Pedang Karat Pena Beraksara Jilid 11

Jilid 11

PELAYAN ITU BERPALING, LALU SAHUTNYA dengan suara

rendah.

"Tidak, dia berdiam dikamar nomor lima di serambi timur, oya ....

tamu wanita iiu berparas lumayan, berbaju hitam dan berusianya dua puluh empat tahunan, mukanya berpotongan kwaci, b era lis mata panjang dan matanya jeli, bibir kecil, hidungnya mancung dengan potongan badan tinggi semampai. "

Dia seperti belum habis berbicara ketika dari kamar sebelah terdengar ada orang memanggil pelayan, terpaksa dia keluar dengan langkah tergesa-gesa.

Wi Tiong-hong mengira tamuperempuan itu adalah teman akrab Ting toako, maka diapun tidak bertanya lebih lanjut, setelah mengambil secawan air teh, dia kembali kekursinya danpelan-pelan meneguknya.

Tak selang beberapa saat kemudian, pelayan datang menghidangkan sayur dan arak, kebetulan Ting ci kang juga telah balik kembali ke dalam kamar.

Pelayan itu segera tertawa ke arah Wi Tiong hong dan mengundurkan diri sambil menutup pintu.

Kedua orang itupUn bersantap didalam kamar, selesai bersantap. wi Tioag hong mendongakkan kepalanya seraya berkata:

"Ting Toako, menurut pelayan, katanya sore tadi ada orang datang mencarimU "

"Apakah kaU telah bertanya kepadanya, manUsia macam apakah itu? " tanya Ting ci kang dengan gelisah.

"Konon dia adalah seorang tamuperempuan vang berdiam dikamar nomor lima bilik sebelah timur."

Sekujur tubuh Ting ci kang berg eta r keras, wajahnya menunjukkanperasaan heran, kemudian sambil tertawa hambar dia berseru: "Tamuperempuan? Aaah, mana mungkin ada tamuperempuan yang datang mencari siauw heng? Selain itu, banyak ragam manusia yang tinggal didalam rumah penginapan, yang she Ting juga cukan hanya aku seorang, mungkin dia sala h mencari orang "

Ketika Wi Tiong hong menyaksikan Cara berbicaranya agak terbata-bata dan sangsi, timbul perasaan curiga didalam hati kecilnya, Cuma dia merasa segan untuk banyak bicara. Selesai bersantap malam, tiba-tiba Ting ci kang berbisik dengan suara lirih. "Saudara Wi, mari kita beristirahat dulu, sebentar malam masih ada urusan lagi "

"Urusan apa?" tanya Wi Tiong hong heran

"Sekarang masih terlampau awal, selewatnya kentongan kedua nanti, kita akan berangkat ke An wan piaukiok."

"Apakah dalam perusahaan An wan piaukiok bakal terjadi suatu peristiwa." tanya Wi Tiong hong terperanjat.

"Bukan begitu, perusahaan An-wan piaukiok milik Beng loko sudah dibubarkan, sedang gedungnya juga telah berganti pemilik.

Ma kin didengar Wi Tiong hong merasa semakin keheranan, dengan cepat ia bertanya: "Kalau memang begitu, buat apa kita mesti kesana? "

"Barusan aku keluar tak lain disebabkan persoalan itu, cuma sampai sekarang keadaannya masih kurang jelas, jadi kita harus sampai ke situ dulu barulah duduknya persoalan menjadi terang."

Wi Tiong hong tidak tahu keadaan macam apakah yang hendak dilihat olehnya? cuma dia yakin Ting toakonya ini pasti sudah mengetahui akan sesuatu, hanya saja enggan untuk menerangkan kepadanya. Tanpa terasa dia lantas berpikir:

"Aku toh akan pergi bersamamu, sekalipun tidak kau ucapkan sekarang, akhirnya aku toh akan tahu dengan sendirinya." Berpikir sampai disitu, dia lantas manggut-manggut. "Kalau memang demikian, siaute akan mengikuti toako untuk melihat-lihat keadaan-"

Ting ci kang tersenyum dan tidak berbicara lagi, dia segera memadamkan lentera dan kembali kepembaringan masing-masing untuk bersemedi mengatur pernapasan. Ketika kentongan kedua sudah makin dekat.

Ting ci kang segera melompat turun dari atas pembaringan dan berkata dengan suara lirih:

"Saudara Wi, waktunya sudah tiba "

Wi Tiong hong mengiakan dan segera melompat turun dari atas pembaringan. Pelan-pelan Ting ci kang membuka jendela belakang dan melompat keluar dengan cekatan, menanti wi Tiong hong sudah keluar dari jendela, dia baru menutup kembali daun jendela itu dan melompat menuju kearah sebelah timur.

Waktu itu kentongan kedua belum lewat, suasana dijalan raya masih ramai dengan aneka lentera yang menerangi seluruh kota.

Kedua orang itu melompati beberapa buah atap rumah dan diam- diam melompat turun ke jalan raya dan bergerak menuju kejalan raya sebelah timur.

Jalan raya itu jauh dari jalan yarig ramai, selainjauh dari keramaian kota juga jarang dilalui manusia, disekeliIing tempat itupun hanya ada beberapa cahaya lentera yang menerangi jalan. Dengan langkah yang sangat berhati-hati ke dua orang itu berjalan mendekati pintu gerbang An wan piaukiok, ketika Wi Tiong hong mendongakkan kepalanya, tampak sepasang singa batu didepanpintu masih berada disitu, hanya papan nama An wanpiaukiok telah lenyap tak berbekas.

Sepasang pintu gerbangnya yang berwarna hitam gelap tertutup rapat, tak setitik cahaya lenterapun yang kelihatan Gedung bangunan yang amat besar itu berada dalam keadaan gelap gulita, rupanya penghuni gedung itu sudah pada tidur semua. Melihat kesemuanya itu, diam-diam Wi Tiong hong merasa amat curiga, dia tidak habis mengerti permainan apakah yang sedang dilakukan oleh Ting toakonya itu?

Tiba tiba Ting ci kang menarik ujung bajunya mengajak pemuda itu menjauhi pintu gerbang, kemudian melingkar kedinding pekarangan sebelah kanan dan bersembunyi dibalik kegelapan- Setelah itu dia mengeluarkan dua lembar sapu tangan berwarna hitam dan menyerahkan sehelai diantaranya untuk wi Tiong hong, bisiknya dengan Suara lirih.

"Saudara Wi, cepat tutupi wajahmu dengan sapu tangan ini" sembari berkata, dengan cepat dia membungkus separuh bag ian dari wajahnya hingga tinggal sepasang matanya yang nampak.

Wi Tiong hong tahu kalau Tins toakonya adalah seorang yang jujur dan berjiwa terbuka, dia agak heran juga menyaksikan tingkah lakunya yang mencurigakan pada malam ini.

Akan tetapi karena dia sudah terlanjur ikut datang, terpaksa diterimanya saputangan itu dan menutupi pula wajahnya dengan saputangan tersebut

Ting ci kang segera memandang sekejap ke sekeliling arena, setelah itu bisiknya dengan lirih.

"Saudara Wi. mari ikut aku "

Dengan cepat dia menjejakkan kakinya ke atas tanah dan melompat ketengah udara bagaikan seekor burung elang, kemudian setelah melewati dinding pekarangan, bayangan tubuhnya lenyap daripandangan.

Wi Tiong hong ragu sejenak, akhirnya dia pun mengerahkan tenaga dalamnya dan ikut melompati dinding pekarangan dan masuk keruangan sebelah dalam.

Ketika memandang kedepan, tampak olehnya Ting ci kang sudah berdiri didepan undak-undakan batu sambil menggape kearahnya. Suasana disekeliling tempat itu sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, dengan lang kah lebar dia segera maju kedepan- Dengan mengikuti dibelakang Ting ci kang ia masuk ke ruang tengah, tapi ruangan tersebut kosong melompong, jangankan manusia, sebuah perabot pun tidak nampak. Melihat itu, diam diam ia berpikir lagi.

"Aah, rupanya tuan rumah yang baru belum lagi pindah kemari.,." sementara dia masih termenung, Ting ci-kang yang berada disisinya telah berbisik lirih.

"Saudara Wi, waktu masih pagi, mari kita mencari tempat untuk bersembunyi lebih dulu, sebentar apa saja yang kau saksikan, bilamana keadaan tidak terlalu mendesak, lebih baik janganlah bersuara dulu."

"Sebentar, apakah ada orang yang bakal datang lagi kemari?" tanya Wi Tiong hong heran,

"Aku pikir kemungkinan besar ada orang yang bakal datang kemari, oleh karena itu kita harus mencari suatu tempat untuk menyembunyikan diri lebih dahulu."

Wi Tiong hong mencoba untuk memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, dia merasa ruangan tengah yang amat luas itu kosong melongong danpada hakekatnya tiada tempat untuk menyembunyikan diri.

Mendadak ia mendongakkan kepalanya memandang tiang penglari diatas ruangan yang tingginya hampir dua kaki daripermukaantanah itu, bisiknya kemudian-"Ting toako, bagaimana kalau kita menyembunyikan diri diatas tiang penglari itu saja? "

Ting Ci kang segera tertawa.

"Asal tempat itu bisa kau bayangkan, orang lainpasti dapat membayangkannya pula." Berpikir sampai disitu, dia menjadi agak tertegun, kemudian serunya cepat.

"Waah, kalau begitu tak ada tempat lagi untuk digunakan sebagai tempat persembunyian. " "Baiklah," kata Ting Ci kang kemudian, mari kita bersembunyi diatas tiang penglari tersebut, cuma terdapat dibagian atasnya terlalu sempit, terutama bagi orang yang selalu melakukan perjalanan malam, bila hendak bersembunyi diatas tiang penglari, sudah pasti mereka bereda bersembunyi dibagian tengah-nya.

Oleh karena itu kita harus bersembunyi disamping kiri atau kanannya yang menempel dengan dinding, dengan demikian barujejak kita tidak mudah ketahuan." Mendengar itu, diam diam Wi Tiong hong berpikir.

"Ya, benar, tempo hari Tok Hay-ji memang bersembunyi diatas tiang penglari tersebut."

Mendengar perkataan itu, diam-diam Wi Tiong hong mengangguk sambil memuji, katanya. "Siaute akan mengingatnya selalu "

Ting Ci kang tersenyum. "Aku akan bersembunyi disebelah barat, mari kita cepat naik ke atas ..."

Wi Tiong hong tidak berbicara lagi, dia segera menghimpun tenaga, sepasang lengannya didayung dan melompat setinggi dua kaki lebih, tangan yang sebelah menyambar tiang, kemudian melenting dan berjumpalitan ke atas.

Dia menurut dengan duduk menempel pada dinding, kemudian memasang telinga baik-baik untuk memperhatikan keadaan disekeliling itu.

Mendadak ia mendengar suara Ting Ci kang dengan ilmu menyampaikan suaranya sedang berbisik dari seberang sana.

"Saudara Wi, kau sudah duduk dengan baik? sekarang kita boleh beristirahat dulu, oya ... dapatkah kau pergunakan ilmu menyampaikan suara? Kalau tak bisa, lebih baik jangan bersuara."

Wi Tiong hong tidak bersuara, dia hanya berjongkok diatas tiang penglari dengan tenang, lewat sesaat kemudian, mendadak dari serambi sebelah kiri diluar ruangan dekat dinding secara la mat-la mat ia mendengar suara langkah kaki manusia yang amat lirih. Kalau didengar suaranya, paling tidak ada tujuh delapan orang banyaknya, diam-diam ia merasa terkejut bercampur keheranan, segera pikirnya dengan cepat. "Aaah, ternyata benar benar ada orang yang datang "

Kalau didengar dari suara langkah orang-orang tersebut, dapat diketahui kalau ilmu silat yang mereka miliki rata-rata amat tangguh, tapi ketika diamati lagi dengan lebih seksama, tiba tiba saja suara langkah kaki manusia itu lenyap dengan begitu saja, seakan-akan setibanya diluar ruangan, mendadak mereka berhenti.

Berada diatas tiang penglari rumah yang tinggi, sudah barang tentu dia tak bisa melihat gerak gerik diluar ruangan sana

Kurang lebih seperminum teh kemudian, suasana masih tetap hening tanpa terdengar suara apa apa, akhirnya tak tahan dia segera berbisik kepada Ting Ci kang dengan ilmu menyampaikan suaranya.

"Ting toako, diluar ruangan telah muncul serombongan manusia" Agak terkejut Ting Ci kang setelah mendengar perkataan itu,

dengan ilmu menyampaikan suara kembali dia bertinya, "Apakah

kau dapat melihat kehadirannya? "

"Bukan begitu, tadi siaute mendengar di serambi luar sana seperti ada orang yang sedang berjalan, jumlah mereka paling tidak mencapai tujuh delapan orang, hanya anehnya sebentar kemudian suara tersebut hilang lenyap. seakan-akan mereka semua berhenti diluar sana.

Ting Ci kang yang mendengar perkataan itu menjadi semakin terkesiap. sebagaimana diketahui antara ruangan tengah dengan serambi samping dipisahkan oleh sebuah dinding yang amat tebal, bagaimana mungkin Wi Tiong hong bisa menangkap suara tersebut?

Kalau ditinjau dari ketajaman pendengarannya, bukankah hal ini menunjukkan kalau tenaga dalamnya telah mencapai puncak kesempurnaan? Padahal berbicara soal usia, jelas dia masih jauh lebih muda daripada usia sendiri, tetapi mengapa dia bisa memiliki kemampuan yang melampaui batas kebiasaan?

Bersamaan itu juga , diapun teringat akan lencana Siulo cinleng yang dimiliki pemuda itu, asal usulnya terasa semakin mengherankan hati, tapi kalau di dengar dari nada ucapannya dia seperti seorang yang baru terjun kedunia persilatan dan sama sekali tak berpengalaman.

Berpikir demikian, terpaksa ujarnya sambil tersenyum: "Mungkin saudara Wi telah salah dengar."

"Tak bakal salah, siaute dapat mendengar dengan jelas sekali, mungkin mereka bersembunyi diatas serambi samping, coba kalau tidak dihalangi oleh dinding yang tebal, dalam jarak beberapa kaki saja, dengusan napas mereka dapat kudengar pula dengan jelas."

Mendengar perkataan itu tanpa terasa Ting Ci kang meningkatkan kewaspadaannya menjadi beberapa kali lipat, kemudian setelah menghela napas panjang katanya:

"Saudara Wi, ketajaman pendengaranmu sungguh membuat siauheng merasa kagum sekali"

Berbincang sampai disitu, mereka segera menghentikan pembicaraan tersebut.

Wi Tiong-hong mencoba untuk memperhatikan lagi gerak gerik diserambi samping, tapi kecuali suara langkah kaki yang tadi, tidak terdengar lagi suara yang lain-Angin malam berhembus lewat menggoyangkan daun pintu danj endela serta menimbulkan suara yang bsrisik, tapi suasana di gedung ini masih tetap hening, sepi dan tak ada suara apa-apa.

Dalam suasana seperti inilah satu kentongan lewat tanpa terasa, kini tengah malam sudah tiba, namun belum juga terlihat ada sesuatu gerakan yang mencurigakan.

Wi Tiong-hong berjongkok diatas tiang penglari rumah dengan perasaan tak sabar, mendadak. "Sreeet, sreeet " terdengar beberapa kali desingan suara pelan bergema memecahkan keheningan. Kemudian tampak bayangan manusia berkelebat lewat dan didepan undak-undakan rumah lelah muncul empat sosok bayangan manusia yang kecil dan kurus.

Dengan perasaan terperanjat Wi Tiong hong segera berpikir: "Sungguh cepat gerakan tubuh mereka " Belum lagi dia bersuara, Ting Ci kang dengan ilmu menyampaikan suaranya telah berbisik:

"Saudara Wi, ada orang datang"

Dalam waktu singkat, Wi Tiong hong dengan meminjam sinar rembulan yang redup sudah dapat melihat raut wajah keempat sosok bayangan kurus kecil itu dengan jelas, ternyata mereka adalah empat orang bocah berbaju hitam yang berusia hampir sebaya.

Kalau di lihat dari wajah mereka, tampaknya usia mereka baru empat lima belasan-Maka kepada Ting Ci kang dia menjawab:

"Benar, yang datang adalah empat orang bocah lelaki yang berusia antara empat lima belas tahunan."

Ting Ci kang semakin terperanjat lagi, dengan cepat dia bertanya.

"Dalam suasana yang begini gelap gulita, apakah saudara Wi bisa melihat raut wajah mereka dengan jelas? "

"Siaute meminjam cahaya bintang dan rembulan untuk mengamati wajah mereka, aku pikir tak bakal salah lagi, cuma tak sejelas kalau melihat ditengah hari belong."

Ting Ci kang semakin terkesiap lagi setelah mendengar ucapan itu, buru buru dia berseru.

"sekarang mereka sudah berjalan masuk. coba lihat tindakan apa yang mereka lakukan? "

Ke empat orang bocah lelaki berbaju hitam itu nampak agak sangsi sebentar setelah dilihatnya gedung yang begitu besar berada dalam keadaan hening, tidak nampak ada yang menghalangi juga tak kedengaran sedikit suarapun tapi akhirnya mereka melangkah masuk juga kedalam ruangan tengah.

Secepat kilat keempat orang itu menyebarkan diri, dua menuju ke sebelah kiri dan dua lagi menuju kesebelah kanan, setelah berdiri pada posisi segi empat, masing masing lantas berdiri tak berkutik ditempat semula...

Wi Tiong hong mengamati sekejap orang orang itu, kemudian baru berkata dengan ilmu menyampaikan suara:

"Mereka berdiri dibawah sana dalam posisi segi empat, tubuh mereka tidak bergerak."

"Dalam posisi segi empat? " Mungkin karena suasana dalam ruangan itu terlampau gelap hingga Ting Ci kang tak sempat melihat jelas keadaan disekeliling tempat itu, maka setelah mendengar ucapan mana dia termenung beberapa Saat, setelah itu baru katanya: "Mungkin mereka sedang menunggu orang "

"Sreeeet " Segulung bayangan manusia diiringi suara ujung baju yang terhembus angin segera berkelebat lewat dan melayang turun diantara ke empat orang tersebut.

Gerakan tubuh orang itu sedemikian cepatnya hingga boleh dibilang dalam sekejap saja telah tiba disasaran.

Bahkan Wi Tiong-hong sendiripun tak sempat melihat jelas bentuk tubuhnya, ditengah kegelapan hanya terdengar seseorang dengan suara yang rendah, berat dan parau sedang menegur: "Tidak berjumpa dengan seseorang? "

"Benar" jawab keempat orang bocah berbaju hitam sambil membungkukkan badan memberi hormat.

Buru buru Ting Ci kang bertanya lagi:

"Saudara Wi, apakah kau dapat melihat jelas macam apakah orang yang baru datang itu? "

Sorot mata Wi Tiong hong segera dialihkan ke arah bayangan manusia diantara ke empat orang bocah berbaju hitam itu, ternyata dia adalah seorang tojin tua yang kurus dan kecil, tapi lantaran dia berada ditempat yang tinggi, maka sukar untuk melihat jelas raut wajahnya.

Maka setelah mendongakkan kepalanya dia berkata: "Tampaknya seperti seorang tosu yang kurus dan kecil."

Belum habis dia berkata, mendadak terdengar tosu kurus itu sudah membentak keras: "Siapa disitu? "

Ting Ci kang amat terperanjat segera pikirnya: "Padahal aku dan Wi Tiong hong bercakap cakap dengan ilmu menyampaikan suara, tak mungkin pembicaraan kami bisa didengar orang lain, jikalau ia dapat mendengar suarai berarti suara itu berasal dari dengusan napas-kami berdua..."

Teringat sampai di sana, dengan ilmu menyampaikan suara segera bisiknya lagi: "Saudara Wi, cepat tutup napasmu rapat-rapat jangan berbicara lagi untuk sementara."

Dalam pada itu, keempat bocah berbaju hitam tersebut telah berkata setelah menjura.

"Tecu sekalian telah melakukan pemeriksaan diseluruh ruangan tak nampak sesosok manusia."

Benar-benar lihay sekali, ternyata ketika mereka baru masuk kedalam ruangan dan berputar sekali dengan kecepatan tinggi sekali tadi seluruh ruangan telah diperiksa dengan seksama.

Tosu yang kurus kecil itu segera mendengus dingin “Hmm, dengan jelas lohu mendengar ada orang berganti napas dibalik kegelapan, ehm, agaknya suara itu berasal dari sebelah barat sana.”

Diam-diam Ting Ci kang merasa malu sendiri karena orang yang berganti nafas tadi memang dia.

Sambil bergendong tangan tosu kurus kecil itu berdiri ditengah kegelapan, sementara sorot matanya yang tajam pelan-pelan menyapu seluruh ruangan itu, bentaknya kemudian-"Turun " Baru selesai dia berkata, tiba tiba dari arah belakang ruangan kedengaran seseorang menegur dengan suara dalam.

"Siapa disitu? Ditengah malam buta begini ada urusan apa berkaok-kaok disini?”

Suara itu berasal dari suara seorang kakek tua yang parau, bahkan diantara pembicaraan tersebut diselingi pula suara batuk. Tosu tua yang kurus kecil itu mendengus dingin-”Hmmm. siapakah kau? Mengapa tidak segera munculkan diri? "

Suara tua dari belakang ruangan itu berkata:

"Apakah kalian hendak mencari orang orang dari An- wanpiaukiok? Sejak berapa hari berselang perusahaan itu telah dibubarkan, tempat ini sudah berganti pemilik, kami hanya rakyat biasa yang tak pernah berhubungan dengan orang persilatan, kalian telah salah sasaran-"

"Soal dibubarkannya An-wanpiaukiok. mengapa lohu mesti bertanya kepadamu? ”

“Lantas kau datang kemari mencari siapa? "

"Mencari siapa? " tosu kecil kurus itu mendengus gusar, "apakah lohu tak boleh kemari? "

"Majikan kami belum pindah kemari, apakah tidak kau saksikan gedung ini masih kosong melompong? "

Tosu kurus kecil itu menatap ke belakang ruangan lekat-lekat, mendadak ia menegur.

"Siapakah kau? "

orang dibelakang ruangan itu terbatuk-batuk kemudian berkata. "Bagaimana? Apakah kau hendak mencari aku? "

Tosu kurus kecil itu semakin naik darah, serunya dengan suara menahan geram. "Lohu tidak punya waktu bergurau dengan dirimu” suara yang serak dan tua itu kembali tertawa ringan-"Aku toh tidak mengundang kalian datang, bukan aku yang bergurau dengan dirimu, adalah kau yang mengajak aku berbincang-bincang."

Tosu kurus kecil itu tertawa seram, mendadak tampak cahaya tajam berkelebat lewat ditengah kegelapan, kemudian meluncur ke belakang ruangan dimana suara pembicaraan tadi berasal. "Triiing..."

Suara dentingan lirih berkumandang dari arah belakang ruangan, kalau di dengar dari suara tersebut, dapat diketahui kalau sitosu kurus kecil itu telah melepaskan senjata rahasia yang kecil dan lembut kearah lawannya. Diam-diam Wi Tiong hong agak tertegun, pikirnya.

"Oooh, rupanya orang yang bersembunyi di belakang ruanganpun seorang yang liehay, tadi aku masih mengira dia hanya penghuni gedung ini saja..."

Dalam pada itu, suara yang tua tadi telah berseru lagi dengan perasaan terkejut. "Keparat, hampir saja aku si orang tua menghantarkan selembar jiwaku ditanganmu."

Tiba-tiba tosu kecil tertawa tergelak.

"Haahhh... haaahh... haaahh.... sobat kau punya kemampuan sedemikian hebatnya, hal ini membuktikan kalau kau bukan manusia sembarangan, lebih baik tak usah bersembunyi ditempat kegelapan lagi, meng apa tidak segera munculkan diri agar lohu bisa melihat tampang wajahmu itu..? "

"Aku adalah pengurus rumah tangga ini, tapi jika kau bersikeras hendak meminta diriku untuk munculkan diri, tampaknya sekalipun tidak keluar juga tak mungkin..." Selesai berkata, dari belakang ruangan tampak cahaya lentera berkilat tajam, lalu seorang kakek berjubah biru dengan rambutnya penuh dengan kucir kecil melangkah keluar dari balik penyekat.

Wi Tiong hong memperhatikan pula wajah orang itu lekat-lekat, ternyata wajah kakek tersebut ditutup oleh selembar kain hitam sehingga kelihatan hanya sepasang matanya saja, teringat akan kain hitam yang membungkus wajah sendiri, satu ingatan segera melintas dalam benaknya.

Ketika dia memandang lagi kewajah tosu kurus kecil itu, dibawah cahaya lilin, tampak wajahnya kelihatan semakin kentara.

"Tosu toa itu berwajah kurus dan sempit dengan alis mata yang panjang, mata kecil, sepasang kening menonjol, mata seperti alang dan berjenggot panjang, dia memakai jubah berwarna abu-abu dengan sebuah senjata kebutan terselip dipinggangnya.”

Waktu itu, dengan sepasang matanya yang tajam dia sedang mengawasi kakek berbaju biru itu lekat-lekat, kemudian berkata dingin:

"Sobat, kalau toh sudah munculkan diri, rasanya tak ada gunanya kau bungkus wajah asli mu lagi "

Kakek berbaju biru itu segera tertawa.

"Aku berbuat demikian karena kuatir kalau kurang berhati-hati sehingga keracunan"

"Kau kenal dengan lohu? "

Kakek berbaju biru itu segera tertawa terbahak-bahak.

"Haahh .. . haahh ... haahh . . walaupun aku belum pernah berjumpa dengan Sutok thian Liong (empat raja racun), sedikit banyak pernah juga kudengar orang membicarakannya, saudara Seh, sekalipun kau sudah berdandan sebagai seorang tosu, suara dan wajah tak mungkin bisa berubah, siapakah didunia ini yang tidak kenal dengan dirimu? "

"Tosu she Seh? " Satu ingatan kembali melintas dalam benak Wi Tiong hong, ”Lo hong tiang dari kuil Pau in si mengatakan dia telah kedatangan seorang Seh tosu, jangan-jangan orang inilah yang dimaksudkan. .? "

Sementara dia masih termenung, terdengar tosu yang kurus kecil itu sudah tertawa terbahak-bahak dengan suara parau: "Haahh . . . haaahhh . . . haaahh . .. saudara Chin terlalu memuji, siaute pun sudah lama mengagumi nama congkoan dari perkumpulan Ban kiam-hwee . ."

Sekali lagi Wi Tiong merasakan hatinya terkesiap. ”ternyata si kakek berbaju biru itu adalah Chin congkoan dari perkumpulan Ban kiam hwee "

"Mana, mana ..." terdengar Chin congkoan berseru sambil menjura, "Nama siaute kalau dibandingkan dengan nama saudara Seh, apalah arti nama kami itu? "

Tapi lantaran ilmu silat lawan kelewat hebat apalagi pandai mempergunakan racun, mau tak mau dia merasa agak keder juga . setelah berhenti sejenak. sambungnya lebih lanjut.

"Malam-malam begini saudara Seh berkunjung kemari, entah ada petunjuk apakah yang hendak disampaikan? "

Seh tosu memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu pelan- pelan menjawab:

"Menurut laporan yang siaute dapatkan, konon muridku Tok Hay ji telah melanggar persatuan perkumpulan kalian sehingga entah bagaimana ceritanya sampai kena ditangkap oleh pihak kalian, Sebab itu aku sengaja berkunjung kekota Sang siau dengan maksud memohon maaf kepada saudara chin."

"Sungguh kebetulan perusahaan An wan piau kiok telah menjadi sebuah gedung kosong, maksud siaute yang sebetulnya adalah ingin menggunakan tempat ini sebagai tempat untuk berteduh tak nyana malah berjumpa dengan saudara chin"

Ketika mendengar sampai disitu, Wi Tiong hong manggut- manggut secara pelan sembari berpikir.

"Ternyata .. dia adalah gurunya Tok hay ji, kalau didengar dari nada bicaranya, seperti dia sudah menerima berita yang kubawa? "

Sementara itu Chin congkoan telah berlagak seakan menyadari akan sesuatu, cepat-cepat ia menjura seraya berkata: "oooh... siaute tidak tahu kalau Tok Hayji adalah anak murid saudara Seh, maaf . , maaf itu mah soal kecil, asal saudara Seh telah memohonnya, masa siaute berani membantahnya? "

“Haaa haa haa saudara Seh telah datang dari tempat kejauhan, sudah sepantasnya jika siaute menjadi seorang tuan rumah yang baik, yaa apa daya kalau di tempat ini tidak terdapat apa apa untuk menjamu diriku..."

"Saudara Seh, bagaimana kalau siaute menghantar dirimu untuk beristirahat dirumah penginapan saja? Segata sesuatunya biar siaute yang mentraktir."

Seakan-akan telah berjumpa dengan sahabat karib saja, orang- orang persilatan memang selalu berjiwa terbuka dan gampang bersahabat dengan orang yang dijumpainya.

"Soal ini tak perlu saudara Chin risaukan." tampik Seh tosu Cepat, "Selamanya siaute sudah terbiasa hidup seadanya, disinipun cukup baik saudara chin, siaute merasa berterima kasih sekali kepadamu atas kesudianmu membebaskan muridku, sekarang silahkan saudara Chin berlalu."

Chin congkoan agak tertegun setelah mendengar perkataan itu, setelah mendeham sebentar, dia lantas menjura seraya berkata:

"Soal muridmu timbul karena kesalahan paham, tentu saja siaute akan segera membebaskannya, cuma andaikata saudara Seh ingin tinggal disini, aku rasa hal ini malah kurang leluasa."

Sambil menarik muka, Seh tosu segera membantah, "Tempat ini tak lebih hanya sebuah gedung kosong, apa salahnya jika siaute menumpang semalam saja di sini? "

"Saudara Seh, kau belum tahu, sejak An wan piaukiok gulung tikar, gedung ini telah dibeli oleh pihak perkumpulan kami." Seh tosu segera tertawa seram.

"Heeeh, heeeh, heeeh, aku mengira karena apa, rupanya gedung An-wan piaukiok ini telah dibeli oleh pihak perkumpulan kalian, bukankah hal ini lebih baik lagi? Tadi, saudara Chin malah bilang hendak menjamu siaute sebagai seorang tuan rumah yang baik? Haaah haaah, kalau begitu siaute akan menginap semalam saja disini, sebagai tuan rumah tentunya saudara Chin tak akan merasa keberatan bukan? "

Sekalipun Chin congkoan seorang jago kawakan yang sudah termasyur selama banyak tahun, tak urung dia dibikin terbungkam perkataan tersebut.

Pada saat itulah mendadak terdengar seseorang tertawa merdu, suaranya enak didengar hanya sayang nadanya dingin menggidikkan kemudian seseorang telah berseru:

"Tidak bisa, kau tak bisa menginap disini, karena malam ini juga kami akan pindah ke mari."

Berbareng dengan selesainya ucapan tersebut dari balik penyekat muncul seorang gadis berbaju hitam.

Wi Tiong hiong mencoba untuk memperhatikan wajah gadis itu, ternyata dia mengenakan baju hitam gelap. berusia dua puluh tiga- empat tahunan, berwajah potongan kwaci, beralis mata lengkung, bermata jeli, bibir kecil dan potongan badan langsing .. .

Tanpa terasa tergerak hati anak muda itu, dia menjadi teringat kembali dengan perkataan sang pelayan rumah penginapan kepadanya menjelang bersantap malam tadi, bukankah tamu perempuan yang mencari Ting toakonya juga berpotongan badan semacam ini?

Dalam pada itu, Seh tocu telah berubah wajahnya setelah mendengar perkataan itu, dengan suara dingin dia lantas menegur:

"Siapakah nona ini? Maaf Kalau aku orang she oey bermata, tetapi tak dapat melihat."

Buru buru Chin congkoan memperkenalkan:

"Dia adalah salah seorang di antara empat pelayan utama dari hwecu perkumpulan kami Hek bun kun (Bun kun hitam) Cho Kiu may, nona Cho adanya." "oooh ... dia adalah pelayan dari Ban kiam hwecu, siaute belum pernah mendengar orang membicarakannya," kata Seh tosu dengan suara yang dingin dan kaku.

"Sekarang, bukankah kau telah mendengarkannya? " ucapnya Hek bun kun Cho Kiu moay dengan Cepat.

Berbicara sampai disitu, mendadak dia mengalihkan sorot matanya kearah Chin congkoan sembari berkata:

"Chin congkoan, kau boleh menyuruhnya pergi sekarang"

Belum sempat Chin congkoan buka suara, Seh tosu dengan wajah penuh kegusaran telah tertawa dingin tiada hentinya.

“Heehh      heeh .. hee , .. mengapa lohu harus pergi lagi? "

Dengan suara dingin dan kaku Hek bun kan Cho Kiu moay menjawab:

"perkumpulan dalam dunia persilatan mempunyai rahasia dari perkumpulan sendiri, malam ini juga kami akan pindah kemari kami tak ingin membiarkan orang luar menyusup di dalam tubuh perkumpulan kami."

Seh tosu segera menengadah dan tertawa ter bahak-bahak.. "Haaan, haaah, haaah, kalian bukan majikan gedung ini, siaute

berhak untuk pindah kemari lebih dulu."

"Saudara Seh, apa maksudmu berkata begitu? "

Seh tosu mengelus jenggot dibawah dagunya lalu berkata sambil tertawa:

"Siaute dengar, An wan piaukiok hanya mengembalikan gedung ini kepada pemilik rumahnya, belum pernah kudengar kalau gedung ini telah dijual kepada Ban kiam hwee kalian."

"Gedung ini justeru telah kami beli dari pemilik rumah tersebut." bantah Cho Kiu moay, "Kau tahu siapakah pemilik rumah ini? " kata Seh tosu sambil tertawa licik. "Haaah, haaah. haaah, hampir separuh bagian gedung yang berada di kota Sang siau ini menjadi milik Tang poan sia (pemilik separuh kota) Tang Pek ban, mana mungkin gedung ini dijual kepada kalian? Ketahuilah, lohu terus terang beritahu kepadamu, lohu telah menyewa gedung ini dari tangan Tang Pek ban, maka orang yang seharusnya mengundurkan diri dari sini bukan lohu melainkan pihak kalian, mengerti? "

Wi Tiong hong yang mendengar mereka hanya memperebutkan hak menempati gedung tersebut, diam-diam merasa kegelian, hampir saja dia tertawa bergelak. Terdengar Hek Bun kun Cho Kiu moay berkata lagi dengan suara dingin seperti es: "Kalau begitu kau menolak untuk pergi dari sini? "

"Lohu telah menyewa gedung ini dari pemiliknya, aku rasa tak mungkin gedung ini akan kuserahkan kepada orang lain-" jawab Seh tosu dengan suara berkilat.

Hek bun kun cha Kiu moay segera tertawa terkekeh-kekeh, kemudian dengan kening berkerut katanya lagi:

"Bagus sekali, kalau begitu silahkan kalian tetap tinggal disini," Tiba-tiba dia berpaling kearah Chin congkoan dan berkata lagi: "Chin congkoan, suruhlah mereka keluar semua"

Chin congkoan tertawa kering, dia lantas bertepuk tangan sebanyak tiga kali.

Mendadak tampak cahaya api memancar ke mana-mana, dari luar ruangan tersebut telah muncul puluhan batang obor yang membuat seluruh ruangan itu terang benderang.

Bersamaan itu pula, dari empat penjuru sekeliling tempat itu bermunculan dua puluhan orang berpakaian ringkas warna hitam, rata rata mereka menutupi sebagian wajahnya dengan kain hitam, sementara sebilah pedang berbulu hitam tersoren dipinggang masing-masing. Wi Tiong hong yang menyaksikan kejadian itu merasa amat terkesiap, pikirnya: "Aaah, rupanya disekeliling serambi gedung ini telah di persiapkan kawanan jago yang begini banyaknya"

Seh tosu sendiri seakan-akan tak merasa kejadian itu sebagai sesuatu yang diluar dugaan, sekulum senyuman licik segera menghiasi wajahnya yang menyeramkan, sambil manggut-manggut katanya:

"Delapan belas orang jago pedang berbulu hitam, hanya mengandalkan jagoan sebanyak ini saja? "

Dia lantas mengangkat tangannya dan menuding kearah Hek bun kun Cho Kiu moay.

Empat orang bocah berbaju hitam yang berdiri dibelakang Seh tosu itu serentak mencabut keluar sebatang senjata kebutan dari sisi pinggangnya, kemudian dengan suatu gerakan tubuh yang amat cepat bagaikan sambaran kilat mengurung disekeliling gadis tersebut.

Chin congkoan yang menyaksikan kejadian itu segera berteriak keras memberi peringatan.

"Nona cho, hati-hati dengan senjata kebutan mereka, hud tim tersebut amat beracun"

Sementara itu Hek bun kun Cho Kiu moay telah mengeluarkan secarik kain berwarna hitam dan digunakan untuk menutupi mulut dan hidungnya, kemudian katanya sambil tertawa. "Masa aku bakal tertipu oleh perbuatan mereka? "

Nona Cho Kiu moay ini memang tak malu disebut salah seorang dayang dari ketua perkumpulan Ban kiam hwee, gerak geriknya dilakukan dengan kecepatan yang amat mengagumkan.

Sejak dia mengeluarkan kain hitam untuk menutupi mukanya, kemudian mencabut keluar pedang berbulu kuning tersoren dipinggangnya, semuanya telah selesai dilakukan sebelum ke empat orang bocah berbaju hitam itu mengepung dirinya dan melancarkan serangan ke depan. Cho Kiu moay segera mengayunkan pedangnya menciptakan serentetan cahaya pelangi berwarna perak yang mengitari sekeliling tubuhnya, kemudian sambil menciptakan selapis cahaya berkialuan dia melancarkan serangan terpisah kearah empat bocah berbaju hitam itu.

Tindakan serangan yang dilancarkan olehnya ini benar benar luar biasa sekali.

Sebenarnya ke empat orang bocah berbaju hitam itu sedang melancarkan serangan kearahnya dari empat penjuru, namun setelah Cho Kiu moay melancarkan serangan balasan, mereka dipaksa untuk merubah kedudukan sebagai penyerang menjadi kedudukan bertahan, mereka mundur terus tiada hentinya.

Seh tosu memperhatikan sekejap pedang berbulu kuning yang berada ditangan gadis itu, dia merasa amat terperanjat.

Perlu diketahui, perkumpulan Ban kiam hwe selama ini termashyur karena keganasan serta kehebatan permainan pedang nya, setiap anggota perkumpulan mempunyai kelompoknya masing- masing sesuai dengan tingkatan ilmu pedang yang dimiliki, mengelompokkan tersebut ditandai dengan perbedaan warna bulu pedang masing-masing.

Pada kawanan jago pedang biasa, maka perbedaan itu terbagi menjadi warna hijau, merah, putih dan hitam empat macam, sedangkan untuk kedudukan yang paling tinggi, digunakan warna kuning emas.

Konon hanya Hwecu seorang yang menggunakan bulu pedang berwarna kuning emas, namun jarang sekali ada jago persilatan yang sempat berjumpa dengan ketua perkumpulan Ban kiam hwee ini.

Kini Hek bun kun Cho Kiu moay mempergunakan bulu pedangnya berwarna kuning tawar, dari ini menunjukkan kalau tingkat kedudukannya didalam perkumpulan Ban kiam hwee hanya setingkat dibawah sang ketua sendiri, sudah barang tentu ilmu pedang yang dimilikinya pun luar biasa sekali. Berpikir demikian, dia lantas berseru lantang: "Mundur semua"

Mendengar seruan itu, empat bocah berbaju hitam itu segera mengundurkan diri.

Sambil memutar senjata kebutan ditangan, Seh tosu segera tertawa seram, kemudian ujar nya:

"Lohu pernah mendengar orang berkata hanya Ban kiam bwee cu seorang yang mempergunakan pedang berbulu kuning emas, kini ku lihat nona menggunakan pedang berbulu kuning tawar, tampaknya kau memiliki suatu kemampuan yang amat hebat di dalam permainan pedangmu? "

Cho Kiu-moay segera menggetarkan pergelangan tangannya sehingga tubuh pedang itu memperdengarkan suara dengungan yang sangat nyaring, kemudian sorot matanya ditujukan ke ujung pedang, sementara tangan kirinya meraba tubuh pedang itu pelan-

"Apakah kau ingin mencoba kelihayanku?" tantangnya dengan kening berkerut kencang.

Seh tosu menjadi panas hatinya melihat sikap jumawa dari gadis itu, meski pedangnya dipegang dalam suatu sikap yang seenak hatinya, namun dia tahu bahwa tenaga dalam yang dimiliki gadis itu cukup tangguh.

Tanpa terasa dia mendongakkan kepalanya dan tertawa seram. "Haaahhh . . haaahhh ,. . haaahhh . .. lohu memang bermaksud

demikian."

"Hmmm, kalau begitu perhatikan saja baik-baik" seru Cho Kiu moay sambil mendengus dingin-Begitu selesai berkata, tanpa pembukaan tanpa memasang kuda-kuda, pedangnya langsung disodok kedepan melancarkan sebuah tusukan ke tubuh tosu itu.

Serangan pedangnya ini ternyata di lancarkan selain ganas juga amat cepat, begitu dahsyatnya hingga menggetarkan sukma setiap orang yang memandangnya. cepat-cepat Seh tosu memutar senjata kebutan yang berada ditangan kanannya menciptakan selapis cahaya hitam yang amat tebal untuk mengunci datangnya ancaman pedang Hek Bun kun, berbareng itu juga "Sreet " segulung desingan angin tajam diayunkan ke depan untuk membelenggu telapak tangan kanan lawan yang menggenggam pedang.

Dengan cekatan Cho Kiu moay melejit ke samping untuk menghindarkan diri, seperti Seekor ular sakti keluar dari sarangnya pedang itu berganti tiga jurus serangan secara beruntun, semuanya dilakukan dengan keCepatan luar biasa dan mengancam tiga buah jalan da rah penting di tubuh Seh tosu.

"Benar-benar ilmu pedang yang amat bagus." puji Seh tosu sambil tertawa seram.

Senjata kebutnya diputar membentuk satu lingkaran busur, kemudian dengan jurus Hong imsu hap (angin dan mega berkumpul diempatpenjuru) dia bendung ketiga serangan lawan yang tertuju kearahnya itu.

Cho Kiu moay mendengus dingin, permainan pedangnya semakin diperketat, tiba-tiba saja cahaya dingin memancar keempat penjuru dan menciptakan bayangan pedang yang berlapis-lapis, dalam waktu singkat dua kaki di-sekellling tempat itu sudah diliputi oleh hawa pedang yang menggidikkan hati. . ."

Wi Tiong hong yang bersembunyi di atas tiang belandar menjadi terkejut sekali setelah menyaksikan kenyataan itu, diam-diam pikirnya "llmu pedang macam apaan ini? Tak kusangka begitu ganas, keji dan menggidikkan hati."

Ketika memandang pula kearah Seh tosu, tampak seluruh tubuhnya telah diliputi oleh selapis kabut hitam yang amat tebal, diantara desingan angin tajam, permainan senjata kebutannya tetap sama cepatnya sehingga sulit dilihat jelas.

Wi Tiong hong benar benar dibikin terkesima oleh pertarungan tersebut, tanpa terasa dia lantas bertopang dagu dengan tangannya menopang   badannya,   lalu   seluruh   perhatiannya   dicurahkan kemedan pertarungan untuk mengawasi perubahan pedang dan senjata kebutan lawan. Sementara dia sedang mencurahkan perhatiannya untuk memperhatikan jalannya pertarungan itu, mendadak jari tangan kirinya seperti lagi menekan diatas sebuah benda yang dingin dan keras.

Dalam pada itu, pertarungan yang berlangsung antara dua orang jago di bawah sana telah berlangsung dua tiga puluh gebrakan lebih, kini masing-masing pihak sedang mengerahkan segenap kemampuannya untuk menguasahi lawan, jurus serangan yang mematikan dikeluarkan beruntun, perubahan jurusnya tak terlukiskan dengan kata-kata.

Dalam keadaan demikian, anak muda itu enggan untuk melepaskan pandangannya dari arena pertarungan. perhatiannya juga masih dicurahkan ke arena, tentu saja tidak akan memperhatikan benda apakah yang dingin dan keras itu, namun jari tangannya tanpa disadari masih saja meraba, mengorek dan mendongkel benda tersebut.

Agaknya benda itu tertanam didalam tiang belandar sedalam tiga hun lebih, ketika diraba terasa halus dan licin sehingga sukar untuk mengoreknya keluar.

Sementara itu, Cho Kiu moay yang sedang bertarung sengit tiba- tiba membentak nyaring, titik titik cahaya tajam memancar berbareng dengan munculnya bunga pedang, kemudian dengan menciptakan serentetan cahaya tajam yang menggidikkan hati langsung menembusi bayangan hitam yang tebal disekitar tubuh lawan. Dengan cepat Seh tosu menyadari datangnya ancaman bahaya maut, untuk membendungnya jelas tak sempat lagi, buru- buru dia menarik hawa murninya dari dalam tan-tian, lalu sambil mengeraskan hati menyusup mundur sejauh satu depa lebih ke belakang.

Dimana cahaya tajam berkelebat lewat "Sret" jubah tosu yang dipakai Seh tosu telah robek dari atas dada hingga kebawah oleh goresan mata pedang, masih untung dia, berkelit cukup cepat, coba kalau terlambat selangkah saja, niscaya dadanya susah terbelah menjadi dua dan berakibat suatu kematian yang mengenaskan Wi Tiong hong yang menyaksikan kejadian itu menjadi terperanjat tangan kirinya yang sementara itu masih mengorek keluar benda dingin diatas tiang belandar, karena secara tiba tiba hatinya menjadi tegang, tanpa terasa jari tangannya ikut mengerahkan tenaga lebih besar lagi, ternyata secara paksa dia berhasil mengorek keluar benda itu, namun masih tidak diketahui olehnya benda apakah itu?

Sebab pada saat itu dua orang yang sedang bertarung dibawah sana telah mengalami suatu perubahan besar.

Seh tosu telah bermandikan keringat dingin karena kaget, buru- buru dia melayang mundur sejauh dua kaki kebelakang, kemudian dengan suara yang parau tertawa terbahak-bahak sembari berkata:

"llmu pedang yang nona miliki benar-benar sangat lihay, lohu telah merasakan kehebatanmu. "

Kemudian setelah memandang sekejap sekellling tempat itu, bentaknya lebih jauh: "Ha ha ha ha. . , . anak-anak, mari kita pergi"

Sementara itu, tatkala Cho Kiu moay berhasil merobek jubah dibagian dada Seh tosu, mendadak tubuhnya menjadi sempoyongan kemudian kakinya lemas dan tubuhnya roboh terjengkang kebelakang.

Sedang Seh tosu begitu selesai membentak. dia segera melejit keudara dan melayang pergi meninggalkan tempat itu.

Ke empat orang bocah berbaju hitam yang berada dibelakangnya tak berani berayal, Sreet sreeeeet, sreeeeet, sreeeeet empat sosok bayangan hitam segera mengikuti dibelakang gurunya menyelinap keluar dari ruangan tersebut.

Semua kejadian itu berlangsung dalam sekejap mata, sedemikian mendadaknya sampai congkoan dari perkumpulan Ban kiam hwee, Sin hun kuijiu (tangan setan pembetot sukma) Chin Toa seng turut menjadi gelagapan dan tak tahu apa yang mesti dilakukan-Tapi setelah menyaksikan Hek bun kun Cho Kiu moay jatuh tak sadarkan diri dan Seh tosu serta keempat orang bocah berbaju hitam itu melejit keluar dari ruangan, dia baru membentak keras dengan perasaan gusar: "Hadang perjalanannya "

Sepasang telapak tangannya segera diayunkan kemuka melancarkan dua buah pukulan dahsyat, sementara ujung kakinya menjejak permukaan tanah dan segera mengejar dari belakang,

"Haaah, haaah, haaah," Seh tosu yang baru keluar dari ruangan segera membalikkan badan sambil tertawa terbahak-bahak. serunya. "Chin heng, kau tak usah menghantar lebih jauh lagi."

Tangan kirinya segera diayunkan ke depan, segulung asap berwarna abu abu dengan cepat memancar keempat penjuru dan menggulung kearah Chin congkoan.

Tentu saja Chin congkoan tahu lihay, sewaktu melakukan pengejaran tadi ia sudah membuat persiapan yang matang, melihat kejadian tersebut dengan cepat tubuhnya menjatuhkan diri kebelakang, laiu setelah nenutup napas, ia meminjam tenaga jejakan pada kedua belah kakinya dan menyingkir sejauh delapan depa dari posisi semula dengan gerakan ikan leihi melejit.

Tadi justru karena waktunya tertunda, Seh tosu telah menerjang dari ruangan tersebut.

Diluar ruang, cahaya api menerangi seluruh penjuru tempat, delapan belas orang jago pedang berbulu hitam dengan senjata yang terhunus telah menanti sedari tadi.

Begitu menyaksikan Seh tosu menerjang keluar dari kepungan, serentak mereka membentak keras, cahaya pedang segera berkilauan, lima sosok bayangan hitam bagaikan sebuah jaring yang terpentang menerjang kearah depan-Tapi jaring pedang tersebut seperti bunga yang mekar sesaat, tahu-tahu lenyap kembali tak membekas.

Delapan belas jago pedang berbulu hitam merupakan jago-jago pedang yang berilmu tinggi, akan tetapi baru satu gebrakan berlangsung, beberapa orang yang berada di barisan terdepan telah roboh terjengkang keatas tanah tanpa menimbulkan sedikit suarapun.

Kenyataan ini membuat beberapa orang lainnya menjadi tertegun, belum sempat mereka lancarkan penghadangan lebih jauh, Seh tosu dengan membawa keempat orang anak muridnya telah menerobos keluar dari dinding pekarangan seperti hembusan angin-Wi Tiong hong terkejut sekali setelah menyaksikan kejadian itu, pikirnya: "Entah racun apa yang telah dipergunakan Seh tosu ini? sungguh lihay sekali "

Berpikir sampai disitu, tiba-tiba dia merasa dalam genggamannya seperti memegang sebuah benda, tanpa terasa ia menundukkan kepalanya untuk memeriksa.

Begitu dipandang, hampir saja dia menjerit kaget, ternyata di dalam genggamannya telah bertambah dengan sebatang pena kemala berwarna hijau yang panjangnya antara lima inci.

Lou-bun-si Mungkinkah pena mustika ini adalah Lou bun si (pena beraksara)?

Tapi mengapa benda tersebut bisa tersimpan diatas tiang belandar rumah?

Aaih Bukankah dimana dimana dia berada sekarang tak lain adalah tempat persembunyian Tok Hay ji waktu itu? Yaa, kalau begitu sudah pasti dialah yang menyembunyikan disini.

Benar, bukankah diantara pesan rahasia yang harus disampaikan terdapat kata kata yang berbunyi:

"Gua dalam tanah masuk dalam kayu? "

Berpikir sampai disitu, untuk sesaat dia tak berani mengusik Ting ci-kang cepat-cepat pena kemala tersebut disimpan kedalam sakunya.

Semua peristiwa itu hanya berlangsung dalam sedetik, sementara itu dari kejauhan sana telah terdengar suara Seh tosu sedang berseru dengan suara parau. "Tak usah kuatir saudara chin, Cara siaute turun tangan masih tahu diri, asal saudara Chin sekalian segera mengundurkan diri dari gedung ini dan membebaskan muridku, tentu akan siaute kirim orang untuk menghantarkan obat pemunahnya buat kalian-"

Suara pembicaraan tersebut makin lama makin menjauh, nampaknya orang itu sudah berada jauh sekali dari sana.

Menanti Siu hun-kui-jiu (tangan setan pembetot sukma) Chin Toa-seng menyusul ke depan ruangan, pihak lawan telah lenyap tak berbekas.

Kejadian ini seketika itu juga , membuat congkoan dari pasukan pedang hitam ini menjadi gembar-gembor keras, mencorong sinar tajam dari balik matanya, dia segera menjejakkan kakinya ke atas tanah membuat ubin yang kena dijejak hancur berantakan Kemudian setelah melirik sekejap ke atas tiang belandar, dia membopong Cho Kiu moay dan berseru dengan suara dalam.

"Kawanan jago pedang yang berada diluar ruangan, masing- masing segera membopong rekannya yang keracunan, cahaya api menjadi padam dan belasan sosok bayangan manusia itu mengundurkan diri semua dari situ, dalam waktu singkat tak sesosok manusia pun yang tertinggaL

Menanti semua orang sudah meninggalkan tempat itu, Wi Tiong hong baru berseru dengan cemas:

"Ting toako .. ."

Ting ci kang segera melompat turun, kemudian buru-buru serunya.

"Saudara Wi, mari kita segera pergi " Wi Tiong hong turut melompat turun, ujarnya penuh rasa gembira. "Ting toako, aku..."

Tangannya segera merogoh kedalam saku siap mengeluarkan pena kemala tersebut. Dengan wajah serius Ting ci kang segera mengulapkan tangannya sembari menukas. "Bila ada persoalan lebih baik dibicarakan setibanya dirumah nanti, sekarang kita harus segera meninggalkan tempat ini" selesai berkata, dia lantas melompat keluar ruangan dan berlalu lebih dulu.

Wi Tiong hong tak sempat banyak bicara lagi dia segera menyusul dibelakangnya berlalu dari situ.

Tampak dua sosok bayangan manusia berkelebatan dengan cepatnya menuju kerumah penginapan, kemudian mereka menerobos masuk kedalam kamar lewat jendela. Wi Tiong hong benar benar tak sadar lagi, dengan suara lirih segera bisiknya.

"Ting toiko, cepatlah memasang lentera, siaute ada persoalan yang hendak dibicarakan denganmu."

Sambil memasang lentera, Ting ci kang menghembuskan nafas lega, tanyanya.

"Saudara Wi, kau ada urusan apa? "

Dari dalam sakunya Wi Tiong hong mengeluarkan pena kemala tersebut, kemudian dengan wajah berseri kata nya.

"Ting toako, coba kau lihat, bukankah benda ini adalah pena beraksara Lou bun si? "

"Lou bun si? " tiba-tiba mencorong sinar aneh dari balik mata Ting ci kang, dengan cepat dia mengambil benda tersebut dari tangan Wi Tiong hong, kemudian tanyanya: "Darimana kau dapatkan benda ini? "

"Tanpa sengaja siaute berhasil menemukannya sewaktu meraba- raba tiang belandar tadi."

"oooh... kalau begitu benda ini memang berada di An wan piaukiok..." gumam Ting ci kang.

"Ting toako" Wi Tiong hong segera mendongakkan kepalanya sambil bertanya, "betulkah benda ini adalah Lou bun si? "

Mencorong sinar licik dari balik mata Ting ci-kang, sambil tertawa seram sahutnya: "Benar " Jari tangannya segera diayunkan ke depan dan secara tiba-tiba menotok jalan darah Tiong teng niat ditubuh Wi Tiong-hong. serangan tersebut dilancarkan secara tiba tiba ....

Mimpipun Wi Tiong-hong tidak menyangka kalau Ting toakonya bakal melancarkan sergapan kepadanya.

Berhubung jarak antara kedua belah pihak begitu dekat, ditambah lagi tanpa persiapan apapun, kontan saja anak muda tersebut merasakan sekujur badannya menjadi kesemutan dan segera roboh terjengkang ke atas tanah.

Tak terlukiskan rasa kaget dan terkesiap yang mencekam perasaan Wi Tiong hong ketika itu, sambil menengadah memandang Ting ci kang, serunya dengan suara gemetar: "Ting toako, kau...

meng apa kau menyerang siaute...? Mengapa kau. "

Dengan cepat Ting ci kang menyimpan pena kemala tersebut ke dalam sakunya, mencorong sinar bengis dari matanya sementara senyuman menyeringai yang menggidikkan hati menghiasi bibirnya.

Pelan-pelan dia mengangkat tangan kanannya ke udara siap menghajar batok kepala Wi Tiong hong.

Pada saat itulah, dari luar jendela terdengar seseorang berseru sambil tertawa merdu: "Nah, inilah yang dinamakan bencana datang karena membawa barang berharga ”

“criiiittt "

Segulung desingan angin serangan jari yang tajam menerobos masuk lewat jendela dan menghajar tangan kanan Ting ci kang yang sudah terangkat ke tengah udara itu.

"Blaaammm.. . " menyusul pula pintu kamar dibongkar orang keras-keras, sesosok bayangan manusia menerobos masuk ke dalam ruangan dengan kecepatan luar biasa.

Ting ci kang segera merasa telapak tangan kanannya kesakitan luar biasa, rasa sakit ini merasuk sampai ketulang sumsum, dalam terkesiapnya tak sempat melihat jelas lagi siapa penyerangnya, ia menjejalkan kakinya ketanah dan secepat sambaran petir menerobos ke luar lewat jendela belakang.

Tampaknya orang yang menyelinap masuk kedalam kamar itu tidak berhasrat untuk melakukan pengejaran, dengan cepat dia menyelinap pula kesamping tubuh Wi Tiong hong.

Dalam pada ini, paras muka Wi Tiong hong telah berubah menjadi pucat pias seperti mayat, matanya terbelalak lebar, dia duduk tertegun ditempat tanpa mengucapkan sepatah katapun.

orang itu menundukkan kepalanya memandang sekejap kearah anak muda tersebut, kemudian sambil mendengus gusar serunya:

"Benar-benar suatu tindakan yang amat keji, bila aku datang terlambat selangkah saja, niscaya kau sudah mati diujung telapak tangan nya, atau paling tidak akan menjadi cacad "

Ia lantas menepuk pelan punggung Wi Tiong hong.

Wi Tiong hong memutar biji matanya sebentar kemudian menghembuskan napas panjang, tiba-tiba dia memuntahkan darah kental dan tersadar kembali dari keadaan termangu.

Secara lamat lamat dia merasakan dadanya amat sakit sekali, dengan cepat dia berusaha untuk meronta dan bangkit berdiri.

Mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara yang merdu sedang berkata:

"Kau telah menderita luka dalam yang cukup parah, sekalipun memperoleh cara pertolongan yang tepat, paling tidak membutuhkan waktu selama tiga sampai lima hari untuk bisa pulih kembali seperti sedia kala, sekarang aku akan membantumu untuk mengatur pernapasan, duduklah dan jangan bergerak dulu."

Ketika Wi Tiong hong mendengar orang yang berbicara itu seperti suara dari seorang perempuan, apa lagi setelah ia mendongakkan kepala dan tidak menjumpai bayangan tubuh Ting ci kang berada disana, dengan keheranan segera tanyanya: "Siapa nona? Dimana kah Ting toako ku? " Perlu diketahui jalan darah Tiong-tiang hiat yang ditotok oleh Ting ci kang tadi merupakan salah satu dari tiga puluh enam buah jalan darah kematian di tubuh manusia, andai kata tidak segera ditolong maka akibatnya akan terjadi pendarahan yang menyebabkan kematian-Apalagi ketika dia hendak buka suara tadi, keburu jatuh tak sadarkan diri, sehingga dia tidak tahu kalau Ting ci kang telah melarikan diri lewat jendela.

-ooooDWoooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar