Pedang Karat Pena Beraksara Jilid 20

Jilid 20

BUYUNG SIU yang berjulukan Pau kiam suseng (sastrawan pemeluk pedang) bisa diangkat sebagai congkoan pasukan jago pedang berpita hijau dalam Ban kiam hwee, sudah barang tentu dia memiliki ilmu silat yang luar blisa sekali, tapi kenyataannya dia tak mampu menghindarkan diri dari sambaran pancingan tersebut.

Entah apa yang terjadi, tahu-tahu saja arah baju bagian belakangnya sudah kena terpancing dan tubuhnya pun tergantung ditengah angkasa.

Sambil tertawa kakek gemuk pendek itu segera berpaling dan ujarnya sambil tertawa:

"Nah. apa yang lohu katakan tadi? bocah keparat ini sudah sepantasnya dilemparkan jauh-jauh dari tempat ini"

Dia segera mengayunkan pancingannya kedepan dan "Weees" tubuh Buyung Siu segera terlempar keluar dari ruangan itu tanpa mampu melakukan perlawanan.

Peristiwa ini kontan saja membuat Lok Khi sendiripun merasa terperanjat, dengan mata kepala sendiri dia pernah menyaksikan ilmu silat yang dimiliki Buyung Siu meski dikolong langit tak dapat dibilang tanpa tandingannya, paling tidak orang tak akan mampu membuatnya keok secepat ini.

Tapi kenyataan sekarang, dia kena dipancing orang dalam satu gebrakan saja, bahkan kena terlempar keluar tanpa berkutik barang sedikitpun juga , ini baru aneh dan hebat namanya. Kakek gemuk pendek itu sama sekali tidak berpaling atau memperhatikan korbannya, lalu dengan langkah lebar dia berjalan kemuka, lalu duduk ditempat duduk Buyung Siu.

Pau kiam suseng Buyung Siu memang tak malu disebut sebagai seorang jagoan lihay, dia pun tak malu menjabat congkoan jago pedang berpita hijau dari Ban kiam hwee.

Sekalipun dia kena dipancing orang dan dilemparkan sejauh tiga kaki dari posisinya semula, namun belum lagi tubuhnya mencapai permukaan tanah, sepasang tangannya segera mendayung ketengah udara, dan tubuhnya mendarat diatas permukaan tanah dengan "empuk"

"criing.." pedangnya segera diloloskan dari sarung, kemudian sambil menjejakkan kakinya keatas tanah, diiringi suara gelak tertawa yang amat nyaring, tubuhnya bagaikan serentetan Cahaya pelangi berwarna hijau seCepat kilat menyambar batok kepala kakek gemuk pendek itu.

Kakek gemuk pendek itu mengulapkan tangannya, lalu membentak dengan suara nyaring:

"Lohu sudah duduk. disini sudah tidak terdapat tempat berpijak buat kau sibocah Cilik lagi, ayo Cepat mundur"

Kalau dibicarakan kembali, sesungguhnya hal ini sangat aneh, serangan pedang yang dilancarkan Buyung Siu itu sesungguhnya lihay sekali, namun kakek gemuk pendek itu cukup mengebaskan tangannya, dimana cahaya pedang berkilauan, lalu seakan-akan membentur diatas selapis dinding hawa tak berwujud, badannya mencelat sejauh satu kaki lebih dan tak mampu untuk menyerbu kedepan lagi.

Peristiwa ini dengan capat menimbulkan perasaan terkesiap bagi semua orang yang hadir didalam arena.

"oooh, ruparya kakek ini sudah berhasil mempelajari ilmu hawa Khi kang tanpa wujud" gumam mereka tanpa terasa. Kakek gemuk pendek itu segera berpaling ke arah Lok Khi dan bertanya sambil tertawa: "sekarang sudah boleh bukan?"

OOOO dewi OOOO

LOK KHI segera mengangkat jari tangannya dan memperlihatkan jari kelingkingnya yang kecil, kemudian sambil menggoyang goyangkan tangannya itu dia berseru: "Empek tua. masih ada seekor ikan kecil ?"

"Ehmm, benar, benar, memang masih ada seekor ikan kecil lagi Kini lohu sudah duduk, kau sebagai murid lohu sudah sepantasnya untuk memperoleh tempat duduk juga , kalau begitu lohu akan memancing ikan kecil, agar kau pun mendapat tempat duduk "

Semua orang tidak tahu siapa yang dimaksud sebagai ikan kecil, tapi semua orang tahu bahwa kakek gemuk pendek itu sudah bersiap-siap hendak turun tangan lagi.

"Hei, siapa yang menjadi muridmu ?" seru Lok Khi kemudian dengan perasaan gelisah. Kakek gemuk pendek itu tertawa tergelak.

"Haaahh . . . haaahh. . . haaah . . sekarang memang belum, tapi setelah lohu pancing ikan kecil itu, kau adalah muridku "

Kemudian sambil memandang kearah Chin Toa seng, congkoan dari pasukan jago pedang berpita hitam, serunya lagi:

"Hei, yang kumaksudkan sebagai ikan kecil tadi adalah kau si bocah keparat, bersediakah kau masuk kedalam kailku?"

Padahal Toh hun sat jiu Chin Toa seng sudah berusia lima puluh tahun, tapi nyatanya masih disebut bocah keparat, bahkan dianggap pula sebagai ikan kecil yang hendak di pancing, jangankan Chin congkoan adalah seorang kenamaan, sekalipun manusia yang tak bernamapun akan naik pitam oleh cemoohan tersebut.

Dengan marahnya Chin Toa seng mendehem keras, kemudian sambil menggenggam huncweenya kencang kencang dia melompat bangun. Tampaknya dia seperti ikan yang mau dipancing, baru saja dia melompat bangun, tubuhnya seakan-akan kena diseret maju saja. sebelum semua orang sempat melihat jelas apa gerangan yang telah terjadi, tahu-tahu tubuhnya sudah kena terpancing sshingga terangkat ke tengah udara.

Mungkin semua kejadian itu berlangsung terlalu cepat, menanti tubuh Soh bun kuijiu Chin Toa seng sudah terangkat sampai ditengah udara dia baru meraung gusar, sepasang kakinya berjumpalitan dan tubuhnya bersalto beberapa kali, dia bersalto menghadap keatas, sementara itu, huncwee ditangan kanannya dengan secepat kilat mengetuk ke atas tali senar yang lembut, kecil tapi berkilat itu,

"Daaang . . .." tali senar yang tertarik hingga kencang itu hanya memantul pelan kemudian bergetar keras, nyatanya sama sekali tidak patah oleh ketukan tersebut.

Berhubung senarnya bergetar keras, otomatis tubuh Chin Toa seng yang berada ditengah udara pun turut bergetar keras, keadannya jadi mirip sekali dengan seekor ikan kecil yang kena dipancing lalu berkelejitan tak hentinya. Sambil tersenyum kakek gemuk pendek itu segera berkata:

"Ikan kecil, sudah cukup, sudah cukup, sekarang kau sudah boleh turun kembali ..." Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling kearah Lok Khi sembari berkata:

"Bocah perempuan, duduklah sekarang di kursinya Hmmm, kalau dihitung-hitung kembali, sesungguhnya kami guru dan murid merasa sangat dirugikan bila harus duduk dibangku seperti ini "

Pancingannya yang terangkat keatas itu segera digetarkan keras, begitu kaitan yang mengail baju arah belakang Chin Toa seng terlepas, tubuh Chin Toa seng pun terjatuh dari tengah udara..

Lok Khi menyahut, sambil tersenyum dia segera membuat muka setan terhadap sukonya Kam Liu cu dan sucinya Liu Leng po, kemudian sambil berpaling, dia mencibirkan bibirnya kearah Su Siau hui. setelah itu baru berjalan ke tempat duduk Chin Toa seng dan duduk di sana.

Congkoan pedang yang berpita hitam Chin-Toa seng yang dipermainkan orang dihadapan orang banyak. segera merasa malu sekali, sehingga selembar wajahnya berubah menjadi merah padam seperti hati babi, sepasang matanya merah membara, huncweenya menciptakan selapis bayangan hitam yang segera mengurung badan kakek gemuk pendek itu.

Kakek gemuk pendek itu masih tetap duduk dikursi sebelah kiri tatkala dia memancing Chin Toa seng sebagai seekor ikan kecil tadi segera beruntun Pau kiam suseng Buyung Siu melancarkan serangan pedang tiada hentinya.

Berhubung semua orang sedang memperhatikan Chin Toa seng, maka tiada orang yang menaruh perhatian terhadap dirinya.

Selembar wajah Buyung siu berubah menjadi merah padam, dalam berapa saat yang teramat singkat ini, secara beruntun dia telah melancarkan belasan jurus serangan berantai.

Tapi setiap kali dia melancarkan serangan, ancaman itu selalu berhasil dipunahkan oleh ayunan tangan kiri kakek gemuk pendek itu yang menciptakan selapis hawa khikang tak berwujud, sehingga sama sekali tak mampu untuk mendesak maju kedepan.

Tentu saja serangan berantai yang dilancarkan Chin Toa seng juga kena terhadang oleh kakek gemuk pendek itu disebelah kanannya, sehingga tiada yang berhasil ancaman yang menyentuh tubuhnya.

Kedua orang congkoan dari perkumpulanBan-kiam-hwee ini, sesungguhnya merupakan jago lihay kelas satu didalam dunia persilatan, tapi sekarang serangan gabungan dari mereka berdua yang datang dari kiri dan kanan itu tak pernah berhasil mendekati lawannya lebih dari lima depa, hal mana dengan cepat membuat para jago yang mengikuti jalannya pertarungan menjadi amat terperanjat. Kakek gemuk pendek itu masih tetap duduk tak berkutik diatas kursi, meskipun senyuman masih menghiasi ujung bibirnya, tapi dibawah gencetan dan kerubutan dua orang jago lihay itu, sesungguhnya tidak enteng baginya untuk menghadapi.

Sementara tangan kirinya dikebaskan ke depan untuk memaksa mundur Buyung siu yang menyerang dari sebelah kiri, Chin Toa seng yang berada disebelah kanan segera manfaatkan kesempatan itu untuk maju melancarkan sergapan-

Menanti dia mengangkat kembali tangan kanannya untuk mendesak mundur Chin Toa-seng maka Buyung Siu yang berada disebelah kiripun segera memanfaatkan kesempatan itu untuk melancarkan desakan hebat . . .

Tampaknya kedua orang jago yang berada dikiri itu sudah dipengaruhi oleh hawa napsu untuk membunuh, mereka sama-sama nekad untuk beradu jiwa.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, kedua orang itu memutar pedang dan senjata huncweenya sedemikian rupa sehingga terasa desingan angin tajam menderu-deru, mereka maju dan mundur secara teratur, sementara masing-masing pihak melancarkan serangan maut yang dahsyat.

Kalau dibicarakan sebenarnya amat panjang padahal sejak Buyung Siu kena dilempar keluar dan Chin Toa-seng kena terpancing, semuanya hanya berlangsung dalam seperminum teh.

Mendadak kakek gemuk pendek itu tertawa terbahak-bahak. sambil bangkit berdiri teriaknya keras- keras:

"Kalian berdua apa apaan sih ? jika tidak segera menghentikan serangan kalian sehingga benar membangkitkan amarah lohu, jangan harap kalian bisa merenggut keuntungan dengan begitu saja"

Apa yang dikatakan memang benar dan setiap jago persilatan dapat melihat kalau kakek gemuk pendek itu memang belum turun tangan secara bersungguh-sungguh, coba kalau tidak begitu, mungkin Buyung Siu dan Chin Toa-seng sudah keok semenjak tadi.

Dalam pada itu. keempat orang gadis berpakaian ala keraton yang berada dibelakang Ban kiam hweecu sudah bersiap siaga penuh, tangan mereka masing-masing sudah menetap diatas gagang pedang masing-masing sudah bersiap untuk melepaskan serangan.

Ban kian hweecu sendiri masih tetap duduk dikursi utama dengan sikap yang anggun, sejak awal sampai sekarang dia tidak membentak untuk menghalangi jalannya pertarungan juga tidak mengungkapkan perkataan apapun selembar wajahnya berwarna kuning emas dan siapa pun menduga bagaimanakah perubahan mimik wajahnya.

Tapi Sepasang matanya yang tajam danjeli masih saja mengawasi wajah si kakek gemuk pendek itu tanpa berkedip. dia seakan-akan sedang memikirkan satu haL

Bentakan kakek gemuk pendek itu sama sekali tidak ditanggapi oleh Buyung Siu maupun Chin Toa seng, kedua orang jagoan lihay ini tak seorang pun yang bersedia menghentikan serangannya dengan begitu saja. .

Untunglah disaat yang kritis, Ban kiam hweecu telah buka suara, terdengar dia membentak keras:

"Harap congkoan berdua segera menghentikan serangan "

Pau kiam suseng Buyung Siu dan Soh-hun sat jiu Chin Toa seng tak berani membantah bentakan dari Kiam cu nya, serentak mereka menarik kembali serangannya dan mundur.

Kakek gemuk pendek itu pun mengangkat bahunya dan berjalan menuju ke tempat duduknya lagi dengan langkah lebar.

Mendadak Ban kiam hweecu bangkit berdiri dari tempat duduknya, lalu menjura dalam-dalam terhadap kakek gemuk pendek itu, kemudian katanya dengan hormat. "Rupanya locianpwe yang telah berkunjung kemari, maafkanlah ketidaktahuan boanpwe" Kakek gemuk pendek itu masih tetap duduk tak berkutik ditempat semula, sambil memicingkan mata dia berkata sambil tertawa. "Bocah Cilik, apakah kau sudah teringat siapa kah lohu?"

Mungkin di dunia ini tiada orang lain yang berani menyebutkan kiam hwee cu sebagai bocah cilik lagi.

Tapi kakek itu menganggap Buyung siu dan Chin Toa seng sebagai seorang bocah keparat maka kalaupun dia menyebutkan kiam hweecu sebagai bocah, sesungguhnya hal ini bukan sesuatu yang terlalu aneh.

Benar juga , Ban kiam hweecu sama sekali tak marah atau tersinggung oleh sebutan itu, malah sahutnya dengan hormat:

"Walaupun boanpwee sudah teringat akan seorang cianpwe, hanya tidak aku ketahui benar atau tidak?"

Kakek gemuk pendek itu manggut-manggut sambil mengelusjenggot kambingnya dia menyahut sambil tertawa:

"Tak ada salahnya untuk kau utarakan, haa aah, haaah, haaah, mungkin tiada seorang manusia pun di dunia ini yang mengetahui siapa kah lohu ?" Ucapan ini memang cepat sekali.

Buktinya Sim-cu taysu dari Siau-limpay dan Thian Khi-cu dari Bu tong pay sama sekali tidak kenal dengan orang ini, bahkan Hek sat sang Seh Thian yu yang merupakan su tok thian ong (empat raja langit beracun) serta Kam Liu cu yang berpengetahuan sangat luas pun tak ada yang mengetahui asal usul orang ini.

Ketika congkoan pedang berpita hijau Bu yung Siu dan congkoan pedang berpita hitam Chin Toa-seng menyaksikan Kiam cu mereka bersikap begitu hormat terhadap tamunya, tanpa terasa mereka saling berpandangan sekejap dengan cepat, sementara hati kecilnya merasa amat terkejut bercampur keheranan.

Sementara itu Ban kiam bweecu sudah membungkukkan badan memberi hormat sembari berkata: "Apabila dugaan boanpwee tidak salah, lo-cianpwee adalah salah seorang dari delapan toa-kong bong dari ruang Thian cu tong tempo dulu."

Walaupun orang luar tidak banyak yang mengetahui tentang delapan toa kong hong dari ruang Thian cu tong, tapi bagi pendengar jago-jago Ban kiam hwee, hal ini segera membuat hati mereka bergetar keras sekali karena terperanjat.

Delapan toa kong bong dari ruang Thian cu tong tak lain adalah delapan orang pelindung hukum pada masa jayanya Ban kiam hwee tempo dulu.

Seperti misalnya It teng taysu, toa supek dari ketua Siau limpay sekarang dan ketua dan pendiri dari perkumpulan Thi pit pang, yakni Thi pit teng kan kun Tay Pek li, semuanya merupakan salah satu dari delapan pelindung hukum perkumpulan Ban kiam hwee tempo dulu, berbicara soal umur, mungkin usianya berada diatas seratus tahun-Mendadak kakek gemuk pendek itu tertawa terbahak- bahak.

"Haaaaaa. . . .haaaaa . . . haaaa .. . . bocah cilik, anggap saja ketajaman matamu memang mengagumkan- Haah, haah, haah... Padahal seandainya lohu tidak memancing dua ekor ikan kecil sehingga alat pancingan Thian san thi tiok klu ciat tiau kan atau pancingan sembilan raut bambu besi dari Thian-san milik lohu berhasil kau kenali, siapa yang akan menduga kalau Thian ti tiau siu atau kakek pengail dari telaga langit masih hidup di dunia ini ?"

Walaupun dia sendiri telah menyebutkan nama julukannya sebagai kakek pengail dari telaga langit, namun tiap jago yang hadir disitu belum pernah mendengar nama tersebut.

Tapi semua orang dapat menduga kalau kakek itu sudah pasti ada hubungannya dengan pihak Thian-san-pay. bahkan merupakan seorang angkatan tua dari Ban-kiam-hwee.

Thian-ti-siau-siu mengalihkan sorot matanya kearah Buyung Siu dan Chin Toa seng, kemudian katanya sambil tertawa: "Bagaimana ? Walaupun lohu guru dan murid telah merebut tempat duduk kalian berdua, tentunya hal ini tidak terhitung memalukan bukan? Padahal delapan puluh tahUn berselang, ketika lohu masih duduk dalam kursi kebesaran dengan segala kemegahannya, kalian masih belum keluar dari perut ibumu"

Setelah mengetahui siapakah lawan, tentu saja Buyung Siau dan Chin Toa seng tak berani bersikap kurang ajar, buru-buru mereka membungkukkan badan memberi hormat seraya berseru:

"Hamba benar- benar pantas mati, kami tak tahu kalau lo-huhoat telah datang, harap lo huhoat sudi memaafkan-" Thian-ti-tiau-siu segera tertawa ter kekeh.

"Heeeehhh. . . heehhh, , . heeeh. . . disini tiada urusanmu lagi, lohu hanya bergurau saja."

Kemudian sambil berpaling kembali ke arah Ban-kiam hweecu, katanya lebih jauh:

"Mari kita kembali kepokok pembicaraan semula, kau si bocah telah mengundang begitu banyak orang untuk berkumpul di sini, bila ada urusan silahkan saja diutarakan, lohu hanya akan duduk sebentar saja kemudian akan segera pergi."

Dengan amat hormatnya Ban kian hweecu mengiakan, dengan masih tetap berdiri, katanya kemudian:

"Dalam pertemuan hari ini, boanpwe mempunyai satu urusan penting yang hendak di umumkan kepada para hadirin locianpwe adalah seorang tokoh yang berkedudukan paling tinggi, kehadiran cianpwe tampaknya memang cocok sekali, oleh sebab itu menurut pendapat boanpwe biar locianpwee saja yang memimpin pertemuan ini agar terasa lebih serius dan berbobot"

Tampaknya Ban-kiam hweecu benar benar mempunyai suatu masalah penting yang hendak diumumkan kepada semua orang.

Dengan cepat Thian ti-tiau-siu menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berseru. "Tidak bisa kecuali memancing ikan, lohu sudah tidak mencampuri urusan dalam dunia persilatan lagi, kini untuk memancing ikan saja rasanya sudah malas, maka aku ingin mencari orang untuk mengirim pergi pancinganku ini, entah ada urusan apa pun boleh kau utarakan saja, anggap saja lohu tidak hadir ditempat ini"

Buru-buru Ban-kiam hweecu membungkukkan badannya memberi hormat, katanya kemudian-"Kalau toh locianpwe sudah berpesan demikian, boanpwe akan turut perintah saja."

Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling seraya berkata: "Bawa kemari benda tersebut "

Seorang gadis berdandan keraton yang berada dibelakangnya segera maju sambil meletakkan sebuah kotak diatas sebuah meja kecil didepan Ban kiam hweecu.

Para jago tidak mengetahui apa benda yang berada dalam kotak itu, tanpa terasa semua orang mengalihkan sorot matanya ke atas benda tersebut.

Ban kiam hweecu mendongakkan kepalanya dan menjura kepada para jago, lalu ujarnya:

"Para hadirin semua, aku khusus datang ke Pit bun san ini karena menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, Lou bun si sudah terjatuh ke tangan perkumpulan kami, itulah sebabnya aku sengaja kesini . ."

Belum habis psrkataan tersebut diutarakan, Lok Khi sudah melompat bangun sambil menukas:

"Perkataanmu itu tidak benar, kejadian tersebut merupakan kenyataan, bukan berita sensasi belaka, sudah jelas Lou bun si itu berhasil kalian rampas dari tangan Wi toako dengan menyaru sebagai Ting Ci kang"

"Harao Lok lihiap mendengarkan dahulu penjelasanku hingga selesai, kemudian baru berbicara lebih jauh." setelah berhenti sejenak, dia pun menyambung lebih jauh:

"Aku tak ingin membohong, Lou bun-si memang merupakan benda yang bertekad hendak kami peroleh sampai dapat, dan kali ini, gara gara urusan Lou bun si, mungkin partai kami telah membuat kesalahan terhadap Wi Tayhiap. untuk itu aku mohon agar Wi Tayhiap sudi memaafkan . . ."

Lok Khi melotot sekejap kearah Wi Tiong hong dengan gemas, kemudian sambil mencibirnya dia berseru seraya mendengus:

"Hmm enak benar kalau bicara, hampir saja kalian membuat jiwanya melayang, apa gunanya kalau cuma meminta maaf belaka?"

Ban kiam hwecu sama sekali tak memperdulikan dia, kembali ujarnya lebih jauh:

"Bukan hanya satu dua hari saja perkumpulan kami mencari jejak Lou bun si tersebut, karenanya kemunculan Lou bun si dalam dunia persilatan tentu saja harus dibuntuti secara ketat dan Ching congkoan harus melakukan penyelidikan dengan sepenuh tenaga. Tentang bagaimana cara Chin congkoan setelah sampai disini hari ini, itulah sebabnya pula aku minta maaf kepada Wi tay hiap pada saat ini."

Berhubung tempat duduk buat congkoan pedang berpita hijau Buyung Siu dan congkoan pedang berpita hitam Chin Toa seng telah ditempati oleh Thian ti tiau siu dan Lok Khi, maka kedua orang itu mengundurkan diri dari sana dan berdiri dikedua belah sisi Ban kiam hweecu.

Ketika Chin Toa seng mendengar hweecunya berulang kali menyinggung tentang jasanya, dia nampak gembira, berseri dan kelihatan merasa bangga sekali. Terdengar Ban kiam hweecu berkata lebih lanjut.

"Tiga hari berselang, Chin congkoan telah mengirim orang yang secara diam-diam menghantar Lou bun-si kembali ke markas kami, ketika itu sekeliling Kiam bun san kami segera ditemukan banyak sekali jago lihay yang secara diam-diam melakukan pengintaian." "Berita itu nampaknya begitu cepat tersiar dalam dunia persilatan diantaranya sudah pasti ada pihak-pihak musuh perkumpulan kami yang sengaja menyebar luaskan berita itu kemana-mana, itulah sebabnya aku mengatakan kalau kalian datang karena mendengar berita yang tersiar dalam dunia persilatan yang kumaksudkan sebagai berita angin tidak lain adalah hal ini."

"Setelah aku menerima Lou bun- si yang di kirim Chin congkoan tersebut, oleh karena tak isgin mengusik ketenangan ayahku, maka sengaja aku datang kemari dan bermaksud untuk mengadakan pembicaraan secara terbuka dengan para umat persilatan."

Rupanya Ban-kiam bweecu masih mempunyai ayah, bila didengar dari ucapannya itu, jelas ayahnya sudah mengasingkan diri dan sama sekali tak pernah mencampuri urusan keduniawian lagi.

Kini di tempat tersebut hanya hadir congkoan pedang berpita hijau dan congkoan berpita hitam, itu berarti congkoan pedang berpita merah dan congkoan pedang berpita putih tidak ikut hadir, tentu saja mereka ditugaskan untuk menjaga Kiam-bun-san.

"Bu-Liang-siu hud " Thian Khi cu dari Bu-tong pay segera berseru sambil bangkit berdiri, "Hwecu, bolehkah pinto menimbrung sebentar untuk mengungkapkan maksud kedatangan pinto ?"

Berkilat sepasang mata Ban kiam hwee cu, kemudian manggut- manggut.

"Katakan saja totiang " katanya.

"Terima kasih hweecu, pinto merasa perlu untuk menjelaskan bahwa partai kami sama sekali tidak berminat untuk turut mengincar Lou bun si tersebut, kemudian menurut apa yang kuketahui, Lou bun si pernah muncul diwilayah Kanglam dan pada mulanya diperoleh Siau Beng-san, seorang anggota perguruan pinto, Siau Beng-san cukup mengetahui kalau benda ini sudah lama dianggap sebagai benda mestika bagi umat persilatan dan akan diperebutkan bila ada yang tahu, oleh sebab itu dia tak berani bertindak gegabah dan bermaksud untuk mengirimnya kembali ke perguruan" "Siapa sangka delapan belas orang rombongan ditemukan di kuil Sik jin tian, padahal partai kami sama sekali tidak berminat untuk mendapatkan Lou bun si tersebut, namun setelah ada anggota partai kami menjadi korban ataS periStiwa tersebut, mau tak mau partai kami pun harus mencampurkan diri dalam masalah ini, sekarang Pinto sudah datang kemari atas undangan Hwee-cu. pinto harap hweecu sudi memberi petunjuk dan penjelasan kepada kami."

Dari ucapan mana, bisa di dengar kalau pihak Bu tong pay sudah secara resmi menegur dan menuduh Ban kiam hwee. Ban kiam hweecu segera berpaling sembari berkata:

"Chin congkoan, coba kau memberi penjelasan kepada Tbian khi totiang lantas kejadian tersebut, dari pada kedua belah pihak harus saling bentrok sendiri."

Congkoan pedang berpita hitam Chin Toa seng membungkukkan badan menerima perintah, setelah menjura kepada Thian Khi cu, katanya kemudian:

"siaute tak berani mengelabuhi waktu itu orang pertama yang berhasil mendapatkan berita tersebut adalah pelindung hukum dari Thi pit pang yakni Thi ji tong long atau belalang bercakar baja Lu Yau cun serta To ciok siu atau makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang siu, kedua orang itu tak lain adalah anggota dan jago pedang berpita hitam kami."

"Sewaktu kami mendapat laporan yang mengatakan bahwa Lou bun si sudah terjatuh di tangan Siau Beng san dari Ban lipiaukiok dan kini Siau Beng sau telah mengerahkan jago-jago lihay dari perusahaan Ban li piaukioknya untuk mengirim benda itu ke bukit Bu tong, siaute pun menitahkan kepada kedua orang ini untuk melakukan pengintaian"

"Siapa tahu ketika Siau Beng-san sekalian sedang mencapai kuil Sikjin tian, tiba-tiba saja mereka roboh dan tewas, Thi jiau-tong long Lu Yau cun yang berjarak paling dekat dengan mereka pun pada saat yang bersamaan ditemukan tewas, apa yang menjadi penyebab dari kematian mereka sama sekali tidak diketahui, tapi siaute menegaskan bahwa perbuatan ini bukan hasil karya dari perkumpulan kami."

Ketika Wi Tiong hong mendengar apa yang dikatakan orang itu persis sama dengan apa yang dia dengar, dengan cepat ia bangkit sembari berkata:

"Apa yang diucapkan cbin congkoan memang benar, apa yang boanpwe dengarpun begitu pula, sesungguhnya orang-orang dari Ban li-piau-kiok telah mati keracunan karena menginjak racun tanpa wujud yang sengaja disebarkan orang-orang Tok-see sia diatas permukaan tanah seputar tempat kejadian."

Mencorong sinar tajam sepasang mata See Thian yu sesudah mendengar perkataan itu, dia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

"Haaaahh . . . haaabh . . . haaahh . . . untuk merebut Lou bun si dari tangan orang lain, kebanyakan jago persilatan telah mempergunakan pelbagai macam cara yang keji untuk mendapatkannya, kami orang orang dari Tek see sia juga tidak takut menyalahi perguruan mana pun, tentu saja kami pun tak akan menyangkal atas perbuatan yang telah kami lakukan."

"Benar, orang orang Ban li piaukiok memang mati akibat keracunan, tapi lou bun si yang berhasil kami peroleh, akhirnya terjatuh kembali ke tangan orang orang Ban- kiam- hwee"

Su tok thian ong memang selama ini termashur karena racunnya yang amat keji, walaupun mereka sudah membunuh orang-orang Bu tong pay, tentu saja peristiwa tersebut sama sekali tidak dipikirkan didalam hati mereka.

Itulah sebabnya dia lantas mengaku, sebab seperti apa yang dia katakan, orang orang Tok see sia memang tak pernah takut untuk menyalahi perguruan mana pun.

Thian khi cu sama sekali tidak menyangka kalau Seh Thian yu akan mengakui dengan berterus terang, bahkan kalau didengar dari nada suaranya dia seperti sama sekali tak  memandang sebelah matapun terhadap pihak Bu tong pay, tanpa terasa wajahnya jadi tertegun.

Tapi selang berapa saat, dia pun menjura seraya berkata kembali:

"Siancay, siancay, kalau toh toheng sudah mengakui atas tanggung jawab tersebut, kita perhitungkan kembali dikemudian hari saja."

Beberapa patah kata ini di ucapkan tanpa meninggikan diri, tak pula merendahkan diri, selain luwes juga penuh dengan sopan santun.

Karena pada saat ini dia adalah seorang tamu dari Ban kiam hwee, dengan kedudukannya tentu saja dia tak bisa bermusuhan secara langsung dengan Seh Thian yu, disamping itu diapun telah memberikan pendiriannya bahwa Bu Tong pay tak akan berpeluk tangan belaka atas peristiwa terbunuhnya anggota Bu Tong-pay.

Sebagai searang jagoan yang berpengalaman sudah barang tentu Seh Thian-yu juga dapat menangkap nada pembicaraan dari Thian Khi-cu, dia tertawa hambar lalu menyahut: "Ucapan To heng memang benar, siaute akan menurut perintah saja."

Yang dimaksudkan "menurut perintah" tentu saja setiap saat dia bersedia menantikan pembalasan dendam dari lawan-

Tiga orang anggota Bu tong-pay yang berdiri dibelakang Thian Khi cu segera berubah muka, sebaliknya Thian Khi cu sendiri sama sekali tidak dibikin gusar oleh kejadian itu, malah sambil tersenyum ia duduk kembali.

Setelah Thian Khi cu dari Bu tong pay duduk kembali, Sip cu dari Siau limpay segera bangkit berdiri lalu sambil merangkap tangannya didepan dada katanya:

"omitohud pinceng pun harus menerangkan juga kepada Hweecu bahwa sebagai orang beragama, pantangan yang paling besar adalah mengincar barang milik orang, dan sekali pun Lou bun-si dianggap oleh sementara umat persilatan sebagai benda mestika yang tak ternilai harganya, namun pinceng tak berani mengincarnya.

"Pinceng dan Beng sute datang kemari karena kami dengar Ting pangcu dari Thipit pang telah terbunuh di kuil Sik-ji tian. Tapi menurut berita yang kemudian pinceng dengar ditengah jalan, yang tewas ternyata bUkan Ting pangcu pribadi, melainkan hanya seorang manusia gadUngan."

"Antara Ting pangcu dengan kuil kami sesungguhnya terjalin suatu hubungan yang erat, apa lagi kejadian inipun berlangsung ditempat yang terletak begitu dekat dengan markas besar jago-jago pedang berpita hitam, itulah sebabnya pinceng memberanikan diri untuk minta pendapat dari hweecu"

Kali ini rupanya orang orang Siau limpay menampilkan diri untuk menuntut keadilan buat Ting Ci kang.

Selapis perasaan tak sabar segera menghiasi raut wajah Ban kiam hweecu tampaknya teguran dan tuntutan dari pihak Bu tong pay dan Siau limpay yang secara beruntun membUat hatinya merasa tak tenang, sorot matanya lantas di arahkan congkoan pedang berpita hitam dan manggut-manggut.

Congkoan pedang berpita hitam Chin Toa-seng segera menjura, kemudian ujarnya:

"Tentang yang menyangkut ketua Thi pit pang Ting tayhiap. tadi Wi tayhiap menurunkan perintah Siu lo Ci leng tempo hari dan menitahkan kepada siaute untuk membebaskan Ting tayhiap. berhubung siaute mencurigai Loa bun si sudah terjatuh kepihak Thi pit pang, maka sudah barang tentu kami tak dapat membebaskannya dengan begitu saja."

"Terpaksa kami pun mengutus wakil cong koan yakni cu Bun wi untuk menyamar sebagai Ting tayhiap. menurut pikiran siaute semula, kami hanya ingin menyelidiki jejak Lon Bun si itu kemudian baru membebaskannya, dalam hal ini kami telah memperoleh pengertian dari Wi tayhiap tadi." Dengan tak sabar Thian ti tiau siu segera menukas:

"cukup, Cukup, justeru karena lohu mendapat berita tentang hal inilah maka lohu menyusul kemari, sekarang sudah seharusnya kita membicarakan tentang masalah pokoknya."

Ban kiam hweeCu tak banyak berbicara lagi, dia segera merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan sebuah rantai emas, diujung rantai itu terlihat sebuah anak kunci kecil yang terbuat dari emas dan dipakainya untuk membuka kotak kecil itu.

Walaupun para jago yang hadir dalam ruangan tersebut tak tahu benda apakah yang disimpan dalam kotak itu, tetapi kalau dilihat dari perbuatan Ban kiam hweeCu yang merogoh ke dalam saku hanya untuk mengambil sebuah rantai emas, dan di ujung rantai emas itu hanya terdapat sebuah anak kunci emas, dengan kunci emas itulah dia membuka kotak emas mana bisa di simpulkan kalau benda yang tersimpan didalam kotak itu sudah pasti merupakan sebuah benda yang tak ternilai harganya.

Tanpa terasa timbullah perasaan ingin tahu dalam hati setiap orang, walaupun mereka masih tetap duduk tak berkutik ditempat semula namun sorot mata mereka yang tajam telah tertuju ke atas kotak tersebut.

Ban kiam hweecu tersenyum, dengan jari tangannya yang langsing dan putih, dia mengeluarkan sebuah pena kemala berwarna hijau yang panjangnya hanya enam inci dari dalam kotak tersebut.

Dalam waktu singkat, mencorong sinar tajam dari balik mata semua orang, diam-diam mereka berpekik keras: "oooh, Lou bun-si "

Benar, benda yang berada ditangan Ban kiam hweecu sekarang bukan lain adalah Lou bun-si yang diincar dan beberapa kali menjadi benda perebutan dari umat persilatan.

Sambil tertawa Ban kiam hweecu segera memperlihatkan Lou bun si tersebut kepada semua orang, kemudian katanya: "Aku rasa kalian semua pasti sudah tahu bukan bahwa pena kemala ini tak lain adalah Lou-bun-si . . ."

Belum habis dia berkata, mendadak terdengar suara desingan angin tajam berkelebat lewat, menyusul kemudian munculnya serentetan bayangan abu-abu yang secepat sambaran kilat menerobos masuk lewat ruang depan dan melalui atas batok kepala manusia langsung menerjang kearah Ban-kiam hweecu.

Kecepatan gerak orang itu benar-benar luar biasa, sedemikian banyak jago lihay yang hadir dalam ruangan itu, ternyata tiada seorang manusiapun yang sempat melihat jelas raut wajah dari bayangan manusia tersebut.

"Tunggu dulu " suara itu berasal dari mulut Thian ti titu siu Menyusul suara teguran tersebut dari tengah udara segera

berkumandang suara benturan yang amat keras.

"Blaaammm ..." ditengah bentrokan yang nyaring, hawa pukulan menggulung ke empat penjuru, keadaannya mengerikan sekali.

"Tua bangka celaka " terdengar suara seorang kakek mendengus dengan suara dalam.

"cring " empat cahaya pedang berwarna keperak-perakan pada saat yang bersamaan menyambar sekeliling tubuh Ban kiam hweecu,

Empat orang dayang perempuan yang berada dibelakang Ban kiam hweecu tahu-tahu telah bertindak. meski serangan yang mereka lancarkan tak bisa di bilang amat cepat, tapi sekarang mereka sudah merupakan benteng pertahanan terakhir, paling tidak tindakan yang mereka ambil tidak sampai lebih lambat dari orang lain.

Tapi mereka toh terlambat selangkah juga, tidak, bukan hanya selangkah, buktinya orang itu sudah saling beradu kekuatan satu kali dengan Thian ti tiau siu, bahkan sekarang tubuhnya sudah melayang mundur sejauh satu kaki lebih dari tempat semula. Bayangan manusia begitu turun kepermukaan tanah, segera muncullah seorang kakek berbaju coklat yang berpunggung bungkuk. sepasang matanya yang tajam dan menggidikkan hati kini sedang mengawasi wajah Thian ti Tiau siu lekat-lekat, kemudian sambil tertawa katanya:

"Sungguh tak kusangka kalau dalam dunia persilatan di daratan Tionggoan ini masih terdapat jagoan yang hebat seperti kau."

"Huh, selama lohu hadir disini, memangnya aku akan memberi kesempatan kepadamu untuk merebutnya ?" jengek Thian-ti-tiau-siu dengan suara dingin.

Ucapan ini memang tidak salah, bagaimana pun juga Ban-kiam Hweecu merupakan seorang jagoan pedang yang disebut sebagai jagoan nomor wahid di kolong langit, tapi percuma saja kepandaian tersebut pada saat ini.

Dalam ruanganpun hadir Kam Liu-cu bersaudara dari Thian-sat- bun, disana hadir juga Seh Thian-yu salah seorang dari Su-tok- thian-ong, tapi kenyataannya kepandaian silat mereka yang amat lihaipun seolah-olah sama sekali tak berguna.

Hari ini seandainya disitu tidak hadir Thian ti tiau siu, kemungkinan besar Lou bun si sudah berpindah ke tangan orang Iain-

Sekalipun semua orang kemudian meningkatkan kewaspadaannya namun siapakah yang mampu menghalangi perbuatannya itu?

"Benda itu merupakan benda milik majikan tua kami, siapa yang mengatakan kalau aku sedang merampas ?" seru kakek baju coklat itu.

"Sret, sret, sret sret" kembali muncul empat bayangan manusia didepan ruangan, mereka adalah enapat orang lelaki kekar yang mengenakan pakaian ringkas berwarna coklat.

Tapi berhubung baru saja terjadi peristiwa perampasan Lou-bun- si oleh kakek berbaju coklat itu, maka keempat orang jago pedang berpita hijau yang berdiri didepan pintu ruangan segera mencabut keluar pedang mereka dengan gerakan cepat kemudian menghadang jalan pergi orang-orang itu.

Pada saat itulah So Siau-hui yang duduk di samping Wi Tiong hong telah bangkit berdiri kemudian sambil menggapai teriaknya: "Empek Ou, jangan ribut lagi dengan mereka "

Kakek berbaju coklat itu segera berjalan mendekati Su Siau-hui, kemudian katanya sambil tersenyum:

"Nona besar, mengapa kau datang kemari seorang diri ? Kau bikin budak tua harus lari ke sana kemari untuk mencarimu."

Su Siau hui duduk kembali, lalu sambil menepuk kursi disampingnya dia berkata: "Empek Ou, kau pun boleh duduk disisiku kemari "

"Nona besar lagi duduk disitu, mana ada tempat duduk buat budak tua" sahut kakek berbaju coklat itu dengan suara lirih.

Sorot matanya segera dialihkan kesekeliling tempat itu, sewaktu melihat Lan Kun-pit berada dideretan bangku sebelah depan, buru- buru dia membungkukkan badannya sembari berkata:

"oooh, rupanya Siau sauya juga berada di-sini "

Jangan dilihat Lan Kunpit dihari hari biasa selalu bersikap sombong dan tinggi hati, tapi setelah berjumpa dengan kakek berbaju coklat itu sikapnya segera berubah menjadi amat menghormat.

"orang tua Ou, baik-baikkah kau?" serunya pula sambil membalas hormat.

Su siau hui segera mendongakkan kepalanya memandang Ban kiam hwee cu kemudian sambil tertawa:

"sekarang sudah tak ada urusan lagi, harap hwee cu jangan menyalahkan kami" Suasana dalam ruangan berubah menjadi tenang kembali, ke empat jago pedang berpita hijau yang berada didepan rua nganpun segera menyimpan kembali pedangnya dan mundur ketempat semula.

Ke empat orang lelaki berbaju coklat itu segera masuk kedalam ruangan dan berdiri di-belakang kakek berbaju coklat itu.

Sambil tersenyum dan manggut-manggutkan kiam hwee cu berpaling kearah Su Siau-hui kemudian katanya:

"Sudah lama kudengar kalau ilmu silat aliran Lam hay bun lihay sekali, baru hari ini sepasang mataku benar benar terbuka"

Kakek berbaju coklat itu berdiri disamping su Siau hui, sambil mengelus jenggotnya yang warna putih, katanya angkuh:

"Kalau dilihat dari gerak seranganmu itu, nampaknya kau pun tidak lamban, serangan jari tanganmu itupun sudah memiliki hawa pedang sebesar tiga empat bagian, coba kalau berganti orang lain, sudah pasti mereka tak akan tahan "

Semua orang hanya mengira Tian ti tiau siu aaja yang telah beradu kekuatan dengannya, siapa tahu Ban kiam hwee cu pun telah melancarkan pula serangan dahsyatnya. Dengan suara lembut Su Siau hui berkata:

"Empek ou harap kau jangan berbicara lagi, aku adalah tamu agung dari Ban kiam hwe cu, mari kita mendengarkan pembicaraan dari Ban kiam hwee cu lebih dulu "

Maka semua orang pun mengalihkan kembali sorot matanya kearah Ban kiam hwee cu.

Selembar wajah Buyung Siu, congkoan dari pasukan jago pedang berpita hijau nampak sangat suram, sedangkan sikap Chin Toa seng, congkoan pedang berpita hitampun berubah menjadi amat lesu dan lemas.

Sekali lagi Ban kiam hwe cu mengeluarkan Lou bun si itu, kemudian berkata dengan suara nyaring: "Lou bun si ini baru kuterima pada tiga hari berselang ketika cin congkoan mengutus orang untuk menyampaikannya kepada kami, setelah pena ini diperlihatkan kepada ayahku, benda tersebut kukunci terus di dalam kotak ini dan tiada orang ketiga yang pernah melihatnya. Sekarang, aku ingin sekali mengundang dua orang saksi untuk memeriksa benda ini dan membuktikan apakah benda ini benar-benar merupakan benda yang asli atau bukan-"

Semua orang tidak tahu siapakah kedua orang saksi yang dimaksudkan oleh sebab itu siapa pun tidak bersuara.

Sesudah berhenti sejenak. Ban kiam hwe cu mendongakkan kepalanya dan berkata lagi:

"Menurut apa yang kuketahui pada mulanya pena ini ditemukan lebih dahulu oleh Siau Beng san dari Bu tong pay di wilayah Kang lam, akan tetapi berhubung Siau Beng san telah tewas, maka dimanakah dia berhasil menemukan benda tersebut, hingga kini tiada seorang pun yang mengetahuinya secara jelas."

Sewaktu mengucapkan perkataan itu, sorot matanya seperti sengaja tak sengaja dialihkan kearah Thian Ki-cu dan perkataan itupun sengaja dihentikan artinya tentu saja mempersilahkan Thian Khicu untuk membuka suara.

Jika dilihat dari tindakan Siau Beng san setelah menempatkan "Lou-bun-si" tersebut dan menghantarnya sendiri pulang gunung, disamping itu Keng hian dan Keng jin totiang telah diutus untuk turun gunung dan menyambut kedatangannya, tentu saja hal ini bukan merupakan suatu kejadian yang kebetulan saja.

Ditinjau dari sini, bisa jadi Siau Beng san telah mengirim orang untuk melaporkan kejadian ini kepartainya, itu berarti Thian Ki cu mengetahui juga dari manakah siau Beng san berhasil mendapatkan benda mestika tersebut.

Akan tetapi Thian Khi cu hanya duduk saja sambil memejamkan mata, mulutnya membungkam dalam seribu bahasa. Tampaknya dia enggan untuk memperbincangkan tentang persoalan tersebut. Terdengar Ban kiam hwee-cu berkata lebih jauh:

"Rombongan yang dipimpin siau Beng-san akhirnya tewas di kuil Sik jin tian karena di atas permukaan tanah diseputar tempat itu sudah diberi racun tanpa wujud, sehingga barang siapa yang menginjak racun itu maka tanpa disadari mereka tewas."

"Setelah peristiwa itu terjadi, maka Lou bun si pun segera berpindah tangan dan terjatuh ke tangan Tok Hay ji dari perguruan Seh to tiang."

"Tapi belum lama setelah Tok Hay ji berhasil mendapatkan pena mestika tersebut, dia telah dikejar-kejar dua orang manusia berkerudung yang memiliki ilmu silat sangat tinggi, haaah . . . haah

. . . kalau dipikirkan kembali sekarang, ternyata manusia berkerudung itu tak lain adalah Kam tayhiap dan nona Liu dari Thian sat bun."

"Haah.. . haaah... haaah .... Hwee cu benar-benar amat lihay" Kam Liu cu tertawa. Terdengar Ban kiam hwee cu berkata lebih jauh.

"Tok Hay ji menyembunyikan diri didalam perusahaanan Wan piaukiok dalam kota Sang siau, dibawah pengawasan Kam tayhiap yang amat ketat, ta tak berani munculkan diri, maka benda itu pun segera di sembunyikan di atas tiang rumah..."

Diam-diam Sim cu ki Beng kiam ho manggut-manggut, pikirnya: "oooh, rupanya demikian" TerdengarBan kiam hwee cu berkata lebih lanjut:

"Kemudian tanpa sengaja Wi Tayhiap telah mendapatkannya, akan tetapi Wi tayhiap yang berjiwa besar telah memberitahukan hal ini kepada saudara angkatnya Ting ci kang, tadi aku sudah menyatakan permintaan maaf yang sedalam-dalamnya, karena Ting ci kang yang hadapi sesungguhnya bukan lain adalah hasil penyaruan dari cuhu congkoan perkumpulan kami." "Maka pena mestika inipun terjatuh kembali ke tangan orang orang perkumpulan kami, Nah, begitulah kisah terjadinya Lou bun-si sejak di temukan hingga bertukar tangan berulang kali, aku percaya sekali pun kalian belum pernah mengalami sendiri. paling tidak pasti sudah mendengarnya bukan- . ?"

"Ada pun tujuan dari penuturanku tadi tak lain adalah ingin meminta bantuan dari Tok Hay-ji dan Wi tayhiap untuk membuktikan kebenaran dari benda tersebut, sekarang harap kalian berdua tampilkan diri dan cobalah diperiksa dahulu apakah benda ini benar-benar merupakan benda yang berhasil kalian berdua temukan-"

Mendengar perkataan tersebut, Wi Tiong hong benar-benar segera bangkit berdiri.

Tok Hay-ji tak berani maju secara sembarangan karena disitu hadir gurunya.

Ketika Seh Thianyu sudah menganggukkan kepalanya, dia baru beranjak dan maju ke depan.

Ban kiam Hwe-cu menyerahkan Lou bun-si itu kepada Wi Tiong- hong lebih dulu, katanya: "Wi tayhiap silahkan kau periksa "

Wi Tiong-hong menerima benda tersebut dan diamatinya beberapa saat, kemudian sambil mendongakkan kepalanya dia berkata:

"Menurut apa yang kudengar, benda ini semuanya berjumlah tiga buah, dua buah yang palsu dan yang satu asli..." Ban kiam Hwe cu tertawa ringan-

"Apa yang diucapkan Wi tayhiap memang benar, Lou bun si memang terdiri tiga buah dua yang palsu dan satu yang asli, bentuk dari ke tiga benda tersebut sama antara yang satu dengan lainnya hingga siapapun tak dapat membedakan palsu dan aslinya, kini, aku bukan meminta kepada Wi tayhiap untuk membuktikan asli dan tidaknya, aku hanya mohon kepada Wi tayhiap agar memeriksa benda ini, apakah benar benda ini merupakan benda yang berhasil kau temukan tempo hari."

Sekali lagi Wi Tiong hong memeriksa benda itu beberapa saat, akan tetapi la tidak berhasil menemukan sesuatu yang aneh, maka katanya kemudian:

"Aku tak berani memastikan, kalau dilihat dari bentuknya, aku pikir tak bakal salah lagi"

"Baik. kalau begitu silahkan Wi tayhiap ke tempat duduknya semula"

Wi Tiong hong menyerahkan kembalipena mestika itu, kemudian membalikkan badan dan mengundurkan diri dari situ.

Kemudian Ban kiam bwee cu menyerahkan Lou bun si tersebut ke tangan Tok Hay ji seraya berkata:

"Wi tayhiap tak bisa menentukan, sekarang giliranmu yang harus memeriksanya."

Tok Hay ji menerima benda itu dan diamatinya sejenak, kemudian sahutnya. "Benar, memang pena ini"

"Sudah kau periksa dengan seksama?" seru Seh Thian yu tiba- tiba dengan suara lantang. Tok Hay ji tertawa bangga.

"Tecu telah memeriksa dengan jelas sekali, waktu itu tecu telah melumurkan segumpal lumpur diatas huruf "it" dari tulisan "Thian hee-tit it" yang ada diatas tubuh pena tersebut, sampai sekarang lumpur tersebut masih melekat diatas pena, jadi aku berkesimpulan kalau hal ini tidak bakal salah lagi."

Ban kiam hwee cu tertawa gembira, katanya kemudian sambil mengangguk berulang kali:

"Bila kau dapat membuktikan akan kebenaran dari pena ini, hal mana akan jauh lebih baik lagi dan ku ucapkan banyak terima kasih atas kesediaanmu ini" "Kaiau hanya berterima kasih saja apa gunanya?" jengek Tok Hay ji cepat.

Dia meletakkan kembali pena tersebut kemeja, kemudian mengundurkan diri ke belakang Seh Thian yu.

Sambil mengangkat Lou bun si tersebut ke-atas, Ban kiam hwee cn kembali berkata:

"Setelah mendapat kepastian dari Tok Hay-ji, anak murid Seh totiang bahwasanya pena yang diperolehnya adalah pena tersebut, maka hal ini membuktikan pula kalau pena yang kemudian terjatuh ke tangan Wi tayhiap kemudian terjatuh kembali ketangan perkumpulan kami adalah pena tersebut, berarti perkumpulan kami tidak membuat benda palsu untuk menukar benda yang asli tersebut."

"Apakah Lou bun si itu bukan benda palsu?" tiba-tiba Seh Thian yu bertanya.

Ban kiam Hwee cu menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tentang soal ini, aku merasa kurang tahu."

Seh Thian yu segera melirik ke arah Su Siau hui, kemudian katanya lagi.

"Nona ini kalau toh berasal dari Lam hay, tentunya kau bisa membedakan mana yang palsu dan mana yang asli bukan?"

"Tadi, bukankah Wi siauhiap sudah bilang bahwa Lou bun si semuanya terdiri dari tiga buah dengan dua yang palsu dan satu asli, sampai sekarang aku toh belum pernah menyaksikan benda itu sendiri, bagaimana mungkin aku bisa mengetahuinya?" jawab Su Siau hui dengan suara yang dingin sekali.

Seh Thian yu yang terbentur batunya hanya bisa tertawa kering dan tidak berbicara lagi.

Wi Tiong hong segera buka suara katanya: "Menurut apa yang kuketahui, pada tiga puluh talaun berselang Tou lopang cu dari Thi- pitpang pernah mendapatkan sebuah, waktu itu konon terjadi suatu badai kekalutan yang kacau dan perebutan mestika yang ramai sekali. Akhirnya karena Tau lo pangcu merasa gusar sekali atas kerakusan orang-orang pada waktu itu, dia telah menghancur lumatkan pena tersebut, waktu itulah semua orang baru tahu kalau benda itu palsu, kalau dilihat dari sini dapat berarti kini hanya tinggal satu palsu dan satu asli."

Seh Thian-yu mendehem beberapa kali lalu tertawa seram. "Heeeh, heeeh, heeeh menurut cerita orang persilatan tempo

dulu, pihak Ban-kiam-hwee pernah menyerbu ke Lam-hay dan ke tiga batang Lou bun-si tersebut telah didapatkan semua oleh Toti lotou."

Tampaknya dia bermaksud untuk menghasut memancing terjadinya suatu pembalasan dendam antara Lam hay bun dengan Ban kiam hwee, maka sembari berkata sorot matanya dingin dan licik itu memandang sekejap ke arah Su Siau hui. Kemudian setelan berhenti sejenak. lanjutnya:

"Konon di dalam serbuan Ban kiam hwee ke Lam hay waktu itu, kedua belah pihak sama sama jatuh korban banyak. kawan jago lihay yang dibawa Ban kiam Hweecu untuk melancarkan serbuan pun hanya tiga orang yang berhasil mundur dalam keadaan utuh.

"Dari ke tiga orang itu dan si toa Too, rupanya mereka sembari mundar sambil menyambar barang dengan merampas Lou bun-si dari tangan orang orang Lam hay, tentu saja yang lain tak akan membiarkan dia mengangkangi benda tersebut seorang diri.

"Untung saja Lou-bun si itu terdiri dari tiga batang dan satu sama lainnya berbentuk sama, karena siapa pun tak dapat membedakan mana yang asli dan mana yang palsu, akhirnya masing masing orang mendapatkan seorang sebatang."

"Tentu saja persoalan ini merupakan suatu peristiwa yang teramat rahasia, hingga tiga puluh tahun berselang, dalam dunia persilatan baru mulai tersiar kembali kabar berita tentang Lou bun si, banyak orang berbondong-bondong mulai datang mencari benda tersebut, dalam keadaan terpaksa akhirnya dia menghancurkan lumat pena kemala tersebut, padahal dia sudah tahu semenjak lama kalau benda yang diperolehnya hanya benda palsu belaka."

"Ehmmm, cerita mu itu memang ada yang benar" kata Thian ti tiau siu kemudian-"hubungan lohu dengan si tua Tau sudah berlangsung puluhan tahun lamanya, aku paling memahami tentang wataknya, Ya, betul. si tua Tau memang berhasil mendapatkan sebatang Lou bun si dari pihak Lam-hay, tapi tidak berjumlah tiga batang, juga tiada orang yang memaksanya untuk membagi benda tersebut dengannya sebab Lou bun si tersebut tak lain adalah benda palsu belaka."

"Berbicara dari watak si tua Tau, benda itu akan dibuangnya semenjak dahulu, akhirnya dia bisa menyimpannya didalam saku tak lain tak bukan adalah atas anjuran lohu, sebab walaupun lou bun si itu palsu, bahan kemalanya justru merupakan kemala hijau yang amat bagus. Itulah pena kemala yang pada akhirnya dia hancur lumatkan itu, tapi benda tersebut dihancurkan olehnya setelah tiga puluh tahun lamanya dia simpan secara baik baik, benda itu dihancurkan karena seperti apa yang kau katakan tadi, ada orang mulai mengincar benda tersebut secara terus menerus."

Seh Thian yu segera tertawa hambar, "Ah. siaute sendiripun hanya mendengar dari cerita orang saja." katanya.

"Huuuh." si kakek pamancing dari telaga langit kembali meludah sambil melotot besar, "Kaupun berani menyebut saudara dengan lohu ? Kau masih selisih amat jauh bila dibandingkan dengan lohu, mengerti ?"

Lok Khi segera tertawa cekikikan kegelian, Seh Thian-yu cukup menyadari akan kehebatan ilmu silat lawannya, dia takut mencari gara-gara dengannya karena kuatir akan dipanclng seperti ikan pula olehnya di hadapan orang banyak.

Maka sembari mengelus jenggotnya dia lantas berpaling kearah lain dan tak berani banyak bicara lagi.

Dalam pada itu, terdengar Ban kiam Hwee cu telah berkata lagi: "Aku sengaja mengundang kehadiran saudara sekalian kemari, pertama, ingin menentukan asli atau tidaknya pena tersebut, kedua, aku pun ingin mengungkap rahasia dunia persilatan yang beredar selama banyak tahun ini."

"Heeeh, heeeh, heeeh, IHwee-cu, kau tak akan berbicara lain dimulut lain dihati bukan ?" sindir Seh Thian-yu sambil tertawa seram. Ban kiam Hweecu tertawa hambar.

"Sekarang, Lou bun si sudah berada dihadapan kalian, dan lagi muridmu sudah membuktikan sendiri kalau benda tersebut adalah benda yang pernah dldapatkan olehnya, dari mana kau blsa menuduh aku berbicara lain dimulut lain di hati ?"

"Aku tahu kalau kedatangan Seh Tootiang dibukit Pit bun san ini untuk mendapatkan Lou bun si, oleh sebab itu kupersilahkan kepada Seh tootiang untuk duduk beberapa saat lagi, asal aku sudah dapat menentukan asli atau tidaknya pena kumala ini serta mengungkapkan rahasia dibaliknya, kita boleh segera berunding untuk mendapatkannya, baik secara kekerasan atau pertandingan uatuk menentukan siapa yang berhak mendapatkan pena ini. Bagaimana menurut pendapat tootiang?"

Seh Thian yu segera tertawa terbahak-bahak.

"Haaahh . . haahh. . .haahh. . . bagus.. Bagus sekali Mari kita laksanakan dengan begitu saja."

"Bu liang siu hud" Thian Khi cu turut angkat bicara, katanya, "Usul dari hweecu sangat bersimpatik sekali, selama seratus tahun ini, dunia persilatan sudah dipenuhi oleh berbagai macam cerita tentang Lou bun si tersebut, semua orang menganggap berita dan cerita mana tak dapat dipercaya, malah ada yang mengatakan barang siapa berhasil mendapatkan pena ini maka dia menjadi seorang jagoan yang tiada tandingannya dikolong langit."

"oleh sebab itulah setiap umat persilatan selalu berusaha untuk mendapatkan pena itu-dan akibatnya terjadilah pertikaian, perebutan dan pertarungan untuk saling mendapatkan benda mana. Apabila Hwee cu bersedia untuk mengungkap rahasia dari pena tersebut hari ini dan melenyapkan suatu pertikaian diakibatkan benda mana tindakan yang terpuji."

"Terima kasih banyak atas perkataan dan to-tiang, dalam dunia persilatan terdapat dua versi cerita yang berbeda satu sama lainnya."

"Menurut versi cerita yang pertama, dikatakan kalau diatas pena Lou bun si tersebut terukir serangkaian ilmu silat yang maha dahsyat konon barang siapa berhasil mempelajari ilmu silat tersebut, dia akan menjadi manusia nomor wahid di kolong langit."

"Dalam hal ini, aku rasa saudara sekalian sudah melihat sendiri, diatas pena Lou bun si sama sekali tiada ukiran ilmu silat seperti apa yang di beritakan kecuali empat huruf besar yang berbunyi: "THIAN THE TI IT" (Nomor wahid dikolong langit), oleh karena itu berita yang pertama sudah tak bisa diterima dengan begitu saja."

"Menurut cerita kedua, konon di dalam pena Lou bun si ini tersimpan selembar kertas yang berisikan catatan ilmu silat, dalam hal ini sulit rasanya untuk dikatakan, namun pena ini berbentuk polos, sekalipun didalamnya terdapat rahasia, apabila kita tidak mengetahui cara untuk membukanya, jangan harap rahasia tersebut bisa diperoleh."

Seh Tian yu tertawa seram, timbrungnya, "Siaute pernah mendengar orang berkata, konon ditengah pena tersebut sebetulnya terdapat ruang kosong yang digunakan untuk menyimpan lembaran kertas yang berisi catatan ilmu silat, dibilang serangkaian ilmu silat, padahal cuma satu jurus ilmu pedang saja, namun di balik jurus pedang mana tercakup seluruh intisari dari semua ilmu pedang yang terdapat di dunia ini. Perkumpulan Ban kiam hwee menyebut diri sebagai perkumpulan yang memiliki ilmu pedang nomor wahid di kolong langit, oleh sebab itu kalian kuatir jika jurus pedang itu sampai terjatuh ke tangan orang lain, Hwe cu mengapa kau tidak menambahkan keterangan mengenai hal ini."

Ban kiam hwee cu tersenyum, "Setiap orang persilatan, bisa saja berkata   demikian,   cuma   berita   yang   tersiar   belum   tentu kebenarannya, aku pun pernah mendengar kalau Lou bun si bisa memunahkan berbagai macam racun keji yang ada di kolong langit, benda itu sesungguhnya merupakan satu-satunya benda yang bisa menandingi keampuhan Tok se sia kalian, mungkin itulah yang menyebabkan kalian bertekad untuk mendapatkannya ?"

Begitulah, ke dua orang itu saling menyerang dengan menggunakan kata-kata yang tajam, tapi dengan demikian pula terungkap sudah apa yang menyebabkan kedua belah pihak sama sama ngotot untuk mendapatkan Lou bun si tersebut.

Rupanya pena mestika itu mempunyai pengaruh yang besar sekali atas hidup atau matinya perkumpulan mereka, Seh Thian yu segera tertawa terbahak-bahak.

"Haaa . . haaa . , haa ..hah .. Hweecu terlampau memandang rendah kepada kekuatan Tok see sia kami, kendatipun Lou bun si itu juga dapat memunahkan racun, belum tentu dia merupakan tandingan dari Tok see sia kami"

"Makanya kita tak usah ribut dahulu disebabkan masalah yang sepele itu" seru Ban siam Hwee cu lagi, "menurut pendapatku, lebih baik kita berdaya upaya untuk membuktikan dulu asli atau tidaknya pena mestika tersebut, kemudian baru menyelidiki kegunaan yang sesungguhnya dari pena itu . . ."

"Asal bisa ditentukan asli atau tidaknya, secara otomatis akan diketahui pula kegunaan dari pena tersebut" sela Su Siu hui tiba-tiba dengan suara dingin.

Mendadak Ban kiam hweecu berseru tertahan lalu buru buru menjura dan berseru sambil tertawa:

"ooooh, hampir saja aku lupa kalau nona Su berasal dari Lamhay, tentu saja kau tahu tentang rahasia Lou bun si tersebut apakah nona Su bersedia memberi petunjuk?"

"Tentu saja aku tahu " sahut Su Siau hui cepat.

Kakek berbaju coklat yang berdiri disampingnya, mendadak menimbrung dengan suara lirih: "Toa siocia, Lou bun si merupakan benda milik kita, mengapa kita harus memberitahukan kegunaannya kepada mereka?"

"Tidak!! masalah ini tidak terhitung suatu rahasia yang terlampau besar, aku pikir tak ada salahnya untuk memberitahukan kepada mereka agar bisa dicoba asli atau tidaknya pena itu"

Berbicara sampai di situ, dia lantas mendongakkan kepalanya memandang kearah Ban kiam hwee cu dan bertanya: "Ingin dicoba atau tidak?"

"Apabila nona bersedia memberi petunjuk. tentu saja harus dicoba untuk dibuktikan dihadapan umum asli atau tidaknya."

-oo@dw@oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar