Pedang Karat Pena Beraksara Jilid 18

Jilid 18

"WALAUPUN JAGOAN LIHAY yang berdatangan dibukit Pit bu san hari ini berjumlah amat banyak. tapi hanya kalian berdua yang sanggup memasuki ruanganku ini, maka hari ini kalian berdua adalah tamu agung bagi Ban kiam hwee kami..." Belum habis dia berkata, mendadak terdengar ada orang mendengus berat-berat. Peras muka Ban kiam Hwee cu berubah hebat sambil mengangkat kepalanya ia menegur. "Masih ada jago lihay siapa lagi?"

Namun orang tersebut hanya mendengus, kemudian suasana menjadi hening kembali. Ban kiam hwee-cu segera menitahkan kepada dua orang pembantunya: "coba kalian keluar dan melakukan pemeriksaan, siapakah orang tadi .. ?"

Dua orang gadis berdandan model keraton iu mengiakan dengan cepat mereka menyelinap keluar dari dalam ruangan-

Tak selang berapa saat kemuIian, dua orang dayang itu sudah berjalan masuk kembali, kemudian setelah membungkukkan badan dan memberi hormat kepada Ban kiam IHwee-cu, mereka berkata.

"Budak mendapat perintah untuk melakukan pemeriksaan, namun di empat penjuru tak nampak sesosok bayangan manusia pun" Ban-kiam hwee cu mendengus dingin. "Hmmm, bukan saja orang itu memiliki ilmu gerakan tubuh yang cepat sekali, bahkan sangat hapal dengan jalan rahasia di sini, sudah barang tentu kalian tak akal berhasil menyusulnya." selesai berkata, kembali dia mengulapkan tangannya. Dua orang dayang tersebut bersama sama segera mengundurkan diri dari situ.

Ban kiam hwee- cu segera mengalihkan kembali pandangan matanya kearah dua orang tamunya, kemudian sambil tersenyum dia bertanya: "Siaute belum sempat menanyakan nama besar dari kalian berdua ?"

"Aku Wi Tiong hong " kata sang pemuda, Ban kiam hwee cu tertegun, lalu dengan membelalakkan matanya lebar-lebar dia mengawasi wajah Wi Tiong hong beberapa kejap. lalu manggut- manggut, katanya:

"oooh, rupanya saudara Wi, kalau begitu nona ini adalah nona Lok . . . ?"

Bukan saja dia mengetahui nama Wi Tiong- hong, bahkan mengetahui juga tentang Lok Khi, tapi Su Siau hui telah salah dianggap sebagai Lok Khi . . .

Tak ampun lagi, paras muka Su Siau hui berubah menjadi sedingin es, serunya ketus: "Hmmm, aku mah bukan adik misannya, aku bercama Su siau hui "

"oooh, nona Su datang dari Lam- hay??"

"Betul, aku memang datang dan Lam hay. mau apa kau?" Ban kiam hwee cu tertawa hambar.

"Dewasa ini kalian berdua merupakan tamu agungku, untuk sementara lebih baik kita tak usah membicarakan masalah budi dendam leluhur kita dulu." Setelah berhenti sejenak. sambungnya lebih jauh:

"Kalian berdua datang ke bukit Pit bu san ini sudah pasti dikarenakan Lou bun si bukan? Siaute pun datang kemari khusus disebabkan masalah tersebut..." Wi Tiong hong segera dapat merasakan betapa supel dan hangatnya sikap Ban kiam hwee cu ini terhadap orang lain, tanpa terasa dia pun sudah menanamkan beberapa bagian kesan baik terhadap orang ini.

Belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya pemuda itu sudah menggeleng dan menukas: "Aku bukan datang dikarenakan Lou bun si^"

"Aku juga bukan." sambung Su Siau hui. "hm" sekalipun Lou bun si adalah benda yang berasal dari keluargaku tapi aku sama sekali tak tertarik akan benda itu."

Tampaknya Ban kiam hwee cu benar- benar merasa diluar dugaan atas jawaban tersebut sambil memandang wajah kedua orang itu, tanyanya kemudian dengan keheranan: "Lantas di karenakan persoalan apa kalian berdua datang kemari?"

Paras muka So Siau hui segera berubah menjadi merah padam, rupanya dia merasa kurang leluasa untuk memberikan jawabannya. Dengan cepat Wi Tiong hong menjura, kemudian menjawab.

"Aku memang ada satu persoalan yang ingin mohon bantuan hwee cu, harap sudi memberi muka untukku."

"Asal siaute sanggup untuk melakukannya, sudah pasti tak akan kutampik keinginanmu."

Selama ini, Ban kiam Hwee selalu dianggap sebagai suatu perkumpulan rahasia, sungguh tak disangka bahwa gerak geriknya memancarkan kegagahan yang sangat mengagumkan. Dengan perasaan berterima kasih Wi Tiong hong segera berkata. "Kalau begitu, kuueapkan banyak terima- kasih lebih dulu."

"Saudara Wi, sebenarnya kau ada persoalan apa? silahkan saja diutarakan keluar." kata Ban kiam Hweecu sambil menatap tajam wajah Wi Tiong hong. Wi Tiong hong termenung sejenak. kemudian sahutnya:

"Saudara angkatku, ketua Thi pit pang Ting ci kang telah di tangkap oleh perkumpulan kalian sejak bulan berselang, waktu itu aku pernah menggunakan lencana Siu lo ci-leng untuk meminta Chin congkoan membebaskannya."

"Suugguh tak di sangka Chin congkoan mengatakan, dia perlu minta persetujuan dari Hweecu lebih dulu sebelum membebaskannya, meski keesokan harinya dilepaskan juga , namun yang muncul adalah seseorang yaag menyaru sebagai toako ku, bahkan dia berhasil merampas Lou bun si dari tanganku."

"Semula aku tidak mengetahui benar tidaknya persoalan itu tapi kini berhubung Ting-toako terbunuh yang mayatnya ditemukan di- kuil Sik jin tian, hasil pemeriksaan oleh pelindung perkumpulan itu menunjukkan kalau yang tewas bukan Ting toako, itulah sebabnya kami lantas menduga kalau Ting Toako masih berada ditangan kalian- Dengan memberanikan diri, aku mohon kepada hwee-cu agar sudilah kiranya membebaskan Ting Toako ku itu."

Berkllat sinar tajam dari balik mata Ban kiam hwesio, ditatapnya wajah Wi Tiong hong lekat-lekat, menanti dia telah menyelesaikan perkataanya, ia baru berkata:

"Terus terang kukatakan kepadamu saudara Wi, persoalan partai selama ini diselesaikan sendiri oleh kelima orang congkoan ku, sangat jarang siaute mencampuri urusan ini..."

Diam-diam WiTiang hong mendengus setelah mendengar perkataan itu, pikirnya:

"Bagus sekali, aku mengira kau benar benar bersedia melepaskan orang, rupanya kau hanya mengucapkan kata tersebut sebagai basa-basi saja."

Sementara itu Ban kiam hwecu telah melanjutkan kembali kata- katanya setelah berhenti sejenak.

"Kali ini, Chin congkoan mengirim orang untuk menghantar Loa bun-si tersebut, tapi sebagai akibatnya memancing perhatian banyak jago yang berbondong-bondong meluruk kesini, itulah sebabnya siaute mendapat perintah untuk menyusul kemari." "Mengenai bagaimana cara Chin congkoan mendapatkan benda itu, berhubung siaute baru datang dan belum mendengar penuturan yang sebenarnya, maka aku tak bisa berkata apa- apa, tapi seandainya Ting ci-kang yang dimaksudkan saudara Wi benar-benar berada dalam perkumpulan kami, sudah pasti siaute akan menurunkan perintah untuk membebaskannya, harap saudara Wi jangan kuatir."

Mendengar ucapannya bersungguh-sungguh tidak mirip lagi berbohong, diam-diam Wi Tiong hong merasa amat bersyukur, pikirnya:

"Syukur kalau ia bersedia membebaskan Ting toako dari sekapan, sebagai Ban kiam hwee cu semestinya dia adalah pemimpin tertinggi dari perkumpulan Ban kiam hwee, tapi mengapa dia mengatakan kalau kedatangannya untuk melaksanakan perintah ? Siapa yang memerintah dia ?"

"Aaaah. Lok Khi..."

Baru saja dia teringat akan Lok Khi, tiba-tiba tirai pintu disebelah kiri bergoyang kemudian berjalan masuk seorang gadis berpakaian ringkas berwarna hitam gelap

dalam sekilas pandangan, agaknya perempuan itu melihat Wi Tiong- hong dan Su Siau-hui berada dalam ruangan tersebut, wajahnya segera kelihatan agak tertegun.

Wi Tiong- hong mengenali perempuan berbaju hitam gelap itu sebagai Hek bun-kun Cho Kiu moay.

"Bagaimana hasil pemeriksaannya ?"Ban-kiam Hweecu segera mendongakkan kepalanya sambil menegur.

Hek bun kun Cho Kiu moay segera menjura "Budak mendapat perintahhh "

Dia sengaja menarik kata yang terakhir panjang-panjang, sementara sorot matanya memohon persetujuan dari pimpinannya dulu. Tentu saja hal ini disebabkan dalam ruangan masih hadir orang luar yang tak dikenal.

Bankiam Hwee cu segera berseru, "Tidak menjadi soal katakan saja"

"Budak berhasil menemukan jejak beberapa rombongan musuh dibukit sebelah depan sana, diantaranya terdapat Seh Thian yu dari selat Tok see sia, Thian Khi cu dari Bu tong pay, Sip cu hwesio, hongtiang ruang Lohan wan dari siau lim si dan tampaknya orang- orang dari Lam hay pun pun turut berdatangan...

Sambil tersenyum Ban kiam hwee memandang sekejap kearah Su Siau hui, lalu katanya. "Nona Su inipun berasal dari Lam hay" Setelah mangggut-manggut, terusnya:

"Tujuan mereka datang kemari adakah untuk menjumpai jagoan lihay yang berdatangan dari berbagai tempat, suruh mereka membuka pintu gerbang lebar lebar didepan bukit situ dan perintahkan kepada Buyung congkoan untuk mewakiliku menyambut kedatangan tamu-tamu tersebut. ^

Hek bun kun membungkukkan badan sambil menerima perintah, dengan cepat dia mengundurkan diri.

Tiba-tiba muncul lagi seorang dayang berdandan model keraton dalam ruangan itu, setelah menjura katanya: "Chin congkoan ingin bertemu."

"Baik, aku segera akan keluar." sahut Ban-kiam Hwee cu, kemudian setelah berdiri, dia menjura pada Wi Tiong hong berdua sambil ujarnya pula:

"Harap kalian berdua sudi menunggu sebentar disini, siaute hanya pergi sebentar saja."

Ternyata ruangan batu itu merupakan tempat beristirahat sementara bagi Ban kiam hwe cu, sedang tempat untuk menerima bawahannya terletak di bagian lain- Dari sini dapat di tarik kesimpulan, kecuali empat dayang kepercayaannya sekalipun selesai seorang congkoan pun tak boleh masuk ke situ secara sembarangan.

Wi Tiong- hong ikut berdiri, katanya: "Aku pun masih ada urusan-"

"Saudara Wi masih ada urusan apa ?" tanya Ban-tiam hwee-cu sambil tertawa, sementara matanya memancarkan sinar tajam.

"Adik misanku masuk melalui pintu ke mati an, kemungkinan besar kini sudah terjebak . ."

Belum selesai dia menyelesaikan perkataannya.Ban-kiam hwee cu sudah menukas sambil tertawa ringan:

"Tak usah kuatir saudara Wi, barusan siaute telah berpesan kepada mereka, setiap orang yang datang dibukit Pit bu sau hari ini semuanya akan disambut sebagai tamu. Aku pasti akan menyuruh Chin congkoan untuk mengundangnya datang kemari."

Sementara masih berbicara, pelan-pelan dia sudah beranjak keluar dari ruangan tersebut.

^XX^

Dalampada itu, Lok Khi yang masuk kedalam lorong dalam keadaan mendongkol segera merasakan gua tersebut gelap gulita setelah memasuki separuh bagian diantaranya sorot cahaya yang masuk melalui arah belakang kian kebawah kian bertambah lirih, apa lagi setelah tiba dibawah sana, pada hakekatnya makin ia masuk semakin gelap.

Bagaimanapun jua. dia adalah seorang gadis muda, tak urung timbul juga perasaan ngerinya setelah berada dalam kegelapan, dia mulai menyesali tindakannya yang kelewat gegabah, coba kalau tidak mendongkol terhadap engkoh Hong, bukankah diapun tak usah masuk kemari seorang diri ? "Tidak Aku tak sudi ditemani olehnya" hatinya segera berpekik, "sudah jelas ia telah terpikat oleh perempuan siluman dari Lam- hay, kalau tidak. bukankah dia sudah menyusul kemari ?"

Sebagai seorang gadis yang bersifat keras kepaia, kendatipun dalam hati kecilnya merasa ketakutan namun rasa mendongkol dan gemasnya terhadap Wi Tiong hong memaksanya meneruskan perjalanan menembusi lorong gua yang gelap itu.

Untung saja lorong rahasia tersebut mempunyai ukuran lebar yang bisa ditempuh beberapa orang, permukaan tanahnya pun sangat datar, kendatipun banyak tikungan, bukan berarti sukar untuk dilewati.

Baru berjalan beberapa saat, mendadak ia menemukan dari belakang tubuhnya muncul sesosok bayangan manusia yang menempuh perjalanan bersama searah dengannya.

Lok Khi segera mengira yang datang adalah Wi Tiong hong, betul hatinya masih mendongkol, tapi diam-diam iapun merasa girang hingga tanpa terasa menghentikan langkahnya

Menanti bayangan manusia yang berada dibelakang itu sudah makin mendekat, ia baru menegur sambil tertawa dingin: "Mau apa kau datang kemari?"

Tampaknya orang itu merasa amat terkejut serentak dia melompat mundur sambil membentak: "Siapakah kau?"

"Aaah. rupanya dia bukan engkoh Hong"

Lok Khi segera membatin, "suara itu bukan engkoh Hong, yaa . .

. dia acalah si lelaki busuk she Lan tersebut. . ."

Mendongkol dan gemas yang bercampur aduk membuat Lok Khi bertambah geram, dia, segera mendengarkan arah orang tersebut kemudian dengan suatu gerakan cepat menerjang ke arahnya dan tangannya langsung diayunkan kedepan melepaskan sebuah tamparan. Kepandaian silat yang dimilikinya kini memperoleh warisan langsung dari Thian Sat nlo, kecepatan maupun kejituan tamparannya kali ini benar- benar luar biasa.

Sebagaimana diketahui, gua itu gelap gulita hingga lima jari sendiripun susah dilihat, menanti Lan Kunpit menyadari ada orang yang menerjang datang, untuk menghindar sudah tak sempat lagi.

"Plaaakkk" tahu-tahu pipi orang itu sudah kena ditampar sekali dengan kerasnya.

Tak terlukiskan kemarahan yang mambara di dalam dada Lan Kun-pit waktu itu, sambil membentak. tangannya diayunkan kedepan melepaskan dua batang jarum beracun dari keluarga Lan-

Lok Khi sudah tahu siapakah dia, sudah barang tentu ia telah melakukan persiapan, begitu Lan Kun pit menggerangkan tangan kirinya , dia lantas meningkatkan kewaspadaannya tangan kanannya diayunkan pula bersamaan waktunya.

"criiing... " cahaya tajam berkilauan, dua batang jarum beracun itu sudah rontok ketanah.

Sementara gadis itu segera membahkan badan dan kabur kedalam gua.

Lan Kunpit yang tanpa sebab ditampar orang sudah barang tentu tak akan melepaskan musuhnya dengan begitu saja setelah diketahui gadis itu melarikan diri, dengan suara menggeledek ia membentak: "Mau kabur kemana kau?"

Dia melompat kedepan dan melakukan pengejaran yang sangat ketat,padahal maksud Lok Khi hanya ingin menyusul rombongan yang sudah berangkat lebih duluan itu, dia tidak takut kepada Lan Kun-pit sekalipun pemuda itu melakukan pengejaran secara ketat.

Makin lama dia berlari semakin cepat, tiba tiba didepan sana muncul tikungan yang menuju kearah kanan. Baru saja dia menikung, didepan sana telah muncul sekilas cahaya api dan muncullah sebuah obor yang menerangi sekitar lorong.

Dengan memancarnya sinar obor tersebut, maka segala sesuatu yang berada di sekeliling tempat itu dapat terlihat jelas.

Lok Khi mendongakkan kepaanya. ia menyaksikan beberapa orang yang berada di hadapannya berada hanya empat lima kaki saja dari hadapannya,

orang yang berjalan dipaling depan adalah si Naga tua berekor botak To Sam seng, kedua adalah Thi lo han Khong beng hwesio, kemudian Ma koan tojin dari bukit Hong san-

Tok Lupan mengikuti dibelakang ketiga orang itu, penggaris besinya masih digunakan untuk mengukur ke timur, mengukur ke barat, sedangkan Tok Hay ji dan Tok Si-cuan mengikuti dibelakangnya.

Mereka berdiri pada kedua belah sisi yang berbeda, satu rombongan disebelah kiri, sedangkan yang liinada disebelah kanan, waktu itu mereka sedang berjalan menuju ke balik kegelapan.

Setelah memegang Ilampu lentera, si Naga tua berekor botak To Sam seng berkata dengan suara parau:

"Apa bila daya ingat siaute tak salah, tempat ini merupakan tikungan yang kedua puluh empat, tujuh ratus dua puluh langkah kemudian pasti ada kode rahasianya."

"Kini kita sudah berada didalam lambung pintu kematian," Lupan beracun menimbrung "posisi kita sekarang teramat berbahaya, setiap saat kemungkinan besar akan terjebak atau kena perangkap. kalau toh loko memang meninggalkan tanda rahasia disini, cepatlah diperiksa, daripada kita terlanjur terancam oleh bahaya maut." Naga tua berekor botak tertawa terbabak-bahak.

"Haah, haaah, haaah, dari kedua puluh empat buah tikungan yang kita lewati tadi, disetiap tikungan pasti ditemukan tanda rahasia siaute, masa aku bisa salah?" Dia mengangkat tinggi-tinggi obernya untuk menerangi dinding lorong, kemudian sambil menuding ke depan serunya:

"Saudara sekalian, coba kalian perhatikan, kode rahasiaku berada disini"

"Tempo hari siaute dibebaskan setelah orang she Chin itu menanyai asal usulku, jalanan yg dilalui juga jalanan ini, seingatku lorong ini langsung menghubungkan ruang batu tempat tinggal orang she Chin tersebut."

Lupan beracun memeriksa dan mengukur sebentar kedua sisi lorong tersebut. kemudian katanya:

"Terdapat persimpangan diantara Tu dan Siu, kalau begitu yang sebelah kiri adalah pin tu siu bun, sedangkan orang she Chin berdiam dipintu Tu-bun."

"Tepat sekali," seru naga tua berekor botak dengan terkejut bercampur gembira, "kita memang harus menuju ke arah kiri. jalanan tersebut tidak terdapat banyak tikungan, semuanya berjumlah dua ratus dua puluh satu langkah,jangan padamkan obor ini"

Tampaknya obor yang dibawa beberapa orang itu sudah tidak banyak lagi jumlahnya, maka mereka harus mempergunakannya secara berhemat.

Pada saat itulah Lan Kun-pit telah menyusul ke situ, wajahnya yang ceking penuh dilapisi hawa pembunuhan yang tebal, di tatapnya Lok Khi tajam-tajam kemudian setelah mendengus dingin serunya:

"Jadi kau si budak jelek yang telah menyergap kongcu mu tadi ?"

Sebenarnya Lok Khi sudah mangkel sekali, makian "sibudak jelek" itu bagi kedengarannya ibarat api yang bertemu minyak. amarahnya kontan saja semakin berkobar. Dia mendengus lalu serunya: "Masih terhitung sungkan nona cUma menamparmU sekali hmmm, apakah kau tidak terima ?"

Lan Kunpit adalah seorang pemuda tampan yang selamanya memandang tinggi diri sendiri, tapi sekarang, rahasia ditamparnya dia oleh seorang gadis jelek diungkapkan dihadapan orang banyak, sudah barang tentu kejadian tersebut membuat hatinya benar-benar tak tertahankan.

Dengan wajah hijau membesi, dia segera membentak gusar: "Budak jelek. hari ini kongcumu tak akan mengampuni jiwamu

dengan begitu saja "

Tangan kannya segera diulapkan ke depan, diantara kebasan kipasnya yang mengembang tampak sekilas cahaya perak meluncur kedepan dan menyongsong tubuh Lok Khi.

"Hmm, memang tepat sekali." dengus Lok Khi dingin, "hari ini kau memang tak boleh diampuni "

"crinng . . ." cahaya pedang berkilauan tajam, dalam genggamannya telah bertambah dengan sebilah pedang lemas yang tajam sekali, diantara getaran senjatanya itu tampak sekuntum bunga pedang meluncur kedepan dan memukul kebalik bayangan kipas Lan Kunpit.

"Triiing ..." terdengar suara dentingan nyaring bergema memecahkan keheningan, kedua orang itu sama sama mundur setengah langkah dari posisi semula.

Mendadak cahaya api obor ditangan Naga tua berekor botak To Sam seng menjadi padam, seketika itu jago lorong rahasia tersebut berubah menjadi gelap gulita sehingga untuk melihat ke lima jari tangan sendiripun sukar. Terdengar Naga tua berekor botak berteriak keras:

"Sudah cukup, jangan berkelahi lagi sekarang waktu lebih berharga daripada segala-galanya, harap kalian segera mengikuti siaute" Menyusul ucapan mana, terdengar suara langkah kaki manusia yang bergerak menuju ke depan-

Lorong rahasia tersebut amat sepi bagaikan dalam kuburan, walaupun suara langkah Naga tua berekor botak sangat enteng, kedengaran juga suara langkah kakinya.

Maka Thi-Iohan Khong-beng hwesio,Ma- koan tojin dari Hong-san dan Lu-pan beracun bertiga ikut gerak maju lagi kedepan-Sambil mendengus Lok Khi segera berseru.

"Bajingan cilik she Lan, untuk sementara waktu nona akan mengampuni dulu jiwa anjingmu itu"

Selesai berkata, buru dia menyusul kedepan-

Lan Kunpit adalah seorang manusia yang licik dan punya banyak tipu muslihat,pada mulanya dia mengikuti Lok Khi seperti juga , dia sendiri, masuk kesitu seorang diri untuk menyerempet bahaya, tapi setelah dilihatnya disana masih ada enam tujuh orang yang membentuk satu rombongan lagi pula ada yang menjadi petunjuk jalan, sudah barang tentu dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut dengan begitu saja.

Tanpa banyak berbicara lagi dia mengintil secara diam-diam dibelakang orang itu dan meneruskan perjalanannya ke depan.

Kini. dibalik lorong rahasia yang gelap gulita, hanya terdengar suara langkah kaki manusia yang bergerak menujU ke depan, siapa pun tidak ada yang bersuara.

Tapi dalam hati masing-masing merasa keheranan, kini mereka sudah berada jauh didalam sarang musuh, padahal tempat ini merupakan sarang dari para jago pedang berpita hitam dari Ban kiam hwee, herannya mengapa sampai kini belum ada orang yang menghadang mereka ?

Beberapa puluh langkah kembali sudah di lewati. Mendadak Lupan beracun membentak keras. "IHarap kalian semua berhenti " Waktu itu, semua orang sedang melakukan perjalanan dalam kegelapan, begitu mendengar suara bentakannya yang menggema secara tiba-tiba, betul juga , mereka semua segera berhenti.

Kemudian terdengar Ma koan tojin berkata dengan suara menyeramkan: "Lu sicu, apakah kau telah menemukan sesuatu yang luar biasa ?"

"Sunsute, cepat memasang api"perintah Lupan beracun.

Dari dalam sakunya Tok si cuan mengeluarkan tabung api seribu li dan menyulutnya, bentuk dari tabung apinya ini kelihatan istimewa meski bentuknya kecil mungil, namun sinar apinya bisa menerangi wilayah seluas beberapa kaki dengan terang benderang. Naga tua berekor botak segera tertawa seram. serunya: "Heeeh...heeehh ,.heeehh,, rupanya kau juga membawa tabung api"

"Tentu saja membawa" jawab Tok si cuan, tadi sepanjang jalan kau telah berebut memasang obor, maka akupun tak usah repot- repot membuang tenaga, apa lagi kita sedang memasuki sarang dari Ban kiam hwse, musuh berada dalam kegelapan kita berada ditempat terang, kalau bisa tak usah menyulut api memang paling baik jangan."

Sebagai Tok si cuan (pencuri beracun), tentu saja dalam sakunya selalu tersedia tabung api seribu li.

Namun kalau dipikirkan dengan seksama ucapannya memang betul. Kini mereka sedang memasuki sarang harimau, bila sepanjang jalan mereka harus berjalan sambil menyulut lampu bukankah kedatangan mereka sangat mudah menarik perhatian orang lain?

Dengan dibantu sinar api yang memancar keluar dari tabung api tersebut, semua orang dapat melihat kalau mereka kini berada di dalam sebuah lorong yang lebar, lorong tersebut tiba-tiba melebar ke samping dan dihadapan mereka terbentang sebidang tanah datar seluas empat lima kaki . . . Dengan cepat Lupan beracun mengambil tabung api itu dari tangan Tok si- cuan, kemudiau tanpa mengucapkan sepatah katapun maju ke depan sembari menghitung.

Kalau tadi, Naga tua berekor botak To Sam seng, Thi-lohan Khong beng hwesio dan Ma koantojin bertiga yang memimpin perjalanan, maka sekarang mereka telah berhenti diujung jalan dari tanah datar tersebut

Rupanya sewaktu cahaya api memancar tadi, mereka sudah menyebarkan diri ke samping, ketiga orang itu berdiri para selisih jarak tujuh delapan depa dan membentuk posisi segi tiga.

SiPencuri beracun atau Tok-si- cuan telah menggenggam sebilah golok pelebur darah yang memancarkan sinar biru, sementara Tok Hay ji menggenggam cambuk lemas yang melingkar dan mengawasi ke tiga orang lawannya lekat-lekat,jelas ke dua rombongan maausia itu meski melanjutkan perjalanan bersama-sama, namun masing- masing tetap waspada dan tidak saling menaruh kepercayaan

Paras muka Ma-koan rojin berubah tak menentu, ketika dilihatnya Lupan beracun masih berjalan sambil menghitung dengan suara menyeramkan dia berseru:

"Kini, kita sudah berada didalam sarang harimau situasi yang kita hadapi kini adalah hidup dan mati bersama sama ada rejeki di bagi bersama ada bencana yang dihadapi berbareng, Bila Lu sicu berhasil menemukan sesuatu hal yang tak beres, sepantasnya kalau kau utarakan keluar secara blak-blakan?"

Paras muka Lupan beracun berubah menjadi amat serius, dia menarik napas panjang-panjang, lalu sambil mendongakkan kepalanya menjawab:

"Sejak masuk melalui pintu gerbang hingga sampai tempat ini, kalau dihitung-hitung maka semestinya kita sudah berada dalam lambung markas mereka, sepantasnya kalau pihak lawan telah mengetahui kehadiran kita sejak pintu di buka tadi, namun kenyataannya tak nampak seorang manusia pun yang menghalangi kedatangan kita, seolah-olah kita sedang berada disuatu tempat yang tak bertuan, kejadian semacam ini boleh dibilang sama sekali diluar kebiasaan..."

Paras muka si Pencuri beracun segera berubah hebat, serunya dengan rasa ngeri:

"Betul, kecuali kalau tempat ini merupakan perangkap yang sengaja mereka persiapkan, maka sengaja mereka tidak melakukan penghadangan agar kita semua bersama sama masuk perangkap."

"Menurut penghitunganku, bila kita masuk melalui pintu sebelah kiri maka tempat tersebut seharusnya merupakan pintu siu bun, siapa tahu yang kita lewati sekarang nyatanya merupakan pintu kematian yang sesungguhnya, aku kuatir kita semua sekarang benar-benar telah berada dalam perangkap lawan . ."

=oooodwoooo=

"LU SUKO " Tok Hay-ji segera berseru dengan wajah berubah, "kalau begitu mari kita mundur cepat cepat dari sini "

la pernah disekap oleh Chin congkoan dari Ban kiam-hwee ditempat itu, seandainya Hek bun kun Cho Kiu moay tidak keracunan akibat ulah gurunya, sehingga gurunya dapat memaksakan suatu pertukaran antara dia dengan obat penawar, mungkin sampai sekarang pun dia masih tersekap dalam lorong rahasia itu.

Tidak heran kalau paras mukanya segera berobah hebat setelah mendengar bahwa mereka terperangkap.

Naga tua berekor botak segera berkata:

"Tidak mungkin, sepanjang jalan hingga kemari, siaute meninggalkan kode rahasia diatas dinding, mana mungkin bisa salah jalan ?"

Sembari berkata tangan kirinya segera mengeluarkan sebatang senjata cakar naga hitam dan digerak gerakkan ditengah udara, meski tidak segera terjadi bentrokan namun dilihat dari keadaannya,jelas kalau setiap saat suatu pertarungan bisa berkobar.

Mendadak saja Lok Khi teringat akan perkataan dari nona berbaju hijau tersebut, bukan kah nona dari lam hay bun itu memperingatkan agar dia dan engkoh Hongnya tak usah mengikuti mereka masuk kemari ? Bahkan nona itu berkata, bila ingin masuk dia yang akan menjadi petunjuk jalan buat mereka ?

Mungkinkah tempat ini benar merupakan perangkap yang sengaja diatur oleh pihak Ban kiam hwe ?

Sejak kecil dia mengikuti Thian Sat nio, meski pengalamannya masih sedikit, namun banyak sudah yang didengar olehnya.

Perasaan hatinya segera tergerak sesudah mendengar ucapan tersebut, diam-diam dia mulai menyesali tindakkan gegabah yang diambilnya tadi, tidak seharusnya dia menerjang kesitu dengan menuruti emosi.

"Aaah, tidak Aku justru tak sudi mengikuti petunjuknya, sekalipun disini adalah pintu kematian, dia bisa berbuat apa ternadapku?..." demikian dalam pikirannya kemudian,

Kalau seorang gadis sudah diburu oleh api cemburu, maka dia tak akan ambil perduli perangkap atau bukan.

Setelah mendengus dingin, mendadak serunya: "Aku justru tidak percaya dengan segala macam permainan busuk. jika kalian tidak mau pergi. tinggal saja selamanya disini"

Seusai berkata, dia lantas menggerakkan tubuhnya dan menerjang masuk kedalam lorong tersebut.

Mendadak Naga tua berekor botak menghadang dihadapannya, kemudian membentak:

"Nona, jangan bertindak gegabah " Meski dimulut ia berkata demikian tangan kanannya segera diayunkan kedepan melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke tubuh Lok Khi. Tampaknya si nona tidak menduga kalau iblis tua itu bakat menghalangi jalan pergi-nya, begitu berhenti segera bentaknya dengan gusar : "Mau apa kau ?" Lu-pan beracun tertawa terbahak- bahak.

"Haah . . haah .. . haah... sedari tadi aku sudah curiga kalau bangsat ini tidak mempunyai maksud baik, ternyata memang dia yang main gila . ."

"Kenapa dengan dia ?" tanya Lok Khi sambil berpaling, wajahnya nampak agak tertegun. Sambil menuding kedepan, Lupan beracun berkata:

"Tanpa kode rahasianya, kita tak bakal masuk perangkap dengan begini gampang. . cepat halangi dia "

Tok si cuan dan Tok Hayji segera menerjang ke muka begitu mendengar suara bentakan dari Lupan beracun.

Naga tua berekor botak tertawa terbahak-bahak.

"Percuma saja kau menyebut diri sebagai Lupan beracun. haaah, haah, haaa, sayang kau mengetahui kejadian ini kelewat terlambat, kini kau sudah menjadi ikan dalam tempurung."

Mendadak tubuhnya miring ke samping lalu menyelinap kebalik lorong rahasia.

Lok Khi menjadi naik darah setelah mendengar ucapan mana segera bentaknya keras keras:

"Bajingan keparat, mampus kau "

Dia melancarkan serangan secepat angin, bahkan jauh lebih cepat daripada Tok Si- cuan maupun Tok Ha yji, begitu menerjang ke depan, tangan kanannya segera diayun ke muka dan "criiing " sebilah pedang lemas sudah meluncur keluar dari balik telapak tangannya.

Tapi sayang tindakannya itu terlambat selangkah, mendadak terdengar suara, "Kraak" pintu dinding menuju ke lorong rahasia sudah menutup rapat. Dengan begitu ujung pedang Lok Khi yang tajampun hanya sempat menggurat diatas dinding batu sehingga memerCikan bunga api.

Ma koan tojin serta Thi Lohan Khong beng hwesio sebetulnya berdiri bersama dengan Naga tua berekor botak dalam posisi segi tiga, hanya saja kedua orang itu berdiri dikiri kanan dengan punggung menghadap kedinding batu tersebut.

Kini si Naga tua berekor botak telah menerobos masuk ke dalam lorong pintu batupun telah menutup kembali, dengan demikian kedua orang itu segera tersekap diluar pintu.

Tampaknya tindakan ini sama sekali diluar dugaan mereka berdua maka setelah saling berpandangan sekejap. mereka tetap berdiri tak bergerak ditempat semula.

Di tempat lain, Lan san gin sau (kipas perak berbaju biru), Lan Kunpit juga tak mengetahui jelas akan asal usul beberapa orang itu, walaupun dia menyaksikan pintu batu menuju ke lorong rahasia tersebut menutup kembali, tapi berhubung dihadapannya masih hadir banyak orang, maka diapun cuma berdiri tenang ditempat semula sambil menggoyangkan kipasnya.

Dilain pihak Lok Khi mendepak-depakkan kakinya berulang kali ketanah, kemudian serunya.

"Bajingan tua ini betul-betul licik sekali, sayang dia berhasil melarikan diri "

"Aku sama sekali lupa kalau dia bisa bertindak demikian" keluh Lupan beracun, "padahal sejak dia berdiri menghadang didepan pintu lorong, aku sudah seharusnya dapat berpikir sampai ke situ .

."

"Kita kejar." seru Tok Hay ji, tapi Lupan beracun segera menggeleng.

"Dalam pintu kematian penuh dengan alat jebakan yang sangat berbahaya, tak mungkin kita bisa mengejarnya lagi" Berbicara sampai disitu, mendadak ia men dongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

Ma koan tojin adalah seorang yang berwatak dingin tapi licik, sambil mengelus jenggot panjangnya dengan senyum tak senyum dia bertanya. "Apakan Lu sicu telah berhasil menemukan sebuah akal bagus?"

"Alat rahasia yang disiapkan ditempat ini berbahaya sekali. perubahannya pun sama sekali di luar dugaan, orang yang tidak memahami alat rahasia sesungguhnya jauh lebih menguntungkan daripada mereka yang tahu. Aku benar benar sudah jatuh dipecundangi orang."

"Lantas mengapa Lu sicu tertawa terbahak-bahak " tanya Ma- koan tojin cepat.

"Sebelum memasuki ruangan gua ini, aku telah menyebarkan segenggam bubuk beracun dimuka pintu, jangan harap bajingan itu bisa lolos selama satu jam mendatang . ."

Thi lohan Khong-beng hwesio segera melotot besar, kemudian bentaknya keras- keras. "Jadi kau pun telah meracuni kami semua?"

"Benar" sahut Lupan beracun sambil tersenyum," bubuk beracun ini biasanya melayang di udara dan tak bisa dilihat dengan mata telanjang, bila telah terhisap ke dalam tubuh kalian satu jam kemudian racun itu akan mulai bekerja dan tak bisa tertolong lagi, itulah sebabnya aku minta kalian berdua sudi membawa jalan-.."

Lok Khi yang mendengar perkataannya itu segera manggut manggut, pikirnya kemudian-

"Rupanya Lu-pan beracun telah mengetahui kalau Ma koan tojin dari Bukit Hong san serta Thi Lohan merupakan komplotan dari pihak Ban kiam-hwee. ."

Sementara itu Ma koan tojin telah tertawa seram, serunya. "Lu sicu, mengapa kau mencurigai pinto?" Lupan beracun tertawa dingin. "Memangnya aku salah berbicara ?" dia balik bertanya.

Mencorong sinar tajam dari balik mata Thi Lohan, segera bentaknya penuh kegusaran-"Mana obat penawarnya ?"

"obat penawarnya berada didalam saku ku"

cepat Ma-koaa tojin menggoyangkan tangannya berulang kali, serunya kemudian sambil tertawa seram.

"Taysu tak usah terburu napsu, asal Lu sicu sudah mengucapkan perkataan tersebut, hal ini sudah lebih dari cukup, buat apa kita mesti membunuh ayam mengambil telur ?"

Berbicara sampai disitu, ujung bajunya segera dikebaskan ke depan, tahu tahu sebuah pukulan dilepaskan kearah tubuh Lupan beracun dari jarak dekat. Thi Lohan Khong beng hwesio segera tertawa terbahak banak. "Haah . . . haaahh . .. haaahh . . . ucapan yang memang benar . ." Sebuah babatan maut segera dilontarkan ke depan.

Tenaga dalam yang dimiliki kedua orang itu amat sempurna. serangan yang dilancarkan secara beruntun ini sungguh luar biasa sekali.

Tampak dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat dengan membawa suara desingan tajam bagaikan amukan gelombang dahsyat di tengah samudra langsung menghantam ke tubuh semua orang.

Tentu saja Lupan beracun tak berani menyambut serangan tersebut dengan kekerasan dengan cepat dia menarik hawa murninya lalu mundur kebelakang dengan cepat.

Tok si cuan dan Tok Hayji turut berkelebat lewat dan melompat mundur kadua belah samping.

Sebagai seorang gadis yang pintar, sejak Ma koan tojin mengatakan hendak "Membunun ayam mengambil telur", dia sudah tabu kalau pihak lawan hendak merampas obat penawar racun dan mengajak Thi Lohan untuk turun tangan bersama-sama. Untuk sesaat dia menjadi ragu-ragu dan tak tahu apakah dirinya turun tangan atau tidak?

Disaat dia sedang ragu ragu dan berpaling ke samping, dengan cepat diketahuinya kalau gelagat tidak beres.

Semestinya, untuk merampas obat penawar dari tangan musuh, meski serangan gencar yang dilancarkan Ma koan tojin berhasil dihindari Lupan beracun, tapi dalam keadaan terpengaruh oleh hawa napsu membunuh, dia pasti akan mendesak maju lebih jauh dan tidak memberi kesempatan pada lawannya untuk membalas.

Didalam hal ini, Ma koan tojin dan Thi lohan sudah pasti masih sanggup untuk melakukannya .

Akan tetapi Ma koan tojin tidak berbuat demikian, setelah berhasil mendesak mundur Lupan beracun, tiba-tiba saja tubuhnya bergerak menuju ke dinding setelah depan. Satu ingatan segera melintas didalam benak Lok Khi, serunya dengan suara nyaring: "Hidung kerbau tua, mau apa kau?"

Berbareng dengan suara bentakan tersebut serentetan cahaya keperak-perakan segera membabat kemuka.

Ma koan lojin segera menempelkan punggungnya ke atas dinding, kemudian terdengar suara."krak" dinding batu itu segera terbuka tapi serentetan cahaya pedang dari Lok Khi tengah membacok tiba dengan kecepatan luar biasa.

"Bocah perempuan, mundur kau" bentak Ma koan tojin dengan suara sedingin es.

ujung bajunya segera dikebaskan kemuka segulung angin pukulan yang maha dahsyat segera menyambar ke depan.

Menggunakan kesempatan tersebut tubuhnya segera melompat masuk kebalik dinding batu itu.

Ternyata serangan yang dilancarkan, olehnya ini telah mempergunakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, dibandingkan dengan pukulan yang digunakan untuk memukul mundur Tok Hayji tadi, pada hakekatnya masih lebih dahsyat beberapa kali lipat.

Lok Khi sudah menduga, kilau dia melakukan pangejaran sudah pasti Makoan tojin akan bertindak dengan melepaskan pukulan sepenuh tenaga, tapi sebagai seorang manusia yang berkepandaian tinggi, sudah barang tentu dia tak akan memandang sebelah mata pun terhadap Ma-koan tojin . . .

Sepasang bahunya segera digerakkan berulang kali, dengan menggunakan ilmu langkah Hian im kiu coan hoat dia menyambut datangnya serangan tersebut, kemudian bagaikan ikan yang bermain di air, dia menerjang ke muka lebih jauh.

cahaya pedang berkilauan "Sreet." tahu-tahu ia sudah berhasil merobek pakaian yang di kenakan Ma koan tojin.

Sebetulnya Lok Khi terlampau lambat mengetahui akan hal ini, tapi untuk menghindari angin pukuian dari Ma koan tojin, maka dia harus menggunakan ilmu Kiu coau sin hoat untuk berkelit kesamping.

Sayang, ketika ia berhasil melepaskan diri dari ancaman dan menerjang lebih kedepan meski pintu batu itu belum tertutup seluruhnya yang masih ketinggalanpun cuma sebuah celah kecil sekali.

celah tersebut memang bisa dilewati dengan tubuh seorang manusia, akan tetapi, berhubung pintu sedang menutup maka bila perhitungan kurang berhati hati, bisa jadi tubuhnya malah akan tergencet oleh pintu rahasia tersebut.

Dalam keadaan demikian, terpaksa Lok Khi harus menahan diri dan membiarkan pintu itu menutup rapat.

Bersamaan dengan menyelinapnya Ma koan tojin kedalam dinding sebelah kanan, Thi Lohan Khong beng hwesio yang berada disebelah kiri pun segera menempelkan punggungnya diatas dinding, kemudian dengan gerakan tubuh paling cepat menyelinap masuk kedalam. sebaliknya Lupan beracun bertiga yang kena dipukul mundur oleh pukulan gabungan dari Ma koan tojin dan Thi lohan Khong beng hwesio, dengan cepat menerjang maju lagi, sayang keadaan sudah terlambat. Dengan gemas Tok Hay ji berseru

:

"Ternyata ketiga orang bajingan tua itu benar benar tidak mempunyai maksud biik"

"Harap semuanya berhati-hati." Lupan beracun segera berteriak dengan gelisah, "setelah berhasil melarikan diri, bisajadi mereka akan menggerakkan alat rahasia."

Belum habis dia berkata, mendadak dari bawah tanah berkumandang suara gemerincing nyaring, kemudian semua orang merasakan permukaan tanah tempat mereka berpijak tenggelam kebawah.

"celaka" jerit Lok Khi kaget.

Dalam gugupnya cepat-cepat dia menghimpun hawa murninya kemudian melompat naik keatas.

Kali ini gadis tersebut boleh dibilang telah menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya, tubuhnya segera melambung ketengah udara.

Dia sempat mendengar Tok Hay ji sekalian menjerit kaget sambil membentak marah, tubuhnya meluncur ke bawah dan melayang kedalam sebuah kerangka baja yang berbentuk kurungan, ke dalam kurungan baja itulah beberapa orang itu terjatuh.

Dengan sekuat tenaga Lok Khi menghimpun hawa murninya tidak membiarkan tubuhnya meluncur ke bawah, untuk sementara badannya terhenti ditengah angkasa.

Sebenarnya hal ini merupakan suatu kejadian aneh, suatu kejadian aneh yang tak mungkin terjadi. Bila seorang melompat ke atas dengan menghimpun tenaga murninya, dia bisa melompat keatas, tapi mustahil setelah melompat keatas, tubuhnya bisa berhenti di udara, sekalipun dia menghimpun hawa murninya sekalipun, hal ini mustahil bisa terjadi. Karena seseorang yang menghimpun hawa murni, hanya bisa mengurangi bobot badan, bukan berarti badan itu bisa berhenti sama sekali, tubuhnya tetap masih melayang ke bawah kendati dengan daya luncur yang jauh berkurang. Tapi kali ini, Lok Khi benar benar telah berhenti

Pada mulanya dia hanya mengurusi soal mengerahkan tenaga dan sama tidak berpikir ke situ, otomatis diapun tidak merasakan sesuatu yang aneh.

Tapi sekarang, dia baru melihat meski Lu-pan beracun dan Lan Kunpit sekalian telah mengerahkan tenaga dalamnya untuk melompat keatas, namun semuanya terjerumus kebawah hanya dia seorang yang terhenti diudara tanpa terperosok lebih kebawah lagi.

Kenyataan itu tentu saja membuat hatinya terkejut bercampur keheranan, mungkinkah hal ini disebabkan ilmu ajaran gurunya lebih hebat itu sehingga hanya dengan menghimpun tenaga dalam saja mata tubuhnya dapat terhenti ditengah udara ?

Tentu saja tidak Dengan cepatnya gadis itu menemukan. kendatipun ia tidak lagi menghimpun hawa murni, tubuhnya masih tetap tidak jatuh kebawah.

Rupanya ada seutas tali yang sangat lembut telah mengikat diatas punggUngnya sehingga tubuhnya tergantung ditengah udara.

Dengan perasaan terkejut ia mencoba memberontak. namun tali yang berada dipunggungnya masih tetap mengaitnya. Kencang kencang berada di tengah udara seperti ini, pada hakekatnya dia tak mampu lagi untuk mengerahkan tenaga nya. Dengan cepat dia berpikir:

"Mereka semua sudah terperosok jatuh kebawah, rupanya sewaktu aku melompat tadi, lompatanku terlampau tinggi sehingga menyentuh alat rahasia dan akibatnya tubuhku jadi tergantung ditengah udara, Hmm Kalau cuma alat jebakan semacam ini saja, memangnya mampu mengurung aku ?" Mendadak dia menarik napas panjang sambil menekuk pinggang, berada ditengah udara badannya miring ke samping, lalu pedang lemasnya dibabat kearah belakang. Babatan tersebut persis mengenai tali tersebut.

"criing.," diiringi susra gemerincing nyaring, pedang lemas itu bergetar keras, lalu dia merasakan lengan kanannya turut menjadi kaku karena getaran tersebut, badannya yang tergantung di udara pun turut bergoncang keras, keadaannya jadi semakin menguatirkan.

Lok Khi semakin terperanjat, dia tahu pedang lemas miliknya initerbuat dari besi baja murni, kendatipun pedang biasa juga tak akan tahan bila terkena bacokannya, tapi kenyataannya tali yang nampaknya kecil itu sama sekali tak putus, mungkinkah tali itu terbuat dan baja yang lebih kuat ?

Pada saat itulah, mendadak dari atas kepalanya kedengaran seseorang berseru:

"Bocah perempuan, jangan beigerak secara sembarangan lagi, aku . . lohu tidak mampu menahan tubuhmu lagi, bila kau meronta lebih jauh, bila kita akan bersama sama terperosok ke bawah "

Lok Khi yang mendengar perkataan itu, segera menegur dengan perasaan terperanjat. "Siapakan kau "

"Lohu adalah lohu, siapa lagi?" jawab orang di atas sana dengan cepat.

Lok Khi dapat menangkap kalau nada suara orang itu sangat dikenal olehnya, hanya untuk sesaat tak terpikirkan olehnya siapa gerangan orang tersebut ?

Tanpa terasa dia miringkan kepalanya sambil menengok ke atas, tapi begitu dia menggerakkan tubuhnya, tali itu segera bergoncang kembali dengan kerasnya.

Walaupun ia masih tak berhasil melihat raut wajah orang yang berada di atas, tapi nona tersebut dapat melihat kalau punggungnya telah digaet orang dengan seutas tali. Kedengaran orang yang berada diatas sana berseru dengan perasaan gelisah:

"Hei bocah perempuan lohukan suruh jangan tergerak ? Mengapa banyak sekali ulahnya ? Tenanglah dahulu, dengan begitu lohu masih mampu untuk menarikmu ke atas, jika kau bergoncang sekali lagi, bisa jadi lohu pun akan turut terjerembab ke bawah."

"Mendingan kalau hanya kau yang terkurung dalam kurungan besi itu, bila lohu sampa ikut tersekap oleh mereka, waaah . . . waah . . .akan lohu taruh ke mana selembar wajahku ini ?"

"Jadi kau bukan anggota Ban kiam hwe?" tanya Lok Khi cepat. "ciiiss.. kalau lohu anggota Ban-kiata Hwee, masa akan kutolong

dirimu ?"

"Lantas siapakah kau ?"

"Sudah, sudah cukup" teriak orang diatas dengan gembira, "kini papan batu dibawah sana telah merapat, tunggu sebentar lagi, kita boleh bersama sama turun ke bawah." Kemudian setelah berhenti sejenak, terusnya:

"oya, bocah perempuan, tahukah kau engkoh misanmu sekarang berada di mana ?"

Menyinggung kembali soal Wi Tiong hong, tanpa terasa Lok Khi menjadi mendongkol kembali.

"Huuuh, aku mah tak akan mengurusi dia lagi " sahutnya.

Meski diluar berkata demikian, padahal hati kecilnya ingin sekali mengetahui ke manakah engkoh Hongnya pergi. Maka dia bertanya lagi:

"Tahukah kau sekarang dia berada dimana ?" orang yang berada diatas sana segera tertawa terbahak-bahak.

"Haaah . . . haaaahh . . . haaahh . . . tentu saja lohu tahu, nah kuberitahukan kepadamu, kau tak usah kuatir, sekarang bocah tersebut sedang menjadi tamu dari Ban-kia hwecu " Berbicara sampai disitu, dia berkata lagi:

"cukup, pintu kematian ternyata tak lebih hanya begitu saja "

Lok Khi merasakan tubuhnya pelan-pelan di tarik ke atas, seakan akan ada orang yang sedang menarik tali dari atas situ, dalam waktu singkat ia sudah tiba diatas langit-langit gua dan tinggal dua kaki saja dari permukaan liang perangkap tersebut. "Nah, bocah perempuan, sekarang kau boleh turun" bisik orang itu lagi.

Lok Khi segera menengok ke bawah, betul juga permukaan tanah sekarang sudah pulih kembali seperti sedia kala, maka dia lantas mengayunkan sepasang lengannya dan melayang turun ke atas permukaan tanah, setelah itu dia melongok ke atas^

Ternyata diatas dinding batu pada langit-langit gua duduklah seseorang disitu dia bukan lain adalah si kakek gemuk pendek yang pernah menyuruh engko Hongnya membukakan pintu gerbang kuil Sikjin-tian dan mengantar kepergiannya itu.

Kini ia sedang memegang sebatang pancingan sepanjang tujuh depa, sementara tangannya lagi menggulung seutas tali senar yang kecil, tipis serta berkilat.

Rupanya barusan, dia telah mempergunakan senar pancingan itu untuk menggaet tubuhnya dan menggantungkan diudara seperti seekor ikan besar.

Diam-diam Lok Khi merasa terperanjat, sudah jelas kakek itu menggunakan ilmu Pithou kang (ilmu cecak merayap) untuk menempelkan badannya diatas dinding, tapi kenyataannya ia masih mampu menariknya ke atas, dari sini bisa diketahui kalau kepandaian silat yang dimiliki orang itu benar-benar luar biasa sekali.

Sambil menyimpan kembali senar pancingannya, kakek gemuk pendek itu tertawa terkekeh-kekeh sambil berkata.

"Baru saja lohu datang dari Ban kiam hwee cu sana, hei bocah perempuan, tahukah kau piauko mu sedang mertamu ditempat Ban kiam hwee cu dengan siapa ?" Lok Khi segera berpikir: "Hmmm, sudah pasti dengan siluman perempuan dari Lam hay itu . . ."

Teringat akan siluman perempuan itu, tanpa terasa dia membuang maka sambil mendengus.

"Huuh, dari mana aku bisa tahu ?"

Dalam pada itu, si kakek gemuk cebol itu sudah melompat turun ke tanah, sepasang biji matanya melototi Lok Khi beberapa waktu, mendadak seperti menyadari akan sesuatu, dia segera tertawa terbahak-bahak.

"Haah . . .haah . . . haah . . . benar, benar, rupanya lohu telah salah berbicara, tak heran kalau kau si bocah perempuan jadi ngambek"

"Huuh, siapa sih yang lagi ngambek ?"

Sementara itu si kakek gemuk pendek tersebut sudah selesai menyimpan tali senarnya, kini dia sedang melipat-lipat pancingannya yang tujuh depa panjangnya itu kemudian di simpan ke dalam sakunya.

Setelah itu, sambil membetulkan pakaiannya dia berkata lagi sambil tertawa:

"Sudahlah bocah perempuan, mari lohu yang menemani kau, oya

.. . mutiara Ya kong cu ini berhasil lohu dapatkan dari ruangan tempat tinggal Ban kiam hwee-cu, ambillah sebagai penerangan jalan-"

Sambil berkata, dia membuka telapak tangannya dan menyodorkan mutiara tersebut ke depan si nona.

Kini Lok Khi baru teringat, tak heran kalau dalam goa yang gelap bisa kelihatan cahaya terang, rupanya kakek itu sedang menggenggam sebutir mutiara Ya-kong cu.

Maka diterimanya pemberian tersebut, kemudian sambil mengerdipkan matanya dia bertanya. "Empek tua, siapa namamu?"

Kakek gemuk pendek itu mengelus jenggot kambingnya, lalu tertawa tergelak.

"Haaahhh . . . haaahhh. . . haaahhh, . . .panggil saja empek tua kepadaku, kau masih menginginkan panggilan apa lagi?"

"Tidak, aku bertanya tentang namamu." kata Lok Khi cepat, "aku lihat ilmu silat yang kau miliki sangat hebat sudah pasti kau adalah seorang manusia yang mempunyai asal-usul besar"

"Asal usul besar? Haah. .haa. .haaa. ." kakek gemuk pendek itu tertawa terbahak bahak. "Ehm, lohu memang mempunyai sedikit asal usul, hei bocah perempuan, inginkah kau mengangkat diriku sebagai gurumu?"

"Huh, ilmu silat yang di miliki gurukupun amat tinggi." jengek Lok Khi sambil mencibirkan bibirnya.

Mencorong sinar tajam dari balik mata kakek gemuk pendek itu, segera tanyanya: "Siapa kah gurumu? coba kau sebutkan"

Lok Khi segera bersenandung pelan: "cahaya terang muncul dibarat. Dunia persilatan penuh pembunuhan- Tolong tanya siapa pentolannya? Nenek Sakti Thian Sat nio"

"Thian Sat nio? Lohu belum pernah mendengar nama itu, eh mm, Thian Sat nio, betul-betul nama yang amat tidak sedap"

"Hmm, kau anggap namamu sedap didengar?" teriak Lok Khi dengan perasaan mendongkol "dengan kepandaian silat yang kau miliki itu hanya pantas untuk mengambilkan sepatunya guruku."

Tapi sewaktu mengucapkan perkataan yang terakhir itu, tak tahan lagi dia tertawa cekikikan.

"Bocah perempuan, tidak besar tidak kecil, kau anggap lohu ini manusia macam apa ?" kakek gemuk pendek itu segera membentak.

"Apa sih kedudukanmu ?" "Kau anggap lohu ini siapa ?" Diam-diam Lok Khi merasa geli, tanya nya cepat:

"Siapa sih kau ini ? Bila tidak kau katakan darimana aku bisa tahu

. . . ?"

"Bocah perempuan, kau pernah mendengar tentang sebuah telaga langit di atas bukit Thian san?"

"Aaaa . . . " Lok Khi segera berseru tertahan "aku pernah mendengar dari toako, yang aku tahu, kau adalah Thian-san-tun-siu (Kakek pertapa dari bukit Thian-san)"

"Kau anggap aku adalah Lu Kian-si ? Huuh dia mah cuma seorang keponakan muridku " ciangbunjin partai Tian-san, si Kakek pertapa dari bukit Thian-san Lu Kian-si hanya seorang keponakan muridnya?

Lok Khi yang mendengar perkataan itu menjadi sangat terperanjat, serunya sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Waah, kalau begitu aku tidak tahu" serunya.

"Tentu saja kau tidak tahu, pulang dan tanyakan kepada gurumu, dia akan sagera mengetahui siapa kah lohu Sudahlah, mari kita pergi. Sekarang, di depan situ akan diselenggarakan suatu pertemuan besar, kalau sampai terlambat kita bisa ketinggalan kereta "

"Aaah, tidak, aku tak mau pergi, aku tak mau memanggilmu empek tua. kau harus memberitahukan lebih dulu kepadaku, siapakah kau ?" seru Lok Khi tanpa beranjak dari tempatnya.

Dengan cepat Kakek gemuk pendek itu menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Bukankah barusan lohu telah mengailmu dengan pancinganku? coha kau terka siapakah lohu?"

Lok Khi segera miringkan kepalanya sambil berpikir, kemudian ujarnya cepat: "Kau mempunyai sebuah pancingan, barusan kaupun bertanya apakah aku tahu kalau di bukit Thian-san ada telaga langit kalau begitu kau sering memancing ikan ditelaga langit bukan begitu?"

Kakek gemuk itu manggut- manggut berulang kali.

"Betul betul sekali, lohu memang termashur kerena pandai memancing. haah, .haaaahh. . . haaahhh bocah perempuan kau memang menarik sekali, kini kau sudah mengetahui asal- usul lohu, bersediakah kau mengangkat lohu menjadi gurumu?"

"Hmm, setan baru tahu akan asal usulmu itu" batin Lok Khi dihati. Tapi diluaran dia menjawab.

"Aku belum sempat melihat kepandaian silatmu oao, bagaimana kalau kau dibandingkan dengan Chin congkoan dari Ban kiam hwee?"

"chinToa seng? IHuuuh. dalam pandangan lohu, dia tak lebih harya seekor ikan kecil."

Lok Khi menjadi geli setelah mendengar per kataan itu, dia hanya menganggap Chin Toa seng seperti ikan kecii, maka kembali tanya lebih jauh:

"Lantas bagaimana kalau dibandingkan dengan congkoan dari jago pedang pita hijau Po kiam suseng (sasterawan pemeluk pedang) ? "

Dengan mata kepala sendiri dia pernah menyaksikan kepandaian silat yang dimiliki Po-kiam suseng Buyung Siu, bahkan kepandaiannya sama sekali tidak berada dibawah Kam sukonya, dia ingin tahu bagaimanakah jawaban orang si Kakek gemuk itu masih tetap menjawab dengan nada sinis:

"Aaah, kalau cuma kawanan angkatan muda itu mah, dengan pancingan lohu ini, aku sanggup melemparkan mereka ke tempat yang sangat jauh sekali."

"Aku tidak percaya " jawabnya . "Tidak percaya ?" kakek gemuk itu menjadi marah, "ayo ikut lohu, akan lohu buktikan di hadapan mata." katanya dengan sombong.

Diam-diam Lok Khi merasa geli dengan melihat sifat ingin menang sendiri dari kakek tersebut meski usianya sudah lanjut, baru di bakar hatinya, ia sudah mendongkol hingga wajahnya merah padam, segera dirasakan olehnya bahwa kakek ini menarik hati. Maka ujarnya lagi sambil tertawa:

"Asal kau bisa memancing mereka dan melemparkannya jauh jauh, tentu saja aku akan percaya."

Dengan nada bersungguh hati kakek gemuk berkata lagi. "Apa yang mampu lohu ucapkan, tentu saja mampu pula kulaksanakan seandainya lohu mampu memancing mereka seperti memancing ikan saja, apa yang hendak kau katakan ?" Lok Khi tertawa.

"Kalau begitu, kau harus mewariskan ilmu memancing ikan tersebut kepadaku "

"Maksudmu kau akan mengangkat lohu menjadi gurumu." kata si kakek gemuk.

"Kau bersedia mengajarkan kepadaku atau tidak ?"

"Aku berjanji " seru si kakek dengan wajah berseri-seri karena perasaan gembira. Diam-diam Lok Khi tertawa geli, pikirnya:

"Huh, siapa yang kesudian mengangkat kau sebagai guruku ? Aku mah hanya kepingin mempelajari ilmumu saja " Tapi diluar dia segera menyahut.

"Kau berjanji, akupun berjanji, empek tua, apa yang kau katakan tak boleh diingkari lagi, mari kita bertepuk tangan"

"Kenapa harus bertepuk tangan ?"

"Setelah bertepuk tangan, maka kau tak boleh mengingkarinya lagi"

Kakek gemuk itu manggut- manggut. "Betul mari bertepuk tangan, mari kita ber tepuk tangan "

Lok Khi segera menyodorkan tangannya ke muka dan saling bertepuk tangan sekali dengan kakek gemuk itu,

Kemudian, kakek itu baru mengajak Lok Khi melanjutkan perjalanannya menyelusuri lorong.

Beberapa saat kemudian, Lok Khi berseru dengan keheranan: "Empek tua, tampaknya kau hapal sekali dengan jalanan ditempat ini."

"Lohu tentu saja hapal dengan jalanan disini." "Oooh, kau pernah kemari?"

"Bukan cuma pernah kemari" kata si kakek gemuk lambil tertawa tergelak-gelak.

"Kalau hanya pernah kemari?"

"Betul, tentu saja bukan sekali, Ehmm, bocah perempuan, tahukah kau bahwa tempat ini sebetulnya merupakan tempat Ban kiam hwee menjadi besar?"

"Bukankah Sarang mereka berada di bukit Kiam bun San?"

-oooOdwOooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar