Pedang Karat Pena Beraksara Jilid 08

Jilid 08

"LENCANA Siu- lo-cio- leng ?" Wi Tiong hong membelalakkan matanya lebar lebar, "lencana Siu lo ciu leng ..."

"Kau anggap membebaskan Ting ci kang adalah suatu masalah kecil ?" ujar Kam Liu-cu dengan wajah bersungguh-sungguh, "bila lencana Siu lo cin leng tak dikeluarkan aku yakin pihak Bin kiam hwee pasti takkan melepaskan orang dengan begitu saja "

"Aku tidak tahu apa yang dimaksudkan saudara Kam sebagai lencana lo cin leng itu ?" Kam Liu cu menjadi tertegun.

"Apakah lencana Siu Lo cin Leng tidak berada disakumu?" tanyanya keheranan "Aku benar-benar tidak tahu."

"Aneh kalau begitu, bukankah kau telah memperlihatkan lencana Siu Lo cin leng kepada guruku waktu itu?"

Mendadak Wi Tiong hong teringat kembali akan lencana besi tersebut, buru tanyanya. "Apakah saudara Kam maksudkan lencana besi tersebut?" "Betul, betul lencana Siu- Lo- cin- leng memang berupa lencana besi, benda itu merupakan tanda pengenal dari Siu-Lo cinkun dimasa lalu, barang siapa memegang lencana tersebut dia merupakan utusan dari cinkun, bagaimana juga utusan dari Ban kiam-hwee pasti akan memberi muka kepadamu."

Wi Tiong hong sama sekali tidak menyangka kalau lencana besi rongsokan yang ditemukan dalam peti kayu milikpaman yang tak di kenalnya itu mempunyai manfaat yang besar, tak heran kalau orang tua itu memberi pesan kepadanya agar menyimpannya baik dan jangan sampai hilang.

Sekarang masalahnya sudah jelas, rupanya waktu itu Thian Sat- nio mengundurkan diri karena telah menyaksikan lencana besi tersebut.

Berpikir demikian buru dia merogoh ke-dalam sakunya dan mengeluarkan benda itu. "Saudara Kam, benda inikah yang kau maksudkan sebagai lencana Siu-Lo cin leng?"

oleh karena lencana besi itu ia simpan di dalam baju bagian dalam, maka benda tersebut tak sampai didapatkan Thi Lo han-

Kam Liu cu memandang benda itu sekejap. kemudian menganguk berulang kali.

"Benar, benar, memang benda itulah yang ku maksudkan, baik, mari kita sekarang juga berangkat."

Selesai berkata, dia lantas membalikkan badan dan berjalan menuju kaki bukit.

"Saudara Kam, tadi aku masuk dari tengah hutan sana, apakah mereka tidak berada disini?" Wi Tiong- bong segera berseru. Tanpa berpaling Kam Liu cu tertawa terbahak-bahak.

"Haaahh . . . haaahhh    mereka sengaja bermain sembunyi dan

berbuat setan untuk nembohongimu, dia suruh aku tinggal dibawah tebing ciang su nia, paham mereka serombongan masih berada di depan sana" Wi Tiong hoog jadi teringat sewaktu ia digandeng oleh si dayung berbaju hijau tadi, jalanan yang ditempuh memang merupakan jalanan yang tingi rendah tak menentu, hal mana persis seperti apa yang dilalui sekarang, maka diapun lantas mengikuti dibelakang Kam Liu cu berjalan menelusuri kaki bukit.

Tak selang berapa saat kemudian mereka telah tiba dibawah kaki bukit berbatu itu, tanahnya tak terhitung tinggi namun batuan cadas berserakan dimana-mana, sebuah hutan telah menghadang jalan pergi mereka . . .

Baru saja Kam Liu cu menghentikan langkahnya, dari dalam hutan sudah kedengaran suara seseorang membentak keras. "Siapa disitu?"

Seorang lelaki berbaju hitam yang menyoren pedang dan bermata angkuh muncul dari dalam hutan dengan langkah lebar, sorot matanya yang tajam memperhatikan wajah kedua orang itu sekejap lalu berdiri tak bergerak disitu. Kam Liu cu buru buru menjura, katanya.

"Sobat, tolong beritahu ke dalam kalau Kam Liu cu dari Thian sat bun ingin berjumpa dengan chiu congkoan kalian-"

Lelaki berbaju hitam itu tidak mengucapkan sepatah katapun, dia segera membalikkan badandan menyelinap ke dalam hutan.

sepeninggal orang berbaju hitam itu, Kam Liu cu baru mendengus sambil berkata pelan.

"Tampaknya kawanan jago pedang berwarna hitam dari Ban kiam hwee rata-rata memiliki ilmu silat yang menganggumkan ..."

Ucapan tersebut diutarakan dengan setengah bargumam, seperti merasa kagum, tapi seperti juga bernada menyindir.

Wl Tiong hong merasa rikuh untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka dia hanya membungkam, sorot matanya dialihkan memperhatikan pandangan alam sekeliling tempat itu. Mereka berdua menunggu sesaat lamanya namun belum ada juga yang muncul, nampaknya Kam Liu cu sudah tidak sabar menunggu. Wi Tiong hong segera bertanya. "Saudara Kam, sebenarnya tempat apakah ini?"

"Pit bu san- . ." sahut Kam Liu cu cepat.

Sambil berkata dia awasi hutan itu lekat-lekat kemudian katanya seraya berpaling. "Mari kita masuk saja"

selesai berkata, dia lantas masuk dulu ke dalam hutan dengan langkah lebar.

Dalam perjalanan kali ini, sudah barang tentu Kam Liu-cu pemimpinnya, maka Wl Tiong hong menyaksikan dia berjalan masuk ke dalam hutan, serta merta diapun mengikuti di belakangnya .

Baru saja mereka berdua masuk kedalam hutan, tampak bayangan manusia berkelebat lewat, kembali ada seorang lelaki berbaju hitam yang menyoren pedang menghadang jalan pergi mereka.

"Harap kalian berdua berhenti" serunya dingin-

Kam Liu cu mendengus dingin. "Hmmm, kami datang kemari untuk mencari Chin congkoang kalian-" serunya.

"Sudah ada orang yang masuk ke dalam untuk memberi laporan, sebelum congkoan mengijinkan kalian berdua masuk ke dalam, lebih baik kalian berdua menunggu saja diluar hutan"

Kam Liu cu mengerutkan dahinya, mencorong sinar merah membara dari balik matanya, dia seperti hendak mengumbar hawa amarahnya itu.

Untung saja lelaki berbaju hitam yang masuk ke dalam untuk memberi laporan tadi sudah muncul kembali pada saatnya, terdengar dia berkata dengan lantang. "Chin congkoan mempersilahkan kalian berdua masuk kedalam " Lelaki berbaju hitam yang menghadang dihadapan mereka berduapun tidak banyak berbicara lagi, dia segera menyelinap kesebuah pohon. sekali lagi Kam Liu cu mendengus dingin.

"Hmm, besar amat lagak dari Chin congkoan kalian itu " serunya.

Jalam kecil didalam hutan menghubungkan langsung dengan sebuah bangunan rumah gubuk di-depan sana, saat itulah terdengar suara teguran nyaring berkumandang keluar dari balik rumah gubuk itu.

"Kam thayhiap. setelan pergi kau muncul kembali, aku rasa pasti ada sesuatu petunjuk yang hendak kau sampaikan, kebetulan lohu sedang ada sedikit persoalan sehingga tak dapat menyambut kedatanganmu itu."

Begitu suara itu muncul, nampak pula seorang kakek berbaju hitam yang kurus kecil sambil membawa sebuah huncwe berjalan keluar dari balik rumah gubuk itu untuk menyambut kedatangan mereka.

Menjumpai kakek itu, Wi Tiong hong segera berpikir.

"Rupanya orang inilah Chin congkoan dari Ban kiam hwee, benar benar kedudukan seseorang tak bisa dinilai dari rupa, Seandainya aku tidak bersua muka disini, aku benar-benar akan menganggapnya sebagai seorang kakek dusun" Sementara itu Kam Liu cu telah tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhh. . .haaahhh.. .haaabhh.. .Chin loko kelewat merendah, yaa, benar siaute memang masih ada sedikit urusan kecil yang mesti merepotkan loko."

Chin congkoan memandang sekejap kearah Wl Tiong hong, kemudian mempersilahkan mereka berdua masuk ke dalam ruangan, setelah itu katanya sambil mempersilahkan-"Duduklah Kam tayhiap "

"Terima kasih banyak atas kesudian Chin loko memberi muka kepada siaute dengan melepaskan Wi lote, untuk itu terimalah rasa terima kasih siaute" kata Kam Liu cu sambil menjura. Chin congkoan segera tertawa ter-bahak.

"Haaahhh . . . haaahhh . . . haaahhh . ." memandang diatas wajah emas dari Kam tay-hiap. lohu mana berani tidak menuruti semua permintaan Kam tayhiap?" Ucapannya memangamat sedap didengar. Kembali Kam Liu cu berkata.

"Saudara Wl ini merasa masih mempunyai sebilah pedang yang masih tertinggal disini, maka aku harap. . ."

Belum habis perkataan itu diucapkan, Chin congkoan telah menukas dengan cepat.

"Aaah, itu mah urusan kecil, itu mah urusan kecil, mungkin sebelum pergi mereka telah melupakan hal ini, baiklah lohu segera periksakan hal tersebut".

Selesai berkata dia lantas bertepuk tangan sekali, dari balik ruangan segera muncul seorang bocah berbaju hitam yang berdiri dengan sikap sangat menghormat.

Kata Chin congkoan kemudian- "Pergilah ke nona Hong dan cobatanyakan kepada dia, dengan sebilah pedang yang milik Wl Tiong hong sauhiap masih tertinggal disini, suruh dia segera mengambilnya."

Bocah berbaju hitam itu segera mengiakan, dia lantas membalikkan badan dan mengundurkan diri dari situ.

Tak selang berapa saat kemudian, dia telah muncul sambil membawa sebilah pedang dan dipersembahkan dengan hormat.

Chin congkoan segera menuding kearah Wi Tiong hong sambil menambahkan. "cepat kembalikan kepada sauhiap " Sedang kepada Wl Tiong hong ujarnya.

"Wl sauhiap. coba kau periksa, apakah pedang benar pedang tersebut?"

Wi Tiong hong menerima pedang tersebut dari tangan si bocah berbaju hitam, kemudian manggut manggut. "Yaa, benar memang benda inilah milikku, terima kasih banyak Chin cong koan."

Chin congkoan sama sekali tidak menggubris perkataan itu, dia lantas berpaling kembali kearah Kam Liu cu sambil berkata lebih lanjut.

"Maaf seribu kali maaf, bagaimanapun juga hal ini merupakan keteledoran anak buahku sehingga harus merepotkan Kam thayhiap untuk datang sendiri kemari, lohu benar minta maaf."

Kam Llo cu tertawa tergelak.

"Aaah, Chin loko terlalu merendah, Selain daripada itu siaute masih ada satu hal pula yg hendak dirundingkan dengan Chin loko"

Chin congkoan agaknya tertegun setelah mendengar perkataan itu, kemudian dengan senyum tak senyum dia berkata. "Entah Kam thayhiap masih ada petunjuk apa?"

"Saudara Wi merasa masih ada seorang rekannya yang tetap ditahan di sini ..."

Sengaja dia menarik panjang nada terakhir dari perkataan tersebut kemudian tidak dilanjutkan lebih jauh.

Chin congkoan menghisap huncweenya dalam- dalam kemudian menyemburkan asap tebal ke udara, dia menatap wajah Kam Liu cu lekat lekat, kemudian katanya pelan. "Kam tayhiap. silahkan kau utarakan dengan terang terang "

Dia sudah tau kalau yang dimaksudkan oleh Kam Liu cu adalah Ting ci kang namun dia bergelak seolah-olah tak mengerti.

Kam Liu cu tertawa, lanjutnya lebih jauh, "orang yang siaute maksudkan itu adalah Ting ci kang dari perkumpulan Thi pit pang." Paras muka Chin congkoan tetap tenang tanpa emosi, dia mengangguk pelan.

"Jadi maksud Kam tayhiap- - -" Kam Liu cu tertawa terbahak- bahak. "Haaaahhh. . . haaahhh. . , haaahhh. . . maksud kedatangan kami adalah meminta kepada Chin loko agar bersedia pula untuk melepaskan Ting ci kang." Chin congkoan tertawa hambar.

"Pemintaan dari Kam thayhiap seharusnya siaute turuti." Buru- Kam Liu cu menjura sambil berkata.

"Berkat kesudian Chin loko untuk memberi muka kepada siaute, kau telah memberi suatu kebaikan kepadaku, kali ini aku tak berani memohon sendiri kepada Chin loko atas permintaan tersebut"

"Lantas hal ini menurut kemauan siapa???" tanya Chin congkoan agak tertegun. Kam Liu cu segera menuding kearah Wi-Tiong hong sambil menjawab.

"Atas permintaan dari saudara Wi, dia adalah murid Thian goan totiang dari Butong pay, dia memohon kepada Chin loko agar sudi memberi muka pula kepadanya."

Chin congkoan melirik sekejap kearah Wi-Tiong hong, kemudian dengan senyum tak senyum dia mendengus pelan, setelah itu baru katanya dengan cepat.

"Sepantasnya kalau lohu pun memberi maka kepada Wi sauhiap. cuma saja sahabat Ting ini jauh berbeda dengan Wi sauhiap IHeeehhh . . . heeehhb . . .. berbicara yang lebih jelas lagi,justru karena Wi sauhiap melakukan perjalanan bersama sobat Ting, maka kau baru ikut-ikutan terundang kemari, oleh karena itulah walaupun engkau tidak diminta oleh Kam tayhiap. lohu sendiripun dapat segera membebaskannya."

"Sedangkan mengenai Ting ci kang, dia merupakan orang yang diserahkan atasan kepadaku, maaf kalau lohu tak dapat menuruti permintaanmu itu"

"Jadi kalau begitu Chin loko tidak bersedia memberi muka kepada saudara Wi?" seru Kam Liu cu cepat.

Nada suaranya sudah mulai mendesak dan menyudutkan orang. "Tentang soal ini lohu benar-benar tak sanggup memberikan keputusannya, harap Kam-tayhiap sudi memaafkan"

Dia tidak mengucapkan kata-kata tersebut kepada Wi Tiong hong kecuali terhadap Kam Liu-cu, itu berarti dia sama sekali tidak memandang sebelah matapun terhadap Wi Tiong hong.

Kam Liu cu segera mengangkat bahunya sembari berkata.

"Soal ini sama sekali tiada hubungan dengan siaute, dan tadipun sudah siaute terangkan berulang kali, kali ini aku tak berani memohon bantuan serta kemurahan dari loko lagi, cuma entahlah saudara Wi akan menerimanya atau tidak ?"

Hanya saja secara diam-diam dia merasa heran, pemuda she Wi itu sesungguhnya dilepaskan berkat ia memberi muka kepada pihak Thian Sat bun, sedang dia sendiri sama sekali tak memandang sebelah matapun juga kepadanya.

Tapi kalau didengar dari perkataan Kam Liu cu, dia seperti mempunyai asal usul besar

Chin congkoan adalah seorang jago kawakan yang sudah berpengalaman banyak tahun dalam dunia persilatan sudah barang tentu dia dapat memahami pula apa yang di maksudkan oleh Kam Liucu tersebut.

-ooodowooo-

TIDAK. Kam Liu Cu juga pernah berkata kalau dia tak lebih hanya muridnya Thian Goan Cu dari Bu tong pay.

Perkumpulan Ban kiam bwee takkan memandang sebelah matapun terhadap perguruan Bu tong pay, soal ini tentu saja Kam Liu cu mengetahui dengan amat jelas, tapi mengapa dia malah melimpahkan persoalan itu kini diatas tubuh pemuda she Wi tersebut ?..

Chin congkoan sudah termasuk seorang jagoan tua yang sangat lihay, tapi kali ini dia tak habis tahu dibuatnya, dia tak tahu mainan busuk apakah yang sesungguhnya sedang dilakukan oleh Kam Liu cu kepada dirinya?.

Setelah termenung sebentar dengan perasaan ragu, akhirnya dia berpaling kearah Wi Tlong hong dan tertawa tenang. "Entah Wi sauhiap ada petunjuk apa?" tegurnya.

Diam-diam Kam Liu cu memberi kerlingan mata kepada pemuda itu, kemudian katanya sambil tertawa.

"Saudara Wi, apa yang diucapkan Chin loko memang benar, Ting ci kang dari perkumpulan Thi pit pang merupakan orang yang diserahkan Kiam cu mereka kepadanya, tentu saja Chin loko tak bisa mengambilkan keputusannya. ."

Chin congkoan makin lama semakin keheranan, tiba tiba saja Kam Liu cu membantunya berbicara, itu berarti dibalik kesemuanya itu pasti ada sebab musababnya. Tampak Kam Liu cu tersenyum, kemudian berkata lebih lanjut .

"Lebih baik kau keluarkan saja tanda lencana tersebut, agar Chin loko juga turut menyaksikannya, dengan begitupun dia bisa memberikan pertanggunganjawabnya kepada Kiam cu"

Wi Tiong hong memang sudah mempersiapkan sedari tadi, dia segera mengiakan dengan Cepat merogoh keluar lencana besi itu dari saku-nya, kemudian sambil berdiri lurus dia membuka telapak tangan kirinya dan memperlihatkan lencana besi yang berwarna hitam pekat itu.

Chin congkoan adalah seorang yang berpengalaman sangat luas, begitu menyaksikan lencana besi tersebut paras mukanya kontan saja berubah hebat, sambil tertawa paksa buru buru dia menjura.

"Aaah. . . rupanya Wi sauhiap adalah pemegang lencana Siu lo cin leng, maaf . .. maaf." Pada saat itulah Kam Liu cu telah berbisik kembali dengan ilmu menyampaikan suara.

"Saudara Wi, sekarang kau sudah boleh menyimpan kembali lencana tersebut "

Wi Tiong hong menurut dan segera masukkan kembali lencana besi itu kedalam sakunya.

Terdengar Chin congkoan berkata kembali.

"Lencana Siu lo cin leng hampir dua puluh tahun lamanya tak pernah muncul didalam dunia persilatan, kalau toh Wi sauhiap membawa lencana tersebut, tentu saja atasan kamipun harus menuruti perkataan sauhiap. cuma tidak diketahui apakah Wi sauhiap bersedia memberi waktu satu hari kepada kami sehingga lohu bisa melaporkan dulu kejadian ini kepada atasan kami sebelum dilakukan pembahasan "

"Chin congkoan akan melepaskan kapan?" tanya Wi Tiong hong kemudian.

"Besok tengah hari, asal Wi sauhiap meninggalkan alamat, saudara Ting pasti akan pergi mencarimu sendiri."

Wi Tiong hong termenung dan berpikir sebentar, kemudian diapun mengangguk. "Baiklah, aku akan menantikan kabarmu dirumah penginapan Ko ciau di kota Sang siau "

"Baik, kita- putuskan dengan sepatah kata ini "

"Saudara Wi" Kam Liu cu segera berkata, "waktu sudah tidak banyak lagi, mari kita pergi",

"Haaahhh . . - haaahhh - - . Chin loko, maaf kalau aku telah mengganggumu."

Selesai berkata dia lantas menjura dan berjalan keluar dari dalam rumah gubuk itu.

Wi Tiong hong juga turut menjura, lalu mengikuti dibelakang Kam Liu cu berjalan keluar dari rumah gubug itu. Sekulum senyuman licik yang menggidikkan hati segera tersungging diujung bibir Chin cong koan, tapi dia mengikuti juga dibelakang kedua orang itu, setibanya diluar rumah gubuk dia baru berseru lantang.

"Silahkan kalian berdua berjalan sendiri, maaf kalau lohu tak dapat menghantar lebih jauh."

Tak selang berapa saat kemudian, kedua orang itu sudah keluar dari dalam hutan. Sambil berjalan Kam Liu cu segera berkata.

"Saudara Wi, sewaktu kau mengeluarkan lencana tadi, mengapa tidak kau minta kepadanya untuk segera melepaskan tawanannya ?"

Wi Tiong hong menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, serunya kemudian-"Mengapa saudara Kam tidak mengatakan sedari tadi?"

"Kau yang memegang tanda lencana tersebut, tentu saja kau pula yang harus berbicara. Kebiasaan lencana Siu lo cin leng, lencana datang perintahpun datang, kecuali kalau dia menolak lain ceritanya, kalau tidak masa diberi waktu untuk mengulur ulur waktu

?"

"Apakah besok dia akan melepaskan orang?" tanya Wi Tiong hong dengan cepat. Kam Liu cu segera tertawa.

"Soal itu tak usah kau kuatirkan, Chin Tay-seng sudah terhitung seorang jago yang termasyhur selama banyak tahun, setelah dia menyanggupi permintaanmu untuk melepaskan orang pada esok tengah hari, tentu saja apa yang dijanjikan akan ditepati."

"Maksudku semula adalah suruh dia melepaskan orang lebih dulu kemudian baru melaporkan kejadian tersebut kepada Kiam-cu nya, tapi sekarang kejadiannya malah terbalik, dia melaporkan kejadian tersebut kepada Kiam-cu nya lebih dulu sebelum melepas orang"

Wi Tiong hong segera menghembuskan napas panjang, "Asal apa yang dikatakannya masuk hitungan dan Ting toako benar benar dilepaskan, sekalipun terlambat sehari juga tidak jadi soaL ."

Kam Liu cu tersenyum, "Hati orang siapa tahu, apalagi dunia persilatan memang merupakan suatu tempat yang amat berbahaya dengan segala macam kelicikan ada didalamnya, setiap saat bisa terjadi suatu peristiwa yang sama sekali diluar dugaan, itulah sebabnya selama melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, jangan percaya kepada orang lain, lebih baik percaya kepada dirinya sendiri."

Berbicara sampai disitu, dia mendongakkan kepalanya memandang keadaan cuaca sejenak, kemudian katanya lagi.

"Sekarang hari sudah mulai gelap. bila saudara Wi ingin berangkat ke kota Sang siau, lebih baik cepatlah berangkat."

"Apakah saudara Kam tak akan pergi kekota Sang siau?"

"Aku masih ada urusan lain yang harus segera diselesaikan tak mungkin bagiku untuk menunda waktu lagi. Kita adalah sobat yang bertemu secara kebetulan, aku ingin sekali menyampaikan sebuah nasehat kepadamu, dan aku rasa ucapan mana mau tak mau terpaksa harus kusampaikan juga kepadamu menjelang perpisahan ini."

"Saudara Wi, kau baru terjun ke dalam dunia persilatan, tidak baik kalau mencampuri urusan ini, lebih baik bagaimana urusan sudah beres besok, cepatlah tinggalkan kota Sang siau ini."

"Nasehat dari saudara Kam pasti akan siaute ingat terus." sahut Wi Tiong-hong dengan serius, "dan terima kasih atas pertolonganmu siaute tak tahu setelah perpisahan pada hari ini, sampai kapan lagi kita bisa berjumpa kembali??" Kam Liu cu segera tertawa terbahak-bahak.

"Haahh-.- haahhh . . selama kita melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, kesempatan untuk bersua kembali akan dijumpai setiap saat, semoga saudara Wi bisa baik baik menjaga diri dalam perjalananmu selanjutnya."

Dia segera melompat menuju kejalan raya, dan bergerak kedepan dengan cepat, didalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik kegelapan sana. Menanti bayangan tubuh orang itu sudah menjauh, Wi Tiong hong baru berpikir.

"Tempo hari sebenarnya aku tidak bermaksud untuk berkenalan dengannya, padahal kalau di bilang berkenalanpun tidak tepat, sebab aku hanya kena ditipu uang sebesar berapa puluh tahil perak belaka, sungguh tak kusangka sewaktu aku menjumpai bahaya, dia justru datang membebaskan diriku."

Terutama pula kegagahannya dan kesetiaan kawannya, dia benar benar seorang sahabat sejati . . "

Untuk sesaat dia merasa menjadi bimbang sekali, dalam dunia persilatan penuh dengan kejahatan dan kebaikan, ia tidak habis mengerti perguruan Thian sat bun sesungguhnya suatu perguruan yang baik ataukah perguruan jahat?"

"Tidak!! Terlalu banyak persoalan yang tidak diketahui oleh nya, termasuk juga asal usul sendiri, paman yang tak diketahui namanya serta serentetan kejadian yang telah berlangsung baru- baru ini."

Kini langit sudah menjadi gelap. Wi Tiong hong tak sempat untuk berpikir lebih jauh lagi, dengan langkah lebar dia segera berangkat menuju ke arah kota Sang siau.

Sementara perjalanan sedang dilakukan mendadak dari arah depan sana secara lamat-lamat dia saksikan ada sesosok bayangan manusia sedang melakukan perjalanan pula kearah depan, tampaknya orang itupun hendak menuju kekota Sang siau pula.

Untuk sesaat dia tidak terlalu memperdulikan akan persoalan itu, dia hanya mempercepat langkah nya untuk menempuh perjalanan-

Dari bukit Pit bu sau san sampai di kota Sang siau, jaraknya tak lebih cuma puluhan lie. Satu didepan yang lain dibelakang. kedua belah pihak sama sama melakukan perjalanan dengan cepat.

Tak selang sepertanak nasi kemudian, dari kejauhan sana sudah nampak titik hitam yang merupakan dinding kota. Mendadak orang yang berjalan didepannya itu menghentikan langkahnya, membalikkan badan dan menghadang di tengah jalan-

Wi Tiong hong sama sekali tidak menyangka kalau secara tiba- tiba dia bakal menghentikan perjalanannya dan menghadang ditengah jalan-Hatinya menjadi tertegun dan buru buru pula menghentikan perjalanannya. sekarang dia sudah berada kurang lebih satu kaki dihadapan orang tersebut.

Di bawah sinar cahaya rembulan, dapat dilihat kalau orang itu adalah seorang pemuda berbaju biru, ditangan kanannya dia membawa sebuah kipas, usianya paling banter baru dua puluh tahunan, wajahnya ganteng dan tubuhnya tegap.

Waktu itu, pemuda berbaju biru tersebut sedang berdiri dengan wajah diliputi kegusaran, terdengar ia menegur dengan suara dingin.

"Apakah kau tidak merasa bahwa caramu menguntit ku dari belakang merupakan suatu perbuatan yang sangat bodoh?"

Wi Tiong hong agak tertegun, lalu sahutnya sambil menjura. "Saudara salah paham, aku tidak bermaksud menguntitmu,

akupun sedang melakukan perjalanan .. ."

"Tutup mulutmu" bentak pemuda berbaju biru itu dengan kuning berkerut, "siapakah yang akan menyebut saudara denganmu ?"

Mendengar bentakan tersebut, sekali lagi Wi Tiong hong merasa tertegun, segera pikirnya.

"Sombong amat orang ini, masadisebut saudara saja marah? Toh aku memanggilnya sebagai saudara hanya dalam sopan santun saja?" Sementara dia masih termenung, pemuda berbaju biru itu sudah menegur dengan dingin.

"Sepanjang jalan kau sudah menguntit diriku terus menerus, sudah pasti kau mendapat perintah dari seseorang untuk melakukan hal ini, asalkan kau bersedia mengakui terus terang aku bisa saja memberikan hukuman yang agak ringan kepadamu"

Wi Tiong hong merasa agak mendongkol juga setelah mendengar perkataan dari orang yang sama sekali tak tahu aturan itu, dengan suara dingin dia lantas berseru. "sobat, ucapanmu itu. ."

"Siapa yang akan bersahabat denganmu?" sekali lagi pemuda berbaju biru itu menukas. "aku hanya bertanya kepadamu, siapa yang memerintahkanmu untuk mengikuti aku ?"

Dua kali kena dibentak secara kasar oleh lawannya, Wi Tiong hong sudah bilang dia tak sanggup untuk menahan diri lagi, ditatapnya wajah lawannya lekat-lekat kemudian tegurnya.

"Kau hendak pergi ke mana?"

"Hmm, kau juga pantas untuk bertanya kepadaku hendak ke mana?" dengus orang itu. Mencorong sinar tajam dari balik mata Wi Tiong hong, dia segera tertawa nyaring.

"Haaahh . . . haaahhh . . . haaahhh . . . itulah dia, kalau aku tidak pantas untuk bertanya kepadamu, tahukah kau bahwa kaupun tidak berhak untuk menanyai diriku."

Tampaknya pemuda berbaju biru itu agak tertegun setelah mendengar ucapan tersebut, tanpa terasa dia mengawasi wajah Wi Tiong hong sekali lagi, kemudian nada sinis serunya. "Tampaknya nyalimu tidak terhitung kecil?"

"Yaaa, lagakmu juga tidak terhitung kecil " sambung wi Tiong hong dengan cepat.

"Hmmm, mungkin kau masih belum tahu siapa kah aku?" "Jalan yang terbentang disini adalah jalan pemerintah, kau boleh melewatinya, mengapa aku tidak? Aku pun tak ingin mengetahui siapakah kau, sedang kaupun tak usah tahu siapakah diriku ini"

Paras muka pemuda berbaju biru itu segera berubah hebat, mencorong sinar penuh hawa dari balik mata nya, sambil tertawa dingin serunya.

"Tampaknya jika kau tidak diberi sedikit pelajaran, tentu enggan rasanya untuk berbicara terus terang?" Wi Tiong hong tertawa.

"Kalau keadaan berbalik dan akulah yang menuduh kau yang menguntilku sepanjang jalan, apakah kau hendak mengakui akan hal ini?"

Pemuda berbaju biru itu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhh . . . haaahhh .... haaahhh . . . tampaknya sebelum melihat peti mati kau takkan mengucurkan air mata ? jika kau enggan berbicara secara terus terang, itu berarti kau sedang mencari kematian buat dirimu sendiri." Mendengar ucapan mana, Wi Tiong hong segera berpikir.

"Heran, mengapa dunia persilatan ini penuh dengan manusia yang tak tahu aturan? Baru bisa sedikit ilmu silat, sikapnya sudah sombong, jumawa dan lagaknya luar biasa, sedikit-sedikit lantas turun tangan mengajak orang berkelahi .. ?" Berpikir demikian, dia lantas berkata sambil tertawa.

"Kalau di dengar dari pembicaraanmu itu, tampaknya kau hendak mengajakku untuk berkelahi."

"Hmmm- - - dengan mengandalkan kemampuan itu masih belum pantas untuk bertarung melawanku."

Wi Tiong hong masih muda, diapun berjiwa panas, maka setelah mendengar perkataan yang jelas tak memandang sebelah matapun padanya itu, kontan saja rasa mendongkolnya muncuI, dengan suara keraS teriaknya lantang. "Mengapa tidak pantas ?" Pemuda berbaju biru itu sengaja mendongakkan kepalanya memandang keangkasa dengan Sikap yang amat dingin, dan sombong.

"Dibawah ujung senjata Tan san-gin-sau (Baju biru kipas perak) tak pernah membiarkan korbannya tetap hidup, kalau kau hendak menantangku untuk bertarung maka kau bakal mampus secara mengenaskan, kau akan hal ini ?"

"Mengerti soal apa ?"

"Kau ingin menggorok leher sendiri? Atau menantangku untuk bertarung ?"

Ketika Wi Tiong hong mendengar nada pembicaraan orang itu makin lama semakin Sesumbar, seakan-akan asal dia turun tangan niscaya bakal mati secara mengenaskan, kontan saja amarah nya berkobar, pikirnya dengan cepat.

"Sekalipun ilmu silatmu amat lihay, hari ini aku pasti akan mengajakmu untuk beradu kepandaian"

Berpikir demikian, dia lantas menyahut sambil tertawa nyaring. "Sekalipun aku harus mati, mengapa tidak kau perlihatkan dulu

sedikit kepandaian silatmu itu dihadapanku ?"

"Bagus sekali " begitu ucapan tersebut diutarakan mendadak pemuda berbaju biru itu menerjang kedepan dengan kecepatan luar biasa, pergelangan tangan kanannya diangkat, lalu dengan menggunakan senjata kipas peraknya dia menotok ke atas dada Wi Tiong hong dangan suatu serangan gencar^ "Roboh kau " bentaknya.

Sejak mendengar perkataan yang jumawa dan tekebur, Wi Tiong hong memang telah bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.

Maka begitu dilihatnya pihak lawan menggerakan bahunya sambil menerjang kedepan, serta merta dia berkelit kesamping kiri untuk meloloskan diri. Kemudian tangan kanannya dengan jurus ceng Liong thamjiau (naga hijau mementangkan Cakar) telapak tangannya langsung dihantamkan keatas senjata kipas lawan.

"Belum tentu begitu" sahutnya Cepat.

Baru saja perkataan tersebut diutarakan mendadak terdengar. .

." Sreet segulung desingan angin tajam sudah menyambar lewat dari depan dadanya.

Untung saja dia berkelit cukup cepat, kalau tidak andaikata jalan darahnya sampai kena terhajar oleh serangan tersebut, niscaya dia benar- benar akan roboh terkapar ke atas tanah.

Terkesiap juga hati Wi Tiong hong menghadapi kelihayan lawannya, dia segera berpikir.

"Padahal usia orang ini belum begitu besar, tapi hanya sebuah serangan yang dilancarkan sekenanya saja sudah sanggup memancarkan tenaga sergapan sedemikian dahsyatnya, tak heran kalau ucapannya begitu sombong dan tekebur"

Ketika pemuda berbaju biru itu menyaksikan serangan yang dilancarkan sama sekali tak mengenai sasarannya, diapun nampak agak tertegun, tapi kemudian serunya lagi sambil mengejek dingin.

"Kau sanggup menghindarkan diri dari serangan kipas perakku tadi, hal ini menunjukkan kepandaianmu lumayan juga, sungguh diluar dugaanku. ." Wi Tiong hong tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhh. . haaahhh. ^ haahhh. . . sekarang tentunya kau sudah percaya bukan?"

"Kau bilang apa ?"

"Belum tentu aku yang harus mencari kematian buat diriku sendiri."

Pemuda berbaju biru itu tertawa dingin, senjata kipas peraknya digerakkan berulang kali melepaskan tiga buah serangan berantai. Sekalipun dia hanya melepaskan tiga buah serangan belaka, namun diantara bergetarnya ujung kipas, tampak cahaya perak yang menyilaukan mata memancar ke empat penjuru, seakan-akan banyak sekali senjata kipas yang melayang dan menerjang ketubuhnya secara bersama-sama .

Dihadapkan oleh selapis bayangan kipas yang begitu tebal, mau tak mau terpaksa Wi Tiong hong harus mundur kebelakang berulang kali, sepasang telapak tangannya diayunkan berulang kali melancarkan lima buah serangan berantai, dengan begitu dia berhasil menahan datangnya ancaman dari lawan-Pemuda berbaju biru itu segera mendengus dingin. "Hmm, rupanya kau adalah anggota Bu-tong pay" serunya. Mendengar itu, Wi Tiong hong kembali berpikir^

"Tampaknya selain ilmu silat yang dimilikipun sangat luas, nyatanya hanya didalam sekali pandangan saja dia sudah dapat mengenali asal mula dari permainan jurus pukulan ini."

Sembari mundur berulang kali dari posisi semula, sahutnya dengan segera.

"Aku bukan anggota Bu tongpay"

Pemuda berbaju biru itu kembali mendengus dingin.

"Hmmm, sekalipun kau anggota Bu tong pay juga bukan berarti bisa menakut-nakuti orang " jengeknya .

Sembari berkata tubuhnya segera mengejar ke depan, kipas peraknya secara beruntung diayunkan ke depan berulang kali - - .

Semua serangan tersebut dilancarkan dengan gerakan yang sangat cepat, sedemikian cepatnya sehingga hampir saja Wi Tiong hong tidak berkemampuan untuk melancarkan serangan balasan.

Dalam waktu sangat, seluruh tubuhnya sudah kena dikurung dibalik bayangan senjata kipas si pemuda berbaju biru yang berlapis- lapis bagaikan bukit dan penuh disertai deruan angin tajam itu. Wi Tiong hong baru pertama kali ini terjun ke dalam dunia persilatan, dia belum berpengalaman didalam pertarungan melawan orang lain, dengan cepat dirasakan ujung kipas lawannya mengancam hampir seluruh jalan darah penting yang berada diatas tubuhnya. biarpun dia sudah memainkan ilmu pukulan Ji gi ciang dengan sebaik-baiknya, toh serasa tak sanggup untuk membendung datangnya serangan gencar dan dahsyat dari lawannya.

Menyaksikan cahaya kipas yang datang dari empat arah delapan penjuru, diam diam dia merasa gelisah sekali.

Dengan cepat tangan kanannya berputar membentuk satu gerak iingkaran dengan jurus Khi pit it goan (menghimpun tenaga dalam satu titik), telapak tangannya diluruskan kedepan sejajar dada, lalu pelan pelan membacoknya kedepan disertai ilmu cay imjiu.

Pada hakekatnya dia tidak melihat jelas bayangan kipas dari lawannya, jurus serangan yang dilancarkan itu tak lebih hanya dimaksudkan sebagai perlindungan didalam usahanya untuk mengundurkan diri dari situ.

Siapa tahu baru saja telapak tangannya disodorkan kedepan mendadak dia merasakan ada segulung tenaga pukulan yang sangat kuat memancar keluar dari dalam tubuhnya dan tiba-tiba menembusi jari jemari tangannya langsung menghantam kemuka.

"Plaaak. . " secara kebetulan pula serangan tersebut dengan tepat menghantam diatas kipas perak yang berada ditangan pemuda berbaju biru itu.

Seketika itu juga bayangan kipas yang menyelimuti angkasa secara berlapis-lapis itu lenyap tak berbekas, sedangkan totokan kipas perak lawan yang tertuju kearahnya juga kena tertangkis oleh serangannya sehingga mencelat ke samping kiri.

Harus diketahui lapisan bayangan yang dilancarkan oleh pemuda berbaju biru itu sesungguhnya lebih banyak tipuan daripada kenyataan, sebab bagaimanapun juga kipas perak yang dipergunakan untuk melancarkan serangan hanya sebuah tapi berhubung gerakan amat cepat sehingga memberi kesan kepada orang seolah-olah terdapat banyak sekali bayangan kipas yang menyelimuti angkasa.

Tapi sekarang, begitu kipas perak yang sebenarnya kena tertahan tenaga serangan yang di lancarkan Wi Tiong hong, otomatis seluruh lapisan bayangan kipas yang terciptakan oleh gerakannya itu menjadi pUnah tak berbekas.

Tanpa terasa Wi Tiong hong sendiripUn menjadi tertegun setelah menyaksiksn kejadian ini, dia masih ingat sewaktu dia melatih ilmu pukulan tersebut tempo hari, diapun merasakan juga keadaan seperti ini ketika dia lancarkan serangan mana disertai ilmu cay- imjiu.

Semua peristiwa tersebut berlangsung dalam waktu singkat, walaupun Wi Tiong hong masih kurang pengalaman dalam bertarung dengan orang, bagaimanapun juga dia telah belajar ilmu silat yang maha sakti dibawah pimpinan paman yang tak terkenaL

Sebagai seorang yang berlatih didalam ilmu silat, ketajaman mata serta kecepatan bereaksi merupakan suatu ciri yang khas, maka begitu pukulannya menghantam diatas bahu pemuda berbaju biru itu dan menyaksikan bayangan semu lawan lenyap tak berbekas, kipas perak lawan sudah kena tertangkis sehingga mencelat ke sebelah kiri.

Dengan susah payah dia berhasil mendapatkan peluang yang begitu baik, tentu saja dia tak ingin melepaskannya dengan begitu saja, kelima jari tangan kirinya segera dibalikkan ke depan, kemudian mencengkeram ujung kipas tersebut.

Mimpipun pemuda berbaju biru itu tak menyangka kalau serangan lawan bisaberubah menjadi bagitu dahsyat sehingga jurus pek nio lian ong (ratusan burung menghadap raja) yang diandalkan bisakena dipukul miring kesamping.

Ia lebih terperanjat lagi setelah menyaksikan cengkeraman lawannya berhasil membetot ujung kipas nya. Perlu diketahui bagi seseorang-yang memiliki ilmu silat yang sangat lihay, secara otomatis dia akan memberi reaksi yang cukup cepat pula dalam menghadapi keadaan, begitu kipas peraknya kena dicengkeram oleh Wi Tiong hong, dia segera mendengus dingin, telapak tangan kirinya bagaikan sebilah golok secepat kilat membabat keluar mengikuti gerakan kipas perak tersebut.

Ketika Wi Tiong hong menyaksikan pihak lawan melepaskan bacokan kearahnya, serta merta dia mengayunkan pula telapak tangan kanannya untuk menyambut datangnya ancaman tersebut.

"Plaaak. . ." begitu sepasang telapak tangannya saling bertemu terjadilah benturan keras.

Kedua belah pihak segera merasakan darah yang berada didalam tubuhnya bergolak keras tak kuasa lagi mereka saling mundur setengah langkah kebeIakang.

Akan tetapi tangan mereka yang lain masih tetap saling menggenggam kipas perak tersebut siapapun enggan untuk melepaskan tangannya lebih dulu.

Didalam bentrokan tersebut boleh dibilang kekuatan mereka berdua sama sama seimbang, alias setali tiga uang.

Dalam hati kecilnya mereka berdua sama mengerti bahwa ilmu silat yang dimiliki lawannya tidak berada di bawah kepandaian sendiri.

Selembar wajah pemuda berbaju biru itu, dari pucat berubah menjadi kehijau-hijauan, dia memandang sekejap kearah, Wi Tiong hong sambil diam- diam mengerahkan tenaga dalamnya untuk menghimpun kedalam pergelangan tangan kanannya.

Segulung tenaga kekuatan yang amat kuat dengan cepat menerjang keatas melalui kipas perak tersebut.

Wi Tiong hong merasakan ujung kipas yang dicengkeramnya itu bergetar keras, tahu-tahu tenaga serangan lawan telah berlipat ganda, tentu saja dia tak mau mengendorkan tangannya dengan begitu saja. Diam- hawa murninya disalurkan kembali kedepan, kelima jari tangannya yang mencengkeram ujung kipas tersebut kian lama kian bertambah kencang.

Masing-masing telah saling mengerahkan tenaga untuk beradu kekuatan, tapi keadaannya masih seimbang, siapapun tak bisa menangkan mereka.

Dengan wajah hijau membesi pemuda berbaju biru itu segera berseru dengan suara dingin.

"Hmmm, nampaknya ilmu silat yang kau miliki terhitung hebat sekali.. "

"Saudara memuji "

"Kau belum juga melepaskan tanganmu ?" bentak pemuda baju biru itu mendadak dengan wajah gusar.

Kena dibentak tanpa terasa Wi Tiong hong mengendorkan juga cengkeramannya.

oooodowooo

Dengan cepat pemuda berbaju biru itu mundur sejauh tiga langkah dari posisi semula, sorot matanya memancarkan cahaya dingin, kemudian tegurnya. "Siapa namamu ?"

Wi Tiong- hong tidak langsung menjawab, pikirnya dahulu. "orang ini amat dingin dan sombong, secara tiba-tiba

menanyakan namaku, tampaknya perselisihan ini sudah pasti akan terikat "

Berpikir demikian, dia lantas mendongakkan kepalanya sambil menjawab, "Aku Wi Tiong hong "

"Bagus sekali" Sambil tertawa dingin mendadak pemuda berbaju biru itu membalikkan badan, kemudian di dalam beberapa kali lompatan saja dia sudah berlalu dari situ.

Diam- diam Wi Tiong hong menggelengkan kepalanya berulang kali, tanpa sebab musabab yaug pasti orang itu mengajak berkelahi, perselisihanpun tidak terikat, kalau dipikirkan kembali kejadian ini sungguh suatu kejadian yang sama sekali tak ada harganya. Berpikir sampai disitu, dia bersiap sedia untuk melangkah pergi dari tempat itu.

Mendadak terdengar suara dingin berkumandang datang yang mengikuti hembusan angin malam.

Sekalipun suara tertawa itu lirih, tapi dapat dibedakan kalau orang itu adalah seorang perempuan, cuma saja suaranya kedengaran agak sedikit dingin menggidikkan.

Wi Tiong hong menjadi tertegun sesudah mendengar suara itu, tanpa terasa dia segera berpaling.

Dibawah sinar rembulan tampak sesosok bayangan manusia yang ramping berjalan keluar dan balik sebuah pohon besar dan pelan- pelan berjalan mendekat.

Bayangan ramping itu makin lama semakin mendekat sehingga akhirnya dapat diketahui kalau dia adalah seorang gadis berbaju hijau yang berambut sepanjang bahu.

Dia mempunyai sepasang mata yang bening bagaikan air, sewaktu memandang orang, sikapnya mewujudkan sikap memandang rendah orang.

Dia mempunyai selembar bibir yang kecil mungil, sayang ujung bibirnya agak mengkerut kebawah, sehingga sekilas pandangan seperti seseorang yang sedang menjumpai suatu kejadian yang tak menyenangkan hatinya.

Paras mukanya boleh dibilang cantik, sekalipun tidak terlalu cantik namun boleh dibilang cukup mengesankan hati orang yang memandangnya. Gadis berbaju hijau itu berjalan mendekat, dengan bentuk dari tubuhnya yang lemah gemulai, tangan kanannya membereskan rambutnya yang kusut terhembus angin, lalu sambil mendongakkan kepalanya dia bertanya.

"Apakah kau hendak pergi dengan begini saja???" suaranya merdu, sikapnya tak terhitung angkuh, tapi suaranya kedengaran dingin, hambar seolah-olah memandang enteng lawan-

Diam- diam Wi Tiong hong mengerutkan dahinya, kemudian, berpikir.

"Apa yang sebenarnya terjadi malam ini? Mengapa berulang kali aku harus berjumpa dengan orang yang berbicara dengan suara sedingin salju? Ditengah malam buta apa lagi diluar kota yang sunyi, kembali aku bertemu dengan seorang gadis berbaju hijau yang dingin menggidikkan tampaknya diapun bukan orang yang sembarangan"

Gadis berbaju hijau itu hanya memandang ke arahnya tanpa berbicara, sampai lama kemudian dia baru menegur lagi dengan suara dingin. "Sudahkah kau dengar apa yang kutanyakan kepadamu iiu?"

"oooh - - ,jadi nona sedang mengajakku berbicara?"

Dengan gemas nona berbaju hijau itu melotot sekejap ke arahnya, sahutnya cepat.

"Kalau tidak sedang mengajakmu berbicara, apakah aku sedang berbicara dengan setan?" Sekali lagi Wi Tiong- hong berpikir

"Sesungguhnya nona ini mempunyai paras muka yang cantik jelita, tapi heran, kenapa berbicaranya begitu kasar dan tak sedap didengar?" sekalipun berpikir demikian, tapi dia toh menjawab juga. "Aku hendak menuju ke kota Sang siau "

"Sekalipun tidak kau ucapkan, aku juga tahu tentu saja orang yang berada disini hendak menuju ke kota Sang siau semua " "Kalau toh kau sudah tahu, kenapa mesti bertanya lagi kepadaku?" pikir Wi Tiong hong kemudian-

Melihat pemuda itu tidak menjawab, gadis berbaju hijau itu berkata lagi.

"Aku maksudkan, apakah kau hendak pergi dengan begitu saja?"

Wi Tiong hong semakin tertegun setelah mendengar perkataan itu, kembali dia berpikir.

"Aah - - - bagus sekali, tampaknya nona ini pun seperti juga dengan pemuda berbaju biru itu, rupanya diapun bermaksud untuk mengajakku berkelahi."

Berpikir demikian, dia lantas menatap wajah lawannya lekat- lekat, setelah itu bertanya.

"Jadi maksud nona - - ?"

Berkedip sepasang mata nona berbaju hijau itu, sekarang dia baru sempat melihat jelas wajah pemuda yang berada dihadapinya dia baru tahu kalau pemuda tersebut merupakan seorang pemuda yang amat tampan.

Terutama sekali sepasang matanya yang begitu jeli bagaikan bintang timur, dari tatapan matanya yang besar seolah-olah terpancar keluar kekuatan yang membuat pipi sendiri menjadi panas.

Diam- diam dia mendesis lirih, mendadak dijumpainya entah sejak kapan kepala tersebut telah ditundukkan rendah-rendah, belum pernah diajumpai keadaan semacam ini sebelumnya.

Maka dia segera mendongakkan kepalanya lagi, kemudian dengan suara yang sengaja didinginkan, katanya.

"Tadi, bukankah kau telah saling beradu pukulan satu kali dengan dirinya?"

"Jadi nona juga telah menyaksikan akan hal ini?" "Hmmm, tentu saja sudah kusaksikan-" nona berbaju hijau itu mendengus dingin, "malah mungkin kau sendiri yang belum melihatnya secara jelas"

"Apa maksud ucapan itu ?"

Wi Tiong hong menjadi terbelalak dengan mulut melongo, hampir saja dia tak sanggup menjawab pertanyaan tersebut, ketika ia sedang beradu pukulan dengan pemuda berbaju biru itu, mengapa ia tak melihatnya dengan jelas?"

"Kau anggap aku salah berbicara?" kembali nona itu menegur. Wi Tiong-hong merasa perutnya lapar sekali, dia segera berpikir.

"Aku sudah seharian penuh tidak mengisi perut, lebih baik lanjutkan perjalanan saja dan tak usah ribut lagi dengannya, toh tak ada gunanya hanya berbicara melulu tanpa hasil?"

Berpikir demikian dia lantas manggut, sahutnya.

"Apa yang nona katakan memang benar, mereka yang menyaksikan dari samping memang biasanya jauh lebih jelas . . ."

"Tak usah menonton diri sampingpun, aku dapat mengetahui pula dengan jelas." Makin berbicara, apa yang diucapkan gadis itu semakin aneh lagi.

Wi Tiong hong ingin buru- buru melanjutkan perjalanannya, maka cepat- cepat dia menjura seraya berkata. "Benar, benar, aku .

."

Tidak menunggu pemuda itu menyelesaikan kata-katanya, gadis berbaju hijau itu telah menukas lagi sambil mencibirkan bibir. "Hmmm, apa yang kau ketahui ?"

Tentu saja Wi Tiong hong tidak tahu apa, dia cuma membungkam belaka.

"Aku mengatakan kau sendiri masih belum melihatnya, apakah kau melihatnya ?" kata si- nona lagi. Wi Tiong hong tidak mengerti apa yang di maksudkan si nona itu sebagai belum melihatnya, apa yang belum dilihat ?

Menyaksikan si anak muda itu hanya membungkam diri belaka, kembali nona berbaju hijau itu mendengus.

"Hmm . . . tampangmu adalah tampang orang pintar, sayang justru otakmu bodoh, sudah ku ucapkan maksudku dengan^ begitu jelas tapi kau masih belum juga mengerti. Hmm... dasar seekor angsa dungu "

Tiba-tiba dia tertawa geli sehingga wajahnya yang semula dingin dan kaku bagaikan lapisan salju itu menjadi mencair, senyuman yang kemudian menghiasi wajahnya, nampak manis dan sedap dipandang.

Tapi dia hanya tertawa manis sebentar, karena secara tiba-tiba paras mukanya kembali berubah menjadi dingin dan kaku, lanjutnya. "Apakah kau tak bisa memeriksa telapak tanganmu sendiri ?"

oleh perkataan yang diucapkan bertubi-tubi itu lama kelamaan Wi Tiong hong menjadi curiga juga, dia segera mengangkat tangan kiri sendiri dan memeriksa nya dengan seksama. Sambil mendengus kembali gadis berbaju hijau itu berkata.

"Dasar goblok tetap goblok. sewaktu kau beradu pukulan dengangnya apakah telapak tangan itu yang kau pergunakan?"

Buru buru Wi Tiong bong mengganti tangannya yang lain- Terdengar gadis berbaju hijau itu berkata lagi, "Diatas jarum,

waktu itu darah yang meleleh keluar dari situ tentu sudah

membeku, tapi masih tersisa setitik darah hitam, bukan begitu ?"

Setelab mendengar perkataan tersebut, wi-Tiong hong segera berhasil juga menemukan titik darah hitam diatas telapak tangan itu, dia tak tahu luka itu kapan timbulnya ? Kembali nona berbaju hijau itu berkata lagi. "ltulah luka yang dihasilkan sewaktu kau beradu pukulan dengannya, tanganmu sudah ditusuk oleh jarum Lan keh tok ciam (jarum racun keluarga Lan) nya. . ." sekarang Wi Tiong hong baru mengerti apa yang telah terjadi, segera pikirnya lagi.

"Tak heran kalau pemuda berbaju biru itu segera pergi sambil tertawa dingin setelah beradu pukulan denganku, ternyata dia telah menyembunyikan jarum beracunnya dibalik telapak tangannya."

Berpikir sampai disitu, dia lantas bertanya.

"Kalau begitu jarum pasti telah diberi racun yang amat keji?" "Buat apa mesti ditanya lagi?Jarum yang di gunakan adalah

jarum beracun keluarganya?, sekalipun tak bekerja dengan cepat

begitu bertemu dengan darah, namun kelihayannya luar biasa, siang tak bertemu malam, malam tak bertemu siang, kecuali obat penawar dari keluarganya, dikolong langit hanya ..."

Belum habis nona itu berbicara, dengan wajah penuh dengan kegusaran Wi Tiong hong telah berseru.

"Aku tidak mempunyai ikatan dendam ataupun sakit hati dengan dirinya, mengapa dia mencelakai aku secara diam- diam?"

"Aaah, mau mencelakai orang, masa harus diberitahu dulu."

Dari ucapan si nona tersebut, wi Tiong-hong dapat menarik kesimpulan kalau jarum beracun dari keluarga Lan memang sangat lihay sekali, bahkan setelah mendengar perkataan itu, betul juga secara lamat dia merasakan lengan kanannya seakan-akan menjadi kesemutan-segera berpikir lagi.

"Mumpung sekarang racunnya belum mulai bekerja, lebih baik aku sekarang berangkat ko kota Sang siau dan mencari tabib untuk menyembuhkan luka beracunku ini"

Dia adalah seorang pemuda yang baru terjun ke dalam dunia persilatan, dia tidak tahu kalau senjata beracun dari perguruan perguruan dalam dunia persilatan tak bisa disembuhkan oleh tabib- tabib biasa. Dengan cepat dia menjura kepada nona berbaju hijau itu, lalu ujarnya.

"Aku mengucapkan banyak terima karib sekali atas pemberitahuan dari nona, sekarang aku ingin memohon diri lebih dulu."

"Tunggu sebentar." tukas nona berbaju hijau itu dingin, "tahukah kau, apa sebabnya aku memberitahukan hal ini kepadamu ?"

"Soal ini aku kurang begitu tahu." Nona berbaju hijau itu segera tersenyum, katanya.

"Aku merasa tidak senang menyaksikan sikap sombong dan tekebur dari orang itu, aku pun merasa senang sekali karena kau telah memberi pelajaran kepadanya."

"Nona, bila kau tidak ada urusan lain- . ." "Kau hendak pergi bukan ?" tukas si nona.

"Yaa, setelah mendapat petunjuk dari nona, aku ingin menggunakan kesempatan sebelum racun itu mulai bekerja hendak berangkat ke kota Sang siau untuk memperoleh pengobatan."

"Kau kenal dengan beng san gi In ?" tanya si nona berbaju hijau itu dengan sorot mata berkilat.

^ooooDWoooo^
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar