Pendekar seribu diri Jilid 03

Jilid 03

membuat orang orang terlena seperti dibawa ke surga, perasaan mereka terbawa melayang kelangit ketujuh. Aram menundukan kepalanya, melihat tiga mayat dengan tujuh indranya mengeluarkan darah....melihat itu ia benar benar sedih . . . .

‘‘Hhhhhhhhh‖ ia menghela nafas berat suaranya bak guntur disiang bolong membawa kesedihan bagi siapapun yang mendengarnya tak sadar orang orang yang berada dipasar mengucurkan air mata. Suara itu mengingatkan luka luka dihati kecil mereka. Wussss Aram melesat menyambar Sipengabar langit yang sedang dibawah pengaruh kesedihannya.

Seperminum teh kemudian akhirnya orang orang yang berada dipasar tersadar. terdengar bisik bisik mereka seperti suara

tawon berpindah sarang entah darimana asalnya terdengar

teriakan ―PENDEKAR SERIBU DIRI‖ begitulah teriakan itu berkumandang kemana mana. Gemparlah dunia Persilatan karena kedatangan Tokoh muda berjulukan ―Pendekar Seribu diri‖

―hahaha....kenapa melamun kang sobar?..kini giliran kau yang melamun hahaha‖aram tertawa geli.

―Aku merasa takluk sekarang pada dirimu Aram, Otakmu benar benar Luar biasa. Mencari jago tangguh sangat mudah, orng jenius juga banyak. tapi,‖

―Tapi apa Kang Sobar?‖

―Orang Seperti dirimu didunia ini hanya dirimu seorang‖

―Maksud Kang sobar?‖

―Orang yang dikauniai Otak setajam Silet, Secerdik Kancil, Selicik Rubah, Selicin ular, setangguh Elang hanya dirimu.‖

―Akh, Kang sobar ada ada saja...! padahal aku biasa saja. ‖

Aram tersipu malu. ―hahaha....merendah boleh saja..tapi ada batasnya kalau ada

apa apa kau boleh minta kepada kakang, meski kakang harus mempertarukan nyawa kakang siap‖

―akh, kakang jangan gitu dong aku malu ‖

―hahaha Aram sebenarnya apakah kau sudah punya guru?‖

Sipengabar langit mengalihkan pembicaraan.

―sudah,,,,‖

―siapa? Boleh kakang tahu‖

―Rubah Seribu Muka bukankah saya juga sudah mengatakan kepada kakang!‖

―haha Maksud kakang orang yang masih hidup, yang

membimbing kamu secara langsung?‖

―tidak kakang ! Saya tidak punya‖

Sipengabar langit diam merenung sesaat, lalu menatap mata Aram yang berwarna Merah. ―Kau Mau mendengarkan Nasihatku Aram?‖

Wajah Aram serius melihat wajah Sipengabar langit serius.

―Tentu, kakang‖

Sipengabar langit tersenyum, itulah salah satu yang ia sukai dari pemuda ini, mampu menyesuaikan diri dalam keadaan apapun! ―Kakang harap kau mencari seorang guru, demi menuntun langkahmu selanjutnya engkau tak perlu mencari orang yang lebih tinggi dari dirimu..... karena Ilmu itu mutlak...semua bersumber dari Alam carilah seseorang dengan perangai

yang cocok denganmu , tak perlu dari golongan putih, aku

yakin engkau sudah mampu membedakan mana hitam mana putih ,‖

Aram terharu mendengar nasihat Sipengabar langit ia memang menganggap Sipengabar langit sebagai kakak kandungnya sendiri.

―kakang..sobar . bagaimana kalau engkau yang menjadi guruku..‖Aram bertanya dengan khidmat dan serius

―hahahah terimakasih atas penghargaanmu yang tinggi ini

Aram, aku tak mau... kau sudah aku anggap Adik sendiri, . . jika memang engkau begitu menghargaiku kau anggaplah aku ini kakakmu‖

Aram berkaca kaca matanya,. . . .‖ba ik. baik

kakang bagaimana kalau kita angkat saudara saja?‖

―begitupun lebih baik, ayo pulang !kita rayakan bersama kawan

kawan kita‖

Langit malam begitu gelap, bintang bintang bagaikan berlian berlian berserakan, mengelilingi sang putri malam membuatnya begitu anggun disinggasananya dua sosok berbaju hitam

diam di genting sebuah rumah yang paling besar di tempat itu..... "Wah doyan juga nih Komandan " sesosok bayangan

disebelah kanan menggumam

"hahaha apa kita berindak sekarang aram," yang disebelah kiri

bertanya. Ternyata mereka adalah Aram dan Sipengabar langit.

"Tidak, biarkan ia bersenang senang dulu haha" Aram menjawab. Sebenarnya sedang apakah siKomandan..? terdengar suara lenguhan dan nafas memburu dari dalam ruangan dari atas genting mereka melihat dua sosok berlainan

jenis saling rengkuh, Saling tindih diatas tempat tidur dengan ditenrangi sebuah lampu kecil,suara dua buah benda berlainan yang beradu semakin santer. siKomandan kini semakin

mempercepat irama pertempurannya. Sepertinya ia akan mencapai puncaknya.

Tapi, keduanya tersentak kaget ketika dengan tiba tiba genting genting terbuka dan munculah dua sosok bayangan berbaju hitam perempuan yang berada di pelukan siKomandan

segera melepaskan diri dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. ketika ia hendak menjerit benda bulat sebesar kelereng telah mengenai jalan darah tidurnya tanpa

mengeluarkan suara perempuan itu ambruk diatas ranjang. Melihat itu siKomandan ketakutan dengan gusr ia hendak berteriak. tapi, sebuah benda panjang tipis telah melintang

dilehernya..

"selamat malam Komandan kurang asem !" "kau, " dengan geram dan jeri siKomandan melihat seorang

pemuda tampan yang beberapa hari telah membuatnya malu, "Mau apa kau kemari bocah?.. apa kau belum juga puas membuatku malu hah?" bentak siKomandan

"Aku mau mengambil tabungan rakyat paman" Aram tersenyum

"Tabungan rakyat? Kau pikir aku Bank keliling hah?" (emang dulu ada gak sih bank keliling, bodo ah)

"loh bukannya beberapa tahun kebelakang ini kau mengambil uang dari rakyat. nah sekarang rakyat sekarang

membutuhkannya, jadi aku mau ambil" "kau...kau mau memerasku hah?"

Aram tersenyum ia mengambil gulungan daun lontar di balik bajunya dan memperlihatkan sebuah gulungan daun lontar. Jadi engkau aku menyerahkan ini kepada adipati?

"kau...kauuu !dengan ketakutan gusar, marah, apalagi anak itu

datang dikala ia hampir mencapai puncaknya. Komandan itu menudingkan jarinya.

''bagaimana kau mau terima dagang denganku?kau serahkan aku harta itu lalu aku menyerahkan ini, kalau kau tak mau aku mau pergi sekarang dan coba coba berdagang dengan adipati"

Pucat pias wajah siKomandan "baiklah....baik....tunggu aku aku

akan memanggil Juang (Juru Uang) pribadiku....Pengawal. " "Hamba,Komandan"menjawab si Prajurit dibalik pintu.

"Panggil ki Bayu " mendengar suara Komandannya yang

sedikit bergetar sipengawal menaruh curiga tapi, ia tak berani

membangkang perintah atasannya. "Hamba sudah datang Komandan" "Masuklah" terdengar sahutan dari dalam.

"Krieettttt. Suara pintu dibuka dan munculah seraut wajah

kakek, kakek itu berwajah persegi denan janggut putih menjuntai, tubuhnya buncit dibalut dengan baju sutra, ia terpengarah kaget melihat kondisi jungjunannya dalam keadaan bugil di depannya terlihatlah dua sosok bayangan berbaju

hitam, sebagai orang yang sudah makan asam garam kehidupan ia mengerti bahwa urusan ini bukanlah urusan yang sepele.

"Ki bayu kemarilah "dengan wajah muram Komandan itu

memerintah.

"ada apa sebenarnya komandan? Hamba sungguh tak mengerti" Komandan Otoy tidak menjawab ia malah bertanya kepada Aram

"Berapa yang kau butuhkan Anak muda?"

"sepuluh juta keping emas" Aram menjawab dengan santainya seolah jumlah sperti itu tidklah besar. "ap...apa? apa kau tak salah?" bukan hanya si Komandan dan si Juang saja yang terbeliak kaget, sipengabar langit yang tadi diam saja disamping Aram juga tak kalah kagetnya mendengar permintaan Aram. Dengan cepat ia merubah paras wajahnya, tak lama kemudian wajahnya kembali tenang, ia paham bukan tanpa sebab pasti adik angkatnya berkata seperti itu.

"hahaha tidak sama sekali tidaklah salah paman. Jangan kikir

paman aku tahu itu tak seperempatnya hartamu yang kau timbun dibawah gudang beras." Dengan sebuah senyuman misterius dibibirnya aram melanjutkan.

"aku tahu paman dan kakek berdua sedang berpikir darimana aku tahu itu. Ia kan?"meski halus ucapan Aram tapi setiap patah katanya bagaikan belati mustika yang menusuk nusuk hati mereka. Komandan Otoy dan Kibayu tergugu, wajahnya merah. dengan lesu Komandan Otoy berkata

"Kau....baiklah, aku terima dagang darimu silahkan tunggu

disini kami akan menyiapkan uangnya bagaimana dengan

gulungan daun lontarnya apakah kau berikan sekarang atau nanti setelah uangnya siap?".

"hihi. Aku bukan orang bodoh paman, lagipula aku tidak butuh

uang itu Paman, aku memeras paman demi kebaikan paman,hahaha kalau aku mah sudah merasa cukup dengan

lima buah peti perak dan tiga peti emas di ruangan bawah tanah di sumur sungai cikaso.....dan..meng"

"ap...apa...darimana kau tahu tempat it..itu...kau.." "jangan dipotong dulu paman aku belum selesai bicara" Aram memotong ucapan Komandan otoy.

"mengenai uang yang aku minta, aku harap paman menyiapkannya saja...besok para warga akan datang kerumah paman aku sudah menyebar surat undangan atas namakan

Paman. Jadi paman tak usah repot repot mengangkut keluar, dengan begitu nama buruk paman selama ini akan berubah hehe aku baik bukan dan mengenai surat ini akan kuserahkan

kepada paman satu persatu, daun lontar ini berisi sepuluh lembar jadi aku akan memberikan kepada paman per satu juta keping emas. Mengenai barang yang ada di rumah penginapan "Rimba Hijau" aku sudah mengamankannya sudah ku pasangi barisan gaib CERMIN BAYANGAN SEMU dan beberapa pesawat rahasia. hahaha" Aram tertawa tergelak gelak suara

yang membuat Ki Bayu dan Komandan Otoy semakin Geram wajah mereka merah padam menahan kemarahan. Sementara dipihak lain sipengabar langit semakin keheranan ia benar

benar mengkirik melihat kemampuan adiknya setelah

pertarungan dengan ketiga konco Komandan itu Aram pingsan selama dua hari. Setelah kali pertama bangun yang dilakukannya adalah meminta tiga orang anak buah Sipengabar langit dengan kata lain sahabatnya sendiri.untuk Melakukan "sesuatu" yang Sipengabar langit sendiri tak tahu apakah itu.

"kau terlalu menghina bocah "teriak kibayu sembari maju

kedepan tapi kembali mudur sebab ditahan Komandan Otoy. "Dia bukan tandinganmu Ki, kau ingat pengawal pribadiku ki? Bocah itu bisa membunuhnya tanpa bertarung dengan mereka."Komandan Otoy berusaha menenangkan ki bayu. Diam diam Aram berpikir "Jika tak kukasih pelajaran tampaknya mereka tak bakalan jerih...aku harus memperlihatkan sesuatu agar mereka tahu   kelihaianku."   Akhirnya   ia   berkata "hahah Aku masih bermurah hati pada kalian berdua dengan

tidak menambah uangnya setelah apa yang kalian rencanakan tadi., kau pikir aku tidak tahu, siasat yang kau gunakan haha...kalian terlalu merendahkan diriku. ,"

"Apa maksudmu anak muda"Bentak ki Bayu disela kemarahannya.

"hmzz....kau paman Komandan kau hendak menjebaku

bukan?. Tak perlu dijawab aku sudah tahu, aku memiliki 5 point untuk membongkar muslihat itu, point pertama, kau sengaja mengaku menyerah dan menanyakan aku agar aku memberikan daun lontarnya setelah semua hartanya kaU siapkan. Point kedua sengaja kau menanyakan aku untuk memberikan daun lontar itu sekarang atau nanti untuk menutupi akal bulusmu.

Point ke ketiga kau menyuruh bendaharamu itu agar menyiapkan prajurit disekitar Rumahmu, kau pikir aku tak paham dengan gerakan jarimu dan beberapa katah kata dengan penekanan beberapa nada suaramu. Point ke empat kau akan mengerahkan prajuritmu, dan membunuh kami berdua, daun lontar ini dapat emas juga tak keluar hahaha"

Pucat pias wajah Komandan Otoy dan Ki bayu..mereka benar benar ketemu batunya. "dan....dan yang kelima "tak tahan

lagi kibayu berkata. "dan kelima kau mengakuinya sendiri haha "tak tahan lagi

Aram tertawa terbahak bahak..bahkan sipengabar langit juga tak tahan untuk ikut tertawa.

"nah, kami permisi dulu sampai berjumpa esok" wussstttt dua sosok bayangan melesat menyusuri malam, meninggalkan dua insan manusia yang berdiri seperti patung.

Pagi yang cerah di bulan desember, sudah dua hari ini hujan tak turun seakan ikut berbahagia menyaksikan rakyat yang berbaris rapi disebuah halaman rumah yang paling besar ditempat itu, senyuman bahagia selalu tersungging dari bibir mereka, terlihatlah seorang lelaki paruh baya berbaju prajurit Berpangkat Komandan sedang membagikan sebuah bungkusan, senyuman getir selalu tampak dibibirnya, helaan nafas berat selalu terdengar ketika ia habis menyerahkan bungkusan bungkusan yang menumpuk rapi dibelakangnya......

―nah sudah satu juta keping emas, ― Seorang kakek kakek

berbaju sutra kepada dua sosok manusia yang sedang ongkang ongkang kaki diatas pohon, ―ini..ambilah ‖ salah seorang

melemparkan sebuah Daun Lontar. seperti melemparkan besi saja, Daun Lontar itu melesat bagai bayangan. ―creeepppp‖ akhirnya Daun Lontar itu menancap diatas meja, lalu kembali terkulai layaknya sebuah Daun Lontar. Ternyata mereka itu adalah Komandan Otoy dan yang meminta Daun Lontar itu adalah Kibayu, sementara dua sosok yang berada dipohon tak lain adalah si Pengabar langit dan Aram.

Waktu terus berlalu meninggalkan masa, matahari terus merangkak untuk kembali keperaduannya, lembayung kuning memayungi sang Buana setelah senja akhirnya selesai juga bagi bagi uang itu,

―Nah, benar bukan kataku paman? Warga warga sekarang memuji muji kebaikan paman?haha‖ Aram berkata sambil meloncat ketanah.

Ki bayu dan Komandan otoy tidak menjawab mereka menatap Aram dengan penuh kebencian. Aram bukan orang bodoh ia mengerti keadaan itu, ia tertawa tergelak gelak

―hahaha paman Gulungan Daun Lontar dokumen rahasia

Adipati yang kau pegang itu sudah aku salin dan perbanyak. jadi jika paman melakukan suatu yang kurang

berkenan dihati kami, atau menggangu rakyat. lagi dokument itu akan aku sebarkan, bukan hanya di desa ini tapi juga di desa desa lainnya, kau masih ingt bukan..perjanjian dengan Adipati TunggaJagat, sekecap saja kata itu bocor keluar. kepalamu

dan keluargamu akan dihukum penggal semua,hahaha‖. Betapa terperanjatnya Komandan Otoy dan Kibayu.. akhirnya mereka menggelosoh ketanah. ―ternyat setan cilik itu sudah mempersiapkan segalanya ‖ Kibayu berkata Komandan Otoy

yang dibalas dengan anggukan.

―ayo kita pergi Ayi aram‖Sipengabar langit mengajak

...Aram Wusstttt mereka meloncati pagar yang tingginya

mencapai tiga tombak lebih.....

Dengan kejadian itu seorang Pendekar muda, yang berjuluk Pendekar Seribu diri semakin dieluk elukan oleh rakyat dan menjadi buah bibir kalangan persilatan dengan kecerdikannya.,

~*******0<aone>0********~

Dipagi yang cukup tak mendukung aktivitas ini, dua orang memacu kuda bagaikan dikejar setan. Ternyat mereka adalah seorang pemuda berusia tujuh belas tahunan berkuncir kuda yang tak lain adalah Aram Widiawan, seorangnya lagi seorang pemuda berusia dua puluh lebih memakai baju biru langit dengan luka menggaris di alis kiri sampai alis kanan yang menjadi ciri dari sipengabar langit.

Kira kira dua mil mereka melarikan kudanya sampailah mereka disebuah pasar yang cukup ramai, akhirnya salah seorang dari mereka turun dari kuda dan menuntunnya, kemudian melangkah menuju kesebuah penjaja kain.

―paman saya minta kain yang paling bagus selain sutra berwarna coklat ‖Ucap Aram kalem dengan senyuman

khasnya. ―ada juga kain sari den, tapi harganya cukup tinggi, paman mendapatkannya juga dari pedagang tiantok. Kebetulan warnanya cuman ada yang coklat sama merah. Mau berap den?‖ sahut pedagang kain promosi, srett. Aram menyodorkan

dua keping emas, kontan saja mata sipedagang kain terbelalak ―segini cukup paman?‖aram bertanya,

―cuk....cukup malah lebih dari cukup den, masih banyak

sisanya.!‖ ―kalau begitu tambah dengan kain hitam saja paman, omong omong tukang jahitnya dimana paman!‖mendengar itu pemilik kain matanya bertambah berbinar. disini juga ada den,

aden ingin model seperti apa ‖ Aram pun menjelaskan

model apa yang ia inginkan. ―saya ingin membuat sepuluh pasang paman.‖ Tambahnya Lagi.

Setelah menambatkan kudanya Sipengabar langit mendekati Aram dan berkata‖ Baju untuk apa ayi?‖

―ada saja kakang, nanti juga kakang akan tahu hehe ‖ Aram

berkat sok misterius

―kau memang suka membuat kakang jantungan.., seperti kejadian kebelakang kebelakang‖

―akh kakang, ada ada saja, kang mau membantu ayi tidak?‖

―kau ini seperti kepada orang lain saja, cepat apa yang harus kakang bantu‖

―hehe aku minta kakang belanja mau kan?‖

―hanya itu?‖ Sipengabar langit menegas.

―ia, kakang bawa alat tulis?‖

Tanpa menjawab Sipengabar Langit menyerahkan alat tulisnya. Aram terlihat mencurat coret sebuah Daun Lontar.

―ini kang‖ seraya menyerahkan Daun Lontarnya kepada sipengabar langit. sipengabar langit membaca tulisannya sambil mengerutkan kening, ia tak mengerti apa yang akan dilakukan adik angkatnya ini.

―Sepuluh pasang Sepatu sebatas lutut, Sarung tangan sebatas siku, yang terbuat dari kulit, Harimau, Kijang, Buaya, Ular, macan, Rubah, beruang, Serigala, domba, dan kerbau. Dan tali rotan sepanjang dua depa, sepuluh buah‖

Meski tak mengerti untuk apa, Akhirnya Sipengabar langit berangkat juga mengelilingi pasar untuk membeli seperangkat alat alat yang ia sendiri tak paham untuk apa. Tentu saja kedatangan mereka menghebohkan pasar yang sejak tadi pagi sepi, karena hujan.

Disebuah kedai yang paling besar di desa jampangkulon, teerlihatlah ada sekitar seratus orang dengan penampilan yang berbeda beda sedang mengadakan rapat, terdapat sepuluh golongan yang dapat dibedakan melalui ciri ciri mereka yaitu golongan pertama adalah golongan para petani, yang kedua golongan para peternak, yang ke tiga golongan para pengemis, yang keempat golongan para wanita cantik dengan pakaian yang seronok, yang kelima golongan para hartawan, yang keenam golongan para pelayan, yang ketujuh golongan para pedagang, yang ke delapan golongan para pencuri, yang kesembilan golongan para nelayan, dan yang terakhir golongan para tukang kuli.

"ditempat lain terdapat panggung yang cukup besar disana berdiri dua orang pemuda yang maasih belia, tak lain dan tak bukan mereka adalah sipengabar langit dan Pendekar seribu diri Aram widiawan, "ekhem....ekhem "sipengabar langit berusaha

menenangkan para anggota rapat yang sedang asik bercengkrama......

"saudara saudaraku sekalian, terimakasih atas kedatangan kalian ketempat ini, aku sipengabar langit merasa tersanjung" sipengabar langit memberi hormat kepada Anggota rapat. Tentu saja kelakuannya itu membuat para hadirin menjadi rikuh....

"ketua anda terlalu sungkan, bukankah anda ketua kami? Jadi untuk apa anda memberi hormat kepada kami, sesungguhnya adalah kami yang seharusnya berlaku demikian"sela salah satu orang gadis berbaju merah dengan belahan dadanya agak lebar, memperlihatkan dua buah bukit yang sekal yang sekali kali suka mengintip. Gadis itu berwajah mungil tapi cantik, matanya bundar indah berbinar-binar dengan bulu mata yang lentik, bibir yang mungil, hidung yang bangir, serta kulit yang kuning mulus. Dengan rambut panjang yang lurus lemas di-poni depan, gadis itu tak lain adalah Dewi mawar, yang dikenal dengan nama mawar saja.

Ucapan itu dibenarkan oleh berbagai pihak yang membuat sipngabar langit tersenyum. "Baiklah saudaraku, jika memang itu kehendak kalian"

"ketua, adakah sesuatu yang penting sampai ketua mengumpulkan kami semua seperti ini untuk yang kali pertamanya." Ucap salah satu dari golongan para hartawan. "benar, saudaraku kami mengumpulkan saudara sekalian dikarenakan mengenai perkumpulan panji telapak perak dan pertemuan orang gagah dari berbagai penjuru di lembah kematian untuk menghadiri undangan perkumpulan panji telapak perak."sipengabar langit langsung ke inti.

Gemparlah seluruh hadirin...suara bisik bisik terdengar bak tawon yang sedang pindah.diantara mereka siapakah yang tak mengenal panji telapak perak, sebuah organisasi yang paling menggemparkan dikalangan persilatan, bahkan diantara anggota perkumpulan mereka ada yng sudah menjadi korban. "harap tenang" Suara serak seorang kakek kakek dari golongan petani, kakek itu berwajah ramah, dihiasi jenggot dan kumis putih, suaranya bagaikan guntur begitu lantang sampai mampu mengalahkan suara bisik bisik dari para hadirin sikakek petani itu bernama ki guntur sesuai dengan suaranya. Kemudian ia menyambung "adakah ketua sudah mempunyai rencana?" Sipengabar langit tertawa kemudian mengangguk setelah diam sejenak ia berkata lagi.

"saudaraku...sudah saatnya kita bersatu sebelumnya benar

kita memang merupakan organisasi bawah tanah. Tapi, selama ini organisasi kita tidak lah bekerja seperti halnya sebuah organisasi. selama ini kita bekerja tidak pernah secara

struktural. kita bekerja demi kepentingan kita masing-

masing akibatnya banyak teman teman kita yang kehilangan

nyawa secara sia sia"

"lalu apa yang harus kita lakukan ketua?" pemuda tampan berbaju perlente bertanya. "Pertama, kita akan merehabilitasi organisasi ini. "sipengabar langit berkata. "maksud

ketua?"pengemis muda dari golongan pengemis bertanya. "Hmmmm Kita harus memilh ketua baru, ketua yang sesuai

dengan kondisi saat ini " dengan semangat sipengabar langit berkata. Diam diam Aram menghela nafas. sementara para

hadirin dibuat gempar untuk yang kesekian kalinya "ketua,

apa maksudmu" "lalu siapakah yang akan menggantikan ketua". Suara protes terdengar dimana mana. "Diaaaaaaammmmm" karena kesal melihat situasi yang mendadak jadi riuh sipengabar langit membentak. "keputusanku sudah bulat, tak bisa diganggu gugat. siapakah yang tidak setuju silahkan keluar"

Hening didalam ruangan   tersebut, mereka   saling pandang tapi tak ada seorangpun yang keluar, melihat itu

sipengabar langit akhirnya berkata "Dewi Mawar dari golongan wanita malam, Ki guntur dari golongan petani, tuan muda Rehan dari golongan hartawan, ki makmur dari golongan pedagang, nyai asri dari golongan Pelayan, Siwa dari golongan pengemis, samudra dari golongan tukang kuli. Brahma dari golongan peternak, Raja dari golongan nelayan dan tangan kilat ki kodir dari golongan pencuri harap maju kedepan" mereka bersepuluh adalah orang orang yang paling disegani dari kelompok kelompoknya. sipengabar langit mengerti untuk mengalahkan ular harus kepalanya. Maka ia memanggil kepala kepala dari tiap golongan.

"menurut kalian siapakah yang paling tepat memegang predikat ketua???" sipengabar langit bertanya. Mereka bersepuluh merenung sekali kali mereka melihat Aram yang sedang diam

mencorat coret Daun Lontar. Seperminum teh kemudian masih belum juga ada yang menjawab. Akhirnya sipengabar langit memutuskan untuk memberikan mereka waktu berembug. "kalian bersepuluh berembuglah aku beri waktu seperanakan nasi" "baik ketua jawab mereka serempak. Lalu mereka pergi kesudut selatan untuk berembug.

"hhh..Kakang mengapa engkau menyuruh mereka memilih ketua selain engkau? , jika begitu bagaimana ketua baru nanti

mau menerima masukan dariku?" Aram mengeluh. "hahaha terkadang ini perlu dilakukan Aram, Aku bukan

orang yang haus kekuasaan biarlah kedudukan ketua ini

bergiliran dengan begitu takan ada kesirikan." Sipengabar langit berkata bijak.

Seperanakan nasi telah berlalu para pemimpin golongan

telah selesai berembug dan majulah ki guntur sebagai perwakilan mereka. "ketua kami telah selesai berembug dan kami memutuskan bila ketua Sipengabar langit tidak ingin menjabat lagi sebagai ketua maka kami mengangkat adiknya, Pendekar   seribu   diri   Aram   Widiawan" "hah.......Appp...Apa Kalian Gila" Aram berkata gelagapan

matanya yang merah melotot segede gundu.

"Apakah kalian sudah mempertimbangkan baik baik?" Sipengabar langit yang sudah menyangka bahwa adiknyalah yang dapat menggantikan dirinya.

"sudah ketua"! Jawab mereka serempak.

"baik, dan kau Aram Apakah Siap?" Sipengabar langit berkata lagi.

"tapi, Apakah semuanya setuju? Aku takut ada yang tidak merasa setuju dan merasa keberatan."Aram menjawab "kau sebagai ketua baru lah yang menanyakan kepada mereka !" dengan tertawa Sipengabar langit menjawab. Ia

benar benar mengagumi sosok adiknya yang memiliki perubahan yang begitu banyak...

Dengan tegang Aram berdiri dan maju kedepan dengan serius ia tatap semua orang yang ada di depannya. Entah mengapa semua orang yang ada di tempat duduk di bawah panggung merasa seakan tatapan anak muda itu menusuk nusuk hati kecil mereka,. semangat menggelora yang mereka tak mengerti

darimana munculnya menyeruak dan bergolak ditubuh mereka. "Apakah diantara saudara sekalian ada yang merasa keberatan dengan diangkatnya diriku? Jika ada silahkan maju kedepan "

ia mendesis lirih tapi anehnya semua orang yang berada ditempat itu bisa mendengar desisan itu. Betapa terperanjatnya ki guNtur mendengar suara itu ia pernah mendengar dari

gurunya bahwa ilmu suara guntur yang ia pelajari jika telah mencapai tingkat ke duabelas dapat mengeluarkan suara sejauh dua mil dan bisa dikendalikan sesuai kehendak hati meski hanya suara desisan.ia heran darimana ketua barunya bisa menguasai ilmu itu,. 

"Tidaaaakkkkkk. ! kami semua mendukungmu ! teriakan

mereka serempak.

"apakah itu keluar dari hati nurani kalian?"

"Benar. demi tuhan tang maha kuasa kami setuju menjadi

ketua baru kami"

"baiklah jika kalian setuju, tapi dengarlah aku memiliki syarat. Aku ingin perkumpulan ini memiliki prinsip Hitam bukan putih, berpikir secerdik rubah dan bertindak seperti ksatria dituntun hati nurani. , aku ingin kalian menjungjung kebebasan bertindak,

tidak kaku dalam berpikir, tidak memihak kepada kesalahan, dan peraturan rimba persilatan yang selalu menganggap hitam adalah kejahatan dan putih kebaikan, tidak memeras yang lemah. kalian bebas bergaul dan bertindak sesuka kalian asal jangan membawa nama Perkumpulan Rahasia ini, Apakah kalian setuju. !." makin sukacitalah para hadirin, karena

memang tidak sedikit diluar mereka selalu bergaul dengan dunia hitam. "Setuju, !" Aram tersenyum misterius mendengar itu, lalu ia berkata memulai percakapan mengenai Organisasi yang akan dipinpinnya mulai saat ini.

"Hadirin-hadirin sekalian, saudaraku yang paling aku indahkan, sudah lazim layaknya sebagai suatu organisasi memiliki sebuah nama, adakah hadirin sekalian ada yang mengjukan usul, sebuah nama yang bagus untuk perkumpulan kita?"

Kemudian diantara hadirin ada yang mengacungkan tangan sebagai tanda ia ikut mengusulkan. Setelah dihitung ternyata ada tiga orang.

"ada lagi?"Aram menegaskan para hadirin. Tapi ternyata hadirin tidak juga ada yang mengajukan usul.

"baik, dari sebelah kiri. silahkan, mohon dijelaskan juga dengan alasannya."

"maafkan saya lancang ketua, saya bernama Ujang saya mengajukan usul sebuah nama "Awan Putih Berarak".

Alasannya sebagaimana yang ketua tadi uraikan lambang

awan berarak menjelaskan bahwa kita tidak memihak kepada siapapun. Lalu putih melambangkan bahwa kita bertindak pada kebenaran hati nurani yang bersih"

"Bagus,bagus, selanjutnya "Aram manggut manggut

"maafkan saya lancang ketua, saya bernama Hadi saya mengajukan usul sebuah nama "Langit biru". Alasannya adalah kita sebagai anggota telik sandi mengetahui bahwa tak ada yang bisa dirahasiakan dari kita, sebagaimana langit memayungi bumi."

"Itupun bagus"Aram memuji.lalu tambahnya "silahkan anda yang terakhir"

"maafkan saya lancang ketua, saya bernama Jiran saya mengajukan usul sebuah nama "Bendera angin semilir". Alasannya adalah kita terdiri dari berbagai golongan, kita juga bertindak seperti semilir angin yang menyejukan setiap orang " "semua pendapat kalian benar benar semuanya cocok, adakah diantara hadirin sekalian ada yang bersedia untuk bagaimana menentukan pilihan?"Aram memberikan kepada forum, supaya tidak ada lagi silang sengketa hanya gara gara sebuah nama organisasi.

"Bagaimana jikalau ketua saja yang menentukan?" celetuk seorang dari golongan Nelayan.

"hahaha.., Aku bukan orang yang egois, aku lebih suka

memberikan keputusan kepada kalian agar kita memiliki rasa memiliki yang tinggi" Aram tertawa Ringan.

Begitulah mereka terus saling berdiskusi mengenai nama organisasi. Tiba tiba....

Dari golongan Peternak berkata "Maafkan saya lancang ketua, saya berpendapat jika terus seperti ini,entah akan berlanjut sampai kapan sebaiknya kita gabungkan saja ketiga pendapat tersebut"

"Jadi Apa kesimpulan mu kisanak?"Aram menukas. "BENDERA AWAN LANGIT"

"haha itu lebih baik, kau memang cerdik kisanak!"Aram memuji

tentu saja membuat laki laki itu memerah, sekaligus bangga. "Bagaimana Sahabatku apakah kalian setuju?" Aram meminta kepastian.

"Setuju !!!"terdengar suara suara tertawa gembira dari

para hadirin dengan antusias.

Aram tersenyum, kepada Sipengabar langit dan kepada semua jajaran kawan kawannya. "baik, mengenai urusan Panji telapak perak kita urus belakangan, kita kokohkan dulu tiang organisasi kita Kalian yang tadi bersepuluh berembug memilih diriku silahkan maju kedepan..! dengan berwibawa Aram memerintah. Meski tak mengerti mereka bersepuluh maju juga kedepan.

Lalu Aram kembali memerintah "kalian bersepuluh saya mohon keluarkan sebuah benda yang paling engkau sukai. " dengan

terheran heran mereka menurut juga. Dewi Mawar mengeluarkan sebuah saputangan, Ki guntur mengeluarkan sebuah pipa cangklong, tuan muda Rehan mengeluarkan kipas, ki makmur mengeluarkan Dompet, Nyai asri mengeluarkan gelas

, Siwa mengeluarkan batok, samudra mengambil rancatannya. Brahma mengeluarkan tambang, Raja mengeluarkan kalung kerang dan Tangan kilat ki kodir mengeluarkan sebuah sarung tangan.

"Tolong simpan di depan panggung ini. " kembali Aram

memerintah. Para hadirin bertanya tanya dalam hati untuk apakah benda benda tersebut.

"baik, ketua" Mereka bersepuluh menyimpan barang barangnya. Didepan panggung. "Kang sobar aku mohon letakan juga ikat pinggang milikmu " "baik"

Setelah menutup mata sebentar Aram berkata lagi " Eksan, Arti, jali,dace, dan ibrahim maju kedepan dan letakan ikat kepala milik kalian., dan untuk setiap golongan pilihlah salah satu yang paling kalian percaya dan maju kedepan sebutkan nama lalu letakan ikat pinggang kalian"

Setelah berembug majulah sepuluh pemuda sebagai perwakilan dari golongan para hadirin.

"eka purnama dari golongan hartawan "

"Rival dari golongan pedagang" "iqbal dari golongan Peternak"

"kenanga dari golongan wanita malam" "Tanjung putri dari golongan pelayan" "sagara dari golongan pengemis" "jagat balik dari golongan nelayan"

"buana dewa dari golongan tukang kuli" "Dewa Ares dari golongan Pencuri" "Pratama dari golongan petani"

Aram mencabut sebuah kujang kecil dari rambutnya, dengan khidmat ia meletakannya bersama benda benda yag lain. kemudian Kembali Aram memerintah " Ambil jarak lima tombak dari benda benda yang kalian simpan". Para hadirin melihat Aram tanpa Berkedip jelas mereka terkagum,terkejut dan bangga beraduk aduk.

Aram menarik napas kemudian mengerahkan Tenaga sakti mata darah, matanya tiba tiba mencorong berwarna merah. terlihatlah benda benda yang terletak didepan panggung melayang layang, kabut merah mengepul membungkus. seperminum teh

kemudian Aram menghentikan kegiatannya Asap kemerahan perlahan mulai lenyap dan entah mengapa benda benda yang tadi berbeda warna kini semuanya berwarna merah merah

darah dengan rajah Awan dan langit berwarna biru di tiap benda itu.

Sungguh takjub tak terkira para hadirin melihat pameran ilmu kedigdayaan secara gratis......................

"KANG SOBAR dengan tanda kepercayaan Sabuk ini aku mengangkat engkau sebagai wakil ketua" "baik ketua, terimakasih atas kepercayaanmu"

"KI GUNTUR dengan tanda kepercayaan pipa cangklong ini aku angkat engkau sebagai pendamping kanan tugasmu adalah

meluruskan setiap tindakanku yang dianggap menyimpang dari kebiasaan organisasi,." "REHAN dengan tanda kepercayaan kipas merah ini aku angkat engkau menjadi pendamping kiriku, tugasmu adalah memberikan saran dan menampung saran demi kemajuan Organisasi kita."

"KI MAKMUR dengan tanda kepercayaan dompet ini aku mengangkatmu sebagai JUANG, Tugasmu mengelola uang baik pemasukan maupun pengeluaran.

"BRAHMA, dengan tanda kepercayaan Tambang ini aku Mengangkatmu sebagai JULIS, Tugasmu mencatat semua kejadian dalam organisasi, baik anggota,dan sebagainya. "DEWI MAWAR, SIWA DAN NYAI ASRI dengan tanda

kepercayaan Saputangan, batok dan gelas ini aku mengangkat kalian sebagai DUTA LANGIT, Tugas kalian adalah mengelola setiap informasi yang masuk dari komandan Bendera.

"RAJA, KI KODIR DAN SAMUDRA dengan tanda kepercayaan Kalung kerang, Sarung tangan dan Rancatan ini aku mengangkat kalian sebagai DUTA BUMI, Tugas kalian adalah mengupayakan Keuangan Organisasi kita,

"EKSAN, ARTI, JALI,DACE, DAN IBRAHIM dengan tanda

kepercayaan ikat kepala ini aku mengangkat kalian sebagai KSATRIA SATWA.

"dan kalian bersepuluh Aku mengangkat kalian Sebagai

KOMANDAN BENDERA, Tugasmu adalah memimpin Anggota anggota yang lain dari tiap golongan kalian.

"Apakah kalian semua ada yang Keberatan., Silahkan ada yang mau bertanya?

"Tidaaaakkkkk......." gemuruh tepuk tangan bergema dikedai itu.. mereka benar benar takluk dengan ketua baru mereka, baru kali ini mereka benar benar sedang berorganisasi....

"Demi keutuhan kelompok ini aku akan sedikit memberikan kalian bekal, aku harap semua anggota membuat sebuah lingkaran" Aram berteriak. Tanpa diperintah duakali mereka berbaris dan membuat lingkaran tanpa kecuali "Silahkan

kalian bersila dan saling berpegangan tangan, jika ada hawa mengalir jangan ditolak biarkan ia masuk kedalam tubuh kalian,"Aram berbicara dengan tegas.

Dengan mengerahkan ilmu yang disebut memindahkan pikiran dan hawa Aram mengajarkan mereka ilmu yang ada di dalam rimba persilatan. Yaitu ilmu yang ada Dalam kitab Silat rubah mencuri Kitab. Dua kentungan telah berlalu Aram menghentikan pengerahan tenaga dalamnya. Dan menyuruh mereka bersemadi sebentar juga untuk melatih ilmu yang ia turunkan.

Betapa bahagianya mereka mendapat perhatian yang lebih dari ketua mereka, perlu diketahui satu rangkaian ilmu silat dari satu perguruan utama pun bisa malang melintang, apalagi jika semuanya...........

Menjelang senja setelah makan dan minum, para hadirin membubarkan diri dengan senyuman kebahagiaan dibibir mereka, kecuali jajaran yang tadi siang diangkat menjadi bagian pengurus. Mereka berdiskusi sampai menjelang fajar dengan segala rencana yang sudah dimatangkan.

Keesokan harinya Aram memanggil KSATRIA SATWA dan mengajak diskusi selain mengenai urusan perkumpulan Panji Telapak perak. Ketika tiba di pintu kamar ketuanya Anggota Ksatria satwa melongo melihat penampilan ketuanya.. bagaimana tidak melongo, Aram memakai baju dalam hitam dengan jubah coklat ketat, jubahnya aneh karena jubah pribumi tanah jawadwipa tidak ada seperti itu, jubahnya panjang sampai mata kaki dengan belahan dibelakang sampai lutut dipenuhi dengan kantong baju, bagian depannya terbuka memperlihatkan baju dalamnya yang berwarna hitam, diikat tali selebar tigajari sebanyak tiga tali di dada, satu tali dileher, dan satu tali di pinggang, sepatunya terbuat dari kulit Rubah sampai lutut diikat dengan tali dari rotan, kedua tangannya memakai sarung dari kulit Rubah seperti halnya dengan sepatunya, sampai sikut. "Selamat datang Kawanku, Silahkan masuk jangan berdiri saja di pintu."

"t.terimakasih ketua" Dace menjawab. Setelah semuanya duduk Aram memulai diskusi.

"siapkah kalian, aku beri tugas pertama?"

"Tentu, ketua" mereka berlima menjawab serempak. "Dace, Ambilah bungkusan disudut itu" Aram menunjukan sebuah bungkusan cukup besar di sudut kamar.

Dace seorang pemuda tampan dengan rambut sepundak lalu beranjak mengambil bungkusan disudut ruangan dan meletakannya di depan Aram.......

"kalian ambilah pakaian ini masing masing satu buah pergilah

kebilik sana, dan ganti baju kalian.....

Setelah semua kembali, keruangan dengan memakai pakaian yang sama, kelihatanlah bahwa mereka begitu seragam. Meski mereka sedikit kesulitan memakai baju yang begitu mentereng yang seumur hidup baru mereka lihat, tapi mereka tidak ada yang protes......

"Boleh kita lanjutkan?" Aram memulai percakapan. "siap ketua,. "dengan semangat mereka menjawab.

"Dace, mulai saat ini engKau bernama Angkara, kau adalah ksatria Kijang Pakailah, tugasmu adalah sebagai kepala dari

ksatria satwa." Aram mengambil sebuah sepatu dan sarung tangan dengan model yang sama seperti ia pakai, bedanya yang kali ini ia serahkan terbuat dari kulit Kijang. "Eksan, mulai saat ini engKau bernama Amuk Samudra, kau adalah ksatria Buaya Pakailah, tugasmu adalah menguasai

perairan di berbagai daerah, karena ku tahu kau dari kampung nelayan, awasilah para komandan bendera, kau paham?" Aram mengambil sebuah sepatu dan sarung tangan dengan model yang sama dengan yang tadi dan menyerahkannya.

"Paham ketua, terimakasih atas kepercayaanmu,."

"Ibrahim, mulai saat ini engKau bernama Murka semesta, kau adalah ksatria Ular. Pakailah, tugasmu adalah menyebarkan

setiap berita yang perkumpulan rencanakan. Juga mempengaruhi setiap insan persilatan, satulagi kau harus berubah menjadi seekor ular yang licin, usahakan agar perkumpulan kita tak tersebar dirimba hijau jika perlu kau

harus berubah menjadi seekor ular naga demi perkumpulan kita, kau paham?" Aram mengambil sebuah sepatu dan sarung tangan dengan model yang sama dengan yang tadi dan menyerahkannya.

"Paham ketua, terimakasih atas kepercayaanmu,."

"Jali, mulai saat ini engKau bernama Huru Hara, kau adalah ksatria Serigala. Pakailah, tugasmu adalah membuat keonaran

keonaran dalam dunia persilatan, terutama mengenai Panji telapak Perak, Aku memberi kebebasan kepadamu untuk bertindak. kau paham?" Aram mengambil sebuah sepatu dan sarung tangan dengan model yang sama dengan yang tadi dan menyerahkannya.

"Paham ketua, terimakasih atas kepercayaanmu,."

"Arti mulai saat ini engKau bernama kasturika berjuluk Dewi Damai Buana, kau adalah ksatria Domba .ini Pakailah, Tugasmu adalah menenangkan setiap orang dari golongan lemah, termasuk para rakyat, mengenai tindakan lainnya aku tidak akan membatasi dirimu satu lagi aku takan melarang engkau untuk

memeras para hartawan atau pejabat yang memeras rakyat. Aku tahu kau takan menghilangkan kebiasaan mencurimu. kau paham?" Aram bicara dengan tersenyum seraya mengambil sebuah sepatu dan sarung tangan dengan model yang sama dengan yang tadi dan menyerahkannya.

"Paham ketua, terimakasih atas kepercayaanmu,."

"Dace, sebagai pimpinan aku akan memberimu wewenang untuk menambah seorang anggota baru, yang akan bertugas sebagai duta macan. Carilah orang diluar Anggota Telik sandi Bendera Langit Kita.engkau siap?"

"Siap," Dace menjawab dengan mantap, memang diantara kawan kawannya ia memang terkenal berwibawa dan tegas mengambil keputusan.

"Jali, Aku tahu tugasmu yang paling berat maka aku juga mengizinkan engkau untuk mencari sahabat baru yang akan bertugas sama denganmu yaitu duta Kerbau."

"Terimakasih ketua,"jawab jali dengan terharu, ia memang dikawan kawannya paling terkenal paling binal, paling liar, dan si pembuat ulah. Dengan ditugasinya sebagai orang yang akan membuat onar ia benar benar merasa bahagia.

"dan kau Eksan, aku tahu tugasmu mengawasi komandan bendera sangatlah sulit, kau juga aku berii wewenang untuk mencari sebuah teman, carilah seorang yang pas untukmu dan jadikanlah ia ksatria Beruang dan kalian berdua yang tidak

mendapat kebagian teman. Aku tahu, kalian sudah memiliki anggota sendiri dari luar anggota telik sandi. Jadi aku tidak terlalu risau."

"Baik ketua mereka bertiga menjawab. Arti dan Ibrahim benar

benar kejut tak kepalang tak disangkanya ketua barunya mengetahui secermat itu, maka bertambahlah rasa kagum mereka.

"kalian tak perlu khawatir, aku Ksatria Rubah dan Kang sobar Ksatria harimau akan membantu kalian secara bergiliran."timpal Aram lagi.

"Lima orang ksatria Satwa benar benar tak menyangka bahwa ketua mereka bakal turun sendiri. Dengan berkaca kaca terharu mereka memandangi ketua baru mereka.

"kalian tak usah bersikap demikian, meski kita adalah Anggota dan ketua, tapi kita bersikap layaknya seorang sahabat saja. Aku risih diperlakukan secara terlalu banyak adat" dengan bersungut sungut Aram berbicara, gayanya yang lucu membuat kelima ksatria tertawa santai mengurai kekhusyukan.

Begitulah mereka terus berdiskusi, lalu Aram menurunkan ilmu Rubah bersiasat, dan Selaksa Rubah menjadi bayangan kepada Ksatria Ksatria Satwa, beserta ilmu Halilintar perobek bumi sebagai olah kanuragannya.,,,,

Dina Jandela

Tina jand←la urang silih gupayan

lemu paneuteup deudeuh jeung geugeut neuteup eunteub tara nu nyora simp← henteu nyarita

ngukir ciptaan tresna jeung asih marengan Lir nu keur ngimpi, lir nu keur ngimpi gambar lamunan naon geuning nu katepi. lir nu disirep, lir nu disirep

geter katineung reureuh geuning, rep rerep.

Tina jand←la urang silih kiceupan

imut kareueut raga katresnaan padeukeut langit keur lenglang jauh tina kamelan gurang jadikeun galeuh pasini lawungkeun. ("Internet")

Terdengar lantunan sajak yang merdu dari sebuah bilik penginapan desa padanghaur..suaranya begitu syahdu menggelitik jiwa...ternyata orang yang bersajak adalah seorang jelita berwajahkan tionghoa yang tak lain adalah Thian Hong li ia sedang termangu mangu didekat jendela mengingat

kejadian dua hari yang lalu, ia masih ingat ketika dirinya bercumbu dengan kekasihnya dijendela ini. terdengar ia

melantunkan sajak sunda lagi, yang ia pelajari dari Aram widiawan sipemuda yang telah berani merebut hati dan tubuhnya itu.

Wengi ￉njing Tepang Deui Disimbutan ku halimun

diaping ku indung peutinglalaunan ngalayangna sukma ninggalkeun jasmani

emh, aduh, sukma ninggalkeun jasmani ngalayang ka awang-awang

r←t nepangan ka nu tebih nepungan ka urang gunung malati di pinggir pasir kakara pisan ligar nakapendakna tacan lami katuruban dangdaunan kahempi ka nagara sari.

Kembang diburu dirungrum sawengi henteu kapanggih patapan henteu kalanglang raraosan mah sawarsih emh, aduh, raraosan mah sawarsih hawar-hawar sora hayam

ciri parantos janari

nu nyumput t←h humarurung

teungteuingeun milik diriharianeun teuing kadar misahkeun anu keur asih

kembang nganggo dihalangan ditundung ku indung peuting.

Gunung geus aya di pungkur indit hat← mah murilit

duh, indit hat← mah murilit. Miang g← da sumor←ang Parangtritis kapiati

aduh enung pileuleuyan wengi ←njing tepang deui,

duh, aduh, wengi ←njing tepang deui. ("Internet")

Setelah puas bersajak Thian Hong li dengan berat hati meninggalkan jendela itu, dengan santai ia mengambil kain handuk     di     lomarinya,     dan     beranjak     kekamar mandi. disampirkannya handuk yang ia pegang dikaitan yang

sudah disiapkan. Dengan perlahan ia membuka pakaiannya, tubuh yang langsing dan sekal apalagi kulitnya yang putih seperti susu menambah kecantikannya dengan hati hati ia

melepaskan pakaian dalamnya yang tersisa hingga ia polos tanpa selembar benangpun.

Thian Hong li tersenyum lembut melihat Tonjolan didadanya, ya ia melihat enam tanda kemerahan disana, benar benar aneh,

mengapa ada tanda seperti itu disana ia beranjak kedepan

cermin besar setinggi dua depa setengah, dengan bangga ia mematutkan diri disana dengan sekali membolak balikan badan indahnya.

Tangan Thian Hong li diangkat setinggi dada dan memegang gunung kembarnya dengan lembut ia meremas remas miliknya

itu, Pikirannya melayang melamunkan kejadian sama ketika berada ditempat itu, bedanya waktu itu ada kekasihnya yang dengan nakalnya memanjakan dirinya. Nafas Thian Hong li makin memburu. ia ingat ketika ia sedang seperti itu, ia

mendapatkan ide gila yang langsung ia utrakan "Engkoh

Aram,berikan aku tanda agar aku bisa mengingat belaianmu ini" dan ironisnya Aram mengabulkan bahkan bukan cuman satu, tapi langsung enam tiba tiba Thian Hong li melenguh

mendapatkan puncaknya, bagaikan gunung meletus yang menyemburkan lava Thian Hong li menggelepar gelepar. "Akkkkkhhh "

Setelah puas melakukan aksinya Thian Hong li mengambil air lalu mandi, setelah selesai ia melap tubuhnya dan keluar mengganti baju.,

Ditengah kesunyian malam dibulan suro seorang gadis bernyanyi nyanyi kecil disebuah jalan yang sunyi,

`Kumalayang dialam dunya

langit numendung kalimpudan ku mega hideung angin ngahiliwir nyereset kana ati

matak ngageuingkeun lelembutan diri ngan hiji gusti nuwidi numaha agung

balebat fajar ti wetan nyingraykeun hideungna mega peuting batara alam nu endah mukakeun gapura sagara hirup nubaris jadi lalakon hirup kumalayang dialam dunya

Begitulah Ia bernyanyi sunda berulang ulang dan berhenti ketika ia mendengar erangan lirih.

Dengan mengendap hati hati dan menajamkan pendengarannya Thian Hong li perlahan mendekati arah suara rintihan, dengan menggunakan jurus yang bernama membedakan suara menentukan arah Thian Hong li tahu, suara itu berasal dari semak yang tak jauh dari dirinya. . .

Dengan mengintip dibalik semak yang cukup lebat Tanpa sadar Thian Hong li terpekik. ‖Hiyyy‖ dengan ngeri Thian Hong li

Mundur selangkah meski Thian Hong li seorang pendekar

wanita, tak urung ia merasa ngeri..ternyata dihadapannya terbaring seorang kakek tua dengan tubuh bersimbah darah..tangan kirinya kutung sebatas siku, wajahnya penuh dengan darah dan debu, bajunya hancur tak karuan. sepertinya ia telah berjalan jauh..

―Hahahaha, tampaknya, dewata masih menginginkan dunia ini

tidak hancur hahaha‖ kakek itu tertawa meski harus dibayar dengan mahal dengan nafasnya, dengan tersenggal senggal ia berkata yang lebih tepat adalah mengigau ‖neng geulis, kadieu,

ntong sieun aki lain jelema garong‖ terkejut Thian Hong li mendengar itu., dengan hati iba dan menambah semangatnya Thian Hong li mendekati kakek tua itu ―Ki, Kunaon aki koh jadi kie?‖ dengan logat sunda yang kaku Thian Hong li mencoba berkomunikasi. ―sepertinya, engkau bukan orang sini anak muda?, dengarlah aku memiliki permintaan, engkau mau

meluluskan?‖ ―Baik kek, selama itu tak menentang jalan ksatria dan hati nurani‖ Thian Hong li menjawab. ―Angkat Aku menjadi gurumu‖ Thian Hong li bingung, ia harus menjawab apa, tapi melihat kondisi sikakek Thian Hong li nekat tanpa menunggu lama ia bersujud dihadapan sikakek, ―Murid, Memberikan hormat kepada Suhu, ekh guru‖.

―Anak baik, dengarkanlah kata kata ini, pasang telingamu baik baik. ajian pertama bernama ajian bulan bentang ‖kuring sujud

ditaneh hideng nyaksian bentang nu herang mencenges siga srangenge ‖ nu kadua elmu bedog sanca oray ―kolebat

oray ngabentuk sinar, ngareol. ‖ begitulah Kakek itu

menjelaskan dua buah ilmu sakti andalannya kepada Thian Hong li. lalu menyuruh Thian Hong li mengulang dan

mengulang.

―Muridku, Aku bernama Ki Cakravala berjuluk sikakek bulan bentang, seminggu yanglalu, aku menemukan tiga kitab pusaka yang menjelaskan tentang perjalanan sukma manusia,untuk mencapai jati niskala,. , benar kata pepatah manusianya tidak

membuat masalah tapi ke‘punyaannya‘ membuat malapetaka., gara gara kitab itu, aku harus menderita seperti ini, muridku jika seseorang mengeroyokmu, setangguh apaun dirimu..maka kau akan mengalami kematian, dan itu terjadi padaku‖ dengan tersenggal sikakek bercerita, lalu ia memasukan tangannya kedalam pakaian dan menyerahkan buntalan kuning kepada Thian Hong li.

―muridku, inilah ketiga kitab itu ambilah dan pelajarilah secara

sembunyi sembunyi, jangan menceritakan kepada siapapun bila ada yang menanyakan kau murid siapa,

katakanlah murid si candramawa.‖ Pergilah dari sini cepat sebelum ada yang melihatmu.

Mata Thian Hong li berkaca kaca, ―guru, mana murid berani meninggalkan suhu dalam keadaan seperti ini. !‖

Diluar dugaan Sikakek menjadi berang saat Thian Hong li berkata seperti itu. ―Lekas enyah...jangan mengsiasiakan harapanku...jika kau masih belum enyah aku akan bunuh diri sekarang‖ Thian Hong li sama sekali tak sakit hati dibentak seperti itu, justru ia semakin menyayangi gurunya...dengan mengeraskan hati dan air mata bagaikan laut tumpah membasahi bajunya. Thian Hong li beranjak bangkit dan berkelebat menembus kegelapan.

―Kau, memang murid terbaikku ―desah ki cakravala. Dengan sisa sisa tenaganya Kicakravala mengambil seunbuah botol cairan, lalu diminumnya, setelah itu ki cakravala menutuk jalan darah kematiannya,,.....

Dua kentungan kemudian berkelebat sepuluh orang bayangan didepan mayat ki cakravala yang sedang berubah perlahan lahan mnjadi cairan.

―Racun pelebur raga‖ desah salah satu bayangan itu.

―kau kenal dengan pemilik Racun itu adi daksina?‖ ujar yang lain.

―Raja racun penyebar maut. hanya dia yang memiliki racun

ini.‖

―Berarti dia target kita, beritahu kelompok lain‖ yang tadi bicara memerintah.

―Baik Tuanku‖....

Wussshhhhhh sepuluh bayangan tadi berpencar meninggalkan seonggok cairan mayat ki cakravala.

Dengan tersedu sedu menangis Thian Hong li berlari kembali kepenginapan,, sesampainya dikamarnya ia terkejut melihat

kakaknya sedang menimbang nimbang keris miliknya.

―Kau darimana saja Hongmoay? Mengapa kau menangis?‖ Thian Liong memecahketerkejutan Thian Hong li.

―Tidak apa apa kok, Engkoh Liong‖ Thian Hong li berbohong lau ia duduk disebelah kakaknya.

―engkau dapat darimana senjata aneh ini Hongmoay?‖ Thian Hong li mengalihkan topik.

―Engkoh Aram. Yang memberikannya padaku, itu bukan senjata aneh kak, namanya keris,‖

―oh keris, dinegara kita tidak ada senjata unik seperti ini ya Hongmoay?‖

―benar kak, keris itu bernama keris perasaan?‖

―emmmcchhhh perasaan‖ Lalu Thian liong menatap adiknya,

seakan mengerti ―sesuatu‖. Thian Hong li salah tingkah untuk

menutupi salah tingkahnya itu hian Hong menceritakan kejadian tadi kepada thian liong.

―boleh aku lihat itu hong moay?‖

―tentu‖setelah itu Thian Hong li menyerahkan Bungkusan yang ia bawa, Thian Liong membukanya. Ternyata isinya adalah daun lontar berisi aksara sunda kuno. Daun lontar itu dibentuk sedemikian rupa hingga membentuk kipas. Untuk yang pertama tertulis berbagai macam halhal spiritual dan moral yang akhirnya diberi nama Sewaka Darma, yang kedua berjudul Bujangga Manik, dan yang ketiga Sri Ajnyana. Jika itu diberikan bberapa bulan kebelakang mungkin mereka bakal sulit mengerti tulisan itu. Tapi berkat bimbingan Aram mereka akhirnya menguasai aksara sunda kuno, masih terngiang dikepala mereka ketika Aram berkata sejarah tentang Aksara sunda kuno.

―Di tanah Nusantara Ada yang dinamakan dengan Abjad proto- sinaiti :Abjad Fenisia, Abjad Aramea, Abjad Brahmi. Dari Aksara Brahmi dit urunkanlah Aksara Pallawa, Aksara Kawi Kuno, Aksara sunda kuna lalu menurunkan Aksara Sunda Baku. Yang memiliki kerabat antara lain Aksara Bali, Batak, Baybayin,Hanuno‘o,Jawa, Kaganga, (Rejang), Lontara (Bugis), Rencong dan Tagbanwa. Aksara sunda diurutkan menjadi delapan belas, yang berbunyi kaganga cajanya tadana pabama yarala wasaha.‖

Setelah mereka membaca akhirnya mereka berkesimpulan bahwa isinya merupakan ilmu tingkat tinggi, ketiganya memiliki kesamaan yaitu menceritakan perjalanan sukma menuju kayangan demi mencapai tujuan akhir. Bujangga Manik berbentuk prosa puitis, sedangkan sedaka darma dan Sri Ajnyana merupakan teks puisi. Dengan kecerdasan mereka berdua akhirnya mereka berhasil menerjemahkan dengan konteks sebenarnya yaitu cara cara semadi menuju bumi kancana (Gedung kencana) langit tertinggi tempat sukma mencapai jati nirkala (Keabadian sejati).

Dengan tak mengenal lelah keduanya menerjemahkan dan berlatih ilmu dari kitab daun lontar itu...................

―SAUDARA SAUDARAKU Para Pemimpin Perkumpulan Telik Sandi saya selaku Ketua baru mengucapkan terimakasih kepada kalian yangtelah begitu memberi kepercayaan kepada saya, Saya meminta petunjuk petunjuk dan sarannya dari para Kisanak dan Nisanak sekalian‖ Aram bangkit dan menjura. Tentu saja para bawahannya terkejut dan buru buru bangkit dan balas menjura.

―Ketua, mohon anda untuk tidak terlalu sungkan kepada kami. ‖Ki Guntur menegur.

―Terimakasih Kisanak. Silahkan duduk, silahkan duduk!‖

setelah semuanya duduk Aram membuka percakapan ―dapatkah kita memulai acara ini?‖ para Petinggi Organisasi tidak menjawab mereka cuman mengangguk menunggu Aram melanjutkan ucapannya. ―baik, kalau semuanya sudah siap saya akan memuai pertemuan ini. Pertama saya akan membicarakan mengenai Komandan Bendera dan Anggotanya. Kedua saya mau membicarakan mengenai penambahan anggota. Dan yang terakhir saya mau membicarakan mengenai Wibawa para pengurus Organisasi‖.

Para petinggi diam saja merenungkan Ucapan Aram yang untuk pertama kalinya mereka lakukan. Sebelum sebelumnya mereka tidak pernah mengalami hal hal yang rumit seperti ini. Bagi mereka cukup ada ketua beres. Aram memperhatikan wajah mereka, tentu saja ia paham kondisi mereka yang kali pertamanya. Lalu ia melanjutkan

―Baik kita bahas yang pertama, saya ingin organisasi ini dirahasiakan serapat rapatnya.‖

―Maksud ketua? Bukankah dari dulu organisasi ini sudah merupakan organisasi Rahasia. ‖ Nyi Mawar menyela.,

mendesir Aram melihat Nyi Mawar membungkuk ketika ia berbicara, dadanya yang montok dan putih halus mengintip dibalik bajunya yang cukup seronok. Seketika ia tersadar Cepat ia kuasai hatinya para Petinggi Organisasi tersenyum melihat

ketua mereka yang wajahnya sebentar sebentar tersipu sipu, sebentar sebentar serius malah cenderung misterius, tidak

mengecewakan dijuluki pendekar seribu diri pikir mereka dalam hati....

― maksud saya, saya ingin membuat organisasi ini menjadi

Organisasi Rahasia dibalik Rahasia‖Aram menjawab misterius.

―saya benar benar tak mengerti‖dengan kebingungan Rehan nyeletuk.

―haha Saya jabarkan secara sederhana, Mohon anda sekalian

membuat organisasi didalam organisasi singkatnya Para Komandan Bendera membuat sebuah organisasi baru rahasia,‖ Aram menerangkan.

―Maksud ketua, Para Komandan Bendera membuat sebuah orgnisasi rahasia namun bergerak dengan meninggalkan jejak, dan bertindak sembunyi sembunyi, lalu merekrut anggota baru mengatas namakan Organisasi yang dibentuk sesuai dengan Bendera masing masing‖ Samudra menebak.

―benar sekali, Samudra kau tahu mengapa kita bertindak

demikian?‖ Aram menguji.

―Tidak, Ketua,‖

―Bagaimana dengan Anda sekalian?‖ Semua menggeleng tak mengertii.

―Inilah Siasat Rubah Bentengi Lobang, ada yang paham dengan Siasat ini?‖ Aram bertanya,.

Namun semuanya lagi lagi menggeleng.

―Saya takut, Pihak Perkumpulan Panji Telapak Perak memiliki Organisasi yang mengendalikannya.‖ Dengan mantap Aram nyeletuk. Mendesir darah para Petinggi Organisasi, mereka membayangkan jika Panji Telapak Perak juga menggegerkan Rimba hijau apalagi Organisasi yang mengendalikannya.

―Nah, tadi malam saya telah memikirkan nama sepuluh Organisasi Bendera, jika Anda sekalian setuju boleh dipakai tidak juga tidak mengapa.‖ Lalu Aram mendiktekan Hasil pemikirannya.

―Partai Naga Darah biru untuk golongan hartawan ‖

―Partai Harimau Niaga untuk golongan pedagang‖

―Partai Sumber Macan untuk golongan Peternak‖

―Partai Kupu kupu malam untuk golongan wanita malam‖

―Partai Belalang Sembah untuk golongan pelayan‖

―Partai Pengemis Serigala Untuk golongan pengemis‖ ―Partai Hiu lautan untuk golongan nelayan‖

―Partai Kaitan Dewa Beruang untuk golongan tukang kuli‖

―Partai Gagak Intan untuk golongan Pencuri‖

―Partai Cangkul Arwah Kerbau untuk golongan petani‖

―Ketua, Memang berotak Seekor Rubah‖ Puji Dewa Ares, ―Kami setuju. ― Imbuhnya lagi.

begitupun yang lain, mereka menerima nama nama yang diberikan ketua mereka.

―Bagus, kalau begitu, mengenai yang kedua, aku harap para

Komandan Bendera mendiskusikan dengan Para anggotanya mengenai Pengurus pengurus didalamnya. Saya tidak akan ikut campur. , saya cuman berpesan agar para anggota utama tidak

mengatakan akan keberadaan Organisasi Bendera Awan Langit., kepada anggota baru ‖.

―dan yang Terakhir, kemarin saya telah menulis beberapa kitab, yang saya sesuaikan dengan kesepuluh Partai, kitab kitab itu yakni kitab Naga biru, Kitab Harimau Membeli Jiwa, Kitab Macan Memerah Sukma, Kitab Kupu-kupu menghisap Raga. Kitab Belalang Menyembah mayat, Kitab Tongkat cakar serigala, Kitab Hiu menghisap samudra, Kitab Kaitan pencungkil jantung, kitab gagak mencuri Permata hidup dan Kitab Cangkul Arwah

Kerbau Ini Ambilah‖. Aram menyerahkan buntalan yang ia

simpan dibelakangnya,. Para petinggi Organisasi tercengang

sama sekali tak menyangka buntelan dengan kain butut dibelakang itu berisi kitab kitab sakti.

―Para Saudara Komandan Bendera boleh mengambil kitab yang sesuai dengan nama Partainya dan dipersilahkan untuk memulai pertemuan dengan anggotanya. ditempat yang kalian sepakati bersama ‖ dengan tertib Komandan Bendera mengambil Kitab

masing masing dan keluar, ruangan. Kitab itu sungguh tebal entah apakah isinya tanda tanya besar???

Para Duta dan Pendampingku sekalian, mohon untuk melingkar dan bersila seperti halnya kemari saat selesai Pertemuan Akbar‖ Aram memerintah....

―Baik, Ketua ‖ setelah semua selesai melingkar Aram

menggunaan kembali ilmunya yang bernama memindahkan pikiran dan hawa dengan memindahkan pikiran tentang ilmu Tenaga Sakti mata darah, Halilintar Perobek bumi, dan Jurus Pukulan geledek yang merupakn ilmu gabungan dari ilmu sihir, kebatinan dan Olah kanuragan, jadi betapa dahsyatnya ilmu itu tidak terkira, selain pikiran Aram juga memindahkan Tenaga dalamnya kepada mereka, tiga jam kemudian setelah semua selesai Pingsan kecapaian. Bergegas para Duta memindahkannya keruangan tempat tidur ketua mereka, mata mereka berkaca kaca saking terharunya atas pengorbanan sang ketua.

Setelah diurut urut dan disaluri tenaga dalam oleh Sipengabar langit, Dua kentungan kemudian Aram Siuman lalu bersemadi memulihkan kekuatan. Para Duta dan pendamping kini terpaksa harus menambah kekaguman mereka pada ketuanya begitu keluar asap kemerahan dari tubuh Aram, membuat sekeliling tempat itu panas luar biasa, tapi yang aneh adalah tempat itu seakan di guyur sajlju, terlihat dari beberapa tempat telah terbungkus es

Seorang pemuda tampan berwajah kuning pucat berpenampilan perlente, pemuda itu memakai baju dalam hitam dengan jubah coklat ketat, jubahnya aneh karena jubah pribumi tanah jawadwipa tidak ada seperti itu, jubahnya panjang sampai mata kaki dengan belahan dibelakang sampai lutut dipenuhi dengan kantong baju, bagian depannya terbuka memperlihatkan baju dalamnya yang berwarna hitam, diikat tali selebar tigajari sebanyak tiga tali di dada, satu tali dileher, dan satu tali di pinggang, sepatunya terbuat dari kulit kijang sampai lutut diikat dengan tali dari rotan, kedua tangannya memakai sarung dari kulit Kijang seperti halnya dengan sepatunya, sampai sikut. Ia baru saja keluar dari sebuah kedai tuak dengan sebat ia naik kepunggung kuda serta menceplaknya lari menembus rimba. Tapi belum seberapa jauh, tiba-tiba seorang mengadang di tengah jalan. Di bawah cahaya matahari terlihat jelas pakaian orang ini sehitam malam, menutupi seluruh tubuhnya yang hanya menyisakan matanya bersinar, meski wajahnya tertutup, dengan pedang pendek di punggungnya. Segera Pemuda berjubah coklat dapat mengenalinya melalui sorot matanya, sepandai pandainya orang menutup wajahnya tapi bagi seorang ahli dapat mengenali setiap orang dari sorot matanya, penghadangnya yaitu si pemuda yang menguntitnya semenjak dari kedai. Dengan tertawa ia menyapa, "Eh, kiranya kau berada di sini. Apakah kau sedang berjemur di sini?"

"Menunggu kau!" dengus orang itu.

"Menunggu aku?" Pemuda berjubah coklat menegas dengan tertawa.

"Tentu, kau pikir dengan menyamar seperti itu dapat mengelabui ku!"

"Ah, kukira belum tentu, kalau kau tak menguntitku dari awal kuyakin kau tak bakalan mengenaliku juga " ujar Pemuda

berjubah coklat dengan tertawa. "kupikir kau bukan menungguku tapi kau menunggu aku menyerahkan uang yang kubawa.benar kan " tambahnya,

Berkilat sepasang mata orang yang memakai pakain hitam yang membukus seluruh tubuhnya, di jepun mereka dipanggil ninja yaitu sekelompok organisasi pembunuh bayaran berdarah dingin. Melihat itu pemuda berjubah coklat tertawa terbahak bahak dan membentak ‖dengan apa kau berani mengambil uangku hah?‖

"Memangnya kau kira ilmu silatmu lebih tinggi daripadaku?" jawab ninja itu dengan sinis.

Seketika air muka pemuda berjubah coklat berubah, rupanya ucapan Ninja itu dengan tepat mengenai lubuk hatinya. Tiba-tiba sorot matanya menjadi buas, bentaknya, "Kalau kau anggap ilmu silatmu cukup tinggi, boleh juga kau coba-coba dengan aku, yang kalah harus menuruti sipemenang bagaimana?."

"Baik, aku terima tantanganmu," jengek si Ninja tak kalah sengit. "Ingat, kalah harus menuruti perkataan yang menang, kau sudah sanggup, tidak boleh mungkir janji " belum habis ucapan

pemuda berjubah coklat,

mendadak tubuhnya mengapung dari punggung kudanya, kedua kaki nya sekaligus menendang, yang diarah adalah kedua mata lawan.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar