Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Jilid 17

Jilid 17

milik Pu-lo-sin-sian, ketua Bu-go bunuh diri, tinggal Bu-wie Taysu yang harus membereskan kekacauan di Siauw-lim-si, murid-murid Siauw-lim telah mengalami musibah yang sangat menyedihkan!"

"Mengenai hal ini di dunia persilatan pernah terdengar katanya sampai terakhir munculnya Wan Fei-yang yang mengalahkan Put-lo-sin-sian..." "Kepandaian Wan Fei-yang sangat hebat, perubahan Thian-can-sin-kang sulit ditebak, murid sulit menyaingi."

"Akhirnya Thian-can-sin-kang dari Bu-tong-pai ada yang meneruskan," Tiong-ta Sianseng berkata dengan terharu.

"Tadinya murid ingin mengundang Wan Fei-yang kemari, tapi sayang dia tidak ingin berkelana di dunia persilatan juga tidak ingin mengabdi kepada kerajaan!" Ucap Su Yan-hong.

"Dia memang tidak peduli pada kerajaan tapi hingga tidak mau berhubungan dengan dunia persilatan benar- benar kerugian besar bagi Bu-tong-pai."

"Bagaimana denganmu sendiri? Apakah kau tidak mau menerima posisi menjadi ketua Kun-lun-pai? Ini juga kerugian bagi Kun-lun-pai?" Tiong-ta Sianseng tertawa.

"Tecu benar-benar..

"Kau seperti apa, apakah Suhu tidak mengerti, tapi murid pintar seperti dirimu tidak bisa meninggalkan semua ini, kalau tidak, kau bisa mengerti Thian-liong-kiu-si."

"Apakah ada jurus Thian-liong-kiu-si?"

"Benar... semenjak Kun-lun-pai berdiri hanya ketua Kun- lun-pai ke-10 yang bernama Yu Liong-ci yang mengerti perubahan ini, katanya harus digabung dengan Thian-liong- pat-si, Suhu sudah 40 tahun menguasai Thian-liong-pat-si, tapi sampai sekarang tetap tidak mengalami kemajuan, maka aku menaruh harapan di pundakmu, kalau kau bisa meninggalkan semua ini, aku percaya kau akan cepat bisa..." "Tecu mengerti maksud Suhu, hanya saja sekarang

belum..."

"Kau adalah orang jujur, memang di dunia persilatan butuh orang seperti dirimu untuk menjaga keadilan." "Dunia persilatan sangat penting atau negara penting yang membutuhkan orang sepertiku?" tiba-tiba Su Yan-hong bertanya. Tiong-ta Sianseng terpaku.

Su Yan-hong melihatnya, dia segera berkata: "Tecu sadar sudah salah..

"Kata-katamu masuk akal!" kata Tiong-ta Sianseng tersenyum, "karena aku adalah orang persilatan maka yang terpikirkan adalah kepentingan pihak dunia persilatan."

"Bila kelak ada kesempatan..."

"Nanti kita baru bicarakan lagi!" Tiong-ta Sianseng mengganti topik bicara, "Liu Kun bias berkekuasa seperti sekarang ini tampaknya yang harus bertanggung jawab adalah baginda raja."

"Akhirnya beliau sadar juga!" "Apakah tidak terlambat?"

"Sulit dijelaskan!" terlihat Su Yan-hong seperti khawatir, "apakah Suhu tahu, orang-orang kerajaan menyebut Liu Kun apa?"

"Benarkah... Kiu-cian-sui?" (9.000 tahun).

"Di tambah 1.000 tahun adalah Ban-sui." (10.000 tahun). Tiong-ta Sianseng mengangguk dan terdiam, sorot matanya tiba-tiba berputar, karena terdengar suara tawa

anak kecil.

"Hari ini adalah hari ulang tahu Ih-lan, kemarin dia sudah menyusun nama teman-teman-nya, dia ingin mengundang anak-anak Ong-hou lainnya (pejabat lain)."

"Asal dia suka tidak apa-apa!"

"Apakah Suhu datang hari ini karena Ih-lan ulang tahun?" "Aku sudah berjanji kepadanya akan memberi hadiah

aneh dan lucu!"

"Apakah Suhu sudah bertemu dengan Ih-lan?" Tiong-ta Sianseng mengangguk, tersenyum.

"Suhu terlalu menyayangi Ih-lan, dia akan menjadi manja!"

"Kau yang menjadi ayahnya bukankah terus memanjakan dia?" Tiong-ta Sianseng seperti teringat sesuatu, "Ih-lan sudah besar, Yan-hong, sudah waktu-nya kau memikirkan untuk mencari seorang ibu baginya..."

"Suhu..."

"Kau tidak perlu bicara lagi, Suhu sudah mengerti, kalau kau tidak sangat mencintai istrimu, kau tidak akan menamai putrimu Ih-lan, dunia begitu luas, pasti ada perempuan baik!" Ucap Tiong-ta Sianseng.

"Anak yang tidak berbakti kepada orang tua ada 3 macam, pertama tidak punya anak laki-laki."

Su Yan-hong tertawa, dia menatap langit, matanya seperti tertutup kabut, pikirannya mengembara ke jaman dulu.

Saat dia menjadi penganten baru, kelahiran Ih-lan, sampai wajahnya menghilang selamanya...

Tawa Su Yan-hong menjadi kecut.

0-0-0

Anak-anak yang datang semua tertarik pada 2 ekor tikus putih, mereka lahir di keluarga kaya. Kecuali mainan ini tidak pernah terlihat dan tidak bisa membeli, kalau tidak, apa yang mereka inginkan pasti bisa diperolehnya.

Mereka belum pernah melihat tikus seperti itu, maka tikus-tikus itu sangat menarik perhatian mereka dan mereka terus ribut. Setelah pulang dari tempat ini mereka pasti akan menyuruh orang tua mereka membelikannya. "Di ibu kota ini tidak akan ada!" kata Ih-lan i dengan penuh semangat, melihat Tiong-ta Sianseng datang dia segera bertanya, "Apa betul, Sukong?"

"Tampaknya memang begitu," Tiong-ta Sian-^ seng tertawa.

Anak-anak terlihat sangat kecewa, mereka tiba-tiba mendekat dan bertanya di mana baru ada v yang menjual. Tiong-ta Sianseng benar-benar merasa t senang, tangan kirinya menggendong satu anak, tangan kanan menggendong satu lagi, dengan ‘ bersusah payah baru bisa menenangkan anak-anak.

Su Yan-hong yang berdiri di pinggir sangat gembira, kepusingannya untuk sementara tertunda | dulu.

Ih-lan mendekati Tiong-ta Sianseng, diam-diam bertanya: "Sukong, nanti kita ke Sen-sa-hai!"

"Ada apa di sana?"

"Melihat atraksi Siau-cu Koko!" "Siau-cu Koko?"

"Dia bisa bersalto, bermain sulap, dan sangat pintar!" Ih- lan melihat Su Yan-hong, "Ayah, ayah sudah berjanji akan membawaku ke sana, tapi seharian ayah selalu sibuk dan tidak ada waktu!"

Sewaktu Tiong-ta Sianseng ingin bertanya, pelayan Su Yan-hong datang tergesa-gesa untuk melapor:

"Tan Kong-kong minta bertemu!" (Kong-ong=panggilan kasim)

"Tan Kong-kong?" Su Yan-hong mengerut-kan alis. "Siapa dia?" tanya Tiong-ta Sianseng.

"Kasim yang dipercaya Liu Kun!" Su Yan-hong berpikir sebentar. Lalu berkata, "persilakan dia masuk!"

Melihat Su Yan-hong keluar, Tiong-ta Sianseng berkata: "Lebih baik aku ke dalam dulu!" "Baik!" Su Yan-hong segera setuju.

Baru saja Tiong-ta Sianseng keluar ruangan itu, Su Yan- hong sudah membawa Tan Koan masuk.

Tan Koan adalah seorang kasim, sama seperti kasim lainnya, separuh laki-laki separuh perempuan, kulitnya putih pucat terlihat tidak sehat.

Dia melihat Tiong-ta Sianseng, setelah melihatnya, dia baru memberi hormat kepada Su Yan-hong.

"Jangan sungkan, kedatangan Kong-kong kemari ada keperluan apa?" tanya Su Yan-hong.

"Kiu-cian-sui yang menyuruhku kemari!" Tan Koan tertawa, "Kiu-cian-sui tahu kalau hari ini putri Anda berulang tahun, beliau telah menyiapkan hadiah, menyuruhku membawa kemari."

"Pengurus Liu terlalu sungkan!" Su Yan-hong merasa terkejut.

"Mari, adik kecil..." Tan Koan melambaikan tangan kepada Ih-lan.

Ih-lan dan teman-temannya seperti melihat binatang aneh, mereka terus menatap Tan Koan.

"Ih-lan..." Su Yan-hong membentak, "Tan | Kong-kong memanggilmu, mengapa tidak men-i jawab?"

"Ya..." Ih-lan datang dengan sikap hormat ( lalu memanggil, "Tan Kong-kong!"

Tan Koan tertawa, di tangannya ada sebuah kotak kecil, di dalam ada kotak ada sepasang gelang emas yang terpasang batu perhiasan.

"Ini adalah hadiah dari Kiu-cian-sui! Harap i kau menerimanya!" Ih-lan menatap Su Yan-hong, terpaksa Su Yan-hong mengangguk:

"Kalau pengurus Liu sudah mengantarkannya, terimalah!"

Dia tahu kasim ini sangat licik, dia tahu bila menyerahkan benda itu kepadanya langsung, dia pasti akan menolak, Tan Koan tahu itu maka dia menyerahkan langsung kepada Ih- lan.

"Terima kasih, Tan Kong-kong." Dengan tidak tenang Ih- lan menerimanya.

"Kau harus berterima kasih kepada Kiu-cian-sui." Kemudian Tan Koan berputar, "Kiu-cian-sui masih mempunyai sebuah undangan."

"Oh ya?" Su Yan-hong berpura-pura, dia tahu ini bukan persoalan enteng.

"Hari ini Kiu-cian-sui akan keluar kota ke Ban-hoa-lim untuk menikmati keindahan bunga-bunga, Kiu-cian-sui berpesan, apa pun yang terjadi harus bisa mengundang Hou- ya dan putri Anda datang!"

"Pengurus Liu mempunyai kesenangan begitu halus dan indah!"

"Di Ban-hoa-lim, semua bunga-bunga bermekaran dengan indah, dalam waktu satu tahun hanya sekarang bunga masih mekar mana mungkin kami akan menolak? Hou-ya..."

"Sudah lama aku mendengar pemandangan Ban-hoa-lim indah sekali, sekarang pengurus Liu mengundang kami mana mungkin kami tidak pergi."

"Tolong lapor kembali kepada pengurus Liu, aku akan segera berangkat." "Sewaktu hamba datang ke sini, Kiu-cian-sui sudah berpesan untuk menyiapkan kereta kuda, supaya Hou-ya tidak perlu repot-repot!" dengan wajah berseri-seri Tan Koan menyampaikan semuanya.

"Kereta kuda sudah menunggu di luar rumah Hou-ya!" "Orang dalam melakukan semua hal lebih komplit," kata

Su Yan-hong sambil tertawa, "kalau begitu, mohon Tan Kong-kong menunggu sebentar, aku berganti pakaian dulu!"

"Silakan..." Tan Koan tertawa kepada anak-anak.

Anak-anak semua menatapnya seperti menatap benda aneh, membuatnya merasa tidak nyaman.

Tiong-ta Sianseng mendengar semuanya dengan jelas, begitu Su Yan-hong masuk dia segera berkata, "kali ini Liu Kun mengundangmu ke Ban-hoa-lim, bukan hanya menikmati keindahan bunga, kau harus berhati-hati."

"Di sini masih wilayah ibu kota, aku yakin dia tidak akan bertindak gegabah!"

"Dari awal dia ingin membeli dukunganku, dia ingin pada kesempatan ini memaksaku, memberi nya sebuah persyaratan, baik..

"Katanya Liu Kun sedang memperluas sayap, dengan harga tinggi mengundang banyak pesilat tangguh."

"Betul! Awalnya ada Hongpo Heng-te, mata merah Tiang Seng, cakar besi In Thian-houw katanya Pak-to juga sudah masuk dalam komplotan-nya!" alis Su Yan-hong terlihat penuh dengan kekhawatiran.

"Pak-to masuk komplotannya?" Tiong-ta Sianseng menggelengkan kepala, "orang ini mempunyai nama buruk, sepertinya itu tidak aneh!" "Sekelompok orang ini sangat kejam, dia menambah rencana Liu Kun yang memang sudah busuk, pasti akan menjadi penyakit kerajaan!"

"Perebuatan kekuasaan di kerajaan lebih rumit dari pada di dunia persilatan!"

"Suhu..." dengan wajah serius Su Yan-hong berkata, "menurut Tecu, di ibu kota tidak lama lagi akan terjadi masalah besar, apakah Suhu bisa tinggal di sini untuk membantu Tecu?"

"Sulit mendapat kesempatan untuk ramai-ramai, mana mungkin Suhu akan melepaskan kesempatan ini!"

"Terima kasih, Suhu." Su Yan-hong menyembah di bawah.

"Saat di Ban-hoa-lim kau harus berhati-hati!" Tiong-ta Sianseng tidak lupa berpesan.

"Tecu akan berhati-hati!"

Tiong-ta Sianseng tidak bertanya lagi karena dia sangat tahu dengan jelas sifat muridnya yang sangat berhati-hati, kalau tidak yakin, dia tidak akan bertindak sembarangan.

Di Ban-hoa-lim bunga-bunga memang sedang bermekaran, tapi tujuan Liu Kun bukan untuk menikmati keindahan bunga, karena dia meng anggap mengurusi masalah yang membuatnya pusing harus dalam suasana sangat terbuka hati dan mata, dengan begitu dia baru akan merasa nyaman.

Dia berjalan di antara bunga-bunga, melihat kiri dan kanan, kadang-kadang tertawa, terlihat dia sangat senang. Hanya saja saat suara tawa ini masuk ke telinga, tidak terasa dia sedang tertawa.

In Thian-houw dan Tiang Seng selalu berada di kanan dan kiri Liu Kun, Hongpo Heng-te selalu mengikuti dari belakang, kecuali mereka masih ada sekelompok kasim, semua kasim harus tertawa bila Liu Kun tertawa.

Setelah Hongpo Heng-te gagal membunuh Lu Tan, walaupun Liu Kun tidak marah, tapi hatinya merasa tidak nyaman dan selalu menunggu kesempatan untuk menebus kesalahan.

Tiang Seng seperti tidak bisa tertawa, wajah In Thian- houw terlihat seperti serius, perawakannya berbeda dengan Tiang Seng, dia tinggi besar, kekar, warna kulit coklat, tangan kanannya seperti terbuat dari besi.

Ada yang mengatakan kalau tangan kanannya dibacok oleh orang yang menaruh dendam kepadanya, kemudian dipasang tangan besi ini, ada yang bilang, tangan kanannya dia sendiri yang membacoknya, tujuannya adalah supaya bisa dipasang tangan besi ini. Mana yang benar, terserah yang menilai, yang penting senjata tangan besi ini termasuk senjata ke-17 yang terkuat. Hal ini sudah membuat orang dunia persilatan takut padanya.

Di Ban-hoa-lim, hanya ada mereka, karena ini adalah properti pribadi Liu Kun.

Sampai di pondok di Ban-hoa-lim, Liu Kun duduk di kursi, dia berhenti tertawa dan berkata:

"Jika An-lek-hou datang, semua harus mengikuti petunjukku, jangan bertindak gegabah!"

"Tenanglah, Kiu-cian-sui!" kata Tiang Seng, "katanya An- lek-hou adalah murid ketua Kun-lun-pai sekarang yaitu Tiong-ta Sianseng "

"Betul..." Liu Kun tertawa hanya kulit wajahnya yang bergerak, "aku ingin mencari tahu, keputusan apa yang akan dia ambil sekarang?" "Kalau dia pintar, dia harus tahu isi hati Kiu-cian-sui, tidak akan menyia-menyiakan kebaikan Kiu-cian-sui!"

"Kami berharap begitu!" Liu Kun tertawa seram.

Hongpo Ih menyela:

"Menurutku, dia anak orang kaya hanya tahu berfoya- foya, seberapa banyak ilmu silat yang dia miliki? Mengapa Kiu-cian-sui merasa tidak tenang."

"Kau salah!" Liu Kun tertawa dingin, "dari luar orang ini tidak punya kelebihan dibandingkan orang lain, tapi pergaulannya sangat luas ditambah mempunyai ilmu silat tinggi, kecuali dia bergabung denganku, kalau tidak, aku tidak tenang."

Hongpo Ih sudah lama ikut Liu Kun, untuk kedua kalinya dia melihat Liu Kun begitu tegang, karena takut salah, maka dia hanya mundur ke pinggir.

*** BAB 20

Thian-can-cai-pian

Seorang kasim datang tergesa-gesa:

"An-lek-hou sudah datang!"

Liu Kun mengangguk, dia melambaikan tangan, sekelompok kasim segera berteriak:

"Perintah Kiu-cian-sui siap dilakukan untuk menyambut kedatangan An-lek-hou!"

Mereka segera berbaris menjadi 2 kelompok.

Su Yan-hong datang didampingi oleh Tan Koan. Liu Kun tertawa dan keluar pondok itu untuk menyambut.

"Pengurus Liu, jangan terlalu sungkan!"

"Waktu yang tepat, pemandangan yang indah, apa lagi Hou-ya memberikan kesempatan pada kami untuk membuat Ban-hoa-lim tambah bercahaya, aku merasa sangat puas!"

"Pengurus Liu adalah seorang pejabat, aku tidak mengerti Anda masih kekurangan apa!" kata Su Yan-hong penuh duri.

Liu Kun mengerti maksudnya, dipanggil Pengurus Liu oleh Su Yan-hong membuatnya tidak suka, tapi dia berusaha menjaga tawanya, kemudian bertanya:

"Mana Ih-lan? Apakah Tan Koan tidak..."

"Dia di sana!" Su Yan-hong menunjuk ke belakang.

Ih-lan dan sekelompok anak-anak keluar dari jalan yang ditumbuhi tanaman mereka sedang tertawa dan bermain berjalan ke arah Liu Kun. Hal ini membuat Liu Kun bengong, dia melihat Tan Koan. Tan Koan tidak bisa berbuat apa-apa hanya menundukkan kepala.

Su Yan-hong seperti tidak merasa ada sesuatu, dia tertawa: "Hari ini adalah hari ulang tahun putriku, anak-anak yang tinggal berdekatan datang ke rumah, aku melihat mereka sedang bermain, Pengurus Liu begitu menyukai anak-anak, maka aku membawa mereka serta."

"Dengan begitu akan terlihat ramai dan menyenangkan!" Liu Kun tertawa kering.

Su Yan-hong segera melambaikan tangan kepada anak- anak itu:

"Ayo kemari, beri salam kepada Pengurus Liu!"

Semua anak sangat penurut, mereka memberi hormat, Liu Kun tertawa terpaksa.

"Anak yang lucu dan polos, pelayan..." dia segera berpesan, "antar mereka ke tempat bermain, keluarkan semua mainan dan makanan, layani mereka dengan baik!"

Setelah kasim mengantar anak-anak itu pergi. Liu Kun baru tertawa:

"Mari kita minum arak, sambil menikmati keindahan bunga!"

"Baik aku akan mengikuti semua!" kata Su Yan-hong dengan sangat sungkan. Kata-kata ini membuat Liu Kun merasa dijatuhkan. Su Yan-hong seperti tidak bisa mengatakan apa-apa.

Di pondok sana sudah disiapkan arak dan sayuran, baru saja mereka duduk datang sekelompok perempuan cantik menari-nari.

Su Yan-hong tidak merasa terkejut, sebab mengerti Liu Kun hanya ingin pamer, sebenarnya dia mempunyai tujuan lain, bunga dan gadis-gadis cantik hanya untuk hiasan saja.

Setelah selesai menari, masih dengan sopan dia bertepuk tangan. Setelah Liu Kun dan Su Yan-hong bersulang, dia segera melambaikan tangan kepada In Thian-houw dan Tiang Seng:

"Kalian juga kemari untuk bersulang!"

"Terima kasih, Kiu-cian-sui, kami adalah anak buah Kiu- cian-sui, bisa melayani Kiu-cian-sui saja kami sudah merasa beruntung."

Kemudian Tiang Seng menyembah di bawah.

"Di sini bukan kantor, tidak dibagi atasan dan bawahan, An-lek-hou juga bukan orang lain!" tapi Liu Kun tidak menyuruh mereka minum arak lagi, memang dia ingin memulai pembicaraan.

Kata Tiang Seng:

"Kiu-cian-sui sangat menghormati anak buahnya, semua sudah tahu!"

"Kalau begitu orang-orang An-lek-hou benar-benar tidak tahu!"

Tiang Seng merasa malu, dia tertawa kering berusaha untuk menutupi rasa malunya.

Liu Kun seperti tidak memperhatikannya, tiba-tiba dia mengangkat gelas:

"Waktunya begini cocok dan pemandangan begitu indah, menurut kalian harus dengan cara apa melukiskannya!"

Tiang Seng terdiam, In Thian-houw tidak bereaksi. Hongpo Heng-te ingin mengatakan sesuatu tapi mereka tidak tahu apa maksud Liu Kun, apa lagi sekolah mereka tidak tinggi, tidak ada kata-kata yang cocok untuk menggambarkannya.

Su Yan-hong terus menatap Liu Kun.

"Menurutku ada 4 kalimat paling cocok, 'Ciu-bi-cun-long- hua-si-ciat' (Minum arak enak di musim semi yang penuh bunga), Te-it-jin-cian-ban-tai' (Orang yang sukses bersikap macam-macam), 'Mo-jiauw=ku-hu-yan-yang-thian' (Jangan lupakan matahari yang terang), Koai-le-tui-kim-ho-cu-bai' (Bila lewat tumpukan emas, ke mana akan beli lagi)!"

Tiang Seng segera berkata:

"Kiu-cian-sui adalah pejabat yang baik, kami seperti bunga dan rumput, Kiu-cian-sui adalah sinar mentari, akan tumbuh dan mekar dengan baik! Bagaimana menurut Hou- ya?"

Puisi itu masih ada 4 kalimat lagi, kata Su Yan-hong: "Pemuda yang telah pergi berharap hatinya masih ada,

sedikit kekhawatiran datang di hati, angin

semi tetap tidak bisa menghembusnya supaya menghilang!"

"Bunga 4 musim mekar tidak pada waktu bersamaan. Musim dingin, Bwee-hoa yang mekar, musim gugur bunga Chrisan yang mekar walaupun dalam hembusan angin musim semi, dan di bawah terpaan sinar matahari, mereka tidak akan berbunga apalagi mekar!"

Tiang Seng tidak bisa menjawab, Liu Kun tertawa:

"Hou-ya benar-benar pintar dan mempunyai pendapat lain."

Dia mendekati sebuah pot yang tertanam anggrek dan bertanya:

"Bunga anggrek ini bagaimana?"

"Anggrek biasanya tumbuh di Ho-lam dan Ho-kian, sekarang di tanam di ibu kota, dan masih bisa mekar begitu indah, benar-benar jarang ada!" ini adalah ucapan Su Yan- hong yang sesungguhnya.

"Asal ditanam dengan cara yang baik, dia pasti bisa menyesuaikan diri dengan keadaan, bila bunga mekar itu pertanda kaya dan sukses, ada kesulitan apa yang terjadi?" Liu Kun bermaksud lain.

"Bunga anggrek adalah bunga yang melambangkan banyak cinta bukan lambang kaya atau sukses, jadi bila Pengurus Liu membuat bunga bisa mekar untuk melambangkan kaya dan sukses harus menanam bunga Bo- tan!" Usul Su Yan-hong.

"Sudahlah, jangan bicarakan bunga lagi!" Liu Kun tertawa, "katanya ilmu silat Hou-ya sangat tinggi, kami jarang mendapat kesempatan melihatnya, Hongpo Heng-te, coba kalian tunjukan ilmu silat kalian, mohon petunjuk pada Hou-ya dimana kesalahan kalian!"

Poan-koan-pit segera digenggam, mereka berdua sudah meloncat ke sebuah pohon besar yang tumbuh di sisi taman, mereka seperti menari-nari. Poan-koan-pit terus berkelebatan, sekejap menjadi segulung cahaya, mereka pun masuk ke dalam gulungan cahaya itu.

Kemudian suara aneh terdengar, cahaya itu menghilang, Hongpo Heng-te muncul lagi, di udara cahaya Poan-koan-pit kembali ke pinggang, kemudian tubuhnya dibalik, mereka kembali ke tempat semula.

Wajah mereka tidak merah, nafasnya juga tidak memburu, seperti tidak pernah melakukan apa-apa. Tidak ada perubahan yang terjadi pada pohon besar itu, tapi setelah dilihat dengan teliti, pada batang pohon itu ada beberapa yang berlubang.

Su Yan-hong tertawa:

"Sudah lama aku mendengar bahwa empat Poan-koan- pit milik Hongpo Heng-te bisa menotok 8 titik jalan darah, ternyata tidak salah!" "Hou-ya terlalu memuji..." mata mereka keluar cahaya ejekan.

Liu Kun segera bertanya:

"Apakah kalian sedang menunjukan menotok jalan darah?"

Hongpo Tiong menggelengkan kepala:

"Kami sudah menulis di batang pohon!"

"Mana mungkin Hou-ya bisa melihat tulisan seperti itu dengan jelas?" In Thian-houw akhrinya membuka suara sambil berjalan ke depan pohon itu, Thiat-sat-ciangnya menghantam batang pohon itu, terlihat seperti menggunakan tenaga besar tapi setelah mengenai batang pohon itu tidak mengeluarkan suara sedikit pun dan batang pohon pun tidak bergoyang, tapi begitu tangannya diangkat dari batang pohon, kulit pohonnya terkelupas, 6 huruf yang diukir Hongpo Heng-te muncul dari batang pohon.

"Kiu-tian-sui, Kiu-cian-sui."

Liu Kun seperti tidak melihat jelas, dia tertawa dan bertanya Su Yan-hong:

"Hou-ya, apa yang ditulis Hongpo Heng-te di batang pohon itu?"

Tujuannya ingin Su Yan-hong membaca 6 huruf itu, mana mungkin Su Yan-hong tidak mengerti, sekalian saja dia berpura-pura.

"Di bawah bunga-bunga yang mekar dan cahaya bulan yang redup, Pengurus Liu yang bermata jeli pun tidak jelas membacanya apa lagi aku?"

"Tidak disangka bunga juga membuat orang benci!" Liu Kun mengerutkan alis dan melambaikan tangan.

Tiang Seng segera berjalan keluar dengan jurus 'Yan-cu- sam-couw-sui' (Walet 3 kali menyelam ke dalam air) ’Yau-cu- hoan-sin' (burung Yau membalikkan tubuh) 'To-ta-cian-long' (mundur menginjak gelombang) Tubuhnya berubah 7 kali, dua telapak seperti kupu-kupu terus menari, saat dia lewat terasa angin berputar dan menggulung bunga-bunga serta pohon yang sedang mekar lalu berguguran dan melayang- layang di langit.

"Baik..." Liu Kun bertepuk tangan, "Cian-tia-ciang (Pukulan seribu susun) seperti badai, semua tempat yang dilewati membuat semua mahluk harus menundukkan kepala!"

Kata-katanya baru selesai, Tiang Seng sudah kembali ke sisinya. Dia bertanya:

"Apakah sekarang Hou-ya bisa melihat jelas?"

Su Yan-hong tidak menjawab, dia melayang masuk ke antara bebungaan yang berguguran itu. Jurus pertama Thian-liong-pat-si sudah diperagakan, lalu melakukan 3 perubahan, dia sudah meloncat ke atas setinggi 12 depa berputar sekali di atas, lalu turun, telapak kanannya diangkat dengan posisi mendatar, di telapaknya sudah ada sekuntum bunga kecil.

Seperti kata orang, sekali ilmu silat diperagakan, tahu ada atau tidak, wajah In Thian-houw dan Hongpo Heng-te terlihat berat.

Su Yan-hong tidak melayani mereka, sambil tertawa berkata kepada Liu Kun:

"Tidak disangka di dalam badai tetap ada sekuntum bunga kecil yang tidak mau merundukkan kepala!"

Liu Kun seperti tertawa dengan kulit saja:

"Katanya Hou-ya adalah murid ketua Kun-lun-pai yang sekarang, Tiong-ta Sianseng, ilmu silatnya sangat tinggi, hari ini kami telah menyaksikannya, benar-benar tinggi ilmu silatnya!"

"Hanya teknik kecil-kecilan, malah akan membuat Pengurus Liu menertawakan aku!"

"Kun-lun-pai adalah perkumpulan lurus, Hou-ya adalah pejabat setia, masalah-masalah yang terjadi di kerajaan, harap Hou-ya jangan berpangku tangan saja, Anda harus sekuat tenaga mendukung baginda," Liu Kun tertawa tapi nadanya sangat berat.

"Tenanglah, Pengurus Liu, demi negara dan rakyat, aku tidak akan menolak!" wajah Su Yan-hong terlihat sangat serius dan lurus.

"Hou-ya benar-benar orang yang pengertian!" kata-kata ini memang keluar dari mulut Liu Kun, tapi dalam hati dia benar-benar ingin memenggal kepala Su Yan-hong.

Ih-lan dan anak-anak sudah kembali, mereka masing- masing membawa mainan, mereka terlihat sangat senang.

Melihat Ih-lan, di kepala Liu Kun segera muncul ide.

"Lan-lan, apakah kau senang?" Liu Kun berusaha mengeluarkan tawa ramah dan baik.

"Aku senang," Mata Ih-lan terus berputar.

"Lan-lan benar-benar lincah, kalau aku punya putri selucu dia, hidupku benar-benar puas!"

"Bagaimana kalau aku mengangkatmu menjadi putri angkatku? Apakah kau suka?"

Su Yan-hong tampak terkejut, Ih-lan tidak berani menjawab, dia menatap Su Yan-hong. Sorot mata Liu Kun berputar ke arah Su Yan-hong:

"Bagaimana menurut Hou-ya?"

Dalam hati Su Yan-hong terus menarik nafas. Dia tahu Liu Kun adalah seekor rubah tua dan licik, tapi dia tidak menyangka Liu Kun akan memakai cara ini. Dia tampak ragu sebentar, segera berkata:

"Terima kasih Pengurus Liu sudah bisa menyayanginya, hanya saja sifat Ih-lan sejak lahir sangat keras..."

"Apakah Hou-ya percaya pada nasib?"

"Lebih baik Ih-lan yang memutuskannya sendiri!"

"Baik!" Liu Kun penuh percaya diri dan mengeluarkan tawa yang dibuat-buat, "katakan Lan-lan, apakah kau senang mengakui aku menjadi ayah angkatmu?"

"Tawamu penuh kelicikan, aku tidak suka!" jawab Ih-lan. "Ih-lan, kau tidak boleh sembarangan bicara!" Bentak Su

Yan-hong.

Otot wajah Liu Kun segera mengencang, Ih-lan benar- benar terkejut, dia ingin menangis dan buru-buru lari ke arah Su Yan-hong, Su Yan-hong segera menggendongnya, dengan penuh sesal dia berkata:

"Ibunya sudah meninggal sejak lama, di rumah tidak ada seorang pun yang mendidiknya jadi dia tidak tahu sopan santun, harap Pengurus Liu sudi memaafkannya."

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa," Liu Kun pura-pura tertawa

"Asal Pengurus senang, jika ada waktu aku akan membawa kemari untuk menemani Pengurus!"

"Baik! Baik!" Liu Kun sudah tidak tertarik membicarakan hal ini lagi.

Su Yan-hong segera pamit pulang, Liu Kun pun tidak menahannya.

Setelah Su Yan-hong dan lain-lain pergi, Liu Kun tertawa dingin, raut wajahnya pun berubah dingin seperti es.

Mengapa Kiu-cian-sui tidak membereskan orang itu di tempat ini juga?" tanya Hongpo Ih. Tiang Seng dengan dingin memotong:

"Sekelompok anak-anak tadi adalah putra putri pejabat atau keturunan kerajaan, mereka dibawa oleh Su Yan-hong kemari, apakah semua ini sudah diatur olehnya?"

Liu Kun mengangguk:

"Orang ini tidak dapat diduga apa yang diinginkannya, kelak kalian harus berhati-hati!" dia berkata lagi, "kalau dia mau masuk ke kelompokku itu sangat baik, kalau tidak, dia akan menjadi penyakit, jadi tidak mungkin bisa dibiarkan hidup!"

Matanya penuh dengan sorot kebencian, In Thian-houw dan Tiang Seng melihat mata itu, mereka merinding.

Malam semakin larut, Liu Kun masih berjalan mondar- mandir, hal yang terjadi di Ban-hoa-lim tadi membuatnya tidak senang. Untuk sementara waktu dia melempar jauh- jauh masalahnya, sekarang yang dia pikirkan adalah hal lain.

Seorang kasim masuk tergesa-gesa.

"Apakah berita tentang An-lek-hou sudah terkumpul?" Liu Kun seperti sudah tidak seberapa tertarik lagi.

"Lapor Kiu-cian-sui, tadi pagi ada seorang tua masuk ke An-lek-hou, dia masuk ke dalam kota melalui pintu utara, rambutnya panjang, berpenampil an seperti seorang pendeta, dia membawa pedang panjang, tangannya membawa kurungan anyaman dari bambu, di dalamnya ada sepasang tikus putih, dia masuk melalui pintu depan, tapi dari pintu yang ada di pinggir, penjaga An-lek-hou tidak menghalangi nya, malah terlihat sangat menaruh hormat kepadanya. Sewaktu Tan Kong-kong mengantarkan undangan, orang itu sengaja menghindari keadaan yang sangat mencurigakan. Menurut dugaan kami, orang itu adalah ketua Kun-lun-pai yang sekarang, Tiong-ta Sianseng." "Oh..." akhirnya alis Liu Kun terangkat, dia tertarik lagi dengan topik ini.

"Sekarang sudah ada bukti, katanya orang ini berilmu tinggi dan ilmu pedangnya sudah mencapai puncak..."

"Sembarangan bicara!"

"Tahun kemarin dia pernah datang ke An-lek-hou dan tinggal di sana selama sebulan, kali ini..."

"Dia bisa tinggal berapa lama?"

Kasim itu tampak ketakutan, Liu Kun berpikir lama baru berpesan:

"Tambahkan orang untuk mengawasi An-lek-hou dengan ketat!"

Kasim itu dengan cepat mundur, satu kasim lagi yang dipercaya oleh Liu Kun masuk, dia berbisik-bisik kepada Liu Kun.

"Datang tepat pada waktu..." Liu Kun segera melambaikan tangan. Kasim-kasim yang ada di ruang tamu segera mematikan lampu dan diam-diam keluar.

Termasuk kasim yang dipercaya Liu Kun tadi.

Liu Kun segera duduk di kursi, baru saja duduk, tirai yang terbuat dari mutiara sudah berbunyi, kemudian di dalam ruangan itu sudah ada satu orang, di dalam kegelapan sepasang matanya tampak terus berkilau.

"Kiu-cian-sui..." suaranya terdengar sedikit serak, "maafkan saya baru bisa datang sekarang!"

"Aku mengerti!" Liu Kun tertawa, "sekarang bukan waktunya kalian datang secara terang-terangan!"

"Semua berjalan dengan lancar, harap Kiu-cian-sui tenang!"

"Baik!" Liu berpikir sebentar, "selama beberapa hari ini, di ibu kota muncul banyak orang dunia persilatan, mungkin akan terjadi perubahan, kalian berdua lebih cepat masuk lebih baik, dengan begitu aku bisa bertambah tenang!"

"Tentang orang dunia persilatan, serahkan pada kami, biar kami yang menghadapinya!"

"Sekarang mereka berdua bagaimana?" "Sebentar lagi mereka akan pergi!" "Apakah butuh bantuan, silakan katakan!"

"Kalau bukan karena bantuan uang dari Kiu-cian-sui, mana bisa semuamya akan begitu lancar, kecuali hal ini, yang lainnya bisa kami atasi!"

"Aku lihat di luar tidak leluasa, yang penting aku ingin meminjam ilmu silat mereka, bagaimana kalau begitu..."

"Sekalian pindahkan mereka ke rumahku!" Orang itu berpikir sebentar:

"Aku percaya tidak ada tempat yang lebih aman dari pada rumah Kiu-cian-sui, aku pergi dulu aku akan segera memberitahu kedua orang itu, aku percaya mereka akan setuju!"

"Aku akan menyiapkan kamar rahasia untuk mereka." "Akan merepotkan Kiu-cian-sui, aku mewakili 2 pesilat

tangguh ini untuk berterima kasih! Apakah masih ada pesan lain?"

"Kau boleh pergi sekarang!"

Orang itu segera pergi, bunyi tirai tersibak, dia sudah pergi entah ke mana.

Ketegangan Liu Kun bisa mengendurkan, dia menghembuskan nafas panjang, dia sudah lama menyiapkan busur, dengan cepat dia bisa memakainya.

Menyiapkan busur menyimpan harimau galak, siapa orang pertama yang akan dia hadapi? Su Yan-hong? Atau Lam-touw dan Siau-cu? Liu Kun selalu merasa sedikit cemas kepada orang-orang dunia persilatan, karena orang dunia persilatan mempunyai cara tersendiri mengurusi masalah mereka, boleh dikatakan di mereka tidak ada aturan pemerintah. Semenjak tahun Lu Tan adalah i murid Bu-tong Pai, setelah Lu Kian dibunuh, Liu Kun selalu memerintahkan Hongpo Heng-te agar membunuh Lu Tan, sampai-sampai Pak-to pun digerakkan, tapi di tengah-tengah perjalanan muncul Lam-touw dan Siau-cu, dan mereka jadi tidak mendapatkan apa-apa.

Apa tujuan Lam-touw dan Siau-cu datang ke ibu kota? Mengapa mereka menolong Lu Tan. Orang yang menyelediki sampai sekarang belum berhasil mendapatkan kabar, dan Liu Kun merasa tujuannya sengaja ingin melawan dia. Teringat pada kedua orang itu, seperti ada duri yang menusuk punggungnya, bila tidak dicabut terasa tidak enak.

Lam-touw dan Siau-cu pasti tidak tahu keberadaan mereka begitu penting di dalam pikiran Liu Kun, tapi identitas mereka belum bisa tersingkap walau telah menolong Lu Tan, mereka tetap tidak bersembunyi setelah menyalahi Liu Kun, setiap hari dia di Sen-sa-hai melakukan pertunjukan, tampaknya mereka tidak perlu dengan cara seperti itu mencari sesuap nasi. Orang yang tahu identitas mereka akan merasa curiga dan menganggap mereka merasa ada tujuan lain?

Kepandaian mereka bagus, terus berubah-rubah, sampai bicara pun seperti itu, walaupun setiap hari selalu ada pertunjukan, setiap hari selalu menarik perhatian banyak penonton. Kalau tujuan mereka hanya mencari makan sehari 2 kali, dua kali makan saja sudah terlalu melimpah.

Buli-buli di tangan Lam-touw tidak pernah dilepas, dia terlihat selalu mabuk dan Siau-cu selalu bersemangat, mereka penuh tenaga. Hari ini seperti biasa, simbal berada di tangan Siau-cu, yang bersalto adalah Lam-touw, suara simbal menarik perhatian banyak penonton sehingga mendatanginya. Lam-touw terus bersalto, sesudah simbal berhenti berbunyi, dia bernafas terengah-engah dan terduduk di bawah siap minum arak. Melihat Siau-cu siap memukul simbal lagi, dia berteriak:

"Sobat, nanti dulu, jangan memukulnya..dia memakai logat utara yang seperti bahasa Kwang-tong, maka semua orang tertawa.

Siau-cu terpaku:

"Kata-kata seperti ini tidak berguna." "Kau kira penonton tidak mengerti?"

"Maksudku, sekarang yang kita butuhkan adalah yang berkualitas, tidak perlu kata-kata lucu!"

"Kau yang menjadi guru atau aku?" tiba-tiba Lam-touw bertanya.

"Yang pasti aku..." lama baru menyambung, "bukan jadi Suhu!"

"Kata-kata seperti itu harus yang jadi guru yang bicara!" "Sembarangan!" Siau-cu tampak terkejut.

Semua orang tertawa, Lam-touw memelototi Siau-cu: "Hari ini kita akan memainkan atraksi apa?"

"Hoa-jiang (tombak)..."

"Ayo kita mainkan sekarang!" kata Lam-touw. Sebuah tombak terus diayunkan, semua menyerang Lam-touw, Lam- touw buru-buru kabur dengan berkeliling lapang, terlihat dia disudutkan juga berteriak:

"Kau sendiri yang main tombak bukan kita berdua!" "Betulkah?"    Siau-cu    seperti    baru    mengerti    dan

membentak.   Tangan   kanannya   mencengkeram   tombak untuk dimainkannya, ujung tombak yang bercahaya terus mendekati penonton, membuat penonton berusahan menghindar.

Lam-touw berjongkok untuk menghindari jurus-jurus tombak, dia segera berkata:

"Kalau kau begitu, semua penonton akan ketakutan dan pergi dari sini."

"Bagaimana kalau sekarang?" Siau-cu seperti tidak bisa menghentikan laju tombak itu, Tubuhnya pun seperti berputar-putar.

Lam-touw membentak dan mengangkat sebatang bambu:

"Cepat naik ke atas bambu itu!"

Siau-cu segera meloncat ke atas batang bambu, sambil memutar tombak sambil pelan-pelan naik ke atas tiang bambu.

Lam-touw seperti susah naik, pelan-pelan dengan posisi miring mengangkat batangan bambu itu. Kadang-kadang dia bergerak untuk menyeka keringat yang mengalir dari dahinya, tangan dilepas, batangan bambu segera jatuh, Siau- cu ikut terjatuh.

Penonton terus bersuara terkejut, tapi Lam-touw buru- buru membenarkan batangan bambu itu supaya Siau-cu tidak terjatuh dari atas bambu.

Semua orang sebenarnya tahu, Lam-touw sengaja melakukan gerakan seperti itu untuk membuat mereka terkejut, mereka merasa kagum suara tepukan tangan terus membahana sampai Lam-touw mendirikan batangan bambu itu, Siau-cu sudah berada di ujung bambu. Awalnya dia berdiri dengan satu kaki kemudian memperagakan permainan tombak, gayanya yang indah membuat tepukan tangan terus terdengar.

Waktu itu ada 2 tandu datang ke Sen-sa-hai, melihat pelayan-pelayan perempuan yang mendampingi semua sudah tahu bahwa orang yang ada di dalam tandu adalah orang kaya.

Sen-sa-hai berada di dalam kota di bagian selatan, tadinya berupa danau yang panjang. Di sisi danau adalah tempat kosong, banyak tukang dagang atau tukang obat berkumpul di sana. Apa lagi rakyat kecil, kadang-kadang famili raja pun senang datang ke sana untuk berjalan-jalan, maka kemunculan 2 tandu intu tidak menarik perhatian orang-orang di sana.

Tandu paling depan lebih mewah, sewaktu tandu digotong, seorang pelayan membawa sepiring manisan mengejar tandu, sampai di depan tandu dia berkata:

"Kun-cu, manisan yang Anda inginkan telah kami beli!" (Kun=di jaman Tiongkok kuno lebih kecil dari kabupaten).

Di dalam tandu tidak terdengar ada yang menjawab, sewaktu tirai disibakkan, pelayan berteriak.

Tandu yang ada di belakang segera berhenti dan tirai terbuka. Seorang laki-laki separo baya bertubuh kurus, dengan tulang pipi yang menonjol bertanya:

"Ada apa?"

Pelayan dengan cepat berlari ke depan laki-laki separo baya:

"Sam-kongcu, Kun-cu menghilang!"

Alis laki-laki itu segera terangkat, kipas di tangannya segera dibuka. Di atas kipas tertulis 2 huruf, Siau-san.

Orang ini bila berada di ibu kota jarang ada yang mengenalinya, tapi teman-teman dunia persilatan mengenalinya, apa lagi dari golongan hitam. Asal menyebutkan Hoa-san Siau Sam, alis mereka segera berkerut.

Katanya sewaktu kecil, dia adalah bayi yang dibuang tidak bermarga dan bernama, saat Sin-ke, ketua Hoa-san-pai lewat dan melihat ada sesosok bayi, dia segera menolongnya dan memberi nama Sam (3) dan dia pun menjadi murid Hoa- san-pai. Karena pintar dan rajin belajar, dia mewarisi ilmu pedang Hoa-san-pai hampir seluruhnya! Saat usia 23 tahun dia sudah terkenal di dunia persilatan.

Dia orang lurus dan jujur, malang melintang di dunia persilatan sudah 12 tahun, tapi entah mengapa tiba-tiba dia menghilang.

Kabar terakhir yang didapat ada orang yang melihatnya keluar masuk rumah Cu Cen-ho di Lam-tiang.

Inilah kenyataan sebenarnya, sebab di dalam tandu mewah itu adalah putri Ling-ong (Raja Ling), Su Ceng-cau.

Kipas lipat dibuka lalu ditutup kembali, sorot matanya melihat kerumunan orang-orang, sebuah tawa keluar dari arah kerumunan orang-orang itu.

Begitu para pelayan mendengar suara ini, terlihat sangat senang, tapi wajah Siau Sam tetap datar, dengan dingin dia menggelengkan kepala dan turun dari tandu, lalu berjalan ke arah sana.

Siau-cu masih berada di atas batang bambu, tapi dia sudah berani menggerakkan tombak tapi dengan termangu melihat Su Ceng-cau yang tiba-tiba masuk.

Lam-touw sedang memutar-mutar batang bambu telihat dia ingin menghalangi Su Ceng-cau, tapi dia tidak bisa melepaskan pegangan bambu. Sebenarnya Su Ceng-cau tidak melakukan apa-apa, dia hanya bermain piring dan ranting bambu yang mereka bawa untuk pertunjukan. Permainannya lebih seru dan berbahaya dibandingkan mereka.

Tangannya memegang 5 bambu kecil, bagian atas bambu kecil itu ada sebuah piring yang berputar, ada yang cepat ada yang lambat, setiap piring sepertinya bisa terjatuh setiap saat dan pecah.

Su Ceng-cau berusaha untuk membuat piring tetap berada di ujung bambu tapi karena tidak mahir maka terlihat canggung, dan dia malah tertawa senang.

Parasnya lumayan cantik, apa lagi saat sedang tertawa jadi bertambah manis, ditambah dengan bajunya yang mewah membuat siapa pun yang melihat akan tertarik kepadanya.

Gadis berumur 17-18 tahun, bersifat semaunya sendiri tidak banyak.

Dia segera mengambil piring lain, Siau-cu dengan cepat turun dari atas bambu untuk menghalanginya:

"Nona, ini adalah alat-alat kami mencari makan!" "Aku hanya meminjam!"

"Kalau semua pecah, apa yang bisa kami pakai untuk pertunjukan?"

"Aku jarang merasa suka dan senang!" Su Ceng-cau mengulurkan tangannya untuk mengambil piring lagi.

Siau-cu bergerak lebih cepat, dia segera memin dahkan piring ke belakang tubuhnya, Cu Ceng-cao bertanya:

"Apakah kau tahu siapa aku ini?" "Apa hubungannya?"

"Namaku Su Ceng-cau, ayahku adalah Ling-ong, aku adalah Tiang-le-kun-cu." Kata-kata Su Ceng-cau belum habis, penonton sudah bubar terlebih dulu, Siau-cu menarik nafas:

"Kau ternyata punya jabatan!" "Apakah kau takut?"

"Baiklah, aku jadi takut kepadamu!" Siau-cu berteriak, "Suhu, mari kita pergi..

Lam-touw meletakkan batangan bambu dan tertawa kecut.

Penonton tampak ketakutan dan segera bubar: "Kita memang harus pergi dari sini!"

Saat Siau-cu sedang membereskan peralatan, Su Ceng- cau memukulkan batangan bambu itu kepada Siau-cu:

"Kalian tidak boleh pergi!" "Mengapa tidak boleh pergi?"

"Aku ingin melihat petunjukan kalian!" Jawab Su Ceng- cau dengan serius.

"Tapi aku tidak suka memperlihatkan petun-jukkan kami kepadamu!" Siau-cu tidak melihat Su Ceng-cau lagi langsung membalikkan Tubuh.

"Asal aku suka pasti jadi!" Su Ceng-cau berputar di depan Siau-cu.

"Nona, dengarkan aku..." Lam-touw mendekat, "muridku ini sejak lahir adatnya seperti kerbau, bila dia tidak suka memperlihatkan petunjuk an, aku yang menjadi Suhu-nya pun tidak bisa berbuat apa-apa."

Mata Su Ceng-cau tampak berputar:

"Kau orang awam, jangan banyak mengurusi hal yang tidak ada sangkut pautnya denganmu!"

Lam-touw tampak begong, Siau-cu tertawa dingin:

"Kau benar-benar tidak sopan, di dunia ini biasanya seorang perempuan tahu sopan santun!" "Kau bilang aku tidak tahu sopan santun?" "Dan tidak tahu aturan!" Sambung Siau-cu lagi.

"Baiklah, aku akan memperlihatkan kalau aku tidak tahu aturan!" bambu kecil yang masih dipegang segera dilayangkan ke piring-piring itu lagi.

Siau-cu memindahkan piring, Su Ceng-cau mengejar di belakangnya, dia beniat menghancurkan semua piring-piring itu, tapi Siau-cu bergerak dengan lincah juga cepat. 5 bambu kecil itu dari kiri dan kanan terus menyabet. Terakhir 3 batang bambu yang ada di tangan kanannya memukul ke kepala Siau-cu.

Waktu itu Siau-kongcu seperti turun dari langit, tangan kanan menahan 3 bambu itu dan membentak:

"Ceng-ji, jangan berbuat onar!" "Suhu, dia..."

"Aku tahu apa yang sudah terjadi!" Siau Sam Kongcu memberi hormat kepada Siau-cu dan Lam-touw:

"Maafkan muridku yang tidak tahu sopan santun!"

Lam-touw pura-pura tidak mendengar, Siau-cu tertawa dingin:

"Murid Anda ini benar-benar berkelakuan buruk." "Suhu..." Su Ceng-cau berteriak.

"Ikut aku pulang!" Siau Sam Kongcu membentak.

Su Ceng-cau terlihat sangat takut pada Suhunya, dia melempar bambunya kemudian menghentakkan kaki, meloncat ke atas dan berlari ke arah di mana tandu berada. Siau Sam Kongcu bergerak seperti air mengalir dan awan berjalan, mengikuti Su Ceng-cau dari belakang, sampai Su Ceng-cau masuk ke dalam tandu, dia baru kembali ke tandunya sendiri. Siau-cu melihat semua itu sambil membereskan peralatan pertunjukan dia mengomel:

"Saudara baginda atau teman, semua menggunakan kekuatan dan kekuasaan menghina rakyat kecil, tidak ada yang baik, untung gurumu datang tepat pada waktunya, kalau tidak, kau akan merasakan akibatnya."

"Apakah tadi kau benar-benar ingin memberi pelajaran kepadanya?" Lam-touw bertanya karena merasa aneh.

"Tentu saja!"

"Untung Suhunya datang tepat pada waktunya," Lam- touw seperti sedang mengelap keringat dingin, "kalau tidak, takutnya akan terjadi..."

Tandu lewat, tirai terbuka, Su Ceng-cau menjulurkan kepalanya:

"Bocah tengik..."

Siau-cu nyengir, Su Ceng-cau malah tertawa, tangan kecil melayang, dia melempar uang perak:

"Uang itu untuk mengganti kerugian kalian!" Siau-cu menyambutnya dia terpaku.

Tirai tertutup kembali dan setelah jauh sorot mata Siau- cu baru melihat uang itu, Lam-touw sambil tertawa berkata:

"Gadis itu bild tertawa benar-benar manis, apakah benar?"

Siau-cu mengangguk, Lam-touw mengambil uang perak itu dan menimbang-nimbang, dengan terkejut berkata:

"Pas 10 tail perak, kita bisa berhenti selama setengah bulan tidak perlu mengadakan pertunjukan, hanya tidur dan minum arak."

"Tidak!..." Siau-cu menggelengkan kepala.

"Bila Ih-lan kemari, tidak melihat kita, dia akan kecewa." Sangat aneh dia dan Ih-lan seperti berjodoh. Setiap kali Ih-lan datang dan bisa membuat Ih-lan tertawa hati Siau-cu baru merasa nyaman.

0-0-0

Ih-lan sedang mencari Tiong-ta Sianseng untuk membawanya ke Sen-sa-hai melihat pertunjukkan Siau-cu, tapi melihat Tiong-ta Sianseng dan ayahnya seperti sedang merundingkan hal serius, dia tidak berani mengganggu mereka dan cepat keluar.

Kadang-kadang dia bisa sangat dewasa.

Tiong-ta Sianseng dan Su Yan-hong sedang menganalisis kekuatan anak buah Liu Kun, In Thian-houw serta yang lainnya. Walaupun tidak di tempat itu tapi pengalamannya sangat banyak, hanya mendengar penjelasan Su Yan-hong, Tiong-ta Sianseng langsung tahu.

"Tujuan mereka hanya ingin memamerkan kekuatan mereka, di depan Liu Kun tidak akan menutupinya. Menurutmu, kalau satu lawan satu mereka tidak akan menang, tapi bila menyerang bersamaan belum tentu kau bisa menghadapi mereka!" perkiraan Tiong-ta Sianseng sama dengan perkiraan Su Yan-hong.

"Tecu akan berhati-hati!" kata Su Yan-hong, "yang Tecu takutkan adalah dengan niat licik Liu Kun, pasti ada yang belum dia keluarkan, selain In Thian-houw Tiang Seng mungkin masih ada pesilat yang lebih lihai lagi!"

"Apakah kau tidak mempunyai informasi lainnya?"

Su Yan-hong mengangguk, kata Tiong-ta Sianseng, "pesilat tangguh yang sudah mempunyai nama dari golongan putih atau golongan hitam tidak akan mudah tunduk kepada orang lain, kau tidak perlu merasa terlalu khawatir, Liu Kun mencari In Thian-houw dan yang lainnya pasti ada rencana terselubungi"

"Betul, dalam beberapa hari ini, aku harus mencari alasan supaya bisa masuk ke dalam istana untuk bertemu dengan raja dan mengobrol dengan sungguh-sungguh!" Su Yan-hong terlihat sangat khawatir, "dari luar terlihat aman, tapi di dalam tersimpan permusuhan yang dalam, banyak yang sudah marah, bila terjadi periatiwa akan menjadi musibah besar."

"Masalah dalam kerajaan harus dibereskan seperti apa, kau sendiri yang harus mengambil keputusan!" tiba-tiba Tiong-ta Sianseng seperti teringat sesuatu:

"Katanya pengikut Pek-lian-kauw sedang bergerak, apakah kau sudah tahu?"

Su Yan-hong mengangguk:

"Perkumpulan ini sudah masuk masyarakat! Dan rakyat kecil percaya jika perkumpulan ini muncul sekalipun orang jahat yang menjadi ketua, mereka harus mengikutinya."

"Pikiran salah ini paling menakutkan."

"Mereka tidak tahu Pek-lian-kauw sekarang dengan yang dulu berbeda," Su Yan-hong tertawa kecut.

"Put-lo-sin-aian seharusnya tahu, orang ini sangat pintar, sejak menjadi pemimpin, dia banyak membangun perkumpulannya."

"Tapi sayang, dia terlalu fanatik dan selalu ingin menang, jiwanya sempit, 20 tahun bersemedi hanya memikirkan bagaimana agar bisa mengalahkan Siauw-lim Sin-can Sangjin, setelah selesai bersemedi dan tahu murid-muridnya sering berbuat kejahatan, tapi dia tidak segera bertindak. Setelah kalah oleh Wan Fei-yang dan terpikir pada murid-muridnya yang mungkin akan membuat bencana bagi dunia persilatan, nanti sudah tidak keburu lagi, dan dia sudah tidak bisa menguasai murid-muridnya," Su Yan-hong menarik nafas, "pertarungan yang terjadi di Siong-san, murid Pek-iian-kauw menghilang dan Tecu terus mencari keberadaan Sam-cun, tapi sampai sekarang tidak ada kabar merek, dari pihak Guru.

"Tidak ada juga, yang kutahu pengikut Pek-lian-kauw mulai membuat kantor-kantor di antara perkumpulan rakyat tapi tidak begitu cepat. Kata mereka plakat perintah giok yang mewakili Kauwcu yang paling berwibawa telah hilang, ular tidak berkepala tidak akan bisa hidup."

Su Yan-hong berdiri:

"Suhu, tunggu sebentar, ada benda yang ingin kuperlihatkan kepada Suhu!" tergesa-gesa dia keluar.

Tiong-ta Sianseng merasa aneh, mimpi pun tidak menyangka benda yang Su Yan-hong perlihatkan adalah 'Pi- giok-leng' yang merupakan lambang kekuasaan Pek-lian- kauw.

'Pi-giok-leng' tersimpan di dalam kotak yang terbuat dari kayu wangi Tan-hiang berwarna ungu. Tiong-ta Sianseng tidak mengenali benda itu, dengan sorot mata aneh dia melihat Su Yan-hong.

"Inilah Pi-giok-leng milik Pek-lian-kauw, yang selalu dipegang oleh Kauw-cu, melihat Pi-giok-leng seperti melihat Kauw-cu!" Su Yan-hong berkata dengan serius.

Tiong-ta Sianseng mengerti sifat muridnya ini tapi dalam waktu dekat dia masih sulit menerima bukti ini.

"Saat Put-lo-sin-sian akan menghembuskan nafas terakhirnya, dia ingin Tecu membantunya mencarikan orang untuk dijadikan Kauw-cu supaya posisi Pek-lian-kauw yang sudah ada selama beberapa ratus tahun tidak hilang begitu saja di tangannya."

"Ternyata begitu..." Tiong-ta Sianseng tertawa, "Yan- hong, ini bukan hal mudah, kau sudah berjanji pada Put-lo- sin-sian, jadi kau harus melaksana kannya!"

"Tecu mengerti!" Su Yan-hong mengeluar-kan Pi-giok- leng itu, "Setahu Tecu, Pi-giok-leng ini adalah milik Pheng- hweesio, dari jaman Couwsu dari kerajaan sekarang. Put-lo- sin-sian seperti masih ingin mengatakan sesuatu tapi sayang belum sempat menyampaikannya dia sudah menghembuskan nafas terakhirnya."

Tiong-ta Sianseng berpikir sebentar:

"Ku lihat Pi-giok-leng ini bukan hanya melambangkan kekuasaan Kauw-cu saja, pengikut Pek-lian-kauw sampai sekarang masih belum bergerak, mungkin masih ada rahasia lain. Yan-hong, ini adalah titipan orang lain, kau harus sangat berhati-hati menjaganya!"

Dengan hati-hati Su Yan-hong meletakkan kembali plakat giok ke dalam kotak yang terbuat dari Tan-hiang:

"Tecu mengerti bila rahasia ini bocor, akan membuat bencana bagi dunia persilatan, mungkin Sam-cun dari Pek- lian-kauw sedang mencari keberada an Pi-giok-leng ini." Dia berhenti bicara sebentar lalu melanjutkan, "mungkin mereka mengira plakat ini masih berada di Siauw-lim-si!"

Tiong-ta Sianseng tersenyum:

"Mereka tidak akan secara terang-terangan meminta kepada Siauw-lim-si!"

"Sebenarnya dunia persilatan sedang tidak tenang!" "Kalau tenang bukan dunia persilatan namanya." "Dalam waktu dekat ini, ibu kota akan kedatangan banyak pesilat tangguh, pagi ini ada kabar di kediaman keluarga Lamkiong ada yang datang."

"Oh ya?" Tiong-ta Sianseng terpaku. "Apakah Bok-lan Sumoi yang datang?"

Yang dia maksud dengan Bok-lan Sumoi adalah putri tunggal Tiong-ta Sianseng. Setelah mendengar berita itu, Tiong-ta Sianseng menarik nafas panjang.

"Keluarga Lamkiong baik kepadanya, hanya saja Hiat-ji terlalu awal meninggal, masih begitu muda sudah menjanda..."

"Mungkin sudah menjadi kehendak Langit.. tiba-tiba Su Yan-hong seperti teringat sesuatu, dia melihat Tiong-ta Sianseng tapi tidak bicara apa-apa.

Terdengar teriakan histeris Ih-lan, Tiong-ta Sianseng dan Su Yan-hong tergesa-gesa keluar lewat jendela.

Ih-lan benar-benar takut, sambil berteriak dia berlari, di belakangnya ada seseorang menggunakan topeng setan dan berjubah merah mengejarnya.

Jendela hancur, mereka berdua berlari seperti panah yang terlepas dari busur.

Topeng setan berwarna hijau dan giginya panjang- panjang sungguh sangat menakutkan, orang itu mengejar Ih- lan sambil mengeluarkan tawa seram. Jangankan anak kecil, orang dewasa pun melihat orang dengan penampilan seperti itu akan terkejut.

Ih-lan berlari ke semua arah, orang itu terus mengejar, Tubuhnya melayang dan mendarat tanpa bersuara.

Ih-lan berlari dari kebun bunga sampai ke teras, dia menoleh melihat orang bertopeng setan itu ternyata sudah berada di depan mata, dia berteriak lagi dan berlari ke depan, menabarak seseorang.

"Ih-lan, jangan takut..." orang ini adalah Su Yan-hong, dia segera memeluk Ih-lan.

"Ayah..." Ih-lan menangis sejadi-jadinya.

Orang yang mengejarnya pun ikut berhenti, sambil tertawa dia pun membuka topengnya, ternyata dia adalah Tiang-le Kuncu Su Ceng-cau.

Su Yan-hong tidak merasa aneh dengan tingkah laku orang itu, dari awal dia sudah tahu siapa orang bertopeng itu dan tahu sifat Su Ceng-cau. Permainan yang memojokkan orang lain sudah bukan pertama kalinya terjadi.

"Piau-ko... ini aku!"

"Kecuali kau siapa yang berani berbuat seperti itu!" Su Yan-hong menggelengkan kepala dan menurunkan Ih-lan.

Su Ceng-cau mencengkeram Ih-lan:

"Lihat! Ternyata kau begitu penakut!"

Tangan belum sampai, Ih-lan sekali lagi bersembunyi di balik tubuh Su Yan-hong, Tiong-ta Sianseng datang mendekatinya:

"Apa yang terjadi?"

"Kenakalan Piau-moi ku menakutkan Ih-lan, dua tahun tidak bertemu dia sudah tumbuh dewasa tapi masih tetap nakal!"

"Oh ternyata adalah Tiang-le Kuncu!" "Piau-ko, siapa orang tua ini?"

"Jangan berbuat onar..." Su Yan-hong membentak, "inilah Suhu-ku, ayo panggil Lo-cianpwee!"

"Oh ternyata Tiong-ta Sianseng, Lo-cianpwee." dia tertawa, "anda benar-benar sudah tua!" Tiong-ta Sianseng seperti hafal sifat Tiang-le Kuncu, dia tertawa tapi tidak mengatakan apa-apa. Su Yan-hong melihat Su Ceng-cau dari atas ke bawah lalu dari bawah ke atas, tiba-tiba dia bertanya:

"Kau minggat dan diam-diam ke sini?" Mata Su Ceng-cau berputar:

"Aku mau ke mana pun tidak ada seorang pun yang berani melarangku, nanti aku baru akan mengobrol denganmu, Ih-lan, ayo kita main ayun-ayunan di sebelah sana."

Dari balik tubuh Su Yan-hong, Ih-lan menatapnya dan langsung menggelengkan kepala.

"Masih marah padaku?" Su Ceng-cau tertawa.

"Aku yang salah, aku minta maaf, aku tidak akan menggunakan topeng menakut-nakutimu lagi," dia melemparkan topeng itu ke bawah kemudian diinjaknya sampai hancur, "Lihat, sekarang kau tidak perlu takut lagi!"

Ih-lan baru mau keluar dari balik tubuh Su Yan-hong. Dari dalam tasnya Su Ceng-cau mengeluar kan sepotong kue:

"Aku sengaja membawanya dari kota Lam-tiang sebagai hadiah untukmu!"

Ih-lan melihatnya dengan ragu, Su Ceng-cau berkata lagi: "Kalau kau tidak makan berarti kau tidak suka kue, nanti aku akan menyuruh ayahmu agar jangan membeli kue lagi

untukmu!"

Ih-lan dengan cepat mengambil kue itu dan memakannya baru menggigit sesuap, dia segera membuang kue itu ke bawah:

"Ayah, kuenya pahit!"

Su Yan-hong menarik nafas: "Ceng-cao, kau bukan anak-anak lagi mengapa selalu bercanda dengan anak-anak?"

"Kau selalu tidak tertipu, terpaksa aku menipu anaknya!"

Su Yan-hong hanya bisa tertawa kecut, Tiong-ta Sianseng pun ikut menarik nafas panjang:

"Untung kau bukan muridku, kalau tidak, aku sudah mati gara-gara kau!"

Su Ceng-cau benar-benar tidak tahu diri. Pelayan Su Yan-hong datang melapor:

"Hou-ya, di luar ada orang yang bernama Siau Sam Kongcu ingin bertemu dengan Anda!"

Orang pertama yang terkejut adalah Tiong-ta Sianseng, Su Yan-hong juga merasa aneh:

"Apakah yang datang adalah Hoa-san-pai Siau Sam Kongcu?"

"Betul!" Su Ceng-cau menyambung, "guruku ini sulit dihadapi, aku lari ke mana pun dia bisa tahu!" Su Yan-hong segera berkata:

"Persilakan dia masuk." Su Yan-hong pun pergi dia baru bertanya:

"Kapan kau berguru pada Siau Sam Kongcu?" "Kapan pun sama saja! Apakah kau merasa curiga? Kami ingin mencoba ilmu silat dari Hoa-san-pai! Kemudian dia mengeluarkan jurus 'Sian-jin-ci-lu' (dewa menunjuk jalan)."

Setiap perkumpulan hampir mempunyai jurus Sian-jin-ci- lu, masing-masing pasti ada keistimewaannya, jurus Su Ceng-cau tadi tidak diragukan lagi itu adalah ilmu Hoa-san- pai.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar