Pedang Karat Pena Beraksara Jilid 12

Jilid 12

GADIS yang berada dibelakangnya mendengus dingin, lalu berseru:

“Hm, kau masih menyebutnya sebagai Ting Toako? orang lain sudah menotok jalan darah kematianmu, sedari tadipun sudah kabur, hm...tapi ia tak bakal teriepas, sekarang kau jangan banyak bicara dahulu"

Sementara pembicaraan sedang beriangsung Wi Tiong-hong merasa pelan-pelan ada seseorang sedang menempelkan telapak tangannya keatas jalan darah Leng tay hiat diatas ulu hatinya, berbareng itu juga muncul segulung hawa hangat yang menembus jalan darahnya dan menerobos masuk ke dalam tubuhnya.

Dia segera menurut dan memusatkan seluruh perhatiannya untuk mengatur pernapasan-Kurang lebih sepertanak nasi kemudian, dia telah selesai mengatur pernapasannya, terasa gadis itu menarik kembali telapak tangannya sembari berkata:

"Sudah cukup, asal kau beristirahat tiga lima hari lagi maka segala sesuatunya akan pulih kembali menjadi sedia kala, sekarang aku akan menyusul untuk mengambil kembali benda milikmu itu "

Begitu selesai berkata, tampak sesosok bayangan manusia yang kecil mungil menyelinap lewat dari sisi tubuhnya dan melayang keluar lewat jendela belakang, Buru buru Wi Tiong-hong melompat bangun sambil berteriak: "Nona, harap tunggu sebentar "

Waktu itu, sebenarnya bayangan kecil mungil tadi sudah berada didepan jendela, mendadak ia berhenti dan berpaling seraya berkata. "Aku hendak mengejar Ting ci-kang"

Menanti dia berpaling, Wi Tiong hong baru dapat melihat jelas kalau nona yang telah menyelamatkan jiwanya ialah nona bermuka jelek yang pernah dijumpai sewaktu berada ditempat tinggal Hengsan gi su tempo hari.

Tanpa terasa dia menjadi tertegun, buru-buru katanya sembari menjura. "Sudah dua kali nona menyelamatkan jiwaku, untuk itu aku merasa berterima kasih sekali, aku harap nona jangan melakukan pengejaran. "

"Mengapa? Masa kau biarkan barang milikmu itu dirampas olehnya dengan begitu saja? "

Wi Tiong hong baru pertama kali ini terjun ke dalam dunia persilatan, sejak berkenalan dengan Ting ci kang, dia selalu menganggapnya sebagai seorang sahabat sejati.

Siapa sangka hanya dlkarenakan sebatang pena kemala, sahabat yang dianggapnya sebagai saudara sendiri itu begitu tega untuk turun tangan keji terhadap dirinya, dari sini dapat diketahui kalau manusia dalam dunia persilatan sukar diduga hatinya, tahu orang nya, tahu wajahnya belum tentu mengetahui hatinya.

Berpikir sampai disini, dia menjadi murung, sambil menggelengkan kepalanya, katanya lirih.

"Pena kemala itu yang kudapatkan tanpa sengaja, sekalipun diperoleh kembali juga tak akan bermanfaat bagiku, kalau toh sudah diambil olehnya, biarkan saja dia ambil, memang akulah yang telah salah memilih teman, tapi dengan bekal pengalaman ini aku berharap dikemudian hari peristiwa semacam ini tak akan terulang kembali."

Gadis bermuka jelek itu tertawa Cekikikan. "Waah, kau memang seorang yang berjiwa besar Lou bun si merupakan benda mestika dari dunia persilatan setiap orang berharap bisa memperoleh mestika tersebut, betulkah kau sudah tidak mau lagi? "

"Sekalipun pena beraksara Lou bun si merupakan benda mestika yang tiada taranya di dunia ini namun benda mana tak lebih hanya merupakan benda sampingan. Bagi diriku, yang paling berharga di dunia ini adalah suatu persahabatan, orang kuno bilang: Bila mempunyai seorang teman yang sehati, sekalipun harus mati juga tak perlu menyesal "

Sebetulnya perkataan itu diutarakan oleh Wi Tiong-hong karena selama ini dia selalu menganggap Ting cikang sebagai toakonya, akan tetapi Ting cikang telah menghianati persahabatan itu hanya dikarenakan sebuah benda sampingan, karena kesal maka ucapan mana baru diutarakan-Siapa tahu ucapan tersebut disalah tafsirkan oleh si nona berwajah jelek itu, meski mukanya tidak berobah menjadi merah, namun telinganya justeru berubah menjadi merah padam.

Selang sejenak kemudian, gadis bermuka jelek itu baru berkata lagi dengan bibir dicibirkan, "Aku sudah lama mengetahui kalau orang she Ting itu bukan manusia baik-baik, tentunya kau belum mengetahui bukan kalau secara diam-diam ia telah bersekongkol dengan pihak Ban kiam hwee? Hm, siapa suruh kau enggan mendengarkan nasehatku dan cepat-cepat tinggalkan kota Sang sau ini."

Tampaknya ia seperti merasa sudah terlanjur membuka rahasia, untuk dibatalkan perkataan itu tak sempat lagi.

Sebaliknya ketika Wi Tiong hong mendengar kalau dia pernah menasehati kepadanya agar segera meninggalkan kota sang-siau, tanpa terasa terbayang kembali kejadian yang dialami sewaktu berada dalam rumah penginapan, dimana dia menemukan sepucuk surat dan orang yang memasukkan gulungan kertas kedalam sakunya ketika dia disenggol orang di mulut pintu gerbang kota. Tatkala dia membayangkan kembali bayangan tubuh kecil kurus yang pernah diingatnya terasa olehnya kalau lamat-lamat bayangan tubuh itu memang mirip sekali dengan gadis ini. Tanpa terasa dia mendongakkan kepalanya memandang gadis bermuka jelek itu katanya: "Jadi nona yang dua kali meninggalkan surat peringatan kepadaku."

Ketika sepasang mata si nona jelek yang amat jeli itu saling membentur dengan mata Wi Tiong-hong, tiba-tiba saja dia melengos ke samping, kemudian sambil tertawa katanya:

"Asal kau sudah tahu yaa sudahIah." suaranya amat merdu disertai tiga bagian sifat manja, sayang wajahnya kelewat jelek sehingga senyumnya itu kurang sepandan untuk dinikmati.

Wi Tiong hong segera menjura dalam-dalam kemudian katanya: "Nona berulang kali memperingatkan kepadaku agar berhati-hati,

kebaikan hatimu itu sungguh membuat aku merasa berterima kasih

sekali."

Tampaknya lantaran pihak lawan berwajah kelewat jelek. maka dia menjadi lebih leluasa untuk berbicara.

Gadis bermuka jelek itu segera tertawa cekikikan, "Aaah, lagi lagi soal berterima kasih" serunya, "justru karena aku ingin berterima kasih kepadamu, maka berulang kali aku memberi peringatan kepadamu."

Wi Tiong hong menjadi termangu-mangu. Terdengar gadis berwajah jelek itu berkata lagi:

"Padahal aku menasehatimu karena kulihat kau adalah seorang pemuda yang baru terjun kedalam dunia persilatan, sebab itu aku menganjurkan kepadamu agar cepat-cepat meninggalkan dunia persilatan, daripada mendatang kati kesulitan dikemudian hari."

Berbicara sampai disitu, dari luar jendela sana sudah terdengar suara ayam berkokok, buru-buru katanya: “Hari sudah hampir terang, keadaan lukamu kini belum begitu sembuh, cepatlah atur pernapasanmu, akupun harus segera pergi meninggalkan tempat ini."

Mendengar gadis itu hendak pergi, teringat pula kalau orang telah menolongnya berulang kali, dia merasa berkewajiban untuk menanyakan nama penolongnya ini. Sambil mengangkat kepala dia lantas katanya "Nona, berulang kalijiwaku telah kau selamatkan, bila mana nona tidak berkeberatan, bolehkah aku mengetahui siapa nama nona? "

Walaupun nona itu berwajah jelek. tapi toh seorang gadis muda, maka setelah mengucapkan perkataan itu, merah padam selembar wajahnya karena jengah. Gadis berwajah jelek itu pun nampak jengah, telinganya nampak berubah merah padam, agak tersipu katanya. "Besok saja akan kuberitahukan kepadamu, sekarang aku akan pergi dahulu,"

Sepasang kakinya segera menjejak tanah dan secepat kilat menyelinap keluar dari kamar itu.

Dengan wajah termangu-mangu Wi Tiong-hong memandang gadis itu hingga lenyap dari pandangan mata, meskipun gadisini berajah jelek. sesungguhnya mempunyai hati yang suci dan bersih.

Lama sekali anak muda itu termangu-mangu akhirnya naik kembali diatas pembaringan dan melanjutkan latihannya untuk mengatur pernapasan dan menyembuhkan luka yang dideritanya.

Tapi sayangnya, walaupun dia telah berusaha keras untuk menghilangkan pelbagai pikiran yang berkecamuk dalam benaknya, namun apa yang dijumpainya selama ini satu per satu melintas dalam benaknya.

Terutama sekali akan tindakannya yang bermaksud baik untuk menyampaikan pesan yang dititipkan Tok Hay-ji kepada nya, tetapi diam-diam ia telah meracuni dirinya dengan maksud untuk membinasakan dirinya. Pemuda berbaju biru itu sama sekali tidak kenal dengan dia, bahkan boleh dibuang mereka tak punya ikatan dendam atau sakit hati apa pun, tapi nyatanya dia telah menyembunyikan jarum beracun dari balik telapak tangannya.

Selama ini Ting ci kang selalu dianggap sebagai toakonya, tapipada akhirnya toh memperlihatkan juga wajahnya yang menyeringai dengan turun tangan keji untuk menotok jalan darah kematiannya.

Dan akhirnya bayangan tubuh si nona berbaju hijau yang menghantar obat pemunah baginya segera muncul di dalam benaknya, kemudian muncul pula bayang tubuh dari sigadis jelek berbibir tebal tadi, kesemuanya itu membuat dia tak bisa tenangkan hati.

Dengan susah payah akhirnya pelbagai pikiran itu berhasil disingkirkan dari benaknya, sementara hari terang tanah.

Setelah menerima bantuan tenaga dalam dari sigadis berwajah jelek tadi, luka dalam yang dideritanya jauh membaik, maka begitu dia duduk bersemedi dan pikiran kalut bisa teratasi, hawa murni yang berada dalam pusarnya pelan-palan menyebar keseluruh nadi dalam tubuhnya membuat semua anggota badannya menjadi segar kembali. Tak lama kemudian, ia sudah berada dalam keadaan lupa akan segala-galanya.

Menanti dia sadar kembali dari semedinya tengah hari sudah lewat, ketika membuka mata, dia saksikan gadis berwajah jelek itu sedang duduk di atas kursi dekat jendela sambil mengawasi ke arahnya dengan sorot mata yang amat lembut, jelas nampak kalau dia menaruh perhatiannya yang amat besar terhadap keselamatannya.

Tatkala dia menjumpai Wi Tiong hong telah sadar kembali dia segera beranjak dan mendekati kedepan pembaringan kemudian ujarnya sambil tertawa: "Kau sudah mendusin? Lama benar semedi mu kali ini, sekarang hari sudah mendekati siang, aku telah mempersiapkan hidangan makan siang untukmu, hayo cepatlah bersantap "

Selain nadanya lemah lembut, sikapnya juga hangat dan amat mesra, Wi Tiong Tiong mencoba berpaling, betul juga diatas meja telah slap lima macam sayur dengan sebakul nasi putih.

Dengan wajih tertegun dia lantas bertanya. "Ncma, apakah kau sudah datang sedari tadi? "

"Dewasa ini sudah banyak jago persilatan yang berdatangan di kota Sang siau, kebanyakan jago liehay itu berdatangan karena pena beraksara Lou bun si" kata gadis berwajah buruk lirih, "apalagi Ting ci kang dan Ban kiam hwee telah bersekongkol aku kuatir ada musuh yang mencelakai dirimu bila membiarkan kau bersemedi seorang diri tanpa ada yang melindungi."

"Semalam aku berdiri terus dimuka pintu kamarmu, hingga pagi tadi baru masuk kemari, karena kulihat kau belum mendusin maka aku menyuruh pelayan untuk menyiapkan hidangan, ternyata kau belum juga sadar."

Beberapa patah kata itu, kontan saja membuat Wi Tiong-hong merasa terharu.

Sejak kecil hingga dewasa, belum pernah ada seorang anak gadis yang begitu menaruh perhatian terhadapnya, dia merasa walaupun gadis ini berwajah buruk. namun dia bersikap kelewat baik kepadanya.

Pada dasarnya dia memang seorang pemuda yang amat berperasaan tanpa sadar serunya.

"Nona, begitu baik kau kepadaku, hal ini sungguh membuat aku merasa berterima kasih"

"Sudahlah, jangan berbicara lagi" kata gadis berwajah buruk itu sambil tertawa, "aku toh tidak memberi sesuatu kepadamu, mana mungkin bisa dianggap melepaskan budi kepadamu? Kau ini memang sukanya berpikir yang bukan saja, itulah sebabnya setelah berjumpa denganmu semalam, aku selalu merasa tak tega untuk melepaskan kau dengan begitu saja."

Mendadak ia merasa ucapannya kelewat berterus terang, maka dengan cepat ia berhenti berbicara, setelah mengerdipkan matanya berulang kali, katanya.

"Sudahlah, cepat bersantap. jangan membuat kesehatan badanmu terganggu, apalagi lukamu belum sembuh, yang penting adalah menyembuhkan dahulu lukamu itu."

Berbicara sampai disitu, dia lantas berjalan menuju kemeja dan mengambilkan nasi baginya.

Wi Tiong hong segera melompat turun dari atas pembaringan, serunya dengan terharu : "Aku tak berani merepotkan nona."

Gadis bermuka jelek itu tertawa, tiba-tiba bisiknya dengan suara lirih:

"Barusan aku mengatakan pada pelayan kalau kau... kau adalah... piauko ku. sebentar jangan lupa kau memanggil aku sebagai piau-moay."

Ketika beberapa patah kata itu selesai di ucapkan, sekali lagi telinganya berubah menjadi merah.

"Bagus sekali" diam-diam Wi Tiong hong berpikir, "namanya saja belum kuketahui tapi dia sudah menjadi piaumoayku "

Tapi teringat kalau antara lelaki dan wanita ada batas-batasnya, sekalipun nona itu berwajah jelek, toh dia adalah seorang gadis muda, berada bersama didalam kamar bisa jadi akan memancing pemilik rumah penginapan. Maka segera dia manggut-manggut seraya sahutnya: "Baik, baik, aku akan mengingatnya selalu perkataan nona."

"Aaaah, lagi-lagi memanggil nona kepadaku, orang lain akan segera mengetahul kalau kita tak punya hubungan apa-apa."

"Tak punya hubungan apa-apa? " Wi Tiong hong dapat melihat, meskipun gadis itu berparas jelek, namun tak dapat menutupi kelincahannya sebagai seorang gadis remaja, dia segera tertawa. "Ucapan Piau-moay memang tepat sekali."

Justeru karena gadis itu berparas muka jelek. maka dalam perasaannya dia menjadi tak terlampau canggung.

Betapa hangatnya perasaan sinona bermuka jelek itu setelah mendengar sebutan Piaumoay tersebut bisiknya kemudian: "Piauko, nasimu sudah dingin, cepatlah bersantap "

Baru pertama kali ini dia memanggil orang dengan sebutan begitu mesra, tak heran pipinya terasa menjadi panas setelah menyebut nama "piauko" tadi, jantungnya terasa berdebar amat keras.

Wi Tiong hong yang berhasil mendapat seorang piau-moay (adik misan), hatinya gembira sekali, berbicara sesungguhnya dia sama sekali tidak merasa muak terhadap kejelekan wajahnya, bila hati seseorang baik dan mulia, apa urusannya dengan baik atau buruknya paras muka seseorang.

Sambil tersenyum dia lantas duduk dan mengambil mangkuk nasinya, tiba tiba sambil mendongakkan kepalanya dia bertanya: "Bagaimana dengan kau? Sudah bersantap? "

"Aku sudah bersantap sedari tadi, hidangan itu memang sengaja kusiapkan bagimu? "

Sambil bersantap. Wi Tiong hong lantas berkata : "Piaumoay, sekarang kau boleh. . ."

Gadis bermuka jelek itu tidak membiarkan ia berbicara lebih lanjur, sambil membereskan rambutnya yang berwarna kuning katanya sambil tertawa cekikikan:

"Aku mengerti apa yang sedang kau tanya kan, tak usah terburu- buru, jawab dahulu sebuah pertanyaanku tapi kau pun mesti menjawab dengan jujur.” “Apa yang ingin kau tanya kan kepadaku? "

Gadis bermuka jelek itu berdiri dihadapannya lalu dengan wajah serius ujarnya: "Kau harus menjawab pertanyaanku ini dengan sejujur-jujurnya." Wi Tiong hong mengangguk.

"Tanyakan saja berterus terang, asal aku tahu, pasti akan kujawab dengan sejujurnya kepadamu."

Gadis bermuka jelek itu memperhatikan wajah Wi Tiong hong sekian lama, kemudian katanya: "Baik aku ingin bertanya kepada mu, apakah wajahku terlampau jelek? "

Apa lagi yang mesti ditanyakan? Berambut kuning, bermuka penuh burik, ditambah lagi berwajah kuning tak sedap. apakah ia tak dapat bercermin wajah sendiri?

Wi Tiong hong tidak menyangka kalau dia akan mengajukan pertanyaan semacam itu, ag tertegun wajahnya sementara hati kecilnya merasa serba salah.

Gadis bermuka jelek itu memperhatikan wajahnya lekat-lekat, kemudian tegurnya lagi:

"Mengapa kau tidak berbicara? Apakah wajahku kelewat jelek sehingga kau merasa sungkan untuk mengatakannya? "

Berbicara sampai disitu, tiba-tiba ia mendengus sambil berkata: "Padahal sekalipun tidak kau katakan, aku pun tahu jika wajahku

buruk, banyak orang yang melihat aku seperti melihat siluman saja."

Wi Tiong hong tahu, bila seseorang berwajah jelek. dia pasti mempunyai perasaan rendah diri yang sangat parah, mungkin juga dia akan menjadi marah karena melihat ia tidak menjawab pertanyaannya.

"Tidak" katanya sambil mengangguk. "cantik atau jeleknya wajah seseorang bukan sesuatu yang mutlak. sebab wajah hanya merupakan suatu lahiriah saja, padahal menilai manusia bukan dari baik buruknya wajah, sebaiknya dan buruknya watak dan jiwa seseorang, nona seorang yang suci dan berhati mulia." "Aaah, lagi-lagi memanggil nona" tegur nona bermuka jelek itu sambil mendengus. “Hmm, berbicara pulang pergi, tampaknya kau masih tetap menganggap wajahku kelewat jelek"

Wi Tiong hong mempunyai niat untuk mengalah kepada gadis ini, maka terhadap sikapnya yang marah dan senang tak menentu, dia sama sekali tidak memikirkannya dihati. Mendengar perkataan itu, segera ujarnya dengan wajah bersungguh-sungguh.

"Aku sama sekali tidak bermaksud demikian berbicara yang sebenarnya, dalam dunia ini aku tak punya seorang sanak keluargapun, aku merasa amat gembira karena bisa menganggap kau sebagai adik misanku? "

"Apakah perkataanmu itu muncul dari hati yang tulus dan jujur? " tanya gadis bermuka jelek itu dengan hati gembira.

"Yaa, aku berbicara dengan sejujurnya."

"Tampaknya kau tidak seperti lagi berbohong" kata gadis itupelan, "hmm, padahal sekarang aku masih belum tahu apa yang kaupikirkan didalam hati "

Tampaknya gadis itu sedang merasa gembira sekali, tapi nampak juga agak tersipu-sipu, sementara pembicaraan berlangsung, dia sudah melengos kearah lain-Wi Tiong hong yang menyaksikan kejadian itu, diam-diam merasa kegelian, dia merasa setiap anak gadis kebanyakan suka dipuji cantik, ternyata apa yang dibuktikan sekarang memang benar, nyatanya gadis itu merasa amat gembira.

Berpikir sampai disitu, dia lantas menundukkan kepalanya dan melanjutkan acaranya makan-Mendadak gadis berwajah jelek itu tertawa cekikikan, dengan cepat dia membalikan badannya sambil berteriak:

"Piauko, coba kau perhatikan sekali lagi, benarkah wajahku amat jelek? "

Wi Tiong hong mendongakkan kepalanya, tiba-tiba saja dia merasa matanya menjadi silau, setelah itu dia berdiri tertegun umuk beberapa saat lamanya. Ternyata paras muka sinona bermuka jelek yang amat tak sedap dipandang tadi, dalam sekejap mata telah berubah menjadi cantik dengan alis mata yang tipis, mata yang jeli, hidung yang mancung dan bibir yang kecil mungil, benar-benar wajah cantik seorang bidadari dari khayangan-Tampak gadis itu menarik rambutnya yang berwarna kuning sehingga teriepas dari kepalanya, berbareng mengayunkan topeng kulit manusia tadi, ujarnya sambil tersenyum:

"Piauko, sekarang yang kau saksikan adalah paras muka asliku, tapi selama berkelana di dalam dunia persilatan, belum pernah topeng ini kulepaskan, padahal topeng ini selain bisa menghindarkan diri dari serangan racun, tidak mempan pula terhadap bacokan senjata, apa salahnya dengan wajah jelek? Toh aku bukan bermaksud untuk memamerkan mukaku untuk dilihat orang? "

Wi Tiong hong sama sekali tidak merasa terkejut ataupun keheranan, sebab dia pernah mempelajari ilmu merias muka dari paman tak diketahUi namanya itu.

cuma perubahan dari seorang gadis berparas jelek menjadi seorang gadis Cantik jelita secara tiba-tiba ini cukup membuatnya menjadi gelagapan setengah mati.

Untuk sesaat lamanya dia tak tahu apa yang mesti diucapkan, pemuda itu hanya bisa memandang paras muka sinona dengan terkesima, saking gelagapannya dia sampai membungkam dalam seribu bahasa.

Melihat pemuda itu memandang ke arahnya dengan wajah termangu, tiba-tiba paras muka gadis itu berubah menjadi merah padam karena jengah, serunya dengan perlahan-"Mengapa kau tidak berbicara lagi? Mengapa sih memperhatikan wajahku terus menerus? jika aku tahu kalau kau tidak jujur, tak akan kulepaskan topeng ini."

Sembari berkata dia segera mengenakan kembali topeng kulit manusia itu keatas wajahnya kemudian dengan cepat pula mengenakan kembali rambut palsunya, semua gerakan dilakukan dengan cepat dan cekatan-Hanya dalam waktu singkat, kembali gadis cantik itu berubah menjadi jelek. kini gadis itu berubah lagi menjadi gadis berwajah buruk..

Wi Tiong hong berseru tertahan, seperti baru bangun dari impian paras mukanya kontan saja berubah jadi merah padam, lalu serunya. "Nona..." Tapi sampai ditengah jalan, buru buru dia mengganti lagi panggilannya. "Piaumoay, kau amat cantik."

Gadis berwajah jelek itu mengerling sekejap kearahnya, kemudian sambil menutupi mulut sendiri dan tertawa katanya:

"cepatlah bersantap. jangan nona, piaumoay terus menerus, aku bernama Lok Khi"

"oooh, namamu seindah orangnya, betul-betul membikin hati orang terpesona." kata Wi Tiong hong tertawa.

Lok Khi berdiri disamping Wi Tiong hong dan melirik sekejap kearahnya dengan wajah tersipu-sipu, seperti girang, seperti juga malu, katanya sambil tertawa.

"Tak kusangka kalau kau masih mempunyai kepandaian untuk memberi topi kebesaran di atas kepala orang "

Wi Tiong hong merasa terperanjat, setelah menghabiskan dua mangkuk nasi, ia berhenti bersantap.

Kebetulan pelayan datang menghidangkan air teh panas.

Tiba-tiba Wi Tiong hong teringat kembali dengan Hek bun kun Cho Kiu moay yang pernah dijumpainya semalam dan dirasakan mirip dengan tamu perempuan yang mencari Ting ci kang, tanpa terasa tanyanya:

"Pelayan, apakah tamu perempuan dikamar nomor lima sudah pergi? "

"oooh, tamu perempuan itu? " ucap si pelayan sambil tertawa, "semalam, hari belum lagi gelap dia sudah kembali, setelah membayar rekening lantas pergi." Wi Tiong hong manggut-manggut dan tidak berbicara lagi.

Sepeninggal pelayan itu, Lok Khi dengan membelalakan matanya segera bertanya: "Siapa tamu perempuan yang kau maksudkan? "

"Aku rasa dia adalah Hek bun kun Cho Kiu moay dari Ban kiam hwee"

Secara ringkas dia lantas menceritakan bagaimana ada orang mencari Ting ci kang semalam.

Lok Khi segera mendengus dingin.

"Hmm, aku sudah bilang, Ting ci kang telah berkomplot dengan pihak Ban kiam hwee, Ah, sebetulnya pena beraksara Lou bun si itu kau temukan dibagian mana dari perusahaan An-wan piaukiok? ”

“Di atas kayu belandar rumah."

Menyusul kemudian diapun lantas bercerita bagaimana tanpa sengaja telah menyentuh pena kemala ditempat persembunyiannya dan secara kebetulan tempat dimana dia bersembunyi adalah tempat dimana Tok Hayji menyembunyikan diri . . ." Lok Khi segera bertepuk tangan dan berseru.

"Aaah, kalau begitu tak salah lagi, itu berarti benda mana telah berada disaku Tok Hayji waktu itu, setelah mengetahui kalau dia tak dapat meloloskan diri, maka benda tersebut disembunyikan diatas tiang belandar, kemudian minta kau menyampaikan pesannya." 

Wi Tiong hong menjadi keheranan, pikirnya. "Aaah, pesan yang disampaikan Tok Hayji kepadaku ini hanya kuberitahukan kepada Ting ci kang serta Hongtiang dari kuil Pau in si, apa lagi Tok Hayji telah berpesan kalau persoalan inipenting sekali artinya, karena kuatir terdengar orang lain, dua kali aku menulis dengan mencelupkan tanganku ke dalam air, heran, darimana dia bisa tahu? "

Berpikir sampai disitu, dia lantas bertanya. "Darimana kau bisa tahu? " Lok Khi tertawa. "Semua pembicaraanmu dengan Ting ci kang sewaktu berada dirumah makan tempo hari telah didengar semua oleh toakoku, tentu saja tulisan yang kau tulis dimejapun tak dapat lolos dari penglihatan toakoku"

"Siapakah toakomu? "tanya Wi Tiong hong semakin keheranan-

Lok Khi tertawa

"Bila sudah bersua, kau akan segera mengenalinya" Kemudian dia melanjutkan.

"Waktu itu toako masih mengajak aku berdebat, aku bilang dari kedua patah kata yang disampaikan Tok Hayji, kata pertama "dibawah undak undakan kiam bun" mengartikan dia sudah ditangkap orang-orang Ban kiam hwee dan menjadi tawanan, sedang kata kedua "gua dalam tanah masuk dalam kayu", kata gua dalam tanah merupakan huruf bagian atas dari An wan, berarti dia bilang barang itu diAn wan piaukiok. sedang kata "masuk dalam kayu" berani barang itu disimpan dalam peti kayu atau benda terbuat dari kayu tadinya, tapi toakoku bersikeras mengatakan karena dia sudah ditawan Ban kiam hwee, benda itu pasti sudah di kurung dalam tanah di bawah kamar penjaranya.

"Berhubung suhuku sudah bilang akan melepaskan persoalan ini, maka aku dan toako ku hanya berbicara belaka."

“Hmm, menurut apa yang kau ucapkan sekarang, berarti barang itu kaulah yang dapat kan maka sudah sepantasnya kalau barang itu menjadi milikmu, bila luka yang kau derita sudah sembuh nanti, aku akan menemanimu mencari Ting ci kang, benda itu harus direbut kembali."

Mendadak dari belakang tubuh mereka terdengar seseorang bertanya: "Apakah Ting ci kang yang kalian maksudkan adalah anggota Ban kiam hwee? "

Lok Khi amat terperanjat sambil membalikkan badan dia membentak nyaring. "Siapa?" Ketika berpaling, tanpakiah seorang kakek yang pendek dan gemuk telah berdiri didepan pintu.

orang itu berjubah lebar, berwajah penuh senyuman dan kelihatannya ramah sekali.

Lok Khi merasa amat terkesiap. ia tak tahu sedari kapan kakek gemuk itu memasuki kamarnya, mengapa ia tak merasakan barang sedikitpun jua? Setelah mendengus dingin kembali ujarnya: "Aku tidak kenal dirimu, lebih baik cepat lah pergi dari sini "

Tubuhnya segera bergerak kedepan secepat kilat, tangan kirinya langsung menghantam tubuh kakek tersebut.

Sekalipun serangan itu tampaknya dilancarkan dengan ayunan tangan belaka, padahal bayangan telapak tangan yang terpancar keluar lelah menyelimuti beberapa depa disekeliling tempat itu.

Di dalam kamar yang begini sempitnya, kecuali mengundurkan diri dari dalam kamar, tiada tempat lain lagi untuk menghindarkan diri.

Kakek gemuk pendek itu mendehem pelan, tubuhnya segera miring kesamping, bukannya mundur dia malah maju, dengan cepat badannya menyelinap diantara bayangan telapak tangannya yang rapat.

Ternyata gerakan tubuhnya itu amat cekatan dan lihay, hanya sekali berkelebat saja, tahu tahu dia sudah menghindarkan diri dari ancaman Lok Khi tersebut.

"Kalian berdua tentu saja tak akan kenali siapakah lohu, lohu hanya ingin bertanya kepadamu, apakah Ting ci kang adalah anggota Ban kiam hwee. . .? "

Walaupun orang itu berbicara sok berlagak namun sikap gerak geriknya amat ramah dan halus.

Sewaktu Lok Khi menyaksikan serangan yang dilancarkan tidak berhasil menyentuh ujung baju lawannya, tanpa terasa dia mundur selangkah, kemudian sambil melototkan matanya lebar-lebar, katanya sambil mendengus.

"Aku tidak tahu, jangan kau anggap setelah memiliki tenaga khikang pelindung badan, maka kami lantas takut kepadamu "

Beg itu selesai berkata, dia bersiap siap lagi uutuk melancarkan tubrukan-Kakek gemuk pendek itu segera menarik wajahnya dan berkata.

“Hmmm, sekalipun kalian enggan berbicara, lohu juga dapat menemukannya ..."

Tiba-tiba dia melejit, kemudian dengan gerakan tubuh secepat kilat dia menyelinap pergi.

Memandang bayangan tubuhnya yang menjauh, Wi Tiong hong berdiri termangu-mangu, kemudian gumamnya. "cepat benar gerakan tubuh orang ini"

"Tenaga khikang pelindung badan yang dimiliki kakek ini sudah mencapai enam tujuh bagian, sewaktu kulancarkan sebuah pukulan tadi, tubuhku segera dipentaikan balik oleh tenaga khikangnya, hmmrn, seandainya aku menduga akan hal itu, jangan harap tubuhku bakal dipentalkan olehnya"

"Aku pernah mendengar pamanku berkata orang yang pandai ilmu khikang pelindung badan dewasa ini sudah tidak banyak lagi, lagi pula sebagian besar telah mengasingkan diri, entah siapakah orang itu? "

"itu mah tidak sulit dia mempunyai perawakan tubuh yang gemuk dan pendek, lagi pula memelihara jenggot kambing, itulah suatu Ciri yang khas, asal di tanya kan kepada toako, dia pasti tahu."

Berbicara sampai disitu, dia lantas menyelinap keluar dari pintu kamar tersebut.

Ketika Wi Tiong-hong melihat gadis itu bilang akan pergi lantas pergi, bahkan pergi dengan begitu cepat, dia mulai berpikir siapa gerangan toakonya itu? Diam-diam ia menjadi curiga, tapi bila teringat kembali bagaimana orang lain selain memberi peringatan kepadanya, bahkan dua kali menampakkan diri untuk menyelamatkan jiwanya, sudah pasti gadis itu tak akan menaruh maksud jahat apa-apa.

Tak selang berapa saat kemudian, tampak bayangan manusia berkelebat lewat, Lok Khi telah muncul kembali.

"Toako telah pergi" katanya dengan wajah cemberut, "dia hanya meninggalkan sepucuk surat, dia bilang demi keselamatan jiwaku maka aku baru di tinggal di kota Sang-siau, diapun mengatakan semalam orang-orang dari Ban kiam hwee telah pergi dari sini, orang orang dari selat Tok Seh sia baru hari ini berangkat meninggalkan tempat ini, itulah sebabnya dia pun turut pergi."

"Sebetulnya siapa sih toakomu itu? " tanya Wi Tiong hong ingin tahu.

"Toako adalah toakoku, dikemudian hari kau toh akan mengenali sendiri orangnya."

Kemudian setelah tertawa manis, katanya lagi.

"Aku sudah menyuruh pelayan untuk menyiapkan kamar disebelahmu ini, selama ada aku disini sebagai pelindungmu, kau boleh merawat lukamu itu dengan hati lega"

Selesai berkata dia lantas membalikkan badan, menutupkan pintu kamarnya dan menuju ke kamar sebelah.

Secara beruntun mereka tinggal selama tiga hari disitu, sesudah melakukan semedi selama tiga hari, luka dalam yang diderita Wi Tiong hong pun telah sembuh kembali.

Dalam waktu tiga hari tersebut, betul juga , suasana amat tenang dan tak pernah terjadi sesuatu apapun, kecuali sebagai pelindung yang baik, ternyata Lok Khi pun memperhatikan soal-soal yang lain dengan amat teliti dan hangat.

Pada hari ke empat, pagi sekali, ketika Wi Tiong hong baru mendusin dari semedinya dia merasa kan hawa murni dalam tubuhnya telah beredar kembali seperti semula, jalan darahnya tembus semua, kesehatan badannya boleh dibilang sudah pulih seperti dahulu.

Dia lantas melompat turun dari pembaringan dan membuka pintu. Terdengar Lok Khi yang berada di kamar sebelah telah berseru dengan manja. "Piauko (kakak misan), sepagi ini kau sudah bangun tidur? "

Pintu kamar dibuka, Lok Khi yang telah selesai membersihkan badan melangkah keluar dari kamarnya.

Wi Tiong hong segera tersenyum.

"Aku telah sehat kembali, selama tiga hari tiga malam ini, semuanya berkat perawatan dari piaumoay..."

Belum sempat pemuda itu selesai berbicara, Lok Khi telah menukas sambil tertawa manis.

"Aaaa... berbicara pulang pergi, yang kau kata kan hanya melulu kata-kata bernada terima kasih"

Didahului oleh sang nona, terpaksa Wi Tiong hong hanya menyengir kuda belaka Tiba-tiba Lok Khi mengerdipkan matanya, lalu berkata lagi.

"Piauko, benarkah lukamu telah sembuh kembali? Kalau begitu hari ini juga bisa berangkat."

"Berangkat? Kita akan kemana?”

"Tentu saja mencari Ting ci kang, ia bersikap tidak setia kawan kepadamu, menghianati kepercayaanmu kepadanya bahkan turun tangan kejam kepadamu, apakah kau rela membiarkan barang itu dirampas olehnya dengan begitu saja? "

"Sudah, biarkan saja, toh pena beraksara Lou-bun si tak ada manfaatnya bagiku, salahku Sendiri mencari teman tidak betul Sehingga mendapat pengalaman kali ini, tak perlu di cari lagi." "Jika kau enggan pergi, biarlah aku yang pergi, manusia Semacam ini harus diberi pelajaran yang sebaik-baiknya, sekalipun dia telah bersekongkol dengan pihak Ban kiam-hwee, lihat saja nanti, sanggupkah dia meloloskan diri dari cengkeramanku? "

Setelah bergaul selama beberapa hari dengan gadis itu, Wi Tiong hong sudah mengetahui bagaimanakah wataknya.

Ia tahu untuk membujuk gadis itu agar mengurungkan niatnya pada saat ini, selain tak bakal dituruti, bisa jadi pura-pura menjadi sungguhan.

Sementara dia masih serba salah dibuatnya, mendadak anak muda tersebut teringat janjinya dengan ketua kuil Pau in-si yang memintanya datang kembali lima hari kemudian, konon ada sesuatu urusan hendak dititipkan kepadanya.

Kebetulan hari ini adalah harike lima, dan diapun telah menyanggupi permintaan tersebut, tentu saja janji mana harus dipenuhi. Kepada Lok Khi, dia pun lantas berkata:

"Hari ini aku masih mempunyai beberapa persoalan yang harus segera diselesaikan.”

“Kau masih ada urusan apa? " tanya Lok Khi dengan wajah tertegun.

"Waktu itu, Lo hongtiang dari kuil Pau in si berjanji kepadaku agar lima hari kemudian datang lagi ke situ, kebetulan hari ini adalah harike lima dan akupun telah menyanggupi permintaannya, bagaimanapun juga aku harus kesitu untuk memenuhi janji."

"Kau maksudkan Gho beng siansu, lo hong tiang kuil Pau in si? Dia adalah anggota dari Siau limpay, ada urusan apa kau mengadakan perjanjian dengannya? "

"Aku sendiripun tidak tahu, dia cuma bilang ada suatu persoalan yang hendak disampaikan kepadaku."

"Dia mempunyai persoalan yang hendak dititipkan kepadamu? " Lok Khi keheranan-"hmmm, kau memang orang yang paling suka mencampuri urusan orang lain-" Berbicara sampai disitu, mendadak dia mendongakkan kepalanya sambil bertanya: "Mau kah kau mengajakku bersama? "

"Jika kau ingin pergi, mari kita pergi bersama-sama, pemandangan alam disitu memang bagus sekali"

Lok Khi menjadi girang setengah mati sampai mulutnya terbuka lebar dan nampak dua baris giginya yang putih bersih, katanya sambil tertawa.

"Piauko, kau baik sekali, toakoku selalu menganggap aku seperti anak kecil, dia tidak pernah membiarkan aku turut kemanapun dia pergi, padahal aku takut kepada siapa? "

Ucapan mana diutarakan dengan polos dara manja, bisa dibayangkan betapa girang dan gembiranya wajah gadis tersebut dibalik topeng kulit manusianya.

Tanpa terasa Wi Tiong-hong teringat kembali dengan gadis berbaju hiiau yang menghadiahkan obat penawar kepadanya malam itu, di balik kelembutannya terselip sikap dingin dan hambar, jauh berbeda dengan sikap hangat dari Lok Khi...

Ketika Lok Khi melihat pemuda itu hanya memandang kearahnya dengan wajah tertegun tanpa terasa panas pipinya, dia lantas berpaling sambil berkata:

“Hei, memangnya kau sudah tidak kenal diriku lagi? Mengapa sih menatap wajahku terus menerus? Malu amat rasanya ..."

Kemudian sambil mendorong tubuh itu, serunya dengan penuh kemanjaan.

"Piauko, cepat pergi membersihkan muka, selesai bersantap. kita harus segera berangkat."

Sekembalinya kedalam kamar, Wi Tiong-hong pun mencuci muka, kemudian selesai bersarapan mereka membayar rekening dan berangkat menuju kepintu kota sebelah selatan. Perjalanan yang mereka tempuh cepat, tak selang berapa saat kemudian sampailah mereka berdua didepan kuil Pau in si.

Mendadak Lok Khi memperlambat langkahnya sambil berbisik. "Piauko, hweslo tua itu bilang ada urusan hendak disampaikan

kepadamu, bila dia melihat aku datang bersamamu, mungkinkah dia tak mengatakannya? "

Wi Tiong hong memang telah menduga kalau lo hongtiang itu mengundangnya datang, sudah pasti ada suatu persoalan.

Sekarang dia datang memenuhi janji tersebut bersama Loh Khi, bisa jadi dia enggan mengutarakan persoalannya dihadapan gadis tersebut.

Baru saja dia akan bilang, sebentar setelah tiba didalam kuil, gadis itu disuruh menunggu diluar ruangan, siapa sangka gadis tersebut telah berbicara lebih dulu. Maka setelah termenung bsberapi saat dia pun berkata. "Soal ini aku tidak tahu, andaikata hongtiang tua tersebut sampai . ."

Tidak memberi kesempatan kepada pemuda itu untuk menyelesaikan kata-katanya, Lok Khi telah menukas sambil mendengus.

"Aku ada maksud untuk mencoba dirimu saja, ingin kulihat apakah kau benar-benar akan menganggap diriku sebagai adik misanmu? Padahal, apa salahnya untuk berbuat demikian? Toh dia yang menitipkan persoalannya kepadamu, bukan kau yang memohon kepadanya, apa kah kau tak bisa memberitahukan kepadanya kalau aku adalah adik misanmu? Dan bila ada persoalan dia bisa mengutarakannya terus terang."

Melihat kesungguhan hati si gadis tersebut, diam diam Wi Tiong hong merasa amat geli, tampaknya ia itu selalu menganggap darinya sebagai engkoh misan yang sebenarnya. Sambil tersenyum dia lantas berkata. "Aah, kau terlalu memikirkan yang bukan-bukan, sebentar bila hongtiang tua itu merasa kurang leluasa untuk membicarakan masalahnya dihadapanmu, tentu saja aku akan berkata demikian-"

Lok Khi segera mengerdipkan sepasang matanya yang besar dan bulat, kemudian ujarnya sambil tersenyum.

"Aku masih mengira kau takut orang mengejek wajahku kelewat jelek. sehingga kau tak punya muka, tak mau mengakui diriku sebagai adik misanmu lagi, beberapa hari ini aku memang ingin sekali melepaskan topeng mana dan tidak mengenakannya lagi."

"Eeeh . . . jangan kau lepaskan, lebih baik begini saja" buru-buru wi Tiong hong berseru.

"Benar, suhulah yang menyuruhku mengenakan topeng ini" ujar Lok Khi lagi dengan sedih, "dia orang tua berkata, usiaku kelewat kecil sedang orang persilatan rata-rata berhati busuk dan licik, lebih banyak orang jahatnya daripada orang baik, bila ada orang tidak jijik dengan kejelekanku, benar-benar baik kepadaku .. ."

Nona kecil ini baru saja menanjak dewasa, sesungguhnya sejak pertemuan yang pertama, ia telah memberikan seluruh hati dan cintanya untuk pemuda idaman hatinya ini.

Karena usianya masih kecil, apa yang diketahui tentang hubungan laki perempuanpun tidak banyak, ditambah pula sejak kecil ia sudah mengikuti gurunya, dalam segala persoalan dia selalu sikapnya lebih hambar daripada gadis sebayanya, meski demikian, setelah berkata sampai disitu, ia merasa sulit juga untuk melanjutkan perkataannya, lantaran malunya, ia sampai tak sanggup untuk melanjutkan perkataannya lebih jauh.

Wi Tiong hong merasa kan hatinya bergetar keras, buru-buru dia berkata cepat: "Sstt, ada orang yang munculkan diri, mari kita segera menuju kesana."

Di depan pintu gerbang telah muncul seorang pendeta berjubah abu-abu yang merangkapkan tangannya di depan dada. Beg itu menghampiri kedua orang tersebut, dia lantas menjura seraya berkata: "Apakah sicu berdua datang kemari untuk memasang hio? "

Ketika Wi Tiong hong menyaksikan pendeta penerima tamu itu bukan Gho tong hwesio, diapun menjura seraya menjawab: "Aku akan mencari hongtiang dari kuil ini."

Pendeta itu memperhatikan sekejap wajah kedua orang tamunya, kemudian berkata lagi: "Sicu berdua mencari hongtiang kami karena urusan apa? "

"Lima hari berselang, aku pernah berjumpa dengan hongtiang kalian dan ia mengundangku untuk datang lagi hari ini, harap taysu suka masuk kadalam melaporkan kedatangan kami ini."

"oooh..." Pendeta itu memutar biji matanya dan sekali lagi melirik sekejap wajah ke dua orang itu, kemudian ujarnya sambil tertawa, "Sicu, siapa namamu? ”

“Aku Wi Tiong hong dan dia adalah piaumoay ku "

"oh, rupanya Wi sicu, harap kalian berdua suka menunggu sebentar di ruang depan pinceng akan segera masuk kedalam untuk memberi laporan."

Sembari berkata dia lantas membawa kedua orang tamunya memasuki ruang tengah, kemudian buru-buru masuk kedalam.

Sementara itu Lok Khi telah berjalan ke depan patung Buddha yang dipuja dalam kuil tersebut lalu menjatuhkan diri menyembah, mulutnya berkemak kemik seperti membaca doa, anak gadis memang sukanya berbuat demikian apa lagi kalau sudah ketemu jodohnya. Terpaksa Wi Tiong hong hanya berdiri di-depan meja altar sambil bergendong tangan.

Lok Khi bangkit berdiri, sambil memandang ke arah Wi Tiong hong ujarnya malu bercampur girang.

"Piauko, marilah kemari, kaupun harus menyembah kepada Budha maha pengasih " Baru selesai dia berkata, dari belakang ruangan sudah berkumandang suara langkah kaki manusia, ternyata pendeta berbaju abu-abu itu sudah balik kembali ke ruangan depan-Kepada kedua orang tamunya dia menjura, lalu berkata. “Hongtiang mempersilahkan sicu berdua masuk ke dalam."

Selesai berkata dia membalikkan badan dan berjalan lebih dulu meninggalkan tempat ter-sebut.

Wi Tiong hong dan Lok Khi mengikuti di-belakangnya langsung masuk keruangan belakang.

Mendadak pendeta itu menghentikan langkahnya seraya berkata: “Hong tiang menantikan kehadiran kalian disana, silahkan sicu berdua masuk kedalam? "

Wi Tiong hong mengucapkan terima kasih,, lalu mengajak Lok Khi masuk kedalam ruangan-Dia merasa ruang hongtiang ini jauh berbeda dengan perabotan yang diatur pada lima hari berselang kini kursinya terbuat dari kayu cendana berpemadani merah, segalanya amat mewah dara mempesona hati yang melihatnya.

Saat itulah seorang pendeta berbaju kuning berdiri dari kursi kebesarannya dan maju menyongsong snmbil menjura, katanya sambil terbahak-bahak: “Haaa . . haaa . .. haaaa ... maaf jika pinceng tak menyambut kehadiran Wi sicu."

Ternyata pendeta berbaju kuning itu bukan hongtiang tua, melainkan Gho tong hwesio.

Tanpa terasa Wi Tiong hong menjadi tertegun, belum sempat dia buka suara, Gho tong hwesio telah berkata lagi sambil tersenyum: "Sicu berdua, silahkan duduk."

Dalam hati kecilnya Wi Tiong hong merasa tidak habis mengerti, sambil menjura dia berkata lagi:

"Toa suhu, lima hari berselang, hongtiang tua mengundang aku untuk datang lagi kemari hari ini apakah... " "omintohut" tukas Gho tong hwesio sambil menjura, "kalau toh toa suheng memang ada janji dengan Wi sicu, harap kalian berdua suka duduk lebih dahulu." Kemudian sambil berpaling serunya: "Ambilkan air teh"

seorang hwesio cilik segera muncul sambil membawa air teh.

Wi Tiong hong berpaling, ternyata hwesio kecil yang pernah dijumpainya tempo hari. Gho tong hwesio mengangkat tangannya, kemudian berkata lagi:

"Silahkan kalian berdua minum teh, toa suheng telah berpulang kealam baka dua hari berselang, apa bila Wi sicu ada persoalan, kata kan saja kepada pinceng."

Dari keadaan yang tertera di depan mata, Wi Tiong hong memang sudah menduga sampai kesitu, apa lagi bila teringat perkataan si hwesio cilik waktu itu, diapun menduga jika hubungan di antara sesama saudara perguruan ini seperti diliputi satu rahasia.

Meski dia curiga, namun lantaran persoalan ini adalah urusan mereka yang sama sekali tak ada sangkutpaut dengan dirinya, diapun menjura seraya berkata:

"Kedatanganku kemari sebenarnya adalah untuk memenuhi janjiku dengan hongtiang tua, kalau toh lo hongtiang telah berpulang ke-alam baka, akupun tak ada urusan lagi, aku hendak mohon diri lebih dulu."

Gho tong hwesio agak tertegun, tapi dengan cepat dia berkata lagi sambil tertawa:

"Lima hari berselang, pinceng pernah berbuat kasar terhadap sicu, harap Wi sicu jangan marah karena persoalan tersebut Bagaimana pun jua, kalian berdua toh... sudah datang ke-mari, sekali pun tidak bersantap dulu, paling tidak juga harus minum secawan air teh sebagai rasa hormat pinceng terhadap kalian."

"Toa suhu tak usah sungkan-sungkan-" Berbicara sampai disini, lantas berpaling seraya berkata: "Adikku, mari kita pergi." Sekilas senyuman licik segera menghiasi wajah Gho tong hweesio, kembali dia berkata.

"Bila Wi sicu buru-buru hendak pergi, pinceng pun tak akan menahan lebih jauh, cuma kalau toh Wi sicu datang untuk memenuhi janjimu toa suheng, hal ini berarti kau adalah sahabat karib toa suheng semasa hidupnya, kini toa suheng tiada, paling tidak Wi sicu harus mengunjungi tempat penyimpan tulang belulang sebagai tanda hormat kepada yang telah tiada entah bagaimanakah menurut pendapat sicu? "

"Tulang belulang Lo hongsiang disimpan di-mana? " Wi Tiong hong bertanya tanpa terasa.

Kembali Gho tong hwesio tertawa licik,

"Di belakang bukit kuil kami ini, pinceng akan segera mengajak Wi sicu kesana"

Wi Tiong hong manggut-manggut, "Kalau begitu, harap toa suhu suka membawa jalan-”

“sicu kelewat sungkan, harap kalian berdua suka mengikuti pinceng..." Dia lantas membalikkan badah dan berjalan keluar ruangan-Wi Tiong hong dan Lok Khi menyusul dibelakang Gho tong hwesio meninggalkan ruang hong tiang, menuju kebukit sebelah belakang. Tak lama mereka tiba dibelakang bukit kuil Pau in si.

Di antara tebing karang yang menjulang, terdapat sebuah undakan lebar yang menembusi bukit karang tadi, hanya dua puluhan langkah mereka telah tiba di atas tanah datar.

Di atas bukit terdapat sebuah bangunan kuil didepan pintu terpancang sebuah papan nama yang bertuliskan "Cou su tong", pintu gerbangnya yang berwarna merah tertutup rapat dan di kunci dengan sebuah gembok besar.

Gho tong hwesio membuka gembokkan itu, lalu mendorong pintu itu sampai terbuka, katanya sambil mempersilahkan tamunya: "Sicu berdua, silahkan masuk." Ketika melihat Gho tong hwesio mengajaknya datang kesitu tadi, Wi Tiong hong sudah menaruh perasaan curiga, apa lagi setelah- menyaksikan ruangan cou su tong itu dibangun didalam bukit berkarang yang kokoh, kecurigaannya semakin melipat ganda. Baru saja dia akan bersuara, Lok Khi telah menghalangi jalan perginya sambil tertawa: "Tentu saja pinceng harus berjalan lebih dajulu, silahkan saudara berdua . . " selesai menjura, betul juga dia lantas masuk lebih dulu ke dalam ruangan itu.

Ruangan cousu tong tersebut letaknya agak tinggi, ruangan yang terdiri dari tiga bagian itu mencakup luas tanah sepuluh kaki lebih, meski dibangun dilambung bukit namun amat terang benderang.

Ditengah ruangan terdapat sebuah patung Buddha terbuat dari baja yang tingginya seperti manusia, patung itu berwajah lebar, bertelinga lebar, berwajah keren dan seperti manusia hidup,

Dengan sikap yang sangat menghormat Gho tong hwesio berjalan kedepan patung Buddha itu, kemudian menyembah beberapa kali, setelah itu dia baru berkata.

"Siecu berdua, dia adalah mendiang juru kami It tong taysu, tubuhnya telah menjadi Buddha maka dipuja dalam ruangan ini, sedang tulang belulang toa suheng berada di ruangan sebelah kiri."

Sambil berkata dia lantas berjalan ke meja altar yang ada disebelah kiri.

Ketika Wi Tiong hong mendongakkan kepalanya dan memperhatikan meja altar tersebut, diatas meja terdapat sebuah kotak yang terbuat dari bahan tembikar, mungkin disitulah disimpan abu dari Gho beng siansu, lohongtiang dari kuil Pau in si. Tanpa berpikir panjang, dia lantas berjalan menuju kesitu.

Dalam pada itu, Gho tong hweesio sudah berada dimuka meja altar dan menyulut tiga batang hio yang ditancapkan diatas hiclo, kemudian sambil merangkap tangannya didepan dada, dia berkata.

"Toa suheng, Wi siecu telah datang memenuhi janji, hanya sayang dia datang terlambat dua hari sehingga hanya dapat menjenguk abu mu belaka," Lalu sambil menuding kearah meja altar, dia melanjutkan.

"Wi sicu, harap kau lihat, dalam baki kemala itulah terletak Han liou dari Toa suheng"

Sesuai berkata, dia lantas mengundurkan diri ke samping. Mengikuti arah yang dituijuk. Wi Tiong-hong berpaling kesitu,

benar juga di atas meja altar itu terdapat sebuah baki kumala,

dalam baki terdapat puluhan biji Han li cu yang besar kecil tak menentu dengan aneka warna tapi semuanya memancarkan sinar berkilauan. Tanpa terasa timbul rasa hormatnya yang amat mendalam terhadap lo siansu yang telah tiada itu.

Lok Khi berjalan kesisi Wi Tiong hong, lalu bisiknya lirih. "Piauko, apa sih yang dinamakan Han li cu? "

Pada saat itulah, mendadak Gho tong hwesio tertawa seram, dia melompat kedepan dan secepat sambaran petir meluncur keluar dari ruangan tersebut.

Reaksi dari Lok Khi terhitung cepat pula, dia segera membentak nyaring.

"Mau kabur ke mana kau? "

Tubuhnya melejit ketengah udara dan meluncur kedepan dengan kecepatan seperti sambaran petir, sementara tangan kanannya diayun kan kedepan mencengkeram pakaian bagian belakang dari Gho tong hwesio.

Tapi sayang tindakannya itu masih terlambat satu langkah, Gho tong hwesio telah miringkan badandan meluncur keluar dari ruangan tersebut, menyusul kemudian-.. "Blaamm.." sepasang pintu gerbang itu merapat sendiri.

Gagal dengan cengkeramannya, nyaris tubuh Lok Khi yang melayang ditengah udara itu menumbuk diatas pintu gerbang. Buru-buru dia menahan gerakan tubuhnya dan melayang turun keatas tanah, lalu sepasang telapak tangannya digetarkan keras- keras menghajar pintu gerbang ruangan itu.

"Blaamm..." sepasang pergelangan tangannya tergetar sampai terasa sakit secara lamat-lamat sedang kedua belah pintu gerbang itu masih tetap tak bergeming barang sedikitpun jua .

Bersamaan waktunya Wi Tiong hong tiba pula ditempat kejadian, dia melepaskan juga sebuah bacokan dahsyat.

"Blaamm,,." sekali lagi terdengarlah suara benturan keras yang memekakkan telinga, namun pintu gerbang itu masih tetap utuh tanpa cacat.

Menghadapi kejadian ini, paras muka anak muda itu berubah hebat, dia segera menarik napas panjang panjang dan mengerahkan kembali tenaga dalamnya siap melancarkan serangan lagi.

Buru buru Lok Khi menghalangi niatnya itu ujarnya sambil menggelengkan kepalanya belulang kali.

"Tak perlu membuang tenaga dengan percuma, pintu batu ini sangat tebal dan kuat sekali."

“Hmm, ternyata hwesio itu benar-benar tidak bermaksud baik." kata Wi Tiong hong.

"Sejak dia menahan kita berulang kali, kemudian memancingmu dengan perkataan, aku sudah menduga kalau dia tidak bermaksud baik oleh karena itulah aku meminta kepadanya untuk masuk lebih dahulu, aai, tapi akhirnya toh masih tetap terlambat selangkah, ia berhasil juga meloloskan diri, Piauko tahukah kau apa sebabnya dia bersikap tidak menguntungkan bagi kita berdua? "

"Aku pikir, dia pasti mempunyai suatu rahasia yang takut diketahui orang Iain, aaah .. , betul, delapan puluh persen lo hongtiang tersebut mati dicelakai olehnya, karena kuatir aku mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, maka ia baru berniat membunuhku untuk menghilangkan jejak..." "Kau memang dasarnya suka mencampuri urusan orang lain, sekarang lihat saja akibatnya, kena disekap ditempat seperti ini, apa tidak bakal mati kelaparan? ”

“Kita harus mencari akal untuk membongkar pintu itu dan menerjang keluar dari sini"

"Mustahil" Lok Khi menggelengkan kepalanya berulang kali, "pintu batu ini tebal dan sangat kuat, apa lagi dia berani memancing kita ke sini, berarti hal ini sudah berada dalam perhitungannya, tak bakal semudah itu . . apalagi sampai memberi kesempatan buat kita untuk menjebol pintu batu itu? " Wi Tiong hong menjadi tertegun.

"Lantas, apakah kita harus duduk termenung belaka sambil menanti saat kematian tiba." Lok Khi berpikir sebentar, kemudian menjawab:

"Aku pikir, kalau toh kalau kedua belah pintu batu ini begitu kuat dan tebal, sudah pasti beratnya bukan kepalang, biasanya bendayang berat tak akan secepat itu merapat kembali, tapi sewaktu kabur tadi, pintu tersebut menutup amat cepat, dari sini bisa ditimbUlkan kalau pintu mana dihubungkan dengan alat rahasia."

"Tampaknya dia telah memperhitungkan waktunya secara tepat, ia segera memancing kita untuk melihat Han li cu tersebut, kemudian ia menekan tombol rahasia nya, menanti pintu hampir menutup, ia melompat keluar dari sini buktinya aku yang melompat setelah diapun terlambat satu langkah, baru tiba dipintu, pintu batu itu kebetulan sedang merapat."

"Betul, pintu batu itu pasti sudah dikendalikan oleh semacam alat rahasia." Lok Khi tertawa.

"Asal kita dapat menemukan alat rahasia yang mengendalikan buka tutupnya pintu batu itu, keadaan pasti lebih baikan"

"Kalau begitu kita cepat-cepat mencarinya, ooh, tidak betul, mustahil alat rahasia tersebut berada disini”

“Mengapa? " "Seandainya tombol rahasia yang mengendalikan alat rahasia pintu gerbang itu berada di sini, bukankah sia-sia saja dia mengurung kita ditempat ini? " Lok Khi kembali tertawa.

"Aku rasa, alat rahasia tersebut sudah pasti berada disini” “coba karakanlah."

"Tentu saja aku mempunyai alasan" kata Lok Khi sambil tertawa, "masa tidak kau lihat, sewaktu Gho tong keledai gundul itu masuk ke mari, dia mendorong pintu terbuat dengan ilmu Tay lek kim kong Ciang aliran Siau limpay, tapi sewaktu keluar sama sekali tidak mempergunakan tenaga sama sekali, sedangkan pintu ruangan itu menutup dengan sendirinya, dari sini terbuktilah sudah alat rahasia yang digunakan untuk membuka dan menutup pintu batu itu berada didalam, bukan di luar"

Wi Tiong bong yang mendengar perkataan itu merasa kagum sekali, meski sifat kekanak kanakan dari gadis itu belum hilang namun jalan pikirannya sangat cermat, pengalamannya dalam dunia persilatanpun jauh lebih banyak daripada pengalaman sendiri.

Tadi, dia memang melihat kalau Gho tong hwesio mendorong pintu ruangan tersehut dengan sepasang tangannya dan nampak sangat kepayahan, tapi tidak sempat melihat kalau ilmu yang dipergunakan adalah ilmu Tay lek kim kong ciang. Tak nyana gadis tersebut telah mengetahui kejadian mana dengan sejelas-jelasnya. Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia manggut manggut, katanya lagi. "Perkataanmu memang benar, kalau begitu, mari kita segera mencarinya disekitar sini"

Melihat pemuda itu membuang pendapatnya dan setuju dengan pendapat sendiri, bahkan memujinya, Lok Khi merasa amat gembira, sambil tertawa segera ujarnya.

"Aku dengar dari toako, konon semua alat rahasia yang berada dalam dunia persilatan rata-rata di pasang dalam suatu tempat yang amat rahasia, orang yang tidak mengetahui keadaan yang sebetulnya sulit untuk menemukan tempat mana. Betul kita juga tahu kalau   letaknya   berada dalam ruangan ini,   tapi untuk menemukannya bukanlah suatu pekerjaan yang terlampau gampang..."

Sementara pembicaraan berlangsung, mereka berdua sudah mulai melakukan pemeriksaan yang seksama disekitar ruangan itu.

Setengah jam kemudian, seluruh ruangan telah diperiksa dengan seksama, namun tombol rahasia itu belum juga ditemukan.

Tiba-tiba Lok Khi melompat bangun, setelah membereskan rambut kuningnya, ia berseru manja.

"Piauko, tak usah dicari lagi” “Sudah kau temukan? "

"Belum, sekarang aku baru teringat, sekali pun kita berhasil menemukan tombol rahasianya juga percuma”

“Mengapa? "

"Apakah kau tidak melihat kalau di luar pintu gerbang tadi masih dipasang dengan sebuah gembokan besar? "

"Perkataan itu memang benar, jika digembok dari luar, sekalipun tombol rahasia ditemukan juga apa gunanya? "

Wi Tiong hong berseru tertahan, lalu membungkam dalam seribu bahasa....

-ooodowooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar