Pedang Karat Pena Beraksara Jilid 14

Jilid 14

KEDUA ORANG LELAKI berbaju biru itu mengajak mereka berdua langsung menuju ke halaman belakang, mereka baru berhenti setelah tiba di depan pintu ruangan, ujarnya sambil menjura:

"Tam huhoat sedang menanti di dalam sana, silahkan kalian berdua masuk . . ."

Kamar tersebut adalah kamar yang telah mereka gunakan selama beberapa hari ini, sambil mengangguk Wi Tiong hong mengajak Lok Khi bersama-sama masuk keruang dalam.

Diruang tamu duduk seorang lelaki berbaju hijau yang bermuka bersih, sepasang alis matanya berkenyit agaknya ada suatu masalah besar yang sedang mengganjal hatinya.

Ketika menyaksikan kedatangan kedua orang itu, dia segera bangkit berdiri dan menjura seraya berkata:

"Aku rasa saudara tentunya Wi tayhiap bukan? siaute Tam Si hoa." Buru-buru wi Tiong hong balas memberi hormat.

"Aku adalah Wi Tiong hong, dan dia adalah adik misanku Lok Khi, entah ada urusan apa saudara Tam mengundang kami kesini? ".

Sipepa baja Tam Si hoa kembali menjura kepada Lok Khi sambil berkata.

"Oooh,., kiranya Lok Lihiap. silahkan duduk silahkan duduk"

Sementara berbicara, dia telah merapatkan pintu depan dari ruangan tersebut. Wi Tiong hong melihat diluar pintu sana sudah ada dua orang lelaki berbaju biru melakukan penjagaan, maka menyaksikan Tam Si hoa merapatkan pintu ruangan, dia lantas berpikir:

"Tadi, kedua orang lelaki berbaju biru itu sudah bilang kalau ada urusan maha penting yang hendak dibicarakan kini diapun bersikap begitu serius dan berhati-hati, seakan-akan kuatir kalau pembicaraan mereka disadap orang, entah masalah apa yang hendak ia bicarakan denganku? "

Dengan penuh tanda tanya dia bersama Lok Khi segera mengambil tempat duduk..

Pelan-pelan Tam Si hoa membalikkan badannya, tiba-tiba dengan wajah yang amat menghormat dia menjura kepada Wi Tiong-hong dalam-dalam, lalu serunya lirih. “Hamba Tam Si-hoa menjumpai pangcu "

"Pangcu?” Suatu sebutan yang amat aneh dan sama sekali diluar dugaan, Wi Tiong-hong tertegun.

Begitu pula dengan Lok Khi, dia turut tertegun.

Kedua orang itu hampir saja mencurigai telinga sendiri yang mungkin salah mendengar, tapi dihadapan mereka masih terlihat jelas Tam Si-hoa, pelindung hukum dari berkumpulan Thipit-pang sedang menjura bangkit berdiri.

Dengan gugup Wi Tiong hong berkelit kesamping, kemudian sambil mengawasi Tam Si hoa, serunya dengan terperanjat :

"Saudare Tam, mungkin kau telah salah melihat orang." Masih berada dalam posisi menjura, Tam Si hoa berkata:

"Mulai dari sekarang, Witayhiap adalan pangcu dari perkumpulan Thi pit pang kami."

Benar-benar suatu peristiwa yang sangat aneh dan sama sekali diluar dugaan siapa saja. "Saudara Tam, kau tak boleh berbuat demikian" seru Wi Tiong hong cepat, "sebenarnya ada urusan apakah yang hendak kau bicarakan denganku? "

Pelan-pelan Tam Si hoa meluruskan badan-nya, lalu menjawab dengan hormat sekali.

"Pangcu kami yang lalu telah meninggalkan pesan terakhirnya yang menetapkan bahwa jabatan pangcu selanjutnya akan diwariskan kepada Wi tayhiap. kini hamba datang kemari untuk melaksanakan perintah tersebut."

Wi Tiong-hong semakin keheranan, berbagai kecurigaan segera berkecamuk dalam benak-nya, dia tak tahu apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi?

Lok Khi sendiripun sangat keheranan setelah termenung sebentar, diapun bertanya dingin "Jadi Ting ci-kang telah tewas? " sekilas rasa sedih dan murung segera menghiasi wajah Tam Si hoa, sahutnya lirih:

"Perkataan lihiap memang benar, Ting pang cu telah terbunuh..." "Kapan terbunuh nya? " seru Wi Tiong-hong setelah tertegun

beberapa saat lamanya.

"Kemungkinan pada tiga hari berselang, hanya belum bisa dipastikan secara tepat."

Wi Tiong-hong adalah seorang pemuda yang jujur dan polos, walaupun persahabatannya dengan Ting ci kang dinodai oleh sebatang Lou bun si, namun bagaimana pun jua persahabatan tersebut pernah berlangsung .

Maka setelah mendengar tentang berita kematiannya, dia menjadi turut berduka, segera tanyanya:

"Ting toako mati dibunuh siapa? "

"Diatas kepala Ting pangcu tampak bekas pukulan beracun, mayatnya ditemukan di Sik jin-tian, hamba dan Ku huhoat mendapat kabar dan menyusul ke sana, paling tidak Ting pangcu sudah kedapatan mati selama dua hari, siapakah pembunuhnya hingga kini masih belum diketahui."

"Aaaah .. . lagi lagi di sik jin tian, kalau ada peristiwa pasti terjadi ditempat itu, sesungguhnya hal ini karena suatu kebetulan saja? Ataukan ada orang yang sengaja mengatur begini? "

Wi Tiong-hong hanya berpikir dalam hati kecilnya, sementara mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.

Kembali Tam Si hoa berkata:

"Sebelum menemui ajalnya, tampaknya Ting pangcu sudah merasa kalau dia bakal ketimpa musibah tersebut dalam saku bajunya telah di simpan surat yang berisikan pesan terakhirnya.”

“Aaaaah, masa iya? "

Dengan wajah sangat berduka Tam Si hoa menundukkan kepalanya rendah-rendah, ujarnya.

"Yang di tinggalkan adalah surat berdarah ia bilang, seandainya dia sampai tertimpa musibah maka lencana pena baja harus diserahkan kepada Wi tayhiap."

"Lencana pena baja yang harus aku simpan menurut keinginan Ting toako itu sesungguhnya benda macam apa? "

"Lencana pena baja adalah barang pengenal dari ketua perkumpulan Thi pit pang, jadi sesungguhnya Ting pangcu berpesan agar Witay hiaplah yang menjabat kedudukan pangcu tersebut."

"Tapi menurut surat berdarah yang ditinggalkan Ting toako, bukankah dia hanya menyuruh aku menyimpankan lencana pena baja tersebut? Dia toh tidak menyuruh aku menjadi ketua dari Thi pit pang."

"Wi tayhiap hanya tahu satu tak tahu dua, bagi perkumpulan kami, barang siapa memegang lencana pena baja tersebut dialah pangcu kami, sekarang Ting pangcu meminta kepada Wi tayhiap."

Tiba-tiba Lok Khi tertawa dingin, jengeknya sambil melengos: "Ting ci kang telah menotok jalan darah kematianmu, sayang usahanya itu gagal total, mana mungkin menjelang kematiannya ia masih teringat lagi denganmu? Huuh, siapa sih yang tertarik dengan kedudukannya sebagai seorang pangcu itu. Engkoh Hong, lebih baik kita pergi saja dari sini..."

Mendongkol juga hati Tam Si hoa setelah mendengar ejekan dari Lok Khi tersebut, namun memandang diatas wajah Wi Tiong hong ia merasa kurang baik untuk mendamprat gadis tersebut, maka sambil memandang anak muda itu katanya:

"Sekarang Ku Huhoat masih menanti diruang Sik jin tian, hamba sengaja datang kemari untuk menantikan tayhiap. Wi tayhiap. kendatipun kau sama sekali tidak memandang sebelah mata pun terhadap perkumpulan Thi pit pang, paling tidak kau harus memandang pada dalam persahabatanmu dengan Ting pangcu dulu, ikutlah kami menuju ke Sikjin tian" sebelum Wi Tiong hong, sempat menjawab sambil mendengus Lok Khi telah menukas: "Kakak misanku sama sekali tidak mempunyai hubungan apa apa dengan Ting ci kang"

Ucapan mana kontan saja membuat Tam Si hoa jadi serba salah dibuatnya, untuk sesaat dia menjadi tertegun.

Menurut pesan terakhir Ting pangcu, dia menunjuk adik angkatnya Wi Tiong hong untuk meneruskan jabatan sebagai ketua Thi pit pang akan tetapi kalau didengar dari nada pembicaraan Lok Khi, nampaknya antara Wi Tiong hong dengan Ting pangcu telah terjadi suatu kesalah pahaman yang amat mendalam, bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? "

Setelah mendehem pelan, dia lantas berkata: "Mungkin Wi tayhiap telah menaruh salah paham terhadap Ting pangcu, tapi kini Ting pangcu telah terbunuh.."

"Salah paham? Hmm, kejadian ini sudah bukan disebut salah paham lagi..." dengus Lok Khi, "hampir saja selembar nyawa kakak misanku melayang ditangan Ting ci kang, hmm tahukah kau apa sebabnya Ting ci kang terbunuh? " "Apakah lihiap tahu? " dengan mata terbelalak dan tubuh bergetar keras, Tam Si hoa ber-seru.

"Tentu saja aku tahu, beritahu kepadamu pun tak menjadi soal, empat hari berselang tanpa disengaja kakak misanku telah mendapatkan Lou bun si, dengan riang gembira ia menceritakan kejadian tersebut kepada Ting ci kang, kejadiannya dirumah penginapan ini juga . siapa tahu Ting ci kang kemaruk harta, mendadak ia turun tangan keji dan menotok jalan darah kematian di tubuh kakak misanku kemudian tergesa gesa ia melarikan diri lewat jendela, mungkin akhirnya peristiwa tersebut ketahuan orang lain, maka dia pun di bunuh orang di Sik jin tian."

"Sudah lama sekali siaute mengikuti pangcu, siaute amat memahami watak Ting pangcu, ia adalah seorang yang setia kawan berjiwa besar, sampai matipun siaute tak akan percaya dengan perkataanmu itu."

Lok Khi segera mendengus dingin.

"Memangnya aku sengaja mengarang cerita bohong untuk menipumu? Terus terang kuberi tahukan kepadamu sewaktu kakak misanku menanggungnya keluar dari tangan Ban kiam hwe, padahal dia sudah tertipu, sebab sejak semula dia sudah tergabung dengan pihak Ban kiam hwee."

"Ting pangcu adalah seorang lelaki sejati, dia gagah dan perkasa tak nanti dia akan bertekuk lutut terhadap orang-orang Ban kiam hwee"

"Huuh mau percaya atau tidak terserah kepadamu sendiri, toh bagaimana pun juga diantara kita memang tak ada sangkutpautnya." seru Lok Khi kemudian sambil mencibir.

Walaupun perkenalan WiTiong-hong dengan Ting ci-kang belum berlangsung lama, namun Ting ci-kang telah memberikan kesan yang mendalam sekali baginya, dia selalu merasa sahabatnya itu berjiwa besar, gagah, setia kawan dan bijaksana, maka ia merasa tercengang juga sewaktu sahabatnya itu tiba-tiba turun tangan keji kepadanya. Kini, setelah mendengar perdebatan dari ke dua orang ini. tanpa terasa timbul kembali kecurigaan di dalam hatinya.

Terbayang kembali di dalam benaknya sikap Ting toakonya semenjak dibebaskan dari Sekapan orang orang Ban kiam hwee, pada waktu itu juga dalam hati kecilnya telah muncul suatu perasaan yang Sukar dilukiskan dengan kata-kata.

Ia selalu merasa baik dalam tingkah laku maupun dalam sikap berbicara Ting toakonya ini terdapat banyak sekali perbedaan kalau dibandingkan dengan sikapnya sewaktu mereka berkenalan untuk pertama kalinya.

Waktu itu ia tidak terlalu memperhatikan akan gejala tersebut, tapi setelah dibayangkan kembali sekarang, ia merasa hal itu benar- benar mencurigakan sekali. Berpikir demikian, dia lantas berkata kepada Lok Khi: "Adikku, mari kita ke Sikjin tian "

Mendengar nada suara pemuda itu amat tegas, tanpa terasa Lok Khi berpaling dan memandang sekejap kearahnya.

"Apakah kau hendak memeriksa luka beracun apakah yang diderita Ting ci kang, kemudian membalaskan dendam baginya? "

"Aku telah teringat akan suatu hal yang sangat penting, sekarang juga aku hendak membuktikannya.”

“Kau teringat akan soal apa? "

ooodowooo

"SAMPAI detik ini aku hanya menduga-duga saja, sesampainya disana segala sesuatunya baru akan menjadi jelas" ucap Wi Tiong hong.

Lok Khi segera teringat pula dengan perintah gurunya yang menitahkan kepadanya untuk mendatargi Kiam bun san dan minta kembali Lou bun si yang berhasil dirampas orang-orang Ban kiam hwee itu. Tapi kini, Ting ci king ditemukan tewas di tengah jalan, itu berarti pena Lou bun si telah dilarikan orang dan Kiam bun san tak perlu dikunjungi lagi.

Sekarang engkoh Hongnya bersikeras hendak menuju ke Sikjin tian, siapa tahu dari situ dia akan berhasil mendapatkan berita tentang Lou bun si tersebut?

Tatkala Tam Si hoa mendengar Wi Tiong-hong tersedia untuk pergi kesana, dengan cepat ia perintahkan orang untuk menyiapkan kuda.

Mereka bertiga segera berangkat meninggalkan rumah penginapan itu dan membedal kudanya menuju keluar kota, kurang lebih setengah jam kemudian sampailah mereka di Sik jin tian-Kuil kecil yang dihari hari masa sama sekali tak berpenghUni itu, kini sudah dipenuhi oleh puluhan orang lelaki berpakaian ringkas warna biru yang menggembol golok, sekilas pandangan segera diketahui kalau mereka adalah anggota Thi pit pang.

Pada pinggang mereka semua melilit seutas ikat pinggang berwarna putih, tentu saja hal ini melambangkan duka cita mereka atas kematian ketuanya..

Baru saja ketiga ekor kuda itu mendekati orang orang itu menyingkir kesamping sambil membungkukkan badan memberi hormat, sikapnya menghormat sekali.

Kuda berhenti dimuka kuil, belum lagi Wi Tiong hong turun dari kudanya, dari dalam kuil telah memburu keluar seorang lelaki berperawakan tinggi besar. Lelaki itu langsung memburu kedepan kuda dan menjura sambil berkata pelan: "Hamba Ku Tiang sun menjumpai pangcu "

"Wi tayhiap. dia adalah Ku huhoat" buru buru Tam Si hoa menerangkan.

Buru-buru wi Tiong hong melompat turun dari kudanya sambil balas membalas memberi hormat. “Harap saudara Ku jangan banyak adat, siau te telah datang memenuhi undangan, bila ada persoalan mari kita bicarakan didalam saja".

Sementara berbicara, sepasang matanya mengawasi wajah orang itu lekat-lekat.

Ternyata dia adalah seorang lelaki yang tinggi besar, alis matanya tebal, matanya besar dan berwajah gagah, tidak malu kalau dijuluki orang sebagai Makhluk bertandUk tunggal.

Menyusul kemudian Tam Si hoa perkenalkan Lok Khi, Ku Tiang tun pun berbasa basi sebentar sebelum menghantar Wi Tiong-hong berdua memasuki ruang kuil.

Sie-jin-tian sesungguhnya adalah sebuah kuil kecil dikaki bukit, saat itu ditengah ruangan membujur sebuah peti mati berwarna hitam, di depannya diatur sebuah meja altar dengan sesaji buah buahan, bunga dan dupa.

Ternyata kembali hubungan persahabatannya dengan Ting ci kang, setelah melihat peti mati itu, Wi Tiong hong menjadi sedih, hingga titik air mata jatuh bercukuran. Ia segera maju kedepan layon dan memberi hormat beberapa kali dengan perasaan tulus. Lok Khi berdiri di belakangnya berlagak seakan akan tidak melihat.

Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang sun sekalian menanti hingga Wi Tiong-hong selesai membeli hormat baru serunya sembari menjura:

"Silahkan pangcu beristirahat dulu, hamba masih ada urusan yang hendak dibicarakan" Sambil berkata, ia persilahkan pemuda itu menuju ke ruangan sebelah kiri..

Ternyata disini telah tersedia beberapa buah kursi dan sebuah meja kecil dengan beberapa cawan air teh.

Ketika Wi Tiong hong mendengar orang itu berulang kali menyebut dirinya sebagai "pangpcu", tanpa terasa keningnya segera berkerut, katanya sembari menjura. "saudara Ku, harap kau jangan menggunakan istilah pangcu lagi untuk memanggilku, siaute tak berani menerimanya"

Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang-siu agak tertegun, lalu ujarnya.

"Tapi ini atas permintaan terakhir dari Ting pangcu, kami semua pun mendukung atas keputusan tersebut, harap pangcu jangan menampik lagi . . . "

Wi Tiong-hong tertawa. "Siaute belum lama terjun ke dalam dunia persilatan, pengalaman serta pengetahuanku masih sangat cetek. bagaimana mungkin aku dapat memikul jabatan yang begini berat? Disamping itu, adapun kedatangan siaute kemari hanya ingin membuktikan beberapa persoalan yang mencurigakan hatiku, bila saudara Ku menyebutku lagi dengan panggilan itu, terpaksa siaute harus mohon diri".

Tam si hoa diam-diam mengerling sekejap kearah Makhluk bertanduk tunggal memberi tanda, lalu katanya:

"Saudara Ku, harap kau ambil keluar surat wasiat dari Ting pangcu dan perlihatkan kepada Wi tayhiap. kemudian segala sesuatunya baru dirundingkan lagi."

Selesai berkata ia lantas mempersilahkan kedua orang itu duduk di kursi dalam ruang sebelah kiri, kemudian mengambilkan dua cawan air teh dan diletakkan didepan kedua orang itu.

Buru buru Wi Tiong hong bang kit sambil mengucapkan terima kasih, sementara itu Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang tun lelah mengambil keluar sebuah bungkusan kuning dari atas altar, lalu dengan wajah serius membawa bungkusan tersebut kedepan wi Tiong-hong, kemudian setelah membuka bungkusan kuning itu, dia mengeluarkan sebuah kotak kayu dan diserahkan kepada Tam Si hoa.

Dengan wajah serius pula Tam Si hoa menerima kotak tadi dan membukanya, setelah itu dia baru mempersembahkannya ke hadapan wi Tiong hong, ujarnya dengan sikap hormat. "Wi tayhiap. inilah surat darah tulisan Ting-pangcu serta lencana pena baja yang di serahkan kepada tayhiap untuk menyimpannya, silahkan tayhiap periksa."

Melihat kedua orang pelindung hukum itu satu berdiri disebelah kiri yang lain berdiri disebelah kanan dengan sikap yang serius dan menghormat, buru-buru pemuda itu berdiri dan siap menerima pemberian tersebut.

Mendadak terdengar Lok Khi mendengus dingin, lalu berteriak keras.

"Engkoh Hong, jangan kau terima, mereka sedang melakukan upacara penyerahan tanda pengenal pangcu kepadamu "

Wi Tiong-hong menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, sambil mengangkat kepalanya dia segera berseru:

"Saudara Tam, saadara Ku, jabatan pangcu dari perkumpulan kalian ini tak berani siaute terima"

Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang-sun segera berpaling kearah Tam Si-hoa, lalu katanya:

"Kami hanya melaksanakan pesan terakhir dari Ting pangcu, harap Wi Tayhiap jangan menampik lagi. bila kau tak mau menerimanya terpaksa kami hanya bisa membubarkan perkumpulan ini."

"Sekalipun wi tayhiap keberatan untuk memangku jabatan ini, tapi sebelum meninggal Ting pangcu telah menitipkan perkumpulan kami kepadamu, bagaimanapun jua Wi tayhiap toh tak bisa membiarkan perkumpulan kami..."

Sebelum Tam Si-hoa menyelesaikan kata-katanya, dengan tegas Wi Tiong hong telah menukas:

"Dalam hal ini sulit rasanya bagi siaute untuk mengabulkan-"

Dengan agak sedih Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang sun berbisik: "Saudara Tam . . ." Sambil memegang kotak kayu itu, Tam Si hoa mendehem pelan, baru berkata:

"Kalau toh Wi tayhiap bersikeras enggan menerimanya. siaute mempunyai suatu cara yang lebih baik lagi untuk mengatasi persoalan ini, entah bagaimana menurut pendapat Wi tayhiap? "

“Harap saudara Tam berbacara." Tam Si hoa memandang sekejap rekannya si Makhluk bertanduk tunggal, katanya:

"Yang ditolak oleh Wi tayhiap apakah jabatan dalam perkumpulan kami ini...? "

"Benar, siaute baru terjun kedunia persilatan, aku tak berani memikul tanggung jawab sebagai seorang ketua, disamping itu siaute pribadi masih mempunyai banyak persoalan yang belum terselesaikan, harap kalian berdua sudi memaafkan."

Tam Si hoa langsung mengerti, setelah termenung sejenak. lalu ujarnya:

"Barusan siaute dengar dari pembicaraan Lok lihiap yang mengatakan bahwa antara Wi tayhiap dengan Ting pangcu agaknya sudah terjadi kesalahan pahaman, kini Ting pangcu sudah tiada Wi tayhiap sebagai enghiong, seorang bijaksana sejati tentunya tak akan mempersoalkan lagi tentang kesalahan paham itu bukan? Benarkah pendapat siaute ini? "

Wi Tiong-hong segera manggut-manggut "Ucapan saudara Tam memang benar, peristiwa itu memang sudah tidak siaute pikirkan."

"Saudara Tam" tiba-tiba Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang sun menimbrung dari samping, "sebenarnya kesalahan paham apakah yang telah terjadi antara Ting pangcu dengan Wi tayhiap? "

Tam Si hoa mengerdipkan matanya berulang kali ke arah rekannya, kemudian berkata lebih lanjut.

"Nah itulah dia, bagaimanapun juga Ting pangcu dan wi tayhiap adalah sahabat karib yang melebihi hubungan saudara, bagi umat persilatan kesetiaan kawan adalah hal yang nomor satu, sekarang Ting pangcu telah menyerahkan lencana pena baja serta keutuhan perkumpulan Thi pit pang kepada Wi tayhiap, sekalipun Wi tayhiap enggan menerima jabatan sebagai pangcu dari perkumpulan kami, tapi rasanya kalau cuma menyimpankan saja lencana baja tersebut bukan sesuatu yang memberatkan hati tayhiap bukan? "

"Tentang soal ini. . ." tidak menunggu anak muda itu menyelesaikan perkataannya, Tam Si hoa segera menyambung kembali kata-katanya sambil tertawa:

"oleh karena itu, menurut pendapat siaute lebih baik kita laksanakan seperti apa yang di tulis Ting pangcu dalam surat wasiatnya saja, harap Wi tayhiap suka menerima lencana pena baja ini dan menyimpankan untuk sementara waktu, anggaplah kau menyimpankan benda itu demi perkumpulan kami, entah bagai manakah menurut pendapat Wi tayhiap? "

Mendengar sampai disitu, si Makhluk bertanduk tunggal pun segera memahami maksud tujuan Tam Si-hoa, diapun tidak turut menimbrung di dalam pembicaraan tersebut. Wi Tiong-hong ragu- ragu sejenak, akhirnya diapun mengangguk "Baik, siaute bersedia menyimpankan benda itu untuk sementara waktu. ."

"Engkoh Hong" Lok Khi segera menimbrung. "lencana pena baja adalah barang yang paling berharga dari perkumpulan mereka, benda itu merupakan benda pengenal dari pangcu mereka, bagaimana mungkin kau bisa menyimpan buat mereka? "

"Aku tak lebih hanya menyimpankan bagi mereka untuk sementara waktu, menanti mereka sudah mengambil keputusan untuk memilih pangcu yang baru, maka kewajibanku untuk menyimpankan benda itupun akan berakhir."

“Huuuh, kau memang sukanya mencampuri urusan orang lain " omel Lok Khi sambil cemberut.

Sementara itu Tam Si-hoa sedang mengangguk tiada hentinya sambil berkata. "Benar, benar, siaute memang bermaksud demikian." Berbicara sampai disitu, dia lantas melanjutkan. "Kalau toh Wi tayhiap telah mengabulkan harap kau menerima kembali benda tersebut." Sambil berkata, dia mengangsurkan kotak kayu tersebut ke tangan wi Tiong-hong.

oleh karena persoalan sudah menjadi jelas, maka Wi Tiong-hong pun menerima pemberian tersebut, katanya kemudian:

"Saudara Tam, saudara Ku, silahkan duduk dan mari kita berbincang."

Tam si-hoa berpaling kearah Ku Tiang sun kemudian tersenyum, mereka berdua segera duduk ditempat masing-masing.

Wi Tiong hong meletakan kotak kayu itu keatas meja, terlihat olehnya benda yang berada dalam kotak itu adalah sebatang pena besi yang panjangnya delapan inci dan besarnya se ibu jari, pada ujung pena terukir empat huruf yang berbunyi: "THI-PIT-LENG GI"

Membaca tulisan itu. wi Tiong hong merasa keheranan, pikirnya: "Seharusnya tulisan yang dicantumkan disitu adalah Thi pit leng.

mengapa dibawah tulisan tersebut harus ditambah pula dengan sebuah huruf Gi..?" Sementara ia masih termenung Tam Si hoa telah berkata sambil tertawa:

"Pena baja ini sebenarnya merupakan senjata andalan dari lo pangcu perkumpulan kami, dimasa lalu lopangcu pernah memang ku jabatan seorang Leng gi (camat) dikota Tong kwau itulah sebabnya senjata andalannya dinamakan Thi pit leng gi, setelah lo pangcu wafat, perkumpulan kami pun mempergunakan pena itu, sebagai tanda kekuasaan bagi pangcu dengan menyebutnya sebagai lencana pena baja”

“Oooooh., kiranya begitu."

Dia lantas mengambil pena baja itu sembari berkata lagi.

"Untuk sementara waktu pena ini akan siau te simpan, semoga saja kalian bisa cepat-cepat memilih pangcu baru hingga pena inipun bisa secepatnya kukembalikan kepada kalian." Berbicara sampai disitu, dia lantas menyimpan pena baja itu kedalam sakunya.

Terasa olehnya meskipena baja tersebut amat kecil akan tetapi bobotnya justru jauh lebih berat dari pada senjata lain yang seukuran dengan benda itu, malah boleh dibilang bobotnya satu kali lipat lebih berat. Melihat itu, kembali dia berpikir:

"Sebagai senjata andalan dari Thipit tin-kan kun (pena baja yang menenteramkan Jagad) Tau pek li, kemungkinan besar pena ini dibuat dari bahan baja asli, tak heran kalau bobotnya amat berat."

Karena itu dia pun tidak memperhatikannya lebih jauh.

Dibawah pena baja tadi terlihat sebuah lipatan kain berwarna hijau, diatas kain itu tertera beberapa huruf yang ditulis dengan darah.

Jelas kalian itu berasal dari robekan pakaian yang dikenakan Ting ci-kang pada waktu itu. Maka diambilnya lipatan kain tadi, kemudian dibaca isinya, terbaca olehnya tulisan tersebut berbunyi demikian- "Bila aku menemui Celaka, serahkan lencana pena baja ini kepada adikku Wi Tiong-hong, tertanda ci-kang".

Agaknya tulisan itu dibuat dengan goresan jari tangan, hurufnya awut-awutan dan darah yang dibuat menulis pun tebal tipisnya tak menentu, namun kegagahannya masih terpancar dari balik tulisan sana, persis seperti watak yang sebenarnya dari Ting ci kang.

Membaca beberapa huruf yang tertera di atas kain itu, tanpa terasa Wi Tiong hong teringat kembali akan kegagahan dari Ting ci kang dimasa lalu, bersama itu juga dia terbayang kembali senyum licik diperlihatkan Ting ci kang sewaktu hendak menotok jalan darah kematiannya pada malam itu.

Tanpa terasa sambil mendongakkan kepala, dia berpikir. "Mungkinkah bukan dia? "

Tam Si hoa dan Ku Tiang-siu yang menyakslkan anak muda ini mendongakkan kepalanya sambil termangu-mangu setelah membaca tulisan berdarah itu, seperti lagi mengenangkan kembali sahabat karibnya itu untuk sesaat, merekapun merasa tak baik untuk mengganggu. Lewat sesaat kemudian, mendadak Wi Tiong hong berseru keras: "Saudara Tam, saudara Ku. . ."

"Wi tayhiap ada petunjuk apa? " kedua orang itu berseru bersama.

"Apakah kalian berdua mengenali tulisan berdarah yang tertulis diatas robekan kain ini adalah tulisan tangan dari Ting toako? "

Tam Si hoa agak tertegun, lalu sahutnya:

"Tak bakal salah, siaute dapat mengenali gaya tulisan dari Ting pangcu dalam sekali pandangan saja"

Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang sun turut manggut-manggut pula sambil menjawab.

"Walaupun tulisan dari Ting pangcu tak bisa dibilang baik, tapi gaya tulisannya memancarkan suatu sikap yang gagah dan mentereng orang lain tak mungkin bisa menirukan gaya tulisannya itu."

"Kalau memang tulisan darahnya benar, maka bagaimana dengan jenasahnya? " tanya Wi Tiong-hong lagi, "apakah kalian berdua telah melihat jelas bahwa mayat itu adalah mayat dari Ting toako pribadi? "

Mendapat pertanyaan tersebut, Tam Si hoa maupun makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang sun sama-sama merasakan hatinya bergetar keras, setelah termangu beberapa saat, Tam Si hoa baru berkata:

"Apakah Wi tayhiap mencurigai orang yang telah tewas ini bukan Ting pangcu yang sesungguhnya? "

"Hal ini mustahil bisa terjadi" sambung Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiangsun cepat, "perawakan maupun raut wajah Ting pangcu sangat kami kenali, bagaimana mungkin hal ini bisa mengelabuhi kami berdua? " Tam Si hoa termenung sebentar, tiba-tiba dia berkata lagi: "Saudara Ku, persoalan ini memang agak mencurigakan? "

"Saudara Tam, maksudmu wajah Ting pangcu yang telah membengkak itu..." Ku Tiang sun jelas amat terkejut. Tam Si-hoa manggut-manggut.

"Raut wajah yang telah membengkak membuat orang sukar untuk membedakan asli tidaknya orang itu. bila Wi tayhiap tidak bertanya, tentu saja siaute tak akan berpikir sampai ke situ, tapi setelah mendengar pertanyaan dari Wi tayhiap. siaute baru merasa bahwa di balik semua peristiwa ini sesungguhnya terdapat hal-hal yang amat mencurigakan-"

"Luka Ting pangcu berada dikepala bagian belakang, namun tengkorak kepalanya masih utuh, dia mati karena keracunan, mukanya membengkak besar sekali, tapi kalau berbicara dari soal perawakan maupun bentuk wajahnya memang mirip sekali dengan wajah Ting pangcu yang sebenarnya, jika dibilang dia bukan Ting pangcu, mengapa pula dia bisa memiliki perawakan maupun bentuk wajah yang serupa? "

"Justru disinilah letak ketidak pahaman siaute..." sambung Tam Si-hoa cepat.

Berbicara sampai disitu, mendadak ia berpaling ke arah Wi Tiong- hong, kemudian tanyanya:

"Aku tahu, Wi tayhiap bisa bertanya demikian karena kau menaruh curiga terhadap kasus pembunuhan itu, bolehkah aku mengetahui pendapatmu? "

"Sesungguhnya persahabatan siaute dengan Ting toko belum berlangsung lama, tapi kalau dipikirkan kembali dengan seksama, dalam waktu yang relatip singkat ini rasanya.."

Kembali pemuda itu membungkam. Dengan agak emosi Tam Si hoa berseru.

"Wi tayhiap. silahkan kau utarakan dengan sejelas-jelasnya . ." "Aku hanya mengemukakan kemungkinan-kemungkinan saja, bila siaute mengenang kembali kejadian dimasa lalu, agaknya tanpa sengaja dia telah memperlihatkan beberapa tindakan yang mencurigakan sekali, seandainya aku tidak membaca surat berdarah yang ditinggalkan Ting toako barusan, tak mungkin siau te akan merasa curiga"

"Sebenarnya persoalan apa yang menimbulkan kecurigaan Wi tayhiap.. .? " desak Ku Tiang-sun.

"Siaute merasa seperti bertemu dengan dua orang Ting toako "

Perkataan itu ibaratnya dua buah martil berat yang menghantam dada Tam Si hoa dan Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang Sun, tubuh mereka nampak bergetar keras, serunya hampir berbareng:

"Benarkah telah terjadi peristiwa semacam ini? " Lok Khi pun ikut berseru dengan mata ter-belalak:

"Engkoh Hong, mengapa aku tak pernah mendengar kau berkata demikian .? "

-oodwoo-

"Dahulu, aku belum pernah berpikir sampai sini, tapi setelah kudengar saudara Tam dan saudara Ku semuanya mengatakan kalau Ting toako adalah seorang enghlong seorang lelaki sejati yang berjiwa besar, maka aku lantas mengenang kembali kejadian dikala kami berkenalan, ia memang seorang yang gagah dan berjiwa besar, tapi kemudian aku merasa seakan-akan telah bertemu dengan orang lain, bila kubandingkan mereka satu sama lainnya maka segera kutemukan beberapa persoalan yang mencurigakan-"

"Persoalan ini harus dibicarakan mulai dari pihak Ban kiam hwee membebaskan toako, sebagaimana diketahui sejak kecil aku dibesarkan oleh seorang paman, hingga kini riwayat hidupku masih merupakan tanda tanya besar, bahkan siapakah pamanku ini pun tidak kuketahui. Persoalan ini sudah diketahui Ting toako sejak kami berkenalan, sebab aku pernah menceritakan hal ini kepadanya, tapi setelah dia dibebaskan oleh pihak Ban kiam hwee ternyata ia bertanya lagi kepadaku, siapakah pamanku ini? Padahal dia tahu kalau Siu lo cin leng adalah barang peninggalan pamanku, tapi dia bertanya pula kepadaku sekitar asal usulnya."

Dari balik mata Tam Si hoa, tanyanya tiba-tiba: "Masih ada yang lain, Wi tayhiap? "

"Masih ada satu hal lagi, perkenalanku yang pertama dengan Ting toako terjadi diatas loteng rumah makan Hwepia lo waktu itu, mendadak ia berkata begini kepadaku."Hwepia lo adalah rumah makan yang paling ternama dikota ini, sayur dan araknya baik, mari kita kemari saja." Padahal kami baru dua tiga hari berpisah, mustahil kalau dia lupa bahwa loteng Hwe pia lo adalah tempat kita berkenalan."

"Aaah. tak salah lagi kalau begitu" Mahluk bertanduk tunggal segera berseru. "Apakah waktu itu Wi tayhiap tidak berpikir sampai kesitu? " tanya Tam Si hoa pula.

"Tidak" Wi Tiong hong menggeleng setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan: "Masih ada satu hal lagi, kedatanganku dan Ting toako di kuil sikjin tian adalah dikarenakan Ting toako telah menyanggupi pihak Bu-tong pay untuk menyelidiki sebab kematian orang-orang Ban lipiaukiok, disekitar kuil Sikjin tian dimana sebatangpena baja milik Ting toako juga ditemukan disana, ketika itu Ting toako telah menyanggupi paling cepat tiga bulan, paling lama setahun untuk mencari tahu perbuatan siapakah pembunuhan tersebut dan memberi pertanggungan jawabnya kepada pihak Butong pay."

"oleh karena itulah Ting toako datang ke-kuil Sikjin tian guna melakukan penyelidiki, jadi kedatangannya kesitu bukan untuk mencari Lou bun si. Tapi kemudian dia justru mendesak aku terus menerus untuk memberitahukan kepadanya, apa saja yang pernah dia katakan kepadaku, Hmmm. bayangkan saja, apa yang pernah dia katakan sendiri. masa ditanyakan kepadaku? Bahkan kalau didengar dari nada pembicaraannya, tampaknya dia seperti menaruh perhatian yang besar sekali tentang Lou-bun si tersebut.

Tam Si hoa manggut-manggut tiada hentinya lalu bertanya: "Masih ada yang lain? "

"Beberapa persoalan yang siaute katakan sekarang, kalau dipikirkan kembali kini telah berubah menjadi hal hal yang mencurigakan terutama sekali disaat kutemukan Lou bun si secara tidak sengaja pada malam itu, mendadak saja ia turun tangan keji kepadaku, bukan saja wajahnya memperlihatkan rasa bangga, bahkan senyuman licik yang menghiasi wajahnya tak mungkin bisa muncul diatas wajah seorang lelaki yang berjiwa gagah dan bijaksana."

Mahluk bertanduk tunggal Ku Tiangsun segera berpaling kearah Tam Si hoa sambil berkata:

"Kalau begitu, pasti ada orang yang telah menyaru sebagai Ting pangcu."

"Ketika siaute membaca surat berdarah ini, seolah-olah aku telah bertemu lagi dengan Ting toako, aku dapat merasakan dalam setiap patah kara tersebut semuanya mencerminkan sifat gagah diri Ting toako, bahkan sampai menjelang ajalnya dia masih tetap menganggap diri ku sebagai adik angkatnya."

Suaranya kedengaran agak sesenggukan lanjutnya lebih jauh: "Seandainya dia adalah orang yang merampas Lou bun si dari

tanganku dan menotok jalan darah kematianku, sudah pasti ia sudah tidak mempunyai perasaan persaudaraan lagi denganku, mustahil dia akan menyebutku sebagai adik angkatnya, diapun tak mungkin akan menyerahkan lencana pena bajanya kepadaku, oleh sebab itu siaute lantas menduga kalau di antara seluruh kejadian tersebut sudah pasti telah muncul seorang gadungan."

"Kalau begitu, Ting pangcu yang telah meninggal sekarang belum tentu adalah Ting pangcu yang asli? " kata Tiang-sun.

Tam Si hoa termenung dan berpikir sebentar, kemudian katanya: "Kemungkinan juga yang mati ini bukan-.. Ting pangcu, orang itu berhasil merampas Lou bun si dan tangan wi tayhiap. mungkin karena takut ada orang mencarinya, maka dia baru berlagak seakan-akan Ting pangcu telah mati terbunuh, sementara ia sendiri memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri."

"Tidak benar," bantah Ku Tiang sun, "orang ini berwajah mirip dengan Ting pangcu, kemungkinan juga setelah berhasil merampas Lou bun si, dia kena dikejar orang dan terbunuh ditengah jalan. Tapi, dimanakah Ting pangcu yang asli? "

Lok Khi yang selama ini membungkam, tak tahan segera menimbrung:

"Seandainya orang menyaru sebagai Ting-ci kang, maka orang itu sudah pasti anak buah Ban kiam hwe, pada hakekatnya Ban kiam-hwee belum pernah melepaskan Ting ci kang dari kurungan mereka, atau mungkin juga ia sudah tewas ditangan orang-orang Ban kiam-hwee, lantaran mereka tak dapat menyerahkan orang yang diminta, terpaksa dikirimlah seseorang sebagai Ting ci kang gadungan, Meringkus lagi anak buahnya untuk membunuh Ting ci kang gadungan agar rahasianya tak pernah terbongkar."

Melotot besar sepasang mata Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang-sun setelah mendengar perkataan itu, ditatapnya wajah Tam Si hoa dengan sinar mata tajam, kemudian katanya:

"Saudara Tam, apa yang dikatakan Lok Iihiap ini ada benarnya juga . . "

"Bagian muka dari mayat Ting pangcu berada dalam keadaan membengkak, memang sulit rasanya untuk membedakan apakah dia yang asli atau yang gadungan. . ." kata Tam Si hoa.

Berbicara sampai disitu, mendadak dia mengalihkan sinar matanya ke wajah Ku Tiang sun, kemudian tanyanya lagi:

"Saudara Ku. masih ingatkah kau diatas tubuh Ting pangcu terdapat ciri apa? " "Apakah saudara Tam ingin membuka peti dan memeriksa mayat? " seru Ku Tiang sun terkejut.

"Yaaa, kecuali membuka peti dan memeriksa mayat, rasanya tiada cara yang lebih baik lagi buat kita, sekarang kita harus meyakinkan lebih dahulu orang ini sesungguhnya Ting pangcu asli atau bukan, kemudian baru menyusun rencana berikutnya."

"Perkataan saudara Tam memang benar, siau tejadi teringat kembali dengan kasus pembunuhan tanpa kepala yang terjadi di desa kita tempo hari. . . "

Tam Si-hoa manggut manggut "Siaute masih ingat, perbuatan itu adalah hasil karya dari orang-orang Huan yang pang, Ting pangcu harus turun tangan sendiri mengejar sampai di wilayah Kang sau sebelum berhasil membekuk orang itu, bahkan bahunya pernah termakan sebatang paku cu bu-ting dan melukai otot serta tulangnya, yaaa, diatas bahunya memang terdapat sebuah codet sebagai ciri khasnya..."

Berbicara sampai disitu, dia lantas membalikkan badan dan berjalan menghampiri peti mati itu.

"Saudara Tam, tunggu sebentar" tiba-tiba Ku Tiang sun berseru.

Kemudian dengan suatu gerakan cepat dia menyelinap ke depan pintu, kepada orang orang yang berada diluar ruangan, bentaknya.

"Entah siapa pun, sebelum mendapat ijinku dilarang memasuki ruangan ini ..." Para anggota Thi pit pang yang berada di-luar pintu bersama-sama mengiakan. Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang siu segera merapatkan kembali pintu ruangan. Wi Tiong hong dan Lok Khi ikut beranjak dan mendekati peti mati tersebut.

Tam Si hoa tidak banyak berbicara lagi, dia berjalan kedepan peti mati, mengerahkan tenaga dalamnya pada lengan kanan kemudian mencengkeram penutup mati mati itu dan diangkatnya keatas.

"Kraaks” penutup peti mati itu segera terbuka. Wi Tiong hong menundukkan kepalanya, orang yang berbaring tenang dalam peti mati itu bila bukan Ting ci kang lantas siapa?

Bukan saja bentuk tubuhnya serupa bahkan sangat dikenal olehnya, sekali pun wajahnya sudah membengkak akibat terhajar pukulan beracun hingga warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, namun raut wajahnya masih mencerminkan wajah Ting ci kang yang sebenarnya tak mungkin bisa salah.

Tanpa terasa bisiknya pada Lok Khi: "Adikku, coba kau perhatikan.. benarkah dia pribadi? "

Lho Khi berkerut kening, lalu menjawab pula lirih:

"Sulit untuk dikatakan, dari toako aku pernah mendengar kalau dalam dunia persilatan terdapat semacam ilmu menyaru muka yang bisa merubah seorang persis seperti lainnya. tak usah memakai obat khusus tapi dicucipun tak akan hilang."

Sementara dia masih berbicara, Si Pena baja Tam See-hoa telah merobek baju bagian bahu kiri yang dikenakan Ting ci-kang, ternyata di atas bahu itu benar-benar terdapat sebuah codet.

si Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang sun segera menjadi amat sedih, serunya tertahan:

"ooooh, Ting pangcu, ternyata orang yang terbunuh benar-benar adalah Ting pangcu."

Setelah terbukti kalau orang yang tewas adalah Ting toako nya, Wi Tiong hong turut merasa kan hatinya menjadi kecut, tanpa terasa titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.

Ketika Thipoan Tam See hoa melihat luka codet dibahu Ting ci kang, mula-mula diapun nampak tertegun, tapi kemudian sambil tertawa dingin ia maju selangkah kedepan, lalu dengan cepat menyambar kaki kanan Ting ci kang, melepaskan sepatunya dan merobek kaos kakinya setelah dirobek, mendadak dia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, Wi Tiong hong menjadi tertegun. Sebelum anak mudaim sempat mengucapkan sesuatu, dengan melototkan matanya bulat-bulat si Mahluk bertanduk tunggal Ku Tiang sun telah menegur keras: "Saudara Tam, apakah kau berhasil menemukan sesuatu? "

Hawa amarah telah menyelimuti seluruh wajah Thipoan Tam Si hoa, dengan sorot mata berkilat teriaknya keras-keras: "orang ini bukan Ting pangcu"

Sekujur tubuh Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang sun gemetar keras, buru-buru tanya nya dengan cemas: "Lantas siapa kah dia? "

"Kalau bukan Ting pangcu, tentu saja dia adalah orang yang telah merampas pena mestika Lou bun si dari tangan Wi tayhiap"

"Saudara Tam dari hal apa kau bisa mengetahui kalau orang ini bukan Ting pangcu?" Thipoan Tam See hoa menjengek dingin.

"Setelah bangsat ini ingin menyaru yang persis, tentu saja dia tak akan tidak memperhatikan hal hal yang terkecil dalam mensukseskan penyaruannya, bekas codet dibahu Ting pangcu telah diketahui setiap orang, hal tersebut sudah bukan termasuk suatu rahasia lagi."

"Tapi dengan mata kepala sendiri siaute pernah menyaksikan kalau dikaki kanan Ting pang cu terdapat sebuah tahi lalat hitam, coba kalau dia tidak membuka sepatunya secara kebetulan, siapapun tak akan menyangka sampai kesitu, tapi justru disinilah titik kelemahannya berhasil diketahui."

"Kalau dia bukan Ting pangcu, mengapa lencana pena baja dan surat wasiat darah itu asli? " tanya Maknluk bertanduk tunggal Ku Tiang sun dengan perasaan terkesiap.

"Apa yang dikatakan Lok Lihiap tadi benar, mungkin Ting pangcu sudah menemui bahaya, tapi kemungkinan juga dia masih berada di tangan orang-orang Ban kiam hwee"

Mendadak terdengar suara gelak tertawa nyaring berkumandang memecahkan keheningan lalu seseorang berseru: "Akhirnya berhasil dibuktikan juga " Empat orang yang berada dalam ruangan sama-sama merasa amat terperanjat, buru-buru mereka mendongakkan kepalanya sambil mengalihkan perhatiannya kearah mana asalnya suara itu.

Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, dari belakang dua buah patung batu melayang turun seorang kakek gemuk pendek yang berjubah kedodoran.

"Siapa kan kau?" Mahkluk bertanduk tunggal Ku Tiang san segera membentak nyaring.

Thipoan Tam See noa juga bergerak mundur dengan gerakan cepat lalu berjaga jaga di depan pintu gerbang, dengan cepat tangan kanannya meloloskan sepasang senjata Poan-koan pitnya sambil bersiap siaga, bentaknya keras keras:

"Saudara Ku, hari ini kita tak boleh melepaskan orang itu dengan begitu saja"

Kakek gemuk pendek itu tersenyum.

"Lohu hanya ingin membuktikan orang yang telah tewas ini Ting ci kang yang sesungguhnya atau bukan? Kini sudah terbukti bukan, tentu saja lohupun tak ingin bermusuhan dengan kalian, ayo cepat menyingkir dari situ. . ."

Thipoan Tam See hoa tertawa dingin.

"Jika saudara adalah anggota dunia persilatan, artinya kau juga tahu bukan menyadap pembicaraan orang lain merupakan pantangan yang paling besar, kau tahu bagaimana harus menghukum diri atas dosa yang telah dilakukan."

Kakek gemuk pendek itu tetap tersenyum.

"Selamanya lohu pergi datang sekehendak hati sendiri, perduli amat dengan soal hukuman atau tidak"

“Heeh . . . heeh . . heeh . . bila saudara merasa berkepandaian tinggi, silahkan saja mencoba untuk menerjang keluar dari hadapan kami " Kembali kakek pendek itu tertawa hambar.

"Belum ada seorang manusiapun didunia ini yang sanggup menahan lohu disuatu tempat." Seraya berkata dia lantas berjalan maju ke depan.

Wi Tiong-hong mengenali kakek ini sebagai si kakek yang muncul di rumah penginapan tempo hari dan bertanya kepadanya apakah Ting ci-kang adalah anggota Ban kiam-hwee.

Waktu itu, dia pernah menyaksikan kelihayan gerakan tubuhnya, ilmu silat yang dimiliki kakek itu memang lihay sekali, dia masih ingat Lok Khi pernah bilang kalau dia berhasil melatih ilmu khikang pelindung badan-Karena menguatirkan keselamatan Thi-poan Tam See hoa dan tahu kalau orang itu bukan tandingan si kakek, tanpa terasa dia maju mendekat dengan langkah pelan.

Lok Khi pun merasa kurang puas setelah kena dipukul mundur selangkah oleh si kakek tempo hari, pikirnya:

"Baik atau buruk. hari ini aku harus bertarung melawannya."

Tampak olehnya dalam kuil kecil tersebut tiada jalan keluar lain kecuali pintu gerbang, maka setelah dilihatnya engkoh Hongnya menuju kearah Thipoan cepat-cepat dia menyusul dari belakang.

Si kakek gemuk pendek itu masih tetap mengelus jenggot sambil tersenyum, selangkah demi selangkah dia masih melanjutkan langkahnya menuju kearah Thipoan Tam See hoa.

Merasa lawannya semakin mendekat, Thi-poan Tam See-hoa mengangkat lengan kanannya dan menyodorkan mata pena poan koan-pitnya kedepan, lalu bentaknya keras-keras.

"Bila saudara berani maju selangkah lagi, jangan salahkan jika senjata aku orang she Tam tidak bermata "

Kakek gemuk pendek itu masih berlagak acuh tak acuh, bahkan sama sekali tidak memandang sekejap matapun. dia masih tetap melanjutkan perjalanannya menuju kearah pintu, pada hakekatnya sama sekali tidak menggubris ancaman lawan-Thipoan Tam See hoa tertawa dingin, hawa murninya diam-diam disalurkan keluar, pergelangan tangannya digetarkan menciptakan selapis bayangan pena, kemudian mengurung seluruh tubuh kakek gemuk pendek itu.

Serangan tersebut dilancarkan amat cepat dengan jurus serangan yang keji dan ganas, beberapa titik cahaya tajam dengan cepat menyelimuti sejauh beberapa depa.

Padahal selisih jarak kedua belah pihak dekat sekali, begitu pena baja itu melepaskan serangan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, untuk berkelit kembali dari ancaman bayangan pena lawan, rasanya hal itu bukan satu hal yang gampang.

Akan tetapi si kakek gemuk pendek itu masih berlagak acuh, seakan-akan sama sekali tidak melihat ancaman itu, senyuman masih menghiasi wajahnya, sambil mengelus jenggot dia menggerakan tangan lainnya.

Dengan cepat muncul segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat menyambar ke depan dan langsung menghambat gerak maju pena dari Thi-poan Tam See hoa.

Dengan cepat Thipoan Tam See hoa merasakan datangnya segulung tenaga hisapan yang kuat sekaii menghisap senjata Poan koan pit di tangannya hingga sama sekali tak bergerak. jangankan dipakai untuk melukai orang, sekalipun ingin digerakan pun bukan sesuatu yang gampang, tanpa terasa ia menjadi terperanjat sekali.

Lok Khi mendengus dingin, serunya: "itulah hasil permainan setan dari hawa khi kang pelindung badan, bukan terhitung suatu kepandaian yang kelewat mengejutkan hati manusia. "

Dengan cepat dia menggerakkan serangannya melepaskan sebuah pukulan ke tubuh si kakek, Kakek gemuk pendek itu memandang sekejap ke arahnya, lalu serunya sambil tertawa “Hei bocah perempuan, rupanya kau mengenakan topeng kulit manusia untuk menutup wajah aslimu."

Dia bergerak ke samping menghindarkan diri dari serangan Lok Khi, kemudian dengan suatu gerakan yang manis melesat lewat persis dari sisi tubuh si Pena baja Tam See hoa. Gerakan tubuh yang dipergunakan oleh kakek itu sungguh lihay dan hebat, tampak dia menggerakkan sedikit tubuhnya dan tahu-tahu ia sudah sampai didepan pintu gerbang dan membuka pintu.

Melihat kakek itu hendak membuka pintu untuk menerobos keluar, Wi Tiong hong segera melompat ke depan dan menerjang ke arahnya, sementara itu Lok Khi yang gagal menyerang telah membalikkan tubuhnya dengan cepat, kemudian menyerobot di depan wi Tiong hong langsung menerjang kearah kakek itu.

Telapak tangan kirinya secepat kilat diayunkan ke muka, sementara tangan kanannya merogoh ke dalam saku mengeluarkan segumpal bola perak.

"criiing . : ." serentetan Cahaya pelangi berwarna perak telah menegang keras dalam bentuk sebilah pedang, sebuah bacokan kilat langsung dilontarkan.

Menghadapi bacokan yang datang, kakek gemuk pendek itu menyingkir kesebelah kanan melepaskan diri dari bacokan mata pedang, kemudian tangan kanannya menyambar ke muka tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangan kiri Lok Khi.

cengkeraman tersebut dilancarkan dengan keCepatan luar bjasa, hal ini memaksa Lok Khi mau tak mau harus bergeser dua depa ke samping untuk meloloskan diri dari ancaman. Menggunakan kesempatan itu si kakek gemuk pendek itu maju selangkah ke depan mendesak ke samping tubuh Wi Tiong-hong.

Pada waktu itu Wi Tiong hong sudah menyadari kalau orang ini memiliki ilmu silat yang amat lihay, maka sewaktu menyaksikan dia menerjang ke arahnya secara tiba-tiba, dia segera mengayunkan telapak tangannya siap melepaskan bacokan-Tapi disaat si kakek gemuk pendek itu mendekati sisi tubuhnya itulah, mendadak terdengar dia berbisik:

"Bocah cilik, cepat berhenti, lohu hendak memberitahukan satu rahasia kepadamu." Sementara Wi Tiong hong masih tertegun, pedang lembeknya diputar sambil melancarkan serangan dengan gerakan aneh, selapis cahaya pedang segera berhamburan kemana-mana seperti hujan gerimis, bertitik-titik cahaya tajam langsung mengurung seluruh badan kakek pendek gemuk itu dan mengancam kedelapan belas buah jalan darah pentingnya.

Kakek gemuk pendek itu menerobos maju ke depan, lalu menyembunyikan diri di belakang punggung Wi Tiong hong, buru- buru bentaknya keras:

"Bocah cilik, mengapa kau tidak segera menyuruh adik misanmu menghentikan serangan? "

Wi Tiong hong tidak tahu rahasia apakah yang hendak dia sampaikan kepadanya, terpaksa serunya.

"Adikku, tunggu dulu"

Lok Khi agak tertegun, benar juga , dia segera menghentikan gerakan pedangnya, kemudian sambil mendongakkan kepala tanyanya. "Engkoh Hong, ada urusan apa? "

Kakek gemuk pendek yang bersembunyi di-belakang tubuh wi Tiong hong segera berbisik lirih:

"Bocah cilik, cepat kau suruh mereka mengundurkan diri dari situ, rahasia yang hendak kusampaikan kepadamu tak boleh sampai diketahui oleh mereka."

Wi Tiong hong manggut-manggut kepada Lok Khi diapun berseru: "Adikku, mundurlah beberapa langkah lebih dulu."

Lok Khi gelisah sekali, dia menegur:

"Engkoh Hong, apakah kau telah dikuasahi oleh bajingan tua itu?

"

Kakek gemuk pendek itu segera melongokkan kepalanya dari sisi

tubuh wi Tiong hong kemudian jengeknya : “Huuh, bocah perempuan, tidak yang besar tidak yang kecil, kau anggap makian bajingan tua boleh sembarangan muncul dari mulutmu? "

Sementara itu Wi Tiong hong telah berkata kepada Lok Khi: "Tidak, aku  hanya ingin berbincang sebentar dengannya, dia

minta kau mundur beberapa langkah lebih dulu"

Dengan perasaan setengah percaya setengah tidak Lok Khi segera mundur beberapa langkah ke belakang.

Kembali Kakek gemuk pendek itu berkata. "coba kaupun suruh orang she Tam dan orang she Ku ini mundur beberapa langkah"

"Sebenarnya kau ada urusan apa?" tanya Wi Tiong-hong sambil berpaling ke belakang

"Persoalan yanp hendak lohu sampaikan menyangkut masalah rahasia besar, mau didengar atau tidak terserah kepada dirimu sendiri." bisik kakek gemuk pendek ini lirih.

Terpaksa Wi Tiong-hong harus mendongak kan kepalanya seraya berkata: "Saudara Tam, saudara Ku, bagaimana jika kalianpun turut mundur berapa langkah? "

Berhubung lencana pena baja sudah berada ditangan Wi Tiong hong, maka sipena baja Tam See-hoa maupun si Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiong-sun telah menganggap dia sebagai wakil pangcu, mendengar perkataan tersebut tanpa terasa mereka mengundurkan diri ke belakang.

Setelah itu, Wi Tiong hong baru membalikkan tubuhnya seraya berkata lagi: "Lotiang, kalau ingin menyampaikan sesuatu sekarang boleh kau sampaikan."

Kakek gemuk pendek itu tersenyum kepadanya, kemudian bertanya: "Bukankah lencana pena baja dari perkumpulan Thi pit pang berada ditanganmu? "

"Benar lencana pena baja memang berada disakuku" Kakek gemuk pendek itu segera manggut-manggut.

"Bagus sekali, sekarang bukalah pintu gerbang dan hantarlah lohu pergi dari sini"

Kontan saja Wi Tiong hong tertawa dingin, “Hanya beberapa patah kata inikah yang hendak lotiang sampaikan kepadaku.? " serunya.

Sekulum senyuman yang ramah dan lembut seperti selalu menghiasi wajah sikakek gemuk pendek itu, dia memandang sekejap kearah Wi Tiong hong, kemudian serunya dengan nada tak senang.

"Kau anggap lohu sedang membohongi? Padahal jika lohu benar- benar pingin pergi, dengan mengandalkan kemampuan kalian beberapa orang, siapapun tak akan sanggup menahanku aku rasa kaupasti mempercayai akan kenyataan tersebut bukan? "

Teringat akan gerakan tubuhnya yang liehay dan ilmu silatnya yang tinggi, tanpa terasa Wi Tiong hong mengangguk. "Yaaa, mungkin saja benar" katanya.

"Kalau mungkin benar, berarti mungkin juga tidak benar?" jengek si kakek gemuk pendek itu sambil mendesis. "bocah kecil, kau anggap kepandaian silatmu mampu menahan lohu? Hehehehe... lohu tidak ada waktu untuk berbicara lagi dengaamu, ayo cepat bukakan pintu gerbang dan antar lohu keluar dari pintu, lohu cuma ada sepatah kata saja, selesai sampaikan lantas akan pergi, bila tidak percaya lohupun tak akan berbicara, tapi lohu tetap akan pergi dari sini, coba lihat saja apakah kalian sanggup menghalangi diriku atau tidak? "

"Kalau toh lotiang menganggap kami tak sanggup menghalangi dirimu, buat apa kau minta kepadaku untuk membuka pintu dan mengantar kau keluar dari sini? "

"Suata pertanyaan yang bagus sekali." kakek gemuk pendek itu mengelus jenggotnya sambil tertawa, "pertama dengan kedudukan lohu sekarang, setelah datang, sudah Sepantasnya kalau kepergianku diantar orang secara hormat, kini lencana pena baja berada ditanganmu, paling tidak kedudukanmu sekarang adalah wakil ketua dari perkumpulan Thi-pit-pang, bila kau yang diminta menghantar lohu keluar dari sini, tentu saja hal ini paling tepat."

Wi Tiong hong diam-diam merasa geli sesudah mendengar perkaraan itu, pikirnya.

"Kakek ini benar-benar aneh sekali, rupanya dia suruh aku yang menghantarnya keluar karena dia ingin meninggikan derajat sendiri."

Terdengar kakek gemuk pendek itu berkata lebih jauh:

"Kedua, bila kau yang meng antar lohu keluar, setibanya didepan pintu nanti dan selesai lohu menyampaikan rahasia tersebut, kau bisa segera membalikkan badan sambil menurunkan perintah bagi dirimu, bisa menghadang sendiri didepan pintu gerbang, tentu saja hal ini paling baik."

Makin didengar Wi Tiong hong merasa semakin keheranan, belum sempat ia berbicara kembalisi kakek gemuk pendek itu berkata lebih jauh: "Lohu telah selesai berbicara, dan sekarang pun boleh segera membuka pintu."

Wi Tiong hong memandang sekejap ke arahnya, akhirnya diapun manggut-manggut. "Baik. aku mempercayai lotiang."

Dengan wajah gembira kakek gemuk pendek itu berseru:

"Tak kusangka kau si bocah masih mempunyai pandangan mata yang cukup tajam." Wi Tiong hong segera membalikkan tubuh dan membuka pintu gerbang tersebut.

Dengan langkah lebar kakek gemuk pendek itu mengikuti di belakang Wi Tiong hong dan berjalan keluar dari situ.

Lok Khi yang menyaksikan kejadian tersebut segera berteriak: "Engkoh Hong, sebenarnya apa saja yang telah kau bicarakan

dengannya? Mengapa dia kau lepas? " “Hei, siapa bilang lohu dilepas olehnya? Adalah dia yang sedang menghantar lohu dengan hormat." bantah si kakek cepat.

Dengan cepat Lok Khi melompat kemuka dan menyerobot ke hadapannya, ia berteriak keras.

"Engkoh Hong, jangan sampai tertipu oleh akal muslihatnya? " "Adikku jangan bertindak kurang hormat" tegur Wi Tiong hong

cepat.

Kemudian sambil mementang pintu gerbangnya lebar-lebar, dia berkata dengan lembut:

"Silahkan lotiang "

Kakek gemuk pendek itu berpaling sambil tertawa, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia melangkah keluar dari pintu gerbang.

Tapi begitu melangkah keluar, mendadak ia berpaling kemudian bisiknya disisi telinga Wi Tiong hong:

"Dibelakang patung area tersembunyi seseorang "

Sementara Wi Tiong hong merasa terkejut, kakek gemuk pendek itu sudah melesat pergi. Tapi, pada saat itu juga kembali ia mendengar bisikan yang lirih dan lembut:

"Jangan lupa, Tutup pintu gerbang, keluarkan rencana pena bajamu dan perintahkan kepada orang she Tam untuk membawa keluar orang itu, kejadian selanjutnya lihat saja menurut perkembangan selanjutnya "

Wi Tiong hong tidak tahu siapakah orang yang bersembunyi dibelakang patung area tersebut, maka sesudah mendengar perkataan tersebut, segera timbul kecurigaan dalam hati kecilnya.

Menyaksikan kakek gemuk gemuk itu semakin menjauh, Lok Khi menjadi mendongkol sekali, tak tahan segera teriaknya:

"Engkoh Hong, sebenarnya apa yang telah ia sampaikan kepadamu? " Walaupun Thipoan Tam See hoa dan Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiangsun tidak mengucapkan sepatah katapun, dalam hati kecil mereka pun sama-sama merasa keheranan, sementara itu mereka berdua juga turut keluar dari ruangan.

Mendadak Ku Tiang sun berseru tertahan lalu ujarnya. "Saudara Tam, temanilah dulu Wi tayhiap. siaute akan pergi sebentar."

Selesai berkata, dia lantas beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut.

Wi Tiong hong masih teringat dengan pesan si kakek gemuk pendek yang memintanya " jangan lupa menutup pintu gerbang", maka ketika dilihatnya si Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang sun pergi secara terburu-buru, hatinya segera tergerak. buru-buru serunya: "Ku heng, harap tunggu sejenak."

Waktu itu si Makluk bertanduk tunggal sudah berada sejauh tujuh delapan langkah, mendengar teguran itu diapun berhenti, tanyanya. "Wi tayhiap. ada urusan apa? "

Walaupun pengalaman Wi Tiong hong dalam dunia persilatan masih cetek. namun dalam dalam soal ilmu sifat dia tak bodoh, dalam sekilas pandangan saja ia dapat melihat kalau sepasang telapak tangan Ku Tiang sun berhenti persis didepan matanya, jelas dia menaruh perasaan was-was terhadap dirinya, kenyataan mana membuat hatinya semakin punya penghitungan sendiri.

Buru buru dia tersenyum, kemudian katanya sambil menjura: "Saudaraku,   aku   masih   ada   urusan   penting   yang   harus

diselesaikan, karena itu setelah menyampaikan beberapa patah kata

nanti akan segera pergi, aku harap saudara Tam dan saudara Ku bersedia masuk dulu untuk membicarakan beberapa masalah penting."

Mendengar perkataan tersebut, tahulah si makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang sun bahwa dia mau tak mau harus balik dulu. Maka semua orangpun masuk kembali kedalam ruang Sikjin tian, Wi Tiong hong segera membalikkan badan sambil mengunci pintu gerbang rapat-rapat.

Makhluk, bertanduk tunggal Ku Tiang sun nampak gelisah sekali, dengan tidak sabar dia menegur:

"Wi tayhiap. persoalan apakah yang hendak dibicarakan? Harap segera disampaikan."

"Saudara Ku. paling tidak kita harus persilahkan Wi tayhiap untuk duduk lebih dulu sebelum berbicara." tegur Tam See hoa cepat.

Wi Tiong hong membalikkan badan dengan berdiri membelakangi pintu, lalu ujarnya: "Tak usah, berbicara dalam keadaan begini pun sama saja."

Dari gerak gerik engkoh Hongnya, Lok Khi sudah merasa ada sesuatu yang tak beres, dia merasa keheranan sekali, segera tegurnya: "sebenarnya apa sih yang diucapkan kakek itu kepadamu? "

Wi Tiong-hong tidak menjawab melainkan sambil mendongakkan kepala ujarnya kepada Tam See-hoa:

"Saudara Tam, pergilah ke belakang patung area itu dan gusur keluar orang yang bersembunyi di sana "

Ucapan itu munculnya sangat mendadak dan sama sekali diluar dugaan siapa pun, ternyata di belakang patung area tersembunyi seseorang suatu kejadian yang sama sekali tak terduga oleh siapa pun.

Paras muka si Makhluk bertanduk tunggal Ku Tiang-sun berubah hebat setelah mendengar perkataan itu.

Seluruh tubuh si Pena baja Tam See hoa juga bergetar keras karena tercengang bercampur kaget.

Terutama Lok Khi, dia sampai membelalakkan matanya lebar lebar dengan muIut melongo. Tam See hoa segera mengiakan dan berangkat ke belakang patung area yang dimaksudkan. Berkilat sepasang mata Ku Tiang sun, dengan wajah terkejut mendadak ia membentak keras: "Siapakah disitu? Berani benar bersembunyi di belakang sana? "

Sambil berseru dia memutar badannya kencang-kencang, tiga gulung cahaya biru serentak meluncur kedepan, satu menyerang dada Wi-Tiong hong, yang satu lagi menyerang jalan darah Tay yang hiat dikening Lok Khi (gadis itu berdiri agak miring) dan senjata rahasia ketiga mengancam punggung Tam See hoa.

Ketiga titik cahaya biru meluncur kedepan tanpa menimbulkan sedikit suara pun, kecepatannya bagaikan sambaran kilat sukar di ikuti dengan pandangan mata.

Siapa sangka Wi Tiong hong justru sudah memperhatikan hal ini semenjak tadi, baru saja cahaya biru menyambar lewat, sambil tertawa nyaring dia sudah mengayunkan telapak tangannya melancarkan sebuah pukulan amat dahsyat.

-oooDWooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar