Tengkorak Maut Jilid 50 Tamat

 
Jilid 50 (Tamat)

"AKU tidak ambil perduli, segala janjimu terhadadap ibuku, pokoknya kau harus terima syaratku titik"

"Maaf nona Ting, bila permintaan lain yang kau ajukan kepadaku, tentu akan kulakukan dengan senang hati, tapi dalam soal ini aku benar-benar tak dapat memenuhi keinginanmu, aku tetap akan memegang teguh janjiku terhadap ibumu" .

"Jadi engkau bersikeras akan menghantar aku pulang kegua salju dibukit Ciong-san?"

"Tentu saja"

"Andaikata aku bilang tidak mau? Lantas apa yang hepdak kau lakukan?"

"Maaf nona, engkau tak dapat mengajukan pilihan lain, demi memenuhi janji terhadap ibumu, terpaksa aku harus menyalahi engkau. bila kau tetap membangkang, maka aku akan menggunakan kekerasan. "

"Ooooh jadi engkau hendak menawan diriku dan

menghantarnya pulang ke rumah?"

"Yaaa" jawab Han siong Ki dengan suara yang dingin dan tak sedap didengar, "andaikata nona Ting tetap keras kepala dam tak mau pulang sendiri ke gua salju, siapa tahu kalau terpaksa aku harus menggunakan cara tersebut untuk mencapai tujuanku?" Paras muka Ting Bong berubah hebat, dengan gusar dia lantas berteriak keras:

"Han siong Ki, kau jangan sok jagoan, ketahuilah pemaksaan yang berlarut-larut bisa membuat orang jadi nekad"

"Aku tidak sok jagoan nona, akupun tidak memaksa dirimu terlalu berlebihan, aku hanya herbuat seperti apa yang harus kulakukan"

"sudahlah, kau tak usah mengajukan alasan yang dibuat- buat" tukas si nona kemudian, " lebih baik masing masing menempuh jalannya sendiri-sendiri dan anggaplah hal ini sebagai suatu pertukaran syarat"

"Maaf nona, sebagaimana telah kukatakan tadi permintaan dari nona tak dapat kupenuhi" "Hmm".

Ditengah dengusan yang amat dingin, tiba tiba Ting Hong menjejakkan kakinya ke tanah, kemudian melambung ke udara dan melayang menuju kedalam hutan.

Gerakannya ini boleh dibilang cepat sekali bagaikan sambaran kilat, sayang meskipun nona itu cepat, ternyata Han siong Ki bergerak lebih cepat lagi, cukup dalam sekali kelebatan saja tahu-tahu ia sudah menghadang dihadapannya.

"Han siong Ki engkau sungguh sungguh hendak mengajak aku bertempur...?" teriak Ting Hong dengan marah.

"Bilamana hal itu merupakan suatu keharusan, maka aku tak akan membantahnya"

"Kalau memang begitu sekarang juga lakukanlah, tak usah kau tunggu sampai tiba saat yang kau maksudkan sebagai suatu keharusan"

Ditengah bentakan yang amat nyaring, telapak tangannya segera diayun kedepan melancarkan sebuah serangan kilat ke tubuh Han siong Ki.

Sepintas lalu serangan tersebut tampaknya amat sederhana dan sangat biasa, tapi justru dibalik kesederhanaan tersebut tersimpanlah pelbagai perubahan yang luar biasa sejak ia melepaskan serangan sampai bayangan telapak tangannya hampir menyentuh ditubuh lawan, secara beruntun dia telah mengganti dengan tiga macam jurus serangan yang berbeda.

Ting Hong, gadis cantik itu memang luar biasa, begitu dia mangatakan hendak menyerang lantas melancarkan serangan, kejadian semacam ini sungguh berada diluar dugaan orang.

Sedikit banyak Han siong Ki msmpunyai pikiran segan untuk melangsungkan pertarungan dengan gadis itu, maka menghadapi serangan yang bertubi tubi itu secara beruntun dia mundur tiga langkah kebelakang. Gagal dengan serangannya yang pertama, Ting Hong segera merubah jurus serangannya, sekali lagi dia menyergap diri Han siong Ki dengan serangan-serangannya yang cepat bagaikan sambaran kilat.

Han siong Ki mainkan sistim pertahanan dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat, dia mengunci seluruh bagian tubuhnya yang penting hingga terhindar dari serangah lawan, dalam keadaan demikian meskipun jurus serangan dari Ting Hong termasuk suatu gerak serangan yang aneh dan luar biasa, tapi semua serangan itu tak satupun yang berhasil mencapai sasarannya, melihat kenyataab tersebut dara itu baru terkesiap. buru-buru ia robah kembali serangannya.

Dikala Ting Hong sedang merubah jurus serangannya untuk memperketat posisi sendiri, tiba-tiba Han siong Ki menerobos maju ke depan sambil melancarkan serangan denganjurus Mo- ong kou ciat (raja iblis menyembah loteng istana) jurus ini merupakan salah satu jurus serangan yang paling ampuh diantara tiga jurus serangan terampuh dalam ilmu Mo mo ciang hoat, malahan kalau dihitung-hitung maka jurus serangan inilah serangan terampuh diantara tiga jurus serangan lainnya..

"Blaaaang" suatu benturan kekerasan tak dapat dihindari lagi, ditengah dengusan tertahan tubuh Ting Hong mencelat sejauh delapan depa lebih dariposisinya semula. "Nona Ting" dengan dahi berkerut Han siong Ki segera menegur "kuanjurkan kepadamu lebih baik dengarkan saja semua nasehatku, mari lah ikut aku dan kita pulang kegua salju dibukit Ciong-san untuk berkumpul kembali dengan orang tuan u!"

"Tidak!" jawab Ting Hong dengan tegas, jelas sekali hatinya sedang marah, terbukti dari bibitnya yang digigit kencang-kencang. "Baiklah nona Ting" kata Han-siong Ki kembali "kalau toh engkau tak mau mendengarkan nasehatku, terpaksa aku harus menggunakan kekerasan untuk menghadapi dirimu!"

Dengan satu gerakan yang amat cepat sianak muda itu menerkam mangsanya, sepasang jari tangannya yang dipentangkan lebar seperti kaitan ba ja yang sangat kuat mengcengkeram pergelangan tangan musuh dengan cepat, gerak serangan ini mendadak, cepat dan tepat.

Ting Hong sendiri bukanlah seorang manusia sembarangan, dengan suatu gerakan yang sebat dia tarik pergelangan tangannya kebelakang, begitu terhindar dari cengkeram tersebut, telapak tangan' nya berbalik kedepan dan secara beruntun inelan carkau tiga buah serangan berantai.

Han-siong Ki rnemang memiliki banyak sekali jurus-jurus serangan mematikan yang luar biasa dahsyatnya, tapi pemuda itu tak berani mengguna kannya secara gegabah, sebab ia kuatir kalau serangannya yang teramat dahsyat itu bisa msngaki batkan musuhnya terluka.

Pada hakekatnya andiikata ia tidak didesak terus sehingga terpaksa harus turun tangan, pemuda itu merasa segan untuk turun tangan, tentu saja melukai gadis itu lebih-lebih tak mungkin akan dilakukan olehnya...

Tapi bila ia tidak mengeluarkan jurus-jurus serangannya yang mematikan, untuk sesaat gadis itu pun tak mampu mengapa-apakan musuhnya, keadaan semacam ini membawa anak muda itu menjadi serba susah...

Demikianlah, ketika Ting Hong secara beruntun melancarkan tiga buah serangan berantai, Han siong Ki terdesak hebat sehingga tanpa bisa dicegah lagi dia mundur bebsrapa langkah untuk menghindarkan diri

Begitu si anak muda itu mundur, Ting Hong segera manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya, dia melompat keudara dan berusaha melarikan diri dari situ. "Nona Ting, kau tak dapat pergi, percuma usahamu untuk kabur dari sini" bentak Han siong Ki dengan dingin.

Sekali lagi dia menjejakkan kakinya keatas tanah dan berkelebat kedepan untuk menghadang jalan perginya.

"Han siong Ki, engkau terlalu mendesak diriku, ketahuilah binatang yang terpojokpun akan melawan, apalagi manusia." bentak Ting Hong dengan geramnya.

"Weeeessss" sebuah pukulan yang bertenaga amat besar segara dilontarkun kedepan untuk menghajar dada Han siong Ki.

Sianak muda itu tahu bahwa gadis itu berusaha untuk melarikan diri dari cengkeramannya, maka dengan cepat hawa si mi sikangnya dikerahkan untuk melindungi seluruh badan-..

"Blaaaang" diiringi jeritan kaget, pukulan tersebut bersarang telak pada sasarannya.

Serangan yang dilancarkan Ting Hong itu dengan tepat menghantam diatas dada Han siong Ki, walaupun dia mengandalkan hawa saktinya untuk melindungi badan toh serangan tersebut cakup membuat hawa darah didalam dadanya bsrgolak keras, matanya terasa berkunang kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling, meski demikian, diapun berhasil pula mencengkeramkan pergelangan tangan kanan Ting Hong yang digunakan untuk melancarkan serangan itu.,

"Lepaskan aku!" teriak nona itu dengan geram bercampur mendongkol.

"Maaf" aku tak dapat memenuhi harapanmu itu Ting Hong meronta dengan sekuat tenaga, tapi tidak berhasil melepaskan diri dari cengkeraman itu, akhirnya dia jadi nekad, telapak tangan kirinya tiba tiba diayunkan ke depan menghajar tubuh musuh yang cuma terpaut beberapa inci saja itu. Han siong Ki menyingkir ke samping dengan cekatan, cengkeramannya pada pergelangan tangan musuh segera diperketat. Oleh gencetan yang sangat kuat itu, Ting Hong mendengus tertahan, tangannya segera terkulai kembali_ke bawah, sementara tatapan matanya penuh memancarkan rasa benci, marah dan mendendam, demikian mendalamnya rasa benci nona itu hingga cukup membuat orang yang memandangnya jadi ikut bergidik.

Tampaknya dari kenekatan dan kekerasan kepala nona itu, ia lebih rela dirinya mati dari pada pulang ke rumah...

Tapi mengapa ia sampai bersikap demikian? Suatu misteri yang rasanya sukar untuk mendapatkan jawabannya!

Han-siong Ki tak mau pusing-pusing memikirkan persoalan itu, dengan suatu gerakan cepat dia totok jalan darah gadis itu, kemudian ia putar badannya herdak memanggil sepasang siluman hitam putih......

Sebelum sesuatu tindakan dilakukan, tiba-tiba terdengar serentetan suara yang amat menyeramkan berkumandang datang:

"Manusia bermuka dingin, apa yang hendak kau lakukan?"

Mengikuti berkumandangnya ucapan tersebut kurang-lebih dari arah tiga kaki dihadapannya muncullah sesosok bayangan marusia yang bergerak sangat enteng seperti sukma gentayangan.

Menyaksikan kemunculan bayangan manusia itu berdebarlah jantung Han-siong Ki saking ngerinya, dia mengamati orang itu dengan lebih seksama lagi......

Ternyata orang itu adalah seorang laki laki tampan berbaju putih yang telah berusia tiga puluh-tahunan, meskipun tampan wajahnya, sayang diantara alis matanya tampak terlintas suatu sikap yang licik dan bengis, sehingga terasa kurang sedap dipandang mata. 

Setibanya di tengah arena, laki-laki berbaju putih itu memandang sekejap kearah Ting Hong yang menggeletak ditanah dengan jalan darah tertotok itu, kemudian dengan hawa membunuh yang menghiasi wajahnya tebal-tebal, ia berkata seram:

"Lepaskan orang itu!"

"Hmmm! Siapa engkau?" tegur Han-siong Ki tak kalah ketusnya.

Laki-laki itu tidak menjawab, sebaliknya mengulangi kembali kata-katanya:

"Aku memerintahkan kepadamu untuk segera melepaskan dirinya!"

"Huuuh dengan dasar apa engkau memerintah diriku

untuk lepaskan dirinya?"

"Dengan dasar apa.? Heehh... heeehhh... heeehhh...

tahukah engkau bahwa dia adalah kekasihku?"

Mendengar pengakuan tersebut Han siong Ki merasakan hatinya bergetar keras:

"Ting Hong adalah kekasihmu?" ia menegaskan. "Yaa, benar"

"sayang seribu kali sayang, ia tak dapat kuserahkan kepadamu dengan begitu saja"

"Apa yang siap kau lakukan terhadap dirinya.?" teriak laki laki berbaju putih itu sambil maju tiga langkah lebar kedepan.

"Dia hendak kuserahkan kembali pada ibunya"

Untuk sesaat laki-laki berbaju putih itu terkejut, tapi hanya sejenak. la segera tertawa dingin.

"Heeehhh... heeehhh... heeehhh omong kosong, ayoh

sebetulnya dia akan kau lepaskan tidak?" "Tidak" "Bangsat, kalau begitu engkau memang sudah bosan hidup".

Diiringi bentakan nyaring, laki-laki berbaju putih itu menerjang maju kemuka dan serangan tersebut cukup membuat hawa didalam dadanya bergolak keras, matanya berkunang-kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling, meski demikian, diapun berhasil pula mencengkeramkan pergelangan tangan kanan Ting Hong yang digunakan untuk melancarkan serangan.

"Lepaskan aku" teriak nona itu dengan gemas bercampur mendongkol.

"Maaf, aku tak dapat memenuhi harapanmu"

Ting Hong meronta dengan sekuat tenaga, ia tidak berhasil melepaskan diri dari cengkeraman itu, akhirnya dia jadi nekad, telapak tangannya tiba-tiba diayunkan ke depan menghajar musuh yang cuma terpaut beberapa inci saja.

Han siong Ki menyingkir ke samping dengan cekatan, cengkeramannya pada pergelangan tangan musuh segera diperketat.

Oleh gencetan yang sangat kuat itu, Ting Hong mendengus tertahan, tangannya segera tertarik kembali ke bawah, sementara tatapan matanya penuh memancarkan rasa benci, marah, dengan cepatnya bagaikan kilatan cahaya tahu tahu ia sudah berada dihadapan Han siong Ki dan segera melancarkan sebuah totokan kilat kemuka.

Waktu itu, Han siong-Ki sedang mencengkeram jalan darah penting dipergelangan tangan Ting Hong, tentu saja ia tak dapat berkelit, telapak tangan kirinya segera diputar satu lingkaran kemudian dengan menggunakan jurus serangan yang tak kalah ganasnya dia balik membacok pergelangan tangannya... Menyaksikan datangnya serangan yang begitu dahsyat dan berat, laki laki baju putih itu merasa terkesiap. cepat ia menarik kembali serangannya sambil mundur tiga langkah ke belakang.

Sementara itu, dua sosok bayangan manusia dengan kecepatan yang luar biasa telah melayang masuk kedalam arena pertarungan..

Siapakah mereka? Dua orang itu tak lain adalah Hek pek siang yau sepasang siluman hitam dan putih.

Melihat kehadiran dua orang pembantunya, Han siong Ki segera merentangkan sepasang tangannya dan melemparkan tubuh Ting Hong kearah siluman putih Hong-ing ing.

"Jaga dia baik-baik" perintahnya. "lindungi dia jangan sampai kena direbut lawan"

Siluman putih Hong Ing ing mengiakan, dengan cekatan dia maju kedepan untuk menyambutnya .

Tampaknya lelaki baju putih itu merasa ada kesempatan baik untuk merebut kembali pacarnya dari tangan musuh, tiba tiba ia menerjang kemuka dengan kecepatan yang luar biasa, tangannya seperti kuku garuda segera menyambar tubuh Ting Hong yang masih melayang ditengah udara itu....

"Bangsat keparat Kau tak usah mencoba bermain gila dihadapanku, enyah kamu dari sini" siluman hitam seng Keh ki membentak keras.

Diiringi suatu bentakan yang amat nyaring, dia melancarkan sebuah cukulan yang sangat hebat dari sisi arena.

"Blaaang" ditengah benturan yang sangat keras, laki laki berbaju putih itu terpental kembali ketempatnya semula, sementara siluman putih Hong Ing ing telah menyambar dan menerima tubuh Ting Hong yang dilontarkan ke arahnya itu. Tak terkirakan rasa gusar laki laki berbaju putih itu, dengan muka merah membara ia berseru sambil menggigit bibir...

"Han siong Ki, kau manusia keparat Aku bersumpah tak akan hidup berdampingan denganmu, aku akan menggunakan segala daya upaya untuk mencabut nyawa anjingmu."

"Heeehhh.... heeehhhh... heeeehhh..." Han siong Ki ketawa dingin tiada hentinya, dengan wajah yang tetap dingin dan kaku ia berkata lebih jauh:

"saudara, aku harap engkau bersedia menjawab dengan sejujurnya, benarkah dia adalah kekasihmu?"

"siapa yang menyangkal kalau dia bukan kekasihku?, Tentu saja dia adalah pacarku yang sebenarnya"

"Kalau toh memang begitu, aku rasa engkau pasti mempunyai nama bukan? Katakanlah dulu siapa namamu?"

"Hhmmm .Aku merasa tidak mempunyai keharusan untuk menyebutkan namaku padamu"

"Kalau toh engkau segan untuk menyebutkan namamu, aku harap engkau tinggalkan tempat ini.. saja"

"Boleh saja kalau menginginkan aku pergi dari sini, tapi dia harus kau lepaskan lebih dulu"

"Bukankah kau adalah kekasihnya? Kenapa tidak kau cari dirinya dirumah ibunya? Kalau hendak menemui dirinya lagi, silahkan saja mendatangi gua salju dibukit Ciong san"

"Tidak Tidak bisa Dia tak dapat pergi dengan begitu saja"

Lama kelamaan Han siong Ki dibuat jengkel juga oleh keketusan musuhnya, kontan ia mendengus dingin-

"HHmm saudara, sebenarnya apa yang hendak kau lakukan? Katakan saja berterus terang"

Laki laki berbaju putih itu tidak langsung menjawab, ia cabut keluar sebilah pedang pendek yang memancarkan cahaya berkilat, kemudian ketika senjata itu digetarkan maka tampaklah kilatan cahaya pedang yang mengembang sampai sepanjang tiga depa.

"Kau tak usah banyak ngebacot lagi, ayoh Kita bereskan saja persoalan ini dengan kekerasan" demikian teriaknya.

"Huuuh Dengan mengandalkan kepandaianmu itu, kau hendak menantang aku untuk berduel?"

"Kenapa? Memangnya kau anggap aku tak sanggup untuk menandingi kepandaianmu?"

"Heeehhh...heeehhh...heeehhh... aku kuatir kalau engkau masih belum berhak untuk bermain denganku"

Tak terkirakan rasa gusar laki laki berbaju putih itu, dia merasa ucapan tersebut merupakan suatu penghinaan baginya, sambil membentak nyaring, pedang pendeknya segera digetarkan semakin kencang, hingga kini cahaya tajam yang memancar keluar mencapai sejauh lima depa...

Siluman hitam seng Keh ki tak ingin ketuanya menghadapi sendiri pertarungan itu, dia cepat maju ke muka seraya berseru:

"Ciangbunjin, harap engkau suka mundur kebelakang, serahkan saja orang ini kepada tecu"

Laki laki berbaju putih itu semakin gusar, ia mendengus dingin, pedangnya diputar semakin kencang menciptakan selapis hawa pedang yang tajam dan mengerikan untuk mengurung sekujur badan siluman hitam itu.

Siluman hitam Seng Keh-ki sendiri cukup mengetahui lihaynya ancaman tersebut, cepat badannya mengigos delapan depa kesamping, begitu terlepas dari ancaman cahaya pedang musuh...........

Sreet! Sreeet! Secara beruntun ia lancarkan tiga buah serangan berantai. Laki-laki berbaju putih itu segera menarik kernbali serangannya, tiba-tiba dia mengayunkan tangannya kedepan, pedang pendek itu segera terlepas dari cekatannya menembusi hawa pukulan siluman hitam yang sangat kuat dan langsung mengancam kearah dadanya.

Tindakan ini boleh dibilang luar biasa sekali, bukan saja serangan dilancarkan secara tiba-tiba bahkan kehebatannya tak terkirakan, dalam keada an demikian, sekalipun ilmu silat yang dimiliki siluman hitam jauh lebih lihaypun sulit rasanya untuk menghindarkan diri dari sergapan kilat yang terduga ini.......

"Criiiing !" tiba-tiba terdengar suara gemerincingan

nyaring menggema diangkasa.

Cahaya pedang tersebut setelah membentuk gerakan satu setengah lingkaran busur segera meluncur kembali ke tangan laki-laki baju putih itu.

Kiranya Han-siong Ki sudah was-was dan memperhatikannya dengan seksama, begitu ia saksikan betapa lihaynya ilmu pedang lawan yang disertai dengan tenaga dalam yang dahsyat itu, maka dikala laki-laki tersebut melontarkan pedang pendeknya melakukan sergapan maut, secepat kilat diapun melancarkan sebuah serangan jari tangan yang tajam.

Untung serangan tersebut bersarang telak diujung pedang itu, sehingga pada detik yang terakhir ia berhasil menyampok jatuh pedang itu dan menyelamatkan jiwa rekannya.

Siluman hitam Seng Keh-ki sendiri, kendatipun berhasil lolos dari ancaman bahaya maut, tak urung peluh dingin sempat mengucur juga memba sahi seluruh tubuhnya.

Dia ingin maju lagi ke depan, tapi Han-siong Ki segera ulapkan tangannya seraya berkata: "Kau mundur saja ke belakang, biar aku yang membereskan sendiri orang ini" Dengan wajah tersipu sipu, siluman hitam segera mengundurkan diri dari tempat itu.

Laki laki berbaju putih itu sendiri memandang sekejap kearah Han siong Ki dengau pandangan terperanjat, lalu tanpa mengucapkan sepatah katapun ia menerjang ke muka sambil melepaskan serangkaian serangan yang maha hebat.

Waktu itu, Han siong Ki benar-benar sudah diliputi hawa amarah yang menyala-nyala, hawa sakti si mi sinkang nya disalurkan hingga mencapai sepuluh bagian, kemudian dibabatnya ke tubuh lawan yang kebetulan sedang menerjang tiba itu.

Kabut putih yang amat tebal sebera menggulung-gulung bagaikan permainan ombak di samudra, seseorang tampak mendengus tertahan, menyusul kemudian laki-laki berbaju putih itu terlempar sejauh dua kaki lebih ke belakang.

Pada saat yang bersamaan ketika laki-laki berbaju putih itu mencelat ke belakang, tampaklah sekilas cahaya putih yang menyilaukan mata meluncur ke muka dan mengancam dada Han siong Ki.

Kiranya sewaktu laki-laki berbaju putih itu melancarkan tubrukan kemuka tadi, sekalian diapun melontarkan pula pedang terbangnya untuk melukai lawan.

Padahal waktu itu Han siong Ki sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk melancarkan serangan, tak terkirakan rasa kagetnya menyaksikan munculnya kilatan cahaya pedang yang tahu-tahu sudah muncul dihadapan matanya, dalam keadaan begini, sekuat tenaga ia membuang tububnya kesamping...

Sayang terlambat, tiba-tiba ia merasa kesakitan yang luar biasa hingga merasuk kedalam tulang, ternyata lengan kirinya sudah kena ditembusi oleh pedang terbang itu hingga terluka, darah mengucur keluar dengan derasnya...... Cepat cepat ia totok beberapa buah jalan darahnya untuk menghentikan aliran darah tersebut.

Pedang terbang itu sendiri, oleh karena pada pangkal gagangnya terikat oleh seuntai rantai yang kuat, maka begitu berhasil mengenai sasarannya, cepat pedang tersebut ditarik kambali kebelakang.

Luka dalam yang ditarik laki-laki berbaju putih itu tidak terlampau parah, terbukti dia lantas melompat bangun dan berusaha melarikan diri dari situ.

Han siong Ki merasa penasaran sekali, apalagi setelah terluka, hawa napsu membunuhnya makin menyelimuti wajahnya, dengan gerakan cahaya kilat lintasan bayangan dia menyusup ke depan dan menghadang jalan pergi orang itu kemudian secara beruntun ia lancarkan lima buah serangan berantai yang rata rata bertenaga penuh.

Bukan saja serangan tersebut cepatnya luar biasa, bahkan disertai juga tenaga dalam sebesar dua belas bagian, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya ancaman tersebut.

Selihay lihaynya laki laki berbaju putih itu, mana mungkin dia sanggup menghadapi lima buah serangan berantai itu, jerit kesakitan berkumandang memecahkan kesunyian, sambil muntah muntah darah kental, tubuhnya terpental kurang lebih tiga kaki jauhnya dari tempat semula dan tak sanggup bangkit kembali.

Hawa napsu membunuh dari Han siong Ki tidak karena kejadian itu lantas padam. begitu musuhnya roboh ia menerjang maju lebih ke depan sskali lagi telapak tangannya diayun kebawah untuk melancarkan sebuah serangan yang mematikan.

Seandainya serangan tersebut bersarang telak di tubuh orang itu, tak ampun lagi laki laki berbaju putih itu pasti akan terhajar sampai hancur dan remuk berkeping-keping...... Untunglah disaat yang amat kritis itulah tiba tiba dari arah samping muncul segulung angin pukulan maha dahsyat yang langsung menggulung ke tubuh Han siong-Ki.

Merasakan betapa beratnya ancaman itu, anak muda itu segera menarik kembali serangannya sambil mundur dengan hati terkejut. Ketika penyergap itu diamati dengan lebih seksama lagi, maka terlihatlah bahwa orang yang barusan melancarkan serangan itu bukan lain adalah, perempuan berkerudung yang misterius itu.

Kemunculan si perempuan berkerudung yang tepat menghalangi niatnya untuk melukai pemuda berbaju putih itu, sungguh jauh diluar dugaan Han siong Ki, untuk sesaat pemuda itu tertegun.

"Eeh sebenarnya apa maksudmu menghalangi niatku untuk menghajar mampus bangsat itu ?" teriak pemuda itu

kemudian dengan kemarahan yang belum mereda.

"Hmmmm" perempuan berkerudung itu mendengus dingin, "bukankah engkau pernah menerima kebaikan dari Ting Hong maupun ibunya? Mengapa kau hendak membinasakan kekasihnya sekarang? Tidakkah engkau merasa bahwa tindakanmu itu ibaratnya air susu yarg dibalas dengaa air tuba..?"

Mendengar perkataan itu, Han siong Ki jadi amat terkejut, tanpa disadari ia mundur satu langkah lebar ke belakang.

Tepat sekali ucapan tersebut Bagaimanapun juga ia memang tak pantas membinasakan laki laki berbaju putih itu, sebab diantara mereka tak pernah terikat sengketa atau perselisihan yang harus diakhiri dengan suatu pertumpahan darah.

Untuk sesaat lamanya anak muda itu termenung dan tak tahu apa yang harus dilakukan mendadak ia seperti

merasakan kehilangan sesuatu, dengan mata yang tajam iapun celingukan kesana kemari seperti mencari seseorang, agaknya ia tidak temukan diri Go siau bi ada bersama mereka, maka diapun berseru.

"Eeeh.. aneh benar, kemana ia telah pergi? Kenapa tidak nampak batang hidungnya?"

"siapa yang kau cari. ? Go siau-bi maksudmu?" sela

perempuan berkerudung itu "Yaa, dia dia ada dimana?".

"Dia telah pergi"

"Apa? Dia telah pergi..?" kata Han siong Ki dengan perasaan tak karuan, saking kagetnya sampai nada suaranya juga kedengaran agak gemetar....

"Ya, dia sudah pergi Maafkanlah daku, aku telah berusaha dengan sepenuh tenaga untuk menghalangi kepergiannya, tapi sayang usahaku itu gagal. akhirnya aku tetap tidak

berhasil untuk menahan dirinya agar jangan pergi" "Kemana ia telah pergi?"

"Siapa yang tahu?"

Han-siong Ki jadi panik sekali, dia segera menjejakkan kakinya siap meninggalkan tempat itu.....

"Ciangbunjin tunggu sebentar!" tiba tiba siluman hitam Seng Keh-ki memanggil dengan hormat, dia lantas menghampiri ketua perguruannya.

"Ada urusan apa?" tanya pemuda itu sambil menghentikan gerakan tubuhnya.

"Tecu telah menemukan surat yang ditinggalkan nona Go, barap ciangburjin suka memeriksanya lebih dulu!"

Seraya berkata dia lantas mengangsurkan sepucuk surat ketangan ketuanya. Tampaknya Han-siong Ki sudah mendapat firasat jelek, ia tahu ada suatu kejadian yang luar biasa dan tak diinginkan terjadi, tanpa sadar sekujur badannya menggigil keras, jantungnyapun ikut berdebar kencarg, peluh sebesar kacang kedelai membasahi seluruh kening dan tubuhnya........

Dari tangan siluman hitam disambutnya selembar kain potongan yang penuh dengan tulisan, tampaknya kain itu sengaja dirobek dari bajunya sebagai pengganti kertas.

Tulisan diatas kain itu ditulis dari arang, ini menunjukkan betapa kalut dan bingungnya pikiran Go Siau-bi ketika menyusun kalimat dan menulisnya dikain tersebut.

Memegang kain yang penuh berisikan tulisan itu Han-siong Ki tak dapat menahan emosinya, tangan yang memegang kain itu tampak sedikit menggigil.

Untuk sesaat pemuda itu memejamkan matanya ketika perasaan dan pikirannya telah menjadi tenang kembali, ia baru membuka matanya dan membaca surat tersebut.....

-ooo0dw0ooo-

Bab 102

TERBACALAH surai itu berbunyi demikian;

"Engkoh Ki yang kusayangi; Bila kau sedang membaca surat ini, maka aku sudah jauh berada disisimu, maafkanlah kepergianku yang kulakukan secara diam-diam ini aku tak ingin pergi sepengetahuanmu, maafkanlah aku karena aku pergi tanpa pamit!

Selama hayat masih dikandung badan, aku akan tetap mencintaimu, semua kasih sayangku padamu akan kusimpan terus dihati sampai akhirnya kubawa kembali ke liang kubur. Ketahuilah engkoh Ki, aku amat mencintai dirimu baik semasa masih hidup maupun setelah aku mati nanti, cintaku kepadamu tak akan padam tak akan sirna karena alasan apapun jua.

Aku tahu, cinta adalah suatu pengorbanan, cinta yarg suci dan murni bukanlah membutuhkan suatu pembalasan yang setimpal, atau dengan perkataan lain, aku tak akan menggubris apakah engkau mencintai aku atau tidak, tapi yang pasti aku amat mencintaimu, inilah cintaku yang pertama, juga cintaku yang terakhir kalinya, semua kasih sayangku telah kupersembahkan hanya untuk mu seorang.

Sampai sekarang, walaupun antara kau dan aku belum pernah melakukan hubungan sebagai suami istri, tapi diatas kertas aku telah menjadi istrimu yang sah, maka sampai matipun aku tetap akan menjadi setannya keluarga Han.

Perkawinan kita adalah suatu kekeliruan yang besar, aku rasa dalam hal ini ergkaupun tak akan menyangkal.

Setiap apa yang pernah dikatakan nona Ting, cinta antara seorang laki-laki terhadap seorang pe rempuan harus tumbuh secara siam. harus muncul dari dasar hati yang dalam, cinta tak dapat di peroleh dari suatu penekanan, suatu paksaan atau mengemis dari orang lain. Aku cukup memahami arti dari ucapan itu, akupun dapat menarik kesimpulan dari perkataan itu bahwa cinta yang didapat dari mengemis atau suatu pernaksaan adalah cinta yang palsu, cinta yang tidak

sungguh-sungguh, bukan kebahagiaan yang akhirnya akan di peroleh melainkan suatu siksaan, suatu penderitaan sepanjang hidup.

Setelah memahami keadaan yang sebenarnya, ma ka kuputuskan untuk pergi meninggalkan kau!

Engkoh Ki! Aku tahu engkau akan bersedih hati, kau akan merasa tertekan jiwanya, sebab engkau adalah seorang yang berhati panas meski diluafan wajahmu tampak selalu dingin. Tapi. yaa, aku minta kau tak usah terlalu menyalahkan

dirimu sendiri, aku pergi karena maksud hatiku sendiri, sebab dengan demikian pc rasaan kita berdua akan mendapat ketenteraman dan ketenangan.

Berat rasanya kutinggalkan dirimu, tapi kau tak usah kuatir, dimanapun aku berada sejak kini, hatiku selalu hanya untukmu, pikiran dan perasaanku akan selalu mendampingi dirimu.

Semoga kau bahagia selalu.

Salam penuh kerinduan dari, Adik Siau-bi.

Bagaikan seseorang yang tercebur kedaiam gudang es  yang sangat dingin, Han-siong Ki merasakan sekujur badannya jadi beku dan kaku, mu kanya puoat pias seperti mayat, untuk sesaat lama mya ia tak tahu api yang musti dilakukan.

Mimpipun ia tak menyangka kalau pembicaraannya dengan Ting Hong belum lama berselang mengakibatkan kepergian Go Siau bi tanpa pamit

Tiba-tiba pandangan matanya jadi gelap tubuh nya jadi sempoyongan dan hampir saja roboh ke-tanah, untuk pertama kalinya ia merasakan suatu kekosongan, untuk pertama kalinya ia merasa kesepian dan hidup yang tak berarti, semua siksaan dan penderitaan dalam hatinya membuat pemuda itu tanpa terasa merintih......

Tonghong Hui, gadis yang disayang dan dicintai dengan segenap jiwa raganya telah mati!

Go Siau-bi, bakal istrinya yang selalu terbuai diantara permainan, hidup yang serba menyedihkan kini telah pergi!

Sekuat tenaga ia menarik narik rambut sendiri, darah mengucur keluar dari sela sela jari tangannya, tampaknya pemuda itu hendak menggunakan siksaan badan untuk mengurangi rasa siksaan yang dialami batinnya. Sepasang siluman hitam putih hanya bisa memandang tingkah laku ketuanya dengan wajah tertegun, mereka tak berani memberi komentar, apalagi menghiburnya dengan kata-kata yang manis.

Ting Hong terkapar dengan jalan darah tertotok, sedangkan laki laki berbaju putih itu berbaring tak sadarkan diri karena isi perutnya yang terluka parah, terhadap adegan yang sedang berlangsung didepan matanya tentu saja mereka tidak merasa apa-apa.

Akhirnya perempuan berkerudung itulah yang maju beberapa langkah ke muka, lalu berkata dengan suara yang berat dan dalam:

"Han siong Ki Ingat baik-baik, perpisahanmu ini hanya suatu perpisahan untuk sementara waktu saja, bukan suatu perpisahan karena kematian, kenapa engkau musti berkeluh kesah seperti seorang manusia yang tak bersemangat?

Memangnya dikemudian hari kau tak bisa mencari dirinya lagi? Memangnya.. di kemudian hari engkau sudah tak punya kesempatan untuk bertemu lagi dengannya? Kau harus ingat, apa yang harus kau lakukan lebih dahulu pada saat ini"

Bagaikan disambar geledek disiang hari bolong ucapan tersebut segera menyadarkan kembali si anak muda itu dari lamunannya.

Dengan sekujur badan bergetar keras, Han siong Ki memandang sekejap kearah perempuan berkerudung itu dengan pandangan penuh berterima kasih, setelah memberi hormat kepadanya iapun berkata:

"Bukankaht engkau pernah berjanji kepadaku akan memberitahukan kemana kaburnya Thian che kaucu?"

"Yaa betul" sahut perempuan berkerudung itu sambil mengangguk, "tapi sebelum kau pergi mencari gembong iblis itu ditempat persembunyiannya, terlebih dahulu engkau harus selesaikan dahulu masalah yang sedang kau hadapi sekarang" Han siong Ki segera mengalihkan perhatiannya ke atas wajah siluman hitam seng Keh ki dan siluman putih Hong mg ing, lalu ujarnya, dengan suara tegas:

"Aku sebagai ciang bun jin bersedia memberi ijin kepada kalian berdua untuk mengundurkan diri dari perguruan Thian lam pay"

Mendengar perkataan itu, sekujur badan siluman putih maupun siluman hitam bergetar keras, cepat-cepat mereka jatuhkan diri berlutut keatas tanah.

"oh ciang bunjin" rengek mereka berbareng "dosa dan

kesalahan apakah yang telah tecu lakukan, sehingga engkau begitu tega mengusir kami berdua dari perguruan?"

"Kalian berdua telah salah artikan maksud hatiku, ayoh bangunlah lebih dulu"

"Harap ciang bunjin bersedia memberi penjelasan lebih dulu sebelum tecu berdua bangun berdiri"

Dengan pandangan yang tajam Han siong Ki mengawasi kedua orang anak buahnya itu, kemudian sepatah demi sepatah kata dia berkata:

"Kalian berdua adalah sisa anak murid Thian it-bun yang masih hidup di dunia hingga saat ini, apakah kalian berdua tiada berniat untuk membangun kembali perguruanmu serta membalas budi kebaikan yang pernah kalian terima dari gurumu dimasa lalu?"

Agak kaget kedua orang itu ketika mendengar perkataan tersebut, dengan suara gemetar siluman hitam lantas berkata:

"Tecu suami istri bersumpah untuk mengikuti ciangbunjin sepanjang masa, tecu tak ingin mengingkari sumpah yang telah tecu ucapkan sendiri"

"Tapi aku kan memberi ijin khusus kepada kalian berdua untuk meninggalkan perguruan?" "Tecu berdua tidak berani, tecu berdua tetap ingin mendampingi diri cianbunjin"

"Bagaimana kalau kataku barusan merupakan suatu perintah? Apakah kalian berdua juga ingin membangkang perintahku?"

"Tentang soal ini... tentang soal ini..." untuk sesaat siluman putih maupun siluman hitam jadi tergagap, mereka tak taliu bagaimana harus menjawab pertanyaan itu.

"Ayoh bangun" sekali lagi Han siong Ki memerintahkan kedua orang itu untuk bangkit.

Kali ini dua orang siluman tersebut tak berani membangkang, merekapun bangkit berdiri.

Setelah kedua orang itu berdiri, dengan wajah yang keren dan bersungguh sungguh Han siong Ki berkata lagi:

"Sekarang dengarkan baik baik perkataanku, bawalah Ting Hong dan hantar dia ke gua salju dibukit ciong san, serahkan gadis ini kepada ibunya si Jelek dari Sin Ciu, katakan kepadanya bahwa aku telah menepati janjinya dengan menghantar putrinya, katakan juga bahwa perbuatanku ini sebagai tanda balas budi atas hadiah obat mustikanya. Selesai melaksanakan tugas tersebut, kalian berdua boleh pergi sesuka hati kalian dan kalian pun tak usah datang menjumpai diriku lagi"

Sepasang siluman hitam dan putih segera menunjukkan wajah keberatan, malah siluman putih Hong Ing ing segera berkata dengan kepala tertunduk:

"ciangbunjin, harap engkau bersedia untuk menarik kembali perintahmu, tecu bersedia mendampingi ciangbunjin sampai akhir masa"

Walaupun dihati kecilnya Han siong Ki merasa sangat terharu, namun diluaran ia tetap bersikap dingin dan hambar.. "Tidak" tampiknya "setiap patah kata yang telah kuucapkan, selamanya tak akan ku ubah kembali"

Ucapan tersebut membuat sepasang siluman salting berpandangan beberapa kejap, akhirnya siluman hitampun berkata pula dengan nada yang sangat menghormat.

"Tecu berdua bersedia turut perintah, namun tecupun mempunyai satu permintaan, apakah ciangbunjin bersedia untuk mengabulkannya?"

"Apakah permintaan kalian itu? Coba kalian katakan secara berterus terang"

"Ijinkanlah kami untuk menyebut ciangbunjin sebagai tuan majikan sebagaimana sebutan kami dahulu, dan sebutan tersebut rasanya tak mungkin bisa tecu rubah lagi selama tecu berdua masih hidup didunia ini"

Han siong Ki benar benar merasa sangat terharu dengan penuh luapan emosi sahutnya:

"Baiklah, aku tahu betapa besarnya cinta kasih kalian berdua kepadaku, rasanya kurang baik bila kutampik juga permintaan kalian ini, anggaplah kukabulkan keinginan kalian itu"

"Terima kasih banyak atas kebijaksanaan tuan majikan" Dua orang siluman itu berseru dengan gembira.

"sudahlah, kalian tak usah membuang banyak waktu lagi, Nah sekarang berangkatlah"

"Selamat tinggal tuan majikan"

sekali lagi dua orang siluman itu memberi hormat, kemudian baru bangkit berdiri. siluman putih Hong Ing ing pun segera menyambar tubuh Cui hoa siancu Ting Hong, dan kedua orang itu pun berangkat menuju ke gua salju dibukit Ciong san. setelah bayangan tubuh mereka hilang dari pandangan, perempuan berkerudung itu baru menuding kearah laki laki berbaju putih itu seraya ucapnya: "Engkau tahu siapakah orang ini?"

"Tidak tahu" dengan kebingungan Han siong Ki gelengkan kepalanya berulang kali.

"Dia adalah cucu muridnya Huan yu- it koay (manusia paling aneh dari seluruh jagad) yang bernama Ciong pin"

"Jadi dia adalah ahli waris dari Thian che kau cu Yu Pia lam?" seru Han siong Ki kemudian dengan wajah berubah hebat.

"Benar"

si anak muda itu segera mendengus dingin, selangkah demi selangkah ia maju ke depan menghampiri orang itu...

Mimpipun ia tak menyangka kalau laki-laki berbaju putih itu tak lain adalah muridnya Yu Pia lam.

"Eeh eehh nanti dulu, apa yang hendak kau lakukan?"

Perempuan berkerudung itu segera meng hadang jalan perginya .

Dengan napsu membunuh yang berkobar kobar sahut Han- siong Ki dengan nada menyeramkan.

"Aku hendak membinasakan dahulu bangsat ini" "Tidak.. Tidak bisa.. orang ini tak boleh kau bunuh "

"Kenapa?".

"Pertama, dia adalah pacarnya Ting Hong, engkau tak boleh merusak masa depan seorang perempuan. Kedua, meskipun Yu pia lam mempunyai dendam kesumat sedalam lautan dengan dirimu, tapi tiada ikatan dendam apa apa dengan dirinya, menurut apa yang kuketahui, ia belum pernah melakukan sesuatu gerakan dalam perkumpulan Thian che kau, diapun tak pernah membantu kaum penjahat melakukan kejahatan, selama ini dia hanya berada disamping Huan yu it koay, jarang sekali munculkan diri didalam dunia persilatan."

"Dengan pandangan terperanjat Han siong Ki mengawasi perempuan berkerudung itu, ia benar-benar heran dan tercengang atas usulnya......

siapakah dia sebenarnya?

Mengapa ia begitu paham dan mengusahi tentang semua persoalan tersebut?

sebenarnya dia adalah seorang kawan atau lawan?

Mengapa ia selalu membantu dirinya?

sekalipun demikian, rasa bencinya terhadap Yu Pia lam maupun anak buahnya sudah boleh dibilang merasuk ke tulang sum-sum, dia tak ingin melepaskan setiap orang yang mempunyai hubungan dengan Yu Pia lam. Maka dengan suara dingin ia berseru: "Tidak Bagaimanapun juga dia harus kubunuh"

Kedengarannya perempuan berkerudung itupun dibuat gusar oleh kekerasan hati pemuda itu, serunya pula:

"Han siong Ki, kini perkumpulan Thian che kau sudah hancur dan porak poranda, yang masih tersisa tinggal gembong penjahatnya Yu Pia lam seorang, jika engkau hendak melakukan pembasmian maka sepatutnya iblis itulah yang kau bunuh. Pepatah kuno pernah berkata begini, dosa dari guru janganlah dituntut pada sang murid, apakah engkau sudah lupa bahwa siJelek dari sin ciu telah menghadiahkan obat mustika kepadamu, sedang Ting Hong telah menyembuhkan pula luka yang diderita Go siau bi, sekalipun engkau tidak memberi muka kepada orang she Ciong ini, sepantasnya kalau kau ingat jasa pacarnya "

"Baik,...baiklah dia kulepaskan" sahut Han siong Ki

kemudian dengan perasaan apa boleh buat. "sampai detik ini, dia masih belum tahu dengan segala perubahan yang telah terjadi dalam lembah Lian huan tan, jika engkau hendak mencari Yu Pia lam maka dialah petunjuk jalan yang paling tepat bagimu..."

"Dia? Dia bersedia menjadi penunjuk jalan ku untuk mencari gurunya?"

"Tentu saja kalau terang terangan dia akan menolak, maksudku kuntitlah dia secara diam diam dari belakang, maka akhirnya engkau akan dibawa kesarang gurunya"

"ooooh... kiranya begitulah maksudmu hm sekarang aku

sudah mengerti"

"Nah kalau sudah mengerti, bersembunyilah lebih dulu untuk sementara waktu, akan kubangunkan dia"

Han siong Ki mengangguk. dia lantas melayang pergi beberapa kaki jauhnya dari tempat semula, dan menyembunyikan diri.

setelah si anak muda itu baik baik menyembunyikan diri, perempuan berkerudung itu baru menotok beberapa buah jalan darah penting di tubuh laki laki berbaju putih itu, diiringi suara rintihan lirih, laki laki berbaju putih itu sadar kembali dari pingsannya.

Perempuan berkerudung itu lantas mengambil keluar dua butir pil yang segera diserahkan kepadanya seraya berpesan:

"sekarang jangan bergerak lebih dulu, salurkan hawa murnimu dan sembuhkan lebih dahulu luka yang kau derita"

Dengan pandangan berterima kasih bercampur curiga dan takut laki laki berbaju putih itu mengerling sekejap kearah perempuan berkerudung itu, kemudian ia meronta bangun dan mulai menyalurkan hawa murninya untuk menyembuhkan luka yang dideritanya itu. Kurang lebih setengah jam kemudian, laki-laki berbaju putih itu sudah menyembuhkan luka yang dideritanya, sambil bangkit berdiri dia lantas menjura dalam-dalam. "Terima kasih banyak atas budi pertolongan anda yang tak terkirakan besarnya ini"

"Tak usah banyak adat" tukas perempuan berkerudung itu dengan nada yang dingin.

"Bolehkah aku tahu siapa namamu?"

"Aku rasa soal nama bukanlah suatu soal yang penting, lebih baik tak usah kau tanyakan"

Untuk sesaat laki laki berbaju putih itu tertegun, tapi selang sesaat kemudian diapun berkata lagi: "Tolong tanya..."

"Engkau ingin mengetahui jejak dari Cui hoa siancu Ting Hong?" tukas perempuan berkerudung itu.

"Yaa, benar" .

"Gadis itu dapat kau temukan kembali, digua salju bukit Ciong san Dan ada satu hal dapat kuberitahukan kepadamu, sampai kini ia tetap aman dan sehat wal-afiiat tanpa kekurangan sesuatu apapun"

Dengan gemas dan penuh kebencian laki laki berbaju putih itu berseru lagi:

"Hutang piutang ini pasti akan kutagih kepada manusia bermuka dingin, walau apapun resikonya" .

"Soal balas membalas adalah urusanmu sendiri, sekarang engkau boleh pergi"

Kemudian tanpa menunggu jawaban lagi, perempuan berkerudung itu segera putar badan dan berlalu lebih dulu dari sana. Untuk sesaat lamanya laki-laki berbaju putih itu berdiri termangu, tapi akhirnya diapun menggerakkan tubuhnya dan berlalu dari sana.

Han siong Ki yang sudah bersiap sedia sajak tadi dari tempat persembunyiannya, diam diam mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan menguntit dibelakang laki laki berbaju putih itu.

Ketika fajar telah menyingsing keesokan harinya, sampailah mereka didepan sebuah lembah yang amat sunyi, laki laki berbaju putih itu segera menggerakkan tubuhnya, dalam beberapa kali kelebatan saja bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik mulut lembah tersebut.

Menyaksikan hal itu, Han siong Ki lantas berpikir didalam hati kecilnya

"Aaah kemungkinan besar disinilah tempat

persembunyian dari Huan-yu it-koay, entah Thian che kaucu Yu Pia lam juga berada disini atau tidak?."

sementara berpikir sampai disitu, dia lantas melanjutkan langkahnya masuk kedepan...

Tiba tiba dari arah depan sana berhembus datang bau busuk mayat yang tajam dan memuakkan bikin siapapun yang mencium bau tersebut menjadi muak dan ingin muntah.

serta merta sorot matanya dialihkan kearah mana berasalnya bau busuk itu, tetapi apa yang kemudian terlihat membuat sekujur badannya menggigil keras, bulu kuduknya pada bangun berdiri.

Dimulut lembah tersebut, tergantunglah sebuah papan kayu yang dipantekkan diatas sebatang pohon besar, diatas kayu tersebut terteralah beberapa huruf yang ditulis dengan huruf yang sangat besar:

"BARANG SIAPA BERANI MASUK KE LEMBAH INI MAMPUS " Kalau cuma papan nama mendingan, yang lebih ngeri lagi ternyata pada batang-batang pohon yang tumbuh disekitar tempat itu, masing-masing tergantunglah sosok mayat, dan jumlah mayat tersebut semua ada delapan sosok.

semua mayat tadi sudah membusuk dan hancur hingga menyiarkan bau busuk yang luar biasa, ditengah lorong lembah berserakan pula tulang-tulang kerangka manusia yang tak terhitung jumlahnya .

Bila ditinjau dari dandanan serta pakaian yang dikenakan mayat mayat yang bergelantungan diatas dahan dahan pohon itu, dapat diketahui bahwa mereka semua adalah murid murid Buddha, alias orang yang beribadah....

Tapi. kenapa para padri itu bisa mati semua dimulut

lembah dalam keadaan mengerikan.

Jika dikatakan HHuan yu it koay manusia paling aneh dari kolong jagad benar benar bersembunyi dalam lembahi ini, maka tak bisa diragukan lagi pembunuh keji yang telah menghabisi nyawa orang-orang itu adalah anak muridnya gembong iblis tua tersebut.

sementara dia masih termenung, tiba tiba dari arah depan berkumandang suara ujung baju tersampok angin menyusul kemudian muncullah belasan sosok bayangan manusia..

Dengan perasaan kaget bercampur tercengang Han siong Ki berpaling ke samping, ternyata yang datang adalah belasan orang hwesio yang semuanya bersenjata sekop. tongkat penggebuk harimau dan sebangsa sian cang yang rata rata merupakan senjata berat.

Begitu sampai ditempat tujuan, para hwesio itu dengan wajah penuh kegusaran segera menyebarkan diri mengambil posisi yang menguntungkan dan mengepung Han siong Ki ditengah arena. Begitu pengepungan telah siap salah seorang padri tua bersenjata sian cang yang ada diantara rombongan padri itu segera mengerakkan senjatanya seraya membentak: "Ayoh maju dan serang"

Belasan senjata berat itu diiringi desingan angin serangan yang maha dahsyat segera menyapu ke depan dan mengurung sekujur badan sianak muda itu.

Disergap dan diserang tanpa mengetahui sebab musababnya ini kontan membangkitkan hawa amarah didada Han siong Ki, dengan jurus Yan cu coan in (burung walet menerobos ke awan) secepat sambaran kilat dia menerobos ke angkasa, setelah bersalto setengah lingkaran busur dia melayang turun kembali dua kaki jauhnya dari tempat semula dari situ

secara beruntun dia lancarkan tiga buah serangan berantai.

Angin puyuh yang maha dahsyat dengan kekuatan yang luar biasa segera menggulung ke depan, termakan oleh serangan yang sangat kuat itu belasan orang padri tersebut terhajar ampai roboh terjengkang ke sana kemari, senjata tajam saling berbenturan menimbulkan uara gemerincigan yang nyaring, malah ada dua senjata sekop yang saling bentrok satu sama lainnya menyebabkan kedua macam senjata tersebut terlepas dari cekalannya dan mencelat ke tengah udara.

Cukup dalam sekali bentrokan, kawanan padri itu sudah kena terhajar sampai mundur dengan sempoyongan, kejadian ini tentu saja mendatangkan perasaan ngeri dan bergidik bagi orang orang itu...

Han siong Ki merasa mendongkol sekali dengan kejadian itu, sepasang alis matanya berkernyit dengan penuh kemarahan dia lantas menegur:

"Eeeeh apa-apaan kalian ini? Memang-nya aku salah apa

dengan kalian? Mengapa tanpa menerangkan sebab musababnya, tanpa membedakan mana yang putih dan mana yang hitam segera melancarkan serangan dengan begitu saja? Ayoh kasih jawaban yang sejelas jelasnya"

Padri tua yang rupanya sebagai pemimpin rombongan segera menghentakkan toya bajanya keras-keras ke tanah, lalu dengan suara yang tak kalah nyaringnya dia menyahut:

" Karena apa ? Kami datang kemari hendak membalaskan

dendam bagi kematian anak murid perguruan kami yang mengerikan ini, kenapa kau masih juga berlagak pilon? Kawan kawan ayoh maju dan serang bangsat cilik ini"

Diiringi suara bentakan yang amat nyaring, serentak kawanan padri itu maju ke muka sambil melancarkan serangan serangan mautnya.

Kejadian ini semakin membangkitkan hawa awarah dalam dada Han siong Ki, dia berpikir:

"Sialan hwesio hwesio berangasan ini. memangnya aku

yang bunuh anak murid perguruanmu? Kurang ajar entah mereka adalah anak murid dari gereja siau lim si atau bukan ?"

Berpikir demikian, dia lantas menggunakan jurus Mo gan Bu tee(api iblis menghanguskan bumi) Yang disertai tenaga si mi sinkang sebesar delapan bagian untuk melakukan perlawanan.

Angin puyuh yang luar biasa hebatnya seketika itu juga menggulung ke muka dan menyapu seluruh jagat.

Dengusan tertahan terdengar memecahkan keheningan, sekali lagi kawanan padri itu terhajar sampai mundur ke belakang dengan sempoyongan untung tak ada yang terluka.

Melihat kenekatan musuh-musuhnya itu, Han siong Ki segera membentak dengan suara dingini "Apakah kalian semua adalah hwesio hwesio dari gereja siau lim si?"

"Benar"

"Apakah toa hwesio juga mengatahui siapakah"

"Aku tidak mau ambil tahu siapakah diri sicu, kami hanya ingin menuntut keadilan darimu, apa salahnya anak murid perguruan kami, sehingga mereka kau bunuh secara keji dimulut lembah ini?"

sehabis mendengar perkataan itu, Han siong Ki baru merasa serba salah... dalam keadaan demikian mau marah segan mau tertawa pun tak bisa, ternyata hwesio hwesio itu sudah menganggap dirinya sebagai anggota dari lembah tersebut.

"Toa hwesio Kalau persoalan itu kau tanyakan kepadaku, maka aku sendiri harus bertanya pula kepada siapa?" serunya kemudian agak mendongkol bercampur jengkel. sekarang gantian para hwesio itulah yang berdiri tertegun tanpa mampu berkata kata. Hwesio tua itu agak tertegun, tapi selang sesaat kemudian dia balik bertanya: "Apakah sicu bukan anggota dari lembah ini?"

"Aku toh tak pernah mengakui bahwa aku termasuk salah satu penghuni dari lembah ini?"

"kalau memang begitu, kenapa sicu datang kemari.." sebelum Han siong Ki sempat memberikan jawabannya,

tiba tiba terdengarlah suara pujian kepada sang Buddha berkumandang datang dari tempat kejauhan: "omintohud"

seorang padri tua yang alis matanya telah memutih semua dengan suatu gerakan yang enteng melayang masuk kedalam gelanggang.

Menyaksikan kemunculan si hwesio tua itu, serentak para padri lainnya .membungkukkan diri memberi hormat: Menyusul kemudian datang kembali lima puluhan orang hwesio hwesio dari gereja siau lim si, serentak mereka munculkan diri dan mengambil posisi mengurung mulut lembah tersebut.

Ternyata hwesio tua beralis mata putih itu tak lain adalah Liau sian taysu adanya. sebagaimana diketahui, Liau-siau taysu pernah bertemu muka dengan Han siong Ki dimasa lalu, maka sewaktu mereka saling berjumpa muka, padri tua itu segera berdiri tertegun, menyusul kemudian sambil merangkap tangannya memberi hormat dia berkata: "Han sicu, baik baikkah engkau selama berpisah, Terimalah salam hormat dari lolap"

"Tak usah banyak adat taysu, baik baikkah engkau?" cepat Cepat Han siong Ki balas memberi hormat.

"sicu, ada urusan apa engkau datang mengunjungi lembah Thian ciat kok ini?" Liau sian taysu bertanya kemudian.

Mendengar sebutan nama lembah itu, si anak muda itupun segera berpikir dihati:

"oooooh... kiranya lembah ini bernama Thian ciat kok. baru sekarang aku tahu namanya."

Maka diapun menjawab:

"Aku ada urusan penting datang kemari untuk berjumpa dengan pemilik lembah ini"

"oooh... jadi sicu mengetahui siapakah pemilik dari lembah ini?" hwesio tua itu bertanya lagi

"Jadi taysu sendiri tidak tahu?" "Lolap tidak tahu"

"kalau memang tidak tahu siapakah pemilik lembah ini, kenapa taysu membawa begitu banyak anak muridmu datang kemari " "Aaai... beberapa waktu berselang, anak murid kami datang ke sekitar tempat ini untuk mencari beberapa macam bahan obat yang digunakan untuk membuat sejenis obat tertentu, rupanya tanpa sengaja mereka telah memasuki lembah ini yang mengakibatkan mereka semua dibunuh orang secara keji dan mayat mayat mereka digantung ditempat ini, untunglah salah seorang anggauta kami berhasil melepaskan diri dari ancaman maut tersebut, dari laporan yang kami terima itulah maka kami berangkat kemari untuk..."

"Untuk membuat perhitungan maksud taysu?" tukas Han- siong Ki dengan cepat.

"omitohud Membuat perhitungan tak berani kami lakukan, adapun kedatangan lolap yang sebenarnya adalah menyelidiki duduknya perkara ini sampai jelas, kemudian baru mengambil keputusan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya"

Geli juga Han siong Ki sehabis mendengar penuturan itu, sudah jelas kedatangan mereka adalah untuk membuat perhitungan, tapi nyatanya mereka tak mau mengakuinya secara terus terang. Rupanya demi untuk mempertahankan nama baik perguruan mereka, terpaksa kawanan padri ini mengucapkan kata kata yang bohong.

Kalau dibilang kedatangan mereka bukan untuk membuat perhitungan, lalu apa sebabnya belasan orang padri itu melancarkan serangan kepadanya tanpa membedakan lebih dahulu mana yang putih dan mana yang hitam? Bukankah kesemuanya itu membuktikan bahwa keinginan mereka untuk membuat perhitungan besar sekali?

Tapi ia tidak membongkar kebohongan orang, sambil tersenyum dia malah bertanya lagi:

"jadi taysu benar-benar tidak tahu siapakah pemilik yang sebenarnya dari lembah Thian ciat kok ini?"

"omintohud... sebagai orang yang beribadah lolap tidak biasa bicara bohong" "Apakah taysu bersedia untuk mengetahui siapa gerangan manusia yang menjadi pemilik lembah ini"

"Apakah sicu mengetahuinya?" Liau sian taysu malahan balik bertanya.

"Tentu saja mengetahuinya, kalau tidak tak nanti kuucapkan kata kata seperti itu"

"kalau memang begitu, harap sicu bersedia untuk memberitahukan kepada lolap sekalian"

"Pemilik dari lembah ini sebenarnya tidak lain adalah Huan yu it koay, manusia paling aneh dikolong jagat yang pernah dihajar sampai cacad oleh pemilik benteng maut dimasa lalu"

"Apa? Kau maksudkan si manusia aneh dari kolong jagad yang sangat lihay itu?"

"Yaa, benar"

Paras muka Liau sian taysu seketika itu juga berubah hebat, bagaimanapun juga Huan yu it koay termasuk seorang jago lihay angkatan tua yang berilmu tinggi, dan diapun terhitung gembong iblis termashur dan terhebat yang pernah dijumpainya dalam dunia persilatan, tak aneh kalau hatinya merasa amat terkejut. sementara itu Han siong Ki telah melanjutkan kembali kata katanya: "Ahli waris dari Huan yu it koay bukan lain adalah Thian che kaucu Yu Pia lam"

setelah perkataan tersebut diutarakan keluar, semua padri gereja siau lim si mulai dari Liau-sian taysu sampai anggota yang terkemuka lainnya sama sama menunjukkan perasaan yang kaget bercampur ngeri..

Bagaimanapun juga perkumpulan, Thian che kau merupakan perkumpulan paling besar di dunia persilatan dewasa ini, bukan saja kekuasaannya jauh melebihi perguruan dan perkumpulan lainnya, kekuatan merekapun jauh lebih dahsyat dari gabungan beberapa buah perguruan- Tentu saja para padri ini belum tahu kalau perkumpulan Thian che kau sudah terbasmi dan musnah dari muka bumi, sebab kenyataan tersebut belum sampai tersiar luas, kalau tidak. mungkin mereka akan menunjukkan pula pandangan yang lain.

Dengan perasaan kaget bercampur ngeri Liau sian taysu mundur dua langkah lebar ke belakang, serunya setengah percaya setengah tidak: "Sicu, sungguhkah perkataanmu itu?"

"Hmmm Aku rasa aku tidak mempunyai kepentingan untuk membohongi kalian semua" sahut Han siong Ki ketus.

Paras muka kawanan padri itu betul betul mengalami perubahan yang teramat hebat, jelas nama besar musuhnya telah membuat hati mereka jadi keder, sebab ia tahu dengan mengandalkan kekuatan yang dimilikinya sekarang, meski dibantu oleh puluhan orang anak muridnya, namun kekuatan mereka masih belum sanggup untuk melawan kedahsyatan perkumpulan Thian che kau.

Tentu saja sebagai seorang pemuda yang cerdik Han siong Ki dapat meraba perasaan dari padri tua itu, maka diapun mengalihkan pokok pembicaraannya kesoal lain.

"Kedatangan taysu memang kebetulan sekali, dengan demikian akupun tak usah repot repot harus berangkat sendiri kebukit siong san untuk mencari diri taysu"

"Ada urusan apa sicu hendak mencari diri kami?" Liau siau taysu segera bertanya dengan perasaan bergetar keras.

"Belum lama berselang, aku telah mengadakan janji bahwa dalam satu tahun mendatang aku pasti akan berkunjung sendiri kekuil kalian untuk membereskan satu peristiwa..."

"suatu peristiwa?"

"Yaa, soal tercurinya kitab pusaka Tay-boan yopit-kip milik gereja siau limsi" "Pinceng siap mendengarkan penjelasan sicu dengan seksama, silahkan kau utarakan apa yang hendak dibicarakan" seru Liau sian taysu kemudian dengan wajah yang dipengaruhi emosi.

Paras muka Han siong Ki segera berubah jadi serius sekali, ujarnya dengan suara dalam:

"Sebagaimana telah taysu ketahui sendiri, dimasa yang lalu istana Huan mo kiong kami dimana terletak pusat pemerintahan pergu-ruan Thian lam bun kami dikuasahi oleh Tee kun Wi Ik beng, bangsat itu bukan saja berani berkhianat kepada perguruan dan menjadi murid yang durhaka, ternyata ia pernah mencatut pula nama besar mendiang guru kami Mo tiong ci mo untuk membunuh penjaga loteng penyimpan kitab digereja siau lim si serta mencuri lari kitab pusaka Tay boan yok pit kip. Untunglah Thian maha pengasih. akhirnya penghianat perguruan wi Ik beng berhasil kami ringkus dan dijatuhi hukuman mati..."

"omitohud "

"Dan kitab pusaka yang dicuri itu berhasil kami temukan dalam saku penghianat tersebut, maka sudah selayaknya kalau kitab itu kami kembalikan kepada gereja siau lim si "

Seraya berkata pemuda itu lantas merogoh ke dalam sakunya dan mengambil keluar kitab pusaka Tay boan yokpit kip itu, kemudian diangsurkan kedepan sambil menambahkan:

"Bagaimanapun juga, penjaga loteng penyimpan kitab telah dibunuh oleh penghianat perguruan kami, maka dalam peristiwa ini cayhe menantikan pendapat dari partai taysu"

Liau sian taysu dengan wajah yang terharu dan tangan agak menggigil menerima kitab pusaka itu lalu di simpannya dengan hati hati di dalam sakunya.

Ketika dilihatnya padri itu sama sekali tidak memeriksa isi kitab tersebut, pemuda itu lantas berseru kembali: "Taysu, sudah selayaknya kalau kitab itu kau periksa lebih dulu isinya, siapa tahu kalau isinya palsu?"

"omitohud sicu sebagai seorang ketua dari suatu

perguruan besar tak mungkin akan mengakali orang dengan permainan busuk. lolap percaya penuh dengan apa yang sicu katakan"

"Lalu bagaimana dengan penyelesaian tentang kisah pembunuhan atas penjaga kuil kalian?"

"Kalau toh biang keladi dari terjadinya peristiwa ini sudah dihukum sesuai dengan peraturan perguruan, otomatis persoalan itu pun kami sudahi sampai disini saja"

Mendengar jawaban itu, Han siong Ki segera menjura dalam dalam. "Terima kasih banyak ku ucapkan atas kebesaran hati taysu"

-ooo0dw0ooo-

"OMINTOHUD, sicu terlampau merendah, lolap tidak berani menerimanya " seru Liau sian taysu sambil merangkap

tangannya didepan dada dan memberi hormat..

setelah urusan yang pokok menjadi beres, Han siong Ki baru mengalihkan sinar matanya memandang tulisan papan kayu didepan lembah tersebut. "Barang siapa berani masuk kelembah ini. mampus"

Mengulangi kembali kata-kata tersebut, pemuda kita mendengus dingin, kepada rombongan para taysu diapun bertanya: "Taysu, apakah kalian semua masih berhasrat untuk memasuki lembah ini?"

"Tentu saja". sahut Liau sian taysu dengan wajah serius "dendam berdarah atas kematian beberapa orang anak murid perguruan kami tak bisa dibiarkan dengan begitu saja".

"Aku ada sepatah kata yang sebenarnya tidak pantas untuk diutarakan keluar, tapi mau tak mau terpaksa harus kukatakan juga, harap taysu setelah mendengar perkataanku itu jangan menjadi marah atau merasa kurang senang hati!"

"Katakan saja! Sekalipun kata-kata yang kurang sedap didengar, kami tak akan tersinggungf"

"Taysu! Terus terang saja kukatakan kepadamu, meskipun Taysu membawa anak murid yang cukup banyak dalam usaha mencari balas atas ke matian anak muridmu, tapi aku kuatir kemampuan kalian masih belum sanggup antuk mengatasi kelihayan dari Huan-yu-it-koay beserta anak muridnya , bukan saja lorten yang berjatuhan akan semakin banyak, aku kuatir kalau tujuan kalian belum tentu bisa tercapai seperti apa yang diharapkan semula !"

Pada hakekatnya apa yang diucapkan pemudat itu adalah suatu kenyataan yang tak terbantahkan sebab dengan mengandalkan kepandaian yangdimE liki beberapa orang padri itu, mereka masih belum mampu untuk melakukan pembalasan dendam terhadap Huan-yu-it-koay yang merupakan jago lihay nomor wahid diniasa lampau serta Thian-che kaucu-Yu-Pia-lam yang merupakan manusia paling kuat masa itu.

Walaupun demikian, ucapan tersebut cukup menimbulkan kehebohan diantara kawanan padri yang hadir ditempat itu, suara gumaman segera terdengar dimana-mana.

Bagaimana juga, sedikit banyak manusia itu tetap serakah dan suka akan nama baik, tentu saja tujuan Han siorg-Ki dengan perkataannya itu adalah menganjurkan kepada pihak siau-limpay agar sedikit tabu diri dan tidak mencari penyakit buat diri sendiri.

Selain dari pada itu, diapun tak ingin ada orang lain yang turut serta dalam rencana pembalasan dendamnya sebab wataknya yang tinggi bati dan keras kepala tak bisa menerima bantuan orang lain ter hadap segala tindak tanduknya.

Paras muka Liau-sian-taysu pelan-pelan terjadi pula perubahan yang cukup besar, tampaknya ia sedang menghadapi suatu pemilihan yang cukup berat dalam masalah itu.

Melihat keraguan orang, Han-siong-Ki segera berkata lagi: "Aku rasa jalan yang terbaik bagi Taysu sekalian saat ini

adalah membereskan dahulu lelayon dari anak murid perguruan taysu yang terbunuh agar jenasah tersebut tidak sampai mengalami penderitaan lebih jauh "

Liau-sian taysu segera mengangguk berulang kali. "Ehmm ucapan dari sicu memang benar sekali baiklah,

akan kulakukan sekarang juga!"

Kepada para padri lainnya dia lantas berseru:

"Kumpulkan mayat-mayat itu dan bakar dengan api. i!"

"Omintohud !"

Diantara suara pujian kepada Sang Baddha, seorang padri bermuka keren segera maju ke muka, melewati papan peringatan itu dan menghampiri sesosok mayat yang tergantung diatas dahan pohon.

Tapi sebelum ia sempat menghampiri mayat tersebut dan melepaskannya dari atas dahan, tiba-tiba terdengirlah jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian, suara tersebut tinggi melengking dan mengerikan sekali, membuat semua jago yang hadir disekitar tempat itu sama-sama tersentak kaget. Ternyata padri berwajah keren yang maju ke muka tadi sudah tergelepar di tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi.

Apa yang menyebabkan kematian dari padri itu? Bukan saja semua orang yang hadir dalam gelang gang tidak mengetahuinya, bahkan menyaksikanpun tidak.

Semua padri dari gereja Siau-Lim-si itu jadi tertegun saking kaget dan takutnya, mereka berdiri terbelalak ditempat semula seperti sebuah patung, bergerakpun tidak.

Liau-sian taysu segera mengebaskan ujung jubah nya! kemudian menjejakkan kakinya ke tanah dan siap menubruk kearah mana padri itu tergelepar mati....

"Tunggu sebentar taysu!" seru Han siong Ki se cara tiba- tiba dengan suara lantang.

Berbareng dengan berkumandangnya seruan tersebut, segulung desingan angin pukulan yang sangat, kuat segera meluncur ke depan dan memaksa Liau-sian-taysu terpaksa harus melayang kemba Ii ke atas tanah dan membatalkan niatnya untuk melayang maju lebih jauh. 

"sicu, mengapa kau halangi niat lolap untuk memeriksa keadaan muridku itu?" Liau sian taysu sebera menegur dengan wajah kurang senang hati.

"Apakah taysu tidak melihat bahwa dibalik kejadian ini ada hal hal yang kurang beres?"

"Apa ? Ada hal hal yang kurang beres dibalik kejadian ini?

Tentang soal ini.."

"Ketahuilah taysu, disekitar mulut lembah tersebut jelas sudah disebar sejenis racun yang sangat kuat dan ganas, keganasan racun tersebut tak bisa dilawan dengan andalkan kekuatan tenaga dalam yang dimiliki seseorang, walaupun tenaga lwekang yang dimiliki sudah mencapai tingkatan yang paling tinggi" Mendengar penjelasan tersebut, kawanan padri itu bersama sama tarik napas panjang, andaikata disekitar mulut lembah tersebut benar benar sudah disebar racun yang sangat jahat, maka kendatipun jumlah mereka lebih banyak juga tak ada gunanya, sebab akhirnya toh tetap akan mati semua.

Air muka Liau sian taysu berubah jadi merah padam seperti wajah seorang bayi, setelah mengejang sejenak, wajahnya, ia berseru dengan nada terperanjat: "Apa ? Ada racun di

sekitar mulut lembah ini..?"

"Yaa benar dan aku yakin seyakin yakinnya kecuali

disekitar mulut lembah memang sudah dipasang racun jahat, setiap penyergapan yang dilakukan oleh orang lain tak mungkin dapat mengelabuhi sepasang mataku ini. "

Untuk sesaat Liau sian Taysu jadi terbungkam dalam seribu bahasa, ia tak tahu apa yang musti dikatakan.

sementara itu, Han siong Ki telah berkata lagi: "Bagaimana kalau aku saja yang membantu taysu sekalian

untuk mengumpulkan mayat-mayat itu?"

"Apakah sicu tidak takut oleh ganasnya racun jahat yang tersebar di mulut lembah?" tanya Liau-sian taysu penuh diliputi perasaan emosi.

"Tentang soal ini tak usah taysu risaukan, cayhe yakin bahwa racun jahat itu masih belum bisa mengapa ngapakan diriku"

"ooooh betapa berterima kasihnya kami semua atas

bantuan dari sicu ini . "

"Taysu tak perlu berkata demikian lagi, yang penting sekarang adalah perintahkan semua anak muridmu agar segera mengundurkan diri dari sekitar tempat itu" Liau sian taysu pun tidak banyak berbicara lagi, dia segera turunkan perintah dan kawanan padri itupun serentak mengundurkan diri sejauh tiga kaki ke belakang.

sekarang sinar mata dan perhatian semua orang telah tertuju diatas tubuh Han siong Ki, semua orang ingin menyaksikan dengan cara apakah pemuda itu akan menurunkan mayat mayat rekan mereka.

sejak mengalami peristiwa ditelaga racun dalam lembah hitam, boleh dibilang Han siong Ki telah memiliki suatu daya kemampuan yang luar biasa untuk melawan ganasnya racun dari jenis apapun juga..

Maka setelah kawanan padri dari gereja siau- lim si itu pada mengundurkan diri, diapun lantas menyelinap ke arah papan peringatan itu dan menghampiri mayat yang berada dipaling depan itu dengan langkah lebar.

sedikitpun tak salah, dia sama sekali tidak merasakan sesuatu tanda tanda yang aneh, hanya bau busuk karena rusaknya mayat itu menyebabkan pemuda kita terpaksa harus tahan napas.

Tiba-tiba satu ingatan terlintas dalam benaknya, ia telah menemukan cara yang paling tepat untuk mengumpulkan mayat mayat tersebut tanpa harus memegang secara langsung semua mayat yang telah hancur dan membusuk itu.

Dari tangan kirinya segera diayun ke depan melancarkan sebuah desingan angin jari yang tajam, begitu tali yang mengikat mayat itu putus, telapak tangan kanannya segera diayun ke depan, segulung angin pukulan yang sangat kuat segera menyambar mayat itu dan membawanya melayang jauh lima kaki keluar mulut lembah, dimana seorang padri sudah siap menyambut tibanya jenasah tersebut.

"omintohud " Menyaksikan kelihayan dari anak muda itu,

serentak kawanan padri dari gereja siau lim pay itu sama sama berseru memuji keagungan Buddha. Mendadak serentetan suara dingin yang menyeramkan berkumandang dari samping, menyusul kemudian muncullah empat sosok bayangan hitam dengan gerakan cepat.

Han siong Ki sama sekali tidak menggubris atas tibanya keempat sosok bayangan manusia itu. Jari tangan serta telapak tangannya masih tetap bekerja cepat melepaskan mayat mayat itu dari tiang penggantungan dan mengirimnya keluar dari mulut lembah tersebut. 

"Berhenti. " Tiba-tiba empat orang manusia berbaju hitam

itu membentak keras, serentak mereka menyebarkan diri ke empat penjuru dan mengepung Han siong Ki rapat rapat.

sementara peristiwa itu berlangsung, para padri dari gereja siau lim si yang berada diluar lembah sama sama berdiri terbelalak dengan mata melotot sebesar kelereng, semua perhatian mereka sama sama tertuju ke arena untuk menyaksikan perkembangan lebih jauh.

sekarang, Han siong Ki telah berpaling, ia memandang sekejap wajah ke empat orang laki laki berbaju hitam itu dengan sinar mata yang amat buas, kemudian tegurnya dengan ketus:

"Apakah Yu Pia-lam si bangsat tua itu sudah pulang kembali kedalan lembah ini?.."

Mendengar teguran tersebut, mendadak sontak air muka keempat orang manusia berbaju hitam itu berubah hebat, dengan ketakutan bercampur perasaan ngeri masing masing mundur satu langkah lebar ke belakang, kemudian salah seorang diantaranya segera berseru:

"Jadi.... jadi...... engkau adalah.. Leng binjin si manusia bermuka dingin?".

"Yaa benar"

Dari tanya jawab yang barusan berlangsung ini, Han siong Ki dapat segera membuktikan bahwa apa yang diucapkan perempuan berkerudung kepadanya bukan kata kata yang bohong, sudah pasti dalam lembah inilah Huan- yu- it- koay menyembunyikan diri

sementara si anak muda itu masih melamun, serentetan bentakan nyaring telah menggelegar memecahkan kesunyian.

"Ayoh serbu "

Empat orang laki-laki berbaju hitam itu serentak bergerak maju kedepan melancarkan serangkaian serangan berantai bukan saja serangan mere ka ganas dan hebat, bahkan jurus serangan yang dipakai merupakan jurus jurus serangan maut yang jarang ditemui dalam dunia.

Hebat sekali serangan gabungan yang dilancarkan keempat orang ini, semua jalan keluar bagi Han-siong-Ki bukan saja tertutup semua, bahkan sama sekali tiada peluang baginya untuk menghin dar ataupun berkelit ke samping.

Han-siong-Ki mendengus dingin, dengan jurus Mo-hwe- Iiau-goan (api iblis membakar padang rumput) yang disertai tenaga dalam sebesar sepuluh bagian ia lancarkan sebuah pukulan dahsyat ke muka.....

Hembusan angin puyuh yang luar biasa kuatnya menghambur keempat penjuru, sedemikian kuatnya serangan tersebut membuat empat orang laki laki berbaju hitam itu terdesak hingga mundur beberapa langkah ke arah belakang......

Disaat empat orang laki-laki itu terdesak mundur kebelakang, Han-siong Ki telah melancarkan serangan untuk kedua kalinya, dan kali ini yang diserang adalah dua orang diantaranya.

Dalam serangan kali ini, dia telah menggunakan tenaga sakti Si-mi-sinkangnya sebesar sepuluh bagian. Jeritan ngeri segara berkumandang memecahkan keheningan, dua sosok bayangan manusia terpental hingga keluar dari mulut lembah tersebut.

Melihat kelihayan musuhnya, dua orang manu sia baju hitam lainnya jadi ketakutan setengah mati, serasa sukma melayang tinggalkan raganya, mereka putar badan dan melarikan diri terbirit-birit kedalam lembah tersebut »

"Bangsat keparat! Memangnya kalian anggap bisa lolos dari cengkeramanku? Huuh, mau lari kemana?"

Beberapa desingan angin jari yang tajam mengikuti suara bentakan tersebut segera menyambar kedepan dan mengancam tubuh dua orang musuhnya...........

Ternyata ilmu silat yang dimiliki dua orang manusia baju hitam itu tidak lemah,

ketika mendengar suara desingan angin tajam menyambar dari sisi telinganya, masing masing lantas menyingkir kesamping untuk menghindarkan diri dan ternyata ancaman yang tertuju kebagian dada mereka itu berhasil dihindari...

Akan tetapi justru karena mereka harus melepaskan diri dari ancaman musuh, kesempatan yang sangat baik itu telah dimanfaatkan Han siong Ki dengan sebaik baiknya.

Dengan suatu gerakan yang jangat cepat bagaikan sambaran kilat, dia menerobos maju kedepan dan menghadang dihadapan kedua orang itu, serangan jari tangannya sekali lagi melancarkan ancaman kesamping kiri maupun kesamping kanan.

selihay lihaynya ilmu silat yang dimiliki manusia berbaju hitam itu, dalam keadaan demikian tak mungkin lagi bagi mereka untuk menghindarkan diri dari ancaman yang dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat itu.

Dua kali jeritan ngeri sekali lagi berkumandang memecahkan kesunyian dengan dada yang hancur dan berlubang karena tertembus oleh serangan tersebut, mereka terkapar ditanah dengan darah kental mengucur keluar bagaikan air ledeng....

Begitu selesai membereskan kedua orang lawannya, Han siong Ki segera melompat kembali ke tempatnya semula, sebagaimana cara yang telah di lakukan tadi, dalam waktu singkat ia telah melepaskan semua mayat padri dari siau- lim si yang tergantung diatas dahan itu dan mengirimnya keluar lembah. Akhirnya diapun berseru dengan suara lantang: "Taysu, selamat tinggal dan sampai jumpa lagi dilain kesempatan".

sekali melompat, ia telah melambung di angkasa, lalu dengan kecepatan seperti anak panah yang terlepas dari busurnya meluncur masuk kedalam lembah.

seperti juga namanya, lembah Thian-ciat kok memang benar benar sebuah lembah yang teramat gersang, setelah lima puluh kaki memasuki lembah tersebut, boleh dibilang tanahnya semakin gersang, bukan saja tak ada pepohonan atau rerumputan yang tumbuh disitu, kiri kanan lorong lembah itu merupakan dinding tebih karang yang tingginya mencapai ribuan kaki, luas lembah tersebut hanya puluhan kaki, tapi semuanya terdiri dari batu batu karang yang besar, keras dan tajamnya melebihi tajamnya sebilah golok.

Bagi Han siong Ki yang memiliki ilmu meringankan tubuh amat sempurna, sedang yang terdiri dari batuan karang yang tajam itu bukan halangan yang berarti baginya untuk melanjutkan perjalanan, dengan gerakan yang cepat ia menerobos terus kedalam lembah tersebut.

sementara perjalanan masih dilanjutkan, tiba-tiba dari arah depan muncul sesosok bayangan manusia yang sedang melayang berlawanan arah dan menyongsong kehadapannya. sekilas pandangan saja, Han siong Ki segera mengenali orang itu sebagai pacarnya Ting Hong atau laki laki berbaju putih Ciong pin adanya.

Agaknya si laki laki berbaju putih Ciong pin juga sudah melihat jelas siapa lawannnya, ia berseru kaget dan segera menghentikan gerakan tubuhnya, kemudian setelah merasa yakin bahwa orang itu tak lain adalah musuh besarnya, dtngan hawa napsu membunuh menyelimuti wajahnya dan mata yang memancarkan sinar kebencian, dia berteriak keras: "Manusia bermuka dingin, sungguh tak kusangka engkau berani berkunjung kemari"

"Heeehhh....heehhh... heehhh seharusnya engkau dapat

menduga akan kehadiranku disini" jawab Han siong Ki dengan suara yang dingin dan kaku...

"Han-siong-Ki" kembali ciong Pin berteriak dengan geram, "aku hendak mencincang tubuhmu menjadi berkeping keping, bukan saja engkau berani melukai guruku, berani pula menghancur binas akan perkumpulan Thian Che kau "

"Tutup mulutmu Bukan itu saja yang hendak kulakukan, akupun hendak mencuci lembah Thian ciat kok ini dengan darah-darah panas dari kamu sekalian"

"Manusia bermuka dingin Kau mungkin lagi mengigau, mungkin kau sedang bermimpi disiang hari bolong " Jerit

manusia berbaju putih Ciong Pin makin geram

"Hmmin,..! Boleh saja kalau kau tidak percaya, nantikan saja tanggal mainnya! Huuuh, seandainya aku tidak memandang diatas wajah Ting Hong. mungkin engkaupun akan ikut kubunuh, hmm! Bila kau cerdik dan tahu diri. "

"Tutup mulut anjingmu bangsat! Kau tidak membunuh aku, tapi justru aku hendak membunnuh engkati!"

Begitu selesai berteriak, sepasang telapak tangan nya segera diayunkan ke depan, yang satu langsung mengancam keatas wajah, sementara yang la in membacok ke arah dada, bukan saja serangannya amat dahsyat tak boleh dianggap enteng, ternyata tenaga serangan yang disertakan dalam pukulan itupun kuat sekali.

Han siong Ki tertawa sinis, telapak tangan kirinya segera bergetar membuat satu lingkaran busur untuk memunahkan serangan lawan, samentara telapak tangan kanannya pada saat yang bersama an melepaskan sebuah bacokan ke muka.

Dengan cekatan Ciong Pin berkelit tiga depa kesamping, sskali lagi sepasang telapak tangannya melancarkan serangan yang jauh lebih dahsyat ke muka.

Seketika itu juga, berkobarlah suatu pertempuran yang amat sengit diatas batu cadas tersebut, kedua belah pihak sama-sama menggunakan segenap kepandaian yang dimilikinya untuk cepat me nyelesaikan pertarungan tersebut...,.....

Sekejap mata kemudian, sepuluh gebrakan sudah lewat tanpa terasa, namun keadaan masih t e tap seimbang alias sama kuat.

Apa yang dipikirkan dan dituju oleh Han-siong Ki pada saat ini hanyalah menemukan Yu Pia-lam serta menuntut balas atas dendam kesumat se dalam lautan yang telah berlangsung belasan tahun tamasya, tentu saja ia tak sabar untuk melayani pertarungan itu, tapi iapun tak bisa berbual lain kecuali melayani terus serangan-serangan mu surinya.

Lain halnya dengan Ciong Pin atau laki-laki berbaju putih itu, boleh dibilang ia sudah nekad dan berniat adu jiwa, otomatis serangan-serangan yang dilancarkan rata rata gencar dan mengerikan.

"Ciong Pin" akhirnya habislah kesabaran Han siong Ki, dia segera membentak nyaring "jadi engkau sungguh sungguh dingin mampus?" "Manusia bermuka dingin Kau tak usah banyak bacot lagi, pokoknya selama kau hidup aku tak sudi hidup berdampingan barsamamu diatas bumi yang sama"

sesabar sabarnya Han siong Ki akhirnya habis juga semua kesabaran tersebut, sambil membentak keras secara beruntun dia lancarkan sembilan buah serangan berantai...

Kesembilan buah serangan tersebut, bukan saja dilancarkan dalam waktu yang bersamaan, bahkan arah yang ditujupun merupakan sembilan bagian tubuh yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, bukan saja secepat sambaran kilat bahkan kekuatannya ibarat gunung karang yang tiba tiba longsor kebawah, betul betul mengerikan...

Begitu kesembilan buah serangan berantai itu dilepas, Ciong pin mendengus tertahan dan tubuh nya mencelat jauh kebelakang sambil muntah muntah darah segar...

Han siong Ki segera bergerak kemuka dan mencengkeram tubuhnya erat erat, kemudian sambil dijejalkan diantara celah- celah dua buah batu karang yang besar teriaknya:

"Ciong pin, gurumu pernah membantai seluruh anggota perkumpulan kami, aku mempunyai dendam sedalam lautan dengan dirinya, ketahuilah bahwa apapun yang terjadi, dendam sakit hati ini pasti akan kubalas. Dan kepadamu, karena aku masih memandang di atas wajah Ting Hong maka untuk kesekian kalinya ku ampuni selembar jiwamu, sekarang aku hanya akan menotok jalan darahmu saja, besok jalan darah itu akan bebas dengan sendirinya, Nah. saat itu berangkatlah ke gua salju dibukit Ciong san untuk berjumpa dengan kekasihmu. Tapi kau harus ingat, jika lain kali engkau masih juga memusuhi aku yang bersedia melepaskan engkau dengan begitu saja"

Selesai berkata,. secara beruntun dia lancarkan beberapa buah totokan di udara kosong, lalu melanjutkan perjalanannya bergerak maju kedepan. Setelah menyeberangi hutan batu karang yang runcing, didepan situ terbentanglah sebuah jalan lembab, yang datar dan halus, tapi segera pula ia tiba diujung lembah tersebut.

Pada dasar lembah tersebut, tampaklah sebuah mulut gua yang gelap gulita ternga-nga diatas karang.

Dengari pandangan mata yang tajam Han-siong Ki memandang sekejap mulut gua itu, lalu menerjang ke muka dengan kecepatan luar biasa.......

"Siapa disitu?" bersamaan dengan suara beatak an itu, tampaklah sesosok bayangan manusia munculkan diri dari mulut gua.

Sambil melambung ketengah 'jJara Han-siong Ki segera melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke atas batok kepala orang itu.

Jeritan ngeri yang menyayat hati menggema memecahkan kesunyian, sebelum orang itu -empat melihat jelas raut wajah si penyerangnya, tahu-tahu serangan tersebut sudah bersarang telak diatas dadanya yang mengakibatkan selembar jiwa nya segera melayang tinggalkan raga......

Begitu musuhnya bithasil dibereskan, Han-si-ong-Ki melanjutkan kembali gerakan tubuhnya menerjang masuk kedalam gua.......

Beberapa sosok bayiagaa min usia kembili ber munculan dari balik gua tersebut.

Seluruh air muka Han-siong-Ki diliputi oleh hawa napsu membunuh yang sangat hebat, dengan menghimpun tenaga Si-mi-sinkangnya mencapai dua belas bagian, sepasang telapak tangannya dilontarkan kedepan menyongsong kedatangan beberapa orang itu.

Hembusan angin puyuh yang tak terkirakan hebatnya langsung menerjang kedalaru gua itu, je rit kesakitan segera berkumandang memecahkan keheningan, beberapa sosok bayangan manusia yang baru saja munculkan diri dari balik gua itu terhantam kembali oleh serangan tersebut hingga ter pental kembali kedalam.

Han-siong-Ki tidak membuang waktu lagi, dia langsung menerobos masuk kedalam gua»

Lorong gua itu lebarnya cuma dua kaki le bih. pada dinding gua berserakan batu batu mutiara yang menyiarkan cahaya tajam, tampaklah jslas ada tujuh sosok mayat yang telah terkapar di atas lantai goa itu, jelas mayat-mayat itu adalah hasil termakan oleh Pukulan Han siong Ki yang maha dahsyat itu.

Kurang lebih lima kaki diluar tumpukan mayat tadi merupakan sebuah ruang batu yang amat lebar, meski masih agak jauh, tapi sekilas pandangan dapat teriibat betapa mewah dan megahnya isi ruangan tersebut.

Ketika itu seorang manusia lengan tunggal sedang berjalan keluar dari ruang batu itu dengan langkah tergesa gesa.

Berjumpa dengan orang itu, kontan sepasang mata Han- siong Ki berubah jadi merah berapi api, rasa benci dan rasa dendam membuat peredaran darah dalam tubuhnya berjalan dengan lebih cepat dari keadaan normal, napsu membunuh yang amat tebal menyelimuti dada dan benaknya, ia lantas tertawa seram.

"Haaaahhh... haaahhh... haaahhh... Yu Pia-lam Bajingan tua Tentunya kau tak menyangka bukan bahwa aku bakal munculkan diri ditempat ini?"

orang yang baru saja munculkan diri itu memang Thian-che kaucu Yu Pia lam adanya, diapun sedang berdiri dengan wajah mengejang keras, matanya memancarkan cahaya tajam yang penuh mengandung rasa benci yang menyala nyala, keadaannya pada waku itu cukup membuat hati orang jadi bergidik. "Manusia muka dingin" teriaknya penuh kebencian, "bila kaucumu tidak dapat mencincang tubuhmu menjadi berkeping keping, lalu menghancur lumatkanmujadi abu, sukar rasanya untuk menghilangkan rasa benciku terhadapmu"

"Yu Pia lam" Han-siong Ki segera berteriak pula: " lebih  baik tutup saja mulut anjingmu, kalau ingin mengucapkan kata kata semacam itu, lebih baik ucapkan saja pada penitisanmu yang akan datang"

"Bocah keparat, kau berani memasuki lembah ini sama artinya pula bahwa engkau sudah mendaftarkan diri kepada raja akhirat."

"Bangsat tua, tak usah banyak ngebacot lagi serahkanlah jiwa anjingmu itu"

Ditengah bentakah nyaring, Han siong Ki segera menggerakkan tubuhnya menerjang ke arah pintu ruangan dimana Yu Pia lam sedang berdiri dengan seramnya...

"Criiiing ” tiba-tiba terdengar suara dentingan nyaring

berkumandang dalam lorong gua itu, menyusul kemudian pemandangan disekitar tempat itu jadi gelap, kiranya jalan maju dalam lorong itu sudah tertutup oleh selapis pintu baja yang sangat kuat, untung Hari-siong Ki dapat mengerem gerakari tubuhnya dengan jitu kalau tidak niscaya tubuh nya akan saling bertumbukan dengan pintu baja tersebut.

"Criiiing !'sekali lagi terdengar suara dengan nyaring

berkumandang dari arah belakang,

Han-siong Ki bukan anak kemarin sore, dari dentingan yang terjadi dengan cepat ia menjadi paham akan apa yang telah terjadi. Dengar perasaan yang bergetar keras dia berpaling kebelakang.

Benar juga, pintu masuk kedalam gua itu tertutup juga oleh selapis pintu baja yang kuat. Dengan tertutupnya kedua belah samping gua itu oleh lapisan baja yang kuat, maka sama pula artinya bahwa ia sudah terjebak disitu dan menjadi burung didalam sangkar

Rasa mendongkol bercampur jengkel hampir saja meledakkan benaknya, dengan penuh kegusaran sepasang telapak tangannya segera diayunkan ke-depan dan dihajarnya pintu baja itu kuat-kuat.......

"Blaaaang !" hanya benturan keras yang terjadi, tenaga

pantulao yang dihasilkan oleh serangan tersebut segera menggetarkan tubuhnya yang membuat sianak muda itu mundur tiga langkah ke belakang dengan sempoyongan.

Pada saat itulah, tiba-tiba kedua belah pintu baja itu pelan- pelan mulai bergeser ketengah ruangan dengan membawa bunyi gemerutukan yang sangat nyaring.

Menyaksikan bergesernya pintu-pintu baja itu, terkejutlah Han siong Ki dibuatnya, dia tahu jika kedua buah pintu baja itu sampai merapat satu sama lainnya, niscaya tubuhnya akan tergencet sehingga hancur menjadi gumpalan daging.

Dalam gugup dan gelisahnya dia lantas menggerakkan tangannya untuk mendorong pintu baja itu agar jangan bergeser kedepan lebih jauh, sayang usahanya itu tidak mendatangkan hasil apa-apa.

Sekarang, jiwanya benar benar diujung tanduk, bila kedua belah pintu baja itu sudah merapat, berarti jiwanya akan ikut melayang pula meninggalkan raganya.

Mimpipun ia tak menyangka kalau didalam gua tersebut telah disiapkan alat jebakan yang tak terkirakan lihay dan ganasnya.

Berbicara soal kepandaian silat, pada hakekat nya tenaga dalam yaog dimiliki Thian-che kaucu Yu-Pia-lam sudah kalah tingkat bila dibandingkan dengan kepandaiannya, apalagi setelah sebuah lengannya dikutunginya ketika berada dipintu rahasia dalam markas besar perkumpulan Thian-che kau dilembah Lian-huan-tau, boleh dibilang kepandaian silat mereka selisih semakin jauh, atau dengan perkataan lain dalam setiap pertarungan yang bakal terjadi, ia selalu berada dipihak yang kalah.

Apa mau dikata ternyata apa yang kemudian terjadi sama sekali diluar dugaan, ternyata Han. siong-Ki yang malahan berada didalam cengkeraman tangan malaikat elmaut.

Dalam keadaan terdorong oleh kobaran api benci dan dendam serta keinginannya untuk melanjutkan hidup, Han siong Ki sambil melengkungkan tubuhnya untuk menahan gerak ma ju pintu baja tersebut, sepasang telapak tangan nya ditempelkan lekat lekat diatas permukaan pintu besi itus dan segenap tenaga dalamnya telah disalurkan untuk menahan gerak maju pintu tadi.

Untuk sesaat gerak maju pintu baja itu berhasil ia tahan sehirgga tidak bergerak lagi.

Tapi, gerak maju pintu besi yang berada dibe-lakang tubuhnya malahan menekan maju semakin kencang...

Mati hidupnya sekarang tinggal ditentukan dalam deti-detik itu juga..,.

Tiba-tiba Han siong Ki miringkan tubuhnya ke-samping, kemudian sepasang telapak tangannya direntangkan ke kiri dan ke kanan, masing-masing menahan sebuah pintu besi yang sedang bergeser itu.

Bisa dibayangkan betapa besarnya daya penggerak dari kedua belah pintu baja yang digerakkan oleh mesin itu? geseran pintu meski bergerak lambat tapi sedikit demi sedikit maju terus ke depan. baja itu sudah merapat, berarti jiwanya akan ikut melayang pula meninggalkan raganya.

Sekarang Han siong Ki telah mengerahkan tenaga sakti si mi sinkangnya mencapai puncak kesempurnaan, dengan sekuat tenaga ia menahan geseran pintu besi yang semakin merapat itu.

Demikian besarnya tenaga yang harus dikeluarkan pemuda itu untuk menahan geseran pintu, tampaklah semua otot otot hijau diatas keningnya pada menonjol keluar, peluh sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya.

Ia tahu cara semacam ini bukan cara yang baik untuk mengatasi ancaman tersebut, sebab makin lama tenaga dalamnya akan semakin melemah, suatu saat kekuatan itu menjadi lemah, tak bisa dihindari lagi tubuhnya pasti akan tergencet hingga menjadi gumpalan daging gepeng.

Mendadak dari atas pintu baja itu terbuka sebuah lubang

sebesar kepalan, menyusul kemudian terdengarlah suara gelak tertawa yang penuh rasa bangga, tekebur dan mengerikan berkumandang keluar dari balik lubang tersebut, tentu sajasianak muda itu tahu siapa gerangan yang sedang tertawa itu.

"Haaaahh.... haaahh.... haaahbh bocah keparat,

bagaimana rasanya sekarang?" dia mengejek. "sanggupkah engkau bertahan satu jam lagi? Haaahh.... haaahhh...

haaahhh dalam saju jam kemudian, engkau dapat

merasakan bagaimana nikmat-nya seorang yang digerumuti oleh perasaan seram karena kematian semakin menjelang datang, haaahhh.... haaahhh... haaaahhh silahkan engkau

mencicipi bagaimanakah rasanya badan yang dipencet oleh dua plat besi"

Han siong Ki benar benar gusar sekali mendengar ejekan tersebut, saking terpengaruhnya oleh emosi, serta merta daya tahannya menjadi kendor dan pintu baja itupun bergeser setengah depa lagi kearah depan.

Buru-buru dia pusatkan kembali semua perhatian dan kekuatannya untuk menahan gerak maju pintu baja itu dengan mati-matian. Tiba tiba sebilah pedang menerobos masuk lewat lubang kecil itu dan segera menempel diatas pinggang Han siong ki.

"Bocah keparat" ujarnya lagi "misalkan saja pedang ini kutusukkan dua inci lebih kedepan, coba terkalah apa akibatnya? Haaahhh .....haaahhh... haaaahhh... darah pelan pelan akan mengalir keluar dan nyawamu pelan pelan akan ikut lenyap pula dari ragamu"

sambil menggigit bibir Han siong Ki mendengus, kemudian muntah darah segar, sementara pintu tersebut bergeser lagi dua inci lebih kedepan.

"Bodah keparat" sekali lagi Yu Pia lam berkata dengan juaranya yang mengerikan, "aku tak dapat membiarkan engkau mati dengan begitu cepatnya, sebab itu terlalu keenakan bagimu, sekalipun pintu baja itu tak bisa menggencet tubuhmu sampai mati, aku akan membiarkan engkau mati kelaparan disini, aku akan suruh kau mati kehausan dan pelan pelan menemui ajalnya, haaahh.....

haaaahhh haaaahhh"

Tenaga tekanan dari kedua belah pintu itu terasa semakin lama semakin berat menggencet tubuhnya.

Han siong Ki merasa bahwa tenaga murninya nulai banyak yang hilang, kepalanya mulai terasa pusing tujuh keliling, pandangan matanya berkunang kunang dan badannya mulai menjadi sesak.

Habislah sudah.. ia merasa dirinya selangkah demi selangkah makin mendekati kematian, nyawa pun setetes demi setetes mendekati kemnusnahan. Apakah aku Han siong Ki harus mati dengan membawa rasa dendam yang tidak terbalaskan?

"Tidak"

Ia menjerit sekeras-kerasnya, entah dari mana datangnya sesuatu kekuatan yang maha besar, tiba-tiba ia berhasil mendorong mundur pintu besi itu sejauh hampir satu depa lebih.

Tapi keadaan tersebut hanya berlangsung sebentar saja, sebab sesaat kemudian hawa murninya kembali semakin merosot hebat, pelan pelan pintu baja itu merapat kembali ke tengah...

Air mata bercampur darah mengembang dan bercucuran membasahi matanya, rasa gusar, benci, dendam serta aneka perasaan lainnya berkecamuk menjadi satu dalam benaknya membuat pemuda itu berubah jadi setengah kalap .....

Kecuali terjadi suatu peristiwa yang diluar dugaan, rasanya pemuda itu memang sudah tiada harapan untuk hidup lagi didunia ini. Tulang belulang berserakan dalam perkampungan keluarga Han...

Demi membalas dendam bagi keluarganya, membalas dendam bagi perguruannya, ibunya dengan menanggung malu telah kawin lagi dengan Thian che kaucu Yu Pia lam, kemudian menyebut dirinya sebagai orang yang kehilangan sukma, dari sini dapat ditarik kesimpulan betapa sengsara dan tersiksanya perempuan itu.

Maka suatu tenaga kekuatan yang entah dari mana datangnya sekali lagi berhasil mendorong mundur pintu baja itu beberapa depa ke belakang.

Tenaga si mi sinkang telah disalurkan hingga mencapai pada puncaknya, asap putih menyelimuti seluruh badannya, setiap kali perasaannya bergolak. asap putih itu pun mengalami pergolakan yang dahsyat, bisa dibayangkan betapa besarnya tenaga tekanan yang kemudian terjadi di tempat itu, terutama disuatu ruang sempit yang kecil sekali, otomatis pergolakan tenaga tekanan itu menimbulkan suatu kekuatan yang luar biasa.

"Blaaang " akhirnya dinding karang disekitar tempat itu

tak sanggup menahan pergolakan tenaga tekanan yang dihasilkan dari tenaga sinkang itu diiringi suara gemuruh

yang keras, dinding itu melar retak dan berguguran hingga timbullah sebuah celah lekukan yang cukup dalam pada dinding karang tadi.

Mimpipun Han siong Ki tak menyangka kalau dia bakal menjumpai suatu keajaiban dalam keadaan demikian, sementara itu seruan kaget berkumandang pula dari balik lubang di atas pintu baja tersebut...

secepat kitat Han siong Ki menarik kembali sepasang telapak tangannya, kemudian bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, dia melompat masuk ke dalam celah diatas dinding yang baru saja ambruk itu....

Pelan pelan pintu baja itu merapat ketengah, sisa hancuran batu yang gugur ke tengah ruangan seketika digencet hingga hancur menjadi pupur halus.

Benar benar suatu keajaibanlah yang telah menyelamatkan Han siong Ki dari tangan malaikat elmaut, andaikata dinding karang itu tidak ambrol, niscaya habislah sudah riwayat anak muda itu.

"Kreeek Kreeek dengan cepat kedua belah pintu baja itu

bergeser kembali kebelakang dan kemudian lenyap dari pandangan, yang tersisa ditengah lorong gua itu hanya setumpuk bubuk kapur yang lembut.

Thian che kaucu Yu Pia lam munculkan diri dari tempat persembunyiannya dan menghampiri hancuran kapur itu, setelah memeriksa sekejap sekitar tempat itu, tiba tiba ia berseru tertahan:

"Eeeeh aneh benar Memangnya dia belum mati?"

"Hmmm..Jika aku mati, itu namanya Thian tidak adil dan setanlah yang akan berpesta pora" seseorang menyahut dengan suara yang menyeramkan. Mendengar seruan tersebut, Yu Pia-lam jadi ketakutan setengah mati, hingga sukmapun serasa melayang tinggalkan raganya, buru buru dia kabur ke belakang, sayang terlambat, tahu tahu lengan tunggal-nya sudah dicengkeram erat erat. Dengan demikian, maka kedua orang itupun saling berhadapan muka.

Han siong Ki dengan sepasang matanya yang tajam menggidikkan hati menatap musuhnya lekat-lekat, membuat Yu Pia lamjadi ketakutan setengah mati, sekujur badannya,mengejang keras.

"Heehhh.... heehhh... heehhh Yu Pia lam, tentunya

mimpipun kau tak menyangka bukan?" "Bocah keparat, kaucumu "

Tapi sebelum ucapan tersebut selesai diucapkan, tiba tiba

....

"Plok" sebuah gaplokan telah bersarang telak diatas pipi Yu

Pia-lam membuat wajahnya jadi sembab merah.

"Haaahhh... haaahhh... haaahhh..." gelak tertawa itu begitu mengerikan, begitu mendebarkan hati, membuat siapapun merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri, karena dibalik suara tertawa itu terseliplah hawa napsu membunuh yang amat tebal.

Yu Pia lam memang seorang jagoan yang lihay, tak urung pucat pias juga wajahnya karena seram.

Tiba tiba Han siong Ki menarik kembali suara tertawanya, dengan nada yang mengerikan dia berteriak:

"Yu Pia lam, tentunya kau tak menyangka bukan akan menjumpai keadaan seperti ini?"

sekuat tenaga Yu Pia lam berusaha meronta dan melepaskan diri dari cengkeraman musuh, tapi Han siong Ki mencengkeram lengannya erat-erat, bahkan kelima jari tangannya sudah menembusi kulit tubuhnya, darah kental bercucuran dengan derasnya membasahi seluruh bajunya.

Gembong iblis itu kesakitan setengah mati, mukanya berubah jadi pucat kehijau hijauan, serunya dengan penuh kebencian:

"Bocah bangsat, bajingan keparat sungguh menyesal aku bersikap ceroboh dimasa lalu, coba kubabat rumput sampai se akar-akarnya, niscaya kau sudah mampus sedari dulu."

"Yu Pia lam, bangsat terkutuk, itulah kalau di namakan Thian masih maha adil "

Tiba tiba pemuda itu mendengus tertahan, tubuhnya mencelat sejauh satu kaki lebih sambil muntah darah segar....

-ooo0dw0ooo-

BAB 104

TERNYATA ketika Han siong Ki dibuat marah sehingga perhatiannya agak bercabang, Yu Pia lam telah manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik baiknya, sebuah tendangan kilat yang bersarang telak diatas pusarnya membuat pemuda itu terhantam sampai mencelat.

Karena kena disergap secara tiba tiba, otomatis cengkeraman Han siong Ki atas lengannya juga terlepas, cepat Yu Pia lam melompat mundur ke belakang dan kabur kedalam ruang batu...

Tak terkirakan rasa gusar Han siong Ki menghadapi keadaan ini, sambil menggigit bibir dia lantas melompat bangun dan mengejar dari belakangnya...

Yu Pia lam cepat menghentikan gerakan tubuhnya sambil melepaskan sebuah pukulan dahsyat dengan lengan tunggalnya. "Blaaang. .." sekali lagi Han siong Ki termakan oleh pukulan tersebut hingga jatuh terjengkang ke tanah.

Yu Pia lam tertawa seram, sekarang ia putar badan sambil balik melancarkan tubrukan kilat.

sambil menggigit bibir Han siong Ki melompat bangun, kesepuluh jari tangannya diayun ke depan melancarkan serangan dengan ilmu Tong kim ci.

Ditengah jerit kesakitan, lengan tungga Yu Pia Lam yang tinggal satu satunya itu sudah kena dilubangi oleh serangan jari itu hingga terluka parah, gembong iblis itu terdorong mundur beberapa langkah dengan sempoyongan.

Dengan sekuat tenaga Han siong Ki menghimpun kembali sisa kekuatan yang dimilikinya, kemudian sebuah pukulan dahsyat sekali lagi dilontarkan kedepan.

Hembusan angin kencang menerbangkan meja dan kursi, Yu Pia- lam yang termakan oleh pukulan itu segera terpental sehingga badannya menempel diatas dinding ruangan.

Han siong Ki menerjang semakin dekat, tangannya langsung mencengkeram lengan tunggal orang, sementara tangan yang lain mencekik lehernya... pelan pelan cekikan itu semakin kencang, rupanya dia hendak mempraktekkan sistim gencetan pintu besi yang baru dialaminya itu untuk menyiksa musuhnya...

Yu Pia lam betul betul sudah tak dapat berkutik lagi, paras mukanya jadi hijau jadi semu merah, sepasang matanya melotot keluar, mulutnya terpentang lebar lebar, lidahnya mengejang keras dan badannya menggigil...

Nyawanya makin lama makin mendekat jurang kesirnaan... makin lama gerakannya makin lirih.. daa akhirnya sama sekali terhenti. Dalam kekalutan yang mendekati kalap. Han siong Ki masih mencekik terus leher musuhnya yang telah binasa itu keras keras....

"Kraaak " tiba tiba darah kental memancar keluar menodai

sekujur badannya.

Ternyata batok kepala Yu Pia lam telah tercekik hingga patah jadi dua dan menggelinding ke samping.

Untuk kesekian kalinya Han siong Ki menengadah, tertawa terbahak bahak dengan seramnya.

suara tertawa itu penuh dengan nada bencidan dendam...

seperti orang kalap yang sedang tertawa.

Tentu saja keadaan semacam ini tampaknya mengerikan sekali bahkan sedikit kelihatan kejam, tapi Han-siong Ki tidak merasakannya sama sekali, bahkan masih juga tertawa tiada hentinya.

Akhirnya cengkeramannya dilepaskan juga, mayat Yu Pia lam yang tanpa kepala itupun roboh, terkulai ditanah...

Han siong Ki menyepak mayat itu dengan bencinya, setelah itu dengati wajah penuh napsu membunuh dia menerobos masuk kedalam ruangan yang lain.

Dalam ruangan itu ditemuinya seorang kakek berambut perak berbaring dengan tenangnya diatas sebuah pembaringan.

Han siong Ki tahu siapakah kakek itu, maka sambil bergeser kedepan menghampiri pembaringan tersebut, bentaknya dengan suara kaku dan sedingin es:

"Huan yu it koay, engkaulah biang keladi dari semua peristiwa berdarah ini dan sekarang sudah tiba saatnya bagimu untuk memberi pertanggungan jawab"

Tapi aneh sekali, suasana tetap hening dan kakek itu sama sekali tidak menjawab. Han siong Ki segera melancarkan sebuah pukulan untuk mendorong tubuh kakek itu hingga terguling jatuh dari pembaringannya, tampaklah sekarang noda darah yang membasahi sekitar pembaringan tersebut.

Melihat itu Han siong Ki merasa kaget, ia maju semakin dekat dan memeriksanya lebih seksama, sekarang ia baru menemukan bahwa Huan yu it koay memang telah tewas, terbukti dari ujung jari tangan kirinya yang menancap diatas jalan darah tay yang hiatnya itu.

Rupanya setelah mengetahui bahwa apa yang dicita citakan selama ini telah menemui kegagalan total, gembong iblis itu segera mengambil keputusan untuk menghabisi nyawa sendiri.

Sebenarnya manusia aneh ini boleh dibilang lumpuh sebagian tubuhnya, baik lengan kanan, kaki kanan maupun badan bagian kanannya tak dapat bergerak sama sekali, inilah hasil ganjaran dari ouwyang Beng, pemilik benteng maut angkatan pertama dalam pertarungannya dimasa lalu.

Dan sekarang menjelang cita citanya yang setinggi langit hampir berhasil dicapai, tiba tiba semua rencananya gagal total dan gembong iblis itupun terpaksa harus menyelesaikan sisa hidupnya.

Untuk sesaat lamanya Han siong Ki berdiri termangu- mangu, akhirnya dia keluar dari ruangan itu, menghampiri jenasah Yu Pia lam, merobek secarik kain untuk membungkus batok kepalanya itu dan berlalulah dari gua tadi.

Dendam berdarah yang membebani pikirannya selama ini, telah berhasil dituntut balas, pemuda itu merasakan suatu keringanan.. suatu perasaan segar yang belum pernah dialaminya selama ini, namun diapun merasakan suatu kekosongan yang aneh.

Dengan membawa batok kepala Yu Pia lam, ia keluar dari lembah tersebut, ditengah jalan ia saksikan ciong pin yang tertotok jalan darahnya masih menggeletak diantara jepitan batu cadas, rupanya sebelum esok pagi menjelang tiba, jalan darah itu tak mungkin akan bebas dengan sendirinya. sekejap kemudian sampailah pemuda itu diluar lembah.

Dari tempat kejauhan ia saksikan asap tebal membumbung tinggi ke angkasa, rupanya para padri dari gereja siau lim si sedang membakar mayat-mayat rekan mereka yang terbunuh.

sementara dia masih melamun, tiba tiba terdengar seseorang berseru dengan lirih:

"Han siong Ki, kuucapkan selamat atas keberhasilanmu membalas dendam kesumat tersebut"

Bukan saja suara itu sangat dikenal olehnya, lamat-lamat menusuk pendengaran.

Dengan perasaan kaget Han siong Ki berpaling, ternyata orang itu adalah perempuan berkerudung yang misterius itu, teringat kembali akan bantuan yang telah diberikannya selama ini, cepat pemuda itu maju memberi hormat seraya berkata:

"Untuk semua budi kebaikan dan bantuanmu, sebelumnya kuucapkan banyak banyak terima kasih"

"Tak usah"

Aneh, aneh benar Kali ini ternyata suara perempuan itu berubah sama sekali. Han siong Ki termenung sebentar, akhirnya dengan penuh emosi dia berseru: "Jadi kau... kau....

kau adalah "

"Yaa, aku adalah seorang perempuan yang tak tahu malu" jawab perempuan berkerudung itu dengan sedih.

sambil berkata, pelan-pelan dia melepas-kan kain kerudung mukanya sehingga tampaklah raut wajahnya yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan.

Dia bukan lain adalah Ratu tawon Buyung Thay yang telah pergi karena mendongkol kepada pemuda kita. sekali lagi Han siong Ki maju ke depan memberi hormat. "cici" bisiknya "harap engkau bersedia memaafkan

kekerasanku dimasa lalu"

"Engkau masih bersedia menyebut aku sebagai cicimu?" tanya Buyung Thay dengan suara yang mengenaskan.

"Tentu saja, kenapa tidak?"

Rupanya selama ini Buyung Thay telah merobah cara berdandan dan nada suaranya, ditambah lagi dia mengenakan kain berke-rudung hitam, tak aneh kalau Han siong Ki segera tidak mengenalnya kembali.

sekarang ia tidak bersikap misterius lagi, segala sesuatunya berubah kembali menjadi sederhana dan biasa tanpa sesuatu yang aneh, ia pernah kawin dengan Thian che kaucu, tentu saja terhadap keadaan dalam lembah Lian huan tau menguasahinya penuh.

sekarang sekulum senyuman sedih telah tersungging diujung bibirnya, membuat wajahnya yang cantik tampak semakin mengenaskan.

Walaupun senyuman tersebut mengenas-kan hati dan membuat hati orang jadi pilu, tapi justru kesemuanya itu menambah kecantikan wajahnya, makin mempersonakan hati, membuat orang makin terpikat kepadanya.

Tanpa sadar Han siong Ki merasakan jantungnya berdebar keras, berdebar keras karena tergoda oleh daya tarik perempuan itu.

"Adikku, semoga semenjak sekarang walau berada diujung langitpun hati kita berdua dapat selalu berdampingan.."

Mendengar perkataan itu, tiba-tiba saja Han siong Ki merasakan sesuatu kesedihan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata, ia merasa hatinya jadi pedih dan sepasang matanya ikut berubah jadi merah... Buyung Thay tertawa getir.

"Adikku, asal dalam hatimu dapat selalu menerima kehadiranku, itu sudah lebih dari cukup,"

"Tidak cici, aku..." "Ada apa?"

"Aku... aku cinta padamu"

Paras muka Buyung Thay berubah hebat, tampaknya ia sedang dipengaruhi oleh emosi, tapi hanya sejenak kemudian telah pulih kembali jadi tenang dan hampa kembali.

"Adikku, aku tak bisa menerima pernyataan itu, aku tak dapat menerima limpahan cinta kasihmu" katanya dengan sedih.

"Kenapa?" tanya Han siong Ki dengan suara keras. "sudah lupakah engkau dengan nasehat dari ibumu?"

Han siong Ki merasakan hatinya bergetar keras, rasa bergidik tiba tiba saja muncul dari dasar hatinya, ia merasa seakan akan mendengar kembali perkataan dari ibunya:

"... Ratu tawon... membuat semua pemuda yang ada dalam dunia tergila gila kepada-nya bagaimanapun cantik dan

menariknya perempuan itu, ia telah berusia empat puluh tahun"

Yaa benar, Buyung Thay memang pandai merawat wajahnya, ia memang kelihatan masih berusia dua puluh tahunan walaupun usianya sudah mencapai empat puluhan tahun, dengan usia sebesar itu pada hakekatnya ia lebih pantas menjadi ibunya Han siong ki dari pada menjadi kekasihnya.

Selama ini Han siong Ki selalu tak berani mengakui bahwa ia cinta kepadanya, sebab ia tahu cinta kasih semacam ini tak mungkin dapat terwujud, akan tetapi sekarang tiba tiba pemuda itu merasa bahwa ia mencintai perempuan itu, suatu daya tekanan perasaan cinta yang meluap-luap membuat ia berani mengungkapkan perasaan yang dirahasiakan selama ini secara terus terang.

"Adikku, apakah engkau akan selalu mengatakan bahwa engkau mencintai aku?"

Suara itu begitu lembut, begitu halus, seakan akan tersembunyi daya rangsang dan daya pikat yang luar biasa besarnya.

Han siong Ki segera mengalihkan sinar matanya ke atas wajah Buyung Thay yang cantik Jelita itu, kembali bisiknya: "Aku cinta padamu"

"Sayang kesemuanya itu sudah terlambat adikku" jawaban dari Buyung Thay itu begitu tenang dan kalemnya.

"Kenapa?"

"Perkataan tersebut pernah kau ucapkan, tapi sekarang telah tak terbantahkan semua oleh keadaan-"

"Aku tidak mengerti dengan perkataan itu"

"Ketika kita baru saja berkenalan tempo hari, kita berdua sama sama pernah mengatakan tentang soal "cinta", dan cinta pada waktu itu adalah cinta yang sesungguhnya, cinta yang masih suci bersih tanpa ternoda oleh apapun jua, tapi kenyataan telah membuat engkau mencurigai watakku, engkaupun mencurigai perasaan cintaku. cinta ibaratnya mata manusia, mata tersebut tak dapat kemasukan sebiji pasirpun, kecurigaan merupakan selapis awan hitam yang menutupi kesucian cinta tersebut..."

"Tapi itu semuakan sudah berlalu? Kenapa musti kau singgung singgung kembali?"

"Justru oleh karena kejadian itu sudah lewat, maka aku lebih suka mempertahankan kenangan kita dimasa lalu dari pada membuat kenangan baru yang belum tentu hangat, lagi pula akupun sudah memahami arti kata dari cinta yang sesungguhnya, sering kali suatu persahabatan yang akrab bisa menangkan suatu perpaduan, suatu perkawinan yang belum tentu akan mendatangkan kebahagiaan"

"Oooh cici, apakah engkau tak dapat merubah

pendirianmu lagi?" pinta Han siong Ki dengan sedih.

"Yaa, pikiranku sudah tetap dan tak mungkin bisa dirubah lagi"

"Aaaai. kalau memang demikian, akupun tak dapat

memaksa lebih jauh, aku hanya bisa berdoa kepadamu semoga engkau dapat menjaga diri baik-baik, semoga lain kesempatan kita bisa berjumpa kembali"

Dengan membawa perasaan sedih yang tak terkirakan Han siong Ki putar badan dan berlalu dari situ.

Ketika Han siong Ki telah pergi, air mata yang semenjak tadi sudah mengembang dimata Buyung Thay, tidak terbendung lagi akhirnya bercucuranlah air matanya.

"Ooooh adikku sayang, tahukah engkau bahwa akupun

mencintaimu, mungkin cintaku padamu jauh melebihi cintamu kepadaku, tapi sayang kita tak dapat bersatu, pernikahan belum tentu dapat memberikan kebahagiaan bagi kita berdua."

Setelah bayangan punggung dari Han siong Ki lenyap dari pandangan, pelan pelan ia baru beranjak dan berlalu tinggalkan tempat itu.

sementara itu Han siong Ki yang pergi meninggalkan Buyung Thay, tiba tiba merasakan hatinya begitu sepi begitu hampa dan kosong.

Dalam hati ia selalu berpikir, apa yang bisa diperoleh seseorang sepanjang sejarah hidup,nya? Tonghong Hui telah mati?

Go siau-bi telah pergi tanpa pamit.

Dan sekarang Buyung Thay meninggalkan dirinya. Untuk pertama kalinya ia merasa hidupnya begitu sepi,

begitu sendiri tanpa sanak tanpa saudara, merasa bagaikan baru sadar dari sebuah impian, rasa mesrah, pahit, getir, kecewa, kosong, kehampaan semuanya berkecamuk menjadi satu dalam benaknya.

--ooo0dw0ooo--

Beberapa hari kemudian, tibalah si anak muda itu dibenteng maut.

Pertama tama ia berkunjung dahulu keatas batu cadas ditepi sungai, berziarah di depan kuburan Tonghong-Hui.

Hancur lembut rasanya perasaan Han siong Ki pada waktu itu, dengan perasaan kalut dia mendaki bukit batu cadas tersebut.

Berdiri kaku didepan kuburan tersebut, air matanya jatuh berlinang membasahi wajahnya, dia merasa semua tumpukan harapannya telah musnah semua perasaannya ikut lenyap, lenyap bersama lewatnya sang waktu.

Ia termenung dan makin lama semakin murung.

Tonghong-Hui telah menyaru sebagai seorang pengemis kecil, dimana mereka telah angkat saudara dan hidup dengan penuh kegembiraan.

Kemudian penyaruan Tonghong-Hui ketahuan rahasianya, maka pertama kalinya ia mencintai seorang perempuan, seluruh cinta kasihnya telah ia persembahkan kepadanya. Tapi akhirnya, bagaikan guntur yang membelah bumi ditengah hari bolong, kenyataan membuktikan bahwa Tonghong-Hui adalah bibi gurunya.

Kenyataan yang keji, kenyataan yang tak berperasaan telah mencabik cabik impian indah yang penuh kemesrahan- .

Adat istidat yang kokoh telah memusnah cinta kasih mereka... Maka Tonghong Huipun mengorbankan diri

sering kali ia merasa gelak tertawanya dan suara pembicaraannya seakan akan berada dihadapan matanya, tapi setiap kali ia membuka matanya kembali, semuanya itu lenyap dengan begitu saja hingga tak berbekas.

Diapun teringat kembali sumpah setia-nya...

sekalipun hidup tak dapat berdampingan, setelah mati dia ingin dikuburkan dalam satu liang.

"Yaaa.. benar, kecuali kematian, hidupnya akan selalu dirundung kesedihan... karena ia sudah terjepit dalam kepedihan yang tiada habisnya.

Tapi... mungkinkah ia mencari mati? Mungkinkah suatu kematian akan menyelesaikan semua kesulitan yang sedang dihadapinya.

Tiba tiba ia teringat kembati nasehat dari ibunya: Beliau pernah berkata bahwa ketidak berbaktian ada tiga, tiada keturunan merupakan ketidak berbaktian yang terutama.. Entah berapa lama dia berdiri melamun, hingga akhirnya sapaan yang halus dan ramah menyadarkan kembali si anak muda itu dari lamunannya. "Nak, engkau telah kembali?"

Dengan perasaan kaget Han siong Ki menengadah, tahu- tahu ibunya sudah berdiri dihadapan mukanya.

Dengan rasa sedih dan murung yang amat sangat, pertemuannya kembali dengan ibunya membuat si anak muda itu tak sanggup mengendalikan emosinya lagi, tiba-tiba ia mendekap ibunya dan menangis tersedu sedu seperti anak kecil.

Padahal jelek-jelek begitu Han siong Ki adalah seorang ketua dari suatu perguruan besar, walaupun demikian berada dihadapan ibunya ia nampak begitu lemah dan sama sekali tak mampu berbuat apa apa..

"Nak. tak usah menangis lagi" bisik ibunya dengan suara yang amat lembut, "aku cukup mengetahui betapa besarnya penderitaan yang kau alami selama ini, tapi aaaai ..."

Han siong Ki segera berhenti menangis, dengan suara cukup lantang dia berkata:

"ibu, ananda telah berhasil membalas dendam sakit hati kita yang dalamnya bagaikan lautan itu"

"Kau... kau... kau berhasil membalas dendam?" si siang- go cantik ong Cui Ing terselimut oleh golakan perasaan yang sangat hebat.

"Yaaa... ananda telah berhasil membalas dendam, dalam bungkusan kain inilah berisikan batok kepala dari Thian che kaucu Yu Pia lam, musuh besar kita"

Berkata sampai disitu maka secara ringkas pemuda itupun menceritakan kisah pemba-lasan dendam yang telah dialaminya selama ini.

Dengan air mata bercucuran kerena terharu si siang- go cantik ong cui ing berkata:

"Nak, bila arwah ayah dan Thio susiokmu dapat menyaksikan kesemuanya ini di alam baka maka mereka akan beristirahat dengan senyum di kulum"

"lbu" kata Han siong Ki kemudian, "bagaimanapun juga Yu Pia lam adalah murid murtad dari Perguruan benteng maut, perlukah kita laporkan kejadian ini kepada sucou?."

"Tak usah" "Tidak usah? Kenapa?"

"sejak mengalami musibah yang datang secara beruntun, sucoumu telah mengambil keputusan untuk mengasingkan diri selama lamanya, sejak kini benteng maut sudah ditutup, beliau tak ingin mencampuri urusan dunia luar lagi, maka aku rasa engkau pun tak perlu masuk ke dalam benteng untuk memberi laporan"

"Kalau bagitu bagaimana kalau kita pulang saja ke perkampungan keluarga Han?"

"Aku sudah pergi ke sana tempo hari, tempat itu sudah kuperbaiki, dan tulang tulang yang berserakanpun sudah kukubur semua..."

"lbu, perlukah kita gunakan batok kepala dari bangsat ini untuk bersembahyang kepada arwah ayah dan anggota keluarga lainnya?"

"Tentu saja harus"

"Kalau begitu bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga?"

"Ayolah, mari kita berangkat sekarang juga... oya, bagaimana dengan keadaan Go Siau bi?" Mendengar pertanyaan itu, paras muka Han siong Ki berubah sangat hebat, sahutnya kemudian-

"Ananda telah berhasil mendapatkan obat mustika si mia kim wan untuk menyembuh-kan luka-lukanya, tapi..... tapi..."

"Tapi kenapa?" tukas si siang go cantik ong cui ing kurang sabaran lagi.

"Dia dia telah pergi"

"Dia telah pergi?" "sebenarnya apa yang telah terjadi?" tiba tiba siang go cantik ong cui ing mengguncang- guncangkan tubuh Han siong Ki dengan penuh perasaan emosi.

Terpaksa Han siong Ki harus memberitakan Go siau bi yang telah pergi tanpa pamit serta isi surat yang ditinggalkan untuknya itu... selesai mendengar kisah tersebut, siang go ong cui ing pun berkata:

"Nak. bagaimanapun juga engkau harus mencari dirinya sampai ketemu, sebab diatas kertas dia sudah menjadi istrimu, dia sudah menjadi menantunya keluarga Han, bagaimanapun juga dia tak bisa kau biarkan dia luntang- lantung sendirian dalam dunia persilatan, ingatlah bahwa dia sudah tak punya rumah lagi"

"Tapi ibu.. dunia begini luas, kemana aku harus mencarinya "

"Jadi engkau ada maksud hendak meninggalkan dirinya nak?" perempuan itu menegur dengan wajah kurang senang.

"ooh tidak... tidak ananda sama sekali tidak mempunyai

maksud untuk berbuat begitu" jawab Han siong Ki dengan ketakutan. .

"Aaaai. akupun berharap agar engkau jangan mempunyai

pikiran demikian, ingatlah baik-baik perkataanku Bagaimana- pun juga, engkau harus mencarinya sampai ketemu dan lakukan pernikahan dengannya, jika engkau tidak menuruti perkataanku itu, berarti bahwa engkau lebih suka menjadi anak yang tak berbakti"

"Ananda tak berani melupakan peringatan dari ibu Bagaimanapun juga ananda pasti akan berusaha untuk melaksanakan perintah ibu dengan sebaik-baiknya"

"Baik, kalau begitu sekarang juga mari kita berangkat"

Menyinggung soal rumah, ibu dan anak dua orang itu kembali merasakan kepedihan yang bukan kepalang. Hari itu juga berangkatlah mereka mening-galkan benteng maut menuju perkampunga keluarga Han-

sepanjang jalan tiada kejadian apapun yang di alami, beberapa hari kemudian, sampailah mereka ditempat tujuan.

setelah masuk pintu gerbang suasana yang mengharukan serta keadaan bangunan yang tak terawat sudah tidak nampak lagi, meski tulang belulang juga telah dibereskan, namun keheningan dan suasana sepi yang mencekam serasa mendatangkan suatu perasaan yang benar-benar tak sedap.

"Nak" ucap ong cui ing kemudian- "kerangka dari semua anggota keluargamu telah kukubur menjadi satu dalam hutan dibelakang perkampungan, serta Thio susiokmu berada dalam satu kuburan yang terpisah dan bila dikemudian hari ada kesempatan, pindahkanlah kuburan adikmu dan adik seperguruanmu Thio sau-kun kemari, jangan lupa pesanku ini"

"Yaa ibu"

selang sesaat kemudian mereka sudah berada di ruang tengah, tapi pemandangan yang terbentang di depan mata membuat Han siong Ki merasakan hatinya terperanjat.

Kiranya ditengah ruangan telah berjajar dua buah peti mati, yang satu telah disegel sedangkan yang lain setengah terbuka, jelas peti itu adalah sebuah peti mati yang kosong.

Paras muka si siang- go cantik ong cui ing tampak berubah hebat, sambil menunjuk ke arah peti mati yang ada disebelah kanan ujarnya dengan sedih. "Itulah lelayon dari ayahmu"

Tak terkirakan rasa sedih Han siong Ki mendengar perkataan itu, dalam keadaan demikian ia tak sempat menanyakan tentang soal peti mati kosong lagi, sambil berlutut di depan peti mati ayahnya, pemuda itu menangis tersedu sedu. Lama .... lama sekali ia baru bangkit berdiri

sambil membesut air matanya. "lbu... bukankah engkau mengatakan bahwa kerangka Thio susiok telah dikebumi-kan diperkampungan belakang? Lalu apa gunanya peti mati yang kosong ini"

"Soal itu kita bicarakan nanti saja" tukas ibunya dengan cepat "sekarang sulutlah lilin dan hio, kemudian bersembahyanglah untuk arwah ayahmu"

Meskipun agak keheranan bercampur curiga, toh Han siong Ki menurut juga perkataan ibunya, dia lantas pasang hio dan menyulut lilin, menyajikan batok kepala Yu Pia lam didepan peti mati ayahnya, lalu bersama sama ibunya dengan air mata bercucuran mereka berlutut dan bersembah-yang dengan hikmat.

selesai bersembahyang, kembali Han siong Ki menanyakan soal peti mati kosong itu.

si siang go cantik ong cui ing duduk dengan angkernya diatas kursi kebesaran- dia perintahkan Han siong Ki untuk berdiri tepat dihadapannya, kemudian dengan suara berat ujarnya:

"Nak, walaupun ibu sudah kawin lagi dengan orang lain, akan tetapi sampai sekurang aku masih tetap suci bersih, belum pernah kunodai nama baik keluarga Han kita..."

"lbu tentang soal ini ananda sudah tahu, kejadian yang sudah lewat buat apa kita singgung kembali?" seru Han siong Ki dengan wajah ketakutan-

Paras muka siang go cantik ong cui ing berubah jadi hijau membesi, tapi nada suaranya masih tetap tenang dan kalem, sambungnya lebih jauh:

"sekalipun aku tetap suci bersih tanpa noda, tapi bagaimanapun juga nama baikku tetap ternoda..."

Ketika mendengar sampai disitu, suatu firasat tak enak melintas dalam benak Han siong Ki, cepat dia berseru dengan ketakutan: "oooh...ibu, jangan kau berkata demikian, keadaanlah yang memaksa engkau orang tua berbuat demikian"

"Memang demikianlah keadaannya nak. ketika aku menggunakan nama samaran orang yang kehilangan sukma, dapatkah engkau mencamkan makna serta arti yang sebenarnya dari ucapan itu?"

"Nak, ingatlah baik-baik pesanku, cari Go siau bi sampai ketemu, kemudian kawini dia dan carikan keturunan bagi keluarga Han kita..."

"ibu, kau..."

"Nak. perasaan ibumu sakarang sudah amat tenang Nah, selamat tinggal, semoga engkau baik-baik menjaga diri.."

selesai mengucapkan kata kata tersebut, mendadak sekujur badan si siang- go cantik ong cui ing bergetar keras, kemudian matanya terpejam untuk selama lamanya.

Han siong Ki merasa terkejut bercampur takut, ia merasa sukmanya seolah-olah telah melayang tinggalkan raganya, dengan cepat ia menubruk ibunya, sayang sedetik sebelumnya perempuan itu telah memutuskan denyutan jantungnya dengan tenaga dalamnya yang lihay.

Menyaksikan kematian ibunya, Han siong Ki hanya bisa berdiri mematung tanpa bergerak barang sedikitpunjua, lama... lama sekali ia baru menangis tersedu-sedu.

Malam telah menjelang, Tapi Han siong Ki masih duduk termenung didepan jenasah ayah dan ibunya.

Ketika fajar telah menyingsing, ia baru masukkan tubuh ibunya kedalam peti mati yang kosong itu, kemudian dikubur dalam seliang dengan kerangka ayahnya.

seratus hari kemudian setelah kematian ibunya, Han-siong Ki mulai melaksanakan pesan ibunya untuk mencari jejak Go siau bi. setahun.... dua tahun.... lima tahun ketika mencapai

dua belas tahun lamanya sejak pencarian dimulai, akhirnya pada suatu ketika sianak muda itu berhasil menemukan jejak Go siau bi dibekas reruntuhan perkumpulan keluarga Go dibukit si sin gan.

Dengan pelbagai penjelasan yang berbelit belit serta bujukannya yang amat berat, akhirnya Go siau bi berhasil dilemaskan kembali hatinya.

Dan sejak itulah mereka hidup bersama hingga akhir tua.

TAMAT
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar