, ia telah berhasil menyelesaikan tugas tersebut. Sungguh hebat dan luar biasa."

Seluruh tempat sidang terdengar suata tarikan napas terkejut, semua kagum atas hasil yang dicapai oleh It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw itu. Wajah mereka menunjukkan rasa tunduk dan heran.

"It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw tidak segera menyerahkan Ie Lip Tiong kepadaku" Lu Ie Lara menyambung penuturannya. "Ia hanya memberi tahu di mana tempat persembunyiannya Ie Lip Tiong dan membiarkan aku menangkap seorang diri."

Lu Ie Lam menutup cerita dan siap meninggalkan sidang. Tetapi segera ia teringat sesuatu dan membuat keterangan sebagai berikut:

"Ada sesuatu yang perlu kukemukakan, yaitu terdakwa belum pernah mengadakan perlawanan atau berusaha untuk melarikan diri. Permintaan yang diajukan ialah agar usaha penangkapan atas dirinya jangan disebarkan keluar, kecuali setelah berada ditempat ini. Dengan alasan apa ia mengajukan permintaan seperti ini ? Karena ia tidak mengakui bahwa pemuda berkerudung hitam itu sebagai jelmaan dirinya, ia menyangkal keras hal ini. Harapan untuk mencuci diri dari dakwaan ialah menyerahkan diri secara diam2 agar pemuda misterius berkerudung hitam itu tetap melakukan keganasan2nya, dengan demikian maka buyarlah tuduhan yang mendakwa dirinya melakukan pembunuhan2 gelap itu."

Lu Ie Lam memandang kearah empat penjuru

Suara2 menghina, dengusan dari hidung dan bermacam macam jengekan dingin terdengar dimana-mana, rupanya tidak seorangpun percaya keterangan Ie Lip Tiong.

Lu Ie Lam menunjukkan wajahnya yang ber-sungguh2.

"Aku belum tahu bagaimana gerakkan pemuda berkerudung hitam itu selanjutnya, juga tidak tahu masih melakukan pembunuhan2 gelap terhadap murid dari partay besar atau tidak ?" Demikian ia memberi keterangan. "Yang kuketahui ialah, sewaktu kereta melakukan perjalanan, salah satu dari dua jago Kang-pak, si Tabib Sakit Sa Sun telah menyamar menjadi seorang pengemis dan mencoba mengintai pembicaraan kami. Ia mengikuti kereta dengan menempelkan dirinya pada bagian bawah. Waktu itu aku tidak tahu siapa yang bersembunyi dikolong kereta, juga tidak ada niat akan membunuhnya, aku menggunakan pisau belati maksudku hanya untuk melukai saja, tak kusangka, tusukkan itu tepat mengenai jautung orang itu. Walau kami sudah berusaha memberikan pertolongan, tidak urung jiwa Sa Sun menjadi korban juga. la menghembuskan napasnya yang penghabisan dihadapan kami. Tujuan si Tabib Sakit Sa Sun mengintai pembicaraan dikolong kereta sangat mencurigakan, sayang ia tidak dapat memberi keterangan sesuatu mengenai perbuatannya itu. Dengan ini, aku berharap agar kawan2 yang mempunyai hubungan baik dengan saudara Sa Sun yang bernama Sa jin, sudilah kiranya mengabarkan tentang malapetaka yang menimpa saudaranya. Kecuali ini, setelah melakukan perjalanan beberapa lama dengan Ie Lip Tiong, dengan memperhatikan situasi keadaan disekitar kita, aku dapat menarik kesimpulan bahwa peniup misterius berkerudung hitam itu bukanlah Ie Lip Tiong. Hanya samentara ini aku masih belum dapat menemukan bukti2nya. Nanti apabila sidang berpendapat harus menghukum Ie Lip Tiong, permintaanku ialah berikanlah kesempatan padanya untuk membuktikan bahwa ia benar2 tidak bersalah."

Lu Ie Lam selesai berbicara, setelah memberi hormat kepada semua hadirin, ia undurkan diri dan berdiri disuatu sudut.

Keadaan dituang sidang Su-hay-tong-sim-beng menjadi sepi. Ketua sidang Hong-lay Sian-ong memandang Ie Lip Tiong dan mengajukan pertanyaan :

"It Lip Tiong, tuduhan yang dijatuhkan kepadamu ialah mengadakan pembunuhan2 gelap kepada anak murid Siao-Lim-pay, Bu-tong-pay,

Hoa-san-pay, Kun-lun-pay dan Khong-tong-pay. Apa kau bersedia mengakui kesalahan2mu ?"

Setelah mengetahui bahwa sang guru menjabat Duta Nomor 4 didalam kedudukan Su-hay-tong-sim-beng, harapan Ie Lip Tiong untuk hidup telah buyar. Timbullah suatu pikiran hendak mengakui saja tuduhan2 yang dijatuhkan kepadanya, supaja lebih cepat menerima hukuman dan bebas dari segala penderitaan.

Namun, mengingat bahwa ia tidak melakukan pembunuhan2 gelap itu, mengingat pula Lu Ie Lam yang ternyata sudah mulai berpihak kepada-nya, maka ia mengambil keputusan hendak unjukkan keberaniannya.

"Tidak." Berkata Ie Lip Tiong keras, "Aku menyangkal dengan keras terhadap tuduhan soal pembunuhan2 gelap kepada anak murid lima partay besar itu. Belum pernah aku membunuh orang!"

Ketua Su-hay-tong-sim-beng, Hong-lay Sian-ong tertawa.

"Baik." Ia mengganggukkan kepala. "Dengarlah dakwaan2 dari lima ketua partay besar ini."

Seorang pembantu bangkit dari tempat duduknya dan membacakan surat dakwaan:

"Surat tuduhan Siao-lim-pay yang ditujukan kepada Ie Lip Tiong. Kami orang2 Siao-lim-pay meminta keadilan. Sebagai partay yang mementingkan pelajaran Buddha, kami mewajibkan semua anak murid untuk mempelajari kitab suci, diluar tugas pokok ini mereka diperbolehkan mempelajari ilmu silat, tetapi dengan maksud dan tujuan menguatkan badan atau menjaga diri, mereka tidak boleh menyimpang dari tujuan ini. Barang siapa yang melanggar atau menyalah gunakan pelajaran2 yang diberikan kepadanya, pasti akan mendapat hukuman berat.

tidak disangka, pada tanggal 14 bulan 7 tahun ini, gereja kami mendapat kunjungan seorang pemuda yang mengenakan kerudung tutiup muka berwarna hitam, kedatangannya itu sudah temu dicegah oleh beberapa anak murid kami. Pemuda berkerudung hitam itu tidak mau menjawab pertanyaan2 yang diajukan kepadanya, juga tidak memberitahukan nama atau asal usulnya.

Tiba2 saja ia mengeluarkan pedang dan melakukan pembunuhan. Anak murid lainnya yang melihat kelakuan tidak sopan pemuda berkerudung itu lantas naik darah dan mengurungnya. Akibat dari pertarungan ini ialah, 7 anak murid kami mati dibunuh, seorang lagi luka2 parah. Beruntung penjaga gereja kami Tie-in Taysu datang ketempat pertempuran tepat pada waktunya. Demikian ia berhasil menolong orang2 yang luka parah. Menurut keterangan murid kami yang luka itu, pemuda berkerudung hitam mempunyai potongan badan sepeiti Ie Lip Tiong. Mengingat dendam Ie Lip Tiong kepada partay kami, karena ayahnya binasa ditangan 5 ketua partay besar, hal ini memang mungkin. yang kami ingin ajukan dan meminta keadilan Su-hay-tong-sim-beng ialah, Ie Lip Tiong tidak mempunyai perikemanusiaan, membunuh orang secara biadab. Ie Lip liong tidak mempunyai pertimbangan untuk membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Harus diketahui bahwa ayahnya binasa karena ketamakannya kepada kitab pusaka dan membunuh Auw-yang Hui. Kami tidak menyalankan Ie Lip Tiong hendak menuntut balas, tetapi orang yang wajib dituntut ialah 5 ketua partay besar, bukan anak2 murid mereka yang tidak bersalah, tiada berdosa. Atas tindak tanduk Ie Lip Tiong, kami minta sidang Su-hay-tong-sim-beng memberi penyelesaiannya."

Pembantu tadi selesai membacakan tuntutan Siao-lim-pay lalu meletakkan surat tuduhan itu diatas meja, kemudian mengambil surat tuduhan yang kedua.

"Sarat tuduhan Bu-tong-pay kepada anak ketua partay Oey-san- pay le In Yang yang bernama Ie Lip Tiong." Demikian sipembantu membacakan surat tuduhan Bu-tong-pay. "Kami atas nama semua anak murid partay Bu-tong-pay dengan ini menyatakan penyesalan atas perbuatan- Ie Lip Tiong yang tidak mengenal perikemanusiaan. Pada tanggal. "

Isi dari tuduhan ini tidak jauh berbeda dengan tuduhan Siao-Iim- pay.

Menyusul, ia membacakan snrat tuduhan dari Khong-tong-pay, Hoa-san-pay dan Kun-lun-pay. Surat2 tuduhan itu semua memberatkan Ie Lip Tiong,

Setelah selesai membacakan surat- tuduhan dari 5 partay besar sipembantu memandang Ie Lip Tiong, orang yang didakwa sebagai pembunuh gelap yang tidak mempunyai rasa perikemanusiaan.

Ie Lip Tiong mendengarkan dengan seksama, mengetahui bahwa menurut surat2 tuduhan yang telah dibacakan olah pembantu pengacara Su-hay-tong-sim-beng, jumlah anak2 murid dari 5 pariay besar yang mati ditangan Ie Lip Tiang, seluruhnya ada 39 orang.

Saat itu, terdengar pula suara pembantu pengacara yang menambah dengan keterangan terakhir:

"Setelah Su-hay-tong-sim-beng menerima surat2 pengaduan dari pihak 5 partay besar, Ie Lip liong masih belum menghentikan perbuatannya yang melakukan pembunuhan2 gelap sehingga saat ini, korban telah meningkat menjadi 83 orang.

Suasana dalam ruang rapat menjadi sunyi, tidak terdengar suara kasak-kusuk orang. Tetapi penuh dengan hawa napsu pembunuhan, kemarahan umum masih meningkat terus.

Dan si pembantu telah turun dari mimbar.

Seorang wakil Hoa-san-pay bangkit dari tempat duduknya, langsung menuju kearah ketua Su-hay-tong-sim-beng dan memberi hormat.

"Silahkan bicara." Ketua Su-hay-tong-sim-beng, Hong-lay Sian- ong menyilahkan orang itu untuk mengemukakan pendapatnya.

Dengan suara geram dan sedih wakil Hoa-san-pay itu mengajukan permohonan.

"Ie Lip Tiong kejam dan telengas." Demikian katanya. "Tidak mengenal prikemanusiaan, sifat dan kelakuanya tidak beda dengan binatang. Dengan ini, aku yang rendah Sie Gie Hok, atas nama dewan pinpman Hoa-san-pay meminta dengan sangat, agar sidang menjatuhkan hukuman mati atas diri tertuduh."

Tuntutan wakil Hoa-san-pay Sie Gie Hok dt-tunjang oleh wakil Khong-tong-pay yang mengajukan tuntutan sama.

"Hukum Ie Lip Tiong dengan segera" Teriakan ini keluar pari mulut salah seorang yang mengikuti Sidang.

"Hukum mati Ie Lip Tiong segera." Terdengar lain teriakan. "Gantung Ie Lip Tiong."

"Penggal batang leher Ie Lip Tiong!" "jangan beri ampun!!"

"Bunuh Ie Lip Tiong!"

Suara teriakan yang pada waktu sebelumnya sudah sirap, kini timbul lagi dengan lebih keras, lebih bersemangat dan lebih banyak.

Tuntutan umum ialah menghukum Ie Lip Tiong dengan segera.

Ketua Su-hay-tong-sim-beng Hong-lay Sian-ong adalah ketua dari segala ketua partay, mendengar suara tuntutan2 ini, segera mengambil putusan.

"Tok .... Tok .... Tok...." Ia memukul meja sidang, suatu tanda mengharapkan ketenangan hadirin.

"Tenang!!" Inilah suara Hong-lay Sian-ong menekan suara2 semua orang. "Diharap segera tenang !"

Dengungan keluarnya suara Hong-lay Sian-ong yang berkumandang ditelinga 400-an orang yang hadir diruang sidang, sebentar kemudian, suara gaduh menjadi sirap.

Mata Hong-lay Sian-ong yang penuh kewibawaan memandang semua orang. Satu persatu.

Seorang wakil wanita dari partay Tiang-pek-pay bangkit dari tempat duduknya, setelah meminta ijin bicara dan mendapat persetujuan ketua Su-hay-tong-sim-beng, ia membuka suara : "Menurut hemat kami, belum ada bukti2 cukup yang menunjukkan Ie Lip Tiong bersalah. Langkah yang paling sempurna ialah mencari bukti2 kuat, setidak-tidaknya menemukan sesuatu yang tidak mungkin disangsikan kebenarannya bahwa Ie Lip liong betul2 menggunakan kedok kerudung hitam melakukan pembunuhan2 gelap."

Wajah seorang tosu Bu-tong-pay berubah, ia segera mengajukan keberatan.

"Dengan alasan apa kau mengatakan belum ada bukti2 kuat yang menyatakan Ie Lip Tiong bersalah ?" Pertanyaan ini diajukan langsung kepada orang yang bersangkutan.

Wakil wanita dari partay Tiang-pek-pay itu mengajukan pendapatannja:

"Menurut apa yang kuketahui, tidak sedikit Orang yang mempunyai potongan badan hampir sama atau sama benir dengan Ie Lip Tiong, Tuduhan 5 partay besar yang hanya berdasar kepada potongan badan Ie Lip Tiong mirip dengan pemuda misterius berkerudung hitam itu, adakah salah satu dari kalian yang pernah menyaksikan wajah Ie Lip Tiong? Dan melihat pasti bahwa pemuda berkerudung itu adalah Ie Lip Tiong ?"

"Ie Lip Tiong menggunakan tutup kerudung muka, siapa yang dapat melihat jelas wajah-nya ?"

"Nah, dari itu Kho-bok Totiang," berkata wakil wanita dari Tiang- pek-pay tadi. Ternyata tosu Bu-tong-pay bernama Kho-bok Totiang. "Tidaklah totiang terlalu cepat menarik kesimpulan dari kenyataan2 yang samar2 itu?"

"Hm...." Kho-bok To-tiang mengeluarkan suara dari hidung. "Lie sicu melupakan sesuatu faktor penting. Tiga tahun yang lalu, ayah Ie Lip Tiong, ketua partay Oey-san-pay Ie In Yang pernah membunuh Ngo-kiat Sin-mo Auw-yang Hui dan melarikan kitab Tian-tiok Sin-keng, karena itu ia terbunuh mati dibawah tangan 5 ketua partay besar. Kini orang2 yang menjadi korban pembunuhan gelap hanya terbatas pada anak2 murid dari 5 partay besar ilu saja. Ini suatu kebetulan? Atau sudahj di rencanakan masak2 lebih dulu

?"

"Betul." Wakil Hoa-san-pay turut bicara "Hanya bukti2 inipun sudah cukup menyatakan bahwa pemuda berkerundung hitam itu adalah jelmaan Ie Lip Tiong."

"Belum tentu." Wakil wanita bati Tiang-pek-pay kukuh dengan pendapatnya. "Memang ada kemungkinan bahwa pemuda berkerudung hitam itu sebagai jelmaan Ie Lip liong. Tetapi, tidak adakah kemungkinan lain? Dimisalkan ada seseorang yang sengaja melempar getah kejahatan kepada Ie Lip Tiong? Menurut hemat kami, apa bila tujuan Ie Lip Tiong mengadakan pembunuhan2 gelap kepada anak murid 5 partay besar semata mata hendak menuntut balas dendam kukira ia tentunya sudah memperhitungkan bahwa hanya dengan menutup wajahnya saja dengan selembar kain hitam, tidak mungkin dapat mengelabui mata orang."

Selagi perdebatan antara ketiga wakil dari tiga golongan itu belum selesai, tampak wakil Siao-lim-pay bangkit dari tempat duduknya dan turut bicara :

"Bit sicu, bolehkah pinceng mengajukan sedikit pertanyaan ?" Wakil dari Tiang-pek-pay yang membela Ie Lip Tiong bernama Bit

Ciu In, ia menganggukkan kepala.

"Silahkan." demikian ia berkata. "It-ie Taysu tentu mempunyai pandangan yang luas."

Wakil Siao-lim-pay, It-ie Tay-su dengan wajah sungguh2 mengajukan pertanyaan :

"Tentunya Bit sicu juga sudah dengar apa yang dikatakan oleh Lu tat-su tadi, sewaktu ia berhasil menangkap Ie Lip liong. Terdakwa mengajukan suatu permintaan agar ia dibawa ke-markas besar Su- hay-tong-sim-beng secara rahasia, dengan perjalanannya yang tidak diketahui orang, harapannya ialah agar pemuda berkerudung hitam itu dapat melakukan pembunuhan2 gelap lagi. Dengan harapan ia akan dapat membuktikan bahwa pemuda berkerudung hitam itu bukan jelmaan dirinya. Tetapi apa yang ingin pinceng kemukakan ialah, didalam satu bulan tetachir ini, partay kami, beserta dengan 4 partay yang bersangkutan, tidak menerima berita bahwa ada terjadi pembunuhan2 gelap, juga tidak menemukan jejak pemuda berkerudung hiiam itu. Pertanyaan yang ingin pinceng ajukan kepada Bit sicu ialah bagaimana anggapan lie sicu tentang kenyataan ini?"

Mata Bit ciu In yang hitam jeli, memandang para wakil dari Bu- tong-psy, Hos san-pay, Khong-tong-pay dan Kun-lun-puy.

"Benarkah tiada seorangpun diantara anak murid tuan2 yang melihat atau mengetahui jejak pemuda berkerudung hitam itu ?" Demikian ia mengajukan pertanyaan kepada mereka.

"Betul. Dari akhir bulan sehingga hari ini, selama satu bulan lebih, anak murid kami telah kehilangan jejak pemuda berkerudung hitam itu." demikian 4 wakil dari 4 partay besar memberikan jawaban yang sama.

Bit ciu In mengerutkan kedua alisnya, matanya bertumbuk dengan sinar mata Lu Ie Lam. Tiba2 ia mendapat ilham, segera ia mengajukan pertanyaan.

"Lu taisu." katanya. "bolehkah kami bertanya, selama meninggalkan kota Tiang-an dan melakukan perjalanan dengan kereta, apakah Ie Lip Tiong tidak pernah meninggalkan kereta, walau setapak kakipun juga ?"

Lu Ie Lam tertawa.

"Suatu hal yang tidak mungkin sama sekali." katanya. "Ia harus diberi makan dan diberi kesempatan untuk buang air besar ataU kalau ia mau buang air kecil, maka. "

"Apakah tidak seorangpun yang melihat dirinya?" Lagi2 But ciu In mengajukan pertanyaan. "Apakah tidak ada orang yang mengetahui bahwa dia berada didalam kereta?"

"Seperti apa yang telah aku ceritakan, kematian si Tabib Sakit Sa Sun ialah karena ingin mengetahui rahasia perjalanan kami." Lu Ie Lam berkata dengan suara kencang.

BU ciu In mengangguk-anggukkan kepala.

pada wajahnya tersungging senyumnya yang menarik. Maka ia- pun memandang wakil Siao-lim-pay It-ie Tay-su.

"Tay-su telah mendapat jawaban dari apa yang taysu ingin ketahui."

It-ie Tay-su menunjukkan wajahnya yang marah. Ia berkata dengan nada suara dingin:

"Apaka Bit sicu maksudkan bahwa lenyapnya pemuda berkerudung hitam, pada waktu terachir ini disebabkan sudah mengetahui Ie Lip Tiong jatuh ketangan Su-hay-tong-sim-beng, hingga ia tidak melakukan pembunuhan2 gelap terhadap para anak murid 5 partay?"

"Sudah tentu begitu." Berkata Bit ciu In. "Maksud pemuda berkerudung hitam itu ialah melemparkan getah kejahatan dan fitnahan kepada Ie Lip Tiong, tentu ia mempunyai rencana yang sempurna. Kami yakin bahwa si Tabib Sakit Sa Sun ada mempunyai hubungan dan kontak langsung dengannya."

"Si Tabib Sakit Sa Sun telah binasa, bagaimana pemuda berkerudung hitam itu tahu bahwa orang yang berada didalam kereta sebagai tawanan Su-hay-tong-sim-beng adalah Ie Lip Tiong?" bertanya It-ie Tay-su yang tidak mau melepaskan setiap kesempatan yang ada.

"Bit ciu In bukan sipemuda mesterius berkerudung hitam." berkata wanita ini. "Untuk menanya sesuatu yang hanya diketahui oleh pemuda berkerudung hitam itu sendiri bagaimana aku dapat menjawab ?"

"pinceng tidak ada maksud hendak menyusahkan Bit sicu," berkata It-ie Taysu keren. "Tetapi pinceng hanya mengharap agar setiap orang yang hendak membela perkara Ie Lip Tiong supaya memiliki bukti2 cukup untuk menghilangkan keragu-raguan pinceng beserta 4 partay lainnya yang bersangkutan. Siapa yang tidak mempunyai bekal cukup, sebaiknya jangan ikut campur tangan." Alis Bit ciu In yang lentik terjengkit.

"Tiang-pek-pay adalah salah satu anggauta dari kesatuan Su- hay-rong-sim-beng. Kami wajib membela nama baik kesatuan dan tidak boleh membiarkan ada orang merasa dikecewakan oleh tindakan yang dilakukan secara tergesa-gesa. Su-hay tong-sim-beng hanya boleh menindak siapa yang bersalah, tetapi juga harus membela pihak yang benar, bertindak tegas terhadap segala kejadian. Prinsip Su-hay-tong-sim-beng ialah membela keadilan dan kebenaran. Lupakah tuan2 ketentuan2 tersebut datas ?" demikian ucapan Bit ciu In berkumandang jauh.

Siao-lim-pay dan Tiang-pek-pay adalah dua partay yang sama2 menjadi anggauta Su-hay-tong-sim-beng. Kini menghadapi persoalan Ie Lip Tiong, mereka mempunyai pandangan yang jauh berbeda. Terjadilah ketegangan, wakil2 dari kedua fihak saling mengotot, seolah-olah sudah siap mencari penjelesaian dengan mengadu kekuatan.

Pimpinan tertinggi Su-hay-tong-sim-beng berada ditangan Hong- lay Sian-ong. Ketua gabungan ini segera membuka suara:

"Silahkan semua wakil duduk ditempat!'"

Bit ciu In masih mempunyai ketenangan, ia menurut dan duduk kembali.

It-ie Tay su yang merupakan salah satu tokoh Siao-lim-pay, karena belum pernah ada orang yang berani meremehkan partay itu. Ia tidak puas atas hasil yang didapat dari perdebatan tadi. Setelah mendelikkan mata kearah para wakil Tiang-pek-pay, baru ia mengalihkan pandangan dan berkata kepada Hong-lay Sian-ong:

"Bukti2 Ie Lip Tiong melakukan pembunuhan? sudah cukup banyak. Kami meminta kepada Bengcu agar segera menghukum mati pemuda jahat ini."

"Silahkan taysu duduk." berkata Bengcu atau ketua Su-hay-iong- sim-beng, Hong-lay Sian-ong. It-ie   Tay-su    membanting    pantatnya    dibangku    duduk.

Kemarahannya belum terlampias, agaknya masih penasaran.

Hong-lay Sian-ong memandang Ie Lip Tiong.

"Ie Lip Tiong, dapatkah kau mengajukan fakta2 untuk meringankan tuduhan2 yang dijatuhkan kepada anda?" Kata2 Hong- lay Sian-ong ini diucapkan jelas. "Anda harus dapat membuktikan bahwa pemuda berkerudung hitam itu bukanlah anda."

"Apabila bukti2 yang dikemukakan oleh Duta Nomor 8 Lu Ie Lam dan wakil Tiang-pek-pay tadi masih tidak bisa diterima, bagaimana aku yang rendah dapat kesempatan untuk membela diri?" demikian Ie Lip Tiong memberikan jawabannya.

"Kau menyangkal bahwa kau telah melakukan pembunuhan2 gelap?"

"Dengan keras aku menyangkal tuduhan2 itu, karena aku belum pernah melakukan pembunuhan!"

"juga tidak mengaku telah menggunakan tutup kerudung hitam?

Mengubah dirimu sebagai sipemuda misterius berkerudung itu?"

"Tentu.! Aku memang bukan pemuda berkerudung hitam itu!" "Baik." Hong-lay Sian-ong menganggukkan kepala. "Kini aku

ingin mengajukan pertanyaan. Kau maklum bahwa ayahmu terbunuh mati di-bawah tangan 5 ketua partay besar. Sebagai seorang anak yang berbakti, seharusnya mengajukan tuntutan atau langsung menuntut batas kepada orang yang telah membunuh ayahmu, Didalam hal ini, mengapa kau tidak mengambil langkah2 seperti itu?"

"Sebelum aku tahu pasti siapa yang menyebabkan kematian ayah, aku tidak akan mengganggu lima partay besar yang manapun?"

Wajah Hong-lay Sian-ong menunjukkan rasa herannya.

"Siapa yang kau maksudkan dengan orang yang menyebabkan kematian ayahmu itu!" "Orang yang menulis surat kepada ayah minta ayah bertemu dengannya di Hauw-tauw-po." jawab Ie Lip Tiong.

"jadi ada orang menulis surat minta ayahmu bertemu dengannya di Hauw-tau-po ?"

"Betul."

"ayahmu sudah meninggal 3 tahun lamanya, apakah selama ini kau belum pernah berhenti untuk mencari orang itu?"

"Setiap hari, aku berusaha untuk mengetahui siapa orangnya yang pernah mengirim surat kepada ayah dan minta bertemu di Hauw-tauw-po itu."

"Kau berhasil?" "Belum!"

"jadi, kau masih belum mengetahui siapa yang pernah menulis surat kepada ajabmu dan menyebabkan kematiannya itu ?"

"Dahulu tidak berhasil. Tetapi kini aku sudah dapat menduga siapa orangnya yang melakukan perbuatan2 terkutuk itu dan melemparkan getah kejahatan kepada ayah."

Hong-lay Sian-ong terkejut.

"jadi sudah ada orang yang kau sangka sebagai orang yang pernah munulis surat kepada ayahmu untuk bertemu muka di Hauw-tauw-po ?" Ia bertanya, matanya memandang Ie Lip Tiong tajam.

"Betul." Berkata Ie Lip Tiong gagah "Aku sudah menduga siapa orang itu,"

"Siapakah orang itu ?" Hong-lay Sian-ong mengajukan pertanyaan lagi.

IE LIP TIONG MATI DIBUNUH HONG LAY SIAN ONG ingin mengetahui siapa orang yang diduga menulis surat kepada Ie In Yang, orang inilah yang Ie Lip Tiong katakan sebagai biang keladi kekacauan. Ia menatap wajah Ie Lip Tiong tajam-.

Ie Lip Tiong membuka suara:

"Untuk mengetahui pasti siapa orang yang menulis surat kepada ayah, kita harus membekuk pemuda berkerudung hitam itu."

Hong-lay Sian-ong agak kecewa.

"Tetapi mereka justru menuduh dirimu sebagai pemuda berkerudung hitam itu." Ia memberi peringatan kepada sipemuda, bahwa apa yang dikatakan sebagai pemuda berkerudung hitam tidak mungkin muncul lagi.

"Sekali lagi aku menyangkal dengan keras tuduhan ini." Ie Lip Tiong tidak menerima tuduhan.

Hong-lay Sian-ong dihormati dan dijunjung tinggi oleh semua ketua partay, termasuk anak2 murid dari partay2 itu. Didalam hal ini ialah karena ilmu kepandaiannya yang tinggi, budi pekertinya yang luhur dan putusannya yang tepat dan adil terhadap sesuatu perkara.

"Baiklah." Ia mengambil putusan. Kemudian memandang semua wakil dari partay2, golongan dan perkumpulan2:

"Saudara2 sekalian." katanya lantang. "Kini kita mengadakan pemungutan suara untuk perkara Ie Lip Tiong. Siapa yang setuju menghukum Ie Lip Tiong segera, dipersilahkan angkat tangan."

Serentak, para wakil dari Siao-li-pay, Bu-tong-pay, Khong-tong- pay, Kuu-Iun-pay dan Hoa-san-pay mengangkat tangan mereka tinggi2.

Hong-lay Sian-ong mulai menghitung jumlah suara yang setuju menghukum Ie Lip Tiong segera.

"Baik." katanya. "Kini silahkan para wakil yang ingin menentang keputusan ini, segera angkat tangan. Berapa orangkah yang menganggap Ie Lip Tiong tidak bersalah?"

Setelah para wakil dari lima partay besar menurunkan tangan mereka, Hong-lay Sian-ong meneliti seluruh lapangan sidang.

Tidak seorangpun yang mengangkat tangannya, siapa yang berani menjamin Ie Lip Tiong tidak bersalah, tidak membunuh orang?

Termasuk para wakil dari Tiang-pek-pay, Soat-san-pay, ceng- shia-pay, Thay-khek-pay, Kay-pang, Pek-ic-kauw dan Hay-yang- pang. Tidak seorangpun dari mereka yang angkat tangan.

Hal ini menambah bingungnya Hong-lay Sian-ong, ia mengutarakan keheranannya dan berkata kepada para wakil dari partay dan golongan, yang tidak setuju menghukum Ie Lip Tiong:

"Saudara2 sekalian tidak setuju menghukum Ie Lip Tiong, tetapi juga tidak bersedia membela Ie Lip Tiong. Bagaimana pandangan saudara2 sekalian dalam perkara ini?"

Wakil Tiang-pek-pay Bit ciu In bangkit dan membuka suara : "Didalam hal ini, Tiang-pek-pay mempunyai pandangan

tersendiri."

"Silahkan Tiang-pek-pay mengutarakan pandangan itu." Berkata Hong-lay Sian-ong.

"Untuk membuat sesuatu putusan menyangkut hidup matinya seseorang, ada baiknya kita berhati2. Menurut hemat kami, lebih baik menahan Ie Lip Tiong dahulu dan memanggil datang saudara si Tabib Sakit Sa Sun, si Pendekar Nyali Merah !Sa jin. Setelah Sa jin mengakui kesalahan saudaranya dan mengatakan betul bahwa kematian Sa Sun disebabkan karena menerima perintah sipemuda berkerudung hitam untuk memata-matai Ie Lip Tiong, masih belum terlambat untuk membebaskan Ie Lip Tiong dari tahanan."

Pendirian Tiang-pek-pay segera dibantah oleh wakil Khong-tong- pay. "Kami tidak menyalahkan usul Tiang-pek-pay. tetapi apa akibatnya bila tidak berhasil menemukan si Pendekar Njali Merah Sa jin?"

Bit ciu In tersenyum.

"Seharusnya Khong-tong-pay jangan meragukan kecakapan kerja 12 Duta Istimewa Berbaju Kuning kita." Sebagai seorang wanita, Bit ciu In mempunyai suara yang menarik.

"Khong-tong-pay tidak ada maksud untuk memandang rendah 12 Duta istimewa Berbaju Kuning Su-hay-tong-sim-beng." Ia berkata sungguh2. "Tetapi segala sesuatu yang terjadi didalam dunia, tidak jarang berada diluar dugaan. Mengambil contoh hasil penangkapan Ie Lip Tiong yang meminta bantuan perusahaan Boan chio Piauw- kiok, siapakah yang percaya, apa bila bukan Duta Nomor 8 Lu Ie Lam yang mengucapkan sendiri ?"

Selesai mengucapkan kata2 maaf tadi, wakil Khong-tong-pay itu memberi hormat kepada Lu Ie Lam meminta maaf '

"Bukan maksud kami memandang rendah kecakapan kerja Lu- tat-su. Didalam hal ini kami ingin mendebat usul Tiang-pek-pay. Harap Lu tat-su tidak menjadi kecil hati."

Lu Ie Lam membalas hormat seraja berkata:

"Apa yang tuan ucapkan adalah suatu kenyataan. Siao-lee tidak akan untuk menarik panjang."

Bit ciu In dapat memaklumi keadaan Kho tong-pay, didalam hal ini ia mengajukan usul lain.

"Mungkin, ada beberapa golongan atau partay yang meragukan kecakapan kerja 12 Duta Istimewa Berbaju Kuning kita. Tetapi Tiang-pek-pay tidak meragukan keahlian dan kepintaran mereka, kami percaya, didalam waktu tiga bulan, 12 Duta Istimewa Berbaju Kuning dapat memanggil si Pendekar Nyali Merah Sa jin datang kemari. Kalau dalam waktu tiga bulan, pemuda misterius berkerudung hitam tidak melakukan pembunuhan gelap lagi, atau si Pendekar Nyali Merah Sa jin tidak berhasil diundang tepat pada waktunya, kami tidak akan mentjegah hukuman mati yang dijatuhkan kepada Ie Lip Tiong."

Wakil Khong-tong-pay menganggukkan kepala.

"Khong-tong-pay dapat menyetujui usul ini," katanya segera. "Didalam waktu tiga bulan, apa bila masih muncul seorang pemuda misterius berkerudung hitam atau si Pendekar Nyali Merah Sa jin berhasil diundang datang, dan mengetahui fitnahan. Ie Lip Tiong boleh dibebaskan, Tetapi sebaliknya, apa bila pemuda berkerudung hitam itu lenyap tiada bekas, atau Sa jin tidak bermsil diundang datang, Ie Lip Tiong harus menerima hukuman mati."

Lima partay besar lalu bermusjawarah merundingkan usul Tiang- pek-pay tadi. Keadaan seluruh ruang sidang penuh dengan dengungan2.

Membiarkan mereka berembuk sekian lama, baru Hong-lay Sian- ong mengetuk palu dimeja:

"Tok....Tok....Tok. "

Suasana sidang berhasil ditenangkan.

"Apakah wakil Siao-lim-pay mempunyai usul lain?" Hong-lay Sian- ong mengajukan pertanyaan kepada para wakil Siao-lim-pay.

"Kami atas nama partay Siao-lim-pay dapat menyetujui usul Tiang-pek-pay. yaitu memberi kesempatan hidup kepada Ie Lip Tiong selama tiga bulan, didalam waktu yang ditentukan ini, bila tidak ada bayangan2 pemuda berkerudung hitam, Pendekar Nyali Merah tidak berhasil diundang datang, maka tuduhan Ie Lip Tiong sebagai pemuda misterius berkerudung hitam tidak dapat disangkal, hukuman mati harus dijalankan segera. Semua partay atau golongan dilarang mengajukan usul lain, dan harus taat pada putusan."

"Bagaimana suara Bu-tong-pay?" Hong-lay Sian-ong memandang para wakil Bu-tong-pay.

"Bu-tong-pay menyetujui usul tadi." "Khong-tong-pay ?"

"Khong-tong-pay bersedia menerima usul." "Hoa-san-pay bersedia mentaati perintah." "Kun-lun-pay tidak menolak."

Maka partay2 dan golongan2 lainnya menyetujui usul ini, Umur Ie Lip Tiong diperpanjang tiga bulan.

Sidang perkara Ie Lip Tiong telah selesai Hong-lay Sian-ong memberi perintah kepada Duta Nomor 4, Can ceng Lun membawa terdakwa kekamar tahanan.

Ie Lip Tiong dibawa oleh gurunya ketempat tahanan, didalam hal ini, tidak ada seorangpun yang tahu bahwa Can Ceng Lun, Duta Nomor 4 dari Su-hay-tong-sim-beng sebetulnya gurunya Ie Lip liong.

Letak tempat tahanan Su-hay-tong-sim-beng berada dibawah tanah, disitulah, Ie Lip Tiong dipenjarakan.

Si Hakim Hitam Can Ceng Lun membuka pintu penjara, tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Ia mendorong Ie Lip Tiong masuk kedalam kamar batu, kemudian menutup kembali pintu besi, ia mengunci dan berjalan pergi. wajahnya kaku dan dingin, tidak terlihat perasaan sedih sama sekali.

Menyaksikan kelakuan guru itu, air mata Ie Lip Tiong bercucuran, kini terdengar langkah2 Can Ceng Lun yang mulai naik tangga batu, maka ia memanggil:

"Suhu "

Si Hakim Hitam Can Ceng Lun melanjutkan langkah2 kaki yang berikutnya, menolehpun tidak.

"Suhu," Ie Lip Tiong memanggil lagi. "Dapatkah kau mengabulkan permintaanku."

Seorang hakim harus memiliki watak yang keras, menindak siapa yang berani melanggar undang2, menghukum siapa yang bersalah. tidak perduli orang ini mengenakan pakaian warna kuning emas atan warna lainnya, haruslah disamakan dengan pakaian biasa. Kedudukan Can ceng Lun didalam Su-hay-tong-sim-beng adalah Duta Nomor 4, salah satu inti kekuatan mereka.

Nama julukannya ialah Hakim Hitam, segala sesuatu dijalankan secara konsekuen, la tidak pernah menoleh kebelakang dan menyahut panggilan muridnya itu.

bayangan Can Ceng Lun semakin menyauh, Ie Lip Tiong cemas.

Tanpa sadar ia memanggil lagi dengan keras:

"Can tatsu, ada sesuatu permintaan yang akan kuajukan kepadamu."

Kali ini Can Ceng Lun 'menerima' panggilan, Ia menghentikan langkahnya, perlahan2 membalikkan badan dan bertanya :

"Permintaan apa lotee ingin ajukan?"

Ie Lip Tiong mengucurkan air mata kesedihan.

"Bolehkah siao-kho bertemu dengan Duta Nomor 8, Lu Ie Lam?" Ia mengajukan permohonan.

Penggantian istilah 'suhu' dengan 'Can tat-su' atau duta utusan she can, dan 'teecu' yang diubah menjadi 'siao-kho' atau saja yang rendah, adalah suatu pertandaan betapa jauh hubungan mereka. Bagaimann Ie Lip Tiong tiada bersedih dan mengucurkan air mata deras? Penderitaan bathin yang seperti ini belum pernah dirasakan oleh orang kedua

Bila orang yang mempunyai hati lemah, tentunya turut mengucurkan air mata. Tetapi Can Ceng Lun adalah 'hakim' yang tidak kenal pengampunan, tidak ada sesuatu yang dirasakan olehnya. Ia menganggukkan kepala tanda mengabulkan permintaan Ie Lip Tiong yang ingin bertemu dengan Lu le Lam.

"Baik. Aku dapat memberi tahu permintaanmu." katanya. "Tetapi bersedia atau tidaknya terserah kepada dia."

Kemudian ia berjalan pergi, tanpa menengok kebelakang untuk melihat keadaan murid yang harus menanggung derita hebat itu.

Ie Lip Tiong tidak mengharapkan dapat hidup panjang, ia ingin memberi tahu kepada Lu le Lam bahwa Duta Nomor 8 itupun ada yang memalsukan dirinya. Maka memohon kepada Duta Nomor 4, si Hakim Hitam Can Ceng Lun untuk menemui Lu Ie Lam.

Harapannya terkabul segera, tidak lama, terlihat Lu Ie Lam turun dan masuk kedalam kamar tahanan.

Lu le Lain tertawa sedih, memardang wajah Ie Lip Tiong yang kehilangan darah mudanya itu, ia berkata:

"Ie Lotee, di tempat sidang mengapa kau tidak banyak bicara?"

Ie Lip Tiong mengharapkan bantuan gurunya, kini guru itu diketahui menjabat Duta Nomor 4 dalam Su-hay-tong-sim-beng, bagaimana ia ada pikiran untuk bicara? Hanya ia tidak memberi tahu hal ini kepada Duta Nomor 8 itu.

"Lu tat su dan wakil Tiang-pek-pay Bit ciu In sudah mengatakan apa yang siaotee ingin katakan. jika kuulang kembali keterangan2 tadi, bukankah akan menjemukan ?" demikian Ie Lip liong memberi keterangan. "Mereka tidak percaya keterangan kalian, mana mungkin penjara kepada keterangan yang siaotee berikan?"

"Su-hay-tong-sin-beng telah mengutus Duta Nomor 6, si Dewa Pedang Kayu Koan Su Yang dan Duta Nomor 9, si Lampu Besi Thiat- teng Hwe-sio pergi kedaerah Kang-pek mencari si Pendekar Nyali Merah Sa jin." demikian Lu Ie Lam berkata. "Apabila tidak terjadi sesuatu yang berada di luar dugaan, setengah bulan kemudian, mereka pasti dapat kembali. Tunggulah khabar baik mereka."

"Terima kasih." berkata Ie Lip Tiong. "juga kepada para wakil Tiang-pek-pay tolong Lu tatsu sampaikan rasa terima kasihku kepada mereka."

"Tentu." Lu Ie Lam tidak menolak permintaan untuk menyampaikan kepada para wakil Tiang-pek-pay! "Teristimewa kepada Bit ciu ln, karena hanya dia seorang yang berani membela kepentingan Oey-san-pay, walau harus menanggung resiko dibenci oleh para anak murid partay lainnya." "Akupun harus memberi salut kepadanya."

"Disini siao-kho telah menyaksikan bagaimana Su-hay-tong-sim- beng membela keadilan. Ternyata didalam Su-hay-tong-sim-beng masih ada orang2 yang berhati jujur, berbudi luhur."

"Ie Lotee tentunya telah menghilangkan kesan buruk terhadap Su-hay tong-sim-beng, bukan?"

"Betul." Ie Lip Tiong menganggukkan kepala. "Siao-kho harus memberi penilaian lain kepada Su-hay tong-sim-beng. Kesatuan gabungan ini memang patut mendapat pujian."

"Karena itulah, kami 12 Duta Istimewa Berbaju Kuning bekcrja dengan sungguh2 Membela keadilan dan kebenaran, membasmi kejahatan. En, lotee masih ada lain permintaan?"

"Maksud siao-kho ingin berjumpa dengan Lu tatsu ialah ingin memberitahukan sesuatu."

"Tentang perkara lotee ?"

"Bukan. Hal ini menyangkut hari kemudian Lu tatsu sendiri." "Menyangkut diriku ?" Lu Ie Lara mejadi heran.

"Betul. Menurut apa yang siao-kho ketahui. Duta Nomor 8, si Pendekar Pengembara Lu Ie Lam hanya hidup sebatang kara, bukan

?"

Lu Ie Lam menganggukkan kepala dengan penuh tanda tanya, apa maksud tujuan Ie Lip Tiong mengajukan soal ini kepada dirinja

"Pernahkah Lu tatsu dengar ada seseorang yang mempunyai wajah mirip denganmu?"

"Belum."

"juga belum pernah dengar ada yang mengatakan bahwa seseorang memalsukan diri Lu tatsu?"

"juga belum. Apa maksud lotee mengajukan soal ini ?" Ie Lip Tiong tertawa.

"Maka, berhati hatilah Lu tatsu menjaga diri." Pemuda ini berkata. "Belum lama, ada orang yang memberi tahu kepada siao- kho, seorang 'Pendekar Pengembara Lu le Lam' lain pernah lewat di hadapan matanya."

"Lotee membuat cerita humor?" Lu Ie Lam tidak percaya.

"Tidak. Dikatakan seorang Pendekar Pengembara Lu Ie Lam lain, karena ia tahu benar bahwa ada seorang Lu Ie Lam yang duduk didalam keretanya. Dua Duta Nomor 8 dari Su-hay-tong-sim-beng berada didalam satu kota. yang satu duduk didalam kereta dan yang lain lewat dihadapan kereta. Aneh bukan ?"

Baru sekarang, Lu Ie Lam menggigil.

"Apakah keterangan lotee ini masuk diakal ?" ia mengajukan pertanyaan.

"Siao-te jamin kebenarannya. Masih ingatlah Lu tatsu, kejadian sewaktu kereta memasuki kota Bu-chiang ?"

Lu le Lain berpikir sebentar, kemudian menganggukkan kepalanya.

"Waktu itu, Mo piauw-su mengeluarkan suara krget, agaknya ada sesuatu yang mengganggu."

"Bukan mengganggu. Tetapi seseorang 'Duta Nomor 8 dari Jsu- hay-tong sim-beng, si Pendekar Pengembara Lu Ie Lam' lain telah lewat dihadapan matanya. Ia sampai mengucek kedua mata sampai merah, dan betul apa yang disaksikan, bahwa orang yang dilihat itu mempunyai wajah sama dengan orang yang sedang duduk didalam keretanya. Sayang kita sedang berada didalam ketegangan dan tidak dapat membekuk dirinya segera."

"Ng....jadi Mo piauw-su sudah memberitahukan hal ini, sewaktu kala kalian pergi ke-belakang buang air besar ?"

"Betul ." "Sungguh celaka. Mengapa ia tidak segera memberi-tahukan kepadaku?"

"Didalam hal ini, siao-kho dapat mewakili Mo piauw-su untuk memberi penjelasan :

1. Orang itu bergerak diantara orang banyak, dimisalkan betul Duta Nomor 8 yang duduk didalam keretanya adalah yang tulen, tetapi setelah memberitahu kejadian ini, mungkin sulit untuk menemukan orang itu, apalagi membekuknya.

2. Tak dapat ia mengetahui pasti bahwa diantara dua Duta Nomor 8, siapa yang asli dan siapa yang menjadi barang tiruan. Memberi tahu kepada Duta Nomor 8 yang didalam kereta untuk membekuk Duta Nomor 8 yang berjalan atau memberitahu Duta Nomor 8 yang melewati kereta untuk membekuk Duta Nomor 8 yang duduk didalam kereta.

Dan alasan ketiga ialah bila aku jatuh kedalam tangan Duta Nomor 8 yang palsu, celakalah Ie Lip liong ini.

Alasan keempat ialah dengan memberi tahu kepada siao-kho, yang tentunya tidak dapat disangsikan keasliannya, Mo piauw-su ingin membongkar suatu rahasia ajaib lagi, menambah cemerlang nama perusahaan Boan-Chio Piauw-kiok. Betapa tidak, siapa yang tidak terkejut mendengar Boan-Chio Piauw-kiok berhasil menangkap dua orang Duta Nomor 8, si Pendekar Peegembara Lu le Lam?

Alasan kelima ialah, bila orang yang duduk didalam kereta sebagai manusia tiruan, bukan saja jiwa Ie Lip Tiong yang bahaya, dia, si Tangan Pengejar Maut Mo jiak Pin tentu turut teramcam.

7.000 tail perak yang dijanjikan boleh hilang, tetapi jiwa Mo jiak Pin harus dipertahankan."

"Sungguh celaka ...... Sungguh celaka. " Lu Ie Lam menyengir.

"jadi kalian baru dapat memastikan kebenaran diriku setelah tiba ditempat sidang Su-hay-tong-sim-beng?"

"Bukan!! setelah tiba ditempat sidang Su-hay-tong-sim-beng, tetapi 'setelah selesai sidang Su-hay-tong-sim-beng'." Ie Lip Tiong mengoreksi kata2 Lu le Lam. "Duta Nomor 8 palsu tidak mungkin mau membela kepentingan siao-kho."

"Hm... Entah apa maksud kawan yang memalsukan diriku itu?" berkata Lu Ie Lam agak marah.

"Dimisalkan dia mendapat tugas untuk 'menangkap' Ie Lip Tiong?"

"Betul." Lu le Lam menepuk paha. "Tentunya orang ini juga orang yang menjelma sebagai 'pemuda misterius berkerudung hitam'."

"Maksud siao-kho memberitahu hal ini kepada Lu Tatsu ialah agar berhati-hati dikemudian hari." berkata Ie Lip Tiong. "janganlah sampai terjadi kejadian yang seperti siao-kho alami."

"Sayang Mo jiak Pin telah kembali." Lu Ie Lam berkata seorang diri, "Bila dapat bertemu dengannya. tentu aku mempunyai gambaran yang lebih jelas."

Ie Lip Tiong tahu kemana jurusan yang Mo jiak Pin ambil, tetapi ia tidak memberi tahu. Seolah2 terkejut atas berita tadi, ia mengajukan pertanyaan:

"Ooo......jadi ia sudah pergi dengan membawa uang 7.000 taik perak itu?"

"Betul, semua orang didalam perusahaan Boan-Chio Piauw-kiok mata duitan, sungguh harus disayangkan." Penilaian Lu Ie Lam kepada Boan-Chio Piauw-kiok ialah uang diatas segala apa.

"Ooo.....kalau begitu Lu Tatsu berhasil menemukan tempat persembunyian siao-kho juga atas bantuan Boan-Chio Piauw-kiok?"

Lu Ie Lam mengangkat pundak, katanya: "Pertama kali aku berkunjung keperusahaan itu dengan penuh keanehan, kemudian ingin menjajal dengan pekerjaan sulit. Siapa tahu, mereka memang pandai bekerja, mempunyai keAkhlian yang luar biasa. Betul2 dapat menemukan tempat persembunyianmu."

"Menurut apa yang siao-kho tahu, termasuk It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw, para piauw-su yang bekerja didalam perusahaan itu hanya berjumlah 6 orang. Tetapi anak buahnya tersebar luas diberbagai pelosok, jumlah ini kukira diatas seribu orang."

"Beruntung mereka tidak melakukan kejahatan2, bila tidak, tentunya dunia mengalami kekacauan.....Oh, ya.... Kukira Ie lotee tidak menaruh dendam kepada mereka, bukan?"

"Tentu tidak." Ie Lip Tiong tertawa. "It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw terkenal sebagai seorang tokoh mata duitan dikota Tiang-an. Pada sesuatu hari, dimisalkan aku dapat mengeluarkan sejumlah uang untuk melakukan sesuatu atas diri Lu tatsu, kukira iapun menerima tawaranku."

"Aaaaa .... ternyata Ie Lotee juga dapat menyelami hati It-kiam- tin-bu-lim Wie Tauw sampai sedalam itu Memang, itulah sifat-nya

seorang mata duitan."

bicara beberapa waktu lagi, Duta Nomor 8, si Pendekar Penggembara Lu le Lam meminta diri dan meninggalkan tempat tahanan.

Mulai hari itu, Ie Lip Tiong di 'istirahatkan' didalam kamar tahanan Su-hay-tong-sim-beng, Ie Lip Tiong mengharapkan dua kemungkinan untuk membebaskan dirinya dari tuduhan mengadakan pembunuhan2 gelap kepada anak murid 5 partay besar.

Kemungkinan pertama ialah, berita dari Duta Nomor 6, si Dewa Pedang Kayu Koan Su Yang dan Duta Nomor 9, si Lampu Besi hiat- teng Hwe-sio, bila dua Duta Istimewa Berbaju Kuning dari Sn-hay- tong-sim-beng ini berhasil membawa pulang si Pendekar Nyali Merah Sa jin, kemungkinan bebas lebih besar. Ia pernah bertemu muka dengan Koan Su Yang, orang ini telah mencerminkan kecakapan kerja yang pintar dan kepandaian silat yang tinggi, hal ini tidak perlu diragukan. Apa lagi dibantu dengan Thiat-teng Hwe-sio, masakan tidak berhasil ?

Harapan kedua ialah berita tentang munculnya 'pemuda berkerudung hitam,' bila pemuda jahat ini masih mengadakan pembunuhan2 gelap pada anak buah 5 partay besar, Ie Lip Tiong segera mendapat kebebasan.

Diantara kedua kemungkinan diatas. Ie Lip Tiong meletakan kepercayaannya kepada yang disebut terlebih dahulu. Tentang kemungkinan kedua, ia tidak menaruh harapan sama sekali. Bila orang mempunyai rencana jahat untuk menceburkan dirinya kedasar lembah kejahatan, tentunya orang itu mempunyai gambaran jelas dari segala apa yang dilakukan olehnya. Kini ia telah tertawan dan berada didalam kamar tahanan Su-hay-tong-sim bang, hal ini pasti diketahui oleh lawan jahat itu, kecuali maksud tujuannya bukan menjerumuskan Ie Lip Tiong kedalam jurang kematian, pasti ia menghentikan gerakkannya membunuh orang.

Hari demi hari telah dilewatkan.....

Satu bulan kemudian.....

Tidak terdengar khabar berita tentang pemuda berkerudung hitam itu. Hal ini memang sudah dapat dibayangkan.

Yang berada diluar dugaan ialah, dua Duta Istimewa Berbaju kuning yang mendapat tugas memanggil si Pendekar Nyali Merah Sa jin tidak kunjung pulang.

Setiap Duta Istimewa Berbaju kuning dari Su-hay-tong-sim-beng mempunyai ilmu kepandaian yang istimewa, kekuatannya masih berada diatas para ketua partay. Mengingat pentingnya perkara, sengaja Hong-lay Sian-ong mengutus dua duta. Namun tetap tidak ada khabar berita-nya. Didalam sejarah Su-hay-tong-sim-beng, belum pernah terjadi ada dua duta mereka yang bekerja sama tapi tanpa hasil.

Menurut perhitungan, hanya memakan waktl setengah bulan, Koan Su Yang dan Thiat-teng-Hwe-sio pasti kembali membawa orang yang diundang. Kini waktu telah berlangsung dua kali setengah bulan, hasil itu belum juga terlihat,

-oo0dw0oo- 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar