Legenda Pendekar Ulat Sutera Jilid 08

Jilid 08

Setelah bertarung tiga jurus, In Thian-houw dan Tiang-seng sudah melihat aliran ilmu pedang ini. Tiang-seng tertawa dingin:

“Ternyata pesilat pedang dari Hoa-san-pai...”

“Orang Ling-ong-hu, Kuncu sungguh hebat!” kata In Thian- houw. Perempuan ini terpaku, dia membuka penutup wajah. Ternyata memang adalah Su Ceng-cau. Dia berkata:

“Kalau memang aku, kalian mau apa?” In Thian-houw tertawa:

“Tadinya kita tidak yakin kalau kau yang membawa Lu Tan pergi. Walaupun curiga dan ber tanya kepada Ling-ong, kau bisa saja tidak mengaku. Kami juga tidak bisa apa-apa!”

“Sekarang lebih baik Kiu-cian-swe ke Ling-ong-hu meminta orang. Pada waktu itu, entah apa yang harus dijelaskan oleh ayahmu?”

“Ini adalah masalahku!” Memang Su Ceng-cau sedikit terkejut, “bila Liu Kun menginginkan orang, carilah aku!”

In Thian-houw menggelengkan kepala:

“Lebih baik mencari ayahmu!” Tiang-seng tertawa:

“Kiu-cian-swe menganggap ayahmu adalah orang yang dapat dipercaya. Sekarang terjadi hal ini. Kau harus ada pesan yang baik untuk Kiu-cian-swe!”

“Silahkan Kuncu...” kata In Thian-houw. “Silahkan Lu Kongcu...” kata Tiang-seng. Su Ceng-cau terpaku. Lu Tan bertanya:

“Mengapa dipersilahkan pergi, kau tidak pergi?”

“Gara-gara kau belum pulih dan bertarung dengan mereka, jika aku tidak datang tepat waktu..”

“Ilmu silatku sampai sekarang belum pulih karena diberi racun Goan-kut-san oleh Kuncu. Aku belum berterima kasih kepadamu!”

Wajah Su Ceng-cau terlihat malu, tapi dia tetap berkata:

“Aku sendiri diam di rumah. Hari demi hari dilewati dengan tidak enak. Aku hanya berharap kau bisa tinggal untuk menemaniku sementara waktu. Siapa tahu kau ribut ingin pergi. Karena cemas, aku memikirkan cara-cara ini!” Lu Tan belum tahu Su Ceng-cau memperalat dia untuk memaksa Su Yan-hong menikahi dia. Setelah mendengar kata-kata itu, Lu Tan luluh lagi. Su Ceng-cau bisa melihat raut wajah. Dia segera berkata:

“Aku juga tahu itu tidak baik tapi aku tidak punya cara lain lagi, yang pasti aku yang salah!”

Lu Tan merasa tidak enak:

“Sudahlah tidak apa-apa!” “Betulkah kau tidak marah?”

“Kalau Kuncu mempunyai niat tidak baik, hari ini tidak akan datang menyelamatkan aku! Sekarang aku berharap Kuncu pulang agar tidak terjadi sesuatu!”

“Apakah aku orang yang tidak mau menolong orang yang dalam bahaya?” Su Ceng-cau marah.

“Yang pasti tidak!” Ada suara yang menjawab:

“Hanya saja In Thian-houw dan Tiang-seng adalah dua pejabat yang sangat baik, kita jangan tidak menghormati mereka!”

Semua orang menelusuri asal suara ini. Ternyata berasal dari Siau Sam Kongcu yang berdiri di atas atap. Di belakangnya bersinar bulan yang terang.

“Guru...” Su Ceng-cau berteriak.

Siau Sam Kongcu seperti terang turun di sisi Su Ceng-cau: “Mengapa kalian masih belum pergi?”

Su Ceng-cau ingin berkata sesuatu. Siau Sam Kongcu segera membentak:

“Cepat pergi...”

Su Ceng-cau sudah lama mengikuti Siau Sam Kongcu, dia mengenal sifatnya dan tahu dia pasti sudah punya rencana, maka dia mendorong Lu Tan:

“Ayo, kita pergi!”

Tidak ada reaksi dari Lu Tan, Su Ceng-cau sudah menarik bajunya pergi. Tiang-seng dan In Thian-houw yang melihat itu seperti mau bertindak, tapi akhirnya mereka tetap tinggal di tempat. In Thian- houw melihat Siau Sam Kongcu:

“Apakah Siau-heng tahu apa akibatnya?”

“Kalau kalian tidak memberitahu Liu Kun, mana mungkin Liu Kun tahu?”

“Apakah Siau-heng tahu kami adalah orang kepercayaan Kiu- cian-swe?” kata In Thian-houw sam-bil tertawa.

“Apakah Siau-heng punya cara agar kita tidak melapor kepada Liu Kun?” kata Tiang-seng.

“Caranya sangat sederhana!” jawab Siau Sam Kongcu dingin, “apa kalian berdua tahu ada semacam orang tidak bisa berbicara?”

“Siapa dia?”

“Orang mati....” begitu Siau Sam Kongcu mengeluarkan kata- kata ini, Tiang-seng juga berteriak:

“Hati-hati...”

Pada waktu bersamaan, pedang Siau Sam Kongcu sudah keluar dari sarung, pedangnya tetap adalah pedang yang sudah terputus 3 inchi. Pedang Toan-cang-kiam segera menyerang ke tenggorokan In Thian-houw.

Reaksi In Thian-houw sangat lincah. Dia menjepit pedang dengan kedua telapak tangannya. Walau pun reaksi dia terlihat lebih lamban daripada Tiang-seng, tapi sebenarnya tidak. Dia melihat jelas jurus Siau Sam Kongcu bisa ditahan dengan menjepit dua telapak.

Tiang-seng sangat mengenal sifat In Thian-houw, sebenarnya kata hati-hati itu ditujukan untuk Siau Sam Kongcu, karena mereka sudah terbiasa bekerja sama, dia segera menyerang dengan gencar. Yang dia serang adalah nadi-nadi penting Siau Sam Kongcu.

Kalau sepasang telapak In Thian-houw bisa menguasai jurus pedang Siau Sam Kongcu, sepasang telapak Tiang-seng bisa sangat tepat. Tapi sayang In Thian-houw melihat dengan sangat tepat, dan walau sepasang telapaknya juga begitu cepat, tapi Siau Sam Kongcu lebih tepat.

Jurus pedang Siau Sam Kongcu terlihat tidak akan bisa berubah lagi, tapi tiba-tiba muncul perubahan pada gerakan pedangnya, ujung pedangnya tiba-tiba memutar.

Jika sepasang telapak In Thian-houw terus menepuk akan tertepuk ke ujung pedang. Walaupun dia selalu berkata telapaknya keras seperti besi dan batu, tapi telapak tetap bukan besi. Bila diteruskan, tangannya akan patah.

Dia sudah bisa menghitung perubahan ini maka langsung membalikan sepasang telapak, dengan tetap menepuk pungggung pedang.

PAK! sepasang telapak tangannya menepuk seperti dua batu atau besi saling beradu. Tapi bukan menepak di punggung pedang, melainkan sepasang telapak saling menepuk.

Pada waktu itu pedang Siau Sam Kongcu sudah berkelebat keluar dari sepasang telapak In Thian-houw dan mengarah ke arah sepasang telapaknya. Semua perubahan ini di luar dugaan In Thian- houw. Begitu merasa ada perubahan, Tiang-seng sudah terjatuh, sepasang telapak tangannya sudah patah.

Tubuh Siau Sam Kongcu terus bergerak. Pedang menepis dari atas ke bawah ke tenggorokan Tiang-seng.

Tubuh Tiang-seng terbang keluar, terpelanting di atas genteng, dan mati seketika.

Pedang patah Siau Sam Kongcu berputar. Dia menahan serangan telapak In Thian-houw. Serangkaian gerakan ini dia lakukan dengan tepat juga berbahaya. Di dalam bahaya terdapat kemenangan. Bila ada sedikit kesalahan, bukannya akan menang melainkan akan kalah. 

Serangan telapak In Thian-houw ditutup. Di dalam keterkejutan, dia masih bisa memuji:

“Baik...” Kata 'baik' baru terucap dari mulutnya, tubuh nya segera dikurung oleh jala pedang.

Siau Sam Kongcu ingin menyelesaikan pertarungan ini dengan cepat, dia bertarung dengan tenaga penuh. In Thian-houw terkurung di dalam jala pedang, empat bagian tubuhnya sudah terluka. Walaupun bukan nadi penting, tapi keringat dingin sudah keluar. Dia berpikir kalau terus-menerus seper ti ini, dia pasti akan mati, maka dia membentak dan memberontak.

Tapi begitu sepasang telapak baru menyerang, jala pedang sudah terpencar. Siau Sam Kongcu tiba-tiba mundur 3 kaki, tapi dia segera maju lagi. Cahaya pedang berkilauan, pedang sudah keluar dengan kekuatan yang sangat besar.

Ini benar-benar di luar dugaan In Thian-houw. Dia ingin menghindar dari serangan pedang Siau Sam Kongcu tapi tidak sempat lagi. Maka dia ingin mengorbankan telapak kirinya untuk menyambut serangan ini.

Dia merasa kekuatan telapaknya sangat kuat sehingga sanggup memecahkan batu. Tapi serangan Siau Sam Kongcu dilakukan dengan tenaga penuh. Telapak tangan terdiri dari darah dan daging, diguna kan untuk menyambut serangan pedang yang datang, pasti putus dan putus dengan cepat. In Thian-houw sama sekali tidak merasakan sakit sama sekali. Tadinya dia ingin membalas dengan tangan kanan dan memukul tubuh Siau Sam Kongcu. Tapi pedang Siau Sam Kongcu dengan sangat kuat sudah menepis wajahnya.

Masuk ke daging tidak lebih dari satu inchi, tapi pedang ditepiskan dengan tenaga penuh. In Thian-houw terbang jauh. Wajahnya hampir terbelah dua, dia mati di atas genteng.

Pedang dimasukkan ke sarung. Siau Sam Kongcu menarik nafas dan lari menghilang.

95-95-95

Setelah berjalan, Su Ceng-cau bertanya kepada Lu Tan: “Mengapa hanya kau sendiri yang berada di An-lek-hu?” “Hou-ya dan lain-lain sudah pergi ke Ya-cu-lim menemuiS utusan lampion dari Pek-lian-kau...”

“Ada apa?”

“Lan-lan diculik oleh Pek-lian-kau, Hou-ya terpaksa pergi!” “Katanya Liu Kun bersekongkol dengan Pek-lian-kau, berarti itu

adalah ide Liu Kun. Mengapa Liu Kun memaksa kaisar menurunkan

perintah untuk memeriksa rumah An-lek-hu?”

“Kelihatannya Hou-ya dan lain-lain sudah menyelamatkan Lan- lan. Hal ini membuat Liu Kun marah. Anjing yang masuk ke gang buntu sekarang balik menggigit!” kata Lu Tan.

“Hou-ya sekarang pasti kembali melalui jalan rahasia. Jika diketahui oleh mata-mata yang diatur Liu Kun, dia akan membawa In Thian-houw dan Tiang-seng masuk ke jalan rahasia itu. Akibatnya tidak terbayangkan!”

“Di dalam An-lek-hu ada jalan rahasia?” Lu Tan mengangguk.

“Sekarang sepertinya Hou-ya dan lain-lain sudah tahu ada mata- mata dan meninggalkan tempat melalui jalan rahasia!”

“Pintu keluar jalan rahasia berada di mana?”

“Bila kita ke sana mungkin masih sempat berkumpul dengan mereka!”

Kata-katanya belum selesai, Siau Sam Kongcu datang seperti terbang. Su Ceng-cau melayangkan tangan dan menyambut:

“Guru! Bagaimana dengan dua orang itu?” “Mereka tidak akan mengejar lagi!”

“Guru memang hebat, apa mereka terluka?”

“Kalau hanya terluka, mereka akan pulang dan melapor pada Liu Kun, bukankah tetap repot?”

Su Ceng-cau terpaku tapi kemudian bersorak:

“Kalau tahu lebih awal, kita tidak perlu lari tergesa-gesa!” Kemudian dia berkata lagi, “tetap harus buru-buru!” “Kalian mau ke mana?”

“Berkumpul dengan Hou-ya dan Tiong Toa-sianseng!” kata Lu Tan.

“Baik! Hati-hati di jalan!” Dia berpesan kepada Su Ceng-cau, “Guru tidak pergi ke sana?”

“Tidak!” Siau Sam Kongcu membalikkan tubuh, segera berlari ke dalam kegelapan.

Su Ceng-cau tahu hubungan Siau Sam Kongcu dengan Tiong Toa-sianseng tidak begitu cocok. Asalkan Siau Sam Kongcu tidak melarang dia bertemu dengan Su Yan-hong, dia sudah merasa cukup puas. Maka dia tidak banyak bicara dan pergi tergesa-gesa.

96-96-96

Belum sampai di tempat keluar jalan rahasia An-lek-hu, Su Ceng- cau dan Lu Tan sudah dicegat oleh Siau Cu.

Tempat keluar rahasia ini bukan tempat yang aman. Su Yan- hong dan lain-lain sudah pergi, hanya tinggal Siau Cu berada di sana. Siau Cu mengkhawatirkan keselamatan Lu Tan. Waktu dia kembali lagi ke An-lek-hu untuk mencari tahu keberadaan Lu Tan, dia melihat Lu Tan sedang berjalan mendatangi. Yang pasti dia sangat senang.

Terhadap Su Ceng-cau, dia memang tidak terlalu suka. Tapi setelah mengetahui Lu Tan telah diselamatkan olehnya, Siau Cu hanya diam.

97-97-97

Su Yan-hong dan lain-lain karena terpikir di dalam kota banyak mata-mata Liu Kun dan memang mereka tidak ada tempat aman untuk bersembunyi, maka mereka bersembunyi di Pek-in-koan di luar kota.

Sebenarnya itu adalah tempat Bu-tong-pai, tapi karena Lu Tan dan Fu Hiong-kun pemah tinggal di sana dan ketika diketahui oleh Liu Kun, tempat itu sudah ditutup. Untung murid-murid Bu-tong- pai bisa cepat meninggalkan Pek-in-koan maka mereka bisa menghindari pembunuhan besar-besaran.

Orang Liu Kun tidak tinggal di sana, hanya ada tempelan kertas di pintu bahwa tempatnya ditutup. Bagi Su Yan-hong dan lain-lain, itu malah suatu jaminan.

Dinding tinggi Pek-in-koan bukan kesulitan bagi mereka.

Fu Hiong-kun segera memeriksa Ih-lan, dia harus tahu racun apa baru bisa memberi obat penawar. Sebenarnya itu bukan hal yang mudah, tapi tidak disangka Lam-touw sangat mengenal racun itu, maka sangat membantu Fu Hiong-kun.

“Sifat kakakku selalu melindungi yang salah dan terlalu bebas. Jelas-jelas sudah tahu mereka bukan orang baik-baik, tapi tetap membiarkan mereka hidup. Kalau tidak, maka tidak akan terjadi masalah-masalah yang begitu rumit!” kata Lam-touw tanpa sengaja.

Semua orang merasa aneh dengan kata-kata ini. Waktu ingin bertanya, Ih-lan sudah sadarkan diri. Dia membuka mata dan bengong melihat mereka.

“Lan-lan...” Su Yan-hong mendekat.

Ih-lan terus melihat Su Yan-hong dan tidak ada reaksi apa-apa. Su Yan-hong terkejut. Dia menggoyang-goyangkan pundak Ih-lan:

“Ih-lan, ini ayah, apakah kau tidak mengenal ayah?” lalu bertanya kepada Fu Hiong-kun, “Nona Fu, mengapa bisa seperti ini?”

Fu Hiong-kun belum menjawab, Ih-lan sudah menangis dan masuk ke pelukan Su Yan-hong.

Lu Tan dan Su Ceng-cau datang, tapi tidak ada Siau Cu bersama dengan mereka. Ternyata dia tetap tinggal di kota untuk mencari kabar.

98-98-98

Saat Siau Cu kembali ke Pek-in-koan, hari sudah siang. Semua orang tahu pada saat yang bersamaan Liu Kun sudah memaksa kaisar menurunkan perintah agar Kang Pin menyerahkan posisi komandan pasukan. Kang Pin tahu itu adalah akal busuk Liu Kun, maka dia segera mengambil kepu-tusan menolak menyerahkan posisi komandan pasukan.

Orang yang dikirim ke sana oleh Liu Kun selain Hongpo bersaudara, masih ada orang-orang Pek-lian-kau. Karena tidak ada kesepakatan, mereka mulai bertarung. Untung semua orang-orang Keluarga Lamkiong keluar bertarung, maka baru bisa memu kul mundur mereka. 

Mengapa Keluarga Lamkiong ikut campur tangan dalam hal ini? Tidak ada orang yang bisa menebak. Siau Cu yakin keluarga Lamkiong adalah perkumpulan besar dan lurus. Kecuali mereka tidak tahu, jika tahu mereka tidak akan berpangku tangan.

Apalagi Siau Cu sangat suka pada Lamkiong Bing-cu. Satu- satunya orang di keluarga Lamkiong yang tidak disukai Siau Cu hanya Kiang Hong-sim.

“Liu Kun seperti anjing masuk ke jalan buntu, dia akan menggigit siapapun yang menyerang. Kelihatannya Kang Pin tidak mudah dilepaskan!” kata Su Yan-hong.

“Ada orang-orang keluarga Lamkiong di sisi Jenderal Kang, apakah tidak cukup aman?” dengan tenang Siau Cu berkata.

“Yang aku khawatirkan adalah Thian-te-siang-kun!”

Lu Tan dan Su Ceng-cau tidak tahu kelihaian Thian-te-siang-kun maka mereka tidak berkomentar tentang hal ini. Tapi Siau Cu terpaku di sana. Kata Tiong Toa-sianseng:

“Dengan tenaga kita semua memang, tidak bisa mengalahkan Thian-te-siang-kun, tapi setidaknya bisa mencegat mereka.”

Lam-touw menggelengkan kepala:

“Walaupun kita mempunyai ilmu silat yang tinggi, tapi kita tidak bisa bergabung. Sedangkan mereka berdua kapanpun bisa menyatukan tenaga untuk bersama-sama memukul. Pukulan mereka yang secara bergabung ini, tidak ada dari kita yang bisa menahannya!”

“Aku tahu Pek-kut-mo-kang adalah ilmu andalan dan rahasia dari Pek-lian-kau. Kekuatannya sangat besar!” kata Tiong Toa- sianseng.

“Tapi bukan berarti tidak ada cara untuk mengatasi ilmu mereka ini!” kata Lam-touw.

“Bagaimana caranya?” Tiong Toa-sianseng bertanya. “Sepengetahuanku, Pek-lian-kau mempunyai selempengan giok

bernama Bi-giok-leng (perintah giok hijau). Itu adalah barang

turun-menurun untuk Kau-cu. Katanya cara untuk memecahkan Pek-kut-mo-kang tertulis di sana!” kata Lam-touw.

“Bi-giok-leng?” Tiong Toa-sianseng melihat Su Yan-hong, “Yan- hong, di mana kau simpan?”

“Tadinya murid selalu menyimpannya di dalam rumah. Setelah dipikir-pikir itu adalah barang titipan orang lain, apalagi adalah barang tanda Kau-cu. Karena takut jatuh di tangan Liu Kun, maka beberapa hari ini aku selalu membawanya!” kata Su Yan-hong sambil mengeluarkan Bi-giok-leng dari dada.

Lam-touw melihatnya dan berkata:

“Betul! Inilah Bi-giok-leng! Mengapa bisa berada di tanganmu?”

“Dalam pertarungan di Siong-san, Put-lo-sin-sian kalah di tangan Wan Fei-yang. Waktu dia terluka dan akan menghembuskan nafas terakhir, dia memberikan Bi-giok-leng kepada Boanpwee untuk disimpan. Dia takut Bi-giok-leng terjatuh di tangan Thian-te- siang-kun dan akan terjadi hal yang tidak dia inginkan!” kata Su Yan-hong.

“Mungkin ini kehendak Thian. Kejahatan Thian-te-siang-kun sudah berlebihan, mereka pasti tidak bisa lolos dari hukuman ini!”

“Tapi Boanpwee tidak melihat ada ke-istime-waan di dalam Bi- giok-leng!” kata Su Yan-hong. Lam-touw menerima Bi-giok-leng dari Su Yan-hong lalu mendekati jendela dan mengarahkan ke matahari.

Matahari bersinar ke atas jendela. Lam-touw duduk di atas jendela:

“Apakah kau melihatnya?”

Su Yan-hong melihat. Di bawah sinar matahari giok berubah menjadi jernih dan tembus pandang, muncullah huruf-huruf besar dan kecil sebesar kepala lalat.

“Dengan konsentrasi penuh, tenaga untuk mengisi seluruh tubuh. Dengan nafas mengisi seluruh tubuh. Dengan tenaga keras tapi bukan tenaga lembut. Orang tidak bisa meninggalkan nafas dan nafas tidak bisa meninggalkan konsentrasi penuh!” Itulah tulisan di dalam lempengan giok.

Su Yan-hong menggelengkan kepala:

“Apa maksudnya?”

Lam-touw tidak ada reaksi, tapi Tiong Toa-sianseng sudah berteriak:

“Betul! Memang begitu!”

“Pek-kut-mo-kang menyedot sari pati anak-anak laki-laki dan perempuan. Jiwa, nafas, tenaga bisa menembus. Tiga menjadi satu. Orang tidak bisa meninggalkan nafas, nafas tidak bisa meninggalkan jiwa. Walaupun adalah ilmu sesat, tapi tetap adalah ilmu biasa!” kata Lam-touw.

“Kalau dengan aliran menjadi gaya, menggunakan jiwa dan nafas itulah kualitas Budha dan dewa. Dengan kualitas Budha dan dewa, walaupun lawan memakai ilmu sesat tapi tidak akan sulit dibersihkan!” kata Tiong Toa-sianseng.

Su Yan-hong sedikit mengerti:

“Maksud guru, semua orang harus mempelajari kualitas Budha atau dewa?” “Kualitas ilmu Budha atau dewa tidak bisa dipelajari dan dikuasai oleh orang biasa, apalagi sekarang sudah tidak cukup waktu untuk belajar!”

“Apa yang harus kita lakukan?”

“Memecahkan pusat perhatian mereka!” kata Tiong Toa- sianseng.

“Berarti yang biasa kita sebut dengan istilah Si-bun (Pintu mati)!” kata Lam-touw.

Kata Tiong Toa-sianseng:

“Masalahnya nadi manusia begitu banyak. Nadi yang mana Si- bun itu?”

“Masih ada satu lagi masalah, pada orang yang sudah berhasil menguasai Pek-kut-mo-kang, Si-bun bisa bergerak semaunya walaupun hanya ada satu!” kata Lam-touw.

“Apa?” Tiong Toa-sianseng terkejut.

“Tapi tidak perlu khawatir!” kata Lam-touw lagi, “walaupun bisa bergerak, tapi tidak akan keluar dari Leng-tai, Tai-yang, Tiong-hu, tiga nadi ini!”

“Berarti Si-bun ada di tiga tempat ini?”

“Kalau bernasib baik, sekali pukul langsung kena, itu akan lebih mudah!” Lam-touw menarik nafas, “sampai sekarang bukankah nasib kita juga lumayan bagus?”

Tidak ada yang membuka suara. Sebenarnya bukankah nasib mereka lumayan bagus?

Perkiraan Su Yan-hong tidak salah. Tindakan Liu Kun berikutnya adalah membunuh Kang Pin. Orang yang dia kirim adalah Thian-te- siang-kun.

Lo-taikun sudah terpikir ini akan terjadi. Dia menjelaskan kepada Kang Pin dan merundingkan cara untuk menghadapinya. Apa yang mereka pikir, juga terpikirkan oleh Thian-te-siang- kun. Tapi mereka tidak merubah renca na awal dan terus menjalaninya.

Dengan ilmu silat mereka sekarang, Thian-te-siang-kun tidak takut kepada apapun juga tidak perlu menghindar dari siapapun. Rencana mereka sangat sederhana, yaitu waktu orang Kang Pin sedang tidak hati-hati, mereka akan masuk dan membunuh Kang Pin. Tadinya mereka ingin menyerang dari pintu utama karena mereka tidak mau repot, maka mereka merubahnya menjadi penyerangan tiba-tiba.

Mereka sudah mencari tahu di mana kamar Kang Pin. Dengan ilmu silat mereka, menghindari prajurit yang berpatroli sangat mudah. Mereka berada di tempat yang tinggi. Mereka sudah melihat jelas ada seseorang sedang membaca buku di meja. Itulah Kang Pin.

Mereka tidak tertarik untuk menunggu kesem patan, mereka langsung keluar dari tempat persem-y bunyian, melewati genteng- genteng dan langsung mendekati jendela dan menyerang Kang Pin yang sedang membaca.

Kecepatan membuat mereka sendiri merasa | puas. Tapi Kang Pin yang di dalam tidak menujukkan reaksi apapun. Mereka mengetahui pasti ada yang tidak beres. Tapi mereka sudah berada di kamar, serangan tetap dilancarkan.

Kang Pin terkena telapak dan terbang menabrak ke dinding. Tubuhnya hancur beberapa bagian. Tapi itu hanyalah orang- orangan yang terbuat dari rumput. Kepala orang-orangan diikat tali maka bisa bergoyang-goyang.

“Kita tertipu...” kata Thian-kun tertawa.

“Sekarang apa yang harus kita lakukan?” jawab Te-kun.

“Yang pasti pergi dari sini!” Walaupun begitu, gerakan Thian- kun berat dan malas.

Te-kun juga seperti itu. Karena sudah berhasil menguasai Pek- kut-mo-kang maka semua jebakan tidak ditaruh di mata. Di luar kamar lampu-lampu sudah terang. Selain Kang Pin, masih ada Han Tau dan prajurit-prajurit, lima menantu dari keluarga Lamkiong juga ada di sana. Thian-te-siang-kun membuka pintu seperti tidak terjadi apa-apa. Mereka tidak menduga hal ini.

Thian-kun tertawa, menggelengkan kepala:

“Kita tertarik oleh anak-anak!”

“Yang mana Kang Pin?” tanya Te-kun. Kang Pin keluar:

“Pembunuh yang berani, cepatlah serahkan diri!”

Thian-te-siang-kun seperti mendengar sebuah lelucon, Mereka tertawa lepas dan berjalan mendekati Kang Pin.

Tong Goat-go yang pertama-tama melepaskan senjata rahasia kepada Thian-te-siang-kun. Thian-te-siang-kun sengaja memamerkan ilmunya. Mereka menggunakan Pek-kut-mo-kang, sepasang tangan yang seperti hanya tinggal tulang putih dengan asal-asalan mencengkram. Mereka sudah mencengkram semua senjata rahasia yang ditembakkan ke arah mereka dan dikepal menjadi setumpuk rongsokan besi.

Cia Soh-ciu, Kiang Hong-sim, Bwe Au-siang, Tiong Bok-lan berturut-turut keluar. Senjata bergerak, mereka sudah mencegat Thian-te-siang-kun. Mereka tahu bukan hal yang mudah untuk mengalahkan Thian-te-siang-kun, tapi mereka tetap berusaha melakukannya.

Hanya beberapa jurus, Thian-te-siang-kun sudah memaksa lima menantu keluarga Lamkiong mundur. Mereka terus mengejar Kang Pin.

Prajurit-prajurit mencoba menghadang. Lam- kiong Bing-cu dan Lamkiong Po datang menghadang di depan Thian-te-siang-kun.

Thian-kun tertawa:

“Ternyata Lo-taikun juga datang kemari!”

Lo-taikun menaruh tongkat kepala naga, ! dengan dingin berkata: “Thian-te-siang-kun berada di Pek-lian-kau, mengapa harus membuat kekacauan di sini?”

Thian-kun malah balik bertanya:

“Keluarga Lamkiong sangat terkenal, untuk apa kalian campur tangan dalam masalah ini?”

“Liu Kun mendatangkan malapetaka bagi negara dan rakyat...” “Masing-masing orang mempunyai keinginan dan masing-

masing menjalankan keinginannya, un- tuk apa kau terus omong

kosong?” kata Thian- kun, “tujuan kita adalah Kang Pin, kalau ada orang menghadang kita melakukan hal ini, mereka akan mendatangkan kesulitan untuk diri sendiri dan akan mencari mati sendiri!”

“Memang kita tidak perlu banyak bicara!” Lo- taikun menghentakkan tongkat ke bawah dengan kuat, tanah bergetar.

Lamkiong Po keluar:

“Biarlah masalah ini diselesaikan oleh putramu!” Lo-taikun belum berkata, Thian-kun sudah berkata:

“Katanya generasi keluarga Lamkiong, dari lima saudara sudah mati empat, apakah yang tersisa adalah dirimu?”

“Apakah kau ini Lamkiong Po?” tanya Thian- kun.

Lamkiong Po belum menjawab, Thian-kun bertanya lagi kepada Lo-taikun:

“Keluarga Lamkiong sudah punya empat janda, apakah belum cukup?”

Wajah Lo-taikun jadi muram:

“Omong kosong!”

Pedang Lamkiong Po sudah keluar dari sarung. Lamkiong Bing- cu juga tidak lambat. Dia berlari ke samping Lamkiong Po dan berkata:

“Paman keempat, aku bersama denganmu membunuh dua siluman ini!” “Baik...” Tapi tongkat berkepala naga sudah mencegat mereka, “kalian mundur!”

Lamkiong Po dan Bing-cu sangat paham sifat Lo-taikun, terpaksa mereka mundur. Lo-taikun langsung berkata kepada Thian-te- siang-kun:

“Kalau kalian berdua tidak mau berhenti, aku tidak bisa berkata apa-apa!”

“Seharusnya dari tadi sudah bertarung!” Thian-te-siang-kun menyerang.

Tongkat Lo-taikun berputar. Ujung tongkat menyerang telapak Thian-kun. Sebelum mengenai telapak, arah serangan langsung berubah, kepala tongkat menyerang wajah Te-kun.

Dua telapak Te-kun menyerang kepala tongkat. Thian-kun menyerang dari arah yang lain. Dengan jurus 'Sin-liong-pek-bwe' (Naga sakti menggoyang ekor) Lo-taikun meloncat ke atas, kepala tongkat menyapu kepala Thian-te-siang-kun.

Thian-te-siang-kun ikut meloncat. Empat telapak sama-sama menyerang, menyambut serangan tongkat kepala naga dari Lo- taikun.

Walaupun umur Lo-taikun sudah tua dan tongkat begitu berat, tapi waktu tongkat berada di tangannya, dia bisa menggunakan seperti ringan, seperti berubah menjadi naga hidup terbang di udara dan tubuhnya sedikitpun tidak terganggu.

Berturut-turut tujuh jurus sudah dikeluarkan. Serangan Thian- te-siang-kun sudah ditahan dengan baik.

Thian-te-siang-kun saling melihat. Tubuhnya bersalto ke belakang, lalu masing-masing mengeluarkan telapak kiri dan kanan, saling menopang, mereka segera akan membunuh. Tiba-tiba Tiong Toa-sian-seng, Su Yan-hong, Lam-touw, dan Siau Cu meloncat turun dari genteng dan menahan di depan Kang Pin.

Kang Pin terlihat senang. Tapi wajah Thian-te-siang-kun sudah cemberut: “Kalian lagi?”

Tiong Toa-sianseng tersenyum:

“Waktu di Ya-cu-lim kami tergesa-gesa, belum melihat Pek-kut- mo-kang dari kalian berdua, maka hari ini kami terpaksa datang kemari!”

“Di Ya-cu-lim kalian beruntung bisa kabur. Aku kira kalian bisa tahu diri dan meninggalkan ibukota malam itu juga!” kata Thian- kun.

“Mereka siap mengantar kematian, kita harus membantu mereka untuk sampai pada tujuan!” kata Te-kun.

“Kalian ada berapa orang, bertarunglah bersamaan!” kata Thian- kun.

Tiong Toa-sianseng maju selangkah dan ingin berbicara dengan Lo-taikun, tapi Lo-taikun sudah mengeluarkan suara:

“Antara aku dan mereka masih belum tahu siapa yang menang atau kalah!”

“Kami tidak berani merepotkan Lo-taikun. Malam itu di Ya-cu- lim harus ada yang menang atau kalah!” kata Su Yan-hong.

“Betul, kalian guru dan murid pasti kalah!” kata Thian-kun. “Salah!” Tiong Toa-sianseng menggelengkan kepala, “pada

malam itu kami ingin menyelamatkan orang. Apalagi lima utusan

lampion dan pembunuh-pembunuh sedang mengepung kami. Kata orang, laki-laki baik tidak akan merugikan dirinya, maka kami terpaksa pergi!”

“Ternyata seperti itu!” kata Thian-kun.

“Berarti sekarang kalian guru dan murid \ lagi?” tanya Te-kun. “Itu sudah cukup!” Tiong Toa-sianseng mencabut pedang. “Bagaimana kalau kalah? Apakah siap keluar dari dunia

persilatan?” tanya Te-kun.

“Tidak apa-apa!” Tiong Toa-sianseng tertawa, “kalau kalian kalah, apakah juga sama?” Thian-te-siang-kun mendengar Tiong Toa-sianseng berkata dengan serius, mereka merasa aneh dan saling melihat. Thian-kun tertawa dingin:

“Sekarang apa yang dikatakan semua orang adalah omong kosong, setelah ada yang menang dan kalah baru kita bicarakan!”

Tiong Toa-sianseng menggelengkan kepala:

“Tetap adalah siluman dan bukan orang lurus, tidak seperti orang dunia persilatan bisa mengeluarkan kata-kata tidak pernah menyesal. Mereka terang-terangan dan jelas!”

“Sembarangan bicara!”

Ilmu Pek-kut-mo-kang segera digunakan. Tekun tidak lambat. Dengan Thian-kun bersama-sama maju dan sama-sama membentak dan menyerang Tiong Toa-sianseng dan Su Yan-hong.

Tiong Toa-sianseng segera membentak:

“Jurus pertama Thian-liong...” Su Yan-hong segera mendekat kepada Tiong Toa-sianseng. Tubuh mereka sama-sama bergerak. Dua pedang bersama-sama menyambut telapak yang datang. Pedang belum mengenai telapak, tubuh Tiong Toa-sianseng dan Su Yan-hong sudah berubah lagi. Mereka melepaskan Te-kun, hanya menyerang Thian-kun. Pedang Tiong Toa-sianseng menyerang jurus-jurus telapak Thian-kun. Pedang Su Yan-hong menyerang Tiong-hu-hiat milik Thian-kun.

Wajah Thian-kun berubah. Dia sedikit mundur lalu dengan sepasang telapak mencegat pedang Su Yan-hong. Perubahan sangat cepat. Pedang Tiong Toa-sianseng ingin mencegat juga sudah tidak sempat, tapi Tiong Toa-sianseng tidak mencegat atau mengejar. Tubuh bergerak, Tiong Toa-sianseng berputar melewati Su Yan- hong. Kemudian pedang panjangnya bergerak. Dia menyerang Tiong-hu-hiat milik Thian-kun.

Gerakan Te-kun tidak kurang cepat, tapi jurus Tiong Toa- sianseng berputar dan melewati Su Yan-hong, benar-benar di luar dugaan Te-kun. Thian-kun juga merasa terkejut. Tapi kali ini dia tidak mundur juga tidak melayani Tiong Toa-sianseng, sepasang telapaknya masih menyerang Su Yan-hong. Tiong Toa-sianseng segera sadar, Si-bun (Pintu mati) Thian-kun sudah bergeser dari Tiong-hu-jiat. Maka jurus pedang segera berubah. Sekarang dia menyerang Tai-yang- hiat (di dekat sisi telinga) milik Thian-kun. Dia sedang berpikir Thian-kun sudah ' mengeser Si-bun ke Tai-yang-hiat, hanya Tiong Toa-i sianseng belum yakin.

“Kenapa....” Tubuh Thian-kun berhenti. Dua ! telapak tidak menyerang Su Yan-hong lagi, tapi dia menghindari serangan ke Tai- yang-hiat nya.

Tiong Toa-sianseng tidak berhenti, pedangnya terus menyerang ke Tai-yang-hiat milik Thian-kun.

Thian-kun terus menjambut 12 kali serangan pedang dari Tiong Toa-sianseng kemudian dia berubah dari bertahan menjadi menyerang Tiong Toa-sianseng.

Setelah Su Yan-hong dicegat Te-kun, jurus pedang sudah digunakan. Dalam posisi bertahan dia tetap mencari kesempatan menyerang. Jika ada kesempatan, dia segera menyerang Tiong-hu- hiat, Leng-tai-hiat dan Tai-yang-hiat. Tapi kesempatan yang dia dapatkan tidak banyak. Begitu mendapat kesempatan, dia segera menyerang dan mengancam nyawa Te-kun.

Terlihat Te-kun tidak terbiasa. Kadang-kadang dia terlihat kerepotan. Thian-kun juga seperti itu. Pek-kut-mo-kang sudah mereka kuasai. Mereka juga tahu di mana Si-bun nya berada, tapi mereka sama sekali tidak menyangka lawan juga tahu.

Walaupun umur Tiong Toa-sianseng sudah tua, tapi tenaga dalamnya sangat kuat dan jarang yang bisa menandingi. Thian- liong-pat-sut di tangannya terlihat lincah dan cepat. Tidak kalah dari Su Yan-hong.

Perubahan Thian-liong-pat-sut bisa menjaga arah dari mana saja. Dia meloncat tinggi. Melihat dari atas ke bawah. Pedang bisa terus menyerang Leng-tai-hiat milik Thian-kun. Thian-kun yang di bawah terlihat sangat tidak terbiasa, tapi dia meloncat ke atas untuk menyerang. Kesempatan tidak banyak.

Tiong Toa-sianseng belum selesai menyerang, Si-bun dari Thian- kun sudah digeser lagi. Tiong Toa-sianseng tidak terus berada di atas. Kali ini dia turun di belakang Thian-kun dan bisa memunggungi Su Yan-hong. Dua pedang bersatu. Thian-kun dan Tekun dipisahkan oleh mereka.

Jika Siang-kun bergabung, Pek-kut-mo-kang baru bisa dikeluarkan dengan sempurna, Thian-liong-pat-sut juga harus menyatukan dua pedang, baru mempunyai tenaga yang lebih dasyat. Sekarang tidak hanya dua pedang bisa bersatu, mereka juga bisa berhasil memisahkan Thian-te-siang-kun, sepasang pedang bisa saling mengisi kekurangan dan kelebihan, dan sama-sama menyerang Si-bun mereka. Yang pasti Thian-te-siang-kun merasa sangat kesulitan.

Mereka berusaha menyatu lagi, tapi mereka tidak bisa melewati hadangan dua pedang dari Tiong Toa-siansengn dan Su Yan-hong. Awalnya mereka hanya curiga, sampai sekarang baru mereka yakin Tiong Toa-sianseng dan Su Yan-hong sudah tahu rahasia Pek-kut- mo-kang.

“Siapa yang memberitahu rahasia Pek-kut-mo-kang...” Thian- kun kelepasan berkata.

“Di dunia ini tidak ada ilmu silat yang tidak ada kelemahan. Mengingat tidak mudah kalian berlatih ilmu silat ini, maka malam ini kita bertarung sampai di sini saja!”

“Tidak semudah itu!” Te-kun menggelengkan kepala.

“Kalau kalian tidak pergi, terpaksa kami guru dan murid akan melakukan pembunuhan!” Tiong Toa-sianseng terus mengatur nafas. Bajunya terus mengeluarkan suara. Pedang yang di tangannya terlihat bertambah terang.

Baju Su Yan-hong juga bergerak walaupun tidak ada angin bertiup. Dia dan Tiong Toa-sianseng langsung menggunakan jurus kelima dari Thian-liong-pat-sut! Mereka mendengar Tiong Toa-sianseng berkata dengan serius, hati mereka jadi berdebar-debar.

Keluarga Lamkiong, Lam-touw dan Siau Cu melihat Tiong Toa- sianseng dan Su Yan-hong berada di atas angin, mereka siap bertindak. Thian-kun meli hatnya, dia cepat berkata:

“Lo-ji, mari kita pergi!”

Te-kun merasa tidak beruntung maka dia cepat mengangguk. Kata Thian-kun dengan dingin:

“Biarlah kami berdua pergi, harap kalian berdua bisa selamat. Biar kami dua saudara bisa membuat perhitungan lagi dengan kalian!”

Mereka berdua meloncat ke atas genteng dan berkumpul menjadi satu, kemudian tubuh bergerak pergi, mereka sudah menghilang dalam kegelapan.

Kang Pin cepat datang:

“Hou-ya, mengapa kalian tidak sekalian membereskan mereka agar tidak ada kerepotan di kemudian hari?”

“Kita masuk dulu baru dibicarakan!” kata Su Yan-hong.

99-99-99

Di dalam ruangan tamu, Kang Pin segera berkata: “Tindakan Thian-te-siang-kun pasti ide Liu Kun!”

“Tidak diragukan lagi!” sahut Su Yan-hong, “maka aku khawatir...”

“Hou-ya mengkhawatirkan apa...” “Kaisar..Su Yan-hong menarik nafas.

Kang Pin menggelengkan kepala. Dia ingin mengatakan sesuatu tapi Lo-taikun sudah bertanya dengan aneh:

“Tadi melihat Tiong Toa-sianseng dan Hou-ya bergabung, Thian-te-siang-kun sudah tidak berdaya. Mengapa tidak mengambil kesempatan untuk membunuh mereka agar jadi bersih dan selesai?” Su Yan-hong melihat Tiong Toa-sianseng dan menarik nafas: “Sejujurnya, kami tidak yakin bisa membunuh mereka!” “Oh?” Lo-taikun merasa curiga.

Su Yan-hong menjelaskan:

“Rahasia memecahkan Pek-kut-mo-kang kita dapatkan dari Bi- giok-Ieng, tidak diragukan lagi pasti akan berhasil. Tapi karena tergesa-gesa, kita tidak mempunyai waktu untuk berlatih. Walaupun tadi kita bisa memisahkan mereka, tapi kita tidak bisa mengalahkan mereka pada kesempatan tadi!”

“Ternyata begitu...” kata Lo-taikun mengangguk, “Nenek tua ini mengira kalian memaafkan mereka!”

Tiong Toa-sianseng tertawa:

“Apa yang dilakukan oleh Thian-te-siang-kun sudah melewati batas kemanusiaan, sulit mendapatkan kesempatan untuk membunuh mereka. Kita akan melaksanakannya demi Tuhan!”

Lam-touw menyela:

“Untung kalian tidak memberitahu rahasia ada di Bi-giok-leng.

Kalau tidak, dua siluman mana mungkin bisa cepat pergi?” “Berturut-turut gagal, apa yang harus mereka laporkan kepada

Liu Kun?” kata Tiong Toa-sianseng.

“Hahaha! Menurutku mereka tidak akan kembali ke Liu Kun lagi!”

“Apapun yang terjadi, pertarungan kita dengan Liu Kun pasti akan terjadi!” kata Su Yan-hong.

“Baginda...” Kang Pin ragu.

“Sampai sekarang, hanya dengan membunuh Liu Kun baru bisa menyelamatkan baginda. Sekarang langsung pergi sebelum hari terang agar Liu Kun tidak ada persiapan!”

“Hou-ya memang benar!” Kang Pin tidak berkomentar. “Pasukan Liu Kun sangat kuat!” kata Kao Seng.

“Kita tidak perlu banyak berpikir lagi!” kata Su Yan-hong. Tiba-tiba dia teringat Lan-lan. Dia tidak tahu Liu Kun sekuat apa. Apakah semua orang sangat setia kepada Liu Kun? Dia juga tidak tahu apakah mereka bisa selamat? Atau bisa menang? Pertarungan di medan pertempuran tidak sama seperti pertarungan di dunia persilatan.

Hanya orang yang pernah ke medan pertempuran baru tahu bahaya seperti apa yang harus dihadapi! Ih-lan dilindungi Fu Hiong-kun dan Lu Tan masuk ke rumah komandan panglima penjaga kota. Dia masih anak-anak, mana bisa melihat suasana di sana sangat tegang. Karena beberapa hari yang lalu dia mengalami musibah maka sampai sekarang dia masih ketakutan, seringkali bermimpi buruk dan sulit untuk tidur.

Begitu bangun dia langsung terkejut dan berteriak: “Ayah! Ayah!”

Su Yan-hong baru mengatur semua. Begitu mendengar teriakan Ih-lan, dia langsung masuk ke kamarnya. Melihat ayahnya, Ih-Lan- langsung masuk ke dalam pelukannya.

“Ayah, dua siluman datang lagi!” Ih-lan menangis.

Su Yan-hong tahu apa yang terjadi, dia segera menghibur: “Ada ayah di sini, kau tidak perlu takut.”

Ih-lan melihat sekeliling:

“Aku ingin pulang!” Su Yan-hong terpaku:

“Hari ini sudah terlalu malam, tinggallah di sini dulu!” “Aku ingin pulang sekarang, aku tidak suka tempat ini!” “Tidak mau juga harus mau, sementara ini kita belum bisa pulang.” Su Yan-hong menarik nafas, “Ayah harus berada di sini untuk mengurus beberapa hal. Bila sudah selesai, baru kita pulang!”

“Aku ingin pulang sekarang!” Ih-lan berteriak.

Su Yan-hong yang sedang mempunyai banyak masalah, dia membentak:

“Diam!”

Dibentak Su Yan-hong, Ih-lan segera menangis. Hati Su Yan- hong tidak enak, dia segera berkata pelan-pelan:

“Lan-lan, dengarkan kata-kata ayah!”

Ih-lan marah dan terus menangis. Su Yan-hong tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Fu Hiong-kun masuk. Dia kebetulan lewat, mendengar tangisan Ih-lan dan mengira sesuatu telah terjadi.

“Lan-lan!” Dia memanggil di luar pintu kamar. Ih-lan segera menyahut:

“Cici, aku ingin pulang!”

Fu Hiong-kun segera mengerti apa yang terjadi, dia melihat Su Yan-hong.

“Nona Fu!” Su Yan-hong menarik nafas. “Lan-lan, Cici di sini untuk menemanimu!”

Fu Hiong-kun menggendong Ih-lan dan meng hapus air matanya.

Melihatnya, Su Yan-hong menggelengkan kepala:

“Nona Fu, aku sedang punya banyak masalah, maka aku sudah mengejutkan dia!”

“Serahkan Lan-lan kepadaku!” kata Fu Hiong- kun.

Hati Su Yan-hong tersentuh, dia melihat Fu FJiong-kun dengan bengong. Tapi Fu Hiong-kun sama sekali tidak memperhatikan, dia menggendong Ih-lan ke tempat tidur.

Su Yan-hong tertawa kecut dan keluar dari kamar. “Tidur di sini akan bermimpi buruk, aku ingin pulang!” kata Ih- lan.

“Lan-lan, apakah kau tidak sayang kepada ayahmu?”

Ih-lan menggelengkan kepala. Fu Hiong-kun bertanya lagi. “Ayahmu sedang mempunyai banyak masalah, apakah kau akan

membantu dia membereskan masalah ini?”

“Tapi aku tidak punya tenaga yang besar!” “Tidak perlu tenaga, hanya mengikuti apa yang dia katakan, itu berarti kau sudah membantu ayah!”

'Hanya begitu?' Ih-lan adalah anak yang pengertian. Ih-lan berhenti menangis, dia sudah tahu dia salah.

Fu Hiong-kun melihat Ih-lan. Dia mulai tenang.

100-100-100

Su Yan-hong terus berdiri di luar. Setelah beberapa lama, Fu Hiong-kun baru keluar. Dia segera bertanya:

“Bagaimana dengan Ih-lan? Apakah dia sudah tidur? Kami ayah dan anak selalu merepotkanmu!”

“Hou-ya berkata terlalu berat!” “Hiong-kun!”

Fu Hiong-kun terpaku. Su Yan-hong segera berkata:

“Aku memanggilmu seperti itu karena tidak ingin kau terus memanggiku Hou-ya!”

“Ini...” Fu Hiong-kun diam.

“Kita adalah orang dunia persilatan, tidak perlu begitu sungkan!” “Kapan Hou-ya kembali lagi ke dunia persilatan?”

“Aku kira kau akan mengerti aku!” Su Yan-hong tertawa kecut. “Aku mengerti!”

Su Yan-hong segera merasa senang. Dia men-cengkram tangan Fu Hiong-kun:

“Hiong-kun, apakah kau setuju?” “Aku setuju apa?”

Fu Hiong-kun tidak mengerti, dia ingin menarik tangannya yang dicengkram Su Yan-hong, tapi akhirnya tidak jadi.

Ada yang ingin Su Yan-hong katakan, tapi dia menelan kembali kata-katanya, lalu dia berkata:

“Lebih baik kau jangan ikut dalam perang besok!”

Fu Hiong-kun merasa aneh. Su Yan-hong segera menjelaskan: “Medan pertempuran tidak seperti bertarung di dunia persilatan.

Itu terlalu berbahaya!”

Fu Hiong-kun menggelengkan kepala:

“Aku kira kau bisa mengerti aku, tapi ternyata tidak!” “Oh?” Su Yan-hong tidak mengerti.

“Kalau aku memaksa pergi, apakah kau akan melarang?” Su Yan-hong terpaku, lalu menjawab:

“Tidak akan!”

“Bukankah ini sudah beres?” Su Yan-hong tertawa kecut:

“Kalau aku bisa seperti guru tanpa ada beban, itu akan lebih baik!”

“Kau adalah pejabat penting di kerajaan, mana mungkin kau melepaskan tanggung jawab dan tidak mengkhawatirkan kaisar?”

“Setelah masalah ini beres, aku benar-benar ingin membawa Lan-lan meninggalkan ibukota, kembali lagi ke dunia persilatan dan tidak lagi mengurus masalah-masalah di kerajaan!” Dia melihat Fu Hiong-kun:

“Saat itu, apa kau mau ikut dengan kami?”

Pernyataan Su Yan-hong ini benar-benar sangat jelas. Fu Hiong- kun tidak bisa berpura-pura tidak mengerti lagi. Dia menggelengkan kepala: “Sekarang ini semua masalah lain harus menunggu. Setelah masalah besok sudah selesai, baru kita bicarakan!”

“Masalah besok selesai? Kalau terjadi sesuatu denganku, Lan-lan akan menjadi yatim piatu.”

“Yatim piatu?” Fu Hiong-kun berkata sendiri, “Aku mengenal seorang yatim piatu, bukankah terakhir dia menjadi seorang pendekar dan sangat terkenal di dunia ini?”

“Apa yang kau katakan?”

“Tidak ada! Aku harus kembali ke kamar untuk melihat apakah Lan-lan bisa tertidur dengan nyenyak.”

“Baiklah!”

Setelah Fu Hiong-kun pergi, Su Yan-hong hanya bisa menarik nafas.

— Dia tidak bisa ikut Fu Hiong-kun masuk melihat Ih-lan. Dia lalu masuk ke dalam kamar Lam-touw.

Lam-touw belum tidur. Dia sedang mengobrol dengan Tiong Toa-sianseng. Melihat Su Yan-hong masuk, dia segera berkata:

“Semua kata-kata sungkan sudah disampaikan gurumu, maka kau jangan mengulanginya lagi!”

Su Yan-hong tertawa:

“Kalau bukan karena Cianpwee yang mem-beritahu rahasia memecahkan Pek-kut-mo-kang berada di dalam Bi-giok-leng, kami benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi!”

“Ini lagi yang dibicarakan, berikutnya apakah kau akan bertanya siapa aku sebenarnya?”

Su Yan-hong ingin mengatakan sesuatu, tapi Lam-touw sudah berkata:

“Ketua Pek-lian-kau, Put-lo Sin-sian bermarga Kao dan bernama Siang-thian. Aku bernama Kao Siau-thian. Dia adalah kakak dan aku adalah adik!” Su Yan-hong bemar-benar terkejut, tapi Tiong Toa-sianseng biasa-biasa saja. Kelihatannya dia sudah tahu rahasia ini.

“Apakah Cianpwee juga orang Pek-lian-kau?” tanya Su Yan- hong.

“Sekarangpun masih orang Pek-lian-kau!”

“Hanya saja Cianpwee tidak suka dengan hidup dan gaya orang- orang Pek-lian-kau?”

“Sedikit banyak seperti itu!” Lam-touw tertawa:

“Tapi bukan hanya sekarang, sudah beberapa puluh tahun aku tidak berada di Pek-Iian-kau!”

“Karena berbeda pendapat dengan Put-lo-sin- sian?”

“Aku telah berbicara dengan dia, juga kalah ilmu silat darinya, maka terpaksa aku bersembunyi!”

“Sekaranglah waktunya Cianpwee membersih kan perkumpulan!”

“Aku sudah tua, harus melihat taraf prestasi Siau Cu!”

“Waktu Put-lo Sin-sian hampir mati, dia mera sa menyesal, maka menyerahkan Bi-giok-leng kepada Boanpwee. Dia ingin Boanpwee mencari penerus Pek-lian-kau, sekarang sudah terlaksana!”

Dari dada baju, Su Yan-hong mengeluarkan Bi-giok-leng dengan kedua tangan menyerahkannya kepada Lam-touw.

Lam-touw tidak segera menerima. Dia hanya bertanya: “Apakah kau juga merasa Siau Cu adalah orang yang tepat?” Tanpa perlu berpikir panjang, Su Yan-hong segera menjawab: “Betul, hanya sekarang dia masih belum dewasa. Itu bukan hal

penting. Nanti setelah lewat beberapa lama, dia bisa menjadi orang

penting!”

Lam-touw baru menerima Bi-giok-leng itu dengan hati-hati menyimpannya di dada!

“Di mana Siau Cu sekarang?” :anya Su Yan- hong. “Kalau aku tidak salah tebak, dia sedang bersama Lamkiong Bing-cu!” Lam-touw tertawa.

“Bing-cu adalah gadis yang baik!”

Tiba-tiba Lam-touw seperti teringat sesuatu, dia berdiri: “Aku harus minta maaf pada Lo-taikun!”

“Pergi atau tidak sebenarnya tidak apa-apa, tapi sebaiknya kau pergi!” kata Tiong Toa-sianseng.

Terhadap keluarga Lamkiong, Tiong Toa-sianseng punya perasaan lain. Dia mengeluh terhadap pengalaman pahit putrinya, juga merasakan ketidakberuntungan keluarga Lamkiong.

101-101-101

Siau Cu memang sedang bersama Bing-cu. Di depan Lamkiong Bing-cu, Siau Cu berubah menjadi bodoh. Satu kalimat yang sama bolak-balik dia katakan, tapi Bing-cu tidak merasa apa-apa.

Topik pembicaraan terakhir mereka adalah tentang perang esok hari.

“Apakah kau harus pergi besok?” tanya Bing-cu.

“Mana mungkin aku tidak pergi?” Siau Cu menegakkan dada, “Liu Kun mendatangkan mala petaka bagi negara dan rakyat. Ada kesempatan ini, kita harus melawannya!”

Bing-cu menundukkan kepala:

“Aku tidak bisa pergi! Lo-taikun berkata aku tidak berpengalaman dan tidak bisa membantu apa-apa!”

“Kalau begitu aku lebih tenang!” Siau Cu malah senang.

“Apa? Kau juga tidak ingin aku pergi? Betulkah ilmu silatku begitu jelek?” tanya Bing-cu dingin.

Siau Cu menggelengkan kepala. Dalam hatinya dia terus berpikir, akhirnya muncul alasan yang dia anggap masuk akal:

“Di keluarga Lamkiong harus ada orang yang menjaga rumah!” “Tapi aku tidak berpengalaman menunggu rumah.” “Pengalaman lebih dibutuhkan di medan pertempuran. Walaupun punya ilmu silat, tapi jika tidak berpengalaman tidak akan bisa dikeluarkan!”

“Apakah kau pernah membunuh orang?” tanya Siau Cu.

“Tidak pernah! Apakah di medan pertempuran harus membunuh orang?”

“Harus membunuh walaupun lawan bukan orang jahat!”

Bing-cu mengangguk, dia tidak lupa ketika menyelamatkan Kang Pin, Semua orang keluarga Lamkiong terpaksa membunuh orang, hanya dia yang bersembunyi di belakang Lo-taikun.

“Akhirnya kau mengerti!”

Dari pinggang Siau Cu mengeluarkan sebuah barang yang diikat dengan rantai:

“Ini aku berikan kepadamu!” “Apa itu?” Bing-cu merasa heran.

“Barang ini bisa menyelamatkan nyawa, mudah dipakai untuk melindungi diri sendiri. Mungkin bisa membantumu!” Siau Cu berkata dengan sungguh-sungguh.

“Kau begitu memperhatikan aku!” Wajah Lamkiong Bing-cu memerah.

“Setelah esok, entah kapan baru bisa bertemu denganmu lagi.” “Aku akan menunggumu di Ci-cu-wan!”

“Asal aku masih hidup, aku pasti akan mencarimu ke Ci-cu- wan!”

Bing-cu mengangguk. Dia merasa sedih dan hampir meneteskan air mata.

102-102-102

Waktu Lam-touw meminta maaf, yang pasti wajahnya menjadi serius. Lo-taikun, Lamkiong Po, Cia Cu-ciu, Tong Goat-go, Bwe Au- siang dan Tiong Bok-lan selalu sungkan, hanya Kiang Hong-sim yang masih dendam. Lam-touw berkata: “Aku benar-benar pikun, bisa-bisanya mencurigai Keluarga Lamkiong, benar-benar harus di hukum!”

Kiang Hong-sim segera berkata:

“Kalau begitu, hukuman apa yang kau ingin terima?”

“Mengapa kau tidak sopan terhadap Cian-pwee?” kata Lo-taikun marah.

Kiang Hong-sim terpaku. Lo-taikun membentak lagi: “Cepat berlutut!”

Tongkat kepala naga diketuk ke bawah.

Kiang Hong-sim terpaksa berlutut. Lo-taikun menggelengkan kepala:

“Aturan keluarga Lamkiong benar-benar kurang ketat. Aku meminta maaf!” Tongkat kepala naga diketuk lagi ke bawah, dia membentak:

“Cepat minta maaf!”

Kiang Hong-sim tidak berani membantah. Dia menyembah Lam- touw. Lam-touw tidak sempat mela rang, terpaksa dia menghindar dan mengganti topik: “Masalah kecil, semua orang jangan terus diingat di dalam hati. Kita harus berkonsentrasi terhadap pertempuran esok!”

“Keluarga Lamkiong akan bertempur dengan ). sekuat tenaga. Liu Kun mendatangkan petaka untuk . rakyat dan negara, semua orang wajar membunuhnya!”

103-103-103

Liu Kun tahu bahaya sudah mendekat. Dia lama menunggu Thian-te-siang-kun tidak kembali, juga tidak mendapat kabar dari 5 utusan lampion. Dia tidak tenang. Akhirnya dia memanggil Hongpo bersaudara dan Pak-to (Perampok utara).

Dia berpesan kepada Pak-to untuk menempatkan orang menjaga ketat kamar kaisar, dan jangan membiarkan orang keluar masuk. Setelah Pak-to pergi, dia baru berpesan kepada Hongpo bersaudara. Hongpo bersaudara sudah lama mengikuti Liu Kun, Melihat Liu Kun, mereka langsung tahu ada masalah yang tidak bisa dibereskan, tapi mereka juga tidak : berani banyak bertanya. Tanpa perlu ditanyakan mereka, Liu Kun sudah menarik nafas berkata:

“Aku benar-benar khawatir!”

“Kiu-cian-swe mengkhawatirkan apa?” tanya Hongpo Tiong. “Thian-te-siang-kun sudah lama pergi tapi belum kembali. 5

utusan lampion juga tidak ada jejak kabarnya, pasti sudah terjadi

perubahan!”

“Kiu-cian-swe tenanglah! Pek-kut-mo-kang milik Ji-wi Kaucu tidak tertandingi. Mana mungkin seorang Kang Pin tidak bisa diatasi?”

Uu Kun menggelengkan kepala:

“Mudah-mudahan tidak ada masaiah. Kalau benar-benar ada perubahan, kita harus hati-hati!”

“Kiu-cian-swe benar-benar mempunyai pandangan yang jauh!” “Aku mempunyai firasat bahwa semua masalah akan berakhir!”

kata Liu Kun.

“Berarti Kiu-cian-swe akan menjadi Ban-swe dan akan memimpin negara ini!”

“Aku harap begitu!” kata Liu Kun, “menurut kalian, kalau kita berperang terang-terangan, apakah kita bisa menang?”

“Kiu-cian-swe pasti akan menang!”

“Belum tentu, dalam melakukan sesuatu, aku selalu ingin mempunyai alternatif jalan yang lain. Kita harus berjaga-jaga!”

“Maksud Kiu-cian-swe...”

“Kalian segera memilih sekelompok orang yang bisa dipercaya, memindahkan barang-barang berharga dari sini ke kereta yang sudah kusiapkan. Bila terjadi sesuatu, kalian segera lindungi aku untuk meninggalkan ibukota, kita pergi ke tempat lain.”

Hongpo bersaudara saling pandang: “Betulkah Kiu-cian-swe menganggap di pihak Kang Pin...” “Kang Pin tidak perlu ditakuti. Yang kupikirkan adalah Su Yan-

hong!” Liu Kun memukul meja.

104-104-104

Malam ini kaisar bersantai di kamarnya. Pelayan-pelayan yang melayani dia merasa heran. Kasim yang dia percaya, Thio Gong juga merasa heran.

“Baginda hari ini sangat gembira, aku belum pernah melihat baginda seperti ini!” Thio Gong bertanya dengan hati-hati.

“Mana mungkin aku tidak senang?” jawab kaisar. “Hamba tidak mengerti!”

“Semua akan terjadi besok. Aku masih belum yakin apakah akan berubah, tapi lebih baik bisa jelas! Sekarang aku berada di sini tapi hatiku tidak!” kata kaisar.

“Hamba bisa melihatnya. Darimana baginda tahu akan terjadi perubahan esok hari?”

“Beberapa hari sebelumnya, orang yang di kirim Liu Kun untuk mengawasiku tidak mencapai 30 orang, karena dia sangat percaya diri dan sama sekali tidak menaruh aku di hatinya. Tapi malam ini tiba-tiba dia menambah penjaga 10 kali lipat, berarti rencana yang dia susun tidak berjalan dengan lancar di luar dan pasti ada perubahan besar, maka harus memperketat penjagaan!”

“Apakah An-lek-hou sudah bertindak?” “Tidak diragukan lagi!”

“Baginda bisa menghitung hal ini! Baginda pasti akan selamat dan tidak akan terjadi sesuatu!” Thio Gong berlutut.

Kaisar hanya bisa tertawa.

Perang akhirnya meletus di pagi hari. Perang sangat keras, apalagi ini adalah perang di dalam gang.

Orang yang setia kepada Liu Kun sangat banyak, maka Liu Kun berani bertarung. Tapi karena kebenaran tidak berpihak kepadanya, maka walau pun orang yang mendukung dia lebih banyak dari Su Yan-hong, tapi mereka tidak bisa mengeluarkan semua kemampuannya.

Pada waktu itu, prajurit Ling-ong dipimpin oleh Siau Sam Kongcu dan Su-ki-sat-jiu keluar dari dalam kota dan bergabung dengan pasukan di luar. Hal ini membuat Liu Kun kalang kabut.

Dari dulu Ling-ong selalu mengatakan dia berada di pihak Liu Kun, tapi sekarang tiba-tiba dia bertindak sebaliknya. Itu adalah pukulan yang berat bagi Liu Kun.

Sebentar-sebentar ada orang yang datang melapor, tapi Liu Kun selalu tidak mempedulikan. Begitu mendapat kabar bahwa Ling-ong membantu Su Yan-hong, Liu Kun marah besar.

“Baik! Semua sudah seperti ini, aku terpaksa memakai cara terakhir..

105-105-105

Liu Kun membawa Hongpo bersaudara masuk ke kamar kaisar. Kaisar sudah tahu dan merasa senang, tapi dia menahan agar perasaannya tidak terlihat.

Liu Kun langsung melemparkan satu stel baju biasa dan membentak:

“Cepat ganti baju!”

Kaisar terpaku. Dia melemparkan baju: “Mengapa aku harus memakai baju seperti ini?”

“Karena aku menyuruhmu memakainya!” “Berani sekali kau!” “Hongpo bersaudara, bantu kaisar ganti baju!”

Di tangan mereka berdua, kaisar tidak bisa menolak.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar