Tengkorak Maut Jilid 45

 
Jilid 45

KETIKA desingan angin tajam menyambar ke depan, serentetan jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema susul menyusul, tujuh orang jago lihay yang maju secara berbareng itu tak seorangpun yang dapat lolos dalam keadaan selamat, semuanya mati dengan dada berlubang dan tercebur kedalam sungai.....

Sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas jadi naik pitam, sepasang telapak tangan mereka dilontarkan secara bersama, arah yang diancampun merupakan tubuh Han siong Ki.

Sejak berhasil meyakinkan ilmu sakti si mi sin kang, boleh dibilang tenaga dalam yang dimiliki Han siong Kie telah mencapai puncak kesempurnaan, Hun si mo ong guru dari sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas yang tersohor karena kelihaiannya saja masih kalah setingkat, apalagi kedua orang muridnya ?

Dalam suatu benturan keras yang kemudian terjadi, dua malaikat hawa dingin dan panas itu terdorong hingga mundur bebarapa langkah kebelakang dengan sempoyongan.

Dipihak lain, beberapa orang gembong iblis sudah tewas ditangan pemilik benteng maut, tapi situasi pertarungan yang berkobar ditempat itu sudah meningkat makin sengit.

Orang yang kehilangan sukma harus bertarung dengan satu lawan tiga, tapi ia masih mampu untuk mempertahankan diri guna mengatasi serangan-serangan musuh.

Lain keadaannya dengan manusia aneh berambut panjang, untuk menghadapi kerubutan dari empat orang kakek berambut merah, ia nampak sedikit kewalahan, posisinya amat terdesak dan berbahaya sekali keadaannya.

Sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas merupakan jago jago lihay yang selalu mengunggulkan kepandaian sendiri, mula mula mereka berkeyakinan bahwa benteng maut dapat dikalahkan dengan tenaga gabungan mereka, siapa tahu meskipun mereka sudah bekerja sama, untuk mengalahkan seorang pemuda ingusan saja tak becus, lama kelamaan berkobarlah sifat ganas dalam hati mereka.

Ditengah bentakan nyaring, sepasang malaikat itu maju bersama sambil melancarkan serangan-serangan dahsyat.

-ooo0dw0ooo-

BAB 92

JURUS serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar itu betul betul mengerikan sekali, bukan saja tenaganya bagaikan ambruknya sebuah bukit karang, bahkan kecepatannya jauh melebihi kecepatan petir ....

Sepuluh gebrakan kemudian, mereka berhasil mengimbangi kelihayan musuhnya dan memaksa suatu pertarungan jarak jauh yang seimbang dan sama kuat, rupanya pertempuran itu tak mungkin bisa diselesaikan dalam waktu singkat.

Disaat yang amat tegang dan gawat, dari tepi pantai kembali berkelebat datang sesosok bayangan manusia, dengan suatu gerakan yang amat cepat ia menampilkan diri dari tepi pantai dan langsung menyerbu keatas jembatan batu.

Han siong Kie coba melirik sekejap kearah bayangan manusia itu, akan tetapi bila diketahuinya siapa gerangan orang itu, tercekatlah hatinya rasa kaget menyebabkan jantungnya berdetak lebih cepat dari keadaan semula.

Rupanya orang yang baru saja munculkan diri ini tak lain adalah Hun si Mo ong, guru dari Im yang siang sat sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas.

Sebagaimana diketahui, Hun si Mo ong telah menjabat kedudukan komandan pelindung hukum dari perkumpulan Thian che kau, pada hakekatnya dia bersedia menerima jabatan itu adalah lantaran dia hendak memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menghancurkan benteng maut, tentu saja selain membayar kembali semua penghinaan yang pernah diterimanya serta berusaha menolong kedua orang muridnya yakni malaikat hawa dingin dan malaikat hawa panas dari kurungan.

Setelah Hun si Mo ong munculkan diri, secara beruntun kawanan jago dari Thian che kau munculkan diri pula dari tempat persembunyiannya, itu berarti besar kemudian Thian che kaucu pasti akan muncul juga ditempat kejadian.

Sontak Im yang siang sat merasa semangatnya berkobar kembali ketika menyaksikan kemunculan gurunya disitu, secara beruntun mereka lancarkan serangkaian pukulan yang mematikan untuk mendesak musuhnya, membuat Han siong Kie terdesak mundur sejauh delapan depa dari mulut jembatan batu itu.

Han siong Kie terperanjat, dia tahu andaikata Hun si mo ong dibiarkan menyeberangi jembatan batu itu, kemungkinan besar situasi dalam gelanggang pertarungan akan terjadi perubahan besar.

Kuatir kalau keadaan yang tak diinginkan itu sampai terjadi, cepat cepat dia menghimpun tenaga sakti si mi sinkangnya mencapai sepuluh bagian, lalu dilancarkannya sebuah pukulan dahsyat ke muka.

Segulung kabut putih yang sangat tebal segera berhembus keluar menggulung ke atas tubuh Im yang siang sat, suara gemuruh yang menyertai serangan tersebut amat memekikkan telinga.

Im yang siang sat cukup mengetahui kelihayan musuhnya itu tapi mereka enggan menghindar dengan begitu saja, disambutnya ancaman yang menyembur tiba itu dengan keras

"Blang" suatu benturan keras tak bisa dihindari lagi, sambil mendengus tertahan, kedua orang malaikat hawa panas dan dingin itu mundur satu kaki jauhnya dari tempat semula dengan langkah sempoyongan Sementara itu, Hun si mo ong telah tiba dimulut masuk jembatan batu itu........

Han siong Ki tidak dapat membiarkan musuhnya meneruskan perjalanan, dia membentak keras, lalu dengan melepaskan pukulan dahsyat dengan ilmu Si mi sinkang lagi, segulung asap putih yang sangat tebal seketika itu juga menggulung keatas tubuh Hun si mo ong.

Agaknya gembong iblis yang berpredikat Raja iblis pengacau jagad ini cukup mengetahui kelihayannya tenaga sin kang tersebut, dia tak berani menyambutnya dengan keras lawan keras, cepat tubuhnya berkelit kesamping dan mundur delapan depa dari tempat semula.

Menggunakan kesempatan yang amat baik itulah, Han siong Ki segera melompat kembali ke tempat kedudukannya semula, serangan kedua menyusul kemudian dilancarkan kembali kedepan.

Kali ini Hun si mo ong tidak menghindar lagi, sambil mengikik tertawa seram, telapak tangannya segera disilangkan didepan dada, kemudian ditangkisnya ancaman itu dengan keras lawan keras.

Han siong Ki mengejek sinis, tenaga serangannya cepat ditambah dengan dua bagian lagi ......

"Blaaang" suatu benturan dahsyat yang memekikkan telinga menggelegar diangkasa, air sungai menggulung tinggi sampai melewati batas batas jembatan batu, saking kerasnya benturan yang terjadi, tubuh Hun si mo ong mencelat setinggi beberapa kaki dan terlempar dari batas batas jembatan batu itu.

Untunglah ilmu silat yang dimiliki gembong iblis tua ini cukup lihay, menggunakan kesempatan itu badannya berputar satu lingkaran di angkasa, lalu seperti seekor burung raksasa yang aneh, dia melayang kembali keatas jemhatan batu itu. Han siong Ki mendengus dingin, dua kali serangannya yang gagal membuat anak muda ini semakin penasaran, maka serangan ketiga yang jauh lebih dahsyat pun dilontarkan kembali kedepan ....

Tapi disaat terakhir sebelum Han siong Ki melontarkan serangannya yang ketiga itu, dua gulung angin pukulan yang tak kalah dahsyatnya menggulung tiba juga dari belakang punggungnya .

"Blaaang . " ditengah benturan yang memekikkan telinga, seseorang mendengus tertahan.

Termakan oleh tenaga sakti yang maha dahsyat itu, tubuh Hun si mo ong terpental sejauh dua kaki lebih dan nyaris tercebur kedalam sungai, sebaliknya Han siong Ki sendiripun terhajar telak oleh dua buah pukulan yang menggulung tiba dari arah belakang.

Memang tubuhnya terlindung oleh tenaga sakti, tapi tenaga serangan yang menyergap tubuhnya itu lebih kuat dan berat daripada ambruknya sebuah bukit Thay san, dengan sempoyongan badannya mundur beberapa langkah kebelakang, tak tahan lagi dia mendengus tertahan, golakan darah dalam dadanya bergelora keras, hampir saja ia muntah darah kental.

Tentu saja kedua orang penyergapnya tak lain adalah Im yang siang sat.

Sementara itu, sepasang malaikat hawa dingin dan panas pun diam diam merasakan hatinya bergidik keras, bagaimanapun juga belum pernah mereka jumpai seorang manusia yang mampu menerima serangan gabungan mereka tanpa roboh, tapi sekarang. Han siong Ki mampu untuk menerima serangan dahsyat tadi dengan gemilang, dari sini dapat diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki musuhnya itu betul betul sudah mencapai puncak kesempurnaan. Adapun maksud dan tujuan im yang siang sat melepaskan sergapan kilatnya tadi, adalah agar guru mereka Hun si Mo ong bisa menyeberangi jembatan batu itu dan menyerbu kedalam benteng maut, maka gagal dengan serangan yang pertama, ia susulkan kembali dengan serangan serangan berikutnya.

Hun si mo ong sendiripun merasa penasaran sekali, sambil berpekik nyaring, tubuhnya berputar seperti ayunan dan sekali lagi menerkam kedepan.

Rasa cemas dan gelisah mulai menyelimuti hati Han siong Ki, betapa tidak? Dari depan maupun belakang dia harus menghadapi gempuran demi gempuran dari musuhnya, masih mendingan kalau mereka cuma jago jago silat biasa, tapi kenyataan sekarang, orang orang itu adalah kawanan jago dari golongan hek to yang mempunyai ilmu silat amat lihay, sudah tentu kejadian ini merupakan suatu tugas yang amat berat baginya.

Padahal sebagaimanapun juga sudah diketahui, orang yang kehilangan sukma telah berpesan kepadanya agar mempertahankan mulut masuk di atas jembatan batu itu, bagaimanapun yang akan terjadi tentu saja dia harus mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mempertahankan tempat itu, jangan toh membiarkan mereka lewat, menginjak dimulut jembatanpun tak akan diperkenankan olehnya.

Maka diapun mendengus penuh kegusaran, tubuhnya berputar secepat kilat sambil menerkam Im yang siang sat sepasang malaikat yang ada dibelakang tubuhnya, telapak tangan kanan menyerang dengan ilmu sakti si mi sinkang, sementara tangan kirinya menyerang dengan ilmu jari Tong kim ci.

Kedua macam kepandaian tersebut sama sama merupakan ilmu maha sakti yang tiada tandingannya didunia ini, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya bila kedua macam ilmu yang maha sakti tersebut dilancarkan secara berbareng ......

Ketika hawa serangan yang dilancarkan sepasang malaikat membentur dengan ilmu sakti si-mi sinkang, terjadilah suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga, tubuh sepasang malaikat itu sama sama tergetar mundur beberapa langkah kebelakang dengan sempoyongan, dan hampir bersamaan waktunya dengan ilmu Tong kim ci yang maha dahsyat meluncur tiba pula dengan kecepatan luar biasa.

Menghadapi ancaman yang sangat menggetarkan hati itu, malaikat hawa dingin Mo siu ing miringkan tubuhnya kesamping kanan, dengan membawa desingan tajam, angin serangan itu menyambar lewat dari sisi badannya, sebaliknya Malaikat hawa panas Ko su khi mau menghindar namun tak sempat lagi, tak ampun lengannya tersambar oleh angin serangan itu hingga tembus dan berlubang.

Semua kejadian ini berlangsung dalam sekejap mata, begitu angin pukulan dan angin jari sudah dilontarkan kedepan, tanpa menantikan bagaimanakah hasil dari serangannya itu, Han siong Kie memutar badannya setengah lingkaran- kemudian dengan menggunakan tenaganya sebesar dua belas bagian, sepasang telapak tangannya dibacok kemuka dengan kecepatan yang luar biasa.

Memang, serangan itu dilakukan satu lebih dahulu dan yang lain agak belakangan, tapi kerja sama serta ketepatannya bukan kepalang.

Angin pukulan yang dilancarkan sambil memutar badan itu dengan tepat sekali menyongsong tubuh Hu si mo ong yang sedang melangkah naik ke atas jembatan batu itu.

Kabut putih yang tebal dan membawa tenaga tekanan besar menggulung ke depan dengan hebatnya, untuk kesekian kalinya Hun si mo ong tergetar mundur ke belakang oleh benturan tersebut. Menggunakan kesempatan itu, Han siong Kie memperbaiki juga posisinya yang sudah makin mendesak itu dengan demikian ia berhasil merebut kembali tempat kedudukannya yang jauh lebih menguntungkan.

Dipihak lain... sudah hampir dua puluh sosok lebih mayat manusia yang berserakan diatas tanah, itu berarti mereka mereka yang masih bisa mempertahankan diri dan berecmpur seru adalah kawanan jago persilatan yang memiliki ilmu silat agak tinggi, itupun jumlahnya masih mencapai tiga puluh orang lebih, tampak-tampaknya mereka telah bulatkan tekad untuk menghancurkan benteng maut dari muka bumi.

Pemilik benteng maut masih bertarung terus dengan sengitnya, tentu saja setelah mengalami pengerubutan yang berlangsung secara beruntun, tenaga serangannya saat ini tidak segencar dan sedahsyat pertama kali turun tangan tadi.

Posisi orang yang kehilangan sukma yang sedang dikerubuti oleh delapan orang jago lihay juga tidak begitu menyenangkan keadaannya, dari keadaan yang terpampang didepan mata, dapat diketahui bahwa perempuan misterius itu hanya bisa mempertahankan diri belaka, itupun tak akan berlangsung terlampau lama.

Manusia aneh berambut panjang sendiri sudah bermandikan darah segar, posisinya sangat terdesak dan gawat sekali, tampaknya setiap saat kemungkinan besar jiwanya bakal terancam.

Tiba tiba sesosok bayangan hijau melayang keluar dari balik pantai berpasir, dalam beberapa kali lompatan saja ia sudah tiba dibelakang tubuh Hun si mo ong.

Han siong Kie menengadah, tapi ketika sinar matanya terbentur dengan wajah orang itu, seketika itu juga peredaran darah dalam tubuhnya menggelora keras, hawa napsu membunuh yang sangat tebal seketika menyelimuti seluruh wajahnya. Siapakah pendatang itu? Dia tak lain adalah Ketua dari pekumpulan Thian che kau, Yu Pia-lam adanya.

Thio sau kun Han siong Hiang secara beruntun telah menemui ajalnya di tangan orang ini, bagaimanapun juga dendam kesumat yang lebih dalam dari samudra ini harus dituntut balas.

Sementara itu Hun si mo ong dan Thlan che kaucu telah berunding sebentar, setelah itu diiringi bentakan nyaring, kedua orang itu berbareng maju ke depan sambil melancarkan serangkaian serangan berantai.

Tak terkirakan rasa gusar Han siong Kie melihat terkaman dari gembong gembong iblis itu, dengan suara lantang dia segera membentak:

"Yu Pia lam, hari ini aku bersumpah akan mencincang tubuhmu sehingga hancur menjadi berkeping keping"

"Heeehhhh... heehhh... heeehhhh... " Yu Pia-lam ketua dari perkumpulan Thian che kau itu tertawa seram, " bocah keparat wahai bocah keparat, lebih baik janganlah bermimpi indah ditengah hari bolong, tak nanti apa yang kau harapkan itu bisa tercapai"

Dalam sekejap mata, dua orang itu sudah berada dua kakijauhnya dihadapan si anak muda itu.

Han siong Ki menggigit bibir, dengan menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya, dia lancarkan sebuah pukulan dahsyat kedepan.

Menyaksikan tibanya ancaman yang maha dahsyat itu, Hun si mo ong dan ketua perkumpulan Thian che kau menghentikan gerakan tubuh mereka, menyusul kemudian telapak tangan mereka saling menempel diatas punggung, diiringi gelak tertawa seram, Hun si mo ong melontarkan sepasang telapak tangannya pelan pelan kemuka....... Ketika serangan musuh dilepaskan, Han siong Ki segera merasakan sesuatu yang tidak beres, tapi sebelum ingatan lain melintas dalam benaknya, dirasakannya ada gulungan angin pukulan yang maha dahsyat menyapu kedepan dan  menerjang dadanya dengan kekuatan yang sukar dilukiskan dengan kata kata.......

suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga segera menggema diangkasa dan menggetarkan jembatan batu itu.

Han siong Ki tak kuat menahan serangan yang tak terkirakan lihaynya itu, dengan sempoyongan dia mundur satu kaki lebih dari kedudukannya semula, noda darah meleleh keluar dan membasahi ujung bibirnya.

Tak menunggu sianak muda itu telah berhasil dipaksa mundur, Hun si mo ong dari Thian che kau cupun melangkah naik keatas tepi benteng maut dengan tenangnya.

Apa yang sebenarnya telah terjadi? Kiranya Thian che kaucu dan Hun si mo ong telah menggunakan suatu kepandaian maha sakti yang dinamakan ilmu Tau ti coan kang (menyalurkan tenaga sakti ketubuh orang) itu berarti mereka telah menggabungkan dua gulung tenaga yang ada ditubuh mereka untuk melepaskan sebuah pukulan. Tak heran kalau Han siong Ki yang bakal menderita kerugian besar didalam keadaan seperti ini.

sekalipun demikian Han siong Ki juga terhitung seorang jago muda yang luar biasa dahsyatnya, karena didunia dewasa ini mungkin tak akan ditemui orang kedua yang sanggup menyambut serangan gabungan yang dilancarkan Hun si mo ong dan Thian che kaucu secara berbareng.

Han siong Ki merasakan sepasang matanya berubah menjadi merah membara, otot hijau disekujur badannya pada menonjol keluar semua, tak terkirakan rasa dendam dan gusarnya pemuda itu menghadapi kelicikan musuhnya, sambil membentak keras dia maju kemuka dan menerjang ke tubuh Thian che kaucu....

Menghadapi tubrukan maut itu, Thian che kaucu tak sudi melayaninya, dengan suatu gerakan yang enteng dia berkelit dua kaki dari tempat kedudukannya semula, lalu ujarnya kepada Hun si mo-ong:

"Pelindung hukum, kuserahkan bocah keparat ini kepada kalian guru dan murid" selesai berkata, dia lantas berkelebat pergi dan menerjang kearah gelanggang pertarungan yang lain.

sementara Hun si mo ong sendiri, karena kuatir pemuda itu keburu kabur ketempat lain, serta merta tubuhnya menerjang kedepan dan menghadang jalan perginya, serangan demi serangan segera dilancarkan secara berantai......

Im yang siang sat, sepasang malaikat hawa panas dan dingin tidak berdiam diri belaka, gurunya menyerang merekapun ikut menerjang kemuka sambil melancarkan serangan pula....

Dengan terjadinya perubahan ini, maka penghadangan dimulut masUk jembatan batupun mengalami perubahan besar, dengan tersingkirnya Han siong Ki dari situ, kawanan jago lihay dari perkumpulan Thian che kau menyerbu tiba dalam jumlah besar.

suasana dalam gelanggang seketika itu juga terjadi perubahan besar, situasi dalam gelanggang pertarunganpun berubah semakin tegang, gawat dan mengerikan.

Langit dan bumi terasa berbalik, jeritan setan dan teriakan malaikat seakan akan bermunculan dari empat penjuru.

Han siong Ki sudah menyerupai orang kalap. dibawah serangan serangan gencar yang kesemuanya tertuju keatas tubuhnya, dia perlakukan perlahan, secara ketat, bahkan berhasil merebut posisi diatas angin dan balas mendesak Hun si mo-ong sehingga tak mampu melepaskan serangan serangan balasan.

sepasang hawa dingin dan panas saling berpandangan sekejap. kemudian mereka memperketat serangan- serangannya sehingga untuk sesaat anak muda itu berhasil dipaksa terdesak hebat.

Dipihak lain, ketika Thian che kaucu terjun pula kedalam gelanggang, orang yang kehilangan sukma segera membentak keras, secara beruntun dia lancarkan tiga buah serangan berantai yang memaksa mundur delapan orang jago lihay yang mengerubutinya, kemudian ia tinggalkan musuh musuhnya itu untuk menyongsong kedatangan Thian che kaucu.

"Yu Pia lam" teriaknya penuh rasa geram "saat kematianmu sudah berada diambang pintu"

"Perempuan rendah yang tak tahu malu, jika hari ini pun kaucu tidak berhasil menghancur lumatkan tubuhmu jadi berkeping keping, aku bersumpah tidak akan hidup sebagai manusia"

Kedua orang itupun segera terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru, kedua belah pihak sama sama mengerahkan jurus serangan mautnya untuk merobohkan lawan, baik Thian che kaucu maupun orang yang kehilangan sukma sama sama mempunyai niat yang sangat besar untuk membinasakan lawannya.

sementara itu, Han siong Ki yang sedang bertarung sengit diam diam termenung juga memikirkan keadaan yang terbentang dihadapan matanya, dia tahu jika Thian che kaucu terjun kedalam gelanggang maka situasi pihaknya pasti akan berubah jadi amat berbahaya, atau dengan perkataan lain bila ia tidak berhasil merobohkan kawanan jago yang hadir dalam gelanggang dewasa ini, niscaya benteng maut akan terbasmi dan betul betul akan lenyap dari muka bumi. Berpikir demikian, hawa sakti si mi sinkang yang maha dahsyat itu segera disalurkan keseluruh badan, kemudian dengan dicairkan dalam jurus jurus serangan yang menggunakan taktik "menggetar" dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat ditambah pula dengan imbangan gerak badan lintasan cahaya bayangan kilat, secara beruntun dia lancarkan serangkaian pukulan berantai yang mendesak musuhnya secara bertubi tubi.

Penggabungan dari beberapa macam ilmu silat yang maha dahsyat itu otomatis membangkitkan pula tenaga tekanan yang semakin dahsyat, sekalipun keadaan Han siong Ki sudah jauh lebih lemah akibat pertarungan pertarungan sebelumnya, tapi demi selamatkan keadaan benteng maut yang terancam bahaya maut, terpaksa dia kerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk melangsungkan pertarungan adu jiwa yang benar benar menggidikkan hati.

Taktik "menggetar" dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat adalah suatu sistim pertarungan dimana dengan menggunakan tenaga untuk memukul tenaga, dalam kenyataannya, menggetar balik kekuatan musuh adalah suatu sistim pertarungan yang sangat menguntungkan, tentu saja seandainya kekuatan yang dimiliki pihak lawan jauh dibawah kekuatannya. sebaliknya bila tenaga dalam yang dimiliki musuhnya jauh lebih dahsyat, atau lebih tinggi beberapa kali lipat, maka penggunaan taktik tersebut bisa mengakibatkan hasil yang sebaliknya.

Demikian, ketika Han siong Kie merubah taktik serangannya, Hun si mo ong segera merasakan gelagat yang tidak menguntungkan mereka bertiga jadi kagetnya bukan kepalang. sementara suatu taktik baru belum berhasil ditemukan, mendadak....

"Blaang" suatu benturan keras diiringi jerit kesakitan yang memekikkan telinga berkumandang memecahkan kesunyian, si Malaikat hawa panas Ke su khi terhajar sampai mencelat sejauh dua kaki lebih dari tempat semula, untuk sementara waktu ia terjungkal ditanah dan tak mampu bangkit kembali.

Selang sesaat kemudian, menyusul juga malaikat hawa dingin Mo siu ing termakan oleh sebuah pukulan, dia muntah darah dan badannya meucelat sejauh delapan depa.

Dengan hilangnya dua orang jago lihay itu, dengan sendirinya Han siong Kie merasa daya tekanan yang menghimpit dirinya semakin ringan, sekarang anak muda itu dapat memusatkan semua perhatiannya untuk menghadapi Hun si mo ong seorang.

Tiga gebrakan kemudian, Hun si mo ong termakan juga oleh sebuah pukulan dahsyat sehingga muntah darah kental, dengan sempoyongan badannya mundur beberapa langkah kebelakang.

Kendati begitu, Keadaaa Han siong Kie sendiripun kurang begitu menggembirakan, akibat dari serangkaian pertarungan yang berat dan penuh memakan tenaga, anak muda itu merasakan hawa darah didalam tubuhnya bergolak keras, napas nya sedikit tersengkal.

Sementara suasana mencapai puncak ketegangan, tiba-tiba dari tepi pantai daratan sebarang sana terlihatlah bayangan manusia bergerak dengan kacau balau, menyusul kemudian terdengar pula suara beradunya senjata dan deruan angin pukulan rupanya disanapun sedang berlangsung suatu pertarungan yang amat seru.

Menyusul kemudian, muncul beberapa sosok bayangan manusia secepat sambaran kilat berlarian menuju ke arah gelanggang pertarungan yang sedang berlangsung didepan benteng.

Dalam keadaan yang serba gawat dan serba tidak menguntungkan ini, Han siong Kie sudah memikirkan persoalan yang lain lagi, sekarang dia cuma tahu membunuh... membunuh... dan membunuh, seakan akan pemuda yang bermuka dingin itu sudah berubah menjadi seorang manusia yang haus akan darah.

Dengan suatu gerakan yang dahsyat seperti banteng terluka, dia menerjang kesana menyerbu kemari dengan gagahnya.

Serentetan suara jeritan kesakitan berkumandang memecahkan kesunyian, manusia aneh berambut panjang itu muntah darah sambil mundur kebelakang dengan sempoyongan-

"siau susiok. menyingkirlah kesamping" teriak Han siong Kie sambil menahan geramnya.

Diantara suara bentakan yang memekikkan telinga, jeritan demi jeritan yang menyayatkan hati berkumandang saling susul menyusul, tiga orang kakek berambut merah yang mengerubuti manusia aneh berambut panjang itu tahu tahu sudah tergelepar diatas tanah dengan kepala pecah dan isi benak yang bercampur dengan darah tercecer di atas permukaan tanah..

Han siong Ki sudah semakin kalap. sekarang dia bukan mirip banteng terluka lagi tapi lebih mirip seekor harimau gila, selesai membinasakan tiga orang kakek berambut merah itu, badannya berputar kencang seperti roda kereta, kebetulan sekali tiga sosok bayangan manusia sedang meluncur datang dengan cepatnya, tanpa mengenali siapa gerangan raut wajah para pendatangnya, sentilan jari maut digetarkan secara berulang kali.

Hamburan darah segar bermuncratan kemana mana sebelum ketiga sosok bayangan manusia itu sempat melakukan suatu gerak penyerangan, mereka sudah menggeletak ditanah dalam keadaan tak bernyawa.

Dua kali gebrakan maut yang menghasilkan kematian kematian yang tak terduga ini seketika menimbulkan kehebohan dalam gelanggang pertarungan, semua orang merasakan hatinya bergidik dan peluh dingin memb asai tubuhnya karena ngeri.

Dalam pada itu posisi orang yang kehilangan sukma sudah kepayahan sekali, dibawah serangkaian pukulan dan serangan dari Thian che kaucu yang gencar dan hebat, ia terdesak mundur berulang kali, makin lama keadaannya tampak semakin gawat dan berbahaya.

"Yu Pia lam, serahkan nyawamu" bentak Han siong Kie dengan suara keras bagaikan meledek.

Mengikuti berkumandangnya bentakan tersebut tiga buah pukulan dahsyat dilancarkan secara beruntun.

Thian che kaucu mendengus dingin, dia cepat-cepat melejit sambil melompat mundur sejauh satu kaki lebih, tubuhnya berputar satu lingkaran, setelah berubah posisi, dengan suatu gerakan yang lincah dan manis ia berhasil menghindari ketiga buah pukulan dahsyat yang mengerikan hati itu.

Waktu itu keadaan dari orang yang kehilaagan sukma sudah sangat payah, tubuhnya serasa tak sanggup berdiri tegak lagi, dengan agak sempoyongan teriaknya nyaring: "Nak, bangsat ini jangan kau lepaskan, karena dia "

Tapi sebelum menyelesaikan kata-katanya, segulung angin pukulan yang sangat aneh dan berwarna putih bening seperti pualam telah menggulung datang dan mengancam tubuh orang yang kehilangan sukma.

Menyaksikan pukulan yang sangat dahsyat itu Han siong Kie merasa amat terperanjat dia kenali ilmu tersebut sebagai ilmu Hua goan sin khi yang paling diandalkan oleh Thian che kaucu, tentu saja orang yang kehilangan sukma tak akan mampu menahan serangan yang amat dahsyat tersebut.

Dalam gugup dan gelisahnya, dia membentak keras, sepuluh jari tangannya dilontarkan kedepan menyerang dengan ilmu Tong kim ci yang brutal, tampaklah sepuluh gulung desingan angin jari yang tajam sekali berbarengan waktunya meluncur kemuka dan menyerang sekujur badan Thian che kaucu.

Dua kali jeritan kesakitan berkumandang hampir bersamaan waktunya ......

Orang yang kehilangan sukma terhajar telak oleh pukulan Hua-goan sin-khi yang dilancarkan Thian che kaucu itu sehingga mencelat sejauh beberapa kaki dan tak sanggup untuk bangkit kembali. .

Sedangkan Thian che kaucu sendiri terhajar pula oleh desingan angin jari dari Han siong Ki sehingga tergetar mundur sejauh dua kaki lebih dari posisinya semula.

Sebagaimana diketahui, ilmu jari Tong kim ci merupakan suatu ilmu jari yang kuat dan tajamnya luar biasa, tapi anehnya meski Thian che kaucu termakan oleh serangan tersebut toh badannya tetap tegap dan tak sampai roboh, kejadian ini boleh dibilang merupakan suatu peristiwa yang mengerikan.

Dengan satu loncatan secepat kilat Han siong Ki bergerak kedepan dan menghampiri orang yang kehilangan sukma yang menggeletak diatas tanah itu.

Terlalu banyak hutang budi yang ia terima dari perempuan misterius ini, lagipula hubungan mereka sudah lebih akrab daripada hubungan antara ibu dan anak, tidak heran kalau ia jadi sangat gelisah ketika dilihatnya perempuan itu terluka.

Sementara pemuda itu masih gelisah, tiba tiba terdengar seruan nyaring berkumandang disisinya:

"Menghunjuk hormat buat ciangbunjin" "Saudara cilik engkoh tuamu sudah datang"

Dengan cepat Han siong Ki berpaling, dilihatnya Hek pek siang yau sepasang siluman hitam dan putih, Lam kay sipengemis dari selatan diiringi empat orang pengemis tua yang lain telah berdiri dihadapannya. Buru buru serunya kepada Hek pek siang yau: "Jangan lepaskan Thian che kaucu dari sini"

Sepasang siluman itu mengiakan, mereka lantas menerjang kearah Thian che kaucu dengan dahsyatnya.

Setelah gembong iblis itu terhadang, Han siong Kie baru mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan pengemis dari selatan, sapanya: "Engkoh tua, kenapa engkaupun bisa muncul ditempat ini?"

"Aku dengar dari sepasang siluman yang mengatakan engkau lagi berangkat menuju benteng maut". sahut pengemis dari selatan sambil mengetukkan toyanya ketanah, "kebetulan sekali seorang muridku melaporkan bahwa pihak Thian che kau dengan memimpin ratusan orang jago lihaynya hendak menyerbu benteng maut, maka aku sipengemis tua dengan memimpin delapan puluh orang muridku siang malam berangkat kesini untuk memberi bantuan, kau tidak apa apa bukan?"

"Engkoh tua, terimakasih banyak atas perhatianmu ini" seru Han siong Kie kemudian dengan terharu, "mari kita selesaikan dahulu persoalan yang ada didepan mata, kemudian baru.."

"saudara cilik, pihak kay pang kami lebih banyak menerima budi kebaikan darimu daripada apa yang bisa kami lakukan terhadap kalian, jangan kau ucapkan kata kata seperti itu"

Berbicara sampai disitu, dia lantas memberi tanda kepada keempat orang pengemis yang lain, kemudian mereka bersama sama terjun kedalam gelanggang pertarungan.

Setelah pengemis pengemis itu bertarung, orang yang kehilangan sukma baru berkata dengan suara lirih: "Nak. Aku aku tak akan sampai mati, jangan kau urusi

diriku lebih dulu, bantulah sucoumu dan tolonglah dia dari ancaman bahaya maut."

Untuk sesaat Han siong Kie berdiri tertegun, akhirnya dia putar badan dan menerjang kembali kearah kawanan jago yang mengerubuti pemilik Benteng maut....

Sementara itu sudah ada puluhan orang jago lihay dari Thian che kau yang telah terjun ke dalam gelanggang mengerubuti kakek pemilik benteng maut itu ....

Han siong Kiejadi marah sekali, dengan mata merah membara karena penuh kegusaran, ia turun tangan secara keji, siapa berani menghalangi perjalannya berarti mati, siapa berani menyentuhnya berarti mampus.

Dalam waktu singkat jeritan jeritan ngeri diiringi bentakan bentakan nyaring berkumandang memenuhi seluruh angkasa.

Gulungan angin pukulan, benturan senjata tajam menciptakan serangkaian pamandangan yang mengerikan sekali, suasana jadi kacau untuk sesaat percikan darah dan bergelimpangan mayat telah bertumpuk bagaikan sebukit kecil.

Entah berapa lama, pertarungan sengit itu berlangsung, tapi yang pasti sedikit demi sedikit posisi pihak Thian che kau mulai keteter dan terdesak hebat, banyak sudah anak buah mereka yang tewas dalam keadaan mengerikan.

Tiba tiba terdengar ledakan keras ditengah udara menyusul kemudian mengepul asap putih yang amat tebal.

Begitu mendengar suara ledakan, bayangan manusia bersimpang siur lari dengan kalut, kawanan jago dari perkumpulan Thian che kau itu berbareng mengundurkan diri ke arah jembatan batu lalu melarikan diri terbiri birit.

Dalam sekejap mata tujuh delapan bagian dari jago jago Thian che kau itu sudah kabur tak berbekas, yang tertinggal hanyalah mayat mayat manusia yang menumpuk semakin banyak.

Angin puyuh hujan badai telah berakhir, suasana disekitar benteng maut telah menjadi hening kembali, tapi didepan bangunan angker itu mayat telah menumpuk bagaikan sebuah bukit, darah mengalir dengan derasnya bagaikan sebuah sungai kecil.

Pemilik benteng maut tidak mengucapkan sepatah katapun, ketika musuh-musuhnya telah melarikan diri dia cuma menengadah sambil tertawa seram, kemudian dengan langkah cepat berjalan masuk kedalam benteng.

Manusia aneh berambut panjang yang terluka, kini bekerja keras membereskan mayat mayat itu dari depan pelataran benteng maut dan membuang semua mayat mayat itu ke dalam sungai.

Dipihak lain, Hek pek siang yau sedang menghampiri Han siong Kie, lalu setelah memberi hormat katanya:

"Tecu tidak dapat menyelesaikan apa yang ciangbunjin perintahkan, Thian che kaucu berhasil melarikan diri dari sini, silahkan ciangbunjin menjatuhkan hukuman kepada tecu berdua"

"Itu bukan kesalahan kalian, sana, bantulah membersihkan pelataran tempat ini dari mayat-mayat tersebut"

"Terima kasih atas kemurahan ciangbunjin"

Sepasang siluman itu segera mengundurkan diri dan membantu manusia aneh berambut panjang untuk menyingkirkan mayat mayat dari sekitar tempat itu .........

"Saudara cilik" tiba tiba terdengar pengemis dari selatan berseru dengan terburu buru "aku ingin mohon diri lebih dahulu"

"Kenapa? Masa engkoh tua akan " "Dipantai seberang sana masih terdapat anak murid dari pihak kay pang kami, aku harus menengok keadaan mereka lebih dulu, selain daripada itu engkoh tuamu juga tahu akan larangan dari benteng maut, aku rasa tetap tinggal disini malahan terasa kurang begitu leluasa"

"Tapi... jauh jauh engkoh tua berangkat kemari untuk memberi bantuan, bagaimanapun juga aku merasa amat berterima kasih sekali dengan bantuanmu itu"

"Aaaah... tak usah kau ucapkan kata kata seperti itu, bila dikemudian hari engkau butuhkan bantuan dari Kay pang, harap kirim kabar saja kepada kami, tanggung kami akan sebera datang membantu dirimu"

"Terimakasih banyak atas kebaikan engkoh tua" "oooh... saudara cilik, bukankah engkau sedang mencari

seorang perempuan yang bernama Ting Hong? Aku telah

menurunkan perintah kepada seluruh anak muridku untuk mencari jejak orang itu di seluruh pelosok jagad, aku yakin tak lama kemudian pasti akan datang kabar gembira"

"Terima kasih atas bantuan engkoh tua"

"Aaah, kamu ini sukanya kok berterima kasih melulu...? Haaaahhh... haaahhh... haaaaaahhhh... selamat tinggal"

"selamat tinggal"

Begitulah, dengan membawa serta empat orang pengemis tua itu, berangkatlah pengemis dari selatan menuju ke pantai seberang.

Dengan penuh rasa berterima kasih Han siong Kie memandang hingga bayangan punggung pengemis dari selatan lenyap dari pandangan, kemudian ia baru menghampiri orang yang kehilangan sukma sambil tegurnya dengan suara gelisah: "Cianpwe, bagaimana keadaan lukamu..." "Tidak terlalu membahayakan nak. aku telah menelan obat luka yang mujarab dari perguruan"

Sembari berkata dengan sempoyongan orang yang kehilangan sukma bangkit berdiri memandang darah yang berceceran membasahi per muiaan tanah, perempuan misterius itu kembal; berkata,

"Aaaaai...... Yu Pia-lam, Yu Pia-Iam rencanamu

memang betul-betul keji dan tak berperi kemanusiaan!"

Han-siong Ki mengerutkan dahinya

"Sampai sekarang aku masih tidak habis mengerti, kenapa manusia-manusia busuk semacam siluman kerbau siluman kuda itu dapat terlepas semua dan dalam penjara mereka?" katanya.

"Dua bersaudara Kun-kang-liong yang telah mampus itu adalah dua orang hiangcu dari perkumpulan Thian-che-kau yang sangat pandai ilmu berenang dalam air" demikian orang yang kehilangan sukma menerangkan, "rupanya Thian-che kaucu cukup menguasai semua alat jebakan dan barisan pertahanan yang berada dalam benteng maut ini. maka dia siapkan kedua orang itu untuk menyelam kedalam sungai dan menyelundup masuk kedalam benteng lewat belakang, setelah berhasil memasuki benteng itu barulah mereka diperintahkan untuk melepaskan gembong-gembong iblis yang disekap disana, agar mereka bisa membantu serangan yang yang datang dari luar untuk menumpas benteng itu dari muka  bumi. "

"Tapi. darimana Yu Pia-lam bisa menguasahi semua

perangkap dan barisan yang terdapat dalam benteng maut?"

"Tentang soal ini, aku rasa engkau akan segera mengetahuinya begitu kau telah berjumpa dengan sucou mu, nanti!" Kembali suatu teka-teki, Han-siong Kie memikirnya dengan perasaan tidak habis mengerti.

Sementara dia masih melamun, Orang yang kehilangan sukma telah berkata.kembali:

"Nak, perintahkan Hek-pek-siang-yau untuk menunggu kita diluar benteng ini!"

Han-siong Kie mengangguk dan segera menyampaikan perintahnya kepada dua orang siluman tersebut.

Hek-pek-siang-yau menerima perintah dan segera menyeberangi sungai itu dan menunggu ketuanya dipantai seberang.

Sementara itu, manusia aneh berambut panjang telah masuk kedalam benteng begitu selesai membersihkan pelataran benteng maut dari gelimpangan mayat-mayat yang tertumpuk......

Maka setelah Hek-pek-siang-yau mengundurkan diri, Orang yang kehilangan sukma pun berkata dengan emosi:

"Nak, ada satu persoalan herjdak kutanyakan kepadamu, aku harap engkau bersedia menjawab sejujurnya!"

"Katakanlah, asal bisa kujawab tentu akan ku katakan sejujurnya!"

"Apakah sampai detik ini engkau masih membenci ibumu?" "Yaa!" jawab pemuda itu setelah termenung sejenak, "Aku

memang membencinya, dan kenyataan ini tak akan

kusangkal!"

"Apakah engkau tak dapat memaafkan semua, kesalahan yang pernah dilakukannya?"

"Aku rasa dalam soal ini kesalahannya sudah tak bisa dimaafkan lagi!" Terbayang kembali pelbagai macam tindakan dan perbuatan dari ibunya si Siang-go cantik Ong Cui-ing dimasa lampau, tiba-tiba pemuda itu merasa matanya jadi merah dan nyaris air mata jatuh bercucuran, rasa sedih, benci dan pelbagai perasaan lain berkecamuk dalam benaknya.

Mendengar jawaban itu, orang yang kehilangan sukma menghela napas sedih, kembali ujarnya:

"Nak, seandainya perbuatan ibumu menikah lagi dengan Thian-che kaucu adalah lantaran dia mempunyai kesulitan yang mau tak mau harus berbuat demikian, selain itu diapun tak pernah ternoda kesucian badannya, apakah engkau juga tetap akan "

"Jadi. jadi cianpwe mengetahui semua tentang persoalan

itu?" bisik Han-siong-Kie dengan wajah kaget bercampur tercengang,

"Yaa, aku mengetahui segala sesuatunya dengan teramat jelas!"

"Menurut apa yang boanpwe ketahui, Thian che kaucu adalah seorang laki-laki impotent yang sudah tak mampu berfungsi sebagai seorang laki laki sejati, dus berarti ibuku tak akan ternoda ditangannya, dan aku percaya akan hal ini.

Tapi. kendatipun demikian, ini bukan berarti bahwa

semua perbuatan sinting, perbuatau biadap dan tidak mengenal aturannya bisa kuampuni dengan begitu saja, bagaimanapun ia tega membunuh anaknya sendiri, tega berbuat keji terhadap putranya sendiri, apakah perbuatan terkutuk semacam ini juga pantas diampuni?"

"Nak, bagaimanakah seandainya perbuatannya itu dilakukan oleh karena keadaan yang memaksa."

"Yaa, bagaimanapun bencinya Han-siong Kie terhadap ibunya, toh diantara mereka masih tersisa sedikit hubungan batin. Si anak muda itu memang sangat membenci setiap perbuatan ibunya yapg dia anggap sabagai suatu perbuatan terkutuk meski demikian diapun selalu berharap agar bisa terjadi suatu kejadian diluar dugaan, yang dapat merubah segala sesuatu pandangannya itu.

Siapakah yang tidak mengharapkan mempunyai seorang ibu yang baik, seorang ibu yang bijaksana. Demikian pula keadaannya dengan Han siong Ki kendati dia mempunyai seorang ibu yang berada dalam pandangannya jahat toh dihati kecilnya dia selalu berharap bahwa apa yang telah terjadi itu bukan suatu kenyataan, ia selalu berharap bahwa apa yang diketahuinya sekarang hanya pandangan yang keliru, pada kenyataannya dia mempunyai seorang ibu yang baik dan bijaksana.

Maka sewaktu mendengar pertanyaan tersebut dengan agak emosi diapun menjawab:

"Kalau memang semua perbuatan itu dilakukan karena terpaksa, boanpwe butuh bukti yang nyata, asal bukti itu bisa kuterima dengan jalan pemikiranku, tentu saja aku dapat menerimanya ... "

"Tentu saja segala sesuatunya akan disertai dengan bukti yang nyata" jawab orang yang kehilangan sukma.

Seraya berkata pelan pelan dia melepaskan kain kerudung yang menutupi wajahnya.

Apa yang kemudian terlihat, membuat Han siong Ki menjerit kaget lalu secara beruntun mundur beberapa langkah dengan sempoyongan sekujur badannya menggigil keras.

-ooo0dw0ooo-

BAB 93

HAN SIONG KIE hampir saja tidak percaya dengan apa yang terpapar didepan matanya, dia mengira dirinya sedang bermimpi, sebab hanya dalam alam impianlah apa yang dilihatnya sekarang bisa terjadi.

Tapi sang surya memancarkan sinarnya keseluruh jagad, gulungan ombak ditepi sungai menggelora dengan derasnya, semuanya adalah kenyataan semuanya sudah terpapar dihadapan matanya secara nyata dan tak mungkin bisa dibantah lagi.

Orang yang berdiri tepat dihadapanoya sekarang, bukan lain adalah ibu kandungnya, si siang go cantik ong cui ing.

Ia pernah membenci perempuan ini hingga merasuk ke tulang sumsumnya, bahkan hampir saja membinasakan dirinya, diapun pernah mencaci maki perempuan ini sebagai seorang perempuan berhati bisa, berhati sejahat kala yang paling beracun .......

Tapi sekarang, kenyataan telah berbicara lain, orang yang kehilangan sukma yang selama ini selalu dihormati dan disegani malahan dianggapnya sebagai pengganti dari orang tuanya, ternyata bukan lain adalah ibunya yang pernah dibenci, dimaki dan dikutuk.

Padahal sudah terlalu banyak budi yang dilepaskan orang yang kehilangan sukma kepadanya.

Ia merasa keadaan semacam ini seharusnya dapat ia ketahui semenjak dulu, tentu saja seandainya ia mau memikirkan serta memperhatikannya dengan seksama, sebab semua perbuatan maupun perkataannya telah menunjukkan siapakah dia, meski hanya secara lapat lapat.

"oooh.... ibu Anakmu benar benar tidak berbakti. "

Akhirnya pemuda itu menjerit dan lari ke depan kemudian jatuhkan diri berlutut dihadapan ibunya.

"oooh ibu, ananda tidak tahu kalau engkau sangat

menderita, bukannya memaklumi keadaanmu, aku malahan " Ibu dan anakpun saling berpelukan dan menangis tersedu sedu.

Kejadian seperti ini sungguh mengharukan sekali, jarang sekali di dunia ini berlangsung adegan sepedih ini, yaa... siapapun yang berada disana waktu itu tentu akan ikut mengucurkan air matanya..

Lama... lama sekali, akhirnya si siang go cantik ong cui ing berhenti menangis, katanya dengan pedih:

"Nak. dapatkah engkau memberi maaf kepada ibumu? Bersediakah engkau memaafkan semua perbuatan yang pernah kulakukan selama ini.?"

"oooh ibu" jawab Han siong Ki dengan sesenggukan, "sudah sepantasnya kalau... engkaulah yang memberi ampun atas ketidakbaktianku terhadap ibu..." si siang go cantik oong cui ing kembali menghela napas.

"Aku tahu nak, bahwa engkau mempunyai banyak perkataan yang hendak dibicarakan dengan ku, ada banyak persoalan yang mencurigai hatimu yang ingin kau tanyakan kepadaku, dan sekaranglah saatnya untuk menggali semua rahasia itu, inilah saatnya untuk menerangkan semua persoalan kepadamu, hanya saja sebelum itu kita harus menjumpai sucoumu lebih dahulu"

"Serahkanlah benda yang diberikan anak Kun itu kepadaku nak" sela perempuan itu cepat.

Buru buru Han siong Kia merogoh sakunya dan mengambil keluar benda kecil yang diserahkan Thio sau kun menjelang ajalnya itu, kemudian dengan sangat hati hati diangsurkan bungkusan misterius itu kepada ibunya. "lbu, benda inilah yang diberikan adik Kun kepadaku"

Dengan tangan gemetar si siang go cantik ong cui ing membuka bungkusan itu, setelah memeriksanya sekejap. benda itu segera dibungkusnya kembali. "Anak Kun telah berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan besar bagi perguruannya, sekalipun harus mati, dia dapat mati dengan mata yang meram " bisiknya dengan pedih.

Han siong Kie memandang ibunya dengan wajah termangu karena keheranan, tentu saja ia tak mengerti apa gerangan yang telah terjadi, meski begitu diapun tidak berhasrat untuk membuka mulutnya menimbrung, sebab dia tahu sebelum berjumpa dengan sucounya, tak nanti ibunya akan memberitahukan sesuatu apapun kepadanya.

Tapi. mengapa mereka harus berjumpa dulu dengan

sucou sebelum ibunya bersedia memberi keterangan? Dia bingung dan benar benar merasa tidak habis mengerti.

Apalagi ketika sorot matanya terbentur dengan lengan ibunya yang kutung akibat membebaskan jalan darah yang tertotok. dia merasakan hatinya amat sakit, sedih dan menyesal.

Sekarang, ia baru dapat meresapi apakah arti pengorbanan seorang ibu terhadap putranya, sekarang ia baru tahu betapa agungnya pengorbanan seorang ibu bagi anaknya

Padahal beberapa waktu sebelumnya dia masih membenci bahkan mengutuk ibunya benarkah perbuatannya itu? seharusnyakah seorang anak bersikap demikian terhadap ibunya? sementara dia masih termenung, ong cui ing telah berbisik, "Ayolah nak. ikutilah aku masuk kedalam benteng"

Ibu dan anakpun melanjutkan perjalanannya memasuki pintu benteng yang gelap dan serba menyeramkan itu.

Belum sampai beberapa langkah mereka berjalan, ketika bayangan manusia berkelebat lewat, menyusul kemudian manusia aneh berambut panjang itu tahu tahu sudah menghadang dihadapan mereka.

"siau sute" seru ci siang go cantik ong cui ing dengan perasaan sedih. Mula mula manusia aneh berambut panjang itu mengawasi dua orang tamunya dengan sinar mata yang tajam dan menggidikkan hati, tapi kemudian setelah mundur dua langkah lebar, titik titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.

Siang-go cantik Ong Cui-ing segera angsurkan bungkusan kertas itu kepada adik seperguruannya, kemudian berkata :

"Sute, tolong engkau suka mengabarkan kepada suhu dia orang tua, katakanlah bahwa muridnya yang tak becus Cui-ing mohon bertemu!"

Manusia aneh barambut panjang itu menyambut angsuran bungkusan kertas itu, kemudian putar badan dan berlalu dari sana...........

Selang sesaat kemudian, manusia aneh berambut panjang itu muncul kembali, ia memberi tanda kode tangan kepada dua orang rekannya, kemudian pelan-pelan bergeser dari situ dan berlalu.

Han siong-Kie berdua juga tidak banyak berbicara lagi, dia berjalan mengikuti dibelakang ibunya menuju ke ruangan belakang dari bangunan benteng tersebut.

Rumah-ramah batu yang pernah digunakan untuk mengurung kawanan jago silat baik dari golongan putih maupun golongan hitam yang datang melakukan penyelidikan, kini berada dalam keadaan kosong melompong tanpa penghuni, keadaan ini mendatangkan suatu perasaan yang aneh dan seram bagi siapapun yang melihatnya.

Apalagi ketika Han-siong Kie membayangkan kembali pengalamannya ketika berapa kali berkunjung kebenteng maut, perasaan hatinya semakin murung dan pedih......

Ketika, untuk pertama kalinya dia berkunjung ke sana, sebelum masuk ke dalam benteng, tubuhnya sudah terhajar sehingga mencelat dan tercebur ke dalam sungai, untung ditolong oleh Go-Siau-bi dan dayangnya sehingga lolos dari bahaya maut.

Ketika berkunjung untuk kedua kalinya, dia datang atas nama ahli waris dari Mo-tiong-ci-mo dengan nama samaran Malaikat penyakitan, tapi akhirnya gagal dan tertawan, untung ditolong o-leh Tong Hong-hui kemudian dibebaskan jalan darahnya oleh ibunya yang untuk itu harus mengorbankan pula sebuah lengannya.

Ketika berkunjung untuk ketiga kalinya, ia telah berbasil menguasahi ilmu sakti Si-mi sinkang waktu itu besar sekali hasratnya untuk membalaskan dendam bagi kematian keluarganya, tak tahu nya orang yang dikira musuh besarnya ternyata tak lain adalah guru dari ayah dan ibunya......

Dan sekarang, dia berkunjung untuk ke empat kalinya, dan saat ini semua teka teki yang membingungkan hatinya akan segera terang.

Tapi keadaannya pada saat ini sudah berbeda jauh, Tonghong-Hui telah meninggal dunia orang yang ada maksud, yang ternyata adalah adiknya juga sudah meninggal dunia sedang Go siau bi, sampai kini masih belum ketahuan nasibnya berpikir kesemuanya itu, tak kuasa lagi dia

mengucurkan air mata kesedihan.

Apa yang dialaminya selama ini dirasakan bagaikan sebuah impian yang menakutkan dan mengerikan hatinya, tapi impian tersebut belum juga berakhir, dan ia harus mengalami selanjutnya bagaimanakah akhir ceritanya? Tak

seorangpun yang bisa memecahkan persoalan itu .

Diruang tamu belakang benteng, Pemilik benteng maut duduk bersandar dikursi kebesarannya dengan mata terpenjam, manusia yang misterius dan disegani banyak orang ini tampak jauh lebih layu, tua dan penuh keriput.

"suhu" dengan hormat bercampur terharu si siang go cantik ong cui ing jatuhkan diri berlutut dihadapannya. "sucou, cucu murid menghunjuk hormat untukmu" Han siong Ki ikut berlutut pula sambil memberi hormat.

Dengan sinar mata yang tajam bagaikan sembilu pemilik benteng maut mengawasi wajah ibu dan anak itu lekat lekat, akhirnya sinar mata yang tajam itu berhenti diatas wajah Han siong Ki.

Kerutan wajah yang tua dan penuh keriput itu berkejang terus seperti sedang mengendalikan emosi dihatinya, lalu dengan suara dalam ujarnya: "Anak Ki, angkat kepalamu"

Han siong Ki menurut dan mengangkat kepalanya, tapi menjumpai raut wajah sucounya yang keren dan berwibawa itu, bergidik juga hatinya sehingga bulu kuduknya pada bangun berdiri, badannya gemetar dan merinding.

Sementara sianak muda itu masih termenung, Pemilik benteng maut telah berkata lagi dengan keren:

"Anak Ki, bukanlah engkau dan sukohmu berangkat barsama meninggalkan benteng ini? Apa sebabnya kalian berpisah ditengah jalan?"

Mendengar perkataan itu Han siong Ki merasakan sekujur badannya gemetar keras, seakan akan ada sebilah pisau tajam yang menusuk diatas mulut lukanya membuat pemuda itu melongo, gelagapan dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun.

Dari pertanyaan yang diajukan kakek itu, jelaslah sudah bahwa pemilik benteng maut masih belum mengetahui hubungan diantara dia dengan Tonghong Hui, tentu saja tak mungkin baginya untuk mengakuinya secara terus terang, tapi untuk berbohong tentu saja ia tak berani, maka pemuda itu hanya membungkam dalam seribu basa.

"Ayo bicara " kembali pemilik benteng maut membentak. Han siong Ki merasakan sekujur badannya bergetar keras,

hampir saja air matanya jatuh berlinang membasahi pipinya, dia ingin menangis sepuas-puasnya tapi ia tak dapat berbuat demikian, maka kepalanya ditundukkun rendah rendah, ia tak berani beradu pandangan lagi dengan sorot mata kakek gurunya yang tajam itu.

Tiba tiba nada suara pemilik benteng maut berubah jauh lebih lembut lagi kembali ia berkata:

"sejak kecil bibi Hui mu sudah kehilangan ibunya, dia sudah terlalu biasa hidup dimanja sehingga wataknya agak tinggi hati dan mau menangnya sendiri, apakah engkau cekcok dengan bibimu?"

"Tidak..." sahut Han siong Kie dengan perasaan seperti diris-iris dengan pisau.

"Lalu apa sebabnya kalian berpisah?" "Tentang soal ini... "

"Tak usah ragu ragu, katakan saja secara berterus terang"

"Bee.... bee... begini ceritanya, setelah meninggalkan benteng, sewaktu aku lagi mengejar seseorang kutinggalkan dia sendirian, tapi ketika aku kembali lagi kesana, sukoh telah lenyap tak berbekas"

"Benarkah kejadiannya adalah demikian?"

"Benar" Hari siong Kie terpaksa harus mengeraskan hatinya untuk mengakuinya.

Dengan loyo pemilik benteng maut bersandar diatas kursinya, kemudian dengan sedih ia berkata:

"Tiga hari berselang, ia kembali ke benteng seorang diri. setelah menangis setengah harian didepan jenasah ibunya, tiba tiba dia menghantam ubun ubun sendiri dan bunuh diri. "

Berbicara sampai disini, ia sudah sesenggukan menahan isak tangisnya maka pembicaraanpun segera berhenti. Han siong Kie menjerit keras, setelah muntah-muntah darah segar, tubuhnya terjengkang ke belakang dan jatuh tak sadarkan diri.

Entah berapa lama sudah lewat, ketika ia sadar kembali suasana disekitar tempat itu sudah berubah, ia tidak berada didalam ruangan lagi melainkan menggeletak diatas batu karang diluar pintu benteng disampingnya duduklah ibunya yang basah oleh air mata,

Cepat pemuda itu merangkak bangun, serunya, "Oooh.....,..ibu, ananda tidak becus...?"

"Nak, terangkanlah hatimu, segala sesuatunya telah berlalu tenangkanlah hatimu!"

"Dimanakah sucou?"

"Karena kematian bibi Hui mu, sucou merasa amat sedih sekali, karena sejak kematian nenek gurumu ia telah melimpahkan segenap kasih sayangnya kepada putrinya, tidak heran kalau kematian yang menimpa bibi Hui mu dirasakan olehnya sebagai suatu pukulan batin yang amat besar., "

”Ibu, sekalipun aku harus mati seratus kali juga tak dapat membayar hutang ini. "

”Nak, engkau jangan terlampau emosi, telah kuberitahukan semua kejadian yang sebenarnya kepada dia orang tua, dan ia telah memaafkan dirimu..”

"Ibu, sekalipun sucou dapat memaafkan ananda, tapi ananda tak dapat memaafkan diri sendiri” bisik Han-siong Ki dengan air mata yang bercucuran semakin deras.

"Sudahlah, engkau tak usah mengucapkan kata kata bodoh seperti itu, sebab kalau ingin mencari siapa yang salah, maka akulah orangnya, sudah sepatutnya bila kuberitahukan segala sesuatunya itu kepadamu sedari dulu, tapi. aaai, itupun

terbentur oleh peraturan perguruan yang terlalu ketat!" "Peraturan perguruan?" "Ya, peraturan perguruan!"

"Ananda tidak paham dengan ucapan ibu!"

Dengan penuh kasih sayang si Siang-go cantik Ong Cui-ing membelai rambut anaknya lalu berkata dengan lembut:

"Nak, suocumu telah memberi ijin kepada ibu untuk menceritakan semua kejadian ini kepadamu...”

"Ooooh...ibu, ananda sudah amat lama sekali menunggu datangnya saat seperti ini!" jawab Han siong Ki penuh emosi, air matanya berderai membasai pipinya.

Setelah termenung beberapa saat lamanya, si-Siang-go cantik Ong Cui-ing pun mulai bercerita: "Nak, peraturan perguruan dari benteng maut sangat ketat, ilmu silat dari perguruan kami tidak akan diwariskan kepada siapapun termasuk kepada anaknya sendiri, sebelum mendapat persetujuan dari pemilik benteng, selain itu dilarang pula menyiarkan semua kegiatan dan kejadian yang berlangsung didalam benteng, barang siapa melanggar peraturan ini maka dia akan dijatuhi hukuman mati"

"oooh... apakah peraturan itu tidak terlampau kelewat batas..." bisik Han siong Ki sambil menarik napas dingin.

"Nak, engkau tak boleh memberi penilaian dengan begitu saja, dengarkan dulu perkataanku. oleh sebab itulah orang persilatan cuma tahu bahwa didunia ini terdapat sebuah benteng yang bernama benteng maut, tapi tak seorangpun yang tahu siapakah pemilik benteng itu dan berapa orang anak muridnya "

Meskipun agak bingung dan tidak begitu mengerti, namun Han siong Ki mengangguk juga. Terdengar si Siang go cantik melanjutkan kembali kata katanya: "Setiap anggota benteng maut, bila telah tamat belajar silat maka mereka akan meninggalkan benteng untuk hidup di keluarga masing masing, tapi tiap tahun bulan delapan masing masing anggota benteng akan berkumpul selama satu bulan didalam benteng sambil memperbincangkan kemajuan yang berhasil mereka capai disamping mendapat pula tambahan ilmu ilmu baru dari gurunya. Begitulah, pada bulan delapan dua puluh tahun berselang kamipun berkumpul semua didalam benteng maut, waktu itu bibi guru mu belum lahir, dalam benteng kecuali nenek gurumu hanya siau susiok mu seorang yang mendampingi. Tapi satu peristiwa yang mengerikan dan serba misteriuspun berlangsung dalam pertemuan itu."

Tiba tiba saja Han siong Kie merasakan semangatnya berkobar kembali, dia segera memusatkan seluruh perhatiannya untuk mendengarkan cerita ibunya dengan lebih seksama. setelah tarik napas panjang, ong cui ing melanjutkan kisahnya lebih jauh:

"Pada saat itulah tiba tiba nenek gurumu ditotok jalan darahnya oleh sejenis ilmu totokan khusus yang sangat aneh sehingga menyebabkan kejernihan otaknya terganggu."

"siapakah yang melakukan perbuatan itu?" seru Han siong Kie dengan perasaan kaget, "siapakah yang berilmu selihay itu sehingga dapat menyusup ke dalam benteng maut..."

"Masih mendingan kalau cuma begitu saja, ma lahan orang itupun mencuri juga kitab pusaka ilmu silat Kui-kok-cian-su yang merupakan pusaka dari perguruan kami!"

"Oooh " pemuda itu berseru tertahan.

"Tak terkirakan rasa gusar kakek gurumu waktu itu, beliau segera menitahkan toa-supekmu, ayahmu, aku dan Thio susiokmu berempat untuk menyelidiki peristiwa ini sampai jelas dalam tiga tahun "

"Bagaimana akhir dari pencarian itu?" "Tiga tahun sudah lewat, tapi empat orang bersaudara seperguruan tidak bernasil memecahkan teka-teki itu"

"Waaah peristiwa itu kan jadi suatu teka-teki yang

semakin membingungkan hati?"

"Dengarkan dulu perkataanku, waktu itu kebetulan sekali nenek gurumu meninggalkan dunia setelah melahirkan, kakek gurumu merasa sedih sekali, setelah membalsem jenasah nenek gurumu dengan obat anti pembusukan, beliaupun menyimpannya didalam sebuah kamar rahasia dalam benteng, sucou mu bersumpah tak akan meninggalkan benteng sejak itu, dia akan mendampingi jenasah istrinya sampai akhir tua disamping merawat bayinya, dan bayi itu tak lain adalah bibi gurumu Tonghong Hui. "

Han-siong Ki mengeluh dengan penuh penderitaan, dia mengerang seperti orang kesakitan.

"Begitulah" kata Ong Cui-ing "karena sedang tertimpa kesedihan maka dengan suara keras sucou mu memerintahkan kami empat kakak bsradik seperguruan untuk melanjutkan penyelidikan itu, jika dalam dua tahun kami belum berhasil juga menemukan pembunuh yang melakukan perbuatan keji itu, maka kami tak usah kembali kebenteng, semua hubungan perguruanpun ikut terputus dengan begitu saja..

"Dua tahun kemudian, apakah sucou benar-benar telah turun tangan membinasakan ayah dan susiok sekalian?" Han- siong Ki bsrtanya deagan suara agak gemetar.

"Tidak, sucoumu sebelum masuk kedalam benteng maut mempunyai sebuah julukan dalam dunia persilatan, orang persilatan waktu itu menyebutnya sebagai Hau-thian-it-koay, dari sini bisa  diketahui  bahwa  wataknya  aneh  sekali, Aaaai. padahal apa yang dikatakan waktu itu cuma kata-

kata dikala sedang marah, sungguh tak disangka kejadian itu harus diakhiri dengan malapetaka yang jauh lebih besar " Han siong Ki merasakan peredaran darah dalam tubuhnya mengalir semakin cepat, jantungpun ikut berdebar dengan kerasnya:

Selapis rasa sedih murung, benci dan penasaran menyelimuti wajah siang go cantik ong Cui ing yang lembut, sambil menggertak gigi katanya lebih jauh:

"Tak nyana bajingan keparat yang terkutuk itu sudah menyaru sebagai sucou mu dan turun tangan keji untuk membantai keluarga Han serta keluarga Thio, aku rasa apa yang terjadi ketika itu sudah disampaikan Thio susiok kepadamu. Kebetulan hari itu aku ada urusan tak ada dirumah, ketika aku sampai dirumah, semua anggota perkampungan telah dibantai orang secara keji dengan seorang manusiapun tak ada yang dibiarkan hidup sekalipun Thio sau kun juga sudah senin kemis berbahaya sekali nyawanya. "

"Siapakah pembunuh keji itu?" teriak Han siong Ki dengan suara gemetar, sinar mata yang menggidikkan hati memancar keluar dari matanya.

Siang go cantik ong cui ing tidak menjawab pertanyaan itu, dia berkata lebih jauh:

"Sungguh kasihan susiokmu si tangan naga beracun Thio Lin, dia selalu beranggapan bahwa sucoumu yang melakukan kesemuanya ini, tak sepatah kata menyesalpun yang dia ucapkan, bahkan akhirnyapun bunuh diri untuk mewujudkan kata kata gurunya..."

Han siong Ki mundur dengan sempoyongan, hampir saja dia tak mampu berdiri tegak.sekarang ia baru mengerti kenapa sesaat menghembuskan napasnya yang penghabisan, Thio susioknya selalu berkata bahwa apa yang terjadi merupakan perintah dari gurunya, sekarang diapun baru mengerti kenapa susioknya melarang mayat mayat mereka dikubur kedalam tanah, rupanya sampai saat yang terakhirpun ia masih belum tahu latar belakang dari peristiwa berdarah itu.

Sesaat lamanya, sianak muda itu termangu mangu dan tak tahu apa yang musti diperbuatnya.

"sangat kebetulan sekali" demikianlah siang go cantik ong cui ing melanjutkan kembali ceritanya "tiba-tiba toa supekmu datang kerumah secara tak terduga, dia menasehati aku agar ikuti dia untuk berdiam sementara waktu di perkampungan Sim-keh-ceng, oleh karena pada waktu itu aku sedang mengandung adikmu Han-siong Hiang, disamping Thio Sau- kun yang keadaannya senin kemis sangat membahayakan keselamatannya, maka dalam keadaan sedih, kalut dan tidak berketentuan kusanggupi keinginan nya itu "

Ketika berbicara sampai disini, rasa kesal dan gemasnya semakin tebal menyelimuti wajahnya, ia berhenti untuk bertukar napas sejenak, kemudian sambungnya lebih jauh:

"Sejak awal terjadi peristiwa berdarah itu, aku sudah merasa yakin bahwa semua tindak kekejian tersebut bukan hasil perbuatan dari sucou mu, sebab pertama meski wataknya aneh dan tak bisa diraba dengan perasaan kita, pada hakekatnya dia tidak kejam, tak mungkin ia gunakan perbuatan yang kejam dan brutal itu untuk menghadapi anak murid beserta keluarganya, kedua ia sudah bersum pah tak akan meninggalkan benteng walau satu langkah pun, ketiga seandainya pembunuhan brutal itu benar-benar dilakukan olehnya tidak nanti dia akan meninggalkan lambang tengkorak mautnya diatas dinding ruangan "

"Lalu siapakah pembunuh keji yang sebetulnya itu "

Siang-go Cantik Ong-Cui-ing tidak menjawab pertanyaan itu, tapi dia melanjutkan kembali kata-katanya:

"Tak lama kemudian, toa supekmu meminang aku, dia mohon agar aku bersedia menikah dengan nya " "Apa? Toa supek yang meminang ibu?" Han siong-Kie tercengang bercampur tidak habis mengerti.

Perempuan itu mengangguk,

"Yaaa, toa supekmu! Dan kusanggupi permintaan itu, secara lapat lapat aku mempunyai suatu perasaan yang aneh sekali, seolah-olah aku merasa bahwa aku dapat menemukan pembunuh brutal yang sebenarnya itu "

"Tapi......tapi.....bukankah ibu menikah lagi dengan "

"Nak, kau maksudkan Yu Pia lam ? "tukas Siang-go

cantik Ong Cui ing sambil tertawa pedih.

"Yaa, bukankah ibu kawin lagi dengan Yu Pia lam?" "Yu Pia- am tak lain adalah toa supekmu itu!"

Han siong Kie terperana, dia mundur selangkah dengan wajah tercengang dan perasaan tidak habis mengerti.

"oooh... bukankah Toa supek berasal dari marga Sim "

kembali dia berguman.

"Itu cuma nama samarannya belaka, yang benar dia pribadi tak lain adalah Thian che kaucu Yu Pia lam, ketika menggunakan nama samaran belajar silat dalam benteng maut, sebenarnya tak lain karena ia sedang melaksanakan suatu rencana busuk yang amat keji dan teramat brutal "

"oooh "

"Membunuh ibu guru, mencuri kitab pusaka Kui kok kiam su, menyaru sebagai suhu melakukan pembantaian keji terhadap anggota keluarga Han dan Thio bukan lain adalah perbuatannya semua Dialah pembunuh keji yang terkutuk itu"

Seketika itu juga Han siong Kie merasakan darah yang beredar dalam tubuhnya mengalir semakin cepat, matanya jadi merah membara, otot otot hijau pada menongol keluar semua, dari sini dapat diketahui betapa gusar dan bencinya anak muda itu.

"Yu Pia lam... wahai Yu Pia lam ... nantikanlah saat pembalasanku " teriaknya sambil melepaskan sebuah

pukulan ke udara kosong.

"Perkumpulan Thian che kau... haaahhh.... haaahh....

haahh tunggu saja kalian semua, jika aku Han siong Kie tak

dapat mencincang tubuhmu sehingga hancur berkeping- keping, bila aku membiarkan ada manusia yang hidup lagi d idalam perkumpulan Thian che kau, aku Han siong Kie bersumpah tak akan menjadi manusia lagi"

Siang go cantik ong cui ing yang berada disisinya buru buru menghiburnya dengan kata kata lembut:

"Nak. tenangkan dulu hatimu, dengarkan dulu kisahku sampai selesai. "

Setelah pemuda itu bisa menenangkan perasaannya, perempuan itupun meneruskan kembali penuturannya :

"Sejak kuketahui asal usulnya yang sebenarnya itu, dalam hati aku merasa semakin yakin bahwa apa yang kupikirkan tak bakal salah lagi, cuma sayang tidak berhasil kudapatkan bukti bukti yang nyata, apalagi suhu memerintahkan agar benda mustika yang dicuri orang harus ditemukan kembali, sebab itulah selama belasan tahun kemudian aku hidup bagaikan seseorang yang kehilangan sukma, sambil menahan semua penghinaan dan penderitaan aku melanjutkan terus hidupku. selama ini Yu Pia Lam sendiri selalu menganggap Thio sau kun sebagai dirimu, karena itulah aku tidak ingin bila asal usulmu yang sebenarnya sampai ketahuan orang, sebab bila rahasia ini sampai diketahui orang, maka akibatnya benar benar sukar dilukiskan dengan kata-kata "

"Oleh karena itu maka ibu tak mau mengakui diriku sebagai putramu lagi. ?" "Benar nak. aku kuatir bila rahasia itu ketahuan maka jiwamu terancam bahaya, maka aku lebih baik tidak mengakuinya daripada engkau terbunuh ditangannya.

Untunglah akhirnya kau berhasil memiliki kepandaian silat yang sangat lihay, sehingga pembalasan dendam atas permusuhan yang dalamnya melebihi samudra ini berhasil juga kita tuntut"

”Ibu ”

-ooo0dw0ooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar