Pendekar seribu diri Jilid 15

Jilid 15

Seorang Gadis memakai pakaian dalam berwarna merah muda dibalut jubah panjang berwarna merah ati Berkata dengan tatapan matap.

―Ya, Cempaka ada apakah?‖

―Biar aku yang melakukannya.‖

―Tapi,‖

―Jangan Khawatir ketua, aku sudah berpengalaman dalam hal ini, dosaku sudah bertumpuk begitu banyaknya. terlanjur, meski aku sudah sedikit sadar, namun tak apalah demi kesejahteraan umat manusia.‖

―Dosa? dosa apakah?‖

―dulu, aku pernah mengandung sebanyak delapan kali. dan aku sudah membunuh mereka semuanya dalam kandungan.huhu‖ Cempaka menangis tersedu-sedu.

―Hi. ‖

―Apa?

―Heh?‖ ―Hiyy‖

Berbagai macam ekpresi terkejut terlontar dari sekeliling Cempaka, namun hanya Aram yang tidak berkata apa-apa. dengan sigap ia meloncat dan memegang kedua pundak Cempaka, lalu menatap wajahnya yang berkaca-kaca.

―Baik, jika itu memang keputusanmu, namun satuhal, yang harus kau ingat, kau harus bertahan hidup, perjuangan kita belum selesai. Kembalilah secara utuh!‖ tatapan mata aram yang bermata rajawali itu sangat tajam, namun begitu menenangkan, tak sadar Cempaka mengangguk ringan.

―Baik, semuanya, mari kita bergerak.‖

+++++

―berhenti, Siapa Kau Kisanak?‖ terdengar bentakan melengking, nampaknya dia adalah pemimpin penjaga ditempat itu,

―Namaku ini, Murka Semesta, dan siapa pula kisanak?

Merasa dipermainkan, Penjaga itu menyerang murka semesta yang dalam pada itu sebagai pengalih perhatian, sementara yang lain masuk melewati jalan yang lain. Tapi Murka Semestapun nampak sigap. Dia membentur kedua orang yang menahannya dan terdengar benturan cukup keras …..

―blaaar‖, bersamaan dengan itu, penjaga yang menyerangnya terlempar. merasa marah, pengawal yang lain berteriak

―Ada penyusup‖ Dan rupanya teriakan tadi sudah menyadarkan semua penjaga, dan bahkan semua orang di dalam rumah itu bahwa ada yang tidak beres di luar. Karena itu, Merekapun segera berhamburan keluar.

Bukannya takut, Murka semesta malah tertawa berkakakan. dan berteriak nyaring.

―Nyonya Maharaja Sembilan Dewa, mengapa hanya berdiam diri saja di kandang, hayo keluar kita bersenang-senang, aku yakin akan memberikan benih yang leboih hebat dari si setan keparat itu,‖

Hebat Teriakan Murka Semesta, membuat semua orang yang ada disana membesi karena menahan gusar.

―Tuan, siapakah kamu sebenarnya‖? bertanya si pengawal yang merupakan orang pertengahan umur.

―Siapa aku bukan soal, yang penting adalah, dimana nyonya- nyonya yang menggiurkan itu,‖Murka Semesta ngotot dengan tujuan kedatangannya.

―Sadarkah engkau siapa orang yang kau caci‖?

―tentu saja aku sadar se sadar-sadarnya, apa kau pikir orang gila‖

―Jadi apa tujuanmu kemari sebenarnya‖?

―Serahkan Ke sembilan Nyonya itu, maka aku akan berlalu dengan mereka‖ Sementara perdebatan di halaman rumah berlangsung terus, di sebelah Kanan dan kiri berkelabat cepat menghindari para penjaga gedung. Selain para penjaga berwajah garang dan buas di beberapa sudut, juga di beberapa kamar yang dilaluinya mereka mendengar bisik-bisik dan desahan-desahan perempuan yang sedang bermain cinta.

―Bagus, kita bagi empat kelompok, Angkara kau pimpin yang disamping kanan. Ryusuke kau pimpin yang di samping kiri, cempaka dan kau kasturika, lekas cari kesembilan benih itu. sementara aku dan ketiga gadis ini akan mengacaukan dari belakang,‖

―Siap‖ Sahut mereka Serempak.

―Sret semuanya pergi dari tempat itu, kecuali Cempaka dan

kasturika. dengan hati-hati keduanya berjalan mengikuti lorong- lorong yang lenggang diiringi musik berahi. diam-diam kasturikan dan cempaka ikut terbakar gairahnya juga. Tetapi karena maksudnya memang mencari kesembilan benih calon malapetaka, maka mereka abaikan kamar kamar yang mengeluarkan desahan menggairahkan itu. Tanpa suara mereka terus melanjutkan usahanya untuk menemukan ruangan dimana Kesembilan benih itu berada.

―HAHAHA. selemah inikah penjagaan dari Nawa Awatara?‖

Sebuah suara dingin terdengar dari samping kiri rumah.

Belum lama suara dingin dan angker tadi berlalu, tiba-tiba melayang empat orang berambut awut-awutan. Begitu tiba di depan Ryusuke, seorang diantara keempat orang itu membentak sambil mendorongkan sepasang tangannya kedepan:

―Sungguh lancang kau‖ bentaknya.

Dan dari sepasang tangannya menderu angin pukulan mengarah ke Ryusuke. Ryusuke kertakan gigi, dengan berani ia menjajal lorang itu dengan membiarkan tubuhnya diterjang angin pukulan tersebut.

Alhasil, Ryusuke terjajar empat langkah kebelakang, namun dengan mantap dan penuh tenaga dia segera menerjang mencecar lawan.

Tapi lawan malah menyerangnya dengan ugal-ugalan dan tidak teratur, membuat Ryusuke kelimpungan. dengan geraman rendah ryusuke sodok ulu hati lawan sampai sempoyongan. dan tanpa di komando lagi, Keempatnya segerera maju mengeroyok Ryusuke. bukan khawatir malah Ryusuke bertarung vsemakin bertele-tele. dengan seenaknya, Ryusuke melayani keempatorang itu itu sambil membagi-bagikan pukulannya.

Teman-temannya yaitu, Yumi Jelita dan Amuk Samudera juga sedang asyik asyiknya membakar rumah itu, dengan sekali-kali melawan sekaligus membunuh Anggota Nawa Awatara yang mengganggunya.

Sementara di samping kanan, Angkara, Luyu Manggala, dan Huru Hara juga tampak asik membantai orang, maka kacaulah keadaan rumah itu, apalagi api dari belakang rumah yang dilakukan Aram dan ketiga gadisnya sudah membumbung, sementara itu, Cempaka dan Kasturika juga rupanya sudah menemukan keberadaan lawan, yaitu kamar paling indah dan mewah, pintunya terbuat dari besi yang berukiran abstrak yang rumit.

Keduanya berpandangan, dan Brakk.....

Pintu itu jebol.. terlihatlah wajah-wajah kekagetan dari kesembilan orang yang ada disana, adapun orang yang ada disana yaitu yang satu atau yang paling kanan berambut pendek sepundak dengan poni di depan dahinya, Perempuan yang memiliki rambut pendek itu juga mengenakan baju warna biru.

Bajunya tanpa lengan dan berbelahan dada lebar, menampakkan sebagian tepi bukit mulusnya yang berkulit kuning langsat itu. Sedangkan bagian bawahnya adalah kain yang dibentuk seperti celana panjang longgar berbelahan samping kanan. perutnya membusung besar membuktikan bahwa saat ini ia sedang hamil. Perempuan pertama ini bernama Dewani.

Yang kedua memiliki rambut panjang mengenakan jubah rapat berlengan longgar warna hijau dengan bunga-bunga kuning.

Celana panjangnya yang longgar berwarna merah darah. ia juga seorang gadis cantik berhidung mancung dan berbibir mungil.

Matanya indah dan jeli, dan perut yang sedikit membusung menunjukan kehamilannya. Perempuan kedua ini bernama Cindaga. Yang ketiga Perempuan itu berpakaian serba kuning gading. Bajunya tanpa lengan, tapi bagian depannya rapat sampai batas perut yang membusung besar. Untuk belahan dadanya sedikit lebar, menampakan kulitnya yang putih, mulus, sekal dan sedikit mengkilap karena keringat. Perempuan itu mempunyai rambut panjang, tapi digulung ke atas sebagian, sisanya berjuntai ke bawah seperti ekor kuda. Sisa rambut yang berjuntai ke bawah itu panjangnya sampai pundak lewat sedikit. wajahnya cantik dan berhidung bangir, juga mempunyai bibir yang segar, merekah, Perempuan itu bernama cayadewi.

Yang keempat, Perempuan itu berwajah cantik, berhidung mancung dan berbibir sedikit tebal tapi berbentuk indah pas dengan matanya yang sayu. ia mengenakan Gaun ketat yang berwarna merah jambu berpotongan terusan semakin memperlihatkan perutnya yang membusung besar. Mempunyai belahan panjang dari bawah sampai ke pertengahan paha.

Rambutnya disanggul rapi, ditambah jubah perangkap gauh berwarna ungu muda, Jubah ungu mudanya dihiasi bulu-bulu lembut pada tepiannya. Dialah Caturasmi adanya.

Yang Ke-Lima, Perempuan itu berpakaian ketat warna merah dengan rambut Sepundak. wajahnya cantik berhidung kecil dan mancung. perempuan itu bertubuh sekal dan berdada kencang. berbulu mata lentik menambah keayuannya dan tampak perutnya sedikit membusung. Carola itulah namanya.

Yang keenam, Perempuan itu memiliki seraut wajah cantik, bibirnya agak lebar namun sangat menggiurkan. Perempuan cantik berusia sekitar dua puluh delapan tahunan terlihat dari kematangan dalam wajahnya. tubuh perempuan berjubah merah jambu itu sedikit membuncit. Bola matanya yang sedikit besar namun berbentuk indah dengan bulu mata lentik penampilannya seronok, jubah tak berkancing dengan penutup dada tipis warna hijau muda, Kulitnya putih mulus tanpa cacat. ia bernama Candani.

Yang Ketujuh, perempuan itu berwajah cantik, berambut terurai sepanjang punggung. Perempuan itu mengenakan jubah tanpa lengan warna biru, menutupi perutnya yang membusung.

Dadanya ditutup dengan selembar kain sutera warna biru muda.Sedangkan kain penutup pinggul dan bagian bawah lainnya juga terbuat dari kain sutera. perempuan berusia sekitar dua puluh enam tahun. ia bernama asli Asta Dewi

Yang ke-delapan, Perempuan itu memiliki seraut wajah cantik berjubah hitam ber-rambut panjang terurai dan mengenakan mahkota hias dari bunga. berhidung mancung dan berbibir menggemaskan. T ubuhnya sekal, padat dan berisi. dadanya ditutup dengan pinjung kain berwarna gading, sementara sebagian belahan dadanya tersumbul naik dari dalam pinjung. usianya mungkin sekitar dua puluh ttahunan. tubuhnya tampak sedang mat ang-mat angnya meski sedikit membuncit. Kain penutup pinggul yang berwarna gading serasi dengan namanya Ani Gading.

Yang kesembilan. Peremuan itu memiliki seraut wajah mungil berambut kepang kuda. Perempuan kecil itu mengenakan baju tanpa lengan warna hijau dan celananya juga warna hijau. Ikat pinggangnya dibalut kain beludru warna merah. Sepertinya ia merupakan yang termuda diantara para saudarinya. Perempuan kecil itu memliki perut yang membusung padahal bisa dikira bahwa Perempuan itu berusia belasan tahun. Perempuan iu bernama Asti.

―Siapa Kalian?‖ Dewani membentak garang.

―Oh, Jadi ini wajah-wajah Sembilan Nyonya dari calon pembawa petaka itu?‖ ucap cempaka tanpa hiraukan ucapan Dewani.

―Apa maksud kalian datang kemari‖ Ani Gading menyambar pedangnya dan menatap tajam kedua tamu tak diundang itu.

―Cantik-cantik juga. pantas Si Keparat itu memilih kalian sebagai calon ibu.‖ Kasturika menyela, lagi-lagi tak menghiraukan pertanyaan lawan.

―Kalian Sungguh Hina‖ Asti melompat menerjang Cempaka yang berada didekatnya. selarik sinar putih menyerang Cempaka. cempaka tertawa Dingin, dengan sigap ia pentangkan tapak menahan serangan sinar dari cempaka.

―Blaarrrr‖

Rupanya meski tak ada sinarnya, justru angin serangannya lebih hebat dari Asti. maka dari itu Asti tampak terhuyung-huyung kebelakang, darah segar tampak muncrat dari mulut mungilnya.

―Kau terlalu naif, apa kau tak kasihan dengan anakmu itu.‖ Kasturika bicara lembut kepada asti yang tak bergerak untuk menyerang kembali. tampak asti meringkuk di bawah pembaringan menahan sakit diperutnya. rupanya diam-diam cempaka sentakan tangan kirinya kemuka, sementara tangan kanannya dipakai untuk menahan serangan asti. dengan jurus yang ia pelajari sendiri di perpustakaan. Tapak tanpa bayangan. dalam sejuus saja cempaka telah memperoleh keuntungan besar, apalagi keadaan Asti yang sedang hamil

―Kalian, kalian kejih sekali, teriak para saudarinya serempak dan siap dengan senjata masing-masing.‖

"Hiaaah!"

―Hiahhh‖

Kedelapan orang saudara-saudarinya menyerang Cempaka dan Kasturika, dengan sebuah barisan aneh, meski tidak sempurna. tampaknya Asti merupakan orang yang melengkapi barisan itu, namun meski tak sempurna jelas barisan itu tak dapat dianggap remeh.

Melihat itu, Cempaka langsung meluruk, melabrak Ani Gading sebagai orang yang mula-mula akan dibunuhnya. Tenaga dalamnya segera dikerahkan hingga puncak, sebab dia ingin menghentikan pertarungan secepatnya. Cempaka pun kerahkan jurus pamungkas yang paling ia sukai. gubahan setiap ilmu yang diberikan oleh Aram digubahnya sendiri menjadi sebuah ilmu alirannya sendiri ‖Kupu-Kupu Terbang di Angkasa Raya‖.

Melihat gelagat yang tak baik, Delapan Nyonya Maharaja Sembilan Dewa yang tergabung dalam barisan ‗Sembilan Bidadari Iblis‘. Dengan barisan ini, mereka memang terlihat lebih kuat bahkan mampu menyelamatkan nyawa Ani Gading secara mudah. Begitu Cempaka mendekat, kawan-kawan Ani Gading langsung meneriakan sandi untuk mengubah kedudukan.

Kemudian, mereka segera menyerang dengan cara mengurung Cempaka dan Kasturika yang telah mendarat kembali di tanah setelah berputaran beberapa kali.

Namun Kasturika malah menyongsongkan tubuhnya untuk dihajar, Tindakan kasturika sungguh membuat terperangah semua orang. Kenyataan itulah yang membuat Asta Dewi mengurungkan serangannya dan berbalik mundur..

"Hiaaa...!"

Dengan satu teriakan membanaha, Candani menyabetkan pedangnya hendak menyabet kepala kasturika. Dan gesekan pedang dengan udara, menghasilkan kilatan dan bunga api yang terpercik ke segala arah.

Zing...!

Sayang yang hendak ditebas Candani bukan anak kemarin sore melainkan Kasturika Si Dewi Damai Buana. Satu geseran kecil tubuhnya saja, telah cukup menyelamatkan nyawanya dari tebasan kejam Candani. Melihat serangan saudarinya gagal, Carola langsung mencecar Kasturika dengan gempuran beruntun.

"Hiah!"

Zing... wesss... zing... zing! Berlipat gandanya kecepatan serangan itu, memaksa Kasturika berkelit semampunya. Empat sabetan membentuk putaran ke bawah di sekujur tubuh dapat dihindari Kasturika. Namun pada sabetan kelima yang begitu tipis jaraknya, tak bisa lagi die- lakkan. Sehingga...

Sret! "Trankkk...!"

Hampir saja bahu kiri kasturika jadi tersabet dalam dalam. namun beruntung Cempaka menahan seranagn itu dengan sebuah pisau kecil ditangan. Pada saat Cempaka menahan serangan Carola, mendadak Caturasmi memanfaatkan keadaan itu, Satu sambaran jari kiri meluncur ke punggung Cempaka.

Bes!

Kalau saja tenaga dalam Cempaka tidak dialirkan di sekitar tubuhnya niscaya tubuhnya itu akan bolong terkena serangan caturasmi, entah bagaimana nasib yang akan dialaminya. Tapi, bukan berarti cempaka tak mengalami luka. Tulang punggungnya terasa kesemutan.

"Hiiiaaa!"

merasa marah, Cempaka menjerit keras-keras, sehingga bangunan rumah itu bergetar, apalagi keadaan rumah itu yang sedang terbakar. membuat Kedelapan orang itu terhuyung- huyung hendak jatuh. yang paling menderita adalah Asti yang terkapar di bawah pembaringan. bahkan darah mulai merembes dari balik celana hijaunya. melihat kondisi saudari kecilnya itu, marah bukan kepalang kedelapan orang itu, Cayadewi dan Cindaga segera membuka serang ke arah Cempaka dan Kasturika.

Crash!......

Pundak Kasturika terkena sabetan itu, namun tidak parah.

―Tak ada ampun untuk kalian‖ Geram Cempaka sambil menerangkapkan tangannya didepan dada, tampak mulutnya berkemak kemik membaca mantra. sekilas tangan Cempaka terlihat begitu transparan.

Tepp, tangan Cempaka memegang pundak Dewani dan lengan Carola. meski terkejut keduanya heran mengapa lawan tidak memukulnya padahal kesempatan itu ada. namun keheranan mereka tak berlangsung lama, sebeb keduanya merasa perut mereka terasa bagai di remas-remas tangan raksasa.

Tak ada sekerdipan mata, Dewani dan Carola ambryuk kelantai sambil memegangi perut mereka. tak berhenti begitu saja,

'Aaa.... Aaakh !"

Keduanya menjerit-jerit menemani Asti yang sudah pingsan tak kuasa menahan sakit. dari pakaian bawah mereka tampak darah merembes keluar,

Tak berhenti begitu saja, Dengan mengerahkan Ilmu Peringan tubuhnya Selaksa rubah menjadi bayangan dan ilmunya yang diberinama Ajian Ajur Mumur Jabang. yaitu suatu ilmu untuk menghancurkan janin dalam tubuh manusia tanpa membunuh sang ibu yang mengandung.

―Tepp... teppp... tep... tepp.. teppp.. tepp..!‖

Bagai bayangan saja, tubuh cempaka berkelebatan menepuk tubuh-tubuh beberapa orang yang tersisa, sementara Kasturika diam saja menutup mata.

―Brukk...brukk..brukkk‖

Mereka berjatuhan mengerang sakit, ngeri tak terkira hati Kasturika, sementara cempaka segera berkelebat keluar, berarti itu tandanya sisa urusan di serahkan kepadanya, Kasturika jemput pedang panjang di lantai. ia pandangi sembian nyonya itu, yang tergeletak pingsan bergenang darah. hiruk pikuk diluar tak ia hiraukan. cempaka angkat pedangnya dan jrusss. !‖:

Setelah selesai, Kasturika pandang kesembilan mayat tanpa kepala itu, ia hendak melangkah keluar, namun tak jadi. ia pukulkan tinjunya kelantai sehingga membentuk kubangan besar, satu persatu mayat beserta kepal yang terpisah itu dimasukan kedalam lubang, lalu diurugnya dan berlari keluar, sepanjang perjalanannya, kasturika melihat berbagai macam pemandangan yang membuat mata mengkirik, mayat laki dan perempuan bergelimpangan. ada yang hangus ada yang mati terkena pukulan ataupun senjata tajam. dilihatnya Aram dan rombongan sedang menatap hasil karya mereka dengan sedih. ―Kau selesai, Kasturika?‖ Aram menyapa dan dijawab anggukan kepala.

―Mari kita lanjutkan perjalanan ‖ Ajak Aram.

Langit gelap, asap mengepul. mayat bertumpuk mengiringi kepergian mereka. luka dipundak Kasturika sudah diobati, begitupula dengan luka Cempaka. ternyata diam-diam cempaka sudah terkena pukulan tenaga dalam yang menggoncang isi dadanya, oleh sebab itulah ia segera mempersingkat pertarungan dan kabur setelahnya

Di malam yang benderang itu angin bertiup cukup kencang. bulan yang bulat bersinar dengan indahnya, udara begitu dingin membekukan tulang. Namun keadaan alam yang nampak bersahabat itu tidak sebanding dengan keadaan dibawahnya, tampak beberapa sosok malah berhadapan disebuah halaman, sementara di sekelilingnya juga tampak berkeliling beberapa manusia berpakaian hitam.

Rupa-Rupanya Rombongan Ki Asmaradanu dan yang lain tiba duluan disana. sementara yang berada dihadapannya adalah Seorang kakek-kakek bermata cekung, dengan tulang pipi dan tulang rahang saling bertonjolan. Jubah Ungunya tak dikancingkan. dilehernya menggantung kepala tengkorak sebesar kepala bayi menambahkan keseramannya. juga besi yang melintang dilehernya lengkap dengan seutas rantai yang membelit kesebagian tubuhnya. Dialah Ki Sapta yang dikenal sebagai Iblis Pembunuh Raga. Dan disampingnya juga ada seorang kakek aneh. Kakek itu berwajah Kurus kering kerontang bagaikan jerangkong, tubuhnya lebih mirip kerangka daripada seorang manusia, diujung jari-jarinya mencuat kuku-kuku runcing warna kehitam- hitaman. dilihat dari ciri-ciri kukunya dialah Ki seta atau Iblis pemakan jantung.

Disampingnya juga ada dua orang Tokoh tua berusia sekitar delapan puluh tahun, berambut panjang awut-awutan warna putih rata, la memiliki kumis dan jenggot putih uban.

Mengenakan jubah coklat, berkalung tasbih putih dari pohon oak sepanjang perut. mereka lah yang biasa dipanggil Sepasang Tasbih Iblis.

Selain itu, juga terdapat seorang lelaki bermata sipit, hidungnya mancung, berpakaian pelajar khas daerah tionggoan. dialah Si Pelajar Iblis.

―Terlalu besar....terlalu besar nyali kalian semua...! terutama kalian Ki jalak, Nyi Renjani. rupanya kalian berdua belum puas mendapatkan nikmatnya ranjam‖ Ki Seta geleng-geleng kepala dengan suara serak.

―Justru kami kemari hendak membalas perlakuan kemarin‖ Nyi Renjani mencibir sinis.

―Tak kusangka Sipemakan jantung ini mandah diperintah kunyuk.‖ Sisinting dari timur menggumam sambil menatap wajah kuyu Si Pemabuk dari Selatan. Meski sekilas, namun ucapan itu rupanya cukup mengena ditelinga Ki Seta alias Iblis Pemakan Jantung. wajahnya merah mendengar sindiran itu.

―Glek...glekk. Mereka takut mati, makanya mereka mandah

saja jadi anjing penjaga!‖ Si Pemabuk dari Selatan menimpali sambil menengak tuaknya.

― Ger!‖

―Sudahlah Seta,. Jangan hiraukan mereka, lebih baik kita

musnahkan raga mereka biar kita tenang!‖ Ki Sapta menenangkan ki Seta.

―Huppp..! Bretttt, Blaarrrrrrrr!‖

Mulut bicara menenangkan Ki Seta sementara tubuhnya melesat bagai kilat menyerang Ki Asmaradanu yang pada waktu itu sedang tidak bersiap-siap. Tangan Ki Sapta berubah menjadi merah saga, bau cendana tampak menyeruak seiring dengan pukulannya.

Ki Asmaradanu terkejut, belum sempat ia memasang kuda-kuda serangan Ki Sapta sudah berada didepan matanya. tapi entah mengapa Ki Sapta malah membatalkan serangannya bahkan sampai berjumpalitan bersalto dua hingga tiga saltoan.

―Hehehe Jangan lengah Sinting, kau kan tahu betapa liciknya

mereka!‖ ternyata entah bagaimana caranya Si Pemabuk dari selatan sudah berada dibawah Ki Asmaradanu sambil menengak tuaknya. ―Setelah tak berjumpa sekian lama kemampuanmu semakin boleh saja Setan Tuak!‖ Ki Sapta memuji kagum.

―Apa kau takut?‖ Si Pemabuk dari selatan mencibir.

―Ger. Brettt!‖ Ke limanyapun segera meloncat menerjang.

tanpa rasa gentar, Ki Jalak, Ki Asmaradanu, Si Pemabuk dari Selatan, Kakek Arak Seribu Kati dan Nyi Renjani menyambut serangan itu, sehingga terjadilah sebuah pertarungan yang seru dan dahsyat.

Kakek Arak Seribu Kati tersenyum ketika menghadapi Sipelajar Iblis, segera ia berkata dalam bahasa daerahnya

―Kabur keliang apapun air selalu mencapainya, setelah lama ku cari-cari akhirnya kita berjumpa lagi orang She Liong!‖

―Setan Arak, sepertinya kau mendapat kawan dimari, ya, kita memang sudah lama tidak berjumpa!‖ Jawab Pelajar Iblis. seraya mencabut kipasnya, Pelajar Iblis yang bernama asli Liong Siau tan itu, memasang kuda-kudanya.

Pelajar Ibllis ayunkan langkah sambil memutar kipas diatas kepala, tenaganya dikerahkan delapan bagian pada kipasnya itu.

―merogoh maut dalam angin‖ teriak Pelajar iblis lantang. sementara itu, Kakek Arak Seribu kati juga sedang mengerahkan jurusnya yang bernama ‗Guci Penuh, Arak meluber‘. ―Trankkkk... Benturan seperti logam beradu berdentang. rupanya Kipas Pelajar Iblis terbuat dari baja lembek. begitupula dengan Guci milik Arak Seribu Kati.

Keduanya berpandangan tajam, Kakek Arak Seribu Kati buka serangan dengan memajukan tangan kiri sementara tangan kanan ditekuk dekat tangan kanan sambil memegang guci, Sekilas jurus itu memang tiada keistimewaan sekali, namun begitu Pelajar Iblis menyongsong Guci itu dengan tangannya, sementara tangan kirinya nyelonong menusuk mata, Sringg Crakkkk. Arak keras dalam guci itu melesat bagai jarum

menyerang tubuh Pelajar Iblis, Pelajar Iblis terkejut, Namun Pengalamannya bicara, seketika ia membatalkan serangan sambil memutar tubuhnya bagai gasing, Melihat buruannnya menghindarkan diri, Kakek Arak seribu kati jelas tak ingin membiarkan lawannya itu menempati tempat yang menguntungkan.

Dengan diikuti desiran angin yang amat tajam dia melancarkan satu serangan dahsyat ke arah Pelajar Iblis. Pelajar Iblis pun bukan seorang manusia sembarangan, walaupun dia merasa geram akan serangan lanjutan Kakek Arak Seribu Kati ini tetapi tubuhnya dengan cepat menambah daya putar tubuhnya, Kipas ditangan kanannya segera dibabatkan menangkis serangan Kakek Arak Seribu Kati.

Sekali lagi Guci dan Kipas bentrok diudara menjadi satu menimbulkan percikan bunga-bunga api, Kakek Arak Seribu Kati kembali membentak gusar, Gucinya dalam sekejap saja sudah melancarkan sepuluh kali serangan ke arah Pelajar Iblis, Air muka Pelajar Iblis berubah hebat, kedahsyatan dari tenaga yang terpantul keluar dari Guci itu amat hebat jauh diluar dugaannya, bilamana bukannya dia bisa cepat-cepat menyalurkan seluruh tenaga murninya ke Kipas, ada kemungkinan Kipasnya pada saat ini sudah terlepas dari tangannya,

wajahnyapun berubah hebat, dengan gusar ia membentak garang, disusul dengan kipas ditangan disabetkan sambil balas menyerang ke arah leher.

Kakek Arak Seribu Kati mendengus dingin, dengan sedikit merunduk Serangan itu tak mencapai pada sasarannya.

WUNG ! Guci Arak seribu kati hendak mengkampleng kepala

Pelajar Iblis. Dengan Jurus Kipas Dewa menembus ombak Pelajar Iblis menangkis datangnya serangan dari Kakek Arak Seribu Kati itu,

Kakek Arak Seribu kati memanglah seorang petarung yang handal, Di tengah suara suitan yang amat nyaring tubuhnya meloncat ke atas udara sedang gucinya dengan cepat dilemparkan ke arah Pelajar Iblis.

Saat itu Guci Kakek Arak Seribu Kati sudah sampai dada Pelajar Iblis, baginya cuma ada dua jaIan saja, Menghindar atau mengadu kekerasan dengan Guci itu. Dalam hati Pelajar Iblis benar-benar merasa amat gusar, Tanpa menghiraukan serangan itu ia balas menyerang Kakek Arak seribu kati dengan melemparkan Kipasnya pula. Kakek Arak Seribu Kati yang sedang merasa bahwa kemenangan semakin dekat mendadak merasa adanya segulung angin tajam dekat perutnya, dalam hati jadi amat kaget untuk menghindar tak sempat lagi membuat dia omerasa serba salah.

―Crass... Bukkkk!‖ Hoekkk!

Guci yang terlanjur dilemparkan Kakek Arak Seribu Kati dengan telak menghantam dada Pelajar Iblis. tanpa sempat berteriak lagi tubuh Pelajar iblis ambruk bersamaan dengan muntahan darahnya. Kakek Arak Seribu Kati juga tidak meraih keuntungan, Perutnya hampir saja ambrol terkena serangan kipas itu, untung saja ia cukup sigap sehingga hanya merobek kulit perutnya saja.

Sementara itu, Ki Asmaradanu bergabung dengan Sipemabuk dari selatan melawan Ki Sapta dan Ki Seta yang dalam waktu itu membentuk sebuah barisan yang aneh.

"Serang mereka"

Mulailah Iblis Pemakan Jantung dan Iblis Pembunuh Raga menyerang Ki Asmaradanu dan Si Pemabuk dari Selatan dengan cara menyerang dari dua sisi. Si Pemabuk dari Selatan dan Sisinting dari Utara berkelit, kemudian ke dua-duanya balas menyerang dengan serentak. Si Pemabuk dari Selatan menyerang mereka dengan ilmu Mabuk Tiada akhir, dengan sebat ia menggeloyor kekiri, dengan menjadikan kaki kiri sebagai poros untuk memutar tubuh, Sipemabuk dari Selatan segera berada dibelakang tubuh lawan dan memukulnya dengan telapak kiri,

―Plaaakk. ‖ Iblis Pemakan Jantung yang kebetulan orang yang

menjadi sasarannya tampak terhuyung mudur. Pertarungan semakin sengit. Mula-mula Iblis pemakan Jantung kebingungan menghadapi serangan-serangan Si Pemabuk dari Selatan Di saat itulah Iblis Pemusnah Raga berseru keras mengajak Iblis Pemakan Jantung untuk bergabung dengan dirinya.

"Dua Iblis memegang Rantai" seketika Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung menempelkan tangan keduanya menjadi satu, sementara tangan lainnya berputar-putar dahsyat, dan makin lama makin cepat, sehingga membuat Si Pemabuk dari Selatan dan Ki Asmaradanu merasakan angin tajam menerpa diri mereka,

Ki Asmaradanu yang bergelar Si Sinting dari Utara dulunya adalah Seorang yang berbakat dari Alam sebab ia adalah Pewaris dari Pangeran Langit dan Bumi, Kecerdasannya sangat dahsyat, namun menginjak usianya ia mendapatkan mala petaka yang mengganggu jiwanya, yakni kejadian yang mengenai sahabat paling dekatnya, akibat kejadian itu ia sering melamun malah melalaikan tugasnya.

Sang Pembimbimbing yang Ke-190 merasa marah sekali, dengan dilandasi emosi yang menggebu-gebu akhirnya ia mengutuk Pangeran Langit dan Bumi yang tak lain Ki Asmaradanu itu. adapun kutukannya itu adalah. ―Dengarlah wahai Sang Pewaris, Maka Jadilah kamu gila segila pikiranmu itu, dan suatu saat nanti akan lahir seorang Pewaris keturunanmu yang lebih gila darimu, sebagai mana kidung yang telah terlahir dan diwariskan sejak dahulu, ‗Jika Langit dan bumi enggan bersatu, petir biru menyalak sembilan kali menyambar sebuah tempat di bumi, disanalah akan muncul pewaris sang langit dan bumi‘ maka dalam kejadian terlahirnya anak yang terkutuk itu apabila guntur menyalak sepuluh kali, maka dia akan membawakan bencana bagi siapapun yang memusuhinya, dan apabila Bumi bergetar maka anak itu akan membawakan kesejahteraan bagi umat manusia. Ingat itu baik-baik‖

Sebelum ia dikutuk, ia telah menciptakan sebuah ilmu silat yang dahsyat dan belum pernah dikeluarkan seumur hidupnya. ilmu itu bernama ―Titisan Arwah Bumi‖ dengan ajian yang tak kalah dahsyatnya Ajian Wasudha.

Melihat lawan menyerangnya dengan dahsyat akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan titisan Arwah bumi itu, cepat- cepat ia berkelit maju sekaligus menangkis serangan-serangan itu dengan ilmu Titisan Arwah bumi itu.

Blaaam ! Terdengar suara benturan menggelegar.

Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung tergetar mundur terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah, sedangkan Ki Asmaradanu tetap berdiri di tempat. Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung terkejut juga menyaksikannya, bukan hanya mereka, Si Pemabuk dari Selatan juga tidak kalah terkejutnya. segeralah ia berseru. "Gila! Sinting jurus apakah itu?"

―Kau menghina atau memuji sih,,,, entahlah aku lupa, ... emch kalau tak salah Titisan Arwah bumi‖

―Jurus yang Hebat‖ Puji Si Pemabuk dari Selatan tulus.

Tak menunggu waktu lama, Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung kembali bergerak cepat menyerang Si Pemabuk dari Selatan dan Ki Asmaradanu. namun kali ini, Si Pemabuk dari Selatanlah yang menangkisnya dengan Jurus Mabuk Tiada akhir dilandasi Tenaga Panca Menjadi Tunggal.

Blaaam ! Terdengar lagi suara benturan dahsyat.

Si Pemabuk dari Selatan terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah sedangkan Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung terpental beberapa depa, namun tidak terluka sama sekali.

"Kalian memang hebat" ujar Iblis Pemusnah Raga. dan kemudian berseru.

"Dua Capit Iblis"

Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung mendadak berbaris berdampingan, sedang tangan luar mereka membentu capit bersebrangan dengan tangan lainnya yang saling menempel menyerupai seekor capit kepiting, Menyaksikan itu, air muka Ki Asmaradanu langsung berubah hebat dan ia cepat-cepat begumam dengan kerasnya.

"Hati-hati, dua iblis itu menggabungkan tenaga dalamnya.‖

"Ya. kau pikir aku bodoh atau apa" Si Pemabuk dari Selatan Menggerutu. sedangkan Ki Asmaradanu mulai merapal Ajian Wasudha berbareng dengan Titisan Arwah Bumi hingga puncaknya, tubuhnya amblas sebatas mata kaki kedalam bumi, satu tombak disekeliling tubuhnya tambak bergetar, anehnya getaran itu membentk lingkaran. dan tak lama kemudian tanah itu membentuk kerucut kebawah melayang keatas sejauh dua jengkal dari permukaan lobang, Baju Ki Asmaradanu berkibar- kibar, begitupula dengan rambutnya. kelihatan ia siap menangkis jikalau diserang lawan.

Si Pemabuk percaya akan tenaga dalam Ki Asmaradanu, iapun segera kerahkan Ajian warayang. ajian yang menekankan kekuatan angin. tampak dari kedua kepalan tangannya itu terdpat pusaran angin membentuk pelindung sebatas sikunya.

Di saat itulah mendadak Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung membentak keras, sekaligus menyerang Kiasmaradanu berdua. Sipemabuk dari Selatan meloncat ke belakang dan menarik kedua kepalannya sejajar dipinggang, sedangkan Ki Asmaradanu mengangkat tangannya menimbulkan tanah itu berderak dan bergetar, sekali sentakan saja tanah sebesar bongkahan kerbau itu melayang dengan kecepatan bagai kilat menghadang angin pukulan dari Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung. Daaar..........Blaaam duarrrr! Terdengar suara ledakan

dahsyat menggoncang bumi.

Rupanya, Ketika Dua tenaga sakti berlawanan beradu, Si Pemabuk dari Selatan pun ikut melayangkan tinjunya sehingga kembali terjadi ledakan, yang pada awalnya serangan Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung lebih kuat dari Ki Asmaradanu kembali membalik kepada pemiliknya masing- masing.

Para Anggota Nawa Awatara yang kebetulan berada disana tampak serabutan melarikan diri, bahkan pertarungan yang lain pun ikut berhenti akibat ledakan dahsyat itu, tanah yang berubah menjadi sebesar kerikil dan debu berhamburan kearah mereka. namun begitu suara ledakan dan tanah yang berhamburan berhenti mereka kembali saling libas..

Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung terdorong mundur tujuh delapan depa, membuat keduanya itu terjatuh bergulingan, mulut mereka pun mengeluarkan darah segar pertanda mengalami luka dalam.

Ki Asmaradanu terpental lima enam depa berikut tanah yang diinjaknya dari sudut bibirnya tampak lelehan garis merah., Si Pemabuk dari selatan pun terpental hampir sepuluh depa namun ia tak mengalami sesuatu hal apapun, sebab ia melepaskan tenaga dalamnya sambil melompat kebelakang mengikuti arah dorongannya. "Kau tak apa?" seru Si Pemabuk dari selatan dan langsung mendekat kepada Ki Asmaradanu.

"emch "

Wajah Ki Asmaradanu pucat pias, kemudian menggelenggelengkan kepala. sementara itu, Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung sudah bangkit berdiri dan secepat kilat kembali Memasang kuda-kuda.

"Kalian memang tidak bernama kosong." puji Iblis Pemakan Jantung

"Terimakasih atas pujianmu," sahut Si Pemabuk dari selatan sambil menengak tuaknya.

Disisi lain, Ki Jalak dan Nyi Renjani juga sedang bertarung sengit melawan Sepasang Tasbih Iblis. Tampak Salah satu dari sepasang iblis yang memiliki tubuh sedikit pendek melompat ke muka sambil dorongkan kedua tangannya yang dikepal ke arah dada Nyi Renjani. Inilah serangan tangan kosong andalan dari Sepasang Tasbih iblis yang terkenal akan keganasannya

‗Pandita menghembuskan Nafas‘ itulah nama dari jurus itu.

Belum lagi dua kepalan itu mengenai sasarannya, angin pukulannya sudah membuat pakaian dan rambut Nyi Renjani berkibar-kibar dan dadanya seperti ditekan, Melihat kehebatan serangan lawan, Nyi Renjani tak mau berlaku gegabah. Cepat dia melompat ke samping dan dari arah ini bermaksud lancarkan satu tusukan pedang. Namun serangan itu mempunyai tipu yang tak dapat diduga. Karena begitu dielakkan tiba-tiba dengan kecepatan luar biasa membalik. melihat itu, Ki Jalak keluarkan siulan nyaring sambil melepaskan pukulan sederhana Tubuhnya mengapung sampai dua tombak dan dari atas Lima jari tangannya menyambar ke arah kepala Salah satu Sepasang Tasbih yang bernama asli Ki Darmo yang dalam itu menyerang ketat Nyi Renjani, .

Salah satu Sepasang tasbih Iblis yang bernama asli Ki Darma geram sekali melihat lawan mengeroyok. sehingga membuat saudara kembarnya Darmo membatalkan serangan segera ia merendahkan kuda-kuda kedua kakinya. Tubuhnya kini merunduk dan serentak dengan itu tangan kirinya memukul ke muka.

―Bukkk!‖ Ki Jalak yang masih belum dapat memantapkan kuda- kuda terpukul telak dipunggungnya. Tubuhnya tergetar dan punggungnya itu berdenyut sakit. untung saja ia dapat merasakan sambaran anginnya hingga ia masih dapat melindungi punggungnya dengan tenaga dalam. Cepat-cepat dia jungkir balik dan begitu berdiri di atas kedua kakinya dia segera salurkan tenaga dalam ke bagian tubuh yang kena dihantam.

Ki Darma merasakan kagum juga kepada lawannya melihat lawannya dapat berdiri tanpa gontai setelah mendapat serangan bokongannya. Dalam hatinya dia membatin, "Keparat ini memiliki kepandaian tinggi. Tidak mengecewakan dia dimasukan kedalam daftar datuk delapan penjuru..." Maka tanpa menunggu lebih lama Darma berkata kepada kembarannya, ―adik cepat kita buat barisan dan lekas kita bunuh mreka!‖ yang dijawab dengan anggukan kepala.

―Bicara memang mudah, tapi untuk apa bila kenyataannya hanya mimpi belaka!‖ Cibir Nyi Renjani.

Sepasang Tasbih Iblis tidak hiraukan ucapan itu, setelah keduanya mencapai kesepakatan jurus, kemudian mereka langsung menyerang. mereka kerahkan seluruh kepandaiannya, sehingga yang kelihatan hanya bayangan jubah coklatnya berkelebat kian kemari. Demikian hebatnya serbuan Sepasang Tasbih Iblis hingga Nyi Renjani dan Ki Jalak merasa seolah-olah musuhnya berubah menjadi puluhan. Tubuhnya disambar angin serangan dari berbagai penjuru dan sesaat kemudian satu pukulan menyerempet bahu Ki Jalak hingga Ki Jalak meringis kesakitan. Nyi Renjani yang melihat lawan menggunakan jurus yang hebat segera ia merapal ajian Selaksa Dewa pedang mengamuk. detik itu pula tubuh Nyi Renjani merunduk dan memutar pedangnya dengan ganas sehingga membuat batang pedangnya lenyap dari pemandangan dan yang ada kini hanya bayangan putih keperakan menyambar kian kemari.

Ki Jalakpun enggan dijadikan bulan-bulanan dari tiga belah pihak, segera ia berjongkok menghindari putaran dahsyat pedang Nyi Renjani dan merapal ajian Karatala. Telapak tangannya yang kemerahan kini berubah menjadi putih keperakan dengan sekali sentakan Ki Jalak menggedor tanah hingga bumi berguncang, dan kejadian itu bersamaan pula dengan ledakan dahsyat dari Pasangan Ki Asmaradanu dan Iblis Pemakan Jantung. Seketika itu juga pertarungan mereka berhenti sesaat dan kemudian saling libat kembali. Setelah menggempur lima belas jurus imbang, sepasang tasbih iblis mulai gelisah. Jubah coklatnya telah basah oleh keringat .

Tiba-tiba. Buk!

Ki Jalak yang masih merapal ajian Karatala segera menyodokan telapaknya di dada Ki Darma. Ki Darma mengeluh dan pegangi dadanya yang kena disodok telapak tangan lawan, belum lagi dengan hawa panas yang membakar dari jurus itu, Belum lagi hilang rasa sakitnya dia harus pula menerima sebuah sabetan dahsyat berwarna putih keperakan. namun kilatan Keperakan itu berhenti ditengah jalan dan membalik membabat sebuah sinar hitam yang berkiblat menyambar.

―Tranggg!‖

Dentum dua logam berdentang berbarengan dengan percikan lelatu api.

Bagaimana bisa seperti itu? beginilah rincian jalan ceritanya.

Ketika Nyi Renjani melihat kesempatan dia segera hendak menyusuli serangannnya dengan sebuah kiblatan pedang, namun ia harus membatalkannya ketika sebuah kilatan hittam menyerang dirinya. Nyi Renjani memang tak menganggap serangan itu secara serampangan, apalagi berbuat serampangan.. Dia melompat mundur. Memandang ke depan dilihatnya lawan memegang sebuah tasbih kayu oak yang memancarkan sinar hitam.

―Serangan bagus!‖ Sindir Nyi Renjani dan menempatkan pedangnya didepan wajah, sementara Tangan kirinya membentuk cakaran, itulah pembukaan ‗jurus Pedang Pembunuh Naga‘

Merah Wajah Sepasang Tasbih Iblis, Tanpa banyak bicara melayani kata-kata Nyi Renjani tadi Ki Darmo segera menitahkan Ki Darma untuk menggunakan senjata andalannya. lalu langsung saja mereka menyerbu dengan menyabatkan tasbih. Sinar hitam yang keluar dari tasbi ini menderu menelikung aneh disertai hawa dingin dan panas menggidikkan.

Nyi Renjani dan Ki Jalak cepat berkelit menghindarkan serangan lawan. Namun tiba-tiba dengan kecepatan luar biasa senjata itu membalik silang dan kembali menabur sinar hitam. Demikian terjadi berulang kali. Kalau saja Ki Jalak dan Nyi Renjani tidak memiliki kegesitan yang ditunjang oleh ilmu meringankan tubuh yang tinggi niscaya sudah beberapa kali mereka kena dihantam tasbih mustika, paling tidak terserempet sinarnya yang mengandung hawa dingin atau yang hawa panas.

Nyi Renjani tidak begitu gugup, sebab semasa mudanya ia pernah bertarung dengan seekor ular raksasa berusia ribuan tahun, dengan kegesitan dan pengalaman itulah ia dengan mudah berkelit bahkan balas menyerang Sepasang Tasbih Iblis. sedangkan Ki Jalak memiliki ilmu Peringan tubuh yang dominan daripada ilmu silatnya, sehingga ia juga memiliki kegesitan yang sangat luar biasa.

Serangan gabungan Sepasang Tasbih Iblis datang bertubi-tubi dan saling menyusul. hawa panas dan hawa dingin menggebu- gebu dalam kelebatan sinar hitam. mempersempit ruang gerak Nyi Renjani dan Ki Jalak.

Sepasang Tasbih Iblis tertawa latah ketika dalam satu kesempatan melihat kedudukan lawan dianggapnya lemah. Maka mereka tidak membuang kesempatan dan langsung menerjang. Tasbih di tangan kanan Ki Darma nya menabur sinar hitam berhawa panas, membabat dari samping kiri. sementara Ki Darmo membabat dari samping kanan, seakan hendak menggunting tubuh Ki Jalak dan Nyi Renjani.

Ki Jalak tertawa gembira melihat jebakannya berhasil segera ia membuka serangan lagi, Telapak tangan yang keperakan kena ajian Karatala menghadap ke depan dan jari-jarinya menekuk membentuk cakar. Sambil kerahkan tenaga dalamnya kijalak hendak merengut tasbih ditangan kedua orang itu.

Akan tetapi sebelum hal itu terjadi mendadak terdengar suara menderu. Cahaya putih keperakan berkelebat, menyeruak diantara cakaran telapak tangan dan ujung kedua tasbi Tasbih. seketika itu juga kedua tasbih itu putus hancur bertaburan dengan mengeluarkan suara bergemerincing! Sepasang Tasbih Iblis berseru kaget ia melompat mundur. namun dia masih kurang cepat. Cakaran Tangan Ki Jalak yang belum kesampaian malah membeset perut keduanya.

―Crasssshhh‖ ―Argggghh Brukkk!‖

Keduanya mendelik seakan tak rela nyawanya amblas begitu saja, dari perut mereka keluarlah darah segar beserta isinya, usus usus mereka tampak berebutan keluar sampai akhirnya mereka ambruk tak bernyawa.

Ki Jalak dan Nyi Renjani berpandangan, kemudian berpaling edarkan pandangan, dilihatnya Kakek Arak seribu kati juga sedang mengangkat Gucinya dari Si Pelajar Iblis yang sudah ambruk tak bernyawa dengan kepala retak, Darah segar dari mulut Kakek Arak seribu kati masih mengucur peerlahan. sepertinya ia juga sedang terluka dalam.

Dilihatnya Ki Asmaradanu dan Si Pemabuk dari Selatan juga sedang mencapai Puncaknya.

Tampak Seluruh tubuh Ki Asmaradanu terangkat berkibar-kibar diatas tanah kerucutnya, rambutnya berdiri keatas bagai landak. tangannya terkepal erat, kemudian ia menengadah dan berteriak kencang.

―Heaaaaaaaaaaaaa‖ Suara itu melengking dahsyat, tanah bergetar, bahkan sebagian terangkat dan membentuk tiang yang runcing, melayang-layang disekitar tubuh Ki Asmaradanu. Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung tercekat, namun ia tak gentar, segera merekapun merapal jurus andalan masing-masing. Jika Iblis Pemusnah Raga mengerahkan Ajian Matiraga maka Iblis Pemakan Jantung mengerahkan Ajian Palarjantung.

Bagaimana dengan Sipemabuk dari selatan?

Ia juga rupanya mengerahkan ajian Mendhemkepayang. matanya terbalik hingga menjadi putih, tubuhnya gontai seakan mau jatuh, Gucinya ditengak dengan tuak yang berlumeran.

Dalam satu teriakan yang bersatu, keempatnya kembali mengadu tenaga dalam.

―Hiiiiiaaaaa........!‖ Blaaarrrr...! Srekk...Srekkk, Cessss!

Arhggghh Bruk..Brukkk,,,hep heppp

Debu mengepul tinggi mengudara, rumput-rumput dihalaman itu hancur berantakan, tanah berbongkah, bongkahan beberapa

bangunan disana ada beberapa yang ambrol. sementara Para Anggota Nawa Awatara yang lain ikut bergelimpangan terhempas angin akibat bentrokan itu.

Sementara itu tubuh Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung terlempar dan berdebum ditanah dengan keadaan tak bernyawa lagi, di tubuh mereka tampak tanah-tanah keras menancap, darah menggenang disekeliling tubuh mereka. berbeda halnya dengan Ki Asmaradanu dan Si Pemabuk dari selatan meski mereka terlempar sejauh duapuluh tombakan mereka tidak mengalami kematian meski mereka terluka parah, setelah keadaan mulai tenang, tampak Ki Asmaradanu dan Si Pemabuk dari selatan bersemadi dengan disamping mereka berdiri Kakek Arak seribu Kati, Nyi Renjani dan Ki Jalak.

Rupanya jiwa keduanya terselamatkan oleh Kakek Arak seribu Kati dan ki jalak yang tadi menangkap tubuh mereka yang terlempar.

Mendadak....

Plok...Plokkkk...Plokk.....

Seseorang menepuk tangannnya beberapa kali, Ki Jalak dan yang lain berpaling, dilihatnya seseorang yang memberikan tepuk tangan itu

Plok...Plokkkk...Plokk.....

Seseorang menepuk tangannnya beberapa kali, Ki Jalak dan yang lain berpaling, dilihatnya seseorang yang memberikan tepuk tangan itu. ternyata adalah seorang pemuda berusia sekitar duapuluh sembilan tahunan, wajahnya cakap dengan tahi lalat di atas alis sebelah kiri, hidungnya mancung, bibirnya tipis seperti perempuan. rambutnya sebatas pundak memakai baju merah darah, didada kirinya terdapat rajahan piramida berantai dengan bertulisan angka sembilan.

Dengan tenang ia berjalan santai diiringi Empat Pengawal Laki- laki dan Empat Pengawal Perempuan. dan berkata : ―Hebat....hebatt, sungguh hebat, kalian datang

menghancurkan istanaku, juga membunuh Anggotaku! sungguh besar nyali kalian‖

Ki Jalak dan Nyi Renjani berubah parasnya menjadi bengis,

―Maharaja Sembilan Dewa!‖

―Hahaha oh kalian, hebat juga si Rubah Aram Widiawan

sehingga mampu meloloskan kalian sekalian menegembalikan tenaga kalian yang telah musnah.‖

―Kau benar-benar laknat Danabrata, Ayahmu saja Adi Bramanta kau bunuh begitu saja!‖ Si Pemabuk dari selatan yang entah kapan siuman dari semadinya menyela sebelum jawaban Ki Jalak dan Nyi Renjani diluncurkan. ia berkata dengan pilu berbareng geram.

―Uwak Bramawisata, sudah sekian lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Uwak?‖ Alih Maharaja Sembilan Dewa.

Para Hadirin yang ada disana terkejut mendengar percakapan itu. dari percakapan itu mereka akhirnya mendapat beberapa keterangan, yaitu: Sipemabuk dari Selatan aslinya bernama Bramawisata (Suka berpergian) dan memiliki adik bernama Bramanta (Pengembara), dari adiknya itu lahirlah anak yang diberinama Danabrata. dan Danabrata adalah Sang Maharaja Sembilan Dewa.

―Buruk-buruk sekali, sejak kau cemarkan nama keluarga! sungguh menggenaskan sekali nasib adikku yang mengawini Putri keturunan Iblis! dan akhirnya harus melahirkan Anak Iblis yang paling Keji didunia ini‖ Keluh Ki Bramawisata alias Sipemabuk dari selatan.

―Uwak! Sekali lagi kau bilang mendiang ibu putri iblis maka aku takan sungkan untuk membunuhmu juga!‖ Keruh wajah Maharaja Sembilan Dewa.

―Hahaha Justru akulah yang akan melumatkan dulu ragamu

atas penebusan nyawa setiap insan yang kau bunuh itu Danabrata! sekalian menunaikan tugas ayahmu yang tak kesampaian‖ garang ucapan Ki Bramawisata.

―Danabrata terima ini, ini adalah pukulan penyesalan ayahmu! Hiaaa ‖ Si Pemabuk Dari selatan meloncat menerjang

Maharaja Sembilan Dewa.

―Pukulan Dewa Aditya! kalian mundurlah ini urusan keluarga.‖ ucap Maharaja sembilan dewa kepada pengawalnya yang sudah siap menahan Sipemabuk Dari Selatan. lalu menimpali. ―Baik jika itu keinginanmu Uwak! tak ada pilihan akan aku sambut Pukulan Dewa Aditya mu itu dengan telapak Dewa Chandra!‖

―Blaaarrr!‖

Pukulan dan Telapak beradu diudara, Maharaja Sembilan dewa tergetar, sementara Si Pemabuk dari Selatan terjajar mundur. namun semua itu tak menyurutkan semangatnya yang membara, kembali ia menyerang Maharaja Sembilan Dewa. Bagaimana kronologisnya tentang Riwayat Maharaja Sembilan Dewa dan Sipemabuk dari selatan itu?

Kita buka lembaran yang telah terlewat,

+++

Dalam dunia persilatan terkenallah dua saudara yang telah mengarungi dunia. dia merupakan Anak dari Si Penjelajah Jagad brahmacari. adapun anak itu bernama Brahmawisata dan Brahmanta. kedua anak itu hidup dalam lingkungan yang aneh, yakni sejak kecil mereka tidak memiliki tempat yang tetap, kegiatan mereka sehari-harinya adalah belajar sastra, Silat dan berjalan. berjalan bukan sekedar berjalan melainkan menjelajahi setiap pelosok negri ini.

Menginjak usia dewasa, Ayah mereka telah berpisah untuk selamanya, mulailah mereka berpisah dan menentukan jalan mereka sendiri. tahun demi tahun telah berlalu akhirnya kedua saudara itu telah dipertemukan oleh tuhan. Brahmanta yang merupakan seorang adik dari Brahmawisata telah menikah, berbeda halnya dengan Brahmanta yang lebih suka menyendiri.

Istri Brahmanta merupakan seorang yang cantik molek dan pintar dalam hal silat maupun sastra, sebanding dengan Brahmanta yang juga merupakan seorang pemuda yang tampan. kehidupan mereka berlangsung dengan sederhana dan bahagia. apalagi ketika mereka dikarunai seorang anak yang tampan, dan kebetulan ketika anak itu lahir berkunjunglah Brahmawisata ketempat itu, tentu saja Kedua pasangan iu menyambut gembira malah meminta sebuah nama untuk anaknya itu. akhirnya terpilihlah nama Danabrata yang berarti

―Dewa kekayaan‖,

pada saat malamnya Brahmanta diminta untuk menemui Brahmawisata digunung belakang rumahnya. meski tak mengerti, Brahmanta akhirnya menuruti kemauan kakak semata wayangnya itu.

Setelah ia berkelebat mendaki gunung, dilihatnya Kakanya itu sedang bersila dengan tenangnya diatas rumput bukit.

―Kakang Brahmawisata!‖ Sapa Brahmanta lembut.

Brahma Wisata berpaling, ia gupaikan tangan kanannya untuk duduk dimukanya.

―Ada apa kakang?‖ tanya Brahmanta spontan langsung ke inti.

―Adik, ada sesuatu yang ingin kakang bicarakan mengenai anakmu itu‖

―Oh, Apakah kakang hendak mengambilnya murid?‖ tanya Brahmanta.

―Bukan‖ Brahmawisata menggeleng.

―Lalu ada apakah kakang?‖

Bukan mendapat jawaban, Brahmawisata tampak malah melamun, Brahmanta kebingungan. namun ia paham ada sesuatu yang cukup serius dan tidak mengenakan yang akan terjadi.

―Kakang, Katakanlah... apapun yang akan terjadi aku tidak akan membencimu, apakah kakang sedang ada masalah.‖

―Bukan adi Brahmanta,. sudah aku katakan ini mengenai anakmu berarti itu menyangkut dirimu sendiri.‖

―Aku tak mengerti kakang, oh ya, satu lagi. mengapa kakang

bisa datang tepat pada saat anakku lahir?‖.

―akh adiku, sebenarnya aku kemari karena aku mendapatkan mimpi yang aneh. aku telah dijumpai oleh seorang kakek yang bernama Avatara Batara Yuda! dalam mimpi itu, aku diberitahukan bahwa anakmu pada suatu saat yang mendatang akan menjadi seorang yang akan mencemarkan keluarga, bahkan menjadi musuh dunia persilatan. wahai adiku, dia juga memberitahukan bahwa istrimu adalah putri seorang pendendam, pendendam akan ketentraman dunia persilatan, biang keladi pada masa Pangeran Empat Dewa!‖

―Apa!‖ Brahmanta tersentak kaget, namun Brahmawisata kembali menenangkannya.

―Adikku, jangan dimasukan kedalam hati, mungkin itu adalah sebuah bunga tidur belaka, didiklah anakmu itu dengan kebaikan! bila itu benar bahwa istrimu putri orang itu, maka selama ia bersikap dlam kebaikan maafkanlah dan terima apa adanya!‖ ―Terimakasih kakang!‖ Brahmanta memeluk Brahmawisata.

―Namun, aku merasa sedikit khawatir adik, siang malam aku kemari untuk menemuimu, sebab mimpi itu selelu datang tiap malam, baik aku sedang bersemadi maupun sedang tidur, bukankah ini aneh?‖

Brahmanta tertegun, memang ia melihat kantung mata kakang nya itu sedikit membengkak, mungkin kakangnya itu tidak bisa tidur saking khawatirnya.

―Memang Aneh kakang!‘

―Lupakanlah adik, lekaslah engkau kembali pada anak istrimu!‖ meski ragu, Brahmanta menurut juga dan berkata.

―Baik kakang!‖ Brahmanta segera berkelebat balik, sementara Brahmawisata menghela nafas dalam.

Malam itu berlangsung seperti biasanya, keesokan harinya Brahmawisata pun berpamitan hendak pergi, tentu saja sedih tak terkira hati Brahmanta.

Setelah pembicaraan itu, sikap Brahmanta agak sedikit murung, namun semakin beranjak dewasa, Sikap Danabrata sangatlah lembut, sehingga Brahmanta melupakan pembicaraan tadi, malah mengajarkan segenap ilmu kepandaiannnya itu. hingga pada suatu malam.

Malam itu langit begitu kelam, sinar bulan tertutupi awan yang bergulung kelabu, angin berhembus dingin membekukan tulang, namun tidak bagi dua sosok yang sedang berlatih diatas puncak bukit di samping sebuah poondok kecil milik Brahmanta.

tak jauh dari kedua orang yang sedang berlatih itu, sepasang mata tampak mengintip dengan geram, mengapa? ternyata yang berlatih itu adalah Danubrata dan istri Brahmanta yang bernama Darani. lalu apa yang harus dibuat geram?

Ternyata yang sedang dilatih oleh ibu dan anak itu merupakan sebuah ilmu silat sesat, ganas kejih dan tak berperikemanusiaan. Brahmanta benar-benar geram melihat semuanya itu, diam-diam bayangan ucapan kakaknya mengiang-ngiang ditelinganya.

Seperanakan nasi kemudian kedua ibu dan anak itu berhenti berlatih, terdengar Darani berkata‖ Anakku kau hebat sekali, ilmu Sembilan Dewa Iblis hampir penuh kau kuasai, kau ingat dengan tugas yang kau emban?‖

―Tentu ibu, Dendam seribu karat dari buyut kita sampai sekarang, aku harus menjadi penguasa dunia persilatan dan membantai segenap orang yang telah berani membuat kita harus sembunyi‖ Danabrata berkata dengan seram. mendengar itu, Brahmanta merinding, tak dapat disangkanya bahwa istrinya telah meracuni anaknya hingga sedemikian rupa.

―Ibu, mengapa aku harus bersikap baik kepada ayah? apakah ibu mencintainya?‖ tanya Danabrata, Brahmanta segera pasang kupingnya untuk menyadap pembicaraan itu. ―Hihi.... dasar, kau tahu anakku... dengan bersikap baik pada ayahmu maka kau akan mendapatkan segenap ilmunya itu, ibu sama sekali tak mencintai ayahmu, ibu hanyalah menginginkan benihnya untuk melanjutkan dendam kesumat kita, kau tahu.! ayahmu adalah seorang lelaki dambaan setiap wanita, bukankah itu akan menurun kepadamu? ibu lebih suka melakukan itu denganmu!‖ Darani berkata genit. Brahmanta gemetar dan merinding akan cobaan untuknya itu. sebelum Brahmanta meninggalkan tempat itu terdengrlah rintihan wanita khas orang yang sedang berahi, jelas saja bahwa istrinya sedang melakukan hal yang tak semestinya, lebih gilanya itu dilakukan dengan anaknya sendiri.

Keesokan harinya Brahmanta mengamuk hingga terjadi perkelahian sengit, Darani terluka parah bahkan tidak lama kemudian meninggalkan raganya, melihat itu, Danubrata membokong Brahmanta hingga brahmantapun ikut terluka parah, namun brahmanta berusaha untuk melarikan diri hingga bertemu dengan Brahmawisata dan menceritakan segalanya. Dari sejak itulah Jiwa Brahmawisata terguncang dahsyat, untuk melupakan setiap patah kata adiknya ia berlari kedalam minuman hingga ia dikenal dengan Sipemabuk dari selatan,

++++

Belasan jurus telah berlangsung, hingga pada suatu kesempatan.

"Jaga Serangan...!" seru Si Pemabuk dari Selatan sambil menenggak tuak dari guci tanah liatnya. Kemudian, dengan gerakan mulut yang aneh, disemburkannya tuak itu....

Wusss! ―Sembur Dewa!‖ Ucap Maharaja Sembilan dewa sambil mengelak serangan dari tuak yang menyembur dari mulut Si Pemabuk Dari Selatan,. Tuak itu terus melesat cepat dan mengenai bangunan dibelakan Maharaja Sembilan Dewa.Cuss. Terdengar tembok bangunan itu mendesis, usut

punya usut ternyata tembok itu telah berlobang kena semburan itu.

Semakin lama, Pertarungan semakin bertambah seru, dengan berani kembali Si Pemabuk dari Selatan merangsek ke arah lawan yang dalam waktu itu sedang berjumpalitan diudara. dengan kecepatan penuh,Si Pemabuk dari Selatan kembali meneguk tuaknya dari guci. dan menyemburkannya membuat Maharaja Sembilan Dewa

Lama-kelamaan, Maharaja Sembilan Dewa menjadi marah. Kemudian dengan penuh amarah yang meledak-ledak di dada, Maharaja Sembilan Dewa menyerang Sipemabuk dari selatan dengan jurus yang tak bisa dijabarkan dengan tulisan saking cepatnya, waktu itu, Maharaja Sembilan Dewa sedang berada sepuluh tombak dari Sipemabuk dari Selatan, namun Sipemabuk dari selatan belum juga mengkedipkan mata, Maharaja Sembilan Dewa telah berada sejengkal di depan Sipemabuk dari Selatan.

Mimpipun ia tak menyangka akan diserang begitu cepat dan setiba-tiba itu. Sipemabuk dari selatan tidak mandah digebuk begitu saja, Guci tuaknya bergerak cepat, menangkis tinju yang berada satu inchi didepan hidungnya. ―Bukkkk!‖ Secara bersamaan tinju itu mengenai pelipis Si Pemabuk dari selatan, dan gucinya juga mengepruk tangan Maharaja Sembilan Dewa.

Si Pemabuk dari selatan terhuyung-huyung namun ia tidak mengalami cedera sebab wajahnya sudah ia lindungi dengan tenaga dalam, sementara Maharaja Sembilan Dewa memusatkan tenaga dalamnya di kepalan. sehingga beberapa bagian tangannya itu tidak terlindung tenaga dalam. melihat itu Si Pemabuk dari selatan semakin bersemangat. Serangan dengan guci tuaknya kian gencar.

Namun, Maharaja sembilan dewa bukanlah lawan yang empuk, dengan sigap ia mengembangkan jurus sembilan dewa Iblisnya menyerang leher dari Si Pemabuk dari selatan. Dengan cepat Si Pemabuk dari selatan yang diserangnya melenting dengan tubuh bersalto untuk mengelakkan serangan itu hingga luput.

Namun belum juga kakinya sempat menginjak tanah, Kembali Maharaja Sembilan dewa susulkan sebuah serangan.

Si Pemabuk dari selatan segera hendak melakukan gerakan menghindar, namun tendangan Maharaja Sembilan Dewa lebih cepat dari gerakannya.

Buggg! "Ugh !"

Tubuh Si Pemabuk dari selatan terhuyung ke belakang dengan mata melotot berusaha menahan rasa sakit akibat tendangan pada lambungnya itu. Tangannya mendekap bagian tubuh yang terasa sakit hingga tubuhnya membungkuk. Pada saat itu, Maharaja yang sudah gelap mata hujamkan sebuah pukulan Sembilan Dewa Iblis dengan ajian Chandra Geni.

Melihat itu, Anggota Nawa Awatara, Ki jalak dan kawan- kawannya yang pada waktu itu menonton pertarungan merasa tercekat, Semua mematung, tapi tidak dengan ki jalak,dengan segenap kemampuan yang dimilikinya ia kerahkan Ajian Karatala hingga puncaknya dan menyambut pukulan Maharaja Sembilan Iblis,

"Aaa...!" Pendekar Burung Jalak alias Ki Jalak itu memekik dengan mata melotot. Tangannya mendekap wajahnya yang terasa panas, ―Brukkkk!‖ Tubuh Ki Jalak jatuh berdebam di halaman itu dalam keadaan tubuh hangus.

Si Pemabuk dari selatan terlonggong haru atas pengorbanan Ki Jalak, matanya bercucuran,

―Adi maafkan kakangmu yang tak bisa melakukan harapanmu‖, Si Pemabuk dari selatan tampak berkemik-kemik dan menempelkan kedua tangannya hendak memberikan sembah.

Pucat wajah Maharaja Sembilan Dewa, ia jejakan kakinya hendak melarikan diri,sambil berpekik. ―Dewa Berkorban Jiwa Tenang‖. Terlambat sedikit.... Tubuh Si Pemabuk dari selatan yang pada waktu itu memberikan sembah tiba-tiba menggelembung seperti balon dan meledak Blaaarrrrrr!

Ledakan hawa murni berbarengan dengan muncratan daging dan darah berhamburan kemana-mana,

― Gurrruuuuuuuuuuuu!‖ Pekik seseorang menggelegar mengalahkan suara ledakan itu membuat semua orang harus mengerahkan tenaga dalam untuk melindungi telinganya, bahkan yang menggeletak pingsan atau mati juga ada.

Siapakah yang terpekik itu?

Tampaklah Seorang Pemuda tampan pakaiannya berwarna biru langit serasi dengan jubahnya. rambutnya di kuncir kuda diikat oleh kain berwarna biru, diatas ikatannya menyembul sebuah gagang berukiran harimau, Dilehernya tersampir sebuah kain berwarna coklat menambah ketampanan wajahnya. sementara disampingnya juga berdiri ketiga Gadis cantik mengenakan pakaian yang sama yakni berwarna biru laut sebatas dada. menunjukan dada mereka yang sekal. Badan mereka terlihat elok dalam busana ketat seperti itu. Pinggang mereka tampak ramping karena mengenakan celana ketat warna biru laut pula. Pakaian mereka itu dirangkap pakaian jubah warna biru langit yang tak terkancingkan bagian depannya. jubah itu terbuat dari bahan sutera menampakan sikap mewah mereka, leher mereka yang jenjang itu dibelitkan sebuah kain selendang tipis berwarna putih. Kemudian menyusul pula beberapa pemuda-pemudi yang lain.

―Guru!. Aram mengeluh dan segera melompat disamping mayat Ki Jalak, Mata Aram nanar, namun ketenangannya demikian mengagumkan, bahkan Maharaja Sembilan iblis juga mengakui hal tersebut.

―Selamat datang kembali Pendekar Seribu diri Aram widiawan Si Rubah cilik‖ Seru Maharaja Sembilan Dewa sambil mengangkat tangan kanannya. dan serempak angota Nawa awatara yang semenjak tadi berdiam diri mencabut senjatanya.

Aram kerutkan dahinya, sepertinya ia merasakan gelagat yang tidak beres, namun seperti biasa, wajahnya tetap tenang seperti air dalam.

―Hentikanlah Angkara Murkamu ini Maharaja Sembilan Dewa!‖ Aram berkata tegas.

―Hentikan? hahahaha haruskah aku menghentikan angkaraku

yang sedang mencapai puncaknya ini! heh‖ Maharaja Sembilan Dewa terbahak-bahak seolah itu adalah ucapan yang sangat lucu.

―Hem, Apakah Buyutmu itu belum cukup untuk dijadikan sebagai pelajaran? apakah Murid buyutku Avatara Batara Yuda, Pangeran Empat Dewa belum kau perhitungkan?‖

Maharaja Sembilan Dewa membesi, kini ia baru mengetahui bahwa Pangeran Empat Dewa merupakan Murid dari Avatara Batara Yuda yang juga merupakan buyut dari orang yang selalu menjadi duri dalam setiap tindakannya.

―Benarkah ucapanmu itu?‖ Tanya Maharaja Sembilan Dewa menegaskan.

―Haruskah aku menakutimu? jikalau pada masa itu Murid buyutku itu tidak tergoda rayuan wanita barangkali sekarang kau tak akan ada didunia ini. weleh weleh‖ Aram tersenyum mengejek.

―Kalian semua harus mati!‖ Teriak Maharaja Sembilan Dewa murka.

―gampang sekali jika kau ingin kami mati, tapi, kau harus menebusnya dengan seluruh anggotamu termasuk kau ketuanya hahahaha‖ Aram tergelak-gelak mengucurkan air mata, mungkin saking sedihnya akan kematian orang-orang terdekatnya sampai terbawa kepada tawanya.

―Kau Terlalu menghina Aram!‖ Aram tersenyum saja sambil mengangkat tangannya. serempak saja Ketiga kekasihnya juga Ksatria Satwa, Ki Asmaradanu, Nyi Renjani dan Kakek Arak seribu Kati mendekati Aram.

Setelah dekat tampak Ki Asmaradanu tampak berbisik-bisik ditelinga Aram, untuk sekejap wajah Aram berubah tegang, namun akhirnya kembali seperti semula.

―Kalian   pemuda pemudi yang pada waktu itu memakai

pakaian serba coklat. ! bukankah kalian sudah mati‖ Teriak Maharaja Sembilan dewa membuat anak buahnya yang lain menjadi keder.

―Haha Kau memang pintar Maharaja Sembilan Dewa, tapi kau
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar