Biang Ilmu Hitam (Hek Hoat Bo) Jilid 1

Jilid 1

Hujan turun demikian deras , angin juga bertiup kencang diiringi suara petir menyambar , jalan-jalan sepi tidak ada seorang pun lewat dijalan

besar dan luas ditengah kota lijiang yang terkenal padat dan ramai karena kota itu berada di daerah perbatasan dalam wilayah barat ,penduduk lebih memilih bertahan di dalam rumah walaupun hari masih sore , disebuah rumah seorang lelaki kurus sedang terbuai meghisap madat sementara dikamar istrinya sedang bergulung-gulung melayani seorang lelaki kekar dan besar dan di ruang dapur seorang anak lelaki berumur sepuluh tahun mengintip dari sebuah lobang permainan mesum didalam kamar

Setelah hari gelap lelaki itu keluar dari dalam kamar dengan senyum puas dan melangkah keruang tengah mendapatkan lelaki yang asik menghisap madat , ―Lu-jin ! , besok lusa aku akan datang lagi ― , ―terserah kamulah yang penting kamu bayar , urusan akan lancar‖ , lelaki yang bernama Lu-jin itu menjawab sepintas saja lalu terlelap lagi dengan menghisap madatnya Setelah lelaki besar itu keluar , satu jam kemudian seorang lelaki belia berumur delapan belas tahu masuk , ―ang-hoa ada

!? , ―ada !? ― , pemuda belia itu mengeluarkan beberapa keeping uang dan meletakkan diatas meja kemudian masuk kekamar perempuan ang-hoa , ang-hoa sedang mempaerbaiki rambutnya didepan cermin , dia hanya memakai pakain dalam tipis berwana merah jambu , ―hoa saying aku datang lagi ― seru pemuda itu sambil mememeluk ang-hoa dari belakang dan meremas buah dada ang-hoa dengan kasar , ang-hoa membalik tubuhnya sembari tersenyum , ―sabarlah siauw- kongcu ― bujuk ang-hoa lembut dan genit memikat , lalu ang- hoa berdiri dan memepetkan tubuhnya ketubuh pemuda belia itu , pemuda itu kian terbakar , lalu dia memondong tubuh ang- hoa dan melemparkannya ke ranjang dan langsung menerkam tubuh hangat yang tergolek menantang

Pemuda belia itu berpacu menunggang ganas tubuh hangat dan lembut ang-hoa , suasana hujan gerimis dan angin yang bertiup kencang menanbah semaraknya kemesuman dikamar itu , anak lelaki berumur sepuluh tahun itu kembali mengintip adegan itu dengan mata berbinar , dua jam pemuda itu merejang dan memilin tubuh ang-hoa dengan ganas dan akhirnya lelaki itu terhempas tidak berdaya dengan nafas memburu , setengah jam kemudian pemuda itu memakai kembali bajunya dan keluar kamar dan pamit kepada lu-jin

Malam itu ada tiga tamu yang dilayani ole hang-hoa , lelaki ketiga adalah seorang laki-laki berumur lima puluhan , lelaki itu larut malam baru keluar dari rumah lu-jin , dan anak berumur sepuluh tahun itu juga baru berangkat tidur setalah selesai adegan ketiga , ang-hoa juga sudah pulas tidur dengan tubuh yang remak ngilu kecapean sementara lu-jin sudah pulas tidak sadarkan diri di kursi goyangnya

Keluarga yang dibina oleh lu-jin memang rusak , kerusakan keluarga ini diawali dengan kebejatan masa muda lu-jin , lujin sejak mudanya bekerja disebuah rumah pelacuran dikota dali selama tiga tahun ia bekerja sebagai penjaga keamanan rumah pelacuran hwi-ma membuat lu-jin dikenal dirumah pelacuran , ketika ang-hoa digelandang ma-cabo (gundik-ma) dari desa liumeng sebelah utara kota dali , lu-jin terpikat dan terpesona melihat wajah ang-hoa , beberapa kali ia menjadi tamu ang-hoa dan melayaninya , lujin terkesan dan tidak bisa melupakan ang- hoa , lu-jin nekat menculik ang-hoa dan melarikan diri ke lijiang

, dilijiang dia hidup serumah dengan ang-hoa , tapi setahun kemudian lu-jin terjerat utang judi pada teman-teman judinya dan untuk menutupi utang tersebut lu-jin menawarkan ang-hoa kepada teman-temannya

Sejak itu ang-hoa kembali pada pekerjaannya sebagai pelacur di kota dali , hanya bedanya , didali dia berada durumah bordir sementara di lijiang berada dirumah teman serumahnya lu-jin , selama tiga bulan setiap hari ang-hoa melayani tamu sepuluh orang dalam sehari semalam ditambah lu-jin sendiri , awalnya pelanggan lu-jin dari tempat judi yang sering datang , kemudian merambat pada hartawan-hartawan yang mencari kepuasan lebih , trik permainan ang-hoa memang jitu dan mengesankan , dan pandai memauaskan pelangganya sehingga blingsatan

Setelah tiga bulan ang-hoa terpaksa berhenti karena tiba-tiba ia hamil , namun sebagian p pelanganya malah menggila tetap ingin minta dilayani ole hang-hoa walaupun dalam keadaan hamil , lu-jin yang hanya mementingkan uang tentu tidak menolak , ang-hoa yang bagor juga meneriam tawaran tersebut

, sehingga sampai menjelang kelahiran anak tersebut bahkan sampai air ketuban pecah dia sedang menduduki tamunya , ang-hoa melahirkan anak tanpa dibantu oleh dukun beranak , anak itu keluar nyelonong brol dari mulut rahimnya

Ang-hoa tidak mau melayani tamunya hanya sebulan , karena merasa perih setelah melahirkan , namun bulan kedua dia sudah efektif lagi , dan ang-hoa tidak lupa meminum ramuan yang membuat dia demikian sehat , kuat dan awet , ramuan ini dia dapat dari kamar ma-ca-bo , pelacuran terselubung itu demikian digandrungi lelaki hidung belang di kota lijiang , lu-jin merasa sangat senang dengan sumber keuangannya , lalu rumahnya dalam jangka setahun sudah direhap dan diperbesar

Anak yang dilahirkan ang-hoa terpaksa diberi dengan nama koai keturunan lu- , tentunya tidak ada yang tahu siapa ayah anak itu entah janin siapa diantara pelanggannya dan lujin sendiri yang tumbuh diperut ang-hoa dan oleh karena itulah sehingga lujin menamakan anak itu ―koai‖ (siluman) , ―lu-koai‖ , lu-koai diasuh seorang perempuan tua , ketika umur lima tahun selutuh aktifitas dirumah itu diperhatikan lu-koai , rasa ingin tahunya pada setiap orang yang memasuki kamar ibunya membuat dia mengintip kekamar ibunya , yang dilihat awalnya dia tidak mengerti , namun setelah ia mulai belajar membaca dan menulis seadanya serta bergaul dengan orang diluar maka diapun mengerti , pembicaraan-pembicaraan kotor dari kamar ibunya menjadi istilah yang tertanam dalam hatinya

Umur tujuh tahun pamannya lu-jin mulai kecaanduan madat

,dia tidak memanggil ayah pada lujin akan tetapi paman , pada umur delapan tahun dia juga sudah menghisap madat dibalik belakang lu-jin , setipa kali lujin teller dan tidak sdarakan diri , lu-koai menggantikan lu-jin menghisap madat ditengah larutnya malam , dan dia selalu berhenti saat kepalanya mulai pusing dan melarikan diri masuk kekamarnya dan menikmati fantasi yang dia rasakan akibat ketelerannya menghisap madat

Setelah sepuluh tahun langganan ang-hoa sudah menurun , semalamam paling banyak ia melayani hanya tiga tamu paling banyak , bahkan kadang tidak ada , madat yang membuat lu-jin mabuk dan kecanduan semakin merusak tubuhnya sementara umur ang-hoa yang sudah menginjak du puluh delapan tahun peminatnya sudah berkurang , dan mulailah harta dan perabot dijial untuk menutupi kebutuhan dan kecaanduan lujin

Ketika lu-koai berumur dua belas tahun ,lu-koai sudah menginjak dewasa , fantasi didalam kamar ibunya membuat desakan rasa ingin pada dirinya , nikmatnya rasa ketika ia bermain dengan dirinya ingin ditumpahkan kepada lawan jenisnya , demikinlah ketika dia mengintip ibunya sedang bermain dengan seorang tamu membuat gejolak pada dirinya , naasnya ang-hoa dan tamunya melakukan sambil minum arak sehingga mabuk berat dan tidak sadarkan diri , melihat ketelanjangan ibunya yang mabuk di disamping tamunya yang tidak sadar lu-koai keluar kamarnya , dan melihat lu-jin juga tidak sadar dia membuka pintu kamar ibunya dengan birahi yang meletup-letup dan diiringi rasa takut

Lu-koai dengan nafas memburu mendekati ang-hoa yang telanjang , pemandangan itu membuat li-koai makin blingsatan dan dan membuat pikirannya buta dan gelap dia tidak peduli tubuh siapa yang diremas dan diraba-rabanya itu , pikirannya cuma satu merasakan lawan jenisnya ini , maka dengan debar jantung yang bertalu-talu seiring nafasnya yang memburu oleh birahi dan rasa takut ketahuan dia menaiki ang-hoa yang tidak sadar , meremas genas tubuh hangat dibawahnya , merejang ang-hoa semampunya hanya bebrapa kali hentakan lu-koai sudah sampai kepuncaknya dan meledakkan lahar birahinya sambil menakan kuat tubuh ang-hoa dan diapun lemas dan segera lari keluar kamar ang-hoa dan masuk kekamarnya lalu merebahkan diri dengan sejuta kenikmatan yang masih membayang di matanya

Pada har-hari berikutnya koai mengambil kesempatan dan berusaha supaya ang-hoa mabuk dan tidak sadarkan diri , lu- koai mencuri uang dirumahnya untuk membeli arak dan menawarkan pada ang-hoa , sekali dua kali mimuman itu membuat ang-hoa kecanduan , maka hampir setiap malam setelah ia melayani tamu ia minum hingga tidak sadarakan diri , koai selalu disuruh beli arak oleh ang-hoa , koai bersemangat setiap disuruh , kejadian mesum dan bejat layak binatang hampir setiap malam dilakukan lu-koai , semakin hari lama lu- koai semakin kuat dan tahan seiring berkurangnya rasa takut yang mendera hatinya , segala fantasi yang dia lihat selama ini yang dilakukan oleh tamu yang datang diperaktekkannya

Enam bulan berikutnya , tubuh ang-hoa sakit dan dalam dua hari tubuhnya drastis turun sehingga kurus , seminggu kemudian keinginan koai tida terbendung , ang-hoa yang sudah sakit dan kurus tidak menyurutkan birahinya , namun ang-hoa sadar dan itu tidak lagi membuat koai takut , yang penting birahinya harus tuntas , maka sing itu ia masuk kekamar ang- hoa , dan mengunci pintu , lalu bagai setan koai menerkam

ang-hoa yang lemah , ang-hoa meronta dan berteriak dan membuat koai panik takut disengar lu-lu-jin , tangannya yang memegang tangan ang-hoa spontak menghantam mulut ang- hoa hingga beradarah dan ang-hoa saking terkejut melihat perlakuan koai yang menindihnya , badannya yang kurus lemah karena sakit ditambah hantaman dimulutnya membuat ia pening dan pingsan

Koai merasa leluasa melakukan keinginanya dengan birahi menghentak-hentak dia mempermainkan tubuh ang-hoa , berkali-kali ia sampai kepuncak dan lalu ia ulangi lagi selama seminggu ia tidak mendapatkan membuat dia menggila , untuk kesekian kalinya ia berlomba dengan birahinya merejang tubuh tidak berdaya dan ditengah hentakannya yang menggila ang- hoa sadar , matanya terbelalak melihat koai yang merejang tubuhnya dan wajah koai yang meringis kenikmatan dan muka merah dan akan meledak membuat ang-hoa menjerit namun dengan cekatan dan spontan koai membekap mulut ang-hoa sambil terus menghantamkan dirinya pada tubuh ang-hoa , mata ang-hoa yang mendelik karena susah bernafas , dia megap-megap , namun bekapan itu semakin kuat seiring gerakan tubuh koai yang berlomba dengan birahinya , ledakan itu begitu lama karena tertunda saat koai terkejut mendengar jeritan ang-hoa hingga birahinya meluncur kebawah , dan dia mendaki lagi saat membekap mulut ang-hoa , dan akhirnya hentakan-hentakan yang semakin menggila untuk meraih kenikmatan entah untuk kebera kalinya meletus tenaganya bertumpu pada tangan yang mebekap mulut dan hidung ang- hoa , lalu koai tumbang sementara tubuh ang-hoa kejang dengan nyawa putus kehabisan nafas

Mata ang-hoa terbelalak mulutnya menganga lebar , koai menyadari setelah melihat kondisi ang-hoa seperti itu dan tidak berubah , dia mendekatkan tanganya kehidung ingin merasakan hembusan nafas namun tidak ada , koai terkejut dan pucat setelah mengetahui ang-hoa mati , dengan cepat ia keluar kamar , rasa takunya begitu menghantui bila perbuatannya diketahui lu-jin , diruang tengah lu-jin sedang terkapar pingsan , pikiran iblis menyelinap lagi , koai berpikir harus membunuh lu-jin sekalian , lalu dia pergi kedapaur dan mengambil golok kemudian kembali keruang tengah dan tanpa berpikir panjang koai membacok leher lu-jin hingga putus

Koai meninggalkan rumah dan berkeliaran dipasar , sehari dua hari dai mengemis namun tidak memenuhi kebutuhannya , maka koai mencuri makanan dipasar untuk memenuhi perutnya yang lapar dan satu ketika birahinya naik dan dia termenung diemperan toko , ibu-ibu yang belanja diperhatikan , gelora nagsunya makin membadai , namun kekuatan ibu-ibu itu mungkin lebih dari dia sehingga dia merasa jerih , lalu dia melihat anak perempuan umur sembilan tahun yang belanja dibawa seorang perempuan tua , hatinya tergerak dengan anak perempuan kecil yang bersama neneknya yang lemah itu , koai mengikuti buruannya , ketika nenek dan cucu itu melewati blok yang sepi , koai beraksi dia melempar kepala nenek itu dengan batu , nenek itu mengaduh memegangi kepalanya yang bocor dan lebihnya lagi koai mendorong kuat tubuh yang linglung itu keemperan toko hingga kepala sinenek terhentak ubin selasar toko , nenek itu pingsan , sementara si anak perempuan menjerit minta tolong , koai dengan cepat memukul muka muka perempuan itu berkali-kali hingga bonyok dan memar , hidung dan mulutnya berdarah , koa meraih kaki perempuan yang terduduk kesakitan hingga terjengkang rebah , dengan nafsu yang memburu koai atong menurunkan celana anak malang itu

, anak perempuan itu menendang-nendang , namun kaki itu dicengkram kuat oleh koai , membuat anak perempuan itu menjerit kesakitan Koai memkasakan dirinya masuk merejang anak kecil perempuan itu karena merasa susah karena rontaaan yang tidak mau berhenti , koa menghantam kembali kepalannya kemuka anak wanita kecil , karena sakit muka yang memar dan nyeri yang bersangatan membuat rontaan itu melemah , koai mulai lagi dengan aksinya , pengalamannya yang matang selama enma bulan membuat ia mudah melakukan keinginannya pada perempuan kecil itu , saat tubuhnya asik merejang tubuh kecil itu dia dikejutjan bentakan , dia terkejut melihat seorang lelaki dewasa memergokinya , dengan cepat dia bangkit sambil meraih celananya dia berlari dengan setengah telanjang menyelamatkan diri , lelaki yang mengejar terpaksa berhenti saat melihat anak kecil yang setengah telanjang dengan muka bengkak memar dan darah berceceran

, , sementara nenek tua juga masih diam kaku tidak bergerak ,

Koai terus berlari , dan ketika merasa ada peluang dia memakai celananya kemudia tersu berlari keluar pasar dan terus berlari , hingga dia sampai keluar kota , koai tidak berani lagi masuk kekota lijiang , maka dia putuskan untuk terus melarikan diri sejauh mungkin dari lijiang , dia masuk hutan keluar hutan , selama perjalanan dia menangkap tikus atau kelinci untuk dimakan , akhirnya sampailah lu-koai di kaki bukit kwi-ban-san , dia masuk kedalam hutan untuk mencari binatang buruan, hatinya terkesiap melihat ular sebesar paha manusia dan berkuran panjang Koai menyingkir dan berlari ke arah puncak , saat sedang berlari dia mendengar gerengan macan , semakin cepat dia berlari dan masuk dalam sebuah goa yang ditemuinya , goa itu dalam dan berlorong panjang dia terus menelusuri lorong yang gelap , ia mendengar gaung diatasnya lalu merasakan tubuhnya disengat dan sakitnya luar biasa , dia lari terus kedalam dengan membabi buta tiba-tiba tubuhnya sebuah benda lunak , tuubuhnya basah licin dan dia mearsakan cairan manis memasuki rongga mulutnya dia mengecaap mereguk madu yang sangat manis sehingga terasa pahit sejkali , ternyata koat menabrak sarang jeng-hong-cu sebesar kerbau dan mebuat tubuh mandi cairan madu jeng-hong-cu , setelah mereguk madu berkali-kali koai pun pingsan tidak sadaakan diri dikubangan madu

Selama tiga hari koai pingsan dan ketika siuman dia mearsa tubuhnya bengkak namun rasa nyeri tidak ia rasakan , perutnya terasa lapar , lalu dia mereguk madu sepuas-puasnya dan memakan bongkahan sarang tawon , tidak berapa lama suara gaung tawon terdengar lagi lalu mengerubuti tubuhnya , dia mearsakan tusukan sengat tawon bertubi-tubi disekujur tubuhnya namun anehnya koai tidak merasa sakit , selama dua minngu koai berada didalam gua mengalami persitiwa itu hingga sarang tawon habis dilalapnya dan madu itu juga hampir habis dan setiap hari sekujur tubuhnya dikerubuti dan disengat jeng-hong-cu Koai keluar gua tubuhnya penuh bintik-bintik merah dan baru lima tindak dia melangkah seekor macan hitam muncul , macan hitam itu bergerak melayang menerkamnya , koai sekenanya mengayunkan tangan mencoba melindungi diri dan luarbiasanya gerakan memukul sambil menghindar itu mengeluarkan hawa ngengat berbau sangat apek kan kecut , macan hitam hitam itu mencium bau yang dikeluarkan tubuh koai sehingga sebelum terkaman itu sampai macan itu bangkis dan ambruk berkelonjotna mati , koai terkejut lalu menendang- nendang bangkai macan yang sudah kejang namun tidak ada reaksi , lalu koai meninggalkan bangkai harimau dan terus masuk kedalam hutan dan selama dua hari koai berjalan masuk lebih dalam sehingga bertemu jalan mendaki

Koai melanjutkan penelusuran dengan mendakit bukit sehingga sampai kepuncak setelah tiga hari , koai sampai kepncak pada malam hari , hawa dingin halimun menerpa tubuhnya namun hawa halimun itu tidak sedikitpun mempengaruhi tubuhnya , dia asik mengelilingi puncak yang landai dan luas yang ditumbuhi ilalang panjang dan lebat , lalu koai merebahkan tubuh dan tertidur pulas

Keesokan harinya koai bangun disambut matahari pagi yang indah , dia terkejut bahwa sudah lima hari dia tidak makan tapi sampai sekarang dia tidak pun merasa lapar , keganjilan itu tidak terlalu ia pikirkan , koai melangkah menyusuri puncak dan melihat tebing-tebing curam , matanya melihat sesuatu yang aneh di didinding tebing , dinding tebing itu belobang dan berjejer samapai kebawah

Karena rasa ingin tahu koai mencoba turun melalui lobang- lobang yang ada dinding , dia turun dengan mudah , koai turun terus sampai jauh kebawah , dasar tebing itu tidak kelihatan , namun rasa penasaran koai makin memuncak ketika melihat mulut gua , dan jejeran lubang itu hanya sampai dimulut goa , koai memasuki mulut goad an melihat ada obor tertancap dan juga batu api dan juga tungku serta beberapa alat masak lain dan yang sangat membuat dia tertarik adalah dinding sebelah dalam tergurat retak , koai meraba-raba dinding itu dan kadang memukulnya , saat dipukul bongkahan tanah kering jatuh dari atas , lalu koai mengambil golok berkarat yang ada ditumpukan alat masak dan koai mencongkel tanah retak dan sekali congkel tanah kering itu ambrol dan nampaklah dinding kayu bulat yang berjejer sehingga sebelah dalam seperti penjara namun ada pintunya dan terikat akar sehingga tertutup rapat

Koai memutuskan akar pengikat dengan golok ditangannya dan pintu itu terbuka , koai melangkah masuk ternyata tanggak tanah turun kebawah sebanyak sepuluh anak tangga dan dibagian bawah itu sebuah ruangan yang luas dan terang karena dibagian dinding ada empat lobang sebesar kepala manusia dewasa tempat masuk cahaya dan udara , dan didalam ruangan persegi itu ada sebuah lobang panjang sedalam tiga puluh senti dan dibagian atas bulat seperti ukuran kepala manusia , kemudian ada batu bulat tempat duduk yang juga ada bekas buah pinggul menunjukkan bahwa batu itu pernah diduduki orang sakti

Dan yang tidak kalah menariknya dibagian samping dekat anak tangga ada empat buah kitab diatas sebuah meja batu dan juga sebilah pedang , koai mengambil pedang dan mencabutnya dan dia terkejut ketika tubuh pedang dicabut dari sarungnya mengeluarkan cahaya hijau , dua sisinya berbeda , sebelah sisi seperti hergaji dan sisi yang mata pedang yang tajam ,gagang pedang itu terbuat dari kemala hitam dan ujung pedang ada bandulan tenggkorak , koai menyarungkan kembali pedang menggirsikan itu lalu melihat empat kitab disamping pedang buku pertama diangkatnya dan membaca judul kitab ―toat- beng--hoat-sut‖ (ilmu sihir pencabut nyawa) , kemudian buku kedua berjudul ―hek-lek-hoat (ilmu gaib hitam) isinya berupa

sin-kang dan gin-kang , lalu kitab ketiga berjudul ―jeng-in-kiam- hoat‖ (ilmu pedang bianglala hijau) terdiri dari dua ilmu pedang , dan kitab terakhir ―thian-te-tin-hoat-chit‖ (tujuh ilmu kuasai jagad)) kandungannya tujuh ilmu tangan kosong

Koai dengan rasa gembira mengambil kita hek-lek-hoat dan mulai mempelajari halaman pertama tentang semedi , sejak itu lu-koai tekun mempelajari empat kitab luar biasa itu , bertahun- tahun koai berada dalam goa dan keganjilan tubuhnya yang mengeluarkan hawa racun semakin tajam setelah ia menamatkan hek-lek-hoat , sin-kang dalam kitab hek-lek-hoat bernama ―thian-te-im-lek-kang‖ (tenaga gaib inti jagad) sementara ilmu gin-kang bernama ―thian-te-hun-lek-lie‖ (tarian gaib melintang jagad) , soal persedian makan , koai sangat santai , karena keganjilan tubuhnya dia merasa lapar sebulan sekali

Dunia kangowu tentram dan damai seratus tahun lebih dibawah panji pat-hong-heng-te , hidup terkendali penuh ketenangan walaupun bengcu kim-khong taihap menutup mata diusia seratus satu tahun , dan sudah terkubur seratus tahun yang silam di pulau kura-kura didampingi tujuh istri dan anak- anaknya namun apa yang telah dimulainya sejak ia berumur delapan belas tahun masih terasa , syair kim-khong-taihap masih menjadi lagu nina bobo yang masih bergema di sudut- sudut pelosok negeri

Pulau kura-kura tempat yang menjadi kebanggan dunia kangowu , penjuru dari seleruh ketentraman negeri , istana yang megah , ruang lian-buhtia yang luas , pesanggrahan yang besar dan rumah likoan yang kokoh tinggi , pantainya yang laindai dan hutannya yang hijau dan lebat membiat udaranya sejuk segar , laut biru yang menghampar , disemaraki cecuitan burung camar yang melintas permukaan laut , pelantaran yang kuat dan ramai oleh kapal para tukangl penyeberangan , bahkan pasar apung menambah semarak pulau yang penuh kharisma dan keagungan yang cemerlang

Siang itu serombongan keluarga yang terdiri dari tiga kepala rumah tangga dan sepuluh lelaki kekar dan sederhana berlabuh di pantai yang ramai , ketika mereka turun dari kapal , setiap orang yang berpapasan menjura hormat dan dibalas ramah oleh romongan itu , mereka adalah she-taihap dari wilayah barat , kelaurga yang pertama adalah kwee-tin yang berumur tiga puluh lima tahun cucu dari kwee-seng-tiauw dan istrinya sim-hui beserta seorang putrinya kwee-eng yang berumur sepuluh tahun kemudian yang kedua dan ketiga adalah kwee- kun dank wee-teng yang berumur tiga puluh dua tahun dan tiga puluh empat tahun dua cucu dari kwee-cun-hai dan kedua istrinya liem-kui dan kao-mei dan kedua anak laki-laki mereka kwee-bun tujuh tahun dank wee-sin enam tahun

Beserta mereka adalah sepuluh murid utama mereka dalam pat-hong-heng-te di wilayah barat , mereka melangkah menuju istana pulau kura-kura , sesampai diistana mereka disambut hangat oleh she-taihap yang berada di pulau kura-kura , she- taihap yang menghuni pulau kura-kura adalah kwee-san-kui yang berumur tiga empat puluh tahun sebagai pemegang kauwsu pat-hong heng-te wilayah selatan dan istrinya tang-hui- bi , kwee-san-kui memiliki dua putra kwee-han dan kwee-tiog yang berumur dua belas tahun empat belas tahun , kemudian kwee-gun cucu yang berumur tiga puluh tujuh tahun cucu dari kwee-pek-ma dan istrinya liem-siu-bi , kwee-gun memiliki seorang putra bernama kwee-kin berumur sebelas tahun , kemudian kwee-lai-seng berumur tiga puluh empat tahun cucu dari kwee-cin-han beserta istrinya song-in-siang dan anak perempuannya yang bernama kwee-si-ling berumur sepuluh tahun , kemudian lima orang kakek nenek yaitu anak-anak bengcu yakni kwee-lun-keng berumur tujuh puluh tujuh tahun kwee-gan-liong berumur tujuh puluh enam tahun kwee-bun-hui berumur tujuh puluh lima tahun kwee-liu-bwee berumur tujuh puluh enam tahun , kwee-hwa-mei berumur tujuh puluh enam tahun ,

Lima hari kemudian rombongan keluarga she-taihap belabuh lagi di pulau kura-kura , mereka adalah she-taihap yang berdiam di wilayah timur , rombongan she-taihap itu adalah kwee-jin-hui yang berumur tiga puluh tujuh tahun cucu dari kwee-khong-huan dan istrinya coa-lian dan anaknya kwee-peng berumur dua belas tahun dan putrinya kwee-ma-mei berumur sepuluh tahun , kemudian kwee-ming berumur tiga puluh lima tahun cucu dari kwee-bun-hui beserta istrinya tang-lu-sian dan anak perempuannya kwee-cai-bi yang berumur sebelas tahun , lalu kwee-thian berumur tiga puluh empat tahun cucu dari

kwee-gan-liong beserta istrinya in-siu-bi dan putranya kwee-hai berumur sembilan tahun , lalu kam-hong berumur tiga puluh tiga tahun cucu dari kwee-goat-lian beserta istrinya cu-bi-hong dan putra mereka kam-song berumur delapan tahun

Sementara tiga she-taihap dari tiga wilayah berkumpul di kota paoteng sebuah rombongan keluaarga juga sedang beristirahat disebuah likoan , mereka adalah she-taihap yang berdiam di wilayah utara , mereka itu adalah kwee-an-bun berumur tiga puluh delapan tahun cucu dari kwee-kim-hoan beserta istrinya bu-ci-goat dan dua anaknya kwee-hui dan kwee-in-hong , kemudian kwee-gak berumur tiga puluh lima tahun cucu dari kwee-lun-keng beserta istrinya sie-hwa dan anaknya kwee- houw berumur dua belas tahun kemudian sie-han berumur tiga puluh dua tahun cucu dari kwee-sim-lan beserta istrinya liem- ceng-hwa dan anaknya sie-sin-kun berumur sepuluh tahun

Perjalanan keluarga itu menuju selatan di sambut ramah oleh penduduk dimana mereka singga disepanjang wilayah timur ,

―sepertinya she-taihap ada hal diselatan sebagaimana kami juga melihat she-taihap yang ada di sinyang sebulan yang lalu menuju selatan ― tanya pemilik likoan , ―benar sicu wangwe ! , keluarga di pulau kura-kura memanggil kami , terlebih orang- orang tua kami berkumpul disana ― sahut kwee-bun-an , ―she- taihap yang baik kalau tidak mendesak sudilah kiranya she- taihap menghadiri pernikahan putra kami yang akan dilaksanakan tiga hari lagi ― , ―oh.. demikian sicu-wangwe , kalau begitu kami rasa mendapat kehormatan dengan undangan itu ― sahut an-bun ramah

Rombongan she-taihap bertahan di kota kunming untuk meghadiri pernikahan putra cu-wangwe pemilik likoan , setelah acara pesta digelar pada kesempatan itu kwee-an-bun menyampaikan sepatah dua patah kata , ―sicu hadirin yang terhormat , hari ini hari bahagia dari bu-kongcu yang telah mengakhiri masa lajangnya dan melangkah dalam kehidupan berumah tangga ― sejenak kwee-an-bun berhenti dan kemudian melanjutkan , kehidupan rumah tangga adalah merupakan bentuk penyatuan im-yang , den dengan kisaran dua unsur itu kehidupan berjalan normal dan teratur

Dan munculnya keteraturan itu jika kedua hal ini saling melengkapi dan saling mendukung , satu bagian ada kurang dan ada lebih , demikian juga bagian lainnya , dan oleh karena ada kekurangan dan kelebihan itu maka lahirlah keseimbangan jika saling menambah yang kurang dan mengurangi yang berlebihan ― semuanya hening ,endengar uraian dari kwee-an- bun

Kwee-an-bun melanjutkan , ―jadi kepada dua mempelai saya hanya ingin sampaikan , bahwa diantara kalian ada keterbutuhan satu sama lain yang hanya dapat kalian fahami dan atur sebaik mungkin , pemahaman yang paling pokok adalah penempatan posisi masing-masing , sebagai suami dan sebagai istri , kalian itu mitra dalam mengharungi balantika kehidupan untuk menciptakan lirik indah dengan senandung keyamanan diiringi musik di pantai harapan

Kwee-an-bun menarik nafas dan melanjutkan , ― dimanakah posisi yang tepat antara suami istri !? , jawabanya adalah melihat bagaimana thian menjadikan kedua jenis ini , oleh thian wanita diciptakan thian dari tulang rusuk sebelah kiri , tempat itu dekat dengan tangan , artinya istri mesti dilindungi dan juga tulang rusuk dekat dengan hati , itu artinya istri itu mesti dicinta dan dikasihi , dan sebaliknya tulang itu adalah penyokong

tubuh , itu artinya suami akan kokoh jika dia ada sokongan dari sitri dan juga tulung itu adalah rusuk , itu memiliki arti bahwa suami tidak akan lengkap dan sempurna tanpa kehadiran seorang istri

Para hadirin manggut-manggut mendengar uraian dari kwee- an-bun , setelah penyampaian itu , makan minum arak pengantinpun dimulai , pesta menjadi semarak dan meriah , kedua pengantin mendapatkan salam restu dan ucapan selamat dari hadirin undangan , dan beberapa bingkisan hadiah sebagai rasa suka cita , pesta diadakan sampai waktu malam tiba setelah itu kedua pengantin pun di giring kekamar penagntin oleh kaum ibu-ibu sambil senyam-senyum dan bisik- bisik

Keesokan harinya rombongan she-taihap melanjutkan perjalanan menuju wilayah selatan perjalanan yang santai dan sering singgah dimana kota dilalui dan juga tidak melewatkan pemandangan-pemnadang alam yang mempesona dan menyejukkan mata akhirnya dua bulan berikutnya she-tahap sampai di pulau kura-kura , mereka disambut keluarga besar di pulau kura-kura , pertemuan keluarga itu demikian akrab dan semarak lima sesepuh dipulau kura-kura merasa bangga dengan jalinan kekeluargaan yang saat itu bertemu

Dua hari setelah kwee-an-bun sanpai di pulau kura-kura , serombongan keluarga lagi berlabuh dipulau kura-kura yang terdiri dari sepasang suami istri dan dua orang anaknya beserta seorang nenek berumur tujuh tujuh puluh tahun , mereka itu adalah nenek kwee-hong-in putri bungsu dari kwee-han-tiong kim-khong-taihap , dan pasangan suami istri itu adalah cucunya kwaa-san-lun dan istrinya kam-siang-lan dengan dua orang putrinya yang berumur sepuluh tahun dan delapan tahun

Lengkaplah sudah she-taihap berkumpul di pulau kura-kura , disamping pembicaraan kenangan masa kecil dan mendengar cerita-cerita masa lalu , mereka juga sebagaimana layaknya pendekar tidak lekang dari pembicaraan perihal ilmu silat , sehingga setelah jalinan kekeluargaan dan melepaskan rindu diatara masing-masing maka pibu pun dilakukan sebagai ajang pembinaan dan latihan diatara sesama keluarga , selama satu bulan pibu itu dilaksanakan dimana penampilan pertama dimulai oleh pemegang kauwsu pat-hong-heng-te yakni kwee- san-kui , kwee-gun , kwee-lai-seng wilayah selatan kwee-tin , kwee-kun , kwee-teng wilayah barat , kwee-an-bun , kwee-gak dan sie-cun dari wilayah utara , kemudian kwee-jin-hui , kwee- ming , kwee-thian dank am-hong dari wilayah timur

Pibu diantara kauwsu pat-hong-heng-te belangsung seru dan dahsyat , ilmu-ilmu she-kwee yang kaya akan silat dikeluarkan , mata akan takjub ketika menyaksikan pertempuran demi pertempuran , mereka semua itu tidak berlebih kurang , kecekatan , kekuatan dan trik-trik pancingan , dari ilmu khas pat-hong-heng-te sampai ilmu puncak kim-khong-taihap yakni im-yang-pat-hoat diperagakan dengan luar biasa oleh turunan- turunan yang cemerlang

Setelah semua kauwsu selesai maka tahap kedua adalah anak- anak mereka , cicit buyut kim-khong-taihap juga tidak kalah mempesona , saat memeperagakan ilmu-ilmu turunan itu dalam pibu , wajah-wajah imut dan muda serta penuh semangat terpancar dari wajah-wajah polos dan mengharukan itu , kiranya cicit buyut dari kim-khong-taihap ini juga tidak kalah dengan kehebatan para ciang bujin dan pendekar-pendekar senior liok-lim

Setelah para cicicit kim-khong-taihap pada tahap ketiga tiba giliran para murid pat-hong-hengte mengadakan pibu , pibu belnagsung dengan seru , ilmu-ilmu khas pat-hong-hengte dikeluarkan dengan tidak kalah dahsyatnya oleh para kauwsu mereka , luar biasa dan membuat pandangan puas saat pibu dilakukan dengan kelompok , perpaduan empat ilmu khas pat- hong-hengte demikian rapi an saling melengkapi , barisan kokoh bidang pertahanan tapi juga dahsyat dalam serangan

Setelah bagian murid pat-hong-henh-te pada tahap ke empat tiba giliran enam senior she-taihap , tiga kakek dan tiga nenek berhadapan , dan tentunya pibu ini amat menakjubkan , enam anak kim-khong-taihap memepearagakan semua khazanah ilmu keluarga kwee , ilmu-ilmu sakti zaman kiam-mo-eng dan suling emas dikeluarkan dan kemudian ilmu ciptaan ayah mereka baik untuk pat-hong-hengte , dan ilmu ciptaan yang diperuntukkan untuk keluarga mereka yang diambil kim-khong- taihap dari jurus-jurus keenam istrinya dan yang terakhir adalah ilmu pamungkas im-yang-pat-hoat yang dua ratus tahun telah merajai ilmu silat

Setelah itu sebulan berikutnya setelah masa pertemuan tentunya ada masa perpisahan , para she-taihap yang berada di wilayah barat , utara dan timur akan kembali , pulau kura- kura yang selama lima bulan itu demikian semarak penuh kehangatan dan rasa bahagia maka akan kembali seperti biasa , yang paling terasa adalah yang dikunjungi dan yang akan ditinggalkan dalam hal ini kwee-san-kui dan yang lain-lain yang menetap di pulau kura-kura , namun demikianlah halnya memang dimana ada pertemuan tentu disisi sebelahnya adalah perpisahan

Yang paling terakhir meninggalkan pulau kura-kura adalah kwee-hong-in dan cucunya , karena mereka masih berada di wilayah selatan tepatnya di kota kun-leng dimana kim-khong- taihap kwee-han-tiong lahir , demikian juga suhunya bu-kek- siansu kwaa-sin-liong , keluarga dari kun-leng ini dilepas ditepi pantai oleh keluarga besar di pulau kura-kura

Setelah tiga tahun , koai membuka kitab yang kedua yakni

―thian-te-tin-hoat-chit‖ , dalam kitab itu lu-koai mempelajari tujuh ilmu tangan kosong yaitu ―thian-te-cio-kang‖ (telapak meledakkan jagat ) , ―thian-te-toan-jiauw‖ (cakar pemutus jagad) , ―thian-te-loh-kun‖ (kepalan runtuhkan jagad) , ―thian-te- tou-tiam‖ (totokan tembus jagad) , ―thian-te-hang-ciang‖ (tangan penakluk jagad) , ―thian-te-to-twi‖ (tendangan robohkan jagad) dan yang terkahir ―thian-te-lo-poh‖ (langkah mengacau jagad) , lima tahun kemudian lu-koai membuka kitab ketiga yang mengandung dua ilmu pedang yangkni ―beng-cui-in-kiam‖ (pedang bianglala mengejar arwah) dan ―eng-lo-in-kiam‖ (pedang bianglala pengacau sukma)

Selama tiga belas tahun lu-koai menammatkan empat kitab dan terakhir baru lu-koai ketahui bahwa pemilik kitab itu bernama han-bu-ong , karena ketika menammatkan kitab keempat tentang ilmu sihir terdapat catatan pada lembaran terakhir yang berbunyi

Aturan norma itu omong kosong hidup seperti dalam kepompong hasil tidak ada kecuali melompong pesan hidup ini dari han-bu-ong jalankan hidup dengan sombong berkata tiada lain hanya bohong salurkan hasrat dengan rasa plong jadilah manusia berperan gimlo-ong empat jadi satu kunci kekuatan ong

lu-koai sekarang sudah berumur dua puluh lima tahun wajahnya tidak bisa dikatakan tampan , karena hidungnya pesek , matanya sangat cipit , terlebih muka dan tubuhnya bertotol hitam bekas sengatan jeng-hong-cu namun tubuhnya sangat kekar dan perawakannya tingi

Hari itu lu-koai berencana meninggalkan gua , pedang diambil dan disandangnya lalu empat kitab dibungkus dan dibawanya , lu-koai keluar dan mendaki tebing dengan kecepatan luar biasa dalam sekejap lu-koai sudah sampai dipuncak , senyumnya demikian sinis memandang panorama alam yang indah itu , kemudian dia berbalik dan menurunui kwi-ban-san , hanya setengah jam dari puncak lu-koai sudah sampai di kaki kwi-ban- san Siang yang cerah , kota lijiang yang padat dan ramai , kesibukan berjalan seperti biasa , likoan ramai penuh canda dan tawa , rumah makan banyak pengunjung menikmati makan siangnya , seorang lelaki burik memasuki pasar lijiang yang ramai dan melangkah menuju sebuah rumah makan , seorang pelayan menyambut dengan ramah mempersilahkan lelaki burik yang tiada lain adalah lu-koai untuk duduk , ―panggang burung dara satu porsi , arak wangi satu guci , lekas kamu hidangkan kesini ‗ , ―segera kongcu ― pelayang itu cepat memutar haluan menuju belakang dan kemudian datang dengan membawa pesanan lu-koai

Lu-koai makan dengan lahap , matanya liar menatap kesana kemari kadang menatap keluar melihat pejalan kaki , dalam sekejap panggang burung dara habis disikat bersama nasi dan meneguk arak wangi sepuas hati , perutnya kenyang kemudian lu-koai bersandar sambil sesekali mereguk araknya , selama dua jam lebih lu-koai berada didalam rumah makan dan kemudian ia berdiri hendak melangkah pergi namun pelayan dengan ramah mendekati mengingatkan bahwa pesanan belum lu-koai bayar , ― kong-cu pesanan belum kong-cu bayar‖ , lu- koai menatap tajam , ―bayar gundulmu ! , ―plak…‖ ― bentak lu- koai sambil menampar pipi pekayan dan tragisnya pelayan itu ambruk berkelonjotan dan kemudian mati dengan mata mendelik

Orang-orang berdiri dan beberapa pelayan mendekati , namun naas pelayan yang mendekat mengalami nasib yang sama , ―plak….plak….plak… plak…‖ empat tamparan tanpa diduga bersarang , dalam sekejap empat pelayang ambruk berkelonjotan dan tewas , empat orang lelaki kuat yang menjadi tamu segera menyerang , namun ―plak..plak…plak…plak..‖ empat tamparan entah bagaimana mengenai empat pendekar itu , nasibnya sama dengan lima pelayan , tubuh mereka seat berkelonjotan dan mati , dua orang tiba-tiba menyerang dengan gesit , terjadi pertempuran seru di halaman rumah makan , namun kedua pengeroyok itu hanya bertahan sampai enam puluh jurus hawa yang keluar dari tubuh lu-koai membuat mereka agak pening dan bangkis-bangkis , namun karena mereka adalah murid pat-hong-heng-te masih dapat bertahan , namun lama-kelamaan nafas mereka sesak karena hawa beracun yang mengental diparu-paru mereka merusak paru- paru hingga bengkak , dan saat itu dua pukulan lu-koai menghantam bahu dan perut keduanya tewas seketika

Lu-koai senyum sinis dan meludah kearah para tamu dirumah makan , lalu berlalu dari tempat itu seakan tidak pernah terjadi apa-apa , setelah lu-koai pergi , peristiwa tragis itu dikerumuni , orang semua merasa ngeri dalam waktu singkat sebelas orang tewas ditangan lelaki burik yang tidak dikenal itu mereka segera bekerjasama untuk menguburkan sebelas mayat di tanah kosong dibelakang rumah makan , bebrapa orang diam-diam mengikuti lu-koai yang berjalan santai menikmati pingul seorang wanita yang mengundang birahinya berjalan dikerumunan orang Dengan gerak tangan seakan menagkap sesuatu tiba-tiba wanita yang diincarnya itu melayang terbang kearahnya , wanita itu terkejut dan menjerit minta tolong , dan saat tubuh itu telah dierima tangan kekar lu-koai entah bagaiman tiba-tiba pakain wanita itu lepas dan terbang entah kemana , rasa takut risih dan malu wanita itu menutup ketelanjangannya ditengah pasar itu , lu-koai tersenyum sinis , matanya nanar berbinar birahi melihat tubuh mulus dan putih itu , dan tanpa malu ia menurunkan celananya sendiri dan melakukan kebejatan pada wanita itu ditengah pasar yang ramai itu , sebagian besar orang memalingkan wajah merasa risih dan malu tapi bebrapa orang segera melompat menyerang untuk menolong gadis itu , lu-koai tidak menggubris serangan enam orang itu dia terus merejang dan mempermainkan tubuh gadis yang pingsan karena takut dan malunya , ―buk..‖ enam pukulan berserang ditubuhnya namun bukan lu-koai yang menjerit akan tetapi keenam orang itu menjerit kesakitan saat merasakan tangan mereka bengkak dan malang keenam orang itu harus meregang nyawa selama lima belas menit lalu mati dengan mata mendelik

Selama satu jam lebih lu-koai menuntaskan birahinya pada wanita yang pingsan itu kemudian lu-koai memakai kembali celananya dan kemudian lu-koai menyentil hidung mancung korbannya dan sesaat nafas itu menarik dalam dan lalu berhenti karena nyawanya pun melayang

Kejadian di rumah makan sudah heboh ditambah lagi kejadian yang memalukan dan tidak pantas terjadi dan juga telah menelan tujuh korban , lu-koai meludah kepada orang banyak dengan senyum sinis , orang-orang yang melihat dua kejadian itu dan ditambah senyum sinis yang didahului dengan meludah itu membuat aroma merinding , sejak dua kejadian itu pasar lijiang carut marut , para pedagang menutup tokonya dan

orang-orang yang belanja pada berlarian menghindar , suasana kacau balau penuh kecemasan yang menegangkan

Lu-koai melenggang masuk menuju rumah besar di kota lijiang , rumah itu adalah kedimanan pouw-wangwe , seorang penjaga mendekat dan menyapa , ―selamat sore sicu !? , apa yang bisa saya bantu !? , ―hehehe…hehehe… , bantu aku menguras  harta benda dalam rumah ini ― , mendengar jawaban itu , pengawal langsung membentak , ―enyah kamu dari sini kalau hendak membuat kacau !‖ , ―plak…‖ bentakan itu dijawab dengan tamparan , pengawal itu meringis tanpa dapat mengeluarkan suara , dia linglung roboh berkelonjotan lalu tewas , lu-koai melangkah dan baru dua tindak sepeuluh orang pengawal menyerang , namun dalam tiga gebrakan , sepuluh pengawal itu terlempar dan tewas dengan wajah merah matang

Lu-koai memasuki rumah pouw-wangwe , pouw-wangwe yang baru selesai mandi dan hendak duduk diruang tengah terkejut , namun itu hanya sesaat karena lu-koai sudah menotok keningnya hingga tengkoraknya tembus dan pouw-wangwe mati seketika , lalu lu-koai memasuki kamar dan empat selir pouw-wangwe terkejut dan lalu tiba-tiba kaku , lu-koai memasuki kamar , istri pouw-wang bersama dua putrinya terkejut , kedua putri pouw-wangwe segera berkelabat dan menyerang

Lu-koai tersenyum sinis dan berkelit , selama lima belas menit lo-koai menghadapi keroyokan dua gadis cantik murid pat- hong-heng-te , namun kedua gadis kosen itu mulai pening dengan hawa gerakan lu-koai , hingga pada jurus keseratus kedua gadis itu roboh pingsan , lu-koai segera menelanjangai kedua gadis malang itu , lu-koai dengan birahi iblisnya menggagahi kedua gadis didepan ibunya yang meringkuk ketakutan , kedua gadis itu saat ditelanjangi sudah tewas , namun lu-koai tidak surut dengan keinginannya

Setelah selesai dengan kedua mayat itu lu-koai mendekati pouw-hujin , wanita setengah tua yang msih cantik itu dipermainkan lu-koai sampai larut malam malam lalu kemudian membunuhnya , keesokan harinya lu-koai terbangun dari tidurnya saat matahari sudah tinggi , lu-koai memasuki kamar dimana emapt selir kaku dengan muka pucat , lu-koai melepaskan totokan dan menyuruh mereka membuka baju masing-masing , dengan senyum sinis lu-koai naik keatas ranjang dan memperhatikan keempat selir membuka bajunya , keepat selir tidak berdaya terpaksa mengikuti perinta lu-koai

Setelah keempat selir itu telanjang , lu-koai menyuruh keempatnya naik keranjang kemudian meraba dan memijit badannya , lu-koai menikmati rabaan dan pijatan delapan tangan lembut pada tubuhnya , setalah satu jam lu-koai menumpahkan lagi birahi setannya pada keempat selir , keempat selir itu yang dari tadi pagi sudah lapar dan direjang lu-koai sampai siang membuat mereka nanar menikmati perlakuan lu-koai dan reaksi balasan itu semakin membuat lu- koai makin ganas , keempat selir yang lupa diri mengerang- ngerang nikmat dan menggelinjang diterpai birahi

Setelah menjelang sore keempat selir sudah kecapean dan tertidur pulas berbantalkan tubuh lu-koai yang kekar yang juga tertidur , meraka bangun pada malam hari , keempat selir itu segera kedapur karena perut mereka sangat lapar , selama tiga hari lu-koai bergulung-gulung dengan empat selir yang juga merasa ketagihan dan pada hari keempat dua puluh lima kauwsu di lijiang beserta murid-murid mendatangi rumah pouw- wangwe karena keberadaan lelaki iblis itu diketahui telah membunuh pouw-wangwe dari cerita empat pelayan pouw- wangwe yang melarikan diri

Lu-koai menghadapi gerombolan itu dengan senyum sinis dan meludah , lima kauwsu dan empat murid pat-hong-hengte menerjang , keroyokan itu dihadapi lu-koai dengan tenang , sembilan orang kosen itu mengerahkan seluruh kepandaian untuk membinasakan lu-koai , namun sepertinya harapan itu hanya tinggal harapan , pewaris han-bu-ong si raja jahat bukan hanya sekedar kosen tapi juga sakti luar biasa , menghadapi keroyokoan itu , lu-koai juga setidaknya sibuk karena lima kauwsu juga bukan orang sembarangan terlebih empat pat- hong-hengte asuhan kwee-tin generasi ketiga dari kim-khong- taihap , ―im-yang-jiu-lie-pat‖ dan ―in-hong-kiam‖ciptaan kim- khong-taihap demikian luar biasa membentuk serangan- serangan berbahaya dimainkan empat murid pat-hong-heng-te

, tapi keroyokan sembilan orang itu dihadapi sendirian dengan tenang menunjukkan betapa hebat dan saktinya lu-koai ini

dua jam pertempuran luar biasa itu belangsung , maka mulailah jurus ―thian-te-cio-kang‖ memakan korban , korban berjatuhan susul menyusul , setelah dua orang ambruk jatuh dan tewas pada dua gebrakan berikutnya empat orang tewas menyusul , tinggal tiga murid pat-hong-heng-te yang terus melawan tanpa mau menyerah , ketika melihat enam orang sudah tewas , dua puluh murid lima kauwsu menerjang mengeroyok lu-koai membantu tiga murid pat-hong-heng-te , dan dalam lima gebrakan jurus ―thian-te-cio-kang‖ merubuhkan dua belas orang hingga tewas , lalu disusul ambruknya empat orang termasuk salah satunya murid pat-hong-heng-te , dua orang pat-hong- heng-te menyerang bertubi-tubi , namun kecepatan lu-koai dengan ginkang ―thian-te-hun-lek-lie‖ luar biasa cepat bahkan dengan tidak terduga sebuah pukulan dan cakaran dari lu-koai menghabisi nyawa kedua murid pat-hong-heng-te

dan tidak berapa lama lima orang yang tersisa , dengan dua gebrakan saja telah tewas tidak bersambat , ―cuh…!‖ lu-koai meludah mayat yang tergeletak dekat kakinya , lalu lu-koai masuk kembali kedalam dan kembali minyuruh empat selir pouw-wangwe untuk menghiburnya , seminggu kemudian setelah pengeroyokan para kauwsu di wilayah lijiang dan kota- kota disekitarnya digemparkan dengan kumunculan lu-koai , sehingga lu-koai dijuluki ―pah-sim-sai-jin‖ (manusia rendah berhati bengis)

sebulan kemudian kediaman pow-wangwe yang dikangkangi oleh lu-koai didatangi enam puluh orang , terdiri dari dua puluh kauwsu lima belas pangcu dan lima belas pat-hong-heng-te , dari empat kota yakni dali , kunming , guiyang dan chonqing ,

―sai-jin..!‖ sungguh kamu telah menyebar maut dalam waktu singkat , sekarang kami datang untuk minta pertanggung jawabanmu ― liok-kauwsu dari chongqing berkata lantang ,

―chuh..! ― lu-koai senyum sinis dan meludah , ―heheh..hahah.. kalau mau terima mati jangan banyak bacot , tunjukkan bahwa kalian mampu mengalahkan lu-koai ― mendengar tantangan itu sepuluh kauwsu menerjang maju ,pertempuran berlangsung sangat ramai

lu-koai dengan gin-kang ―thian-te-hun-lek-lie‖ dan jurus ―thian- te-cio-kang‖ (telapak biang meledakkan jagat ) , yang dipadu dengan ―thian-te-toan-jiauw‖ (cakar biang pemutus jagad) bergerak membalas dan menyambut keroyokan , dalam seratus jurus kesepuluh orang itu kalang kabut karena korban mulai berjatuhan laksana laron menerjang api jatuh ambruk susul menyusul , setiap yang amruk alamatnya hanya satu yakni kuburan , semua yang menonton tercengang melihat sepuluh mayat yang bergelimpangan , lalu sepuluh pangcu menyerang , lu-koai kembali bergerak cepat gerakan lu-koai yang sulit diikuti mata membuat pandangan nanar , lalu kemudian korban kembali berjatuhan susul menyusul akhirnya dalam waktu hanya lebih dua jam dua puluh jawara barat meregang nyawa

tujuh orang dari pat-hong-heng-te bergerak maju , untuk ketiga kalinya lu-koai dengan senyum sinis dan meludah menyambut tujuh serangan dengan empat ilmu khas pat-hong-te yakni ―im- yang-jiu-lie-pat‖ (delapan tarian lengan im-yang) ,digerakkan empat orang , kemudian ―im-yan-soan-hong‖ (angin puyuh im- yang) , ―in-hong-kiam‖(pedang angin dan mega) dan ―in-tong-jit- kiam‖ (pedang matahari menggetar halimun) digerakkan masing-masing satu orang , perlawanan ini amat menggigit sehingga membuat lu-koai terkejut dan agak terdesak bebrapa tindak tapi untungya dengan gin-kang yang sakti dan sin-kang luar biasa , lu-koai berusaha mempaerbaiki keadaan , senyumnya yang sinis hilang berubah menjadi muka mengkerut tajam karena gemas dan marah , ilmu thian-te-tin-hoat-chit‖ dikerahkan maksimal dan hasilnya dalam seratus jurus lo-koai sudah berada diatas angin dan pada jurus kedua ratus , dua orang pat-hong heng-te ambruk dan tewas berkelojotan , lalu digantikan tiga orang dari pat-hong-heng-te

delapan orang pat-hong hengte mulai mencecar dengan luar biasa , formasi serangan ini membuat lo-kai terdesak lima puluh gebrakan karena ketiga yang masuk mengeluarkan ―in-hong- kiam‖ sehingga pedang yang mencecar tubuhnya ada empat dua dua pasang ilmu ―in-hong-kiam‖ dan ―in-tong-jit-kiam‖ dua orang menggunakan ―im-yang-jiu-lie-pat‖ dan dua yang lain ―im- yan-soan-hong‖ dua ilmu tangan kosong dan ilmu pedang digerakkan delapan orang sehingga dalam lima puluh gebrakan lo-koai terdesak berakibat bahunya tergores pedang , tapi luar biasanya bau ngengat apek yang keluar dari hawa tubuh lo-kai semakin santer dan ini mempengaruhi delapan pat-hong-heng- te , namun mereka berusaha untuk bertahan dengan sin-kang ditubuh mereka dan terus mencecar memburu karena setidaknya mereka telah berhasil melukai pah-sim-sai-jin lu-koai yang luar biasa

lu-koai mencabut pedang bianglalanya dan menegluarkan jurus saktinya ―beng-cui-in-kiam‖ (pedang bianglala mengejar arwah) gerakan yang luar biasa dan pendar sinar hijau yang mengeluarkan hawa dingi beracun membuat barisan pat-hong- heng-te berusaha bertahan , pertemouran laur biasa dan seru membuat para penonton meletkan lidah melihat luar biasanya lu-koai yang menghadapi delapan taruna pat-hong-heng-te , tiga ratus jurus kemudian ilmu pedang lu-koai mulai berburu arwah , dan pada satu gebrakan gulungan sinar hijau yang berpendar semakin mengirislan dan cras—cep.. trang… cras…‖ tiga pat-hong-heng ambruk dengan bersimbah darah , lima orang pat-hong hengte yang tersisa dibantu lima orang yang terakhir sehingga sepuluh pat-hong-heng-te melakukan formasi serangan pedang dan kembali lu –koai terdesak , pertempuran melawan pat-hong-heng-te sudah sampai pada jurus ke tujuh ratus , dan waktu sudah sore , dan dalam keterdesakan itu lu- koai menerima dua tusukan dan hawa apek pun makin menyebar sehingga membuat sepuluh orang orang pat-hong- heng-te bangkis dan dengan gerakan luar biasa lu-koai dengan jurus ―eng-lo-in-kiam‖ (pedang bianglala pengacau sukma) berpesta sasaran dan dalam empat gebrakan sepuluh orang pat-hong-heng-te ambruk tewas seketika karena empat putus kepala , dua orang putus pinggang dan dua orang tertusuk jantungnya , dua orang putus bahunya dan dua orang putus sebelah kakinya , dan kesepuluh pat-hong-heng-te mati seketika karena racun yang mereka hirup dan hawa racu dari pedang

lu-koai meludah sambil tersenyum sinis , senja itu tiga puluh lima mayat orang gagah tewas dikaki lo-koai , lalu lu-koai bergerak cepat menuntaskan pekerjaannya , dua puluh lima orang yang tersisa dia terjang , hanya dalam seratus jurus dua puluh lima orang itu tewas karena ketika lu-koai bergerah , hawa apek membuat mereka bangkis dan ―eng-lo-in-kiam‖ kembali memakan korban , enam puluh ho-han tewas disaksikan matahari yang berangkat keperaduannya dikaki ufuk sebelah barat dan malampun menyelimuti seakan pertanda wilayah barat akan diselimuti kegelapan

enam puluh mayat itu ditendang hingga tertumpuk dibak sampah yang ada dua meter di samping pagar rumah , lalu mayat itu dibakar diiringi senyum sinis dan bengis dari lu-koai , baud aging terbakar menyebar , keseluruh penjuru membuat lijiang gempar dan menagis sedih , dalam jangka sebulan lebih seratus hohan barat terkapar tewas mengenaskan , lu-koai masih bertahan di kediaman pouw-wangwe bersama empat selir yang sudah manut untuk menghibur dan melayani lu-koai , tiga bulan berikutnya julukan ―pah-sim-sai-jin‖ menyebar sampai keseluruh wilayah barat bahkan sampai keutara dan selatan

wu-han dibanjiri para hohan yang dipanggil oleh kwee-tin , dua ratus hohan berkumpul di lianbhutia pat-hong-heng-te , wajah kwee-tin suram sesuram wilayah barat , ―para ho-han yang terhormat , kita semua telah mendengar apa yang terjadi dilijiang , seratus saudara saudara kita disana telah meregang nyawa ditelapak kaki pah-sim-sai-jin , dan juga puluhan rakyat tidak berdosa , kesatuan dan kerjasama harus kita teguhkan ― ,

―she-taihap apa tindakan kita kita selanjutnya untuk meredam kejahatan yang melampaui batas ini ― seru seorang kauwsu

―benar she-taihap ― timpal yang lain

:‖ho-han yang terhormat , tentunya kita akan sedaya upaya untuk meredam keberutalan pah-sim-sai-jin , namun harus dengan hat-hati karena tidak kita nafikan bahwa kematian seratus hohan wilayah barat menunjukkan betapa sakti dan luar biasanya orang culas ini ― sahut kwee-tin , ―lalu bagaimana rencana she-taihap !? ― seorang pangcu menyela , ―hohan yang mulia , pertama menurut saya kita harus membaikot gerak pah- sim-sai-jin tetap berada di kota lijiang dan untuk kita harus menjaga tempat itu dan memperhatikan tindak-tanduknya ― ,

―detailnya bagaimana she-taihap !? ― ―begini kita kerahkan semua kekuatan kita dilijiang , kekuatan kita dibagi lima di kota lijiang empat bagian berjaga diempat gerbang kota lijiang , dan satu pasukan berada di dalam kota lijiang ― sahut kwee-tin ,

―lalu kapan kita lakukan she-taihap !? , sela beberapa orang kauwsu , ―setelah dari pertemuan ini , kita kembali ketempat masing masing untuk mempersiapkan anggota yang dirasa memadai untuk tugas berbahaya dan sulit , dan sebulan dari sekarang kita berkumpul di chongqing dan disana kita akan membagi pasukan , bagaimana apakah para hohan setuju !? ,

―setujuuu… ― jawab mereka serempak , lalu setelah makan dan minum pertemuan itu bubar dan semua kembali ketempat masing-masing untuk mempersiapkan anggota

sementara para hohan bertemu di wuhan , lijiang gempar dengan ratusan keluarga yang tewas dan rata-rata keluarga yang tewas itu anak gadisnya hilang , bahkan gak-kungcu juga tewas dan dua putrinya hilang , dalam jangka dua bulan lijiang sudah seperti kota mati dan sebulan berikutnya puluhan mayat anak gadis dijumpai bertumpuk berserakan di dalam parit pasar dan tempat sampah , ini semua dikerjakan sendiri oleh pah-sim- sai-jin dengan tangan dingin , orang lijiang meraung menjerit histeris mengalami bencana itu sementara itu lu-koai , berpesta birahi dengan empat puluh gadis pilihan

semua gadis tidak berdaya terpaksa mengikuti kemauan lu-koai

, setiap malam lima enam gadis melayaninya , dan untuk ukuran normal tidak mungkin dapat dilakukan , namun lu-koai bukan lagi normal , nafsunya yang tinggi yang berkali-kali menggagihi ibunya saat umur dua belas tahun menjadi akar yang kuat dan ketika racun jeng-hongcu meracuni darahnya dan tawar karena dia mimum dan mandi madu jeng-hong-cu menimbulkan efek kuat luar biasa bagi kekuatan nafsunya , nagsunya laksana kawah yang mengeluarkan asap dan menyimpan lahar yang terus menggelagak , jika nafsunya tahan sedemikian rupa sama hal dengan tahannya ia dengan lapar yang sekali sebulan

sebulan kemudian di kota chongqing empat ratus hohan berkumpul , setelah tidak ada lagi yang ditunggu maka kwee-tin memulai pertemuan , ―salam bertemu kembali para hohan , dan terimaksih akan rasa keteguhan kita sehingga kita dapat kembali bertemu dichongqin ini setelah pertemuan kita di wuhan ― sejenak kwee-tin menarik nafas , ―rekan hohan semua

, seminggu yang lalu mungkin sebagian besar dari kita telah mendengar bahwa , ratusan keluarga di lijian telah tewas termasuk kungcu lijiang , anak gadis mereka diculik dan didaparkan puluhan mayatnya berserakan diparit-parit pasar dan bak sampah ― kwee-tin berhenti merasa sesak nafasnya karena hatinya giris dan haru kemudian melanjutkan

―ujian kita ini demikian berat , tirani yang menghadang kita ini luar biasa bejat , kami she-kwee tidak mau sudah sebelum

tirani ini hilang atau nyawa kami yang melayang‖ mendengar ungkapan yang menggugah itu semua menjerit histeris , ―she- taihap..! nyawa kami akan siap mendampingi she-taihap … ,

―benar… she-taihap nyawa kami juga jadi taruhan dihadapan

tirani ini ― gema suara yang sahut menyahut dengan ungkapan keteguhan itu mmebuat susana hiruk dan haru , lalu kwee-tin melambaikan tangan untuk menenagkan hadirin , setelah hadirin hening kwee berkata , ―rekan hohan yang mulia sekarang dengarlah pembagian pasukan kita , karena jumlah kita semua ada empat ratus , maka empat gerbang kota lijiang akan dijaga masing-masing lima puluh pasukan , kami dari pat- hong heng-te yang berjumlah seratus beserta seluruh kauwsu dan pangcu akan berada didalam kota ― semuanya terdiam ,

―sekarang kepada para kauwsu dan pangcu tolong membagi pasukan untuk menjaga empat gerbang kota ― mendengar perintah itu , empat puluh pangcu dan tiga puluh kauwsu berdiri dan membagi pasukan menjadi empat bagian dan menyuruh berangkat untuk menempati bagian masing-masing

setelah itu kwee-tin berkata , ―rekan kauwsu dan pangcu yang mulia dan hohan yang baik , kita yang berada didalam mempunyai dua bagian tugas , yang pertama tugas penyelidikan yang kedua tugas penjagaan penduduk , dan siapa-siapa diantara kita yang menempati tugas itu akan kita tentukan setelah berada didalam kota lijiang , jadi marilah kita berangkat ― rombongan itu bergerak menuju lijiang

Dua minggu kemudian rombongan kwee-tin sampai ke lijiang , mereka memsuki kota yang sepi dan sunyi , penduduk kota lebih memlih diam dirumah ketimbang diluar , hal itu sangat mengenaskan bagi kwee-tin dan rombongan , lalu disebuah emperen toko , kwee-tin mengumpulkan rombongan , ―begini rekan hohan , menurut hemat saya , bahwa untuk tim penyelidik hanya sepuluh orang , yakni kami bertiga she kwee dan enam orang dari kauwsu dan pangcu lainnya menyebarlah di sudut- sudut kota , bagaimana menurut hohan yang terhormat ― , ―demikian pun bagus she taihap ― jawab seorang kauwsu paling tua tua diantara rombongan itu , lalu menyebarlah para kauwsu dan pangcu diseluruh kota lijiang sementara kwee-tin dan yang lainnya bergerak menuju kediaman ―pah-sim-sai-jin‖

Pah-sim-sai-jin , dikediamannya sedang dihibur lima orang gadis , rombongan yang muncul di lijiang siang-siang ia sudah ketahui , namun dia tetap tenang-tenang saja karena ia yakin dengan kemampuannya , dia lebih memilih bercumbu dengan gadis-gadisnya daripada memikirkan cara menghadapi gerakan yang ada di kota mati lijiang , dan saat malam tiba , setelah mandi dan berganti pakaian , lu-koai duduk dikursi goyang dan dilayani lima gadis lainnya , telinganya yang tajam mendengar langkah empat orang , mulutnya tersenyum sinis , ―hehehe.. hahahha….. hahahahaa… hahaha…hahahaha ― lu-koai tertawa dan menyerang empat orang yang mengintainya , luar biasa memang suara tawa mengandung tenaga sakti menyerang empat orang tanpa mempengaruhi lima gadis didekatnya

Empat pangcu yang berada di sebelah luar pagar terpaksa duduk untuk memusatkan pemikiran dan membentengi diri dari tawa yang dahsyat yang menggoncangkan gendang telinga dan mengaduk-aduk jantung itu , salah satu dari pangcu memuntahkan darah dan tawa itu makin bergema , tiga yang lainnya makin bergetar , keringat mereka sudah banjir dan dua orang dari mereka tumbang menyusul kawannya yang pertama

, dan tiba-tiba ―hentikan..! suara bentakan itu membuat suara tawa itu berhenti , namun kemudian tertawa lagi , didekat empat orang itu muncul kwee-kun dan langsung berteriak , namun tawa itu bergema lagi , lalu kwee-kun mengepos tenaga dan

―hentikaaaan‖ suara ketawa lu- koai dan berhadapan denga kwee-kun , empat orang pangcu telah tewas

―lumayan ! seru lu-koai lalu ia menyerang kwee-kun , pertempuran segit dan luar biasa

dahsyat terjadi , lu-koai yang memandang remeh terkejut , lawannya ini luar biasa dan baru kali ini ia menghadapi satu lawan satu , halaman pagar yang luas itu jadi ajang pertempuran tingkat tinggi , ilmu im-yang-pat-hoat bergerak indah dan mantap , , kwee-kun tidak tidak kepalang tanggung , menghadapi orang luar biasa ini langsung dengan jurus puncak keluarga kwee dan hasilnya memang luar biasa , kwee-kun dapat mengimbangi perlawanan lu-koai dua pukulan sakti salaing beradu membuat tempat itu begetar sementara di sisi lain dua orang telah berdiri , yakni kwee-tin dan kwee-teng

lima ratus jurus telah berlalu , lu-koai belum dapat merubuhkan kwee-kun , namun dia juga bukan kalah atau terdesak , dan pada jurus ketujuh ratus dua pukulan sakti beradu untuk kesekian kalinya , dan kali ini kwee-kun terjengkang memuntahkan darah dan bau apek menjebolkan tenaga perlindungan kwee-kun-hong sehingga ia terjengkang dan muntah darah , kwee-tin maju menggantikan saudaranya , pertempuran kedua pun di mulai kwee-tin mencabut pedangnya dan bergerak dengan cepat , kwee tin memadukan ilmu im- yang-pat-hoat dengan ilmu pedang ―hong-lo-im-yang-kiam‖ , kesaktian lu-koai mendapat ujian berat , pertempuran tingkat tinggi dam luar biasa cepat terjadi , namun setelah menghadapi kwee-kun , lu-koai semakin waspada , hal yang dia membuat heran bahwa daya tempur lawan pertamanya dan lawannya ini seperti sama , pedang bianglalanya bergerak dengan jurus

―eng-lo-in-kiam‖ sembari dan juga dipadukan dengan ilmu thian- te-tin-hoat-chit‖

sampai matahari terbit pertempuran masih berlangsung dan pada satu kesempatan pedang kwee-tin melukai perut lu-koai , lalu sebaran bau apek pun meracuni tempat pertempuran , siu- lian-tin-liong yang digunakan jebol , namun perlawanan kwee- tin masih dalam taraf maksimal sampai dua jam dan akhirnya kwee-tin bangkis dan tubuhnya lunglai dan kesempatan itu di mamfaatkan oleh lu-koai hingga dua gebrakan berikutnya pedangnya hendak menusuk pundaknya , kwee-tin menghindar sekuat tenaga , tapi lu-koai tidak mau melepas lawan yang kosen ini namun saat serangan hampir kena menusuk jantung, kwee-teng menyerang sehingga serangan itu gagal , kwee-teng mulai menyerang , selama dua jam pertempuran berlangsung

,bau apek dan tidak sedap yang menyebar dari hawa pukulan dan luka lu-koai membuat pusing sehinngga kwee-teng bangkis

, lalu lu-koai melancarkan serangan berbahaya , namun lu-koai harus kalang kabut menghindar , karena tiga she-taihap sudah maju berbareng , tiga buah pedang mencecarnya dengan segit

lu-koai terdesak hebat tidak kuasa membendung ―hong-lo-im- yang-kiam‖ yang dipadu dengan ―im-yang-pat-hoat‖ yang digerakkan oleh tiga she-taihap , tubuhnya jadi bulan-bulanan , sehingga pada satu kesempatan tubuh lokai disate tiga pedang she-taihap , tiga pedang menusuk perut , dada dan punggungnya , ketika pedang tercabut darah menyemprot kuat sehingga mengenai tubuh tiga she-taihap , dan luar biasanya betapapun parahnya luka lu-koai , dia tidak pernah mengeluh kesakitan ,tubuh itu lunak normalnya tubuh manusia biasa dapat terluka , dan luka itu akan sembuh sendiri jika dia sudah berhenti mengerahkan tenaga sakti , robek dan berlobang bagaimanapun , luka itu akan sembuh dan normal kembali , satu keganjilan luar biasa memang

tiga she-taihap tidak habis pikir akan keganjilan yang dimiliki pah-sim-sai-jin ini , darah yang melekat pada tubuh mereka membuat pertahanan mereka limbung karena bau apek yang semakin menyengat dan mengganggu namun dengan semangat kependekaran yang tidak akan berhenti sebelum tergeletak dan roboh perlawanan she-taihap masih menggit sampai sore , namun saat malam tiba keadaan she taihap makin payah karena bau yang keluar dari luka lu-koai yang banyak bahkan darah lu-koai menempel ditubuh mereka, akhirnya tubuh ketiga she taihap bangkis-bangkis dan limbung , dan disaat puncak kelengahan itu pedang lu-koai yang mengeluarkan hawa beracun menderu menebas bagian tubuh tiga she-taihap sehingga ketiganya ambruk bersimbah darah , darah berceceran dari tangan yang putus dan perut yang robek besar , tiga she-taihap tewas tujuh orang yang dari tadi menonton merangsak maju namun hanya dua jam berikutnya tujuh orang itupun tewas ditangan lu- koai , dengan meludahi mayat she-taihap lu-koai tersenyum sinis dan meninggalkan halaman luar pagar dan masuk kedalam rumah , didalam kamar lu-koai duduk dengan tenang menarik nafas dalam-dalam dan meniupnya perlahan , saat tiupan itu berjalan , luka goresan , sabetan dan tusukan , bahkan perutnya yang robek besar menganga dalam tiba-tiba merapat kembali , selama setengah jam lu-koai melakukan semedinya hingga tubuhnya normal kembali

enam orang yang menyaksikan pertempuran itu dengan diam- diam terbelalak ketiga tiga she-taihap tewas dan disusul tewasnya tujuh orang terkuat mereka , enam orang itu segera membawa lari sepuluh mayat itu dan masuk kedalam pasar , suasana berkabung yang tidak terlukiskan , akhirnya bu- kauwsu yang tertua berkata ― mari kita kuburkan dulu mayat- mayat ini dan setelah itu baru kita pikirkan langkah-langkah berikutnya ― , semuanya mengangguk

keesokan harinya setelah penguburan seluruh sisa hohan yang bertugas dibagian dalam kota , maka pat-hong-heng-te dan para hohan lainnya berangkat ketempat pah-sim-sai-jin , seratus pat-hong-heng-te menyimpan duka yang mendalam tiga kauwsu mereka tewas hal yang sulit dipercaya ,tapi hati mereka sudah mantap bahwa perjuangan ini harus dituntaskan

, setelah sampai dikediaman lu-koai mereka disambut lu-koai dengan senyum sinis dan meludah kedepan ―hahaha….hahahah..hahahaha , he…! Kalian semua , bunuh orang yang didekatmu ― setelah bentakan itu bergema rombongan hampir dua ratus itu saling bacok , namun bebrapa orang menghindar dan terkesima melihat apa yang terjadi , kemudian terdengar lagi gema suara yang sangat menekan ,

―hahahah..hahaha , terus lakukan , cepaat ..ya… lakukan …. ― rombongan yang terkena ilmu ―toat-beng--hoat-sut‖ saling bacok tidak sadarkan diri , akhirnya hanya tinggal lima puluh pat-hong-heng-te yang bertahan namun keadaan mereka sangat lemah dan ketika lu-koai menyerang mereka sepuluh dari mereka terbabat dan yang lain sudah pulih dan langsung menyerang , dan hal ini membuat lu-koai kalang kabut sehingga sepuluh bacokan menghantam tubuhnya namun malangnya bagi pat-hong-heng-te , luka lu-koai bukan kerugian dipihak lu-koai tapi racun mematikan bagi pat-hong heng-te , lebih separoh mereka bangkis dan disusul gerakan pedang

―beng-cui-in-kiam‖ dari lu-koai membabat mereka yang linglung

, kematian susul menyusul , tiga puluh orang tewas dalam dua puluh gebrakan dari lu-koai

sepuluh pat-hong-heng-te bergerak melawan namun bau apek itu telah membuat mereka linglung dan dalam lima gebrakan pedang bianglala mencabut nyawa mereka , dalam jangka satu hari satu malam pasukan bagian dalam yang berjumlah dua ratus orang tewas, walhal dua ratus itu adalah pentolan yang dua dan tiga tingkat di atas pasukan luar , lu-koai memasukkan seluruh mayat itu kesebuah rumah kosong yang ditinggal pergi oleh pemiliknya disamping rumah kediamannya , lalu rumah itu dibakar oleh lu-koai dengan senyum jumawa , bau daging menyengat jauh tercium keluar lijiang , dan hal ini membuat pasukan diluar kota heran dan sebagian berlari melihat apa yang terjadi , ketika mereka bertemu didalam pasar , mereka melihat kepulan asap tebal sebelah utara pasar , mereka heran karena tidak ada seorangpun pasukan yang bergerak dalam kota kelihatan

lalu mereka bergerak menuju kepulan asap dan bau daging terbakar makin kuat , lu-koai yang melihat kedatangan mereka keluar dengan senyum sinis dan tidak tedeng aling-aling lima puluh orang itu dilempari hidup-hidup kekobaran api , rombongan itu kocar-kacir melarikan diri namun mereka tidak berdaya dihadapan manusia durjana ini , jeritan melolong terdengar dari kobaran api , lima puluh orang yang datang itu mati dibakar hidup-hidup oleh lu-koai , sorenya seratus orang berdatangan sementara api masih berkobar walaupun tidak sebesar tadi pagi , namun seratus orang yang datang dipergoki oleh lu-koai dan dalam sekejap sepuluh orang dilemparkan kekobaran api dan bara merah

luar biasa sadis manusia satu ini , rombongan yang datang itu berserabutan lari hendak menyelamatkan diri namun sekali bentak mereka bergulingan , dan merekapun dilempar kukubangan api , lima puluh orang yang berkumpul dipasar menanti kawan mereka namun sampai keesokan harinya tidak ada satupun yang kembali , pasukan dalam tidak ada , rekan mereka yang pergi ketempat pah-sim-sai-jin tidak ada yang kembali , lalu mereka memutuskan untuk meninggalkan lijiang dengan kecemasan yang mendalam

lima puluh orang itupun dalam jangka sebulan telah menyebar berita duka , tionggoan bergetar selatan tersentak utara terkejut

, timur tercengang , seluruh wilayah gempar , barat terpanggang tirani , prestasi kejahatan yang belum pernah dicapai oleh siapaun dari golongan penjahat selama ini , pernahpun ada namun tidak sampai dua ratus hohan dan itupun dilakukan oleh kelompok ,namun penjahat ini adalah penjahat tunggal

keluarga kwee di wuhan tidak kuasa menahan tangis , sim-hui istri kwee-tin , liem-kui istri kwee-teng dan kao-mei istri kwee- kun berkabung sedih , seminggu kemudian ketiga janda she- taihap itu berkemas , dua putri dari kwee-tin dan dua putra-puri dari kewee-teng dan satu putra dari kwee-kun , rombongan itu berangkat keselatan menuju pulau kura-kura

sebulan kemudian mereka sampai di pulau kura-kura , mereka disambut hangat dan rasa heran , ―tin-te , teng-te dan kun-te dimana dan bagaimana tidak beserta kalian ? , ― kwee-san-kui bertanya heran , ―kui-ko ! kita mendapat musibah , ketiga suami kami telah wafat di tangan pah-sim-sai-jin seorang penjahat sakti yang luar biasa kejam di wilayah barat‖ , sim-hui menyahut dengan sedih , naik sedu sedannya hingga sim-hui menangis demikian juga liem-kui dan kao-mei , tang-hui-bi langsung meraih ketiga wanita itu dengan linangan air mata , semua keluarga terkejut , ―bagiaman ceritanya hui-ji ! !? tanya kakek kwee-lun-keng , ―keng-kong .. ! saat pah-sim-sai-jin muncul dan membunuh ratusan orang di lijiang , para hohan berkumpul di rumah untuk membicarakan perihal pah-sim-sai-jin , lalu kemudian tin-ko ,teng-te dan kun-te berangkat ke lijiang beserta seratus murid pat-hong-heng-te dan dua bulan kemudian dua orang dari kalangan hohan datang menyampaikan berita duka bahwa ketiga suami kami dan seluruh pasukan yang berjumlah empat ratus orang tewas dan yang tersisa hanya lima puluh orang ―

semua keluarga penghuni pulau-kura-kura terkejut , ―sadis… luar biasa .. ― seru kakek kwee-gan-liong , ―jasad sam-te bagaimana !? , ― tidak tahu kui-ko , orang yang menyampaikan berita itu mengatakan , persisnya kematian semua hohan tidak mereka ketahui , hanya yang membuat mereka yakin bahwa seluruh hohan mati dan dibakar karena bau daging terbakar tercium jauh sampai keluar kota yang berasal dari tempat pah- sim-sai-jin

―kebrutalan ini tidak bisa didiamkan kui-ji , segeralah buat langkah-langkah penanggulangan ! ― seru kakek kwee-gan- liong , ―benar liong-kong , hal itu akan ananda laksanakan ― jawan san-kui , dan keesokan harinya san-kui , gun , lai-seng mengadakan pembicaraan , ―bagaimana kui-ko ! apa langkah penanggulangan yang akan kita lakukan ?‖ , ―pah-sim-sai-jin ini sungguh mencengangkan , dia ini luar biasa saktinya , jadi kita tidak bisa gegabah , empat ratus hohan tak ada arti didepan dia yang hanya seorang sendiri‖ , ―lalu bagaimana kui-ko ? sela lai- seng , ―langkah pertama kita selidiki siapa , darimana dan bagaimana pah-sim-sai-jin ini sebenarnya , dengan mengenalnya kita akan dapat membuat langkah-langkah yang lebih cermat untuk menundukkannya ― , ―hmh… benar juga kui- ko , jika tin-ko , kun-te dan teng-te tidak berdaya menghadapinya itu artinya pah-sim-sai-jin ini luar biasa , dan hal yang sudah dilakukan tin-ko tentunya juga akan berakibat sama jika kita melakukan apa yang dilakukan tin-ko ― , ―benar gun-te , demikianlah yang saya juga pikirkan

―jadi kalau begitu penyelidikan harus dilakukan dengan menyamar ― sela lai-seng , ketiganya saling pandang , ―hmh… trik yang patut di coba ― sahut san-kui , ―baik jika demikian biar kami berdua yang melakukannya kui-ko , bukankah demikian gun-ko !? ― , ―benar apa yang dikatakan seng-te , kui-ko ― ,

―hmh… baik berangkatlah besok , dan berhat-hatilah ji-te , ingat tugasnya hanya untuk mengetahui identitas pah-sim-sai-jin ― ,

―baik kui-ko , kami akan hati-hati dan hanya mengorek identitas musuh kita‖ jawab keduanya serempak

keesokan harinya berangkatlah dua she-taihap ke wilayah barat dengan perjalanan cepat , sehingga dua bulan kemudian sampailah mereka ke chongqing , saat mereka ada di likoan mereka melihat iting-iringan orang keluar dari pokoan , dan didepan seorang lelaki burik kelihatannya sebagai pemimpin , kemudian mereka masuk kebarisan , ―eh .. twako kenapa meninggalkan pokoan , kami ini mau berjudi , kalau kalian pergi tentu tidak ada lawan jadinya ― , lai-seng berkata dengan lagak sembrono dan ugal-ugalan ―ah… kita sekarang ikut pah-sim- sai-jin yang didepan , kita sekarang anak buahnya , ―anak buah

? , kita mau disuruh berbuat apa !? ― bisik kwee-gun , ―tidak tahu , mungkin dipokoan sebelah selatan baru kita tahu apa pekerjaan kita ― jawab orang itu , lalu kedua-she-taihap bergabung dengan iting-iringan itu , setelah sampai di pokoan selatan , lima puluh orang yang ada didalam pokoan terkejut dan ketakutan , ―kalian semua ! aku pah-sim-sai-jin ingin bicara

― semuanya tertunduk hening dan muka pucat ,

lalu pah-sai-jin berkata ―siapa yang sikapnya sombong , pembohong , dan suka berbuat semaunya serta senang menihat penderitaan orang lain , maka ambil barisan disebelah kananku ! ― mendengar itu kelima puluh orang itu bersegera kesebelah kanan pah-sim-sai-jin , ― bagus ! kalian semua seratus lima puluh lebih , maka tugas kalian , pergi datangi seluruh rumah di chongqing ini ambil uang dan benda berharganya , jika ada perempuan yang layak tawan dan kalian giring semua ke lijiang , jika ada yang melawan bunuh ― dua she-taihap terkejut dan heran dengan semua penyapaian pah- sim-sai-jin yang benar-benar jelmaan iblis , ―cepat segera kalian lakukan ! , lalu pah-sai-jin menghilang ,

bagaimana pah-sim-sai-jin berada di chongqing mengumpulkan para penjudi !? , untuk mari kita mundur sedikit kebelakang

setelah peristiwa mengenaskan bagi para pendekar itu , dua minggu kemudian lu-koai malam itu mendatangi sebuah pokoan , ada dua puluh orang didalamnya asik berjudi , dan enam orang sedang menghisap madat , mereka rata-rata berumur tiga puluh sampai lima puluh tahun , ketika lu-koai memasuki pokoan , semua orang gemetar ketakutan ―kalian semua ikut aku , dua puluh enam orang itu dengan pucat mengikuti lu-koai , ternyata lu-koai membawa mereka ketaman kota

―dengar , kota lijiang ini ada dalam gengamanku , yang bersifat sombong , pembohong , senang menurutkan keinginan , senang melihat orang lain menderita maka ia adalah rekanku , siapa diantara kalian yang bersifat seperti yang kukatakan cepat berada dibelakangku ! ― mendengar itu kedua puluh enam orang itu berlari kebelakang lu-koai , ―hmh… baiklah , malam ini kalian masuki seluruih rumah dan katakan pada pemilik rumah bahwa lijiang milik pah-sim-sai-jin , jika mau hidup di lijiang maka peraturannya adalah sombong , bohong , ingin menurutkan keinginan dan suka melihat penderitaan orang , jika dia setuju biarkan ia dirumahnya tapi jika ia tidak mau ! maka bunuh , ambil hartanya jika ada perempuan dan layak dipandang mata maka bawa sekalian ke tempatku―

kedua puluh enam orang melonggo mendengar perintah itu ,

―ayok cepat ! aku tunggu besok siang di tempatku ! lalu lu-koai menghilang dari tempat itu , lalu dengan segera merekapun melakuakn perintah itu , rumah-rumah dipasar itu mereka datangi , namun nyaris tempat itu sudah kosong , karena sudah banyak yang mengungsi kekota lain , tapi diselatan kota orang masih banyak , maka pembacaan undang-undang kota lijiang , dari seratus kepala rumah tangga di selatan lijiang , hanya sepuluh keluarga yang ikut peraturan pah-sim-sai-jin , lainnya dibunuh ,hartanya dikuras dan perempuan mereka dijadikan tawanan , pekerjaan untuk selatan kota mereka selesaikan sampai menjelang siang

segerombolan orang berkumpul dihalaman rumah lu-koai , seorang dari dua puluh enam itu melapor , ―kong-cu ! kami sudah bekerja semalam suntuk hingga menjelang siang , hanya sepuluh orang ikut kita , dan yang lainnya telah dibunuh , hartanya ada didalam kereta kuda , dan empat puluh wanita yang layak ― , ―bagus ! siang ini kalian istirahat sampai malam dan nanti malam kalian pergi kebarat dan timur kota , silahkan ambil perempuan-perempuan itu dan buatlah sesuka kalian , dua rumah di depan itu kosong disutulah kalian beristirahat bersama wanita-wanita ini , lalu merekapun memasuki dua rumah didepan

sementara orang yang berada disebelah timur sudah cepat bergegas karena peristiwa di selatan , ditimur yang tinggal hanya lima puluh keluarga , dan siang itu mereka sudah mengungsi , saat bertemu ditengah jalan bersama orang sebelah barat kota , peristiwa sebelah selatan kota diceritakan , segera merekapun bergegas mengemasi harta yang bisa dibawa dan keluar dari kota lijiang , dua ratus lima puluh keluarga keluar dari lijiang iringan kereta kuda dipacu secepat mungkin malamnya para suruhan tidak menemui seorangpun di barat dan timur kota , hingga malam itu juga mereka kembali dan melaporkan kepada lu-koai , ―hmh… tidak apa ! malam ini kalian istirahat dan bersenang-senanglah ― lima puluh lelaki mengangguk dan mengundurkan diri lalu berpesta dengan empat puluh wanita tawanan sampai pagi

keesokan harinya mereka dikumpulkan lagi , ―kalian semua hari ini pergi kerumah kungcu bersihkan tempat itu , jika ada yang mau diperbaiki maka perbaiki , jika ada yang perlu diganti maka ganti , hal yang kalian butuhkan ada dipasar ― , ―baik kongcu ! lalu mereka bubar dan berangkat ketempat kungcu , sementara lu-koai keluar dari kota lijiang dan menuju kota dali

seminggu kemudian lu-koai sampai ke dali , kehadiran orang bermuka burik ini mebuat gempar , lu-koai mendatangi dua pokoan di kota itu , ―kalian , apakah sudah kenal aku !? , enam puluh orang itu menunduk , ―baiklah diam kalian kuanggap kalian sudah tahu dengan aku , maka siapa yang ingin menurutkan keinginan nafsunya maka ambil sebelah kananku karena ia itu adalah rekanku ― mendengar itu enam puluh orang segera mengambil tempat , ―baik , sekarang kita pergi kepokoan yang satunya ― semuanya bergerak dan mengikuti lu- koai , orang yang melihat gerombolan itu menyingkir

sesampai di pokoan satu lagi maka penawaran yang disampaikan lu-koai diiukuti empat puluh orang yang berada di pokoan itu , ―baik kalian berjumlah seratus orang , kalian kuras harta orang di yuguan ini dan tawan wanita yang layak dan bawa kelijiang , jika membandel melawan maka bunuh saja ― lu- koai diam dan memandang seratus orang dihadapannya ,

―segera lakukan ! ― mendengar teriakan itu seratus orang keluar dari pokoan , mereka membagi diri menjadi empat kelompok dan mendatangi seluruh rumah ,mengambil uang dan benda berharga , dan wanita yang layak, jerit tangis dan perlawananpun terjadi , namun yang melawan malah tewas dikeroyok bagundal-bagundal penjudi itu

seminggu kemudian lu-koai sampai di kunming , apa yang dilakuakn di dali , ia lakukan di kumming , dikumming ia mendapatkan seratus lima puluh penjudi dan pemadat ,dan semua penjudi itu disuruh mengambil benda berharga dan uang orang dikota itu dan menawan wanita yang layak , dan mebunuh bagi yang melawan , dan semuanya digiring kekota lijiang , kunming geger dan tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menangis , ada beberapa yang melawan namun nyawa mereka dihabisi gerombolan itu , selanjutnya lu-koai sampai dikota guiyang dan kemudian ke chongking , dan ketika di chongqing rombongan penjudi disusupi kedua she-taihap

kedua she-taihap terpaksa mendiamkan bagaimana tangis sedih menyeruak atas penindasan yang dilakukan gerombolan itu , bahkan harus berdiam ketika sebuah keluarga yang menantang dibunuh oleh gerombolan dimana mereka ada didalamnya , selama tiga hari pekerjaan itu selesai maka terkumpullah harta sebanyak enam peti besar lalu dimasukkan kereta kuda , dan enam puluh gadis cantik , lalu mereka semua berangkat ke lijiang

setelah dari chongqing lu-koai kembali kelijiang , dalam jangka dua bulan kota lijiang dihuni enam ratus penjudi dan tiga ratus wanita muda dan cantik , lu-koai sudah pindah ketempat kung- cu yang suda disulap jadi istana oleh lima puluh orang suruhannya , lapangan latihan yang sangat luas sebagai tempat enam ratus orang menerima latihan dari lu-koai

kedua she-taihap yang menyup berusaha mengorek keterangan dengan memancing pembicaraan pah-sim-sai-jin , namun jawaban buntu yang keduanya dapatkan karena tidak ada yang mengetahui darimana asal pah-sim-sai-jin , setelah dua bulan kedua she-taihap belum mendapatkan identitas lu- koai maka kedua she-taihap nekat menemui lu-koai setelah memberikan latihan kepada mereka dan hendak masuk kedalam istanannya , ―thian-te-ong !? ― keduanya duduk dan menunduk , semua anak buah lu-koai memanggilnya dengan sebutan thian-te-ong , lu-koai memandang keduanya dengan

tajam , ―hmh.. kalian mau apa !? ― , ―kami ingin menyampaikan sesuatu kepada thian-te-ong ― jawab kwee-gun

―cepat sampaikan , hal apa itu !? ― , ―begini thian-te-ong ! , lebih setengah wilayah barat ini dalam genggaman thian-te-ong , namun kami punya ide bagaimana supaya thian-te ong dengan cepat terkenal dan menguasai tiong-goan ! ― wajah lu-koai kelihatan tertarik , hmh… baik kalian ikut aku kedalam dan sampaikan apa ide kalian ! ― lu-koai melangkah dan diikuti dua she-taihap ―siapa nama kalian !? , ―saya a-gun dan ini misan saya namanya a-seng , kami she-phang‖ sahut kwee-gun , ―sekarang ceritakan ide kalian dan detailnya ! ― sebelumnya kami ucapkan salam takluk kepada kesaktian dan keluar biasaan thian-te-ong sehingga para orang yang menganggap dirinya pendekar di wilayah barat dapat di babat habis oleh thian-te-ong ― mendengar pujian itu lu-koai tersenyum jumawa dan sinis , ― heheh… hahaha , a-gun dan a-seng , apa yang kalian lihat dibarat ini baru permulaan , cita-citaku adalah menundukkan seluruh tiong-goan ― , wah ..! cita-cita yang besar dan luar biasa thian-te-ong ― , ―lalu apa ide kalian supaya mudah menguasai tiong-goan , ―begini thian-te ong , selama ratusa tahun tiong- goan ini dianuti keluarga kim-khong-taihap , keluarga ini memiliki kesaktian luar biasa , oleh cerita kakek kami kim- khong-taihap ini adalah bengcu liok-lim ― kwee-gun menatap sejenak wajah lu-koai , ―kalau thian-te-ong dapat mengimbangi saja maka harapan merebut bengcu dari keluarga kim-khong- taihap akan dapat thian-te-ong lakukan ― , ―heheh..hehe , kalian meremehkan aku , ketahuilah tidak ada orang yang bisa mengalahkan aku , sejak aku turun dari kwi-ban-san sampai sekarang aku sudah membunuh lima ratus lebih orang yang coba-coba mengehentikanku ― , a-gun dan a-seng terkejut dan melonggo , lalu cepat a-gun berkata , ― benar thian-te-ong , hal dilijiang ini telah kami dengar di kota kami chongqing , dan hal itu kami tidak habis pikir bagaimana tihian-te lakukan hal yang luar biasa itu , padahal thian-te-ong sendirian ― pancing a-gun dengan lagak takjub melihat mata dan muka yang takjub itu lu-koai merasa dielus- elus ― hehe..hehe , semuanya habis kuganyang dan kubakar di rumah sebelah itu ― sahut lu-koai jumawa , ―luar biasa thin-te- ong wal-hal kami dengar bahwa diantara mereka itu ada juga orang-orang kosen di wuhan ,‖ , ―siapa orang kosen diwuhan yang ikut pasukan waktu itu !? , ―kami dengar bahwa kauwsu terkenal bernama kwee-tin dan kedua saudaranya ikut juga pada waktu penyerangan ke lijiang menghadapi thian-te-ong ,

―hmh… berarti tiga orang itu mereka ― gumam lu-koai , , kemudian ia melanjutkan , ―hmh.. memang tiga orang itu sakti dan lawan yang sangat kosen , seorang dari mereka tidak selisih dengan saya, ilmu mereka mengeluarkan hawa ―im- yang‖: dan dari sisi ilmu seorang dari mereka sama dengan aku

, tapi tidak tahu bahwa tubuhku menyimpan hawa mukjizat sehingga walaupun mereka keroyok aku akan tetap menang ― lu-koai senyum sinis dan jumawa sambil meludah kesamping

―luar biasa thian-te-ong ! , ohya kembali ke ide kami thian-te- ong , sepertinya thian-te-ong akan mudah meraih gelar bengcu liok-lim ― sela a-seng , ―kenapa kamu berpikir begitu !? ― Tanya lu-koai , ―karena ketiga orang yang didapai thian-te-ong adalah salah seorang dari keluarga bengcu kim-khong-taihap ― , ―salah seorang !? , apa kamu mau mengatakan keluarga kim-khong-

taihap itu banyak !? , ―benar thian-te-ong !‖ sahut a-seng ,

―hmh… ― mendengar gumaman lu-koai , keduanya she-taihap saling pandang , ―tapi sepertinya thian-te-ong lebih sakti dan

terbukti tiga dari kelaurga itu kalah ― a-gun memancing dengan pujian , ― hehehe.. benar sekali dan tiga orang keluarga kim- khong-taihap sudah kutebas hingga tewas ―

―kami sungguh tidak habis pikir bagaimana thian-te-ong bisa demikian sakti sehingga dapat mengalahkan ilmu-ilmu keluarga kim-khong-taihap walhal keluarga itu tidak tertandingi sejak dua ratus tahun yang lalu ― lu-koai mendelik , dua ratus tahun !? , bagaimana kalian tahu benar keluarga kim-khong-taihap ini !? ― suara lu-koai tajam bernada curiga , namun kedua she-taihap itu tidak gugup , ―thian-te-ong , semua orang kenal belaka kim- khong-taihap walaupun sudah dua ratus tahun karena dia adalah bengcu yang digandrungi oleh orang yang merasa pendekar , dan syair-syair kim-khong-taihap masih bergema samapi sekarang ― , ―apa bunyi syairnya !? ― suara lu-koai berubah lembut , ―syairnya begini thian-te-ong

daerah binasa oleh penindas gelap jangan putus asa dan teruslah berharap gundah dan bencana akan terendap dimana hari bertemu kim khong taihap

Kim-Khong-Taihap bengcu sejati Rupawan sakti lagi berlimpah budi Dimana dusun dan kota dilewati lenyaplah penindas penyebar tirani

―hmhh… ― desah nafas lu-koai , ―tapi walaupun demikian seperti yang kami rasakan bahwa thian-te-ong lebih sakti dan bisa meraih bengcu liok-lim , dan kesaktian thian-te-ong itu kami akui membuat penasaran , terlebih dua ratus tahun tidak ada yang menandingi ilmu khong-taihap , luarrr biasa ― a-gun tetap pada pancingannya , pujian dan ketakjuban di obral membuat lu-koai rasa mengapung

―hhahaha.. hehehe , kalau begitu tidak sia-sia aku berada di kwi-ban-san selama tiga belas tahun dan mempelajari kitab peninggalan suhu han-bu-ong ― kedua she-taihap manggut-

manggut , ―memang beruntung besarlah thian-te-ong , tapi kami juga akan merasa bagga jika satu saat thian-te-ong menguasai liok-lim sehingga keinginan kita terpenuhi , birahi terlepas sesukanya , hmh… hal yang amat memuaskan ― a-gun berlagak lugu menikmati perkatanya sehingga lu-koai

tersenyum bangga , ―hahaha..hehe , sudah , ide kalian merebut bengcu dari keluarga kim-khong-taihap jika saatnya tiba akan aku lakukan , tapi untuk apa menjadi bengcu kalau tidak mengendalikan semua wilayah , trik yang saya lakukan lebih hebat daripada sekedar merebut bengcu ― , ―wah..! luar biasa thian-te-ong , kami jadi tidak enak ternyata thian-te-ong mempunyai trik jitu ― a-gun tersenyum masam , ―sudah kalian keluar dan belajar dengan giat , aku heran melihat kalian , pikiran kalian jalan namun tubuh kalian lambat ― , ―akan kami usahakan thian-te-ong , kami sukanya hanya berjudi , jadi pikiran jalan tapi tubuh kami kaku karena terlalu banyak diam ― ,

―hehehe..heheh , benar juga ! tapi walaupun demikian , kalian giat berlatih supaya kekakuan selama ini cepat lentur , karena jika barat telah mutlak pada kita , kalian semua penghuni lijiang akan menjadi kota hitam yang menjadi benteng dibarat ― , ―baik thiante-ong , akan kami ingat pesan thian-te-ong ― jawan kedua she-taihap serempak dan segera keluar

Seminggu kemudian , dua she taihap keluar dari lijiang ,

―sebaiknya karena kita lebih dekat keutara , sebaiknya kita mengunjungi bun-ko di yinchuan sekalian menyampaikan perihal keluarga di wuhan‖: , ―benar gun-ko dan setelah itu sekalian kita se sinyang bertemu dengan hui-ko dan keluarga disana ― setelah sepakat kedua she-taihap bergerak cepat kewilayah utara , perjalanan kedua she-taihap dilakukan dengan tergesa-gesa dan dua bulan kemudian mereka sampai di yinchuan , mereka disambut hangat semua keluarga dan dijamu dengan suka cita

―bagaimana kabar keng-kong dan semua keluarga di pulau kura-kura gun-ko !? tanya kwee-gak , keluarga disana baik dan sehat gak-te , ―melihat kedatangan kalian ji-sute tentunya membawa tugas dari kui-ko ! , ―benar bun-ko , dan juga sebenarnya kami membawa berita duka bun-ko ! ―: , hmh… apakah itu gun-te , semuanya hening dan wajah pucat , ―berita duka tentang keluarga di wuhan ― , ―hmh.. apakah ini berhubunga dengan keadaan dibarat gun-te !? ― tanya an-bun tegang , ―benar bun-ko , tin-ko dan ji sute tewas ditangan pah- sim-sai-jin , semua uang mendengar itu menunduk ketiga istri she-taihap di yinchuan menangis , ―sudahlah , hapus air mata kalian , thian berkehendak , tiada seorangpun yang dapat merubahnya , selama lima belas menit kumpulan keluarga itu dicekam kesunyian dan kesedihan ―lalu apa tugas yang tin-ko berikan kepada kalian ji-sute !? ,
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar